855 pemanfaatan cendawan tanah di tempat

advertisement
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
PEMANFAATAN CENDAWAN TANAH DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH
SEBAGAI BIOFUNGISIDA ALAMI PENYAKIT BERCAK DAUN (CESCOSPORA
CAPSICI) TANAMAN CABAI BESAR (CAPSICUM ANNUM L.) SECARA IN
VITRO
The Utilization of Truffles in Landfills as a Natural Biofungisida Disease Leaf Spot
(Cescospora capsici) on a Large Pepper (Capsicum annum L.) Plants in Vitro
Fadilah Swantini(1), Atok Miftachul Hudha(2), Lise Chamisijatin(3)
Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Muhammadiyah Malang,
[email protected](1), atok [email protected](2), [email protected](3)
Jl. Raya Tlogomas 246 Malang Telp 464318
Abstrak
Pengendalian menggunakan agen hayati dengan cendawan merupaka suatupengendalian
yang memanfaatkan cendawanuntuk menghambat pertumbuhan patogen yaitu dengan cara
menginfeksi tumbuhan sehatpada jaringan tertentu dan mampumenghasilkan mikotoksin,
enzim serta antibiotika. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan cendawan antagonis
tanah di tempat pembuangan sampah, sebagai biofungisada alami terhadap patagen bercak
daun (Cescospora capsici) secara in vitro. Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian True Experimental Research. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penyebab
penyakit bercak daun pada cabai besar (Capsicumannum L.) yaitu disebabkan oleh patogen
jamur Cescospora capsici. Tedapat 3 isolat cendawan antagonis yang berhasil diisolasi
antara lain, Trichoderma harzianum, Aspergillus niger dan Aspergillus flavus. Uji
antagonistik secara in vitro menunjukkan bahwa cendawan antagonis tanah di tempat
pembungan sampah hasil identifikasi menunjukkan yaitu, pemberian cendawan antagonis
dapat mempengaruhi perkembangan zona hambat, cendawan antagonis yang memberikan
zona hambat tertinggi mengindikasikan bahwa jenis cendawan antagonis tersebut adalah
efektif. Berdasarkan rata-rata terlihat bahwa jenis cendawan antagonis Aspergillus niger
mampu memberikan zona hambat tertinggi dibandingkan dengan jenis cendawan antagonis
yang lain seperti Trichodermaharzianum dan Aspergillus flavus.
Kata kunci: Cendawan, Bercak Daun (Cescospora capsici), isolate, in Vitro
Abstract
Using biological agents to control the fungus is a harness to inhibit the growth of
pathogenic fungi by infecting healthy plants in specific tissues and is able to produce
mycotoxins, enzymes and antibiotics. This study is aimed to obtain antagonistic soil fungi
in landfills, to control the growth of fungi (Patagen Cescospora capsici) in vitro. The
method used is True Experimental Research The results showed that leaf spot disease in
Capsicum annum L. is caused by the fungal Pathogen Cescospora capsici. There are 3
isolates antagonistic fungus that was isolated among others, Trichoderma harzianum,
Aspergillus niger and Aspergillus flavus. Antagonistic in vitro test shows that the
antagonistic fungi in the soil garbage dumps identification that administration of an
antagonist fungus can affect the development of inhibitory zone, fungus antagonist that
gives the highest inhibitory zone indicates that the type of fungus that is an effective
antagonist. Based on the result average that kind of antagonistic fungus Aspergillus niger is
able to provide the highest inhibitory zone compared with other antagonistic fungi such as
Trichoderma harzianum and Aspergillus flavus.
Keywords: Fungus Antagonists, Leaf Spots (Cescospora capsici), Isolate, in vitro
855
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
PENDAHULUAN
Ketahanan pangan diarahkan kepada penemuan dan pengembangan pangan
alternatif, sehat dan halal. Pengembangan pangan organik menjadi keharusan untuk
menjawab tantangan tumbuhnya berbagai macam penyakit akibat residu makanan yang
membahayakan bagi tubuh manusia. Salah satu alternatif upaya peningkatan kuantitas dan
kualitas produk pertanian dapat dilakukan dengan pemanfaatan agen hayati (biofungisida)
sebagai pengganti pestisida sintetik yang selama ini telah diketahui banyak digunakan
dikalangan petani. Menurut Samways dalam Purwantisari (2009), penggunaan pestisida
sintetik yang berlebihan dalam upaya mengendalikan penyakit tanaman dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, contohnya resistensi, resurgensi,
pencemaran lingkungan, musnahnya musuh alami, terbunuhnya mikroorganisme bukan
sasaran, membahayakan kesehatan dan timbulnya residu pestisida dalam tanaman.
Pengendalian menggunakan agen hayati dengan cendawan endofit yaitu suatu
pengendalian yang memanfaatkan cendawan untuk menghambat pertumbuhan patogen
dengan cara menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan
mikotoksin, enzim serta antibiotika. Asosiasi beberapa cendawan endofit dengan tumbuhan
inang mampu melindungi tumbuhan inangnya dari beberapa patogen virulen, baik bakteri
maupun cendawan (Simarmata dan Rumilla, 2007). Pengendalian hayati yang bersifat
spesifik adalah penggunaan bakteri, fungi, protozoa dan virus. Bahan-bahan tersebut
dilarutkan dengan air atau pelarut lainnya kemudian dapat digunakan langsung. Kelebihan
pestisida hayati, menurut Soesanto (2002), adalah pengaruhnya yang selektif akan tetapi
penggunaanya harus seiring mungkin karena bahan-bahan aktif yang terkandung mudah
terurai, dengan demikian cukup banyak jenis mikroorganisme dan beberapa produk
organik yang dapat digunanakan sebagai bahan pengendali hayati. Salah satu bahan
pengendali hayati adalah Trichoderma sp. Berdasarkan keadaan tersebut maka eksplorasi
dan skrining agen hayati pada keanekaragaman hayati yang kita punya harus dilakukan
dalam rangka untuk menemukan sumberdaya genetik baru yang berpotensi sebagai agen
pengendalian hayati penyakit tanaman yang ramah lingkungan. Pemanfaatan cendawan
endofit memiliki peranan penting pada jaringan tanaman inang yang memperlihatkan
interaksi mutualistik, yaitu interaksi positif dengan inangnya dan interaksi negatif terhadap
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam kegiatan inimerupakan penelitian eksperimental sesungguhnya
(True Experimental Research). Menurut (Sugiyono, 2010) dikatakan true experimental
karena dalam penelitian, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang
mempengaruhi jalannya eksperimen.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2015 di Laboratorium Hama
dan Penyakit Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur Jl. Raya
Karangploso, KM 4, Malang.
856
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Variabel Penelitian
Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah hasil dari identifikasi cendawan
antagonis tanah tempat pembuangan sampah.
Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah adanya efektifitas zona hambat dan
kecepatan tumbuh atau diameter bercak pada bercak daun (Cescospora capsici).
Alat dan Bahan Penelitian
Alat :
Cawan petri, Tabung reaksi, Gelas ukur, Beker glass, Mikro pipet, Karep penghisab,
Autoclave, Pengaduk, Bunsen, Timbangan analitik, LAF (Laminar Air Flow), Microwave,
Kertas label, Selotif, Botol kultur,, Kantong plastik, Jarum ose, Mikroskop, Cork borer,
Mistar/pengaris.
Bahan:
Aquades, Alkohol, Media Potato Dekstrose Agar (PDA), Tanah tempat pembuangan
sampah, Capsicum annum L. yang terserang penyakit Cescospora capsici
Prosedur Penelitian
Isolat Cendawan Antagonis dari Tanah di Tempat Pembungan Sampah
Mikroba cendawan antagonis dari tanah di tempat pembungan sampah digunakan
untuk menanggulangi penyakit bercak daun (Cescospora capsici) yang menyerang daun
Capsicum annum L. Menurut Sastrahidayat (1996), mikroba cendawan antagonis
didapatkan melalui beberapa tahapan, diantaranya dengan cara:
1. Mengambil sampel dari sumber inokulum dengan cara mengambil tanah tempat
pembungan sampah dengan kedalaman ± 10 cm sebanyak 1 kilogram.
2. Tanah yang sudah diambil dimasukkan ke dalam kantong plastik.
3. Mengisolasi isolat mikroba cendawan antagonis dari tanah tempat pembuangan sampah
dengan metode pengenceran berseri.
4. Mengsuspensikan sebanyak 1 gr contoh tanah dengan 10 ml aquades steril.
5. Suspensi tersebut dikocok dengan menggunakan shaker berkecepatan 2000 rpm selama
15 menit, selanjutnya di pindahkan sebanyak 1 ml suspensi tersebut kedalam 9 ml
aquades pada tabung reaksi dengan demikian diperoleh tingkat pengenceran 10-1 dan
seterusnya.
6. Melakukan pengenceran dengan cara yang sama dan diperoleh suspensi 10-2, 10-3, 10-4 ,
10-5 , 10-6 , 10-7 , 10-8.
7. Untuk mendapatkan cendawan antagonis, 1 ml masing-masing suspensi dari tingkat
pengenceran 10-6, 10-7, 10-8 dituangkan kedalam cawan petri yang kemudian
ditambahkan 10 ml media PDA yang telah cair tetapi tidak terlalu panas (45 oC),
kemudian diaduk dengan cara memutar cawan sehingga tercampur rata.
8. Selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang selama 2-3 hari, masing-masing pengenceran
diulang sebanyak 2 kali.
9. Mikroorganisme yang tumbuh dimurnikan dengan memindahkan isolat secara berulangulang pada media PDA hingga murni. Isolat yang telah murni, kemudian di uji
antagonis. Selanjutnya dibuat kultur sediaan dan disimpan untuk pengujian yang ingin
dilakukan.
857
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Isolat Jamur Patogen pada Bercak Daun (Cescospora capsici)
Langkah-langkah dalam pembuatan isolat jamur patogen (Cescospora capsici) pada
media PDA (Potato Dekstose Agar) sebagai berikut:
1. Mengambil bagian daun yang terkena penyakit Cescospora capsici dari lapang.
2. Isolasi dilakukan dengan memotong bagian daun yang terserang Cescospora capsici
dengan cork borer steril, kemudian dimasukkan ke dalam alkohol 70% selama kurang
lebih 3 menit.
3. Potongan daun tersebut kemudian dimasukkan ke dalam aquades steril selama 15 menit
dan dimasukkan kembali ke dalam aquades steril baru selama 15 menit. Perlakuan
tersebut di ulang 2 (dua) kali.
4. Mengambil potongan daun tersebut kemudian diletakkan diatas kertas tissue bersih
untuk menghilangkan larutan aquades yang tersisa,
5. Memasukkan potongan daun tersebut ke dalam cawan petri yang berisi media agar 4
sampai 5 potongan daun untuk tiap cawan petri, kemudian menutup cawan petri dengan
rekat dan rapap menggunakan plastik warping .
6. Menaruh cawan petri dalam suhu kamar dalam posisi terbalik sehingga hasil isolasi
tersebut dapat tumbuh dengan baik.
7. Semua perlakuan dilakukan di dalam LAF.
8. Memberi kode untuk setiap sampel yang ditanam.
Pemurnian
Langkah-langkah dalam pemurnian pada media PDA (Potato Dekstose Agar)
seperti, pemurnian diambil dari isolasi mikroba yang telah dilakukan sebelumnya,
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Pemurnian Cendawan
1. Setelah di inkubasikan dan media PDA mulai ditumbuhi dengan mikroorganisme
kemudian dilakukan pemurnian.
2. Setiap jenis mikroba yang berada dalam cawan petri kemudian diambil dengan
menggunakan jarum ose dan di tumbuhkan pada cawan petri yang berisi media PDA,
kemudian menutup cela cawan petri dengan plastik wraping hingga rapat dan rekat.
3. Menginkubasikan cawan petri pada suhu kamar dalam posisi terbalik dan dilakukan
pengamatan untuk mengtahui perkembangan mikroba.
4. Semua perlakuan dilakukan di dalam LAF.
Pengujian
Langkah-langkah pengujian cendawan antagonis terhadap penyakit bercak daun
(Cescospora capsici) pada Capsicum annum L. menurut Sastrahidayat (1996), dengan cara
sebagai berikut:
1. Media PDA dalam cawan petri yang ditumbuhi jamur patogen bercak daun dilubangi
dengan menggunakan cork borrer (alat pelubang). Ukuran 0,5 cm.
2. Jamur patogen bercak daun kemudian diambil menggunakan jarum ose yang steril.
Kemudian diletakkan pada medianPDA yang baru dengan jarak 3 cm dari bagian tepi
cawan petri, jarum ose dipanaskan dengan lampu bunsen dan dimasukkan dalam
alkohol 70% kemudian di sterilkan kembali dengan bunsen.
3. Mengambil mikroba yang sebelumnya telah dilubangi dengan cork borer yang steril,
kemudian diambil dengan jarum ose steril dan diletakkan berhadapan dengan jamur
858
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
patogen berjarak 3 cm dari bagian tepi cawan petri. Jarum ose kembali dipanaskan dan
dimasukkan ke dalam alkohol 70%.
4. Cawan petri selanjutnya ditutupi dengan plastik wraping, kemudian diinkubasikan pada
suhu kamar dalam posisi terbalik.
5. Melakukan pengamatan sampai mulai muncul gejala penghambatan oleh mikroba
antagonis dan kecepatan pertumbuhan.semakin luas zona terang yang terbentuk berarti
semakin efektif kerja mikroba tersebut menghambat patogen. Namun jika tidak
terbentuk zona terang diantara biakan koloni, maka yang dilakukan adalah menghitung
luas patogen saat di tumbuhkan pada cawan petri tanpa mikroba antagonis dan juga
menghitung luasnya saat di tumbuhkan bersama dengan mikroba antagonis. dengan
menggunakan rumus.
HASIL PENELITIAN
Isolat Patogen Penyebab Bercak Daun (Cescospora capsici)
Hasil isolat penyakit bercak daun disajikan pada gambar 4.1 dimana terdapat jenis bercak
pada daun yang terserang penyakit kemudian di inokulum dan menjadi biakan murni,
tampak spora dan miselium patogen bercak daun
A
B
Q
Q
Koloni kapang patogen bercak
daun (Cescospora capsici) secara
makroskopis
Koloni kapang patogen bercak
daun (Cescospora capsici) secara
mikroskopis perbesaran 400 X
Daun Capsicum annum L. yang
terserang kapang patogen bercak
daun (Cescospora capsici)
Isolat langsung daun Capsicum
annum L.yang terinfeksi kapang
patogen pada media PDA
C
D
Q
Koloni kapang patogen bercak
daun (Cescospora capsici) secara
makroskopis
Q
Koloni kapang patogen bercak
daun (Cescospora capsici) secara
mikroskopis perbesaran 400 X
Gambar 1.Tahap-Tahap Isolat Patogen Bercak Daun (Cescospora capsici) pada Capsicum
annum L.(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015).
859
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Cendawan Antagonis Tanah di Tempat Pembuangan Sampah
Isolat mikroba antagonis dari tanah tempat pembuangan sampah ditumbuhkan pada media
PDA, dari isolat tersebut di peroleh beberapa isolat cendawan tanah. Berdasarkan gambar
mikroba cendawan antagonis pada tanah tempat pembuangan sampah akan disajikan lebih
detail secara makroskopik dan mikroskopik pada Tabel 1. sebagai berikut:
Tabel 1. Ciri-ciri dan Gambar Mikroba Cendawan Antagonis secara Makroskopis dan
Mikroskopis Antagonis Tanah Tempat Pembuangan Sampah
Kode
Ciri-ciri
A
Tricoderma
harzianum
B
Aspergilus
niger
C
Aspergilus
flavus
Gambar
makroskopis
Gambar Mikroskopis
(Perbesaran 400 X)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015).
Isolat 1
Hasil dari isolat mikroba cendawan antagonis tanah tempat pembuangan sampah
dilihat secara makroskopik maupun mikroskopik menunjukkan bahwa,isolat dari kode A di
indikasikan merupakan spesies dari Trichoderma harzianum yang memiliki ciri-ciri koloni
jamur pada media PDA berwarna hijau kekuningan, diselimuti rumbai konidiofor yang
rapat. Diameter koloni mencapai 9 cm dalam waktu 5 hari (Gambar 4.2) kode A. Menurut
Robert el al (1984) ciri koloni tersebut di duga termasuk spesies Tricoderma sp.
Isolat dengan kode A mempunyai ciri-ciri konidiofor dan percabangan banyak,
konidia berukuran 2,4-3,6 X 2-2,4 µm. phialid berukuran 3,5-7 x 3-3,5 µm. Klasifikasi
jamur tersebut adalah Kingdom Fungi, kelas Deuteromycetes, ordo Moniliales, family
Monoliaceae, genus Trichoderma, spesies Trichoderma harzianum (Domsch, 1980).
Isolat 2
Hasil dari isolat mikroba cendawan antagonis dilihat secara makroskopik dan mikroskopik
menunjukkan bahwa, isolat dari kode B di indikasikan merupakan spesies dari Aspergillus
860
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
niger yang memiliki ciri-ciri, hifa bersekat, konidia bulat hingga lonjong, tipe percabangan
monoverticillate dan biverticellate, koloni berupa kumpulan titik-titik berwarna hitam dan
menyebar pada media biakan cawan petri. Konidiofor panjang, hialin ujungnya membesar,
konidia berangkai-rangkai menempel pada ujung konidiofor dan secarah keseluruhan
rangkai konidia pada konidiofor tampak berwarna gelap (Hunter, 1972). Klasifikas,
Kingdom Fungi, Filum Ascomycota, Kelas Eurotiomycetes, Ordo Eurotiales, Famili
Trichocomaceae, Genus Aspergillus, Spesies Aspergillus niger(Domsch, 1980).
Isolat 3
Sedangkan hasil dari isolat mikroba cendawan antagonis dilihat secara makroskopik dan
mikroskopik menunjukkan bahwa, isolat dari kode C di indikasikan merupakan spesies
dari Aspergillus flavus yang memiliki ciri-ciri, koloni berwarna hijau mudah dengan titik
sporanya lebih kecil dan halus, koloni lebih rapat dan terdapat titik pusat berwarna lebih
tua. Konidiofor lebih pendek dan kumpulan sporanya yang terletak pada fialid (suatu sel
menyerupai botol yang membentuk konidia berantai melalui ujungnya) terlihat lebih keci,
spora berbentuk seperti butiran-butiran kecil yang mudah lepas dan berterbangan, memiliki
spora sel tunggal (konidia) tumbuh pada ujung sterigma yang tersusun dari ujung
konidiofor (Burnett, 1972). Menurut Robert et al (1984) digolongkan spesies Aspergillus
niger. Klasifikas pada Aspergillus flavus yaitu, Kingdom Fungi, Filum Ascomycota, Kelas
Eurotiomycetes, Ordo Eurotiales, Famili Trichocomaceae, Genus Aspergillus, Spesies
Aspergillus flavus.
Pengaruh Cendawan Antagonis Tanah di Tempat Pembuangan Sampah terhadap
Pengendalian Penyakit Bercak Daun (Cescospora capsici) pada Capsicum annum L.
secara in Vitro
Kemampuan antagonistik dilakukan pengujian mikroba antagonis terhadap patogen
bercak daun (Cescospora capsici)
Uji Antagonistik Mikroba Antagonis dengan Bercak Daun (Cescospora capsici)
Uji antagonistik secara in vitro dilakukan dengan metode dual method pada
medium PDA dalam cawan petri berdiameter 10 cm. mekanisme penghambatan yang
terjadi pada uji antagonisme adalah antibiosis dan hiperparasit yang dapat diamati dengan
terbentuknya zona bening sebagai zona penghambat pertumbuhan bagi Cescospora
capsici(antibiosis) dan pertumbuhan miselium dari cendawan antagonis yang menutupi
seluruh permukaan medium termasuk koloni Cescospora capsici(hiperparasit).
Pengamatan penghambatan pertumbuhan Cescospora capsicidilakukan sejak
inkubasi hari ke nol sampai hari ke delapan. Pada hari pertama dan kedua selama
pengamatan, belum terjadi mekanisme antagonis antara kedua kapang dimana masing
masing tumbuh tanpa saling mempengaruhi karena jarak tumbuh kedua biakan tersebut
cukup lebar yakni 3 cm. Pada hari ketiga telah tampak bahwa pertumbuhan kedua bikan
tersebut saling mendekati sehingga terbentuklah zona penghambatan bagi Cescospora
capsici (lebih dari 5 mm). zona penghambatan ini tidak bersifat tetap selama pengamatan,
sampai pada hari kedelapan lebar zona bening yang terbentuk semakin menyempit (kurang
dari 5 mm).adapun keterangan gambar sebagai berikut:
P: Patogen
A: Antagonis
861
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
A
A
P
1
2
Gambar 2. Hasil Uji Patogen Bercak Daun (Cescospora capsici) dengan Cendawan Antagonis
Trichoderma harzianum (1) Pengukuran dari Sisi Depan, (2) Pengukuran dari Sisi
Belakang(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015).
Gambar 2. menunjukkan bawha, pertumbuhanTrichoderma harzianum semakin cepat
dengan diameter yang hampir memenuhi cawan petri sehingga Cescospora capsici
semakin terdesak karena kehabisan ruang tumbuh. Akibat jari-jari pertumbuhan biakan
Cescospora capsiciyang mendekati biakan Trichoderma harzianum lebih kecil daripada
yang menjauhi Trichoderma harzianum ruang dalam medium sudah benar-benar habis,
maka Cescospora capsicitumbuh dengan arah tumbuh ke atas. Pada pengamatan setelah
hari kedelapan menunjukkan bahwa spora Trichoderma harzianum telah menyerang
Cescospora capsicidengan mekanisme penetrasi hifa yaitu kemampuan Trichoderma
harzianum melilit hifa Cescospora capsiciterlihat secara morfologi.
Gambar 3. Hasil Uji Patogen Bercak Daun (Cescospora capsici) dengan Cendawan Antagonis
Aspergillus niger (1) Pengukuran dari Sisi Depan, (2) Pengukuran dari Sisi Belakang(Sumber:
Dokumentasi Pribadi, 2015).
Gambar 3. menunjukkan bahwa, pertumbuhan Aspergillus niger semakin cepat dengan
diameter yang hampir memenuhi cawan petri sehingga Cescospora capsici semakin
terdesak karena kehabisan ruang tumbuh. Akibat jari-jari pertumbuhan biakan Cescospora
capsiciyang mendekati biakan Aspergillus niger lebih kecil daripada yang menjauhi
Aspergillus niger ruang dalam medium sudah benar-benar habis, maka Cescospora
capsicitumbuh dengan arah tumbuh ke atas. Pada pengamatan setelah hari kedelapan
menunjukkan bahwa spora Aspergillus niger telah menyerang Cescospora capsicidengan
mekanisme penetrasi hifa yaitu kemampuan Aspergillus nigeryaitu kemampuan
Aspergillus nigermelilit hifa Cescospora capsiciterlihat secara morfologi
862
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
P
P
A
A
Gambar 4. Hasil Uji Patogen Bercak Daun (Cescospora capsici) dengan Cendawan Antagonis
Aspergillus flavus (1) Pengukuran dari Sisi Depan, (2) Pengukuran dari Sisi
Belakang(Sumber: Dokumentasi Pribadi,2015).
Gambar 4. menunjukkan bahwa, pertumbuhan Aspergillus flavus semakin cepat
dengan diameter yang hampir memenuhi cawan petri sehingga Cescospora capsici
semakin terdesak karena kehabisan ruang tumbuh. Akibat jari-jari pertumbuhan biakan
Cescospora capsiciyang mendekati biakan Aspergillus flavus lebih kecil daripada yang
menjauhi Aspergillus flavus ruang dalam medium sudah benar-benar habis, maka
Cescospora capsicitumbuh dengan arah tumbuh ke atas. Pada pengamatan setelah hari
kedelapan menunjukkan bahwa spora Aspergillus flavus telah menyerang Cescospora
capsicidengan mekanisme penetrasi hifa yaitu kemampuan Aspergillusflavus yaitu
kemampuan Aspergillus flavusmelilit hifa Cescospora capsic terlihat secara morfologi
pada Gambar 4.
Hasil Isolat Spesies Cendawan Tanah di Tempat Pembuangan Sampah yang Paling
Optimal Menghambat Pertumbuhan Penyakit Bercak Daun (Cescospora capsici)
pada Tanaman Capsicum annum L. secara in Vitro
Hasil uji patogen penyakit bercak daun (Cescospora capsici) dengan cendawan
antagonis dengan Gambar 4.2, 4.3 dan 4.4 didapatkan bahwa cendawan antagonis A, B,
dan Cdapat menekan pertumbuhan patogen sampai hari ke-8. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan diperoleh data rata-rata diameter zona hambat pada masing-masing
perlakuan luas koloni patogen (P) dan luas koloni antagonis cendawan (A) dari hasil uji
patogen bercak daun (Cescospora capsici) dan uji antagonis berikut adalah ringkasan dari
data tersebut:
863
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Tabel 4.3 Rata-rata Luas Pertumbuhan Diameter Zona Hambat pada Masing-masing
Perlakuan.
RataUlangan
Perlakuan
rata ±
1
2
3
4
5
6
7
8
SD
Patogen A
0,58 0,24 0,07
0,29
0,57
0,11
0,09
0,32
Patogen B
0,59 0,62 0,48
0,45
0,51
0,55
0,52
0,48
Patogen C
0,37 0,48 0,56
0,38
0,50
0,45
0,59
0,32
0,284±
0,202
0,525±
0,059
0,459±
0,095
Gambar 4.4 Grafik Rata-Rata Luas Pertumbuhan Diameter Zona Hambat
Keterangan :
Patogen A :Trichoderma harzianum
Patogen B : Aspergillus niger
Patogen C : Aspergillus flavus
Berdasarkan Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa, pemberian patogen dapat
mempengaruhi perkembangan zona hambat. Patogen yang memberikan zona hambat
tertinggi mengindikasikan bahwa jenis patogen tersebut adalah efektif. Berdasarkan ratarata terlihat bahwa jenis patogen B mampu memberikan zona hambat tertinggi
dibandingkan dengan jenis patogen yang lain, untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan yang signifikan diantara jenis patogen maka selanjutnya dilakukan analisis data
khususnya uji One-Way Anova.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan didapatkan beberapa kesimpulan yaitu
sebagai berikut:
1. Dari lahan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Desa Pakisaji-Kecamatan
Pakisaji-Kabupaten Malang, ditemukan 3 jenis cendawan antagonis untuk
mengendalikan patogen bercak daun (Cescospora capsici) pada tanaman Capsicum
annum L. yaitu Trichoderma harzianum, Aspergillusniger dan Aspergillus flavus.
864
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
2.
3.
Hasil analisis diperoleh data bahwa, antara patogen A dengan patogen B dapat
diartikan yaitu, pertumbuhan diameter zona hambat pada patogen A berbeda
signifikan dengan patogen B secara statistik. Sedangkan antara patogen C dengan
patogen A dan patogen C dengan patogen B tidak berbeda signifikan artinya, kedua
pasang jenis patogen ini memiliki pertumbuhan diameter zona hambat yang tidak
berbeda signifikan secara statistik.
Rata-rata pertumbuhan diameter zona hambat tertinggi terdapat pada perlakuan
dengan jenis patogen B. Hal ini berarti bahwa jenis patogen ini paling efektif untuk
meningkatkan pertumbuhan diameter zona hambat dibandingkan dengan kedua jenis
patogen yang lain.Semua mikroba antagonis tersebut efektif dalam menghambat
pertumbuhan patogen bercak daun (Cescospora capsici), tetapi yang paling efektif
pada isolat 2 atau patogen B yaitu Aspergillus niger
DAFTAR PUSTAKA
Arini, Liss Dyah Dewi, Suranto dan Edwi Mahajoeno. 2013. Studi Morfologi dan
Anatomi Pada Tanaman Capsicum Annuum L. Terinfeksi Virus di Daerah Eks
Karesidenan Surakarta. Jurnal El-Vivo. Volume.1, No.1, Hal 45-54, ISSN: 23391901. Studi Biosain Pascasarjana Universitas Negeri Surakarta.
Barnett, H.L. 1972. Illustrate Genera of Imperfect Fungi. Macmillan Publishing Company
: New York.
Cahyanto, Dedy Dwi. 2009. Isolasi dan Uji Mikroba Antagonis Potensial dari Rhizosfir
Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill.) terhadap pathogen Embun Tepung dan
Bercak Daun secara in Vitro. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Muhammadiyah Malang.
Cappuccino, G James, and Sherman, Natalie. 1983. Mikrobiology A Laboratory Manual .
Addison-Wesley Publishing Company.
Gusnawaty, HS dan Muhammad Taufik. 2014. Karakterisasi Morfologis Trichoderma Spp.
Indigenus Sulawesi Tenggara. Jurnal Agroteknos. Volume. 4 No. 2. Hal 87-93
ISSN: 2087-7706. Fakultas Pertanian. Universitas Halu Oleo. Kendari.
Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga: Jakarta.
Purwantisari, Susiana dan Rini Budi Hastutik, 2009, Uji Antagonisme Jamur Patogen
Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman
Kentang Dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal. Jurnal Bioma.
Volume. 11, No.1, ISSN. 1410-8801, Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi
FMIPA, Universitas Diponogoro.
Prakosa, Seno. 2009. Isolasi dan Uji Mikroba Antagonis Potensial dari Rhizosfir dengan
Penyakit Busuk Buah (Gloeosporium sp) dan Mata Ayam (Helminthosporium
populosum) Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill). Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Muhammadiyah Malang.
Semangun, Haryono. 2007. Penyakit-penyakit Tanaman Holtikultura di Indonesia. Gadjah
mada University Press : Yogyakarta.
Suparman, dan Ama. 2006. Bercocok Tanam Cabai. Azka Press: Jakarta.
Waluyo, lud. 2012. Mikrobiologi Umum. UMM Press : Malang.
Waluyo, Lud. 2013. Mikrobiologi Lingkungan. UMM Press : Malang.
865
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Widodo, Feno. 2005. Kajian Antagonistik Beberapa Mikroba Tanah dari Lahan Apel
(Malus silvetris Mill.) Organik dan Anorganik terhadap Patogen Bercak Daun dan
Antraknosa. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang.
Winarni, Ririn, 2003. Uji Antagonistik Beberapa Mikroba Potensial terhadap Jamur
Fusarium oxysporum f.sp. cubense dari beberpa Daerah secara in Vitro. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang
866
Download