(ASI) Air Susu Ibu - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Air Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu
yang berguna sebagai makanan yang utama bagi bayi (Roesli,2000).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang mudah didapat, selalu
tersedia, siap diminum tanpa adanya persiapan yang khusus dengan temperatur
yang sesuai dengan bayi. Air Susu Ibu (ASI) memiliki kandungan zat gizi yang
lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat-zat gizi yang
lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandungi zat anti infeksi.
Oleh karenanya Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan terbaik dan
paling cocok untuk bayi (Perinasia,2004).
Banyak keunggulan Air Susu ibu dibanding susu sapi,antara lain:
1. Air Susu Ibu mengandung zat makanan yang dibutuhkan bayi dalam
jumlah yang cukup dengan susunan zat gizi yang sesuai untuk bayi.
2. Air Susu Ibu sedikit sekali berhubungan dengan udara luar, sehingga
Air Susu Ibu bersih dan kecil kemungkinan tercemar oleh kuman.
3. Air Susu Ibu selalu segar dan temperatur Air Susu Ibu sesuai dengan
temperatur tubuh bayi.
4. Mengandung zat kekebalan (immunoglobulin). Antibodi dalam Air
Susu Ibu dapat bertahan di dalam saluran pencernaan karena tahan
terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat
lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri
patogen dan
enterovirus masuk ke mukosa usus.
5. Air Susu Ibu tidak menimbulkan alergi.
6. Kolostrum (susu awal) adalah Air Susu Ibu yang keluar pada hari-hari
pertama setelah kelahiran bayi, bewarna kekuning-kuningan, dan lebih
kental, karena banyak mengandung vitamin A, protein dan zat
kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi.
Universitas Sumatera Utara
Kolostrum juga mengandung vitamin E dan K serta beberapa mineral
seperti natrium dan seng (Depkes,2005, Perinasia,2004).
2.2. Stadium ASI (Purwanti, 2004).
2.2.1. ASI Stadium I
ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang
pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4 setelah
persalinan komposisi kolostrum ASI mengalami perubahan. Kolostrum berwarna
kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup.
Kolostrum merupakan pencahar yang membersihkan mekonium sehingga mukosa
usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini
menyebabkan bayi yang mendapat ASI pada minggu ke-1 sering defekasi dan
feses berwarna hitam.
Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap
melindungi bayi saat kondisinya masih lemah. Kandungan protein dalam
kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur.
Jenis protein globulin membuat konsistensi kolostrum menjadi pekat ataupun
padat sehingga bayi lebih lama merasa kenyang meskipun hanya mendapat sedikit
kolostrum.
Lemak kolostrum lebih banyak mengandung kolesterol dan lisotin
sehingga bayi sejak dini sudah terlatih mengolah kolesterol. Kandungan hidrat
arang kolesterol lebih rendah dibandingkan susu matur akibat dari aktivitas bayi
pada 3 hari pertama masih sedikit dan tidak memerlukan banyak kalori. Total
kalori kolostrum hanya 58 kal/100 ml kolostrum.
2.2.2. ASI Stadium II
ASI stadium II adalah ASI peralihan.ASI ini diproduksi pada hari ke-4
sampai hari ke-10. Komposisi protein makin rendah sedangkan lemak dan hidrat
arang makin tinggi dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini
merupakan pemenuhan terhadap aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah
beradaptasi terhadap lingkungan. Pada masa ini,pengeluaran ASI mulai stabil
Universitas Sumatera Utara
begitu juga kondisi fisik ibu. Keluhan nyeri pada payudara sudah berkurang. Oleh
karena itu,yang perlu ditingkatkan adalah kandungan protein dan kalsium dalam
makanan ibu.
2.2.3. ASI Stadium III
ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10
sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah
disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan,
bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain selain ASI.
2.3. Pola Pemberian ASI
Menurut Herniwati (1999), berbagai informasi yang memberikan
gambaran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pola pemberian ASI seperti
kontinuitas pemberian, waktu pemberian, pemanfaatan kolostrum dan usia anak
saat dipilih. Akan tetapi sejalan dengan kemajuan teknologi maka terjadi pula
perubahan ekonomi,sosial,dan budaya masyarakat, maka pola pemberian ASI
sudah banyak diganti dengan susu botol.
Dalam upaya perbaikan gizi keluarga ditekankan agar semua ibu-ibu
menyusui dapat memberikan ASI kepada bayi dan anak-anaknya selama dua
tahun. Dari beberapa tahun penelitian yang dilakukan terdapat bermacam-macam
alasan penyapihan,akan tetapi dapat dikelompokkan menjadi alasan tiga golongan
besar,yaitu:
1. Karena alasan ibu
Keadaan kesehatan ibu dan pembagian waktu yang sulit khususnya pada
ibu bekerja dalam memberikan ASI akan mendorong penyapihan lebih
awal.
2. Karena alasan ASI
Penyapihan akan dilakukan lebih awal bila ASI yang diproduksi oleh ibuibu tidak keluar atau kurang mencukupi bagi bayi.
Universitas Sumatera Utara
3. Karena alasan anak
Keadaan kesehatan anak yang tidak memungkinkan untuk disusui oleh ibu
akan mendorong penyapihan lebih awal. Hal ini dapat terjadi pada bayi
yang harus berada didalam inkubatorium. Dalam usaha penyapihan ini
terdapat juga perbedaan yang nyata antara masyarakat pedesaan dan
perkotaan. Pada masyarakat pedesaan, alasan penyapihan adalah karena
anak sudah besar dan ibu hamil lagi,sedangkan di perkotaan faktor ibu
lebih berperan karena ibu bekerja atau sibuk (Arisman, 2004).
2.4. Zat Gizi ASI
2.4.1. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah
satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2
kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan pada susu sapi. Namun demikian
angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak dapat mencernakan laktosa
(intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini
disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibandingkan laktosa susu
sapi. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi,tetapi jumlahnya
meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan).
Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil (IDAI
Cab.DKI Jakarta,2008).
2.4.2. Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan
protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri
dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri protein whey
yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak
mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein
casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang
mengandung jumlah ini lebih tinggi (80%). Disamping itu, beta laktoglobulin
yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat pada susu sapi tidak terdapat
Universitas Sumatera Utara
dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan sejenis protein yang berpotensial
menyebabkan alergi.
ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik
yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen,karbohidrat,dan fosfat) dibanding
dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Disamping
itu kualitas nukleotida ASI juga lebih baik dibanding susu sapi. Nukleotida ini
mempunyai
peran
dalam
meningkatkan
pertumbuhan
dan
kematangan
usus,merangsang pertumbuhan bakteri yang baik di dalam usus, dan
meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan tubuh (IDAI Cab.DKI
Jakarta,2008).
2.4.3. Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi. Kadar
lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat
selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil lemak yang
ditemukan dalam ASI dan susu sapi. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan
pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI. Disamping itu,ASI
banyak
mengandung
asam
lemak
rantai
panjang
diantaranya
asam
dokosaheksonik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap
perkembangan jaringan saraf dan retina mata.
ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang
dibanding susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Seperti
yang kita ketahui,konsumsi asam lemak jenuh dalam jumlah banyak dan lama
tidak baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah (IDAI Cab.DKI
Jakarta,2008).
2.4.4. Kartinin
Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energy
yang dibutuhkan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung
kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui,bahkan di
dalam kolostrum kadar karnitin lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang
mendapat ASI lebih tinggi dibanding dengan bayi yang mendapat susu formula
(IDAI Cab,DKI Jakarta,2008).
Universitas Sumatera Utara
2.4.5. Vitamin
Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai
factor pembekuan. Vitamin D untuk mencegah bayi menderita penyakit tulang.
Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata dan juga untuk mendukung
pembelahan sel,kekebalan tubuh dan pertumbuhan (IDAI Cab.DKI Jakarta,2008).
2.4.6. Mineral
Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang
mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi
jaringan saraf dan pembekuan darah. Kandungan zat besi di dalam ASI lebih
mudah diserap yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4-7% pada susu formula.
Sehingga bayi yang mendapat ASI mempunyai resiko lebih kecil untuk
mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan bayi yang mendapat susu
formula. Mineral zink dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral yang
banyak membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh (IDAI Cab.DKI
Jakarta,2008).
2.5. ASI Eksklusif
Yang dimaksudkan dengan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI
secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan
padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim.
Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu
setidaknya selama 4 bulan tetapi bila memungkinkan sampai 6 bulan. Setelah bayi
berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan
ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih dari 2 tahun.
Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi
hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini
sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI
bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hal-hal di atas, WHO/UNICEF membuat deklarasi yang
dikenal dengan Deklarasi Innocenti. Deklarasi yang dilahirkan di Innocenti, Italia
tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberi
dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi yang juga ditandatangani Indonesia ini
memuat hal-hal berikut.
“Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan
bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua
bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4 hingga 6 bulan. Setelah
berumur 4-6 bulan, bayi diberi makanan pendamping yang benar dan tepat,
sedangkan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih.Pemberian
makanan untuk bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan
pengertian serta dukungan dari lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui
secara eksklusif “
Pada tahun 1999,setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF
memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI
eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama WHA
dan banyak negara
lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
(Roesli,2005).
2.6. Manfaat ASI Eksklusif
2.6.1. Manfaat bagi Bayi
Adapun manfaat ASI eksklusif bagi bayi (Roesli,2005), yaitu:
1. ASI sebagai nutrisi dimana ASI sebagai makanan tunggal untuk
memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena mengandung berbagai zat
anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. ASI juga mengurangi
terjadinya mencret, sakit telinga, dan infeksi saluran pernafasan serta
terjadinya serangan alergi.
Universitas Sumatera Utara
3. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan karena mengandung asam lemak
yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI eksklusif
potensial lebih pandai.
4. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih saying sehingga dapat
menunjang
perkembangan
kepribadian,
kecerdasan
emosional,
kematangan spiritual dan hubungan sosial yang baik.
2.6.2. Manfaat Bagi Ibu
Adapun manfaat ASI eksklusif bagi ibu bila memberikan ASI eksklusif
(Roesli,2005), yaitu:
1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan karena pada ibu menyusui
terjadi
peningkatan
kadar
oksitosin
yang
berguna
juga
untuk
konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih
cepat berhenti.
2. Mengurangi terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi karena
menyusui mengurangi perdarahan.
3. Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan cara kontrasepsi
yang aman, murah dan cukup berhasil.
4. Mengecilkan rahim karena kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat
membantu rahim ke ukuran sebelum hamil.
5. Lebih cepat langsing kembali karena menyusui membutuhkan energi maka
tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil.
6. Mengurangi kemungkinan menderita kanker.
7. Lebih ekonomis dan murah karena dapat menghemat pengeluaran untuk
susu formula, perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan susu
formula.
8. Tidak merepotkan dan hemat waktu karena ASI dapat diberikan segera
tanpa harus menyiapkan atau memasak air.
9. Portabel dan praktis karena mudah dibawa kemana-mana sehingga saat
bepergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk meyusui.
Universitas Sumatera Utara
10. Memberi ibu kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam
karena telah berhasil memberikan ASI eksklusif.
2.6.3. Manfaat Bagi Negara
Pemberian ASI eksklusif akan menghemat pengeluaran Negara karena
hal-hal berikut ini (Roesli,2005) :
1. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan
menyusui, serta biaya menyiapkan susu.
2. Penghematan biaya rumah sakit terutama sakit muntah-mencret dan
penyakit saluran pernafasan.
3. Penghematan obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan.
4. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas
untuk membangun Negara.
5. Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan
terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Download