III. ZOONOSIS MIKOTIK ASPEGILLOSIS 1. Sinonim

advertisement
III. ZOONOSIS MIKOTIK
ASPEGILLOSIS
1. Sinonim :
Pada manusia : - Pneumonomyeosis
Pada hewan : - Bronchomycosis
2. Etiologi: Aspergillus sp., terutama Aspergillus fumigates
3. istribusi: di seluruh dunia
4. Kejadian dan penyakit pada manusia :
bersifat sporadik
faktor-faktor predisposisi:
pemakaian obat-obat dalam waktu yang cukup lama:
* antibiotika
* corticosteroid
kondisi tubuh yang lemah karena inenderita:
* penyakit kronis
* penyakit sistem imun
kontak dengan spora jamur dalam waktu yang cukup lama.
ada 2 bentuk aspergillosis :
a. terlokaliser
: aspergilioma pada pharynx
b. menyebar
: jaringan tubuh
gejala :
biasanya merupakan infeksi saluran nafas: asthma
bentuk teriokaliser :
* batuk
* hemoptysis
bentuk raenyebar :
* bronchopneumonia
* meningitis
* mediastinitis
* septicemia
* endocarditis
5. Kejadian dan penyakit pada hewan :
bersifat sporadik
hewan yang diserang:
= unggas
= mammalia terutarma sapi
Universitas Gadjah Mada
28
SAPI :
terutama sapi - sapi yang dikandangkan
biasanya terjadi pada kebuntingan 3 bulan terakhir
gejala :
= abortus
= placentitis
= retensi placenta
= fetus mengalami dermatitis dan bronchopneumonia
UNGGAS :
dapat bersifat :
= sporadik / kronis (pada unggasdewasa)
= akut (pada unggas muda)
gejala pada ayam dewasa (merupakan infeksi saluran nafas):
= demam
= anorexia
= sesak nafas
= kurus
= batuk
gejala pada ayam muda :
anorexia
sukar nafas
bila menginfeksi otak, dapat lumpuh
bila menginfeksi mata, mata tertutup cairan kuning kental
pertumbuhan anak ayam jadi lambat
6. Kejadian dan penyakit di Indonesia:
aspergillosis pertama kali dilaporkan terjadi pada ayam, yaitu pada tahun 1952.
unggas yang diserang:
= ayam (ras dan buras)
= itik
= burung terutama kakatua
* yang terserang : paru-paru dan kantong udara
* etiologi pada ayam: = A. fumigatus
= A. flavus
= A. niger
pada tahun 1992, ditemukan kasus aspergillosis mata pada anak-anak ayam
buras umur
1
- 3 bulan di Kalimantan Selatan, yang penyebabnya adalah A.
fumigatus dan A. flavus.
Gejala yang terlihat :
= kebengkakan mata unilateral / bilateral
= diarrhea bewarna biru kehijauan
= lesu
= anorexia
Universitas Gadjah Mada
29
= kakinya tampak kering
= berakhir dengan kematian.
kerugian ekonomi karena :
kematian anak ayam terutama karena aspergillosis paru—paru
terjadinya abortus pada sapi.
7. Sumber infeksi :
Pada manusia / sapi:
= spora A. fumigatus pada rumput yang digunakan
sebagai pakan dan alas tidur hewan.
Pada ayam : = pakan (biji-bijian / sisa—sisa inakanan)
= alas kandang yang kotor
= mesin tetas / inkubator yang kotor
8. Cara penularan :
Pada manusia / sapi :
= inhalasi spora A. fumigatus
= penularan manusia - manusia tidak terjadi.
Pada anak ayam; = inhalasi spora A. fumigatus
= melalui mesin tetas / inkubator.
9. Diagnosa :
Specimen diambil dari :
a. jaringan terinfeksi :
pada unggas : paru-paru atau kantong udara, yang diambil secara steril
dan dimasukkan tabung steril, atau diberi chloramphenicol
untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
pada sapi yang abortus : kotiledon yang menebal / mengeras yang diambil
secara steril.
b. dari hewan hidup : = sputum
= cairan bronchus
Kemudlian diagnosa dilakukan dengan cara :
Isolasi dan identifikasi jamur A. fumigates :
Pemeriksaan mikroskopis dengan preparat apus.
Biakan dalam media buatan (agar Sabouraud glukosa yang dibubuhi
chioramphenicol).
Universitas Gadjah Mada
30
10. Pencegaban dan pengendalian :
Pada manusia :
a. Batasi pernakaian obat-obat antibiotika dan corticosteroid.
b. Kontrol penyakit-penyakit yang menyertai.
c. Hindari mengisap debu tanaman berjamur, misalnya rumput kering.
Pada hewan :
a. Hewan penderita / tersangka harus diisolasi.
b. Rumput busuk jangan dipakai untuk pakan / alas tidur hewan.
c. Jaga agar pakan / alas tidur hewan tetap kering.
d. Tindakan sanitasi yang balk.
11. Pengobatan :
Pada manusia : - pengobatan immunosuppressive dihentikan atau dikurangi
sebanyak mungkin.
- ampbotenicin B fungizone) dapat diberikan pada aspergillosis yang
menyerang jarIngan.
Pada hewan : - tidak ada obat yang eiektif dan ekonomis untuk unggas.
- griseofulvin dapat diberikan pada hewan besar dan membenikan
hasil yang memuaskan, tetapi biayanya cukup tinggi.
Universitas Gadjah Mada
31
DERMATOPHYTOSIS
1. Sinoniin : - Kurap
- Dermatomycosis
- Tinea
- Ringworm
2. Etiologi : - Microsporum sp.
- Trichophyton sp.
- Epidermophyton floccosuni (hanya pada manusia).
3. Distribusi : - di seluruh dunia, terutama di Negara - negara dengan iklirn panas dan
lembab.
4. Kejadian dan penyakit pada manusia :
sering terjadi, tapi tidak dilaporkan ataupun ke dokter.
merupakan infeksi superficial bagian keratin tubuh (rambut / bulu, kulit, dan kuku).
menurut reservoirnya, dermatophytosis dibagi menjadi 3, yaitu:
a. anthropophulic : reservoirnya manusia
contoh : M. audouini
b. zoophilic : reservoirnya hewan
contoh : M. canis
: T. mentagrophytes
: T. verrucosum
c. geophilic: reservoirnya tanah
contoh : = M. gypseum
lesi-lesi zoophilic dan geophilic lebih akut daripada lesi anthropophilic.
species zoophilic tidak ditularkan dan manusia ke manusia, sehingga tidak
menyebabkan epidemik, sedang species anthropophilic menyebabkan
epidemik.
di negara-negara maju, insiden species anthropophilic sudah menurun,
sehingga species zoophilic lebih penting, karena merupakan sumber
infeksi bagi manusia.
anak-anak sebelum pubertas sangat peka terhadap M. canis.
menurut tempat infeksinya, dermatophytosis dibagi menjadi 4, yaitu :
Universitas Gadjah Mada
32
a. Tinea capitis : pada kulit kepala dan kulit daerah jenggot.
b. Tinea pedis : pada kulit kaki.
c. Tines cruris dan Tines corporis:
T. cruris : pada lipat paha dan daerah perianal
P. corporis : pada kulit tubuh selain kulit kepala, daerah
jenggot dan kaki.
d. Tinea unguiurn (onychomycosis): pada kuku tangan dan kuku kaki.
TINEA CAPITIS :
* etiologi : 1. Microsporurn sp. : = M. canis
= M. audouini
2. Trichophyton sp. : T. mentagrophytes var. metagrophytes
= T. verrucosum
* gejala :
mula-mula terlihat adanya papula kecil
kemudian menyebar ke perifer, sehingga timbul bercak-bercak pada kulit
kepala
rambut jadi rapuh dan mudah putus, sehingga terlihat botak temporer
kadang-kadang lesi berkenibang menjadi lunak, basah, membentuk tonjolan
dan suppuratif. Lesi mi disebut kerion.
* cara penularan :
= kontak dengan kulit, rambut / bulu penderita, misalnya :
melalui gunting, sikat, dan sisir di salon.
pakaian dan topi.
menyayang kucing dengan kepala.
* pengobatan :
= griseofuivin per oral selama 4 minggu.
TINEA PEDIS :
* etiologi : 1. Trichophyton sp. : = T. rubrum
= T. mentagrophytes var. interdigitale
2. Epidermophyton floccosum
* gejala :
kulit diantara jan kaki terlihat bersisik dan retak-retak, atau lepuh-lepuh berisi
cairan seperti air.
terjadi pada kaki atletik, dan lebih sering pada laki-laki dewasa daripada
perempuan.
Universitas Gadjah Mada
33
* cara penularan :
kontak iangsung dengan lesi-lesi kulit pendenita. kontak tidak langsung
dengan lantai, kamar mandi dan barangbarang lain yang dipakai penderita.
Pengobatan :
obat topical : - ketoconazole
- iniconazole
pakai sandal terbuka dan bedak anti jamur.
TINEA CRURIS dan TINEA CORPORlS :
* etiologi :
1. fucrosporurri sp.
2. Trichophyton sp.
3. Tpidermopbyton Floccosum.
* geajala :
lesi berbentuk cincin, datar dan menyebar, dengan tepi kemerah-merahan,
vesikuler / pustuler, mungkin kering bersisik atau basah berkerak.
waktu lesi menyebar ke tepi, sentralnya bersih seperti kulit normal,
Laki-laki lebih sering terserang daripada perempuan.
Cara penuaran :
kontak langsung dengan : - lesi kulit kepala pendenita.
- lesi pada hewan.
kontak tidak langsung dengan: - lantai tercemar, dsb.
Pengobatan :
mandi dengan air dan sabun.
obat topical : - ketoconazole
- miconazole
obat per oral: - griseofulvin
- ketoconazole bila resisten terhadap
griseofulvin, tapi obat mi bersifat
hepatotoxic.
TINEA UNGUIUM / ONYCHMYCOSIS :
* etiologi : 1. Epidermophyton floccosuta
2. Trichophyton sp.
3. Microsporum sp. : jarang
Universitas Gadjah Mada
34
* gejala :
kuku berangsur jadi tebal, pucat dan mudah rusak.
di bawah kuku terlihat akumulasi material seperti keju, atau kuku menjadi
seperti kapur dan lepas.
cara penularan :
kontak langsung dengan lesi kuku / kulit penderita.
kontak tidak langsung dengan lantai, kamar mandi tercemar, dsb.
* pengobatan :
griseofulvin per oral sampai kuku tumbuh (± 6 bulan untuk kuku tangan, dan
18 bulan untuk kuku kaki).
5. Kejadian dan penyakit pada hewan :
Etiologi : = Microsporum sp.
= Trichophyton sp.
hewan yang diserang :
= anjing dan kucing
= sapi
= kuda
= domba dan kambing
= unggas
= rodentia
= babi
terutama pada hewan muda yang dikandangkan di daerah berikliin panas dan
lembab.
faktor predisposisi:
kondisi yang melemahkan seperti :
* stress fisik : kepadatan
* malnutrisi
bentuk lesi : biasanya seperti cincin karena ada kesembuhan sentral.
gejala :
bulu rontok / patah.
kulit bersisik / keras (keropeng), atau erytherna / suppuratif (kerion).
gatal-gatal.
ANJING / KUCING :
etiologi : = M. canis : paling sering
= T. mentagrophytes
lesi :
= anjing : di seluruh tubuh.
= kucing : pada telinga, rnuka dan kaki, tapi lesinya kurang jelas.
Universitas Gadjah Mada
35
SAPI :
etiologi : = T. verrucosum
lesi : terutama pada muka dan leher.
KUDA :
etiologi : = 1. equiuuin
lesi : di tempat gesekan pakaian kuda.
BABI :
etiologi: = M. nanum : hidup saprofitik dalam tanah.
lesi: di seluruh tubuh, berupa daerah kemerahan ditutupi kulit keras, coklat dan
mudah diangkat.
DOMBA / KAMBING :
etiologi: = T. verrucosum
lesi: di muka dan kepala, jarang terjadi.
UNGGAS :
etiologi: N. gai]inae
lesi: pada jengger dan dapat meluas ke kepala yang tidak berbulu, berupa
bercak-bercak kecil, putih dan kotor.
RODENTIA :
etiologi : = T. quinckeanun : pada tikus
= T. mentagrciphytes : pada hewan lab. (mencit dan marmut),
biasanya tertular dan manusia.
Lesi : = T. quinckeanurri : pada kepala dan tubuh, seperti kulit keras dan putib.
= 1. mentagrophytes: kurang jelas.
6. Kejadian dan penyakit di Indonesia :
Sering dijumpai walaupun publikasinya tidak banyak.
Penelitian dermatophytosis di Lembaga Pemasyarakatan (penjara) di Sumatera
Selatan pada tahun 1992, nenunjukkan bahwa Tina cruris (pada kaki dan lutut ke
bawah) banyak dijumpai, dan disebabkan oleh T.mentagrophytes, T. rubrum dan
R. floccosurn. Hal ini terjadi karena tingkat kebersihan kurang dan suhu serta
kelebaban udara di kamar penjara lebih tInggi dari pada di daerah sekitar
Palembang.
Universitas Gadjah Mada
36
Kerugian ekonord karena :
mutu kulit menurun.
berat badan turun karena hewan tidak tenang.
7. Somber infeksi (species Zoophulic) :
hewan terinfeksi
bulu dan kulit hewan terinfeksi
tanah yang tercemar
8. Cara peutfiaran (species Zoophilic) :
kontak langsung dengan hewan terinfeksi
kontak tidak langsung dengan :
spora dalarn bulu dan kulit hewan teninfeksi
residu epitbelial hewan terinfeksi, misalnya :
* pada infeksi T. quirickeanum (dan rodentia ke manusia)
* pada infeksi I. mentagrophytes (keuali var. interdigitale yang termasuk
species anthropophilic).
9. Diagnosa :
Tempat yang diduga terinfeksi, didisinfeksi dengan alkohol 70%, kemudian
specimen yang dapat berupa :
a. kerokan kulit : diambil dan tepi luka yang masih dalam proses aktif, dan
ditampung dalam botol / tabung steril.
b. Rambut / bulu : diambil dan rambut / bulu yang patah atau dengan
mencabut sampai ke pangkainya.
c. potongan kuku : diambil dan pangkal kuku.
d. kotoran rambut / bulu yang keputih-putihan : ini pada penderita dengan lesi
yang kurang jelas, yaitu diambil dengan menyikat rambut / bulu.
Kemudian diagnosa dilakukan dengan cara :
Isolasi dan identifikasi :
1. Pemeniksaan mikroskopis :
(specimen barns dibersihkan dengan 1 - 2 tetes KOH 10%)
spora Microsporum sp.: mozaik irreguler
spora Trichophyton sp.: tersusun dalam rantai
2. Fenggunaan lampu Wood :
Microsporum sp.: bertluorescence biru kehijauan
Trichophyton sp.: tidak berfluorescence
Universitas Gadjah Mada
37
3. Biakan daiam media buatan (agar Sabouraud giukosa yang dibeni
chioramphenicol untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur saprofit.
Perbenihan mi harus diinkubasikan selama 3 - 4 minggu sebelum
dinyatakan negatif).
10. Pencegahan dan pengendalian :
a. Hindari kontak dengan hewan terinfeksi.
b. Hewan sakit harus diisolasi dan diobati, atau dimusnakan bila infeksinya berat.
c. Sanitasi yang baik.
d. Residu bulu dan kulit harus dibakar.
e. Kontrol populasi rodentia.
f.
Vaksinasi anak sapi dengan vaksin yang dibuat dan T. verrucosum.
g. Pada kasus Tinea capitis yang ganas :
cuci kulit kepala tiap hari dan jangan pakai topi.
rebus topi yang tercemar.
h. Pada kasus Tinea pedis :
sehabis mandi, daerah antara jari kaki keringkan, lalu taburi bedak
fungisida.
rebus kaos kaki yang tercemar.
11. Pengobatan (pada hewan) :
dapat digunakan obat-obat yang mengandung lemak, iodium, sulfa atau asam
salisilat.
sapi : Na - caprilat 20% (disemprotkan)
kuda : Na - tnichioromethyl - thiotetrahydrophthaiimide
kucing : larutan asam lemak seperti sapronal atau naprylat
- untuk luka akut : = asam borax 2 - 5%
= K - peranganat 1:5000
untuk luka kronis : carbowax yang mengandung fungisida
dapat jugs digunakan : griseofulvin per oral.
Universitas Gadjah Mada
38
Download