MODEL –MODEL PEMBELAJARAN ANSORI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Joyce dan Weil 1971) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends dalam Trianto, 2010: 51) KESIMPULAN UMUM Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai sebuah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. CIRI-CIRI MODEL PEMBELAJARAN Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. (Trianto, 2011: 55) Behaviorism theory Conditioning model Cognitive theory Constructivism model Gestalt theory/ field theory Cooperative Learning model Humansitic theory Self directed learning model Conditioning Classical conditioning Conditioning model Operant conditioning 1. Acquisition (Akuisisi) 2. Extinction (kepunahan) 3. Generalisation (generalisasi) 4. Discrimination (diskriminasi) Positive reinforcement (penguatan positif) (reward/penghargaan) Shaping (sikap) Negative reinforcement (penguatan negatif) (punishment / sanksi) •Reward dapat menghilangkan minat belajar anak untuk kepentingan diri sendiri. Penelitian mengungkapkan bahwa memberikan reward pada anak dengan motivasi belajar yang tinggi dapat menyebabkan hilangnya minat belajar. •Memberikan reward pada siswa di kelas, dapat memberikan efek buruk pada anak yang memilki latar belakangh kegagalan secara akademis, atau motivasi rendah, dan tingkat kecemasan yang tinggi. Positive Reinforcement 1. Reward harus memiliki nilai bagi siswa 2. Reward diberikan mendadak, karena jika memberikan reward yang tidak biasa akan meningkatkan motivasi intrinsik. Consideration (pertimbangan) 3. Jika reward diberikan oleh pihak eksternal, maka semua orang perlu diberikan penghargaan. Memberikan penghargaan hanya pada yang terbaik, bukan merupakan pendekatan yang baik terutama bagi mereka yang justru memiliki kemampuan rendah. 4. Reward digunakan untuk memperkuat/ membuat perilaku lebih menyenangkan. Reward Masalah 1. Reward dapat meremehkan / merendahkan pengalaman belajar 2. Reward dapat menimbulkan ketidakadilan dan persaingan 3. Reward dapat mengurangi masalah dalam menyelesaikan pekerjaan 4. Reward tidak selalu membuat kualitas pekerjaan menjadi lebih baik 5. Reward mengisolasi anak yang sedikit mendapatkan reward. Constructivism Pengertian Alan Pitchard (2009:17)Konstruktivisme memandang pembelajaran adalah sebuah hasil dari pembentukan mental. Artinya bahwa pembelajaran terjadi ketika informasi baru dibangun dan ditambahkan pada pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan awal seseorang. Individu belajar saat secara aktif membentuk pemahamannya sendiri. DES (1985) dalam (Alan Pitchard, 2009:18) ada empat area model pembelajaran : knowledge (pengetahuan) concepts (pemahaman) skills (kemampuan/ kecakapan) attitudes (sikap mental) Proses Pembelajaran Konstruktivis Proses yang mendasari pembelajaran konstruktivisme yaitu asimilasi dan akomodasi. Melengkapi hal tersebut, piaget juga berpendapat bahwa ada proses ekuilibrium yang tidak kalah penting. Terdapat tiga proses dalam pembelajaran konstruktivis yaitu: Asimilasi, adalah proses dimana pengetahuan baru masuk ke dalam struktur pengetahuan seseorang. Kumpulan pengetahuan menjadi bertambah termasuk dengan informasi baru tersebut. Akomodasi, adalah proses perubahan struktur mental untuk mengatasi pengetahuan baru yang bertentangan dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Ekuilibrium adalah proses menetapnya pengetahuan baru dan tidak ada lagi pertentangan dengan pengetahuan lama. Aspek Pembelajaran Konstruktivis Wray and Lewis (1997) mengungkapkan terdapat empat aspek dari teori konstruktivisme yang dianggap penting yaitu: Learning is a process of interaction between what is known and what is to be learnt. Pembelajaran adalah sebuah proses interaksi antara pengetahuan dan apa yang akan dipelajari. Learning is a social process. Pembelajaran adalah proses sosial. Learning is a situated process. Pembelajaran adalah proses menempatkan sesuatu. Learning is a metacognitive process. Pembelajaran adalah proses metakognisi. Prinsip Pembelajaran Konstruktivis Wray and Lewis (1997) memformulasikan empat prinsip dalam proses pengajaran yaitu : Siswa perlu pengetahuan yang cukup dan pemahaman yang dapat membantu mereka untuk belajar hal yang baru. Siswa perlu menguhubungkan pengetahuan lama dan pengetahuan baru secara ekplisit. Ketentuan dibuat dalam interaksi sosial dan diskusi kelompok dengan jumlah anggota yang beragam, dengan ataupun tanpa guru. Materi yang bermakna dalam pembelajaran adalah sangat penting. Perlu diingat bahwa berarti bagi guru, belum tentu berarti bagi siswa. Kesadaran anak terhadap setiap proses pembelajaran harus diapresiasi. Syarat Menerapkan dalam Pembelajaran Beberapa persyaratan dalam menerapkannya pada pembelajaran. Maka Pembelajaran harus : Perlu fokus dan tujuan yang jelas, tujuan pembelajaran dituliskan secara eksplisit; Perlu didasarkan pada pengetahuan yang sudah siswa miliki; Perlu diatur dalam konteks yang tepat; Perlu menyertakan ruang untuk interaksi sosial dan aktivitas; Perlu direncanakan agar pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa maju berkembang. Penerapan dalam Kelas Memberikan kesempatan bagi aktivitas mental; ini mengarah pada keterlibatan yang lebih dalam, meningkatkan efektivitas, dan pembelajaran tiada akhir; Interaksi sosial, seperti diskusi berpasangan, kelompok, dan diskusi antara guru dan siswa adalah makna dari pengembangan pemahaman yang efektif. Pembelajaran yang disesuaikan dengan lingkungan siswa akan lebih bermakna dan mudah diidentifikasi oleh siswa. Misalnya belajar tentang waktu, maka pembelajaran didasarkan pada harihari sekolah, mungkin ini dianggap sepele, namun hal ini akan membuat perbedaan yang besar. Mendorong peserta didik untuk meninjau apa yang mereka ketahui tentang topik baru sebelum memulai pengajaran baru. Mengajukan pertanyaan. Ingatkan kelas pada pekerjaan atau tugas pembelajaran sebelumnya. Lanjutan … Mendorong peserta didik, dengan bimbingan yang tepat, untuk menemukan hal-hal dari diri mereka sendiri. Intervensi guru harus dilakukan dengan hati-hati sehingga mampu mendorong proses berpikir. Bercerita bukanlah mengajar, tetapi dapat membangun proses berpikir. Mendorong siswa untuk berpikir tentang sesuatu, dan menafsirkannya terahdap metode atau pendekatan yang mereka gunakan dalam kehidupan atau pekerjaan. Memberikan kesempatan pada siswa untuk merefleksikan apa yang telah mereka pelajari. merancang sebuah diskusi pleno di akhir pembelajaran adalah ide yang baik. COOPERATIVE LEARNING Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. (Slavin : 1994) Model pembelajaran kooperatif yaitu mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut (Johnson & Johnson1987) KESIMPULAN UMUM Dari beberapa definisi diatas dapat diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. 5 UNSUR KOOPERATIVE LEARNING Positive interdependence (saling ketergangtungan positif) Personal responsibility ( tanggung jawab perorangan ) Face to face promotive interaction ( interaksi promotif ) Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota / ketrampilan ) Group processing (pemrosesan kelompok) (Roger dan David Johnson ) Tujuan Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan hasil belajar akademik Penerimaan terhadap keragaman Pengembangan ketrampilan sosial Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Dengan Tradisional Kelompok Belajar Kooperatif Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivai sehingga ada interaksi promotif. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Kelompok Belajar Tradisional Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugastugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya ‘enak-enak saja’ diatas keberhasilan temannya yang dianggap ‘ pemborong’. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dsb sehingga dapat saling mengetahui siapa yang Kelompok belajar biasanya homogen memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok. Ketrampilan social yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomu nikasi, mempercayai orang lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing. Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi dilakukan oleh guru pada saat belajarkelompok sedang masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok. berlangsung. Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang dalam kelompok – kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai). terjadi dalam kelompok – kelompok belajar. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas. Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas Kelemahan pembelaajaran kooperatif Dalam pembelajaran kooperatif apabila kelompoknya tidak dapat bekerjasama dengan baik dan kompak maka akan terjadi perselisihan karena adanya berbagai perbedaan yang dapat menyebabkan perselisihan. Terkadang ada anggota yang lebih mendominasi kelompok dan ada yang hanya diam, sehingga pembagian tugas tidak merata. Dalam pembelajarannya memerlukan waktu yang cukup lama sebab harus saling berdiskusi bersama teman – teman lain untuk menyatukan pendapat dan pandangan yang dianggap benar. Karena sebagian pengetahuan didapat dari teman dan yang menerangkan teman maka terkadang agak sulit dimengerti, sebab pengetahuan terbatas. Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif FASE – FASE PERILAKU GURU Fase 1 : present goals and set Menjelaskan Menyampaikan tujuan dan memper tujuan pembelajaran dan siapkan mempersiapkan peserta didik siap belajar. peserta didik Fase 2 : present information Mempresentasikan informasi kepada paserta didik Menyajikan informasi secara verbal. Fase 3 : organize students into learning teams Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang Mengorganisir peserta didik ke dalam tim – tim tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien. belajar Fase 4 : assist team work and study Membantu tim- tim belajar selama peserta didik Membantu kerja tim dan belajar mengerjakan tugasnya. Fase 5 : test on the materials Menguji pengetahuan berbagai materi peserta didik mengenai atau kelompok- pembelajaran Mengevaluasi kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6 : provide recognition Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan Memberikan pengakuan atau penghargaan prestasi individu maupun kelompok. SELF DIRECTED LEARNING Menurut Knowles (dalam Zulharman, 2008), SDL didefinisikan sebagai sesuatu proses di mana seseorang memiliki inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, untuk menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujuan belajarnya sendiri, mengidentifikasi sumber–sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar yang sesuai serta mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. Langkah-langkah pembelajaran SDL Preplanning (aktivitas awal proses pembelajaran) Menciptakan lingkungan belajar yang positif Mengembangkan rencana pembelajaran Mengidentifikasi aktivitas pembelajaran yang sesuai Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan monitoring Mengevaluasi hasil belajar individu. Proses implementasi program SDL Siswa secara mandiri menetapkan tujuan Siswa mandiri membuat rencana Siswa mandiri mengikuti rencana dan mengukur kemajuan diri Siswa mandiri membuahkan hasil akhir Siswa melakukan penilaian autentik Keunggulan Sistem Belajar Mandiri Siswa bebas untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka sendiri, sesuai dengan kecepatan belajar mereka dan sesuai dengan arah minat dan bakat mereka dalam menggunakan kecerdasan majemuk yang mereka miliki. Menekankan sumber belajar secara lebih luas baik dari guru maupun sumber belajar lain yang memenuhi unsur edukasi. Mengembangkan pengetahuan, keahlian dan kemampuan seseorang secara menyeluruh. Pembelajaran mandiri memberikan siswa kesempatan yang luar biasa untuk mempertajam kesadaran mereka akan lingkungan mereka dan memungkinkan siswa untuk membuat pilihan-pilihan positif tentang bagaimana mereka akan memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari. Pembelajaran mandiri memiliki kelebihan berupa kebebasan bagi siswa untuk memilih materi yang sesuai dengan minat dan kebutuhan.Di samping itu,cara belajar yang dilakukan sendiri juga lebih menyenangkan Kelemahan Sistem Belajar Mandiri Siswa kurang cerdas akan semakin kurang cerdas dan siswa yang pintar akan semakin pintar karena jarang terjadi interaksi satu sama lainnya. Ada beberapa siswa yang membutuhkan saran dari seseorang untuk memilih materi yang cocok untuknya atau ada beberapa siswa materi apakah yang cocok untuk dia karena siswa yang bersangkutan tidak mengetahui sampai seberapa kemampuannya.