Eka-citta edisi 43

advertisement
Salam Redaksi
Namo Buddhaya,
Kabar gembira untuk kita semua! Kali ini Eka-citta telah memasuki edisi ke
XLIII. Edisi kali ini akan membahas sesuatu yang tidak asing lagi bagi kita yaitu
Pahlawan (Hero). Kata pahlawan berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu phala-wan
yang artinya orang yang menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa,
negara dan agama. Kategori pahlawan bisa banyak sekali, misalnya saja pahlawan
kemanusiaan, pahlawan nasional, pahlawan revolusi, pahlawan iman, maupun
pahlawan dalam hidup kita sendiri.
Pada edisi kali ini, kita akan mengenal lebih dekat salah satu tokoh pahlawan
yang berjasa bagi Negara Indonesia, dimana tokoh ini juga sering melibatkan suratmenyuratnya dengan ajaran Buddha. Kita juga akan melihat dari kacamata buddhis
bagaimana arti pahlawan yang sebenarnya dalam kehidupan kita. Tidak hanya
pahlawan zaman dahulu, tetapi kita juga akan mengenal pahlawan “masa kini” dan
sifat-sifat kepahlawanan yang dimiliki. Pahlawan tidak berarti hanya orang lain,
tetapi juga diri kita sendiri. Ready to be your own hero ? Semua kajian ini akan
disajikan dengan hangat dalam edisi Eka-citta ke XLIII ini.
Terimakasih kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam pembuatan Eka-citta, juga kepada donatur yang telah
menyediakan dana untuk Eka-citta edisi XLIII ini. Akhir kata, kami dari tim Eka-citta
mohon maaf bila terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan dalam penggunaan kata
dan penyajian informasi. Untuk kemajuan buletin Eka-citta kedepannya, besar
harapan kami mendapatkan saran dan kritik dari para pembaca.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta
May all beings be happy
Semoga semua makhluk berbahagia
Salam Metta,
Redaksi
1
Daftar Isi
Salam Redaksi
Daftar Isi
Cover Issue
Untaian Dhamma
Info :
Enjoy and Do The Best Every Little Things
RA Kartini dan Agama Buddha
Wawancara
Hiburan :
GUNDALA: The Flash dari Yogyakarta
What do You Think about Kamadhis UGM?
Komik Dhamma
Resensi
Pojok Kampus
Renungan Cerpen
Review:
AYO REKREASI BERSAMA
Dies Kamadhis UGM
Basic Buddhist Class
Dhammacamp Kamadhis UGM 2016
Galeri
Dhammapada Atthakatha
Kontak Dhamma
PonoKamad
Pelindung
Pembina
Penanggung Jawab
Pimpinan Umum
Redaksi
Penyunting
Tata letak
Iklan dan Pemasaran
2
1
2
3
6
10
12
15
19
21
22
23
25
27
32
33
34
35
36
38
39
40
: Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D
: Dr. Dr. Ir. Effendie Tanumihardja, S.U., MM
: Anathapindika Kamandjaja
: Ryan Kurnia
: Dewi Karina; Hery Ciaputra; Panna Dikha Citrawati
: Tara Ayu Cintoro; Filbert Utomo; Joanna Gautami
Djuasa
: Kwan, William Kurniawan; Pandapotan; Renardi
Winata
: Frendy Tanoto Yoga; Katherine; Steven Febriyanto
Cover Issue
Are You The Next Hero ?
Oleh : Dewi Karina
Apa yang terlintas di pikiran Anda, saat Anda memikirkan kata
pahlawan? Tokoh-tokoh perjuangan yang terkenal? Atau orang-orang
disekitar Anda yang berjasa bagi Anda? Semua orang boleh
mempunyai jawabannya masing-masing. Dalam Bahasa Inggris,
pahlawan disebut hero yang biasa dikaitkan dengan sosok legendaris
mitologi yang dikaruniai kekuatan yang lebih, penuh keberanian dan
biasanya merupakan keturunan dewa.
Namun apakah sosok hero selalu berarti orang lain yang berjasa
bagi kita? Pernahkah kita berpikir bahwa kita juga bisa menjadi hero
untuk hidup kita maupun untuk hidup orang lain? Be a hero is never
easy! Terkadang dunia hitam putih ini mudah diputarbalikkan sehingga
kadang yang hitam akan menjadi putih dan yang putih dengan mudah
dinodai menjadi hitam. Itulah kehidupan. Selalu ada cara untuk
memutarbalikkan fakta. Inilah tugas kita sebagai hero dalam diri
masing-masing, harus berani memperjuangkan kebenaran. Bila kita
berhasil memperjuangkan kebenaran diatas kegelapan dunia, you will
be the hero for your own!
Lalu timbul pertanyaan dalam benak kita, apakah susah
menjadi hero? Tantangan apa saja yang akan kita hadapi? Tentu saja,
yang dinamakan perjuangan itu tidak pernah mudah. Akan selalu ada
angin yang menggoyahkan segala usaha, niat dan perjuangan untuk
memperoleh kebenaran sejati. Hanya saja, bagaimana sikap kita
menghadapi dan melalui terpaan angin itulah yang menentukan
keberhasilan kita. Janganlah mudah terpengaruh dengan hal-hal yang
tidak pasti kebenarannya yang nantinya malah membawa kita menuju
kegelapan. Kita harus menjadi seseorang yang kuat, tegar dan penuh
percaya akan apa yang kita yakini benar. Prinsipnya yaitu benar adalah
benar, dan salah adalah salah. Tidak ada yang perlu ditutupi dari
3
kesalahan, begitu juga kebenaran. Oleh karenanya kita bisa menjadi
hero sejati.
Contoh yang paling umum dan yang sudah pasti kita kenali
adalah Buddha Gautama. Sebagian besar dari kita pasti sudah
mengetahui riwayat Sang Buddha dalam perjuangan beliau mencapai
kebuddhaan. Salah satu godaan yang dihadapi Sang Buddha adalah
godaan dari Mara. Mara selalu berusaha menganggu konsentrasi Sang
Buddha ketika bermeditasi. Namun, alih-alih terpengaruh oleh Mara,
Sang Buddha justru tetap berkonsentrasi dan bermeditasi tanpa
menghiraukan Mara hingga mencapai penerangan sempurna.
Perjuangan, kesabaran, ketegaran dan penuh percaya diri inilah ciri-ciri
seorang pahlawan yang dapat kita contoh dari riwayat hidup Buddha
Gautama.
Ada pepatah yang mengatakan “Semakin tinggi pohon, maka
akan semakin kencang angin menerpanya” artinya, semakin tinggi
kedudukan atau derajat seseorang, maka semakin banyak orang yang
akan berusaha menjatuhkannya dan semakin banyak rintangan yang
akan dihadapinya. Begitu juga ketika kita menjadi pahlawan, akan
banyak tantangan dari berbagai belah pihak yang berusaha
menjatuhkan kita. Dan disaat itu yang harus kita lakukan adalah
mengingat 3 hal berikut ini:
1. Bila kita mengalami kegagalan, ingat F.A.I.L. Artinya First
Attempt In Learning. Kegagalan adalah awal dari suatu
pembelajaran untuk sesuatu yang lebih baik dan tentu saja
dengan adanya kegagalan kita baru bisa merasakan indahnya
keberhasilan. Jangan pernah menyerah.
2. Tidak terpungkiri kita juga akan merasa lelah dan seperti ingin
berhenti untuk berjuang. Selalu ingat E.N.D yang artinya Effort
Never Dies. Tidak ada kata terakhir dari perjuangan.
Perjuangan itu tiada akhir hingga kita mencapai apa yang kita
harapkan.
4
3. Bila kita sudah berusaha dan melakukan usaha dengan keras
namun masih belum mendapatkan hasilnya, bahkan
mendapatkan penolakan, ingat kembali N.O !! yaitu Next
Opportunity. Selalu ada kesempatan kedua bagi siapapun yang
mau berusaha.
“Pahlawan.. Jangan menanti kedatangannya. Mereka adalah
aku, kau, dan kita semua. Mereka bukan orang lain. Mereka
hanya belum memulai. Mereka hanya perlu berjanji untuk
merebut takdir kepahlawanan mereka, dan dunia akan
menyaksikan gugusan pulau-pulau ini menjelma menjadi
untaian kalung zamrud kembali yang menghiasi leher
sejarah.” - Muhammad Anis Matta
“Setiap pejuang bisa kalah dan terus-menerus kalah tanpa
kemenangan, dan kekalahan itulah gurunya yang terlalu
mahal dibayarnya. Tetapi biarpun kalah, selama seseorang
itu bisa dinamai pejuang dia tidak akan menyerah. Bahasa
Indonesia cukup kaya untuk membedakan kalah daripada
menyerah
(Prahara Budaya, h. 187)” - Pramoedya Ananta Toer
5
Untaian Dhamma
Pahlawan yang Sebenarnya Dalam Kacamata Buddhis
Oleh : Laura Haryo
“The true hero is one who conquers his own anger and hatred.”
Pahlawan sejati adalah ia yang menakhlukan kemarahan dan
kebencian dirinya sendiri
Dalai Lama XIV
Apabila kita ditanya, “Siapakah pahlawan itu?”, pada
umumnya, kita akan menyebutkan nama-nama pahlawan yang berjasa
dalam peperangan dalam membela kebenaran. Contohnya, nama-nama
pahlawan yang membela bangsa Indonesia dalam agresi militer.
Namun, apakah pengertian pahlawan mempunyai lingkup yang lebih
luas? Apakah pahlawan yang berjasa dalam peperangan membela
kebenaran merupakan pahlawan yang sebenarnya? Apakah semua aksi
dan perilaku para pahlawan yang kita ketahui itu benar? Bagaimana
cara supaya bisa menjadi pahlawan yang sebenarnya?
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pahlawan
adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya
dalam membela kebenaran. Menurut Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2009 Tentang Gelar, Tanda Jasa, Dan
Tanda Kehormatan, pahlawan nasional adalah gelar yang diberikan
kepada Warga Negara Indonesia atau seseorang yang berjuang
melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi
membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan
tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar
biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan Negara Republik
Indonesia. Hal ini berarti ada kebenaran dalam interpretasi orang pada
umumnya, yang menjelaskan pahlawan adalah mereka yang berjuang
dalam peperangan demi membela kebenaran. Namun, ada perbedaan
6
antara pahlawan dan pahlawan nasional. Selain itu, pengertianpengertian tersebut merupakan pengertian umum, yang ada
perbedaannya apabila diiterpretasikan dengan kacamata Buddhis.
Dapatkah seseorang yang tidak berkontribusi dalam perang
membela kebenaran menjadi seorang pahlawan? Sebenarnya, setiap
orang mampu menjadi seorang pahlawan. Dalam ajaran Buddhis,
semangat (viriya) merupakan salah satu dari lima unsur kekuatan
(pañcabala) yang perlu dikembangkan setiap orang. Seorang pahlawan
bisa saja bukan seorang pahlawan nasional. Oleh karena itu, seorang
pahlawan tidaklah wajib seorang tentara peperangan. Pahlawan
mempunyai arti yang lebih luas. Bahkan, keputusan pahlawan nasional
yang melakukan perlawanan dengan senjata merupakan keputusan
yang kurang bijaksana. Kita tidak harus mempunyai kemampuan fisik
yang hebat untuk menjadi pahlawan. Kesimpulannya adalah setiap
orang mempunyai kesempatan menjadi seorang pahlawan.
Salah satu contoh kesalahan penafsiran mengenai pengertian
pahlawan, terjadi pada saat adanya kejadian perbedaan pendapat
antarkelompok yang menimbulkan pertengkaran. Ketika keduanya
tetap kokoh pada pendapat masing-masing, dan kemudian pemimpin
salah satu kelompok berhasil meyakinkan bahwa pendapatnya yang
benar, anggota-anggota kelompok tersebut akan menyebutkan
pemimpinnya adalah seorang pahlawan. Padahal, ia belum tentu
merupakan seorang pahlawan yang sebenarnya dan pendapatnya belum
tentu benar. Ia merupakan pahlawan sepihak, pahlawan dari kacamata
anggota-anggotanya. Kebenaran yang ia bela juga merupakan
kebenaran sepihak. Namun, apabila ada orang yang berusaha untuk
menjadi penengah kedua belah pihak, yang mendengar pendapat kedua
belah pihak dengan batin yang seimbang (upekkha), dialah yang
merupakan pahlawan sebenarnya.
7
“Sabbe tasanti dandassa
sabbe bhayanti maccuno
attanam upamam katva
na haneyya na ghataye.”
(Dhammapada X: 129)
Semua orang takut akan hukuman;
semua orang takut akan kematian.
Setelah membandingkan orang lain dengan diri sendiri,
hendaknya seseorang tidak membunuh atau mengakibatkan
pembunuhan.
Sama halnya dengan pahlawan nasional yang melakukan perang
senjata, membela bangsa Indonesia dalam agresi militer. Kebenaran
situasi, kondisi, dan alasan peperangan tidak diketahui secara utuh tanpa
adanya penyelidikan oleh diri sendiri (ehipassiko). Perang dengan
senjata bukanlah jalan penyelesaian yang tepat dalam menghadapi suatu
masalah. Meskipun selalu dikatakan alasan penggunaan senjata adalah
demi memenangkan kebenaran dan demi kemerdekaan bersama.
Namun, bukan berarti kita harus menyerah dalam suatu
peperangan. Kita boleh menjadi prajurit kebenaran. Akan tetapi, kita
tidak seharusnya menjadi penyerang. Orang yang berjuang demi
kedamaian dan kebenaran akan mendapatkan pahala. Bahkan,
kekalahan dalam peperangan juga merupakan kemenangan bagi dirinya
sendiri, yang sudah berhasil memimpin dirinya sendiri sesuai dengan
kebenaran. Menyerang bukanlah jalan satu-satunya untuk
menyelesaikan masalah. Dalam pandangan buddhis, belas kasihan dan
pembunuhan tidak bisa dijadikan satu. Dengan kata lain, meskipun
pembunuhan yang dilakukan merupakan demi kebaikan dan bukan
berdasarkan kebencian, hal tersebut tidaklah benar. Mereka yang
melakukan kejahatan akan menderita karena karma buruknya sendiri.
Jalan penyelesaian yang tepat adalah dengan perdamaian, tanpa
peperangan. Akan tetapi, apabila suatu kejadian bisa ditelusuri, dan
8
memang benar penyerangan dilakukan bukan atas kehendak
melakukan kejahatan dan tidak ada cara untuk menghindarinya, orang
yang melakukan penyerangan tersebut juga termasuk pahlawan
seutuhnya.
Bagaimana cara agar kita dapat menjadi seorang pahlawan?
Karena pahlawan merupakan ia yang menonjol karena keberanian dan
pengorbanannya untuk membela kebenaran, ia tentu perlu mampu
memimpin, baik diri sendiri maupun orang lain, dengan baik dan benar.
Jalan kebenaran yang dijelaskan dalam Samyutta Nikaya 56.11
disebut jalan mulia berunsur delapan (ariyo aṭṭhaṅgiko maggo). Jalan
mulia berunsur delapan adalah pandangan benar, pikiran benar, ucapan
benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar, perhatian
benar dan konsentrasi benar. Setelah mampu memimpin sesuai dengan
kebenaran mutlak dan jalan yang sebenarnya, ialah merupakan
pahlawan yang sebenarnya.
Daftar Pustaka :
Anonim, 2014, Pancabala, Lima Kekuatan Untuk Mencapai Tujuan , Diakses
dari http://www.daunbodhi.com/2014/04/30/pancabala-limakekuatan-untuk-mencapai-tujuan/ pada tanggal 20 Oktober 2016.
Dhammananda, K.Sri., 2002, What Buddhists Believe, Kuala Lumpur :
Buddhist Missionary Society Malaysia.
Julifin, 2005, Dhamma Prabha, Edisi 47, Yogyakarta : Dharma Prabha.
Tanumihardja, Effendie. 2012. Pendidikan Agama Buddha. Yogyakarta :
Effendie Tanumihardja.
9
Info
Enjoy and Do The Best Every Little Things
Oleh : Miory Onassis
Di Indonesia , banyak sekali pahlawan-pahlawan pada zaman
penjajahan dahulu, seperti Pangeran Diponegoro, Antasari, Pattimura,
Tuanku Imam Bonjol, Soekarno, Mohammad Hatta dan masih banyak
lagi. Besar jasa mereka telah diberikan untuk Indonesia. Salah satu
bentuk penghormatan kepada mereka adalah dengan menampilkan
wajah-wajah mereka pada alat tukar resmi Indonesia, yaitu mata uang
Rupiah.
Pada Eka-citta ke-43 ini, kita akan membahas tentang hero atau
pahlawan. Pengertian dari pahlawan itu sendiri seperti yang sudah
dibahas pada artikel sebelumnya, adalah orang yang menonjol karena
keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran.
Pertanyaannya adalah, apakah masih ada pahlawan di zaman yang
tanpa peperangan ini? Jawabannya tentu saja ada, semua orang adalah
pahlawan, setidaknya untuk dirinya sendiri. Sang Buddha juga sering
mengingatkan kita untuk memupuk kebajikan yang tanpa sadar
hasilnya akan membuahkan karma baik. Karma baik yang dihasilkan
dapat mempermudah jalan kita untuk menjadi seorang pahlawan.
Menjadi pahlawan pada masa kini tidaklah sulit. Akan tetapi,
mungkin banyak dari kita yang merasa sepele dengan perbuatanperbuatan yang mendukung kita menjadi sosok 'pahlawan' tersebut.
Contohnya di dalam kehidupan sehari-hari kita adalah membantu
orang tua di rumah, belajar dengan tekun dan rajin, sikap jujur dan
bertanggungjawab, melakukan hal positif pada lingkungan sekitar,
hingga pada skala yang lebih besar lagi seperti rela berkorban untuk
kepentingan orang banyak. Tetapi, disini saya tidak akan menjelaskan
bahwa menjadi pahlawan haruslah pada skala yang besar, memang
benar menjadi pahlawan pada skala yang besar akan membuat kita
lebih diingat oleh banyak orang. Namun, sebagai tahapan
10
pembelajaran, kita dapat memulai kepahlawanan kita dari hal-hal yang
kecil, kemudian berkembang secara terus-menerus.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa sebelum mengubah
dunia, maka ubahlah dirimu sendiri terlebih dahulu. Hal ini
mencerminkan betapa pentingnya kita memperhatikan hal-hal kecil
disekitar kita untuk meningkatkan kualitas diri dan baru kemudian kita
bisa melakukan perubahan untuk orang lain dan dalam jangkauan yang
lebih luas yaitu dalam kehidupan bermasyarakat. Menjadi seorang
pahlawan, berarti tidak hanya memikirkan keuntungan diri sendiri,
tetapi menjadi seorang pahlawan harus rela berkorban diri sendiri demi
kebahagiaan orang lain.
Laporan Keuangan Eka-citta edisi 42/XLII
Saldo Awal
Rp2,631,790.10
Sponsor Predator
Sponsor SS
Donasi a.n. Pratiwi
Subtotal Pendapatan
Rp300,000.00
Rp300,000.00
Rp150,000.00
Rp750,000.00
Cetak Pin Eka-citta
Cetak Proposal
Cetak Draft
Cetak cover (2 muka, 75lbr, @3600)
Cetak isi (booklet, 150eks, @1800)
Biaya potong (150eks, @500)
Subtotal Pengeluaran
Rp19,000.00
Rp10,000.00
Rp5,500.00
Rp270,000.00
Rp270,000.00
Rp75,000.00
Rp649,500.00
Total
Rp2,732,290.10
11
R. A. Kartini dan Agama Buddha
Oleh : Panna Dikha Citrawati
Setiap tanggal 21 April, Indonesia memperingati hari kelahiran
Raden Ayu Kartini (Raden Adjeng Kartini), seorang pahlawan nasional
perempuan, yang merupakan pelopor perjuangan hak-hak perempuan.
Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa dasar pemikiran wanita
kelahiran Jepara ini dipengaruhi oleh agama Buddha. Hal ini dapat
dilihat dari penggunaan istilah-istilah Buddhis dalam bahasa Belanda
seperti kata “Boeddhabeeld ” (arca Buddha), “Boeddha-kindje” (anak
Buddha), “Boeddhisme” (Buddhisme) dan “Bodhisatwa” dalam
beberapa suratnya kepada teman-teman pena dari Belanda, yang
terkumpul dalam buku Door Duisternis tot Licht (Dari Gelap Terbitlah
Terang) tahun 1912 yang dikumpulkan oleh J. H. Abendanon.
Dalam suratnya kepada Nyonya R. M. Abendanon-Mandri, istri
J. H. Abendanon, pada 27 Oktober 1902, Kartini menceritakan
bagaimana ia mengklaim dirinya sebagai seorang siswa Buddha dan
karena itu ia tidak memakan makanan hewani, dan ia merasa kasihan
dengan ayahnya yang menginginkan dirinya bukan sebagai siswa
Buddha.
“Ik ben een Boeddha-kindje, weet u, en dat is al een reden om
geen dierlijk voedsel te gebruiken….” – “Saya adalah siswa Buddha,
Anda tahu, itu alasan saya tidak memakan makanan hewani…” (Door
Duisternis tot Licht, hal.277). Pengetahuan dan informasi mengenai
agama Buddha diperoleh dari pergaulan Kartini dengan masyarakat
etnis Tionghoa dan dari buku-buku yang ia baca.
Pergaulannya dengan etnis Tionghoa dapat dilihat dalam
suratnya kepada Nyonya R. M. Abendanon-Mandri. Kartini
menceritakan dirinya yang sakit parah saat kecil menjadi sembuh
12
berkat petunjuk temannya yang berasal dari etnis Tionghoa. Pada masa
itu agama Buddha bangkit kembali sejak runtuhnya kerajaan
Majapahit, dan diperkenalkan kembali ke Nusantara dalam balutan
tradisi Tionghoa bersama dengan agama tradisi Tionghoa lainnya
seperti Tao dan Kong Hu Cu. Pergaulannya dengan etnis Tionghoa yang
membawa budaya serta agamanya inilah yang membawa Kartini untuk
mengenal agama Buddha yang kemudian memberikan inspirasi bagi
pergolakan batin dan perjuangan bagi kaumnya.
Dalam surat-suratnya, sebanyak 3 surat Kartini memuji sebuah
buku karya Harold Fielding (1859-1917) dari Belanda berjudul ”de Ziel
van een Volk” (Jiwa Suatu Bangsa; Inggris: Soul of a People) yang
diterjemahkan oleh Felix Orrt ke dalam Bahasa Inggris. Buku ini berisi
mengenai pengalaman dan pengetahuan si penulis (Fielding) mengenai
ajaran Agama Buddha dan bagaimana masyarakat Birma (Myanmar)
menerapkan ajaran Buddha dalam kehidupan mereka. Kartini
nampaknya terkesan dengan buku karya H. Fielding tersebut sehingga
ia menceritakannya kepada tiga orang teman asingnya, di antaranya
dalam surat kepada Dr. N. Adriani, 10 Agustus 1901; kepada Hilda
Gerarda de Booij-Boissevain, 26 Mei 1902; dan kepada Nyonya R. M.
Abendanon-Mandri, 5 Juli 1903.
Hal yang menarik dari buku tersebut adalah terdapat beberapa
pembahasan mengenai perempuan, di antaranya adalah kedudukan
kaum perempuan yang secara umum setara dengan pria, perkawinan
yang dianggap murni urusan duniawi bukan urusan agama, dan peran
perempuan dalam keagamaan masyarakat Birma yang berbanding
terbalik dengan kaum lelakinya.
Tidaklah mengherankan jika dari pembahasan seputar kaum
perempuan dalam buku bernuansa agama Buddha karya Fielding
tersebut membuat Kartini mendapatkan inspirasi dan dorongan untuk
memperjuangkan hak perempuan. Seperti yang diyakini oleh
Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya ”Panggil Aku Kartini Saja”.
13
Pemikiran-pemikiran Kartini yang kritis yang tertuang dalam
surat-suratnya merupakan pemikiran seorang perempuan Indonesia
yang melampaui zamannya. Pemikirannya tersebut bukan hanya
seputar emansipasi perempuan tetapi juga sebuah usaha pencarian
nilai-nilai spiritual dalam beragama.
Gagasan Kartini mengenai emansipasi wanita kemudian lahir
dan berkembang di Indonesia. Wanita kelahiran Jepara ini yang banyak
terinspirasi oleh ajaran Buddha menjadi salah satu bukti bahwa
keberagaman dan perbedaan menimbulkan banyak dampak positif dan
keberagaman adalah napas bangsa yang harus kembali diembus di usia
ke-70 ini.
Daftar Pustaka :
Sugata, 2013, R.A. Kartini : “ Ik ben een Boeddha-kindje” , Diakses dari
http://segenggamdaun.com/tag/pahlawan-beragama-buddha/ pada
tanggal 20 Oktober 2016.
Anonim, 2013, Ketika R.A. Kartini Mengenal Agama Buddha, Diakses dari
http://berita.bhagavant.com/2013/04/23/ketika-r-a-kartinimengenal-agama-buddha.html pada tanggal 20 Oktober 2016.
Gotami, Paramita, 2015, Pahlawan Nasional Indonesia Yang Beragama
Buddha, Diakses dari http://buddhazine.com/pahlawan-nasionalindonesia-yang-beragama-buddha/ pada tanggal 20 Oktober 2016.
R. A. Kartini
14
Hilda Gerarda de Booij-Boissevain
Wawancara
Nama lengkap
Tempat, tanggal lahir
Pendidikan
Pekerjaan
Hobi
: Vincent Eddy Kuncoro Hartono
: Magelang, 26 Januari 1990
: S1 Psikologi Universitas Sanata Dharma
S2 Magister Psikologi Profesi UGM
: Psikolog
: Membaca, travelling
Menurut Saudara Vincent, apa itu pahlawan?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah pahlawan
diartikan sebagai orang yang menonjol karena ada hal yang
diperjuangkan dan dikorbankan. Lebih dari itu saya menambahkan:
sikap, ucapan, dan pikiran yang terjaga, terkendali secara konsisten.
Hal ini saya tambahkan mengingat pengorbanan saja saya rasa tidak
cukup.
15
Melihat dari definisi tersebut, siapa saja yang menurut Saudara
Vincent dapat dicontohkan sebagai pahlawan?
Saat ini, yang dapat dikategorikan sebagai pahlawan adalah yang
terlihat jelas, yaitu para Pahlawan Nasional. Terlepas dari status, contoh
lain yang dapat diambil adalah Dalai Lama. Melalui tindakan beliau
yang menyerukan tentang perdamaian dan cinta kasih, dapat dilihat
bahwa pahlawan tidak hanya tentang mengorbankan jiwa dan fisiknya,
namun juga pengorbanan dalam bentuk lain seperti melalui gagasan
dan pengaruh.
Sebelumnya, dikatakan kualitas “menonjol” dalam diri
pahlawan, apakah seorang pahlawan harus menonjol?
Pada Anguttara Nikkaya dijabarkan tentang ciri-ciri orang besar yaitu
dalam berbicara tidak membicarakan kejelekan orang lain, suka
memuji atau mengangkat kebaikan orang lain, berbesar hati dan
mengakui kesalahan, serta tidak mengincar popularitas. Mengenai
bersikap, tindakan dilandasi penuh dengan keyakinan, penuh dengan
hormat, pada waktu yang tepat, dan ikhlas.
Mengambil contoh nyata, baru-baru ini terdapat berita tentang seorang
kakek yang tinggal di Wonogiri. Kakek ini menyisihkan sebagian
penghasilan dan waktunya untuk menanam pohon. Tidak ada yang
peduli terhadap tindakan kakek ini. Namun waktu demi waktu, pohon
yang telah ditanam kakek tersebut kini sudah terbentang berhektarhektar. Alhasil, daerah tersebut terhindar dari kesulitan air.
16
Kakek Sadiman dari Wonogiri sumber: Google
Bila dilihat, kakek tersebut secara sederhana melakukan aksi
penanaman pohonnya. Tidak banyak yang peduli terhadap aksinya
tersebut. Akan tetapi, akumulasi tindakannya menjadi menonjol. Media
pun berpapasan dengan beliau dan mengangkat berita terkait aksi
heroik kakek ini ke publik. Beliau sama sekali tidak mengincar apa-apa,
sikap ini sudah cukup menunjukkan kepahlawanan. Pengangkatan
nama dan aksinya oleh media hanyalah kebetulan saja dan media juga
tidak mungkin mengangkat aksinya bila aksinya tidak menonjol dari
yang lain.
Bagaimana saudara Vincent melihat jumlah pahlawan saat ini?
Kelihatannya semakin berkurang. Bila dibuat perbandingan kasar, rasio
jumlah pahlawan dibandingkan dengan jumlah populasi yang ada
adalah 1 : 1000. Menjadi pahlawan ini tidaklah mudah mengingat
aksinya yang membutuhkan konsistensi.
17
dibutuhkan kegigihan dalam menjadi pahlawan.
Apa pesan Saudara Vincent kepada pembaca terkait pahlawan?
Berhati-hatilah dengan ego dalam diri kita. Dalam kehidupan sosial, kita
tetap harus mengikuti langkah zaman. Perlu disadari bahwa pahlawan
akan muncul diwaktu yang biasanya kritis. Lebih baik, kita ikuti saja
petunjuk Dhamma.
Pahlawan yang hadir akan menyesuaikan dengan era dan permasalahan
yang ada, seperti permasalahan saat ini yaitu Global Warming. Kita perlu
menyebarkan kebaikan dan menghindari munculnya ego dalam diri kita.
Kadang kala, hanya dengan berdiam dan tidak mengikuti langkah yang
salah dapat mengantar kita kepada nilai pahlawan itu sendiri.
Upasaka dan upasika yang baik adalah ketika Dhamma mengalami
kemunduran, akan maju dan terjun untuk mengembangkan Dhamma
Diwawancarai oleh : Tim Eka-citta
18
Hiburan
GUNDALA: THE FLASH DARI YOGYAKARTA
Oleh :Vity
Sri Asih, Putri Bintang, Gundala, Godam, Pangeran Mlaar,
Garuda Putih, Siti Gahara mungkin, nama-nama tersebut kalah tenar
dibanding ketenaran Wonder Woman, The Flash, Superman, Mr.
Fantastic, Captain America, Iron Man, atau superhero Amerika lainnya.
Namun, pada era keemasan komik Indonesia (1950—1980), nama-nama
tersebut adalah sosok superhero yang dikagumi oleh masyarakat
Indonesia saat itu.
Sejarah komik di Indonesia didominasi oleh pengaruh komik
Tiongkok dan Amerika. Komik Amerika yang beredar, seperti Wonder
Woman, hanya dimiliki oleh golongan tertentu. Oleh karena itu, muncul
tren untuk menyadur cerita-cerita tersebut. Penyaduran dapat dikatakan
merupakan usaha komikus Indonesia untuk mengenalkan kisah-kisah
superhero agar lebih merakyat. Hal ini dipelopori oleh R.A. Kosasih
dengan Sri Asih, seorang superhero wanita yang memakai kemban, dan
John Lo dengan Putri Bintang, superhero wanita yang terinspirasi dari
Wonder Woman.
Sekilas karakteristik tokoh-tokoh tersebut seperti 'menjiplak'
tokoh-tokoh superhero Amerika, baik Marvel maupun DC Comics.
Namun, anggapan seperti itu merupakan anggapan dangkal yang tidak
mempertimbangkan dan mendalami aspek sosial budaya yang ada dalam
komik. Dalam usaha mengenalkan tokoh manusia super-nya, para
komikus tetap berusaha menampilkan kreativitas mereka, seperti dengan
menambahkan ikon dan simbol budaya Indonesia pada tokoh-tokoh
jagoan tersebut. Gundala misalnya, meskipun terinspirasi dari tokoh The
Flash karya Gardner Fox, Gundala tetap mengalami beberapa
penyesuaian oleh pengarang.
19
Pada tahun 1969, komikus asal Yogyakarta bernama Hasmi
menciptakan tokoh Gundala, tokoh manusia super yang memiliki
kemampuan berlari secepat angin topan dan mengeluarkan petir dari
telapak tangannya. Berbeda dengan The Flash, Hasmi mengganti
bagian sisi topeng Gundala dengan hiasan yang mirip dengan hiasan
kepala wayang dan mengubah latar cerita menjadi Yogyakarta. Gundala
yang bernama asli Sancaka juga diceritakan sebagai seseorang yang
masih mempunyai garis keturunan Ki Ageng Selo. Masyarakat Jawa
mengenal Ki Ageng Selo sebagai seorang yang mandraguna dalam
menangkap petir. Selain itu, nama Sancaka merupakan sebuah nama
yang terinspirasi oleh nama tokoh pewayangan.
Bersama dengan tokoh superhero lainnya, seperti Godam,
Maza, dan Pangeran Mlaar, Gundala menjadi ikon manusia super hasil
buah tangan anak bangsa. Tidak hanya sebagai hiburan, tokoh-tokoh
tersebut telah menjadi bagian dari bangsa yang ikut menemani, tumbuh
dan berkembangnya masyarakat Indonesia. Namun, rendahnya
apresiasi terhadap komik Indonesia menyebabkan hasil jerih payah
anak negeri tersebut hilang termakan zaman. Semoga saja, upaya
pembuatan film Gundala Putra Petir dapat mengangkat kembali
kejayaan para manusia super ini.
20
What do You Think about Kamadhis UGM?
v Organisasi Buddhis di lingkup universitas
v UKM Kerohanian Buddhist berdomisili UGM.
v Kamadhis ugm adalah keluarga saya di Yogyakarta yang saya sangat
sayangi. karena disini saya merasa tingkat kepeduliannya yang sangat
tinggi.
v Selalu kompak dan selalu jayaa
v Banyak pengalaman-pengalaman suka maupun duka, my second home
v Keluarga baru
v Hal terbaik yang pernah terjadi padaku.
v Orang-orangnya seru, ramah, peduli terhadap sesama, sumber canda dan
tawa
v Tempat mempelajari arti kebahagiaan dari interaksi sosial
v Tempat berkumpul orang-orang religius
v Sebuah keluarga yg memiliki ikatan yg kuat
v Kamadhis UGM itu, kumpulan org"asik, dimana kita bisa curhat, tempt
rame"bersama, walaupun jarang bareng #krnasibukkampus
v Yang terlintas adalah sepertinya UKM keagamaan yang seru dan bersifat
kekeluargaan serta saya ingin mencoba untuk ikut menjadi salah satu
bagian dari Kamadhis
v Keluarga selama di jogja dan untuk seterusnya Saddhu!
1 kata untuk Kamadhis UGM?
Aktif
Mantap!
Kompak!
Keluarga !
Cinta
Asyik!
Lanjutkan!
Buddhis
Jaya
Kebahagiaan
Mutiara
Sayaaangggg
BERHARGA
Metta
Beda
Keren
Sukses!
Kangenin
Unexpected
Keerrreeen
VivaKamadhis
Istimewa
21
Komik Dhamma
22
Resensi
Judul Penulis
Alih Bahasa
Cetakan
Tahun Tebal Penerbit
ISBN : Don't Sweat the Small Stuff
: Richard Carlson
: Siti Gretiani
: ketigabelas
: 2014
: 234 halaman
: PT Gramedia Pustaka Utama
: 978-602-03-1180-7
DON'T SWEAT THE SMALL STUFF
Oleh : Cindy Putri
Don't Sweat the Small Stuff merupakan sebuah buku
pengembangan diri yang berisi saran-saran bijaksana untuk menjalani
hidup secara damai. Buku ini adalah buku terjemahan yang pertama kali
diterbitkan pada tahun 1997 dengan judul, “Don't Sweat the Small
Stuff…and It's All Small Stuff”. Buku ini mengukir sejarah dalam dunia
penerbitan dengan dinobatkan sebagai USA Today's #1 Best Selling Book
selama dua tahun berturut-turut. Richard Carlson sebagai penulis buku
tersebut memasukkan pengalaman pribadinya sebagai contoh untuk
memberikan gambaran konkret pada setiap saran yang diberikannya. Ia
juga menerbitkan buku-buku best seller lainnya seperti, Don't Sweat the
Small Stuff about Money, Don't Sweat the Small Stuff with Your Family,
Don't Sweat the Small Stuff at Work, Don't Sweat the Small Stuff for
Teens, dan Don't Sweat the Small Stuff in Love.
Dalam hidup yang penuh dengan hiruk pikuk dan tekanan, buku
ini muncul sebagai angin penyegar yang menunjukkan bagaimana cara
untuk menyingkirkan masalah kecil dalam hidup yang menganggu
pikiran. Ketika berhadapan dengan masalah atau kabar buruk,
kebanyakan orang terjebak dalam pikiran tertentu yang menyebabkan
mereka bereaksi berlebihan dan menjadi frustasi. Buku ini memberikan
perspektif positif dalam hal menghadapi permasalahan tersebut.
23
Richard Carlson memperkenalkan cara untuk mengubah perspektif
negatif menjadi positif melalui perubahan kecil dalam kehidupan seharihari. Saran-saran tersebut seperti, “Anggaplah masalah Anda sebagai
Guru Potensial”; “Berlatihlah mengabaikan pikiran negatif"; “Lepaskan
pikiran bahwa lebih itu lebih baik”; “Lakukan satu hal setiap saat” dan
masih banyak lagi.
Meskipun ditulis pada abad ke-19, buku ini mengandung saransaran ringan dan umum sehingga masih relevan untuk diaplikasikan oleh
siapapun pada era digital saat ini. Dengan gaya bahasa yang sederhana
dan rangkuman singkat di setiap babnya membuat buku tersebut menjadi
bacaan ringan yang mudah dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Setiap bab tersusun tidak lebih dari tiga halaman, namun
begitu banyak informasi menarik terangkum di dalamnya.
“Something wonderful begins to happen with the simple realization that life,
like an automobile, is driven from the inside out, not the other way around.
As you focus more on becoming more peaceful with where you are, rather
than focusing on where you would rather be, you begin to find peace right
now, in the present. Then, as you move around, try new things, and meet new
people, you carry that sense of inner peace with you. It's absolutely true that,
"Wherever you go, there you are.”- Richard Carlson -
24
Inovasi Dari Universitas Gadjah Mada untuk Negeri
oleh: Panna Dikha Citrawati
Kegiatan UGM Expo merupakan salah satu rangkaian kegiatan
Dies Natalis Universitas Gadjah Mada yang ke-67. Ketua panitia UGM
Expo, Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, M.Sc., mengatakan bahwa UGM Expo
dirancang sebagai proses knowledge sharing, dimana seluruh unit yang
ada di UGM, dapat menampilkan pencapaian-pencapaiannya, baik
dibidang pendidikan, penelitian dan pengabdian, juga
mengomunikasikannya kepada seluruh pemangku kepentingan.
Kegiatan UGM Expo 2016 diadakan mulai tanggal 20-25
September 2016 jam 09:00 WIB – 17:00 WIB di Grha Sabha Pramana.
Dengan mengambil tema “Inovasi Membumi Untuk Negeri”,
diharapkan ide-ide kreativitas terbaru mampu menjawab berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh bangsa kita.
Kegiatan UGM Expo 2016 merupakan kegiatan expo berbasis
tema
yang mewakili keberagaman pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat. Stan dalam zonasi didesain agar aktivitas di
dalamnya dapat bersifat atraktif dan melibatkan pengunjung. Zona
tersebut meliputi:
Zona Science dan Techno Park, Zona Energi, Zona Kesehatan, Zona
Kedaulatan Pangan, Zona Kemaritiman, Zona Good Governance, Zona
Sosial Budaya Nusantara, Zona Bencana dan Lingkungan, Zona Unit
Penunjang Universitas, Zona Market Place.
Selain kegiatan dan pameran produk-produk hasil penelitian,
UGM Expo 2016 juga mengagendakan kegiatan bersifat ilmiah,
edukasi, pelatihan, permainan serta bersifat hiburan dan olahraga
dengan sasaran:
·Masyarakat Umum,
Pelajar dan Mahasiswa
·Dosen dan Praktisi Pendidikan
25
·
Dunia Industri/Swasta
·
Lembaga/Instansi Pemerintah
Pihak-pihak yang tertarik dengan dunia pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.
Kegiatan UGM Expo ke-67 ini secara resmi dibuka oleh Rektor
Universitas Gadjah Mada, Prof. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D. Ibu
Dwikorita berkata bahwa UGM Expo merupakan wujud nyata
pengamalan Tridarma Pendidikan. Menurut beliau, UGM dituntut untuk
dapat menghasilkan karya yang bisa menggerakkan sosial ekonomi
masyarakat. Menurut Sri Raharjo, inovasi UGM melalui Tridarma
Perguruan Tinggi adalah salah satu sumber yang sangat berharga dalam
menghadirkan ide dan kreativitas terbaru bagi kemajuan bangsa. Untuk
itu, universitas dituntut untuk selalu hadir dengan terobosan-terobosan
baru baik dibidang sumber daya maupun sistem tata kelola yang dapat
memberikan kemanfaatan bagi masyarakat, demi tercapainya Indonesia
yang berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan
berkepribadian dalam kebudayaan.
·
Daftar Pustaka :
2016, UGM Expo Tampilkan Karya Cipta UGM, Diakses dari
http://edupost.id/kabar-kampus/ugm-expo-tampilkan-karya-ciptaugm/ pada tanggal 3 Oktober 2016.
Anonim, 2016, UGM Expo 2016, Diakses dari
http://ugm.ac.id/id/agenda/334ugm.expo.2016.:.pameran.hasil.inova
si.ugm.talk.show.innovator.forum.mini.workshop.coloring.competiti
on.aerobic.market.place.contemporary.acoustic.band pada tanggal 2
Oktober 2016.
Sudjatmiko, T., 2016, UGM Expo Digelar 20-25 September 2016, Diakses dari
http://krjogja.com/web/news/read/9986/
UGM_Expo_Digelar_20_25_September_2016 pada tanggal 3
Oktober 2016.
Andi,
26
Pinta Marni
Oleh : Dwipa Indra Atmaja
Nyiur angin malam semakin dingin dan resah. Para pedagang
bakso bakar sudah menggelar lapak liar mereka. Becak-becak lampu
dengan berbagai bentuk dan keclap keclap warna warni mulai padam
satu-persatu. Tukang-tukang becak konvensional sudah dalam posisi
nyaman untuk tidur di becak masing masing, dengan selimut pesing
masing-masing pula, serambi menikmati linting-linting terakhir rokok
murah dan juga memikirkan bagaimana cara tetap merokok jika benar
harga rokok naik. Lampu kuning motor-motor di jalan sedang indah
indahnya seperti kunang-kunang, membuat malam remang semakin
mesra. Seorang pengamen yang umurnya baru selesai remaja menaruh
gitarnya yang bengkong setengah, lalu ikut duduk di angkringan yang
tidak kalah remang dibanding malam yang menyelimutinya. Setelah
menyalakan rokok ecerannya, si pengamen menjawil nakal wanita
yang sepertinya juga sama baru selesai remaja kemarin sore. Sang
wanita malah tersipu malu. Sang wanita memang tidak berbusana utuh
– padahal angin malam semakin dingin. Akhir tawar menawar, setelah
membayar dua cangkir kopi dan lima biji mendoan, sejoli mulai keluar
angkringan, mencari tempat untuk bermesum ria – dan gitar sang
pengamen pun tertinggal di angkringan. Saat sepasang pemuda pemudi
dengan moral yang bisa dipertanyakan tadi keluar tenda oranye
romantis, tubir-tubir orang orang di dalam tenda mengikuti, seakan
menghantarkan mereka pulang – entah pulang ke mana.
“Sekarang sainganya banyak, ya.”, lalu Atik mengepulkan asap
rokok setengah habisnya,
“Sekarang pengamen aja juga cari yang muda. Makin bingung,
mas, mau cari uang model gimana lagi.”
27
Mas Prap, pemilik angkringan, menjawab malas sambil
mengeringkan gelas basah,
“Lha, apa sudah waktunya tobat? Sampai sudah dikasih
pertanda oleh gusti kaya gitu.”
“Wele, mas. Saya ini jangan diceramahi dulu. Tunggu ada duda
kaya ngawinin saya dulu baru saya diceramahi. Kalau saya tobat, anak
saya, Marni, yang masih SD di rumah bisa bisa makan kardus. Wong
suamiku mbuh minggat ke mana.”
Mas Prap membuatkan dirinya secangkir kopi hitam. Ia sudah
sering menjadi tempat bercerita para marhaen di kota atau setidaknya
yang bermata pencaharian di daerah sekitar angkringan Mas Prap.
Apakah Mas Prap memliki latar belakang pendidikan psikologi? Lulus
SMP saja tidak. Di antara kalangan yang disebut kalangan beruntung
kurang beruntung, memang Mas Prap memiliki kehidupan yang paling
stabil. Setidaknya, keluarga Mas Prap bisa makan tiga kali sehari,
seminggu sekali bisa mengonsumsi protein hewani, dan sesekali jajan
bubur ayam di Sunmor. Istri satu, tidak terlalu cantik tapi setia – giat
mencari tambahan pemasukan keluarga via berdagang produk
kosmetik dan tempat makan. Anak dua, yang satu baru kemarin sore
lulus SMK dan yang satu lagi masih SD kelas 5 – juara kelas semua
sejak kecil.
Lengang panjang terlewati di tenda. Hanya suara nyamuk dan
suara knalpot Satria FU yang berisik di malam itu. Rokok Atik tidak
kunjung habis, padahal harga rokok saat itu belum naik.
“Kok sekarang ngudud-mu, hemat, Yu? Sedang tirakat, ya?”
Mas Prap mencoba memecah hening Atik. Memang semua kupu-kupu
malam di sekitar area itu sudah dapat job malam itu. Tinggal Atik
28
yang sendiri masih sibuk sendiri dengan teh tawar panas dan rokoknya
di tenda angkringan.
Dengan suara sedikit sesenggukan, Atik menjawab “Mas,
sepertinya memang sudah saatnya aku ganti pekerjaan. Aku sudah
nggak laku. Banyak yang lebih muda. Kepalaku sudah hampir
tiga.”Banyak yang lebih muda. Kepalaku sudah hampir tiga.”
Mas Prap dengan datar menjawab “Lah? Malah bagus, dong,
Yu.” Mas Prap mulai meneguk kopinya yang sudah mulai dingin. Tenda
sudah menuju sepi. Tinggal Atik dan sepasang kekasih yang jika dilihat
dari wajahnya, mereka masih remaja umur SMA. “Mungkin memang
gusti pengen Yu Atik kembali ke jalan yang benar.”
Senyum getir Atik membuat teh tawarnya pahit. “Jalan yang
benar, ya, mas?” Atik hisap dalam dalam rokoknya hingga habis
seperempat batang. “Tuhan yang mana, mas, yang ingin saya kembali
ke jalan yang benar?”
“Saya pedagang angkringan, yu, bukan pemuka agama.”
Atik tertawa seadanya. “Ya, mas. Kira-kira, Tuhan mau ngasih
rejeki model bagaimana ya, mas? Saya sudah kelewatan hina.” Atik
menggigit bibir bawahnya. Hingga asin darah dirasakan lidah Atik.
Hingga air mata Atik akhirnya tumpah juga. Hingga Atik akhirnya sadar
betapa hilang arahnya selama ini. Mas Prap, penuh iba, menyuguhkan
secangkir kopi hitam panas tanpa gula dan satu linting rokok di hadapan
Atik yang sekarang menutupi muka dan riasannya yang luntur.
tanpa nafkah haram, di malam yang sudah terlalu malam, dan
pagi yang masih terlalu pagi.
29
Atik meninggalkan tenda, tidak menyentuh rokok dan kopi,
yang padahal favoritnya, sama sekali. Tidak meninggalkan salam pula.
Atik hanya meninggalkan masa lalunya. Ia berjalan pulang menuju ke
kontrakan tiga meter kali empat meternya. Sudah seminggu ini Atik
tidak mendapatkan job. Padahal sisa sisa dosa masih tertinggal di
tubuhnya. Salah siapa? Pertanyaan retoris seperti ini yang selalu
menemani kebul asap rokok Atik. Atik sampai di kontrakan lagi-lagi
Hanya meninggalkan masa lalunya. Ia berjalan pulang menuju
ke kontrakan tiga meter kali empat meternya. Sudah seminggu ini Atik
tidak mendapatkan job. Padahal sisa sisa dosa masih tertinggal di
tubuhnya. Salah siapa? Pertanyaan retoris seperti ini yang selalu
menemani kebul asap rokok Atik. Atik sampai di kontrakan lagi-lagi
tanpa nafkah haram, di malam yang sudah terlalu malam, dan pagi yang
masih terlalu pagi.
Atik melihat anaknya tidur pulas di atas kasur yang sudah mulai
menguning. Atik, setelah mengganti busana, ikut merebah, menatap
atap kontrakan yang menjaga Marni setiap malam Atik pergi mendosa.
Mata Atik yang masih menyisakan gundah enggan terpejam. Atik
belum bisa benar-benar tidur. Ia memeluk Marni. Di lengang yang
panjang, pikiran Atik dilewati bagaimana anaknya kelak menjadi
dewasa. Akankah ia menjadi wanita yang cantik? Siapakah yang akan
menikmati kecantikan itu? Akankah ia menjadi wanita yang kuat?
Akankah ia menjadi wanita yang taat perintah agama? Semakin dalam
Atik merenungi mosaik kehidupanya, semakin panas mata Atik.
Semakin panas mata atik, semakin erat pula pelukan Atik. Semakin
dalam Atik menyesal, semakin dalam keinginanya pada Marni untuk
tidak menjadi seperti ibunya yang hina.
Ia berbisik nasehat kepada anaknya yang tidur, entah kepada
Tuhan yang mana doa itu ditunjukkan karena Atik sudah pesimis ia
masih beragama atau tidak, “Marni, nduk, dirimu jangan cepat cepat
30
kecantol sama laki-laki, ya, nduk. Sekolah dulu yang benar, ya, nduk.
Biar bisa lanjut ke sekolah yang bagus. Yang bisa ikatan dinas. Terus,
bisa kerja di tempat yang bisa pakai seragam, ya, nduk.” Semakin jadi
tangis Atik, “Cari, kerja yang halal, ya, nduk. Jadi PNS kalau bisa – agar
bisa dapat pensiunan.” Rambut Marni yang panjang, hitam dan cantik
membuat Atik semakin resah. “Nduk, kalau kelak dirimu punya pacar-“
Atik mulai megap-megap karena sudah diujung takut seorang Ibu
“Jangan sampai kehormatanmu dilecehkan seperti Ibu, ya,
nduk.” Lalu doa Atik menjadi samar karena sudah bercampur tangis.
Atik terus menitipkan doa dan cita-citanya dalam tangis kepada
anaknya hingga tertidur lelah.
Mulai megap-megap karena sudah diujung takut seorang Ibu
“Jangan sampai kehormatanmu dilecehkan seperti Ibu, ya, nduk.” Lalu
doa Atik menjadi samar karena sudah bercampur tangis. Atik terus
menitipkan doa dan cita-citanya dalam tangis kepada anaknya hingga
tertidur lelah.
Di kontrakan tiga kali empat meter bau sengak itu, seorang Ibu
yang masih diperbolehkan kuat meminta izin kepada zat yang orangorang panggil Tuhan untuk menyambung hidupnya lagi dengan jalan
yang benar. Untuk seorang anak yang melihatnya sebagai Ibu juara satu
di seluruh dunia. Untuk lilin kecil yang menyelamatkan hidupnya dari
benar-benar gelap lalu mati. Untuk anak satu-satunya dan tersayang –
Marni.
Semoga Tuhan masih menyayangi bunda, pinta Marni dalam
hati yang sebenarnya terjaga karena tangisan bundanya; yang
sebenarnya tahu perjuangan Ibu juara satunya selama ini sebagai kupukupu malam; yang sebenarnya takut jika Ibunya tidak kembali ke jalan
yang benar. Doa Marni sudah dikabulkan. Ibunya pulang.
31
Review
AYO REKREASI BERSAMA : Kamadhis Goes to Solo !
Oleh : Graciella Alva
Ayo Rekreasi Bersama (ARB) merupakan acara tahunan
Kamadhis UGM yang selalu diadakan untuk memfasilitasi para
anggota Kamadhis melepas kejenuhan di sela-sela jadwal perkuliahan
yang padat maupun untuk merilekskan diri sebelum ujian dimulai.
Kegiatan ARB ini yaitu berwisata ke Kota Surakarta atau lebih akrab
dikenal sebagai Kota Solo.
Acara dimulai dari pagi hari. Para peserta berangkat dengan
transportasi bus selama dua jam perjalanan. Tempat pertama yang
dikunjungi tentu saja adalah “Rumah Makan Timlo Solo” karena
merupakan makanan khas Kota Solo. Timlo Solo itu merupakan
hidangan kuah yang berempah, umumnya berisi potongan telur dadar,
bihun dan suwiran ayam. Para peserta dibawa menuju destinasi
berikutnya yaitu Keraton Kasunanan Surakarta. Harga tiket masuk
cukup murah, hanya dengan Rp10.000,00 pengunjung dapat berjalanjalan mengelilingi taman yang luas sekaligus mengenal bagian-bagian
Keraton dan juga melihat berbagai benda peninggalan kerajaan didalam
museumnya.
Perjalanan di kota Solo tidaklah lengkap jika tidak mengunjungi
Taman Balekambang. Yang menarik dari taman ini adalah adanya
beberapa ekor rusa yang dibiarkan bebas berkeliaran dan juga ada
taman reptil yang memperlihatkan berbagai jenis ular. Untuk menutup
perjalanan di kota Solo, ada dua tempat makan yang direkomendasikan
yaitu “Cafe Tiga Tjeret” dan “Nasi Liwet Bu Wongso Lemu”. Makanan
yang disajikan di “Cafe Tiga Tjeret” berupa angkringan, tetapi dengan
menu yang lebih bervariasi dan tempat yang lebih mewah. Sedangkan
di “Nasi Liwet Bu Wongso Lemu”, pengunjung dapat mencoba nasi
liwet Solo yang gurih dan sedap. Setelah selesai makan malam,
kegiatan ARB secara resmi selesai dan peserta pun melakukan
perjalanan kembali ke Yogyakarta.
32
DIES KAMADHIS UGM
Together Into The Endless Path
Oleh : Novera
Tidak terasa, Dies Natalis Kamadhis UGM tiba lagi. Pada Dies
Natalis Kamadhis UGM yang ke-26 tahun ini, ada beberapa rangkaian
acara yang diselenggarakan diantaranya; Lomba Karya Tulis,
Turnamen Futsal, Turnamen Catur, Senggata (dana makanan), dan
Malam Puncak. Rangkaian-rangkaian acara tersebut dibuka dengan
diadakannya Lomba Karya Tulis pada tanggal 25 Juni 2016 dan ditutup
dengan malam puncak yang dilaksanakan pada tanggal 24 September
2016.
Lomba Karya Tulis Dies Natalis Kamadhis UGM ke-26 ini
dapat diikuti oleh siapapun. Hasil karya yang diterima tidak hanya
berasal dari Yogyakarta namun ada juga yang berasal dari luar
Yogyakarta. Tema yang diangkat dalam perlombaan karya tulis adalah
"Inspirasi Kehidupan". Sedangkan untuk Turnamen Futsal, Turnamen
Catur, Senggata dan Malam Puncak diikuti oleh instansi-instansi
Buddhis yang ada di Yogyakarta.
Senggata merupakan singkatan dari "sekotak pangan berjuta
kebahagiaan”. Di acara ini, peserta diajak untuk berbagi nasi kotak
kepada orang yang kurang beruntung. Sebagai penutup rangkaian acara
Dies Kamadhis UGM ke-26 diadakan acara Malam Puncak. Di Malam
Puncak, Kamadhis UGM mengundang banyak penampilan untuk
memeriahkan acara yaitu seorang pesulap, stand up comedy, dan band.
Dengan berakhirnya rangkaian acara Dies Natalis ke-26 ini, diharapkan
hubungan antarinstansi Buddhis dapat menjadi lebih erat lagi. Sampai
jumpa lagi di Dies Natalis Kamadhis UGM yang ke-27. Viva
Kamadhis!!
33
Basic Buddhist Class
Kamadhis UGM 2016
Oleh : Hery Ciaputra
Basic Buddhist Class atau biasanya disebut BBC adalah
program kerja baru Kamadhis UGM yang bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dasar mengenai Buddha Dhamma bagi anggota-anggota
Kamadhis UGM yang baru mempelajari Buddha Dhamma, maupun
yang ingin mendalaminya. BBC dimulai dengan penyampaian materi
oleh pembicara yang kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab oleh
para peserta. BBC diadakan sebanyak tiga kali dalam satu tahun ini
dengan pembawa materi dan juga topik yang berbeda-beda.
BBC1 mengusung topik “Riwayat Buddha Gotama” dengan
pemateri Upa.Vinito Vincent Eddy Hartono Kuncoro, S.Psi. atau lebih
akrab disapa ko An-An. BBC1 memberikan pengetahuan paling dasar
yaitu mengenai Guru Agung kita, dengan menonton film Pangeran
Siddharta dari terlahir sampai mencapai ke-Buddha-an dan perjalanan
hidupnya dalam membabarkan Dhamma. Setelah itu, acara dilanjutkan
dengan diskusi. BBC2 mengusung topik “Hari Raya Buddhis dan Arti
Benda Pemujaan” dengan pemateri Upa.Ratanaputto Prinanda
Radiatus atau lebih akrab disapa ko Nanda. BBC2 memberikan
pengetahuan dasar mengenai sejarah hari-hari raya umat Buddha dan
juga benda-benda pemujaan beserta artinya. Setelah itu, dilanjutkan
dengan tanya jawab dan games mengenai materi yang telah dibawakan.
BBC3 mengusung topik “How to be A Happy Buddhist” dengan
pemateri Samanera Abhijato. BBC3 sebenarnya sudah lebih dari
sekedar dasar Buddha Dhamma karena lebih berfokus kepada
penerapan Buddha Dhamma dalam kehidupan kita sehari-harinya.
Secara keseluruhan BBC telah berhasil menarik minat anggota-anggota
Kamadhis UGM untuk mendalami Buddha Dhamma. Sampai jumpa
lagi di acara-acara kamadhis berikutnya.
34
Dhammacamp Kamadhis UGM 2016
“Find the Diamonds, Seek the Truth”
Oleh : Hery Ciaputra
Dhammacamp Kamadhis UGM adalah suatu acara untuk
mengakrabkan anggota-anggota baru Kamadhis UGM dengan sesama
angkatannya maupun dengan anggota dari angkatan-angkatan
sebelumnya. Dhammacamp Kamadhis UGM 2016 diadakan di Wisma
Pesanggrahan PU Kaliurang selama dua hari satu malam pada tanggal
22-23 Oktober 2016. Dhammacamp Kamadhis UGM 2016 memiliki
tagline “Find the Diamonds, Seek the Truth” yang memiliki arti
mencari permata-permata yaitu Buddha, Dhamma, dan Sangha dan
mencari kebenaran melalui tiga permata ini.
Kali ini, Dhammacamp mengusung tema bajak laut dimana
setiap permainan yang dimainkan memiliki unsur bajak laut. Pada hari
pertama peserta berkumpul di gedung Rektorat UGM untuk melakukan
pembukaan dan dilanjutkan dengan beberapa permainan di sekitar
lingkungan UGM. Setelah permainan selesai, acara dilanjutkan dengan
makan siang dan perjalanan menuju Wisma Pesanggrahan PU
Kaliurang. Pada Dhammacamp kali ini, dilakukan pemilihan King and
Queen dengan sistem yang berbeda dari sebelumnya yaitu dengan open
recruitment. Hal ini diharapkan King and Queen yang terpilih nantinya
tetap mempunyai komitmen untuk selalu ingin mengakrabkan anggotaanggota Kamadhis UGM. Selain itu, ada juga sesi pengenalan
mengenai Kamadhis UGM dan struktur kepengurusannya.
Cuaca yang dingin tentu saja membuat sesi api unggun menjadi
sesi yang ditunggu-tunggu dimana para peserta dapat merasakan
hangatnya api unggun sambil menikmati barbecue yang telah disiapkan
dan bercerita kepada satu sama lain. Dhammacamp sebagai salah satu
acara yang paling ditunggu-tunggu anggota Kamadhis UGM kali ini
telah sukses dalam memenuhi harapan dari para peserta. Meskipun
diadakan setiap tahun, pada setiap acara Dhammacamp selalu ada cerita
yang berbeda dan selalu meninggalkan kenangan kepada para peserta
masing-masing.
35
Galeri
Malam Puncak Dies Natalis Kamadhis UGM ke-26
36
BBC III Kamadhis UGM 2016
Dhammacamp Kamadhis UGM 2016
37
Dhammapada Atthakatha
Dhammapada AtthakathaSyair 354
Kisah Pertanyaan yang Diajukan Sakka
Dalam suatu pertemuan para dewa di surga Tavatimsa, empat
pertanyaan diajukan, tetapi para dewa gagal memperoleh jawaban yang
benar. Akhirnya Sakka membawa para dewa tersebut menghadap Sang
Buddha di Vihara Jetavana. Setelah menjelaskan kesulitan mereka,
Sakka mengajukan empat pertanyaan berikut :
1. Diantara semua pemberian, manakah yang terbaik?
2. Diantara semua rasa, manakah yang terbaik?
3. Diantara semua kegembiraan, manakah yang terbaik ?
4. Mengapa penghancuran nafsu dikatakan yang paling unggul?
Terhadap pertanyaan-pertanyaan ini, Sang Buddha menjawab,
“ O Sakka, Dhamma adalah yang termulia dari semua pemberian,
terbaik dari semua rasa, dan terbaik dari semua kegembiraan,
penghancuran nafsu untuk mencapai tingkat kesucian arahat. Oleh
karena itu terunggul dari segala penaklukan.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 354 berikut :
Pemberian 'Kebenaran' (Dhamma) mengalahkan semua pemberian
lainnya; rasa 'Kebenaran' (Dhamma) mengalahkan semua rasa
lainnya; kegembiraan dalam 'Kebenaran (Dhamma) mengalahkan
kegembiraan lainnya. Orang yang telah menghancurkan nafsu
keinginan akan mengalahkan semua penderitaan.
Pada saat khotbah Dhamma itu berakhir, Sakka berkata kepada
Sang Buddha, “Bhante, jika pemberian Dhamma mengungguli semua
pemberian, mengapa kami tidak diundang untuk berbagi jasa ketika
pemberian Dhamma dilakukan? Bhante , saya mohon, mulai sekarang,
kami diberi pembagian jasa atas perbuatan baik yang telah dilakukan”.
Kemudian Sang Buddha meminta semua bhikkhu untuk berkumpul dan
menasehati mereka untuk berbagi jasa kepada semua makhluk atas
semua perbuatan baik mereka. Sejak saat itu, menjadi suatu kebiasaan
untuk mengundang semua makhluk dari tiga puluh satu alam kehidupan
(bhumi) untuk datang, dan berbagi jasa kapan pun suatu perbuatan baik
dilakukan.
38
Kontak Dhamma
Rubrik ini diasuh oleh Romo Effendie Tanumihardja. Bila ada pembaca
yang ingin mengirim pertanyaan dapat dikirim ke e-mail Ekacitta :
[email protected]. Pertanyaan terpilih akan dijawab
dengan berdiskusi dahulu dengan Romo Effendie.
1. Apakah mengkonsumsi daging termasuk pembunuhan mahluk
hidup? Bagaimana karmanya?
Jawab:
Mengkonsumsi daging binatang yang sudah jadi mati bukan
termasuk pembunuhan.
Ada 2 versi pendapat:
1. Versi Theravada
a) Tidak mendengar suara binatang saat disembelih
b) Tidak menyuruh penyembelihan binatang untuk dikonsumsi
c) Tidak tahu bahwa binatang disembelih untuk disuguhkan.
2. Versi Mahayana
Semua daging binatang yang dimakan berasal dari binatang yang
disembelih, jadi kalau tidak mengkonsumsi daging, maka tidak akan
ada binatang yang dibunuh/disembelih.
2. Mengapa pemeluk agama Buddha di India sangat sedikit?
Padahal agama Buddha lahir di India.
Jawab:
Pertanyaan ini sulit dijawab dengan jawaban pasti. Sejumlah
fenomena yang terjadi seperti berkembangnya aliran-aliran agama
Hindu yang lebih menjanjikan atau terbaginya agama Buddha menjadi
beberapa aliran, mungkin bisa menjadi penyebab sedikitnya pemeluk
agama Buddha di India. Apapun jawaban yang terlintas di pikiran
seharusnya menjadi peringatan bagi umat Buddhis karena fenomena
bermunculannya aliran agama Buddha di Indonesia mungkin bisa
membawa dampak berkurangnya umat Buddhis di Indonesia juga.
39
Ponokamad
40
Download