Salam Redaksi Namo Buddhaya, Kabar gembira untuk kita semua! Kali ini Eka-citta telah memasuki edisi ke XLIII. Edisi kali ini akan membahas sesuatu yang tidak asing lagi bagi kita yaitu Pahlawan (Hero). Kata pahlawan berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu phala-wan yang artinya orang yang menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara dan agama. Kategori pahlawan bisa banyak sekali, misalnya saja pahlawan kemanusiaan, pahlawan nasional, pahlawan revolusi, pahlawan iman, maupun pahlawan dalam hidup kita sendiri. Pada edisi kali ini, kita akan mengenal lebih dekat salah satu tokoh pahlawan yang berjasa bagi Negara Indonesia, dimana tokoh ini juga sering melibatkan suratmenyuratnya dengan ajaran Buddha. Kita juga akan melihat dari kacamata buddhis bagaimana arti pahlawan yang sebenarnya dalam kehidupan kita. Tidak hanya pahlawan zaman dahulu, tetapi kita juga akan mengenal pahlawan “masa kini” dan sifat-sifat kepahlawanan yang dimiliki. Pahlawan tidak berarti hanya orang lain, tetapi juga diri kita sendiri. Ready to be your own hero ? Semua kajian ini akan disajikan dengan hangat dalam edisi Eka-citta ke XLIII ini. Terimakasih kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung dalam pembuatan Eka-citta, juga kepada donatur yang telah menyediakan dana untuk Eka-citta edisi XLIII ini. Akhir kata, kami dari tim Eka-citta mohon maaf bila terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan dalam penggunaan kata dan penyajian informasi. Untuk kemajuan buletin Eka-citta kedepannya, besar harapan kami mendapatkan saran dan kritik dari para pembaca. Sabbe satta bhavantu sukhitatta May all beings be happy Semoga semua makhluk berbahagia Salam Metta, Redaksi 1 Daftar Isi Salam Redaksi Daftar Isi Cover Issue Untaian Dhamma Info : Enjoy and Do The Best Every Little Things RA Kartini dan Agama Buddha Wawancara Hiburan : GUNDALA: The Flash dari Yogyakarta What do You Think about Kamadhis UGM? Komik Dhamma Resensi Pojok Kampus Renungan Cerpen Review: AYO REKREASI BERSAMA Dies Kamadhis UGM Basic Buddhist Class Dhammacamp Kamadhis UGM 2016 Galeri Dhammapada Atthakatha Kontak Dhamma PonoKamad Pelindung Pembina Penanggung Jawab Pimpinan Umum Redaksi Penyunting Tata letak Iklan dan Pemasaran 2 1 2 3 6 10 12 15 19 21 22 23 25 27 32 33 34 35 36 38 39 40 : Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D : Dr. Dr. Ir. Effendie Tanumihardja, S.U., MM : Anathapindika Kamandjaja : Ryan Kurnia : Dewi Karina; Hery Ciaputra; Panna Dikha Citrawati : Tara Ayu Cintoro; Filbert Utomo; Joanna Gautami Djuasa : Kwan, William Kurniawan; Pandapotan; Renardi Winata : Frendy Tanoto Yoga; Katherine; Steven Febriyanto Cover Issue Are You The Next Hero ? Oleh : Dewi Karina Apa yang terlintas di pikiran Anda, saat Anda memikirkan kata pahlawan? Tokoh-tokoh perjuangan yang terkenal? Atau orang-orang disekitar Anda yang berjasa bagi Anda? Semua orang boleh mempunyai jawabannya masing-masing. Dalam Bahasa Inggris, pahlawan disebut hero yang biasa dikaitkan dengan sosok legendaris mitologi yang dikaruniai kekuatan yang lebih, penuh keberanian dan biasanya merupakan keturunan dewa. Namun apakah sosok hero selalu berarti orang lain yang berjasa bagi kita? Pernahkah kita berpikir bahwa kita juga bisa menjadi hero untuk hidup kita maupun untuk hidup orang lain? Be a hero is never easy! Terkadang dunia hitam putih ini mudah diputarbalikkan sehingga kadang yang hitam akan menjadi putih dan yang putih dengan mudah dinodai menjadi hitam. Itulah kehidupan. Selalu ada cara untuk memutarbalikkan fakta. Inilah tugas kita sebagai hero dalam diri masing-masing, harus berani memperjuangkan kebenaran. Bila kita berhasil memperjuangkan kebenaran diatas kegelapan dunia, you will be the hero for your own! Lalu timbul pertanyaan dalam benak kita, apakah susah menjadi hero? Tantangan apa saja yang akan kita hadapi? Tentu saja, yang dinamakan perjuangan itu tidak pernah mudah. Akan selalu ada angin yang menggoyahkan segala usaha, niat dan perjuangan untuk memperoleh kebenaran sejati. Hanya saja, bagaimana sikap kita menghadapi dan melalui terpaan angin itulah yang menentukan keberhasilan kita. Janganlah mudah terpengaruh dengan hal-hal yang tidak pasti kebenarannya yang nantinya malah membawa kita menuju kegelapan. Kita harus menjadi seseorang yang kuat, tegar dan penuh percaya akan apa yang kita yakini benar. Prinsipnya yaitu benar adalah benar, dan salah adalah salah. Tidak ada yang perlu ditutupi dari 3 kesalahan, begitu juga kebenaran. Oleh karenanya kita bisa menjadi hero sejati. Contoh yang paling umum dan yang sudah pasti kita kenali adalah Buddha Gautama. Sebagian besar dari kita pasti sudah mengetahui riwayat Sang Buddha dalam perjuangan beliau mencapai kebuddhaan. Salah satu godaan yang dihadapi Sang Buddha adalah godaan dari Mara. Mara selalu berusaha menganggu konsentrasi Sang Buddha ketika bermeditasi. Namun, alih-alih terpengaruh oleh Mara, Sang Buddha justru tetap berkonsentrasi dan bermeditasi tanpa menghiraukan Mara hingga mencapai penerangan sempurna. Perjuangan, kesabaran, ketegaran dan penuh percaya diri inilah ciri-ciri seorang pahlawan yang dapat kita contoh dari riwayat hidup Buddha Gautama. Ada pepatah yang mengatakan “Semakin tinggi pohon, maka akan semakin kencang angin menerpanya” artinya, semakin tinggi kedudukan atau derajat seseorang, maka semakin banyak orang yang akan berusaha menjatuhkannya dan semakin banyak rintangan yang akan dihadapinya. Begitu juga ketika kita menjadi pahlawan, akan banyak tantangan dari berbagai belah pihak yang berusaha menjatuhkan kita. Dan disaat itu yang harus kita lakukan adalah mengingat 3 hal berikut ini: 1. Bila kita mengalami kegagalan, ingat F.A.I.L. Artinya First Attempt In Learning. Kegagalan adalah awal dari suatu pembelajaran untuk sesuatu yang lebih baik dan tentu saja dengan adanya kegagalan kita baru bisa merasakan indahnya keberhasilan. Jangan pernah menyerah. 2. Tidak terpungkiri kita juga akan merasa lelah dan seperti ingin berhenti untuk berjuang. Selalu ingat E.N.D yang artinya Effort Never Dies. Tidak ada kata terakhir dari perjuangan. Perjuangan itu tiada akhir hingga kita mencapai apa yang kita harapkan. 4 3. Bila kita sudah berusaha dan melakukan usaha dengan keras namun masih belum mendapatkan hasilnya, bahkan mendapatkan penolakan, ingat kembali N.O !! yaitu Next Opportunity. Selalu ada kesempatan kedua bagi siapapun yang mau berusaha. “Pahlawan.. Jangan menanti kedatangannya. Mereka adalah aku, kau, dan kita semua. Mereka bukan orang lain. Mereka hanya belum memulai. Mereka hanya perlu berjanji untuk merebut takdir kepahlawanan mereka, dan dunia akan menyaksikan gugusan pulau-pulau ini menjelma menjadi untaian kalung zamrud kembali yang menghiasi leher sejarah.” - Muhammad Anis Matta “Setiap pejuang bisa kalah dan terus-menerus kalah tanpa kemenangan, dan kekalahan itulah gurunya yang terlalu mahal dibayarnya. Tetapi biarpun kalah, selama seseorang itu bisa dinamai pejuang dia tidak akan menyerah. Bahasa Indonesia cukup kaya untuk membedakan kalah daripada menyerah (Prahara Budaya, h. 187)” - Pramoedya Ananta Toer 5 Untaian Dhamma Pahlawan yang Sebenarnya Dalam Kacamata Buddhis Oleh : Laura Haryo “The true hero is one who conquers his own anger and hatred.” Pahlawan sejati adalah ia yang menakhlukan kemarahan dan kebencian dirinya sendiri Dalai Lama XIV Apabila kita ditanya, “Siapakah pahlawan itu?”, pada umumnya, kita akan menyebutkan nama-nama pahlawan yang berjasa dalam peperangan dalam membela kebenaran. Contohnya, nama-nama pahlawan yang membela bangsa Indonesia dalam agresi militer. Namun, apakah pengertian pahlawan mempunyai lingkup yang lebih luas? Apakah pahlawan yang berjasa dalam peperangan membela kebenaran merupakan pahlawan yang sebenarnya? Apakah semua aksi dan perilaku para pahlawan yang kita ketahui itu benar? Bagaimana cara supaya bisa menjadi pahlawan yang sebenarnya? Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Menurut Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2009 Tentang Gelar, Tanda Jasa, Dan Tanda Kehormatan, pahlawan nasional adalah gelar yang diberikan kepada Warga Negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan Negara Republik Indonesia. Hal ini berarti ada kebenaran dalam interpretasi orang pada umumnya, yang menjelaskan pahlawan adalah mereka yang berjuang dalam peperangan demi membela kebenaran. Namun, ada perbedaan 6 antara pahlawan dan pahlawan nasional. Selain itu, pengertianpengertian tersebut merupakan pengertian umum, yang ada perbedaannya apabila diiterpretasikan dengan kacamata Buddhis. Dapatkah seseorang yang tidak berkontribusi dalam perang membela kebenaran menjadi seorang pahlawan? Sebenarnya, setiap orang mampu menjadi seorang pahlawan. Dalam ajaran Buddhis, semangat (viriya) merupakan salah satu dari lima unsur kekuatan (pañcabala) yang perlu dikembangkan setiap orang. Seorang pahlawan bisa saja bukan seorang pahlawan nasional. Oleh karena itu, seorang pahlawan tidaklah wajib seorang tentara peperangan. Pahlawan mempunyai arti yang lebih luas. Bahkan, keputusan pahlawan nasional yang melakukan perlawanan dengan senjata merupakan keputusan yang kurang bijaksana. Kita tidak harus mempunyai kemampuan fisik yang hebat untuk menjadi pahlawan. Kesimpulannya adalah setiap orang mempunyai kesempatan menjadi seorang pahlawan. Salah satu contoh kesalahan penafsiran mengenai pengertian pahlawan, terjadi pada saat adanya kejadian perbedaan pendapat antarkelompok yang menimbulkan pertengkaran. Ketika keduanya tetap kokoh pada pendapat masing-masing, dan kemudian pemimpin salah satu kelompok berhasil meyakinkan bahwa pendapatnya yang benar, anggota-anggota kelompok tersebut akan menyebutkan pemimpinnya adalah seorang pahlawan. Padahal, ia belum tentu merupakan seorang pahlawan yang sebenarnya dan pendapatnya belum tentu benar. Ia merupakan pahlawan sepihak, pahlawan dari kacamata anggota-anggotanya. Kebenaran yang ia bela juga merupakan kebenaran sepihak. Namun, apabila ada orang yang berusaha untuk menjadi penengah kedua belah pihak, yang mendengar pendapat kedua belah pihak dengan batin yang seimbang (upekkha), dialah yang merupakan pahlawan sebenarnya. 7 “Sabbe tasanti dandassa sabbe bhayanti maccuno attanam upamam katva na haneyya na ghataye.” (Dhammapada X: 129) Semua orang takut akan hukuman; semua orang takut akan kematian. Setelah membandingkan orang lain dengan diri sendiri, hendaknya seseorang tidak membunuh atau mengakibatkan pembunuhan. Sama halnya dengan pahlawan nasional yang melakukan perang senjata, membela bangsa Indonesia dalam agresi militer. Kebenaran situasi, kondisi, dan alasan peperangan tidak diketahui secara utuh tanpa adanya penyelidikan oleh diri sendiri (ehipassiko). Perang dengan senjata bukanlah jalan penyelesaian yang tepat dalam menghadapi suatu masalah. Meskipun selalu dikatakan alasan penggunaan senjata adalah demi memenangkan kebenaran dan demi kemerdekaan bersama. Namun, bukan berarti kita harus menyerah dalam suatu peperangan. Kita boleh menjadi prajurit kebenaran. Akan tetapi, kita tidak seharusnya menjadi penyerang. Orang yang berjuang demi kedamaian dan kebenaran akan mendapatkan pahala. Bahkan, kekalahan dalam peperangan juga merupakan kemenangan bagi dirinya sendiri, yang sudah berhasil memimpin dirinya sendiri sesuai dengan kebenaran. Menyerang bukanlah jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah. Dalam pandangan buddhis, belas kasihan dan pembunuhan tidak bisa dijadikan satu. Dengan kata lain, meskipun pembunuhan yang dilakukan merupakan demi kebaikan dan bukan berdasarkan kebencian, hal tersebut tidaklah benar. Mereka yang melakukan kejahatan akan menderita karena karma buruknya sendiri. Jalan penyelesaian yang tepat adalah dengan perdamaian, tanpa peperangan. Akan tetapi, apabila suatu kejadian bisa ditelusuri, dan 8 memang benar penyerangan dilakukan bukan atas kehendak melakukan kejahatan dan tidak ada cara untuk menghindarinya, orang yang melakukan penyerangan tersebut juga termasuk pahlawan seutuhnya. Bagaimana cara agar kita dapat menjadi seorang pahlawan? Karena pahlawan merupakan ia yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya untuk membela kebenaran, ia tentu perlu mampu memimpin, baik diri sendiri maupun orang lain, dengan baik dan benar. Jalan kebenaran yang dijelaskan dalam Samyutta Nikaya 56.11 disebut jalan mulia berunsur delapan (ariyo aṭṭhaṅgiko maggo). Jalan mulia berunsur delapan adalah pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar. Setelah mampu memimpin sesuai dengan kebenaran mutlak dan jalan yang sebenarnya, ialah merupakan pahlawan yang sebenarnya. Daftar Pustaka : Anonim, 2014, Pancabala, Lima Kekuatan Untuk Mencapai Tujuan , Diakses dari http://www.daunbodhi.com/2014/04/30/pancabala-limakekuatan-untuk-mencapai-tujuan/ pada tanggal 20 Oktober 2016. Dhammananda, K.Sri., 2002, What Buddhists Believe, Kuala Lumpur : Buddhist Missionary Society Malaysia. Julifin, 2005, Dhamma Prabha, Edisi 47, Yogyakarta : Dharma Prabha. Tanumihardja, Effendie. 2012. Pendidikan Agama Buddha. Yogyakarta : Effendie Tanumihardja. 9 Info Enjoy and Do The Best Every Little Things Oleh : Miory Onassis Di Indonesia , banyak sekali pahlawan-pahlawan pada zaman penjajahan dahulu, seperti Pangeran Diponegoro, Antasari, Pattimura, Tuanku Imam Bonjol, Soekarno, Mohammad Hatta dan masih banyak lagi. Besar jasa mereka telah diberikan untuk Indonesia. Salah satu bentuk penghormatan kepada mereka adalah dengan menampilkan wajah-wajah mereka pada alat tukar resmi Indonesia, yaitu mata uang Rupiah. Pada Eka-citta ke-43 ini, kita akan membahas tentang hero atau pahlawan. Pengertian dari pahlawan itu sendiri seperti yang sudah dibahas pada artikel sebelumnya, adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Pertanyaannya adalah, apakah masih ada pahlawan di zaman yang tanpa peperangan ini? Jawabannya tentu saja ada, semua orang adalah pahlawan, setidaknya untuk dirinya sendiri. Sang Buddha juga sering mengingatkan kita untuk memupuk kebajikan yang tanpa sadar hasilnya akan membuahkan karma baik. Karma baik yang dihasilkan dapat mempermudah jalan kita untuk menjadi seorang pahlawan. Menjadi pahlawan pada masa kini tidaklah sulit. Akan tetapi, mungkin banyak dari kita yang merasa sepele dengan perbuatanperbuatan yang mendukung kita menjadi sosok 'pahlawan' tersebut. Contohnya di dalam kehidupan sehari-hari kita adalah membantu orang tua di rumah, belajar dengan tekun dan rajin, sikap jujur dan bertanggungjawab, melakukan hal positif pada lingkungan sekitar, hingga pada skala yang lebih besar lagi seperti rela berkorban untuk kepentingan orang banyak. Tetapi, disini saya tidak akan menjelaskan bahwa menjadi pahlawan haruslah pada skala yang besar, memang benar menjadi pahlawan pada skala yang besar akan membuat kita lebih diingat oleh banyak orang. Namun, sebagai tahapan 10 pembelajaran, kita dapat memulai kepahlawanan kita dari hal-hal yang kecil, kemudian berkembang secara terus-menerus. Ada pepatah yang mengatakan bahwa sebelum mengubah dunia, maka ubahlah dirimu sendiri terlebih dahulu. Hal ini mencerminkan betapa pentingnya kita memperhatikan hal-hal kecil disekitar kita untuk meningkatkan kualitas diri dan baru kemudian kita bisa melakukan perubahan untuk orang lain dan dalam jangkauan yang lebih luas yaitu dalam kehidupan bermasyarakat. Menjadi seorang pahlawan, berarti tidak hanya memikirkan keuntungan diri sendiri, tetapi menjadi seorang pahlawan harus rela berkorban diri sendiri demi kebahagiaan orang lain. Laporan Keuangan Eka-citta edisi 42/XLII Saldo Awal Rp2,631,790.10 Sponsor Predator Sponsor SS Donasi a.n. Pratiwi Subtotal Pendapatan Rp300,000.00 Rp300,000.00 Rp150,000.00 Rp750,000.00 Cetak Pin Eka-citta Cetak Proposal Cetak Draft Cetak cover (2 muka, 75lbr, @3600) Cetak isi (booklet, 150eks, @1800) Biaya potong (150eks, @500) Subtotal Pengeluaran Rp19,000.00 Rp10,000.00 Rp5,500.00 Rp270,000.00 Rp270,000.00 Rp75,000.00 Rp649,500.00 Total Rp2,732,290.10 11 R. A. Kartini dan Agama Buddha Oleh : Panna Dikha Citrawati Setiap tanggal 21 April, Indonesia memperingati hari kelahiran Raden Ayu Kartini (Raden Adjeng Kartini), seorang pahlawan nasional perempuan, yang merupakan pelopor perjuangan hak-hak perempuan. Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa dasar pemikiran wanita kelahiran Jepara ini dipengaruhi oleh agama Buddha. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan istilah-istilah Buddhis dalam bahasa Belanda seperti kata “Boeddhabeeld ” (arca Buddha), “Boeddha-kindje” (anak Buddha), “Boeddhisme” (Buddhisme) dan “Bodhisatwa” dalam beberapa suratnya kepada teman-teman pena dari Belanda, yang terkumpul dalam buku Door Duisternis tot Licht (Dari Gelap Terbitlah Terang) tahun 1912 yang dikumpulkan oleh J. H. Abendanon. Dalam suratnya kepada Nyonya R. M. Abendanon-Mandri, istri J. H. Abendanon, pada 27 Oktober 1902, Kartini menceritakan bagaimana ia mengklaim dirinya sebagai seorang siswa Buddha dan karena itu ia tidak memakan makanan hewani, dan ia merasa kasihan dengan ayahnya yang menginginkan dirinya bukan sebagai siswa Buddha. “Ik ben een Boeddha-kindje, weet u, en dat is al een reden om geen dierlijk voedsel te gebruiken….” – “Saya adalah siswa Buddha, Anda tahu, itu alasan saya tidak memakan makanan hewani…” (Door Duisternis tot Licht, hal.277). Pengetahuan dan informasi mengenai agama Buddha diperoleh dari pergaulan Kartini dengan masyarakat etnis Tionghoa dan dari buku-buku yang ia baca. Pergaulannya dengan etnis Tionghoa dapat dilihat dalam suratnya kepada Nyonya R. M. Abendanon-Mandri. Kartini menceritakan dirinya yang sakit parah saat kecil menjadi sembuh 12 berkat petunjuk temannya yang berasal dari etnis Tionghoa. Pada masa itu agama Buddha bangkit kembali sejak runtuhnya kerajaan Majapahit, dan diperkenalkan kembali ke Nusantara dalam balutan tradisi Tionghoa bersama dengan agama tradisi Tionghoa lainnya seperti Tao dan Kong Hu Cu. Pergaulannya dengan etnis Tionghoa yang membawa budaya serta agamanya inilah yang membawa Kartini untuk mengenal agama Buddha yang kemudian memberikan inspirasi bagi pergolakan batin dan perjuangan bagi kaumnya. Dalam surat-suratnya, sebanyak 3 surat Kartini memuji sebuah buku karya Harold Fielding (1859-1917) dari Belanda berjudul ”de Ziel van een Volk” (Jiwa Suatu Bangsa; Inggris: Soul of a People) yang diterjemahkan oleh Felix Orrt ke dalam Bahasa Inggris. Buku ini berisi mengenai pengalaman dan pengetahuan si penulis (Fielding) mengenai ajaran Agama Buddha dan bagaimana masyarakat Birma (Myanmar) menerapkan ajaran Buddha dalam kehidupan mereka. Kartini nampaknya terkesan dengan buku karya H. Fielding tersebut sehingga ia menceritakannya kepada tiga orang teman asingnya, di antaranya dalam surat kepada Dr. N. Adriani, 10 Agustus 1901; kepada Hilda Gerarda de Booij-Boissevain, 26 Mei 1902; dan kepada Nyonya R. M. Abendanon-Mandri, 5 Juli 1903. Hal yang menarik dari buku tersebut adalah terdapat beberapa pembahasan mengenai perempuan, di antaranya adalah kedudukan kaum perempuan yang secara umum setara dengan pria, perkawinan yang dianggap murni urusan duniawi bukan urusan agama, dan peran perempuan dalam keagamaan masyarakat Birma yang berbanding terbalik dengan kaum lelakinya. Tidaklah mengherankan jika dari pembahasan seputar kaum perempuan dalam buku bernuansa agama Buddha karya Fielding tersebut membuat Kartini mendapatkan inspirasi dan dorongan untuk memperjuangkan hak perempuan. Seperti yang diyakini oleh Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya ”Panggil Aku Kartini Saja”. 13 Pemikiran-pemikiran Kartini yang kritis yang tertuang dalam surat-suratnya merupakan pemikiran seorang perempuan Indonesia yang melampaui zamannya. Pemikirannya tersebut bukan hanya seputar emansipasi perempuan tetapi juga sebuah usaha pencarian nilai-nilai spiritual dalam beragama. Gagasan Kartini mengenai emansipasi wanita kemudian lahir dan berkembang di Indonesia. Wanita kelahiran Jepara ini yang banyak terinspirasi oleh ajaran Buddha menjadi salah satu bukti bahwa keberagaman dan perbedaan menimbulkan banyak dampak positif dan keberagaman adalah napas bangsa yang harus kembali diembus di usia ke-70 ini. Daftar Pustaka : Sugata, 2013, R.A. Kartini : “ Ik ben een Boeddha-kindje” , Diakses dari http://segenggamdaun.com/tag/pahlawan-beragama-buddha/ pada tanggal 20 Oktober 2016. Anonim, 2013, Ketika R.A. Kartini Mengenal Agama Buddha, Diakses dari http://berita.bhagavant.com/2013/04/23/ketika-r-a-kartinimengenal-agama-buddha.html pada tanggal 20 Oktober 2016. Gotami, Paramita, 2015, Pahlawan Nasional Indonesia Yang Beragama Buddha, Diakses dari http://buddhazine.com/pahlawan-nasionalindonesia-yang-beragama-buddha/ pada tanggal 20 Oktober 2016. R. A. Kartini 14 Hilda Gerarda de Booij-Boissevain Wawancara Nama lengkap Tempat, tanggal lahir Pendidikan Pekerjaan Hobi : Vincent Eddy Kuncoro Hartono : Magelang, 26 Januari 1990 : S1 Psikologi Universitas Sanata Dharma S2 Magister Psikologi Profesi UGM : Psikolog : Membaca, travelling Menurut Saudara Vincent, apa itu pahlawan? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah pahlawan diartikan sebagai orang yang menonjol karena ada hal yang diperjuangkan dan dikorbankan. Lebih dari itu saya menambahkan: sikap, ucapan, dan pikiran yang terjaga, terkendali secara konsisten. Hal ini saya tambahkan mengingat pengorbanan saja saya rasa tidak cukup. 15 Melihat dari definisi tersebut, siapa saja yang menurut Saudara Vincent dapat dicontohkan sebagai pahlawan? Saat ini, yang dapat dikategorikan sebagai pahlawan adalah yang terlihat jelas, yaitu para Pahlawan Nasional. Terlepas dari status, contoh lain yang dapat diambil adalah Dalai Lama. Melalui tindakan beliau yang menyerukan tentang perdamaian dan cinta kasih, dapat dilihat bahwa pahlawan tidak hanya tentang mengorbankan jiwa dan fisiknya, namun juga pengorbanan dalam bentuk lain seperti melalui gagasan dan pengaruh. Sebelumnya, dikatakan kualitas “menonjol” dalam diri pahlawan, apakah seorang pahlawan harus menonjol? Pada Anguttara Nikkaya dijabarkan tentang ciri-ciri orang besar yaitu dalam berbicara tidak membicarakan kejelekan orang lain, suka memuji atau mengangkat kebaikan orang lain, berbesar hati dan mengakui kesalahan, serta tidak mengincar popularitas. Mengenai bersikap, tindakan dilandasi penuh dengan keyakinan, penuh dengan hormat, pada waktu yang tepat, dan ikhlas. Mengambil contoh nyata, baru-baru ini terdapat berita tentang seorang kakek yang tinggal di Wonogiri. Kakek ini menyisihkan sebagian penghasilan dan waktunya untuk menanam pohon. Tidak ada yang peduli terhadap tindakan kakek ini. Namun waktu demi waktu, pohon yang telah ditanam kakek tersebut kini sudah terbentang berhektarhektar. Alhasil, daerah tersebut terhindar dari kesulitan air. 16 Kakek Sadiman dari Wonogiri sumber: Google Bila dilihat, kakek tersebut secara sederhana melakukan aksi penanaman pohonnya. Tidak banyak yang peduli terhadap aksinya tersebut. Akan tetapi, akumulasi tindakannya menjadi menonjol. Media pun berpapasan dengan beliau dan mengangkat berita terkait aksi heroik kakek ini ke publik. Beliau sama sekali tidak mengincar apa-apa, sikap ini sudah cukup menunjukkan kepahlawanan. Pengangkatan nama dan aksinya oleh media hanyalah kebetulan saja dan media juga tidak mungkin mengangkat aksinya bila aksinya tidak menonjol dari yang lain. Bagaimana saudara Vincent melihat jumlah pahlawan saat ini? Kelihatannya semakin berkurang. Bila dibuat perbandingan kasar, rasio jumlah pahlawan dibandingkan dengan jumlah populasi yang ada adalah 1 : 1000. Menjadi pahlawan ini tidaklah mudah mengingat aksinya yang membutuhkan konsistensi. 17 dibutuhkan kegigihan dalam menjadi pahlawan. Apa pesan Saudara Vincent kepada pembaca terkait pahlawan? Berhati-hatilah dengan ego dalam diri kita. Dalam kehidupan sosial, kita tetap harus mengikuti langkah zaman. Perlu disadari bahwa pahlawan akan muncul diwaktu yang biasanya kritis. Lebih baik, kita ikuti saja petunjuk Dhamma. Pahlawan yang hadir akan menyesuaikan dengan era dan permasalahan yang ada, seperti permasalahan saat ini yaitu Global Warming. Kita perlu menyebarkan kebaikan dan menghindari munculnya ego dalam diri kita. Kadang kala, hanya dengan berdiam dan tidak mengikuti langkah yang salah dapat mengantar kita kepada nilai pahlawan itu sendiri. Upasaka dan upasika yang baik adalah ketika Dhamma mengalami kemunduran, akan maju dan terjun untuk mengembangkan Dhamma Diwawancarai oleh : Tim Eka-citta 18 Hiburan GUNDALA: THE FLASH DARI YOGYAKARTA Oleh :Vity Sri Asih, Putri Bintang, Gundala, Godam, Pangeran Mlaar, Garuda Putih, Siti Gahara mungkin, nama-nama tersebut kalah tenar dibanding ketenaran Wonder Woman, The Flash, Superman, Mr. Fantastic, Captain America, Iron Man, atau superhero Amerika lainnya. Namun, pada era keemasan komik Indonesia (1950—1980), nama-nama tersebut adalah sosok superhero yang dikagumi oleh masyarakat Indonesia saat itu. Sejarah komik di Indonesia didominasi oleh pengaruh komik Tiongkok dan Amerika. Komik Amerika yang beredar, seperti Wonder Woman, hanya dimiliki oleh golongan tertentu. Oleh karena itu, muncul tren untuk menyadur cerita-cerita tersebut. Penyaduran dapat dikatakan merupakan usaha komikus Indonesia untuk mengenalkan kisah-kisah superhero agar lebih merakyat. Hal ini dipelopori oleh R.A. Kosasih dengan Sri Asih, seorang superhero wanita yang memakai kemban, dan John Lo dengan Putri Bintang, superhero wanita yang terinspirasi dari Wonder Woman. Sekilas karakteristik tokoh-tokoh tersebut seperti 'menjiplak' tokoh-tokoh superhero Amerika, baik Marvel maupun DC Comics. Namun, anggapan seperti itu merupakan anggapan dangkal yang tidak mempertimbangkan dan mendalami aspek sosial budaya yang ada dalam komik. Dalam usaha mengenalkan tokoh manusia super-nya, para komikus tetap berusaha menampilkan kreativitas mereka, seperti dengan menambahkan ikon dan simbol budaya Indonesia pada tokoh-tokoh jagoan tersebut. Gundala misalnya, meskipun terinspirasi dari tokoh The Flash karya Gardner Fox, Gundala tetap mengalami beberapa penyesuaian oleh pengarang. 19 Pada tahun 1969, komikus asal Yogyakarta bernama Hasmi menciptakan tokoh Gundala, tokoh manusia super yang memiliki kemampuan berlari secepat angin topan dan mengeluarkan petir dari telapak tangannya. Berbeda dengan The Flash, Hasmi mengganti bagian sisi topeng Gundala dengan hiasan yang mirip dengan hiasan kepala wayang dan mengubah latar cerita menjadi Yogyakarta. Gundala yang bernama asli Sancaka juga diceritakan sebagai seseorang yang masih mempunyai garis keturunan Ki Ageng Selo. Masyarakat Jawa mengenal Ki Ageng Selo sebagai seorang yang mandraguna dalam menangkap petir. Selain itu, nama Sancaka merupakan sebuah nama yang terinspirasi oleh nama tokoh pewayangan. Bersama dengan tokoh superhero lainnya, seperti Godam, Maza, dan Pangeran Mlaar, Gundala menjadi ikon manusia super hasil buah tangan anak bangsa. Tidak hanya sebagai hiburan, tokoh-tokoh tersebut telah menjadi bagian dari bangsa yang ikut menemani, tumbuh dan berkembangnya masyarakat Indonesia. Namun, rendahnya apresiasi terhadap komik Indonesia menyebabkan hasil jerih payah anak negeri tersebut hilang termakan zaman. Semoga saja, upaya pembuatan film Gundala Putra Petir dapat mengangkat kembali kejayaan para manusia super ini. 20 What do You Think about Kamadhis UGM? v Organisasi Buddhis di lingkup universitas v UKM Kerohanian Buddhist berdomisili UGM. v Kamadhis ugm adalah keluarga saya di Yogyakarta yang saya sangat sayangi. karena disini saya merasa tingkat kepeduliannya yang sangat tinggi. v Selalu kompak dan selalu jayaa v Banyak pengalaman-pengalaman suka maupun duka, my second home v Keluarga baru v Hal terbaik yang pernah terjadi padaku. v Orang-orangnya seru, ramah, peduli terhadap sesama, sumber canda dan tawa v Tempat mempelajari arti kebahagiaan dari interaksi sosial v Tempat berkumpul orang-orang religius v Sebuah keluarga yg memiliki ikatan yg kuat v Kamadhis UGM itu, kumpulan org"asik, dimana kita bisa curhat, tempt rame"bersama, walaupun jarang bareng #krnasibukkampus v Yang terlintas adalah sepertinya UKM keagamaan yang seru dan bersifat kekeluargaan serta saya ingin mencoba untuk ikut menjadi salah satu bagian dari Kamadhis v Keluarga selama di jogja dan untuk seterusnya Saddhu! 1 kata untuk Kamadhis UGM? Aktif Mantap! Kompak! Keluarga ! Cinta Asyik! Lanjutkan! Buddhis Jaya Kebahagiaan Mutiara Sayaaangggg BERHARGA Metta Beda Keren Sukses! Kangenin Unexpected Keerrreeen VivaKamadhis Istimewa 21 Komik Dhamma 22 Resensi Judul Penulis Alih Bahasa Cetakan Tahun Tebal Penerbit ISBN : Don't Sweat the Small Stuff : Richard Carlson : Siti Gretiani : ketigabelas : 2014 : 234 halaman : PT Gramedia Pustaka Utama : 978-602-03-1180-7 DON'T SWEAT THE SMALL STUFF Oleh : Cindy Putri Don't Sweat the Small Stuff merupakan sebuah buku pengembangan diri yang berisi saran-saran bijaksana untuk menjalani hidup secara damai. Buku ini adalah buku terjemahan yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1997 dengan judul, “Don't Sweat the Small Stuff…and It's All Small Stuff”. Buku ini mengukir sejarah dalam dunia penerbitan dengan dinobatkan sebagai USA Today's #1 Best Selling Book selama dua tahun berturut-turut. Richard Carlson sebagai penulis buku tersebut memasukkan pengalaman pribadinya sebagai contoh untuk memberikan gambaran konkret pada setiap saran yang diberikannya. Ia juga menerbitkan buku-buku best seller lainnya seperti, Don't Sweat the Small Stuff about Money, Don't Sweat the Small Stuff with Your Family, Don't Sweat the Small Stuff at Work, Don't Sweat the Small Stuff for Teens, dan Don't Sweat the Small Stuff in Love. Dalam hidup yang penuh dengan hiruk pikuk dan tekanan, buku ini muncul sebagai angin penyegar yang menunjukkan bagaimana cara untuk menyingkirkan masalah kecil dalam hidup yang menganggu pikiran. Ketika berhadapan dengan masalah atau kabar buruk, kebanyakan orang terjebak dalam pikiran tertentu yang menyebabkan mereka bereaksi berlebihan dan menjadi frustasi. Buku ini memberikan perspektif positif dalam hal menghadapi permasalahan tersebut. 23 Richard Carlson memperkenalkan cara untuk mengubah perspektif negatif menjadi positif melalui perubahan kecil dalam kehidupan seharihari. Saran-saran tersebut seperti, “Anggaplah masalah Anda sebagai Guru Potensial”; “Berlatihlah mengabaikan pikiran negatif"; “Lepaskan pikiran bahwa lebih itu lebih baik”; “Lakukan satu hal setiap saat” dan masih banyak lagi. Meskipun ditulis pada abad ke-19, buku ini mengandung saransaran ringan dan umum sehingga masih relevan untuk diaplikasikan oleh siapapun pada era digital saat ini. Dengan gaya bahasa yang sederhana dan rangkuman singkat di setiap babnya membuat buku tersebut menjadi bacaan ringan yang mudah dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap bab tersusun tidak lebih dari tiga halaman, namun begitu banyak informasi menarik terangkum di dalamnya. “Something wonderful begins to happen with the simple realization that life, like an automobile, is driven from the inside out, not the other way around. As you focus more on becoming more peaceful with where you are, rather than focusing on where you would rather be, you begin to find peace right now, in the present. Then, as you move around, try new things, and meet new people, you carry that sense of inner peace with you. It's absolutely true that, "Wherever you go, there you are.”- Richard Carlson - 24 Inovasi Dari Universitas Gadjah Mada untuk Negeri oleh: Panna Dikha Citrawati Kegiatan UGM Expo merupakan salah satu rangkaian kegiatan Dies Natalis Universitas Gadjah Mada yang ke-67. Ketua panitia UGM Expo, Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, M.Sc., mengatakan bahwa UGM Expo dirancang sebagai proses knowledge sharing, dimana seluruh unit yang ada di UGM, dapat menampilkan pencapaian-pencapaiannya, baik dibidang pendidikan, penelitian dan pengabdian, juga mengomunikasikannya kepada seluruh pemangku kepentingan. Kegiatan UGM Expo 2016 diadakan mulai tanggal 20-25 September 2016 jam 09:00 WIB – 17:00 WIB di Grha Sabha Pramana. Dengan mengambil tema “Inovasi Membumi Untuk Negeri”, diharapkan ide-ide kreativitas terbaru mampu menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi oleh bangsa kita. Kegiatan UGM Expo 2016 merupakan kegiatan expo berbasis tema yang mewakili keberagaman pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Stan dalam zonasi didesain agar aktivitas di dalamnya dapat bersifat atraktif dan melibatkan pengunjung. Zona tersebut meliputi: Zona Science dan Techno Park, Zona Energi, Zona Kesehatan, Zona Kedaulatan Pangan, Zona Kemaritiman, Zona Good Governance, Zona Sosial Budaya Nusantara, Zona Bencana dan Lingkungan, Zona Unit Penunjang Universitas, Zona Market Place. Selain kegiatan dan pameran produk-produk hasil penelitian, UGM Expo 2016 juga mengagendakan kegiatan bersifat ilmiah, edukasi, pelatihan, permainan serta bersifat hiburan dan olahraga dengan sasaran: ·Masyarakat Umum, Pelajar dan Mahasiswa ·Dosen dan Praktisi Pendidikan 25 · Dunia Industri/Swasta · Lembaga/Instansi Pemerintah Pihak-pihak yang tertarik dengan dunia pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan UGM Expo ke-67 ini secara resmi dibuka oleh Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D. Ibu Dwikorita berkata bahwa UGM Expo merupakan wujud nyata pengamalan Tridarma Pendidikan. Menurut beliau, UGM dituntut untuk dapat menghasilkan karya yang bisa menggerakkan sosial ekonomi masyarakat. Menurut Sri Raharjo, inovasi UGM melalui Tridarma Perguruan Tinggi adalah salah satu sumber yang sangat berharga dalam menghadirkan ide dan kreativitas terbaru bagi kemajuan bangsa. Untuk itu, universitas dituntut untuk selalu hadir dengan terobosan-terobosan baru baik dibidang sumber daya maupun sistem tata kelola yang dapat memberikan kemanfaatan bagi masyarakat, demi tercapainya Indonesia yang berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. · Daftar Pustaka : 2016, UGM Expo Tampilkan Karya Cipta UGM, Diakses dari http://edupost.id/kabar-kampus/ugm-expo-tampilkan-karya-ciptaugm/ pada tanggal 3 Oktober 2016. Anonim, 2016, UGM Expo 2016, Diakses dari http://ugm.ac.id/id/agenda/334ugm.expo.2016.:.pameran.hasil.inova si.ugm.talk.show.innovator.forum.mini.workshop.coloring.competiti on.aerobic.market.place.contemporary.acoustic.band pada tanggal 2 Oktober 2016. Sudjatmiko, T., 2016, UGM Expo Digelar 20-25 September 2016, Diakses dari http://krjogja.com/web/news/read/9986/ UGM_Expo_Digelar_20_25_September_2016 pada tanggal 3 Oktober 2016. Andi, 26 Pinta Marni Oleh : Dwipa Indra Atmaja Nyiur angin malam semakin dingin dan resah. Para pedagang bakso bakar sudah menggelar lapak liar mereka. Becak-becak lampu dengan berbagai bentuk dan keclap keclap warna warni mulai padam satu-persatu. Tukang-tukang becak konvensional sudah dalam posisi nyaman untuk tidur di becak masing masing, dengan selimut pesing masing-masing pula, serambi menikmati linting-linting terakhir rokok murah dan juga memikirkan bagaimana cara tetap merokok jika benar harga rokok naik. Lampu kuning motor-motor di jalan sedang indah indahnya seperti kunang-kunang, membuat malam remang semakin mesra. Seorang pengamen yang umurnya baru selesai remaja menaruh gitarnya yang bengkong setengah, lalu ikut duduk di angkringan yang tidak kalah remang dibanding malam yang menyelimutinya. Setelah menyalakan rokok ecerannya, si pengamen menjawil nakal wanita yang sepertinya juga sama baru selesai remaja kemarin sore. Sang wanita malah tersipu malu. Sang wanita memang tidak berbusana utuh – padahal angin malam semakin dingin. Akhir tawar menawar, setelah membayar dua cangkir kopi dan lima biji mendoan, sejoli mulai keluar angkringan, mencari tempat untuk bermesum ria – dan gitar sang pengamen pun tertinggal di angkringan. Saat sepasang pemuda pemudi dengan moral yang bisa dipertanyakan tadi keluar tenda oranye romantis, tubir-tubir orang orang di dalam tenda mengikuti, seakan menghantarkan mereka pulang – entah pulang ke mana. “Sekarang sainganya banyak, ya.”, lalu Atik mengepulkan asap rokok setengah habisnya, “Sekarang pengamen aja juga cari yang muda. Makin bingung, mas, mau cari uang model gimana lagi.” 27 Mas Prap, pemilik angkringan, menjawab malas sambil mengeringkan gelas basah, “Lha, apa sudah waktunya tobat? Sampai sudah dikasih pertanda oleh gusti kaya gitu.” “Wele, mas. Saya ini jangan diceramahi dulu. Tunggu ada duda kaya ngawinin saya dulu baru saya diceramahi. Kalau saya tobat, anak saya, Marni, yang masih SD di rumah bisa bisa makan kardus. Wong suamiku mbuh minggat ke mana.” Mas Prap membuatkan dirinya secangkir kopi hitam. Ia sudah sering menjadi tempat bercerita para marhaen di kota atau setidaknya yang bermata pencaharian di daerah sekitar angkringan Mas Prap. Apakah Mas Prap memliki latar belakang pendidikan psikologi? Lulus SMP saja tidak. Di antara kalangan yang disebut kalangan beruntung kurang beruntung, memang Mas Prap memiliki kehidupan yang paling stabil. Setidaknya, keluarga Mas Prap bisa makan tiga kali sehari, seminggu sekali bisa mengonsumsi protein hewani, dan sesekali jajan bubur ayam di Sunmor. Istri satu, tidak terlalu cantik tapi setia – giat mencari tambahan pemasukan keluarga via berdagang produk kosmetik dan tempat makan. Anak dua, yang satu baru kemarin sore lulus SMK dan yang satu lagi masih SD kelas 5 – juara kelas semua sejak kecil. Lengang panjang terlewati di tenda. Hanya suara nyamuk dan suara knalpot Satria FU yang berisik di malam itu. Rokok Atik tidak kunjung habis, padahal harga rokok saat itu belum naik. “Kok sekarang ngudud-mu, hemat, Yu? Sedang tirakat, ya?” Mas Prap mencoba memecah hening Atik. Memang semua kupu-kupu malam di sekitar area itu sudah dapat job malam itu. Tinggal Atik 28 yang sendiri masih sibuk sendiri dengan teh tawar panas dan rokoknya di tenda angkringan. Dengan suara sedikit sesenggukan, Atik menjawab “Mas, sepertinya memang sudah saatnya aku ganti pekerjaan. Aku sudah nggak laku. Banyak yang lebih muda. Kepalaku sudah hampir tiga.”Banyak yang lebih muda. Kepalaku sudah hampir tiga.” Mas Prap dengan datar menjawab “Lah? Malah bagus, dong, Yu.” Mas Prap mulai meneguk kopinya yang sudah mulai dingin. Tenda sudah menuju sepi. Tinggal Atik dan sepasang kekasih yang jika dilihat dari wajahnya, mereka masih remaja umur SMA. “Mungkin memang gusti pengen Yu Atik kembali ke jalan yang benar.” Senyum getir Atik membuat teh tawarnya pahit. “Jalan yang benar, ya, mas?” Atik hisap dalam dalam rokoknya hingga habis seperempat batang. “Tuhan yang mana, mas, yang ingin saya kembali ke jalan yang benar?” “Saya pedagang angkringan, yu, bukan pemuka agama.” Atik tertawa seadanya. “Ya, mas. Kira-kira, Tuhan mau ngasih rejeki model bagaimana ya, mas? Saya sudah kelewatan hina.” Atik menggigit bibir bawahnya. Hingga asin darah dirasakan lidah Atik. Hingga air mata Atik akhirnya tumpah juga. Hingga Atik akhirnya sadar betapa hilang arahnya selama ini. Mas Prap, penuh iba, menyuguhkan secangkir kopi hitam panas tanpa gula dan satu linting rokok di hadapan Atik yang sekarang menutupi muka dan riasannya yang luntur. tanpa nafkah haram, di malam yang sudah terlalu malam, dan pagi yang masih terlalu pagi. 29 Atik meninggalkan tenda, tidak menyentuh rokok dan kopi, yang padahal favoritnya, sama sekali. Tidak meninggalkan salam pula. Atik hanya meninggalkan masa lalunya. Ia berjalan pulang menuju ke kontrakan tiga meter kali empat meternya. Sudah seminggu ini Atik tidak mendapatkan job. Padahal sisa sisa dosa masih tertinggal di tubuhnya. Salah siapa? Pertanyaan retoris seperti ini yang selalu menemani kebul asap rokok Atik. Atik sampai di kontrakan lagi-lagi Hanya meninggalkan masa lalunya. Ia berjalan pulang menuju ke kontrakan tiga meter kali empat meternya. Sudah seminggu ini Atik tidak mendapatkan job. Padahal sisa sisa dosa masih tertinggal di tubuhnya. Salah siapa? Pertanyaan retoris seperti ini yang selalu menemani kebul asap rokok Atik. Atik sampai di kontrakan lagi-lagi tanpa nafkah haram, di malam yang sudah terlalu malam, dan pagi yang masih terlalu pagi. Atik melihat anaknya tidur pulas di atas kasur yang sudah mulai menguning. Atik, setelah mengganti busana, ikut merebah, menatap atap kontrakan yang menjaga Marni setiap malam Atik pergi mendosa. Mata Atik yang masih menyisakan gundah enggan terpejam. Atik belum bisa benar-benar tidur. Ia memeluk Marni. Di lengang yang panjang, pikiran Atik dilewati bagaimana anaknya kelak menjadi dewasa. Akankah ia menjadi wanita yang cantik? Siapakah yang akan menikmati kecantikan itu? Akankah ia menjadi wanita yang kuat? Akankah ia menjadi wanita yang taat perintah agama? Semakin dalam Atik merenungi mosaik kehidupanya, semakin panas mata Atik. Semakin panas mata atik, semakin erat pula pelukan Atik. Semakin dalam Atik menyesal, semakin dalam keinginanya pada Marni untuk tidak menjadi seperti ibunya yang hina. Ia berbisik nasehat kepada anaknya yang tidur, entah kepada Tuhan yang mana doa itu ditunjukkan karena Atik sudah pesimis ia masih beragama atau tidak, “Marni, nduk, dirimu jangan cepat cepat 30 kecantol sama laki-laki, ya, nduk. Sekolah dulu yang benar, ya, nduk. Biar bisa lanjut ke sekolah yang bagus. Yang bisa ikatan dinas. Terus, bisa kerja di tempat yang bisa pakai seragam, ya, nduk.” Semakin jadi tangis Atik, “Cari, kerja yang halal, ya, nduk. Jadi PNS kalau bisa – agar bisa dapat pensiunan.” Rambut Marni yang panjang, hitam dan cantik membuat Atik semakin resah. “Nduk, kalau kelak dirimu punya pacar-“ Atik mulai megap-megap karena sudah diujung takut seorang Ibu “Jangan sampai kehormatanmu dilecehkan seperti Ibu, ya, nduk.” Lalu doa Atik menjadi samar karena sudah bercampur tangis. Atik terus menitipkan doa dan cita-citanya dalam tangis kepada anaknya hingga tertidur lelah. Mulai megap-megap karena sudah diujung takut seorang Ibu “Jangan sampai kehormatanmu dilecehkan seperti Ibu, ya, nduk.” Lalu doa Atik menjadi samar karena sudah bercampur tangis. Atik terus menitipkan doa dan cita-citanya dalam tangis kepada anaknya hingga tertidur lelah. Di kontrakan tiga kali empat meter bau sengak itu, seorang Ibu yang masih diperbolehkan kuat meminta izin kepada zat yang orangorang panggil Tuhan untuk menyambung hidupnya lagi dengan jalan yang benar. Untuk seorang anak yang melihatnya sebagai Ibu juara satu di seluruh dunia. Untuk lilin kecil yang menyelamatkan hidupnya dari benar-benar gelap lalu mati. Untuk anak satu-satunya dan tersayang – Marni. Semoga Tuhan masih menyayangi bunda, pinta Marni dalam hati yang sebenarnya terjaga karena tangisan bundanya; yang sebenarnya tahu perjuangan Ibu juara satunya selama ini sebagai kupukupu malam; yang sebenarnya takut jika Ibunya tidak kembali ke jalan yang benar. Doa Marni sudah dikabulkan. Ibunya pulang. 31 Review AYO REKREASI BERSAMA : Kamadhis Goes to Solo ! Oleh : Graciella Alva Ayo Rekreasi Bersama (ARB) merupakan acara tahunan Kamadhis UGM yang selalu diadakan untuk memfasilitasi para anggota Kamadhis melepas kejenuhan di sela-sela jadwal perkuliahan yang padat maupun untuk merilekskan diri sebelum ujian dimulai. Kegiatan ARB ini yaitu berwisata ke Kota Surakarta atau lebih akrab dikenal sebagai Kota Solo. Acara dimulai dari pagi hari. Para peserta berangkat dengan transportasi bus selama dua jam perjalanan. Tempat pertama yang dikunjungi tentu saja adalah “Rumah Makan Timlo Solo” karena merupakan makanan khas Kota Solo. Timlo Solo itu merupakan hidangan kuah yang berempah, umumnya berisi potongan telur dadar, bihun dan suwiran ayam. Para peserta dibawa menuju destinasi berikutnya yaitu Keraton Kasunanan Surakarta. Harga tiket masuk cukup murah, hanya dengan Rp10.000,00 pengunjung dapat berjalanjalan mengelilingi taman yang luas sekaligus mengenal bagian-bagian Keraton dan juga melihat berbagai benda peninggalan kerajaan didalam museumnya. Perjalanan di kota Solo tidaklah lengkap jika tidak mengunjungi Taman Balekambang. Yang menarik dari taman ini adalah adanya beberapa ekor rusa yang dibiarkan bebas berkeliaran dan juga ada taman reptil yang memperlihatkan berbagai jenis ular. Untuk menutup perjalanan di kota Solo, ada dua tempat makan yang direkomendasikan yaitu “Cafe Tiga Tjeret” dan “Nasi Liwet Bu Wongso Lemu”. Makanan yang disajikan di “Cafe Tiga Tjeret” berupa angkringan, tetapi dengan menu yang lebih bervariasi dan tempat yang lebih mewah. Sedangkan di “Nasi Liwet Bu Wongso Lemu”, pengunjung dapat mencoba nasi liwet Solo yang gurih dan sedap. Setelah selesai makan malam, kegiatan ARB secara resmi selesai dan peserta pun melakukan perjalanan kembali ke Yogyakarta. 32 DIES KAMADHIS UGM Together Into The Endless Path Oleh : Novera Tidak terasa, Dies Natalis Kamadhis UGM tiba lagi. Pada Dies Natalis Kamadhis UGM yang ke-26 tahun ini, ada beberapa rangkaian acara yang diselenggarakan diantaranya; Lomba Karya Tulis, Turnamen Futsal, Turnamen Catur, Senggata (dana makanan), dan Malam Puncak. Rangkaian-rangkaian acara tersebut dibuka dengan diadakannya Lomba Karya Tulis pada tanggal 25 Juni 2016 dan ditutup dengan malam puncak yang dilaksanakan pada tanggal 24 September 2016. Lomba Karya Tulis Dies Natalis Kamadhis UGM ke-26 ini dapat diikuti oleh siapapun. Hasil karya yang diterima tidak hanya berasal dari Yogyakarta namun ada juga yang berasal dari luar Yogyakarta. Tema yang diangkat dalam perlombaan karya tulis adalah "Inspirasi Kehidupan". Sedangkan untuk Turnamen Futsal, Turnamen Catur, Senggata dan Malam Puncak diikuti oleh instansi-instansi Buddhis yang ada di Yogyakarta. Senggata merupakan singkatan dari "sekotak pangan berjuta kebahagiaan”. Di acara ini, peserta diajak untuk berbagi nasi kotak kepada orang yang kurang beruntung. Sebagai penutup rangkaian acara Dies Kamadhis UGM ke-26 diadakan acara Malam Puncak. Di Malam Puncak, Kamadhis UGM mengundang banyak penampilan untuk memeriahkan acara yaitu seorang pesulap, stand up comedy, dan band. Dengan berakhirnya rangkaian acara Dies Natalis ke-26 ini, diharapkan hubungan antarinstansi Buddhis dapat menjadi lebih erat lagi. Sampai jumpa lagi di Dies Natalis Kamadhis UGM yang ke-27. Viva Kamadhis!! 33 Basic Buddhist Class Kamadhis UGM 2016 Oleh : Hery Ciaputra Basic Buddhist Class atau biasanya disebut BBC adalah program kerja baru Kamadhis UGM yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar mengenai Buddha Dhamma bagi anggota-anggota Kamadhis UGM yang baru mempelajari Buddha Dhamma, maupun yang ingin mendalaminya. BBC dimulai dengan penyampaian materi oleh pembicara yang kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab oleh para peserta. BBC diadakan sebanyak tiga kali dalam satu tahun ini dengan pembawa materi dan juga topik yang berbeda-beda. BBC1 mengusung topik “Riwayat Buddha Gotama” dengan pemateri Upa.Vinito Vincent Eddy Hartono Kuncoro, S.Psi. atau lebih akrab disapa ko An-An. BBC1 memberikan pengetahuan paling dasar yaitu mengenai Guru Agung kita, dengan menonton film Pangeran Siddharta dari terlahir sampai mencapai ke-Buddha-an dan perjalanan hidupnya dalam membabarkan Dhamma. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan diskusi. BBC2 mengusung topik “Hari Raya Buddhis dan Arti Benda Pemujaan” dengan pemateri Upa.Ratanaputto Prinanda Radiatus atau lebih akrab disapa ko Nanda. BBC2 memberikan pengetahuan dasar mengenai sejarah hari-hari raya umat Buddha dan juga benda-benda pemujaan beserta artinya. Setelah itu, dilanjutkan dengan tanya jawab dan games mengenai materi yang telah dibawakan. BBC3 mengusung topik “How to be A Happy Buddhist” dengan pemateri Samanera Abhijato. BBC3 sebenarnya sudah lebih dari sekedar dasar Buddha Dhamma karena lebih berfokus kepada penerapan Buddha Dhamma dalam kehidupan kita sehari-harinya. Secara keseluruhan BBC telah berhasil menarik minat anggota-anggota Kamadhis UGM untuk mendalami Buddha Dhamma. Sampai jumpa lagi di acara-acara kamadhis berikutnya. 34 Dhammacamp Kamadhis UGM 2016 “Find the Diamonds, Seek the Truth” Oleh : Hery Ciaputra Dhammacamp Kamadhis UGM adalah suatu acara untuk mengakrabkan anggota-anggota baru Kamadhis UGM dengan sesama angkatannya maupun dengan anggota dari angkatan-angkatan sebelumnya. Dhammacamp Kamadhis UGM 2016 diadakan di Wisma Pesanggrahan PU Kaliurang selama dua hari satu malam pada tanggal 22-23 Oktober 2016. Dhammacamp Kamadhis UGM 2016 memiliki tagline “Find the Diamonds, Seek the Truth” yang memiliki arti mencari permata-permata yaitu Buddha, Dhamma, dan Sangha dan mencari kebenaran melalui tiga permata ini. Kali ini, Dhammacamp mengusung tema bajak laut dimana setiap permainan yang dimainkan memiliki unsur bajak laut. Pada hari pertama peserta berkumpul di gedung Rektorat UGM untuk melakukan pembukaan dan dilanjutkan dengan beberapa permainan di sekitar lingkungan UGM. Setelah permainan selesai, acara dilanjutkan dengan makan siang dan perjalanan menuju Wisma Pesanggrahan PU Kaliurang. Pada Dhammacamp kali ini, dilakukan pemilihan King and Queen dengan sistem yang berbeda dari sebelumnya yaitu dengan open recruitment. Hal ini diharapkan King and Queen yang terpilih nantinya tetap mempunyai komitmen untuk selalu ingin mengakrabkan anggotaanggota Kamadhis UGM. Selain itu, ada juga sesi pengenalan mengenai Kamadhis UGM dan struktur kepengurusannya. Cuaca yang dingin tentu saja membuat sesi api unggun menjadi sesi yang ditunggu-tunggu dimana para peserta dapat merasakan hangatnya api unggun sambil menikmati barbecue yang telah disiapkan dan bercerita kepada satu sama lain. Dhammacamp sebagai salah satu acara yang paling ditunggu-tunggu anggota Kamadhis UGM kali ini telah sukses dalam memenuhi harapan dari para peserta. Meskipun diadakan setiap tahun, pada setiap acara Dhammacamp selalu ada cerita yang berbeda dan selalu meninggalkan kenangan kepada para peserta masing-masing. 35 Galeri Malam Puncak Dies Natalis Kamadhis UGM ke-26 36 BBC III Kamadhis UGM 2016 Dhammacamp Kamadhis UGM 2016 37 Dhammapada Atthakatha Dhammapada AtthakathaSyair 354 Kisah Pertanyaan yang Diajukan Sakka Dalam suatu pertemuan para dewa di surga Tavatimsa, empat pertanyaan diajukan, tetapi para dewa gagal memperoleh jawaban yang benar. Akhirnya Sakka membawa para dewa tersebut menghadap Sang Buddha di Vihara Jetavana. Setelah menjelaskan kesulitan mereka, Sakka mengajukan empat pertanyaan berikut : 1. Diantara semua pemberian, manakah yang terbaik? 2. Diantara semua rasa, manakah yang terbaik? 3. Diantara semua kegembiraan, manakah yang terbaik ? 4. Mengapa penghancuran nafsu dikatakan yang paling unggul? Terhadap pertanyaan-pertanyaan ini, Sang Buddha menjawab, “ O Sakka, Dhamma adalah yang termulia dari semua pemberian, terbaik dari semua rasa, dan terbaik dari semua kegembiraan, penghancuran nafsu untuk mencapai tingkat kesucian arahat. Oleh karena itu terunggul dari segala penaklukan.” Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 354 berikut : Pemberian 'Kebenaran' (Dhamma) mengalahkan semua pemberian lainnya; rasa 'Kebenaran' (Dhamma) mengalahkan semua rasa lainnya; kegembiraan dalam 'Kebenaran (Dhamma) mengalahkan kegembiraan lainnya. Orang yang telah menghancurkan nafsu keinginan akan mengalahkan semua penderitaan. Pada saat khotbah Dhamma itu berakhir, Sakka berkata kepada Sang Buddha, “Bhante, jika pemberian Dhamma mengungguli semua pemberian, mengapa kami tidak diundang untuk berbagi jasa ketika pemberian Dhamma dilakukan? Bhante , saya mohon, mulai sekarang, kami diberi pembagian jasa atas perbuatan baik yang telah dilakukan”. Kemudian Sang Buddha meminta semua bhikkhu untuk berkumpul dan menasehati mereka untuk berbagi jasa kepada semua makhluk atas semua perbuatan baik mereka. Sejak saat itu, menjadi suatu kebiasaan untuk mengundang semua makhluk dari tiga puluh satu alam kehidupan (bhumi) untuk datang, dan berbagi jasa kapan pun suatu perbuatan baik dilakukan. 38 Kontak Dhamma Rubrik ini diasuh oleh Romo Effendie Tanumihardja. Bila ada pembaca yang ingin mengirim pertanyaan dapat dikirim ke e-mail Ekacitta : [email protected]. Pertanyaan terpilih akan dijawab dengan berdiskusi dahulu dengan Romo Effendie. 1. Apakah mengkonsumsi daging termasuk pembunuhan mahluk hidup? Bagaimana karmanya? Jawab: Mengkonsumsi daging binatang yang sudah jadi mati bukan termasuk pembunuhan. Ada 2 versi pendapat: 1. Versi Theravada a) Tidak mendengar suara binatang saat disembelih b) Tidak menyuruh penyembelihan binatang untuk dikonsumsi c) Tidak tahu bahwa binatang disembelih untuk disuguhkan. 2. Versi Mahayana Semua daging binatang yang dimakan berasal dari binatang yang disembelih, jadi kalau tidak mengkonsumsi daging, maka tidak akan ada binatang yang dibunuh/disembelih. 2. Mengapa pemeluk agama Buddha di India sangat sedikit? Padahal agama Buddha lahir di India. Jawab: Pertanyaan ini sulit dijawab dengan jawaban pasti. Sejumlah fenomena yang terjadi seperti berkembangnya aliran-aliran agama Hindu yang lebih menjanjikan atau terbaginya agama Buddha menjadi beberapa aliran, mungkin bisa menjadi penyebab sedikitnya pemeluk agama Buddha di India. Apapun jawaban yang terlintas di pikiran seharusnya menjadi peringatan bagi umat Buddhis karena fenomena bermunculannya aliran agama Buddha di Indonesia mungkin bisa membawa dampak berkurangnya umat Buddhis di Indonesia juga. 39 Ponokamad 40