AKTIVITAS MARKETING POLITIK PEMILIHAN KEPALA DAERAH

advertisement
AKTIVITAS MARKETING POLITIK PEMILIHAN KEPALA DAERAH
SERENTAK 2015
AMA, Suyanto
Dosen di Program Studi Manajemen Universitas Telkom
Jl Telekomunikasi Trs Buah Batu Bandung; [email protected]
M Yahya Arwiyah
Dosen di Program Studi Administrasi Bisnis Universitas Telkom;
[email protected], [email protected]
Jl Telekomunikasi Trs Buah Batu Bandung
Runik Machfiroh
Dosen PKn di Universitas Telkom
Jl Telekomunikasi Trs Buah Batu Bandung;
[email protected];[email protected]
Abstrak
Pemilihan kepala daerah tahun 2015 secara serentak, telah membawa perubahan pada sistem
pemilihannya. Namun, perubahan yang terjadi belum memiliki model marketing politik serta
sudah terlihat adanya program pergeseran aktivitas politik, seperti promosi yang digunakan.
Tujuan penelitian ini menganalisa tentang pemetaan aktivitas marketing politik pemilihan kepala
daerah serentak 2015. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah mix method dengan jenis
sequential explanatory dimana lokasi penelitian di beberapa kota di Indonesia. Teknik
pengumpulan data menggunakan angket, wawancara dan dokumentasi. Analisis data
menggunakan teknik trianggulasi data melalui wawancara dengan pihak KPU, masyarakat dan tim
sukses; data dokumentasi dan hasil olah data angket. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa
marketing politik pada pemilihan kepala daerah serentak tahun 2015 kemenangan masih
didominasi oleh incumbent dengan penggunaan media digital.
Kata Kunci: Marketing Politik, Pemilihan Kepala Daerah Serentak, Partai Politik
Pendahuluan
Pemilihan kepala daerah tahun 2015 dilaksanakan melalui sistem pemilihan langsung dan
dilakukan secara serentak, sebagai instrumen negara demokrasi. Partai politik pengusung sudah
mulai berlomba-lomba dalam melakukan sosialiasi politik khususnya marketing politik terhadap
para calon kandidat kepala daerah yang belum ditentukan secara pasti. Selama ini, strategi
marketing politik yang dilakukan berbagai macam baik secara tradisonal maupun modern yang
dapat berpengaruh terhadap keputusan pemilih. Namun, sampai saat ini belum ada suatu model
strategi marketing politik yang tepat untuk daerah yang beragam. Hasil penelitian Suyanto, AMA
et al (2014: 459-460) is that the constituents prefer legislative candidates based on personal /
figures, popularity and capacity / capability of candidates. Penelitian terdahulu telah memberikan
gambaran khususnya pada pemilihan calon legislatif, ternyata masyarakat memilih berdasarkan
figur, popularitas dan kapasitas dan kapabiltitas calon. Hal ini menjadi perbandingan khususnya
dalam pemilihan kepala daerah. Menggingat, pemilihan calon legislatif calonnya cukup banyak
baik satu partai politik maupun berbeda partai politik. Berbeda dengan pemilihan kepala daerah,
dimana partai politik mengusung satu calon kandidat baik hanya 1 partai maupun koalisi.
Strategi marketing politik pada hakikatnya adalah upaya yang dilakukan oleh partai politik
pengusung calon kepala daerah, para calon kandidat, dan para simpatisan atau tim pemenag
memperkenalkan produk politik dengan harapan dapat memperoleh suara dan menjadi pemenang
pada pemilu yang diselenggarakan. Partai politik dalam mempertahakan eksistensinya berusaha
untuk dapat memperoleh posisi di masyarakat dalam bentuk dukungan terhadap para calon kepala
daerah yang diajukan. Para calon kadindat sejatinya adalah agent bagi partai politik untuk
memperoleh dukungan masyarakat dan sekaligus sebagai agent masyarakat dalam menyampaikan
aspirasinya kepada calon yang dipilih untuk mewakili keinginan, harapan dan kebutuhan
masyarakat melalui kekuasaan eksekutif untuk perbaikan aspek kehidupan (ekonomi, sosial,
pendidikan, dan lain-lain).
Pemilihan kepala daerah serentak tahun 2015 yang memiliki perbedaan dengan pemilihanpemilihan sebelumnya, terdapat 16 daerah kota di seluruh Indonesia yang melakukan pemilihan
kepala daerah serentak tahun 2015. Persaingan antar partai ataupun antar calon kepala daerah
dalam memperebutkan suara dari konstituen, telah dikenal tentang marketing politik. Pemilihan
kepala daerah serentak tahun 2015 memiliki berbagai macam pola strategi marketing politik di
daerah kota di seluruh Indonesia. Pada pemilihan kepala daerah sebelum tahun 2015 terdapat
aturan tentang pemilihan kepala daerah serentak seperti hasil penelitian Pangemanan J.M (2013)
bahwasanya pemilihan kepala daerah di kota Bitung tahun 2010 dikatakan optimal dengan strategi
pemasaran two way communication. Dengan sistem pemilihan yang berbeda, dalam penelitian ini
akan memetakan marketing politik yang dilakukan pada pemilihan kepala daerah secara serentak.
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya Kunkurat (2005) yang
hanya melihat marketing politik pemilu 2004 melalui TV, Suryadi, K (2008) yang hanya melihat
komunikasi politik pada calon independent; Suyanto dkk (2014) tentang marketing politik pada
pemilihan legislatif di Jawa Barat; sementara penelitian ini lebih pada melihat pada strategi
marketing yang digunakan oleh calon kepala daerah pada pemilihan kepala daerah baik diusung
partai maupun independent.
METODOLOGI
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah mix method dengan jenis sequential explanatory
dimana lokasi penelitian di beberapa kota di Indonesia. Teknik pengumpulan data menggunakan
angket, wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik trianggulasi data melalui
wawancara dengan pihak KPU, masyarakat dan tim sukses; data dokumentasi dan hasil olah data
angket.
PEMBAHASAN
Pergeseran Strategi Marketing Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2015
Pemilihan kepala daerah secara serentak dan langsung tahun 2015, merupakan suatu
momentum pertama bagi bangsa Indonesia sebagai negara demokrasi. Hal ini telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 1 Tahun 2014 Pasal 3 tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati dan Walikota, bahwasanya pemilihan kepala daerah dilakukan lima tahun sekali
dan dilakukan secara serentak. Giddens, A (2002)1 menyatakan bahwasanya demokrasi saat ini
mengalami ancaman menjadi tidak demokrasi sehingga perlu adanya rekonstruksi. Rekonstruksi
yang dimaksud adalah dalam penyelenggaraan negara salah satunya dalam proses pemilihan
umum. Salah satu bentuk rekonstruksi adalah dalam merubah sistem pemilihan kepala daerah
secara serentak dan langsung. Pemilihan kepala daerah tahun 2015 yang dilakukan pada tanggal 9
Desember tahun 2015. Adapun pemilihan kepala daerah khusus untuk pemilihan gubernur terdiri
dari 8 provinsi yaitu:
1. Sumatera Barat
2. Kepulauan Riau
3. Jambi
4. Bengkulu
5. Kalimantan Utara
6. Kalimantan Selatan
7. Sulawesi Utara
8. Sulawesi Selatan
Adapun untuk pemilihan bupati atau wali kota total ada 217 daerah dengan rincian sebagai
berikut: Sumatera Utara terdiri dari 13 daerah, Sumatera Barat terdiri dari 13 daerah, Riau terdiri
dari 4 daerah, Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 7 daerah, Provinsi Bengkulu terdiri dari 7
daerah, Provinsi Lampung terdiri dari 13 daerah, Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari 3 daerah,
Provinsi Banten terdiri dari 2 daerah, Provinsi Jawa Barat 5 daerah, Provinsi Jawa Tengah 17
daerah, Provinsi Yogyakarta 3 daerah, Provinsi Jawa Timur 24 daerah, Provinsi Bali 6 daerah,
Provinsi Nusa Tenggara Barat 7 daerah, Nusa Tenggara Timur 8 daerah, Provinsi Kalimantan
Barat 6 daerah, Provinsi Kalimantan Tengah 1 daerah, Kalimantan Selatan 7 daerah, Kalimantan
Timur 8 daerah, Provinsi Sulawesi Utara 5 daerah, Provinsi Gorontalo 3 daerah, Provinsi Sulawesi
Barat 3 daerah, Provinsi Sulawesi Tengah 8 daerah, Provinsi Sulawesi Selatan 10 daerah, Provinsi
Sulawesi Tenggara 9 daerah, Provinsi Maluku 2 daerah, Provinsi Maluku Utara 8 daerah, Provinsi
Papua 4 daerah, Provinsi Papua Barat 7 daerah (sumber:pilkada2015.kpu.go.id, yang diakses pada
tanggal 30 Desember 2015). Berdasarkan data KPU tahun 2015, pada pemilihan kepala daerah
serentak tahun 2015 ternyata pemenangan sebesar 76% diusung oleh partai politik. Oleh karena
itu, dalam pembahasan hasil penelitian ini akan membahas khusus calon kepala daerah yang
diusung oleh partai politik dan independent.
Produk
Produk politik yang ditawarkan calon kepala daerah kepada konstituen adalah programprogram yang ditawarkan dan figure dari calon kepala daerah itu sendiri. Pada pemilihan kepala
daerah secara serentak terkait produk politik mengalami sedikit pergeseran. Pada pemilu-pemilu
sebelumnya, produk yang ditawarkan berupa program yang belum pernah dilakukan dan kurang
terukur. Namun, pada pemilihan kepala daerah serentak terkait produk yang ditawarkan seperti
program, sebagaian besar calon telah melakukan pemetaan (riset awal) dan mereka melakukan
“terjun ke lapangan” tetapi antar calon kepala daerah banyak memiliki kemiripan seperti
“penyelenggaraan pendidikan gratis dan pelayanan kesehatan gratis”. Produk-produk yang
ditawarkan pada pemilihan kepala daerah secara serentak ini memiliki pengaruh yang hampir sama
besar terhadap keputusan pemilih dalam menentukan pilihannya, baik memilih calon kepala
daerah yang diusung partai politik maupun calon kepala daerah yang berangkat dari calon
independen berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan persentasi masing-masing sebesar 74%
dan 73%. Berdasarkan dimensi produk, calon kepala daerah yang berasal dari partai politik
mempunyai kekuatan lebih besar dari calon independent, yang secara berturut-turut berada pada
angka 78% dan 70%.
Promotion
Pemilihan kepala daerah serentak di Indonesia ini, berdasarkan hasil analisis data, dalam
penggunaan media marketing politik yang digunakan telah mengalami pergeseran. Pergeseran
media marketing dari konvensional menuju digital. Media marketing politik di era-era sebelumnya
masih banyak menggunakan media cetak seperti pamflet, baliho, dan spanduk-spanduk. Hasil riset
Suryadi, K (2008) bahwasanya media kampanye partai politik hanya sebatas nomor dan lambang
parpol. Artinya, media konvensional seperti baliho ataupun spanduk kurang efektif dalam
menyampaikan produk-produk politik yang memuat nilai-nilai bagi warga negara dalam pemilihan
kepala daerah serentak tahun 2015 terlebih kepada pemilih pemula. Pada pemilihan kepala daerah
serentak tahun 2015 berdasarkan hasil penelitian bahwa media promosi didominasi oleh media
digital. Namun tetap dibarengi promosi yang bersifat konvensional. Strategi yang sedang marak
digunakan partai politik ataupun calon kepala daerah adalah ‘blusukan” yaitu calon kepala daerah
dan partai politik melakukan kunjungan langsung ke warga-warga/masyarakat atau “direct
selling”. Selain itu, calon kepala daerah dan partai politik dalam kunjungan ataupun kampanye
melibatkan publik figur, hal ini terlihat sebesar 89%. Butler dan Collins (2001) bahwa promosi
politik merupakan aspek permanen yang harus dilakukan oleh partai politik, politikus, atau
kontestan dalam membangun kepercayaan dan citra publik. Hal ini kemudian akan terus diingat
sampai saat pemilihan umum (Arifin, 2014). Artinya dalam pemilihan kepala daerah secara
serentak pada tahun 2015 setiap calon kepala dearah menggunakan promosi khususnya promosi
dengan menggunakan teknologi digital dan “blusukan”. Berikut tergambarkan hasil analisa
marketing politik kepala daerah pada dimensi promotion:
Tabel 1. Hasil Analisa Marketing Politik Kepala Daerah (Dimensi Promosi)
Kepala Daerah diusung Partai Politik
NO
URAIAN
TIDAK
YA
∑
%
∑
%
1
Dalam menentukan calon kepala daerah pilihan, Anda
mendasarkan pada kesamaan agama, budaya, maupun
ras/sukudari calon kepala daerah yang Anda pilih karena
faktorkenyamanan, kepercayaan, maupun kepuasan.
2
Para calon kepala daerah dengan figur ketokohan yang
memadai dapat meningkatkan citra partai politik pengusung
3
Menentukan calon kepala daerah berdasarkan posisi
calonkepala daerah incumbent (orang yg mengikuti pemilihan
suatujabatan (spt presiden,gubernur,bupati dll) tetapi
masihmenjabat jabatan yg sama)
4
Memilih calon kepala daerah berdasarkan citra/popularitas
parpol
5
Adanya pemberitaan media massa/cetak mengenai partai
politik tertentu maupun caleg yang diusung dapat
meningkatkan citra partai politik
6
Parpol pengusung calon kepala daerah mengunakan media
elektronik dalam memperkenalkan calon kepala daerah
pilihan Anda
7
Parpol pengusung calon kepala daerah pilihan Anda
menggunakan media sosial (bbm, facebook, twitter, wechat,
dll) selama masa kampanye pada calon kepala daerah 2015
8
Parpol pengusung calon kepala daerah pilihan Anda
menggunakan media massa/cetak (spanduk, baliho, brosur,
pamflet, flayer, koran, dll) selama masa kampanye calon
kepala daerah 2015
9
Parpol
pilihan Anda melibatkan publik figur/tokoh
masyarakat dalam kampanye calon kepala daerah 2015
10
Parpol pilihan Anda melakukan kunjungan/temu warga
selama kampanye calon kepala daerah 2015
Rata-rata
Kepala Daerah dari Independent
1
2
3
4
5
6
Dalam menentukan calon kepala daerah pilihan, Anda
mendasarkan pada kesamaan agama, budaya, maupun
ras/sukudari calon kepala daerah yang Anda pilih karena
factor kenyamanan, kepercayaan, maupun kepuasan.
Para calon kepala daerah dengan figur ketokohan yang
memadai dapat meningkatkan citra partai politik pengusung
Menentukan calon kepala daerah berdasarkan posisi
calonkepala daerah incumbent (orang yg mengikuti pemilihan
suatujabatan (spt presiden,gubernur,bupati dll) tetapi
masihmenjabat jabatan yg sama)
Memilih
calon
kepala
daerah
berdasarkan
citra/popularitasnya
Adanya pemberitaan media massa/cetak mengenai calon
kepala daerah untuk meningkatkan citra partai politik
Calon kepala daerah mengunakan media elektronik dalam
memperkenalkan calon kepala daerah pilihan anda
38
84%
7
16%
30
67%
15
33%
30
67%
15
33%
17
38%
28
62%
41
91%
4
9%
45
100%
0
0%
40
89%
5
11%
45
100%
0
0%
38
84%
7
16%
45
100%
0
0%
82%
18%
20
51%
19
49%
39
100%
0
0%
25
64%
14
36%
29
74%
10
26%
20
51%
19
49%
36
92%
3
8%
7
8
9
10
Calon kepala daerah pilihan Anda menggunakan media sosial
(bbm, facebook, twitter, wechat, dll) selama masa kampanye
pada calon kepala daerah 2015
Calon kepala daerah pilihan Anda menggunakan media
massa/cetak (spanduk, baliho, brosur, pamflet, flayer, koran,
dll) selama masa kampanye calon kepala daerah 2015
Calon kepala daerah pilihan Anda melibatkan publik
figur/tokoh masyarakat dalam kampanye calon kepala daerah
2015
Calon Kepala Daerah pilihan Anda melakukan
kunjungan/temu warga selama kampanye calon kepala
daerah 2015
Rata-rata
39
100%
0
0%
36
92%
3
8%
39
100%
0
0%
39
100%
0
0%
82%
18%
Sumber : data diolah Tim Peneliti (2016)
Place
Lokasi ini amat berkait erat dengan cara hadir atau distribusi lokasi sebuah partai dan
kemampuannya dalam berkomunikasi dengan para pemilih. Hal ini berarti bahwa sebuah partai
politik yang maju dan mengusung calon kandidat kepala daerah harus memahami betul titik kunci
persebaran titik lokasi dan pesan yang strategis, untuk kemudian mampu memetakan struktur serta
karakteristik masyarakat baik secara geografis maupun demografis.
Keseluruhan responden yang diteliti menyatakan bahwa salah satu indikator dalam dimensi
tempat (place) yakni berkaitan dengan kepemilikan dan pemilihan lokasi untuk menempatkan
atribut kampanye seperti bendera, spanduk, baliho, dan lain-lain berkontribusi dalam
meningkatkan pengambilan keputusan pemilih dalam pemilihan kepala daerah. Disamping itu,
lokasi sekretariat dan posko pemenangan yang secara aksesibilitas berdekatan dengan wilayah atau
basis konstituen turut serta berkontribusi dalam meningkatkan animo pemilih karena konstituen
merasa lebih dekat dengan partai politik.
Kondisi berbeda terjadi pada calon kepala daerah yang berangkat dari calon perseorangan
(independent), dimana dimensi tempat (place) kurang berkontribusi dalam meningkatkan
pengambilan keputusan pemilih. Calon kepala daerah dari jalur independent tidak mempunyai
sekretariat atau posko pemenangan tetap, dalam arti sebuah tempat yang secara konsisiten menjadi
lokasi aktivitas politik. Sekretariat pemenangan hanya muncul ketika kandidat tersebut maju dalam
pemilihan, jauh sebelum berlangsungnya pemilihan dan setelah dilaksanakannya pemilihan
(menang ataupun kalah) biasanya lokasi sekretariat tersebut hilang atau bubar dengan sendirinya.
Disamping itu, persebaran atribut politik seperti baliho, spanduk, bendera dan lain sebagainya yang
menjadi media informasi kandidat bersifat terbatas, oleh karena daya dukung baik diri pribadi dan
atau relawan amat terbatas. Hal mana berbeda jauh dengan calon kepala daerah yang diusung oleh
partai politik, dimana selain memperoleh daya dukung partai yang cukup terkait
sumberpendanaan, calon kepala daerah secara otomatis mempunyai dukungan massa yang terikat
secara ideologis dengan partai atau yang diistilahkan Nimmo (2010) sebagai pemilih bertipe
reaktif, yakni sosok pemilih yang memiliki ketertarikan emosional dengan partai politik yang
menjadi sumber utama aksi-diri dan pemberi suara. Dalam konteks ini, maka sebenarnya bukan
sekonyong-konyong atribut partai dan lokasi yang digunakan itu menjadi titik kunci, melainkan
sejauhmana lokasi/posko pemenangan partai politik tersebut berada.
Hasil Analisa Marketing Politik Kepala Daerah (Dimensi Place)
Kepala Daerah diusung Partai Politik
NO
1
2
URAIAN
Lokasi sekretariat maupun posko
pemenangan calon kepala daerah yang Anda
pilih mudah dijangkau
Sekretariat maupun posko pemenangan calon
kepala daerah yang Anda pilih memiliki
atribut (bendera, spanduk, baliho, dll) yang
memadai
YA
∑
32
70%
13
30%
45
100%
0
0%
Rata-rata
Kepala Daerah dari Independent
Lokasi sekretariat maupun posko
pemenangan calon kepala daerah yang Anda
1 pilih mudah dijangkau
Sekretariat maupun posko pemenangan calon
kepala daerah yang Anda pilih memiliki
atribut (bendera, spanduk, baliho, dll) yang
2 memadai
Rata-rata
Sumber : data diolah oleh Tim Peneliti (2016)
%
TIDAK
∑
%
85%
15%
16
40%
23
60%
25
64%
14
36%
52%
48%
Price
Dimensi price yang digunakan untuk menganalisis calon kepala daerah baik yang diusung
oleh partai politik maupun yang berangkat dari calon independen meliputi; dana/biaya yang
diperlukan untuk dapan maju dalam ajang pemilihan kepala daerah serta besarnya biaya pribadi
yang dimiliki dapat seorang calon kepala daerah untuk dapat memenangkan kontestasi politik di
ajang pemilihan kepala daerah. Kemenangan kepala daerah dilihat dari dimensi price lebih besar
di dominasi oleh kepala daerah yang diusung oleh partai politik, yakni sebesar 78%, sedangkan
bagi calon kepala daerah yang berangkat dari calon independent hanya sekitar 70% saja.
Persentase terbesar calon kepala daerah baik yang diusung partai politik maupun melalui jalur
independent dilihat berdasarkan pada besarnya biaya yang diperlukan oleh seorang calon kepala
daerah dengan persentase masing-masing adalah 100% dan 70%. Dilain pihak, sebanyak 56%
(diusung partai politik) dan 64% (independent) melihat bahwa besarnya dana/biaya yang dimiliki
seorang kepala daerah memberikan peluang besar bagi calon kepala daerah untuk dapat
memenangkan kontestasi politik Pilkada. Menggingat, belum jelasnya perbedaan antara cost
politic atau money politic.
Pergeseran dalam marketing politik pada pemilihan kepala daerah secara serentak pada
tahun 2015. Adapun pergeseran yang terjadi, khususnya menyangkut produk politik yang
ditawarkan kepada masyarakat yaitu lebih kepada popularitas daripada ideologi yang dianut oleh
calon kepala daerah baik. Hal ini menyebabkan sebagian besar kepala daerah yang terpilih
sebagian besar bukan murni politikus ataupun negarawan. Namun, sudah mulai bergeeser pada
orang yang populer di mata masyarakat kurang melihat pada kompetensi dalam mengelola
kenegaraan. Media sebagai tempat promosi dalam marketing politik juga mengalami pergeseran
yaitu melalui media digital terutama medsos sehingga perlu adanya kebijakan yang jelas dan
pengawasan yang canggih. Berkaitan dengan Promosi yang dilakukan yang mengalami pergeseran
bukan lagi konvensional tetapi menggunkan pihak ketiga dalam mempromosikan calon kepala
daerah melalui media digital. Oleh karena itu, Price yang dikeluarkan pun tidak sedikit sehingga
tidak sedikit calon kepala daerah yang memanfaatkan sumber dana dari berbagai sumber dana.
Hasil Analisa Marketing Politik Kepala Daerah (Dimensi Price)
Kepala Daerah diusung Partai Politik
NO
URAIAN
1
Untuk dapat maju dalam pemilu kepala daerah dibutuhkan
dana/biaya yang besar dari seorang calon kepala daerah
2
Besarnya dana/biaya yang dimiliki seorang calon kepala
daerah memberikan peluang besar untuk dapat
memenangkan/terpilih dalam pemilu
Rata-rata
Kepala Daerah dari Independent
1
2
Untuk dapat maju dalam pemilu kepala daerah dibutuhkan
dana/biaya yang besar dari seorang calon kepala daerah
Besarnya dana/biaya yang dimiliki seorang calon kepala
daerah memberikan peluang besar untuk dapat
memenangkan/terpilih dalam pemilu
Rata-rata
TIDAK
YA
∑
%
∑
%
45
100%
0
0%
25
56%
20
44%
78%
22%
30
76%
9
23%
25
64%
14
36%
70%
30%
Sumber : data diolah Tim Peneliti (2016)
Kesimpulan
Produk politik yang digunakan calon kepala daerah tidak menarik kepada konstituen
apabila tidak didukung oleh place bahwasanya place dimana partai politik mem-promosikan dari
produk politik telah mengalami pergeseran yaitu saat ini tempat untuk mempromosikan produk
politik sudah menggunakan media digital. Media digital yang digunakan adalah media sosial, web
dan aplikasi-aplikasi yang dibuat untuk mempromosikan produk yang dimiliki kepala daerah. Hal
ini, menggeser juga terkait price yang dikeluarkan. Oleh karena itu, perlu adanya suatu kebijakan
baru agar tidak terjadi dampak jangka pendek maupun jangka panjang terutama terkait aturan main
penggunaan biaya.
Ucapan Terima Kasih
Artikel ini merupakan hasil penelitian Hibah Bersaing DIKTI Tahun 2016.
Daftar Pustaka
Butler & Collins.(2001). Strategi Pemasaran Politik. Jakarta. Media Grup.
Giddens.(1998). The Third Way: The Renewal of Social Democracy. Edisi Bahasa Indonesia,
berjudul “The Third Way : Jalan Ketiga PembaharuanDemokrasii Sosial”. Penerjemah : Ketut
Arya Mahardika. Cetakan ke-empat : 2002
Nimmo.(2010). Nimmo, D. (2010). Komunikasi Politik Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Pangemanan J.M.(2013). PEMASARAN POLITIK PADA PEMILUKADA (Suatu Studi
Pemasaran Politik Pasangan Hanny Sondakh & Maximilian Jonas Lomban, SE, M.Si
Pada Pemilukada di Kota Bitung Tahun 2010). Jurnal Politico
Kunkurat. (2005). Marketing Politik sebagai faktor Deteriminan dalam Pemilu 2004. Jurnal
Westhpala Vol 13 no 1 Tahun 2004
Suryadi, K. (2008). Pesan Politik di Ruang Publik: Pilihan-pilihan Sumber dan Media bagi
Pendidikan Pemilih Vol 2 No.1. Bandung: iski.
Suyanto, AMA dkk. (2014). Analysis of Political Marketing on Legislative Election. International
Conference on Emerging Trends in Academic Research (Etar) 25-26 November
2014). Etar © 2014 Global Illuminators, Bali, Indonesia.
Download