AKTIVITAS MARKETING POLITIK PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK 2015 AMA, Suyanto Dosen di Program Studi Manajemen Universitas Telkom Jl Telekomunikasi Trs Buah Batu Bandung; [email protected] M Yahya Arwiyah Dosen di Program Studi Administrasi Bisnis Universitas Telkom; [email protected], [email protected] Jl Telekomunikasi Trs Buah Batu Bandung Runik Machfiroh Dosen PKn di Universitas Telkom Jl Telekomunikasi Trs Buah Batu Bandung; [email protected];[email protected] Abstrak Pemilihan kepala daerah tahun 2015 secara serentak, telah membawa perubahan pada sistem pemilihannya. Namun, perubahan yang terjadi belum memiliki model marketing politik serta sudah terlihat adanya program pergeseran aktivitas politik, seperti promosi yang digunakan. Tujuan penelitian ini menganalisa tentang pemetaan aktivitas marketing politik pemilihan kepala daerah serentak 2015. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah mix method dengan jenis sequential explanatory dimana lokasi penelitian di beberapa kota di Indonesia. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik trianggulasi data melalui wawancara dengan pihak KPU, masyarakat dan tim sukses; data dokumentasi dan hasil olah data angket. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa marketing politik pada pemilihan kepala daerah serentak tahun 2015 kemenangan masih didominasi oleh incumbent dengan penggunaan media digital. Kata Kunci: Marketing Politik, Pemilihan Kepala Daerah Serentak, Partai Politik Pendahuluan Pemilihan kepala daerah tahun 2015 dilaksanakan melalui sistem pemilihan langsung dan dilakukan secara serentak, sebagai instrumen negara demokrasi. Partai politik pengusung sudah mulai berlomba-lomba dalam melakukan sosialiasi politik khususnya marketing politik terhadap para calon kandidat kepala daerah yang belum ditentukan secara pasti. Selama ini, strategi marketing politik yang dilakukan berbagai macam baik secara tradisonal maupun modern yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemilih. Namun, sampai saat ini belum ada suatu model strategi marketing politik yang tepat untuk daerah yang beragam. Hasil penelitian Suyanto, AMA et al (2014: 459-460) is that the constituents prefer legislative candidates based on personal / figures, popularity and capacity / capability of candidates. Penelitian terdahulu telah memberikan gambaran khususnya pada pemilihan calon legislatif, ternyata masyarakat memilih berdasarkan figur, popularitas dan kapasitas dan kapabiltitas calon. Hal ini menjadi perbandingan khususnya dalam pemilihan kepala daerah. Menggingat, pemilihan calon legislatif calonnya cukup banyak baik satu partai politik maupun berbeda partai politik. Berbeda dengan pemilihan kepala daerah, dimana partai politik mengusung satu calon kandidat baik hanya 1 partai maupun koalisi. Strategi marketing politik pada hakikatnya adalah upaya yang dilakukan oleh partai politik pengusung calon kepala daerah, para calon kandidat, dan para simpatisan atau tim pemenag memperkenalkan produk politik dengan harapan dapat memperoleh suara dan menjadi pemenang pada pemilu yang diselenggarakan. Partai politik dalam mempertahakan eksistensinya berusaha untuk dapat memperoleh posisi di masyarakat dalam bentuk dukungan terhadap para calon kepala daerah yang diajukan. Para calon kadindat sejatinya adalah agent bagi partai politik untuk memperoleh dukungan masyarakat dan sekaligus sebagai agent masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya kepada calon yang dipilih untuk mewakili keinginan, harapan dan kebutuhan masyarakat melalui kekuasaan eksekutif untuk perbaikan aspek kehidupan (ekonomi, sosial, pendidikan, dan lain-lain). Pemilihan kepala daerah serentak tahun 2015 yang memiliki perbedaan dengan pemilihanpemilihan sebelumnya, terdapat 16 daerah kota di seluruh Indonesia yang melakukan pemilihan kepala daerah serentak tahun 2015. Persaingan antar partai ataupun antar calon kepala daerah dalam memperebutkan suara dari konstituen, telah dikenal tentang marketing politik. Pemilihan kepala daerah serentak tahun 2015 memiliki berbagai macam pola strategi marketing politik di daerah kota di seluruh Indonesia. Pada pemilihan kepala daerah sebelum tahun 2015 terdapat aturan tentang pemilihan kepala daerah serentak seperti hasil penelitian Pangemanan J.M (2013) bahwasanya pemilihan kepala daerah di kota Bitung tahun 2010 dikatakan optimal dengan strategi pemasaran two way communication. Dengan sistem pemilihan yang berbeda, dalam penelitian ini akan memetakan marketing politik yang dilakukan pada pemilihan kepala daerah secara serentak. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya Kunkurat (2005) yang hanya melihat marketing politik pemilu 2004 melalui TV, Suryadi, K (2008) yang hanya melihat komunikasi politik pada calon independent; Suyanto dkk (2014) tentang marketing politik pada pemilihan legislatif di Jawa Barat; sementara penelitian ini lebih pada melihat pada strategi marketing yang digunakan oleh calon kepala daerah pada pemilihan kepala daerah baik diusung partai maupun independent. METODOLOGI Pendekatan penelitian yang digunakan adalah mix method dengan jenis sequential explanatory dimana lokasi penelitian di beberapa kota di Indonesia. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik trianggulasi data melalui wawancara dengan pihak KPU, masyarakat dan tim sukses; data dokumentasi dan hasil olah data angket. PEMBAHASAN Pergeseran Strategi Marketing Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2015 Pemilihan kepala daerah secara serentak dan langsung tahun 2015, merupakan suatu momentum pertama bagi bangsa Indonesia sebagai negara demokrasi. Hal ini telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 1 Tahun 2014 Pasal 3 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota, bahwasanya pemilihan kepala daerah dilakukan lima tahun sekali dan dilakukan secara serentak. Giddens, A (2002)1 menyatakan bahwasanya demokrasi saat ini mengalami ancaman menjadi tidak demokrasi sehingga perlu adanya rekonstruksi. Rekonstruksi yang dimaksud adalah dalam penyelenggaraan negara salah satunya dalam proses pemilihan umum. Salah satu bentuk rekonstruksi adalah dalam merubah sistem pemilihan kepala daerah secara serentak dan langsung. Pemilihan kepala daerah tahun 2015 yang dilakukan pada tanggal 9 Desember tahun 2015. Adapun pemilihan kepala daerah khusus untuk pemilihan gubernur terdiri dari 8 provinsi yaitu: 1. Sumatera Barat 2. Kepulauan Riau 3. Jambi 4. Bengkulu 5. Kalimantan Utara 6. Kalimantan Selatan 7. Sulawesi Utara 8. Sulawesi Selatan Adapun untuk pemilihan bupati atau wali kota total ada 217 daerah dengan rincian sebagai berikut: Sumatera Utara terdiri dari 13 daerah, Sumatera Barat terdiri dari 13 daerah, Riau terdiri dari 4 daerah, Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 7 daerah, Provinsi Bengkulu terdiri dari 7 daerah, Provinsi Lampung terdiri dari 13 daerah, Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari 3 daerah, Provinsi Banten terdiri dari 2 daerah, Provinsi Jawa Barat 5 daerah, Provinsi Jawa Tengah 17 daerah, Provinsi Yogyakarta 3 daerah, Provinsi Jawa Timur 24 daerah, Provinsi Bali 6 daerah, Provinsi Nusa Tenggara Barat 7 daerah, Nusa Tenggara Timur 8 daerah, Provinsi Kalimantan Barat 6 daerah, Provinsi Kalimantan Tengah 1 daerah, Kalimantan Selatan 7 daerah, Kalimantan Timur 8 daerah, Provinsi Sulawesi Utara 5 daerah, Provinsi Gorontalo 3 daerah, Provinsi Sulawesi Barat 3 daerah, Provinsi Sulawesi Tengah 8 daerah, Provinsi Sulawesi Selatan 10 daerah, Provinsi Sulawesi Tenggara 9 daerah, Provinsi Maluku 2 daerah, Provinsi Maluku Utara 8 daerah, Provinsi Papua 4 daerah, Provinsi Papua Barat 7 daerah (sumber:pilkada2015.kpu.go.id, yang diakses pada tanggal 30 Desember 2015). Berdasarkan data KPU tahun 2015, pada pemilihan kepala daerah serentak tahun 2015 ternyata pemenangan sebesar 76% diusung oleh partai politik. Oleh karena itu, dalam pembahasan hasil penelitian ini akan membahas khusus calon kepala daerah yang diusung oleh partai politik dan independent. Produk Produk politik yang ditawarkan calon kepala daerah kepada konstituen adalah programprogram yang ditawarkan dan figure dari calon kepala daerah itu sendiri. Pada pemilihan kepala daerah secara serentak terkait produk politik mengalami sedikit pergeseran. Pada pemilu-pemilu sebelumnya, produk yang ditawarkan berupa program yang belum pernah dilakukan dan kurang terukur. Namun, pada pemilihan kepala daerah serentak terkait produk yang ditawarkan seperti program, sebagaian besar calon telah melakukan pemetaan (riset awal) dan mereka melakukan “terjun ke lapangan” tetapi antar calon kepala daerah banyak memiliki kemiripan seperti “penyelenggaraan pendidikan gratis dan pelayanan kesehatan gratis”. Produk-produk yang ditawarkan pada pemilihan kepala daerah secara serentak ini memiliki pengaruh yang hampir sama besar terhadap keputusan pemilih dalam menentukan pilihannya, baik memilih calon kepala daerah yang diusung partai politik maupun calon kepala daerah yang berangkat dari calon independen berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan persentasi masing-masing sebesar 74% dan 73%. Berdasarkan dimensi produk, calon kepala daerah yang berasal dari partai politik mempunyai kekuatan lebih besar dari calon independent, yang secara berturut-turut berada pada angka 78% dan 70%. Promotion Pemilihan kepala daerah serentak di Indonesia ini, berdasarkan hasil analisis data, dalam penggunaan media marketing politik yang digunakan telah mengalami pergeseran. Pergeseran media marketing dari konvensional menuju digital. Media marketing politik di era-era sebelumnya masih banyak menggunakan media cetak seperti pamflet, baliho, dan spanduk-spanduk. Hasil riset Suryadi, K (2008) bahwasanya media kampanye partai politik hanya sebatas nomor dan lambang parpol. Artinya, media konvensional seperti baliho ataupun spanduk kurang efektif dalam menyampaikan produk-produk politik yang memuat nilai-nilai bagi warga negara dalam pemilihan kepala daerah serentak tahun 2015 terlebih kepada pemilih pemula. Pada pemilihan kepala daerah serentak tahun 2015 berdasarkan hasil penelitian bahwa media promosi didominasi oleh media digital. Namun tetap dibarengi promosi yang bersifat konvensional. Strategi yang sedang marak digunakan partai politik ataupun calon kepala daerah adalah ‘blusukan” yaitu calon kepala daerah dan partai politik melakukan kunjungan langsung ke warga-warga/masyarakat atau “direct selling”. Selain itu, calon kepala daerah dan partai politik dalam kunjungan ataupun kampanye melibatkan publik figur, hal ini terlihat sebesar 89%. Butler dan Collins (2001) bahwa promosi politik merupakan aspek permanen yang harus dilakukan oleh partai politik, politikus, atau kontestan dalam membangun kepercayaan dan citra publik. Hal ini kemudian akan terus diingat sampai saat pemilihan umum (Arifin, 2014). Artinya dalam pemilihan kepala daerah secara serentak pada tahun 2015 setiap calon kepala dearah menggunakan promosi khususnya promosi dengan menggunakan teknologi digital dan “blusukan”. Berikut tergambarkan hasil analisa marketing politik kepala daerah pada dimensi promotion: Tabel 1. Hasil Analisa Marketing Politik Kepala Daerah (Dimensi Promosi) Kepala Daerah diusung Partai Politik NO URAIAN TIDAK YA ∑ % ∑ % 1 Dalam menentukan calon kepala daerah pilihan, Anda mendasarkan pada kesamaan agama, budaya, maupun ras/sukudari calon kepala daerah yang Anda pilih karena faktorkenyamanan, kepercayaan, maupun kepuasan. 2 Para calon kepala daerah dengan figur ketokohan yang memadai dapat meningkatkan citra partai politik pengusung 3 Menentukan calon kepala daerah berdasarkan posisi calonkepala daerah incumbent (orang yg mengikuti pemilihan suatujabatan (spt presiden,gubernur,bupati dll) tetapi masihmenjabat jabatan yg sama) 4 Memilih calon kepala daerah berdasarkan citra/popularitas parpol 5 Adanya pemberitaan media massa/cetak mengenai partai politik tertentu maupun caleg yang diusung dapat meningkatkan citra partai politik 6 Parpol pengusung calon kepala daerah mengunakan media elektronik dalam memperkenalkan calon kepala daerah pilihan Anda 7 Parpol pengusung calon kepala daerah pilihan Anda menggunakan media sosial (bbm, facebook, twitter, wechat, dll) selama masa kampanye pada calon kepala daerah 2015 8 Parpol pengusung calon kepala daerah pilihan Anda menggunakan media massa/cetak (spanduk, baliho, brosur, pamflet, flayer, koran, dll) selama masa kampanye calon kepala daerah 2015 9 Parpol pilihan Anda melibatkan publik figur/tokoh masyarakat dalam kampanye calon kepala daerah 2015 10 Parpol pilihan Anda melakukan kunjungan/temu warga selama kampanye calon kepala daerah 2015 Rata-rata Kepala Daerah dari Independent 1 2 3 4 5 6 Dalam menentukan calon kepala daerah pilihan, Anda mendasarkan pada kesamaan agama, budaya, maupun ras/sukudari calon kepala daerah yang Anda pilih karena factor kenyamanan, kepercayaan, maupun kepuasan. Para calon kepala daerah dengan figur ketokohan yang memadai dapat meningkatkan citra partai politik pengusung Menentukan calon kepala daerah berdasarkan posisi calonkepala daerah incumbent (orang yg mengikuti pemilihan suatujabatan (spt presiden,gubernur,bupati dll) tetapi masihmenjabat jabatan yg sama) Memilih calon kepala daerah berdasarkan citra/popularitasnya Adanya pemberitaan media massa/cetak mengenai calon kepala daerah untuk meningkatkan citra partai politik Calon kepala daerah mengunakan media elektronik dalam memperkenalkan calon kepala daerah pilihan anda 38 84% 7 16% 30 67% 15 33% 30 67% 15 33% 17 38% 28 62% 41 91% 4 9% 45 100% 0 0% 40 89% 5 11% 45 100% 0 0% 38 84% 7 16% 45 100% 0 0% 82% 18% 20 51% 19 49% 39 100% 0 0% 25 64% 14 36% 29 74% 10 26% 20 51% 19 49% 36 92% 3 8% 7 8 9 10 Calon kepala daerah pilihan Anda menggunakan media sosial (bbm, facebook, twitter, wechat, dll) selama masa kampanye pada calon kepala daerah 2015 Calon kepala daerah pilihan Anda menggunakan media massa/cetak (spanduk, baliho, brosur, pamflet, flayer, koran, dll) selama masa kampanye calon kepala daerah 2015 Calon kepala daerah pilihan Anda melibatkan publik figur/tokoh masyarakat dalam kampanye calon kepala daerah 2015 Calon Kepala Daerah pilihan Anda melakukan kunjungan/temu warga selama kampanye calon kepala daerah 2015 Rata-rata 39 100% 0 0% 36 92% 3 8% 39 100% 0 0% 39 100% 0 0% 82% 18% Sumber : data diolah Tim Peneliti (2016) Place Lokasi ini amat berkait erat dengan cara hadir atau distribusi lokasi sebuah partai dan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan para pemilih. Hal ini berarti bahwa sebuah partai politik yang maju dan mengusung calon kandidat kepala daerah harus memahami betul titik kunci persebaran titik lokasi dan pesan yang strategis, untuk kemudian mampu memetakan struktur serta karakteristik masyarakat baik secara geografis maupun demografis. Keseluruhan responden yang diteliti menyatakan bahwa salah satu indikator dalam dimensi tempat (place) yakni berkaitan dengan kepemilikan dan pemilihan lokasi untuk menempatkan atribut kampanye seperti bendera, spanduk, baliho, dan lain-lain berkontribusi dalam meningkatkan pengambilan keputusan pemilih dalam pemilihan kepala daerah. Disamping itu, lokasi sekretariat dan posko pemenangan yang secara aksesibilitas berdekatan dengan wilayah atau basis konstituen turut serta berkontribusi dalam meningkatkan animo pemilih karena konstituen merasa lebih dekat dengan partai politik. Kondisi berbeda terjadi pada calon kepala daerah yang berangkat dari calon perseorangan (independent), dimana dimensi tempat (place) kurang berkontribusi dalam meningkatkan pengambilan keputusan pemilih. Calon kepala daerah dari jalur independent tidak mempunyai sekretariat atau posko pemenangan tetap, dalam arti sebuah tempat yang secara konsisiten menjadi lokasi aktivitas politik. Sekretariat pemenangan hanya muncul ketika kandidat tersebut maju dalam pemilihan, jauh sebelum berlangsungnya pemilihan dan setelah dilaksanakannya pemilihan (menang ataupun kalah) biasanya lokasi sekretariat tersebut hilang atau bubar dengan sendirinya. Disamping itu, persebaran atribut politik seperti baliho, spanduk, bendera dan lain sebagainya yang menjadi media informasi kandidat bersifat terbatas, oleh karena daya dukung baik diri pribadi dan atau relawan amat terbatas. Hal mana berbeda jauh dengan calon kepala daerah yang diusung oleh partai politik, dimana selain memperoleh daya dukung partai yang cukup terkait sumberpendanaan, calon kepala daerah secara otomatis mempunyai dukungan massa yang terikat secara ideologis dengan partai atau yang diistilahkan Nimmo (2010) sebagai pemilih bertipe reaktif, yakni sosok pemilih yang memiliki ketertarikan emosional dengan partai politik yang menjadi sumber utama aksi-diri dan pemberi suara. Dalam konteks ini, maka sebenarnya bukan sekonyong-konyong atribut partai dan lokasi yang digunakan itu menjadi titik kunci, melainkan sejauhmana lokasi/posko pemenangan partai politik tersebut berada. Hasil Analisa Marketing Politik Kepala Daerah (Dimensi Place) Kepala Daerah diusung Partai Politik NO 1 2 URAIAN Lokasi sekretariat maupun posko pemenangan calon kepala daerah yang Anda pilih mudah dijangkau Sekretariat maupun posko pemenangan calon kepala daerah yang Anda pilih memiliki atribut (bendera, spanduk, baliho, dll) yang memadai YA ∑ 32 70% 13 30% 45 100% 0 0% Rata-rata Kepala Daerah dari Independent Lokasi sekretariat maupun posko pemenangan calon kepala daerah yang Anda 1 pilih mudah dijangkau Sekretariat maupun posko pemenangan calon kepala daerah yang Anda pilih memiliki atribut (bendera, spanduk, baliho, dll) yang 2 memadai Rata-rata Sumber : data diolah oleh Tim Peneliti (2016) % TIDAK ∑ % 85% 15% 16 40% 23 60% 25 64% 14 36% 52% 48% Price Dimensi price yang digunakan untuk menganalisis calon kepala daerah baik yang diusung oleh partai politik maupun yang berangkat dari calon independen meliputi; dana/biaya yang diperlukan untuk dapan maju dalam ajang pemilihan kepala daerah serta besarnya biaya pribadi yang dimiliki dapat seorang calon kepala daerah untuk dapat memenangkan kontestasi politik di ajang pemilihan kepala daerah. Kemenangan kepala daerah dilihat dari dimensi price lebih besar di dominasi oleh kepala daerah yang diusung oleh partai politik, yakni sebesar 78%, sedangkan bagi calon kepala daerah yang berangkat dari calon independent hanya sekitar 70% saja. Persentase terbesar calon kepala daerah baik yang diusung partai politik maupun melalui jalur independent dilihat berdasarkan pada besarnya biaya yang diperlukan oleh seorang calon kepala daerah dengan persentase masing-masing adalah 100% dan 70%. Dilain pihak, sebanyak 56% (diusung partai politik) dan 64% (independent) melihat bahwa besarnya dana/biaya yang dimiliki seorang kepala daerah memberikan peluang besar bagi calon kepala daerah untuk dapat memenangkan kontestasi politik Pilkada. Menggingat, belum jelasnya perbedaan antara cost politic atau money politic. Pergeseran dalam marketing politik pada pemilihan kepala daerah secara serentak pada tahun 2015. Adapun pergeseran yang terjadi, khususnya menyangkut produk politik yang ditawarkan kepada masyarakat yaitu lebih kepada popularitas daripada ideologi yang dianut oleh calon kepala daerah baik. Hal ini menyebabkan sebagian besar kepala daerah yang terpilih sebagian besar bukan murni politikus ataupun negarawan. Namun, sudah mulai bergeeser pada orang yang populer di mata masyarakat kurang melihat pada kompetensi dalam mengelola kenegaraan. Media sebagai tempat promosi dalam marketing politik juga mengalami pergeseran yaitu melalui media digital terutama medsos sehingga perlu adanya kebijakan yang jelas dan pengawasan yang canggih. Berkaitan dengan Promosi yang dilakukan yang mengalami pergeseran bukan lagi konvensional tetapi menggunkan pihak ketiga dalam mempromosikan calon kepala daerah melalui media digital. Oleh karena itu, Price yang dikeluarkan pun tidak sedikit sehingga tidak sedikit calon kepala daerah yang memanfaatkan sumber dana dari berbagai sumber dana. Hasil Analisa Marketing Politik Kepala Daerah (Dimensi Price) Kepala Daerah diusung Partai Politik NO URAIAN 1 Untuk dapat maju dalam pemilu kepala daerah dibutuhkan dana/biaya yang besar dari seorang calon kepala daerah 2 Besarnya dana/biaya yang dimiliki seorang calon kepala daerah memberikan peluang besar untuk dapat memenangkan/terpilih dalam pemilu Rata-rata Kepala Daerah dari Independent 1 2 Untuk dapat maju dalam pemilu kepala daerah dibutuhkan dana/biaya yang besar dari seorang calon kepala daerah Besarnya dana/biaya yang dimiliki seorang calon kepala daerah memberikan peluang besar untuk dapat memenangkan/terpilih dalam pemilu Rata-rata TIDAK YA ∑ % ∑ % 45 100% 0 0% 25 56% 20 44% 78% 22% 30 76% 9 23% 25 64% 14 36% 70% 30% Sumber : data diolah Tim Peneliti (2016) Kesimpulan Produk politik yang digunakan calon kepala daerah tidak menarik kepada konstituen apabila tidak didukung oleh place bahwasanya place dimana partai politik mem-promosikan dari produk politik telah mengalami pergeseran yaitu saat ini tempat untuk mempromosikan produk politik sudah menggunakan media digital. Media digital yang digunakan adalah media sosial, web dan aplikasi-aplikasi yang dibuat untuk mempromosikan produk yang dimiliki kepala daerah. Hal ini, menggeser juga terkait price yang dikeluarkan. Oleh karena itu, perlu adanya suatu kebijakan baru agar tidak terjadi dampak jangka pendek maupun jangka panjang terutama terkait aturan main penggunaan biaya. Ucapan Terima Kasih Artikel ini merupakan hasil penelitian Hibah Bersaing DIKTI Tahun 2016. Daftar Pustaka Butler & Collins.(2001). Strategi Pemasaran Politik. Jakarta. Media Grup. Giddens.(1998). The Third Way: The Renewal of Social Democracy. Edisi Bahasa Indonesia, berjudul “The Third Way : Jalan Ketiga PembaharuanDemokrasii Sosial”. Penerjemah : Ketut Arya Mahardika. Cetakan ke-empat : 2002 Nimmo.(2010). Nimmo, D. (2010). Komunikasi Politik Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Pangemanan J.M.(2013). PEMASARAN POLITIK PADA PEMILUKADA (Suatu Studi Pemasaran Politik Pasangan Hanny Sondakh & Maximilian Jonas Lomban, SE, M.Si Pada Pemilukada di Kota Bitung Tahun 2010). Jurnal Politico Kunkurat. (2005). Marketing Politik sebagai faktor Deteriminan dalam Pemilu 2004. Jurnal Westhpala Vol 13 no 1 Tahun 2004 Suryadi, K. (2008). Pesan Politik di Ruang Publik: Pilihan-pilihan Sumber dan Media bagi Pendidikan Pemilih Vol 2 No.1. Bandung: iski. Suyanto, AMA dkk. (2014). Analysis of Political Marketing on Legislative Election. International Conference on Emerging Trends in Academic Research (Etar) 25-26 November 2014). Etar © 2014 Global Illuminators, Bali, Indonesia.