Analisis Kalimat Efektif Bahasa Indonesia

advertisement
Analisa Kalimat Efektif Bahasa Indonesia Terhadap Terjemahan Irsyadul
Ibad Ila Sabilirrasyad
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)
Oleh
Ruston Nawawi
NIM: 106024000948
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, Desember 2010
Ruston Nawawi
NIM. 106024000948
Analisa Kalimat Efektif Bahasa Indonesia Terhadap Terjemahan Irsyadul
Ibad Ila Sabilirrasyad
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Oleh
Ruston Nawawi
NIM:106024000948
Pembimbing
Drs. H. A. Syatibi, M. Ag
NIP : 195507031986031002
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “Analisa Kalimat Efektif Bahasa Indonesia Terhadap
Terjemahan Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad” telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
1 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada Program Studi Tarjamah.
Jakarta, Desember 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota,
Drs. Ikhwan Azizi, MA.
NIP: 150 268 589
Pembimbing
Drs. H. A. Syatibi, M. Ag
NIP : 195507031986031002
Sekretaris Merangkap Anggota,
Ahmad Saekhuddin, M.Ag.
NIP: 150 303 001
Penguji
Ali Hasan Al-Bahar,Lc,Ma
NIP: 197606152003121002
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan begitu banyak nikmat serta pertolongan-Nya kepada
penulis, sehingga karya ini bisa selesai dan hadir ke hadapan para pembaca.
Salawat serta Salam semoga selalu tercurahkan kepada teladan alam semesta,
kanjeng Rasulullah Muhammad saw., beserta keluarga, dan para sahabat. Semoga
kita mendapatkan curahan syafa’atnya di hari akhir nanti.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada civitas
akademika UIN Syarif HIdayatullah Jakarta, terutama kepada Prof. Dr.
Komaruddin Hidayat, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Dr. Abdul
Chaer, MA., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Drs. Ikhwan Azizi, MA.,
Ketua Jurusan Tarjamah serta Sekretaris Jurusan Tarjamah, Ahmad Saekhuddin,
M.Ag.
Terima Kasih yang tak terhingga pula kepada Drs. H. A. Syatibi, M.Ag
yang telah meluangkan waktunya untuk membaca, mengoreksi, memberikan
referensi serta memotivasi penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Semoga
Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan Bapak dan diberikan umur yang
panjang oleh Allah SWT.
Kepada Jajaran Dosen Tarjamah: Ibu Karlina Helmanita, M.Ag, Bpk.
Syarif Hidayatullah, M.Hum, Bpk. Dr. Syukron Kamil, MA, Bpk. Irfan Abubakar,
MA, dan lainnya. Terima kasih yang tak terhingga. Semoga ilmu yang penulis
dapatkan menjadi manfaat di kemudian hari. Amin.
i
Penghormatan serta salam cinta penulis haturkan kepada Kedua Orang Tua
penulis, Ayahanda Mursin (alm) dan Ibunda Nanih dan kakakku tercinta
Nisan Supriyadi beserta istri dan anak-anaknya dan juga keluarga yang telah
mendukung penulis untuk tetap semangat dan pantang menyerah, kemudian
isteriku tercinta Siti Aliyah yang selalu menemani penulisan skripsi ini dengan
penuh sabar dan kasih sayang dan untuk semua saudara-saudaraku yang samasama mendoakan penulis untuk menjalankan penelitian ini serta memberikan
bantuan dan motivasi, sehingga penulis bisa menyelesaikan studi ini.
Kepada seluruh staf-staf yang ada di beberapa universitas, seperti
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Adab UIN
Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, serta
Perpustakaan Utama Universitas Indonesia, yang telah membantu penulis dalam
mencari rujukan atau bahan referensi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada kawan seperjuangan
di Jurusan Tarjamah Angkatan 2006, kepada fuad, cocom, nurkholis dan firdaus,
yang selalu setia menemani, memberikan hiburan, dan berbagai candaan di
basecamp/kosan Tarjamah dan yang senantiasa selalu memberikan dukungan
kepada penulis.
Selain itu, terima kasih pada teman-teman seperjuangan musyarofah,
yatmi, suti, wulan, mely, elyda, khairunnisa, hamidah, aini, rina, dan yuli yang
telah menemani penulis di masa-masa kuliah serta teman-teman BEM-J Tarjamah
dan terima kasih juga kepada seluruh kakak kelas dan adik kelas sehingga penulis
bangga menjadi salah satu mahasiswa Tarjamah. Penulis menghaturkan ribuan
ii
terima kasih kepada seluruh teman-teman atas pinjaman referensinya yang begitu
berharga, yang telah mencerahkan dan memberikan paradigma baru kepada
penulis.
Semoga skripsi yang masih jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi
semuanya. Saran serta kritik konstruktif sangat penulis butuhkan untuk
interpretasi yang lebih baik lagi.
Jakarta, Desember 2010
Penulis
iii
DAFTAR ISI
PRAKATA ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN............................................. vi
ABSTRAK ...................................................................................................... x
BAB I:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ...................................................... 1
B. Identifikasi Penelitian ............................................................ 6
C. Pembatasan Penelitian............................................................ 7
D. Perumusan Penelitian ............................................................ 7
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 8
F. Metode Penelitian ................................................................. 8
G. Sistematika Penelitian .......................................................... 9
BAB II:
DASAR TEORI PENERJEMAHAN DAN KALIMAT EFEKTIF
1. Terjemahan dan Penerjemah
A. Definisi Tarjamah ............................................................ 11
B. Asumsi Penerjemahan ..................................................... 17
C. Petunjuk Penerjemahan ................................................... 18
D. Syarat Penerjemah ........................................................... 19
E. Metode Penerjemahan ..................................................... 20
F. Proses dan Tahap Penerjemahan ..................................... 25
G. Prosedur Penerjemahan ................................................... 27
iv
H. Penilaian Penerjemahan ................................................ 31
2. Kalimat Efektif
A.
Definisi Kalimat ............................................................. 32
B.
Jenis-jenis Kalimat ......................................................... 34
C. Definisi Kalimat Efektif .................................................. 39
D. Ciri-ciri Kalimat Efektif .................................................. 40
E. Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat ......................... 45
F. Faktor Ketidakefektifan Kalimat ................................. 46
BAB III : BIOGRAFI SINGKAT IMAM SYEKH ZAINUDDIN
BIN ABDUL AZIZ DAN GAMBARAN UMUM KITAB
IRSYADUL IBAD ILA SABILI RISYAD
A. Biografi Singkat Imam Sekh Zainuddin Bin
Abdul Aziz .................................................................... 47
B. Karya-karya Imam Sekh Zainuddin Bin Abdul
Aziz ............................................................................... 48
C.
Gambaran Umum Kitab Irsyadul Ibad ila Sabili
Risyad ............................................................................ 49
Bab IV : ANALISA DATA ........................................................................ 51
Bab V
: KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 71
v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke
dalam huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin
dalam Buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
1. Padanan Aksara
Huruf
Arab
Huruf
Latin
Huruf
Arab
Huruf
Latin
‫ا‬
A
‫ط‬
T
‫ب‬
B
‫ظ‬
Z
‫ت‬
T
‫ع‬
‘
‫ث‬
Ts
‫غ‬
Gh
‫ج‬
J
‫ف‬
F
‫ح‬
H
‫ق‬
Q
‫خ‬
Kh
‫ك‬
K
‫د‬
D
‫ل‬
L
‫ذ‬
Dz
‫م‬
M
‫ر‬
R
‫ن‬
N
‫ز‬
Z
‫و‬
W
‫س‬
S
‫ة‬
H
‫ش‬
Sy
‫ء‬
`
‫ص‬
S
‫ي‬
Y
‫ض‬
D
vi
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
A. Vokal Tunggal
Tanda
Arab
Vokal
Tanda
Latin
Vokal
Keterangan
‫ـــَــ‬
a
Fathah
‫ـــِــ‬
i
Kasrah
‫ـــُــ‬
u
Dammah
B. Vokal Rangkap
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
‫ـــَــ ي‬
ai
a dan i
‫ـــَـــ و‬
au
a dan u
vii
C. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu :
Tanda
Arab
Vokal
Tanda
Latin
Vokal
Keterangan
‫ا ـــَـــ ي‬
â
a dengan topi di
atas
‫ا ـــِـــ ي‬
î
i dengan topi di
atas
‫ا ـــُــ و‬
û
u dengan topi di
atas
3. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu ‫ ال‬, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah
maupun huruf qamariyyah.
4. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda ‫ ــّــ‬dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Akan tetapi, hal ini tidak
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang
yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.
viii
5. Ta Marbûtah
Jika huruf Ta Marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka
huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (contoh no.1). Hal yang sama
juga berlaku, jika Ta Marbûtah tersebut diikuti oleh (na’at) atau kata sifat (contoh
no.2). Namun, jika huruf Ta Marbûtah tersebut diikuti kata benda (isim), maka
huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (contoh no.3).
No.
Kata Arab
Alih Aksara
1
‫ﻃﺮﻳﻘﺔ‬
Tarîqah
2
‫اﻟﺠﺎﻣﻌﺔ اﻹﺳﻼﻣﻴﺔ‬
al-jâmi’ah al-islâmiyah
3
‫وﺣﺪة اﻟﻮﺟﻮد‬
wihdat al-wujûd
6. Huruf Kapital
Mengikuti EYD bahasa Indonesia. Untuk proper name (nama diri, nama
tempat, dan sebagainya), seperti al-Kindi bukan Al-Kindi (untuk huruf “al”) untuk
huruf a di awal nama tersebut tidak boleh kapital.
ix
Abstrak
Ruston Nawawi
Berjudul “Analisa Kalimat Efektif Bahasa Indonesia Terhadap Terjemahan
Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad”. Di bawah bimbingan Drs. H. A. Syatibi, M. Ag.
Penerjemahan merupakan kegiatan mereproduksi pesan bahasa sumber
dengan padanan yang paling dekat dan wajar di dalam bahasa penerima, baik
dilihat dari segi arti, makna maupun gaya bahasanya.
Kalimat
efektif
adalah
kalimat
yang
singkat,
jelas
dan
dapat
menyampaikan informasi dengan tepat. Jelas, yaitu mudah dipahami oleh
pendengar atau pembaca. Singkat, yaitu hemat dalam pemakaian atau pemilihan
kata dan tepat, yaitu sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku. Ciri-ciri kalimat
efektif antara lain: adanya keutuhan, kesatuan, kelogisan, kesepadanan makna dan
struktur kalimat, kesejajaran bentuk kalimat dan struktur kata secara gramatikal,
kefokusan pikiran sehingga mudah dipahami, kehematan penggunaan unsur
kalimat, kecermatan dan kesantunan serta kevariasian kata dan struktur sehingga
menghasilkan kesegaran bahasa.
Berdasarkan hal di atas, penulis menganggap perlu meneliti salah satu
karya berbahasa Arab yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, yaitu
terjemahan kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad karya Imam Syaikh Zainuddin
Bin Abdul Aziz Bin Zainuddin Bin Al Mulyabari yang diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia oleh Salim Bahreisy
x
Oleh karena itu, dengan bentuk kalimat efektif dalam kitab Irsyadul Ibad
Ila Sabilirrasyad
yang tertera dalam penelitian ini menjadi bermanfaat bagi
penerjemah pemula yang ingin mempelajarinya.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Penerjemahan merupakan suatu kegiatan yang penting bagi manusia di era
globalisasi ini, kegiatan penerjemahan bukan saja dilakukan oleh penerjemah
melainkan telah memberikan daya tarik bagi para ilmuan lainnya seperti guru
maupun para peminat atau ahli bahasa yang menyadari kekuatan bahasa sebagai
salah satu media yang dapat memantapkan kepesatan perkembangan IPTEK.
Banyak buku-buku dan artikel-artikel terjemah ditulis para ahli dalam suatu
cabang ilmu tertentu dengan pendekatan yang beraneka ragam sesuai dengan
disiplin ilmunya masing-masing.
Usaha menerjemahkan pada hakikatnya mereproduksi amanat atau pesan
di dalam bahasa sumber dengan padanan bahasa yang wajar. 1 Dalam proses
menerjemahkan seseorang berusaha untuk mengalihkan pesan yang terdapat
dalam bahasa sumber tanpa merubah maksud dan pesan tersebut, begitu pula
dalam membentuk kalimat ke dalam bahasa sasaran haruslah jelas. Selain itu,
menerjemahkan juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dalam mempelajari
struktur gramatikal, situasi komunikasi, konteks bahasa sumber, menganalisa teks
bahasa sumber untuk menemukan maknanya, dan mengungkapkan kembali
makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang
1
Anton M. Muliono, Lembaran Bahasa (Jakarta: Gramedia , 1989), h. 195
2
sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya. 2 Kegiatan penerjemahan
bertujuan untuk menciptakan relasi yang sepadan dan intent antara teks sumber
dan teks sasaran agar diperoleh jaminan bahwa kedua teks tersebut
mengkomunikasikan pesan yang sama.
Dalam penerjemahan seorang penerjemah harus memiliki pengetahuan
tentang
tahapan-tahapan
dalam
melakukan
penerjemahan,
syarat-syarat
penerjemahan dan ragam penerjemahan guna menyoroti naskah yang diminati
untuk dijadikan sasaran dan mengetahui pendekatan apa yang harus diambil.
Secara umum ragam terjemahan terdiri dari terjemahan kata demi kata,
terjemahan harfiah dan terjemahan bebas. 3 Setelah penerjemah mengenal lebih
jauh ragam penerjemah yang digunakan, maka penerjemah akan lebih selektif
dalam memilih dan menggunakan ragam penerjemah yang sesuai dengan tatanan
bahasa.
Seorang penerjemah adalah seorang penulis dan bukan pengarang dari
buku yang ia terjemahkan, sehingga gagasan yang ada dalam terjemahan tetap
merupakan gagasan pengarang, bukan gagasan penerjemah. Dalam hal ini
penerjemah hanya merekontruksi gagasan-gagasan yang dikemukakan pengarang
dari suatu buku atau kitab dari yang diterjemahkannya ke dalam suatu tatanan
bahasa yang efektif sehingga mudah dipahami oleh para pembacanya. Akan
tetapi, ada beberapa terjemahan yang terdapat tatanan bahasa atau kalimat yang
kurang efektif sehingga tatanan bahasa dalam penerjemahan tersebut terkesan
rancu yang pada akhirnya kurang dapat dipahami oleh para pembacanya. Oleh
2
3
Abdulmunifkhamim. wordpress.com
Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah (Jakarta: Grasindo, 2000 cetakan ke-1), h. 5
3
karena itu, tidak semua hasil karya terjemahan diterima apa adanya melainkan
perlu dianalisadan dikritisi dengan beberapa acuan standar penerjemahan yang
menopang diakuinya mutu karya terjemahan tersebut.
Kalimat
efektif
adalah
kalimat
yang
singkat,
jelas
dan
dapat
menyampaikan informasi dengan tepat. Jelas, yaitu mudah dipahami oleh
pendengar atau pembaca. Singkat, yaitu hemat dalam pemakaian atau pemilihan
kata dan tepat, yaitu sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku. 4 Ciri-ciri kalimat
efektif antara lain: adanya keutuhan, kesatuan, kelogisan, kesepadanan makna dan
struktur kalimat, kesejajaran bentuk kalimat dan struktur kata secara gramatikal,
kefokusan pikiran sehingga mudah dipahami, kehematan penggunaan unsur
kalimat, kecermatan dan kesantunan serta kevariasian kata dan struktur sehingga
menghasilkan kesegaran bahasa. 5
Berdasarkan hal di atas, penulis menganggap perlu meneliti salah satu
karya berbahasa Arab yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, yaitu
terjemahan kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad karya Imam Syaikh Zainuddin
Bin Abdul Aziz Bin Zainuddin Bin Al Mulyabari yang diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia oleh Salim Bahreisy yang diterbitkan oleh Darussaggaf press.
Berikut ini merupakan contoh asli terjemahan dari kitab Irsyadul Ibad Ila
Sabilirrasyad.
4
5
http://suherlicentre.blogspot.com/2009/02/kalimat-efektif-dalam-naskah-pidato.html
ibid
4
Artinya: Hai semua manusia sembahlah Tuhanmu, yang menjadikan
kamu dan menjadikan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa (21).
Yang menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan, dan langit sebagai atap dan
menurunkan dari langit air, kemudian mengeluarkan dengan air itu berbagai buah
(makanan)
sebagai
rizqi
untukmu.
Karena
itu
maka
kamu
jangan
mempersekutukan Allah denga apapun, padahal kamu mengetahui. 6 (Q.S. AlBaqoroh: 21-22)
Pada terjemahan kalimat di atas terdapat kalimat:
1. Yang menjadikan kamu dan menjadikan orang-orang yang sebelum kamu,
agar kamu bertaqwa
6
Salim Bahreisy, Petunjuk ke Jalan Lurus (terjemahan kitab fiqih Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad
karangan Imam Syaikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Bin Zainuddin Bin Al Mulyabari), (Surabaya:
Darrusaggaf, 1977). h. 3
5
2. Yang menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan, dan langit sebagai atap
dan menurunkan dari langit air, kemudian mengeluarkan dengan air itu
berbagai buah (makanan) sebagai rizqi untukmu
3. Karena itu maka kamu jangan mempersekutukan Allah dengan apapun,
padahal kamu mengetahui
Ketiga kalimat di atas tidak efektif. Pada kalimat pertama terdapat
pemborosan kata dalam penggunaan kata kerja ”menjadikan” yang dirangkai pada
kata penghubung dan, serta terdapat penggunaan kata dalam struktur yang tidak
baku, yaitu bertaqwa. Pada kalimat pertama tatanan kalimat efektif nya adalah:
”Yang menjadikan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu
bertakwa”
Pada kalimat kedua dikatakan tidak efektif karena ketidaktepatan pada
penggunaan tanda koma serta kata penghubung dan sebelum akhir perincian dari
suatu kalimat.Pada kalimat kedua juga terdapat kata yang tidak baku yaitu, rizqi
sedangkan kata yang baku adalah rizki. Selain itu, pada kalimat kedua juga
terdapat kalimat berikut:
Menurunkan
P
dari langit
K
air
O
Kalimat di atas dikatakan tidak efektif karena susunan kalimatnya tidak
lengkap dan tidak jelas, yaitu tidak terdapat subjek dan penempatan obyek yang
tidak tepat penggunaannya karena didahului oleh keterangan tempat. Kalimat di
atas dapat diperbaiki menjadi:
Dia (Allah)
menurunkan air
dari langit
6
S
P
O
K
Pada kalimat kedua tatanan kalimat efektifnya adalah:
” Yang menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan dan langit sebagai
atap serta menurunkan air dari langit, kemudian mengeluarkan dengan air
itu berbagai buah (makanan) sebagai rizki untukmu.”
Pada kalimat ketiga dikatakan tidak efektif karena menggunakan kata
penghubung yang bertentangan, yaitu karena itu dan maka. Sedangkan men urut
Asih Anggraini dalam bukunya yang berjudul Mengasah Keterampilan Karya
Tulis Ilmiah di Perguruan Tinggi syarat kalimat efektif adalah tidak menggunakan
kata penghubung yang bertentangan. Kalimat ketiga diperbaiki menjadi:
” Karena itu hendaklah kamu jangan mempersekutukan Allah dengan
apapun, padahal kamu mengetahui”
Maka atas dasar itulah penulis tertarik untuk menganalisa dan mengkritisi
sejauh manakah kekurangefektifan kalimat yang dilakukan penerjemah dalam
Bahasa Indonesia terhadap Kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad karangan Imam
Syaikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Bin Zainuddin Bin Al Mulyabari. Dalam hal
ini penulis akan menganalisa dan mengkritisi kitab tersebut melalui sebuah
penelitian skripsi dengan judul ” Analisa Kalimat Efektif Bahasa Indonesia
Terhadap Terjemahan Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad.”
B. Identifikasi Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasi adanya beberapa permasalahan berikut:
7
1. Bagaimana pengolahan kalimat dan ragam penerjemahan yang dilakukan
penerjemah?
2. Apakah kalimat yang dibentuk dalam penerjemahan sudah menjadi
kalimat efektif atau belum?
3.
Bagaimana pendekatan yang dilakukan penerjemah dalam menerjemahkan
suatu kitab atau buku yang diterjemahkannya?
C. Pembatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini peneliti menyadari bahwa, peneliti
memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian, baik secara tenaga, biaya dan
waktu.
Agar pembatasan masalah lebih terarah, maka peneliti membatasi
permasalahan pada analisa kalimat efektif Bahasa Indonesia terjemahan Irsyadul
Ibad Ila Sabilirrasyad karangan Imam Syaikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Bin
Zainuddin Bin Al Mulyabari pada bab iman dan ilmu.
D. Rumusan Penelitian
Berdasarkan i dentifikasi dan latar belakang yang telah diuraikan, maka
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:” Apakah
terjemahan kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad yang dilakukan oleh Salim
Bahreisy telah menggunakan kalimat efektif atau belum.”
8
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain:
1. Untuk dapat menambah pengetahuan tentang kaidah penerjemahan
maupun tentang kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad baik bagi peminat
bahasa, mahasiswi, dosen, maupun masyarakat umum.
2. Sebagai batu loncatan dalam memperbaiki sistem penerjemahan dengan
menggunakan bahasa dan kalimat efektif sehingga mudah dipahami oleh
para pembaca.
3. Sebagai bahan acuan bagi para pembaca hasil terjemahan kitab ataupun
buku agar lebih mengkritisi kitab atau buku hasil terjemahan
4. Sebagai bahan acuan dalam melaksanakan penelitian yang serupa pada
analisa kitab atau buku hasil terjemahan yang lainnya.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah analisa deskriptif, yaitu metode
penelitian yang menganalisis data-data dalam bentuk deskripsi dari gejala-gejala
yang diamati kemudian mendeskripsikannya ke dalam hasil penelitian.7 Penulisan
skripsi ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi yang
disusun oleh tim UIN Syarif Hidayatullah Press.
7
M. Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, ( Jakarta, Pustaka Setia, 2002), h. 17
9
G. Sistematika Penulisan Penelitian
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atas:
Bab I : Pendahuluan
A. Latar belakang Penelitian
B. Identifikasi Penelitian
C. Pembatasan Penelitian
D. Perumusan Penelitian
E. Tujuan Penelitian
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan Penelitian
Bab II : Dasar Teori
1. Terjemahan dan Penerjemah
A. Definisi Tarjamah
B. Asumsi Penerjemahan
C. Petunjuk Penerjemahan
D. Syarat Penerjemah
E. Metode penerjemahan
F. Proses dan Tahap Penerjemahan
G. Prosedur Penerjemahan
H. Penilaian Penerjemahan
2. Kalimat Efektif
A. Definisi Kalimat
B. Jenis-jenis Kalimat
10
C. Definisi Kalimat Efektif
D. Ciri-ciri Kalimat Efektif
E. Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat
F. Faktor Ketidakefektifan Kalimat
Bab III: Biografi Singkat Imam Syekh Zainuddin Bin Abdul Aziz dan
Gambaran Umum Kitab Irsyadul Ibad Ila Sabili Risyad
A. Biografi Imam Syekh Zainuddin Bin Abdul Aziz
B. Karya-karya Imam Syekh Zainuddin Bin Abdul Aziz
C. Gambaran umum kitab Irsyadul Ibad Ila Sabili Rysyad
Bab IV : Analisa Data
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
11
BAB II
LANDASAN TEORI
1.
TERJEMAHAN DAN PENERJEMAH
A. DEFINISI TARJAMAH
Definisi tarjamah memiliki dua pengertian, yaitu pengertian secara
etimologi (bahasa) dan pengertian secara terminologi (istilah).
1. Secara Etimologi (bahasa)
Kata tarjamah berasal dari bahasa Arab “ ‫( “ ﺗﺮﺟﻤﺔ‬tarjamah) kata tersebut
berbentuk masdar, yaitu dari Fîil Mâdhi Rubâ I al-Mujarrad “ ‫ “ ﺗﺮﺟﻢ‬yang
bentuknya menjadi sebagai berikut:
‫ ﺗﺮﺟﻢ ﻻ‬،‫ وذاك ﻣﺘﺮﺟﻢ‬،‫ ﻓﻬﻮ ﻣﺘﺮﺟﻢ‬،‫ وﻣﺘﺮﺟﻤﺎ‬،‫ وﺗﺮﺟﺎﻣﺎ‬،‫ ﺗﺮﺟﻤﺔ‬،‫ ﻳﺘﺮﺟﻢ‬،‫ﺗﺮﺟﻢ‬
.‫ﻣﺘﺮﺟﻢ ﻣﺘﺮﺟﻢ‬،‫ﺗﺘﺮﺟﻢ‬
Lafadz tarjamah di dalam kamus al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lâm,
menunjukan salah satu dari empat makna berikut:
1. Menafsirkan suatu kalam (pembicaraan) dengan menggunakan bahasa lain.
2. Memindahkan suatu kalam (pembicraan) kepada bahasa yang mudah.
3.Menceritakan biografi seseorang.
4. Pendahuluan dari sebuah kitab 8
Muhammad bin Salih al-‘Asimaini di dalam kitab Uşul fi al-Tafsir,
mengatakan bahwa kata tarjamah secara bahasa ialah:
8
http://ridwan202.wordpress.com/istilah-agama/tarjamah
12
‫ ﺗﻄﻠﻖ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﺎن ﺗﺮﺟﻊ إﻟﻰ ﺣﺎﻟﺒﻴﺎن واﻻﻳﻀﺎ‬:‫اﻟﺘﺮﺟﻤﺔ ﻟﻐﺔ‬
“Tarjamah secara bahasa adalah menetapkan suatu makna yang mampu
memberikan keterangan yang jelas.”
Menurut Az-zarqani, mengemukakan bahwa secara etimologi tarjamah
memiliki empat makna, antara lain:
1. menyampaikan tuturan kepada orang yang tidak menerima tuturan
2. menjelaskan tuturan dengan bahasa yang sama misalnya bahasa Arab
dijelaskan dengan bahasa Arab, bahasa Indonesi dijelaskan dengan
bahasa Indonesia.
3. menafsirkan tuturan dengan bahasa yang berbeda, misalnya bahasa
Arab dijelaskan dengan bahasa Indonesia
4. memindahkan tuturan dari satu bahasa ke bahasa lain seperti
mengalihkan bahasa Arab ke bahasa Indonesia, oleh karena itu
penerjemah disebut juga pengalih bahasa. 9
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijumpai arti tarjamah, yaitu
menyalin (memindahkan) dari suatu bahasa kedalam bahasa lain atau mengalih
bahasakan.
Berdasarkan penjelasan etimologi
tarjamah diatas dapat dipahami bahwa
substansi dari terjemah adalah memindahkan bahasa pokok kepada bahasa sasaran
(dalam hal ini dari bahasa Arab kepada bahasa Indonesia). 10
9
Syihabuddin. Penerjemahan Arab-Indonesia. (Bandung, Humaniora, 2005), h. 8
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia., (Jakarta, Balai Pustaka, 1988), h. 938
10
13
2. Secara Terminologi (istilah)
Secara terminologi, kata terjemah dalam bahasa arab disebut “‫“ ﺗﺮﺟﻤﺔ‬
mengandung pengertian sebagai berikut:
Muhammad bin Salih al-‘Asimaini di dalam kitab Usul fi al-Tafsif, mengatakan:
‫ اﻟﺘﻌﺒﻴﺮﻋﻦ اﻟﻜﻠﻢ ﺑﻠﻐﺔ أﺧﺮى‬:‫وﻓﻰ اﻻﺻﻄﻼح‬
“Terjemah secara istilah yaitu, menerangkan suatu kalam (pembicaraan) dengan
menggunakan bahasa yang lain.”
Menurut Abu al-Yaqzan ‘Atiyyah al-Jaburi di dalam kitab Dirasat fi alTafsir wa Rijalihi:
‫ﻧﻘﻞ اﻟﻜﻼم ﻣﻦ ﻟﻐﺔ إﻟﻰ ﻟﻐﺔ أﺧﺮى ﺑﺪون ﺑﻴﺎن ﻣﻌﻨﻰ اﻻﺻﻞ ﻋﻨﻪ اﻟﻤﺘﺮﺟﻢ‬
“Memindahkan suatu kalam (pembicaraan) dari satu bahasa kedalam bahasa yang
lain dengan tidak menerangkan ma’na asal dari kalam yang diterjemahkan.”
‫ﺗﻔﺴﻴﺮ اﻟﻜﻼم وﺑﻴﺎن ﻣﻌﻨﺎﻩ ﻓﻰ ﻟﻐﺔ أﺧﺮى‬
“Menafsirkan suatu kalam (pembicaraan) dan juga menerangkan ma’na kalam
tersebut di dalam bahasa yang lain.”
Menurut Muhammad ‘Abdul ‘Azim al-Zarqani di dalam kitab
Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an, tarjamah mengandung pengertian:
‫ﺗﺒﻠﻴﻎ اﻟﻜﻼم ﻟﻤﻦ ﻟﻢ ﻳﺒﻠﻐﻪ‬
“Menyampaikan kalam (pembicaraan) dengan memakai bahasa orang
yang belum pernah menerimanya.”
‫ﺗﻔﺴﻴﺮ اﻟﻜﻼم ﺑﻠﻐﺘﻪ اﻟﺘﻰ ﺟﺎء ﺑﻪ‬
14
“Menafsirkan kalam (pembicaraan) dengan memakai bahasa kalam itu
sendiri.”
‫ﺗﻔﺴﻴﺮ اﻟﻜﻼم ﺑﻠﻐﺔ ﻏﻴﺮ ﻟﻐﺘﻪ‬
“Menafsirkan kalam (pembicaraan) dengan memakai bahasa selain bahasa
kalam itu.”
‫ﻧﻘﻞ اﻟﻜﻼم ﻣﻦ ﻟﻐﺔ إﻟﻰ أﺧﺮى‬
“Mengalihkan suatu kalam (pembicaraan) dari suatu bahasa ke dalam bahasa yang
lain.”
Dari keempat pendapat tentang pengertian “terjamah” yang telah
disebutkan di atas, dapat diketahui bahwa kata
‫ “ ” ﺗﺮﺟﻤﺔ‬dalam tuturan bahasa
Arab meliputi berbagai makna, bahkan pengertian kata “
‫ﺗﺮﺟﻤﺔ‬
“ ini sering
dikaitkan pada situasi dimana kata itu diucapkan. Namun secara ‘urf’ (umum)
dapatlah kiranya diketahui bahwa terjamah, yaitu memindahkan suatu kalam
(pembicaraan) dari suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain dan mengungkapkan
suatu pengertian dengan suatu kalam yang lain dalam bahasa yang lain. 11 Selain
itu, secara terminologi menerjemahkan didefinisikan sebagai mengungkapkan
makna tuturan suatu bahasa di dalam bahasa lain dengan memenuhi seluruh
makna dan maksud tuturan itu.
‫اﻟﺘﻌﺒﺮ ﻋﻦ ﻣﻌﻨﻲ آﻼم أﺧﺮ ﻣﻦ ﻟﻐﺔ أﺧﺮي ﻣﻊ اﻟﻮ ﻓﺎء ﺑﺠﻤﻴﻊ ﻣﻌﺎﻧﻴﺔ‬
‫وﻣﻘﺎﺻﺪﻩ‬
11
http//open-university.co.cc/download/bing/bing3115-m3.pdf
15
Takrif di atas mengandung beberapa kata kunci yang perlu dijelaskan lebih
lanjut. Kata mengungkapkan merupakan padanan untuk at-tabir yang asal katanya
abara, yaitu melewati atau melintas misalnya abaras sabil berarti melintas jalan.
Karena itu air mata yang melintas di pipi disebut abarah. Nasihat yang diperoleh
dari peristiwa disebut ibrah. 12
Selain pengertian di atas, juga terdapat beberapa pengertian yang
dikemukakan oleh para ahli bahasa tentang pengertian tarjamah secara
terminologi (istilah). Yaitu:
1. Eugene A. Nida dan Charles R. Taber
Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, dalam buku mereka The Theory
and Practice of Translation, memberikan definisi tarjamah sebagai berikut:
“Translating consist in reproducing in the receptor language the closest
natural equivalent of the source language messege, first in term of meaning and
secondly in term of style”.
Yang berarti: “Menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan
kembali di dalam bahasa penerima barang secara dekat, sewajarnya, sepadan
dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama menyangkut makna dan kedua
menyangkut gayanya”. 13
Secara lebih sederhana, menerjemahkan dapat didifinisikan sebagai
memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima
12
13
Syihabuddin, op cit, h. 9
A. Widyamartaya, op.cit, h.11
16
(sasaran)
dengan
pertama-tama
mengungkapkan
maknanya
dan
kedua
mengungkapkan gaya bahasanya.
2. J.C. Catford
Sedangkan menurut J.C Catford dalam bukunya yang berjudul a linguistic
theory of translation mengartikan terjemah sebagai “the replacement the textual
in one language by equivalent textual as follow”. Yang artinya, terjemahan
merupakan penggantian naskah berbahasa sumber dengan berbahasa sasaran
secara sesuai. 14
3. P. Nemark
Definisi tarjamah menurut P. Nemark hampir sama dengan apa yang
diungkapkan oleh J.C. Catford. Menurut Nemark dalam artikelnya yang berjudul
“Further preposition on translation” mendefinisikan tarjamahan sebagai berikut:
“ Translation is an exercise which consist in the attempt to replace a
written message in one language’. Artinya, tarjemah merupakan latihan dalam
upaya menggantikan pesan tertulis dari bahasa satu dengan pesan yang sama
dengan bahasa lainnya. 15
14
J.C. Catford, A Linguistic Theory of Translation, ( London, Oxford University Press, 1965), h.
20
15
Rochayah Machali. Op.cit. h. 5
17
4. Jacobson ( dalam Gentzler, 1993: 1)
Menurut Jacobson, pengertian translasi mencakup tiga kelompok, yaitu
intralingual translation, interlingual translation, intersemiotic translation. Istilah
pertama menunjuk pada usaha untuk menyatakan suatu ide atau pikiran dalam
bahasa yang sama. Istilah kedua istilah yangs sering dipahami sebagai
menerjemahkan suatu bahasa ke bahasa lain. Sedangkan yang ketiga usaha
menerjemahkan sebuah pikiran dari bahasa verbal ke bahasa nonverbal. 16
Berdasarkan beberapa pengertian tarjamah menurut para ahli bahasa di
atas, dapat disimpulkan bahwa tarjamah adalah interpretasi makna suatu teks
dalam suatu bahasa ("teks sumber")
padanan
dalam
bahasa
lain
("teks
dan penghasilan teks yang merupakan
sasaran"
atau
"terjemahan")
yang
mengkomunikasikan pesan serupa. Tarjmah harus mempertimbangkan beberapa
batasan, termasuk konteks, aturan tata bahasa, konvensi penulisan, idiom, serta hal
lain antar kedua bahasa. Orang yang melakukan terjemahan disebut sebagai
penerjemah. 17
B. ASUMSI DALAM PENERJEMAHAN
Dalam bidang ilmu dikenal asumsi-asumsi yang dijadikan pedoman dan
arah oleh orang-orang yang melakukan aneka kegiatan ilmiah pada bidang
tersebut. Dalam bidang penerjemahanpun dikenal asumsi yang merupakan cara
kerja, pengalaman, keyakinan dan pendekatan yang dianut oleh para peneliti,
16
17
Muh Arif Rokhman, Penerjemahan Teks Inggris, (Yogyakarta, Hanggar Kreatif, 2006), h. 9
http//www.wikipedi.co.id
18
praktisi dan pengajar dalam melakukan berbagai kegiatannya. Diantara asumsi
yang berlaku dalam penerjemahan antara lain: 18
1.
Penerjemahan merupakan kegiatan yang kompleks. Artinya bidang ini
menuntut
keahlian
penerjemah
yang
bersifat
multidisipliner,
yaitu
kemampuan dalam bidang teori menerjemah, penerimaan bahasa sumber dari
bahasa penerima berikut kebudayaannya secara sempurna.
2.
Budaya suatu n bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, maka bahasa suatu
bangsa berbeda dengan bahasa bangsa lain, karena itu pencarian ekuivalensi
antara keduanya merupakan kegiatan utama yang dilakukan seorang
penerjemah.
3.
Penerjemah komunitator antara pengarang dan pembaca.
4.
Terjemahan bersifat otonom. Artinya, terjemahan hendaknya dapat
menggantikan nas sumber atau nas terjemahan itu memberikan pengaruh
yang sama pada pembaca seperti pengaruh yang ditimbulkan nas sumber.
5.
Pengajaran
menerjemah
dituntut
untuk
mengikuti
landasan
teoritis
penerjemahan dan kritik terjemah.
C. PETUNJUK PENERJEMAHAN
Dalam buku H.G de Maar, English Passages for Translation, jilid II
halaman 176, dapat ditemukan petunjuk penerjemahan, antara lain: 19
1.
Berlakulah setia pada aslinya dan berikan kebenaran. Tidak boleh ada ide
penting muncul dalam terjemahan kalau ide itu tidak ada dalam karangan
18
19
Syihabuddin, op. cit, h. 16-17
A. Widyamartaya, loc.cit, h. 12-13
19
aslinya. Tidak boleh ada hal kecil tetapi penting dihilangkan dari terjemahan
kalau hal itu terdapat dalam karangan aslinya.
2.
Perhatikanlah secara seksama dalam semangat atau suasana apa karangan
asli ditulis. Kalau gayanya ramah, ramahlah dalam terjemahan yang
dilakukan penerjemah, kalau luhur berikanlah pada penerjemahan suatu
nada yang luhur pula.
3.
Sebuah terjemahan harus tidak terbaca sebagai suatu terjemahan.
Terjemahan harus tidak mengingatkan pada karangan aslinya, tetapi harus
terbaca wajar seolah-olah muncul langsung dari pikiran si pelajar. Harus
terbaca seperti sebuah karangan asli, terjemahan harus mengungkapkan
segenap arti dari karangan aslinya, tetapi tanpa mengorbankan tuntutan akan
ungkapan yang baik dan idiomatis.
D. SYARAT-SYARAT PENERJEMAH
Hasil terjemahan akan dianggap baik atau buruk, jelas atau tidak sangat
bergantung pada siapa yang menerjemahkan, meskipun seorang penerjemah itu
adalah sebagai pencipta, tetapi ia tidak mempunyai kebebasan seluas kebebasan
yang dimiliki penulis aslinya, karena seorang penerjemah pada dasarnya hanya
mengungkapkan apa yang dikarang oleh penulis aslinya.
Untuk menjadi seorang penerjemah yang baik serta menghasilkan
terjemahan yang berkualitas, seorang penerjemah harus memiliki syarat-syarat
sebagai berikut:
20
1. Seorang penrjemah harus menguasai dua bahasa, bahasa sumber dan bahasa
sasaran
2. Seorang penerjemaha harus memahami secara benar gaya dan karakteristik
bahasa-bahasa yang diterjemahkan
3. Penerjemahan harus memiliki ciri khas bahasa sumber dan bahasa sasaran
4. Seorang penerjemah harus menguasai kosa kata pada kedua bahasa tersebut 20
E. METODE PENERJEMAHAN
Terjemahan yang ideal
harus memenuhi paling tidak tiga komponen
utama. Pertama adalah bahwa seorang penerjemah harus mampu menghasilkan
makna dalam bahasa sumber (BSU) seakurat mungkin ke dalam bahasa asli
(BSA). Kedua, bahasa yang digunakan dalam produk terjemahan haruslah sealami
mungkin dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam BSA. Dan ketiga
bahwa produk terjemahan tersebut haruslah komunikatif dalam artian semua
aspek makna dalam BSU harus diungkapkan sedemikian rupa sehingga dapat
dipahami dengan mudah oleh pembaca. 21
Istilah metode berasal dari kata method dalam bahasa Inggris. Dalam
Macquire Dictionary (1982), a method is a way of doing something, especially in
accordance with a definite plan yaitu, cara melakukan sesuatu, terutama yang
berkenaan dengan rencana tertentu. 22 Dari definisi tersebut kita dapat menarik 2
hal penting. Pertama, metode adalah cara melakukan sesuatu yaitu cara dalam
20
Solihin Bunyamin, Panduan Belajar Menerjemahkan Al-Qur’an metode Granada Sistem
Delapan Jam, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2003), h. 26
21
http//open-university.co.cc/download/bing/bing3115-m3.pdf
22
Rochayah, Mochali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000, h. 48
21
melakukan penerjemahan. Kedua, metode berkenaan dengan rencana tertentu,
yaitu rencana dalam pelaksanaan penerjemahan.
Sedangkan menurut Machali metode penerjemahan adalah cara melakukan
penerjemahan dan rencana dalam pelaksanaan penerjemahan.
23
Adapun
mengenai fungsi mtode dan prosedur penerjemahan, Newmark mengemukakan
bahwa teori terjemahan memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah-masalah penerjemahan,
tidak ada masalah berarti tidak ada teori dan terjemah.
2. Menunjukan
faktor-faktor
yang
harus
dipertimbangkan
dalam
memecahkan masalah penerjemahan.
3. Menyelaraskan prosedur-prosedur penerjemahan yang dapat digunakan.
4. Menyarankan pemakaian beberapa prosedur penerjemahan yang sesuai
untuk memecahkan masalah penerjemahan. 24
Metode penerjemahan yang dikemukakan oleh Nemark mencakup metode
penerjemahan yang memberikan penekanan terhadap bahasa sumber dan metode
yang memberikan penekanan terhadap bahasa sasaran. Dalam metode jenis yang
pertama, penerjemah berupaya mewujudkan kembali dengan setepat-tepatnya
makna kontekstual Tsu, meskipun dijumpai hambatan sintaksis dan semantis pada
Tsa yaitu hambatan bentuk dan makna. Dalam metode kedua, penerjemah
berupaya menghasilkan dampak yang relatif sama dengan yang diharapkan oleh
penulis asli terhadap pembaca versi BSu. Perbedaan mendasar pada kedua metode
23
24
Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia, (Bandung: Humaniora, 2005), h. 68
Loc. cit
22
tersebut terletak pada penekanannya saja, dan di luar itu keduanya saling berbagi
permasalahan.
Berikut metode penerjemahan yang berorientasi pada bahas sumber:
1. Penerjemahan Kata Demi Kata
Dalam metode ini biasanya Tsa langsung diletakan di bawah versi Tsu.
Kata-kata dalam Tsu diterjemahkan di luar konteks dan kata-kata yang bersifat
kultural dipindahkan apa adanya. Umumnya metode ini digunakan sebagai
tahapan penerjemahan pada terjemahan teks yang sangat sukar atau untuk
memahami mekanisme BSu.
2. Penerjemahan Harfiah
Penerjemahan dilakukan dengan mengkonversi konstruksi gramatikal
bahasa sumber ke dalam konstruksi bahasa penerima yang paling dekat. Namun
kata-kata tetap diterjemahkan satu demi satu tanpa mempertimbangkan konteks
pemakainya.
3. Penerjemahan Setia
Metode ini untuk mereproduksi makna kontekstual bahasa sumber ke
dalam struktur bahasa penerima secar tepat. Karena itu, kosa kata kebudayaan
ditransfer dan urutan gramatikalnya dipertahankan dalam penerjemahan. Metode
ini berupaya setia sepenuhnya pada tujuan penulis.
4. Penerjemahan Semantis
Dalam metode semantis, nilai estetika dan nas bahasa sumber
dipertimbangkan, makna diselaraskan guna meraih asonasi dan dilakukan pula
permainan kata serta pengulangan. Metode ini bersifat fleksibel dan memberi
23
keluwesan kepada penerjemah untuk berkreatifitas dan untuk menggunakan
intuisinya. 25
Adapun cara penerjemahan yang menekankan bahasa sasaran melahirkan
jenis-jenis metode sebagai berikut:
1. Adaptasi
Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan paling
dekat dengan BSa. Istilah saduran dapat dimasukan di sini asalkan penyadurnya
tidak mengorbankan hal-hal penting dalam TSu, misalnya tema, karakter atau
alur. Biasanya metode ini dipakai dalam penerjemahan drama atau puisi.
2. Penerjemahan Bebas
Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan
mengorbankan bentuks teks BSu. Biasanya metode ini berbentuk parafrase yang
dapat lebih panjang atau lebih pendek dari aslinya.
3. Penerjemahan Idiomatik
Metode ini bertujuan untuk mereproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi
sering menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak
didapati pada versi aslinya. Dengan demikian banyak terjadi distorsi
makna.
4. Penerjemahan Komunikatif
Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang demikian
rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat
25
Syihabuddin, op. cit, h, 71-72
24
dimengerti oleh pembaca. Sesuai dengan namanya metode ini memperhatikan
prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khlayak pembaca dan tujuan penerjemahan. 26
Dalam penerjemahan Bahasa Arab, metode penerjemahan berarti cara
penerjemahan yang digunakan oleh penerjemaha dalam mengungkapjkan makna
nas sumber secara keseluruhan di dalam bahasa penerima. Dalam khazanah
penerjemahan Arab tersebut, metode terjemahan terbagi 2 jenis, antara lain:
1. Metode Harfiah
Yakni cara menerjemahkan yang memperhatikan peniruan terhadap
susunan dan urutan nas sumber. Cara penerjemahan yang juga disebut dengan
metode laf-zhiyah .
metode ini dipraktekan dengan pertama-tama seorang
penerjemah memahami nas, lalu menggantinya dengan bahasa lain pada posisi
dan tempat bahasa sumber. Metode ini memiliki kelemahan karena 2 alasan,
pertama, tidak seluruh kosa kata Arab berpaduan dengan bahasa lain sehingga
banyak dijumpai kosa kata asing. Kedua,
struktur dan hubungan antar unit
linguistik dalam suatu bahasa berbeda dengan struktur bahasa lain.
2. Metode Tafsiriah
Yakni suatu cara penerjemahan yang tidak memperhatikan peniruan dan
urutan nas sumber. Yang dipentingkan dalam metode ini adalah penggambaran
makna dan maksud bahasa sumber yang baik dan utuh.
Sementara itu Ahmad Hasan AZ-Zayat tokoh penerjemah modern,
menegaskan bahwa metode penerjemahan yang diikutinya ialah yang memadukan
kebaikan metode harfian dan tafsiriah. Langkah yang dilaluinya sebagai berikut.
26
Rochayah, Machali, op. cit, h. 53-54
25
Pertama, menerjemahkan nas sumbe secar harfiah dengan mengikuti struktur dan
urutan nas sumber. Kedua, mengalihkan terjemahan harfiah ke dalam struktur
bahas penerima yang pokok. Disini terjadi proses transposisi tanpa menambah
atau mengurangi. Ketiga, mengulangi proses penerjemahan dengan menyelami
perasaan dan spirit penulis melalui penggunaan metafora yang relevan. 27
F. PROSES DAN TAHAP-TAHAP PENERJEMAHAN
Tahap penerjemahan adalah suatu model yang dimaksudkan untuk
menuangkan proses pikir yang dilakukan manusia pada saat melakukan
penerjemahan. Larson (1989:3) mengemukakan tahap-tahap penerjemahan
sebagai berikut : (1) mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi
komunikasi, dan konteks budaya dari teks bahasa sumber; (2) menganalisa teks
bahasa sumberuntuk menemukan maknanya; dan (3) mengungkapkan kembali
makna yang sama itu dengan mengunakan leksikon yang sesuai dengan bahasa
sasaran dan konteks budayanya.
Jika dilihat dari prosesnya, penerjemahan yang
baik harus mengikuti
suatu proses yang bertahap, seperti yang dikemukakan oleh Nida dan Taber (1969
: 33), yaitu melalui tiga tahap, antara lain: 28
1. Tahap Analisa
Dalam tahap ini struktur lahir atau kalimat yang ada dianalisa menurut
hubungan gramatikal, menurut makna kata atau kombinasi kata, makna tekstual
dan makna kontekstual. Pada tahap ini penerjemah mempelajari teks bahasa
27
Syihabuddin, op. cit. h. 70
Frans, Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Lembaga
penelitian UIN Jakarta, 2008), h. 20
28
26
sumber baik dari bentuk maupun isinya. Penerjemahan harus pula melihat
bangunan makna antar kata dan gabungan kata. Tujuan analisa adalah agar
penerjemah memahami benar-benar pesan yang terkandung dalam teks bahasa
sumber serta cara pengungkapannya secara kebahasaan.
2. Tahap Transfer
Dalam tahap ini materi yang sudah dianalisa dan dipahami maknanya tadi
diolah oleh penerjemah dalam pikirannya dan dialihkan dari BSU ke dalam BSA.
Pada tahap ini, mulailah penerjemahan melakukan alih bahasa setelah melakukan
analisa lengkap yang mencakup aspek gramatikal dan simantis. Proses ini masih
terjadi dalam pikiran penerjemah.
3. Tahap Restrukturisasi (penyerasaian)
Dalam tahap ini penerjemah berusaha mencari padanan kata, ungkapan dan
struktur kalimat yang tepat dalam BSA sehingga isi, makna dan pesan yang ada
dalam teks BSU tadi disampaikan sepenuhnya ke dalam BSA. Dalam tahap ini,
penerjemah menyusun kembali teks dengan ragam yang sesuai dengan gaya
bahasa yang wajar dalam bahasa target. Yang penting untuk diingat oleh seorang
penerjemah adalah bahwa pada tahap penyerasian ini penerjemah ini sudah tidak
lagi kembali ke tahap sebelumnya (analisa dan pengalihan). Tahap penyerasian
adalah tahap akhir, dan ini berarti bahwa tahap sebelumnya sudah diselesaikan
dengan baik (Machali, 2000:38).
Dapat disimpulkan bahwa, dalam proses penerjemahan yang perlu
diperhatikan adalah analisa teks asli dan pemahaman makna atau pesan teks asli
27
yang diungkapkan kembali ke dalam BSA dalam bentuk kata-kata atau kalimat
yang diterima.
G. PROSEDUR PENERJEMAHAN
Istilah prosedur dibedakan dari metode. Konsep yang pertama merujuk
pada proses penerjemahan kalimat dan unit-unit terjemah yang lebih kecil,
sedangkan konsep kedua, seperti telah dikemukakan di atas, mengacu pada proses
penerjemahan nas secara keseluruhan.
Perbedaan anatra metode dan prosedur terletak pada objeknya. Objek
metode adalah nas secara keseluruhan, sedangkan objek prosedur berupa kalimat
sebagai unit penerjemahan terkecil, dan kalimat ini merupakan bagian dari nas.
Persamaan antara metode dan prosedur ialah bahwa keduanya merupakan cara
yang digunakan oleh penerjemah dalam memecahkan masalah penerjemahan.
Selanjutnya, secara konseptual metode digunakan sebagi prinsip umum atau
pendekatan dalam menangani sebuah teks, sedangkan prosedur memperlihatkan
adanya tahapan penanganan masalah.
Menurut The Macquarie Dictionary, “a procedure is the act or manner of
proceeding in any action or process” ’prosedur adalah perbuatan atau cara kerja
dalam segala tindakan atau proses’. 29
Perbedaan antara metode dan prosedur terletak pada satuan penerapannya.
Metode penerjemahan berkenaan dengan keseluruhan teks, sedangakan prosedur
29
Syihabuddin, op. cit. h. 73
28
penerjemahan berlaku untuk kalimat dan satuan-satuan bahasa yang lebih kecil
seperti klausa, frase, kata, dan lain sebagainya.
Di antara prosedur penerjemahan yang pokok ialah yang dikemukakan
oleh Newmark (1988:81-93) berikut ini. 30
1. Prosedur Literatur
Prosedur ini tidak dapat dihindari pemakaiannya selama dapat menjamin
ekuivalensi pragmatis dan referensial dengan bahasa sumber. Maksudnya,
prosedur ini digunakan jika makna bahasa sumber berkorespondensi dengan
makna bahasa penerima atau mendekatinya, dan kata itu hanya mengacu pada
benda yang sama, bahkan memiliki asosiasi yang sama pula.
Objek prosedur ini merentang mulai dari penerjemahan kata demi kata,
frase demi frase, kolokasi demi kolokasi, hingga kalimat demi kalimat. Namun
semakin panjang unit terjemahan, semakin sulit prosedur literal diterapkan.
Prosedur penerjemahan literal tampak pada contoh berikut ini.
‫وآﻤﺎ أن اﻟﻘﺸﺮة اﻟﺴﻔﻠﻰ ﻇﺎهﺮة اﻟﻨﻔﻊ ﺑﺎﻻﺿﺎﻓﺔ إﻟﻰ اﻟﻘﺸﺮة اﻟﻌﻠﻴﺎ ﻓﺎﻧﻬﺎ ﺗﺼﻮن‬
‫اﻟﻠﺐ وﺗﺤﺮﺳﻪ ﻋﻦ اﻟﻔﺴﺎد ﻋﻨﺪ اﻻد ﺧﺎر وإذا ﻓﺼﻠﺖ أﻣﻜﻦ أن ﻳﻨﺘﻔﻊ ﺑﻬﺎ ﺣﻄﺒﺎ ﻟﻜﻨﻬﺎ‬
‫ﻧﺎزﻟﺔ إﻟﻰ اﻟﻠﺐ وآﺬ ﻟﻚ ﻣﺠﺮداﻻﻋﺘﻘﺎد ﻣﻦ ﻏﻴﺮ آﺸﻒ آﺜﻴﺮ اﻟﻨﻔﻊ ﺑﺎﻻ ﺿﺎ ﻓﺔ إﻟﻰ‬
‫ﻣﺠﺮد ﻧﻄﻖ اﻟﻠﺴﺎن ﻧﺎﻗﺺ اﻟﻘﺪر ﺑﺎﻻﺿﺎ ﻓﺔ إﻟﻰ اﻟﻜﺸﻒ واﻟﻤﺸﺎهﺪة اﻟﺘﻲ ﺗﺤﺼﻞ‬
. ‫ﺑﺎﻧﺸﺮا ح اﻟﺼﺪر و اﻧﻔﺴﺎﺣﻪ وإﺷﺮاق ﻧﻮر اﻟﺤﻖ ﻓﻴﻪ‬
30
Ibid
29
Artinya: Sebagaimana kulit terbawah itu tampak manfaatnya dengan dikaitkan
kepada kulit teratas, maka ia menjaga isi dan memeliharanya dari
kerusakan ketika disimpan. Apabila dipisahkan, niscaya mungkin
dimanfaatkan untuk kayu api. Akan tetapi, turun kadarnya dengan
dikaitkan kepada isi. Begitu juga, semata-mata I;tiqad, tanpa tersingkat
banyaknya manfaat, dengan dikaitkan kepada semata-mata penuturan
lisan itu kureang kadarnya, dengan dikaitkan kepada tersingkap dan
penyaksian yang berhasil dengan terbukanya dada dan kelapangannya,
serta tersinarnya nur kebenaran.
2. Prosedur Transfer dan Naturalisasi
Transfer dipahami sebagai prosedur penglihan suatu unit linguistik dari
bahasa sumber ke dalam nas bahasa penerima dengan menyalin huruf atau
melakukan transliterasi. Hal-hal yang biasa ditransfer ialah nama orang, nama
geografis dan tofografis, judul jurnal, buku, majalah, surat kabar, karya sastra,
drama, nama institusi pemerintah, swasta, masyarakat, dan nama jalan serta
alamat.
Berikut ini adalah contoh penggunaan prosedur transfer
‫ ﺑﺪأت دراﺳﺔ‬,‫ااﻧﺎ ﻣﺎر ي ﺷﻤﻞ ﻣﻦ أﺷﻬﺮ اﻟﻤﺴﺘﺸﺮ ﻗﻴﻦ اﻻﻟﻤﺎن اﻟﻤﻬﺎﺻﺮﻳﻦ‬
‫اﻟﻠﻐﺔ اﻟﻬﺮﺑﻴﺔ ﻓﻲ ﺳﻦ اﻟﺨﺎﻣﺴﺔ ﻋﺸﺮة و ﺗﺘﻘﻦ اﻟﻌﺪﻳﺪ ﻣﻦ ﻟﻐﺎت اﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ وهﻲ اﻟﺘﺮ‬
‫آﻴﺔ اﻟﺘﺮ آﻴﺔ واﻟﻔﺎرﺳﻴﺔ واﻻوردو‬
30
Artinya: Annemarie Schimmel, salah seorang orientalis Jerman kontemporer yang
kondang mulai belajar pada usia lima belas tahun, lalu mendalami
beberapa bahasa umat Islam seperti Turki, Persia dan Urdu.
Pada contoh di atas tampaklah bahwa penerjemah menyesuaikan kata yang
ditransfer dengan system pelapalan dan morfologi bahasa penerima, sehingga kata
itu selaras dengan bahasa penerima.
3. Prosedur Ekuivalensi Budaya
Dalam prosedur ini kata budaya bahasa sumber diterjemahakan dengan
kata budaya bahasa penerima yang ekuivalen. Prosedur ini digunakan secara
terbatas, karena tidak ada dua budaya yang persis sama, misalnya dalam nas yang
bersifat umum, publikasi atau propaganda, dan dalam penjelasan singkat kepda
pembaca yang kurang mengetahui budaya bahasa sumber. Berikut ini adalah
beberapa contoh pemakaian prosedur ekuivalensi budaya.
‫وﻗﺎم ﻋﺒﺪ اﻟﻤﺆﻣﻦ ﺑﺒﻨﺎء ﺧﻤﺴﺔ أﺣﺰﻣﺔ أﻣﻨﻴﺔ ﺣﻮل ﻣﻌﺴﻜﺮﻩ‬
Artinya: Abdul Mu’min membangun lima ikat pinggang pengaman di sekitar
tempat militernya.
Pada contoh (1) penerjemah berupaya mendeskripsikan ungkapan
kebudayaan ahzimah amniyyah dengan ikat pinggang pengaman . namun,
prosedur ini menghilangkan nuansa budaya dari kata yang diterjemahkan, karena
deskripsi itu tidak lazim dalam bahasa penerima. Dalam tuturan orang Indonesia
31
dikenal ungkapan sabuk keselamatan untuk menggambarkan sesuatu yang
berbentuk tali, jalur, atau benteng, yang berfungsi menjaga keamanan. Dengan
demikian, ahzamah amniyyah diterjemahkan denagn sabuk keselamatan
Menurut Collins English dictionary, a technique is a practical method,
skill, or art applied to a particular task (teknik adalah suatu metode, keahlian atau
seni praktis yang diterapkan pada suatu tugas.
Dalam definisi ini terdapat dua hal penting: (1) teknik adalah hal yang
bersifat prakts; (2) teknik diberlakukan tergadap tugas tertentu (dalam hal ini
tugas penerjemahan). Dari dua butir penting ini dapat dipahami bahwa teknik
berbeda dengan metode dan prosedur yang sifatnya kurang lebih normative .
sesuai dengan sifatnya ynag praktis, “teknik” secara langsung berkaitan dengan
permasalahan praktis penerjemahan dan pemecahannya dari pada dengan norma
pedoman penerjemahan.
H. PENILAIAN PENERJEMAHAN
Kajian teoritis tentang penerjemahan dimaksudkan agar terjemahan yang
dihasilkan oleh seseorang berkualitas, yaitu tepat dan mudah dipahami. Kualitas
terjemahan berkaitan dengan keterpahaman terjemahan, kualitas ini dapat bersifat
intrinsik, yaitu bertalian dengan ketepatan, kejelasan dan kewajaran nas. Namun
dapat pula bersifat ekstrinsik, yaitu berkenaan dengan tanggapan pembaca dan
pemahamannya terhadap terjemahan. 31
31
Syihabuddin, op. cit. h. 194-195
32
Dalam telaah tentang nas, kualitas intinsik diistilahkan dengan
keterbacaan, keterpahaman dan ketegasan. Sakri (1995: 165-166) menggunakan
istilah tersebut secara bergantian dan mendefinisikannya sebagai derajat
kemudahan sebuah nas untuk dipahami maksudnya.
Adapun kualitas ekstrinsik berkaitan dengan berbagai pandangan pembaca
terhadap nas terjemahan. Yang dimaksud pembaca di sini adalah lapisan
masyarakat dilihat dari tingkat pendidikan, usia dan pengalamannya. Pandangan
yang dijadikan perhatian dalam telaah kualitas ekstrinsik ialah hal-hal yang
bertalian dengan kualitas intrinsik sebagaimana yang telah disebutkan.
Menurut Savory , prinsip-prinsip penerjemahan yang baik antara lain: 32
1. penerjemahan harus mengekspresikan kata-kata dari teks aslinya
2. penerjemahan harus mengungkapkan gagasan dari teks aslinya
3. terjemahan hendaknya terbaca seperti karya aslinya
4. terjemahan hendaknya terbaca sebagai terjemahan
5. penerjemahan hendaknya mencerminkan gaya dari teks aslinya
6. penerjemahan hendaknya memiliki gaya penulisan yang dipakai oleh
penerjemah.
2. KALIMAT EFEKTIF
A. Definisi Kalimat
Kalimat ialah suatu bagian rentetan kata yang selesai dan menunjukkan
pikiran yang lengkap. Yang dimaksud pikiran lengkap adalah informasi yang
32
Frans, Sayogie, op. cit, h. 148
33
didukung oleh pikiran yang utuh. Dalam ragam bahasa resmi unsur minimal
kalimat, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek atau pokok kalimat
dan predikat atau sebutan. Kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat,
pernyataan itu bukan kalimat. Deretan kata yang seperti itu hanya dapat disebut
sebagai frase. 33
Menurut Abdul Chaer dalam bukunya yang berjudul Lingistik Umum,
kalimat merupakan susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang
lengkap. 34 Dalam konteks Bahasa Arab kalimat adalah lafal yang tersusun dari
dua buah kata atau lebih yang mengandung arti, dan disengaja serta berbahasa
Arab”. Sesungguhnya yang menentukan satuan kalimat bukanlah banyaknya kata
yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi
oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan,
1996). Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras,
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh
kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan asimilasi bunyi ataupun proses
fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik, tanda Tanya, atau tanda seru.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan,
yang mengungkapkan pikiran yang utuh dan merupakan satuan dasar wacana.
Artinya, wacana akan terbentuk jika ada dua kalimat, atau lebih, yang letaknya
berurutan dan berdasarkan kaidah kewacanaan. Dengan demikian setiap tuturan
33
Arifin,E Zaenal, Cermat Berbahasa Indonesa untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Mediyatama
Sarana Perkasa, 1998), h. 80
34
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.240
34
berupa kata atau untaian kata, yang memiliki ciri-ciri yang disebutkan diatas pada
suatu wacana atau teks, berstatus kalimat. 35
Dalam kamus besar bahasa Indonesia. kalimat merupakan kesatuan ujar
yang mengungkapkan konsep pikiran dan perasaan, perkataan, satuan bahasa
yang secara efektif berdiri sendiri maupun pola intonasi final dan secara aktul
yang terdiri atas klausa. 36
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan, bahasa kalimat
merupakan bagian dari bahasa secara keseluruhan yang terdiri atas susunan katakata yang minimal mengandung subjek dan predikat sehingga memiliki maksud
dan tujuan dalam kelengkapan kata-katanya.
B. Jenis-jenis Kalimat
Berdasarkan fungsinya kalimat terdiri atas: 37
1. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan
lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan
berbahasanya.
Misalnya:
Presiden Suharto mengadakan kunjungan keluar negri
Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang
35
Hasan Alwi, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 311
Depdikbud, op .cit h. 702
37
Arifin,E Zaenal dan S. Amran Tasai,Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi,
(Jakarta: Akademika Pressindo, 2006), h. 97-107
36
35
2. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau
reaksi (jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda
baca tanda Tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata Tanya seperti
bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya:
Kapan Saudara berangkat ke Singapura?
Mengapa dia gagal dalam ujian?
3. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang”
orang berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau
tanda seru).
Misalnya:
Antarkan buku ini ke pak Ridwan!
4.
Kalimat Seruan
Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin “mengungkapkan” perasaan
yang kuat atau yang mendadak. (Biasanya, intonasi meningkat; tanda titik
atau tanda seru)
Misalnya:
Bukan main, cantiknya.
Nah, ini dia yang kita tunggu.
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat
tunggal dapat pula berupa kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat
36
setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran (koordinatifsubordinatif). 38 Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal yang
bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa atau satu
konstituen SP. Jadi, unsur inti kalimat tunggal ialah subjek dan predikat. Polapola kalimat tunggal sebagai berikut:
a. Mahasiswa berdiskusi
S:KB + P:KK
b. Dosen itu ramah
S:KB + P:KS
c. Harga buku itu sepuluh ribu rupiah
S:KB + KbiI
d. Mereka menonton film
S:KB + P:KK + O:KB
e. Paman mencarikan saya pekerjaan
S:KB + P:KK + O:KB PeI XB
f. Rustam peneliti
S:KB + P:KB
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang tediri atas dua klausa atau lebih
Contoh:
38
Ida Bagus, Analisi Kalimat (fungsi, kategori dan pendekatan), (Singaraja: Rafika Aditama,
2007), h. 55 - 59
37
Tabrakan itu terjadi di jalan Tamrin dan dua orang meninggal
Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi kalimat majemuk setara
(KMS), kalimat majemuk rapatan (KMR), dan kalimat majemuk bertingkat
(KMB).
1. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah gabungan dari beberapa kalimat tunggal
yang unsur-unsurnya tidak ada yang dihilangkan. Dapat juga dikatakan, bahwa
antara unsur-unsur kaliamt tunggal yang digabungkan kedudukannya setara. KMS
diberi nama sesuai dengan jenis hubungannya yang ada diantara kalimat-kalimat
yang digabungkan. Secara garis besar, KMS bisa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
(a) KMS Sejalan, (b) KMS Berlawanan, dan (c) KMS Penunjukan. KMS Sejalan
adalah kalimat-kalimat yang digabungkan itu tidak berlawanan atau pengertiannya
sejalan. KMS Berlawanan adalah kalimat-kaliamt yang digabungkan itu
mengandung makna pertetangan, dan KMS Penunjukan adalah bagian kalimat
satu menunjuk kembali pada bagian kalimat lain
Contoh KMS: Sejalan
-K1: Matahari terbit di ufuk timur.
-K2: Margasatwa mulai mencari mangsanya.
-K3: Petani-petani bernagkat ke ladang
KMS: Matahari terbit di ufuk timur, margasatwa mulai mencari mangsanya, dan
petani-petani berangkat ke lading
38
1. Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang terjadi dari pengabungan
beberapa kalimat tunggal yang unsur-unsurnya sama dirapatkan atau dituliskan
sekali saja
Kaliamat majemuk rapatan terdiri atas empat macam, yaitu (i) KMR
sama Subjek, (ii) KMR sama P, (iii) KMR sama O, dan (iv) KMR sama K.
Pemberian nama ini sesuai dengan unsur kalimat yang dirapatkan.
Contoh:
KMR sama S, artinya subjek-subjek dirapatkan
Benteng itu ditembaki, dibom bertubi-tubi, dan diratakan dengan tanah
S
P1
P2
P3
2. Kalimat Majemuk Bertingkat
Jika sebuah unsur dari kalimat sumber (kalimat tunggal) dibentuk
menjadi sebuah kalimat, dan kalau kalimat bentukan ini digabungkan dengan sisa
kalimat sumbernya, maka akan terbentuklah kalimat majemuk bertingkat. Dengan
ketentuan:
(a) sisa kalimat sumber disebut induk kalimat
(b) kalimat bentukan disebut anak kalimat
(c) anak kalimat diberi nama sesuai dengan nama unsur kalimat sumber yang
digantinya.
Contoh:
Kedatangannya disambut oleh rakyat kemarin
Kalau kalimat tunggal diatas kita uraikan menurut jabatannya, akan terjadi:
39
-
kedatangannya = subjek
-
disambut
= predikat
-
oleh rakyat
= objek
kemarin
= keterangan waktu
C. Definisi Kalimat Efektif
Menurut Mahmudah Fitriah dalam bukunya yang berjudul Pembinaan
Bahasa Indonesia, kalimat efektif merupakan kalimat yang secara tepat dapat
mewakili ide pembicara/penulis dan sanggup menimbulkan ide yang sama
tepatnya dengan pikiran pendengar/pembaca. Sebuah kalimat efektif, akan
mampu
mewakili
ide
yang
ada
dalam
benak
pembicara/penulis
dan
pendengar/pembaca, tanpa menimbulkan salah paham. 39
Berdasarkan pengertian di atas, menurut penulis kalimat efektif
merupakan kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada
dalam pikiran pembicara atau penulis, klimat efektif juga lebih mengutamakan
keefektifan kalimat sehingga kejelasan kalimat dapat terjamin dan pembaca atau
pendengan dapat memahami apa yang didengar atau dibacanya.
39
Mahmudah Fitriah, Pembinaan Bahasa Indonesia (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h.106
40
D. Ciri-ciri Kalimat Efektif
Sebuah kalimat yang efektif memiliki ciri-ciri yang khas meliputi
kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan
dan kelogisan. 40
1. Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran
(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai, kesepadanan kalimat inj
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang
baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, antara lain:
a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat, tentu sajaembuat
kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat
dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di,
dalam, bagi, untuk, pada, dan sebagainya di depan subjek
Contoh:
Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini hanya membayar uang
kuliah. (salah)
Semua mahasaiswa perguruan tinggi in harus membayar unag kuliah.
(benar)
40
Arifin,E Zaenal, op. cit, h. 108-109
41
b. Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
Penyususnan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
Soal itu saya kurang jelas
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara:
Dalam menyusun laporan itu, sya dibantu oleh para dosen
Soal itu bagi saya kurang jelas
c. Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
Kami datang agak terlambat, Sehingga kami tidak dapat mengikuti
acara pertama.
Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli
sepeda motor Suzuki
Perbaikan kalimt-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
dengan menjadikan kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua mengganti
ungkapan penghubung intra kalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat,
sebagai berikut.
Kami datang agak terlmbat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama
Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli
sepeda motor Suzuki
42
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang
Contoh:
Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu
Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting
Perbaikannya adalah sebagai berikut.
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu
Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting
2. Keparalelan
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan unsur-unsur yang
digunakan secara konsisten dalam satu kalimat. Jika verba yang digunakan, unsur
yang lain juga harus verba. Demikian pula, jika nomina yng digunakan, unsur
yang lain juga harus nomina. Jika aktif yang digunakan, yang lain juga harus
aktif. Demikian pula sebaliknya.
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang
digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan
nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina. Kalau
bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pegecetan
tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang.
43
Kalimat a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat terjadi dari bentuk yang berbeda yaitu dibekukan dan kenaikan.
Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan
3.
Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan
penonjolan pad aide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ad aide yang perlu
ditonjolkan. Kalimat itu member penekanan atau penegasan pada penonjolan itu.
Ada berbagai cara untuk membentuk dalam kalimat.
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu didepan kalimat (di awal kalimat)
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan Negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya. Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
b. Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar
c. Melakukan penggulangan kata
Contoh:
Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan
mereka.
44
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4.
Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mempergunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah
kejelasan kalimat. Penghematan disini mempunyai arti penghematan terhadap
kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
5.
Kecermatan
Yang dimaksud cermat adalah kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda, dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut:
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah
b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan
Kalimat a memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa
atau perguruan tinggi. Pada kalimat b memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah
uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
6.
Kepaduan
Kepaduan adalah kesatuan pernyataan dalam kalimat itu sehingga
informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah, kalimat yang padu tidak
45
bertele-tele dan tidak menceriminkan cara berpikir yang tidak sistematis, selain
itu kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata antara predikat kata
kerja dan objek penderita. Contoh:
Mereka membicarakan dari pada kehendak rakyat
Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat
Kalimat yang efektif pada contoh di atas adalah:
Mereka membicarakan kehendak rakyat
Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat
7.
Kelogisan
Sebuah kalimat dikatakan logis jika ide kalimat dapat diterima oleh akal
dan sesuai dengan ejaan yang berlaku. Perhatikan kalimat berikut ini:
Waktu dan tempat kami persilakan
Kalimat di atas tidak logis karena waktu dan tempat merupakan kata yang
tidak dapat bergerak sehingga kalimat tersebut tidak masuk akal. kalimat yang
logis seperti:
Bapak Menteri kami persilakan
E. Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat
Agar kalimat yang disusun dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara,
secara garis besar, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, penggunaan bahasa Indonesia baku dan
penggunaan ejaan yang disempurnakan
46
F. Faktor Ketidakefektifan Kalimat
Ketidakefektifan kalimat dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktorfaktor tersebut diantaranya meliputi kontaminasi atau kerancuan, ambiguitas,
ketidakjelasan subjek, kemubaziran preposisi, kesalahan logika, ketidaktepatan
bentuk kata dan ketidaktepatan makna kata
BAB III
Biografi Singkat Imam Syekh Zainuddin Bin Abdul Aziz dan Gambaran
Umum Kitab Irsyadul Ibad Ila Sabili Risyad
A. Biografi Singkat Imam syekh Zainuddin bin Abdul Aziz
Syekh Zainuddin Al-Malibari, tak banyak riwayat yang menjelaskan
ketokohan dari Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz bin Zainuddin Al-Malibari,
ulama asal Malabar, India selatan ini. Kalau ada, itu hanya sebatas
mengungkapkan keterangannya dalam berbagai karya yang ditulisnya. Tak
banyak diketahui secara percis, kapan Syekh Zainuddin Al-Malibari lahir.
Bahkan, wafatnya pun muncul berbagai pendapat. Ia diperkirakan meninggal
dunia sekitar tahun 970-990 H dan di makamkan di pinggiran Koro Ponani, India.
Beliau adalah cucu dari Syeh Zeinuddin bin Ali pengarang kitab Irsyadul
Qoshidin ringkasan kitab munhajul Abidin, sejak kecil, Syeh Zaenuddin al
malibari telah terdidik oleh keluarga agamis, selain sekolah di al Madrasy yang
didirikan oleh kakek beliau, beluau juga berguru kepada beberapa Ulama' Arab,
termasuknya adalah Ibnu Hajar al Haitami dan Ibnu Ziad. Syekh Zainuddin AlMalibari.
Syekh Zainuddin Al-Malibari merupakan keturunan bangsa Arab. Ia
dikenal pula dengan nama Makhdum Thangal. Julukan ini dikaitkan dengan
daerah tempat dirinya tinggal. Ada yang menyebutnya dengan nama Zainuddin
Makhdum, atau Zainuddin Thangal atau Makhdum Thangal. Julukan ini
48
mencerminkan keutamaan dan penghormatan masyarakat setempat kepada
dirinya.
Masjid Agung Ponani atau Funani, adalah masjid Agung yang pertama
kali dibangun oleh Makhdum Thangal. Ia termasuk seorang ulama yang mengikuti
madzhab Syaf’i. tidak seperti masjid masa kini, masjid agung Ponani ini
menggabungkan arsitektur lokal dengan arsitektur Hindu. Hal ini dikarenakan,
Islam masuk ke India yang dibawa oleh pedagang Arab yang datang melalui laut
dan diterima oleh raja-raja Hindu setempat. Makam Syekh Zainuddin Al-Malibari
terletak di samping masjid. Tak hanya arsitektur masjid, masyarakat Muslim di
India ini juga mengadopsi gaya bangunan, pakaian dan makanan dengan
menyesuaikan pada kondisi yang ada. Seperti kebanyakan ulama lainnya, Syekh
Zainuddin Al-Malibari juga dikenal sebagai ulama yang sangat tegas, kritis,
konsisten, dan memiliki pendirian yang teguh. Ia pernah menjadi seorang hakim
dan penasehat kerajaan, dan diplomat.
B. Karya-Karya Imam Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz
Syekh Zainuddin Al-Malibari, selain dikenal sebagai ulama fiqih, ia juga
dikenal ahli tasawuf, sejarah dan sastra. Karya-karyanya:
a.
Fath al-Mu’in (pintu pertolongan), adalah syarah (komentar) atas kitab
Qurrat al-Ayan Hidayat al-Azkiyat ila Thariq
b.
Irsyad Al-Ibad ila Sabili al-Rasyad
c.
Tuhfat al-Mujahidin
49
C. Gambaran Umum Kitab Irsyad Al-Ibad ila Sabili al-Rasyad
Kitab Irsyad Al-Ibad ila Sabili al-Rasyad (penuntun manusia kejalan
baik), adalah sebuah kutipan dari kitab Azzawajir dan Mursyiduththullab
karangan guru besar, pelita agama Ahmad bin Hajar Alhaitami dan nenek kami
Zainuddin bin Ali Alma’bari, kemudian kitab Irsyad Al-Ibad ila Sabili al-Rasyad
ditambahkan didalamnya hadist-hadist dan soal-soal dalam ilmu fiqih serta
hikayat dan nasehat-nasehat.
Kitab Irsyad Al-Ibad ila Sabili al-Rasyad terdiri dari 2 jilid, jilid pertama
mencakup bab Iman, Murtad, Ilmu, Wudhu, Mandi, Fadhilah sembayang fardhu,
Sembahyang Sunnat, Sembahyang Jama’ah, Sembahyang Jum’at, Niyanah
(merintih-rintih karena kematian), Zakat, Puasa, Haji, Fadhilah Al-Qur’an, Dzikir
untuk pagi dan sore, Bacaan ketika akan tidur dan bangun tidur. Sedangkan jilid
kedua mencakup bab Fadhilah membaca selawat Nabi s.a.w, Syirik yang kecil
(samar) yaitu Riyaa’, Ujub dan sombong, Marah, Fadhilah mema’afkan dan
menahan
marah,
Ghibah
(menyebut
kejelekan
orang),
Naminah
(memfitnah/mengadu domba), Dusta, Amar ma’ruf dan nahi mungkar, Kasab,
Mencela pegawai bea cukai, Dzalim (aniaya), Wasiat, Nikah, Boikot-memboikot,
Durhaka terhadap bapa dan ibu, Pembunuhan, Jihad, Perdukunan, tebak-tebakan,
sihir (tenun) ilmu nujum dan mencari nasib dengan burung, Zina, Liwath (pelacur
laki dengan laki) Minum khamar (minum yang memabukan, Sumpah palsu, Saksi
palsu, Tobat. kemudian aku (H Salim Bahreisy) kitab tersebut dengan nama Irsyad
Al-Ibad ila Sabili al-Rasyad (penuntun manusia kejalan baik). Sambil mengharap
ridho dari Allah SWT yang maha perkasa semoga memimpin kami dan semua
50
manusia kejalan yang diridhoinya dengan bahagia dan kekal, sungguh Ia maha
pemurah lagi maha pengasih.
BAB IV
ANALISA DATA
Pada bab II penulis telah memaparkan segala hal yang berkaitan dengan
kalimat efektif. Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil penelitian tentang
analisa kalimat efektif dalam terjemahan Irsyadul Ibad Ila Sabili Risyad dalam
bab iman dan ilmu yang dijadikan sampel dalam penelitian. Berikut hasil
penelitian tersebut:
1.
‫ﺖ ِﺑ َﻤ ﱠﻜ َﺔ َﻧﺼْﺮَا‬
ُ ْ‫ َرَاﻳ‬:‫ل‬
َ ‫ﻋﻨْ ُﻪ ﻗَﺎ‬
َ ‫ﻰ اﷲ‬
َ‫ﺿ‬
ِ ‫ﻲ َر‬
‫ﺲ اﻟﺸﱠﺎ ِﻓ ِﻌ ﱡ‬
َ ْ‫ﻦ ِادِْرﻳ‬
ُ ْ‫ﺤﻤﱠ ُﺪ ﺑ‬
َ ‫ِاﻣَﺎ ُﻣﻨَﺎ ُﻣ‬
ُ41 ‫ﺖ ﻟَﻪ‬
ُ ْ‫ َﻓ ُﻘﻠ‬,‫ف ﺑِﺎﻟْ َﻜﻌْ َﺒ ِﺔ‬
ُ ْ‫ﻄﻮ‬
ُ ‫ﺳ ُﻘﻒﱢ َو ُه َﻮ َﻳ‬
ْ‫ﻻ‬
ُ ‫ِﻧﻴًًّﺎ ُﻳﺪْﻋَﻰ ِﺑ ْﺎ‬
Artinya:
Imam syafi’I (Muhammad bin Idris) berkata : saya telah
melihat seorang uskup keristen thawaf di Ka’bah, maka saya
tanya padanya.
Analisa:
Pada terjemahan di atas banyak terdapat struktur kalimat yang tidak
efektif, serta tidak menggunakan kaidah penulisan tanda baca yang sesuai dengan
EYD antara lain, pada kata Keristen merupakan kata yang tidak baku, agar efektif
kata tersebut diperbaiki menjadi Kristen, pada kata tanya kata yang tepat untuk
menjadikan kalimat menjadi efektif adalah dengan membubuhkan awalan ber
sehingga kata tersebut diperbaiki menjadi bertanya, imbuhan ber pada kata
41
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, Irsyadul Ibad ila Sabili Risyad (Indonesia), h. 4
53
tersebut mengandung makna melakukan atau memberikan (dalam hal ini
memberikan pertanyaan).
Agar menjadi kalimat efektif sebaiknya kalimat tersebut di perbaiki
menjadi: Imam Syafi’I (muhammad bin Idris) berkata: Saya telah melihat seorang
uskup Kristen thawaf di ka’bah, maka saya bertanya padanya.
2.
‫ﺖ‬
ُ ْ‫ﺴِﻠﻤ‬
َ ‫ﺐ َﻓ‬
ُ ‫ت اْﻟ َﻤﺮْ َآ‬
ِ ‫ﺴ َﺮ‬
َ ‫ﺳﻄْﻨَﺎ ِﻓﻴْ ِﻪ ِاﻧْ َﻜ‬
‫ل ﻓَﻠَﻤﱠﺎ َﺗ َﻮ ﱠ‬
َ ‫ ﻗَﺎ‬,‫ﺐ اْﻟ َﺒﺤْ ِﺮ‬
َ ‫ﻓَﺤَﻜَﻰ ِﻟﻰْ َاﻧّﱠ ُﻪ َر ِآ‬
‫ ِﻓﻴْﻬَﺎ‬,‫ﺟ ِﺰﻳْ َﺮ ٍة ِﻣﻦْ اْﻟ َﺒﺤْ ِﺮ‬
َ ‫ﺣﺘﱠﻰ َر َﻣﺘْ ِﻨﻰْ ِﻓﻰ‬
َ ْ‫ج ُﺗﺪَا ِﻓ ُﻌ ِﻨﻰ‬
ُ ‫ﻻﻣْﻮَا‬
َ ‫ﺖ ْا‬
ِ ‫ح ﻓَﻤَﺎ زَاَﻟ‬
ٍ ْ‫ﻰ َﻟﻮ‬
َ ‫ﻋَﻠ‬
ٌ42 ‫اَﺷْﺠَﺎرٌ َآ ِﺜﻴْﺮَة‬
Artinya: Ketika saya dikapal ditengah laut, tiba-tiba kapal itu pecah, dan
saya dapat selamat diatas papan, yang dibawa arus gelombang
kesana kemari hingga terdampar disuatu pulau, yang banyak
pohon.
Analisa:
Pengunaan kata depan pada paragraf di atas tidak efektif karena tidak
sesuai dengan EYD, yaitu pada kata dikapal, ditengah, diatas, disitu, kedarat,
kesana, ditanya, didaerah, disini, kelaut. Penggunaan kata depan tersebut tidak
efektif karena penulisan kata depan tersebut disambung sehingga terkesan sebagai
kata sambung, penulisan kata depan yang efektif adalah dipisah dengan kata yang
mengikutinya, sehingga penulisan kata-kata tersebut diperbaiki menjadi di kapal,
di tengah, di atas, di situ, di sini, ke darat, di tanya, di daerah dan ke sana. Selain
42
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
54
itu, pemilihan kata dibawa yang diikuti oleh kata arus gelombang menunjukan
makna disengaja, kata yang tepat adalah terbawa dan menghilangkan partikel
yang. Imbuhan ter dalam hal ini mengandung makna ketidaksengajaan. Adapun
pada kata pulau sebaiknya tidak diikuti oleh tanda koma karena masih merupakan
satu kesatuan kalimat, bukan kalimat majemuk yang terdiri dari anak kalimat dan
induk kalimat.
Agar menjadi kalimat efektif sebaiknya diperbaiki menjadi: Ketika saya
di kapal, di tengah laut, tiba-tiba kapal itu pecah tetapi saya dapat selamat di atas
papan, terbawa arus gelombang hingga terdampar di suatu pulau yang banyak
pohon.
3.
ٌ43 ‫ﻋﺬْب‬
َ ‫ﺟﺎٍر‬
َ ٌ‫ َو ِﻓ ْﻴﻬَﺎ ﻧَﻬْﺮ‬,‫ﻦ اﻟ ﱠﺰ َﺑ ِﺪ‬
َ ‫ﻦ ِﻣ‬
ُ ‫ َوَاﻟْ َﻴ‬,‫ﺸﻬْ ِﺪ‬
‫ﻦ اﻟ ﱠ‬
َ ‫وَﻟَﻬَﺎ اَﺛْﻤَﺎرٌ اَﺣْﻠَﻰ ِﻣ‬
Artinya:
Dan buah yang lunak lezat lebih manis dari madu dan lebih
lunak dari mentega, dan disitu ada sungai dengan air yang
segar
Analisa:
Pada kalimat dan buah yang lunak lezat lebih manis dari madu
sebaiknya diberi tanda koma karena menunjukan rincian dari suatu hal yakni
dalam hal ini sifat dari buah tersebut,
Sehingga kalimat tersebut diperbaiki menjadi dan buah yang lunak, lezat
dan lebih manis dari madu.
43
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
55
4.
,‫ب ِﻣﻦْ َهﺬَا اﻟ ﱠﻨﻬْ ِﺮ‬
ُ ‫ َوَاﺷْ َﺮ‬,‫ﻞ ِﻣﻦْ َهﺬَا اﻟ ﱠﺜ َﻤ ِﺮ‬
ُ ‫ﻚ َا ُآ‬
َ ‫ﻋﻠَﻰ َذِﻟ‬
َ ‫ﷲ‬
ِ ِ ‫ﺤﻤْ ُﺪ‬
َ ‫ﺖ اْﻟ‬
ُ ْ‫ل َﻓ ُﻘﻠ‬
َ ‫ﻗَﺎ‬
‫ﻦ‬
َ ‫ﻋﻠَﻰ ﻧَﻔْﺴِﻰ ِﻣ‬
َ ‫ﺖ‬
ُ ْ‫ﺧﻔ‬
ِ ‫ﻞ‬
ُ ْ‫ﺐ اﻟ ﱠﻨﻬَﺎ ُر َوﺟَﺎ َء اﻟﻠﱠﻴ‬
َ ‫ ﻓَﻠَﻤﱠﺎ َذ َه‬,‫ج‬
ِ ‫ﷲ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﺑِﺎ َﻓ َﺮ‬
ُ ‫ﻲا‬
َ ‫ﺣﺘﱠﻰ َﻳﺄْ ِﺗ‬
َ
ِ44 ‫اﻟ ﱠﺪوَاب‬
Artinya:
Lalu saya mengucap : Alhamdu lillah atas ni’mat itu, saya
dapat makan minum sampai Allah mendatangkan kelapangan
bagiku, dan ketika waktu malam, saya merasa sangat kuatir
atas diriku dari binatang-binatang buas
Analisa:
Pemilihan kata mengucap tidak baku dan diperbaiki menjadi berkata.
Selain itu, pada kalimat Alhamdulillah atas ni’mat itu, saya dapat makan minum
sampai Allah mendatngkan kelapangan bagiku, dan ketika waktu malam saya
merasa sangat kuatir. Pada kalimat tersebut penulisan kata ni’mat tidak efektif
karena tidak sesuai dengan EYD, adapun penulisan kata yang baku adalah nikmat
dan pada kata makan minum sebaiknya diberi kata penghubung dan, kata
penghubung dan menunjukkan makna gabungan dari dua buah kata. Agar menjadi
efektif sebaiknya kalimat tersebut diperbaiki menjadi: Alhamdulillah atas nikmat
itu, saya dapat makan dan minum sampai Allah mendatangkan kelapangan
bagiku. Dan ketika waktu malam, saya merasa sangat kuatir atas diriku dari
binatang-binatang buas.
44
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
56
5.
‫ َو َذ ﻧْ ُﺒﻬَﺎ‬,‫ َو َﻗﻮَا ﺋِ ُﻤﻬَﺎ َﻗﻮَا ِﺋ ُﻢ َﺑ ِﻌﻴْ ٍﺮ‬.‫ن‬
ٍ ‫ﺟ ُﻬﻬَﺎ َوﺟْ ُﻪ ِاﻧْﺴَﺎ‬
ْ ‫س ُﻧﻌَﺎ َﻣ ٍﺔ َو َو‬
ُ ْ‫ﺳﻬَﺎ َرأ‬
ُ ْ‫ِاذًا َرأ‬
ٍ45 ‫ﺳ َﻤﻜَﺔ‬
َ ‫ﺐ‬
ُ ْ‫َذﻧ‬
Artinya: Tiba-tiba ia berkepala burung kasuari, dan muka manusia, dan
kaki onta, dan ekor ikan
Analisa:
Pada kalimat tiba-tiba ia berkepala burung kasuari, dan bermuka
manusia, dan kaki onta, dan ekor ikan. Pada kata kaki onta dan ekor ikan
sebaiknya diberi awalan ber karena menyetarakan dengan kata yang digunakan
sebelumnya yaitu berkepala dan
bermuka. Dalam hal ini imbuhan ber
mempunyai makna memiliki kepala, memiliki muka, memiliki ekor dan memiliki
kaki. Agar menjadi efektif sebaiknya kalimat tersebut diperbaiki menjadi: tibatiba ia berkepala burung kasuari, dan bermuka manusia, dan kaki onta, dan ekor
ikan.
6.
َ46 ّ‫ﺖ هَﺎ ِرﺑًﺎ ﻓَﺎﻟْ َﺘ َﻔ َﺘﺖْ ِاﻟَﻲ‬
ُ ْ‫ﺠ َﺮ ِة َو َوﱠﻟﻴ‬
َ‫ﺸ‬
‫ﻦ اﻟ ﱠ‬
َ ‫ﺖ ِﻣ‬
ُ ْ‫ َﻓ َﻨ َﺰﻟ‬,‫ﺖ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﻔْﺴِﻰ اﻟ َﻬَﻠ َﻜ َﺔ‬
ُ ْ‫ﺨﻔ‬
ِ ‫َﻓ‬
Artinya: Aku sangat takut kepadanya sehingga aku segera turun dan lari
sehingga ia menoleh kepadaku.
45
46
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
57
Analisa:
Kalimat di atas dikatakan tidak hemat karena terlalu banyak
menggunakan kata maka, dan penggunaan kata dari padanya kurang tepat dan
sebaiknya diubah menjadi kepadanya. Agar kalimat tersebut menjadi efektif di
perbaiki menjadi, aku sangat takut kepadanya maka aku segera turun dan lari
sehingga ia menoleh kepadaku.
7.
‫ع ِاﻟَﻰ‬
َ ْ‫ﺟﻮ‬
ُ ‫ﺖ اﻟ ﱡﺮ‬
ُ ْ‫ع ِاﻟَﻰ َا ْهِﻠﻚَ؟ َﻓ ُﻘﻠ‬
َ ْ‫ﺟﻮ‬
ُ ‫ﺖ اﻟﺪﱠاﺑﱠ ُﺔ ُﺗ ِﺮﻳْ ُﺪ اْﻟ َﻤﻘَﺎ َم ُهﻨَﺎ َا ِم اﻟ ﱡﺮ‬
ِ ‫ُﺛﻢﱠ ﻗَﺎَﻟ‬
47
‫ﺐ‬
ٌ ‫ﻚ َﻣﺮْ َآ‬
َ ‫ﺣﺘﱠﻰ َﻳﺠْﺘَﺎ َز ِﺑ‬
َ ‫ﻚ‬
َ ‫َاهْﻠِﻰ ﻓَﻘَﺎﻟَﺖْ ُاﻣْ ُﻜﺚْ َﻣﻜَﺎ َﻧ‬
Artinya: Kemudian tanya padaku, kamu akan tinggal disini atau pulang
kerumah keluargamu ? Jawabku: akan kembali kekeluargaku,
maka ia berkata: Tinggallah disini hingga tiba kapal.
Analisa:
Kalimat dikatakan tidak efektif karena tidak memiliki subjek, pada
kalimat tersebut hanya terdapat konjungsi, predikat dan objek, agar menjadi
efektif kalimat tersebut diperbaiki menjadi kemudian dia bertanya padaku.
8.
48
Artinya: Maka saya tinggal disitu.
47
48
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
‫ﺖ َﻣﻜَﺎﻧِﻰ‬
ُ ْ‫َﻓ َﻤ َﻜﺜ‬
58
Analisa:
Pada kalimat maka saya tinggal disitu terdapat kata tidak baku yaitu kata
disitu, sebaiknya diperbaiki menjadi di sana.
9.
ْ49 ‫ﺼﺘِﻰ َﻓَﺎﺳَْﻠ ُﻤﻮْا ُآﱡﻠﻬُﻢ‬
‫ﻋَﻠﻴْ ِﻬﻢْ ِﻗ ﱠ‬
َ ‫ﺖ‬
ُ ْ‫ﺼﺼ‬
َ ‫ﺧ َﺒ ِﺮيْ َو َﻗ‬
َ ْ‫َﻓَﺎﺧْ َﺒﺮْ ُﺗ ُﻬﻢ‬
Artinya: Ketika saya ceriterakan pada mereka kisahku, tiba-tiba mereka
masuk Islam semuanya.
Analisa:
Pada kalimat ketika saya ceriterakan pada mereka kisahku, terdapat
penulisan kata yang salah, yaitu kata ceritera penulisan kata tersebut sebaiknya
diperbaiki menjadi cerita.
10.
‫ن‬
َ ‫ﻦ( َاﻧﱠ ُﻪ آَﺎ‬
ِ ْ‫ﺣﻴ‬
ِ ‫ض اﻟ ﱢﺮﻳَﺎ‬
ُ ْ‫ﷲ َﺗ َﻌﻠَﻰ ﻓِﻰ ِآﺘَﺎ ِﺑ ِﻪ ) َرو‬
ُ ‫ﺣ َﻤ ُﻪ ا‬
ِ ‫ﻲ َر‬
‫ﷲ اْﻟﻴَﺎ ِﻓ ِﻌ ﱡ‬
ِ ‫ﻋﺒْﺪُا‬
َ ‫ﺦ‬
ُ ْ‫وَﺣَﻜَﻰ اﻟﺸﱠﻴ‬
ٌ50 ‫ﻻ َﻣ ِﻢ اْﻟﻤَﺎ ِﺿَﻴ ِﺔ َﻣﻠِﻚ‬
ُ ‫ﻓِﻰ ْا‬
Artinya: Abdullah Alyafi’i menyebut dalam kitab Raudhurrayahin, bahwa
dizaman dahulu ada seorang raja kafir yang sangat menentang
Tuhan.
Analisa:
Pada kalimat di atas terdapat diksi yang kurang tepat yakni pada kata
menyebut, seharusnya agar efektif diperbaiki menjadi menyatakan, selain itu
penggunaan kata di pada kata dizaman tidak efektif karena kata di merupakan
49
50
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
59
kata depan dan bukan kata sambung sehingga seharusnya penulisannya
dipisahkan menjadi di zaman.
11.
َ‫ب َﻓ َﻔ َﻌُﻠﻮْا ذَاِﻟﻚ‬
ِ ‫ﺣﺘﱠﻰ ُﻳ ِﺬ ﻳْ ُﻘﻮْ ُﻩ َﻃﻌْ َﻢ اْﻟ َﻌﺬَا‬
َ ‫ﻻ َﻳﻘْ ُﺘُﻠﻮْ ُﻩ‬
َ ‫ َو‬,‫َو َﻳﺠْ َﻌُﻠﻮْ ُﻩ ِﻓﻴْ ِﻪ َو ُﺗﻮْ َﻗ ُﺪ َﺗﺤْ َﺘ ُﻪ اﻟﻨﱠﺎ ُر‬
ِ51 ‫ﺑِﻪ‬
Artinya: Lalu dinyalakan api dibawahnya, dan ia diletakkan dalam wajan
itu, supaya ia tetap merasakan siksa itu, dan ketika raja telah
disiksa sedemikian itu.
Analisa:
Kalimat di atas tidak efektif, karena kata di pada kata dibawahnya
merupakan kata depan sehingga penulisannya di pisah bukan disambung, selain
itu pada kata sedemikian itu dikatakan kurang efektif dan agar efektif sebaiknya
diubah menjadi sedemikian rupa. Dengan demikian kalimat tersebut di perbaiki
menjadi: Lalu dinyalakan api di bawahnya, dan ia diletakan dalam wajan itu,
supaya ia tetap merasakan siksa itu, dan ketika raja telah disiksa sedemikian rupa.
12.
ِ52 ‫ﺴﻤَﺎء‬
‫ﻰ اﻟ ﱠ‬
َ ‫ﺳ ُﻪ اِﻟ‬
َ ْ‫ر َﻓ َﻊ َرأ‬
Artinya: Maka ia mengangkat kepalanya melihat kelangit
51
52
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
َ
60
Analisa:
Kata kelangit mengandung kata depan ke, penulisannya dipisah bukan
disambung, yaitu ke langit. Agar efektif kalimat diatas diperbaiki menjadi:
”Maka ia mengangkat kepalanya melihat ke langit”
13.
َ53‫َوﺟَﺎ َءتْ ِرﻳْﺢٌ ﻓَﺎﺣَْﺘ َﻤَﻠﺖْ ِﺗﻠْ َﻚ اْﻟ ُﻘﻤْﻘُﻢ‬
Artinya: Kemudian datang angin mengangkat wajan itu keudara
Analisa:
Kata datang pada kalimat di atas kurang tepat karena memiliki objek
dalam hal ini angin, kata datang memiliki makna sebagai kata kerja yang
objeknya berupa makhluk hidup, sedangkan dalam hal ini angin merupakan
benda mati sehingga kata yang tepat untuk menggantikan kata datang disini
adalah muncul. Selain itu, pada kalimat tersebut terdapat kata keudara yang
dalam hal ini merupakan kata depan yang penulisannya dipisahkan dengan kata
yang menyertainya. Agar kalimat tersebut menjadi efektif diperbaiki menjadi:
kemudian muncul angin mengangkat genuk itu ke udara.
14.
َ54 ‫ﻚ‬
َ ‫ﻚ ﻣَﺎ َﻟ‬
َ‫ﺤ‬
َ ْ‫َوﻳ‬
Artinya: celaka kamu, mengapa kamu ini
Analisa:
53
54
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
61
Penulisan EYD pada kalimat tersebut kurang tepat karena diikuti oleh
tanda baca koma, tanda baca yang tepat adalah tanda seru yang menunjukkan
penegasan. Sehingga kalimat tersebut diperbaiki menjadi: celaka kamu! Mengapa
kamu ini?
15.
َ
َ55 ‫ﺖ َو َآﻴْﺖ‬
َ ْ‫ﺧ َﺒ ِﺮيْ َآﻴ‬
َ ‫ن ِﻣﻦْ َاﻣْ ِﺮيْ َو‬
َ ‫ن آَﺎ‬
ٍ‫ﻼ‬
َ ‫ﻚ َﺑﻨِﻰ ُﻓ‬
ُ ‫اﻧَﺎ َﻣِﻠ‬
Artinya: Jawabnya : Aku raja bani Fulan lalu menyeritakan kissahnya
kejadian dari permulaan sehinnga akhir
Analisa:
Pada kalimat di atas penulisan kata kissahnya tidak baku, selain itu kata
kejadian tidak perlu disebutkan karena pemborosan kalimat karena kata kisahnya
sudah menunjukan sebuah kejadian, sehingga kalimat di atas diperbaiki menjadi :
Jawabnya: Aku raja bani Fulan lalu menceritakan kisahnya dari
permulaan hingga akhir.
16.
‫ ِر‬56 ‫ﻦ اﻟﻨﱠﺎ‬
َ ‫ﻒ َﻣ ﱠﺮ ٍة آَﺎ َﻧﺖْ ِﻓﺪَا َء ُﻩ ِﻣ‬
َ ْ‫ﻦ َاﻟ‬
َ ْ‫ﺳﺒْ ِﻌﻴ‬
َ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻻِاَﻟ َﻪ ِاﻻَا‬
َ ‫ل‬
َ ‫َﻣﻦْ ﻗَﺎ‬
Artinya: Siapa yang membaca La ilaha illallah tujuh puluh ribu kali (= 70.000)
maka akan menjadi tebusan dari api neraka
Analisa:
55
56
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
62
Paragraf di atas memiliki kalimat yang tidak efektif, diantaranya pada
penulisan (= 70.000) seharusnya tidak perlu dibubuhi dengan tanda sama dengan.
Sehingga kalimat di atas diperbaiki menjadi: Siapa yang membaca La ilaha
illallah tujuh puluh ribu kali (70.000) maka akan menjadi tebusan dari api neraka.
17.
ِ57 ‫ﻚ َرﺟَﺎ َء َﺑ َﺮ َآ ِﺔ اْﻟﻮَﻋْﺪ‬
َ ‫ﺖ ﻋَﻠَﻰ َذِﻟ‬
ُ ْ‫َﻓ َﻌ ِﻤﻠ‬
Artinya: maka saya kerjakan itu karena mengharap berkat janji itu
Analisa:
Pada kata kerjakan sebaiknya diberi imbuhan meng sehingga menjadi
mengerjakan,
kata
mengharap
diberi
akhiran
kan
sehingga
menjadi
mengharapkan dan pemilihan kata berkat kurang tepat, sebaiknya diperbaiki
menjadi realisasi. Sehingga kalimat di atas diperbaiki menjadi: Maka saya
mengerjakan itu karena mengharapkan realisasi janji itu
18.
58
Artinya: Juga saya kerjakan untuk keluargaku
Analisa:
Pada kalimat: juga saya kerjakan untuk keluargaku
S
57
58
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
P
K
‫ﺖ ِﻣﻨْﻬَﺎ ِﻻَهْﻠِﻰ‬
ُ ْ‫َﻓ َﻌ ِﻤﻠ‬
63
Kalimat di atas tidak memiliki objek, selain itu pemilihan kata juga di
awal kalimat tidak tepat.Agar efektif kalimat pada terjemahan di atas diperbaiki
menjadi:
Saya juga mengerjakan (hal itu) untuk keluargaku
S
P
O
K
19.
‫ى‬59 ‫ﺲ‬
ِ ْ‫ﺧﺮْ ُﺗﻬَﺎ ِﻟ َﻨﻔ‬
َ ‫ﻼ ِا ﱠد‬
ً ‫ﺖ ِﻣﻨْﻬَﺎ َاﻋْ َﻤ‬
ُ ْ‫ﻋ ِﻤﻠ‬
َ ‫َو‬
Artinya: juga saya telah berbuat lain-lain amal untuk tabunganku dihari qiyamat.
Analisa:
Pada kalimat juga saya telah berbuat lain-lain amal untuk tabunganku
dihari qiyamat. Kalimat tersebut dikatakan tidak efektif karena susunan
kalimatnya kurang dimengerti, penulisan kata dihari
tidak efektif karena di
sebagai kata depan penulisannya di pisah, penulisan kata qiyamat tidak baku,
penilisan yang baku adalah kiamat.kalimat tersebut diperbaiki menjadi, saya telah
berbuat amal-amal yang lain sebagai tabunganku di hari kiamat.
20.
‫ﺠ ﱠﻨ ِﺔ‬
َ ْ‫ت ﺑِﺎﻟ‬
ِ ‫ﻻوْﻗَﺎ‬
َ ‫ﺾ ْا‬
ِ ْ‫ﻒ ﻓِﻰ َﺑﻌ‬
ُ ‫ﺷ‬
ِ ‫ل ِاﻧﱠ ُﻪ ُﻳﻜَﺎ‬
ُ ‫ﺖ ﻣَﻌَﻨَﺎ ﺷَﺎبٌ ُﻳﻘَﺎ‬
ُ ْ‫ك َﺑﻴ‬
َ ‫ن ِاذْذَا‬
َ ‫َوآَﺎ‬
ِ60 ‫وَاﻟﻨﱠﺎر‬
Artinya: Dan bertepatan di tempat kami ada bermalam seorang pemuda
ahli kasyaf, bahkan adakalanya ia menerangkan kasyafnya
mengenai sorga dan neraka
59
60
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
64
Analisa:
Kalimat di atas memiliki susunan SPOK yang tidak teratur, yakni
Dan bertepatan di tempat kami ada bermalam seorang pemuda ahli kasyaf
K
P
S
Agar menjadi efektif kalimat di atas diperbaiki menjadi:
Suatu ketika ada seorang pemuda ahli kasyaf bermalam di tempat kami
S
P
K
Penulisan kata sorga pada kalimat di atas tidak baku, kata yang baku
adalah surga.
Contoh terjemahan di atas diperbaiki menjadi:
Artinya: Suatu ketika ada seorang pemuda ahli kasyaf bermalam di
tempat kami, bahkan adaklanya ia menernagkan kasyafnya
mengenai surga dan neraka
21.
‫ب ﻣَﻌَﻨَﺎ‬
ُ ‫ وَاﻟﺸﱠﺎ‬,َ‫ﻄﻌَﺎم‬
‫ل اﻟ ﱠ‬
ُ َ‫ﻦ ﻧَﺘَﻨَﺎو‬
ُ ْ‫ن اِﻟَﻰ َﻣﻨْ ِﺰِﻟ ِﻪ َﻓ َﻨﺤ‬
ِ ‫ﻻﺧْﻮَا‬
ِ ‫ﺾ ْا‬
ُ ْ‫ن اﺳْ َﺘﺪْﻋَﺎﻧَﺎ َﺑﻌ‬
ِ ‫ﻖ َا‬
َ ‫ﻓَﺎ ﱠﺗ َﻔ‬
61
‫ﺴ ِﻪ‬
ِ ْ‫ﺤ ًﺔ ُﻣﻨْ َﻜ َﺮ ًة وَاﺟْ َﺘ َﻤ َﻊ ﻓِﻰ َﻧﻔ‬
َ ْ‫ﺻﻴ‬
َ ‫ح‬
َ ‫ِاذْ ﺻَﺎ‬
Artinya:Bertepatan kami diundang oleh kawan untuk makan minum di
rumahnya dan pemuda itu juga bersama kami dalam undangan
itu, tiba-tiba ia menjerit dengan sekuat suaranya.
61
Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz, loc.cit
65
Analisa:
Kalimat di atas dikatakan tidak efektif karena memiliki susunan yang
tidak teratur sehingga kurang dimengerti oleh pembaca, kalimat tersebut
sebaiknya dirubah menjadi:
Artinya :
Suatu ketika kami diundang makan dan minum di rumah
pemuda tersebut dan tiba-tiba pemuda itu menjerit dengan
sangat kuat.
22.
ُ62 ‫ ُﺛﻢﱠ ﻳَ ُﻘﻮْل‬:‫ث ِﺑ َﻬﺬَا َﺑﻜَﻰ‬
َ ‫ﺣ ﱠﺪ‬
َ ‫ﻦ ِدﻳْﻨَﺎ ٍر ِاذَا‬
ُ ْ‫ن ﻣَﺎﻟِﻚٌ ﺑ‬
َ ‫ل َﻓﻜَﺎ‬
َ ‫َﻗﺎ‬
Artinya: Malik bin Dinar: Jika membacakan hadits ia menangis sambil
berkata
Analisa:
Pada kalimat
jika membacakan hadits ia menangis sambil
berkata tidak terdapat kesepadanan yang tepat karena kata jika umumnya
digunakan untuk menyatakan kalimat campuran yang terdiri dari induk
kalimat dan anak kalimat, pada kalimat tersebut induk kalimat maupun
anak kalimatnya tidak jelas. Salah satu ciri kalimat efektif kalimat tersebut
harus memiliki kesepadanan antar bagian-bagiannya, sehingga agar
menjadi efektif kalimat tersebut sebaiknya diperbaiki menjadi: Ketika
membacakan hadits, ia menangis sambil berkata, pada kalimat tersebut
yang bertindak sebagai induk kalimat adalah ketika membacakan hadits
sementara anak kalimatnya adalah ia menangis sambil berkata.
62
Ibid, h. 8
66
23.
63
‫ﻰ‬
ِ ‫ﷲ ﺳَﺎﺋِﻠ‬
َ ‫نا‬
‫َا ﱠ‬
Artinya: Allah akan menanya kepadaku
Analisa:
Kata menanya pada contoh terjemahan kitab irsadul ibad di atas
tidak baku sebaiknya diubah menjadi kata bertanya, selain itu, kata saya
pada kalimat kamu kira aku gembira dengan ceramahku ini, padahal saya
mengetahui tidak efektif karena tidak terdapat keparalelan antara kata
saya dan aku, sebaiknya kalimat ersebut diperbaiki menjadi: kamu kira
aku gembira dengan ceramahku ini, padahal aku mengetahui.
24.
ِ64 ‫ت ﺑِﻪ‬
ُ ْ‫ﻣَﺎ َا َرد‬
Artinya: Apakah tujuanmu dengan keteranganmu ini
Analisa:
Pada kalimat apakah tujuanmu dengan keteranganmu itu? terdapat
pemborosan kata karena terdapat pengulangan objek yaitu objek mu, ciri kalimat
efektif adalah terdapat kehematan pada struktur kalimatnya, sehingga agar
menjadi efektif kalimat tersebut diperbaiki menjadi: Apakah tujuanmu dengan
keterangan itu?
63
64
Ibid, h. 8
Ibid, h. 8
67
25.
65
‫ﻋﻠَﻰ َﻗَﻠﺒِﻲ‬
َ ‫ﺖ اﻟﺸﱠ ِﻬﻴْ ُﺪ‬
َ ْ‫َاﻧ‬
Artinya: Engkau ya Allah saksi terhadap apa yang didalam hati
Analisa:
Pada kalimat Engkau ya Allah saksi terhadap apa yang didalam hati
dikatakan tidak efektif karena memiliki kata depan di pada kata didalam,
penulisan kata didalam sebaiknya dipisahkan bukan disambung. Agar kalimat di
atas menjadi efektif diperbaiki menjadi: Engkau ya Allah saksi terhadap apa yang
ada di dalam hati
26.
‫ﺼ ﱢﺪﻳْﻘِﻲ‬
‫ي اﻟ ﱢ‬
‫ﻦ ْاﻟ َﺒﻜْ ِﺮ ﱡ‬
ِ‫ﺴ‬
َ‫ﺤ‬
َ ‫ﻦ َاﺑِﻰ ْاﻟ‬
ُ ْ‫ﻦ َا ُﺑﻮْ َﺑﻜْﺮٍ ُﻣﺤَﻤﱠ ُﺪﺑ‬
َ ْ‫ﻦ اْﻟ َﻌﺎ ِﺑ ِﺪﻳ‬
ُ ْ‫ﻦ َزﻳ‬
ِ ْ‫ﻋَﺎَﻟ ِﻢ اﻟ ﱠﺘﻤْ ِﻜﻴ‬
ِ66 ‫ﻋﻨْ ُﻪ ِﻓﻴْﻤَﺎ َاوْ ﺻَﺎﻧِﻰ ﺑِﻪ‬
ُ ‫ﷲ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ‬
ُ ‫ﻲا‬
َ‫ﺿ‬
ِ ‫َر‬
Artinya: Guru kami Abubakar (Muhammad) bin Abdul Hasan Albakri
Assiddiqi r.a. dalam wasiyatnya padaku berkata
Analisa:
Pada kalimat Guru kami Abubakar (Muhammad) bin Abdul Hasan
Albakri Assiddiqi r.a. dalam wasiyatnya padaku berkata, dikatakan tidak efektif
karena setelah kata guru kami jika diikuti oleh nama sebaiknya dibubuhi tanda
baca koma yang berfungsi sebagai penegas, selain itu kata wasiyatnya tidak baku,
kata yang baku adalah wasiatnya. Kalimat di atas sebaiknya diperbaiki menjadi:
65
66
Ibid, h. 8
Ibid, h. 8
68
Guru kami, Abubakar (Muhammad) bin Abdul Hasan Albakri Assiddiqi r.a.
dalam wasiatnya padaku berkata.
27.
َ67 ‫ﺧﻼَص‬
ْ ‫ﻻ‬
ِ ‫ﻞ ْا‬
ِ ‫ِاﺟْ َﻌ‬
Artinya: Jadikanlah tulus ikhlas simbulmu
Analisa:
Kata simbulmu tidak baku, kata yang baku adalah simbolmu. Agar efektif
kalimat tesebut diperbaiki menjadi: Jadikanlah tulus ikhlas sebagai simbolmu
28.
ّ68 ‫ك‬
َ ‫ﷲ ِاﻳﱠﺎ‬
ُ ‫ﺐ َﺗﻌِْﻠﻴْ َﻢ ﻣَﺎﻋَﻠﻤ ُﻪ ا‬
ِ ِ‫ﻋﻠَﻰ ﻃَﺎﻟ‬
َ ْ‫ﺨﻞ‬
َ ْ‫ﻻ َﺗﺒ‬
َ
Artinya: Jangan bakhil untuk mengajar orang yang akan belajar dari apa
yang diajarkan Allah padamu
Analisa:
Kalimat di atas tidak efektif karena terdapat pemborosan kata,
kata mengajar sudah mengandung arti memberi pelajaran pada orang yang
akan belajar, sehingga kata orang yang akan belajar tidak perlu disebutkan
lagi. Agar efektif kalimat tesebut diperbaiki menjadi: Jangan bakhil untuk
mengajarkan apa yang diajarkan Allah padamu
67
68
Ibid, h. 8
Ibid, h. 8
69
29.
ِ69 ‫ﺟ ِﻤﻴْ ِﻊ اﻟﱠﻄﺎﻋَﺎت‬
َ ‫َوﻓِﻰ‬
Artinya: Bahkan dalam semua kelakuan ibadat dan ta’at
Analisa:
Kata ibadat dan ta’at tidak baku sebaiknya kata-kata tersebut
diubah menjadi ibadah dan taat. Agar efektif kalimat tesebut diperbaiki
menjadi: Bahkan dalam semua kelakuan ibadah dan taat.
30.
ُ70 ‫ﻻِاَﻟ َﻪ ﻏَﻴْﺮَﻩ‬
َ ْ‫َواﱠﻟ ِﺬي‬
Artinya: Demi Allah yang tiada Tuhan selainNya
Analisa:
Penulisan kata selainNya tidak efektif karena kata Nya pada kalimat di
atas ditujukan pada Allah, sehingga penulisan kata yang baku adalah selain-Nya.
Agar menjadi efektif kalimat di atas diperbaiki menjadi: Demi Allah yang tiada
Tuhan selain-Nya
Demikianlah analisa kalimat efektif bahasa indonesia terhadap terjemahan
Irsyadul Iibad Ila Sabilirrasyad yang dilakukan penulis pada bab iman dan ilmu.
Semoga ini menjadikan kesemangatan buat penulis di hari-hari mendatang agar
lebih menjadi yang terbaik lagi.
69
70
Ibid, h. 8
Ibid, h. 8
70
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan analisa terhadap kitab Irsyadul Ibad Ila Sabili Risyad
pada bab iman dan ilmu,
maka penulis menyimpulkan bahwa tidak semua
terjemahan dapat diterapkan dalam bentuk kalimat efektif, baik dilihat dari segi
bahasa sumber dan bahasa sasaran maupun dari segi kaidah bahasa Indonesia dan
bahasa Arab memiliki perbedaan yang cukup signifikan dalam segi gramatikal,
dalam hal ini penyempurnaan dalam kalimat efektif sangat berperan penting untuk
penulis dalam menganalisa kitab Irsyadul Ibad Ila Sabili Risyad, agar pembaca
dapat mudah memahami isi dan keterangan kitab tersebut sehingga dapat
dimengerti oleh pembaca. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa dalam
terjemahan kitab Irsyadul Ibad Ila Sabili Risyad terdapat ketidaktepatan dalam
penggunaan diksi (lihat bab IV halaman 58), bahasa baku (lihat bab IV halaman
52), kesejajaran (lihat bab IV halaman 56), kelogisan (lihat bab IV halaman 60)
dan kalimat yang tidak lengkap (lihat bab IV halaman 62).
B. SARAN
Setelah menganalisa terjemahan kitab Irsyadul Ibad Ila Sabili Risyad,
dalam hal ini penulis memberikan saran sebagai berikut:
Seorang penerjemah ketika menerjemahkan sebuah teks sumber
kedalam teks sasaran haruslah sanggup mewakili pikiran dalam
teks sumber dan teks sasaran secara tepat
70
71
Seorang
penerjemah
dituntuk
untuk
selalau
jujur
dalam
menerjemahkan sebuah karya tulis, sehingga pesan-pesan yang
ingin disampaikan oleh penulis tidak hilang oleh perubahan kalimat
yang dilakukan oleh penerjemah
Seorang penerjemah juga dituntut untuk tidak terlalu bebas dalam
menerjemahkan sebuah karya tulis, sehingga terjemahan yang
dihasilkan tidak menyimpang dari karya asilnya
Seorang penerjemah juga harus kreatif dalam mencari padanan kata
yang sesuai dengan naskah aslinya
Seorang
penerjemah
harus
selalu
meliahat
kaidah-kaidah
pemakaian bahasa yang baik serta penyusunan kalimat yang
efektif, baik menerjemahkan bahasa Indonesia, Arab maupun
bahasa Ingris
Seorang penerjemah haruslah yang sudah menjadi penerjemah
tersumpah agar penerjemah tesebut dapat diterima oleh pembaca
dan menghilangkan sebuah keraguan pembaca.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari kesempurnaan, maka
dari itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan oleh penulis agar menjadi kaca
perbandingan di hari-hari mendatang maupun sebagai pedoman dalam
menganalisa kitab-kitab yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003
Arifin, Zaenal, dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi, Jakarta: Akademika Pressindo, 2006
Arif Rokhman, M, Penerjemahan Teks Inggris,Yogyakarta: Hanggar Kreatif,
2006
Asih, Anggraini, dkk, Mengasah Keterampilan Menulis Ilmiah di Perguruan
Tinggi, Jakarta: Graha Ilmu, 2006
Bagus Putrayasa, Ida, Struktur Kalimat Efektif, Singaraja: Rafika Aditama, 2007
Bagus Putrayasa, Ida, Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori dan Penerapan),
Singaraja: Rafika Aditama, 2007
Bahreisy, Salim. Petunjuk ke Jalan Lurus (Terjemahan Kitab Fiqih Irsyadul Ibad
Ila Sabilirrasyad) karangan Imam Syaikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Bin
Zainuddin, Surabaya: Darrusaggaf Press, 1977
Bunyamin, Solihin, Panduan Belajar Menerjemahkan Al-Qur’an metode
Granada Sistem Delapan Jam, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2003
Catford, J.C, A Linguistic Theory of Translation, London: Oxford University
Press, 1965
Chaer, Abdul, Linguistik Umum¸ Bandung: Rineka Cupta, 2008
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia., Jakarta: Balai Pustaka, 1988
Fitriah, Mahmudah dan Ramlan Abdul Gani, Pembinaan Bahasa Indonesia,
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007
Machali, Rochayah, Pedoman Bagi Penerjemah, Jakarta: Grasindo, 2000
Muliono, Anton, Lembaran Bahasa, Jakarta: Gramedia , 1989
Sayogie, Frans Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia,
Jakarta: Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2008
72
56
73
Subana, M, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Jakarta: Pustaka Setia, 2002
Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia, Bandung: Humaniora, 2005
Widyamartaya, Seni Menggayakan Kalimat, Yogyakarta: Kanisius, 1995
Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, Yogyakarta: Kanisius, 1989
http://suherlicentre.blogspot.com/2009/02/kalimat-efektif-dalam-naskahpidato.html
http//roziganteng.blogspot.com/2010/07/syekh-zainudin-al-malibari-ulamabesar.html
http://saifanshori.blogspot.com/2010/05/syekh-zeinuddin-bin-abdul-azizi-al.html
http//open-university.co.cc/download/bing/bing3115-m3.pdf
http://ridwan202.wordpress.com/istilah-agama/tarjamah
http//abdulmunifkhamim. wordpress.com
http//www.wikipedia.co.id
Download