Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Halaman 21 – 37 MENINGKATKAN NILAI-NILAI KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI PENERAPAN METODE PROYEK (Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok B di TK Negeri Centeh Kecamatan Batununggal Kota Bandung Tahun Ajaran 2015-2016) Mimin Hamidah Pendidikan Anak Usia Dini SPs UPI E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini dilakukan berdasarkan permasalahan yang terjadi di TK Negeri Centeh terkait dengan karakter anak usia dini, terutama dalam nilai tanggung jawab, komunikatif dan kerjasama. Sebagian besar anak mengalami kesulitan memunculkan perilaku terkait dengan ketiga nilai karakter tersebut. Adapun program yang diasumsikan dapat meningkatkan nilai-nilai karakter bagi anak usia dini dan digunakan sebagai solusi dalam penelitian ini adalah metode proyek. Hal tersebut menjadi alasan yang mendasari rumusan masalah terkait bagaimana penerapan metode proyek dalam meningkatkan nilai-nilai karakter anak kelompok B di TK Negeri Centeh. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan desain penelitian Elliot. Partisipan dalam penelitian ini yaitu anak di kelompok B TK Negeri Centeh dengan jumlah anak sebanyak 15 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan model Miles & Huberman. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan respon positif yang ditunjukkan oleh anak ketika pembelajaran dengan metode proyek dilaksanakan. Kemunculan perilaku anak dalam nilai tanggung jawab, komunikatif dan kerjasama pada akhir siklus mengalami peningkatan yang cuckup baik. Sebagian besar anak dapat mencapai indikator dengan kategori berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik. Rekomendasi yang dapat diberikan yaitu hendaknya pendidik mampu melaksanakan pembelajaran melalui metode proyek secara konsisiten untuk menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak secara holistik, termasuk dalam penanaman nilai-nilai karakter bagi anak usia dini. Kata Kunci: Nilai-nilai Karakter, Metode Proyek dianggap Pendahuluan sarana karakter dianggap membentuk yang dapat peserta didik, belum karakter berorientasi membentuk siswa pembentukan pada angka/nilai semata. Padahal, dalam UU Sisdiknas tahun 2003, selama ini maksimal awal karakter. Selama ini pendidikan hanya Lembaga pendidikan sebagai salah satu sebagai Bab II, pasal 3, jelas disebutkan bahwa: dalam “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta yang diharapkan. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, salah satu diantaranya ialah rendahnya tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang 21 Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Halaman 21 – 37 Solehuddin (2000, hal 21) anak memiliki karakteristik yang jauh berbeda dengan orang dewasa. Anak cenderung lebih aktif, dinamis dan memiliki semangat yang tinggi untuk mencari tahu apa yang ingin diketahuinya. Sebagai orang dewasa Pendidikan usia dini merupakan sudah sepantasnya kita menjadi fasilitator fondasi awal dalam membentuk karakter anak. Namun demikian, untuk setiap apa yang menjadi keinginan dalam anak. Karena anak adalah individu yang pelaksanaannya belum mampu berjalan aktif secara optimal. Pendidikan usia dini masih bukan 1 butir 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa: menyalahi hakikat pendidikan usia dini mengembangkan “Pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. bertujuan semua potensi dan kecerdasan dasar yang dimiliki setiap anak. Adapun menurut Lickona dalam J.Abdu W (2012, hal kita dini. Dalam UU No. 20 Tahun 2003, pasal perkembangan anak, sehingga hal ini jelas seharusnya sepantasnya pedidikan yang layak kepada anak sejak pada pengembangan karakter dan aspek yang dinamis memfasilitasi anak dengan memberikan berorientasi pada upaya pengembangan kemampuan akademik semata, dan 52-53) mengemukakan bahwa “A child is only known subtance from which a responsible adult can be made” Anak-anak adalah satu-satunya diketahui bahan dapat bangunan menbentuk Berdasarkan pada penjelasan di atas, yang secara eksplisit jelas bahwa pendidikan seorang usia dini merupakan suatu upaya dalam dewasa yang bertanggung jawab. mengembangkan Anak usia dini adalah individu yang sedang menjalani suatu seluruh aspek perkembangan anak, baik itu jasmani proses maupun pertumbuhan dan perkembangan sangat rohani. Selain itu, penting dipahami bahwa setiap anak dilahirkan pesat dan sangat fundamental bagi proses membawa perkembangan selanjutnya (Sudirjo, 2011, potensinya masing-masing yang berbeda, karena setiap anak itu hlm. 27). Hal senada di ungkapkan oleh 22 Vol.3 | No.1 | April 2017 memilliki Tunas Siliwangi keunikan Halaman 21 – 37 masing-masing. kesulitan mengungkapkan keinginannya Potensi yang dimiliki anak sejak lahir atau pendapatnya dan berbicara dengan tentunya tidak akan berkembang pesat suara keras dan nada tinggi kepada tanpa adanya fasilitas yang menunjang temannya, untuk setiap potensi yang dimiliki. pembelajaran maupun saat Berkaitan dengan hal di atas, upaya mengembangkan potensi anak baik saat melakukan bermain. Selain itu, anak juga masih belum mampu perlu melakukan kegiatan secara bersama, adanya sebuah kesadaran secara kolektif, mendominasi suatu kegiatan dalam khususnya guru pembelajaran, masih terlihat berebut yang harus mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan mainan, dan belum dapat bergiliran. baik. Keadaan ini sering terjadi hampir setiap Dalam hal melaksanakan ini tugas guru perlu profesionalnya hari, dan salah satu penyebabnya dengan mendesain pembelajaran yang disebutkan dalam Sudarna (2014, hal, 9) mampu adalah muatan televisi yang banyak mengakomodasi memfasilitasi berbagai dan potensi yang menyuguhkan dimiliki anak, yang selanjutnya akan kekerasan, berimbas Berdasarkan pada terbentuknya karakter adegan yang berbau seksualitas dan mistis. uraian di atas, salah satu anak. Menurut Suyadi (2013, hal 3) di faktor yang diungkapkan oleh ahli yaitu Indonesia pendidikan masih belum optimalnya penanaman nilai karakter saat ini di rasakan mendesak, hal karakter dalam pembelajaran bagi anak ini maraknya (Asnidar, 2016). Kondisi ini berdampak pemberitaan tentang seperti narkotika, pada pendidikan anak usia dini salah satu tawuran, diantaranya pelaksanaan dikarenakan fenomena protitusi, pornografi dan berbagai penyimpangan lainnya yang dianggap dimasyarakat. karakter. permasalahan rendahnya tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang tidak sesuai dengan norma dan etika Adapun ialah nilai-nilai sebagai awal pembentukan Permasalahan terkait karakter anak karakter yang terjadi pada anak usia dini seperti berdasarkan hasil observasi penulis di sebelumnya bukanlah hal yang bisa lapangan adalah kurangnya kemampuan dibiarkan begitu saja, mengingat bahwa anak anak usia dini dalam aspek tanggung jawab, yang telah diungkapkan adalah generasi penerus komunikatif dan kerjasama. Hal ini dapat bangsa yang perlu kita bina dan lindungi. terlihat Sejak zaman Plato menurut Lickona dalam perilaku anak ketika 23 Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Halaman 21 – 37 (2013, hal 7) masyarakat yang bijak karakter pada anak usia dini, adalah salah menempatkan pendidikan karakter atau satu jawaban moral sebagai tujuan sekolah, dengan moral yang sedang melanda di negara memberikan pendidikan intelektual seperti kita. Menurut Damayanti (2014, hlm. 17) pengetahuan budi apabila masa usia dua tahun pertama anak pekerti dan kesusilaan. Hal inilah yang sudah mendapatkan cinta, maka sangat menjadi alasan pentingnya pendidikan mudah anak tersebut dibentuk menjadi karakter bagi anak usia dini. manusia yang berakhlak mulia, dan masa dibarengi Kebutuhan dengan akan penanaman usia pendidikan nilai bagi generasi bangsa dirasakan penting (Lickona, dini untuk mengatasi krisis adalah masa kritis bagi pembentukan karakter. 2013) Lebih lanjut Damayanti (2014, hlm. terutama setelah melihat dan mencermati 21) berbagai bentuk penyimpangan tersebut karakter adalah pendidikan budi pekerti di atas. Berangkat dari hal tersebut maka yang pendidikan karakter sebaiknya masuk (kognitif), sikap dan perasaan (afektif), pada ranah terkecil dan dimulai sedini dan tindakan (aksi). Tanpa ketiga aspek mungkin agar lahir generasi penerus yang ini maka pendidikan karakter tidak akan memilki kepribadian dan efektif. Untuk itu pendidikan karakter paripurna sehingga menjadi merupakan suatu usaha yang direncanakan penopang bagi berkualitas mampu bangsa yang hebat, secara menyatakan melibatkan bahwa aspek bersama pendidikan pengetahuan yang tangguh dan mampu berperan untuk masa menciptakan yang akan datang. Melalui pendidikan, memiliki dasar-dasar pribadi yang baik, anak mendapatkan baik dalam pengetahuan, perasaan dan kecerdasan intelektual semata, akan tetapi tindakan. Sedangkan menurut Megawangi adanya kecerdasan lain yang jauh lebih (2010, hlm. 23) usia dini merupakan masa penting, kritis bukan hanya sehingga kejujuran, disiplin, dalam generasi bertujuan penerus pembentukan yang karakter tanggung jawab, kerja sama, sosial, seseorang. akan membentuk pribadi yang hingga keshalehan akan diperoleh dari bermasalah dimasa dewasa kelak. Oleh pendidikan. Oleh karena itu diperlukan karena itu pendidikan karakter menjadi salah satu metode dan strategi yang hal yang krusial saat ini, dalam upaya digunakan untuk mencapai tujuan mulia pecegahan (preventif) untuk bekal anak di tersebut. masa yang akan datang. Adapun pengembangan tujuan penanaman dari nilai-nilai 24 Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Halaman 21 – 37 Dalam mengembangkan nilai-nilai Pelaksaan metode proyek dalam karakter pada anak usia dini, bukanlah beberapa penelitian di atas memberikan perkara pengalaman yang mudah, selain harus belajar dengan memperhatikan tumbuh kembang anak menghadapkan anak dalam persoalan juga harus memperhatikan karakteristik sehari-hari yang dapat dipecahkan secara dan lain berkelompok maupun individu dimana diperlukan suatu metode yang mampu bahan yang digunakan diorganisasikan memberikan kesempatan belajar bagi anak sedemikian rupa sehingga lebih bermakna. sekaligus menstimulasi diharapkan dapat membangun karakter perkembangan karakter dalam diri anak. anak, baik itu karakter bekerjasama, Adapun metode yang disumsikan mampu disiplin, komunikatif, menstimulasi karakter dll. Hal tersebut sejalan dengan pendapat proyek. Masitoh, dkk (2005, hlm. 2000) yang Penelitian yang telah dilakukan oleh mengemukakan bahwa tujuan metode Hasanah evektifitas proyek adalah untuk mengembangkan metode Proyek dan Discovery dalam kemampuan anak dalam bersosialisasi, mengembangkan karakter anak usia dini bekerjasama, tolong menolong, disiplin didapatkan hasil bahwa pembelajaran dan aspek moral anak. melalui lebih diperkuat dengan pendapat dari beberapa memunculkan karakter prilaku berbagi, ahli bahwa metode proyek merupakan mengucapkan bermain metode yang sejalan dengan kurikulum bersama, menunggu giliran, menyapa, yang di anjurkan oleh pemerintah saat ini, menawarkan bantuan, mengucapkan kata yakni Kurikulum PAUD 2013. minat anak maaf, anak, dengan mampu antara kata perkembangan lain (2012) metode tentang metode proyek terima kasih, dan mengucapkan kata tolong dibandingkan pembelajaran tanggung jawab, Hal inipun Berdasarkan penelitian yang telah Discovery. di paparkan Penelitian lainnya yang dilakukan oleh diasumsikan Yuliana (2013) tentang metode Project penanaman Based diatas metode mampu karakter proyek membantu yang baik dan Learning pada pembelajaran berguna bagi masa yang akan datang, tematik integratif dalam implementasi seperti mengenal rasa ingin disiplin, nilai-nilai karakter, menunjukkan bahwa tanggung karakter anak lebih berkembang dalam kemandirian dan bagaimana mereka harus pembelajaran tematik integratif melalui menyesuaikan diri dengan lingkungannya. penggunaan metode proyek. Penelitian-penelitian tersebut dijadikan 25 jawab, aturan, tahu, Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Halaman 21 – 37 sebagai landasan awal dalam penerapan stimulasi terhadap perkembangan karakter metode proyek, namun perbedaannya anak. terletak dari aspek kaakter yang ingin PAUD ditingkatkan dan juga metode penelitian kekeliruan dalam pembelajaran bagi anak. yang digunakan. Dalam penelitian ini Salah satu contoh kekeliruan yang terjadi metode proyek dijadikan sebagai solusi di untuk mengatasi permasalahan karakter pembelajaran yang lebih menekankan anak jawab, pada pengembangan akademik seperti komunikatif dan kerjasama yang terjadi di membaca, menulis, dan berhitung tanpa TK Negeri Centeh tahun Ajaran 2015- memperdulikan tahapan perkembangan 2016. anak dalam aspek tanggung Sayangnya, masih lembaga dan beberapa melakukan PAUD lebih lembaga beberapa yaitu jauh lagi kegiatan tanpa memperhatikan pentingnya pembentukan karakter pada anak yang justru akan KAJIAN LITERATUR 1. Pentingnya Penanaman Nilai-nilai Karakter bagi Anak Usia Dini memberikan dampak yang buruk bagi anak kelak (Yusuf, 2012). Montessori menyatakan (Megawangi, bahwa 2004) Lickona (2012) tahapan tiga aspek komponen karakter dalam diri perkembangan anak yang paling penting individu. Adapun komponen tersebut adalah pada usia enam tahun pertama dapat digambarkan dalam diagram 1.1 dan usia tersebut merupakan masa paling tepat bagi pembentukan sebagai berikut: karakter seseorang. Hal senada juga diungkapkan oleh Yaumi (2014) bahwa pada masa usia dini hal terpenting yang perlu dilakukan dan merupakan jantung pembelajaran bagi anak sebagai inti dasar membangun kesehatan mental/motivasi anak untuk belajar adalah pembentukan karakter. Uraian di atas menekankan betapa pentingnya pembentukan karakter pada anak sejak dini, dengan kata menggambarkan lain pembelajaran yang diberikan [ada anak usia dini hendaknya mampu memberikan 26 Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Halaman 21 – 37 Moral Feeling Moral Knowing 1. Moral awerennes 2. Knowing moral Values 3. Perspective-taking 4. Moral reasoning 5. Decision-making 6. Self-knowladge 1. 2. 3. 4. 5. 6. Conscience Self-esteem Emathy Loving the good Self-control Humility Moral Action 1. Competence 2. Will 3. habit Gambar 1.1 Component of Good Character (Lickona, 2012, hlm. 84) Berdasarkan diagram di atas bangsa Indonesia (Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, 2011). Nilai- seseorang dapat dikatakan memiliki karakter baik, jika mampu nilai karakter memanifestasikan tiga komponen karakter dideskripsikan di atas, yaitu Moral Knowing, Moral berikut. Feeling dan Moral Action. Anak panah pada diagram masing-masing yang menghubungkan komponen karakter lainnya dimaksudkan untuk menekankan sifat saling berhubungan salingmempengaruhi antara dan dapat masimg- masimg komponen tersebut. Selain uraian di atas, terdapat 18 nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan atau ditanamkan kepada anak-anak dan generasi muda 27 tersebut dalam tabel dapat sebagai Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Halaman 21 – 37 Tabel 1.1 Nilai-nilai Karakter pada Individu No 1 Nilai Religius 2 Jujur 3 Toleransi 4 Disiplin 5 Kerja Keras 6 Kreatif 7 Mandiri 8 Demokratis 9 Rasa Ingin Tahu 10 Semangat Kebangsaan 11 Cinta Tanah Air 12 Menghargai Prestasi 13 Bersahabat/ Komunikatif Cinta Damai 14 15 16 17 Gemar Membaca Peduli Lingkungan Peduli sosial Deskripsi Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuai yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain. Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada 28 Vol.3 | No.1 | April 2017 No Nilai 18 Tanggung Jawab Tunas Siliwangi Halaman 21 – 37 Deskripsi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. mengerjakan proyek untuk menghasilkan 2. Penerapan Metode Poyek untuk Meningkatkan Nilai-nilai Karakter Anak sebuah produk (Abidin, 2014, hlm.167). Pendapat serupa dinyatakan oleh Katz Metode proyek merupakan salah satu bentuk pembelajaran menghadapkan anak pada (1994) yang proyek persoalan secara individu. Dalam referensi berbeda, menurut Moeslichatoen (2004, hlm. 137) Katz berasal dari gagasan Jhon Dewey tentang dikembangkan by oleh lingkungan mereka sendiri. Dalam proses metode proyek belajar penyelidikan ini kesempatan dengan anak-anak untuk memiliki mengajukan pertanyaan, merumuskan teori-teori dan menghadapkan anak dengan persoalan memprediksi sehari-hari yang harus dipecahkan secara tentang kemungkinan jawaban, mencari jawaban atas pertanyaan kelompok. mereka, mewawancarai para ahli untuk Senada dengan uraian di atas Boss mendapatkan informasi yang relevan, dan Kraus (2007) dan Simkins, dkk. 2003) serta mengumpulkan informasi. mendefinisikan metode proyek sebagai sebuah bahwa fenomena dan peristiwa yang terjadi di merupakan salah satu cara pemberian pengalaman menjelaskan anak dalam melakukan penyelidikan pada H. Killpatrich dalam metode proyek, dan di jelaskan pula bahwa (1996) pembelajaran proyek melibatkan anak- doing” William penyelidikan kecil, maupun kelompok besar ataupun (Masitoh dkk, 2005: 200). Metode proyek learning merupakan bahwa yang dipelajari oleh anak dalam kelompok baik secara individu maupun berkelompok “ mengungkapkan mendalam tentang suatu topik tertentu sehari-hari yang ada dan harus dipecahkan konsep yang model pembelajaran Katz dan Chard (1989, hlm. 21) yang digunakan sebagai sarana yang menkankan aktivitas siswa untuk bahwa tujuan the Project Approach terdiri dari empat katagori yaitu, a) memperoleh pengetahuan memecahkan berbagai permasalahan dan mengaplikasikan pengetahuan dengan 29 dan ketrampilan, b) meningkatkan kompetensi sosial, c) mengembangkan d) karakter, dan Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Halaman 21 – 37 mengembangkan perasaan yang berkaitan masng, 3) memupuk semangat gotong dengan pengalaman sekolah. Agar tujuan royong diantara anak yang terlibat, 4) pengajaran memberikan kesempatan kepada anak tercapai dalam kegiatan proyek, Moeslichatoen (2004, hal 144) untuk mengembangkan sikap dan perlu memperhatikan hal-hal berikut: kebiasaan dalam melaksanakan pekerjaan a. Merupakan kegiatan yang bersumber dengan cermat, 5) mampu mengeksplorasi dari pengalaman anak sehari-hari bakat, minat dan kemampuan anak, 6) dalam lingkungan keluarga. memberikan peluang kepada setiap anak b. Kegiatan itu merupakan kegiatan kompleks, yang tidak baik individual maupun kelompok untuk mungkin mengembangkan kemampuan yang telah dilakukan anak secara perseorangan dimiliki. dalam jangka waktu yang telah Katz ditetapkan. pelaksanaan c. Kegiatan itu merupakan kegiatan yang dapat juga kegiatan membagi proyek terbagi kedalam tiga tahapan, yaitu: membantu mengembangkan (1994) a. Tahap persiapan kemampuan Pada tahap persiapan, anak-anak berpikir dan menalar, kemampuan dan guru berdiskusi dan memilih topik bekerja sama dengan anak lain, dan yang akan diselidiki. Topik dapat memperluas wawasan anak. diusulkan oleh anak atau oleh guru. d. Kegiatan itu cukup menantang bagi Setelah topik telah dipilih, guru anak dalam pengembangan kesehatan memulai dengan membuat peta konsep, fisik dan kesejahteraan. berdasarkan "brainstorming" dengan e. Kegiatan itu dapat memberikan anak-anak. Peta konsep dari topik dan kepuasan masing-masing anak. subtopik yang terkait digunakan untuk diskusi. Selama diskusi awal guru dan Berkaitan Rachmawati dengan (2010, hal di hlm. atas, anak-anak berbagi pengetahuan yang 61) telah dimiliki, mengusulkan mengemukakan bahwa terdapat manfaat pertanyaan-pertanyaa yang berkaitan metode proyek bagi anak usia dini dengan diantaranya memberikan merancang jenis kegiatan yang akan pengalaman kepada anak dalam mengatur dilakukan sesuai dengan pertanyaan dan mendistribusikan kegiatan, 2) belajar yang diajukan, mengumpulkan media bertanggung jawab atas pekerjaan masing- dan sumber belajar yang diperlukan adalah: 1) 30 topik. bersama guru Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi sesuai dengan topik yang dipilih. Halaman 21 – 37 c. Tahap Kulminasi Pertanyaan-pertanyaan akan dijawab melalui penyelidikan tahap atau kegiatan penutup dari proyek. persiapan Pada tahap kulminasi ini juga anak proyek ini, anak-anak juga mengingat dalam kelompok kecilnya masing- pengalaman masing selanjutnya. Pada pada Kulminasi adalah tahap akhir tahap mereka sendiri yang terkait dengan topik. mengkomunikasikan pengetahuan dan kemampuan yang b. Tahap Kerja Lapangan telah Tahap kerja lapangan terdiri dari mereka mempelajari peroleh topik selama proyek kepada penyelidikan langsung, yaitu dengan teman kelompok lainnya, guru, anak kunjungan lapangan untuk menyelidiki dari kelas lain dan orang tua. Yang situs, benda, atau peristiwa. Menurut termasuk dalam tahap ini Chard penyusunan dan penyajian laporan, (Katz merupakan 1994), jantung tahap dari ini kegiatan dalam bentuk adalah mengkomunikasikan proyek, dimana anak-anak melakukan pengetahuan dan kemampuan yang penyelidikan, telah mereka peroleh bisa dengan menggambar pengamatan, mengamati membangun merekam mengeksplorasi, dari model, presentasi dramatisasi. temuannya, memprediksi, dan Metode membahas pemahaman baru mereka. Penelitian ini menggunakan metode Kegiatan ini merupakan tahap kegiatan penelitian pemecahan masalah (problem solving) untuk menjawab pertanyaan (action research) model Elliot (Hopkins, 2011). Adapun yang jenis diajukan anak pada tahap sebelumnya. penelitian penelitian Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini tindakan menggunakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK), merupakan suatu ini, yaitu: 1) Kegiatan tindakan tindakan untuk memperbaiki suatu proses penyelidikan melalui pembelajaran yang sudah ada agar peroses observasi, wawancara dengan nara pembelajaran terjadi peningkatan dan sumber, dan eksperimen sederhana mendapatkan 2) Kegiatan konstruksi atau membuat hasil yang optimal. Tindakan ini dilakukan melalui beberapa hasil karya yang sesuai dengan siklus, topik proyek mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaaan, dan refleksi 3) Dramatisasi atau bermain peran 31 Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi hingga mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Penelitian dilaksanakan di tindakan TK kelas Negeri ini Centeh Bandung yang beralamat di Jalan Pacar Nomor 5 Kelurahan Samoja, Kecamatan Batununggal Kota Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian tersebut adalah karena TK Negeri Centeh Bandung adalah tempat peneliti bertugas, yang sedikitnya peneliti sudah mengenal karakteristik lokasi penelitian, mulai dari lingkungan sekolah, anak didik maupun tenaga pengajar, sehingga proses pelaksanaan penelitian diharapkan dapat berjalan optimal. Partisipan dalam penelitian ini adalah anak pada kelompok B di TK Negeri Centeh Tahun Ajaran 2015-2016. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus, adapun prosedur penelitian tindakan kelas untuk memperoleh data tentang proses dan hasil yang dicapai dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, diantaranya langkah pertama adalah tahap perencanaan, implementasi tindakan, observasi, dan reffleksi. Prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan pelaksanaan menurut dengan siklus alur masing- masing sebagai berikut: 32 Halaman 21 – 37 Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Halaman 21 – 37 Identifikasi Masalah & Gagasan Umum Perencanaan Siklus I (Tindakan 1, 2, dan 3, dst) Implementasi Siklus I (Tindakan 1, 2, dan 3, dst) Observasi Pelaksanaan Siklus I Perencanaan Siklus II (Tindakan 1, 2, dan 3, dst) Refleksi Siklus I Observasi Pelaksanaan Siklus II Implementasi Siklus II (Tindakan 1, 2, dan 3, dst) Perencanaan Siklus III (Tindakan 1, 2, dan 3, dst) Refleksi Siklus II Observasi Pelaksanaan Siklus III Pelaksanaan Siklus III (Tindakan 1, 2, dan 3, dst) dst. Refleksi Siklus III Gambar 1.2 Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Elliot (Hopkins, 2011, hlm. 93) karakter yang terlihat dialami oleh anak di Hasil Penelitian 1. Kondisi Awal Karakter Anak Usia Dini Kelompok B TK Negeri Centeh Tahun Ajaran 2015-2016 Sebelum Penerapan Metode Proyek Kelompok B TK Negeri Centeh antara lain terkait dengan nilai tanggung jawab, komunikatif dan kerjasama. Beberapa Berdasarkan observasi awal yang anak dilakukan oleh penulis, permasalahan terlihat masih belum mampu mengikuti kegiatan pembelajaran hingga 33 Vol.3 | No.1 | April 2017 selesai, belum Tunas Siliwangi mampu mengakui Halaman 21 – 37 melalui penggunaan metode proyek. kesalahan yang ia perbuat dan terkadang Proses pelaksanaan metode proyek dalam masih belum mampu merapihkan kembali penelitian ini terlebih dahulu diawali benda yang telah digunakannya. Selain dengan itu, pembelajaran, dalam aspek komunikatif, anak penyusunan rencana kemudian dilanjutkan seringkali belum mampu mengemukakan dengan proses pelaksanaan pembelajaran pendapatnya, terkadang enggan menyapa dan observasi, serta refleksi dari setiap teman dan belum mampu bertutu kata tindakan. dengan santun. Sedangkan dalam aspek dalam penelitian ini meliputi beberapa kejasama, anak terkadang belum mampu tahapan berkerjasama dengan teman dalam suatu diungkapkan kegiatan, dianataranya sebagai berikut: beberapa anak terkadang mendominasi kegiatan tertentu dan terlihat a. belum mampu menghargai hasil karya teman. Beberapa kondisi di Adapun sesuai penerapan dengan oleh teori Katz proyek yang (1994) Tahap Persiapan Pada tahap ini guru bersama atas anak berdiskusi memilih topik yang menunjukkan adanya permasalahan terkait akan dikaji secara mendalam. Terdapat dengan nilai-nilai karakter anak, hal tiga topik yaitu terkait berkebun (Tema tersebut senada dengan penelitian yang Tanaman), Membuat Makanan Sehat dilakukan oleh Hasanah (2015) yang (Tema Makanan) dan Membuat Parcel menunjukkan bahwa permasalahan nilai- (Tema Idul Fitri). Dalam tahap ini anak nilai karakter yang seringkali dialami oleh membuat peta pemikiran terkait dengan anak usia dini, salah satunya meliputi topik yang telah dipilih dan dilakukan aspek disiplin, kerjasama, tanggung jawab secara berkelompok. dan toleransi. b. Tahap Kerja Lapangan Pada tahap kerja lapangan guru mengajak anak untuk melaksanakan 2. Penerapan Metode Proyek untuk Meningkatkan Karakter Anak di Kelompok B TK Negeri Centeh Tahun Ajaran 2015-2016 Pembelajaran sebagai upaya yang untuk kegiatan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat pada tahap persiapan. Dalam tahap ini anak melakukan dijadikan kegiatan berkebun sayuran kacang meningkatkan pada tema sayuran, membuat gado- karakter anak di Kelompok B TK Negeri gado pada tema makanan dan membuat Centeh Tahun Ajaran 2015-2016 adalah parsel hingga berbagi pada anak yang 34 Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Halaman 21 – 37 kurang beruntung pada kegiatan charity day dalam tema idul fitri. c. Tahap Kulminasi Pada tahap ini anak bersama dengan guru melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kegiatan proyek yang telah dilaksanakan oleh anak. adapun beberapa dokumentasi kegiatan rpoyek yang telah terlaksana antara lain sebagai berikut: Gambar 1.4 Proyek Membuat Gado-gado Gambar 1.5 Proyek Membuat Parcel Gambar 1.3 Proyek Berkebun 3. Karakter Anak Usia Dini Kelompok B TK Negeri Centeh Tahun Ajaran 2015-2016 Setelah Penerapan Metode Proyek Berdasarkan observasi setelah pelaksanaan metode proyek, karakter anak di Kelompok B TK Negeri Centeh mengalami peningkatan yang cukup baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 35 Vol.3 | No.1 | April 2017 sebagian besar anak Tunas Siliwangi berada dalam Halaman 21 – 37 mendominasi ketika menyelesaikan tugas kategori berkembang sesuai harapan dan bersama dan mampu membantu berkembang yang kesulitan. sangat baik. Beberapa teman indikator nilai tanggung jawab pada anak yang terlihat diantaranya mampu Kesimpulan mengikuti kegiatan pembelajaran hingga selesai, mampu hingga selesai, kesalahan melaksanakan mampu yang dia Berdasarkan hasil penelitian dapat tugas disimpukan bahwa metode proyek dapat mengakui perbuat, menstimulasi tidak karakter anak secara baik. Penerapan menyalahkan teman atas kesalahannya pembelajaran melalui sendiri, mampu membereskan kembali tanaman, komunikatif nilai karakter komunikatif metode khususnya dalam nilai tanggung jawab, kata dengan santun, mampu menyapa nilai-nilai berteman dengan orang lain, senang Asnidar. mampu mengajak merupakan (2016). Penerapan Program Parenting dalam meningkatkan Penanaman Nilai-nilai Karakter Anak Usia Dini. Tesis, UPI. Tidak Diterbitkan. bersama-sama, Damayanti D, (2014). Panduan Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah. Yogyakarta. Araska. mampu berbagi tugas dengan teman, mampu anak karakter teramati antara lain mampu mengerjakan mainan karakter Daftar Pustaka kerjasama anak usia dini yang dapat membereskan kerjasama, proyek di TK Negeri Centeh. teman-temannya. bersama-sama, dan gambaran keberhasilan penerapan metode mengajak temannya bermain bersama dan tugas komunikatif sehingga dengan kata lain meningkatnya teman dan guru dengan santun, senang nilai ramadhan. mengalami peningkatan setelah diterapkan temannya dengan baik, mampu bertutur indikator dan anak yang pada awalnya belum optimal dengan santun, mampu mendengarkan pendapat Sedangkan makanan Berdasarkan hasil penelitian, karakter yang ditunjukkan anak antara lain mampu oleh dengan siklusnya. Tema yang diambil yaitu tema yang telah digunakan. Dalam aspek disenangi siklus masing-masing lima tindakan untuk setiap mampu membereskan kembali mainan pendapatnya metode proyek dilakukan dalam tiga tempat makan setelah digunakan dan mengemukakan perkembangan nilai-nilai teman untuk melaksanakan tugas bersama, mampu menghargai hasil kerja teman, tidak 36 Vol.3 | No.1 | April 2017 Tunas Siliwangi Hasanah, (2015) Efektifitas Metode Proyek Dan Discovery Dalam Pengembangan Karakter Anak Usia Dini Di Kabupaten Sumedang. Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar 2015, Nomor 3, September 2015 Moeslichatoen, R. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanakkanak. Jakarta : Rineka Cipta. Katz (1994). Engaging Children’s Minds: The Project Approach, new Jersey: ablex Kemendiknas. (2010). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, [online] Diakses 12 Januari 2015, dari www.pendidikankarakter.com/Pa nduan Pelaksanaan Karakter,pdf Kesuma, dkk. (2012). Pendidikan Karakter Kajian Teori Dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Kusuma, D. (2007). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo. Lickona, T. (2012). Character Matters. Persoalan Karakter. (Terjemahan Juma Abdu Wamaungo). Jakarta: Bumi Aksara. Lickona, T. (2013). Educating For Character. Pendidikan karakter. (Terjemahan Lita S). Bandung: Nusa Media. Masitoh, Halaman 21 – 37 (2005). Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: DEPDIKNAS, Ditjen Dikti, Dit.PPTK & KPT. Masitoh, (2007). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Univesitas Terbuka. Megawangi R, (2010). Pendidikan Karakter. Depok: Indonesia Heritage Foundation. 37