TINJAUAN PUSTAKA Efektivitas Komunikasi Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Stewart (1988) mengenai komunikasi manusia yaitu: Human communication is the process through which individuals–in relationships, groups, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another. Komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespons dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain. Komunikasi merupakan proses dimana dua orang atau lebih melakukan suatu pertukaran informasi yang pada gilirannya terjadi kesepakatan dan hubungan yang mendalam (Prodjosaputro, 1978). Ini menjelaskan hakekat hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi (pesan), setelah itu diharapkan perubahan sikap, tingkah laku dan kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian diantara orang-orang yang ikut pada proses komunikasi (Wursanto, 1987). Wenburg dan Wilmot dalam Mulyana (2007) mengkategorikan definisidefinisi tentang komunikasi dalam tiga konseptual, yaitu : 1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah. Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatap muka, namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya jawab. Pemahaman komunikasi dalam konsep ini, sebagai definisi berorientasi-sumber. Definisi seperti ini mengisyaratkan komunikasi semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons 8 orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan sesuatu. 2. Komunikasi sebagai interaksi. Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan-balik dari orang kedua dan begitu seterusnya. Contoh definisi komunikasi dalam konsep ini, Shannon dan Weaver dalam Wiryanto (2005), komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi. 3. Komunikasi sebagai transaksi. Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang secara sinambungan mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Berdasarkan pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan atau pesan nonverbal. Effendy (2000) menyatakan komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, dengan tujuan agar orang lain tersebut mengetahui dan mempunyai makna yang sama tentang hal yang dikomunikasikan, sehingga orang tersebut dapat menerima dan melaksanakan pesan yang disampaikan. Untuk itu, diantara orang-orang yang berkomunikasi harus tercapai kesamaan pengertian. Apabila kesamaan pengertian tidak tercapai, maka dapat dikatakan komunikasi tidak terjadi (Effendy, 2000) Proses penyampaian pesan melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi dan sebagainya. Penyampaian pesan efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi cara 9 seseorang mengirim dan menerima berita sangat tergantung pada keterampilan tertentu (membaca, menulis, berbicara, dan lain-lain). Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapainya yang telah ditetapkan. Effendy (2001) menyatakan bahwa komunikasi dapat dikatakan efektif, jika dapat menimbulkan dampak seperti (1) kognitif, yaitu meningkatnya pengetahuan komunikan; (2) afektif, yaitu perubahan sikap dan pandangan komunikan, karena hatinya tergerak akibat komunikasi; dan (3) konatif, yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Efek pada arah kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Pada afektif meliputi efek yang berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap; sedangkan efek pada konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu (Jahi, 1988). Suatu komunikasi dikatakan efektif, apabila komunikator berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya kepada komunikan (penerima). Komunikasi dinilai efektif bila stimuli yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim pesan berkaitan erat (identik) dengan stimuli yang ditangkap dan dipahami oleh penerima pesan. Apabila S melambangkan sumber atau pengirim pesan dan R adalah penerima pesan, komunikasi dinyatakan mulus apabila keinginan S identik dengan respons yang diberikan R (Goyer, 1970). Penerimaan pesan yang sempurna sebagaimana yang dimaksudkan pengirim pesan kenyataannya sangat sulit tercapai bahkan tidak pernah terjadi, paling-paling hanya dapat dihampiri saja (Goyer, 1970). Persamaannya digambarkan sebagai berikut : r makna yang di yang di tan gkap penerima = =1 makna yang dim aksud pengirim s Semakin besar kaitan antara respons yang diberikan oleh penerima dengan pesan yang disampaikan oleh pengirim berarti semakin efektif komunikasi yang dilakukan. Nilai R/S = 0 terjadi apabila respons yang diterima dari penerima tidak ada kaitannya dengan pesan yang disampaikan oleh pengirim. Komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang dimaksud oleh pengirim berkaitan erat dengan pesan yang diterima oleh penerima. 10 Menurut Tubb dan Moss (2000) ada lima (5) hal yang menjadikan ukuran bagi komunikasi efektif, yaitu pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. 1. Pemahaman Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan stimuli seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan (komunikator) dan dikatakan efektif, bila penerima (komunikan) memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan. 2. Kesenangan Komunikasi tidak semua ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu, karena adakalanya berkomunikasi hanya sekedar untuk bertegur sapa dan menimbulkan kebahagiaan bersama. 3. Mempengaruhi sikap Tindakan mempengaruhi orang lain dan berusaha agar orang lain memahami ucapan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Pada waktu menentukan tingkat keberhasilan berkomunikasi ternyata kegagalan dalam mengubah sikap orang lain belum tentu karena orang lain tersebut tidak memahami apa yang dimaksud. Dalam hal ini kegagalan dalam mengubah pandangan seseorang jangan disamakan dengan kegagalan dalam meningkatkan pemahaman, karena memahami dan menyetujui adalah dua hal yang sama sekali berlainan. 4. Memperbaiki hubungan Komunikasi yang dilakukan dalam suasana psikologis yang positif dan penuh kepercayaan akan sangat membantu terciptanya komunikasi yang efektif. Apabila hubungan manusia dibayang-bayangi oleh ketidakpercayaan, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator yang paling kompeten dapat mengubah makna. 5. Tindakan Mendorong orang lain untuk melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan, merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi. 11 Lebih mudah mengusahakan agar pesan dapat dipahami orang lain daripada mengusahakan agar pesan tersebut disetujui sebagai tindakan “feedback” dari komunikasi paling tinggi yang diharapkan oleh pemberi pesan. Schramm dan Kincaid (1977) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, apabila bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Effendy (2000) mengatakan supaya terjadi komunikasi yang efektif, komponen-komponen komunikasi perlu diperhatikan, mulai dari komunikator, pesan, saluran dan komunikan sebagai sasaran komunikasi. Rincian unsur-unsur tersebut sebagai berikut : 1. Komunikator Faktor penting pada diri komunikator dalam melancarkan komunikasi adalah daya tarik dan kredibilitas. Seorang komunikator akan mampu mengubah sikap, opini dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik. Apabila komunikan merasa ada kesamaan dengan komunikator, maka komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Adapun kredibilitas berhubungan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang komunikator. Dengan kata lain, seorang komunikator akan mendapat kepercayaan, apabila membahas suatu persoalan sesuai dengan profesi atau keahliannya. Faktor heteropily dapat menyebabkan komunikasi menjurus ke komunikasi yang tidak efektif. 2. Pesan Pesan komunikasi terdiri dari isi pesan dan lambang. Isi pesan komunikasi dapat satu, tetapi lambang yang digunakan dapat bermacam-macam, lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Oleh karena itu, komunikasi bahasa memegang peranan sangat penting. Tanpa penguasaan 12 bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun baiknya tidak akan dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat. 3. Saluran Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan untuk sampai kepada komunikan (sasaran). Media komunikasi banyak macamnya dalam mencapai sasaran komunikasi, yaitu dengan cara memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media. Pemilihan media tergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan digunakan. Masing-masing media komunikasi mempunyai kelebihan dan kekurangan. 4. Komunikan Pengenalan komunikan merupakan ketentuan utama yang harus dilaksanakan oleh komunikator dalam komunikasi. Ditinjau dari komponen komunikan, seseorang dapat dan akan menerima pesan kalau terdapat empat kondisi secara simultan berikut : a. Komunikan benar-benar dapat mengerti pesan komunikasi. b. Pada saat mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa keputusannya sesuai dengan tujuan. c. Pada saat mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa keputusannya itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya. d. Komunikan mampu untuk menepatinya, baik secara mental maupun secara fisik. Metode komunikasi adalah cara penyampaian informasi secara timbal balik yang digolongkan ke dalam komunikasi antar individu (interpersonal) dan komunikasi kelompok. DeVito (1997) mengelompokkan komunikasi ke dalam tujuh bentuk komunikasi, yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Intrapersonal komunikasi atau komunikasi dengan diri sendiri. Beberapa tujuan yang lazim dalam komunikasi intrapersonal adalah berpikir, melakukan penalaran, menganalisis dan merenung. Dalam komunikasi intrapersonal tersebut dikembangkan teori-teori tentang konsep diri. Konsep komunikasi intrapersonal yang berhubungan dengan keterampilan, antara lain memperkuat diri, meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan kemampuan memecahkan 13 masalah dan menganalisis masalah, meningkatkan pengendalian diri, mengurangi stress, mengatasi konflik, dan lain-lain. 2. Interpersonal komunikasi atau komunikasi antar pribadi. Tujuannya untuk mengenal, berhubungan, membantu, dan lain-lain. Beberapa teori yang diaplikasikan dalam konsep komunikasi ini antara lain mengapa orang mengembangkan hubungan ? Apa yang menyatukan sahabat, kerabat, keluarga dan apa yang memisahkannya ? Bagaimana hubungan dapat diperbaiki. Aplikasi keterampilan dari konsep komunikasi ini adalah meningkatkan efektivitas komunikasi satu lawan satu, mengembangkan dan memelihara hubungan yang efektif, meningkatkan kemampuan penyelesaian konflik. 3. Komunikasi kelompok kecil. Bertujuan berbagi informasi, mengembangkan gagasan, memecahkan masalah, membantu. Teori yang dapat diaplikasikan adalah apa yang membuat seseorang menjadi pemimpin ? Tipe kepemimpinan mana yang paling berhasil? Apa peran anggota kelompok ? Apa yang berhasil dikerjakan kelompok ? dan Apa yang gagal dilakukan kelompok ? Bagaimana kelompok dapat dibuat lebih efektif ? Keterampilan yang diperlukan dalam komunikasi kelompok kecil adalah meningkatkan efektivitas sebagai anggota kelompok, meningkatkan kemampuan sebagai pemimpin, dan lain-lain. 4. Komunikasi organisasi atau komunikasi dalam suatu organisasi formal. Tujuannya meningkatkan produktivitas, meningkatkan semangat kerja, memberi informasi dan meyakinkan. Hal yang menyangkut teori adalah apa yang membuat organisasi efektif, apa kebutuhan yang harus dipenuhi organisasi, bagaimana komunikasi organisasi dapat ditingkatkan. Sedangkan hal-hal yang berhubungan dengan keterampilan adalah meningkatkan efesiensi komunikasi ke atas dan ke bawah, serta lateral, menggunakan komunikasi untuk meningkatkan semangat kerja, dan lain-lain. 5. Komunikasi dengan publik atau khalayak. Tujuannya memberi informasi, mempengaruhi dan menghibur. Hal yang menyangkut teori adalah bagaimana khalayak dapat dianalisis dan diadaptasi secara efektif. Keterampilan yang diperlukan adalah mengkomunikasikan informasi secara lebih efektif, meningkatkan kemampuan persuasif, mengembangkan, mengorganisasikan, dan lain-lain. 14 6. Komunikasi antar budaya atau komunikasi antar orang dari budaya yang berbeda. Tujuannya mengenal, berhubungan, mempengaruhi, bermain dan membantu. Teori yang dikembangkan adalah bagaimana budaya yang berbeda memandang komunikasi, apa yang menghambat komunikasi bermakna diantara orang-orang yang budayanya berlainan. Dalam hal ini diperlukan kemampuan menghindari hambatan-hambatan utama dalam komunikasi antar budaya. 7. Komunikasi massa atau komunikasi yang diarahkan kepada khalayak yang sangat luas. Tujuannya untuk menghibur, meyakinkan, mengukuhkan status, mengubah, mengaktifkan, memberi informasi dan menciptakan rasa persatuan. Teori yang dikembangkan adalah apa fungsi yang dijalankan media dan bagaimana media mempengaruhi kita, bagaimana kita dapat mempengaruhi media, dengan cara apa informasi disensor oleh media. Hal-hal yang berhubungan dengan keterampilan komunikasi bermedia massa adalah meningkatkan kemampuan menggunakan media agar lebih efektif. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal dinilai lebih efektif dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya komunikasi interpersonal berlangsung secara tatap-muka (face to face), sehingga terjadi kontak pribadi dan umpan balik berlangsung seketika. Komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Komunikasi interpersonal seringkali dipergunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif, yaitu agar orang lain (komunikan) bersedia menerima suatu paham atau keyakinan melakukan suatu perbuatan atau kegiatan. Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan pada hakekatnya mencakup dua aspek, yaitu “to give authority to and to give ability to or enable.” Dalam pengertian pertama, pemberdayaan memiliki makna memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan dan mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Dalam pengertian kedua, pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan (Friedman, 1992). 15 Friedman (1992) selanjutnya mengungkapkan bahwa pemberdayaan dimaknai sebagai mendapatkan kekuatan (power) dan mengaitkannya dengan kemampuan golongan miskin untuk mendapatkan akses ke sumber daya-sumber daya yang menjadi dasar dari kekuasaan dalam suatu sistem organisasi. Akses tersebut digunakan untuk mencapai kemandirian dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian golongan miskin dapat mengorganisasikan kemampuan dan potensi yang dimiliki untuk menentukan, merencanakan dan melaksanakan apa yang menjadi keputusan kolektifnya. Shardlow (1998) melihat bahwa pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginannya. Pemberdayaan selain dilihat dari bidangnya, dapat pula dilihat dari sisi keberadaannya sebagai suatu program ataupun sebagai suatu proses. Sebagai suatu program, pemberdayaan dilihat tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai tujuan yang sudah ditentukan jangka waktunya. Konsekuensinya apabila program selesai, maka dianggap pemberdayaan sudah selesai dilakukan. Hal seperti ini banyak terjadi dengan sistem pembangunan berdasarkan proyek yang banyak dikembangkan oleh lembaga-lembaga pemerintah, dimana proyek yang satu dengan yang lainnya kadangkala tidak berhubungan, bahkan tidak saling mengetahui apa yang sedang dikerjakan oleh bagian yang lain, meskipun itu dalam satu lembaga yang sama (Adi, 2002). Pemberdayaan sebagai suatu program harus tetap direncanakan secara serius dan lebih memfokuskan pada upaya-upaya yang membuat masyarakat agar lebih pandai, mampu mengembangkan komunikasi di antaranya, sehingga pada akhirnya dapat berdiskusi secara konstruktif dan mengatasi permasalahan yang ada. Sebagai proses, pemberdayaan merupakan proses berkesinambungan sepanjang hidup seseorang. Hogan dalam Adi (2002) menggambarkan proses pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai siklus yang terdiri dari lima (5) tahapan, yaitu : 1. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan memberdayakan (recall depowering/empowering experiences). dan tidak 16 2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan pentidakberdayaan (discuss reasons for empowerment/depowerment). 3. Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek (identity one problem or project). 4. Mengidentifikasi basis daya yang bermakna (identity usefull power bases). 5. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya (develop and implement action plans). Konteks kesejahteraan sosial, upaya pemberdayaan terkait dengan upaya peningkatan taraf hidup masyarakat dari suatu tingkatan menuju ke tingkatan yang lebih baik. Tentunya dengan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan suatu komunitas menjadi kurang berdaya (depowerment). Pemberdayaan masyarakat (empowerment of society) merupakan bagian dari pemberdayaan SDM (empowerment of human resources). Konsep pemberdayaan dalam pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Pemberdayaan diletakan pada kekuatan tingkat individu dan sosial. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usahanya sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan, serta sumber lainnya. Pemberdayaan masyarakat merupakan satu proses yang berkaitan dengan hakikat dari kemampuan, serta hubungan antar individu atau lapisan sosial yang lain. Pada dasarnya setiap individu dan kelompok memiliki daya, akan tetapi kadar daya itu berbeda satu dengan yang lainnya. Pemberdayaan merupakan kemampuan dan daya (flow of power) dari pemberi kuasa, atas kebebasan, dan pengakuan dari subyek ke obyek dengan memberinya kesempatan untuk meningkatkan hidupnya dengan memakai sumber yang ada merupakan salah satu manifestasi dari mengenali daya tersebut. Pada akhirnya, kemampuan individu untuk dapat mewujudkan harapannya dengan diberi pengakuan oleh subjek merupakan bukti bahwa individu dan kelompok tersebut memiliki daya. Community development (comdev) merupakan salah satu strategi dalam pembangunan sosial. Menurut Carry dalam Hasim dan Remiswal (2009), bahwa comdev pada hakekatnya adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh warga 17 komunitas untuk bekerjasama yang diarahkan pada masa depan komunitas itu sendiri. Unsur-unsur penting yang terkandung dalam pengertian comdev adalah : 1. Komunitas sebagai suatu unit kegiatan. Pemahaman komunitas mengacu pada orang-orang yang hidup bersama dalam suatu tempat, berhubungan satu sama lainnya, saling berbagi minat, kepentingan dan nilai-nilai. 2. Adanya inisiatif komunitas setempat dan unsur kepemimpinan sebagai sumber. Pemimpin pelaksana suatu proses comdev harus berasal dari dalam komunitas itu sendiri. Apabila tidak ada maka diambil dari luar dan diberi latihan kepemimpinan, agar pelaksanaan comdev dapat berhasil. 3. Menggunakan sumber-sumber internal dan eksternal. Dalam unsur ini yang perlu diperhatikan adanya kemungkinan bahwa sumber-sumber yang perlu diperhatikan komunitas berada di luar komunitas itu sendiri. Untuk itu, diperlukan berbagai bentuk bantuan yang akan mempermudah komunitas dalam menjangkau sumber eksternal tersebut. 4. Adanya partisipasi menyeluruh, ditandai dengan adanya pemberian kesempatan kepada seluruh golongan dan kelompok komunitas untuk mengambil peran dalam pembangunan. 5. Adanya pendekatan yang terorganisasi dan komprehensif sebagai usaha untuk melibatkan seluruh komunitas. 6. Adanya penyelesaian atau pelaksanaan tugas yang demokratis dan rasional. Comdev dapat dipahami secara luas maupun sempit. Menurut Taliziduhu dalam Hasim dan Remiswal (2009), pengertian luas comdev merupakan perubahan sosial berencana, dimana sasarannya adalah perbaikan dan peningkatan bidang ekonomi, teknologi dan bahkan sosial dan politik. Pengertian yang sempit, comdev diartikan sebagai perubahan berencana di lokalisasi tertentu, seperti kampung, desa dan kota. Comdev dikaitkan dengan berbagai kegiatan atau program yang langsung berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan dan pengurusan kepentingan lokalisasi atau komunitas setempat sepanjang mampu dikelola oleh komunitas itu sendiri. Comdev merupakan salah satu metode pekerjaan sosial yang bekerja dengan komunitas dan melibatkan partisipasi aktif dari komunitas, terutama komunitas lokal dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah-masalah yang 18 dihadapi dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia di dalamnya. Sejalan dengan itu comdev juga merupakan strategi untuk mencapai keadaan, dimana terjadi peningkatan keberdayaan dan mutu kehidupan (Suharto dalam Hasim dan Remiswal, 2009). Strategi comdev menurut Suharto dalam Hasim dan Remiswal (2009) mampu menjalankan lima (5) fungsi pemberdayaan berikut : 1. Pemungkin (enabling), adalah menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan segenap potensi komunitas berkembang secara optimal. Proses comdevt harus mampu membebaskan penduduk dari sekat-sekat struktural dan struktural yang menghambat. 2. Pemberdayaan (empowering), adalah memperkuat pengetahuan dan kemampuan komunitas dalam memecahkan masalah, serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. 3. Perlindungan (protecting), adalah melindungi komunitas dari ketertindasan dan persaingan yang tidak sehat. Artinya pemberdayan yang dilakukan diarahkan pada penghapusan diskriminasi dan dominasi yang merugikan komunitas. 4. Penyokong (supporting), adalah upaya memberikan bimbingan dan bantuan agar komunitas mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Comdev sebagai upaya pemberdayaan harus mampu menyokong komunitas agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan. 5. Pemeliharaan (fostering), adalah memelihara kondisi kondusif agar terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam komunitas. Dalam hal ini, usaha yang dilakukan harus mampu menjamin keserasian, keharmonisan dan keseimbangan yang memungkinkan segenap komunitas memperoleh kesempatan yang sama. Faktor Internal dan Eksternal yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Faktor internal yang mempengaruhi efektivitas komunikasi adalah karakteristik personal atau karakteristik individu, karakteristik demografi dan karakteristik psikografi. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi 19 efektivitas komunikasi adalah gangguan komunikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Gibson dan Ivancevich (1997) terdapat sejumlah hambatan komunikasi yang menyebabkan komunikasi tidak efektif, diantaranya perbedaan frame of references dan frame of experiences di antara komunikator dan komunikan, informasi yang terlalu banyak (overload information), stereotype, perbedaan status, bahasa kelompok, gangguan, perbedaan persepsi dan faktor bahasa. Lionberger dan Gwin (1982) mengungkapkan bahwa peubah-peubah yang penting dalam mengkaji masyarakat lokal diantaranya adalah peubah karakteristik individu. Dijelaskan bahwa karakteristik anggota masyarakat, kelompok pada dasarnya merupakan karakteristik individu. Karakteristik individu meliputi; umur, tingkat pendidikan dan ciri psikologis. Anwar (1982) dalam disertasinya menyatakan bahwa karakteristik individu yang patut diperhatikan adalah : umur, pendidikan formal, luas garapan, sikap terhadap inovasi, dan tingkat pengetahuan. Kotler (1980) menyebutkan karakteristik demografi, meliputi umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, pendidikan, agama, ras, tingkat sosial dan kebangsaan. Penelitian Ichwanudin (1998) mengungkapkan bahwa status sosial ekonomi, seperti umur, Pendidikan formal, pendidikan non formal dan tingkat pendapatan berhubungan erat dengan perilaku komunikasi. Soekartawi (2005), kecepatan adopsi inovasi ditentukan oleh faktor internal petani dan faktor eksternal yang terkait dengan kegiatan usaha tani, dimana teknologi tersebut digunakan. Karakteristik individu petani adalah, ciriciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang yang ditampilkan melalui pola pikir, sikap dan tindakan terhadap lingkungan hidupnya berdasarkan karakteristik internal petani sebagai adopter. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Posdaya merupakan salah satu upaya pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan dan peningkatan mutu SDM. Program Posdaya adalah salah satu bentuk pengabdian IPB terhadap masyarakat sekitar yang tertuang dalam Tridarma PT. Untuk itu Pusat Pemberdayaan Sumber daya Manusia (P2SDM) LPPM bekerjasama dengan Yayasan Damandiri membangun dan mengembangkan Posdaya di wilayah-wilayah yang memiliki tingkat kemiskinan, baik di tingkat desa, dusun, atau RW. Posdaya merupakan forum informasi, pendidikan dan pemberdayaan, serta penyegaran partisipasi masyarakat secara mandiri. Posdaya merupakan program-program yang mendukung penyegaran hidup gotong royong, mampu memberikan tambahan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilanserta mendorong dalam pemantapan fungsi-fungsi keluarga. Fungsifungsi keluarga tersebut adalah fungsi agama, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi sosial budaya, fungsi ekonomi atau wirausaha dan fungsi lingkungan (Suyono dan Haryanto, 2009). Sasaran akhir Posdaya adalah membentuk manusia-manusia yang bermutu dan sejahtera. Posdaya menggunakan keluarga sebagai ujung tombak untuk memperbaiki pendidikan, kesehatan dan ekonomi masyarakat dengan pilar keswadayaan dan kemandirian sebagai semangat kerjanya. Posdaya mewadahi kegiatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan inti kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Komunikasi merupakan alat yang digunakan dalam penyampaian programprogram yang diselenggarakan khususnya Posdaya. Peran komunikasi sangat penting, hal ini dapat dilihat dari efektivitas komunikasinya dimana kemampuan SDM sebagai pelaksana dan penerima program-program, serta metode komunikasi yang digunakan. Posdaya diterapkan dengan dilakukan sosialisasi terlebih dahulu pada masyarakat. Komunikasi merupakan alat utama untuk menyampaikan kegiatan-kegiatan dalam Posdaya. Komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang dimaksud oleh pengirim (sumber) menghasilkan kesamaan 22 makna yang ditangkap oleh penerima. Keefektivan komunikasi dapat melihat sejauhmana tingkat keberdayaan masyarakat pada program Posdaya. Komunikator yang efektif dalam menyampaikan suatu program harus mempertimbangkan tiga hal, pertama pengurus harus mempunyai pengetahuan yang memadai, baik tentang metode Posdaya sebagai pesan maupun masyarakat sebagai penerima pesan (sasaran), kedua pengurus Posdaya harus mampu mengembangkan sikap positif terhadap dirinya sendiri, metode Posdaya, dan masyarakat, terakhir pengurus Posdaya perlu memiliki berbagai keterampilan berkomunikasi, seperti berbicara antar personal, berbicara di depan publik, menulis, memperagakan, maupun keterampilan lainnya. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka peubah-peubah diteliti untuk menjelaskan efektivitas komunikasi pada program Posdaya adalah metode komunikasi, media yang digunakan, kredibilitas SDM, kesesuaian materi, dan sarana prasarana. Komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang dimaksud oleh pengirim (sumber) menghasilkan kesamaan makna dengan yang ditangkap oleh penerima. Efektivitas komunikasi dalam penelitian ini diukur dengan indikator tingkat kemandirian masyarakat dari segi kognitif, afektif dan konatif. Kerangka alur pikir mengenai penelitian efektivitas komunikasi dapat dilihat pada Gambar 1. 23 Faktor Internal (X1) • Umur • Pendidikan formal • Pendidikan nonformal • Usaha/ pekerjaan • Pendapatan keluarga • Kosmopolitan Proses Sosialisasi (Y1) • Metode komunikasi • Media yang digunakan • Kredibilitas SDM • Kesesuaian materi pemberdayaan • Sarana dan prasarana Faktor Eksternal (X2) • Bidang kesehatan • Bidang Pendidikan • Bidang ekonomi Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Efektivitas Komunikasi (Y2) • Kognitif • Afektif • Konatif 24 Hipotesis Berdasarkan kerangka penelitian di atas, dibuat hipotesis berikut: H1 : Terdapat hubungan nyata antara faktor internal dengan proses sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB. H2 : Terdapat hubungan nyata antara faktor eksternal dengan proses sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB. H3 : Terdapat hubungan nyata antara proses sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB dengan efektivitas komunikasi.