Efektivitas komunikasi dalam sosialisasi kegiatan

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Efektivitas Komunikasi
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian
suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang
terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian
Ruben dan Stewart (1988) mengenai komunikasi manusia yaitu: Human
communication is the process through which individuals–in relationships, groups,
organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the
environment and one another. Komunikasi manusia adalah proses yang
melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan
masyarakat yang merespons dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan
lingkungan satu sama lain.
Komunikasi merupakan proses dimana dua orang atau lebih melakukan
suatu pertukaran informasi yang pada gilirannya terjadi kesepakatan dan
hubungan yang mendalam (Prodjosaputro, 1978). Ini menjelaskan hakekat
hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi (pesan), setelah itu
diharapkan perubahan sikap, tingkah laku dan kebersamaan dalam menciptakan
saling pengertian diantara orang-orang yang ikut pada proses komunikasi
(Wursanto, 1987).
Wenburg dan Wilmot dalam Mulyana (2007) mengkategorikan definisidefinisi tentang komunikasi dalam tiga konseptual, yaitu :
1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah.
Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari
seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik
secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran),
surat kabar, majalah, radio atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai
proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatap
muka, namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik
(pidato) yang tidak melibatkan tanya jawab. Pemahaman komunikasi dalam
konsep ini, sebagai definisi berorientasi-sumber. Definisi seperti ini
mengisyaratkan komunikasi semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan
seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons
8
orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang
disengaja
untuk
menyampaikan
pesan
demi
memenuhi
kebutuhan
komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuk
untuk melakukan sesuatu.
2. Komunikasi sebagai interaksi.
Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat
atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan,
baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi
jawaban verbal atau nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah
menerima respons atau umpan-balik dari orang kedua dan begitu seterusnya.
Contoh definisi komunikasi dalam konsep ini, Shannon dan Weaver dalam
Wiryanto (2005), komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas
pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan,
seni dan teknologi.
3. Komunikasi sebagai transaksi.
Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang
secara sinambungan mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Berdasarkan
pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai
komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap saat
mereka bertukar pesan verbal dan atau pesan nonverbal.
Effendy (2000) menyatakan komunikasi adalah proses penyampaian pesan
dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi dilakukan oleh seseorang
kepada orang lain, dengan tujuan agar orang lain tersebut mengetahui dan
mempunyai makna yang sama tentang hal yang dikomunikasikan, sehingga orang
tersebut dapat menerima dan melaksanakan pesan yang disampaikan. Untuk itu,
diantara orang-orang yang berkomunikasi harus tercapai kesamaan pengertian.
Apabila kesamaan pengertian tidak tercapai, maka dapat dikatakan komunikasi
tidak terjadi (Effendy, 2000)
Proses penyampaian pesan melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang
digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi dan sebagainya.
Penyampaian pesan efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi cara
9
seseorang mengirim dan menerima berita sangat tergantung pada keterampilan
tertentu (membaca, menulis, berbicara, dan lain-lain).
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapainya yang telah
ditetapkan. Effendy (2001) menyatakan bahwa komunikasi dapat dikatakan
efektif, jika dapat menimbulkan dampak seperti (1) kognitif, yaitu meningkatnya
pengetahuan komunikan; (2) afektif, yaitu perubahan sikap dan pandangan
komunikan, karena hatinya tergerak akibat komunikasi; dan (3) konatif, yaitu
perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Efek pada arah
kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Pada
afektif meliputi efek yang berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap;
sedangkan efek pada konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk
melakukan sesuatu dengan cara tertentu (Jahi, 1988).
Suatu komunikasi dikatakan efektif, apabila komunikator berhasil
menyampaikan apa yang dimaksudkannya kepada komunikan (penerima).
Komunikasi dinilai efektif bila stimuli yang disampaikan dan dimaksudkan oleh
pengirim pesan berkaitan erat (identik) dengan stimuli yang ditangkap dan
dipahami oleh penerima pesan.
Apabila S melambangkan sumber atau pengirim pesan dan R adalah
penerima pesan, komunikasi dinyatakan mulus apabila keinginan S identik dengan
respons yang diberikan R (Goyer, 1970). Penerimaan pesan yang sempurna
sebagaimana yang dimaksudkan pengirim pesan kenyataannya sangat sulit
tercapai bahkan tidak pernah terjadi, paling-paling hanya dapat dihampiri saja
(Goyer, 1970). Persamaannya digambarkan sebagai berikut :
r makna yang di yang di tan gkap penerima
=
=1
makna yang dim aksud pengirim
s
Semakin besar kaitan antara respons yang diberikan oleh penerima dengan
pesan yang disampaikan oleh pengirim berarti semakin efektif komunikasi yang
dilakukan. Nilai R/S = 0 terjadi apabila respons yang diterima dari penerima tidak
ada kaitannya dengan pesan yang disampaikan oleh pengirim. Komunikasi
dikatakan efektif apabila pesan yang dimaksud oleh pengirim berkaitan erat
dengan pesan yang diterima oleh penerima.
10
Menurut Tubb dan Moss (2000) ada lima (5) hal yang menjadikan ukuran
bagi komunikasi efektif, yaitu pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap,
hubungan yang makin baik dan tindakan.
1. Pemahaman
Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan stimuli
seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan (komunikator) dan dikatakan
efektif, bila penerima (komunikan) memperoleh pemahaman yang cermat atas
pesan yang disampaikan.
2. Kesenangan
Komunikasi tidak semua ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu,
karena adakalanya berkomunikasi hanya sekedar untuk bertegur sapa dan
menimbulkan kebahagiaan bersama.
3. Mempengaruhi sikap
Tindakan mempengaruhi orang lain dan berusaha agar orang lain memahami
ucapan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Pada waktu menentukan
tingkat keberhasilan berkomunikasi ternyata kegagalan dalam mengubah sikap
orang lain belum tentu karena orang lain tersebut tidak memahami apa yang
dimaksud. Dalam hal ini kegagalan dalam mengubah pandangan seseorang
jangan disamakan dengan kegagalan dalam meningkatkan pemahaman, karena
memahami dan menyetujui adalah dua hal yang sama sekali berlainan.
4. Memperbaiki hubungan
Komunikasi yang dilakukan dalam suasana psikologis yang positif dan penuh
kepercayaan akan sangat membantu terciptanya komunikasi yang efektif.
Apabila hubungan manusia dibayang-bayangi oleh ketidakpercayaan, maka
pesan yang disampaikan oleh komunikator yang paling kompeten dapat
mengubah makna.
5. Tindakan
Mendorong orang lain untuk melakukan tindakan sesuai dengan yang
diinginkan, merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi.
11
Lebih mudah mengusahakan agar pesan dapat dipahami orang lain daripada
mengusahakan agar pesan tersebut disetujui sebagai tindakan “feedback” dari
komunikasi paling tinggi yang diharapkan oleh pemberi pesan.
Schramm dan Kincaid (1977) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil
(terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator
cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan
pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh
komunikan. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang
pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, apabila
bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman
komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.
Effendy (2000) mengatakan supaya terjadi komunikasi yang efektif,
komponen-komponen komunikasi perlu diperhatikan, mulai dari komunikator,
pesan, saluran dan komunikan sebagai sasaran komunikasi. Rincian unsur-unsur
tersebut sebagai berikut :
1. Komunikator
Faktor penting pada diri komunikator dalam melancarkan komunikasi adalah
daya tarik dan kredibilitas. Seorang komunikator akan mampu mengubah
sikap, opini dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik. Apabila
komunikan merasa ada kesamaan dengan komunikator, maka komunikan
bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Adapun
kredibilitas berhubungan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang
komunikator. Dengan kata lain, seorang komunikator akan mendapat
kepercayaan, apabila membahas suatu persoalan sesuai dengan profesi atau
keahliannya. Faktor heteropily dapat menyebabkan komunikasi menjurus ke
komunikasi yang tidak efektif.
2. Pesan
Pesan komunikasi terdiri dari isi pesan dan lambang. Isi pesan komunikasi
dapat satu, tetapi lambang yang digunakan dapat bermacam-macam, lambang
yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Oleh karena
itu, komunikasi bahasa memegang peranan sangat penting. Tanpa penguasaan
12
bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun baiknya tidak akan dapat
dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat.
3. Saluran
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan untuk sampai kepada
komunikan (sasaran). Media komunikasi banyak macamnya dalam mencapai
sasaran komunikasi, yaitu dengan cara memilih salah satu atau gabungan dari
beberapa media. Pemilihan media tergantung pada tujuan yang akan dicapai,
pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan digunakan. Masing-masing
media komunikasi mempunyai kelebihan dan kekurangan.
4. Komunikan
Pengenalan komunikan merupakan ketentuan utama yang harus dilaksanakan
oleh komunikator dalam komunikasi. Ditinjau dari komponen komunikan,
seseorang dapat dan akan menerima pesan kalau terdapat empat kondisi secara
simultan berikut :
a. Komunikan benar-benar dapat mengerti pesan komunikasi.
b. Pada saat mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa keputusannya
sesuai dengan tujuan.
c. Pada saat mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa keputusannya itu
bersangkutan dengan kepentingan pribadinya.
d. Komunikan mampu untuk menepatinya, baik secara mental maupun secara
fisik.
Metode komunikasi adalah cara penyampaian informasi secara timbal balik
yang digolongkan ke dalam komunikasi antar individu (interpersonal) dan
komunikasi kelompok. DeVito (1997) mengelompokkan komunikasi ke dalam
tujuh bentuk komunikasi, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Intrapersonal komunikasi atau komunikasi dengan diri sendiri. Beberapa
tujuan yang lazim dalam komunikasi intrapersonal adalah berpikir, melakukan
penalaran, menganalisis dan merenung. Dalam komunikasi intrapersonal
tersebut dikembangkan teori-teori tentang konsep diri. Konsep komunikasi
intrapersonal yang berhubungan dengan keterampilan, antara lain memperkuat
diri, meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan kemampuan memecahkan
13
masalah dan menganalisis masalah, meningkatkan pengendalian diri,
mengurangi stress, mengatasi konflik, dan lain-lain.
2. Interpersonal komunikasi atau komunikasi antar pribadi. Tujuannya untuk
mengenal, berhubungan, membantu, dan lain-lain. Beberapa teori yang
diaplikasikan dalam konsep komunikasi ini antara lain mengapa orang
mengembangkan hubungan ? Apa yang menyatukan sahabat, kerabat, keluarga
dan apa yang memisahkannya ? Bagaimana hubungan dapat diperbaiki.
Aplikasi keterampilan dari konsep komunikasi ini adalah meningkatkan
efektivitas komunikasi satu lawan satu, mengembangkan dan memelihara
hubungan yang efektif, meningkatkan kemampuan penyelesaian konflik.
3. Komunikasi kelompok kecil. Bertujuan berbagi informasi, mengembangkan
gagasan, memecahkan masalah, membantu. Teori yang dapat diaplikasikan
adalah apa yang membuat seseorang menjadi pemimpin ? Tipe kepemimpinan
mana yang paling berhasil? Apa peran anggota kelompok ? Apa yang berhasil
dikerjakan kelompok ? dan Apa yang gagal dilakukan kelompok ? Bagaimana
kelompok dapat dibuat lebih efektif ? Keterampilan yang diperlukan dalam
komunikasi kelompok kecil adalah meningkatkan efektivitas sebagai anggota
kelompok, meningkatkan kemampuan sebagai pemimpin, dan lain-lain.
4. Komunikasi organisasi atau komunikasi dalam suatu organisasi formal.
Tujuannya meningkatkan produktivitas, meningkatkan semangat kerja,
memberi informasi dan meyakinkan. Hal yang menyangkut teori adalah apa
yang membuat organisasi efektif, apa kebutuhan yang harus dipenuhi
organisasi, bagaimana komunikasi organisasi dapat ditingkatkan. Sedangkan
hal-hal yang berhubungan dengan keterampilan adalah meningkatkan efesiensi
komunikasi ke atas dan ke bawah, serta lateral, menggunakan komunikasi
untuk meningkatkan semangat kerja, dan lain-lain.
5. Komunikasi dengan publik atau khalayak. Tujuannya memberi informasi,
mempengaruhi dan menghibur. Hal yang menyangkut teori adalah bagaimana
khalayak dapat dianalisis dan diadaptasi secara efektif. Keterampilan yang
diperlukan adalah mengkomunikasikan informasi secara lebih efektif,
meningkatkan kemampuan persuasif, mengembangkan, mengorganisasikan,
dan lain-lain.
14
6. Komunikasi antar budaya atau komunikasi antar orang dari budaya yang
berbeda. Tujuannya mengenal, berhubungan, mempengaruhi, bermain dan
membantu. Teori yang dikembangkan adalah bagaimana budaya yang berbeda
memandang komunikasi, apa yang menghambat komunikasi bermakna diantara
orang-orang yang budayanya berlainan. Dalam hal ini diperlukan kemampuan
menghindari hambatan-hambatan utama dalam komunikasi antar budaya.
7. Komunikasi massa atau komunikasi yang diarahkan kepada khalayak yang
sangat luas. Tujuannya untuk menghibur, meyakinkan, mengukuhkan status,
mengubah, mengaktifkan, memberi informasi dan menciptakan rasa persatuan.
Teori yang dikembangkan adalah apa fungsi yang dijalankan media dan
bagaimana media mempengaruhi kita, bagaimana kita dapat mempengaruhi
media, dengan cara apa informasi disensor oleh media. Hal-hal yang
berhubungan dengan keterampilan komunikasi bermedia massa adalah
meningkatkan kemampuan menggunakan media agar lebih efektif.
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi
interpersonal dinilai lebih efektif dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan,
opini, dan perilaku komunikan. Alasannya komunikasi interpersonal berlangsung
secara tatap-muka (face to face), sehingga terjadi kontak pribadi dan umpan balik
berlangsung seketika. Komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan
komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Komunikasi interpersonal
seringkali dipergunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif, yaitu agar
orang lain (komunikan) bersedia menerima suatu paham atau keyakinan
melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan pada hakekatnya mencakup dua aspek, yaitu “to give
authority to and to give ability to or enable.” Dalam pengertian pertama,
pemberdayaan memiliki makna memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan dan
mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Dalam pengertian kedua, pemberdayaan
diartikan sebagai upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan (Friedman,
1992).
15
Friedman (1992) selanjutnya mengungkapkan bahwa pemberdayaan
dimaknai sebagai mendapatkan kekuatan (power) dan mengaitkannya dengan
kemampuan golongan miskin untuk mendapatkan akses ke sumber daya-sumber
daya yang menjadi dasar dari kekuasaan dalam suatu sistem organisasi. Akses
tersebut digunakan untuk mencapai kemandirian dalam pengambilan keputusan.
Dengan demikian golongan miskin dapat mengorganisasikan kemampuan dan
potensi yang dimiliki untuk menentukan, merencanakan dan melaksanakan apa
yang menjadi keputusan kolektifnya.
Shardlow (1998) melihat bahwa pemberdayaan pada intinya membahas
bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol
kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan
sesuai keinginannya. Pemberdayaan selain dilihat dari bidangnya, dapat pula
dilihat dari sisi keberadaannya sebagai suatu program ataupun sebagai suatu
proses. Sebagai suatu program, pemberdayaan dilihat tahapan-tahapan kegiatan
guna mencapai tujuan yang sudah ditentukan jangka waktunya. Konsekuensinya
apabila program selesai, maka dianggap pemberdayaan sudah selesai dilakukan.
Hal seperti ini banyak terjadi dengan sistem pembangunan berdasarkan proyek
yang banyak dikembangkan oleh lembaga-lembaga pemerintah, dimana proyek
yang satu dengan yang lainnya kadangkala tidak berhubungan, bahkan tidak
saling mengetahui apa yang sedang dikerjakan oleh bagian yang lain, meskipun
itu dalam satu lembaga yang sama (Adi, 2002).
Pemberdayaan sebagai suatu program harus tetap direncanakan secara serius
dan lebih memfokuskan pada upaya-upaya yang membuat masyarakat agar lebih
pandai, mampu mengembangkan komunikasi di antaranya, sehingga pada
akhirnya dapat berdiskusi secara konstruktif dan mengatasi permasalahan yang
ada. Sebagai proses, pemberdayaan merupakan proses berkesinambungan
sepanjang hidup seseorang. Hogan dalam Adi (2002) menggambarkan proses
pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai siklus yang terdiri dari lima (5)
tahapan, yaitu :
1. Menghadirkan
kembali
pengalaman
yang
memberdayakan
memberdayakan (recall depowering/empowering experiences).
dan
tidak
16
2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan pentidakberdayaan
(discuss reasons for empowerment/depowerment).
3. Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek (identity one problem or
project).
4. Mengidentifikasi basis daya yang bermakna (identity usefull power bases).
5. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya (develop
and implement action plans).
Konteks kesejahteraan sosial, upaya pemberdayaan terkait dengan upaya
peningkatan taraf hidup masyarakat dari suatu tingkatan menuju ke tingkatan yang
lebih baik. Tentunya dengan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan suatu
komunitas menjadi kurang berdaya (depowerment). Pemberdayaan masyarakat
(empowerment of society) merupakan bagian dari pemberdayaan SDM
(empowerment of human resources). Konsep pemberdayaan dalam pembangunan
masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja
dan keadilan. Pemberdayaan diletakan pada kekuatan tingkat individu dan sosial.
Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui
kemandiriannya, bahkan merupakan keharusan untuk lebih diberdayakan melalui
usahanya sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan, serta sumber lainnya.
Pemberdayaan masyarakat merupakan satu proses yang berkaitan dengan
hakikat dari kemampuan, serta hubungan antar individu atau lapisan sosial yang
lain. Pada dasarnya setiap individu dan kelompok memiliki daya, akan tetapi
kadar daya itu berbeda satu dengan yang lainnya. Pemberdayaan merupakan
kemampuan dan daya (flow of power) dari pemberi kuasa, atas kebebasan, dan
pengakuan dari subyek ke obyek dengan memberinya kesempatan untuk
meningkatkan hidupnya dengan memakai sumber yang ada merupakan salah satu
manifestasi dari mengenali daya tersebut. Pada akhirnya, kemampuan individu
untuk dapat mewujudkan harapannya dengan diberi pengakuan oleh subjek
merupakan bukti bahwa individu dan kelompok tersebut memiliki daya.
Community development (comdev) merupakan salah satu strategi dalam
pembangunan sosial. Menurut Carry dalam Hasim dan Remiswal (2009), bahwa
comdev pada hakekatnya adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh warga
17
komunitas untuk bekerjasama yang diarahkan pada masa depan komunitas itu
sendiri. Unsur-unsur penting yang terkandung dalam pengertian comdev adalah :
1. Komunitas sebagai suatu unit kegiatan. Pemahaman komunitas mengacu pada
orang-orang yang hidup bersama dalam suatu tempat, berhubungan satu sama
lainnya, saling berbagi minat, kepentingan dan nilai-nilai.
2. Adanya inisiatif komunitas setempat dan unsur kepemimpinan sebagai sumber.
Pemimpin pelaksana suatu proses comdev harus berasal dari dalam komunitas
itu sendiri. Apabila tidak ada maka diambil dari luar dan diberi latihan
kepemimpinan, agar pelaksanaan comdev dapat berhasil.
3. Menggunakan sumber-sumber internal dan eksternal. Dalam unsur ini yang
perlu diperhatikan adanya kemungkinan bahwa sumber-sumber yang perlu
diperhatikan komunitas berada di luar komunitas itu sendiri. Untuk itu,
diperlukan berbagai bentuk bantuan yang akan mempermudah komunitas
dalam menjangkau sumber eksternal tersebut.
4. Adanya partisipasi menyeluruh, ditandai dengan adanya pemberian kesempatan
kepada seluruh golongan dan kelompok komunitas untuk mengambil peran
dalam pembangunan.
5. Adanya pendekatan yang terorganisasi dan komprehensif sebagai usaha untuk
melibatkan seluruh komunitas.
6. Adanya penyelesaian atau pelaksanaan tugas yang demokratis dan rasional.
Comdev dapat dipahami secara luas maupun sempit. Menurut Taliziduhu
dalam Hasim
dan Remiswal (2009), pengertian luas comdev merupakan
perubahan sosial berencana, dimana sasarannya adalah perbaikan dan peningkatan
bidang ekonomi, teknologi dan bahkan sosial dan politik. Pengertian yang sempit,
comdev diartikan sebagai perubahan berencana di lokalisasi tertentu, seperti
kampung, desa dan kota. Comdev
dikaitkan dengan berbagai kegiatan atau
program yang langsung berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan dan
pengurusan kepentingan lokalisasi atau komunitas setempat sepanjang mampu
dikelola oleh komunitas itu sendiri.
Comdev merupakan salah satu metode pekerjaan sosial yang bekerja dengan
komunitas dan melibatkan partisipasi aktif dari komunitas, terutama komunitas
lokal dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah-masalah yang
18
dihadapi dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia di dalamnya. Sejalan
dengan itu comdev juga merupakan strategi untuk mencapai keadaan, dimana
terjadi peningkatan keberdayaan dan mutu kehidupan (Suharto dalam Hasim dan
Remiswal, 2009).
Strategi comdev menurut Suharto dalam Hasim dan Remiswal (2009)
mampu menjalankan lima (5) fungsi pemberdayaan berikut :
1. Pemungkin (enabling), adalah menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan segenap potensi komunitas berkembang secara optimal.
Proses comdevt harus mampu membebaskan penduduk dari sekat-sekat
struktural dan struktural yang menghambat.
2. Pemberdayaan
(empowering),
adalah
memperkuat
pengetahuan
dan
kemampuan komunitas dalam memecahkan masalah, serta memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
3. Perlindungan (protecting), adalah melindungi komunitas dari ketertindasan
dan persaingan yang tidak sehat. Artinya pemberdayan yang dilakukan
diarahkan pada penghapusan diskriminasi dan dominasi yang merugikan
komunitas.
4. Penyokong (supporting), adalah upaya memberikan bimbingan dan bantuan
agar komunitas mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya.
Comdev sebagai upaya pemberdayaan harus mampu menyokong komunitas
agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan
terpinggirkan.
5. Pemeliharaan (fostering), adalah memelihara kondisi kondusif agar terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
komunitas. Dalam hal ini, usaha yang dilakukan harus mampu menjamin
keserasian, keharmonisan dan keseimbangan yang memungkinkan segenap
komunitas memperoleh kesempatan yang sama.
Faktor Internal dan Eksternal yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi
Faktor internal yang mempengaruhi efektivitas komunikasi adalah
karakteristik personal atau karakteristik individu, karakteristik demografi dan
karakteristik psikografi. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi
19
efektivitas komunikasi adalah gangguan komunikasi. Sebagaimana dikemukakan
oleh Gibson dan Ivancevich (1997) terdapat sejumlah hambatan komunikasi yang
menyebabkan komunikasi tidak efektif, diantaranya perbedaan frame of
references dan frame of experiences di antara komunikator dan komunikan,
informasi yang terlalu banyak (overload information), stereotype, perbedaan
status, bahasa kelompok, gangguan, perbedaan persepsi dan faktor bahasa.
Lionberger dan Gwin (1982) mengungkapkan bahwa peubah-peubah
yang penting dalam mengkaji masyarakat lokal diantaranya adalah peubah
karakteristik individu. Dijelaskan bahwa karakteristik anggota masyarakat,
kelompok pada dasarnya merupakan karakteristik individu. Karakteristik individu
meliputi; umur, tingkat pendidikan dan ciri psikologis.
Anwar (1982) dalam disertasinya menyatakan bahwa karakteristik
individu yang patut diperhatikan adalah : umur, pendidikan formal, luas garapan,
sikap terhadap inovasi, dan tingkat pengetahuan. Kotler (1980) menyebutkan
karakteristik demografi, meliputi umur, jenis kelamin, ukuran keluarga,
pendidikan, agama, ras, tingkat sosial dan kebangsaan. Penelitian Ichwanudin
(1998) mengungkapkan bahwa status sosial ekonomi, seperti umur, Pendidikan
formal, pendidikan non formal dan tingkat pendapatan berhubungan erat dengan
perilaku komunikasi. Soekartawi (2005), kecepatan adopsi inovasi ditentukan oleh
faktor internal petani dan faktor eksternal yang terkait dengan kegiatan usaha tani,
dimana teknologi tersebut digunakan. Karakteristik individu petani adalah, ciriciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang yang ditampilkan melalui pola
pikir, sikap dan tindakan terhadap lingkungan hidupnya berdasarkan karakteristik
internal petani sebagai adopter.
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kerangka Pemikiran
Posdaya merupakan salah satu upaya pengentasan kemiskinan melalui
pemberdayaan dan peningkatan mutu SDM. Program Posdaya adalah salah satu
bentuk pengabdian IPB terhadap masyarakat sekitar yang tertuang dalam
Tridarma PT. Untuk itu Pusat Pemberdayaan Sumber daya Manusia (P2SDM)
LPPM
bekerjasama
dengan
Yayasan
Damandiri
membangun
dan
mengembangkan Posdaya di wilayah-wilayah yang memiliki tingkat kemiskinan,
baik di tingkat desa, dusun, atau RW. Posdaya merupakan forum informasi,
pendidikan dan pemberdayaan, serta penyegaran partisipasi masyarakat secara
mandiri. Posdaya merupakan program-program yang mendukung penyegaran
hidup gotong royong, mampu memberikan tambahan bekal ilmu pengetahuan dan
keterampilanserta mendorong dalam pemantapan fungsi-fungsi keluarga. Fungsifungsi keluarga tersebut adalah fungsi agama, fungsi cinta kasih, fungsi
perlindungan, fungsi reproduksi dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi sosial
budaya, fungsi ekonomi atau wirausaha dan fungsi lingkungan (Suyono dan
Haryanto, 2009).
Sasaran akhir Posdaya adalah membentuk manusia-manusia yang bermutu
dan sejahtera. Posdaya menggunakan keluarga sebagai ujung tombak untuk
memperbaiki pendidikan,
kesehatan dan ekonomi masyarakat dengan pilar
keswadayaan dan kemandirian sebagai semangat kerjanya. Posdaya mewadahi
kegiatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan inti
kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
Komunikasi merupakan alat yang digunakan dalam penyampaian programprogram yang diselenggarakan khususnya Posdaya. Peran komunikasi sangat
penting, hal ini dapat dilihat dari efektivitas komunikasinya dimana kemampuan
SDM sebagai pelaksana dan penerima program-program, serta metode
komunikasi yang digunakan. Posdaya diterapkan dengan dilakukan sosialisasi
terlebih dahulu pada masyarakat. Komunikasi merupakan alat utama untuk
menyampaikan kegiatan-kegiatan dalam Posdaya. Komunikasi dikatakan efektif
apabila pesan yang dimaksud oleh pengirim (sumber) menghasilkan kesamaan
22
makna yang ditangkap oleh penerima. Keefektivan komunikasi dapat melihat
sejauhmana tingkat keberdayaan masyarakat pada program Posdaya.
Komunikator yang efektif dalam menyampaikan suatu program harus
mempertimbangkan tiga hal, pertama pengurus harus mempunyai pengetahuan
yang memadai, baik tentang metode Posdaya sebagai pesan maupun masyarakat
sebagai penerima pesan (sasaran), kedua pengurus Posdaya harus mampu
mengembangkan sikap positif terhadap dirinya sendiri, metode Posdaya, dan
masyarakat, terakhir pengurus Posdaya perlu memiliki berbagai keterampilan
berkomunikasi, seperti berbicara antar personal, berbicara di depan publik,
menulis, memperagakan, maupun keterampilan lainnya.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka peubah-peubah diteliti
untuk menjelaskan efektivitas komunikasi pada program Posdaya adalah metode
komunikasi, media yang digunakan, kredibilitas SDM, kesesuaian materi, dan
sarana prasarana. Komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang dimaksud
oleh pengirim (sumber) menghasilkan kesamaan makna dengan yang ditangkap
oleh penerima. Efektivitas komunikasi dalam penelitian ini diukur dengan
indikator tingkat kemandirian masyarakat dari segi kognitif, afektif dan konatif.
Kerangka alur pikir mengenai penelitian efektivitas komunikasi dapat dilihat pada
Gambar 1.
23
Faktor Internal (X1)
• Umur
• Pendidikan
formal
• Pendidikan
nonformal
• Usaha/
pekerjaan
• Pendapatan
keluarga
• Kosmopolitan
Proses Sosialisasi (Y1)
• Metode komunikasi
• Media yang digunakan
• Kredibilitas SDM
• Kesesuaian materi
pemberdayaan
• Sarana dan prasarana
Faktor Eksternal
(X2)
• Bidang kesehatan
• Bidang Pendidikan
• Bidang ekonomi
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Efektivitas
Komunikasi (Y2)
• Kognitif
• Afektif
• Konatif
24
Hipotesis
Berdasarkan kerangka penelitian di atas, dibuat hipotesis berikut:
H1
: Terdapat hubungan nyata antara faktor internal dengan proses sosialisasi
kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB.
H2
: Terdapat hubungan nyata antara faktor eksternal dengan proses sosialisasi
kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB.
H3
: Terdapat hubungan nyata antara proses sosialisasi kegiatan program
Posdaya di desa binaan IPB dengan efektivitas komunikasi.
Download