BAB I PENDAHULUAN Konseling atau Terapi Gestalt dikembangkan dari sumber dan pengaruh tiga disiplin ilmu yang sangat berbeda, yaitu Psikoanalisis yang dikembangkan oleh Wilhelm Reih, Fenomenologi Eksistensialisme Eropa dan Psikologi Gestalt. Terapi Gestalt diciptakan dan dikembangkan oleh Frederick S. Perls (1989-1990). Asumsi dasar Terapi Gestalt adalah bahwa individu mampu menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama seorang terapis adalah membantu konseli agar mengalami sepenuhnya ke-eksisan-nya di sini dan sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami masa sekarang. Oleh karena itu, terapi Gestalt pada dasarnya noninterpretatif dan sedapat mungkin konseli menyelenggarakan terapinya sendiri, membuat pernyataan sendiri, membuat penafsiran sendiri dan menemukan maknanya sendiri. Oleh karena itu kelompok ini menekankan pentingnya emosi dan kecocokan dalam interaksi manusia. Upaya dititik beratkan pada fenomena here and now dan pada perwujudan kesadaran interpersonal dan personal. Dalam hal ini di khususkan kepada indivdiu dalam seting kelompok. Dalam bimbingan dan konseling, ada berbagai macam layanan atau strategi yang dapat digunakan dalam penggunaan layanan yang akan mempermudah apa yang akan dilakukan terhadap konselinya. Salah satu layanan yang dapat diberikan terhadap konseli adalah bimbingan kelompok dan konseling kelompok. Sehingga bimbingan kelompok dan konseling kelompok yang digunakan menggunakan teknik konseling kelompok dalam teori Gestalt. 1 BAB II TEKNIK KONSELING DALAM TEORI GESTALT A. Konsep Dasar Teori Gestalt Terapi Gestalt mengemukakan teori mengenai struktur dan perkembangan kepribadian yang mendasari terapinya serta serangkaian eksperimen yang dapat digunakan langsung oleh pembacanya. Menurut Perls, Terapi Gestalt sifatnya eksistensial dan sesuai dengan ilmu pengetahuan dan alam semesta. Terapi Gestalt adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka berharap mencapai maturitas. Karena bekerja terutama di atas prinsip kesadaran, terapi ini berfokus pada apa dan bagaimana-nya tingkah laku dan pengalaman di sini dan sekarang dengan memadukan (mengintegrasikan) bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tidak diketahui. 1) Pandangan tentang manusia Pandangan Gestalt tentang manusia berakar ada filsafat eksistensial dan fenomenologi. Pandangan ini menekankan pada konsep-konsep seperti perluasan kesadaran, penerimaan tanggung jawab pribadi, kesatuan pribadi, dan mengalami cara-cara yang menghambat kesadaran. Dalam terapinya, pendekatan Gestalt berfokus pada pemulihan kesadaran serta pada pemaduan polaritas-polaritas dan dikotomi-dikotomi dalam diri. Terapi diarahkan bukan pada analisis, melainkan pada integrasi yang berjalan selangkah demi selangkah dalam terapi sampai konseli menjadi cukup kuat menunjang pertumbuhan pribadi sendiri. Pandangan Gestalt adalah bahwa individu memiliki kesanggupan memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Disebabkan oleh masalah-masalah tertentu dalam perkembangannya, individu membetuk cara menghindari masalah, dan karenanya menemui jalan buntu dalam pertumbuhan pribadinya. Terapi menyajikan intervensi dan tantangan yang diperlukan, yang bisa membantu individu memperoleh pengetahuan dan kesadaran sambil melangkah menuju pemanduan dan pertumbuhan. Dengan mengakui dan mengalami penghambat-penghambat itu akan meningkat sehingga 2 dia kemudian bisa mengumpulkan kekuatan guna mencapai keberadaan yang lebih otentik dan vital. 2) Tujuan Konseling Terapi Gestalt memiliki beberapa sasaran penting yang berbeda. Sasaran dasarnya adalah menantang konseli agar berpindah dari ”didukung oleh lingkungan” menjadi didukung oleh diri sendiri”. Menurut Perls (1969), sasarang terapi adalah menjadikan konseli tidak bergantung pada orang lain, menjadikan konseli menemukan sejak awal bahwa dia bisa melakukan banya hal, lebih banyak dari yang dikiranya. Tujuan terapi Gestalt selanjutnya adalah membantu konseli agar menemukan pusat dirinya. Perls mengatakan, ”Jika Anda berpusat pada diri Anda sendiri, maka Anda tidak harus disesuaikan diri lagi, maka apapun yang lewat dan diasimilasi oleh Anda, Anda bisa memahaminya dan Anda berhubungan dengan apapun yang terjadi.” Sementara sasaran utama dari terapi Gestalt adalah mencapaian kesadaran. Dengan kesadaran, konseli memiliki kesanggupan untuk menghadapi dan menerima bagian-bagian keberadaan yang diingkarinya serta untuk berhubungan dengan pengalaman-pengaaman dan dengan kenyataan. Konseli bisa menjadi sesuatu kesatuan dan menyeluruh. Apabila konseli menjadi sadar, maka urusannya yang tidak selesai akan selalu muncul dan dapat ditangani melalui terapi. B. Pandangan Teori Gestalt Terhadap Kelompok Latner (1973) mengemukakan empat asumsi dasar terapi gestalt, yaitu: a) Prinsip keseluruhan (integrasi), individu akan melaksanakan pekerjaan yang tidak selesai tentang emosi dan masalahnya. Individu dilatih menghadapi ketidaklengkapan, perpisahan agar merasa utuh kembali. b) Prinsip kesadaran : orang bebas memilih hanya jika sadar diri. Konsep kesadaran termasuk semua sensasi, fikiran, tingkah laku yang dialami. c) Prinsip figur / latar belakang, berupa pengalaman sangat penting, misalnya keputusan mendekati orang yang sangat membencinya; sedangkan... latar 3 belakang terdiri atas pengalaman yang kuarang menekan seperti apa yang seseorang akan lakukan setelah makan malam; dan d) Prinsip polaritas, jika seseorang mengalami tuntutan kebutuhannya, maka pertama kali harus membedakan lapangan perseptualnya dalam bentuk yang berlawanan, misalnya aktif / pasif, baik / buruk. Proses kelompok Gestalt merupakan gejal yang kompleks. didasarkan kepada asumsi bahwa kelompok-kelompok Proses itu adalah multidimensional yang bekerja dalam beberapa tingkat sekaligus. sistem Dalam kelompok, orang-orang adalah holostik dengan semua fungsinya yang terkait. Tidak mungkin memahami seseorang dalam kelompok diluar konteks kelompok. Asumsi lain adalah bahwa orang-orang adalah proaktif (berinisiatif) dalam membuat pilihan. C. Teknik-teknik Konseling Kelompok dalam Teori Gestalt Terapi Gestalt lebih dari sekedar teknik atau ”permainan-permainan”. Corey menyebutkan apabila interaksi pribadi antara terapis dan klien merupakan inti dari proses terapeutik, teknik-teknik bisa bisa berguna sebagai alat untuk membantu klien guna memperoleh kesadaran yang lebih penuh, mengalami konflik-konflik internal, menyesuaikan inkonsistensi-inkonsistensi dan dikotomidikotomi, dan menembus jalan buntu yang menghambat penyelesaian urusan yang tak selesai. Teknik-teknik dalam terapi Gestalt digunakan sesuai dengan gaya pribadi terapis. Meskipun beragam prosedur pelaksanaan, praktisi kelompok gestalt memberi banyak keyakinan dalam praktek umum. Pertama, praktisi tetap memusatkan pada pengalaman disini dan kini. Mereka melakukan ini dengan mengajukan pertanyaan apa dan bagaimana, bukan mengapa. Kedua, praktisi kelompok gestalt meminta anggota kelompoknya bekerja dengan masalah yang spesifik agar membantu memunculkan kesadaran yang lebih besar. Kadang- kadang, anggota kelompok dengan aktif dapat terlibat dalam membantu proses anggota apa yang terjadi dengan kerjanya. Pada saat lain, interaksi antara pemimpin kelompok dengan anggota dengan selebihnya keberfungsian kelompok 4 sebagai latar belakang. Fokus yang kurang diperhatikan adalah integrasi dan tanggung jawab individu. Ketiga, titik berat pada perilaku alih-alih proses kognitif (Zinker, 1977). Karena lebih pada pengalaman terapetik dan perrtumbuhan, digunakan serangkaian eksperimen dan latihan. Eksperimen dan latihan ini mengembangkan lima tema pokok, yaitu: (a) enactment (bertindak dengan jelas), (b) perilaku langsung, (c) fantasi, (d) mimpi, dan (e) pekerjaan rumah (Polster dan Polster, 1973). Beberapa jenis latihan dikemukakan sebagai berikut: 1) Membuat giliran merupakan permainan pemanasan dalam kelompok gestalt, yaitu saat konfrontasi ditingkatkan. Dalam artian ini, anggota kelompok diminta untuk mengatakan sesuatu yang biasa tidak di ucapkannya. Misalnya, seseoarang dapat mengatakan pada semua anggota kelompok, ”saya takut mengatakan kepada anda tentang saya sendiri ... sebab ... ” ; ”ketika saya mencoba meminta bantuan dia ...” . dalam kasus demikian, anggota yang membuat lingkaran bersama anggota kelompok lainnya menjadi sadar. Ada dua bentu enactment yaitu rehearsals (menyatakan dengan keras apa yang difikirkan) dan role reversals (memainkan peran yang tidak sesuai dengan perasaan mereka). Dalam rehearsals, anggota kelompok diminta berkata dengan keras tentang apa yang mereka fikirkan secara internal. Misalnya, mereka mencatat berapa banyak mereka berupaya mempersilakan Selanjutnya orang mereka lain bebas dan melaksanakannya memutuskan apakah dengan benar. mereka ingin menggunakan waktu dan tenaga dalam kerja kelompok ini. Dalam role reversals, orang bertindak berlawanan dengan apa yang mereka rasakan. Misalnya seseorang yang merasa tidak adekuat akan bertindak adekuat. Dengan berbuat demikian anggota merasakan suatu bidang yang sebelumnya mereka hindari. 2) Bahasa tubuh merupakan latihan lain bagi anggota kelompok. Latihan ini ditekankan kepada apa yang sedang dilakukan tubuh seseorang, seperti 5 tangan memegang kursi atau kaki menendang. Hasil yang diharapkan adalah integrasi dan kesadaran tubuh. 3) Mengubah pertanyaan menjadi pernyataan, anggota kelompok diharapkan mengubah pertanyaan menjadi pernyataan. Misalnya, ”adakah anda benar-benar berfikir, itulah sebabnya anda tidak berhasil?” menjadi: ”saya tidak berfikir/menyangka itulah sebabnya anda tidak berhasil”. Pernyataan kedua lebih jujur dan terbuka. 4) Kursi kosong merupakan suatu teknik yang di disain untuk membantu anggota kelompok menyesuaikan aspek-aspek yang berbeda dari kepribadian mereka (Fagan & Shepherd, 1970). Teknik ini selalu dipakai dalam sesi gestalt individual tapi juga efektif dalam adegan kelompok . teknik ini dibagi menjadi variasi pertama dan kedua. Pada variasi pertama, ada kursi kosong diletakan didepan anggota kelompok yang akan bekerja. Anggota diminta menyertakan semua perasaan yang bertentangan dengan yang biasa ia rasakan seperti marah, agresif, dan impulsif dikursi. Kemudian seseorang menggeser tempat duduk dan menjadikan perasaan terletak di kursi. Percakapan diajukan diantara bagian sudut seseorang yang mengubah kursi-kursi setiap saat ia mengganti perasaan-perasaannya. Idenya adalah memajukan integrasi perasaan dan fikiran. Pada variasi kedua, kerja yang tidak selesai (difokuskan kepada kecenderungan seseorang untuk menunda perasaan dan fikiran masa lalu). Kerja yang tidak selesai biasanya terpusat pada rasa jengkel, marah, hilangnya objek yang tidak ternyatakan dan tetap dalam latar belakang kehidupan manusia, menghambat kemampuan seseorang untuk berfungsi secara realistis sekarang. Anggotra kelompok yang mempunyai pekerjaan yang tak selesai selalu diminta untuk menaruh objek, perasaan, atau orang di kursi kosong dan mengatakan selamat jalan. Kadang-kadang anggota kelompok lain dapat memainkan bagian apa saja diletakan dikursi dan dengan mengatakan selamat tinggal. Top dog/under dog dialogue merupakan integrasi teknik kursi kosong. Dalam metode ini, anggota diminta memeriksa top dog introspection yang 6 biasanya diturunkan oleh orang tua (biasanya disajikan seharusnya dan anda) dan perasaan-perasaan mereka sendiri tentang situasi (biasannya disajikan dengan pernyataan saya), misalnya anda seharusnya selalu sopan tapi kadang-kadang saya tidak merasakannya. Lalu mereka diminta untuk melakukan percakapan antara mereka berdua sebelum kelompok atau dengan lingkungan kelompok lain dan mencoba menjadi lebih sadar akan identitas diri yang sebenarnya dan cara-cara bertindak yang tepat. 5) Latihan fantasi adalah metode populer lain yang dipakai didalam kerja kelompok gestalt. Corey (1985) mencatat bahwa fantasi dapat diberikan untuk membantu anggota kelompok: (1) menjadi lebih konkrit dalam menilai perasaan mereka; (2) sesuai dengan pengalaman katastrofik; (3) mengeksplorasi dan mengekspresikan perasaan bersalah, malu ; dan (4) menjadi lebih terlibat dalam kelompok. Tujuan latihan ini adalah untuk menjadi lebih integratif dan holistik. 6) Kerja mimpi (dream work), dipandang sebagai jalan menuju integrasi. Teknik ini digunakan bik untuk kerj kelompok maupun kerja individual. Dengan teknik ini, individu menjadi semua bagian mimpi. Ini dikenal sebagai dream work as theatre (Zinker, 1977). Asumsinya adalah ada tema arketif dasar yang diberikan semua anggota kelompok dan dapat bermanfaat dari mengalami. Mimpi merupakan ekspresi polaritas dalam diri seseorang menurut teori Gestalt. Dari itu, penting bertindak bagian-bagian berbeda dan sadar terhadap dorongan-dorongan yang ada. Rainwater (1979) menyarankan bahwa orang mengeksplorasi mimpi dengan menanyakan diri sendiri dengan pertanyaan tertentu seperti : ”apa yang sedang saya rasakan?” ”apa yang saya inginkan?” ”apa yang sedang saya lakukan?” dan ”apa arti mimpi itu pada saya?” dengan bertanya dan bertindak dengan jelas pada orang lain, individu menjadi lebih sadar, integratif dan mampu berbuat. 7) Pekerjaan rumah, suatu teknik yang melibatkan anggota kelompok berpraktek di luar kelompok tentang apa yang telah mereka pelajari dalam kelompok, misalnya anggota membuat percakapan dengan kolega. 7 Pekerjaan rumah anggota memperoleh isu-isu yang belum terselesaikan dalam kelompok. Tugas terapis dalam pendekatan Gestalt pada dasarnya adalah sebagai ahli yang bekerja berusaha menghilangkan ketidaksenangan atau konflik, dengan menggunakan berbagai teknik dan prosedur. Perbedaan teknik dan prosedur membuat tugas terapis berbeda-beda. Namun tugas dasar terapis ada lima, yaitu : (1) pattering (pemolaan); (2) control (pengendalian); (3) humanness (kemanusiaan); (4) catalysts (penyambung); dan (5) commitment (kesepakatan). Hasil yang diinginkan dari kelompok Gestalt adalah anggota kelompok lebih sadar akan diri mereka sendiri dalam here and now. Mereka juga seharusnya berubah (flores, 1988). Mereka diharapkan mampu menghilangkan kemungkinankemungkinan neurosis, sehingga mereka lebih sesuai dalam diri sendiri (pikiran dan tubuh). Mereka tidak khawatir pada masa lalunya dan menjadi lebih mampu mengatuir diri. Selain itu, indivdiu didorong menggunakan cara lain untuk berhubungan, bukan seorang yang sangat menonjol kognitifnya. 8