asuhan kebidanan pada bayi ny. “r” usia 4 hari dengan bblr dan

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” USIA 4 HARI DENGAN
BBLR DAN IKTERUS DI RUANG PERINATAL
RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO
MOJOKERTO
JAMILATUL BADRIYAH
1211010019
Subject : Berat Badan Lahir Rendah, Ikterus, Bayi Ny. “R”
DESCRIPTION
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu indikator
kesehatan bayi baru lahir. Masalah yang paling utama pada bayi BBLR adalah
mempertahankan daya dan kualitas hidupnya sampai kondisi kesehatannya
dianggap stabil. Ikterus adalah diskolorisasi kuning pada kulit bayi atau organ lain
akibat penumpukan bilirubin. Ikterus patologis adalah ikterus dengan konsentrasi
bilirubin serumnya bisa menjurus ke arah terjadinya kern-ikterus bila kadar
bilirubinnya tidak terkendali atau mencapai hiperbilirubinemia. Tujuan penelitian
ini adalah melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny. ”R” Usia 4 Hari Dengan
BBLR Dan Ikterus Di Ruang Perinatal RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo
Mojokerto.
Metode penelitian yang digunakan dalam studi kasus ini adalah studi
kepustakaan, wawancara, pemeriksaaan fisik pada bayi, observasi dan studi
dokumentasi. Penelitian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “R” dengan BBLR dan
Ikterus dilakukan pada tanggal 05 April 2015-08 April 2015 di ruang perinatal
RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. “R” usia 4 hari dengan
BBLR dan ikterus selama 1x24 jam tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
kenyataan dimana munculnya warna kuning di kulit dan selaput mata pada bayi
baru lahir karena fungsi hati belum matang. Bayi BBLR menjadi kuning lebih
awal dan lebih lama daripada bayi yang cukup beratnya.
Bayi mulai ikterus semenjak 2 hari setelah dilahirkan dan ikterus
menghilang setelah 4 hari. Tanda-tanda vital bayi stabil dan tidak mengalami
perubahan yang berarti bayi dipulangkan setelah 7 hari di rawat di rumah sakit.
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan responden dapat mencari informasi dari
berbagai media seperti media massa, media elektronik dan aktif bertanya pada
petugas kesehatan tentang pencegahan dan penanganan BBLR dan Ikterus.
ABSTRACT
Low birth weight (LBW) is one indicator of the health of the newborn. The
most important problem in babies of low birth weight is to maintain the power and
quality of his life until his health condition was considered stable. If not able,
newborns may experience complications of jaundice. Pathological jaundice is
jaundice with serum bilirubin concentration can lead towards the kern-jaundice
when bilirubin levels are not controlled or reach hyperbilirubinemia. The purpose
of this research was to implement Midwifery Care in Mrs. "R" Baby Age Of 4
Days With Low Birth Weight And Jaundice In The Perinatal Room RSU Dr.
Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.
The methods used in this case study were literature study, interview,
physical examination in infants, observation and documentation study. Midwifery
Care Research at Mrs. "R" baby with low birth weight and jaundice conducted on
April 5 2015-08 April 2015 in the perinatal room RSU Dr. Wahidin Sudiro
Husodo Mojokerto.
After Midwifery Care Mrs. "R" baby age of 4 days with low birth weight
and jaundice during 1x24 hours not found the incompebility between theory and
reality in which the appearance of a yellow color in the skin and the lining of the
eye in newborns because of immature liver function. LBW infants become yellow
earlier and longer than infants who weigh enough.
Babies begin jaundice since 2 days after birth and jaundice disappeared after
4 days. The baby's vital signs stable and did not experience any significant change
baby is discharged after 7 days in hospital stay. Based on the results of the study it
is expected respondent may seek information from various media such as mass
media, electronic media and actively ask health care workers on the prevention
and treatment of low birth weight and jaundice.
Keywords : Low Birth Weight, Jaundice, Mrs. "R" Baby.
CONTRIBUTOR
Date
Type Material
Right
: 1. Dian Irawati, S.SiT., M.Kes
2. Dhonna Anggreni, SKM
: 26 Juni 2015
: Laporan Penelitian
: Open Document
SUMMARY
Latar Belakang
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu indikator
kesehatan bayi baru lahir. Besar kecilnya berat badan lahir tergantung
pertumbuhan janin intrauterin selama kehamilan. Bayi yang dilahirkan aterm (37
sampai 42 minggu) memiliki berat badan normal 2.500-4.000 gram. BBLR
dibedakan menjadi dua bagian: pertama, BBL sangat rendah bila berat lahir
kurang dari 1.500 gram dan kedua, BBLR bila berat lahir antara 1.501-2.499
gram. Masalah yang paling utama pada bayi BBLR adalah mempertahankan daya
dan kualitas hidupnya sampai kondisi kesehatannya dianggap stabil. Bayi yang
lahir dengan BBLR belum sempat mendapatkan antibodi karena antibodi baru
ditransfer dari ibu di trimester ketiga. Pembentukan lemak tubuh juga belum
sepenuhnya selesai di pada bayi BBLR. Infeksi dan hipotermia (penurunan suhu
tubuh) merupakan musuh utama dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010).
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO pada tahun 2011
diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan
lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah.
Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi
dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam
peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan
(WHO, 2011). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012,
angka kematian bayi telah mengalami penurunan yang cukup tajam dari 112
perseribu kelahiran hidup pada tahun 1999 menjadi 52,5 perseribu kelahiran hidup
pada tahun 2013, namun dibandingkan negara ASEAN lainnya Angka kejadian
BBLR di Indonesia adalah 10,5% masih diatas angka rata-rata Thailand 9,6% dan
Vietnam 5,2%, (Subagyo, 2014). Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu
satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat
yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan
antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan AKB, serta
kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi,
berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah (Dinkes, 2011). Diketahui
bahwa jumlah bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Jawa Timur
mencapai 3,32% yang diperoleh dari presentase 19.712 dari 594.461 bayi baru
lahir yang di timbang, dan angka kematian neonatal dari data Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur yang tertinggi disebabkan karena BBLR yaitu mencapai
38,03% di banding penyebab kematian neonatal lain. Berdasarkan data BPS, AKB
Jawa Timur tahun 2005-2010 turun dari 36,65 (tahun 2005) menjadi 29,99 per
1.000 kelahiran hidup (tahun 2010). Angka tersebut masih jauh dari target
kematian bayi di Jawa Timur dengan jumlah 249 bayi (Subagyo, 2014).
Risiko bayi BBLR disebabkan beberapa faktor medis antara lain asupan gizi
ibu sangat kurang pada masa kehamilan, gangguan pertumbuhan dalam
kandungan (janin tumbuh lambat), faktor plasenta, infeksi, kelainan rahim ibu,
trauma, jarak kehamilan yang terlalu pendek dari kehamilan sebelumnya, tidak
optimalnya kenaikan berat badan ibu, hipertensi, hipotensi, perdarahan pada
trimester pertama atau kedua, adanya bakteri dalam urin, atau cairan ketuban yang
terlalu banyak atau sedikit, faktor risiko demografik bisa dipengaruhi oleh usia ibu
yang terlalu muda yakni kurang dari 16 tahun atau usianya terlalu tua, lebih dari
35 tahun. Tingkat pendidikan yang rendah serta kondisi sosial-ekonomi yang
menjadi salah satu tolok ukur penentu status gizi anak, faktor risiko fasilitas
kesehatan meliputi perawatan kehamilan yang tidak rutin atau tidak dilakukan
sama sekali, faktor risiko perilaku dan lingkungan dipengaruhi pada saat masa
kehamilan terpapar asap rokok, ibu mengkonsumsi alkohol dan asupan nutrisi
yang buruk. Dampak dari BBLR bayi-bayi ini berisiko untuk hipotermi, apneu,
sepsis, asfiksia dan ikterus (Harianti, 2013).
Salah satu tujuan akhir kehamilan adalah melahirkan bayi dengan berat
badan normal. Apabila bayi dilahirkan dengan berat badan yang rendah maka
berbagai masalah akan dialami selama kehidupannya bahkan dapat menyebabkan
kematian. Kelahiran bayi BBLR disebabkan karena defisiensi bahan nutrien oleh
ibu selama hamil yang menyebabkan terganggunya sirkulasi foeto maternal dan
berdampak buruk terhadap tumbuh kembang setelah diluar kandungan, dimana
bayi yang bertahan hidup memiliki insiden lebih tinggi mengalami penyakit
infeksi, kekurangan gizi dan keterbelakangan dalam perkembangan kognitif yang
ditandai dengan menurunnya Intelligence Quotient (IQ) poin sehingga memberi
ancaman terhadap kualitas Sumber Daya Manusia pada masa yang akan datang
(Soetjiningsih, 2014).
Perhatian dan pelayanan atau perawatan bayi BBLR dimulai sejak lahir dan
sebaiknya persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan dan dilakukan di
puskesmas, rumah sakit, atau rumah sakit bersalin. Upaya tenaga kesehatan harus
bertindak cepat dan tepat untuk dapat melakukan asuhan pada bayi baru lahir
dengan BBLR dan ibu hamil lebih teratur melakukan antenatal care 1 kali pada
trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III sehingga bisa
mengantisipasi terjadinya BBLR dan tenaga kesehatan lebih aktif memberikan
penyuluhan tentang pentingnya teknik penanganan bayi BBLR yaitu dengan
metode kanguru, skin to skin contact, resusitasi, bagging, diberikan antibiotika
profilaksis, dilakukan foto kemoterapy serta memperbaiki manajemen perawatan
bayi baru lahir. Program pemerintah tentang pemberian makanan tambahan
kepada ibu hamil dengan Krisis Energi Kronik (KEK) diharapkan lebih optimal
untuk mengatasi kekurangan nutrisi pada ibu hamil (Harianti, 2013). Penelitian ini
bertujuan untuk melaksanakan Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “R” usia 4 hari
di Ruang perinatal RSU dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokero
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah teknik 5 langkah manajemen
kebidanan yaitu pengkajian data Asuhan Kebidanan, penentuan diagnosa
kebidanan, perencanaan Asuhan Kebidanan, pelaksanaan Asuhan Kebidanan,
mengevaluasi Asuhan Kebidanan, dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
Pengumpulan data klien menggunakan teknik pemeriksaan fisik dan studi
dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di Ruang Perinatal RSU dr.Wahidin Sudiro
Husodo pada tahun 2015.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi (Neonatus) yang lahir dengan
memiliki berat badan <2500 gram atau sampai dengan 2499 gram (Hidayat,
2005). Ikterus adalah peningkatan kadar bilirubin serum dihubungkan dengan
hemolisis sel darah merah dari bilirubin yang tidak terkonjugasi dari usus kecil
(Mitayani, 2009).
Dari hasil penerapan Asuhan Kebidanan dimulai dengan pengkajian,
perumusan diagnosis dan masalah kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pada bayi Ny. “R” usia 4 hari dengan BBLR dan Ikterus yang
dilaksanakan pada tanggal 05 April 2015 dengan menggunakan berbagai
pertimbangan ilmu dan menentukan kasus secara nyata, maka penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut:
Pada pengkajian bayi Ny. “R” usia 4 hari dengan BBLR dan Ikterus
didapatkan data subyektif dan obyektif. Data subyektif diperoleh dari hasil
wawancara pada ibu pasien, dimana keluhan utama adalah ibu pasien mengatakan
Bayinya usia 4 hari dengan berat badan lahir 2300 gram dan warna kulit kuning
mulai hari kedua. Sedangkan data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik yaitu
tonus otot lemah, gerak lemah, bayi menangis lemah, sklera ikterus, warna kulit
kuning pada daerah lengan dan kaki di bawah dengkul (kramer IV), tampak pucat,
tangis bayi kuat, daya hisap lemah, denyut jantung 124 x/menit, suhu 36,7 oC,
pernafasan 64 x/menit, berat badan lahir 2300 gram, Rooting refleks lemah, Sucking
refleks lemah, swallowing refleks lemah. Antara fakta dan teori data subyektif dan
obyektif terdapat kesesuaian mengenai bayi BBLR dengan Ikterus patologis.
Peneliti tidak mengalami hambatan dalam melakukan penelitian.
Dalam diagnosa kasus ini telah ditegakkan diagnosa kebidanan yaitu bayi
Ny. “R” usia 4 hari dengan BBLR dan Ikterus. Masalah yang timbul pada bayi
Ny. “R” berat badan lahir 2300 gram dengan kehamilan aterm dan hasil dari
pemeriksaan laboratorium diketahui jumlah billirubin mencapai 12,12 mg/dl.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi (Neonatus) yang lahir
dengan memiliki berat badan <2500 gram atau sampai dengan 2499 gram
(Hidayat, 2005). Ikterus Patologik dianggap hiperbillirubinemia apabila ikterus
terjadi pada 24 jam pertama, menetap sesudah 2 minggu pertama, konsentrasi
billirubin serum sewaktu 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan atau 10 mg%
pada neonatus kurang bulan, peningkatan konsentrasi billirubin 5 mg% atau lebih
setiap 24 jam, kadar billirubin direct melebihi 1 mg%, ikterus disertai dengan
proses hemolisis (inkompabilitas darah, difisiensi G6PD dan sepsis) (Muslihatun,
2010). Diagnosa Bayi Ny. “R” usia 4 hari dengan BBLR dan Ikterus sesuai antara
fakta dan teori karena berat badan lahir sebesar 2300 gram termasuk dalam
kategori BBLR, usia kehamilan cukup bulan dengan warna kulit kuning sejak hari
kedua disertai kadar billirubin 12,12 mg/dl termasuk kategori ikterus patologis.
Perencanaan pada kasus bayi Ny. “R” usia 4 hari dengan BBLR dan Ikterus
antara lain lakukan pendekatan secara terapeutik pada bayi dan keluarganya, cuci
tangan 6 langkah sebelum dan sesudah melakukan tindakan, lakukan observasi
tanda-tanda vital, jaga kehangatan tubuh bayi, lakukan pemenuhan nutrisi bayi,
timbang berat badan bayi setiap hari, kaji reflek menghisap dan menelan, lakukan
personal hygine dengan memandikan bayi, merawat tali pusat, mengganti pakaian
bayi, mengganti popok setelah bayi BAK/BAB, lakukan kolaborasi dengan
dr.Sp.A dalam pemberian terapi thermoregulasi, phototherapy dan ubah posisi
bayi dengan sering. Sehingga perencanaan pada bayi BBLR dengan Ikterus
patologis sudah sesuai antara fakta dan teori. Langkah-langkahnya pun sudah
sesuai.
Langkah pelaksanaan pada bayi Ny. “R” usia 4 hari dengan BBLR dan
ikterus meliputi melakukan pendekatan secara terapeutik pada bayi dan
keluarganya dengan cara senyum, salam, sapa, sopan, santun, mencuci tangan 6
langkah sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan sabun dan air mengalir,
melakukan observasi tanda-tanda vital, Denyut Jantung : 124 x/menit, Suhu : 36,7
o
C, Frekuensi Nafas : 64 x/menit, tonus otot cukup, BAB/BAK +/+, 1 popok tidak
penuh, menjaga kehangatan tubuh bayi dengan cara menggedong dan meletakkan
bayi dalam incubator, melakukan pemenuhan nutrisi bayi dengan cara
memberikan ASI/PASI secara bergantian tiap 2 jam sekali sebanyak 8x45 cc/speen
per hari atau pada saat bayi menangis dan tidak gumoh, mengkaji reflek
menghisap dan menelan seperti bayi mempunyai reflek menghisap dan menelan
yang lemah, melakukan personal hygine dengan cara memandikan bayi 2 x/hari
(pagi dan sore), merawat tali pusat dengan cara membersihkan dan mengeringkan
dengan kassa kering setelah mandi atau 2 x/hari, mengganti pakaian setelah mandi
atau 2 x/hari, mengganti popok stelah bayi BAK/BAB, melakukan kolaborasi
dengan dr.Sp.A dalm pemberian terapi yaitu thermoregulasi dengan meletakkan
bayi dalam incubator, phototherapy 1x24 jam/terus lanjut I. jam 05.00-11.00
WIB, II. jam 04.00-10.15 WIB, III. jam 10.15-16.30 WIB, IV. jam 16.30-22.30
WIB, merubah posisi bayi dengan sering sudah dilakukan seperti terlentang,
miring kiri, miring kanan, dan tengkurap.
Menurut Kurniawati (2009), pastikan bayi tetap hangat dan tejadi kontak
antara kulit bayi dan kulit ibu, ganti alas yang basah atau kotor, bungkus bayi
dengan selimut dan pastikan kepala tertutup untuk mencegah keluarnya panas
tubuh, pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi tiap 15 menit
jika teraba dingin periksa suhu Axila, jika <36,5 oC segera hangatkan, kontak dini
dengan ibu, doronglah ibu untuk menyusui apabila bayi telah siap (rooting reflek
+). Memberikan ASI sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam. Dilahan praktek ditemukan
ketidaksesuaian pada tahap menyusui bayi. Ibu tidak menyusui bayinya secara
langsung melainkan memompa ASI dan memberikan ASInya per speen.
Hasil evaluasi selama 24 jam keadaan umum cukup, gerak aktif, tonus otot
kuat, menangis kuat, daya hisap kuat, sklera ikterus, warna kulit kekuningan pada
daerah lengan dan kaki di bawah dengkul (kramer IV), turgor kulit elastis, denyut
jantung 138 x/menit, suhu 36,4 oC, frekuensi nafas 56 x/menit, BB sekarang 2410
gram, minum ASI/PASI secara bergantian tiap 2 jam sekali sebanyak 8x50 cc/speen
per hari, tali pusat basah dan tidak ada tanda-tanda infeksi, refleks positif (+),
kuat. Diagnosa Bayi baru lahir usia 5 hari dengan BBLR dan Ikterus. Perencanaan
berupa observasi TTV, pemenuhan nutrusi, termoregulasi, fototerapi. Kriteria
hasil keadaan umum bayi baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, asupan
nutrisi bayi terpenuhi, berat badan bayi bertambah, kulit lembab, kadar billirubin
berkurang (kulit kemerahan), (McCloskey & Bulechek, 2012).
SIMPULAN
Hasil pembahasan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada Bayi Ny.
“R” usia 4 hari dengan BBLR dan Ikterus, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Melakukan pengkajian studi kasus pada Bayi Ny. “R” usia 4 hari dengan
BBLR dan ikterus diperoleh data subyektif yaitu pada keluhan utama Ibu bayi
mengatakan bayinya usia 4 hari dengan berat badan lahir 2300 gram dan warna
kulit kuning mulai hari kedua. Data obyektif tonus otot lemah, gerak lemah,
daya hisap lemah, berat badan lahir 2300 gram, sklera ikterus, integumen
warna kulit kekuningan pada daerah lengan dan kaki di bawah dengkul
(Kramer IV) dan turgor kulit elastis, denyut jantung 124 x/menit, suhu 36,7 oC,
pernafasan 64 x/menit.
2. Dalam diagnosa menyimpulkan bayi baru lahir usia 4 hari dengan BBLR dan
Ikterus.
3. Dalam intervensi lakukan pendekatan secara terapeutik pada bayi dan
keluarganya, cuci tangan 6 langkah sebelum dan sesudah melakukan tindakan,
lakukan observasi tanda-tanda vital, jaga kehangatan tubuh bayi, lakukan
pemenuhan nutrisi bayi, timbang berat badan bayi setiap hari, kaji reflek
menghisap dan menelan, lakukan personal hygine dengan memandikan bayi,
merawat tali pusat, mengganti pakaian bayi, mengganti popok setelah bayi
BAK/BAB, lakukan kolaborasi dengan dr.Sp.A dalam pemberian terapi
thermoregulasi, phototherapy, dan ubah posisi bayi dengan sering.
4. Melakukan pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada bayi BBLR dan Ikterus
sesuai perencanaan.
5. Mengevaluasi hasil Asuhan Kebidanan pada bayi BBLR dan Ikterus hasil
Keadaan umum cukup, gerak
aktif, tonus otot kuat, menangis kuat, daya
hisap kuat, integumen warna kulit kekuningan pada daerah lengan dan kaki di
bawah dengkul (Kramer IV) dan turgor kulit elastis, denyut jantung 138 x/menit,
suhu 36,4 oC, frekuensi nafas 56 x/menit, BB sekarang 2410 gram, minum
ASI/PASI sebanyak 8x50 cc/speen per hari, tali pusat basah dan tidak ada tandatanda infeksi, refleks positif (+), kuat. Diagnosa Bayi baru lahir usia 5 hari
dengan BBLR dan Ikterus. Perencanaan berupa observasi TTV, pemenuhan
nutrusi, termoregulasi, fototerapi.
6. Mendokumentasikan hasil Asuhan Kebidanan pada bayi BBLR dan Ikterus
dalam bentuk SOAP.
REKOMENDASI
1. Bagi Responden
Diharapkan responden dapat mencari informasi dari berbagai media seperti
media massa, media elektronik dan aktif bertanya pada petugas kesehatan
tentang pencegahan dan penanganan BBLR dan Ikterus.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan memberikan pemantauan sebaik mungkin untuk
mencegah komplikasi pada bayi BBLR dan Ikterus.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor lain yang
berhubungan dengan BBLR dan Ikterus.
Alamat Corresspondensi :
Nama
: Jamilatul Badriyah
Alamat
: Dsn. Tunggulasi RT/RW 002/001 Ds. Malasan Wetan Kec.
Tegalsiwalan Kab. Probolinggo
Email
: [email protected]
Telepon
: 082-232372374
Download