BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa sekolah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Siswa sekolah berada pada perkembangan yang cepat dalam proses
intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang aktif.
Sebagai bagian awal dasar pembentukan masyarakat, pemahaman dan
pengetahuan obat secara baik bagi siswa sekolah tingkat dasar, merupakan faktor
penting dalam menciptakan pembangunan kesehatan bagi sumber daya manusia
sehingga dapat memiliki daya saing. Pemahaman obat yang baik akan
meningkatkan kepatuhan seseorang dalam melakukan pengobatan terhadap
penyakit yang dideritanya. Pemahaman obat sejak dini tentunya dipengaruhi oleh
banyak faktor, misalnya meliputi pengetahuan, pendidikan, tingkat pendapatan,
pendidikan orang tua, seberapa sering penggunaan obat saat sakit, harga obat itu
sendiri dan besar keluarga (Ashadi, 2007).
Orang tua memainkan peran utama dalam menentukan penggunaan obat
siswa pada siswa-siswa ketika sakit, namun seharusnya siswa-siswa tidak menjadi
penerima pasif dari obat yang diberikan oleh orang tua, wali atau perawatan
kesehatan profesional kepada mereka. Sangat penting jika siswa-siswa juga
berperan aktif dalam pemulihan penyakit mereka sendiri.
Siswa sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan dimasa
depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Seorang siswa
menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah, namun, program pendidikan
kesehatan di sekolah jarang sekali memasukkan pendidikan informasi
berhubungan tentang obat-obatan hanya tiga negara yakni, Australia, Swedia dan
Perancis yang diketahui memiliki program pendidikan kesehatan di sekolah
(Desai dkk., 2005). Sekolah selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran, juga
dapat menjadi ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik.
Pemahaman obat yang baik juga merupakan salah satu syarat untuk mencapai
derajat kesehatan seseorang, maka perlu adanya fondasi yang kuat dan benar
tentang pengetahuan obat-obatan.
Obat memainkan peran penting dalam kehidupan seorang siswa.
Penggunaan obat untuk pengobatan penyakit yang diderita siswa tergantung pada
pengalaman hidup sehari-hari yang umum dialaminya. Kehidupan sehari-harinya,
siswa-siswa bisa mendapatkan informasi tentang obat melalui obat itu sendiri,
atau dari anggota keluarga, teman, dokter, apoteker, dan melalui media. Penelitian
Desai dkk., (2005) telah melaporkan bahwa siswa memiliki sikap negatif terhadap
beberapa aspek menggunakan obat, seperti minum obat sebelum atau setelah
makan, takut menggunakan obat. Analisis penilaian pengetahuan siswa di tingkat
sekolah dasar perlu dilakukan agar obat yang digunakan sesuai kebutuhan dan
dapat mengurangi kasus penyalahgunaan obat serta kasus keracunan.
Siswa-siswa pada umumnya banyak yang belum mengenal profesi
apoteker. Apoteker merupakan tenaga kesehatan yang paling mudah diakses oleh
masyarakat dan melayani obat-obatan baik dengan resep atau tanpa resep.,
sehingga interaksi apoteker dengan masyarakat sangat diperlukan. Keberadaan
apoteker dalam masyarakat diharapkan dapat membawa perubahan positif.
Persepsi masyarakat terhadap apoteker menjadi faktor penting untuk membantu
apoteker memformulasikan pengembangan perannya dalam sebuah sistem
pelayanan kesehatan (Ratiopharm, 2004).
Dengan melihat berbagai alasan tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan tentang obat pada siswa
tingkat sekolah dasar. Pada penelitian ini, peneliti memilih kelas siswa sekolah
dasar kelas V dengan pertimbangan bahwa pada umumnya siswa sekolah dasar
kelas V mempunyai perkembangan kognitif berupa daya berpikir formal serta
beban materi pembelajaran belum seberat kelas VI SD serta dianggap dapat
menjadi subyek dalam penelitian ini.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana gambaran pengetahuan tentang obat pada siswa kelas V SD
Kanisius Wirobrajan 1?
2.
Apakah pembelajaran dengan metode ceramah interaktif berpengaruh
terhadap peningkatan pengetahuan obat pada siswa kelas V SD Kanisius
Wirobrajan 1?
C. Tujuan Penelitian
1.
Mengetahui gambaran pengetahuan obat pada siswa kelas V SD Kanisius
Wirobrajan 1.
2.
Mengetahui efektivitas pembelajaran dengan metode ceramah interaktif
terhadap pengetahuan obat pada siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat memberikan
pengetahuan baik secara teoritis maupun praktis, meliputi :
1.
Memberikan dan menambah wawasan siswa sekolah dasar kelas V tentang
pengetahuan obat.
2.
Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi apoteker dalam upaya
meningkatkan pengetahuan siswa tentang obat, mewujudkan komunitas dan
lingkungan sekolah yang sehat.
3.
Sebagai bahan pembanding dan pelengkap bagi penelitian selanjutnya.
4.
Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil mengetahui dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
b. Tingkat Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan dalam dominan kognitif ada 6 (enam) yaitu
(Notoatmodjo, 2007) :
1) Tahu (know)
Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahawa orang tahu antara
lain menyebutkan, mengidentifikasi, menguraikan, menyatakan dan
sebagainya. Untuk menggambarkan suatu materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi
tersebut masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
2) Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang paham tentang objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebaginya tentang objek yang sedang dipelajari.
3) Penerapan (application)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
Aplikasi diartikan sebagai penggunaan, hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi atau konteks tersebut dan masih terkait satu sama lain. Kata
kerja yang digunakan dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi dari formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu objek materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang ada.
c. Kategori Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu
Baik : bila subyek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari seluruh
pertanyaan.
Cukup : bila subyek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari seluruh
pertanyaan.
Kurang : bila subyek mampu menjawab dengan benar 40%-55% dari seluruh
pertanyaan.
d. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang , yaitu
(Notoatmodjo, 2007):
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar; makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi. Semakin
banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu
ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh dipendidikan di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat
diperoleh pada pendidikan non-formal. Pengetahuan seseorang tentang
suatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif.
Kedua aspek ini yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap
obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui,
akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.
2) Media massa atau informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai
bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lainlain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Sebagai tugas pokoknya, media massa membawa
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
3) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi
juga akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologi, maupun sosial. Oleh karena itu lingkungan
berpengaruh besar terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
5) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar
dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan
keterampilan professional serta pengalaman belajar selama belajar akan
dapat mengembangkan kemampuan saat mengambil keputusan. Hal ini
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik
yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang juga daya
tangkap dan pola pikir seseorang sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik.
2. Obat
a. Pengertian Obat
Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosa, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit,
pemulihan, atau peningkatan kesehatan termasuk kontrasepsi dan sediaan
biologis (Anonim, 1995).
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, yang dimaksudkan
obat adalah suatu bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
b. Peran obat
Seperti yang telah dituliskan pada pengertian obat di atas, maka peran
obat secara umum adalah sebagai berikut (Chaerunissa, dkk., 2009):
1) Penetapan diagnosis.
2) Untuk pencegahan penyakit.
3) Menyembuhkan penyakit.
4) Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan.
5) Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu.
6) Peningkatan kesehatan.
7) Mengurangi rasa sakit.
c. Penggolongan obat
Penggolongan obat dilakukan untuk meningkatkan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta pengamanan lalu lintas obat dan hubungannya
dengan aksi obat yang dapat ditimbulkan di dalam badan, dan bahayanya
penggunaan obat tersebut bagi pasien, maka telah dikeluarkan peraturan
mengenai penggolongan obat sebagai berikut (DepKes, 2006) :
1) Obat bebas dan bebas terbatas atau daftar W (Warschuwing) atau OTC
(Over The Counter)
Menurut surat edaran dari direktorat jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan Dep. Kes. RI. No: 02469/1/VI/1983 tentang obat yang boleh
dijual oleh toko obat berijin dan seusai dengan SK menteri kesehatan RI
Nomor: 2380/A/SK/vi/83 tanggal 15 Juni 1983 tentang tanda khusus untuk
obat bebas dan obat bebas terbatas, maka sejak diberlakukannya SK
tersebut yang boleh dijual oleh toko obat berijin hanyalah obat yang dalam
bungkus luar dan etiketnya tertera tanda khusus:
Lingkaran hijau dengan garis tepi berwarrna hitam, yaitu tanda khusus
untuk obat bebas.
Gambar 1. Simbol Obat Bebas
Lingkaran biru dengan garis tepi berwarrna hitam, yaitu untuk obat bebas
terbatas.
Gambar 2. Simbol Obat Bebas Terbatas
Selain itu merupakan pelengkap dari keharusan mencantumkan
tanda peringatan P. No. 1, P.No 2, P. No 3, P.No 4, P. No 5, atau P. No 6
yang ditetapkan dalam SK menteri kesehatan No. 6355/DirJend/SK/1969
tanggal 28 Oktober 1969.
P.No 1
Awas Obat Keras
Bacalah Aturan
Memakainya
P.No 2
Awas Obat Keras
Hanya untuk kumur
Jangan ditelan
P.No 3
P.No 4
Awas Obat Keras
Awas Obat Keras
Hanya untuk bagian
P.No 6
P.No 5
Awas Obat Keras
Awas Obat Keras
Gambar 3. Peringatan Obat Keras
2) Obat Wajib Apotek (OWA)
Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat
diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter.
3) Obat keras atau daftar G (Gevaarlijk)
Obat keras yaitu obat-obatan yang tidak digunakan untuk keperluan
teknik, yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, membaguskan,
mendesinfeksikan dan lain-lain bagi tubuh manusia, baik dalam bungkusan
maupun tidak, yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan.
Gambar 4.Simbol Obat Keras
4) Obat psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis,
bukan narkoba yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat, yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
5) Obat narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang dapat mengakibatkan
ketidaksadaran atau pembiusan, karena zat-zat tersebut bekerja langsung
mempengaruhi susunan saraf pusat.
d. Beberapa contoh bentuk sediaan obat, antara lain (Anonim, 1995) :
1) Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi.
2) Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat melarut.
3) Pil adalah bentuk sediaan padat berupa massa bulat, mengandung satu
atau lebih bahan obat, dan dimaksudkan untuk pemakaian secara oral.
4) Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal
pada kulit atau selaput lender.
5) Pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.
6) Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
7) Gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan.
8) Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa,
kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa tidak kurang dari 64,0% dan tidak
lebih dari 66,0%.
9) Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair.
10)
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.
11)
Infusa/infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi
simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit.
12)
Plester adalah bahan yang digunakan untuk pemakaian luar terbuat
dari bahan yang dapat melekat pada kulit dan menempel pada pembalut.
e. Apotek
Apotek merupakan sarana bagi apoteker dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian. Sedangkan definisi apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan
No.1027 tahun 2004 adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya
kepada masyarakat (DepKes, 2004). Dari definisi tersebut dapat diketahui
bahwa apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam
membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat, selain itu juga merupakan salah satu tempat pengabdian dan
praktek profesi dalam melakukan pekerjaan kefarmasian.
Dalam hal membantu masyarakat untuk mencapai derajad kesehatan
yang optimal, maka apoteker di apotek harus senantiasa hadir dan siap untuk
melakukan tugas profesionalnya sesuai dengan ilmu yang dimilikinya, yaitu
dengan memberikan konseling, informasi, dan edukasi kepada masyarakat
tentang obat yang diterimanya (Yustina dan Sulasmono, 2007). Keberadaan
apoteker di apotek memberikan perbedaan pada pelayanan obat tanpa resep
dibandingkan dengan toko atau swalayan lain yang juga melayani pembelian
obat.
f. Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker
dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (DepKes, 2014).
Apoteker adalah profesi yang tidak dapat digantikan dengan profesi lain,
meskipun itu asisten apoteker. Hal ini disebabkan karena apoteker
merupakan profesi yang didasarkan atau persyaratan akademis tertentu dan
ditambah dengan pengetahuan yang khas untuk seorang apoteker. Peran
farmasis dalam sebuah proses pengobatan adalah menjadi penghubung
dalam proses pengobatan antara dokter dan pasien, oleh sebab itu farmasis
harus memiliki keterampilan komunikasi profesional yang didapatkan dari
ilmu-ilmu sosial dan perilaku (Lestari dan Sudjaswadi, 2005).
3. Siswa sekolah dasar
Usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual. Siswa usia
sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program kesehatan. Selain
karena jumlahnya besar, juga karena mudah dijangkau karena terorganisir dengan
baik. Di Indonesia siswa usia sekolah dasar merupakan sasaran yang potensial
untuk dapat diberdayakan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat tentang
pengetahuan obat dan kefarmasian.
Periode sekolah dasar terdiri dari periode kelas-kelas rendah dan periode
kelas tinggi. Adapun pada kelas-kelas yang lebih tinggi (10-12 tahun), seorang
siswa memiliki ciri-ciri (DepKes, 2008a) :
a. Punya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit;
b. Realistik, ingin tahu dan ingin belajar;
c. Menjelang akhir periode (lulus SD) mulai terlihat minat kepada hal-hal atau
mata pelajaran khusus sebagai tanda mulai menonjolnya bakat khusus pada diri
seorang siswa;
d. Sampai usia 11 tahun, seorang siswa membutuhkan guru atau orang dewasa
lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginanya. Selepas usia ini
pada umumnya siswa mulai mempunyai ketrampilan untuk menyelesaikan tugastugasnya tanpa tergantung bantuan orang lain;
e. Siswa memandang angka rapor sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
sekolahnya;
f. Mulai senang membentuk kelas sebaya untuk bermain bersama, sekaligus
membuat peraturan sendiri, yang berbeda dari aturan yang sebelumnya.
4. Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah teknik atau strategi tentang cara-cara
mengajar yang dipergunakan guru atau pelatih agar tercapai tujuan dan sasaran
belajar dapat secara efektif dan efisien (Roestiyah, 2001). Metode pembelajaran
dapat dibagi dalam dua kategori yaitu metode pembelajaran individu bertujuan
membina perilaku baru atau inovasi, sedangkan metode pembelajaran kelas
bertujuan mendidik kelas masyarakat tentang kesehatan. Pemilihan metode
pembelajaran dipengaruhi oleh tujuan dan sasaran pendikan serta akan
mempengaruhi keberhasilan belajar. Faktor lain yang menentukan keberhasilan
belajar adalah pemanfaatan alat indera manusia. Semakin banyak alat indera yang
digunakan untuk menerima dan mengelola informasi, semakin besar kemungkinan
informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan (Arsyad,
2007).
Berikut ini beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran (Sanjaya, 2013) :
a. Metode ceramah
Ceramah merupakan salah satu metode mengajar yang sampai saat ini
masih digunakan dalam dunia pendidikan untuk menyampaikan informasi,
keterangan, uraian suatu persoalan atau masalah secara lisan. Ceramah
melibatkan peserta didik dalam jumlah yang besar dan metri disampaikan
secara lisan (Machfoedz dan Suryani, 2008). Metode penyampaian yang
paling
sering
digunakan
oleh
provider
adalah
ceramah,
dengan
mempertimbangkan keterbatasan waktu, biaya, tenaga dan sarana.
b. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,
situasi, atau benda tertentu, asli atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode
penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan lisan oleh guru.
Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya memperhatikan, akan
tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret (Sanjaya,
2013).
c.
Metode diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa
pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk
memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan
memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Karena
itu diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih
bersifat bertukar pengalaman untuk keputusan tertentu secara bersama-sama
(Sanjaya, 2013).
d. Metode simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau
berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara
penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk
memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi
dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses
pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek sebenarnya
(Sanjaya, 2013).
F. Landasan Teori
Metode pembelajaran adalah teknik atau strategi tentang cara-cara
mengajar yang dipergunakan guru atau pelatih agar tercapai tujuan dan sasaran
belajar dapat secara efektif dan efisien (Roestiyah, 2001). Pemilihan metode
pembelajaran dipengaruhi oleh tujuan dan sasaran pendidikan serta akan
mempengaruhi keberhasilan belajar. Faktor lain yang menentukan keberhasilan
belajar adalah pemanfaatan alat indera manusia. Semakin banyak alat indera yang
digunakan untuk menerima dan mengelola informasi, semakin besar kemungkinan
informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan (Arsyad,
2007).
Ceramah interaktif adalah metode ceramah yang didukung dengan metode
lain seperti tanya jawab dan penggunaan alat bantu pengajaran seperti gambar,
alat atau
lembar peraga, dan sebagainya (Syah, 2008). Metode ceramah
innteraktif para peserta dapat lebih mengembangkan kreatifitas, mengemukakan
berbagai pendapat yang berbeda serta menggiatkan daya pikir peserta (Machfoedz
dan Suryani, 2008). Penggabungan metode ceramah dengan tanya jawab mampu
lebih meningkatkan keberhasilan program pembelajaran ataupun pelatihan.
Ceramah dapat disertai pula dengan contoh-contoh konkrit atau menggunakan alat
bantu atau media seperti gambar, foto, model, maket dan sebagainya (Roestiyah,
2001).
Penelitian yang dilakukan oleh Setiawati (2014) juga menunjukkan
bahwa penyuluhan kesehatan reproduksi dengan metode ceramah dibantu
dengan media presentasi power point berpengaruh secara signifikan terhadap
perubahan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswa SMP Negeri
9 Surakarta. Keberadaan media atau alat peraga dimaksudkan untuk
merangsang sebanyak mungkin panca indera untuk menangkap pengetahuan
sehingga dapat meningkatkan pemahaman (Maulana, 2009). Pengaruh media
audio visual dapat menimbulkan beberapa perubahan, misalnya perubahan
perilaku, meningkatkan pengetahuan, mempengaruhi tahap bertahan,
menguatkan nilai, menengahi faktor, mempengaruhi perspektif psikologis
(Norfolk, 2004).
G. Kerangka Konsep
Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai
dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara
empiris atau ditentukan tingkatnya. Jadi untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel yang diteliti, maka variabel-variabel tersebut perlu
diberi batasan atau definisi operasional. Dalam penelitian ini, variabel bebas
berupa pemberian ceramah interaktif kepada siswa sekolah dasar kelas V SD
Kanisius
Wirobrajan 1 Yogyakarta, sedangkan variabel
terikat
adalah
pengetahuan obat pada siswa sekolah dasar kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1
Yogyakarta.
Variabel bebas
Variabel terikat
Pembelajaran
dengan
Peningkatan pengetahuan
metode
ceramah
obat siswa kelas V SD
interaktif kepada siswa
Kanisius Worobrajan 1
kelas V SD Kanisius
Yogyakarta.
Worobrajan
1
Yogyakarta.
Gambar 5. Kerangka Konsep
Berikut definisi operasional variabel :
1. Pembelajaran adalah pemberian materi antara peneliti kepada siswa kelas V
SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta dalam pemberian ceramah interaktif
ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan siswa sekolah dasar kelas V di
SD terkait pengetahuan obat.
2. Ceramah interaktif adalah metode pembelajaran dengan melibatkan peserta
dalam jumlah banyak, dipandu oleh narasumber, disertai tanya jawab
menggunakan alat bantu berupa gambar atau video tentang obat.
3. Pengetahuan adalah kemampuan siswa untuk menjawab dengan benar
pertanyaan atau pernyataan yang ada dalam kuesioner tentang pengetahuan
obat.
4. Kelas perlakuan adalah siswa kelas VB di SD Kanisius Wirobrajan 1
Yogyakarta yang diberikan pembelajaran tentang obat.
5. Kelas kontrol adalah siswa kelas VA di SD Kanisius Wirobrajan 1
Yogyakarta yang diberikan pembelajaran tentang kebudayaan.
H. Hipotesis
Pembelajaran dengan metode ceramah interaktif tentang pengetahuan obat
dapat meningkatakan pengetahuan obat pada siswa kelas V SD Kanisius
Wirobrajan 1 Yogyakarta.
Download