BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ovariektomi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ovariektomi atau operasi pengambilan ovarium menyebabkan penurunan
hormon estrogen (Suhargo, 2005). Perubahan akibat kurangnya hormon estrogen
adalah penurunan Tetraiodotironin (T4), peningkatan Thyroid Stimulating
Hormone (TSH), dan pembesaran tiroid (Barret, 2003).
Kelenjar tiroid secara normal menghasilkan hormon tiroid yang terdiri atas
2 macam hormon yaitu Triiodotironin (T3) dan T4. Thyroid Stimulating Hormone
(TSH) berperan penting dalam sintesis hingga mengatur kadar hormon tiroid.
Ketika jumlah T3 dan T4 dalam sirkulasi sedikit, maka hipotalamus akan
menghasilkan Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) dalam jumlah yang besar
dan meningkatkan pembentukan TSH. Sebaliknya, ketika jumlah T3 dan T4 di
sirkulasi meningkat, maka melalui mekanisme negative feedback yang dilakukan
oleh T3 dan T4 pada hipotalamus dapat menyebabkan produksi TSH menurun
untuk menjaga keseimbangan produksi hormon tiroid pada kelenjar tiroid
(Carassco, 2005; Larsen, 1998; Macdougall, 2006). Hormon tiroid berfungsi
untuk mengatur metabolisme tubuh. Pada dosis fisiologis dapat meningkatkan
anabolisme protein, penggunaan ATP, absorpsi glukosa dan lipolisis jaringan
lemak (Hadley, 1992; Brook & Marshall, 1996).
Kelebihan hormon tiroid, Penyebab tersering adalah penyakit Grave
(autoimmun) yaitu tubuh membentuk Thyroid Stimmulating Immunoglobin (TSI).
Thyroid Stimmulating Immunoglobin (TSI) memiliki sel sasaran pada reseptor
1
2
TSH di sel kelenjar tiroid. Thyroid Stimmulating Immunoglobin (TSI) melakukan
hal yang serupa dengan TSH yaitu merangsang sel-sel di kelenjar tiroid untuk
memproduksi hormon tiroid. Produksi hormon tiroid distimulasi oleh TSI tidak
memiliki kontrol umpan balik negatif, maka terjadi produksi tiroid secara terus
menerus. Kelainan yang sangat jarang prevalensinya adalah sekresi TRH dan TSH
yang berlebihan. Penampakan kelenjar tiroid pada penderita secara jelas yaitu
hiperplasia dengan pembesaran ukuran 2-3 kali daripada yang normal (Sherwood,
2001; Guyton, 2008).
Kekurangan hormon tiroid, istilah goitter koloid endemik berarti kelenjar
tiroid
yang
membesar
diakibatkan
kekurangan
asupan
yodium
dalam
pembentukan hormon tiroid. Kekurangan yodium menghambat pembentukan
hormon tiroid, menyebabkan kontrol umpan balik terhadap produksi TSH tidak
berjalan optimum. Tiroid Stimulating Hormon (TSH) yang disekresi terus
menerus mengakibatkan sel di kelenjar tiroid melakukan endositosis tiroglobulin.
Tetapi yodium sangat minim, pembentukan hormon tersebut berjalan tidak
maksimal sehingga kelenjar tiroid membesar akibat timbunan tiroglobulin di
dalam sel (Guyton, 2008).
Kelenjar tiroid dalam keadaan tidak aktif akan menghasilkan hormon T3
dan T4 yang kemudian disimpan dalam bentuk koloid di dalam tiroid. Ketika
kelenjar tiroid dirangsang untuk aktif, sebagian besar T4 kemudian akan
dilepaskan ke sirkulasi sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar yang kemudian
mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh protein yaitu
Thyroid Binding Globulin (TBG) atau Thyroxine Binding Prealbumine (TBPA).
3
Peningkatan kadar estrogen dalam darah mengakibatkan peningkatan kadar TBG,
T3 dan T4 yang terikat pada protein. Tingginya hormon estrogen akan mengubah
pola glikosilasi TBG pada saat disintesis di hepar, menyebabkan waktu paruh
TBG dalam plasma memanjang sehingga terjadi penurunan degradasi TBG
perifer akibat meningkatnya TBG plasma. Perubahan akibat kurangnya hormon
estrogen dalam sirkulasi adalah menurunnya kadar TBG yang mengikat hormon
tiroid, maka kelenjar tiroid menjadi inaktif, sehingga terjadi penurunan T4,
peningkatan TSH, dan pembesaran tiroid (Barret, 2003).
Terapi dengan tamoxifen diberikan pada wanita postmenopause sebagai
pengganti estrogen. Estrogen memiliki efek stimulasi pada fungsi hipofisis dan
pelepasan TSH, estrogen dapat berinteraksi dengan TSH dan dengan demikian
memainkan peran dalam fungsi tiroid (Donda et al., 1990). Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa efek dari estrogen dan tamoxifen pada kelenjar tiroid
mungkin tidak langsung, sebagai konsekuensi dari peningkatan kadar serum TBG
dan perubahan terkait dalam fungsi tiroid (Zidan dan Rubenstein, 1999).Terapi
dengan tamoxifen menimbulkan efek positif dan negatif. Efek positifnya adalah
beberapa fungsi estrogen dalam tubuh kembali normal, dan efek negatifnya antara
lain memicu kanker kelenjar mamae (Grainger dan Schofield, 2005). Tamoxifen
dapat memiliki efek estrogen-like sehingga dapat merangsang proliferasi sel-sel di
jaringan tersebut dan meningkatkan resiko terjadinya keganasan (Matsuyama et
al., 2000). Salah satu efek estrogen-like dari Tamoxifen adalah terhadap kelenjar
tiroid, dimana beberapa penelitian menunjukkan adanya peningkatan kejadian
karsinoma sekunder dan adenoma pada tiroid setelah mengkonsumsi Tamoxifen
4
(Matsuyama et al., 2000).Terapi pengganti estrogen yang lain adalah etinil
estradiol. Etinil estradiol merupakan estrogen steroid sintetik dimana terdapat
penambahan gugus etinil pada C 17 pada estradiol (Gorodeski, 2000).Oleh karena
itu, untuk mengetahui pengaruh tamoxifen dan etinil estradiol terhadap gambaran
histopatologi pada tiroid tikus ovariektomi dilakukan penelitian.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
tamoxifen dan etinil estradiol terhadap gambaran histopatologi tiroidtikus
Sprague-Dawleypasca dua bulan ovariektomi.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah dapat dijadikan studi pembanding bagi para
peneliti mengenai pengaruh terapi tamoxifendan etinil estradiolterhadap aktifitas
tiroid tikus ovariektomi.
Download