ARUS KOMUNIKASI VERTIKAL PADA IKATAN

advertisement
ARUS KOMUNIKASI VERTIKAL PADA IKATAN SAPMA PEMUDA
PANCASILA DI USU
(Studi Deskriptif Kualitatif Arus Komunikasi Vertikal Pada Ikatan Satuan
Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila di Universitas Sumatera Utara)
JOY PRAMADANA MELIALA
090904121
Abstrak
Penelitian ini berjudul Arus Komunikasi Vertikal Pada SAPMA Pemuda
Pancasila di USU (Studi Deskriptif Kualitatif Arus Komunikasi Vertikal Pada
Ikatan Satuan Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila di Universitas Sumatera
Utara). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui Arus
Komunikasi vertikal pada Satuan Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila di
Universitas Sumatera Utara. Teori yang digunakan dan dianggap relevan dalam
penelitian ini adalah Teori Komunikasi Organisasi, Jenis dan Proses Komunikasi
Organisasi, Jaringan Komunikasi Organisasi, Komunikasi ke Bawah, Komunikasi
ke Atas. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan subjek dalam
penelitian ini adalah adalah Arus Komunikasi Vertikal SAPMA PP di USU pada
Mahasiswa USU yang merupakan anggota SAPMA PP di USU dan objek
penelitian adalah Ikatan kepemudaan di Universitas Sumatera Utara yaitu Satuan
Mahasiswa dan Pelajar Pemuda Pancasila (SAPMA PP). Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan tiga cara yaitu wawancara mendalam, observasi, studi
kepustakaan, peneliti mengumpulkan data melalui interview kepada atasan dan
bawahan SAPMA PP di USU yang masih aktif, terjun langsung atau observasi
langsung ke lapangan selama 15 Agustus 2013-17 Januari 2014. Teknik analisis
data yang digunakan adalah model Miles dan Huberman. Hasil dari penelitian ini
bahwa komunikasi vertikal yang terjadi di SAPMA PP di USU berjalan dengan
baik dan lancar.
Kata kunci : Deskriptif, Arus Komunikasi vertikal, SAPMA PP di USU,
Komunikasi Organisasi
PENDAHULUAN
Konteks Masalah
Komunikasi merupakan penggerak organisasi seperti yang dikatakan
Rogers bahwa komunikasi adalah darah kehidupan yang mengalir dalam
organisasi, komunikasi meliputi semua kegiatan dalam organisasi yang
menghasilkan peralatan kerja yang penting akan menimbulkan saling pengertian
serta kerjasama yang baik antar anggota organisasi (Rogers dan Agarwala, 1976).
Satuan Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila di USU atau yang
sering disebut SAPMA PP di USU adalah salah satu kegiatan ekstrakulikuler
kampus yang merupakan sebuah wadah Mahasiswa USU yang meninggalkan
jejak - jejak sejarah kepada generasi berikutnya dengan kegiatan - kegiatan yang
nyata, monumental, patut diteladani, dipelihara, dan dilanjutkan. Bukan menjadi
SAPMA yang hanya menangani kegiatan-kegiatan yang bersifat ceremonial dan
1
sloganis serta berbau politis saja. Menjadikan SAPMA sebagai moral force dan
kontrol sosial terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara dalam segala aspek.
Mengingat pemuda jaman sekarang kurang menunjukan peran kontrol sosial dan
moral
force
yang
tangguh
seperti
pemuda
masa
lalu
(http://satmappusu.blogspot.com/).
Downward communication yang terjadi di dalam SAPMA PP di USU
berjalan dengan lancar, komunikasi tersebut dapat ditemukan pada saat briefing
setelah melakukan event salah satunya. Kegiatan seperti briefing seharusnya
berfungsi untuk dapat memotivasi bawahan, memberikan pencerahan-pencerahan
dan mengarahkan bawahan agar tetap fokus terhadap target kerja mereka masingmasing. Ketika kegiatan briefing, komunikasi langsung untuk upward
communication juga mengharuskan para bawahan untuk melakukan komunikasi
dengan atasannya sehingga atasan dapat langsung memberikan solusi dan
kebijakan terhadap masalah yang disampaikan oleh bawahan tetapi kegiatan
upward communication tersebut tidak berjalan secara efektif, peneliti melihat
bawahan tidak terlalu terbuka dengan atasannya terbukti bawahan tidak ada
memberi komentar maupun saran pada saat melaksanakan briefing tersebut,
bawahan hanya menyetujui apapun yang diinstruksikan atasannya.
Jadwal kegiatan tetap lainnya juga mengharuskan atasan dan bawahan
untuk melakukan rapat. Ketika melakukan kegiatan ini atasan dalam downward
communication memberikan review dan penilaian kerja terhadap masing-masing
bawahan. Sementara upward communication yang dilakukan berfungsi untuk
saling pengertian dan
pertukaran pendapat (sharing) dalam menghadapi
permasalahan target organisasi. Oleh karena itu jadwal dibuat tetap, agar
penyampaian informasi dari bawahan kepada atasannya akan selalu berkelanjutan
sehingga atasan dapat memberikan keputusan tetapi peneliti melihat kegiatan
upward communication tersebut tidak berjalan dengan semestinya melainkan
bawahan kurang melaukan sharing dengan atasannya dan jarang memberi laporan
hasil dari pelaksanaan instruksi tugas dari atasannya.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk membahas
peranan komunikasi organisasi terhadap berkembangnya organisasi SAPMA PP
USU tersebut yang merupakan tempat dilakukannya penelitian ini. Alasan lain
peneliti untuk meneliti organisasi ini karena peneliti melihat upward
communication yang terjadi di dalam SAPMA PP tersebut tidak terlaksana dengan
lancar, bawahan kurang menyampaikan keluhannya kepada atasan mengenai
kepemimpin pemimpin mereka selama di SAPMA PP. Kejadian ini membuat
peneliti ingin membahas komunikasi vertikal yang terjadi di dalam SAPMA PP di
USU.
KAJIAN PUSTAKA
Paradigma Kajian
Kata kunci paradigma konstruktivisme adalah pendekatan antar pesona
melalui komunikasi yang berbasis pada “konsep diri”. Paradigma ini dalam
membangun (mengkonstruksi) pemahaman atau makna, secara bersama-sama
melalui pemahaman berbasis pada subjek, dengan menggunakan elaborasi kode
yang mana, menghargai perasaan, kepentingan, dan sudut padangan orang lain.
2
Komunikasi Organisasi
Menurut Goldhaber defenisi tentang komunikasi organisasi yaitu
“organizational communications is the process of creating and exchanging
messages within a network of interdependent relationship to cope with
environmental uncertainly” yang artinya komunikasi organisasi adalah proses
menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling
tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau
yang selalu berubah-ubah (Goldhaber,1990: 16). Berarti di dalam suatu organisasi
terdapat sejumlah orang-orang yang ada di dalamnya yang saling bertukar
informasi baik itu antara atasan dan bawahan maupun antara bawahan dan
bawahan.
Menurut Liliweri ada 3 tujuan utama dari komunikasi organisasi yang
terdiri atas tindakan koordinasi, membagi informasi (information sharing) dan
Komunikasi bertujuan untuk menampilkan perasaan dan emosi.
Hambatan-Hambatan Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi dalam organisasi tidak selamanya berjalan dengan mulus
seperti yang diharapkan. Seringkali dijumpai dalam suatu organisasi terjadi salah
pengertian antara satu anggota dengan anggota lainnya atau antara atasan dengan
bawahannya mengenai pesan yang mereka sampaikan dalam berkomunikasi.
Robbins meringkaskan beberapa hambatan komunikasi yaitu penyaringan,
perspektif selektif, perasaan, bahasa.
Usaha-Usaha Mengurangi Hambatan Komunikasi Organisasi
Menurut Down, ada empat cara umum yang dapat dilakukan oleh anggota
organisasi untuk menambah ketepatan mengkomunikasikan informasi dalam
organisasi dengan cara menetapkan lebih dari satu saluran komunikasi,
menciptakan prosedur untuk mengimbangi distorsi atau hambatan, menghilangkan
pengantara antara pembuat keputusan dengan pemberi informasi,
mengembangkan pembuktian gangguan pesan.
Jenis dan Proses Komunikasi Organisasi
Jenis Komunikasi Organisasi adalah komunikasi lisan dan tertulis,
komunikasi verbal dan non verbal, Komunikasi kebawah, keatas, dan kesamping,
komunikasi formal dan informal.
Proses Komunikasi Organisasi terdiri dari proses ideasi, proses encoding, proses
pengiriman, proses penerimaan, proses decoding, proses tindakan.
Jaringan Komunikasi Organisasi
Komunikasi formal dapat dapat dibedakan menjadi 2 arah yaitu vertikal
dan horizontal. Komunikasi vertikal merupakan proses komunikasi yang
dilakukan dari atasan ke bawahan dan sebaliknya. Komunikasi horizontal adalah
proses komunikasi yang dilakukan oleh antar jabatan dengan kedudukan yang
sama. Ada 3 bentuk utama arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang
mengikuti proses komunikasi organisasi (Muhammad, 2009:108).
3
Komunikasi ke Bawah (Downward Communication)
Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari atas
ke bawah. Komunikasi ke bawah biasanya diberikan pimpinan kepada bawahan
atau para anggota organisasi dengan tujuan untuk memberikan pengertian
mengenai apa yang harus dikerjakan oleh para anggota sesuai dengan
kedudukannya. Pesan-pesan tersebut dapat dijalankan melalui kegiatan:
pengarahan, petunjuk, perintah, teguran, penghargaan, dan keterangan umum
(dalam Muhammad, 2009:107).
Fungsi Komunikasi ke Bawah (Downward Communication)
Kegunaan dari komunikasi ke bawah dapat memberikan penetapan tujuan,
memberikan instruksi pekerjaan, menginformasikan kebijakan dan prosedur pada
bawahan, menunjukkan masalah yang memerlukan perhatian dan mengemukakan
umpan balik terhadap kinerja. Secara umum komunikasi vertikal ke bawah dapat
diklasifikasikan atas lima tipe antara lain instruksi tugas, rasional, ideologi,
informasi, balikan.
Bentuk Komunikasi Atasan Kepada Bawahan
Pimpinan menyampaikan informasi kepada bawahan dapat dilakukan
dengan berbagai metode. Empat klasifikasi metode yaitu: metode lisan, tulisan,
gambar dan campuran dari lisan-tulisan dan gambar. Berdasarkan beberapa
penelitian para ahli ditemukan bahwa metode lisan saja paling efektif digunakan
untuk situasi memberikan teguran atau menyelesaikan perselisihan di antara
anggota organisasi. Metode tulisan saja paling efektif digunakan untuk
memberikan informasi yang memerlukan tindakan di masa yang akan datang,
memberikan informasi yang bersifat umum, dan tidak memerlukan kontak
personal. Sementara itu hasil penelitian setiap level menyatakan metode yang
paling efektif adalah metode lisan diikuti tulisan. Mereka juga mengatakan bahwa
pemakaian papan pengumuman dan metode tulisan saja kurang efektif digunakan
(Muhammad, 2009:115).
Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Atasan Kepada Bawahan
Arus komunikasi dari atasan kepada bawahan tidaklah selalu berjalan
lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain yaitu keterbukaan,
kepercayaan pada pesan tulisan, pesan yang berlebihan, timing, penyaringan
(Muhammad, 2009:110-112).
Komunikasi ke Atas (Upward Communication)
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada
atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.
Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran
dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada
penyempurnaan moral dan sikap karyawan, tipe pesan adalah integrasi dan
pembaruan (dalam Muhammad, 2009:116).
4
Fungsi Komunikasi Kepada Atasan (Upward Communication)
Komunikasi ke atas (upward communication) terjadi ketika bawahan
(subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari
bawah ke atas ini adalah:
a. Penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah
dilaksanakan.
b. Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun
tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan.
c. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
d. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun
pekerjaannya. (Tubbs, Stewart L & Styvia Moss, 2000: 135)
Jenis Informasi Yang Dikomunikasikan Kepada Atasan
Kebanyakan analisis dan penelitian dalam komunikasi ke atas menyatakan
bahwa penyelia dan manajer harus menerima informasi dari bawahan mereka
yaitu:
1. Memberitahukan yang dilakukan bawahan tentang pekerjaan, prestasi,
kemajuan, dan rencana-rencana untuk waktu mendatang.
2. Menjelaskan persoalan-persoalan kerja yang belum dipecahkan bawahan
yang mungkin memerlukan beberapa macam bantuan.
3. Memberikan saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit-unit mereka
atau dalam organisasi sebagai suatu keseluruhan.
4. Mengungkapkan bagaimana pikiran dan perasaan bawahan tentang
pekerjaan rekan kerja, dan organisasi. (Pace dan Faules, 2005:190).
Bentuk Komunikasi Bawahan Kepada Atasan
Davis dan Newstrom mengidentifikasi beberapa sarana yang dinilai dapat
mendorong komunikasi vertikal arus ke atas (upward communication) adalah:
1) Rapat dan pertemuan (meetings) karyawan, diadakan secara periodik,
membicarakan berbagai hal mengenai kebutuhan dan masalah-masalah yang
dihadapi para karyawan.
2) Kebijaksanaan Pintu Terbuka (Open Door Policies), kebijaksanaan yang
mendorong karyawan untuk berinisiasi datang kepada pimpinan mereka
untuk membicarakan berbagai hal yang penting dan relevan dengan
pekerjaan.
3) Menyediakan Kotak Saran (Box Suggestion) dan penerbitan buletin atau
inhouse magazine. Karyawan yang tidak memiliki waktu yang cukup
ataupun tidak memiliki keberanian yang cukup, maka media ini dapat
menolong mengatasi persoalan yang dihadapinya.
4) Partisipasi dalam kelompok-kelompok sosial yang diadakan perusahaan,
guna membangun jalinan komunikasi informal, seperti: olah raga,
pertemuan arisan karyawan, rekreasi, dan lain-lain (dalam Muhammad,
2009: 122).
5
Kerangka Pemikiran
Skema Kerangka Pemikiran Peneliti
Paradigma
Konstruktivisme
1.7 Metodelogi Penelitian
Ikatan SAPMA PP di USU
Komunikasi
Organisasi
Arus Komunikasi
vertikalnya pada
SAPMA PP di
USU.
Sumber : Peneliti
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metodologi kualitatif melalui pendekatan deskriptif. Metode dekriptif diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/
melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseoraang, lembaga, masyarakat
dan lainlain pada saat sekarang berdasarkan fakta–fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya (Nawawi, 1995: 63).
Kerangka Analisis
Komunikasi Organisasi
SAPMA PP USU
Komunikasi Ke
Atas (Upward
Communication)
1. Fungsi Informatif
2. Fungsi Regulatif
3. Fungsi Persuasif
Komunikasi Ke
Bawah
(Downward
Communication)
4. Fungsi Intergratif
1. Penyampaian Instruksi
Kerja
2. Penjelasan tentang
mengapa suatu tugas itu
perlu dilaksanakan
3. Penyampaian Informasi
mengenai peraturan
4. Pemberian motivasi
1. Penyampaian Saran
2. Penyampaian
Informasi mengenai
persoalan pekerjaan
3. Pelaporan mengenai
pekerjaan
4. Penyampaian Keluhan
Pembahasan
6
Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Metode wawancara mendalam (in-depth interview)
Esterberg, (dalam Sugiono,2005: 72) mendefenisikan “interview”
atau wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide – ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam topik tertentu. Wawancara mendalam secara umum adalah proses
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara,
dimana pewawancara informan terlibat dalam kehidupan sosial yang
relatif lain. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah
keterlibatannya dalam kehidupan informan (Bungin, 2009: 108). Selain
itu, Stainback, (dalam Sugiyono, 2005:72) mengatakan bahwa dengan
wawancara maka peneliti akan mengetahui hal – hal yang lebih mendalam
tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang
terjadi dimana hal tersebut tidak bisa ditemukan melalui observasi.
2. Observasi
Observasi diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung
tanpa mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang
dilakukan oleh objek tersebut. Observasi merupakan metode pengumpulan
data yang digunakan pada riset kualitatif. Yang diobservasi adalah
interaksi (perilaku) dan percakapan yang terjadi antara subjek yang diriset
(Kriyantono, 2009:108).
Observasi ini apabila dilihat dari akurasi data yang diperoleh
mungkin dapat diandalkan, namun memerlukan waktu yang cukup banyak.
Terutama jika objek pengamatan muncul dalam interval waktu yang lama
serta berlangsung pada alokasi waktu yang lama pula (Bungin, 2003:116).
3. Penelitian Kepustakaan
Studi Kepustakaan (library research),yaitu dengan cara
mengumpulkan semua data yang berasal dari literatur serta bahan bacaan
yang relevan dengan penelitian ini. Studi kepustakaan dalam penelitian ini
menghasilkan berbagai data yang didapatkan dari buku-buku atau sumber
bacaan mengenai komunikasi organisasi.
PEMBAHASAN
Komunikasi ke bawah (downward communication) berjalan dengan baik
terbukti dari atasan selalu memberi saran dan motivasi yang bermanfaat bagi
bawahannya yang terlihat pada saat melaksanakan musyawarah yang
membicarakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh SAPMA PP itu
sendiri, dengan adanya pemimpin yang bijak maka semua kegiatan akan berjalan
sukses karena suksesnya pelaksanaan tugas-tugas kepemimpinan itu sebagian
besar ditentukan sekali oleh keterampilannya menjalin komunikasi yang baik
dengan semua pihak yang ada kaitannya dengan kegiatan organisasi. Hal tersebut
tentunya akan meningkatkan loyalitas kinerja setiap anggota terhadap tugas dan
tanggung jawabnya. SAPMA PP di USU juga menerapkan asas kekeluargaan
7
yang membuat atasannya menjadi akrab dengan anggotanya karena kegiatan yang
ada di dalam SAPMA PP di USU tersebut tidak hanya dilakukan oleh bawahan
saja melainkan atasan juga ikut serta dalam melaksanakan kegiatan organisasi
tersebut.
Komunikasi ke atas (upward communication) yang dilakukan antara
bawahan terhadap atasan dalam hal pemberian informasi tugas telah dilakukan
dengan efektif. Bawahan telah memiliki hak untuk menyampaikan persoalanpersoalan dan dalam pekerjaan mereka masing-masing yang terlihat pada saat
musyawarah dilakukan. Saran-saran dari bawahan kepada atasan juga sangat
diterima dengan positif oleh atasan itu sendiri. Dalam hal ini, atasan telah siap
untuk melakukan komunikasi upward communication sehingga bawahan merasa
tidak sungkan untuk menyampaikan persoalan-persoalan yang mereka alami
dalam melaksanakan instruksi dari atasan dan juga dalam hal penyampaian saransaran mereka kepada atasannya. Jika dilihat dari tugas dan tanggung jawab, suatu
organisasi terbentuk apabila memerlukan usaha lebih dari satu orang untuk
menyelesaikannya. Kondisi ini timbul mungkin disebabkan oleh karena tugas itu
terlalu besar atau terlalu kompleks untuk ditangani oleh satu orang saja
(Muhammad, 2009:24). Oleh karena itu, adanya komunikasi antara atasan dan
bawahan (downward communication) dan juga komunikasi antara bawahan
terhadap atasan (upward communication) harus terjalin dengan baik sehingga
dapat mencari solusi permasalahan untuk setiap persoalan pekerjaan dalam
organisasi.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka
dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian pada ikatan SAPMA PP di USU, komunikasi
vertikal yang terjadi di dalam Ikatan SAPMA PP di USU berjalan dengan
lancar terbukti dengan adanya pertukaran saran antara atasan dengan
bawahan dan juga saling memberi motivasi antara atasan dan bawahan yang
terbukti dari atasan memotivasi bawahannya dengan memberi kalimatkalimat pujian kepada bawahannya yang melaksanakan tugas dengan baik.
Proses komunikasi ke bawah (Downward Communication) juga terbukti
lancar dibagian pemberian instruksi tugas, atasan memberi arahan secara
rinci instruksi tugas yang harus dilakukan oleh bawahannya, pada
pelaksanaan tugas, bawahan juga mendapat penjelasan secara rinci alasan
instuksi tersebut harus dilakukan dan dalam hal informasi peraturan juga
berjalan dengan lancar yang terbukti dari atasan selalu tegas dalam memberi
peringatan dan hukuman bagi bawahan yang melanggar peraturan tersebut
dengan lancarnya komunikasi tersebut membuat bawahan melaksanakan
tanggung jawabnya dengan baik sesuai dengan instruksi dari atasannya.
2. Proses komunikasi ke atas (Upward Communication) juga berjalan lancar
terbukti dari bawahan selalu memberi informasi pekerjaan seperti
memberitahu hasil dari pelaksanaan instruksi dari atasan, dalam hal
informasi persoalan pekerjaan, bawahan selalu memberitahukan masalah-
8
masalah yang di dapat bawahan pada saat pelaksaan instruksi dari atasannya
dan dalam hal saran dan keluhan, bawahan selalu memberi saran-saran
kepada atasannya apabila atasan membutuhkannya terutama pada saat
musyawarah dan bawahan juga terbuka dengan atasannya apabila bawahan
tersebut tidak nyaman di dalam organisasi tersebut. Penyampaian informasi
yang dilakukan bawahan juga dilaksanakan dengan baik dan efektif dan
apabila penyampaian informasi berjalan efektif kedepannya maka
mempermudah atasan dan bawahan melaksanakan tugasnya masing-masing.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti mengajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Saran secara teoritis, bawahan diharapkan dapat ikut berpartisipasi secara
aktif untuk datang dalam rapat dan juga menyampaikan saran dan keluhan
kepada pimpinan di saat berlangsungnya rapat karena menyampaikan saran
dan keluhan yang inovatif akan berpengaruh terhadap kelangsungan
operasional sebuah organisasi.
2. Saran dalam kaitan Akademik, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui
fungsi komunikasi ke bawah (downward communication) dan fungsi
komunikasi ke atas (upward communication). Secara akademis penelitian ini
dapat memberikan masukan, dan menambah bahan penelitian, bahan
referensi, serta sumber bacaan dikalangan mahasiswa khususnya di
lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu
Komunikasi. Peneliti juga berharap penelitian ini dapat berlanjut dalam
peneltian mengenai komunikasi ke bawah (downward communication) dan
komunikasi ke atas (upward communication) pada suatu organisasi.
3. Saran secara praktis, dapat menjadi masukan bagi pihak SAPMA PP USU
khususnya tentang komunikasi ke bawah (downward communication) dan
komunikasi ke atas (upward communication). Dengan adanya penelitian ini
semoga dapat menjadi pertimbangan bagi pihak SAPMA PP USU untuk lebih
memperhatikan kenyamanan bawahannya dan mampu menciptakan
lingkungan organisasi yang kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana
Predana Media.
Everett M. Rogers, and Rekha Agarwala. 1976 . Communication in Organization.
New York: The Free Press.
Kriyantono, Rachmad. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Muhammad, Arni. 2009. Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara.
Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pace, R. Wayne & Don F. Faules. 2009. Komunikasi Organisasi: strategi
meningkatkan kinerja perusahaan. Terjemahan: Deddy Mulyana, MA.
Ph.D. Remaja Rosada Karya, Bandung.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET.
9
Tubbs, Stewart L,dan Styvia Moss. 2000. Human Communication: KonteksKonteks Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sumber lain:
http://satmappusu.blogspot.com/ (diakses 15 Agustus 2013)
10
Download