Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang “Agama Adat” Orang Lom STRATEGI BERTAHAN (SURVIVAL STRATEGY); STUDI TENTANG “AGAMA ADAT” ORANG LOM DI DESA PEJEM, KECAMATAN BELINYU, KABUPATEN BANGKA, PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Aimie Sulaiman* Abstract Lom people are the oldest tribe in Bangka and still maintain and carry out religious practices derived from their ancestral beliefs in daily life. Although at this time the majority of the Lom had converted to Islam, a small portion Christians and Buddhists. Survival strategies that people use their indigenous religion Lom to make this community to the attention of many people to study and conduct research to it. It can be concluded that the values of the belief system Lom contains taboos and rituals that would have a very recognized their significance as a holy and regulations have been passed down from generation to generation. Islam is believed the majority of people only as a symbol Lom and complement their life course, regardless of the pressure caused government requiring them to hold one of the official religions that exist in the Republic of Indonesia. That way they are not said to be a community of atheists, infidels, and primitive. However, due to the dominance of the Lom original belief system is more powerful than the religion of Islam, led to the values of trust is difficult ancestral replaced with the values of other beliefs. Keywords : Lom, Agama Adat, and Survival Strategy I. PENDAHULUAN1 agama-agama non profetik yang saat ini Keberadaan kelompok etnis yang menyebar diseluruh nusantara, memiliki keunikan-keunikan tersendiri yang dapat menjadi inspirasi bagi kajian-kajian sosial budaya. Keunikan diantaranya dicirikan etnis terancam keberadaannya. Ancaman ini kadang sulit untuk dibendung mengingat proses tranformasi sosial yang terus berlangsung bahkan akibat-akibat adanya kelom[pok kepentingan yang mengatas namakan modernisasi. oleh adanya penerapan sistem Proses transformasi sosial yang kepercayaan (religi) dalam kehidupan terjadi dalam kehidupan manusia, baik kelompok. mengenai cara beragama, prsaktik-praktis perbedaan 1 kelompok semakin dan Sistem kepercayaan yang dipahami dalam konteks sosiologi maupun ritus lokal, hingga bagaimana suatu antropologi tidak hanya mengkaji agama- komunitas berusaha membangun strategi agama profetik tetapi juga keberadaan bertahan di bawah bayang-bayang dan tantangan modernisasi dan globalisasi *Penulis adalah Dosen pada Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bangka Belitung. mengalami hambatan yang serius. Kajian 1 Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang Jurnal Society, Volume II, Nomor 1, Juni 2014 “Agama Adat” Orang Lom tentang konteks ini, sebenarnya lebih termasuk kepada kepedulian akan hak-hak sosial dan struktur elite (dalam hal ini bisa jadi upaya membela kepentingan-kepentingan pemerintah atau pemangku adat) dan grass komunitas root atau masyarakat kebanyakan/awam, lokal. Komunitas lokal lahirnya agama dan menempati wilayah tertentu yang (meminjam istilah Durkheim ; agama mempunyai dalam profetik dan agama non profetik), dan lain mengatur kehidupan sosial untuk menjaga sebagainya. Kontruksi teologis agama- keharmonisan lingkungan. Unsur-unsur agama kerapkali memunculkan konsensus inilah yang acapkali kita sebut dengan kolektif yang menghubungkan wilayah kearifan lokal (local wisdom) spiritual manusia dengan hukum-hukum Strategi lokal bertahan (survival strategy) bisa diartikan sebagai cara yang digunakan oleh seseorang, atau sekelompok orang untuk mempertahankan dan agama sosial, dimaksud adalah orang-orang yang ada kecerdasan senior kelas-kelas yunior sosial, dimana kedua hukum itu memiliki ruang dan konteks yang berbeda yang dengan hokum masing-masing telah melahirkan perspektif yang berbeda. eksistensi kediriannya yang bernilai atau Jika kita mengasumsikan agama dianggap bernilai, baik yang bersifat menurut ukuran para sosiolog, Emile material maupun non material. Dalam Durkheim perspektif merupakan sistem keyakinan dan praktik sosiologi, strategi bertahan misalnya, terhadap gerusan ancaman-ancaman yang setiap keyakinan dan praktik yang membentuk waktu dapat merusak nilai-nilai yang suatu moral komunitas pemeluknya (Irwan menjadi kearifan dari sebuah komunitas. Abdullah, 2008 : 4) . Moral komunitas ini Oleh karena itu, pandangan pluralistik memperlihatkan bahwa agama berfungsi tentang praktik-keagamaan lokal harus sebagai perekat atau kohesi sosial antara muncul dari studi empiris yang utuh, dan satu sama lain yang mengintegrasikan sarat informasi, termasuk di dalamnya manusia ke dalam satu ikatan moral yang harus mencakup analisa interaksi antar- kolektif. Manusia di sini berada pada konteks lokal dari beberapa struktur sosial posisi pasif yang diatur berdasarkan sistem yang tersedia karena ruang geraknya selalu moral yang menjadikannya sebagai bagian berubah dari waktu ke waktu. yang batas tertentu akan mengantarkan kita pada pemahaman tentang relasi yang tidak terbebas dari fungsi-fungsi struktur sosial, terintegrasi kelembagaan yang sacral, agama lazimnya menjadi sebuah pilihan ditengah Interaksi-interaksi struktural dalam hal-hal melihat yakni dalam mekanisme masyarakat. Durkheim selanjutnya menegaskan bahwa keyakinankeyakinan merupakan keagamaan tiada lain refleksi dari masyarakat itu 2 Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang “Agama Adat” Orang Lom sendiri, dengan ritual keagamaan yang memisahkan agama dari urusan negara ; melaluinya tetapi soslidaritas kelompok diperkuat dan kepercayaan pasa tatanan sebagai sebuah fenomena sosial, tetapi masyarakat sebagai fenomena keagamaan. Berdasarkan pernyataan ini, dapat dimaknai bahwa di dalamnya terdapat aksioma dasar struktural fungsional, dimana agama untuk mengintegrasikan sistem-sistem sosial. mengambil bentuk “Negara Pancasila (Saerozi, 2004 : 1). moral ditegaskan kembali. Maka dari itu, Durkheim tidak mengatakan bahwa agama Indonesia Oleh karena itu, fungsi negara berkewajiban memberikan hak sipil terhadap eksistensi agama-agama atau kepercayaan yang ada yang sedang dianut oleh komunitas tertentu di Indonesia. Bentuk pemberian hak sipil itu antara lain member pengakuan kebebasan dan berekspresi. dalamnya adalah sekaligus Termasuk di memberikan Dengan bahasa yang lain, Anthony perlindungan hokum bagi umat beragama Giddens mendefinisikan agama sebagai dan penganut kepercayaan ; memberikan seperangkat simbol yang membangkitkan perlindungan keamanan perasaan takzim dan khidmat, serta terkait beragama membantu dengan pelbagai praktik ritual amupun fasilitas dan memudahkan warga untuk upacara yang dilaksanakan oleh komunitas menjalankan agamanya ; mendorong umat pemeluknya. agama beragama untuk meningkatkan keimanan ataupun kepercayaan yang demikian ini riil dan ketaqwaan ; dan menjaga kerukunan terjadi dan eksis di Indonesia. Sehingga hidup umat dan inter umat beragama apa yang terjadi dalam ritus agama-agama (Saerozi, 2004 : 3). Bentuk-bentuk adat (termasuk agama adat orang “LOM”) merupakan entitas yang memiliki basisbasis teologis sekaligus antropologis bahkan historis yang substansinya tidak banyak berbeda dengan apa yang disebut agama resmi oleh pemerintah. ; bag umat menyediakan Berawal dari persoalan-persoalan diatas, studi ini ingin memlihat beberapa kasus yang menimpa kelompok-kelompok agama atau kepercayaan lokal akibat campur tangan Negara melalui kebijakankebijakan yang masih dinlai kontroversial. Atas dasar kenyataan pluralitas Agama lokal yang dimaksud disini adalah yang begitu beragam, Indonesia tidak agama yang dianut oleh komunitas tertentu mengambil bentuk Negara sebagai “negara yang hadir ditengah-tengah masyarakat agama” yang tertentu dengan cara, ajaran serta praktik mendasarkan negara sebagai pada agama ritus yang berbeda dengan agama-agama tertentu ; dan tidak pula mengambil bentuk resmi “negara sekuluer” (seculare state) yang Disamping itu, terindikasi bahwa ada (religious state) yang ditentukan pemerintah. 3 Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang Jurnal Society, Volume II, Nomor 1, Juni 2014 “Agama Adat” Orang Lom tindakan-tindakan yang kepentingan sosial dan politik atas nama lokal kelompok tertentu. Celakanya lagi ketika dimaksud. Persoalannya adalah haruskah orang Lom “dipaksa” beragama lain, pemerintah ikut ambil bagian dalam setelahnya menentukan persoalan yang dinilai bagian pendampingan dari privasi suatu komunitas tertentu fungsi Akibatnya agama hanya sebagai identitas Negara justru memberikan hak sipil itu kependudukan minus ibadah. Di satu sisi pada penganut yang meyakininya ? Atau pemerintah mengatur agama resmi dan justru bukankah Negara berkewajiban agama tidak resmi yang dicitrakan sebagai memberi seluas-luasnya agama tidak sah namun untuk kepentingan kepada masing-masing pemeluk agama pencitraan, sistem religi dan kearifan lokal untuk berekspresi melalui ajaran yang komunitas dianut dan diyakininya ? Hubungan vis a dijadikan alat untuk mencapai citra yang vis antara Negara dengan agama lokal kini diharapkan. Misalnya dijadikan komoditas belum mengalami perubahan. Begitu juga bidang pariwisata. mengamcam diskriminatif eksistensi agama kesempatan mereka dibiarkan dan tanpa pembimbingan. masyarakat adat justru yang dialami komunitas Lom yang ada dalam kajian ini. II. PEMBAHASAN Ketika agama lokal, yang oleh orang Lom disebut agama adat harus disingkirkan atas nama 2.1. Orang hanya mengakui agama-agama resmi yang sudah ditetapkan. Agama adat orang Lom berikutnya menjadi terpinggirkan. Makna ini karena pemerintah berikutnya mengharuskan orag-orang Lom memilih agama yang harus diterakan di KTP, Kartu Keluarga, Rapor dan identtas lainnya adalah agama Islam, Katolik, Kristen Protestan, Budha, dan Hindu. Persoalannya bagi saya bukan pada kenapa harus menggantikan agama mereka dengan lima pilihan tersebut tapi lebih kepada substansi beragama yang seringkali kita konstruksikan dengan Dalam Eksistensi Sosial dan Budaya kepentingan Orang Lom ditengarai sebagai administrasi penduduk sipil karena Negara peminggiran Lom berbagai penduduk asli yang mendiami pulau Bangka. Identifikasi ini tentunya mendapat dukungan para Antrtopolog dan Sejarawan dengan dibuktikan dengan jejak-jejak kedatangan, ciri-ciri fisik, dan bentukbentuk kebudayaan universal. Orang Lom yang juga dikenal dengan orang Mapur tersebar di 3 (tiga) dusun, yaitu dusun Air Abik dan dusun Pejem yang terletak di kecamatan Belinyu, serta dusun Tuing yang terletak di kecamatan Riau Silip, kabupaten Bangka. Menurut Olaf H. Smedal dalam bukunya berjudul, Orang Lom : 4 Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang “Agama Adat” Orang Lom Premilimanary Findings on a non-Muslim Sriwijaya berkembang pada abad ke-7 dan Group in Indonesia (1998), menyebutkan kuli kontrak timah dari Cina pada abad ke- bahwa terdapat catatan anonim berangka 18 Masehi. Spekulasi lain yang banyak di tahun 1862 yang menceritakan bahwa bicarakan adalah misteri “bubung tujuh” legenda asul usul suku Lom sekitar abad yang berarti tujuh rumah tertua yang ke- 14 Masehi. Dikatakan bahwa sebuah memiliki kapal yang ditumpangi sekelompok orang Kepercayaan ini melegenda sebagai simbol dari Vietnam terdampar di daerah Tanjung eksistensi orang Lom dimana samapai saat Tuing, semuanya tewas kecuali dua lelaki ini masih diyakini keberadaan nya dan dan satu perempuan. Kemudian ketiga hanya orang tersebut membuat perkampungan “kelebihan” yang mampu menembus ruang tersendiri di daerah Gunung Pelawan. dan waktunya. Ditengarai nenek moyang Legenda lain mengisahkan suku Lom dari orang Lom itu masih ada secara mistik merupakan keturunan [pasangan lelaki dan dan kepercayaan ini pula yang melahirkan perempuan yang muncul secara misterius terkonstruksi dalam pikiran masyarakat dari Bukit Sumidang Belinyu setelah setempat dan masyarakat sekitar dusun banjir surut. Legenda lain juga mengatakan dimana orang Lom tinggal. Konstruksi bahwa suku Lom ini berasal dari keturunan inilah bangsawan Majapahit di Mojokerto, Jawa pengakuan Timur masyarakat Lom masih dipengaruhi oleh yang lari karena tidak mau memeluk agama Islam sekitar abad ke- 16 Masehi. Kaum pelarian itu menyeberangi laut untuk mencari penghidupan baru dan terdampar di daerah Tanjung Tuing. Mereka masuk ke pedalaman di daerah Gunung Muda dan membuat perkampungan di tengah hutan yang tersembunyi. nilai ghaib orang-orang yang dan yang mistik. memiliki menimbulkan bahwa sampai adanya saat ini hal-hal yang berbau ghaib dan mistik. Seperti yang sudah dijelaskan pada paragraf awal, orang Lom (juga di sebut dengan suku Mapur), secara geografis menyebar di beberapa daerah pinggir pantai dan di dalam hutan. Sebagian besar orang Lom tinggal di dusun Air Abik. Khusus untuk daerah ini masih banyak Karateristik pelarian ini membuat mereka yang tinggal dalam hutan atau suku itu hidup dengan menutup diri dari dalam bahasa setempat disebut “benak”. dunia luar. Ada juga yang berpendapat Gambaran bahwa suku ini adalah suku tertua yang mendiami dusun Air Abik pada dasarnya yang ada di Pulau Bangka, mereka berasal telah mengalami modernisasi. Kondisi ini dari Vietnam pada abad ke-5 Masehi. Jadi dapat di ukur dari fisik bangunan tempat suku ini telah ada sebelum kerajaan tinggal mereka dan gaya hidupnya. Selain tentang orang Lom yang 5 Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang Jurnal Society, Volume II, Nomor 1, Juni 2014 “Agama Adat” Orang Lom sebagai petani, orang Lom disini juga timah (TI) dan buruh pada mengerjakan sektor pertambangan (TI) kelapa sawit. Prinsip hidup sederhana baik pemilikan pribadi maupun bekerja diterapkan oleh orang Lom di Pejem sebagai ditunjukkan dengan prinsip hidup yang buruh tambang. Sektor pertambangan ini memberikan pengaruh tidak yang kejehteraan uang/harta. Bagi mereka bekerja asal ekonomi penduduk di dusun ini. Walaupun sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup secara ekonomi masyarakat ini tergolong dalam konteks masyarakat di desa berarti cukup kemajuan mereka sudah memenuhi ketercukupan. pendidikannya masih tergolong rendah. Kesederhanaan mereka juga dapat dilihat Motivasi untuk bersekolah yang rendah ini dari sikap keterbukaan masyarakat ini berimplikasi pada kemajuan pola berpikir terhadap orang-orang yang mengunjungi masyarakatnya. Di satu sisi rembesen pemukiman mereka. cukup besar mampu modernisasi bagi tetapi berpengaruh pada materialisme dalam tindakan dan pola berpikir masyakatnya, sementara di sisi lainnya, upaya-upaya mereka mempertahankan warisan sistem religi, menyebabkan eksistensi orang Lom di dusun ini menjadi topik yang menarik bagi kajian ilmu-ilmu sosial dan budaya. Dusun lain yang menjadi ambisius Dalam dalam perkebunan konteks mendapatkan sosial budaya orang Lom masih memelihara adat yang berlaku dalam keseharian mereka. Adat orang Lom dibangun dari keyakinan bahwa mereka dilahirkan dari kekuatan alam semesta. Keyakinan ini menjadi kekuatan relationship orang Lom dengan semua yang ada di alam semesta ini ; gunung, hutan, sungai, bumi, langit, dan pemukiman orang Lom adalah dusun hewan Pejem. Karateristik orang Lom yang semesta yang menyatu dengan nenek tinggal di Pejem lebih sederhana. Kondisi moyang sehingga harus dihormati dan ini dapat dilihat dari kondisi fisik rumah dijaga. Mereka percaya setiap perwujudan tinggal dan cara hidup masyarakatnya. alam memiliki roh atau kekuatan yang Sistem mata pencaharian orang Lom di selalu menjaga dan mengawasi hidup pejem adalah bertani, dalam bahasa lokal manusia. Jika mereka mengingkari hal ini disebut “berhume”, selain menanam padi dipercaya bahwa mereka akan mendapat ladang mereka juga menanam lada dan tuah beberapa jenis palawija yang mereka kehidupannya. manfaatkan untuk kebutuhan hidup seharihari. Sebagiannya lagi ada yang beternak, nelayan, dan menjadi buruh di tambang merupakan bahkan bagian kutukan dari di alam dalam Kepercayaan orang Lom terhadap hal-hal yang ghaib dan mistik diimplementasi dengan adanya mantera- 6 Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang “Agama Adat” Orang Lom mantera yang digunakan untuk setiap sudah tindakan yang memuat tujuan khusus. Ada kepercayaan mereka tentang roh/arwah. mantera untuk jirat, yaitu semacam doa bala, dan kutukan masih erat mewarnai untuk menjaga lading dari pencurian. Ada kehidupan mereka. mantera untuk menghipnotis orang agar masih tetap mereka lakoni agar hidup mengakui kejahatan yang dilakukannya. mereka terhindar dari bala yang diyakini Selain itu ada juga gendam untuk menarik adanya. minat lawan jenis sehingga jatuh cinta atau larangan bagi perempuan hamil duduk di untuk menjaga kelanggengan pernikahan. tangga (Achirianto, 2011 : 42). Manteraq-mantera ditengarai tersebut umumnya dikuasai oleh dukun Bersiul ditengah hume yang dipercaya adat dari dapat mengganggu para roh yang sedang serangan luar, melestarikan tatanan sosial, bekerja agar tanaman mereka tumbuh sekaligus menempa kepercayaan diri setiap subur dan panennya banyak, jika dilanggar anggota komunitas. Meskipun digunakan akan dengan hati-hati untuk keperluan khusus, Membunyikan musik atau bersuara keras keampuhan mantera orang Lom atau ilmu pada malam hari menjadi pantangan magis mereka sudah menjadi pengetahuan berikutnya, mengingat malam merupakan orang banyak sehingga umumnya orang dunianya para roh/arwah. Semua contoh- Lom disegani/ditakuti. contoh diatas menjadi bukti bahwa ada demi menjaga Keyakinan keamanan –keyakinan tersebut menjadi sistem kepercayaan (belief system) bagi orang Lom yang sampai hari ini masih dipertahankan. memertahankan Upaya sistem mereka kepercayaan memberikan nilai keunikan jika orang lain mengenal Beberapa rumah sebagai diantaranya tangga rumah panen. Lom menjaga harmonisasi roh-roh. gagal orang demi seperti pelintasan menyebabkan dikonstruk namun Berbagai pantangan karena kerifan-kearifan maupun modernisasi sosial yang keajegan ditengah kehidupan yang semakin tergerus oleh nilai-nilai modernisasi. Walau tidak dapat dihindari berkisah tentang orang Lom. Sistem pengaruh-pengaruh kepercayaan mereka mengingatkan kita menjadi ancaman atas eksistensi orang pada tentang Lom ke depan. Tetapi upaya mereka masyarakat bertahan dalam kondisi yang ada tentunya lewat hukum tiga tahapnya. Tahap teologis menjadi bukti bahwa nilai-nilai adat, belief masih arus system, menjadi terinternalisai dalam diri memberikan orang Lom. Sampai hari ini masih ada perubahan dalam kehidupan orang Lom. ritual-ritual yang mereka pertahankan dan Meskipun di beberapa aspek orang Lom ini membuat komunitas Lom mampu pemikiran perkembangan Comte intelektual dipertahankan modernisasi yang ditengah juga modernisasi bisa 7 Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang Jurnal Society, Volume II, Nomor 1, Juni 2014 “Agama Adat” Orang Lom merepresentasi diri meraka menjadi warga dipertahankan oleh masyarakat Lom yang negara yang patut untuk mendapat tinggal di dusun Pejem. Mereka menyebut perhatian dan tempat yang setara dengan tradisi ini juga sebagai sedekah kampung komunitas etnis lainnya. Ritual yang cukup atau sedekah gebong. Makna dari sedekah dikenal banyak orang ketika orang Lom tersebut adalah acara berkumpul bersama disebut sanak adalah Nujuh Jerami. Berdasarkan terminologi, nujuh berarti setelah orang meninggal dunia dihari ke tujuh biasanya diakan doa selamat. Jerami adalah batang padi. Maka dapat dimaknai ritual nujuh jerami merupakan kegiatan doa selamat yang dilakukan orang Lom setelah mereka panen padi. Ritual ini adalah wujud syukur karena ladang (hume) mereka memberikan hasil yang baik. Dengan kata lain mereka berharap agar leluhur mereka dapat melindungi ladang (hume) pada musim tanam berikutnya. Menurut penuturan dari orang dan makan bersama masyarkat sekitarnya. ketujuh/hari ketujuh. Istilah ini biasanya digunakan untuk menjelaskan keadaan saudara Kepercayaan orang Lom yang masih kuat terhadap arwah leluhur atau kekuatan gaib membuat mereka tetap menjaga kepercayaan. Belief system ini menjadi terinternalisasi dalam perilaku dan sikap-sikap mereka secara turun temurun. Oleh karena itu, walaupun mereka sudah memeluk agama resmi yang ditetapkan pemerintah, dalam hal ini agama Islam karena Islam sebagai agama mayooritas. Perayaan hari raya umat Islam yaitu Haqri Raya Idul Fitri dirayakan sekedarnya saja atau bahkan tidak dirayakan sama sekali. Menurut mereka, kebanyakan orang Lom Lom, awal dari tradisi dan ritual nujuh tidak jerami bermula dari leluhur mereka yang perayaan Idul Fitri, orang-orang Lom mana dahulu hanya terdapat beberapa cenderung pergi mengunjungi keluarga kepala keluarga yang mendiami hutan mereka yang tinggal diluar dusun Pejem. yang pemukiman/ Sementara tradisi nujuh jerami dirayakan tempat tinggal mereka. Mereka minta mereka dengan meriah dan terjaga sampai kepada roh gaib yang mereka yakini sekarang ini. sekarang menjadi bahwa apabila padi yang mereka tanam hasilnya melimpah, dan dipanen disetiap tanggal dan bulan yang sama serta berkelanjutan sampai ke anak cucu, maka mereka akan mengadakan syukuran nujuh jerami. (Achirianto, 2011 : 44). Tradisi nujuh jerami sampai sekarang masih berpuasa. Biasanya Sehingga tradisi pada nujuh saat jerami selalu dilengkapi dengan hiburan seperti tari campak, pencak silat, dan gambus. Sekarang bentuk-bentuk hiburan ini mengalami pergeseran mengingat anak muda mereka tidak lagi tertarik untuk mempelajari seni tradisional sehingganya 8 Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang “Agama Adat” Orang Lom hiburan digantikan dengan orkes atau maupun yang diwujudkan sebagai dewa, organ tunggal. Pelaksanaan tradisi nujuh arwah leluhur ataupun mahluk-mahluk jerami diadakan pada hari 13 bulan 3 gaib. berdasarkan kalender Cina, atau sekitar bulan Februari untuk orang Lom yang mendiami dusun Air Abik, dan hari 17 bulan 3 untuk orang Lom yang mendiami dusun Pejem. ataupun prinsip kepercayaan kepada Tuhan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan juga larangan menjauhi yang segala larangan- bertalian dengan kepercayaan tersebut. Dengan beragma seseorang bisa mengikatkan dirinya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agama dapat disimpulkan sebagai suatu keyakinan akan adanya kekuatan gaib yang suci ataupun seseorang juga ada yang menempati desa Tuing. Sama dengan dusun Pejem, desa Tuing merupakan daerah pesisir pantai. daerah ini lebih dikenal dengan orang Agama merupakan suatu sistem suatu Lom Namun untuk orang Lom atau untuk di 2.2. Agama Adat Orang Lom ataupun Selain dua dusun diatas, orang sakral. memiliki Sehingga dengan agama ataupun meyakini suatu agama diharapkan dapat mengatur tingkah laku, etika, dan moral Mapur, jumlahnya sudah sedikit dan keasliannya sudah memudar mengingat komposisi penduduk yang mendiami desa ini sudah hiterogen. Dengan kata lain, hiterogenitas ini membantu orang Lom di Tuing untuk membuka diri dan beradaptasi dengan perubahan sosial. Walaupun orang Lom di desa Tuing ini sudah minoritas, namun mereka yang bertahan dengan agama adat keunikannya masih mendapat perhatian. telah Sementara orang Lom yang melakukan amalgamasi atau memeluk agama-agama profetik masih tetap mempertahankan tradisi-tradisi keaslian meskipun tidak lagi utuh. dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat Dibalik ragam versi tentang asal bahwa setiap agama yang dianut oleh usul dari orang Lom yang jelas kelompok sekelompok masyarakat atau individu masyarakat ini menjadi bagian dari data pastinya mempunyai sebuah tujuan dan kependudukan dan mereka berkontribusi manfaat tertentu dan menjadi sebuah dalam pedoman dan tuntutan bagi pengikutnya. Walaupun mereka Agama sendiri dapat dipahami sebagai pinggiran, namun akses untuk mereka sistem kepercayaan (belief system) yang mendapatkan hak-hak sosial memiliki dan terjamin. Dengan kata lain, ditengah kepercayaan pada sesuatu yang gaib, yang kesederhanaan dan ketradisionalan yang bisa disebut dengan konsep Tuhan/Allah mereka tampilkan, sudah banyak anak- tata cara peribadatan proses kehidupan tinggal bernegara. di daerah sudah 9 Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang Jurnal Society, Volume II, Nomor 1, Juni 2014 “Agama Adat” Orang Lom anak mereka bersekolah walau hanya pada terbentur tingkat tertentu. Bahkan modernisasi sudah administrasi kependudukan seperti : KTP, merembes dalam kehidupan masyarakat Akte Kelahiran, identitas diri dalam studi, ini. Secara politik anggota masyarakat dan lain sebagainya. Lom juga berpartipasi dalam pelaksanaan tidaklah bijak secara substantif ketika pemilu dan pemilukada. Dalam aras pilihan yang ditawarkan membuat orang budaya, keunikan tradisi memiliki ruang Lom pada posisi terhegemoni. tumbuh dan kembang sebagai upaya pelestarian. dengan Hegemoni urusan-urusan Kebijakan ini yang pemerintah lakukan karena agama adat dianggap tidak Di satu sisi masyarakat Lom memiliki hak sosial yang sama dapat digunakan untuk menjadi penjelas seperti identitas dan tidak diakui dalam Negara masyarakat pada umumnya. Namun jika Pancasila. Padahal sila pertama Pancasila ditelisik secara secara ontologis sarat dengan makna nilai- kritis, ada banyak persoalan yang dihadapi oleh orang-orang nilai Lom, keragaman ketika mereka berupaya religius yang belief bersumber system pada orang-orang mempertahankan warisan leluhur baik Indonesia. Artinya, saya melihat kebijakan dalam sistem sosial, budaya, dan religi. pemerintah untuk “memaksa” komunitas- Persoalan tersebut lebih kepada pengakuan komunitas adat di Indonesia memilih terhadap sebagai agama resmi untuk menjadi identitas keunikan- kependudukan secara substansi tidaklah keunikan atas nama etnisitas. Keunikan menjadi kebijakan yang humanis. Karena yang mendapat perhatian cukup besar baik masyarakat adat tidak dapat dipaksa dari kalangan sejarahwan, budayawan, menerima sesuatu yang bukan world view maupun pemerhati sosial adalah upaya mereka. Berikutnya mereka mempertahankan sistem religi bahwa pilihan-pilihan yang mereka wariskan dari para leluhur dijadikan alat untuk memudahkan mereka yang mereka sebut dengan agama adat. berurusan dengan birokrasi. komunitas eksistensi yang mereka memiliki dapat dipastikan agama hanya Agama adat yang menjadi world Apa yang terjadi dengan orang view orang Lom pada akhirnya tidak dapat Lom setelahnya? Agama yang mereka diterima sebagai identitas kependudukan. pilih hanya berhenti pada tataran identitas. Hal ini mengantarkan mereka untuk Orang Lom mayoritas memang memilih yang Islam, beberapanya memilih Kristen dan Upaya Budha dalam jumlah yang kecil sebagai memilih ditetapkan agama-agama oleh resmi pemerintah. pemerintah dianggap sebagai kebijakan agamanya, atau memenuhi keinginan pemerintah karena tawaran solusi ketika mereka namun hanya sebatas 10 Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang “Agama Adat” Orang Lom agama adat mereka tidak diakui. di Indonesia. Sehingganya mereka Pengamalan agama sama sekali tidak beranggapan Islam lah yang paling tepat tersentuh, mengubah untuk dipilih. Selain itu ada juga sebagian mereka menjadi orang yang ber-agama kecil dari mereka yang memilih agama (dalam artian ber-agama resmi yang Kristen dan Budha. Menurut penuturan ditetapkan pemerintah) rasa ingin tahu atas mereka tidak mengapa mereka diharuskan agama tersebut saja tidak mereka miliki. memeluk agama yang Hai ini dapat dilihat dari sikap dan pemerintah namun mereka tindakan mereka dalam keseharian yang bagaimana strategi tidak pernah menjalankan ibadahnya. agama adat. Jika dalam satu keluarga ada 3 alih-alih Pemahaman kepercayaan bagi dapat kita akan makna komunitas adat membuat kita apriori dengan apa yang mereka anut. Persepsi kita tentang irasionalitas dari dunia transenden dan imanen yang mereka ciptakan akhirnya membuat kita menilai bahwa cara-cara mereka memaknai sebuah kepercayaan harus diubah agar mereka menjadi orangorang yang rasional atas kepentingan dunia diluar komunitas mereka. Sementara kontruksi tentang kepercayaan mereka ditetapkan mengatur mempertahankan (tiga) orang anak, maka salah satu dari anak tersebut harus tetap menjadi penganut agama adat. Melalui anak tersebutlah tradisi/ritual penyembahan terhadap arwah dan mahluk gaib dipertahankan. Apabila semua anak menjadi pemeluk agama resmi, dan ini biasanya terjadi karena perkawinan, maka hal ini juga tidak menjadi masalah, namun dalam keseharian atau event tertentu mereka masih punya kewajiban untuk menjalankan tradisi tersebut. tentang arwah leluhur, roh halus, mahluk Umumnya, laki-laki Lom akan gaib, kutukan, bala, dan tuah sudah mengikuti agama yang dianut mendarah daging dan masih terpelihara istrinya. Hal ini dikarenakan kepercayaan samapai dan penghormatan mereka kepada kaum saat ini. Lantas, bagaimana mereka mempertahankan agama adat agar perempuan sebagai tidak punah akibat gerusan kebijakan kehidupan manusia tersebut? kelahiran. Kondisi-kondisi inilah yang Faktanya orang Lom lebih banyak memilih agama Islam untuk mereka cantumkan dalam data kependudukan. Islam menjadi agama pilihan mereka karena asumsinya Isalam merupakan agama mayoritas yang dianut masyarakat sumber calon melalui awal proses menjadi kemungkinan bahwa dalam satu keluarga tersebut tidak ada yang mewariskan agama adatnya. Berdasarkan pengamatan di lapangan, walaupun ada satu keluarga tidak ada anak yang beragama adat, namun kontruksi nilai yang 11 Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang Jurnal Society, Volume II, Nomor 1, Juni 2014 “Agama Adat” Orang Lom sudah terinternalisasi menyebabkan orang kepercayaan Lom yang meskipun sudah memeluk melalui agama adat. agama-agama resmi tetap meyakini nilainilai religius yang diwariskan orang-orang tua mereka. Hal ini dibuktikan dengan tidak dijalankannya ibadah agama Islam, Kristen maupun Budha oleh mereka. Orang Lom masih tetap percaya bila mereka meninggalkan atau melupakan tradisi, adat, dan kepercayaan leluhur maka mereka akan mendapat bala dan tuah. Saya pikir cara yang mereka terapkan itu merupakan strategi mereka mempertahankan apa menjadi yang kearifan lokal di komunitas mereka. Kenyataan ini dibuktikan bahwa sampai saat ini acara nujuh jerami yang menjadi ikon komunitas Lom baik di dusun Pejem maupun dusun Air Abik masih mereka jalankan di setiap tahunnya. mereka Strategi yang bertahan diajarkan ini sampai sekarang masih mereka lakukan, makanya agama adat orang Lom tetap bertahan walaupun eksistensinya Sehingganya dapat agama-agama yang tidak diakui. dipastikan bahwa tertera dalam di identitas kependudukan hanya sebatas memenuhi persyaratan kependudukan. administrasi Kondisi ini diperjelas dimana para pemeluk agama Islam dusun Pejem tidak pernah melakukan praktik-praktik kesehariannya. mereka agama dalam Menurut penuturannya, memilih dianjurkan di agama-agama pemerintah hanya yang sebatas memenuhi perintah agar mereka diakui sebagai warganegara Indonesia. Selebihnya kepercayaan mereka tentang Dapat dipahami bahwa strategi Tuhan tetap pada agama adat yang mereka bertahan (survival strategy) orang Lom yakini terhadap agama adatnya dilakukan dengan praktikan dalam kehidupan sehari-hari. dua cara. Petama, secara struktural, bahwa Realitas ini berikutnya membuat rumah ada anggota keluarga yang dipersiapkan ibadah di dusun Pejem tidak pernah untuk meneruskan agama adat. Kedua, dipakai untuk menjalankan ibadah oleh secara subtantif, dimana proses kontruksi masyarakat setempat. nilai-nilai adat mempengaruhi sikap dan perilaku mereka. Kepercayaan orang Lom kepada hal-hal tindakan-tindakan gaib mereka menyebabkan disesuaikan dengan larangan yang berlaku. Keyakinan mereka akan adanya bala dan kutukan jika tindakan mereka melanggar ketentuan adat, menjadi kontrol yang menguatkan kebenarannya dan mereka Mengingat siswa sekolah dasar (SD) di sekolah belajar agama Islam, maka musholah dusun dapat digunakan untuk mengaji pada sore hari dan berakhir menjelang pukul 5 (lima) sore. Artinya ada larangan dari ketua adat dan dukun kampung, bahwa rumah ibadah, dalam hal ini musholah tidak boleh digunakan pada 12 Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang “Agama Adat” Orang Lom malam hari apalagi untuk kegiatan sholat adat tetap berlangsung sampai saat ini. berjamaah. Apabila larangan itu dilanggar Upaya-upaya tersebut dilakukan mereka maka segala akibat buruk bahkan sampai dengan cara pewarisan melalui anak- pada kematian bisa saja terjadi. Ketakutan- anaknya ketakutan pada larangan-larangan inilah larangan yang sarat dengan bala, tuah, yang melanggengkan kuasa dukun di bahkan tengah kehidupan orang Lom. Dukun dan menyebabkan adanya ketakutan-ketakutan orang adat masih memegang kuasa untuk ketika mereka melanggar ketentuan adat. mengatur Peran dukun dan orang adat memberikan hubungan antara manusia maupun melalui kutukan. Konstruksi dengan dunia gaib dan antara manausia pengaruh dengan lingkungan sosial. Saya melihat pelanggengan dimaksud. internalisasi ajaran-ajaran nilai kepercayaan inilah yang menyebabkan orang Lom tetap mempertahankan agama adatnya. yang larangan- cukup positif ini untuk Pemujaan roh nenek moyang atau kekuatan gaib melalui upacara-upacara adat yang ada kaitannya dengan sedekah kampung, perkawinan, kematian merupakan cara yang paling sederhana dan bahkan dianggap terbelakang. Pemujaan III. PENUTUP adalah sebuah sistem ritus, pesta, dan Orang Lom hanya merupakan salah sau komunitas adat yang masih mempertahankan keaslian mereka. Deraan modernisasi membuat mereka saat ini tidak mampu untuk membentengi diri. Ditengah perubahan sosial budaya yang dialaminya, orang Lom masih mempertahankan agama adat mereka. Walaupun kepercayaan terhadap dunia gaib dan mistik menjadi cirri utama warna agama adat, mereka beranggapan itulah sebuah kebenaran yang menjadi nilai dalam kehidupan sosial mereka. Ketika mereka “dipaksa” untuk ragam upacara karateristik yang yang mempunyai selalu diulang-ulang secara periodik. Inilah yang terjadi sampai saat ini pada orang Lom di dusun Air Abik dan dusun Pejem. Setiap tahun ritual Nujuh Jerami yang menjadi implementasi agama adat mereka hadirkan dan menjadi sebuah bentuk keramaian yang banyak dikunjungi banyak orang dari berbagai kalangan terutama mereka yang memiliki peminatan terhadap agama-agama adat komunitas. memilih agama resmi negara sebagai identitas, agama adat tidak tersingkir DAFTAR PUSTAKA dengan sendirinya. Selalu ada upaya yang mereka lakukan agar pewarisan agama Abdullah, Irwan, dkk (ed). 2008, Agama dan Kearifan Lokal dalam 13 Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang Jurnal Society, Volume II, Nomor 1, Juni 2014 “Agama Adat” Orang Lom Tantangan Global, Pustaka Pelajar. Yogyakarta: Abdullah, Irwan. 2006, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Achirianto 2011, Pemaknaan Agama Islam Bagi Komunitas Orang Lom di Dusun Pejem (Kajian tentang Implementasi Agama Islam dalam Kehidupan Orang Lom), Skripsi. Durkheim, Emile, 2011. The Elementary Forms of The Religious Life,Yogyakarta : IRCiSoD. Saerozi,M. 2004, Politik Agama dalam Era Pluralisme, Yogyakarta : Tiara Wacana. Smedal, Olaf.1998, Orang Lom : Premilimanary Findings on a nonMuslim Group in Indonesia (Jurnal) 14