1 strategi bertahan (survival strategy) - Journal UBB

advertisement
Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang
“Agama Adat” Orang Lom
STRATEGI BERTAHAN (SURVIVAL STRATEGY); STUDI TENTANG “AGAMA
ADAT” ORANG LOM DI DESA PEJEM, KECAMATAN BELINYU,
KABUPATEN BANGKA, PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Aimie Sulaiman*
Abstract
Lom people are the oldest tribe in Bangka and still maintain and carry out religious
practices derived from their ancestral beliefs in daily life. Although at this time the
majority of the Lom had converted to Islam, a small portion Christians and Buddhists.
Survival strategies that people use their indigenous religion Lom to make this community
to the attention of many people to study and conduct research to it. It can be concluded
that the values of the belief system Lom contains taboos and rituals that would have a
very recognized their significance as a holy and regulations have been passed down from
generation to generation. Islam is believed the majority of people only as a symbol Lom
and complement their life course, regardless of the pressure caused government requiring
them to hold one of the official religions that exist in the Republic of Indonesia. That way
they are not said to be a community of atheists, infidels, and primitive. However, due to
the dominance of the Lom original belief system is more powerful than the religion of
Islam, led to the values of trust is difficult ancestral replaced with the values of other
beliefs.
Keywords :
Lom, Agama Adat, and Survival Strategy
I. PENDAHULUAN1
agama-agama non profetik yang saat ini
Keberadaan kelompok etnis yang
menyebar diseluruh nusantara, memiliki
keunikan-keunikan tersendiri yang dapat
menjadi inspirasi bagi kajian-kajian sosial
budaya.
Keunikan
diantaranya
dicirikan
etnis
terancam
keberadaannya.
Ancaman ini kadang sulit untuk dibendung
mengingat proses tranformasi sosial yang
terus berlangsung bahkan akibat-akibat
adanya
kelom[pok
kepentingan
yang
mengatas namakan modernisasi.
oleh
adanya
penerapan
sistem
Proses transformasi sosial yang
kepercayaan (religi) dalam kehidupan
terjadi dalam kehidupan manusia, baik
kelompok.
mengenai cara beragama, prsaktik-praktis
perbedaan
1
kelompok
semakin
dan
Sistem
kepercayaan
yang
dipahami dalam konteks sosiologi maupun
ritus
lokal,
hingga
bagaimana
suatu
antropologi tidak hanya mengkaji agama-
komunitas berusaha membangun strategi
agama profetik tetapi juga keberadaan
bertahan di bawah bayang-bayang dan
tantangan modernisasi dan globalisasi
*Penulis adalah Dosen pada Jurusan Sosiologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Bangka Belitung.
mengalami hambatan yang serius. Kajian
1
Aimie Sulaiman
: Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang
Jurnal Society, Volume II, Nomor
1, Juni 2014
“Agama Adat” Orang Lom
tentang konteks ini, sebenarnya lebih
termasuk
kepada kepedulian akan hak-hak sosial dan
struktur elite (dalam hal ini bisa jadi
upaya membela kepentingan-kepentingan
pemerintah atau pemangku adat) dan grass
komunitas
root atau masyarakat kebanyakan/awam,
lokal.
Komunitas
lokal
lahirnya
agama
dan menempati wilayah tertentu yang
(meminjam istilah Durkheim ; agama
mempunyai
dalam
profetik dan agama non profetik), dan lain
mengatur kehidupan sosial untuk menjaga
sebagainya. Kontruksi teologis agama-
keharmonisan lingkungan.
Unsur-unsur
agama kerapkali memunculkan konsensus
inilah yang acapkali kita sebut dengan
kolektif yang menghubungkan wilayah
kearifan lokal (local wisdom)
spiritual manusia dengan hukum-hukum
Strategi
lokal
bertahan
(survival
strategy) bisa diartikan sebagai cara yang
digunakan
oleh
seseorang,
atau
sekelompok orang untuk mempertahankan
dan
agama
sosial,
dimaksud adalah orang-orang yang ada
kecerdasan
senior
kelas-kelas
yunior
sosial, dimana kedua hukum itu memiliki
ruang dan konteks yang berbeda yang
dengan
hokum
masing-masing
telah
melahirkan perspektif yang berbeda.
eksistensi kediriannya yang bernilai atau
Jika kita mengasumsikan agama
dianggap bernilai, baik yang bersifat
menurut ukuran para sosiolog, Emile
material maupun non material. Dalam
Durkheim
perspektif
merupakan sistem keyakinan dan praktik
sosiologi,
strategi
bertahan
misalnya,
terhadap
gerusan ancaman-ancaman yang setiap
keyakinan dan praktik yang membentuk
waktu dapat merusak nilai-nilai yang
suatu moral komunitas pemeluknya (Irwan
menjadi kearifan dari sebuah komunitas.
Abdullah, 2008 : 4) . Moral komunitas ini
Oleh karena itu, pandangan pluralistik
memperlihatkan bahwa agama berfungsi
tentang praktik-keagamaan lokal harus
sebagai perekat atau kohesi sosial antara
muncul dari studi empiris yang utuh, dan
satu sama lain yang mengintegrasikan
sarat informasi, termasuk di dalamnya
manusia ke dalam satu ikatan moral yang
harus mencakup analisa interaksi antar-
kolektif. Manusia di sini berada pada
konteks lokal dari beberapa struktur sosial
posisi pasif yang diatur berdasarkan sistem
yang tersedia karena ruang geraknya selalu
moral yang menjadikannya sebagai bagian
berubah dari waktu ke waktu.
yang
batas tertentu akan mengantarkan kita pada
pemahaman tentang relasi yang tidak
terbebas dari fungsi-fungsi struktur sosial,
terintegrasi
kelembagaan
yang
sacral,
agama
lazimnya menjadi sebuah pilihan ditengah
Interaksi-interaksi struktural dalam
hal-hal
melihat
yakni
dalam
mekanisme
masyarakat.
Durkheim
selanjutnya menegaskan bahwa keyakinankeyakinan
merupakan
keagamaan
tiada
lain
refleksi dari masyarakat itu
2
Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang
“Agama Adat” Orang Lom
sendiri, dengan ritual keagamaan yang
memisahkan agama dari urusan negara ;
melaluinya
tetapi
soslidaritas
kelompok
diperkuat dan kepercayaan pasa tatanan
sebagai sebuah fenomena sosial, tetapi
masyarakat sebagai fenomena keagamaan.
Berdasarkan
pernyataan
ini,
dapat
dimaknai bahwa di dalamnya terdapat
aksioma
dasar
struktural
fungsional,
dimana agama untuk mengintegrasikan
sistem-sistem sosial.
mengambil
bentuk
“Negara Pancasila (Saerozi, 2004 : 1).
moral ditegaskan kembali. Maka dari itu,
Durkheim tidak mengatakan bahwa agama
Indonesia
Oleh karena itu, fungsi negara
berkewajiban
memberikan
hak
sipil
terhadap eksistensi agama-agama atau
kepercayaan yang ada yang sedang dianut
oleh komunitas tertentu di Indonesia.
Bentuk pemberian hak sipil itu antara lain
member
pengakuan
kebebasan
dan
berekspresi.
dalamnya
adalah
sekaligus
Termasuk
di
memberikan
Dengan bahasa yang lain, Anthony
perlindungan hokum bagi umat beragama
Giddens mendefinisikan agama sebagai
dan penganut kepercayaan ; memberikan
seperangkat simbol yang membangkitkan
perlindungan
keamanan
perasaan takzim dan khidmat, serta terkait
beragama
membantu
dengan pelbagai praktik ritual amupun
fasilitas dan memudahkan warga untuk
upacara yang dilaksanakan oleh komunitas
menjalankan agamanya ; mendorong umat
pemeluknya.
agama
beragama untuk meningkatkan keimanan
ataupun kepercayaan yang demikian ini riil
dan ketaqwaan ; dan menjaga kerukunan
terjadi dan eksis di Indonesia. Sehingga
hidup umat dan inter umat beragama
apa yang terjadi dalam ritus agama-agama
(Saerozi, 2004 : 3).
Bentuk-bentuk
adat (termasuk agama adat orang “LOM”)
merupakan entitas yang memiliki basisbasis
teologis
sekaligus
antropologis
bahkan historis yang substansinya tidak
banyak berbeda dengan apa yang disebut
agama resmi oleh pemerintah.
;
bag
umat
menyediakan
Berawal dari persoalan-persoalan
diatas, studi ini ingin memlihat beberapa
kasus yang menimpa kelompok-kelompok
agama atau kepercayaan lokal akibat
campur tangan Negara melalui kebijakankebijakan yang masih dinlai kontroversial.
Atas dasar kenyataan pluralitas
Agama lokal yang dimaksud disini adalah
yang begitu beragam, Indonesia tidak
agama yang dianut oleh komunitas tertentu
mengambil bentuk Negara sebagai “negara
yang hadir ditengah-tengah masyarakat
agama”
yang
tertentu dengan cara, ajaran serta praktik
mendasarkan negara sebagai pada agama
ritus yang berbeda dengan agama-agama
tertentu ; dan tidak pula mengambil bentuk
resmi
“negara sekuluer” (seculare state) yang
Disamping itu, terindikasi bahwa ada
(religious
state)
yang
ditentukan
pemerintah.
3
Aimie Sulaiman
: Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang
Jurnal Society, Volume II, Nomor
1, Juni 2014
“Agama Adat” Orang Lom
tindakan-tindakan
yang
kepentingan sosial dan politik atas nama
lokal
kelompok tertentu. Celakanya lagi ketika
dimaksud. Persoalannya adalah haruskah
orang Lom “dipaksa” beragama lain,
pemerintah ikut ambil bagian dalam
setelahnya
menentukan persoalan yang dinilai bagian
pendampingan
dari privasi suatu komunitas tertentu fungsi
Akibatnya agama hanya sebagai identitas
Negara justru memberikan hak sipil itu
kependudukan minus ibadah. Di satu sisi
pada penganut yang meyakininya ? Atau
pemerintah mengatur agama resmi dan
justru bukankah Negara berkewajiban
agama tidak resmi yang dicitrakan sebagai
memberi
seluas-luasnya
agama tidak sah namun untuk kepentingan
kepada masing-masing pemeluk agama
pencitraan, sistem religi dan kearifan lokal
untuk berekspresi melalui ajaran yang
komunitas
dianut dan diyakininya ? Hubungan vis a
dijadikan alat untuk mencapai citra yang
vis antara Negara dengan agama lokal kini
diharapkan. Misalnya dijadikan komoditas
belum mengalami perubahan. Begitu juga
bidang pariwisata.
mengamcam
diskriminatif
eksistensi
agama
kesempatan
mereka
dibiarkan
dan
tanpa
pembimbingan.
masyarakat
adat
justru
yang dialami komunitas Lom yang ada
dalam kajian ini.
II. PEMBAHASAN
Ketika agama lokal, yang oleh
orang Lom disebut agama adat harus
disingkirkan
atas
nama
2.1. Orang
hanya mengakui agama-agama resmi yang
sudah ditetapkan. Agama adat orang Lom
berikutnya menjadi terpinggirkan. Makna
ini
karena
pemerintah
berikutnya mengharuskan orag-orang Lom
memilih agama yang harus diterakan di
KTP, Kartu Keluarga, Rapor dan identtas
lainnya adalah agama Islam, Katolik,
Kristen Protestan, Budha, dan Hindu.
Persoalannya bagi saya bukan pada kenapa
harus menggantikan agama mereka dengan
lima pilihan tersebut tapi lebih kepada
substansi beragama yang seringkali kita
konstruksikan
dengan
Dalam
Eksistensi
Sosial dan Budaya
kepentingan
Orang Lom ditengarai sebagai
administrasi penduduk sipil karena Negara
peminggiran
Lom
berbagai
penduduk asli yang mendiami pulau
Bangka. Identifikasi ini tentunya mendapat
dukungan para Antrtopolog dan Sejarawan
dengan
dibuktikan
dengan
jejak-jejak
kedatangan, ciri-ciri fisik, dan bentukbentuk kebudayaan universal. Orang Lom
yang juga dikenal dengan orang Mapur
tersebar di 3 (tiga) dusun, yaitu dusun Air
Abik dan dusun Pejem yang terletak di
kecamatan Belinyu, serta dusun Tuing
yang terletak di kecamatan Riau Silip,
kabupaten Bangka.
Menurut Olaf H. Smedal dalam
bukunya
berjudul,
Orang
Lom
:
4
Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang
“Agama Adat” Orang Lom
Premilimanary Findings on a non-Muslim
Sriwijaya berkembang pada abad ke-7 dan
Group in Indonesia (1998), menyebutkan
kuli kontrak timah dari Cina pada abad ke-
bahwa terdapat catatan anonim berangka
18 Masehi. Spekulasi lain yang banyak di
tahun 1862 yang menceritakan bahwa
bicarakan adalah misteri “bubung tujuh”
legenda asul usul suku Lom sekitar abad
yang berarti tujuh rumah tertua yang
ke- 14 Masehi. Dikatakan bahwa sebuah
memiliki
kapal yang ditumpangi sekelompok orang
Kepercayaan ini melegenda sebagai simbol
dari Vietnam terdampar di daerah Tanjung
eksistensi orang Lom dimana samapai saat
Tuing, semuanya tewas kecuali dua lelaki
ini masih diyakini keberadaan nya dan
dan satu perempuan. Kemudian ketiga
hanya
orang tersebut membuat perkampungan
“kelebihan” yang mampu menembus ruang
tersendiri di daerah Gunung Pelawan.
dan waktunya. Ditengarai nenek moyang
Legenda lain mengisahkan suku Lom
dari orang Lom itu masih ada secara mistik
merupakan keturunan [pasangan lelaki dan
dan kepercayaan ini pula yang melahirkan
perempuan yang muncul secara misterius
terkonstruksi dalam pikiran masyarakat
dari Bukit Sumidang Belinyu
setelah
setempat dan masyarakat sekitar dusun
banjir surut. Legenda lain juga mengatakan
dimana orang Lom tinggal. Konstruksi
bahwa suku Lom ini berasal dari keturunan
inilah
bangsawan Majapahit di Mojokerto, Jawa
pengakuan
Timur
masyarakat Lom masih dipengaruhi oleh
yang
lari
karena
tidak
mau
memeluk agama Islam sekitar abad ke- 16
Masehi. Kaum pelarian itu menyeberangi
laut untuk mencari penghidupan baru dan
terdampar di daerah Tanjung Tuing.
Mereka masuk ke pedalaman di daerah
Gunung
Muda
dan
membuat
perkampungan di tengah hutan yang
tersembunyi.
nilai
ghaib
orang-orang
yang
dan
yang
mistik.
memiliki
menimbulkan
bahwa
sampai
adanya
saat
ini
hal-hal yang berbau ghaib dan mistik.
Seperti yang sudah dijelaskan pada
paragraf awal, orang Lom (juga di sebut
dengan suku Mapur), secara geografis
menyebar di beberapa daerah pinggir
pantai dan di dalam hutan. Sebagian besar
orang Lom tinggal
di dusun Air Abik.
Khusus untuk daerah ini masih banyak
Karateristik pelarian ini membuat
mereka yang tinggal dalam hutan atau
suku itu hidup dengan menutup diri dari
dalam bahasa setempat disebut “benak”.
dunia luar. Ada juga yang berpendapat
Gambaran
bahwa suku ini adalah suku tertua yang
mendiami dusun Air Abik pada dasarnya
yang ada di Pulau Bangka, mereka berasal
telah mengalami modernisasi. Kondisi ini
dari Vietnam pada abad ke-5 Masehi. Jadi
dapat di ukur dari fisik bangunan tempat
suku ini telah ada sebelum kerajaan
tinggal mereka dan gaya hidupnya. Selain
tentang
orang
Lom
yang
5
Aimie Sulaiman
: Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang
Jurnal Society, Volume II, Nomor
1, Juni 2014
“Agama Adat” Orang Lom
sebagai petani, orang Lom disini juga
timah (TI) dan buruh pada
mengerjakan sektor pertambangan (TI)
kelapa sawit. Prinsip hidup sederhana
baik pemilikan pribadi maupun bekerja
diterapkan oleh orang Lom di Pejem
sebagai
ditunjukkan dengan prinsip hidup yang
buruh
tambang.
Sektor
pertambangan ini memberikan pengaruh
tidak
yang
kejehteraan
uang/harta. Bagi mereka bekerja asal
ekonomi penduduk di dusun ini. Walaupun
sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup
secara ekonomi masyarakat ini tergolong
dalam konteks masyarakat di desa berarti
cukup
kemajuan
mereka sudah memenuhi ketercukupan.
pendidikannya masih tergolong rendah.
Kesederhanaan mereka juga dapat dilihat
Motivasi untuk bersekolah yang rendah ini
dari sikap keterbukaan masyarakat ini
berimplikasi pada kemajuan pola berpikir
terhadap orang-orang yang mengunjungi
masyarakatnya. Di satu sisi rembesen
pemukiman mereka.
cukup
besar
mampu
modernisasi
bagi
tetapi
berpengaruh
pada
materialisme dalam tindakan dan pola
berpikir masyakatnya, sementara di sisi
lainnya,
upaya-upaya
mereka
mempertahankan warisan sistem religi,
menyebabkan eksistensi orang Lom di
dusun ini menjadi topik yang
menarik
bagi kajian ilmu-ilmu sosial dan budaya.
Dusun
lain
yang
menjadi
ambisius
Dalam
dalam
perkebunan
konteks
mendapatkan
sosial
budaya
orang Lom masih memelihara adat yang
berlaku dalam keseharian mereka. Adat
orang Lom dibangun dari keyakinan
bahwa mereka dilahirkan dari kekuatan
alam semesta. Keyakinan ini menjadi
kekuatan relationship orang Lom dengan
semua yang ada di alam semesta ini ;
gunung, hutan, sungai, bumi, langit, dan
pemukiman orang Lom adalah dusun
hewan
Pejem. Karateristik orang Lom yang
semesta yang menyatu dengan nenek
tinggal di Pejem lebih sederhana. Kondisi
moyang sehingga harus dihormati dan
ini dapat dilihat dari kondisi fisik rumah
dijaga. Mereka percaya setiap perwujudan
tinggal dan cara hidup masyarakatnya.
alam memiliki roh atau kekuatan yang
Sistem mata pencaharian orang Lom di
selalu menjaga dan mengawasi hidup
pejem adalah bertani, dalam bahasa lokal
manusia. Jika mereka mengingkari hal ini
disebut “berhume”, selain menanam padi
dipercaya bahwa mereka akan mendapat
ladang mereka juga menanam lada dan
tuah
beberapa jenis palawija yang mereka
kehidupannya.
manfaatkan untuk kebutuhan hidup seharihari. Sebagiannya lagi ada yang beternak,
nelayan, dan menjadi buruh di tambang
merupakan
bahkan
bagian
kutukan
dari
di
alam
dalam
Kepercayaan orang Lom terhadap
hal-hal
yang
ghaib
dan
mistik
diimplementasi dengan adanya mantera-
6
Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang
“Agama Adat” Orang Lom
mantera yang digunakan untuk setiap
sudah
tindakan yang memuat tujuan khusus. Ada
kepercayaan mereka tentang roh/arwah.
mantera untuk jirat, yaitu semacam doa
bala, dan kutukan masih erat mewarnai
untuk menjaga lading dari pencurian. Ada
kehidupan mereka.
mantera untuk menghipnotis orang agar
masih tetap mereka lakoni agar hidup
mengakui kejahatan yang dilakukannya.
mereka terhindar dari bala yang diyakini
Selain itu ada juga gendam untuk menarik
adanya.
minat lawan jenis sehingga jatuh cinta atau
larangan bagi perempuan hamil duduk di
untuk menjaga kelanggengan pernikahan.
tangga
(Achirianto, 2011 : 42). Manteraq-mantera
ditengarai
tersebut umumnya dikuasai oleh dukun
Bersiul ditengah hume yang dipercaya
adat
dari
dapat mengganggu para roh yang sedang
serangan luar, melestarikan tatanan sosial,
bekerja agar tanaman mereka tumbuh
sekaligus menempa kepercayaan diri setiap
subur dan panennya banyak, jika dilanggar
anggota komunitas. Meskipun digunakan
akan
dengan hati-hati untuk keperluan khusus,
Membunyikan musik atau bersuara keras
keampuhan mantera orang Lom atau ilmu
pada malam hari menjadi pantangan
magis mereka sudah menjadi pengetahuan
berikutnya, mengingat malam merupakan
orang banyak sehingga umumnya orang
dunianya para roh/arwah. Semua contoh-
Lom disegani/ditakuti.
contoh diatas menjadi bukti bahwa ada
demi
menjaga
Keyakinan
keamanan
–keyakinan tersebut
menjadi sistem kepercayaan (belief system)
bagi orang Lom yang sampai hari ini
masih
dipertahankan.
memertahankan
Upaya
sistem
mereka
kepercayaan
memberikan nilai keunikan jika orang lain
mengenal
Beberapa
rumah
sebagai
diantaranya
tangga
rumah
panen.
Lom
menjaga
harmonisasi
roh-roh.
gagal
orang
demi
seperti
pelintasan
menyebabkan
dikonstruk
namun
Berbagai pantangan
karena
kerifan-kearifan
maupun
modernisasi
sosial
yang
keajegan
ditengah
kehidupan yang semakin tergerus oleh
nilai-nilai modernisasi.
Walau
tidak
dapat
dihindari
berkisah tentang orang Lom. Sistem
pengaruh-pengaruh
kepercayaan mereka mengingatkan kita
menjadi ancaman atas eksistensi orang
pada
tentang
Lom ke depan. Tetapi upaya mereka
masyarakat
bertahan dalam kondisi yang ada tentunya
lewat hukum tiga tahapnya. Tahap teologis
menjadi bukti bahwa nilai-nilai adat, belief
masih
arus
system, menjadi terinternalisai dalam diri
memberikan
orang Lom. Sampai hari ini masih ada
perubahan dalam kehidupan orang Lom.
ritual-ritual yang mereka pertahankan dan
Meskipun di beberapa aspek orang Lom
ini membuat komunitas Lom mampu
pemikiran
perkembangan
Comte
intelektual
dipertahankan
modernisasi
yang
ditengah
juga
modernisasi
bisa
7
Aimie Sulaiman
: Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang
Jurnal Society, Volume II, Nomor
1, Juni 2014
“Agama Adat” Orang Lom
merepresentasi diri meraka menjadi warga
dipertahankan oleh masyarakat Lom yang
negara yang
patut untuk mendapat
tinggal di dusun Pejem. Mereka menyebut
perhatian dan tempat yang setara dengan
tradisi ini juga sebagai sedekah kampung
komunitas etnis lainnya. Ritual yang cukup
atau sedekah gebong. Makna dari sedekah
dikenal banyak orang ketika orang Lom
tersebut adalah acara berkumpul bersama
disebut
sanak
adalah
Nujuh
Jerami.
Berdasarkan terminologi, nujuh berarti
setelah orang meninggal dunia dihari ke
tujuh biasanya diakan doa selamat. Jerami
adalah batang padi. Maka dapat dimaknai
ritual nujuh jerami merupakan kegiatan
doa selamat yang dilakukan orang Lom
setelah mereka panen padi. Ritual ini
adalah wujud syukur karena ladang (hume)
mereka memberikan hasil yang baik.
Dengan kata lain mereka berharap agar
leluhur mereka dapat melindungi ladang
(hume) pada musim tanam berikutnya.
Menurut penuturan dari orang
dan
makan
bersama
masyarkat sekitarnya.
ketujuh/hari ketujuh. Istilah ini biasanya
digunakan untuk menjelaskan keadaan
saudara
Kepercayaan orang Lom yang
masih kuat terhadap arwah leluhur atau
kekuatan gaib membuat mereka tetap
menjaga kepercayaan. Belief system ini
menjadi terinternalisasi dalam perilaku dan
sikap-sikap mereka secara turun temurun.
Oleh karena itu, walaupun mereka sudah
memeluk agama resmi yang ditetapkan
pemerintah, dalam hal ini agama Islam
karena Islam sebagai agama mayooritas.
Perayaan hari raya umat Islam yaitu Haqri
Raya Idul Fitri dirayakan sekedarnya saja
atau bahkan tidak dirayakan sama sekali.
Menurut mereka, kebanyakan orang Lom
Lom, awal dari tradisi dan ritual nujuh
tidak
jerami bermula dari leluhur mereka yang
perayaan Idul Fitri, orang-orang Lom
mana dahulu hanya terdapat beberapa
cenderung pergi mengunjungi keluarga
kepala keluarga yang mendiami hutan
mereka yang tinggal diluar dusun Pejem.
yang
pemukiman/
Sementara tradisi nujuh jerami dirayakan
tempat tinggal mereka. Mereka minta
mereka dengan meriah dan terjaga sampai
kepada roh gaib yang mereka yakini
sekarang ini.
sekarang
menjadi
bahwa apabila padi yang mereka tanam
hasilnya melimpah, dan dipanen disetiap
tanggal dan bulan yang sama serta
berkelanjutan sampai ke anak cucu, maka
mereka akan mengadakan syukuran nujuh
jerami. (Achirianto, 2011 : 44). Tradisi
nujuh jerami sampai sekarang masih
berpuasa.
Biasanya
Sehingga
tradisi
pada
nujuh
saat
jerami
selalu dilengkapi dengan hiburan seperti
tari campak, pencak silat, dan gambus.
Sekarang
bentuk-bentuk
hiburan
ini
mengalami pergeseran mengingat anak
muda mereka tidak lagi tertarik untuk
mempelajari seni tradisional sehingganya
8
Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang
“Agama Adat” Orang Lom
hiburan digantikan dengan orkes atau
maupun yang diwujudkan sebagai dewa,
organ tunggal. Pelaksanaan tradisi nujuh
arwah leluhur ataupun mahluk-mahluk
jerami diadakan pada hari 13 bulan 3
gaib.
berdasarkan kalender Cina, atau sekitar
bulan Februari untuk orang Lom yang
mendiami dusun Air Abik, dan hari 17
bulan 3 untuk orang Lom yang mendiami
dusun Pejem.
ataupun prinsip kepercayaan kepada Tuhan
ajaran
kebaktian
dan
kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi
dan
juga
larangan
menjauhi
yang
segala
larangan-
bertalian
dengan
kepercayaan tersebut. Dengan beragma
seseorang
bisa
mengikatkan
dirinya
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agama
dapat disimpulkan sebagai suatu keyakinan
akan adanya kekuatan gaib yang suci
ataupun
seseorang
juga ada yang menempati desa
Tuing. Sama dengan dusun Pejem, desa
Tuing
merupakan daerah pesisir pantai.
daerah ini lebih dikenal dengan orang
Agama merupakan suatu sistem
suatu
Lom
Namun untuk orang Lom atau untuk di
2.2. Agama Adat Orang Lom
ataupun
Selain dua dusun diatas, orang
sakral.
memiliki
Sehingga
dengan
agama
ataupun
meyakini suatu agama diharapkan dapat
mengatur tingkah laku, etika, dan moral
Mapur, jumlahnya sudah sedikit dan
keasliannya sudah memudar mengingat
komposisi penduduk yang mendiami desa
ini sudah hiterogen. Dengan kata lain,
hiterogenitas ini membantu orang Lom di
Tuing untuk membuka diri dan beradaptasi
dengan perubahan sosial. Walaupun orang
Lom di desa Tuing ini sudah minoritas,
namun mereka yang bertahan dengan
agama adat keunikannya masih mendapat
perhatian.
telah
Sementara orang Lom yang
melakukan
amalgamasi
atau
memeluk agama-agama profetik masih
tetap
mempertahankan
tradisi-tradisi
keaslian meskipun tidak lagi utuh.
dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat
Dibalik ragam versi tentang asal
bahwa setiap agama yang dianut oleh
usul dari orang Lom yang jelas kelompok
sekelompok masyarakat atau individu
masyarakat ini menjadi bagian dari data
pastinya mempunyai sebuah tujuan dan
kependudukan dan mereka berkontribusi
manfaat tertentu dan menjadi sebuah
dalam
pedoman dan tuntutan bagi pengikutnya.
Walaupun
mereka
Agama sendiri dapat dipahami sebagai
pinggiran,
namun akses untuk mereka
sistem kepercayaan (belief system) yang
mendapatkan hak-hak sosial
memiliki
dan
terjamin. Dengan kata lain, ditengah
kepercayaan pada sesuatu yang gaib, yang
kesederhanaan dan ketradisionalan yang
bisa disebut dengan konsep Tuhan/Allah
mereka tampilkan, sudah banyak anak-
tata
cara
peribadatan
proses
kehidupan
tinggal
bernegara.
di
daerah
sudah
9
Aimie Sulaiman
: Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang
Jurnal Society, Volume II, Nomor
1, Juni 2014
“Agama Adat” Orang Lom
anak mereka bersekolah walau hanya pada
terbentur
tingkat tertentu. Bahkan modernisasi sudah
administrasi kependudukan seperti : KTP,
merembes dalam kehidupan masyarakat
Akte Kelahiran, identitas diri dalam studi,
ini. Secara politik anggota masyarakat
dan lain sebagainya.
Lom juga berpartipasi dalam pelaksanaan
tidaklah bijak secara substantif ketika
pemilu dan pemilukada. Dalam aras
pilihan yang ditawarkan membuat orang
budaya, keunikan tradisi memiliki ruang
Lom pada posisi terhegemoni.
tumbuh dan kembang sebagai upaya
pelestarian.
dengan
Hegemoni
urusan-urusan
Kebijakan ini
yang
pemerintah
lakukan karena agama adat dianggap tidak
Di satu sisi
masyarakat Lom
memiliki hak sosial yang sama
dapat digunakan untuk menjadi penjelas
seperti
identitas dan tidak diakui dalam Negara
masyarakat pada umumnya. Namun jika
Pancasila. Padahal sila pertama Pancasila
ditelisik secara
secara ontologis sarat dengan makna nilai-
kritis,
ada banyak
persoalan yang dihadapi oleh orang-orang
nilai
Lom,
keragaman
ketika
mereka
berupaya
religius
yang
belief
bersumber
system
pada
orang-orang
mempertahankan warisan leluhur baik
Indonesia. Artinya, saya melihat kebijakan
dalam sistem sosial, budaya, dan religi.
pemerintah untuk “memaksa” komunitas-
Persoalan tersebut lebih kepada pengakuan
komunitas adat di Indonesia memilih
terhadap
sebagai
agama resmi untuk menjadi identitas
keunikan-
kependudukan secara substansi tidaklah
keunikan atas nama etnisitas. Keunikan
menjadi kebijakan yang humanis. Karena
yang mendapat perhatian cukup besar baik
masyarakat adat tidak dapat dipaksa
dari kalangan sejarahwan, budayawan,
menerima sesuatu yang bukan world view
maupun pemerhati sosial adalah upaya
mereka.
Berikutnya
mereka mempertahankan sistem religi
bahwa
pilihan-pilihan
yang mereka wariskan dari para leluhur
dijadikan alat untuk memudahkan mereka
yang mereka sebut dengan agama adat.
berurusan dengan birokrasi.
komunitas
eksistensi
yang
mereka
memiliki
dapat
dipastikan
agama
hanya
Agama adat yang menjadi world
Apa yang terjadi dengan orang
view orang Lom pada akhirnya tidak dapat
Lom setelahnya? Agama yang mereka
diterima sebagai identitas kependudukan.
pilih hanya berhenti pada tataran identitas.
Hal ini mengantarkan mereka
untuk
Orang Lom mayoritas memang memilih
yang
Islam, beberapanya memilih Kristen dan
Upaya
Budha dalam jumlah yang kecil sebagai
memilih
ditetapkan
agama-agama
oleh
resmi
pemerintah.
pemerintah dianggap sebagai kebijakan
agamanya,
atau
memenuhi keinginan pemerintah karena
tawaran
solusi
ketika
mereka
namun
hanya
sebatas
10
Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang
“Agama Adat” Orang Lom
agama
adat
mereka
tidak
diakui.
di
Indonesia.
Sehingganya
mereka
Pengamalan agama sama sekali tidak
beranggapan Islam lah yang paling tepat
tersentuh,
mengubah
untuk dipilih. Selain itu ada juga sebagian
mereka menjadi orang yang ber-agama
kecil dari mereka yang memilih agama
(dalam artian ber-agama resmi yang
Kristen dan Budha. Menurut penuturan
ditetapkan pemerintah) rasa ingin tahu atas
mereka tidak mengapa mereka diharuskan
agama tersebut saja tidak mereka miliki.
memeluk
agama
yang
Hai ini dapat dilihat dari sikap dan
pemerintah
namun
mereka
tindakan mereka dalam keseharian yang
bagaimana
strategi
tidak pernah menjalankan ibadahnya.
agama adat. Jika dalam satu keluarga ada 3
alih-alih
Pemahaman
kepercayaan
bagi
dapat
kita
akan
makna
komunitas
adat
membuat kita apriori dengan apa yang
mereka
anut.
Persepsi
kita
tentang
irasionalitas dari dunia transenden dan
imanen yang mereka ciptakan
akhirnya
membuat kita menilai bahwa cara-cara
mereka memaknai sebuah kepercayaan
harus diubah agar mereka menjadi orangorang yang rasional atas kepentingan dunia
diluar
komunitas
mereka.
Sementara
kontruksi tentang kepercayaan mereka
ditetapkan
mengatur
mempertahankan
(tiga) orang anak, maka salah satu dari
anak tersebut harus tetap menjadi penganut
agama adat. Melalui anak tersebutlah
tradisi/ritual penyembahan terhadap arwah
dan mahluk gaib
dipertahankan. Apabila
semua anak menjadi pemeluk agama
resmi, dan ini biasanya terjadi karena
perkawinan, maka hal ini juga tidak
menjadi masalah, namun dalam keseharian
atau event tertentu mereka masih punya
kewajiban untuk menjalankan
tradisi
tersebut.
tentang arwah leluhur, roh halus, mahluk
Umumnya, laki-laki Lom akan
gaib, kutukan, bala, dan tuah sudah
mengikuti agama yang dianut
mendarah daging dan masih terpelihara
istrinya. Hal ini dikarenakan kepercayaan
samapai
dan penghormatan mereka kepada kaum
saat ini. Lantas, bagaimana
mereka mempertahankan agama adat agar
perempuan
sebagai
tidak punah akibat gerusan kebijakan
kehidupan
manusia
tersebut?
kelahiran. Kondisi-kondisi inilah yang
Faktanya orang Lom lebih banyak
memilih agama
Islam untuk mereka
cantumkan dalam data kependudukan.
Islam menjadi agama pilihan mereka
karena
asumsinya
Isalam
merupakan
agama mayoritas yang dianut masyarakat
sumber
calon
melalui
awal
proses
menjadi kemungkinan bahwa dalam satu
keluarga
tersebut
tidak
ada
yang
mewariskan agama adatnya. Berdasarkan
pengamatan di lapangan, walaupun ada
satu
keluarga
tidak
ada
anak
yang
beragama adat, namun kontruksi nilai yang
11
Aimie Sulaiman
: Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang
Jurnal Society, Volume II, Nomor
1, Juni 2014
“Agama Adat” Orang Lom
sudah terinternalisasi menyebabkan orang
kepercayaan
Lom yang meskipun sudah memeluk
melalui agama adat.
agama-agama resmi tetap meyakini nilainilai religius yang diwariskan orang-orang
tua mereka. Hal ini dibuktikan dengan
tidak dijalankannya ibadah agama Islam,
Kristen maupun Budha oleh mereka.
Orang Lom masih tetap percaya bila
mereka meninggalkan atau melupakan
tradisi, adat, dan kepercayaan leluhur maka
mereka akan mendapat bala dan tuah. Saya
pikir cara yang mereka terapkan itu
merupakan
strategi
mereka
mempertahankan
apa
menjadi
yang
kearifan lokal di komunitas mereka.
Kenyataan ini dibuktikan bahwa sampai
saat ini acara nujuh jerami yang menjadi
ikon komunitas Lom baik di dusun Pejem
maupun dusun Air Abik masih mereka
jalankan di setiap tahunnya.
mereka
Strategi
yang
bertahan
diajarkan
ini
sampai
sekarang masih mereka lakukan, makanya
agama adat orang Lom tetap bertahan
walaupun
eksistensinya
Sehingganya
dapat
agama-agama
yang
tidak
diakui.
dipastikan
bahwa
tertera
dalam
di
identitas kependudukan hanya sebatas
memenuhi
persyaratan
kependudukan.
administrasi
Kondisi ini diperjelas
dimana para pemeluk agama Islam
dusun Pejem
tidak pernah melakukan
praktik-praktik
kesehariannya.
mereka
agama
dalam
Menurut penuturannya,
memilih
dianjurkan
di
agama-agama
pemerintah
hanya
yang
sebatas
memenuhi perintah agar mereka diakui
sebagai
warganegara
Indonesia.
Selebihnya kepercayaan mereka tentang
Dapat dipahami bahwa strategi
Tuhan tetap pada agama adat yang mereka
bertahan (survival strategy) orang Lom
yakini
terhadap agama adatnya dilakukan dengan
praktikan dalam kehidupan sehari-hari.
dua cara. Petama, secara struktural, bahwa
Realitas ini berikutnya membuat rumah
ada anggota keluarga yang dipersiapkan
ibadah di dusun Pejem tidak pernah
untuk meneruskan agama adat. Kedua,
dipakai untuk menjalankan ibadah oleh
secara subtantif, dimana proses kontruksi
masyarakat setempat.
nilai-nilai adat mempengaruhi sikap dan
perilaku mereka. Kepercayaan orang Lom
kepada
hal-hal
tindakan-tindakan
gaib
mereka
menyebabkan
disesuaikan
dengan larangan yang berlaku. Keyakinan
mereka akan adanya bala dan kutukan jika
tindakan mereka melanggar ketentuan
adat, menjadi kontrol yang menguatkan
kebenarannya
dan
mereka
Mengingat siswa sekolah dasar
(SD) di sekolah belajar agama Islam, maka
musholah dusun dapat digunakan untuk
mengaji pada sore hari dan berakhir
menjelang pukul 5 (lima)
sore. Artinya
ada larangan dari ketua adat dan dukun
kampung, bahwa rumah ibadah, dalam hal
ini musholah tidak boleh digunakan pada
12
Aimie Sulaiman : Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang
“Agama Adat” Orang Lom
malam hari apalagi untuk kegiatan sholat
adat tetap berlangsung sampai saat ini.
berjamaah. Apabila larangan itu dilanggar
Upaya-upaya tersebut dilakukan mereka
maka segala akibat buruk bahkan sampai
dengan cara pewarisan melalui anak-
pada kematian bisa saja terjadi. Ketakutan-
anaknya
ketakutan pada larangan-larangan inilah
larangan yang sarat dengan bala, tuah,
yang melanggengkan kuasa dukun di
bahkan
tengah kehidupan orang Lom. Dukun dan
menyebabkan adanya ketakutan-ketakutan
orang adat masih memegang kuasa untuk
ketika mereka melanggar ketentuan adat.
mengatur
Peran dukun dan orang adat memberikan
hubungan
antara
manusia
maupun
melalui
kutukan.
Konstruksi
dengan dunia gaib dan antara manausia
pengaruh
dengan lingkungan sosial. Saya melihat
pelanggengan dimaksud.
internalisasi
ajaran-ajaran
nilai
kepercayaan inilah yang menyebabkan
orang Lom tetap mempertahankan agama
adatnya.
yang
larangan-
cukup
positif
ini
untuk
Pemujaan roh nenek moyang atau
kekuatan gaib melalui upacara-upacara
adat yang ada kaitannya dengan sedekah
kampung,
perkawinan,
kematian
merupakan cara yang paling sederhana dan
bahkan dianggap terbelakang. Pemujaan
III. PENUTUP
adalah sebuah sistem ritus, pesta, dan
Orang Lom hanya merupakan
salah sau komunitas adat yang masih
mempertahankan keaslian mereka. Deraan
modernisasi membuat mereka saat ini tidak
mampu untuk membentengi diri. Ditengah
perubahan sosial budaya yang dialaminya,
orang Lom masih mempertahankan agama
adat
mereka.
Walaupun
kepercayaan
terhadap dunia gaib dan mistik menjadi
cirri utama warna agama adat, mereka
beranggapan itulah sebuah kebenaran yang
menjadi nilai dalam kehidupan sosial
mereka. Ketika mereka “dipaksa” untuk
ragam
upacara
karateristik yang
yang
mempunyai
selalu diulang-ulang
secara periodik. Inilah yang terjadi sampai
saat ini pada orang Lom di dusun Air Abik
dan dusun Pejem. Setiap tahun ritual
Nujuh Jerami yang menjadi implementasi
agama adat mereka hadirkan dan menjadi
sebuah bentuk keramaian yang banyak
dikunjungi banyak orang dari berbagai
kalangan terutama mereka yang memiliki
peminatan terhadap agama-agama adat
komunitas.
memilih agama resmi negara sebagai
identitas, agama adat tidak tersingkir
DAFTAR PUSTAKA
dengan sendirinya. Selalu ada upaya yang
mereka lakukan agar pewarisan agama
Abdullah, Irwan, dkk (ed). 2008, Agama
dan
Kearifan
Lokal
dalam
13
Aimie Sulaiman
: Strategi Bertahan (Survival Strategy); Studi Tentang
Jurnal Society, Volume II, Nomor
1, Juni 2014
“Agama Adat” Orang Lom
Tantangan Global,
Pustaka Pelajar.
Yogyakarta:
Abdullah, Irwan. 2006, Konstruksi dan
Reproduksi
Kebudayaan,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Achirianto
2011, Pemaknaan Agama
Islam Bagi Komunitas Orang Lom
di Dusun Pejem (Kajian tentang
Implementasi Agama Islam dalam
Kehidupan Orang Lom), Skripsi.
Durkheim, Emile, 2011. The Elementary
Forms
of
The
Religious
Life,Yogyakarta : IRCiSoD.
Saerozi,M. 2004, Politik Agama dalam
Era Pluralisme, Yogyakarta : Tiara
Wacana.
Smedal, Olaf.1998,
Orang Lom :
Premilimanary Findings on a nonMuslim Group in Indonesia (Jurnal)
14
Download