REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan

advertisement
REMITANSI : Determinan dan Dampak
Terhadap Pembangunan Daerah Asal
Tugas Mobilitas Penduduk
Kelompok 6 :
Dahlia Triyanti
Fransiska E. Moko
Toma Afriandi
PROGRAM PASCASARJANA KAJIAN STUDI KEPENDUDUKAN DAN
KETENAGAKERJAAN TAHUN 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
KAJIAN TEORI : REMITANSI, DETERMINAN DAN DAMPAK
TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH ASAL
I.
PENDAHULUAN
Remitansi sebagai salah satu sumber pemasukan pendapatan bagi negara-negara,
khususnya negara berkembang, sekarang ini memainkan peran yang penting dalam
pembangunan negara. Hodinott (1994) mengemukakan bahwa migrasi dapat dipandang
sebagai suatu proses yang membantu pemerataan pembangunan yang bekerja dengan cara
memperbaiki ketidakseimbangan hasil faktor produksi antar daerah. Hasil studi tersebut
menunjukkan adanya dampak positif dari migrasi desa kota yaitu aliran remitansi dari
migran ke daerah asal.
Menurut data Bank Dunia pada tahun 2012, jumlah arus remitansi ke negara-negara
berkembang diperkirakan mencapai $406 juta, meningkat 6,5 persen dari $381 juta pada
tahun 2011. Jumlah sebenarnya dari arus remitansi ini diperkirakan lebih besar dari jumlah
yang tercatat saat ini, mengingat adanya aliran pengiriman uang lewat jalur informal yang
jumlahnya cukup besar. “Remitansi merupakan sumber yang penting dalam dukungan
keuangan yang secara langsung meningkatkan pendapatan rumah tangga migran. Remitansi
mendukung investasi rumah tangga dalam kesehatan, pendidikan, dan usaha kecil rumah
tangga” (World Bank, 2012). Migrasi melalui remitansi pada akhirnya akan mempengaruhi
kesejahteraan keluarga migran dan pembangunan daerah asal.
Tulisan ini mencoba untuk mengkaji berbagai hasil penelitian yang dilakukan di
berbagai negara untuk melihat hubungan antara migrasi, remitansi, dan pembangunan
daerah asal, dan ingin menjawab pertanyaan faktor apa saja yang menyebabkan migran
mengirimkan remitansi ke keluarga di daerah asalnya, mengapa terjadi perbedaan
pengiriman besarnya remitansi dari migran, dan dampak pengiriman remitansi tersebut
terhadap kesejahteraan keluarga dan pembangunan di daerah asal migran.
II.
PENGERTIAN REMITANSI
Migrasi bukanlah fenomena baru dan itu adalah tindakan utama yang dilakukan
melawan kemiskinan dan sebagian besar dampak langsung dari migrasi adalah pengiriman
uang. Pengertian pengiriman uang yang sekarang dikenal dengan istilah remitansi pada
mulanya adalah uang atau barang yang dikirim oleh tenaga kerja ke daerah asal, sementara
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 1
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
tenaga kerja masih berada di tempat tujuan (Connell et.al dalam Effendi, 2004). Namun
kemudian definisi ini mengalami perluasan, tidak hanya uang, barang, tetapi keterampilan
dan ide-ide baru yang juga digolongkan sebagai remitan bagi daerah asal. Keterampilan dan
ide-ide baru sangat menyumbang pembangunan desanya seperti cara-cara kerja,
membangun rumah, dan lingkungannya yang baik, serta hidup yang sehat. Studi tersebut
juga menyebutkan bahwa di negara-negara sedang berkembang terdapat hubungan yang
sangat erat antara migran dengan daerah asalnya, dan hal tersebut yang semakin
memunculkan fenomena remitansi, dan studi mengenai remitan yang difokuskan pada tiga
hal yaitu : (1) faktor-faktor penentu remitan; (2) besarnya remitan; (3) pemanfaatan
remitan.
Remitan menurut Curson (1981) merupakan pengiriman uang, barang, ide-ide
pembangunan dari perkotaan ke pedesaan dan merupakan instrumen penting dalam
kehidupan sosial ekonomi suatu masyarakat. Remitansi adalah uang atau barang yang
dikirim oleh migran dari daerah tujuan ke daerah asalnya. Remitansi terbagi dua yaitu
remitan dari migrasi internasional dan remitan dari migrasi internal (Fitranita, 2009). Dari
segi ekonomi keberadaan remitan sangatlah penting karena mampu meningkatkan ekonomi
keluarga dan juga untuk kemajuan bagi masyarakat penerimanya. Di samping sebagai salah
satu instrumen perubahan ekonomi, remitan juga mempunyai dampak yang luas dalam
kehidupan sosial maupun budaya bagi keluarga, masyarakat penerima dan daerah asalnya.
Cohen dan Sirkeci (2012) juga menyebutkan remitansi dalam konteks migrasi di negaranegara sedang berkembang merupakan bentuk upaya migran dalam menjaga kelangsungan
ikatan sosial ekonomi dengan daerah asal, meskipun secara geografis mereka terpisah jauh.
Selain itu, migran mengirim remitansi karena secara moral maupun sosial mereka memiliki
tanggung jawab terhadap keluarga yang ditinggalkan. Mohapatra dan Ratha (2012)
menyebutkan kewajiban dan tanggung jawab sebagai seorang migran, sudah ditanamkan
sejak masih kanak-kanak. Masyarakat akan menghargai migran yang secara rutin mengirim
remitansi ke daerah asal, dan sebaliknya akan merendahkan migran yang tidak bisa
memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya. Senada dengan pernyataan tersebut
penelitian yang dilakukan Effendi pada tahun 1991 di Jatianom Jawa Tengah (Effendi, 2004)
juga menunjukkan pola yang demikian, yaitu masyarakat lebih menghargai migran yang
rutin mengirim remitansi. Ini umumnya mengacu pada uang yang dikirimkan ke rumah
tangga oleh para pekerja, karena uang yang dikirim tersebut secara langsung meningkatkan
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 2
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
pendapatan rumah "keluarga migran”, pengiriman tersebut telah menjadi sumber penting
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari (McDonal dan Valenzuela, 2011).
Sejak pertengahan tahun 1980an, seiring dengan meningkatnya mobilitas pekerja,
terjadi perubahan pola makanan keluarga migran di daerah asal menuju pada pola makanan
dengan gizi sehat. Perubahan ini tidak dapat dilepaskan dari peningkatan daya beli keluarga
migran di daerah asal, sebagai akibat adanya remitansi. Senada dengan hasil penelitian Sri
Rahayu (2007) pada masyarakat Desa Cawaban Tegal Jawa Tengah yang sebagian besar
penduduknya adalah pedagang warteg di Jakarta. Pada kehidupan pedagang warteg
masyarakat desa Cabawan, remitansi yang dikirim karena pada dasarnya antara keluarga
yang ada di kota dan di desa merupakan satu kesatuan ekonomi. Remitansi atau yang lazim
mereka sebut “kiriman” selain ditujukan untuk keluarganya juga ditujukan untuk anggota
masyarakat desanya dan juga untuk keperluan desa asalnya. Hal tersebut senada dengan
McDonal dan Valenzuela (2011), dimana buruh migran dari seluruh dunia mengirimkan uang
kepada keluarga mereka di negara asal mereka, juga untuk pengembangan daerah asalnya,
pengiriman uang
juga telah terbukti menyebabkan lebih banyak investasi di bidang
kesehatan, pendidikan, dan bisnis. Di tingkat nasional, penerimaan dalam jumlah besar
pengiriman uang dari migran yang diliuar negeri meningkatan percepatan pertumbuhan
dan pembangunan.
Namun di sisi lain, remitansi ternyata tidak hanya mempengaruhi pola konsumsi
keluarga migran di daerah asal (Ranathunga,2011). Dalam kerangka pemupukan remitan,
migran berusaha melakukan berbagai kompromi untuk mengalokasikan sumberdaya yang
dimilikinya, dan mengadopsi pola konsumsi tersendiri di daerah tujuan. Para migran akan
melakukan "pengorbanan" dalam hal makanan, pakaian, dan perumahan supaya bisa
menabung dan akhirnya bisa mengirim remitansi ke daerah asal. Secara sederhana para
migran akan meminimalkan pengeluaran untuk memaksimalkan pendapatan. Migran yang
berpendapatan rendah dan tenaga kerja tidak terampil, akan mencari rumah yang paling
murah dan biasanya merupakan pemukiman miskin di pusat-pusat kota.
Menurut Skeldon (2003), remitansi pada dasarnya adalah bagian dari penghasilan
migran yang disisihkan untuk dikirimkan ke daerah asal. Dengan demikian, secara logis
dapat dikemukakan semakin besar penghasilan migran maka akan semakin besar remitansi
yang dikirimkan ke daerah asal. Remitansi merupakan bentuk keterikatan dan keterkaitan
penduduk yang melakukan mobilitas dengan daerah asalnya. Remitansi merupakan
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 3
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
indikator penting dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat penerimanya karena
bisa meningkatkan perekonomian keluarga di daerah asal. Dalam perspektif yang lebih luas,
remitansi dari migran dipandang sebagai suatu instrumen dalam memperbaiki
keseimbangan pembayaran, dan merangsang tabungan dan investasi di daerah asal. Oleh
karenanya dapat dikemukakan bahwa remitan menjadi komponen penting dalam
mengaitkan mobilitas pekerja dengan proses pembangunan di daerah asal.
Zohry (2002) menyebutkan bahwa pengiriman uang migran adalah indikator terlihat
utama yang dapat digunakan untuk menilai hubungan migrasi dan pembangunan.
Pengiriman uang yang dilakukan para pekerja ke keluarganya di negara asal menjadi
sumber penting devisa dan pendapatan bagi negara-negara berkembang. Sementara jumlah
resmi bantuan asing ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah-bawah adalah
sekitar $39 miliar dalam tahun 2000, pengiriman uang mencapai lebih dari $43 miliar.
Mengingat ukuran aliran ini, pengiriman uang mungkin memberikan dampak besar pada
pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
Akay, et.al (2012), menyebutkan remitansi
merupakan pengiriman uang yang
menjadi kas besar seluruh dunia. Di banyak negara dengan mobilitas internal substansial,
pengiriman uang juga melimpah di tingkat nasional. Misalnya, perkiraan untuk Cina
menunjukkan bahwa hampir US$30 miliar yang ditransfer dari perkotaan ke daerah
pedesaan pada tahun 2005. Remitansi sering merupakan bagian besar dari pendapatan yang
diperoleh dari migran dan itu diharapkan menjadi kewajiban para migran untuk mentransfer
uang kepada keluarga yang ditinggalkan, karena itu memberikan kontribusi terhadap
kesejahteraan keluarga.
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 4
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
Secara umum, aliran remitan dari migran ke rumah tangga migran di daerah asal
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Aliran Remitansi ke Rumah tangga Migran di Daerah Asal
4. Beneficiary
1.Sender
-
Cash
Cheque
Money order
Bank transfer
Credit, debit card
Transfer order can be
made in person, by
phone, or via the
internet
INFORMATION
Can be transmitted
by phone or letter
-
Cash
Cheque
Money order
Bank transfer
Credit,
Debit card
Good
INFORMATION
Can be forwarded by email,proprietary system,
fax, phone, aor automated
clearing house
2. Sending remittance
agent
3. Paying remittance
agent
SETTLEMENT
Can be made in cash or via
bank transfers
Sumber : IFAD, 2006
Proses pengiriman remitan secara umum dapat dilakukan melalui dua cara yakni 1)
pengiriman langsung dan 2) pengiriman melalui pihak lain. Pengiriman remitan langsung
dalam hal ini merupakan pengiriman remitan yang bukan dalam bentuk barang atau uang,
yakni remitan yang berupa gagasan/ide yang diperoleh oleh para migran untuk kemudian
diterapkan di daerah asalnya. Pengiriman ini dapat diinformasikan melalui telepon atau
lewat pengiriman surat langsung ke penerima manfaat. Sementara itu pengiriman yang
dilakukan dengan bantuan pihak lain biasanya berupa barang/uang. Para migran dapat
memanfaatkan agen-agen pengiriman remitan yang ada di negara mereka bekerja untuk
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 5
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
mengirimkan remitan ke keluarganya di negara asal. Dengan adanya kemajuan teknologi
para migran ini bisa menghubungi pihak agen pengiriman remitansi dengan transfer via
internet kepada mereka, kemudian pihak agen pengiriman remitan di negara migran bekerja
akan melakukan transaksi dengan pihak agen penerima remitan di negara asal para migran,
yang pada akhirnya akan disalurkan ke keluarga para migran di negara asal.
III.
TEORI REMITANSI
Menurut teori klasik Todaro (2006), keputusan bermigrasi merupakan keputusan
individu yang mengharapkan adanya perbedaan pendapatan di daerah asal dengan daerah
tujuan. Apabila daerah asal tidak mampu memenuhi harapan individu untuk memenuhi
kebutuhannya, maka ia akan mengambil keputusan untuk bermigrasi. Keterbatasan teori
tersebut adalah tidak memasukkan pengaruh lainnya selain upah yang diharapkan. Selain itu
teori tersebut juga tidak menjelaskan migrasi sementara dan aliran remitansi dari migran ke
daerah asalnya.
Pada tahun 1980 dan 1990an, teori The New Economics of Labour Migration (NELM)
muncul terutama pada penelitian-penelitian di Amerika sebagai respon terhadap
“developmentalist” dan “neoclassical theories” yang dipandang terlalu kaku dalam
menjelaskan hubungan yang komplek antara migrasi dan pembangunan. NELM memberikan
pandangan yang lebih luas yang mengaitkan hubungan antara migrasi sebagai fenomena
pasar kerja yang berbeda dari pasar kerja maupun non pasar kerja lainnya yang pada
akhirnya memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai proses ekonomi dan
pembangunan (Stark, 1999). Model ini menempatkan migrasi sebagai perilaku membagi
resiko antar anggota rumah tangga. Jadi, keputusan bermigrasi bukanlah keputusan
individual karena dengan membagi resiko tersebut rumah tangga mampu menciptakan lebih
banyak variasi dalam memperoleh pendapatan dalam meminimalkan resiko. Migrasi
dianggap sebagai respon rumah tangga terhadap resiko pendapatan ketika remitansi migran
berfungsi sebagai asuransi pendapatan bagi rumah tangga di daerah asal. Dalam hal ini,
migran dan rumah tangga asalnya membuat semacam pengaturan kontrak. Lebih jauh lagi,
teori ini juga menentang anggapan yang cenderung memandang rumah tangga miskin
hanya sebagai korban pasif akibat adanya tekanan kapitalis global. NELM mengemukakan
bahwa rumah tangga miskin tersebut berusaha untuk aktif dalam meningkatkan
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 6
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
kesejahteraan hidup mereka. Dalam pandangannya, migrasi dianggap sebagai strategi
rumah tangga untuk meningkatkan kehidupan rumah tangga.
Teori ini berasal dari penelitian yang dilakukan oleh Lucas dan Stark (1985) di
Botswana. Mereka mempelajari remitansi pada tingkat rumah tangga mengemukakan
bahwa motivasi memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan seorang
migran untuk mengirimkan remitan ke rumah tangga asalnya. Hasil studi mereka
menemukan bahwa determinan remitansi adalah “pure altruism”, “pure self interest”, dan
“tempered altruism or enlightened self-interest”. Zanker dan Siegel (2007) mencoba
meringkas motivasi dalam pengiriman remitan dan pengaruhnya pada remitansi pada tabel
di bawah ini.
Tabel 1. Teori Determinan Remitansi
Effect of..on
Household
Migrant
Househod
Migrant
Education
Intent
No. of
level of
income
income
shock
risk level
level of
to
migrants
migrant
return
in HH
+
-
remittances
Pure
-
+
+
+
+
time
-
altruism
Pure
self-
interest
Co-
-
+
+
insurance
Loan
+/-
+
+
repayment
+,
later
-
Exchange
+/-
+
-
+
+
motives
Strategic
+
behaviour
Sumber : Zanker dan Siegel, 2007
Altruism merupakan keinginan untuk menyenangkan orang lain yang diturunkan dari
utilitas konsumsi rumah tangga dimana migran sangat peduli dengan kemiskinan atau
kejadian yang dialami oleh rumah tangga. Dalam hal ini ada hubungan yang positif antara
kondisi yang merugikan dari rumah tangga asal yang menerima remitansi dengan jumlah
remitansi yang dikirim. Remitansi meningkat dengan meningkatnya pendapatan migran dan
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 7
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
menurun dengan meningkatnya pendapatan penerima remitansi (Zanker dan Siegel, 2007).
Sementara itu, self interest muncul sebagai akibat dari, pertama, adanya aspirasi untuk
menerima warisan. Kedua, ketertarikan pribadi dari migran untuk melakukan investasi
dalam bentuk aset ke daerah asal dan keinginan untuk dapat memelihara aset tersebut.
Ketiga, keinginan untuk kembali ke daerah asal. Motivasi yang terakhir adalah “tempered
altruism”. Dalam hal ini, migran dan rumah tangga asalnya saling menerima manfaat dari
migrasi melalui beberapa jenis kontrak perjanjian, seperti motif “co-insurance”, “exchange
motives”, dan “loan repayment”. Migran dianggap mengirimkan remitan dengan motif
insurance apabila digunakan untuk konsumsi keluarga asal atau untuk akumulasi aset. Motif
exchange yaitu remitan dianggap sebagai bayaran terhadap service yang diberikan oleh
penerima remitan terhadap migran asalnya karena telah membesarkan anak mereka yang
tinggal bersama orang tua migran di daerah asalnya. Sementara itu, motif loan repayment
dimungkinkan apabila migran memperoleh bantuan dari keluarga mereka dalam membiayai
perpindahan dan pendidikan mereka.
Di sisi lain, remitansi dapat memberikan pengaruh yang berlawanan pada
ketersediaan tenaga kerja (labour supply) di daerah asal. Dalam banyak studi ditemukan
bahwa peningkatan pendapatan non-labour rumah tangga akan menurunkan partisipasi
tenaga kerja baik laki-laki maupun perempuan. Dalam model neoklasik pilihan antara
bekerja dan waktu luang (labour-leisure choice), Killingsworth (1983), remitansi dipandang
sebagai salah satu pendapatan non-labour rumah tangga. Secara teoritis, peningkatan
pendapatan non-labour dapat meningkatkan kekuatan daya beli rumah tangga dan upah
yang diharapkan (reservation wage), sehingga mengurangi kesempatan kerja dan jumlah
jam yang disediakan oleh penerimaan remitansi individu.
IV.
PENELITIAN SEBELUMNYA
DETERMINAN REMITANSI
Remitansi
dapat
berupa
berbagai
bentuk
pengiriman
dimana
remitansi
memungkinkan para migran untuk mengirimkan sebagian dari pendapatan mereka ke
keluarga atau negara asal mereka. Motivasi dari pengiriman remitansi ini mungkin berbedabeda tergantung dukungan dari keluarga di rumah, apakah untuk membeli properti atau
untuk di investasikan dalam bentuk uang (tabungan). Dalam kasus migrasi temporer
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 8
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
biasanya hasil dari remitansi ini akan digunakan untuk berwirausaha saat mereka pulang ke
negara asal. Besarnya uang/barang yang dikirimkan migran ke daerah asal menurut
beberapa hasil studi juga berbeda-beda antar migran.
Motivasi Pengiriman Remitansi
Ranathunga (2011) dalam penelitiannya di Sri Lanka menemukan, bahwa altruistic
remitansi berhubungan positif dengan pendapatan bulanan migran dan berhubungan secara
negatif pada pendapatan rumah tangga pertanian baik secara reguler dan tahunan. Studi
lain yang dilakukan oleh Niimi et.al (2008) menemukan bahwa kehadiran keluarga terdekat
di daerah tujuan mempunyai koefisien negatif yang memberikan bukti terhadap perilaku
altruistic dari migran dalam mengirimkan remitan. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku
altruistic dari migran dalam mengirimkan remitan.
Terkait dengan self interest, Lucas dan Stark (1985) dalam studinya di Bostwana
menunjukkan bahwa anak laki-laki akan mengirimkan remitan yang semakin besar dengan
semakin besarnya peternakan dan pendapatan rumah tangga asalnya dikarenakan adanya
motivasi untuk mendapatkan warisan dalam pengiriman remitan. Dorantes dan Pozo (2002)
mengemukakan alternatif lain untuk mengukur adanya motive insurance, yaitu dengan
mengetahui kegunaan akhir dari remitansi tersebut. Migran dianggap mengirimkan
remitansi dengan motif insurance apabila digunakan untuk konsumsi keluarga asal atau
untuk akumulasi asal. Germenji (2001) menemukan bahwa rumah tangga dan kepala rumah
tangga yang berusia lebih dari 50 tahun menerima kiriman remitansi lebih banyak dan
menyatakan bahwa remitansi tersebut merupakan exchange antara migran dan kakek yang
memelihara cucunya.
Hasil penelitian Fitranita (2009) di empat kota besar di Indonesia (Medan, Tangerang,
Makssar,dan Samarinda) menemukan bahwa keputusan mengirimkan remitansi dipengaruhi
oleh umur (adanya hubungan yang positif dimana peningkatan umur akan meningkatkan
peluang pengiriman remitan, namun pada umur tertentu peningkatan umur justru
menurunkan peluang mengirimkan remitan), jumlah anggota rumah tangga (adanya
hubungan yang negatif dimana penambahan anggota rumah tangga akan menurunkan
peluang pengiriman remitan), tingkat pendidikan (menunjukkan hubungan yang positif
dimana semakin tinggi pendidikan akan meningkatkan peluang pengiriman remitan), status
perkawinan (adanya hubungan yang negatif dimana status perkawinan (janda/duda) dapat
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 9
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
menurunkan peluang pengiriman remitan, status pekerjaan (adanya hubungan yang positif,
dimana kepala rumah tangga yang statusnya di sektor formal berpeluang mengirimkan
remitan yang lebih besar), dan kota tempat tinggal (adanya peluang perbedaan pengiriman
remitan antara migran desa-kota di empat kota besar tersebut).
Besar Remitansi yang Dikirim Migran
Salah satu pertanyaan yang sering muncul dalam studi mengenai migrasi dan
remitansi adalah mengenai perbedaan besar remitansi yang dikirimkan migran ke daerah
asal. Beberapa studi menunjukkan bahwa besar kecilnya remitansi ditentukan oleh berbagai
karakteristik migrasi maupun migran itu sendiri. Karakteristik tersebut mencakup sifat
mobilitas atau migrasi, lamanya di daerah tujuan, tingkat pendidikan migran, penghasilan
migran serta sifat hubungan migran dengan keluarga yang ditinggalkan di daerah asal.
Lamanya migran menetap (bermigrasi) di daerah tujuan mempengaruhi besarnya
remitansi yang dikirim migran ke daerah asal. Lucas et.al (1985) mengemukakan bahwa
semakin lama migran menetap di daerah tujuan maka akan semakin kecil remitansi yang
dikirimkan ke daerah asal. Adanya arah pengaruh yang negatif ini selain disebabkan oleh
semakin berkurangnya beban tanggungan migran di daerah asal (misalnya anak-anak migran
di daerah asal sudah mampu bekerja sendiri), juga disebabkan oleh semakin berkurangnya
ikatan sosial dengan masyarakat di daerah asal.
Tingkat pendidikan migran lebih cenderung memiliki pengaruh yang positif terhadap
remitansi. Rempel dan Lobdell dalam Ardana (tanpa tahun) mengemukakan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan migran, maka akan semakin besar remitansi yang dikirimkan ke
daerah asal. Hal ini pada dasarnya berkaitan dengan fungsi remitansi sebagai pembayaran
kembali (repayment) investasi pendidikan yang telah ditanamkan keluarga kepada individu
migran. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan migran menunjukkan besar kecilnya investasi
pendidikan yang ditanamkan keluarga, dan pada tahap selanjutnya berdampak pada besar
kecilnya "repayment" yang diwujudkan dalam remitansi. Sebaliknya, Ranathunga (2011)
menemukan bahwa pendidikan migran memiliki dampak yang negatif terhadap
keputusannya untuk mengirimkan remitansi. Ranathunga menemukan bahwa responden
yang berpendidikan tinggi, pendapatan yang diperolehnya digunakan untuk membiayai
pendidikan mereka sendiri, sehingga tidak memungkinkan mereka untuk mengirimkan ke
keluarga mereka di daerah asal.
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 10
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
Pengaruh positif juga ditemukan antara penghasilan migran dan remitansi
(Wiyono,1994). Remitansi pada dasarnya adalah bagian dari penghasilan migran yang
disisihkan untuk dikirimkan ke daerah asal. Dengan demikian, secara logis dapat
dikemukakan semakin besar penghasilan migran maka akan semakin besar remitansi yang
dikirimkan ke daerah asal.
Besarnya remitansi juga tergantung pada hubungan migran dengan keluarga
penerima remitansi di daerah asal. Keluarga di daerah asal dapat dibagi atas dua bagian
besar, yaitu keluarga inti (batih) yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak, serta keluarga
di luar keluarga inti. Dalam konteks ini, Mantra dalam Ardana (tanpa tahun) mengemukakan
bahwa remitansi akan lebih besar jika keluarga penerima remitansi di daerah asal adalah
keluarga inti. Sebaliknya, remitansi akan lebih kecil jika keluarga penerima remitansi di
daerah asal bukan keluarga inti.
Hasil penelitian Collier (2011) di wilayah Maghreb (Aljazair, Maroko, dan Tunisia)
menunjukkan bahwa perbedaan dalam pengiriman uang seluruh migran yang kembali ke
wilayah Maghreb dapat dijelaskan oleh kombinasi dari rumah tangga dan karakteristik
migran yang diamati. Selain itu, ditemukan beberapa faktor penting yang mempengaruhi
keputusan untuk mengirimkan remitansi tapi tidak menjelaskan jumlah yang dikirim.
Sebagai contoh yakni pendidikan dan status tenaga kerja mempengaruhi probabilitas untuk
mengirimkan tetapi mereka tidak signifikan dalam menjelaskan jumlah yang dikirim.
Sementara waktu yang dihabiskan di luar negeri tidak mempengaruhi keputusan untuk
mengirimkan tetapi berpengaruh positif pada tingkat pengiriman uang. Selanjutnya, migran
yang masuk secara ilegal ke negara tujuan dan investasi setelah kembali secara positif
mempengaruhi probabilitas dan tingkat pengiriman uang. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi migran kembali ke negara asalnya, misalnya, memiliki anak sebelum migrasi,
bentuk entri (legal maupun ilegal) dan adanya investasi setelah kembali.
Ikatan keluarga juga memberikan efek yang positif dan signifikan dalam keputusan
migran dalam mengirimkan remitansi. Sehingga menjaga hubungan dengan keluarga
misalnya melalui telpon atau berkirim surat akan berdampak positif pada probabilitas
pengiriman remitansi ke negara asal. Dibandingkan dengan para migran yang jarang
melakukan kontak dengan keluarga, kemungkinan penyetoran uang (remitansi) sekitar 20 –
28 persen lebih tinggi. Status migran juga memberikan pengaruh dalam pengiriman
remitansi dimana para migran yang telah mempunyai anak sebelum keberangkatan memiliki
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 11
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
pengaruh negatif bila dibandingkan dengan menikah sebelum berangkat. Sementara jumlah
keluarga memiliki pengaruh negatif terhadap pengiriman remitansi, semakin banyak
anggota keluarga di negara asal maka pengiriman remitansi juga akan menurun.
Dari hasil studinya di Sri Lanka, Ranathunga (2011) menyimpulkan bahwa bonus
tahunan yang diterima migran memiliki hubungan yang positif dengan remitansi, semakin
besar bonus tahunan yang diterima, semakin besar jumlah remitansi yang dikirimkan,
dimana tambahan penghasilan tersebut biasanya dikirimkan ke daerah asalnya untuk tujuan
memperbaiki rumah, membeli barang-barang, atau ditabung. Selain itu, migran yang belum
menikah lebih mudah cenderung untuk mengirimkan lebih sering. Sebaliknya di Bulgaria,
sebuah studi menemukan bahwa pengiriman remitansi akan tinggi pada laki-laki yang telah
menikah (Markova dan Reilly, 2006).
Pengiriman remitansi oleh migran ke daerah asal juga dipengaruhi kombinasi
teknologi. Contohnya, perbankan bekerjasama dengan lembaga keuangan nonformal
lainnya yang memiliki cabang hingga ke daerah perdesaan sehingga memudahkan
pengiriman remitansi ke daerah tujuan. Cara pengiriman remitansi biasanya melalui saluran
formal seperti bank dan lembaga keuangan bukan bank seperti biro devisa (foreign
exchange bureaus) dan operator transfer uang seperti Western Union dan MoneyGram.
Saluran informal seperti menigirimkan uang lewat teman, kerabat, atau membawa sendiri.
Di Cina, ¾ domestik remitansi Cina dikirimkan melalui China Post (bank komersial dan
koperasi kredit desa). Bank komersial memungkinkan untuk melayani jasa pelayanan
pengiriman remitansi dikarenakan banyak memiliki cabang di desa-desa (Murphy, 2006).
DAMPAK PENGIRIMAN REMITANSI MIGRAN TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH ASAL
Pengiriman uang (remitansi) dari pekerja ke daerah asal dapat dianggap sebagai
salah satu indikator ekonomi yang relevan dengan migrasi. Tujuan pengiriman remitansi
akan menentukan dampak remitansi terhadap pembangunan daerah asal. Dalam analisis
ekonomi, remitansi dapat memberikan pengaruh mikroekonomi dan makroekonomi. Pada
kondisi mikroekonomi remitansi memberikan kontribusi dalam : 1) kesejahteraan rumah
tangga penerima dan menyediakan persediaan uang darurat sementara; 2) cenderung
meningkat selama krisis ekonomi dan bencana alam; 3) meningkatkan standar kehidupan
melalui investasi manusia dan investasi modal (kesehatan, nutrisi, pendidikan) dan
membangun aset (seperti real estate, bisnis, tabungan); 4) menghasilkan efek yang
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 12
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
mempengaruhi keluarga dan masyarakat di luar rumah tangga penerima, sebagian karena
peningkatan konsumsi.
Dalam kondisi makroekonomi, remitansi menyediakan aliran dana yang stabil,
memberikan sumber devisa yang penting bagi negara, dan mengatasi tekanan pada nilai
mata uang lokal dalam kasus aliran remitansi yang tinggi (IFAD, 2006). Berbagai pemikiran
dan hasil penelitian telah menemukan keberagaman tujuan remitansi ini. Berikut akan
dibahas dampak pengiriman remitansi tenaga kerja migran ke daerah asal berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan di berbagai negara.
Remitansi: Investasi konsumsi (Consumptive investment) dan Investasi Produktif
(Productive investment)
Remitansi yang dikirimkan ke rumah tangga asal migran baik secara langsung
maupun melalui lembaga perantara keuangan dapat digunakan untuk kebutuhan konsumsi
atau investasi. Kedua cara pemanfaatan remitansi ini memberikan dampak terhadap
pembangunan daerah asal. Pemanfaatan remitansi untuk investasi konsumsi akan
memberikan dampak mikro (micro effect) sedangkan remitansi yang dimanfaatkan untuk
investasi produktif akan berdampak secara makro (macro effect) terhadap pembangunan di
daerah asal.
Penggunaan remitansi untuk investasi konsumsi mengacu pada pembelian barangbarang dan jasa yang dikonsumsi langsung oleh rumah tangga dan dapat meningkatkan
kesejahteraan anggota rumah tangga penerima remitansi. Sementara investasi produktif
mengacu pada investasi dalam aktivitas yang meningkatkan kapasitas rumah tangga untuk
menghasilkan uang. Di Cina, sebagian besar remitansi digunakan untuk pemenuhan
konsumsi. Investasi konsumsi menjadi penting di sana, karena dapat meningkatkan sumbersumber mata pencaharian dari masyarakat perdesaan, dan juga meningkatkan rasa
kepercayaan diri, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam kehidupan sosial masyarakat,
termasuk pernikahan (Huang and Zhan, 2005). Penelitian lain yang dilakukan Vladicescu
(2008) di Moldova, terdapat perbedaan pendapatan antara rumah tangga penerima
remitansi dan bukan penerima remitansi dimana remitansi memberikan sumbangan lebih
dari 50 persen terhadap pendapatan keluarga. Remitansi menjadi sumber utama
pendapatan mereka. Sebesar 79 persen responden mengungkapkan situasi keuangan
keluarga mengalami perkembangan ketika anggota keluarga bermigrasi. Penggunaan
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 13
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
remitansi untuk konsumsi ditujukan untuk membeli makanan dan pakaian serta
memperbaiki rumah.
Banyak studi yang menunjukkan bahwa investasi remitansi terhadap penggunaan
produktif masih terbatas jika dibandingkan penggunaannya untuk keperluan konsumsi. Hal
ini tida menjadi masalah karena konsumsi tersebut dapat membawa dampak positif pada
kesejahteraan dan multiplier effects terhadap ekonomi. Contohnya, penggunaan remitansi
untuk konsumsi dapat diinvestasikan untuk makanan yang dapat meningkatkan food
security dan status gizi yang pada akhirnya akan bermanfaat pada pembentukan modal
manusia (Sander dan Maimbo, 2003). Remitansi juga biasanya dikumpulkan secara kolektif
di berbagai komunitas seperti gereja, yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan
fasilitas sekolah, gereja, kesehatan, dan sebagainya.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, remitansi juga dimanfaatkan untuk
investasi produktif. Sebuah studi kasus yang dilakukan di Sri Lanka menunjukkan bahwa
migrasi dari desa ke kota memiliki peranan yang siginifikan terhadap kepemilikan aset
(termasuk kendaraan bermotor dan lahan) di daerah asal migran. Rumah tangga migran
yang memiliki lebih banyak lahan pertanian cenderung menggunakan remitansi dengan
tujuan untuk investasi. Sementara itu, rumah tangga yang masih memiliki anak usia sekolah
cenderung menggunakannya untuk tujuan pendidikan. Ini membuktikan bahwa migrasi desa
kota dan remitansi bukan hanya digunakan untuk tujuan konsumsi tetapi juga untuk
investasi (Ranathunga, 2011). Demikian halnya dengan studi dari Lukas dan Stark (1985), di
Botswana, remitansi biasanya diinvestasikan dalam bentuk modal tetap seperti lahan,
ternak, atau rumah.
Dampak adanya investasi remitansi ini sangat terlihat di daerah perdesaan
khususnya daerah pertanian. Remitansi menjadi modal dalam investasi di pertanian. Aliran
modal remitansi meningkatkan investasi dengan melepaskan kredit dan atau dengan
mengurangi biaya kredit. Di daerah yang pasar kreditnya sangat terbatas, remitansi menjadi
alternatif yang dapat menggantikan peran kredit tersebut. Studi yang dilakukan Gonzales
dan Velosa (2011) di Filipina menunjukkan bahwa migrasi internasional dan remitansi
mengubah praktek produktif dalam pertanian. Remitansi meningkatkan ketersediaan modal
sehingga rumah tangga pertanian dapat memiliki kesempatan untuk meningkatkan
produksinya dengan menggunakan teknologi yang lebih modern. Lebih jauh lagi, studi ini
menemukan bahwa peningkatan remitansi sebesar 10 persen meningkatkan peluang lahan
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 14
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
pertanian untuk menghasilkan produksi sebesar 2-3 persen bila menggunakan hand tractors
dan 4-5 persen jika menggunakan threshers. Sebagian kecil lahan padi dangan sistem irigasi
sendiri bertumbuh sebesar 2 persen. Penelitian lain yang mendukung hasil tersebut berasal
dari Atamanov dan van den Berg (2011) yang melakukan studi terhadap rumah tangga
pertanian di Republik Kyrgyz. Migrasi dapat mengurangi hasil panen seiring dengan
berkurangnya tenaga kerja di desa yang melakukan migrasi ke luar daerah. Namun,
pengiriman uang (remitansi) kembali ke daerah asal meringankan kendala seperti hambatan
dan pencairan untuk kredit di perdesaan sehingga dapat mendorong produksi pertanian
melalui peningkatan produktivitas. Dampak positif ini berbeda-beda antar petani dengan
luas lahan yang berbeda. Pengaruh positif remitansi akan lebih kecil untuk petani yang
memiliki lahan yang lebih besar. Penelitian Fitranita (2008) di beberapa kota besar di
Indonesia menunjukkan bahwa remitan digunakan untuk: 1. Konsumsi sehari-hari termasuk
usaha, pembangunan rumah, dan perkawinan, 2. Biaya pendidikan anak, dan 3. Biaya
perawatan orang tua dan saudara.
Remitansi dan Labour Supply
Implikasi ekonomi dari migrasi bagi negara pengirim dan penerima sangat luas dan
bervariasi. Negara-negara penerima mungkin mengalami tambahan tenaga kerja murah ke
dalam perekonomian sebagai akibat dari upah dan ketersediaan lapangan kerja. Untuk
negara pengirim, tampaknya memiliki dampak yang lebih besar. Di satu sisi negara asal
mungkin akan dipusingkan dengan proses dan prosedur pengiriman para migran ke negara
tujuan sementara di sisi lain manfaat emigrasi yakni dapat mengurangi pengangguran,
akumulasi modal manusia (sebagai hasil dari migrasi balik), dan yang paling penting
masuknya remitansi ke negara pengirim.
Selain membawa dampak terhadap pembangunan daerah tujuan, adanya migran
tenaga kerja juga membawa dampak pada daerah asal tenaga kerja migran. Bagi daerah
asal, bermigrasinya tenaga kerja yang potensial menyebabkan berkurangnya pasokan
tenaga kerja, khususnya di daerah pertanian. Seperti hasil penelitian yang dilakukan Lucas
(1985) di Botswana yang menemukan bahwa dampak remitansi sangat konstektual. Dalam
beberapa kasus, migrasi dan remitansi membantu peningkatan investasi rumah tangga
pertanian dan produksi pertanian, sementara di sisi lain ketersediaan tenaga kerja untuk
produksi pertanian dan nonpertanian akan berkurang ketika ada anggota keluarga
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 15
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
bermigrasi, khususnya jika rumah tangga pertanian tidak dapat mengatur kembali
kekosongan tenaga kerja keluarga atau tidak mampu membayar tambahan tenaga kerja.
Besarnya remitansi yang dikirimkan tenaga kerja migran ke daerah asal mungkin tidak dapat
menutupi ‘kerugian’ yang ditimbulkan oleh berkurangnya tenaga kerja dalam kegiatan
ekonomi. Namun, kekurangan tersebut dapat ditutupi dengan masuknya tenaga kerja yang
lebih murah dari luar daerah.
Lebih jauh lagi, remitansi mempengaruhi keputusan bekerja anggota rumah tangga
migran. Di Tajikistan sebagaimana hasil studi yang dilakukan Justino dan Shemyakina (2012),
remitansi mempengaruhi labour supply di daerah asal migran, dimana remitansi memiliki
pengaruh negatif terhadap partisipasi kerja laki-laki dan perempuan. Artinya, semakin besar
remitansi yang dikirimkan ke rumah tangga migran di daerah asal, anggota keluarga lebih
cenderung memilih untuk tidak bekerja. Hasil studi cross sectional lain di Jamaica
memberikan kesimpulan yang sama, bahwa ada hubungan negatif antara pengiriman uang
(remitansi) tenaga kerja migran dengan partisipasi tenaga kerja di daerah asal migran.
Seseorang yang menerima remitansi dari luar, khususnya dari migran yang bekerja di luar
negeri, 3,6 persen kurang cenderung untuk berpartisipasi di pasar kerja (Namsuk Kim, 2007).
Remitansi dan Pertumbuhan Ekonomi
Arus remitansi yang masuk ke negara asal migran merupakan salah satu sumber
pemasukan bagi negara. India merupakan negara penerima remitansi terbesar di dunia pada
tahun 2012 yaitu sekitar $70 juta, disusul Cina ($66 juta), dan Filipina di posisi ketiga dengan
jumlah remitansi sebesar $24 juta. Bahkan di beberapa negara seperti Tajikistan, sebesar 47
persen sumber PDB negara berasal dari remitansi. Di posisi ketiga adalah Liberia sebesar 31
persen, dan Republik Kyrgyz sebesar 29 persen (World Bank, 2012). Berikut ini akan dibahas
beberapa hasil studi yang menjelaskan bagaimana remitansi sebagai salah satu sumber PDB
dapat berdampak pada pembangunan ekonomi di daerah asal migran.
Untuk memahami bagaimana remitansi dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi, menurut Abdullaev (2011) adalah melalui akumulasi modal (capital accumulation),
pertumbuhan angkatan kerja, dan total factor productivity (TFP). Capital accumulation
dapat dibedakan menjadi modal fisik (mesin atau/dan teknologi yang digunakan dalam
proses produksi) dan modal manusia (pengetahuan, keterampilan, dan keahlian tenaga
kerja). Jika pembiayaan investasi bergantung pada sumber-sumber pendapatan domestik,
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 16
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
mungkin akan ada peningkatan langsung dalam akumulasi modal relatif terhadap remitansi.
Di samping itu, aliran remitansi dapat meningkatkan kredit ekonomi domestik dan aliran
remitansi yang besar akan mengurangi biaya modal, yang memungkinkan pinjaman
tambahan untuk berinvestasi dalam negeri.
Remintansi dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui dampaknya
terhadap pertumbuhan input tenaga kerja dengan asumsi modal manusia tetap. Dalam hal
ini remitansi berdampak pada input tenaga kerja melalui partisipasi tenaga kerja dalam
kegiatan ekonomi atau melalui fertilitas, dimana ada hubungan negatif antara remitansi dan
partisipasi tenaga kerja. Selanjutnya, remitansi dapat mempengaruhi TFP (total factor
productivity) melalui efisiensi dari investasi dalam negeri dan ukuran sektor produktif dalam
negeri.
Selain itu, banyak studi yang telah dilakukan mencoba untuk menjelaskan dampak
remitansi terhadap pembangunan ekonomi di daerah asal migran. Pembangunan ekonomi
diawali dengan adanya investasi yang dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi daerah asal migran dapat terjadi sebagai dampak dari remitansi jika
remitansi tersebut tidak digunakan untuk konsumsi langsung barang akhir, melainkan
diinvestasikan untuk pembentukan modal kerja, modal fisik, dan modal manusia. Peran
remitansi dalam hal ini sebagai berikut, agen perantara keuangan sumbernya berasal dari
pendapatan tenaga kerja dan remitansi yang berpotensi dapat disimpan dalam sistem
perbankan. Perantara ekonomi (bank) menerima deposito dan mengubahnya menjadi
sumber pinjaman bagi banyak pelaku kegiatan ekonomi untuk kebutuhan investasi. Dalam
hal ini, pasar keuangan memegang peranan penting dalam menunjang terjadinya
pertumbuhan ekonomi (Mundaca, 2012).
Hasil studi empiris yang dilakukan di beberapa negara Asia dan negara bentukan Uni
Soviet oleh Abdullaev (2011) menemukan hubungan yang positif antara remitansi dan
pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut. Peningkatan remitansi dua kali lipat akan
meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 5-9 persen. Selain itu
remitansi juga berdampak positif pada modal manusia (human capital) di seluruh negaranegara tersebut, dimana hasil regresi mengindikasikan bahwa peningkatan remitansi
sebesar dua kali lipat dapat meningkatkan human capital sekitar 5 persen. Demikian halnya
dengan studi yang dilakukan di Sub-Saharan Afrika dimana berdasarkan perhitungan yang
dilakukan di daerah penerima remitansi, sebesar 1,3 persen PDB Sub-Saharan Afrika berasal
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 17
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
dari remitansi (Sander, 2003). Penelitian Subianto (2006) di Kabupaten Cilacap menunjukkan
hal yang serupa, bahwa korelasi antara remitan dengan pertumbuhan ekonomi yang
ditunjukkan dengan peningkatan PDRB sangat erat dan signifikan, dimana pemanfaatan
remitan berdampak pada pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan buruh keluarga
migran, kesadaran memperbaiki tingkat pendidikan, penyerapan tenaga kerja baru,
kesadaran akses informasi komunikasi, serta transformasi/perubahan sosial (misalnya gaya
hidup dan gengsi).
Remitansi dan Kemiskinan
Sebagaimana yang dikemukakan dalam teori NELM (New Economics of Migration
Labour) yang menganggap bahwa keputusan bermigrasi bukan semata-mata merupakan
keputusan individu melainkan srategi keluarga untuk meningkatkan pendapatan melalui
pengiriman uang dari tenaga kerja migran ke keluarga migran tersebut, maka remitansi
dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga yang pada akhirnya akan mendorong
penurunan kemiskinan. Sebagian besar studi menemukan bahwa uang yang dikirimkan atau
dibawa langsung oleh migran ke keluarga di daerah asal dapat membantu keluarga untuk
bertahan dari kemiskinan. Rumah tangga migran dapat memanfaatkan remitansi untuk
konsumsi yang dapat menunjang kesehatan lebih baik, investasi properti, akses terhadap
pendidikan dan kesehatan yang lebih baik, maupun untuk membangun usaha kecil. Apabila
remitansi berpengaruh di tingkat mikro, maka remitansi akan berdampak juga pada tingkat
makro. Sebagaimana yang dikemukakan Adams dan Page (2005), migrasi internasional dan
remitansi memilki hubungan yang kuat dan dampak yang signifikan dalam menurunkan
kemiskinan di dunia berkembang. Beberapa studi di bawah ini menunjukkan dampak
remitansi terhadap kesejahteraan keluarga dan kemiskinan.
Remitansi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan
rumah tangga, dimana 1 persen peningkatan remitansi migran akan mengarahkan pada 0,23
persen perkembangan kesejahteraan rumah tangga. Lebih lanjut lagi, hasil penelitian yang
dilakukan oleh Quartey (2006) di Ghana ini menunjukkan bahwa remitansi migran akan
mengurangi dampak dari guncangan ekonomi pada kesejahteraan kelompok yang termiskin
di antara yang miskin. Rwelamira dan Kirsten (2003) dalam studinya di Provinsi Limpopo,
Afrika Selatan menambahkan bahwa remitansi yang dikirimkan ke rumah tangga migran
tidak hanya akan mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga tersebut, namun memiliki
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 18
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
potensi untuk meningkatkan pembangunan di daerah tersebut, oleh karena adanya dampak
multiplier effect.
Sejalan dengan penelitian tersebut, studi yang dilakukan oleh Lucianawati (2009) di
Indonesia memberikan bukti bahwa peningkatan 1 persen migran dalam rumah tangga
secara rata-rata akan meningkatkan total pengeluaran rumah tangga sebesar 3,3 persen,
yang berarti bahwa migrasi dan remitansi meningkatkan pendapatan rumah tangga yang
diukur dari total pengeluaran rumah tangga. Remitansi juga dapat mempengaruhi
kesejahteraan jangka panjang dari penerima remitansi melalui pengaruh pembentukan
modal manusia. Remitansi migran dapat membantu mengatasi kendala yang membatasi
pinjaman fisik rumah tangga miskin dan investasi modal manusia (Acosta, et.al., tanpa
tahun).
Dengan menggunakan data migrasi internasional, remitansi, ketimpangan, dan
kemiskinan dari 71 negara berkembang, Adams dan Page (2005) mencoba melihat dampak
dari migrasi internasional dan remitansi terhadap kemisikinan di negara berkembang.
Hasilnya adalah remitansi memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif pada kemiskinan
yang diukur dengan menggunakan tiga indikator yaitu : angka kemiskinan, ketimpangan
kemiskinan, dan ketimpangan kemiskinan kuadrat (squared poverty gap). Secara rata-rata,
10 persen peningkatan porsi migran internasional dalam populasi sebuah negara akan
mengakibatkan penurunan 2,1 persen penduduk yang hidup kurang dari $1,00 per hari.
Selanjutnya, 10 persen peningkatan remitansi internasional per kapita, secara rata-rata akan
mengakibatkan penurunan 3,5 persen penduduk yang tinggal dalam kemiskinan.
Penelitian dari Acosta et.al. (tanpa tahun) terhadap rumah tangga di Amerika Latin
menunjukkan dari rata-rata kemiskinan yang diamati, rumah tangga yang anggota rumah
tangganya menjadi migran memiliki kecenderungan tingkat kemiskinan yang lebih rendah
dari keseluruhan populasi yang diamati. Sebagai contoh di Peru dan Nikaragua, tingkat
kemiskinan nasional berdasarkan garis kemiskinan $2,00 masing-masing 16 dan 27 persen,
tetapi kemiskinan diantara penerima remitansi adalah, masing-masing 1 dan 13 persen.
negara-negara lain yang memiiki kecenderungan yang sama adalah Bolivia, Ekuador,
Guatemala, Haiti, dan Honduras. Negara Meksiko merupakan pengecualian, dimana dari
keseluruhan populasi yang diamati, tingkat kemiskinan lebih tinggi di rumah tangga migran.
Penelitian Mendola (2006) di Punjab menunjukkan bahwa kontribusi remitan ke perdesaan
telah menimbulkan akumulasi kapital dan pembelian tanah di kalangan petani menengah
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 19
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
dan hal ini cenderung memperbesar petani-petani kapitalis. Kondisi yang terakhir ini telah
menambah perbedaan kelas di daerah pedesaan atau memperbesar ketimpangan distribusi
pendapatan. Studi Lucianawati (2009) di Indonesia mendukung studi yang dilakukan
sebelumnya di negara Meksiko tersebut. Koefisien Gini dalam model sebenarnya (actual
model) adalah 0,068 poin lebih tinggi dari contrafactual model, yang berarti bahwa migrasi
meningkatkan ketidakmerataan distribusi pengeluaran per kapita rumah tangga. Namun
studi tersebut juga menemukan bahwa remitansi internasional dapat mengurangi angka
kemiskinan dan indeks ketimpangan kemiskinan. Dengan demikian remitan dapat
membantu mutu modal manusia, investasi dan tabungan.
V.
KERANGKA ANALISIS PENELITIAN
Dari hasil kajian literatur tersebut, dapat dibuat suatu kerangka pikir penelitian
mengenai determinan remitansi dan dampaknya terhadap pembangunan daerah asal,
sebagai berikut:
Gambar 2. Kerangka Analisis Penelitian
DETERMINAN
v
- Motivasi
- Status kawin
migran
- Umur
- Pendidikan
- Ikatan keluarga
- Status kerja
- Teknologi
- Jumlah art
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
REMITANSI
PEMBANGUNAN
DAERAH ASAL
- Uang tunai
- Barang
- Ide/gagasan
- Labour supply
- Pertumbuhan
Ekonomi
- Kemiskinan
Page 20
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
DAFTAR REFERENSI
Abdullaev, Ravshanbek. 2011. Impact of Remittances on Economic Growth in Selected Asian
and Former Soviet Union Countries. Lund University School of Economics and
Management.
Acosta, Pablo, Pablo Fajnzyiber dan J, Humberto Lopez. The Impact Remittances on Poverty
and Human Capital : Evidence from Latin American Household Surveys.
Adams Jr., H. Richard dan John Page. 2005. Do International Migration and Remittances
Reduce Poverty in Developing Countries?. World Development Vol. 33, No. 10, pp.
1645-1699, 2005.
Akay, Alpaslan, Corrado Giuletti, Juan D.Robalino dan Klaus F. Zimmermann. 2012.
Remittances and Well Being among Rural to Urban Migrants in China. Discussion
Paper No. 6631 Juni 2012.
Ardana, I Ketut, I Ketut Sudibia dan I Gusti Ayu Putu Wiratha. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Besarnya Pengiriman Remitan ke Daerah Asal: Studi Kasus Tenaga
Kerja Magang Asal Kabupaten Jembrana di Jepang.
Atamanov, Aziz dan Marrit van den Berg. 2011. Heterogeneous Effects of International
Migration and Remittances on Crop Income: Evidence from the Kyrgyz Republic.
Clarke, R.G George dan Scott J. Wallsten. 2003. Do Remittances Act Like Insurance?
Evidence From a Natural Disaster in Jamaica. Development Research Group The
World Bank.
Collier, William, Matloob Piracha dan Teresa Randazzo. 2011. Remittances and Return
Migration. Forschungsinstitut zur Zukunft der Arbeit Institute for the Study of Labor.
Germany.
Curson, Peter 1981. Remittances and Migration the Commerce of Movement. In Gurdev
Singh Gosal (ed), Population Geography Vol 3, No 2: hal 77-95.
Demurger, Sylvie. 2012. Migration, Remittances and Rural Employment Patterns : Evidence
from China.
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 21
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
Dorantes, Catalina Amuedo dan Susan Pozo. 2002. Remittances as Insurance: Evidence from
Mexican Migrants.
Effendi, Tadjuddin Noer. 2004. Mobilitas Pekerja, Remitan dan Peluang Berusaha di
Pedesaan. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 8, Nomor 2, Nop. 2004 (213230).
Fitranita. 2009. Determinan Remitan Migrasi Desa Kota dan Pemanfaatannya: Studi Kasus di
Kota Medan, Kota Tangerang, Kota Samarinda, dan Kota Makassar. Tesis. Program
Studi Pasca Sarjana. Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan. Universitas
Indonesia. Depok.
Germenji, Etleva, Ismail Beka dan Alexander Sarris. 2001. Estimating Remittance Functions
for Rural-Based Albanian Emigrants.
Gonzalez, Carolina dan Velosa. 2011. The Effects of Emigration and Remittances on
Agriculture: Evidence from the Philippine. Job Market Paper.
Hoddinott, John. 1994. A Model of Migration and Remittances Applied to Western Kenya.
Oxford Economic Papers, New Series, Vol. 46, No. 3 (Jul., 1994), pp. 459-476.
Huang, Ping dan Zhan Shaohua. 2005. Internal Migration in China: Linking It to
Development. Paper for Regional Conference on Migration and Development in
Asia, 14-16 March 2005.
IFAD. 2006. Remittances: Strategic and operational considerations.
Justino, Patricia dan Olga N. Shemyakina. 2012. Remittances and Labour Supply in PostConflict Tajikistan. Institute of Development Studies.
Killingsworth Mark R. Labor Supply,1985. Cambridge Surveys of Economic Literatur
Kim, Namsuk. 2007. The Impact of Remittances on Labor Supply: The Case of Jamaica. World
Bank Policy Research Working Paper 4120, February 2007.
Lucas E.B., Robert dan Oded Stark. 1985. Motivation to Remit: Evidence from Botswana.
Journal of Political Economics, Vol. 93, No.5 (Oct., 1985), pp.161-175.
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 22
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
Lucianawati, Marlina. 2009. Impacts of Migration and Remittances in The Area of Origin
(Evidence from Indonesia 2007). Tesis. Program Studi Pasca Sarjana Ekonomi.
Universitas Indonesia. Depok.
Markova, Eugenia dan Barry Reilly. 2006. Bulgarian Migrant Remittances and Legal Status:
Some Micro-level Evidence from Madrid. Sussex Migration Working Paper No. 37,
Juli 2006. University of Sussex.
McDonald, James and Valenzuela Ma Rebecca. 2012. Why Filipino Migrant Remits? Evidence
from a Home-Host Country Matched Sample. Discussion Paper 09/12. Monash
University.
Mendola, Mariapia. 2006. Rural Out Migration and Economic Development at Origin. Sussex
Migration Working Paper No. 40 (Mei, 2006). University of Sussex.
Mohapatra, Sanket dan Dilip Ratha. 2012. Forecasting Migrant Remittances during the
Global Financial Crisis dalam Migration and Remittances during the Gobal Financial
Crisis and Beyond, Editor : Ibrahim Sirkeci, Jeffery H. Cohen dan Dilip Ratha.
Washington DC: World Bank.
Mundaca, Gabriel. 2012. Remittances Flow, Working Capital Formation, and Economic
Growth dalam Migration and Remittances during the Gobal Financial Crisis and
Beyond, Editor : Ibrahim Sirkeci, Jeffery H. Cohen dan Dilip Ratha. Washington DC:
World Bank.
Murphy, Rachel. 2006. Domestic Migrant Remittances in China: Distribution, Channels and
Livelihoods. IOM International Organization for Migration.
Niimi, Yoko, Thai Hung Pham dan Barry Reilly. 2008. Determinants of Remittances: Recent
Evidence Using Data on Internal Migrants in Vietnam. Policy Research Working
Paper 4586. The World Bank.
Quartey, Peter. 2006. The Impact of Migrant Remittances on Household Welfare in Ghana.
AERC Research Paper 158 African Economic Research Consortium. Nairobi.
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 23
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
Ranathunga P.B., Seetha. 2011. Impact of Rural to Urban Labour Migration and The
Remittances on Sending Household welfare : A Sri Lankan Case Stud. MPRA Paper
No. 35943, posted 27. January 2012.
Rwelamira, Juliana and Johann Kirsten. 2000. The Impact of Migration and Remittances to
Rural Migration Sending Households : The Case of The Limpopo Province, South
Africa.
Sander, Cerstin dan Samuel Munzele Maimbo. 2003. Migrant Labor Remittances in Africa:
Reducing Obstacles to Development Contributions. Africa Region Working Paper
Series No. 64 November 2003.
Skeldon, Ronald. 2003. Migration and Poverty.
http://pum.princeton.edu/pumconference/papers/6-Skeldon.pdf
Sirkeci, Ibrahim, Jeffrey H. Cohen and Dilip Ratha. 2012. Migration and Remittances during
the Global Financial Crisis and Beyond. The World Bank.
Sri Rahayu, Maria. Remitan dan Dampaknya dalam Kehidupan Masyarakat Desa Cabawan
Kecamatan Margadana Tegal-Jawa Tengah (Dimensi Ekonomi, Sosial, dan Budaya).
http://ajs.unud.ac.id/index.php/piramida/article/viewFile/2977/2135.
Stark, Oded. 1999. The Migration of Labor. USA : Basil Backwell.
Todaro, Michael P and Stephen C Smith.2006. Pembangunan Ekonomi Edisi KesembilanDiterjemahkan oleh Drs Haris Munandar, MA dan Puji Al,SE dari Buku Economic
Dev. Nith Edition. Jakarta:Erlangga
Vladicescu, Natalia. 2008. The Impact of Migration and Remittances on Communities,
Families and Children in Moldova. United Nations Children's Fund (UNICEF).
Wiyono, WH. 1994. Mobilitas Tenaga Kerja dan Globalisasi. Warta Demografi. Vol.3 : 8-13.
Zanker, Jessica Hagen dan Melissa Siegel. 2007. The Determinants of Remittances. Working
Paper MGSoG/2007/WP003, Juni 2007. Maastricht University.
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 24
REMITANSI : Determinan dan Dampak Terhadap Pembangunan Daerah Asal
Zohry, Ayman G. 2002. Rural to Urban Labour Migration: A Study of Upper Egyptian Laborers
in Cairo. Thesis. University of Sussex at Brighton.
http://worldbank.org
Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 6
Page 25
Download