“HUBUNGAN IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN EFEKTIVITAS KINERJA PEGAWAI” (Studi Korelasi Antara Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Efektivitas Kinerja pada Pegawai Pemerintah Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) Rizky Riana Widodo Muktiyo Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Abstract Organisational communication climate that is at Commanding Clerk work condition Province Region secretariat AT y. constitute essential factor in regard clerk performance, since in it available communication relationship among superior and subordinate, communication among subordinate and superior, and communication with among humanity fires an employee. This research intent to know: (1 ) The relationship among climatic organisational communication with clerk performance effectiveness at Commanding Province Region secretariat Yogyakarta's Special Region, (2 ) clerk education Zooms to performance effectivenesses, (3 ) factor that become clerk performance thruster at Province Region secretariat AT y.. Method that is utilized in this research is explanation observational method( explanatory research) with analisis quantitative data. Downloading on observational it ala proportionate stratified random is sampling or sample gets proposional's strata, whereabouts population have member not homogeneous and gets strata proportional so population on all strata and job unit can most front for, to amount to 78 respondents of 348 clerks. Data collecting in observational it utilizes to methodic kuesioner and documentation, meanwhile for statistic examination utilizes correlation coefficient rank Spearman. kolerasi's result among climatic communication organisationaling to clerk performance effectiveness points out to mark sense positive relationship and signifikan which is 0,427. Meanwhile correlation result among level education to performance effectiveness fires an employee as big as 0,009, having bottommost relationship. There is factor even that regard employee performance is good clannish, good work condition or mendudkung talks shop, and marks sense clear work corresponds to aught order. Keywords: organasasi's communication climate, performance effectiveness, education, performance thruster factor 1 Pendahuluan Sekarang ini perkembangan di dalam dunia bisnis bahkan pemerintahan sangatlah pesat, ditambah dengan adanya persaingan yang tidak kalah pesat dan sangat ketat pula. Hal ini terutama pada pemerintahan yang cenderung bergerak di bidang jasa dan pelayanan publik. Pemerintah dituntut memberikan pelayanan yang terbaik kepada maasyarakat sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dapat tetap bertahan. Melihat fenomena yang sekarang ini terjadi, sering kali masyarakat dipersulit dengan adanya birokrasi yang terbilang lambat. Hal ini sangat berdampak pada kepuasan masyarakat pada pelayanan publik. Pada hal ini, kinerja birokrasi pelayanan publik di Indonesia, pemerintah melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor 81 lahun 1995 sudah memberikan berbagai aturan-aturan pemberian pelayanan birokrasi kepada publik secara baik. Berbagai prmsip pelayanan, seperti kesederhanaan, kejelasan, kepastian, keamanan, keterbukaan, efisien, ekonoinis, dan keadilan yang merata merupakan prinsip-prinsip pelayanan yang harus dilakukan dalam pemberian pelayanan publik di Indonesia. Birokrasi pelayanan publik di Indonesia, berdasarkan laporan The World Competitiveness Yearbook tahun 1999 (dalam jurnal Pelayanan Publik) berada pada kelompok negara-negara yang memiliki indeks competitiveness paling rendah di antara 100 negara paling kompetitif di dunia (Cullen & Cushman, 2000: 15) semakin buruk dan semakin korup karena dengan semakin besarnya skor yang dimiliki, semakin buruk kualitas birokrasi di suatu negara dan tahun 2001 hanya lebih baik dibandingkan dengan India dan Vietnam. Buruknya birokrasi suatu instansi pemerintahan, sangat erat kaitannya dengan iklim komunikasi yang ada di dalamnya yang juga akan berdampak pada kinerja karyawan. Iklim komunikasi sangat berhubungan erat dengan budaya dalam sebuah organisasi. Iklim komunikasi sangat dianggap penting karena disamping mampu menjadi penghubung antara konsep dengan konsep, juga karena iklim mempunyai sifat yang mampu membuatnya berhubungan dengan budaya. Pole dalam Pace dan Faules (2001:148) menjelaskan bahwa “secara keseluruhan, tampaknya iklim 2 lebih merupakan sifat budaya daripada merupakan suatu pengganti budaya. Sebagai suatu kepercayaan yang digeneralisasikan, iklim berperan dalam keutuhan suatu budaya yang membimbing perkembangan budaya tersebut”. Pemerintah Sekertaris Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu instansi formal pemerintahan di tingkat provinsi yang memiliki unsurunsur seperti budaya yang kental, strategi maupun iklim organisasi. Sebagai salah satu organisasi pemerintahan, unsur-unsur tersebut memiliki pengaruh yang berbeda dibanding dengan bentuk organisasi yang lain. Kadang kala penyesuaian antara adat, budaya, tradisi dan tuntutan birokrasi menjadi saling bersebrangan. Dimana birokrasi pemerintahan menuntut untuk terjadinya arus komunikasi dan informasi yang cepat, tetapi dengan unggah-ungguh dan adat budaya yang sopan, halus, dan sabar menjadikan arus informasi menjadi sedikit terhambat. Menurut Max Weber, sebuah organisasi formal seperti pemerintahan memiliki kriteria-kriteria komunikasi agar tujuannya bisa tercapai. Karakteristik dari sebuah organisasi formal merujuk pada fenomena yang disebut posisi komunikasi. Hubungan yang tercipta diantara unit-unit yang ada terbentuk karena posisi yang ada bukan karena manusianya (Masmuh, 2010: 123). Tabel 1 Perbedaan Organisasi Pelayanan Publik yang Dikelola Pemerintah dan Swasta Organisasi Pelayanan publik yang Organisasi Pelayanan publik dikelola pemerintah yang dikelola swasta Memiliki dasar hukum yang jelas Didasarkan pada kebijakan penyelenggaranya. pimpinan. Memiliki kelompok kepentingan yang Terfokus pada pemegang saham luas termasuk kelompok sasaran yang (stakeholder) dan manajemen. ingin dilayani. Memiliki tujuan sosial. Memiliki tujuan mencari keuntungan. Dituntut untuk akuntabel kepada Harus akuntabel pada kalangan publik. terbatas. Memiliki susunan indikator kinerja Kinerja ditentukan atas dasar yang perlu kelugasan. kinerja manajemen. Sering kali menjadi sasaran isu politik. Tidak terlalu terkait dengan isu politik. 3 Keberhasilan suatu organisasi dalam membangun suatu komunikasi organisasi yang baik, sangat vital dalam meningkatkan kinerja karyawan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Applboum diketahui bahwa komunikasi yang buruk dipandang sebagai hal yang paling sering memicu terjadinya konflik, karena persentase waktu yang digunakan manusia untuk berkomunikasi sangat besar, yakni berkisar 75% hingga 90% dari waktu kerja manusia. Waktu yang dipergunakan untuk berkomunikasi tersebut 5% digunakan untuk menulis, 10% untuk membaca, 35% untuk berbicara, dan 50% untuk mendengarkan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada kegiatan yang manusia lakukan tanpa adanya komunikasi, dan kiranya beralasan jika dikatakan bahwa kekuatan yang paling menghambat keberhasilan pencapaian kinerja kelompok adalah kurangnya komunikasi yang efektif (Robbin dalam Mulyani, 2012). Adanya komunikasi dalam organisasi, maka anggota-anggota dalam organisasi akan dapat saling memahami, bertukar pikiran, dan juga bekerjasama untuk mencapai tujuan organisasi. Akan tetapi, jika komunikasi antar anggota organisasi terganggu, yang di antaranya dapat disebabkan oleh tidak efektifnya sistem komunikasi organisasi seperti kurangnya media yang digunakan untuk penyebaran informasi ataupun masih sulitnya karyawan untuk dapat mengakses informasi yang dibutuhkan. Hal ini akan dapat berakibat fatal, yakni seperti munculnya miskoordinasi serta menurunnya kinerja karyawan yang pada akhirnya akan berdampak pada kinerja organisasi dan mengakibatkan kerugian yang besar bagi organisasi. Rumusan Masalah a. Adakah hubungan antara iklim komunikasi organisasi dengan efektivitas kinerja pegawai di Pemerintah Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015? b. Bagaimanakah hubungan antara tingkat pendidikan dengan efektifitas kinerja pegawai Setda Provinsi DIY? c. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendorong kinerja pegawai di Sekretariat Daerah Provinsi DIY? 4 Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara iklim komunikasi organisasi dengan efektivitas kinerja pegawai di Pemerintah Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. b. Untuk mengetahui seberapa siginifikan hubungan iklim komunikasi organisasi dengan efektivitas kinerja pegawai di Pemerintah Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendorong dan penghambat kinerja di Sekretariat Daerah Provinsi DIY. Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi Organisasi Menurut Shannon dan Weaver yang dikutip oleh Cangara bahwa "komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja, tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi (Cangara, 2008: 20). Menurut Pace dan Faules yang diterjemahkan oleh Deddy Mulyana, mengatakan bahwa: “Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu” (Pace&Faules, 2001 : 31). Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Menurut Katz dan Kahn (dalam Muhammad, 2011: 66), komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan meaning atau arti di dalam suatu organisasi. Dengan kata lain komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain secara timbal balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 5 2. Iklim Komunikasi Organisasi Sackmann dalam Pace dan Faules (2001: 147) mengemukakan definisi iklim komunikasi : ”suatu kiasan yang dapat memberi gambaran yang gamblang pada tingkat yang kognitif, emosional, perilaku, dan menyatakan suatu bagian tertentu pada tindakan tanpa menetapkan perilaku sebenarnya”. Iklim tentu dipengaruhi oleh dimensi yang terkandung dalam sebuah iklim komunikasi. Redding mengemukakan dimensi iklim komunikasi sebagai berikut: a. Supportiveness, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting b. Partisipasi membuat keputusan c. Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia d. Keterbukaan dan keterus terangan e. Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja tinggi dikomunikasikan dengan baik/jelas kepada anggota organisasi. Poole mengatakan bahwa ”Iklim komunikasi organisasi sangat penting karena mengaitkan konteks organisasi dengan konsep-konsep, perasaanperasaan dan harapan-harapan anggota organisasi dan membantu menjelaskan perilaku anggota organisasi. Kopel, Brief dan Guzzo menyatakan bahwa iklim organisasi yang meliputi iklim komunikasi penting karena menjembatani praktik-praktik pengelolaan sumber daya manusia dengan produktifitas. Mereka menerangkan bahwa: ”bila sebuah organisasi melaksanakan suatu rencana insentif keuangan baru atau berperan serta dalam pembuatan keputusan, mungkin muncul suatu perubahan dalam iklim organisasi” (Pace & Faules, 1998: 148) Menurut Redding dalam Pace dan Faules (2001:148) menyatakan bahwa “iklim (komunikasi) malah jauh lebih penting daripada keterampilan atau tekhnik-tekhnik komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatru organisasi yang efektif”. Iklim komunikasi dalam organisasi dianggap penting karena 6 menghubungkan konteks organisasi dengan beberapa konsep-konsep, perasaan-perasaan dan harapan-harapan anggota organisasi dan membantu menjelaskan perilaku anggota organisasi Pole dalam Pace dan Faules (2001:148). Selanjutnya indikator Iklim Komunikasi Organisasi dalam penelitian ini diambil berdasarkan lima dimensi yang disampaikan Redding. Metode dari Redding dipilih setelah melakukan perbandingan dengan teori yang lain dengan alasan bahwa teori dari Redding lebih sesuai dan lebih fokus terhadap penelitian yang akan dilakukan. Peneliti hanya mengambil empat indikator yang disampaikan oleh Redding ditujukan empat indikator tersebut yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Empat dimensi tersebut tersebut adalah: a. Supportiveness, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting b. Partisipasi membuat keputusan c. Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia d. Keterbukaan dan keterus terangan 3. Efektivitas Kinerja Dalam bukunya Anwar Prabu Mangkunegara menyimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai karyawan per satuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan efektivitas adalah melakukan tugas yang benar sedangkan efisiensi adalah melakukan tugas dengan benar. Penyelesaian yang efektif belum tentu efisien begitu juga sebaliknya. Yang efektif bisa saja membutuhkan sumber daya yang sangat besar sedangkan yang efisien barangkali memakan waktu yang lama. Sehingga sebisa mungkin efektivitas dan efisiensi bisa mencapai tingkat optimum untuk kedua-duanya (Revianto, 1985). 7 Menurut Pace dan Faules (2001:134) kinerja karyawan ialah bagaimana seorang karyawan melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan, atau peranan dalam organisasi. Baik buruknya kinerja tidak hanya dilihat dari tingkat kuantitas yang dapat dihasilkan seseorang dalam bekerja, akan tetapi juga diukur dari segi kualitasnya. Mangkunegara (2000:67) mengatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Hadari Nawawi, kinerja adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu pekerjaan, sehingga terlihat prestasi pekerjaannya dalam menggapai tujuan (Nawawi, 1996: 15). Indikator efektivitas kinerja dalam penelitian ini diambil berdasarkan enam dimensi yang disampaikan T.R.Mitchell dalam bukunya Sedarmayanti. Metode dari Mitchell dipilih setelah melakukan perbandingan dengan teori yang lain dengan alasan bahwa teori dari Mitchell lebih sesuai dan lebih fokus terhadap penelitian yang akan dilakukan. Lima dimensi tersebut tersebut adalah (dalam Sedarmayanti, 2001: 51) : a. Prom Quality of Work (Kualitas Kerja) Pekerjaan dapat dicapai atau terselesaikan berdasarkan syarat-syarat keseuaian dan kesiapan dari pegawai. Sehingga pekerjaan yang dibebankan akan mampu diselesaikan dengan kualitas yang baik. b. Promptness (Ketepatan Waktu) Penyelesaian kerja yang dilakuakn dalam suatu periode berdasarkan waktu yang ditentukan. Artinya bahwa pegawwai mampu menyelesaikan pekerjaan dengan batas waktu periode yang telah ditentukan dan ditetapkan, sehingga pekerjaan akan mampu selesai tepat waktu. c. Initiative (Inisiatif) Keaslian ide-ide yang disampaikan sebagai program organisasi dimasa mendatang. Artinya bahwa sebagai karyawan atau pegawai mampu memberikan ide ataupun masukan yang berguna untuk kemajuan 8 organisasi maupun perusahaan. Dimana ide tersebut merukan ide yang muncul dari pemikiran pegawai tanpa mencontek ide-ide yang sudah ada. d. Capability (Kemampuan) Kemampuan pribadi yang dimiliki dalam menyelesaikan pekerjaan. Dalam hal ini, erat kaitannya dengan latar belakang pendidikan maupun pengalaman yang dimiliki karyawan maupun pegawai. Faktor ini dipandang penting dikarenakan dewasa ini banyak sekali pekerja khususnya PNS kantor sering tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki. e. Communication (Komunikasi) Terjalinnya kesadaran untuk saling berkomunikasi guna menjalin kerjasama. Komunikasi merupakan hal yang sangat vital dalam keberjalanan suatu pemerintahan, organisasi maupun perusahaan. Artinya bahwa terjalinnya komunikasi yang baik baik sesama pegawai maupun dengan atasan sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu organisasi. 4. Tingkat Pendidikan Menurut Frederick J.Mc Donald dan M.J. Langeveld, pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk mengubah kebiasaan (behavior) manusia. Pendidikan merupakan suatu alat yang akan membina dan mendorong seseorang untuk berfikir secara rasional maupun logis, dapat meningkatkan kesadaran untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya (seefektif dan seefisien mungkin) dengan menyerap banyak pengalaman mengenai keahlian dan keterampilan sehingga menjadi cepat tanggap terhadap gejalagejala sosial yang terjadi. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan seluruh aspek yang ada di dalam kehidupan ini, baik orang terdekat, masyarakat ataupun lembagalembaga yang ada, baik yang terjadi secara formal maupun nonformal dengan tujuan untuk mengubah kebiasaan tidak baik menjadi kebiasaan baik yang 9 terjadi selama untuk memperbaiki kualitas diri menjadi lebih baik dan mampu menjawab tantangan di masa depan. 5. Hubungan antara Iklim Komunikasi dengan Efektivitas Kinerja dengan variabel kontrol Tingkat Pendidikan Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung kepada kelancaran komunikasi yang dilakukan oleh para anggotanya. Pentingnya komunikasi dalam organisasi dikemukakan oleh Keith Davis yang dikutip oleh Santoso Sastropoetro, sebagai berikut: “Suatu organisasi tidak akan eksis tanpa adanya komunikasi. Tidak akan memungkinkan terjadinya koordinasi kerja yang diharapkan. Kerjasama baik antara pimpinan dengan karyawan, maupun antara karyawan dengan karyawan tidak mungkin tercipta sebab mereka tidak mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaannya satu sama lain. (Sastropoetro, 1982:339). Metode Penelitian Penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam penelitian explanatori research. Seperti dikatakan Masri Singarimbun bahwa penelitian penjelasan menyoroti hubungan antara variabel-variebl penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan demikian penelitian ini disebut juga penelitian hipotesis (testing research) meskipun dalam penjelasannya terdapat deskripsi, tetapi sebagai penelitian relational fokusnya terletak pada penjelasan hubunganhubungan antar variabel (Singarimbun, 1989: 5). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Responden dalam penelitian ini adalah sampel dari pegawai pemerintahan Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah 78 responden dengan populasi total sebanyak 348 pegawai yang terdiri dari tujuh Biro atau Badan kerja. Besarnya sampel dalam penelitian ini diukur dengan rumus Slovin. Kemudian metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode sampel acak distratifikasi (proportionate stratified random sampling). Teknik ini 10 digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2010: 64). Penelitian ini menggunakan kuisioner yang berisi butir-butir pernyataan dengan skala likert 5 yang dibagikan kepada responden. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 1998: 139). Butir item pernyataan sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Teknis analisis data menggunakan analisis korelasi rank spearman. Setelah data terkumpul, langkah pertama adalah dengan mengkoding data. Data yang telah dikumpulkan lalu disederhanakan dengan cara membuat bentuk kode secara manual, yang biasa disebut dengan istilah coding sheet. Langkah berikutnya adalah mengklasifikasikan data dan kemudian diintrepretasikan dan dianalisis dengan bantuan program SPSS dan teknik analisis perhitungan manual. Sajian Data dan Pembahasan Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh antara iklim komunikasi organisasi dengan tingkat efektifitas kinerja pegawai di kantor Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk menganalisa data yang telah diperoleh dalam penelitian ini akan digunakan analisis data statistik atau kuantitatif. Hubungan antara variabel tersebut akan dianalisis dan hasilnya akan ditetapkan dalam tingkat dan jenis korelasinya dengan koefisien tata jenjang spearman (rs). 1. Uji korelasi hubungan antara iklim komunikasi organisasi dengan efektifitas kinerja di Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis korelasi dengan menggunakan bantuan progam komputer SPSS, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 11 Tabel 56 Hasil Perhitungan SPSS Korelasi Rank Spearman Iklim Efektivitas Spearman's Iklim Correlation 1,000 ,427(**) rho Coefficient Sig. (2-tailed) . ,000 N 78 78 Efektivitas Correlation ,427(**) 1,000 Coefficient Sig. (2-tailed) ,000 . N 78 78 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) Dari hasil uji perhitungan menggunakan program SPSS dapat diketahui bahwa ada korelasi yang positif antara variabel iklim komunikasi organisasi dengan variabel efektifitas kinerja pegawai yaitu sebesar 0,427. Dengan nilai rs sebesar 0,427 dengan perhitungan SPSS berarti terletak antara 0,00 sampai dengan +1, maka setelah dikonsultasikan dengan tabel korelasi dari Sugiyono dapat dikatakan bahwa hubungan tersebut positif. Artinya semakin tinggi iklim komunikasi organisasi semakin tinggi efektifitas kinerja yang didapatkan oleh pegawai. Setelah dibandingkan dengan tabel, hasil t hitung sebesar 4,102 lebih besar daripada harga t tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara iklim komunikasi organisasi terhadap efektifitas kinerja pegawai Setda Provinsi DIY. 2. Uji korelasi hubungan antara efektivtas kinerja pegawai dengan tingkat pendidikan di Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis korelasi dengan menggunakan bantuan progam komputer SPSS, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 12 Tabel 58 Hasil Perhitungan SPSS Korelasi Rank Spearman Efektivitas Kinerja dengan Tingkat Pendidikan Pendidikan Efektivitas Spearman's Pendidikan Correlation 1,000 ,009 rho Coefficient Sig. (2-tailed) . ,941 N 78 78 Efektivitas Correlation ,009 1,000 Coefficient Sig. (2-tailed) ,941 . N 78 78 Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS, hubungan antara tingkat pendidikan (Z) terdapat yang sangat rendah hubungan dengan efektifitas kinerja pegawai (Y) di Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan nilai signifikansi sebesar 0,009. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak atau sangat kurang memberikan pengaruhnya pada efektivtas kinerja dari pegawai tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, tingkat pendidikan tidak memberikan dampak yang besar pada efektifitas kinerja pegawai. Hal ini berarti apabila tingkat pendidikan semakin baik tidak akan diikuti perubahan yang searah yang signifikan pada efektiftas kinerja pegawainya. 3. Sajian Data tingkat pendidikan pegawai di Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan tengtang tingkat pendidikan yang ada di pegawai Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakrat, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Kategori Tamat S1/ S2 Tamat D3 Tamat SMA Tamat SMP Tamat Lainnya JUMLAH Tabel 51 Tingkat Pendidikan Frekuensi 53 9 16 0 0 78 13 Prosentasi 67,95% 11,54% 20,51% 0% 0% 100% Pada tabel pengolahan data tersebut untuk variabel pendidikan, mayoritas menjawab tama perguruan tinggi Strata 1 dan Strata 2 sebesar 67.95%. Melihat data di atas dapat disimpulkan bahwa pegawai di Sekretariat Daerah Provinsi DIY memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi karena mereka sebagian besar lulusan oerguruan tinggi S1 dan S2. Hal ini dikarenakandibutuhkan keprovesionalitasan di instansi tersebut, karena merupakan isntansi yang berda ditingkat provinsi. 4. Sajian Data faktor-faktor yang mendorong kinerja pegawai di Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan tengtang tingkat pendidikan yang ada di pegawai Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakrat, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 52 Faktor Pendorong Kinerja di Sekretariat Daerah Provinsi DIY Faktor Frekuensi Rasa kekeluargaan yang baik 60 Lingkungan yang baik/mendukung untuk maju 48 Karir/jenjang jabatan yang jelas 22 Pekerjaan yang jelas sesuai dengan aturan yang ada 43 Upah/gaji yang sesuai 29 Jam lembur yang diperhitungkan sesuai dengan 7 semestinya Lain-lain 6 Berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh di lapangan, mayoritas pegawai menjawab lingkungan kerja dan rasa kekeluargaan yang baik sangat mendukung dan mendorong pegawai dalam melakukan kinerja dengan baik. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan dianalisa secara kuantitatif, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengolahan data untuk variabel tingkat pendidikan (Z) di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan pegawai yang ada di Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (atasan dan bawahan) menunjukkan angka yang tinggi. Data ini didukung dengan 67,95% responden yang termasuk pendidikan kategori tinggi atau tamat perguruan tinggi sarjana. 14 Yakni sebanyak 53 responden. Hasil penelitian juga menujukan mayoritas lulusan SMA berada pada kategori staff dan lulusan tingkat perguruan tinggi untuk menjabat sebagai kepala bagian atau kepala sub bagian. 2. Terdapat hubungan yang cukup kuat dan positif antara iklim komunikasi organisasi dengan efektifitas kinerja pegawai. Sehingga dapat disimpulkan hipotesa yang menyatakan “Terdapat atau ada hubungan antara iklim komunikasi organisasi dengan tingkat efektifitas kinerja pegawai” dapat diterima dan terbukti. 3. Ada hubungan yang signifikan antara iklim komunikasi organisasi dengan efektivitas kinerja di Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 4. Tingkat pendidikan (Z) memiliki hubungan yang sangat rendah dengan efektifitas kinerja pegawai (Y) di Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan nilai signifikansi sebesar 0,009. 5. Faktor yang menjadi pendorong efektivitas kinerja adalah rasa kekeluargaan yang baik, lingkungan kerja yang baik atau mendukung pekerjaan, dan adanya pekerjaan yang jelas sesuai dengan aturan yang ada. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, penulis menyampaikan beberapa saran yang berhubungan dengan penelitian ini : 1. Untuk Kantor Sekretariat Daerah Provinsi DIY a. Untuk mewujudkan visi dan misi instansi diperlukan kesadaran dan tiap pribadi pegawai untuk mau bekerjasama dalam menjalankan dan melaksanakan tugas keorganisasian. Hal ini perlu diperhatikan agar organisasi dapat tetap eksis dalam melakukan fungsinya. Kantor Sekretariat Daerah Provinsi DIY masih perlu untuk meningkatkan lagi semua kegiatan yang menyangkut iklim komunikasi organisasi yang dapat meningkatkan efektivitas kinerja pegawai dan pada akhirnya membawa dampak positif bagi kemajuan Sekretariat Daerah Provinsi DIY. b. Agar komunikasi yang dilakukan menghasilkan hubungan organisasi yang efektif dan kerja sama bisa ditingkatkan, diperlukan sikap terbuka, sikap 15 percaya, sikap mendukung, sehingga mendorong timbulnya sikap saling memahami, menghargai dan saling mengembangkan kualitas komunikasi. c. Hubungan kerja antara atasan dan bawahan perlu dibina untuk lebih memudahkan pemberian informasi atau laporan yang lancar dan tepat waktu dari bawahan, diantaranya dengan sistem pelaporan kerja yang terjadwal. 2. Untuk Penelitian Lanjutan Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih ada kekurangan dalam berbagai hal, yaitu, kalimat pertanyaan dalam kuisioner yang dalam satu point mengandung 2 pertanyaan/lebih, metodologi dan pendalaman analisa data. Namun untuk penelitian selanjutnya, peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan penyempurnaan dalam penelitian yang akan datang. Hendaknya ada penelitian yang memperdalam serta mengembangkan gagasan-gagasan baru seperti jaringan komunikasi organisasi pada perusahaan tertentu atau dapat melanjutkan di Kantor Sekretariat Daerah Provinsi DIY. Penulis juga merekomendasikan untuk penelitian pada lembaga yang belum pernah diadakan penelitian sebelumnya, sebaiknya menggunakan penelitian kualitatif. Peneliti yang memiliki hubungan kedekatan dengan lokasi penelitian, maka sebaiknya juga menggunakan penelitian kualitatif agar mendapatkan data yang lebih objektif. Daftar Pustaka Mangkunegara, Anwar. Prabu. (2005). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika Arikunto, Suharsini. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta Cangara, H. Hafied. (2008). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Dwiyanto, Agus, Partini, Ratmito, Wicaksono, Bambang, Tamtiari, Wini, Kusumasari, Beveola, nuh, Muhammad. (2002). Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, diterbitkan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM. Yogyakarta: Galang Printika Masmuh, Abdullah. (2010). Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek. Malang: UMM Press Muhammad, Arni, (2007). Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara Nawawi, Hadari. (1987). Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Revianto, (1985). Produktivitas Dan Manajemen. Jakarta: SIUP 16 R. Wayne Pace & Don. F. Faules. (2001). Komunikasi Organisasi, Strategi meningkatkan Kinerja Perusahaan, Terjemahan Deddy Mulyana. Bandung: Remaja Rosdakarya Santoso, Sastropoetro. (1998). Partisipasi, Komunikasi Dan Persuasi Dan Disiplin Dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni Singarimbun, Masri, dan Effendi, Sofian. (1995). Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka LP3ES. Sedarmayanti. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : PT. Refika Aditama Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta 17