BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan anak

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan anak pada masa balita sangat berkaitan erat dengan
tingkat kesehatannya
pada masa bayi baru lahir. Dengan demikian, derajat
kesehatan anak tidak dapat dicapai dengan upaya yang dilakukan sesaat,
melainkan merupakan hasil dari upaya yang berkesinambungan selama kehidupan
anak.Dengan demikian upaya pembangunan kesehatan anak tidak dapat
dipenggal-penggal untuk kurun umur tertentu, meskipun masing-masing kurun
umur memiliki karakteristik masalah kesehatan yang berbeda.Oleh karena itu
kesehatan anak perlu mendapatkan perhatian khusus baik dari pemerintah, petugas
kesehatan maupun masyarakat, guna mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan pada masa bayi dan anak.
Perkembangan bayi terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan
atau stimulasi yang berguna agar potensi tetap berkembang, sehingga perlu
mendapatkan perhatian.Perkembangan psikososial sangat dipengaruhi lingkungan
dan interaksi antara bayi dengan orang tuanya atau orang dewasa lainnya.
Lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan bayi, salah
satunya saat bayi sakit dan harus menjalani perawatan di rumah sakit ( Nursalam,
2005 )
Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda – beda. Dimana
temperamen merupakan gaya berperilaku atau bagaimana perilaku yang
mempengaruhi tipe interaksi yang terjadi antara bayi dan orang tua serta anggota
keluarga lainnya ( Wong, 2008 ). Temperamen juga dapat diartikan sebagai
Universitas Sumatera Utara
karakter yang dimiliki bayi. Temperamen yang dimiliki bayi telah dibawa sejak
bayi terlahir dan hal ini dipengaruhi oleh faktor keturunan maupun faktor
lingkungan. Menurut Gotfried ( 1998 ) ditemukan bahwa bayi yang lahir dari
orang tua yang tak mampu menyesuaikan diri , ternyata juga tak mampu
menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan hidupnya. Bayi yang
memiliki orang tua yang mudah (easy adulthood) cenderung mudah untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Begitu juga dengan faktor
lingkungan, dimana lingkungan sangat mempengaruhi kondisi temperamen
individu, misalnya perlakuan / pemeliharaan bayi dari orangtua serta lingkungan
baru yang membuat bayi perlu beradaptasi ( Nursalam, 2005 )
Pada saat bayi dirawat di rumah sakit banyak hal yang baru dan juga asing
yang
harus dihadapi antara
lainbayi
mengalami perasaan yang tidak
menyenangkan, seperti takut, cemas, tegang, nyeri saat dirawat di rumah sakit
(Supartini, 2004). Ini menimbulkan suatu krisis yang terjadi akibat perubahan
lingkungan, bayi mengalami keterbatasan untuk mengatasi kecemasan. Krisis ini
dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu usia perkembangan bayi, pengalaman masa
lalu tentang penyakit, perpisahan atau perawatan di rumah sakit, support system
serta keseriusan penyakit dan ancaman perawatan (Wong, 2003).
Stresor utama dari hospitalisasi yang sering dialami bayi adalah antara lain
cemas akibat perpisahan, kehilangan kendali dan cemas terhadap cedera tubuh dan
nyeri yang dialami. Reaksi perilaku yang dialami bayi antara lain, protes yaitu
menangis dan berteriak, putus asa seperti menarik diri, menolak makan dan
Universitas Sumatera Utara
minum, serta reaksi pelepasan, dimana bayi mulai berinteraksi dengan orang lain
dan hal ini jarang terlihat pada bayi yang dihospitalisasi.( Wong, 2003 )
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Munasih (2007), yang
bertujuan untuk mengetahui kecemasan bayi dalam pemberian terapi vena
( infus ) dengan menggunakan desain deskriptif dan jumlah sampel sebanyak 30
orang, ternyata hampir 100% pasien bayi menunjukkan respon kecemasan seperti
menangis, menolak berinteraksi dengan orang lain, berusaha melepaskan infus
dengan menunjukkan reaksi gelisah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ardiningsih(2006), yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat kecemasan bayi selama menjalani hospitalisasi,
diperoleh hasil bahwasanya sebanyak 80% bayi menunjukkan reaksi menangis
serta menjerit dikarenakan prosedur tindakan dan proses penyakit. Dimana
populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi yang dirawat di RuangAnggrek
RSUD Cilacap yaitu sebanyak 201 orang. Sampel yang digunakan sebanyak 30
responden yang diambil secara Quota dan dengan menggunakan desaincross
sectional.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada 10 ibu responden pada
tanggal 26 April 2012 di Ruang rawat III Anak RSUD dr.Pirngadi Medan
mengatakan bahwa selama bayi mereka dirawat inap, bayi tampak gelisah dan
rewel. Hal ini disebabkan karena lingkungan yang asing bagi bayi, tindakan
pengobatan yang diberikan dan proses penyakit dan nyeri yang di alami bayi.
Sementara apabila di rumah, ibu mengatakan bahwa bayinya mempunyai perilaku
yang baik seperti jarang menangis, meskipun menangis pasti bayi lapar dan
Universitas Sumatera Utara
mengompol, mau bersosialisasi dengan orang lain ketika orang tersebut
menggendong bayi tersebut.
Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampakpada
bayi.Bayi yang dirawat inap mempunyai kesukaran lebih besar dalam
mengidentifikasitehnik koping yang mereka gunakan selama di rawat di rumah
sakit. Jika seorang bayi dirawat di rumah sakit, maka bayi tersebut akanmudah
mengalami krisis karena bayi mengalami stres akibat perubahan, baikterhadap
status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari - hari,dan
bayi mengalami keterbatasan dalam mekanisme koping untukmengatasi masalah
maupun kejadian-kejadian yang bersifat
menekan.Perawat
bisamembantu
keluarga untuk mengenal temperamen bayi dalam mempertahankan koping bayi
( Wong, 2003 )
Berdasarkan uraian di atas dan beberapa penelitian terhadap reaksi bayi,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pola temperamen
bayi sebelum dan selama menjalani rawat inap di ruang III Anak RSUD dr
Pirngadi Medan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pola temperamen bayi
sebelum dan selamamenjalani rawat inap di ruang III Anak RSU dr Pirngadi
Medan
Universitas Sumatera Utara
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi pola temperamen bayi usia 4 – 8 bulan sebelum dan selama
menjalani rawat inap di ruang III Anak RSUD dr Pirngadi Medan
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden di Ruang III Anak RSUD dr.
Pirngadi Medan
b.Mengidentifikasi pola temperamen bayi usia 4 – 8 bulan sebelum menjalani
rawat inap di Ruang III Anak RSUD dr Pirngadi Medan
c. Mengidentifikasi pola temperamen bayi usia 4 – 8 bulan selama menjalani
rawat inap di ruang III Anak RSUD dr Pirngadi Medan
d.Membandingkan pola temperamen bayi usia 4 – 8 bulan sebelum dan selama
menjalani rawat inap di ruang III anak RSUD dr Pirngadi Medan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Keluarga
Dengan penelitian ini dapat menambah pengetahuan orang tua untuk
mengenal perubahan temperamen anak sebelum dan selama menjalani
rawat inap guna memenuhi rasa nyaman bayi.
2. Praktik Keperawatan
Sebagai bahan masukan yang bermakna kepada perawat praktisi sehingga
dapat meminimalkan perubahan pola temperamen bayi yang dirawat di
ruang III Anak RSUD dr Pirngadi Medan
Universitas Sumatera Utara
3. Pendididikan Keperawatan
Sebagai bahan masukan atau sumber data bagi peserta didik keperawatan
tentang pola temperamen bayi usia 4 – 8 bulan sebelum dan
selamamenjalani rawat inap
4. Penelitian Keperawatan
Sebagai sumber informasi untuk penelitian selanjutnya atau penelitian yang
sejenis.
Universitas Sumatera Utara
Download