Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan

advertisement
Lampiran 1.
Perhitungan jumlah responden menggunakan instrumen Raosoft
165
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas
Aspek Standar 1: Profesionalisme
Elemen Standar
Deskripsi Ideal
1.1. Akuntabilitas dalam memenuhi
sumpah/janji apoteker
Dalam melaksanakan pengabdian profesi,
apoteker senantiasa berpegang teguh pada
sumpah/janji apoteker Indonesia
1.2. Pelayanan apoteker
Setiap hari pada jam buka, minimal ada
satu apoteker pendamping untuk
memastikan terpenuhinya pelayanan
apoteker
1.3. Akuntabilitas dalam memenuhi kode
etik apoteker Indonesia
Dalam bertindak dan mengambil
keputusan, apoteker berpedoman pada
prinsip-prinsip Kode Etik Apoteker
Indonesia
1.4. Komitmen bekerja
Apoteker mempunyai komitmen bekerja
sesuai standar kefarmasian
1.5. Komitmen kehadiran
Apabila berhalangan /terlambat hadir
segera memberitahu kepada individu yang
tepat di tempat kerja
1.6. Tanggungjawab
Apoteker menyelesaikan semua tugas yang
menjadi tanggungjawabnya, dengan
berpedoman pada standar prosedur
opersional
1.7. Kualitas kerja
Penyelesaian semua pekerjaan di apotek,
dilakukan dengan berpedoman pada standar
praktik
1.8. Pencapaian penghargaan
Menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar
praktik
1.9. Kemandirian
Apoteker mandiri dalam melakukan
pekerjaan kefarmasian, tanpa intervensi
orang lain
1.10. Akuntabilitas dalam memenuhi
kebutuhan kesehatan bagi masyarakat
Pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi
masyarakat, berpedoman pada standar
prosedur opersional dan dicatat dalam
catatan pengobatan
1.11. Pemenuhan kebutuhan pasien
Dalam hal barang tidak tersedia,
pemenuhan kebutuhan pasien diusahakan
dari tempat lain tanpa biaya tambahan
1.12. Perlakuan kepada pasien
Apoteker berinteraksi dengan pasien,
memperlakukan dengan rasa hormat yang
sama, terlepas dari latar belakang sosial
atau kemampuan bayarnya
166
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan)
Elemen Standar
Deskripsi Ideal
1.13. Pelayanan terkait ketidakmampuan
pasien untuk membayar
Apoteker memberikan alternatif pilihan
untuk pemenuhan kebutuhan pasien sesuai
kemampuan bayar
1.14. Hubungan profesional dengan dokter
Apoteker membangun hubungan
profesional dengan dokter untuk
kemungkinan manajemen terapi terbaik
bagi pasien
1.15. Konsultasi dengan apoteker lain
Apoteker melakukan konsultasi dan
kerjasama dengan apoteker/apotek lain
1.16. Kesalahan terapi
Apoteker melaporkan kejadian kesalahan
terapi walaupun tidak ada orang lain yang
menyadari, untuk ditindaklanjuti
penyelesaiannya dengan baik
1.17. Kritik konstruktif
Apoteker merespon kritik konstruktif,
melalui penyediaan kotak saran
1.18. Belajar sepanjang hayat
Apoteker mengikuti seminar/pelatihan yang
diselenggarakan organisasi
profesi/perguruan tinggi farmasi
1.19. Program pengembangan profesi
berkelanjutan untuk peningkatan
kompetensi
Apoteker memiliki fasilitas yang
disediakan apotek dalam program
pengembangan profesi berkelanjutan bagi
peningkatan kompetensi
1.20. Penilaian sendiri atas kompetensi dan
aktivitas profesional
Apoteker secara teratur melakukan
penilaian sendiri atas kompetensi dan
aktivitas profesional
1.21. Akses ke jasa informasi untuk
memungkinkan praktik efisien
Apoteker memiliki fasilitas akses tak
terbatas yang disediakan apotek ke sumber
informasi internet dan berbagai literatur
untuk kemungkinan praktik efisien
ASPEK STANDAR 2: MANAJERIAL
2.1. Pengelolaan sediaan farmasi
Pengelolaan sediaan farmasi melalui
perencanaan yang baik didukung kartu stok
dan buku defekta
2.2. Kualitas sediaan farmasi
Pengadaan sediaan farmasi melalui jalur
resmi sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku
167
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan)
Elemen Standar
Deskripsi Ideal
2.3. Penyimpanan sediaan farmasi
Penyimpanan sediaan farmasi didukung
fasilitas yang lengkap: lemari pendingin
khusus, rak yang memenuhi persyaratan
penyimpanan pada kondisi ruangan dengan
temperatur yang telah ditetapkan, dan ditata
untuk mempermudah pencarian
2.4. Obat kadaluwarsa / rusak
Membuat penandaan bagi obat-obat yang 1
tahun terakhir akan kadaluwarsa dan
memisahkan obat-obat yang sudah
kadaluwarsa/ rusak
2.5. Penataan lingkungan apotek
Penataan lingkungan apotik sesuai dengan
fungsi area/ruangan yang mencerminkan
pengaturan profesional
2.6. Area Konseling
Area konseling tertutup/ terpisah dari
kegiatan lain
2.7. Ruang Tunggu
Mempunyai ruang tunggu yang nyaman
2.8. Keuntungan
Keuntungan diambil dengan menerapkan
HET, untuk memenuhi biaya tetap apotek
2.9. Imbalan
Apoteker menerima imbalan sesuai imbalan
yang telah ditetapkan, ditambah insentif
sesuai dengan perolehan laba
ASPEK STANDAR 3: DISPENSING
3.1. Persyaratan Administratif Resep
Dilakukan penilaian persyaratan
administratif resep
3.2. Penyerahan obat atas resep dokter
Penyerahan obat atas resep dokter
dilakukan oleh apoteker
3.3. Aspek ekonomi obat
Apoteker mempertimbangan aspek
ekonomi obat
3.4. Penyerahan obat keras
Penyerahan obat keras hanya melalui resep
dokter, penyerahan obat daftar OWA tanpa
resep dilayani oleh apoteker dan dicatat
dalam catatan pengobatan pasien
3.5. Penjelasan dan informasi obat
Apoteker memberikan penjelasan dan
informasi obat bagi pasien
ASPEK STANDAR 4: ASUHAN KEFARMASIAN
4.1. Konseling
Apoteker melaksanakan konseling pada
penggunaan obat
168
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan)
Elemen Standar
Deskripsi Ideal
4.2. Three prime questions
Apoteker menyampaian Three prime
questions pada penyerahan obat melalui
resep
4.3. Komunikasi dengan dokter tentang
kemajuan terapi pasien
Apoteker melakukan komunikasi dengan
dokter tentang kemajuan terapi pasien
4.4. Kesesuaian farmasetik
Apoteker mempertimbangankan kesesuaian
farmasetik
4.5. Pertimbangan Klinis
Apoteker melakukan pertimbangan klinis
4.6. Catatan Pengobatan Pasien
Apoteker membuat Catatan Pengobatan
Pasien
4.7. Monitoring Penggunaan Obat
Apoteker melakukan Monitoring
Penggunaan Obat
4.8. Pemilihan pengobatan tanpa resep
Apoteker melakukan pemilihan pengobatan
tanpa resep yang paling sesuai bagi pasien
4.9. Rujukan pasien ke dokter
Apoteker melakukan rujukan pasien ke
dokter
ASPEK STANDAR 5: PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
5.1. Penyediaan informasi kesehatan bagi
masyarakat
Apoteker menyediakan informasi kesehatan
bagi masyarakat
5.2. Penyediaan informasi obat bagi pasien
dan tenaga kesehatan lain
Apoteker menyediakan informasi obat bagi
pasien dan dokter
5.3. Kegiatan peningkatan kesehatan
masyarakat
Kegiatan peningkatan kesehatan
masyarakat dilakukan melalui diseminasi
informasi: penyebaran leaflet/brosur atau
poster; dan kegiatan pengabdian
masyarakat: penyuluhan dan sejenisnya
169
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas
KATA PENGANTAR
Dalam rangka penelitian disertasi Doktor Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi USU
Medan, dengan judul “Model Revitalisasi Praktik Farmasi Komunitas di Indonesia”, saya
membutuhkan sejumlah data melalui beberapa kuesioner. Untuk maksud tersebut, saya
mohon kesediaan Teman Sejawat meluangkan waktu sejenak untuk mengisi kuesioner
pertama sebagaimana Teman Sejawat terima melalui e-mail atau facebook, atau Teman
sejawat temukan di grup diskusi ini, dan selanjutnya klik "kirim" setelah diisi. Pernyataan
yang akan Teman Sejawat tanggapi terdiri dari "elemen praktik yang diusulkan" dan ":::
→deskripsi idealnya" Saya sangat berharap Teman Sejawat memberikan identitas secara
jujur dan apa adanya, bukan berdasarkan apa yang seharusnya. Tidak ada jawaban yang
salah dalam kuisioner ini. Semua jawaban dan identitas Teman Sejawat akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Selanjutnya untuk
memberikan gambaran secara singkat, di bawah ini saya sampaikan abstak terkait
kuesioner ini. Akhirnya atas keluangan waktu dan ketulusan Teman Sejawat sebagai
responden, saya ucapkan terimakasih
Peneliti,
Wiryanto
Fakultas Farmasi USU Medan
ABSTRAK
Praktik farmasi komunitas di Indonesia saat ini dideskripsikan sebagai praktik yang tidak
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak mengacu pada kaidahkaidah profesi. Praktik yang terjadi hanya sebagai kegiatan transaksi jual beli komoditas
bernama obat tanpa standar praktik dan dilakukan bukan oleh apoteker. Berbagai upaya
perbaikan telah dilakukan, akan tetapi praktik farmasi komunitas tetap saja berlangsung
mengikuti caranya sendiri. Obat tetap dikelola sebagai komoditas ekonomi yang seolah
tanpa risiko pada penggunaannya, obat keras dijual tanpa resep dokter dan dilakukan oleh
siapa saja. Tujuan penelitian adalah tersedianya model konseptual revitalisasi praktik
farmasi komunitas/apotek, yang dirancang dengan mempertimbangkan berbagai aspek
permasalahan praktis di lapangan, mengakomodir pendapat dan masukan para apoteker
praktisi, akademisi dan tokoh pemerhati farmasi komunitas/apotek di Indonesia. Model
konseptual revitalisasi dimaksudkan sebagai sebuah model pembinaan dan pengawasan
dengan pendekatan pemecahan masalah dan peningkatan mutu secara bertahap dan
berkelanjutan (Plan Do Check Action). Target khusus yang ingin dicapai adalah kepastian
bahwa masyarakat terhindar dari pelayanan kefarmasian yang tidak profesional, dan
memastikan bahwa masyarakat dapat mengambil manfaat bagi peningkatan kualitas
hidup dari penyelenggaraan praktik farmasi komunitas di Indonesia. Untuk merancang
model dimaksud, tahap pertama dibutuhkan sebuah standar praktik farmasi komunitas
terdiri dari 5 aspek standar, yaitu: profesionalisme, manajerial, dispensing, asuhan
kefarmasian, dan pelayanan kesehatan masyarakat, masing-masing tersusun atas elemenelemen praktik terpilih dan deskripsi idealnya. Pemilihan elemen-elemen praktik
dilakukan berdasarkan kelayakan dan relevansi dari sejumlah elemen-elemen praktik
serta pendapat dan masukan para apoteker praktisi, akademisi, tokoh pemerhati praktik
farmasi komunitas di Indonesia, melalui kuesioner menggunakan skala Likert lima poin
berkisar antara 1 = sangat tidak setuju hingga 5 = sangat setuju.
Kata kunci: Model revitalisasi, standar praktik, pembinaan, pengawasan, farmasi
komunitas.
170
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas
(Sambungan)
IDENTITAS RESPONDEN
Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan
Alumnus Apoteker

USU

UNAND

UI

ITB

UNPAD

UGM

UNAIR

UNHAS

Yang lain:
Tahun Lulus Apoteker
Pengalaman sebagai Apoteker Pengelola Apotek
Frekuensi Kehadiran di Apotek

Selama apotek buka

Setiap hari, pada jam tertentu

2-3 x seminggu

1 x seminggu

1 x sebulan

Yang lain:
Apoteker Pengelola Apotek merangkap Pemilik Modal Apotek

Ya

Tidak
Status Kepemilikan Apotek

BUMN

Perusahaan Swasta

Perorangan
171
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas
(Sambungan)
Pekerjaan Lain Selain Sebagai APA

Tidak ada

PNS

Non PNS
Kota Alamat Apotek:
Kuesioner Elemen-elemen Praktik Farmasi Komunitas
Aspek Standar 1: Profesionalisme
Sangat
Sangat
Tidak
Tidak
Setuju Netral
Setuju
Setuju
Setuju
1.1. Akuntabilitas dalam memenuhi sumpah /
janji apoteker ::: →Dalam melaksanakan
pengabdian profesi, apoteker senantiasa
berpegang teguh pada sumpah / janji
apoteker Indonesia
1.2. Pelayanan apoteker ::: →Setiap hari pada
jam buka, minimal ada satu apoteker
pendamping untuk memastikan
terpenuhinya pelayanan apoteker
1.3. Akuntabilitas dalam memenuhi kode etik
apoteker Indonesia ::: →Dalam bertindak
dan mengambil keputusan, apoteker
berpedoman pada prinsip-prinsip Kode Etik
Apoteker Indonesia
1.4. Komitmen bekerja ::: →Apoteker
mempunyai komitmen bekerja sesuai
standar kefarmasian
1.5. Komitmen kehadiran ::: →Apabila
berhalangan /terlambat hadir segera
memberitahu kepada individu yang tepat di
tempat kerja
1.6. Tanggungjawab ::: →Apoteker
menyelesaikan semua tugas yang menjadi
tanggung jawabnya, dengan berpedoman
pada standar prosedur opersional
1.7. Kualitas kerja ::: →Penyelesaian semua
pekerjaan di apotek, dilakukan dengan
berpedoman pada standar praktik
172
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas
(Sambungan)
Sangat
Sangat
Tidak
Tidak
Setuju Netral
Setuju
Setuju
Setuju
1.8. Pencapaian penghargaan ::: →Menunjukkan
kinerja terbaik sesuai standar praktik
1.9. Kemandirian ::: →Apoteker mandiri dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian, tanpa
intervensi orang lain
1.10. Akuntabilitas dalam memenuhi kebutuhan
kesehatan bagi masyarakat :::
→Pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi
masyarakat, berpedoman pada standar
prosedur opersional dan dicatat dalam
catatan pengobatan
1.11. Pemenuhan kebutuhan pasien ::: →Dalam
hal barang tidak tersedia, pemenuhan
kebutuhan pasien diusahakan dari tempat
lain tanpa biaya tambahan
1.12. Perlakuan kepada pasien ::: →Apoteker
berinteraksi dengan pasien, memperlakukan
dengan rasa hormat yang sama, terlepas
dari latar belakang sosial atau kemampuan
bayarnya
1.13. Pelayanan terkait ketidakmampuan pasien
untuk membayar ::: →Apoteker
memberikan alternatif pilihan untuk
pemenuhan kebutuhan pasien sesuai
kemampuan bayar
1.14. Hubungan profesional dengan dokter :::
→Apoteker membangun hubungan
profesional dengan dokter untuk
kemungkinan manajemen terapi terbaik
bagi pasien
1.15. Konsultasi dengan apoteker lain :::
→Apoteker melakukan konsultasi dan
kerjasama dengan apoteker/apotek lain
1.16. Kesalahan terapi ::: →Apoteker
melaporkan kejadian kesalahan terapi
walaupun tidak ada orang lain yang
menyadari, untuk ditindaklanjuti
penyelesaiannya dengan baik
173
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas
(Sambungan)
Sangat
Sangat
Tidak
Setuju Netral
Tidak
Setuju
Setuju
Setuju
1.17. Kritik konstruktif ::: →Apoteker merespon
kritik konstruktif, melalui penyediaan kotak
saran
1.18. Belajar sepanjang hayat ::: →Apoteker
mengikuti seminar/pelatihan yang
diselenggarakan organisasi
profesi/perguruan tinggi farmasi
1.19. Program pengembangan profesi
berkelanjutan untuk peningkatan
kompetensi ::: →Apoteker memiliki
fasilitas yang disediakan apotek dalam
program pengembangan profesi
berkelanjutan bagi peningkatan kompetensi
1.20. Penilaian sendiri atas kompetensi dan
aktivitas profesional ::: →Apoteker secara
teratur melakukan penilaian sendiri atas
kompetensi dan aktivitas profesional
1.21. Akses ke jasa informasi untuk
memungkinkan praktik efisien :::
→Apoteker memiliki fasilitas akses tak
terbatas yang disediakan apotek ke sumber
informasi internet dan berbagai literatur
untuk kemungkinan praktik efisien
Aspek Standar 2: Manajerial
2.1. Pengelolaan sediaan farmasi :::
→Pengelolaan sediaan farmasi melalui
perencanaan yang baik didukung kartu stok
dan buku defekta
2.2. Kualitas sediaan farmasi ::: →Pengadaan
sediaan farmasi melalui jalur resmi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku
2.3. Penyimpanan sediaan farmasi :::
→Penyimpanan sediaan farmasi didukung
fasilitas yang lengkap: lemari pendingin
khusus, rak yang memenuhi persyaratan
penyimpanan pada kondisi ruangan dengan
temperatur yang telah ditetapkan, dan ditata
untuk mempermudah pencarian
174
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas
(Sambungan)
Sangat
Sangat
Tidak
Setuju Netral
Tidak
Setuju
Setuju
Setuju
2.4. Obat kadaluwarsa / rusak ::: →Membuat
penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun
terakhir akan kadaluwarsa dan memisahkan
obat-obat yang sudah kadaluwarsa/ rusak
2.5. Penataan lingkungan apotek ::: →Penataan
lingkungan apotik sesuai dengan fungsi
area/ruangan yang mencerminkan
pengaturan profesional
2.6. Area Konseling ::: →Area konseling
tertutup/ terpisah dari kegiatan lain
2.7. Ruang Tunggu ::: →Mempunyai ruang
tunggu yang nyaman
2.8. Keuntungan ::: →Keuntungan diambil
dengan menerapkan HET, untuk memenuhi
biaya tetap apotek
2.9. Imbalan ::: →Apoteker menerima imbalan
sesuai imbalan yang telah ditetapkan,
ditambah insentif sesuai dengan perolehan
laba
Aspek Standar 3: Dispensing
3.1. Persyaratan Administratif Resep :::
→Dilakukan penilaian persyaratan
administratif resep
3.2. Penyerahan obat atas resep dokter :::
→Penyerahan obat atas resep dokter
dilakukan oleh apoteker
3.3. Aspek ekonomi obat ::: →Apoteker
mempertimbangan aspek ekonomi obat
3.4. Penyerahan obat keras ::: →Penyerahan obat
keras hanya melalui resep dokter,
penyerahan obat daftar OWA tanpa resep
dilayani oleh apoteker dan dicatat dalam
catatan pengobatan pasien
3.5. Penjelasan dan informasi obat ::: →Apoteker
memberikan penjelasan dan informasi obat
bagi pasien
175
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas
(Sambungan)
Aspek Standar 4: Asuhan Kefarmasian
Sangat
Sangat
Tidak
Setuju Netral
Tidak
Setuju
Setuju
Setuju
4.1. Konseling ::: →Apoteker melaksanakan
konseling pada penggunaan obat
4.2. Three prime questions ::: →Apoteker
menyampaian Three prime questions pada
penyerahan obat melalui resep
4.3. Komunikasi dengan dokter tentang
kemajuan terapi pasien ::: →Apoteker
melakukan komunikasi dengan dokter
tentang kemajuan terapi pasien
4.4. Kesesuaian farmasetik ::: →Apoteker
mempertimbangankan kesesuaian
farmasetik
4.5. Pertimbangan Klinis ::: →Apoteker
melakukan pertimbangan klinis
4.6. Catatan Pengobatan Pasien ::: →Apoteker
membuat Catatan Pengobatan Pasien
4.7. Monitoring Penggunaan Obat :::
→Apoteker melakukan Monitoring
Penggunaan Obat
4.8. Pemilihan pengobatan tanpa resep :::
→Apoteker melakukan pemilihan
pengobatan tanpa resep yang paling sesuai
bagi pasien
4.9. Rujukan pasien ke dokter ::: →Apoteker
melakukan rujukan pasien ke dokter
Aspek Standar 5: Pelayanan Kesehatan Masyarakat
5.1. Penyediaan informasi kesehatan bagi
masyarakat ::: →Apoteker menyediakan
informasi kesehatan bagi masyarakat
5.2. Penyediaan informasi obat bagi pasien dan
tenaga kesehatan lain ::: →Apoteker
menyediakan informasi obat bagi pasien dan
dokter
176
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas
(Sambungan)
Sangat
Sangat
Tidak
Setuju Netral
Tidak
Setuju
Setuju
Setuju
5.3. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat
::: →Kegiatan peningkatan kesehatan
masyarakat dilakukan melalui diseminasi
informasi: penyebaran leaflet/brosur atau
poster; dan kegiatan pengabdian
masyarakat: penyuluhan dan sejenisnya
KOMENTAR DAN USUL/MASUKAN SECARA UMUM:
Mohon dituliskan dibawah ini
Diberdayakan oleh Google Docs
177
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1.1
1
50
.349*
.013
50
.560**
.000
50
.550**
.000
50
.145
.317
50
.373**
.008
50
.480**
.000
50
.280*
.049
50
1.2
.349*
.013
50
1
50
.363**
.010
50
.456**
.001
50
.233
.104
50
.224
.117
50
.530**
.000
50
.448**
.001
50
1.3
.560**
.000
50
.363**
.010
50
1
50
.486**
.000
50
.341*
.015
50
.583**
.000
50
.526**
.000
50
.427**
.002
50
1.4
.550**
.000
50
.456**
.001
50
.486**
.000
50
1
50
.208
.146
50
.250
.080
50
.678**
.000
50
.420**
.002
50
1.5
.145
.317
50
.233
.104
50
.341*
.015
50
.208
.146
50
1
50
.372**
.008
50
.241
.092
50
.343*
.015
50
1.6
.373**
.008
50
.224
.117
50
.583**
.000
50
.250
.080
50
.372**
.008
50
1
50
.333*
.018
50
.357*
.011
50
1.7
.480**
.000
50
.530**
.000
50
.526**
.000
50
.678**
.000
50
.241
.092
50
.333*
.018
50
1
50
.649**
.000
50
1.8
.280*
.049
50
.448**
.001
50
.427**
.002
50
.420**
.002
50
.343*
.015
50
.357*
.011
50
.649**
.000
50
1
50
1.9
.440**
.001
50
.447**
.001
50
.281*
.048
50
.640**
.000
50
.303*
.032
50
.276
.053
50
.688**
.000
50
.583**
.000
50
1.1
.389**
.005
50
.312*
.027
50
.262
.066
50
.556**
.000
50
.054
.710
50
.232
.106
50
.640**
.000
50
.359*
.010
50
1.11
.210
.144
50
.244
.088
50
.591**
.000
50
.273
.055
50
.250
.080
50
.671**
.000
50
.350*
.013
50
.312*
.027
50
1.12
.239
.095
50
.381**
.006
50
.356*
.011
50
.323*
.022
50
.137
.343
50
.318*
.024
50
.405**
.004
50
.474**
.001
50
2.1
.640**
.000
49
.382**
.007
49
.532**
.000
49
.717**
.000
49
.171
.239
49
.393**
.005
49
.585**
.000
49
.351*
.013
49
2.2
.100
.491
50
.292*
.040
50
.220
.125
50
.156
.280
50
.085
.559
50
.358*
.011
50
.323*
.022
50
.306*
.031
50
2.3
.363**
.010
50
.452**
.001
50
.328*
.020
50
.459**
.001
50
.177
.219
50
.515**
.000
50
.421**
.002
50
.334*
.018
50
2.4
.224
.119
50
.319*
.024
50
.442**
.001
50
.476**
.000
50
.265
.063
50
.436**
.002
50
.437**
.002
50
.388**
.005
50
2.5
.024
.870
50
.150
.300
50
.076
.598
50
.167
.246
50
.195
.174
50
.028
.849
50
.301*
.033
50
.116
.423
50
2.6
.255
.074
50
.498**
.000
50
.211
.142
50
.224
.118
50
.259
.069
50
.249
.081
50
.302*
.033
50
.207
.150
50
2.7
.291*
.041
50
.310*
.028
50
.268
.060
50
.454**
.001
50
.173
.230
50
.380**
.006
50
.434**
.002
50
.206
.152
50
178
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan)
2.8
.353*
.012
50
.363**
.010
50
.168
.244
50
.421**
.002
50
.174
.227
50
.316*
.026
50
.410**
.003
50
.090
.535
50
2.9
.246
.085
50
.429**
.002
50
.378**
.007
50
.549**
.000
50
.181
.207
50
.285*
.044
50
.439**
.001
50
.295*
.038
50
2.1
-.021
.884
50
.445**
.001
50
.123
.395
50
.347*
.014
50
.278
.051
50
.159
.269
50
.521**
.000
50
.326*
.021
50
2.11
.233
.103
50
.283*
.046
50
.072
.619
50
.325*
.021
50
.256
.073
50
.136
.345
50
.371**
.008
50
.266
.062
50
2.12
.123
.395
50
.343*
.015
50
-.031
.829
50
.105
.469
50
.083
.567
50
.218
.128
50
.137
.343
50
.054
.707
50
3.1
.336*
.017
50
.547**
.000
50
.371**
.008
50
.420**
.002
50
.208
.148
50
.357*
.011
50
.508**
.000
50
.455**
.001
50
3.2
.356*
.011
50
.395**
.004
50
.382**
.006
50
.455**
.001
50
.125
.387
50
.275
.053
50
.526**
.000
50
.315*
.026
50
3.3
.092
.525
50
.240
.094
50
.373**
.008
50
.099
.492
50
.420**
.002
50
.490**
.000
50
.308*
.030
50
.448**
.001
50
3.4
.280*
.049
50
.489**
.000
50
.304*
.032
50
.322*
.022
50
.086
.554
50
.174
.228
50
.410**
.003
50
.320*
.023
50
3.5
.475**
.000
50
.663**
.000
50
.514**
.000
50
.537**
.000
50
.321*
.023
50
.369**
.008
50
.562**
.000
50
.552**
.000
50
3.6
.331*
.019
50
.567**
.000
50
.274
.054
50
.323*
.022
50
.142
.324
50
.291*
.040
50
.364**
.009
50
.101
.486
50
4.1
.458**
.001
50
.467**
.001
50
.398**
.004
50
.315*
.026
50
.246
.085
50
.354*
.012
50
.384**
.006
50
.198
.167
50
4.2
.246
.085
50
.407**
.003
50
.267
.061
50
.443**
.001
50
.154
.286
50
.148
.305
50
.497**
.000
50
.506**
.000
50
4.3
.485**
.000
50
.566**
.000
50
.386**
.006
50
.541**
.000
50
.301*
.033
50
.161
.265
50
.641**
.000
50
.628**
.000
50
4.4
.118
.416
50
.484**
.000
50
.237
.098
50
.393**
.005
50
.267
.061
50
.190
.185
50
.491**
.000
50
.345*
.014
50
4.5
.180
.210
50
.632**
.000
50
.369**
.008
50
.434**
.002
50
.253
.076
50
.219
.127
50
.500**
.000
50
.523**
.000
50
4.6
.262
.066
50
.510**
.000
50
.325*
.021
50
.467**
.001
50
.283*
.046
50
.243
.089
50
.527**
.000
50
.617**
.000
50
4.7
.388**
.005
50
.404**
.004
50
.288*
.043
50
.433**
.002
50
.187
.194
50
.450**
.001
50
.278
.050
50
.190
.186
50
4.8
.220
.125
50
.401**
.004
50
.119
.409
50
.176
.222
50
.169
.240
50
.286*
.044
50
.336*
.017
50
.157
.277
50
5.1
.169
.247
49
.224
.121
49
.233
.107
49
.265
.066
49
.070
.633
49
.235
.104
49
.304*
.034
49
.314*
.028
49
5.2
.332*
.019
50
.444**
.001
50
.322*
.022
50
.550**
.000
50
.115
.426
50
.286*
.044
50
.510**
.000
50
.538**
.000
50
Total
.493**
.000
50
.681**
.000
50
.541**
.000
50
.665**
.000
50
.363**
.010
50
.509**
.000
50
.735**
.000
50
.602**
.000
50
179
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan)
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
5.1
5.2
Total
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
.118
.416
50
.180
.210
50
.262
.066
50
.388**
.005
50
.220
.125
50
.169
.247
49
.332*
.019
50
.493**
.484**
.000
50
.632**
.000
50
.510**
.000
50
.404**
.004
50
.401**
.004
50
.224
.121
49
.444**
.001
50
.681**
.237
.098
50
.369**
.008
50
.325*
.021
50
.288*
.043
50
.119
.409
50
.233
.107
49
.322*
.022
50
.541**
.393**
.005
50
.434**
.002
50
.467**
.001
50
.433**
.002
50
.176
.222
50
.265
.066
49
.550**
.000
50
.665**
.267
.061
50
.253
.076
50
.283*
.046
50
.187
.194
50
.169
.240
50
.070
.633
49
.115
.426
50
.363**
.190
.185
50
.219
.127
50
.243
.089
50
.450**
.001
50
.286*
.044
50
.235
.104
49
.286*
.044
50
.509**
.491**
.000
50
.500**
.000
50
.527**
.000
50
.278
.050
50
.336*
.017
50
.304*
.034
49
.510**
.000
50
.735**
.345*
.014
50
.523**
.000
50
.617**
.000
50
.190
.186
50
.157
.277
50
.314*
.028
49
.538**
.000
50
.602**
.457**
.001
50
.500**
.000
50
.561**
.000
50
.425**
.002
50
.359*
.010
50
.387**
.006
49
.602**
.000
50
.755**
.501**
.000
50
.423**
.002
50
.472**
.001
50
.401**
.004
50
.396**
.004
50
.261
.070
49
.543**
.000
50
.680**
.233
.104
50
.265
.063
50
.297*
.036
50
.404**
.004
50
.223
.120
50
.301*
.035
49
.293*
.039
50
.529**
.375**
.007
50
.447**
.001
50
.508**
.000
50
.431**
.002
50
.359*
.011
50
.275
.056
49
.491**
.000
50
.626**
.295*
.040
49
.453**
.001
49
.520**
.000
49
.498**
.000
49
.455**
.001
49
.224
.126
48
.557**
.000
49
.700**
.256
.073
50
.203
.157
50
.318*
.024
50
.152
.291
50
.073
.615
50
.015
.919
49
.112
.439
50
.358*
.313*
.027
50
.456**
.001
50
.406**
.003
50
.509**
.000
50
.376**
.007
50
.358*
.012
49
.551**
.000
50
.709**
.490**
.000
50
.545**
.000
50
.555**
.000
50
.437**
.001
50
.429**
.002
50
.421**
.003
49
.571**
.000
50
.708**
.361*
.010
50
.351*
.012
50
.368**
.009
50
.130
.370
50
.299*
.035
50
.394**
.005
49
.317*
.025
50
.438**
.274
.054
50
.433**
.002
50
.351*
.012
50
.265
.063
50
.324*
.022
50
.146
.317
49
.153
.288
50
.540**
.350*
.013
50
.341*
.016
50
.334*
.018
50
.488**
.000
50
.508**
.000
50
.214
.140
49
.424**
.002
50
.592**
.000
.000
.000
.000
.010
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.011
.000
.000
.001
.000
.000
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
49
50
50
50
50
50
50
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
180
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan)
.405**
.004
50
.320*
.024
50
.416**
.003
50
.597**
.000
50
.549**
.000
50
.369**
.009
49
.476**
.000
50
.627**
.000
50
.668**
.000
50
.592**
.000
50
.581**
.000
50
.425**
.002
50
.321*
.023
50
.417**
.003
49
.503**
.000
50
.683**
.000
50
.691**
.000
50
.554**
.000
50
.498**
.000
50
.300*
.034
50
.415**
.003
50
.356*
.012
49
.383**
.006
50
.632**
.000
50
.651**
.000
50
.454**
.001
50
.443**
.001
50
.294*
.038
50
.526**
.000
50
.316*
.027
49
.284*
.045
50
.529**
.000
50
.319*
.024
50
.248
.082
50
.188
.192
50
.405**
.004
50
.349*
.013
50
.122
.403
49
.190
.186
50
.435**
.002
50
.527**
.000
50
.602**
.000
50
.654**
.000
50
.440**
.001
50
.418**
.003
50
.507**
.000
49
.538**
.000
50
.721**
.000
50
.572**
.000
50
.608**
.000
50
.518**
.000
50
.445**
.001
50
.548**
.000
50
.345*
.015
49
.406**
.003
50
.671**
.000
50
.325*
.021
50
.381**
.006
50
.301*
.034
50
.315*
.026
50
.201
.161
50
.275
.056
49
.204
.155
50
.454**
.001
50
.127
.379
50
.387**
.005
50
.354*
.012
50
.297*
.036
50
.300*
.034
50
.183
.209
49
.383**
.006
50
.511**
.000
50
.443**
.001
50
.731**
.000
50
.671**
.000
50
.511**
.000
50
.360*
.010
50
.159
.277
49
.479**
.000
50
.767**
.000
50
.468**
.001
50
.465**
.001
50
.411**
.003
50
.560**
.000
50
.502**
.000
50
.325*
.023
49
.276
.053
50
.654**
.000
50
.520**
.000
50
.540**
.000
50
.561**
.000
50
.627**
.000
50
.498**
.000
50
.429**
.002
49
.429**
.002
50
.660**
.000
50
.584**
.000
50
.591**
.000
50
.736**
.000
50
.410**
.003
50
.486**
.000
50
.390**
.006
49
.650**
.000
50
.724**
.000
50
.650**
.000
50
.700**
.000
50
.781**
.000
50
.497**
.000
50
.488**
.000
50
.309*
.030
49
.563**
.000
50
.761**
.000
50
1
50
.718**
.000
50
.755**
.000
50
.453**
.001
50
.523**
.000
50
.376**
.008
49
.426**
.002
50
.707**
.000
50
.718**
.000
50
1
50
.734**
.000
50
.498**
.000
50
.536**
.000
50
.325*
.023
49
.581**
.000
50
.773**
.000
50
.755**
.000
50
.734**
.000
50
1
50
.512**
.000
50
.512**
.000
50
.485**
.000
49
.649**
.000
50
.799**
.000
50
.453**
.001
50
.498**
.000
50
.512**
.000
50
1
50
.577**
.000
50
.341*
.016
49
.542**
.000
50
.665**
.000
50
.523**
.000
50
.536**
.000
50
.512**
.000
50
.577**
.000
50
1
50
.306*
.032
49
.527**
.000
50
.617**
.000
50
.376**
.008
49
.325*
.023
49
.485**
.000
49
.341*
.016
49
.306*
.032
49
1
49
.580**
.000
49
.504**
.000
49
.426**
.002
50
.581**
.000
50
.649**
.000
50
.542**
.000
50
.527**
.000
50
.580**
.000
49
1
50
.723**
.000
50
.707**
.000
50
.773**
.000
50
.799**
.000
50
.665**
.000
50
.617**
.000
50
.504**
.000
49
.723**
.000
50
1
50
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
181
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan)
Reliability
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
%
48
a
Excluded
Total
96.0
2
4.0
50
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
.9560
N of Items
40
182
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi
komunitas
Kata Kunci
Jumlah
Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih
Pembinaan
dan
pengawasan:
 Pemerintah
dan OP belum
tegas dan
belum
konsisten
 Butuh proses
pembinaan
secara
bertahap
 IAI masih
harus
berupaya
keras
mewujudkan
visi dan
melaksanakan
misi
 Menambah
kewenangan
apoteker
>44
 Jalur distribusi obat-obatan hendaknya diperketat pengawasannya
dan penjualan obat secara langsung dari PBF ke dokter harus
ditertibkan, agar fungsi apotek benar-benar seperti seharusnya dan
apoteker dapat benar-benar bekerja secara profesional.
 Ketidakoptimalan apoteker dalam memberikan pelayanan
kefarmasian bukan sepenuhnya menjadi kesalahan apoteker yang
berpraktik, tetapi regulasi pemerintah yang tidak tegas dan tidak
konsisten terhadap peraturan dan undang-undang yang telah
dibuat. Tidak ada sanksi bagi pihak-pihak yang melanggar, tidak
menjalankan undang-undang dan peraturan, sehingga praktik
kefarmasian yang ideal tidak pernah teraplikasi sebagaimana
seharusnya.
 Aturan yang sudah ada sudah cukup baik, yang perlu ditingkatkan
adalah sistem pengawasan. Kalau mengharapkan kesadaran
apoteker, itu sangat subjektif dan fluktuatif. Kalau ada
pengawasan yang ketat maka apoteker, suka atau tidak suka, pasti
akan melaksanakan apa yang telah diatur.
 IAI juga dilibatkan dalam melakukan pengawasan terhadap
kehadiran apoteker di sarana kefarmasian, dan IAI juga diberi
wewenang untuk memberikan sangsi dan di mana sangsi tersebut
juga sebagai rekomendasi utama di dinas kesehatan.
 Apotek dijadikan sarana berbisnis tanpa mempedulikan aturan
dan etika, bahkan tidak jarang tidak mempedulikan keselamatan
dan kesehatan pasien. Demi kelancaran bisnisnya, apoteker
dirumahkan. Praktik farmasi komunitas/apotek tidak berjalan,
yang ada hanya praktik bisnis obat yang tidak sesuai standar
praktik dan tidak mengikuti kode etik.
 Paradigma pemberian obat keras yang tidak termasuk OWA
tanpa menggunakan resep sudah terlanjur melekat di hampir
semua apotek, bukan hanya karena kesalahan atau kemauan
apoteker untuk meraup untung sebanyak-banyaknya, tetapi melihat
kondisi pasien juga harus dipertimbangkan.. semua butuh proses
untuk sesuai atau diharap ideal seperti peraturan undang-undang.
 Banyak hal yang dituntut oleh organisasi keprofesian kepada pihak
anggotanya guna mendapatkan pengakuan tanpa ikut serta dalam
memperhatikan kenapa anggota tidak tertarik dalam
keanggotaan.
 Dalam pelaksanaannya diharapkan IAI mampu membimbing dan
mengarahkan anggotanya untuk dapat melaksanakannya.
Pembinaan secara intens dan pelaksanaan bertahap perlu
dilakukan mengingat terjadinya perubahan dalam pola fikir dan
perilaku profesional apoteker.
 Penetapan standar minimal terlebih dahulu baru selanjutnya
menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar praktik
 Daftar OWA perlu ditambah jumlahnya
 Database Apoteker yang ada harap diadakan selengkap-lengkapnya
ada petugas tetap yang mengupdatenya atau dibuat sistem di
mana apoteker dapat mengupdate status apotekernya sendiri,
misal dengan login ke account di IAI. Hal ini untuk memastikan
bahwa semua informasi terbaru tentang kebijakan maupun kegiatan
continuing education dapat tersosialisasi dengan baik.
183
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi
komunitas (Sambungan)
Kata Kunci
Jumlah
Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih
 Organisasi profesi apoteker yang berwenang mengeluarkan standar
toolkit yang edukatif dan interaktif untuk alat bantu
konseling/edukasi pasien. Misal seperti Asosiasi Diabetes Amerika
mengeluarkan berbagai perangkat untuk membantu petugas
kesehatan maupun pasien dalam menghadapi kondisi penyakitnya.
Keterampilan komunikasi apoteker-pasien-dokter harus
dipastikan berada di atas rata-rata. Apotek jaringan untuk
memfasilitasi apoteker muda dapat segera memiliki apoteknya
sendiri dan juga menggalakkan bahwa apotek harus dimiliki oleh
apoteker sendiri.
 Pemberian izin apotek ada baiknya dilakukan uji kelayakan oleh
pemerintah dalam hal lokasi, jarak antar apotek, jangan asal diberi
izin saja. Honor apoteker harus disesuaikan dengan standar
kelayakan profesi
Permasalahan
praktis:
 Rasa keadilan
belum
mendapatkan
perhatian
 PSA tidak
memahami
aturan
 Posisi tawar
sangat lemah
 Persaingan
tidak sehat
>36
 Selama ini saya sebagai apoteker pengelola di sebuah apotek milik
perusahaan swasta sudah dituntut untuk kerja full time untuk dapat
melayani informasi obat atau penyerahan obat kepada pasien yang
membutuhkan, karena tuntutan pula dari IAI jawa barat khususnya
depok menuntut motto tiada pelayanan tanpa apoteker. Sekarang
bagaimana kepada teman sejawat kita yang bekerja di dinkes
atau pemerintahan yang setiap hari bekerja di luar apotek tapi
juga sebagai pemegang apoteker pengelola apotik (APA), kapan
waktunya mereka akan mengabdi di apotek sesuai dengan motto di
atas tadi....adilkah?
 Mohon peraturan yang ada juga disosialisasikan pada PSA...dan
kalau perlu juga dirumuskan peraturan untuk PSA..., sehingga
APA tidak selalu terombang-ambing antara peraturan untuk
apoteker dengan ketentuan / kebijakan dari PSA. Selama ini sering
mendengar teman-teman APA selalu jadi pihak yang lemah dalam
menghadapi PSA, minta kerja full time dengan meminta tambahan
fee 1% omset selalu dibilang kalau apotek untungnya kecil...,
akhirnya PSA minta untuk off saja.. (seperti yang terjadi pada saya)
sedangkan kita butuh kerja... dll masih banyak lagi...
 Masukan saja, saya berharap bukan hanya apotekernya saja yang
diterapkan PP atau peraturan lainnya, tetapi para owner/PSA pun
seharusnya disosialisasikan kewajibannya, agar para apoteker
juga nyaman dan dapat menjalankan kefarmasiannya sesuai dengan
yang diharapkan masyarakat.
 Di kota Kediri (3 kecamatan) ada 90 apotek, karena persaingan
menjadi tidak mudah menegakkan peraturan, kode etik,
profesionalisme, karena harus mempertahankan omset. Saya
pernah beli di beberapa apotek, adalat oros, maintate, antidiabet
oral, dsb dengan mudahnya diberi tanpa ditanya ini itu. Beberapa
apotek ada yang melayani periksa asam urat, kolesterol, gula darah
dilakukan oleh AA. Di sebuah apotek yang terkenal bila beli obat
keras di beri struk pembayaran tertulis atas resep dokter.
184
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi
komunitas (Sambungan)
Kata Kunci
Jumlah
Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih
Komitmen:
 Menuju
paradigma
baru,
pelayanan
berorientasi
pasien
 Menaikkan
nilai tawar
bagi
terwujudnya
praktik yang
lebih baik
 Bekerja
sebagai APA
sebaikbaiknya atau
tidak menjadi
APA sama
sekali
>50
 Revitalisasi Praktek Kefarmasian oleh apoteker di Indonesia yang
diperlukan adalah:
a. kesadaran apoteker sebagai tenaga kesehatan yang berperan
lewat pelayanan kefarmasian agar dapat meningkatkan kualitas
hidup pasien
b. pergeseran paradigma dari product oriented ke patient oriented
c. pergeseran paradigma sehat > memberi peluang beragam
produk layanan kesehatan yaitu tidak hanya treating desease,
tapi managing desease, managing health dan preventing
desease
 Farmasi komunitas agar lebih eksis dengan membuat formula
bersama sebagai nilai tawar kepada pemilik modal dalam
penerapan pelayanan di apotek atas dasar standar profesionalisme,
manajerial, dispensing, asuhan kefarmasian dan pelayanan
kesehatan masyarakat, termasuk penerapan imbalan, hak dan
kewajiban Apoteker
 Yang paling penting apoteker punya jiwa entrepreneurship jangan
hanya minta gaji besar saja, kasian PSA. Harus berani punya
apotek sendiri. Apoteker cuma buat standar saja, masuk apotek
nggak pernah .. bagaimana?
 Kalau tak sanggup melaksanakan standar kefarmasian sebagai
apoteker pengelola apotek dengan alasan imbalan yang tak
memadai, sehingga tak bisa hadir selama jam buka apotek, jangan
menjadi apoteker pengelola apotek, daripada bikin malu
profesi apoteker.
 Dan saya yakin, akan terjadi kesenjangan antara yang diisi di
kuisioner ini dengan yang sedang apoteker praktekkan saat ini....
Poinnya apoteker suka ber-retorika tapi sebenarnya mereka
malas untuk memberikan pelayanan sesuai dengan kuisioner tsb di
atas.., ini pengalaman saya membina apoteker baik melalui Dinkes
maupun organisasi ISFI/IAI.
 Realita dilapangan memang masih banyak apoteker yg belum
menerapkan pharmaceutical care
 Dalam berprofesi tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, sebaiknya
diperlukan komitmen dan kerjasama dari teman-teman sejawat
untuk menjaga dan menghidupkan profesi ini.
 Semoga peran apoteker di Indonesia kembali ke jalur yg benar,
sesuai dengan tanggungjawab yang sesungguhnya
 Sebaiknya dilakukan tindakan yang real dalam pengembangan
peranan apoteker di apotek tidak hanya sebagai wacana karena
sampai saat ini belum terdapat perubahan yang nyata.
185
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi
komunitas (Sambungan)
Kata Kunci
Kompetensi:
 Pemberdayaan lembaga
pendidikan
 Kompetensi
tidak bisa
diperoleh
hanya melalui
PUKA/SKPA
saja,
diperlukan
sistem
CPD/CE
 Butuh
pengembangan kearah
ilmu-ilmu
sosial
humaniora
Jumlah
Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih
>18
 Kompetensi bagi APA sangat penting, lembaga pendidikan
pencipta sumber daya apoteker yang kompeten, harus yang
pertama diberdayakan dan ditingkatkan kualitasnya, agar visi dan
misinya sebagai penghasil apoteker yang kompeten terwujud.
Kompetensi yang dimaksud harus sejalan dengan perbaikan
kesejahteraan apoteker itu sendiri, agar apoteker tetap
bertanggungjawab melaksanakan perannya selama apotek
beroperasi (buka), bukan seperti yang terjadi sekarang ini, duduk2
di hotel 3 hari sudah mengantungi sertifikat kompetensi. Tiga
hari yang sangat singkat mengalahkan kuliah reguler 5-7 tahun….
bingung
 Agar setiap organisasi profesi (IAI) di berbagai cabang
meningkatkan aktivitas ilmiah untuk menambah ilmu apoteker.
Apoteker sudah saatnya menunjukkan citra diri dan profesi sebagai
sebuah profesi yang dikenal masyarakat luas. Selalu menambah
ilmu dengan membaca, mengikuti perkembangan ilmu dan
peraturan perundang-undangan terbaru untuk menambah
rasa percaya diri.
 Merupakan suatu keharusan, bahwa informasi obat harus dari
seorang apoteker bukan profesi lain. Profesi kesehatan lain adalah
mitra bagi seorang apoteker bukan pesaing atau musuh, bahkan
jangan sampai ada kesan seorang apoteker adalah seorang polisi
bagi profesi kesehatan lain. Pengobatan oleh apoteker harus
rasional. Seorang apoteker tidak boleh berhenti dan puas hanya
bisa menguasai ilmu farmasi saja, seorang apoteker harus belajar
ilmu leadership, public speaking, team work dan ilmu2 manajemen
lain. Ilmu kewirausahaan, pemasaran, ilmu psikhologi juga penting
diketahui seorang apoteker.
 Menurut saya, apoteker masa kini sudah waktunya untuk muncul
sebagai profesi yg dikenal masyarakat, bukan hanya sekedar tokoh
dibelakang layar di balik berdirinya sebuah apotek. Masyarakat
wajib tahu bahwa kita adalah profesi yang paling tepat untuk
memberikan segala informasi tentang obat dan sediaan farmasi,
karena memang pada dasarnya kita lah yang dibekali ilmu detail
tentang itu semua dibanding para medis lain, atau bisa disebut
apoteker=ahli obat. Untuk mewujudkan itu semua, sudah
sepantasnya kita memperluas wawasan dengan manambah ilmu
serta menerapkanya pada pasien,.. Boleh saja kalau berorientasi
profit, tapi jangan se-mata2 profit, jadi ada hubungan timbal balik
yang tepat antara pasien dan apoteker.
 Program pendidikan perlu dibenahi agar dapat lebih
meningkatkan mutu dan kualitas apoteker. Juga apoteker perlu
selalu belajar dan belajar selama masih aktif melakukan praktek
kefarmasian.
 Untuk mencapai standar kompetensi seorang apoteker, harus
dimulai sejak dari kuliah. Pendidikan Tinggi Farmasi semestinya
memberikan fasilitas bagi perubahan paradigma mahasiswa, yang
selama ini scientist bergeser ke sosial dan komunikasi
186
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi
komunitas (Sambungan)
Kata Kunci
Jumlah
Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih
 Praktik apoteker perlu penyiapan SDM yang mumpuni di bidang
klinik/farmakoterapi. Dengan bekal ilmu cukup didorong supaya
percaya diri bertemu pasien ataupun dokter. Mungkin akan lebih
mudah bila apoteker sekaligus sebagai PSA dan APA
 Kuisener ini ideal banget. Kapan kira-kira apoteker Indonesia
siap baik dari sisi ilmu, kapasitas diri, percaya diri bisa jadi
apoteker profesional.
Imbalan:
 Profesi APA
belum melum
menjanjikan
masa depan
 Perlu ada
standarisasi
imbalan
 Perlu adanya
persyaratan
studi
kelayakan
pada
pendirian
apotek
>31
 Mohon untuk mensejahterakan apoteker, bila memang apoteker
dianjurkan standby di apotek, tolong IAI juga menstandarkan gaji
apoteker di atas 2 juta....untuk syarat pendirian apotek yang
bukan milik apoteker..... karena sebagian apoteker masih berat bila
stanbay karena faktor ekonomi yang tidak mencukupi bila cuma
standby di apotek saja. mohon ditinjau kembali....
 Dengan banyaknya tanggungjawab seorang apoteker sebaiknya
kesejahteraan apoteker juga harus diperjuangkan... di mana
profesi apoteker di lapangan seperti profesi kelas dua, dokter yang
pada kenyataannya lebih banyak memegang peranan... IAI sebagai
wadah perkumpulan apoteker harus lebih konsen dan
merangkul anggota-anggotanya agar profesi apoteker benarbenar lebih maju dan berperan sesuai fungsinya.
 Sampai saat ini apotek tidak/belum bisa terlepas dari faktor sebagai
komoditas ekonomi, karena sebahagian besar apotek melibatkan
PSA yang bukan apoteker. Saya sangat setuju dengan adanya PP
51/2009 dan Permenkes 889/2011, tapi pertanyaannya… apakah
PSA bersedia meningkatkan penghasilan/kesejahteraan
apoteker, kemudian apakah bisa meningkatkan omset dari apotik.
Bagaimana dengan apoteker-apoteker yang PNS (lebih dari 70%
jumlah apotek yang ada ditangani oleh apoteker-apoteker PNS),
Tentunya ini akan meminimalisir pelayanan kesehatan masyarakat
di bidang farmasi... Perlunya ke depan untuk memikirkan
bagaimana agar kesejahteraan apoteker lebih baik dari
sekarang (yang jelas2 tidak menjanjikan).
 Apoteker selain dituntut untuk bertanggungjawab pada pengelolaan
dan penggunaan obat juga memiliki kewajiban selalu
meningkatkan pengetahuan melalui seminar ataupun evidence base
kasus lapangan.... untuk itu perlu juga diperhatikan hak-haknya
sehingga dengan kesejahteraan yang baik tuntutan masyarakat
atas keprofesian apoteker dapat terpenuhi....
 Dengan tanggungjawab yang cukup berat sebagai penanggungjawab apotek, hendaknya disesuaikan dengan standar upah yang
diterima oleh apoteker, dan sosialisasi praktik farmasi/apotek
juga ditekankan ke pemilik apotek dan instansi/profesi yg
terkait, sehingga bisa berjalan sebagaimana mestinya.
 Imbalan apoteker disesuaikan dengan standar kelayakan profesi
dan ada baiknya diatur dalam peraturan pemerintah. Dalam hal
pendirian apotek ada baiknya dilakukan studi kelayakan oleh
pihak pendiri apotek dan oleh pemerintah sebagai pemberi izin
agar kelangsungan apotek dapat berjalan dengan baik
187
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi
komunitas (Sambungan)
Kata Kunci
Jumlah
Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih
 Imbalan yang diberikan kepada apoteker yang berpraktik tidak
sesuai dengan besarnya tanggungjawab dan pekerjaan yang
harus dilakukan.
Dukungan:
 Secara umum
penelitian ini
mendapatkan
dukungan
positif
>117
 Disertasi bapak sangat bagus.. Semoga hasil disertasi bapak
dapat dipergunakan sebagai masukan untuk pelaksanaan
pekerjaan kefarmasian yang lebih aplikatif di Indonesia..
Sehingga para Apoteker dapat melakuan tugasnya dengan
profesional. Dengan demikian profesi apoteker dapat diakui di
antara para tenaga kesehatan lainnya dan juga dikenal oleh negara
dan masyarakat. Dan akhirnya kita dapat memperjuangkan hakhak/upah atas jasa profesi kita.
 Semoga model praktek farmasi komunitas seperti ini dapat
terwujud dan dilaksanakan secara merata di seluruh Indonesia.
 Semoga saja semua elemen-elemen praktik di atas dapat
diterapkan....
 Elemen-elemen praktik farmasi, yang telah dipaparkan sangat
bagus sekali untuk meningkatkan kualitas pelayanan di bidang
farmasi.
 Semoga hasil dari penelitian ini dapat direalisasikan secara
nyata, tidak hanya sekedar wacana saja.
 Kuesioner ini sangat tepat untuk dilakukan, agar kita semua tau
seberapa profesionalisme apoteker saat ini yang diterapkan di
masyarakat, dan hal itu bisa sebagai tolok ukur atau indikator,
sudah pantaskah kita disebut ahli obat yang profesional...
Komentar
lain-lain:
>15
 Semakin banyaknya pertumbuhan apotek seharusnya akan
meningkatkan kualitas pelayanan dalam artian persaingan lebih
mengarah kepelayanan. Tetapi yang sering saya liat ada beberapa
apotek yang justru karena adanya kompetitor bukannya
meningkatkan pelayan atau ketersediaan obat tapi kok justru
menjalin kerjasama dengan dokter yang mau memberikan
resep sejenis narkotika/psikotropika, yang mana pasiennya
adalah anak muda, dalam artian resep yang dibuat memang hanya
untuk memberi kemudahan bagi para pecandu obat tersebut.
Apakah dengan begitu secara tidak langsung apotek tersebut
berperan terhadap peredaran obat terlarang? Kenapa dibiarkan
adanya apotek seperti itu? Sungguh sangat miris sekali.
 Sebaiknya ditambahkan kuesioner tentang "APA boleh
melakukan praktek lebih dari 1 tempat, seperti dokter"
 HET terkadang dapat dijadikan acuan harga tetapi tidak selalu
karena ketika harga obat naik tetapi HET yg dicantumkan tidak
ikut naik. Itu menjadi penyebab pasien atau konsumen protes
terhadap harga.
 Mengenai kehadiran apoteker selama apotek buka: DILEMA buat
apoteker.
 Secara profesional, ini memang keharusan sebagaimana halnya di
negara-negara maju. Namun prakteknya, bisa menyulitkan
apoteker karena berkaitan dengan biaya operasional apotek.
 Masih ada
keinginan
untuk praktik
tidak
professional
 Masih ada
ketidak
pahaman
profesi
188
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi
komunitas (Sambungan)
Kata Kunci
Jumlah
Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih
 Apotek perlu jam buka semaksimal mungkin (jika tidak bisa 24
jam, setidaknya buka pukul 08.00 s/d 21.00) untuk memaksimalkan
pendapatan. Sementara itu, jika harus ada apoteker pendamping
demi tercapainya apotek buka hanya jika ada apotekernya, maka
berarti APA harus berbagi pendapatan dengan apoteker
pendamping (aping) padahal tidak semua apotek beromset tinggi.
Atau, apabila tanpa aping maka berarti apoteker harus bekerja
melebihi jam kerja umum. Bukankah ini merugikan apoteker?
 Namun jika apotek buka tanpa apoteker, maka sama saja
menghapus peranan apoteker. Alias, ada atau tidak ada apoteker,
adalah sama saja. Di mana, keberadaan apoteker itu tidak dirasakan
masyarakat.
 Menurut saya, lebih baik dilakukan jalan tengah. Yaitu, apoteker
bisa saja tidak berada di apotek namun akses ke pelayanan
pasien di apotek tetap berjalan. Misal, pasang CCTV di ruang
racik untuk bisa memantau kerja AA dan di OTC untuk memantau
penyerahan obat ke pasien. Apabila ada yang perlu disampaikan
apoteker ke AA atau pasien, maka dilakukan lewat telpon.
Demikian pula sebaliknya.
 Namun ini berarti harus tersedia komputer di rumah apoteker. Tapi
bagaimanapun, biaya operasional itu tetap lebih hemat
daripada harus membayar 2 apoteker
 Hendaknya dilakukan survei kepada pemilik modal apakah
setuju dengan praktek farmasi seperti yang ada dalam
kuestioner
Total
292
189
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik
Farmasi Komunitas
Kata Pengantar
Dalam rangka penelitian disertasi Doktor Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi USU
Medan, dengan judul “Model Revitalisasi Praktik Farmasi Komunitas/Apotek di
Indonesia”, serta sebagai kelanjutan dari kuesioner pertama yang telah selesai dilakukan,
saya membutuhkan data dari Sejawat para Apoteker Penanggung jawab Apotek. Data
dimaksud adalah ►diskripsi keadaan nyata elemen-elemen standar praktik farmasi
komunitas/apotek di Indonesia saat ini. Untuk maksud tersebut, saya mohon kesediaan
Sejawat meluangkan waktu sejenak mengisi kuesioner yang terdiri dari 2 atau 3 pilihan
►diskripsi untuk masing-masing elemen standar dengan cara “klik” kolom dengan
nomor yang sesuai dengan nomor ►diskripsi yang sejawat pilih di bawah ini. Oleh
karena salah satu tujuan kuesioner ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang
sesungguhnya dari praktik farmasi komunitas di Indonesia, maka suksesnya penelitian ini
sangat bergantung pada Sejawat dalam memberikan identitas dan pilihan ►deskripsi
secara jujur sesuai dengan keadaan sebenarnya, bukan berdasarkan apa yang seharusnya.
Tidak ada jawaban yang salah dalam kuesioner ini. Semua jawaban dan identitas Sejawat
akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini.
Akhirnya atas keluangan waktu dan ketulusan Sejawat sebagai responden, saya ucapkan
terimakasih.
Medan, 22 Juni 2012
Peneliti,
Wiryanto
Fakultas Farmasi USU Medan
IDENTITAS RESPONDEN
Dengan kerendahan hati, mohon kuesioner ini diisi sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya, agar penilitian ini ada manfaatnya
Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan
Alumnus Apoteker

USU

UNAND

UI

ITB

UNPAD

UGM

UNAIR

UNHAS

Yang lain:
190
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik
Farmasi Komunitas (Sambungan)

Tahun lulus apoteker:
Pengalaman sebagai Apoteker Pengelola Apotek
Tuliskan dalam angka saja berapa tahun Teman Sejawat bekerja sebagai Apoteker
Pengelola Apotek
Pekerjaan lain selain sebagai Apoteker Pengelola Apotek

PNS di lingkungan Badan POM

PNS di lingkungan Kementerian Kesehatan, Dinas kesehatan

PNS di Rumah Sakit Pemerintah

Dosen di Perguruan Tinggi Farmasi Negeri

Dosen di Perguruan Tinggi Farmasi Swasta

Tidak ada pekerjaan lain

Yang lain:
Frekuensi Kehadiran di Apotek

Selama apotek buka

Setiap hari, pada jam tertentu

2-4 x seminggu

1 x seminggu

1 x sebulan

Yang lain:
Imbalan per bulan (Rp.)

Sampai dengan 1.000.000

>1.000.000 - 2.000.000

>2.000.000 - 3.000.000

>3.000.000 - 4.000.000

>4.000.000

Yang lain:
Imbalan per bulan (Rp.) yang diharapkan
Tuliskan dalam angka saja imbalan per bulan yang diharapkan untuk pemenuhan
Standar Praktik sesuai PP.51/2009
191
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik
Farmasi Komunitas (Sambungan)
Usulan Sejawat tentang upaya pemenuhan imbalan yang diharapkan
Kenyataan imbalan yang diterima APA pasti jauh dari harapan, dan sudah barang
tentu tidak mudah untuk memenuhinya, tuliskan usul sejawat tentang upaya-upaya
yang harus dilakukan untuk memenuhi harapan tersebut
Kemungkinan upaya yang sejawat usulkan berhasil
Pilih kemungkinan upaya yang sejawat usulkan dapat berhasil sehubungan dengan
keadaan nyata di lapangan

sangat mungkin

mungkin

tidak mungkin
Kepemilikan Apotek

Milik Sendiri

Milik PSA perorangan

Milik Perusahaan Swasta

Milik BUMN

Yang lain:
Rata-rata jumlah lembar resep per hari.
Tuliskan dalam angka saja
Rata-rata harga (Rp.) per lembar resep.
Tuliskan dalam angka saja
Rata-rata omset (Rp.) per hari.
Tuliskan dalam angka saja
Jumlah tenaga kefarmasian selain Apoteker Penanggung Jawab Apotek.
Tuliskan dalam angka saja

Apoteker Pendamping

Tenaga Teknis Kefarmasian
192
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik
Farmasi Komunitas (Sambungan)
Kota / Kabupaten.
Tuliskan nama kota atau kabupaten dimana apotek berada
KUESIONER
Dengan kerendahan hati, mohon kuesioner ini diisi sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya, agar penilitian ini ada manfaatnya
Aspek Standar 1. Profesionalisme
Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati
keadaan nyata di apotek sejawat
1
2
3
1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi sumpah/janji dalam
melaksanakan praktik kefarmasian: ► 1. Senantiasa berpegang
teguh pada sumpah/janji ► 2. Tidak sepenuhnya berpegang teguh
pada sumpah/janji ► 3. Apoteker tidak melaksanakan praktik
kefarmasian
1.2. Pelayanan langsung apoteker: ► 1. Setiap hari pada jam buka,
minimal ada satu apoteker pendamping ► 2. Setiap hari pada jam
tertentu, tidak ada apoteker pendamping ► 3. Tidak dilakukan,
tidak ada apoteker pendamping
1.3. Akuntabilitas apoteker memenuhi kode etik apoteker Indonesia,
dalam bertindak dan mengambil keputusan: ► 1. Berpedoman
pada prinsip-prinsip kode etik ► 2. Tidak sepenuhnya
berpedoman pada prinsip-prinsip kode etik ► 3. Tidak pernah
bertindak dan mengambil keputusan
1.4. Komitmen bekerja apoteker: ► 1. Menunjukkan kinerja terbaik
sesuai standar praktik ► 2. Menunjukkan kinerja terbaik sesuai
kondisi dan situasi ► 3. Tidak menunjukkan kinerja
1.5. Komitmen kehadiran apoteker, bila terlambat/berhalangan hadir:
► 1. Segera memberitahu ► 3. Tidak memberitahu
1.6. Tanggungjawab apoteker dalam menyelesaikan tugas: ► 1.
Menyelesaikan seluruh tugas yang menjadi tanggungjawabnya ►
2. Menyelesaikan sebagian tugas yang menjadi
tanggungjawabnya ► 3. Tidak menyelesaikan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya
1.7. Kualitas dan akuntabilitas kerja, dalam menyelesaian semua
pekerjaan di apotek ► 1. Berpedoman pada standar prosedur
opersional ► 3. Berpedoman pada kebiasaan, belum ada standar
prosedur opersional
193
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik
Farmasi Komunitas (Sambungan)
1
2
3
1.8. Dalam melakukan praktik kefarmasian, apoteker: ► 1.
Mempunyai kemandirian sikap, tanpa intervensi orang lain ► 2.
Tidak mempunyai kemandirian sikap, mengikuti kondisi dan
situasi ► 3. Tidak melakukan praktik kefarmasian
1.9. Pemenuhan kebutuhan pasien dalam hal barang tidak tersedia: ►
1. Diusahakan dari tempat lain tanpa biaya tambahan ► 2.
Diusahakan dari tempat lain dengan biaya tambahan ► 3. Tidak
diusahakan dari tempat lain
1.10. Perlakuan apoteker kepada pasien: ► 1. Berinteraksi dengan
pasien, terlepas dari latar belakang sosial atau kemampuan
bayarnya ► 2. Berinteraksi dengan pasien bila diperlukan ► 3.
Tidak berinteraksi dengan pasien
1.11. Pemberian alternatif pilihan untuk pemenuhan kebutuhan terkait
ketidakmampuan pasien untuk membayar: ► 1. Dilakukan oleh
apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3.
Dilakukan oleh siapa saja
1.12. Hubungan profesional apoteker dengan dokter: ► 1. Dibangun
untuk kemungkinan manajemen terapi terbaik bagi pasien ► 3.
Tidak dibangun
1.13. Konsultasi dan kerjasama apoteker dengan apoteker dari apotek
lain: ► 1. Dilakukan ► 3. Tidak dilakukan
1.14. Sikap apoteker terhadap kejadian kesalahan terapi: ► 1.
Menindaklanjuti penyelesaiannya ► 3. Tidak menindaklanjuti
penyelesaiannya
1.15. Sikap apoteker terhadap kritik konstruktif: ► 1. Merespon
dengan menyediakan kotak saran ► 2. Merespon, tidak
menyediakan kotak saran ► 3. Tidak merespon, tidak
menyediakan kotak saran
1.16. Sikap apoteker terhadap seminar/pelatihan yang diselenggarakan
organisasi profesi/perguruan tinggi farmasi setempat dalam
rangka belajar sepanjang hayat: ► 1. Lebih 60%
berpartisipasi/mengikuti ► 2. Kurang dari 60%
berpartisipasi/mengikuti ► 3. Kurang dari 30%
berpartisipasi/mengikuti
1.17. Fasilitas untuk mengikuti program pengembangan profesi
berkelanjutan dalam rangka peningkatan kompetensi: ► 1. Lebih
dari 60% diberikan apotek ► 2. Kurang dari 60% diberikan
apotek ► 3. Kurang dari 30% diberikan apotek
194
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik
Farmasi Komunitas (Sambungan)
1
2
3
1.18. Penilaian sendiri atas kompetensi dan aktivitas profesional
apoteker: ► 1. Dilakukan ► 3. Tidak dilakukan
1.19. Akses ke sumber informasi internet dan berbagai literatur untuk
memungkinkan praktik apoteker menjadi lebih efisien: ► 1.
Disediakan apotek ► 3. Tidak disediakan apotek
Aspek Standar 2. Manajerial
Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati
keadaan nyata di apotek sejawat
2.1. Pengelolaan sediaan farmasi: ► 1. Melalui perencanaan yang
baik, didukung kartu stok dan buku catatan barang kosong ► 2.
Melalui perencanaan yang kurang baik, hanya didukung salah
satu kartu stok atau buku catatan barang kosong ► 3. Melalui
perencanaan yang tidak baik, tidak didukung kartu stok maupun
buku catatan barang kosong
2.2. Pengadaan sediaan farmasi hubungannya dengan kualitas: ► 1.
Melalui jalur resmi ► 3. Tidak hanya melalui jalur resmi
2.3. Penyimpanan sediaan farmasi: ► 1. Didukung fasilitas yang
memadai: lemari pendingin khusus, rak yang memenuhi
persyaratan penyimpanan dengan temperatur ruangan yang telah
ditetapkan, dengan penataan yang sangat teratur untuk
mempermudah pencarian ► 2. Kurang didukung fasilitas yang
memadai: lemari pendingin dipakai umum, rak yang kurang
memenuhi syarat-syarat penyimpanan, dengan penataan yang
kurang teratur ► 3. Tidak didukung fasilitas yang memadai:
lemari pendingin tidak ada, rak yang tidak memenuhi syaratsyarat penyimpanan, dengan penataan yang tidak teratur
2.4. Penanganan obat kadaluwarsa/rusak: ► 1. Membuat penandaan
bagi obat-obat yang 1 tahun ke depan akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat yang sudah kadaluwarsa/rusak ► 2. Tidak
membuat penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun ke depan akan
kadaluwarsa, memisahkan obat-obat yang sudah
kadaluwarsa/rusak ► 3. Tidak menangani secara khusus obatobat kadaluwarsa/rusak
2.5. Penataan lingkungan apotek: ► 1. Sesuai dengan fungsi
area/ruangan yang mencerminkan pengaturan profesional ► 2.
Kurang sesuai dengan fungsi area/ruangan ► 3. Tidak melakukan
penataan lingkungan apotik
2.6. Area Konseling: ► 1. Tertutup/terpisah dari kegiatan lain ► 2.
Tidak terpisah dari kegiatan lain ► 3. Tidak mempunyai area
konseling
195
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik
Farmasi Komunitas (Sambungan)
1
2
3
2.7. Ruang Tunggu: ► 1. Nyaman ► 2. Seadanya ► 3. Tidak punya
2.8. Keuntungan: ► 1. Menerapkan sistem yang dapat menjamin
pemenuhan imbalan kepada tenaga kefarmasian dalam jumlah
yang wajar ► 3. Menerapkan sistem yang tidak dapat menjamin
pemenuhan imbalan kepada tenaga kefarmasian dalam jumlah
yang wajar
2.9. Imbalan apoteker: ► 1. Layak sesuai ketentuan, ditambah insentif
sesuai omset ► 2. Layak sesuai ketentuan ► 3. Tidak layak,
tidak sesuai ketentuan
Aspek Standar 3. Dispensing
Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati
keadaan nyata di apotek sejawat
3.1. Pengecekan persyaratan administratif resep: ► 1. Dilakukan oleh
apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3.
Tidak dilakukan pengecekan
3.2. Penyerahan obat atas resep dokter: ► 1. Dilakukan oleh apoteker
► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Dilakukan
oleh siapa saja
3.3. Pertimbangan aspek ekonomi obat: ► 1. Dilakukan oleh Apoteker
► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak
dilakukan
3.4. Penyerahan obat keras: ► 1. Hanya melalui resep dokter ► 2.
Kecuali dengan resep dokter, dilayani tanpa resep dokter oleh
apoteker ► 3. Kecuali dengan resep dokter, dilayani tanpa resep
dokter oleh siapa saja
3.5. Penjelasan dan informasi obat: ► 1. Diberikan oleh Apoteker ►
2. Diberikan oleh tenaga kefarmasian ► 3. Diberikan oleh siapa
saja
Aspek Standar 4. Asuhan Kefarmasian
Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati
keadaan nyata di apotek sejawat
4.1. Konseling pada penggunaan obat: ► 1. Dilakukan oleh apoteker
► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak
dilakukan
196
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik
Farmasi Komunitas (Sambungan)
1
2
3
4.2. Three prime questions pada penyerahan obat melalui resep: ► 1.
Disampaikan oleh apoteker penanggungjawab apotek ► 2.
Disampaikan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak
dilakukan
4.3. Komunikasi dengan dokter tentang pemberian terapi obat► 1.
Dilakukan oleh apoteker 2. Dilakukan oleh tenaga teknis
kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan
4.4. Pertimbangan kesesuaian farmasetik: ► 1. Dilakukan oleh
apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3.
Tidak dilakukan
4.5. Pertimbangan Klinis: ► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2.
Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan
4.6. Catatan Pengobatan Pasien: ► 1. Diselenggarakan oleh apoteker
► 2. Diselenggarakan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak
diselenggarakan
4.7. Monitoring Penggunaan Obat: ► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2.
Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan
4.8. Pemilihan pengobatan tanpa resep yang paling sesuai bagi pasien:
► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis
kefarmasian ► 3. Dilakukan oleh siapa saja
4.9. Bila diperlukan, rujukan pasien ke dokter: ► 1. Dilakukan oleh
apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3.
Tidak dilakukan
Aspek Standar 5. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati
keadaan nyata di apotek sejawat
5.1. Informasi kesehatan termasuk informasi obat bagi masyarakat,
pasien, dan tenaga kesehatan lain ► 1. Disediakan oleh Apoteker
► 2. Disediakan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak
disediakan
5.2. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat: ► 1. Dilakukan
melalui diseminasi informasi: penyebaran leaflet/brosur atau
poster; dan kegiatan pengabdian masyarakat: penyuluhan dan
sejenisnya ► 3. Tidak dilakukan
197
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik
Farmasi Komunitas (Sambungan)
Usulan/masukan yang lebih konstruktif pilihan deskripsi:
Apabila ada mohon dituliskan dibawah ini
Diberdayakan oleh Google Docs
198
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Standar Praktik Farmasi Komunitas
Aspek Standar 1. Profesionalisme
Elemen Standar
Deskripsi Ideal
1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi
sumpah / janji dalam melaksanakan
praktik kefarmasian
Senantiasa berpegang teguh pada sumpah /
janji
1.2 Akuntabilitas apoteker memenuhi kode Berpedoman pada prinsip-prinsip kode etik
etik apoteker Indonesia, dalam
bertindak dan mengambil keputusan
1.3. Komitmen bekerja apoteker
Menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar
praktik
1.4. Kemandirian sikap apoteker dalam
melakukan praktik kefarmasian,
Mempunyai kemandirian sikap, tanpa
intervensi orang lain
1.5. Perlakuan apoteker kepada pasien
Berinteraksi dengan pasien, terlepas dari
latar belakang sosial atau kemampuan
bayarnya
1.6. Pelayanan langsung apoteker
Setiap hari pada jam buka, minimal ada
satu apoteker pendamping
1.7. Hubungan profesional apoteker dengan Dibangun untuk kemungkinan manajemen
dokter
terapi terbaik bagi pasien
1.8. Konsultasi dan kerjasama apoteker
dengan apoteker dari apotek lain
Dilakukan
1.9. Sikap apoteker terhadap kejadian
kesalahan terapi
Menindaklanjuti langsung penyelesaiannya
1.10. Sikap apoteker terhadap kritik
konstruktif
Menyediakan kotak saran untuk merespon
1.11. Sikap apoteker terhadap
seminar/pelatihan yang
diselenggarakan organisasi
profesi/perguruan tinggi farmasi
setempat dalam rangka belajar
sepanjang hayat
Lebih 60% berpartisipasi/mengikuti
1.12. Penilaian apoteker sendiri atas
kompetensi dan aktivitas
profesionalnya
Dilakukan
Aspek Standar 2. Manajerial
Berpedoman pada standar prosedur
2.1. Mewujudkan kualitas dan akuntabilitas
opersional dalam menyelesaian semua
kerja
pekerjaan
2.2. Pemenuhan kebutuhan pasien dalam
hal barang tidak tersedia
Diusahakan dari tempat lain tanpa biaya
tambahan
199
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan)
Elemen Standar
Deskripsi Ideal
2.3. Fasilitas untuk mengikuti program
pengembangan profesi berkelanjutan
dalam rangka peningkatan kompetensi
Lebih dari 60% diberikan apotek
2.4. Akses ke sumber informasi internet
dan berbagai literatur untuk
memungkinkan praktik apoteker
menjadi lebih baik
Disediakan apotek
2.5. Pengelolaan sediaan farmasi
2.6. Pengadaan sediaan farmasi
hubungannya dengan kualitas
Melalui perencanaan yang baik, didukung
kartu stok dan buku catatan barang kosong
Melalui jalur resmi
2.7. Penyimpanan sediaan farmasi
Didukung fasilitas yang memadai: lemari
pendingin khusus, rak yang memenuhi
persyaratan penyimpanan dengan
temperatur ruangan yang telah ditetapkan,
dengan penataan yang sangat teratur untuk
mempermudah pencarian penyimpanan,
dengan penataan yang kurang teratur
2.8. Penanganan obat kadaluwarsa/rusak
Membuat penandaan bagi obat-obat yang 1
tahun ke depan akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat yang sudah
kadaluwarsa/ rusak
2.9. Penataan lingkungan apotek
Sesuai dengan fungsi area/ruangan yang
mencerminkan pengaturan profesional
2.10. Area Konseling
Tertutup/ terpisah dari kegiatan lain
2.11. Ruang Tunggu
Nyaman
2.12. Besaran imbalan apoteker sebagai
tenaga profesional
Layak sesuai ketentuan, ditambah insentif
sesuai omset
ASPEK STANDAR 3. DISPENSING
Elemen Standar
Deskripsi Ideal
3.1. Pengecekan persyaratan administratif
resep
Dilakukan oleh Apoteker
3.2. Pertimbangan aspek ekonomi obat
Dilakukan oleh Apoteker
3.3. Pemberian alternatif pilihan untuk
pemenuhan kebutuhan terkait
ketidakmampuan pasien untuk
membayar
Dilakukan oleh apoteker
3.4. Penyerahan obat keras
Hanya melalui resep dokter oleh Apoteker
200
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan)
Elemen Standar
Deskripsi Ideal
3.5. Penyerahan obat atas resep dokter
Dilakukan oleh apoteker
3.6. Penjelasan dan informasi obat
Diberikan oleh Apoteker
Aspek Standar 4. Asuhan Kefarmasian
4.1. Konseling pada penggunaan obat
Dilakukan oleh apoteker
4.2. Komunikasi dengan dokter tentang
kemajuan terapi pasien
Dilakukan oleh apoteker
4.3. Pertimbangan kesesuaian farmasetik
Dilakukan oleh apoteker
4.4. Pertimbangan Klinis
Dilakukan oleh apoteker
4.5. Catatan Pengobatan Pasien
Diselenggarakan oleh apoteker
4.6. Monitoring Penggunaan Obat
Dilakukan oleh apoteker
4.7. Pemilihan pengobatan tanpa resep yang Dilakukan oleh apoteker
paling sesuai bagi pasien
4.8. Rujukan pasien ke dokter, bila
diperlukan,
Dilakukan oleh apoteker
Aspek Standar 5. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
5.1. Informasi kesehatan termasuk
informasi obat bagi masyarakat,
pasien, dan tenaga kesehatan lain
5.2. Kegiatan peningkatan kesehatan
masyarakat
Disediakan oleh Apoteker
Dilakukan melalui diseminasi informasi:
penyebaran leaflet/brosur atau poster; dan
kegiatan pengabdian masyarakat:
penyuluhan dan sejenisnya
201
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar
DESKRIPSI ELEMEN
BOBOT NILAI
Standar 1. PROFESIONALISME
1
4
2
2
3
0
HASIL
PENILAIAN
1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi
sumpah/janji dalam melaksanakan
praktik kefarmasian:
Senantiasa berpegang teguh
pada sumpah/janji
Tidak sepenuhnya berpegang
teguh pada sumpah/janji
Tidak berpegang teguh pada
sumpah/janji
0
1.2. Akuntabilitas apoteker memenuhi
kode etik apoteker Indonesia, dalam
bertindak dan mengambil keputusan:
Berpedoman pada prinsipprinsip kode etik
Tidak sepenuhnya
berpedoman pada prinsipprinsip kode etik
Tidak pernah bertindak dan
mengambil keputusan
0
1.3. Komitmen bekerja apoteker:
Menunjukkan kinerja terbaik
sesuai standar praktik
Menunjukkan kinerja terbaik
sesuai kondisi dan situasi
Tidak menunjukkan kinerja
0
1.4. Kemandirian sikap apoteker dalam
melakukan praktik kefarmasian:
Mempunyai kemandirian
sikap, tanpa intervensi orang
lain
Tidak mempunyai
Tidak melakukan praktik
kemandirian sikap, mengikuti
kefarmasian
kondisi dan situasi
0
1.5. Perlakuan apoteker kepada pasien:
Berinteraksi dengan pasien,
terlepas dari kondisi dan
situasi
Berinteraksi dengan pasien,
tergantung kondisi dan
situasi
0
Tidak berinteraksi dengan
pasien
Keterangan:
1. HASIL PENILAIAN adalah hasil perolehan bobot nilai (4, 2, atau 0) sesuai pilihan deskripsi elemen (1, 2, atau 3) pada saat observasi
2. Angka-angka dalam tabel di bawah HASIL PENILAIAN adalah nilai hasil observasi elemen-elemen standar apotek
3. Besaran nilai setiap elemen standar adalah bobot nilai (4, 2, atau 0) sesuai pilihan deskripsi elemen (1, 2, atau 3) pada saat observasi
202
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
1
4
BOBOT NILAI
2
2
HASIL
PENILAIAN
3
0
1.6. Pelayanan langsung apoteker:
Setiap hari pada jam buka,
minimal ada satu apoteker
pendamping
Setiap hari pada jam tertentu
Tidak setiap hari
0
1.7 Hubungan profesional apoteker
dengan dokter, untuk kemungkinan
manajemen terapi terbaik bagi pasien:
Dibangun
Tidak ada deskripsi
Tidak dibangun
0
1.8. Konsultasi dan kerjasama apoteker
dengan apoteker dari apotek lain,
menuju praktik farmasi yang baik:
Dilakukan
Tidak ada deskripsi
Tidak dilakukan
0
1.9. Sikap apoteker terhadap kejadian
kesalahan terapi:
Menindaklanjuti secara
langsung penyelesaiannya
Tidak ada deskripsi
Tidak menindaklanjuti
secara langsung
penyelesaiannya
0
1.10 Sikap apoteker terhadap kritik
konstruktif:
Menyediakan kotak saran
Tidak ada deskripsi
Tidak menyediakan kotak
saran
4
203
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
1
4
BOBOT NILAI
2
2
HASIL
PENILAIAN
3
0
1.11. Sikap apoteker terhadap
seminar/pelatihan yang
diselenggarakan organisasi
profesi/perguruan tinggi farmasi
setempat dalam rangka belajar
sepanjang hayat:
Lebih 60%
berpartisipasi/mengikuti
Kurang dari 60%
berpartisipasi/mengikuti
Kurang dari 30%
berpartisipasi/mengikuti
4
1.12. Penilaian apoteker sendiri atas
kompetensi dan aktivitas
profesionalnya :
Dilakukan
Tidak ada deskripsi
Tidak dilakukan
4
2.1. Mewujudkan kualitas dan
akuntabilitas kerja:
Menerapkan standar prosedur
opersional dalam
menyelesaian semua pekerjaan
Tidak ada deskripsi
Tidak berpedoman pada
standar prosedur opersional
dalam menyelesaian semua
pekerjaan
4
2.2. Pemenuhan kebutuhan pasien
dalam hal barang tidak tersedia:
Diusahakan dari tempat lain
tanpa biaya tambahan
Diusahakan dari tempat lain
dengan biaya tambahan
Tidak diusahakan dari
tempat lain
4
2.3. Fasilitas untuk mengikuti program
pengembangan profesi berkelanjutan
dalam rangka peningkatan kompetensi:
Lebih dari 60% diberikan
apotek
Kurang dari 60% diberikan
apotek
Kurang dari 30% diberikan
apotek
4
Standar 2. MANAJERIAL
204
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
HASIL
PENILAIAN
2.4. Akses ke sumber informasi
internet dan berbagai literatur untuk
memungkinkan praktik apoteker
menjadi lebih baik:
Disediakan apotek
Tidak ada deskripsi
Tidak disediakan apotek
4
2.5. Pengelolaan sediaan farmasi:
Melalui perencanaan yang
baik, didukung kartu stok dan
buku catatan barang kosong
Melalui perencanaan yang
kurang baik, hanya didukung
salah satu kartu stok atau
buku catatan barang kosong
Melalui perencanaan yang
tidak baik, tidak didukung
kartu stok maupun buku
catatan barang kosong
4
2.6. Pengadaan sediaan farmasi
hubungannya dengan kualitas:
Melalui jalur resmi
Tidak ada deskripsi
Tidak hanya melalui jalur
resmi
4
2.7. Penyimpanan sediaan farmasi:
Didukung fasilitas yang
memadai: lemari pendingin
khusus, rak yang memenuhi
persyaratan penyimpanan
dengan temperatur ruangan
yang telah ditetapkan, dengan
penataan yang sangat teratur
untuk mempermudah
pencarian
Kurang didukung fasilitas
yang memadai: lemari
pendingin dipakai umum, rak
yang kurang memenuhi
syarat-syarat penyimpanan,
dengan penataan yang kurang
teratur
Tidak didukung fasilitas
yang memadai: lemari
pendingin tidak ada, rak
yang tidak memenuhi syaratsyarat penyimpanan, dengan
penataan yang tidak teratur
4
205
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
BOBOT NILAI
1
2
4
Membuat penandaan bagi
obat-obat yang 1 tahun ke
depan akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat yang
sudah kadaluwarsa/rusak
2
Tidak membuat penandaan
bagi obat-obat yang 1 tahun
ke depan akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat yang
sudah kadaluwarsa/rusak
2.9. Penataan lingkungan apotek:
Sesuai dengan fungsi
area/ruangan yang
mencerminkan pengaturan
profesional
2.10. Area Konseling:
HASIL
PENILAIAN
3
0
Tidak menangani secara
khusus obat-obat
kadaluwarsa/rusak
4
Kurang sesuai dengan fungsi
area/ruangan
Tidak melakukan penataan
lingkungan apotik
4
Tertutup/terpisah dari kegiatan
lain
Tidak terpisah dari kegiatan
lain
Tidak mempunyai area
konseling
4
2.11. Ruang Tunggu:
Nyaman
Seadanya
Tidak punya
4
2.12. Besaran imbalan apoteker
sebagai tenaga profesional:
Layak sesuai ketentuan,
ditambah insentif sesuai omset
Layak sesuai ketentuan
Tidak layak, tidak sesuai
ketentuan
4
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
0
2.8. Penanganan obat
kadaluwarsa/rusak:
Standar 3. DISPENSING
3.1. Pengecekan persyaratan
administratif resep:
206
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
BOBOT NILAI
1
2
3
4
2
0
HASIL
PENILAIAN
3.2. Pertimbangan aspek ekonomi
obat:
Dilakukan oleh Apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
0
3.3. Pemberian alternatif pilihan untuk
pemenuhan kebutuhan terkait
ketidakmampuan pasien untuk
membayar:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
0
3.4. Penyerahan obat keras:
Hanya melalui resep dokter,
oleh apoteker
Kecuali dengan resep dokter,
dilayani tanpa resep dokter
oleh tenaga kefarmasian
Kecuali dengan resep dokter,
dilayani tanpa resep dokter
oleh siapa saja
0
3.5. Penyerahan obat atas resep dokter:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
0
3.6. Penjelasan dan informasi obat:
Diberikan oleh apoteker
Diberikan oleh tenaga
kefarmasian
Diberikan oleh siapa saja
0
4.1. Konseling pada penggunaan obat:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
0
4.2. Komunikasi dengan dokter tentang
resep atau tentang pemberian terapi
pasien:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
0
Standar 4. ASUHAN KEFARMASIAN
207
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
HASIL
PENILAIAN
4.3. Pertimbangan kesesuaian farmasetik:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
0
4.4. Pertimbangan Klinis:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
0
4.5. Catatan Pengobatan Pasien:
Diselenggarakan oleh apoteker
Diselenggarakan oleh tenaga
kefarmasian
Diselenggarakan oleh siapa
saja
0
4.6. Monitoring Penggunaan Obat:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
0
4.7. Pemilihan pengobatan tanpa resep
yang paling sesuai bagi pasien:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
0
4.8. Rujukan pasien ke dokter bila
diperlukan:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
0
Disediakan oleh tenaga
kefarmasian
Disediakan oleh siapa saja
0
Standar 5. PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
5.1. Informasi kesehatan termasuk
informasi obat bagi masyarakat, pasien,
dan tenaga kesehatan lain:
Disediakan oleh Apoteker
208
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
BOBOT NILAI
5.2. Kegiatan peningkatan kesehatan
masyarakat:
1
4
2
2
Dilakukan melalui diseminasi
informasi: penyebaran
leaflet/brosur atau poster; dan
kegiatan pengabdian
masyarakat: penyuluhan dan
sejenisnya
Tidak ada deskripsi
Kehadiran
Imbalan
Omset
Kehadiran Apoteker:
0 : 1 kali sebulan
1 : 1 kali seminggu
2 : 2-4 kali seminggu
HASIL
PENILAIAN
3
0
Tidak dilakukan
4
0
4
Kepemilikan
3 : setiap hari pada jam tertentu
4 : setiap jam buka apotek
Apoteker Pendamping
Omset per hari/Imbalan per bulan:
TTK
1 : =< 2.000.000
2 : >2.000.000 s/d 3.000.000
3 : >3.000.000 s/d 5.000.000
4 : >5.000.000
Identitas:
Nama Apotek:
Alamat:
209
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Lembar Penentuan Kriteria Praktik Farmasi Komunitas
Nama Apotek:
Kab./Kota:
Hasil ke: . .
Poin kumulatif:
64
Alamat:
Provinsi:
1.3
1.4
0
0
2.3
2.4
4
4
Akreditasi:
1.10
1.11
4
4
2.10
2.11
4
4
tidak terakreditasi
1.12
total
rerata
4
12
1.00
2.12
total
rerata
4
48
4.00
Standar 1:
Profesionalisme
Standar 2:
Manajerial
Standar 3:
Dispensing
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
ASPEK STANDAR
Standar 1
Standar 2
Standar 3
Standar 4
Standar 5
1.1
0
2.1
4
1.2
0
2.2
4
3.1
0
4.1
0
5.1
3.2
0
4.2
0
5.2
0
4
3.3
0
4.3
0
total
4
3.4
0
4.4
0
rerata
1.5
0
2.5
4
1.6
0
2.6
4
Tahapan: . .
1.7
1.8
0
0
2.7
2.8
4
4
3.5
0
4.5
0
3.6
0
4.6
0
total rerata
0
0
4.7
4.8
total rerata
0
0
0
0
0.00
2.00
Rekomendasi Asesor
2
IDEAL NILAI
KRITERIA
4
1.00 tidak layak
4
4.00 sangat baik
4
0.00 sangat tidak layak
4
4
1.9
0
2.9
4
4
3
2
1
0
5
sangat tidak layak
kurang
4
1
2
3
kriteria: bawah standar
TINDAK LANJUT:
peringatan
KEPUTUSAN AKHIR:
Pencabutan Izin Sementara
Pencabutan Izin Tetap
210
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10.
Aspek
Permasalahan
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar
Aspek
Standar
Elemen Standar
Profesionalisme
1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi sumpah/janji
dalam melaksanakan praktik kefarmasian:
1 Senantiasa berpegang teguh pada
sumpah/janji
2 Tidak sepenuhnya berpegang teguh pada
sumpah/janji
3 Tidak berpegang teguh pada sumpah/janji
Profesionalisme
Rumusan
Penilaian
1.2. Akuntabilitas apoteker memenuhi kode etik
apoteker Indonesia, dalam bertindak dan
mengambil keputusan:
1 Berpedoman pada prinsip-prinsip kode etik
2 Tidak sepenuhnya berpedoman pada
prinsip-prinsip kode etik
3 Tidak pernah bertindak dan mengambil
keputusan
A
A
Tahapan Pembinaan
Variabel
Level
Kehadiran
(lk)
Level
Kehadiran
(lk)
Tahap Awal
Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
lk >2 ≈ 4;
lk >2 ≈ 4;
lk >2 ≈ 4;
lk =2 ≈ 2;
lk =2 ≈ 2;
lk =2 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
lk <2 ≈ 0
lk <2 ≈ 0
lk >2 ≈ 4;
lk >2 ≈ 4;
lk >2 ≈ 4;
lk =2 ≈ 2;
lk =2 ≈ 2;
lk =2 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
lk <2 ≈ 0
lk <2 ≈ 0
Keterangan:
lk >2 ≈ 4: Untuk level kehadiran lebih dari 2 diberikan bobot nilai 4
lk =2 ≈ 2: Untuk level kehadiran sama dengan 2 diberikan bobot nilai 2
lk <2 ≈ 0: Untuk level kehadiran kurang dari 2 diberikan bobot nilai 0
211
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10.
Aspek
Permasalahan
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Standar
Profesionalisme
Profesionalisme
Profesionalisme
Rumusan
Penilaian
Elemen Standar
1.3. Komitmen bekerja apoteker:
1 Menunjukkan kinerja terbaik sesuai
standar praktik
2 Menunjukkan kinerja terbaik sesuai
kondisi dan situasi
3 Tidak menunjukkan kinerja
A
1.4. Kemandirian sikap apoteker dalam melakukan
praktik kefarmasian:
1 Mempunyai kemandirian sikap, tanpa
intervensi orang lain
2 Tidak mempunyai kemandirian sikap,
mengikuti kondisi dan situasi
3 Tidak melakukan praktik kefarmasian
1.5. Perlakuan apoteker kepada pasien:
1 Berinteraksi dengan pasien, lepas dari
kondisi dan situasi
2 Berinteraksi dengan pasien, tergantung
kondisi dan situasi
3 Tidak berinteraksi dengan pasien
A
B
Tahapan Pembinaan
Variabel
Level
Kehadiran
(lk)
Level
Kehadiran
(lk)
Level
Kehadiran
(lk)
Tahap Awal
Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
lk >2 ≈ 4;
lk >2 ≈ 4;
lk >2 ≈ 4;
lk =2 ≈ 2;
lk =2 ≈ 2;
lk =2 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
lk <2 ≈ 0
lk <2 ≈ 0
lk >2 ≈ 4;
lk >2 ≈ 4;
lk >2 ≈ 4;
lk =2 ≈ 2;
lk =2 ≈ 2;
lk =2 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
lk <2 ≈ 0
lk <2 ≈ 0
lk >2 ≈ 4;
lk >2 ≈ 4;
lk =2 ≈ 2;
lk =2 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
lk <2 ≈ 0
Observasi
212
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Aspek
Standar
Rumusan
Penilaian
Elemen Standar
Variabel
Tahap Awal
Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
lk =4 ≈ 4;
1.6. Pelayanan langsung apoteker:
1 Setiap hari pada jam buka, minimal ada
satu apoteker pendamping
2 Setiap hari pada jam tertentu
3 Tidak setiap hari
C
Profesionalisme
1.7. Hubungan profesional apoteker dengan dokter,
untuk kemungkinan terapi terbaik bagi pasien:
1 Dibangun
2 Tidak ada deskripsi
3 Tidak dibangun
D
Profesionalisme
1.8. Konsultasi dan kerjasama apoteker dengan
apoteker dari apotek lain, menuju praktik
farmasi yang baik:
1 Dilakukan
2 Tidak ada deskripsi
3 Tidak dilakukan
Profesionalisme
Tahapan Pembinaan
Level
Kehadiran
(lk)
lk >2 ≈ 2;
lk =3 ≈ 2;
Observasi
lk ≤2 ≈ 0
lk <2 ≈ 0
D
Level
Kehadiran
(lk)
Level
Kehadiran
(lk)
lk >2 ≈ 4;
lk >2 ≈ 4;
Observasi
lk ≤2 ≈ 0
lk ≤2 ≈ 0
lk >2 ≈ 4;
lk >2 ≈ 4;
lk ≤2 ≈ 0
lk ≤2 ≈ 0
Observasi
213
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Komitmen
Komitmen
Aspek
Standar
Tahapan Pembinaan
Rumusan
Penilaian
Variabel
Profesionalisme
1.9. Sikap apoteker terhadap kejadian kesalahan
terapi:
1 Menindaklanjuti secara langsung
penyelesaiannya
2 Tidak ada deskripsi
3 Tidak menindaklanjuti secara langsung
penyelesaiannya
D
Level
Kehadiran
(lk)
Profesionalisme
1.10. Sikap apoteker terhadap kritik konstruktif:
1 Menyediakan kotak saran
2 Tidak ada deskripsi
3 Tidak menyediakan kotak saran
G
Fakta
Lapangan
Observasi
Observasi
Observasi
Profesionalisme
1.11. Sikap apoteker terhadap seminar/pelatihan
yang diselenggarakan organisasi
profesi/perguruan tinggi farmasi setempat
dalam rangka belajar sepanjang hayat:
1 Lebih 60% berpartisipasi/mengikuti
2 Kurang dari 60% berpartisipasi/mengikuti
3 Kurang dari 30% berpartisipasi/mengikuti
G
Fakta
Lapangan
Observasi
Observasi
Observasi
Elemen Standar
Tahap Awal
lk >2 ≈ 4;
Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
lk >2 ≈ 4;
Observasi
lk ≤2 ≈ 0
lk ≤2 ≈ 0
214
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Komitmen
Dukungan
manajemen
Dukungan
manajemen
Aspek
Standar
Rumusan
Penilaian
Elemen Standar
Tahapan Pembinaan
Variabel
Tahap Awal
Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Profesionalisme
1.12. Penilaian sendiri atas kompetensi dan
aktivitas profesional apoteker:
1 Dilakukan
2 Tidak ada deskripsi
3 Tidak dilakukan
G
Fakta
Lapangan
Observasi
Observasi
Observasi
Manajerial
2.1. Kualitas dan akuntabilitas kerja, dalam
menyelesaian semua pekerjaan di apotek:
1 Berpedoman pada standar prosedur
opersional
2 Tidak ada deskripsi
3 Tidak berpedoman pada standar prosedur
opersional
G
Fakta
Lapangan
Observasi
Observasi
Observasi
Manajerial
2.2. Pemenuhan kebutuhan pasien dalam hal barang
tidak tersedia:
1 Diusahakan dari tempat lain tanpa biaya
tambahan
2 Diusahakan dari tempat lain dengan biaya
tambahan
3 Tidak diusahakan dari tempat lain
G
Fakta
Lapangan
Observasi
Observasi
Observasi
215
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Dukungan
manajemen
Dukungan
manajemen
Dukungan
manajemen
Aspek
Standar
Rumusan
Penilaian
Elemen Standar
Tahapan Pembinaan
Variabel
Tahap Awal
Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Manajerial
2.3. Fasilitas untuk mengikuti program
pengembangan profesi berkelanjutan dalam
rangka peningkatan kompetensi:
1 Lebih dari 60% diberikan apotek
2 Kurang dari 60% diberikan apotek
3 Kurang dari 30% diberikan apotek
G
Fakta
Lapangan
Observasi
Observasi
Observasi
Manajerial
2.4. Akses ke sumber informasi internet dan
berbagai literatur untuk memungkinkan praktik
apoteker menjadi lebih baik:
1 Disediakan apotek
2 Tidak ada deskripsi
3 Tidak disediakan apotek
G
Fakta
Lapangan
Observasi
Observasi
Observasi
Manajerial
2.5. Pengelolaan sediaan farmasi:
1 Melalui perencanaan yang baik, didukung
kartu stok dan buku catatan barang kosong
2 Melalui perencanaan yang kurang baik,
hanya didukung salah satu kartu stok atau
buku catatan barang kosong
3 Tidak melalui perencanaan yang baik,
tidak didukung kartu stok maupun buku
catatan barang kosong
G
Fakta
Lapangan
Observasi
Observasi
Observasi
216
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Dukungan
manajemen
Dukungan
manajemen
Aspek
Standar
Rumusan
Penilaian
Elemen Standar
Tahapan Pembinaan
Variabel
Tahap Awal
Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Manajerial
2.6. Pengadaan sediaan farmasi hubungannya
dengan kualitas:
1 Melalui jalur resmi
2 Tidak ada deskripsi
3 Tidak hanya melalui jalur resmi
G
Fakta
Lapangan
Observasi
Observasi
Observasi
Manajerial
2.7. Penyimpanan sediaan farmasi:
1 Didukung fasilitas yang memadai: lemari
pendingin khusus, rak yang memenuhi
persyaratan penyimpanan dengan
temperatur ruangan yang telah ditetapkan,
dengan penataan yang sangat teratur untuk
mempermudah pencarian
2 Kurang didukung fasilitas yang memadai:
lemari pendingin dipakai umum, rak yang
kurang memenuhi syarat-syarat
penyimpanan, dengan penataan yang
kurang teratur
3 Tidak didukung fasilitas yang memadai:
lemari pendingin tidak ada, rak yang tidak
memenuhi syarat-syarat penyimpanan,
dengan penataan yang tidak teratur
G
Fakta
Lapangan
Observasi
Observasi
Observasi
217
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Dukungan
manajemen
Dukungan
manajemen
Dukungan
manajemen
Aspek
Standar
Elemen Standar
Rumusan
Penilaian
Manajerial
2.8. Penanganan obat kadaluwarsa/rusak:
1 Membuat penandaan bagi obat-obat yang
1 tahun ke depan akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat yang sudah
kadaluwarsa/rusak
2 Tidak membuat penandaan bagi obat-obat
yang 1 tahun ke depan akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat yang sudah
kadaluwarsa/rusak
3 Tidak menangani secara khusus obat-obat
kadaluwarsa/rusak
G
Manajerial
2.9. Penataan lingkungan apotek:
1 Sesuai dengan fungsi area/ruangan yang
mencerminkan pengaturan profesional
2 Kurang sesuai dengan fungsi area/ruangan
3 Tidak melakukan penataan lingkungan
apotik
Manajerial
2.10. Area Konseling:
1 Tertutup/terpisah dari kegiatan lain
2 Terbuka/tidak terpisah dari kegiatan lain
3 Tidak mempunyai area konseling
Tahapan Pembinaan
Variabel
Tahap Awal
Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Fakta
Lapangan
Observasi
Observasi
Observasi
G
Fakta
Lapangan
Observasi
Observasi
Observasi
G
Fakta
Lapangan
Observasi
Observasi
Observasi
218
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Dukungan
manajemen
Dukungan
manajemen
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Aspek
Standar
Rumusan
Penilaian
Elemen Standar
Manajerial
2.11. Ruang Tunggu:
1 Nyaman
2 Seadanya
3 Tidak punya
Manajerial
2.12. Imbalan apoteker sebagai tenaga profesional:
1 Layak sesuai ketentuan, ditambah insentif
sesuai omset
2 Layak sesuai ketentuan
3 Tidak layak, tidak sesuai ketentuan
Dispensing
G
F
Tahapan Pembinaan
Variabel
Fakta
Lapangan
Level
Imbalan
(li)
Tahap Awal
Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Observasi
Observasi
Observasi
li >2 ≈ 4;
li >2 ≈ 4;
li >2 ≈ 4;
li =2 ≈ 2;
li =2 ≈ 2;
li =2 ≈ 2;
li =1 ≈ 0
li =1 ≈ 0
li =1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
3.1. Persyaratan administratif resep:
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Dilakukan oleh siapa saja
E
Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk >1 ≈ 2;
Observasi
lk ≤1 ≈ 0
lk ≤1 ≈ 0
219
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Aspek
Standar
Dispensing
Profesionalisme
Dispensing
Rumusan
Penilaian
Elemen Standar
Tahapan Pembinaan
Variabel
Tahap Awal
Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
lk =4 ≈ 4;
3.2. Pertimbangan aspek ekonomi obat:
1 Dilakukan oleh Apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Dilakukan oleh siapa saja
E
Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk >1 ≈ 2;
Observasi
lk ≤1 ≈ 0
lk ≤1 ≈ 0
3.3. Pemberian alternatif pilihan untuk pemenuhan
kebutuhan terkait ketidakmampuan pasien
untuk membayar:
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Dilakukan oleh siapa saja
3.4. Penyerahan obat keras:
1 Hanya melalui resep dokter, oleh apoteker
2 Kecuali dengan resep dokter, dilayani
tanpa resep dokter oleh tenaga
kefarmasian
3 Kecuali dengan resep dokter, dilayani
tanpa resep dokter oleh siapa saja
lk =4 ≈ 4;
E
Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk >1 ≈ 2;
Observasi
lk ≤1 ≈ 0
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
E
Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk >1 ≈ 2;
Observasi
lk ≤1 ≈ 0
lk ≤1 ≈ 0
220
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Aspek
Standar
Dispensing
Dispensing
Asuhan
Kefarmasian
Asuhan
Kefarmasian
Rumusan
Penilaian
Elemen Standar
Tahapan Pembinaan
Variabel
Tahap Awal
Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
lk =4 ≈ 4;
3.5. Penyerahan obat atas resep dokter:
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Dilakukan oleh siapa saja
E
Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk >1 ≈ 2;
Observasi
lk ≤1 ≈ 0
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
3.6. Penjelasan dan informasi obat:
1 Diberikan oleh Apoteker
2 Diberikan tenaga kefarmasian
3 Diberikan oleh siapa saja
E
Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk >1 ≈ 2;
Observasi
lk ≤1 ≈ 0
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
4.1. Konseling pada penggunaan obat:
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Dilakukan oleh siapa saja
E
Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk >1 ≈ 2;
Observasi
lk ≤1 ≈ 0
lk ≤1 ≈ 0
4.2. Komunikasi dengan dokter tentang pemberian
terapi pasien
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Dilakukan oleh siapa saja
lk =4 ≈ 4;
E
Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk >1 ≈ 2;
Observasi
lk ≤1 ≈ 0
lk ≤1 ≈ 0
221
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Aspek
Standar
Asuhan
Kefarmasian
Asuhan
Kefarmasian
Asuhan
Kefarmasian
Asuhan
Kefarmasian
Rumusan
Penilaian
Elemen Standar
Tahapan Pembinaan
Variabel
Tahap Awal
Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
lk =4 ≈ 4;
4.3. Pertimbangan kesesuaian farmasetik:
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Tidak dilakukan
E
Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk >1 ≈ 2;
Observasi
lk ≤1 ≈ 0
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
4.4. Pertimbangan Klinis:
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Dilakukan oleh siapa saja
E
Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk >1 ≈ 2;
Observasi
lk ≤1 ≈ 0
lk ≤1 ≈ 0
4.5. Catatan Pengobatan Pasien:
1 Diselenggarakan oleh apoteker
2 Diselenggarakan oleh tenaga kefarmasian
3 Diselenggarakan oleh siapa saja
lk =4 ≈ 4;
E
Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk >1 ≈ 2;
Observasi
lk ≤1 ≈ 0
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
4.6. Monitoring Penggunaan Obat:
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Dilakukan oleh siapa saja
E
Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk >1 ≈ 2;
Observasi
lk ≤1 ≈ 0
lk ≤1 ≈ 0
222
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Aspek
Standar
Elemen Standar
Asuhan
Kefarmasian
4.7. Pemilihan pengobatan tanpa resep yang paling
sesuai bagi pasien:
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Dilakukan oleh siapa saja
Asuhan
Kefarmasian
Pelayanan
Kesmas
Rumusan
Penilaian
Tahapan Pembinaan
Variabel
Tahap Awal
Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
lk =4 ≈ 4;
E
Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk >1 ≈ 2;
Observasi
lk ≤1 ≈ 0
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
4.8. Bila diperlukan, rujukan pasien ke dokter:
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Tidak dilakukan
E
Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk >1 ≈ 2;
Observasi
lk ≤1 ≈ 0
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
5.1. Informasi kesehatan bagi masyarakat, pasien,
dan tenaga kesehatan lain
1 Disediakan oleh Apoteker
2 Disediakan oleh tenaga kefarmasian
3 Tidak disediakan
E
Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk >1 ≈ 2;
Observasi
lk ≤1 ≈ 0
lk ≤1 ≈ 0
223
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Dukungan
manajemen
Aspek
Standar
Pelayanan
Kesmas
Elemen Standar
Rumusan
Penilaian
5.2. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat:
1 Dilakukan melalui diseminasi informasi:
penyebaran leaflet/brosur atau poster; dan
kegiatan pengabdian masyarakat:
penyuluhan dan sejenisnya
2 Tidak ada deskripsi
3 Tidak dilakukan
G
Tahapan Pembinaan
Variabel
Fakta
Lapangan
Tahap Awal
Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Observasi
Observasi
Observasi
Keterangan:
Kode level frekuensi kehadiran (lk) apoteker:
0: sekali dalam sebulan
1: sekali dalam seminggu
2: 2-4 kali dalam seminggu
3: setiap hari pada jam tertentu
4: sepanjang jam buka apotek, ada apoteker pendamping
Kode level besaran imbalan (li) apoteker:
1: ≤ 2 juta rupiah per bulan
2: > 2 juta rupiah s/d 3 juta rupiah
3: > 3 juta rupiah s/d 5 juta rupiah
4: > 5 juta rupiah
224
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
MDN
1
MDN
2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
Standar 1. PROFESIONALISME
1.1. Akuntabilitas apoteker
memenuhi sumpah/janji dalam
melaksanakan praktik
kefarmasian:
Senantiasa berpegang
teguh pada sumpah/janji
Tidak sepenuhnya
berpegang teguh pada
sumpah/janji
Tidak berpegang teguh
pada sumpah/janji
4
4
0
0
2
1.2. Akuntabilitas apoteker
memenuhi kode etik apoteker
Indonesia, dalam bertindak dan
mengambil keputusan:
Berpedoman pada prinsipprinsip kode etik
Tidak sepenuhnya
berpedoman pada prinsipprinsip kode etik
Tidak pernah bertindak
dan mengambil keputusan
4
4
0
0
2
1.3. Komitmen bekerja apoteker:
Menunjukkan kinerja
terbaik sesuai standar
praktik
Menunjukkan kinerja
terbaik sesuai kondisi dan
situasi
Tidak menunjukkan
kinerja
4
4
0
0
2
1.4. Kemandirian sikap apoteker
dalam melakukan praktik
kefarmasian:
Mempunyai kemandirian
sikap, tanpa intervensi
orang lain
Tidak mempunyai
kemandirian sikap,
mengikuti kondisi dan
situasi
Tidak melakukan praktik
kefarmasian
4
4
0
0
2
Keterangan:
1. HASIL PENILAIAN 5 APOTEK adalah hasil perolehan bobot nilai (4, 2, atau 0) sesuai pilihan deskripsi elemen (1, 2, atau 3) pada saat observasi 5 apotek
2. MDN 1 hingga MDN 5 adalah kode 5 apotek di kota Medan yang diobservasi
3. Angka-angka dalam tabel di bawah HASIL PENILAIAN 5 APOTEK adalah nilai hasil observasi elemen-elemen standar apotek MDN 1 hingga MDN 5
225
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
MDN
1
MDN
2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
1.5. Perlakuan apoteker kepada
pasien:
Berinteraksi dengan
pasien, terlepas dari
kondisi dan situasi
Berinteraksi dengan
pasien, tergantung
kondisi dan situasi
Tidak berinteraksi dengan
pasien
4
4
0
0
2
1.6. Pelayanan langsung
apoteker:
Setiap hari pada jam buka,
minimal ada satu apoteker
pendamping
Setiap hari pada jam
tertentu
Tidak setiap hari
2
4
0
0
0
1.7 Hubungan profesional
apoteker dengan dokter, untuk
kemungkinan manajemen terapi
terbaik bagi pasien:
Dibangun
Tidak ada deskripsi
Tidak dibangun
4
4
0
0
0
1.8. Konsultasi dan kerjasama
apoteker dengan apoteker dari
apotek lain, menuju praktik
farmasi yang baik:
Dilakukan
Tidak ada deskripsi
Tidak dilakukan
4
4
0
0
0
1.9. Sikap apoteker terhadap
kejadian kesalahan terapi:
Menindaklanjuti secara
langsung penyelesaiannya
Tidak ada deskripsi
Tidak menindaklanjuti
secara langsung
penyelesaiannya
4
4
0
0
0
226
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
MDN
1
MDN
2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
1.10 Sikap apoteker terhadap
kritik konstruktif:
Menyediakan kotak saran
Tidak ada deskripsi
Tidak menyediakan kotak
saran
0
4
0
0
4
1.11. Sikap apoteker terhadap
seminar/pelatihan yang
diselenggarakan organisasi
profesi/perguruan tinggi farmasi
setempat dalam rangka belajar
sepanjang hayat:
Lebih 60%
berpartisipasi/mengikuti
Kurang dari 60%
berpartisipasi/mengikuti
Kurang dari 30%
berpartisipasi/mengikuti
4
4
0
4
0
1.12. Penilaian apoteker sendiri
atas kompetensi dan aktivitas
profesionalnya :
Dilakukan
Tidak ada deskripsi
Tidak dilakukan
4
4
0
4
4
2.1. Mewujudkan kualitas dan
akuntabilitas kerja:
Menerapkan standar
prosedur opersional dalam
menyelesaian semua
pekerjaan
Tidak ada deskripsi
Tidak berpedoman pada
standar prosedur
opersional dalam
menyelesaian semua
pekerjaan
0
4
0
0
0
2.2. Pemenuhan kebutuhan
pasien dalam hal barang tidak
tersedia:
Diusahakan dari tempat
lain tanpa biaya tambahan
Diusahakan dari tempat
lain dengan biaya
tambahan
Tidak diusahakan dari
tempat lain
4
4
0
0
4
Standar 2. MANAJERIAL
227
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
MDN
1
MDN
2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
2.3. Fasilitas untuk mengikuti
program pengembangan profesi
berkelanjutan dalam rangka
peningkatan kompetensi:
Lebih dari 60% diberikan
apotek
Kurang dari 60%
diberikan apotek
Kurang dari 30%
diberikan apotek
4
4
0
4
0
2.4. Akses ke sumber informasi
internet dan berbagai literatur
untuk memungkinkan praktik
apoteker menjadi lebih baik:
Disediakan apotek
Tidak ada deskripsi
Tidak disediakan apotek
4
4
0
0
0
2.5. Pengelolaan sediaan farmasi:
Melalui perencanaan yang
baik, didukung kartu stok
dan buku catatan barang
kosong
Melalui perencanaan
yang kurang baik, hanya
didukung salah satu kartu
stok atau buku catatan
barang kosong
Melalui perencanaan
yang tidak baik, tidak
didukung kartu stok
maupun buku catatan
barang kosong
2
4
2
2
2
2.6. Pengadaan sediaan farmasi
hubungannya dengan kualitas:
Melalui jalur resmi
Tidak ada deskripsi
Tidak hanya melalui jalur
resmi
4
4
0
0
4
228
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
MDN
1
MDN
2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
2.7. Penyimpanan sediaan
farmasi:
Didukung fasilitas yang
memadai: lemari
pendingin khusus, rak
yang memenuhi
persyaratan penyimpanan
dengan temperatur
ruangan yang telah
ditetapkan, dengan
penataan yang sangat
teratur untuk
mempermudah pencarian
Kurang didukung fasilitas
yang memadai: lemari
pendingin dipakai umum,
rak yang kurang
memenuhi syarat-syarat
penyimpanan, dengan
penataan yang kurang
teratur
Tidak didukung fasilitas
yang memadai: lemari
pendingin tidak ada, rak
yang tidak memenuhi
syarat-syarat
penyimpanan, dengan
penataan yang tidak
teratur
2
4
2
2
2
2.8. Penanganan obat
kadaluwarsa/rusak:
Membuat penandaan bagi
obat-obat yang 1 tahun ke
depan akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat
yang sudah
kadaluwarsa/rusak
Tidak membuat
penandaan bagi obat-obat
yang 1 tahun ke depan
akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat
yang sudah
kadaluwarsa/rusak
Tidak menangani secara
khusus obat-obat
kadaluwarsa/rusak
4
4
4
4
4
229
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
MDN
1
MDN
2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
2.9. Penataan lingkungan apotek:
Sesuai dengan fungsi
area/ruangan yang
mencerminkan pengaturan
profesional
Kurang sesuai dengan
fungsi area/ruangan
Tidak melakukan
penataan lingkungan
apotik
4
4
2
2
4
2.10. Area Konseling:
Tertutup/terpisah dari
kegiatan lain
Tidak terpisah dari
kegiatan lain
Tidak mempunyai area
konseling
2
2
0
0
2
2.11. Ruang Tunggu:
Nyaman
Seadanya
Tidak punya
2
4
2
2
4
2.12. Besaran imbalan apoteker
sebagai tenaga profesional:
Layak sesuai ketentuan,
ditambah insentif sesuai
omset
Layak sesuai ketentuan
Tidak layak, tidak sesuai
ketentuan
4
4
0
2
2
3.1. Pengecekan persyaratan
administratif resep:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
0
0
2
3.2. Pertimbangan aspek
ekonomi obat:
Dilakukan oleh Apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
0
0
2
3.3. Pemberian alternatif pilihan
untuk pemenuhan kebutuhan
terkait ketidakmampuan pasien
untuk membayar:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
0
0
2
Standar 3. DISPENSING
230
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
MDN
1
MDN
2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
3.4. Penyerahan obat keras:
Hanya melalui resep
dokter, oleh apoteker
Kecuali dengan resep
dokter, dilayani tanpa
resep dokter oleh tenaga
kefarmasian
Kecuali dengan resep
dokter, dilayani tanpa
resep dokter oleh siapa
saja
2
4
0
0
2
3.5. Penyerahan obat atas resep
dokter:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
0
0
2
3.6. Penjelasan dan informasi
obat:
Diberikan oleh apoteker
Diberikan oleh tenaga
kefarmasian
Diberikan oleh siapa saja
2
4
0
0
2
Standar 4. ASUHAN KEFARMASIAN
4.1. Konseling pada penggunaan
obat:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
0
0
2
4.2. Komunikasi dengan dokter
tentang resep atau tentang
pemberian terapi pasien:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
0
0
2
4.3. Pertimbangan kesesuaian
farmasetik:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
0
0
2
4.4. Pertimbangan Klinis:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
0
0
2
231
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
MDN
1
MDN
2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
4.5. Catatan Pengobatan Pasien:
Diselenggarakan oleh
apoteker
Diselenggarakan oleh
tenaga kefarmasian
Diselenggarakan oleh
siapa saja
2
4
0
0
2
4.6. Monitoring Penggunaan
Obat:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
0
0
2
4.7. Pemilihan pengobatan tanpa
resep yang paling sesuai bagi
pasien:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
0
0
2
4.8. Rujukan pasien ke dokter
bila diperlukan:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
0
0
2
Disediakan oleh tenaga
kefarmasian
Disediakan oleh siapa
saja
2
4
0
0
2
Standar 5. PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
5.1. Informasi kesehatan
termasuk informasi obat bagi
masyarakat, pasien, dan tenaga
kesehatan lain:
Disediakan oleh Apoteker
232
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
5.2. Kegiatan peningkatan
kesehatan masyarakat:
Dilakukan melalui
diseminasi informasi:
penyebaran leaflet/brosur
atau poster; dan kegiatan
pengabdian masyarakat:
penyuluhan dan sejenisnya
Tidak ada deskripsi
Tidak dilakukan
HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
MDN
1
MDN
2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
0
4
0
0
4
233
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
Hasil observasi data apotek:
Kehadiran Apoteker:
0
: 1 kali sebulan
1
: 1 kali seminggu
2
: 2-4 kali seminggu
3
: setiap hari pada jam tertentu
4
: setiap jam buka apotek
: =< 2.000.000
2
: >2.000.000 s/d 3.000.000
3
: >3.000.000 s/d 5.000.000
4
: >5.000.000
3
4
0
0
2
Imbalan Apoteker
4
4
1
2
2
Omset Apotek
3
4
4
4
4
MS
BUMN
PMA
PMA
BU
0
1
0
0
0
3
5
2
6
7
MDN
1
MDN 2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
Kepemilikan Apotek*
Apoteker Pendamping
Omset apotek per hari/Imbalan apoteker per bulan:
1
Kehadiran Apoteker
TTK
Nama Apotek:
Alamat:
Medan
Keterangan Kepemilikan Apotek*:
MS
BUMN
PMA
BU
: Milik Sendiri
: Badan Usaha Milik Negara
: Pemilik Modal Apotek Perorangan
: Badan Usaha Swasta
234
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 1
Alamat: Medan
Standar 1:
Profesionalisme
Standar 2:
Manajerial
Standar 3:
Dispensing
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
ASPEK STANDAR
Standar 1
Standar 2
Standar 3
Standar 4
Standar 5
1.1
4
2.1
0
1.2
4
2.2
4
Kab./Kota: Medan
Provinsi: Sumut
1.3
1.4
1.5
4
4
4
2.3
2.4
2.5
4
4
2
3.1
2
4.1
2
5.1
3.2
2
4.2
2
5.2
3.3
3.4
2
2
4.3
4.4
2
2
total rerata
2
0
2
3.5
2
4.5
2
1.6
2
2.6
4
Hasil ke: 1
Tahapan: Awal
1.7
1.8
4
4
2.7
2.8
0
4
3.6
2
4.6
2
total
12
4.7
2
1
IDEAL NILAI
KRITERIA
4
3.17 cukup
4
2.50 kurang
4
2.00 kurang
4
2.00 kurang
4
1.00
rerata
2
4.8
2
4
3
2
1
0
5
tidak layak
4
Poin kumulatif:
Akreditasi:
1.10
1.11
0
0
2.10
2.11
2
2
1.9
4
2.9
0
1.12
4
2.12
4
98
C
total
38
total
30
rerata
3.17
rerata
2.50
Rekomendasi Asesor
total
16
rerata
2
1
2
3
kriteria: kurang
TINDAK LANJUT:
peningkatan keterlibatan
KEPUTUSAN AKHIR:
Cabut Izin Sementara
Cabut Izin Tetap
235
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 2
Alamat: Medan
Standar 1:
Profesionalisme
Standar 2:
Manajerial
Standar 3:
Dispensing
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
ASPEK STANDAR
Standar 1
Standar 2
Standar 3
Standar 4
Standar 5
1.1
4
2.1
4
1.2
4
2.2
4
Kab./Kota: Medan
Provinsi: Sumut
1.3
1.4
1.5
4
4
4
2.3
2.4
2.5
4
4
4
3.1
4
4.1
4
5.1
3.2
4
4.2
4
5.2
3.3
3.4
4
4
4.3
4.4
4
4
total rerata
4
4
8
3.5
4
4.5
4
1.6
4
2.6
4
Hasil ke: 1
Tahapan: Lanjut
1.7
1.8
1.9
4
4
4
2.7
2.8
2.9
4
4
4
3.6
4
4.6
4
total rerata
24
4
4.7
4.8
total rerata
4
4
32
4
4.00
1.12
4
2.12
4
158
A
total
48
total
46
rerata
4.00
rerata
3.83
Rekomendasi Asesor
4
IDEAL NILAI
KRITERIA
4
4.00 sangat baik
4
3.83 sangat baik
4
4.00 sangat baik
4
4.00 sangat baik
4
Poin kumulatif:
Akreditasi:
1.10
1.11
4
4
2.10
2.11
2
4
4
3.95
3.9
3.85
3.8
3.75
5
1
2
sangat baik
kriteria: sangat baik
TINDAK LANJUT:
peningkatan standar praktik
KEPUTUSAN AKHIR:
Cabut Izin Sementara
Cabut Izin Tetap
4
3
236
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 3
Alamat: Medan
Standar 1:
Profesionalisme
Standar 2:
Manajerial
Standar 3:
Dispensing
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
ASPEK STANDAR
Standar 1
Standar 2
Standar 3
Standar 4
Standar 5
1.1
0
2.1
0
1.2
0
2.2
0
Kab./Kota: Medan
Provinsi: Sumut
1.3
1.4
1.5
0
0
0
2.3
2.4
2.5
0
0
2
3.1
0
4.1
0
5.1
3.2
0
4.2
0
5.2
3.3
0
4.3
0
total
3.4
0
4.4
0
rerata
0
0
0
0
IDEAL
4
4
4
4
NILAI
0.00
1.00
0.00
0.00
KRITERIA
sangat tidak layak
tidak layak
sangat tidak layak
sangat tidak layak
4
0.00
sangat tidak layak
3.5
0
4.5
0
1.6
0
2.6
0
Hasil ke: 1
Tahapan: Awal
1.7
1.8
0
0
2.7
2.8
2
4
3.6
0
4.6
0
total
0
4.7
0
rerata
0
4.8
0
4
3
2
1
0
5
4
1.9
0
2.9
2
Poin kumulatif:
Akreditasi:
1.10
1.11
0
0
2.10
2.11
0
2
12
tidak terakreditasi
1.12
total
rerata
0
0
0.00
2.12
total
rerata
0
12
1.00
Rekomendasi Asesor
total
0
rerata
0
1
2
3
kriteria: sangat tidak layak
TINDAK LANJUT:
peringatan
KEPUTUSAN AKHIR:
Cabut Izin Sementara
Cabut Izin Tetap
237
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 4
Alamat: Medan
Standar 1:
Profesionalisme
Standar 2:
Manajerial
Standar 3:
Dispensing
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
ASPEK STANDAR
Standar 1
Standar 2
Standar 3
Standar 4
Standar 5
1.1
0
2.1
0
1.2
0
2.2
0
Kab./Kota: Medan
Provinsi: Sumut
1.3
1.4
1.5
0
0
0
2.3
2.4
2.5
4
0
2
3.1
0
4.1
0
5.1
3.2
0
4.2
0
5.2
3.3
0
4.3
0
total
3.4
0
4.4
0
rerata
0
0
0
0
IDEAL
4
4
4
4
NILAI
0.67
1.50
0.00
0.00
KRITERIA
sangat tidak layak
bawah standar
sangat tidak layak
sangat tidak layak
4
0.00
sangat tidak layak
3.5
0
4.5
0
Hasil ke: 1
Tahapan: Awal
1.7
1.8
0
0
2.7
2.8
2
4
1.6
0
2.6
0
3.6
0
4.6
0
total
0
4.7
0
4
3
2
1
0
5
4
1.9
0
2.9
2
rerata
0
4.8
0
Poin kumulatif:
Akreditasi:
1.10
1.11
0
4
2.10
2.11
0
2
26
tidak terakreditas
1.12
total
re
4
8
0
2.12
total
re
2
18
1
Rekomendasi Asesor
total
0
rerata
0
1
2
3
kriteria: sangat tidak layak
TINDAK LANJUT:
peringatan
KEPUTUSAN AKHIR:
Cabut Izin Sementara
Cabut Izin Tetap
238
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 5
Alamat: Medan
Standar 1:
Profesionalisme
Standar 2:
Manajerial
Standar 3:
Dispensing
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
ASPEK STANDAR
Standar 1
Standar 2
Standar 3
Standar 4
Standar 5
Kab./Kota: Medan
Provinsi: Sumut
1.3
1.4
2
2
2.3
2.4
0
0
1.1
2
2.1
0
1.2
2
2.2
4
3.1
2
4.1
2
5.1
3.2
2
4.2
2
5.2
3.3
2
4.3
2
total
3.4
2
4.4
2
rerata
2
4
6
3
IDEAL
NILAI
4
4
4
4
1.50
2.33
2.00
2.00
KRITERIA
bawah standar
kurang
kurang
kurang
4
3.00
cukup
1.5
2
2.5
2
1.6
0
2.6
4
3.5
2
4.5
2
3.6
2
4.6
2
Hasil ke: 1
Tahapan: Awal
1.7
1.8
0
0
2.7
2.8
2
4
total
12
4.7
2
4
3
2
1
0
5
4
rerata
2
4.8
2
1.9
0
2.9
4
Poin kumulatif:
Akreditasi:
1.10
1.11
4
0
2.10
2.11
2
4
1.12
4
2.12
2
80
C
total
18
total
28
rera
1.5
rera
2.3
Rekomendasi Asesor
total
16
rerata
2
1
2
3
kriteria: kurang
TINDAK LANJUT:
peningkatan keterlibatan
KEPUTUSAN AKHIR:
Cabut Izin Sementara
Cabut Izin Tetap
239
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
MDN 1
MDN 2
MDN 3
MDN 4
MDN 5
Standar 1. PROFESIONALISME
1.1. Akuntabilitas apoteker
memenuhi sumpah/janji dalam
melaksanakan praktik kefarmasian:
Senantiasa berpegang teguh
pada sumpah/janji
Tidak sepenuhnya berpegang
teguh pada sumpah/janji
Tidak berpegang teguh
pada sumpah/janji
4
4
2
2
4
1.2. Akuntabilitas apoteker
memenuhi kode etik apoteker
Indonesia, dalam bertindak dan
mengambil keputusan:
Berpedoman pada prinsipprinsip kode etik
Tidak sepenuhnya
berpedoman pada prinsipprinsip kode etik
Tidak pernah bertindak
dan mengambil keputusan
4
4
2
2
4
1.3. Komitmen bekerja apoteker:
Menunjukkan kinerja terbaik
sesuai standar praktik
Menunjukkan kinerja terbaik
sesuai kondisi dan situasi
Tidak menunjukkan
kinerja
4
4
2
2
4
1.4. Kemandirian sikap apoteker
dalam melakukan praktik
kefarmasian:
Mempunyai kemandirian
sikap, tanpa intervensi orang
lain
Tidak mempunyai
kemandirian sikap, mengikuti
kondisi dan situasi
Tidak melakukan praktik
kefarmasian
4
4
2
2
4
Keterangan:
1. HASIL PENILAIAN 5 APOTEK adalah hasil perolehan bobot nilai (4, 2, atau 0) sesuai pilihan deskripsi elemen (1, 2, atau 3) pada saat observasi 5 apotek
2. MDN 1 hingga MDN 5 adalah kode 5 apotek di kota Medan yang diobservasi
3. Tabel di bawah HASIL PENILAIAN 5 APOTEK yang berlatar warna hitam adalah nilai hasil peningkatan deskripsi elemen-elemen standar dalam proses revitalisasi
240
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
MDN 1
MDN 2
MDN 3
MDN 4
MDN 5
HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
1.5. Perlakuan apoteker kepada
pasien:
Berinteraksi dengan pasien,
terlepas dari kondisi dan
situasi
Berinteraksi dengan pasien,
tergantung kondisi dan situasi
Tidak berinteraksi dengan
pasien
4
4
2
2
4
1.6. Pelayanan langsung apoteker:
Setiap hari pada jam buka,
minimal ada satu apoteker
pendamping
Setiap hari pada jam tertentu
Tidak setiap hari
2
4
0
0
2
1.7 Hubungan profesional apoteker
dengan dokter, untuk kemungkinan
manajemen terapi terbaik bagi
pasien:
Dibangun
Tidak ada deskripsi
Tidak dibangun
4
4
0
0
4
1.8. Konsultasi dan kerjasama
apoteker dengan apoteker dari
apotek lain, menuju praktik farmasi
yang baik:
Dilakukan
Tidak ada deskripsi
Tidak dilakukan
4
4
0
0
4
1.9. Sikap apoteker terhadap
kejadian kesalahan terapi:
Menindaklanjuti secara
langsung penyelesaiannya
Tidak ada deskripsi
Tidak menindaklanjuti
secara langsung
penyelesaiannya
4
4
0
0
4
241
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
MDN 1
MDN 2
MDN 3
MDN 4
MDN 5
1.10 Sikap apoteker terhadap kritik
konstruktif:
Menyediakan kotak saran
Tidak ada deskripsi
Tidak menyediakan kotak
saran
4
4
4
4
4
1.11. Sikap apoteker terhadap
seminar/pelatihan yang
diselenggarakan organisasi
profesi/perguruan tinggi farmasi
setempat dalam rangka belajar
sepanjang hayat:
Lebih 60%
berpartisipasi/mengikuti
Kurang dari 60%
berpartisipasi/mengikuti
Kurang dari 30%
berpartisipasi/mengikuti
4
4
4
4
4
1.12. Penilaian apoteker sendiri atas
kompetensi dan aktivitas
profesionalnya :
Dilakukan
Tidak ada deskripsi
Tidak dilakukan
4
4
4
4
4
2.1. Mewujudkan kualitas dan
akuntabilitas kerja:
Menerapkan standar prosedur
opersional dalam
menyelesaian semua
pekerjaan
Tidak ada deskripsi
Tidak berpedoman pada
standar prosedur
opersional dalam
menyelesaian semua
pekerjaan
4
4
4
4
4
2.2. Pemenuhan kebutuhan pasien
dalam hal barang tidak tersedia:
Diusahakan dari tempat lain
tanpa biaya tambahan
Diusahakan dari tempat lain
dengan biaya tambahan
Tidak diusahakan dari
tempat lain
4
4
4
4
4
Standar 2. MANAJERIAL
242
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
MDN 1
MDN 2
MDN 3
MDN 4
MDN 5
2.3. Fasilitas untuk mengikuti
program pengembangan profesi
berkelanjutan dalam rangka
peningkatan kompetensi:
Lebih dari 60% diberikan
apotek
Kurang dari 60% diberikan
apotek
Kurang dari 30%
diberikan apotek
4
4
4
4
4
2.4. Akses ke sumber informasi
internet dan berbagai literatur untuk
memungkinkan praktik apoteker
menjadi lebih baik:
Disediakan apotek
Tidak ada deskripsi
Tidak disediakan apotek
4
4
0
0
0
2.5. Pengelolaan sediaan farmasi:
Melalui perencanaan yang
baik, didukung kartu stok dan
buku catatan barang kosong
Melalui perencanaan yang
kurang baik, hanya didukung
salah satu kartu stok atau buku
catatan barang kosong
Melalui perencanaan
yang tidak baik, tidak
didukung kartu stok
maupun buku catatan
barang kosong
4
4
4
4
4
2.6. Pengadaan sediaan farmasi
hubungannya dengan kualitas:
Melalui jalur resmi
Tidak ada deskripsi
Tidak hanya melalui jalur
resmi
4
4
4
4
4
243
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
2.7. Penyimpanan sediaan farmasi:
Didukung fasilitas yang
memadai: lemari pendingin
khusus, rak yang memenuhi
persyaratan penyimpanan
dengan temperatur ruangan
yang telah ditetapkan, dengan
penataan yang sangat teratur
untuk mempermudah
pencarian
Kurang didukung fasilitas
yang memadai: lemari
pendingin dipakai umum, rak
yang kurang memenuhi
syarat-syarat penyimpanan,
dengan penataan yang kurang
teratur
2.8. Penanganan obat
kadaluwarsa/rusak:
Membuat penandaan bagi
obat-obat yang 1 tahun ke
depan akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat yang
sudah kadaluwarsa/rusak
Tidak membuat penandaan
bagi obat-obat yang 1 tahun ke
depan akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat yang
sudah kadaluwarsa/rusak
HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
MDN 1
MDN 2
MDN 3
MDN 4
MDN 5
Tidak didukung fasilitas
yang memadai: lemari
pendingin tidak ada, rak
yang tidak memenuhi
syarat-syarat
penyimpanan, dengan
penataan yang tidak
teratur
4
4
4
4
4
Tidak menangani secara
khusus obat-obat
kadaluwarsa/rusak
4
4
4
4
4
244
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
MDN 1
MDN 2
MDN 3
MDN 4
MDN 5
2.9. Penataan lingkungan apotek:
Sesuai dengan fungsi
area/ruangan yang
mencerminkan pengaturan
profesional
Kurang sesuai dengan fungsi
area/ruangan
Tidak melakukan
penataan lingkungan
apotik
4
4
4
4
4
2.10. Area Konseling:
Tertutup/terpisah dari
kegiatan lain
Tidak terpisah dari kegiatan
lain
Tidak mempunyai area
konseling
4
4
2
4
4
2.11. Ruang Tunggu:
Nyaman
Seadanya
Tidak punya
4
4
2
4
4
2.12. Besaran imbalan apoteker
sebagai tenaga profesional:
Layak sesuai ketentuan,
ditambah insentif sesuai
omset
Layak sesuai ketentuan
Tidak layak, tidak sesuai
ketentuan
4
4
2
2
4
3.1. Pengecekan persyaratan
administratif resep:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
2
2
2
3.2. Pertimbangan aspek ekonomi
obat:
Dilakukan oleh Apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
2
2
2
3.3. Pemberian alternatif pilihan
untuk pemenuhan kebutuhan terkait
ketidakmampuan pasien untuk
membayar:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
2
2
2
Standar 3. DISPENSING
245
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
MDN 1
MDN 2
MDN 3
MDN 4
MDN 5
3.4. Penyerahan obat keras:
Hanya melalui resep dokter,
oleh apoteker
Kecuali dengan resep dokter,
dilayani tanpa resep dokter
oleh tenaga kefarmasian
Kecuali dengan resep
dokter, dilayani tanpa
resep dokter oleh siapa
saja
2
4
2
2
2
3.5. Penyerahan obat atas resep
dokter:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
2
2
2
3.6. Penjelasan dan informasi obat:
Diberikan oleh apoteker
Diberikan oleh tenaga
kefarmasian
Diberikan oleh siapa saja
2
4
2
2
2
Standar 4. ASUHAN KEFARMASIAN
4.1. Konseling pada penggunaan
obat:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
2
2
2
4.2. Komunikasi dengan dokter
tentang resep atau tentang
pemberian terapi pasien:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
2
2
2
4.3. Pertimbangan kesesuaian
farmasetik:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
2
2
2
4.4. Pertimbangan Klinis:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
2
2
2
246
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
MDN 1
MDN 2
MDN 3
MDN 4
MDN 5
4.5. Catatan Pengobatan Pasien:
Diselenggarakan oleh
apoteker
Diselenggarakan oleh tenaga
kefarmasian
Diselenggarakan oleh
siapa saja
2
4
2
2
2
4.6. Monitoring Penggunaan Obat:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
2
2
2
4.7. Pemilihan pengobatan tanpa
resep yang paling sesuai bagi
pasien:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
2
2
2
4.8. Rujukan pasien ke dokter bila
diperlukan:
Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian
Dilakukan oleh siapa saja
2
4
2
2
2
Disediakan oleh tenaga
kefarmasian
Disediakan oleh siapa
saja
2
4
2
2
2
Standar 5. PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
5.1. Informasi kesehatan termasuk
informasi obat bagi masyarakat,
pasien, dan tenaga kesehatan lain:
Disediakan oleh Apoteker
247
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN
1
2
3
BOBOT NILAI
4
2
0
5.2. Kegiatan peningkatan
kesehatan masyarakat:
Dilakukan melalui diseminasi
informasi: penyebaran
leaflet/brosur atau poster; dan
kegiatan pengabdian
masyarakat: penyuluhan dan
sejenisnya
Tidak ada deskripsi
Tidak dilakukan
HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
MDN 1
MDN 2
MDN 3
MDN 4
MDN 5
4
4
0
4
4
248
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
Hasil observasi data apotek:
Kehadiran Apoteker
Kehadiran Apoteker:
0
: 1 kali sebulan
Imbalan Apoteker
1
: 1 kali seminggu
Omset Apotek
2
: 2-4 kali seminggu
Kepemilikan Apotek*
3
: setiap hari pada jam tertentu
4
: setiap jam buka apotek
Omset apotek per hari/Imbalan apoteker per bulan:
Apoteker Pendamping
TTK
1
: =< 2.000.000
2
: >2.000.000 s/d 3.000.000
Nama Apotek:
3
: >3.000.000 s/d 5.000.000
Alamat:
4
: >5.000.000
3
4
3
4
4
4
2
2
4
2
2
4
3
3
4
MS
BUMN
PMA
PMA
BU
0
3
1
5
0
2
0
6
0
7
MDN 1
MDN 2
MDN 3
MDN 4
MDN 5
Medan
Keterangan Kepemilikan Apotek*:
MS : Milik Sendiri
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
PMA : Pemilik Modal Apotek Perorangan
BU : Badan Usaha Swasta
249
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 1
Kab./Kota: Medan
Hasil ke: 1
Poin kumulatif:
Alamat: Medan
Provinsi: Sumut
1.3
1.4
4
4
2.3
2.4
4
4
Akreditasi:
1.10
1.11
4
4
2.10
2.11
4
4
Standar 1:
Profesionalisme
Standar 2:
Manajerial
Standar 3:
Dispensing
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
ASPEK STANDAR
Standar 1
Standar 2
Standar 3
Standar 4
Standar 5
1.1
4
2.1
4
1.2
4
2.2
4
3.1
2
4.1
2
5.1
3.2
2
4.2
2
5.2
3.3
2
4.3
2
total
3.4
2
4.4
2
rerata
2
4
6
3
IDEAL
NILAI
4
4
4
3.83
4.00
2.00
KRITERIA
sangat baik
sangat baik
kurang
4
4
2.00
3.00
kurang
cukup
1.5
4
2.5
4
1.6
2
2.6
4
Tahapan: Awal
1.7
1.8
4
4
2.7
2.8
4
4
3.5
2
4.5
2
3.6
2
4.6
2
total
12
4.7
2
rerata
2
4.8
2
4
3
2
1
0
5
4
1.9
4
2.9
4
128
1.12
4
2.12
4
B
total
46
total
48
rerata
3.83
rerata
4.00
Rekomendasi Asesor
total
16
rerata
2
1
2
3
kriteria: cukup
TINDAK LANJUT:
peningkatan mutu kinerja
KEPUTUSAN AKHIR:
Cabut Izin Sementara
Cabut Izin Tetap
250
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 2
Kab./Kota: Medan
Hasil ke: 1
Poin kumulatif:
Alamat: Medan
Provinsi: Sumut
Tahapan: Lanjut
Akreditasi:
Standar 1:
Profesionalisme
Standar 2:
Manajerial
Standar 3:
Dispensing
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
ASPEK STANDAR
Standar 1
Standar 2
Standar 3
Standar 4
Standar 5
1.1
4
2.1
4
1.2
4
2.2
4
1.3
4
2.3
4
1.4
4
2.4
4
1.5
4
2.5
4
1.6
4
2.6
4
1.7
4
2.7
4
1.8
4
2.8
4
3.1
4
4.1
4
5.1
3.2
4
4.2
4
5.2
3.3
4
4.3
4
total
3.4
4
4.4
4
rerata
3.5
4
4.5
4
3.6
4
4.6
4
total
24
4.7
4
rerata
4
4.8
4
4
4
8
4
IDEAL
NILAI
4
4
4
4.00
4.00
4.00
KRITERIA
sangat baik
sangat baik
sangat baik
4
4
4.00
4.00
sangat baik
sangat baik
4
3
2
1
0
5
4
1.9
4
2.9
4
1.10
4
2.10
4
160
A
1.11
4
2.11
4
1.12
4
2.12
4
total
48
total
48
rerata
4.00
rerata
4.00
Rekomendasi Asesor
total
32
rerata
4
1
2
3
kriteria: sangat baik
TINDAK LANJUT:
peningkatan standar praktik
KEPUTUSAN AKHIR:
Cabut Izin Sementara
Cabut Izin Tetap
251
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 3
Kab./Kota: Medan
Hasil ke: 1
Poin kumulatif:
90
Alamat: Medan
Provinsi: Sumut
Tahapan: Awal
Akreditasi:
C
Standar 1:
Profesionalisme
Standar 2:
Manajerial
Standar 3:
Dispensing
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
ASPEK STANDAR
Standar 1
Standar 2
Standar 3
Standar 4
Standar 5
1.1
2
2.1
4
1.2
2
2.2
4
1.3
2
2.3
4
1.4
2
2.4
0
1.5
2
2.5
4
1.6
0
2.6
4
1.7
0
2.7
4
1.8
0
2.8
4
3.1
2
4.1
2
5.1
3.2
2
4.2
2
5.2
3.3
2
4.3
2
total
3.4
2
4.4
2
rerata
3.5
2
4.5
2
3.6
2
4.6
2
total
12
4.7
2
rerata
2
4.8
2
2
0
2
1
IDEAL
NILAI
4
4
4
1.83
3.17
2.00
KRITERIA
bawah standar
cukup
kurang
4
2.00
kurang
4
1.00
4
3
2
1
0
5
1.9
0
2.9
4
1.10
4
2.10
2
1.11
4
2.11
2
1.12
4
2.12
2
total
22
total
38
rerata
1.83
rerata
3.17
Rekomendasi Asesor
total
16
rerata
2
1
2
kriteria: kurang
TINDAK LANJUT:
peningkatan keterlibatan
KEPUTUSAN AKHIR:
Cabut Izin Sementara
4
tidak layak
3
Cabut Izin Tetap
252
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 4
Kab./Kota: Medan
Hasil ke: 1
Poin kumulatif:
98
Alamat: Medan
Provinsi: Sumut
Tahapan: Awal
Akreditasi:
C
Standar 1:
Profesionalisme
Standar 2:
Manajerial
Standar 3:
Dispensing
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
ASPEK STANDAR
Standar 1
Standar 2
Standar 3
1.1
2
2.1
4
1.2
2
2.2
4
1.3
2
2.3
4
1.4
2
2.4
0
1.5
2
2.5
4
1.6
0
2.6
4
1.7
0
2.7
4
1.8
0
2.8
4
3.1
2
4.1
2
5.1
3.2
2
4.2
2
5.2
3.3
2
4.3
2
total
3.4
2
4.4
2
rerata
3.5
2
4.5
2
3.6
2
4.6
2
total
12
4.7
2
rerata
2
4.8
2
2
4
6
3
IDEAL
NILAI
4
4
4
1.83
3.50
2.00
KRITERIA
bawah standar
baik
kurang
Standar 4
4
2.00
kurang
Standar 5
4
3.00
cukup
4
3
2
1
0
5
1.9
0
2.9
4
1.10
4
2.10
4
1.11
4
2.11
4
1.12
4
2.12
2
total
22
total
42
rerata
1.83
rerata
3.50
Rekomendasi Asesor
total
16
rerata
2
1
2
kriteria: kurang
TINDAK LANJUT:
peningkatan keterlibatan
KEPUTUSAN AKHIR:
Cabut Izin Sementara
4
3
Cabut Izin Tetap
253
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 5
Kab./Kota: Medan
Hasil ke: 1
Poin kumulatif:
Alamat: Medan
Provinsi: Sumut
Tahapan: Awal
Akreditasi:
Standar 1:
Profesionalisme
Standar 2:
Manajerial
Standar 3:
Dispensing
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
ASPEK STANDAR
Standar 1
Standar 2
Standar 3
1.1
4
2.1
4
1.2
4
2.2
4
1.3
4
2.3
4
1.4
4
2.4
0
1.5
4
2.5
4
1.6
2
2.6
4
1.7
4
2.7
4
1.8
4
2.8
4
3.1
2
4.1
2
5.1
3.2
2
4.2
2
5.2
3.3
2
4.3
2
total
3.4
2
4.4
2
rerata
3.5
2
4.5
2
3.6
2
4.6
2
total
12
4.7
2
rerata
2
4.8
2
2
4
6
3
IDEAL
NILAI
4
4
4
3.83
3.67
2.00
KRITERIA
sangat baik
baik
kurang
Standar 4
4
2.00
kurang
Standar 5
4
3.00
cukup
4
3
2
1
0
5
1.9
4
2.9
4
1.10
4
2.10
4
124
B
1.11
4
2.11
4
1.12
4
2.12
4
total
46
total
44
rerata
3.83
rerata
3.67
Rekomendasi Asesor
total
16
rerata
2
1
2
kriteria: cukup
TINDAK LANJUT:
peningkatan mutu kinerja
KEPUTUSAN AKHIR:
Cabut Izin Sementara
4
3
Cabut Izin Tetap
254
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap
pendapatnya tentang standar praktik dan aspek aktivitas standar
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
pendapat thd
pendapat thd
pendapat thd
profesionalis-
pendapat thd
pendapat thd
pendapat thd
dispensing
yankesmas
std praktik
asuhan
manajerial
me
kefarmasian
Mann-Whitney U
18502.500
19884.000
19561.500
19979.500
19806.500
19552.000
Wilcoxon W
45067.500
35284.000
46126.500
46544.500
46371.500
46117.000
-1.393
-.207
-.487
-.125
-.186
-.491
.163
.836
.626
.900
.852
.623
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Grouping Variable: Jenis kelamin
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
pendapat thd
pendapat thd
pendapat thd
profesionalis-
pendapat thd
pendapat thd
pendapat thd
dispensing
yankesmas
std praktik
asuhan
manajerial
me
kefarmasian
Mann-Whitney U
18650.500
18953.500
18424.500
18631.000
19199.000
18676.000
Wilcoxon W
32511.500
32814.500
32285.500
32492.000
32894.000
32537.000
-1.162
-.902
-1.365
-1.184
-.626
-1.138
.245
.367
.172
.236
.531
.255
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Grouping Variable: lama kelulusan
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
pendapat thd
pendapat thd
pendapat thd
profesionalis-
pendapat thd
pendapat thd
pendapat thd
dispensing
yankesmas
std praktik
asuhan
std manajerial
me
kefarmasian
Mann-Whitney U
3832.000
4280.500
4385.000
4874.000
4560.000
4237.000
Wilcoxon W
4328.000
4776.500
4881.000
5370.000
5056.000
4733.000
-2.163
-1.337
-1.151
-.245
-.846
-1.414
.031
.181
.250
.807
.398
.157
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Grouping Variable: perguruan tinggi
255
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap
pendapatnya tentang standar praktik dan aspek aktivitas standar
(Sambungan)
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
pendapat thd
pendapat thd
pendapat thd
profesionalis-
pendapat thd
pendapat thd
pendapat thd
dispensing
yankesmas
std praktik
asuhan
manajerial
me
kefarmasian
Mann-Whitney U
14852.500
17022.000
16719.500
15792.500
16570.500
16030.000
Wilcoxon W
24863.500
27033.000
26730.500
25803.500
26581.500
26041.000
-2.298
-.238
-.529
-1.411
-.639
-1.178
.022
.812
.597
.158
.523
.239
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Grouping Variable: Pekerjaan lain selain APA
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
pendapat thd
pendapat thd
pendapat thd
profesionalis-
pendapat thd
pendapat thd
pendapat thd
dispensing
yankesmas
std praktik
asuhan
manajerial
me
kefarmasian
Mann-Whitney U
11202.500
11956.000
11332.500
12256.500
11883.500
11565.000
Wilcoxon W
45918.500
46672.000
46048.500
46972.500
46336.500
46281.000
-1.777
-.914
-1.639
-.573
-1.001
-1.359
.076
.361
.101
.566
.317
.174
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Grouping Variable: pengalaman menjadi APA
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
pendapat thd
pendapat thd
pendapat thd
profesionalismanajerial
me
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
pendapat thd
pendapat thd
pendapat thd
dispensing
yankesmas
std praktik
asuhan
kefarmasian
9975.000
11615.500
9333.500
9734.000
10801.000
10268.500
56946.000
58586.500
56304.500
56705.000
57466.000
57239.500
-2.244
-.365
-2.999
-2.531
-1.333
-1.904
.025
.715
.003
.011
.182
.057
a. Grouping Variable: apa merangkap pma
256
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap
pendapatnya tentang standar praktik dan aspek aktivitas standar
(Sambungan)
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
pendapat thd
pendapat thd
pendapat thd
profesionalis-
pendapat thd
pendapat thd
pendapat thd
dispensing
yankesmas
std praktik
asuhan
manajerial
me
kefarmasian
Mann-Whitney U
15659.000
15460.500
14331.500
14490.500
15784.500
14762.000
Wilcoxon W
27749.000
27550.500
26421.500
26580.500
27719.500
26852.000
-1.489
-1.679
-2.785
-2.624
-1.342
-2.347
.137
.093
.005
.009
.180
.019
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Grouping Variable: frekuensi kehadiran
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
pendapat thd
pendapat thd
profesionalis-
pendapat thd
asuhan
pendapat thd
pendapat thd
pendapat thd
me
manajerial
kefarmasian
dispensing
yankesmas
std praktik
Mann-Whitney U
16521.500
16471.500
15990.500
16284.500
16693.000
16900.500
Wilcoxon W
31227.500
31177.500
35691.500
35985.500
31228.000
31606.500
-.400
-.449
-.927
-.635
-.143
-.028
.689
.654
.354
.526
.886
.978
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Grouping Variable: lokasi apotek
257
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden
terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi
komunitas
Mann-Whitney Test
Ranks
Jenis kelamin
kriteria tingkat
pemenuhan standar
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Perempuan
53
49.94
2647.00
Laki-laki
50
54.18
2709.00
Total
103
Test Statisticsa
kriteria tingkat pemenuhan standar
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Grouping Variable: Jenis kelamin
1216.000
2647.000
-.760
.447
Mann-Whitney Test
Ranks
Perguruan
Tinggi
kriteria tingkat
pemenuhan standar
N
Mean Rank
Sum of Ranks
negeri
76
43.42
3300.00
swasta
13
54.23
705.00
Total
89
Test Statisticsa
kriteria tingkat pemenuhan standar
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Grouping Variable: Perguruan Tinggi
374.000
3300.000
-1.473
.141
258
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden
terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi
komunitas (Sambungan).
Mann-Whitney Test
Ranks
pengalaman
menjadi APA
kriteria tingkat
pemenuhan standar
N
Mean Rank
Sum of Ranks
=<5 tahun
58
50.85
2949.50
>5 tahun
39
46.24
1803.50
Total
97
Test Statisticsa
kriteria tingkat pemenuhan standar
Mann-Whitney U
1023.500
Wilcoxon W
1803.500
Z
-.834
Asymp. Sig. (2-tailed)
.404
a. Grouping Variable: pengalaman menjadi APA
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Pekerjaan lain selain APA
kriteria tingkat
pemenuhan standar
N
Mean Rank
POM
3
48.17
Kemenkes
9
35.78
RS-Puskesmas
11
46.82
Dosen PTF
22
35.23
Lain-lain
10
35.25
Tidak ada
14
21.86
Total
69
Test Statisticsa,b
kriteria tingkat pemenuhan standar
Chi-Square
df
Asymp. Sig.
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Pekerjaan lain selain APA
12.249
5
.032
259
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden
terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi
komunitas (Sambungan).
Mann-Whitney Test
Ranks
Ada tidaknya
pekerjaan lain
kriteria tingkat
pemenuhan standar
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Tidak Ada
14
21.86
306.00
Ada
55
38.35
2109.00
Total
69
Test Statisticsa
kriteria tingkat pemenuhan standar
Mann-Whitney U
201.000
Wilcoxon W
306.000
Z
-2.880
Asymp. Sig. (2-tailed)
.004
a. Grouping Variable: Ada tidaknya pekerjaan lain
Mann-Whitney Test
Ranks
Kehadiran di
apotek
kriteria tingkat
pemenuhan standar
N
Mean Rank
Sum of Ranks
tiap hari
62
36.51
2263.50
tidak tiap hari
38
73.33
2786.50
Total
100
Test Statisticsa
kriteria tingkat pemenuhan standar
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Grouping Variable: Kehadiran di apotek
310.500
2263.500
-6.534
.000
260
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden
terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi
komunitas (Sambungan).
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Imbalan per bulan
kriteria tingkat
pemenuhan standar
N
Mean Rank
=<2.000.000
50
53.23
>2.000.000-3000000
25
34.64
>3000000-5000000
12
31.50
1
10.50
>5000000
Total
88
Test Statisticsa,b
kriteria tingkat pemenuhan standar
Chi-Square
df
Asymp. Sig.
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Imbalan per bulan
15.935
3
.001
Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap tingkat
pemenuhan standar praktik farmasi komunitas (Sambungan)
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Kepemilikan Apotek
kriteria tingkat
pemenuhan standar
Milik sendiri
N
Mean Rank
21
31.26
9
32.83
Perusahaan swasta
13
40.81
Perorangan
55
61.25
Total
98
BUMN
Test Statisticsa,b
kriteria tingkat pemenuhan standar
Chi-Square
df
Asymp. Sig.
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kepemilikan Apotek
24.820
3
.000
261
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden
terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi
komunitas (Sambungan).
Mann-Whitney Test
Ranks
lokasi apotek
kriteria tingkat
pemenuhan standar
N
Mean Rank
Sum of Ranks
pulau jawa
49
46.43
2275.00
luar pulau
jawa
54
57.06
3081.00
Total
103
Test Statisticsa
kriteria tingkat pemenuhan standar
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Grouping Variable: lokasi apotek
1050.000
2275.000
-1.904
.057
Kruskal-Wallis Test
Ranks
rerata omset per hari
kriteria tingkat
pemenuhan standar
N
Mean Rank
=<2.000.000
40
56.18
>2.000.000-3000000
12
49.50
>3000000-5000000
20
51.35
>5000000
28
42.21
Total
100
Test Statisticsa,b
kriteria tingkat pemenuhan standar
Chi-Square
df
Asymp. Sig.
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: rerata omset per hari
4.326
3
.228
262
Universitas Sumatera Utara
Download