Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan instrumen Raosoft 165 Universitas Sumatera Utara Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas Aspek Standar 1: Profesionalisme Elemen Standar Deskripsi Ideal 1.1. Akuntabilitas dalam memenuhi sumpah/janji apoteker Dalam melaksanakan pengabdian profesi, apoteker senantiasa berpegang teguh pada sumpah/janji apoteker Indonesia 1.2. Pelayanan apoteker Setiap hari pada jam buka, minimal ada satu apoteker pendamping untuk memastikan terpenuhinya pelayanan apoteker 1.3. Akuntabilitas dalam memenuhi kode etik apoteker Indonesia Dalam bertindak dan mengambil keputusan, apoteker berpedoman pada prinsip-prinsip Kode Etik Apoteker Indonesia 1.4. Komitmen bekerja Apoteker mempunyai komitmen bekerja sesuai standar kefarmasian 1.5. Komitmen kehadiran Apabila berhalangan /terlambat hadir segera memberitahu kepada individu yang tepat di tempat kerja 1.6. Tanggungjawab Apoteker menyelesaikan semua tugas yang menjadi tanggungjawabnya, dengan berpedoman pada standar prosedur opersional 1.7. Kualitas kerja Penyelesaian semua pekerjaan di apotek, dilakukan dengan berpedoman pada standar praktik 1.8. Pencapaian penghargaan Menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar praktik 1.9. Kemandirian Apoteker mandiri dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, tanpa intervensi orang lain 1.10. Akuntabilitas dalam memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat Pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi masyarakat, berpedoman pada standar prosedur opersional dan dicatat dalam catatan pengobatan 1.11. Pemenuhan kebutuhan pasien Dalam hal barang tidak tersedia, pemenuhan kebutuhan pasien diusahakan dari tempat lain tanpa biaya tambahan 1.12. Perlakuan kepada pasien Apoteker berinteraksi dengan pasien, memperlakukan dengan rasa hormat yang sama, terlepas dari latar belakang sosial atau kemampuan bayarnya 166 Universitas Sumatera Utara Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan) Elemen Standar Deskripsi Ideal 1.13. Pelayanan terkait ketidakmampuan pasien untuk membayar Apoteker memberikan alternatif pilihan untuk pemenuhan kebutuhan pasien sesuai kemampuan bayar 1.14. Hubungan profesional dengan dokter Apoteker membangun hubungan profesional dengan dokter untuk kemungkinan manajemen terapi terbaik bagi pasien 1.15. Konsultasi dengan apoteker lain Apoteker melakukan konsultasi dan kerjasama dengan apoteker/apotek lain 1.16. Kesalahan terapi Apoteker melaporkan kejadian kesalahan terapi walaupun tidak ada orang lain yang menyadari, untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya dengan baik 1.17. Kritik konstruktif Apoteker merespon kritik konstruktif, melalui penyediaan kotak saran 1.18. Belajar sepanjang hayat Apoteker mengikuti seminar/pelatihan yang diselenggarakan organisasi profesi/perguruan tinggi farmasi 1.19. Program pengembangan profesi berkelanjutan untuk peningkatan kompetensi Apoteker memiliki fasilitas yang disediakan apotek dalam program pengembangan profesi berkelanjutan bagi peningkatan kompetensi 1.20. Penilaian sendiri atas kompetensi dan aktivitas profesional Apoteker secara teratur melakukan penilaian sendiri atas kompetensi dan aktivitas profesional 1.21. Akses ke jasa informasi untuk memungkinkan praktik efisien Apoteker memiliki fasilitas akses tak terbatas yang disediakan apotek ke sumber informasi internet dan berbagai literatur untuk kemungkinan praktik efisien ASPEK STANDAR 2: MANAJERIAL 2.1. Pengelolaan sediaan farmasi Pengelolaan sediaan farmasi melalui perencanaan yang baik didukung kartu stok dan buku defekta 2.2. Kualitas sediaan farmasi Pengadaan sediaan farmasi melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku 167 Universitas Sumatera Utara Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan) Elemen Standar Deskripsi Ideal 2.3. Penyimpanan sediaan farmasi Penyimpanan sediaan farmasi didukung fasilitas yang lengkap: lemari pendingin khusus, rak yang memenuhi persyaratan penyimpanan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan, dan ditata untuk mempermudah pencarian 2.4. Obat kadaluwarsa / rusak Membuat penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun terakhir akan kadaluwarsa dan memisahkan obat-obat yang sudah kadaluwarsa/ rusak 2.5. Penataan lingkungan apotek Penataan lingkungan apotik sesuai dengan fungsi area/ruangan yang mencerminkan pengaturan profesional 2.6. Area Konseling Area konseling tertutup/ terpisah dari kegiatan lain 2.7. Ruang Tunggu Mempunyai ruang tunggu yang nyaman 2.8. Keuntungan Keuntungan diambil dengan menerapkan HET, untuk memenuhi biaya tetap apotek 2.9. Imbalan Apoteker menerima imbalan sesuai imbalan yang telah ditetapkan, ditambah insentif sesuai dengan perolehan laba ASPEK STANDAR 3: DISPENSING 3.1. Persyaratan Administratif Resep Dilakukan penilaian persyaratan administratif resep 3.2. Penyerahan obat atas resep dokter Penyerahan obat atas resep dokter dilakukan oleh apoteker 3.3. Aspek ekonomi obat Apoteker mempertimbangan aspek ekonomi obat 3.4. Penyerahan obat keras Penyerahan obat keras hanya melalui resep dokter, penyerahan obat daftar OWA tanpa resep dilayani oleh apoteker dan dicatat dalam catatan pengobatan pasien 3.5. Penjelasan dan informasi obat Apoteker memberikan penjelasan dan informasi obat bagi pasien ASPEK STANDAR 4: ASUHAN KEFARMASIAN 4.1. Konseling Apoteker melaksanakan konseling pada penggunaan obat 168 Universitas Sumatera Utara Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan) Elemen Standar Deskripsi Ideal 4.2. Three prime questions Apoteker menyampaian Three prime questions pada penyerahan obat melalui resep 4.3. Komunikasi dengan dokter tentang kemajuan terapi pasien Apoteker melakukan komunikasi dengan dokter tentang kemajuan terapi pasien 4.4. Kesesuaian farmasetik Apoteker mempertimbangankan kesesuaian farmasetik 4.5. Pertimbangan Klinis Apoteker melakukan pertimbangan klinis 4.6. Catatan Pengobatan Pasien Apoteker membuat Catatan Pengobatan Pasien 4.7. Monitoring Penggunaan Obat Apoteker melakukan Monitoring Penggunaan Obat 4.8. Pemilihan pengobatan tanpa resep Apoteker melakukan pemilihan pengobatan tanpa resep yang paling sesuai bagi pasien 4.9. Rujukan pasien ke dokter Apoteker melakukan rujukan pasien ke dokter ASPEK STANDAR 5: PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT 5.1. Penyediaan informasi kesehatan bagi masyarakat Apoteker menyediakan informasi kesehatan bagi masyarakat 5.2. Penyediaan informasi obat bagi pasien dan tenaga kesehatan lain Apoteker menyediakan informasi obat bagi pasien dan dokter 5.3. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan melalui diseminasi informasi: penyebaran leaflet/brosur atau poster; dan kegiatan pengabdian masyarakat: penyuluhan dan sejenisnya 169 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penelitian disertasi Doktor Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi USU Medan, dengan judul “Model Revitalisasi Praktik Farmasi Komunitas di Indonesia”, saya membutuhkan sejumlah data melalui beberapa kuesioner. Untuk maksud tersebut, saya mohon kesediaan Teman Sejawat meluangkan waktu sejenak untuk mengisi kuesioner pertama sebagaimana Teman Sejawat terima melalui e-mail atau facebook, atau Teman sejawat temukan di grup diskusi ini, dan selanjutnya klik "kirim" setelah diisi. Pernyataan yang akan Teman Sejawat tanggapi terdiri dari "elemen praktik yang diusulkan" dan "::: →deskripsi idealnya" Saya sangat berharap Teman Sejawat memberikan identitas secara jujur dan apa adanya, bukan berdasarkan apa yang seharusnya. Tidak ada jawaban yang salah dalam kuisioner ini. Semua jawaban dan identitas Teman Sejawat akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Selanjutnya untuk memberikan gambaran secara singkat, di bawah ini saya sampaikan abstak terkait kuesioner ini. Akhirnya atas keluangan waktu dan ketulusan Teman Sejawat sebagai responden, saya ucapkan terimakasih Peneliti, Wiryanto Fakultas Farmasi USU Medan ABSTRAK Praktik farmasi komunitas di Indonesia saat ini dideskripsikan sebagai praktik yang tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak mengacu pada kaidahkaidah profesi. Praktik yang terjadi hanya sebagai kegiatan transaksi jual beli komoditas bernama obat tanpa standar praktik dan dilakukan bukan oleh apoteker. Berbagai upaya perbaikan telah dilakukan, akan tetapi praktik farmasi komunitas tetap saja berlangsung mengikuti caranya sendiri. Obat tetap dikelola sebagai komoditas ekonomi yang seolah tanpa risiko pada penggunaannya, obat keras dijual tanpa resep dokter dan dilakukan oleh siapa saja. Tujuan penelitian adalah tersedianya model konseptual revitalisasi praktik farmasi komunitas/apotek, yang dirancang dengan mempertimbangkan berbagai aspek permasalahan praktis di lapangan, mengakomodir pendapat dan masukan para apoteker praktisi, akademisi dan tokoh pemerhati farmasi komunitas/apotek di Indonesia. Model konseptual revitalisasi dimaksudkan sebagai sebuah model pembinaan dan pengawasan dengan pendekatan pemecahan masalah dan peningkatan mutu secara bertahap dan berkelanjutan (Plan Do Check Action). Target khusus yang ingin dicapai adalah kepastian bahwa masyarakat terhindar dari pelayanan kefarmasian yang tidak profesional, dan memastikan bahwa masyarakat dapat mengambil manfaat bagi peningkatan kualitas hidup dari penyelenggaraan praktik farmasi komunitas di Indonesia. Untuk merancang model dimaksud, tahap pertama dibutuhkan sebuah standar praktik farmasi komunitas terdiri dari 5 aspek standar, yaitu: profesionalisme, manajerial, dispensing, asuhan kefarmasian, dan pelayanan kesehatan masyarakat, masing-masing tersusun atas elemenelemen praktik terpilih dan deskripsi idealnya. Pemilihan elemen-elemen praktik dilakukan berdasarkan kelayakan dan relevansi dari sejumlah elemen-elemen praktik serta pendapat dan masukan para apoteker praktisi, akademisi, tokoh pemerhati praktik farmasi komunitas di Indonesia, melalui kuesioner menggunakan skala Likert lima poin berkisar antara 1 = sangat tidak setuju hingga 5 = sangat setuju. Kata kunci: Model revitalisasi, standar praktik, pembinaan, pengawasan, farmasi komunitas. 170 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas (Sambungan) IDENTITAS RESPONDEN Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Alumnus Apoteker USU UNAND UI ITB UNPAD UGM UNAIR UNHAS Yang lain: Tahun Lulus Apoteker Pengalaman sebagai Apoteker Pengelola Apotek Frekuensi Kehadiran di Apotek Selama apotek buka Setiap hari, pada jam tertentu 2-3 x seminggu 1 x seminggu 1 x sebulan Yang lain: Apoteker Pengelola Apotek merangkap Pemilik Modal Apotek Ya Tidak Status Kepemilikan Apotek BUMN Perusahaan Swasta Perorangan 171 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas (Sambungan) Pekerjaan Lain Selain Sebagai APA Tidak ada PNS Non PNS Kota Alamat Apotek: Kuesioner Elemen-elemen Praktik Farmasi Komunitas Aspek Standar 1: Profesionalisme Sangat Sangat Tidak Tidak Setuju Netral Setuju Setuju Setuju 1.1. Akuntabilitas dalam memenuhi sumpah / janji apoteker ::: →Dalam melaksanakan pengabdian profesi, apoteker senantiasa berpegang teguh pada sumpah / janji apoteker Indonesia 1.2. Pelayanan apoteker ::: →Setiap hari pada jam buka, minimal ada satu apoteker pendamping untuk memastikan terpenuhinya pelayanan apoteker 1.3. Akuntabilitas dalam memenuhi kode etik apoteker Indonesia ::: →Dalam bertindak dan mengambil keputusan, apoteker berpedoman pada prinsip-prinsip Kode Etik Apoteker Indonesia 1.4. Komitmen bekerja ::: →Apoteker mempunyai komitmen bekerja sesuai standar kefarmasian 1.5. Komitmen kehadiran ::: →Apabila berhalangan /terlambat hadir segera memberitahu kepada individu yang tepat di tempat kerja 1.6. Tanggungjawab ::: →Apoteker menyelesaikan semua tugas yang menjadi tanggung jawabnya, dengan berpedoman pada standar prosedur opersional 1.7. Kualitas kerja ::: →Penyelesaian semua pekerjaan di apotek, dilakukan dengan berpedoman pada standar praktik 172 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas (Sambungan) Sangat Sangat Tidak Tidak Setuju Netral Setuju Setuju Setuju 1.8. Pencapaian penghargaan ::: →Menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar praktik 1.9. Kemandirian ::: →Apoteker mandiri dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, tanpa intervensi orang lain 1.10. Akuntabilitas dalam memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat ::: →Pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi masyarakat, berpedoman pada standar prosedur opersional dan dicatat dalam catatan pengobatan 1.11. Pemenuhan kebutuhan pasien ::: →Dalam hal barang tidak tersedia, pemenuhan kebutuhan pasien diusahakan dari tempat lain tanpa biaya tambahan 1.12. Perlakuan kepada pasien ::: →Apoteker berinteraksi dengan pasien, memperlakukan dengan rasa hormat yang sama, terlepas dari latar belakang sosial atau kemampuan bayarnya 1.13. Pelayanan terkait ketidakmampuan pasien untuk membayar ::: →Apoteker memberikan alternatif pilihan untuk pemenuhan kebutuhan pasien sesuai kemampuan bayar 1.14. Hubungan profesional dengan dokter ::: →Apoteker membangun hubungan profesional dengan dokter untuk kemungkinan manajemen terapi terbaik bagi pasien 1.15. Konsultasi dengan apoteker lain ::: →Apoteker melakukan konsultasi dan kerjasama dengan apoteker/apotek lain 1.16. Kesalahan terapi ::: →Apoteker melaporkan kejadian kesalahan terapi walaupun tidak ada orang lain yang menyadari, untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya dengan baik 173 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas (Sambungan) Sangat Sangat Tidak Setuju Netral Tidak Setuju Setuju Setuju 1.17. Kritik konstruktif ::: →Apoteker merespon kritik konstruktif, melalui penyediaan kotak saran 1.18. Belajar sepanjang hayat ::: →Apoteker mengikuti seminar/pelatihan yang diselenggarakan organisasi profesi/perguruan tinggi farmasi 1.19. Program pengembangan profesi berkelanjutan untuk peningkatan kompetensi ::: →Apoteker memiliki fasilitas yang disediakan apotek dalam program pengembangan profesi berkelanjutan bagi peningkatan kompetensi 1.20. Penilaian sendiri atas kompetensi dan aktivitas profesional ::: →Apoteker secara teratur melakukan penilaian sendiri atas kompetensi dan aktivitas profesional 1.21. Akses ke jasa informasi untuk memungkinkan praktik efisien ::: →Apoteker memiliki fasilitas akses tak terbatas yang disediakan apotek ke sumber informasi internet dan berbagai literatur untuk kemungkinan praktik efisien Aspek Standar 2: Manajerial 2.1. Pengelolaan sediaan farmasi ::: →Pengelolaan sediaan farmasi melalui perencanaan yang baik didukung kartu stok dan buku defekta 2.2. Kualitas sediaan farmasi ::: →Pengadaan sediaan farmasi melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku 2.3. Penyimpanan sediaan farmasi ::: →Penyimpanan sediaan farmasi didukung fasilitas yang lengkap: lemari pendingin khusus, rak yang memenuhi persyaratan penyimpanan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan, dan ditata untuk mempermudah pencarian 174 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas (Sambungan) Sangat Sangat Tidak Setuju Netral Tidak Setuju Setuju Setuju 2.4. Obat kadaluwarsa / rusak ::: →Membuat penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun terakhir akan kadaluwarsa dan memisahkan obat-obat yang sudah kadaluwarsa/ rusak 2.5. Penataan lingkungan apotek ::: →Penataan lingkungan apotik sesuai dengan fungsi area/ruangan yang mencerminkan pengaturan profesional 2.6. Area Konseling ::: →Area konseling tertutup/ terpisah dari kegiatan lain 2.7. Ruang Tunggu ::: →Mempunyai ruang tunggu yang nyaman 2.8. Keuntungan ::: →Keuntungan diambil dengan menerapkan HET, untuk memenuhi biaya tetap apotek 2.9. Imbalan ::: →Apoteker menerima imbalan sesuai imbalan yang telah ditetapkan, ditambah insentif sesuai dengan perolehan laba Aspek Standar 3: Dispensing 3.1. Persyaratan Administratif Resep ::: →Dilakukan penilaian persyaratan administratif resep 3.2. Penyerahan obat atas resep dokter ::: →Penyerahan obat atas resep dokter dilakukan oleh apoteker 3.3. Aspek ekonomi obat ::: →Apoteker mempertimbangan aspek ekonomi obat 3.4. Penyerahan obat keras ::: →Penyerahan obat keras hanya melalui resep dokter, penyerahan obat daftar OWA tanpa resep dilayani oleh apoteker dan dicatat dalam catatan pengobatan pasien 3.5. Penjelasan dan informasi obat ::: →Apoteker memberikan penjelasan dan informasi obat bagi pasien 175 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas (Sambungan) Aspek Standar 4: Asuhan Kefarmasian Sangat Sangat Tidak Setuju Netral Tidak Setuju Setuju Setuju 4.1. Konseling ::: →Apoteker melaksanakan konseling pada penggunaan obat 4.2. Three prime questions ::: →Apoteker menyampaian Three prime questions pada penyerahan obat melalui resep 4.3. Komunikasi dengan dokter tentang kemajuan terapi pasien ::: →Apoteker melakukan komunikasi dengan dokter tentang kemajuan terapi pasien 4.4. Kesesuaian farmasetik ::: →Apoteker mempertimbangankan kesesuaian farmasetik 4.5. Pertimbangan Klinis ::: →Apoteker melakukan pertimbangan klinis 4.6. Catatan Pengobatan Pasien ::: →Apoteker membuat Catatan Pengobatan Pasien 4.7. Monitoring Penggunaan Obat ::: →Apoteker melakukan Monitoring Penggunaan Obat 4.8. Pemilihan pengobatan tanpa resep ::: →Apoteker melakukan pemilihan pengobatan tanpa resep yang paling sesuai bagi pasien 4.9. Rujukan pasien ke dokter ::: →Apoteker melakukan rujukan pasien ke dokter Aspek Standar 5: Pelayanan Kesehatan Masyarakat 5.1. Penyediaan informasi kesehatan bagi masyarakat ::: →Apoteker menyediakan informasi kesehatan bagi masyarakat 5.2. Penyediaan informasi obat bagi pasien dan tenaga kesehatan lain ::: →Apoteker menyediakan informasi obat bagi pasien dan dokter 176 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas (Sambungan) Sangat Sangat Tidak Setuju Netral Tidak Setuju Setuju Setuju 5.3. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat ::: →Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan melalui diseminasi informasi: penyebaran leaflet/brosur atau poster; dan kegiatan pengabdian masyarakat: penyuluhan dan sejenisnya KOMENTAR DAN USUL/MASUKAN SECARA UMUM: Mohon dituliskan dibawah ini Diberdayakan oleh Google Docs 177 Universitas Sumatera Utara Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 1.1 1 50 .349* .013 50 .560** .000 50 .550** .000 50 .145 .317 50 .373** .008 50 .480** .000 50 .280* .049 50 1.2 .349* .013 50 1 50 .363** .010 50 .456** .001 50 .233 .104 50 .224 .117 50 .530** .000 50 .448** .001 50 1.3 .560** .000 50 .363** .010 50 1 50 .486** .000 50 .341* .015 50 .583** .000 50 .526** .000 50 .427** .002 50 1.4 .550** .000 50 .456** .001 50 .486** .000 50 1 50 .208 .146 50 .250 .080 50 .678** .000 50 .420** .002 50 1.5 .145 .317 50 .233 .104 50 .341* .015 50 .208 .146 50 1 50 .372** .008 50 .241 .092 50 .343* .015 50 1.6 .373** .008 50 .224 .117 50 .583** .000 50 .250 .080 50 .372** .008 50 1 50 .333* .018 50 .357* .011 50 1.7 .480** .000 50 .530** .000 50 .526** .000 50 .678** .000 50 .241 .092 50 .333* .018 50 1 50 .649** .000 50 1.8 .280* .049 50 .448** .001 50 .427** .002 50 .420** .002 50 .343* .015 50 .357* .011 50 .649** .000 50 1 50 1.9 .440** .001 50 .447** .001 50 .281* .048 50 .640** .000 50 .303* .032 50 .276 .053 50 .688** .000 50 .583** .000 50 1.1 .389** .005 50 .312* .027 50 .262 .066 50 .556** .000 50 .054 .710 50 .232 .106 50 .640** .000 50 .359* .010 50 1.11 .210 .144 50 .244 .088 50 .591** .000 50 .273 .055 50 .250 .080 50 .671** .000 50 .350* .013 50 .312* .027 50 1.12 .239 .095 50 .381** .006 50 .356* .011 50 .323* .022 50 .137 .343 50 .318* .024 50 .405** .004 50 .474** .001 50 2.1 .640** .000 49 .382** .007 49 .532** .000 49 .717** .000 49 .171 .239 49 .393** .005 49 .585** .000 49 .351* .013 49 2.2 .100 .491 50 .292* .040 50 .220 .125 50 .156 .280 50 .085 .559 50 .358* .011 50 .323* .022 50 .306* .031 50 2.3 .363** .010 50 .452** .001 50 .328* .020 50 .459** .001 50 .177 .219 50 .515** .000 50 .421** .002 50 .334* .018 50 2.4 .224 .119 50 .319* .024 50 .442** .001 50 .476** .000 50 .265 .063 50 .436** .002 50 .437** .002 50 .388** .005 50 2.5 .024 .870 50 .150 .300 50 .076 .598 50 .167 .246 50 .195 .174 50 .028 .849 50 .301* .033 50 .116 .423 50 2.6 .255 .074 50 .498** .000 50 .211 .142 50 .224 .118 50 .259 .069 50 .249 .081 50 .302* .033 50 .207 .150 50 2.7 .291* .041 50 .310* .028 50 .268 .060 50 .454** .001 50 .173 .230 50 .380** .006 50 .434** .002 50 .206 .152 50 178 Universitas Sumatera Utara Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan) 2.8 .353* .012 50 .363** .010 50 .168 .244 50 .421** .002 50 .174 .227 50 .316* .026 50 .410** .003 50 .090 .535 50 2.9 .246 .085 50 .429** .002 50 .378** .007 50 .549** .000 50 .181 .207 50 .285* .044 50 .439** .001 50 .295* .038 50 2.1 -.021 .884 50 .445** .001 50 .123 .395 50 .347* .014 50 .278 .051 50 .159 .269 50 .521** .000 50 .326* .021 50 2.11 .233 .103 50 .283* .046 50 .072 .619 50 .325* .021 50 .256 .073 50 .136 .345 50 .371** .008 50 .266 .062 50 2.12 .123 .395 50 .343* .015 50 -.031 .829 50 .105 .469 50 .083 .567 50 .218 .128 50 .137 .343 50 .054 .707 50 3.1 .336* .017 50 .547** .000 50 .371** .008 50 .420** .002 50 .208 .148 50 .357* .011 50 .508** .000 50 .455** .001 50 3.2 .356* .011 50 .395** .004 50 .382** .006 50 .455** .001 50 .125 .387 50 .275 .053 50 .526** .000 50 .315* .026 50 3.3 .092 .525 50 .240 .094 50 .373** .008 50 .099 .492 50 .420** .002 50 .490** .000 50 .308* .030 50 .448** .001 50 3.4 .280* .049 50 .489** .000 50 .304* .032 50 .322* .022 50 .086 .554 50 .174 .228 50 .410** .003 50 .320* .023 50 3.5 .475** .000 50 .663** .000 50 .514** .000 50 .537** .000 50 .321* .023 50 .369** .008 50 .562** .000 50 .552** .000 50 3.6 .331* .019 50 .567** .000 50 .274 .054 50 .323* .022 50 .142 .324 50 .291* .040 50 .364** .009 50 .101 .486 50 4.1 .458** .001 50 .467** .001 50 .398** .004 50 .315* .026 50 .246 .085 50 .354* .012 50 .384** .006 50 .198 .167 50 4.2 .246 .085 50 .407** .003 50 .267 .061 50 .443** .001 50 .154 .286 50 .148 .305 50 .497** .000 50 .506** .000 50 4.3 .485** .000 50 .566** .000 50 .386** .006 50 .541** .000 50 .301* .033 50 .161 .265 50 .641** .000 50 .628** .000 50 4.4 .118 .416 50 .484** .000 50 .237 .098 50 .393** .005 50 .267 .061 50 .190 .185 50 .491** .000 50 .345* .014 50 4.5 .180 .210 50 .632** .000 50 .369** .008 50 .434** .002 50 .253 .076 50 .219 .127 50 .500** .000 50 .523** .000 50 4.6 .262 .066 50 .510** .000 50 .325* .021 50 .467** .001 50 .283* .046 50 .243 .089 50 .527** .000 50 .617** .000 50 4.7 .388** .005 50 .404** .004 50 .288* .043 50 .433** .002 50 .187 .194 50 .450** .001 50 .278 .050 50 .190 .186 50 4.8 .220 .125 50 .401** .004 50 .119 .409 50 .176 .222 50 .169 .240 50 .286* .044 50 .336* .017 50 .157 .277 50 5.1 .169 .247 49 .224 .121 49 .233 .107 49 .265 .066 49 .070 .633 49 .235 .104 49 .304* .034 49 .314* .028 49 5.2 .332* .019 50 .444** .001 50 .322* .022 50 .550** .000 50 .115 .426 50 .286* .044 50 .510** .000 50 .538** .000 50 Total .493** .000 50 .681** .000 50 .541** .000 50 .665** .000 50 .363** .010 50 .509** .000 50 .735** .000 50 .602** .000 50 179 Universitas Sumatera Utara Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan) 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 5.1 5.2 Total Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N .118 .416 50 .180 .210 50 .262 .066 50 .388** .005 50 .220 .125 50 .169 .247 49 .332* .019 50 .493** .484** .000 50 .632** .000 50 .510** .000 50 .404** .004 50 .401** .004 50 .224 .121 49 .444** .001 50 .681** .237 .098 50 .369** .008 50 .325* .021 50 .288* .043 50 .119 .409 50 .233 .107 49 .322* .022 50 .541** .393** .005 50 .434** .002 50 .467** .001 50 .433** .002 50 .176 .222 50 .265 .066 49 .550** .000 50 .665** .267 .061 50 .253 .076 50 .283* .046 50 .187 .194 50 .169 .240 50 .070 .633 49 .115 .426 50 .363** .190 .185 50 .219 .127 50 .243 .089 50 .450** .001 50 .286* .044 50 .235 .104 49 .286* .044 50 .509** .491** .000 50 .500** .000 50 .527** .000 50 .278 .050 50 .336* .017 50 .304* .034 49 .510** .000 50 .735** .345* .014 50 .523** .000 50 .617** .000 50 .190 .186 50 .157 .277 50 .314* .028 49 .538** .000 50 .602** .457** .001 50 .500** .000 50 .561** .000 50 .425** .002 50 .359* .010 50 .387** .006 49 .602** .000 50 .755** .501** .000 50 .423** .002 50 .472** .001 50 .401** .004 50 .396** .004 50 .261 .070 49 .543** .000 50 .680** .233 .104 50 .265 .063 50 .297* .036 50 .404** .004 50 .223 .120 50 .301* .035 49 .293* .039 50 .529** .375** .007 50 .447** .001 50 .508** .000 50 .431** .002 50 .359* .011 50 .275 .056 49 .491** .000 50 .626** .295* .040 49 .453** .001 49 .520** .000 49 .498** .000 49 .455** .001 49 .224 .126 48 .557** .000 49 .700** .256 .073 50 .203 .157 50 .318* .024 50 .152 .291 50 .073 .615 50 .015 .919 49 .112 .439 50 .358* .313* .027 50 .456** .001 50 .406** .003 50 .509** .000 50 .376** .007 50 .358* .012 49 .551** .000 50 .709** .490** .000 50 .545** .000 50 .555** .000 50 .437** .001 50 .429** .002 50 .421** .003 49 .571** .000 50 .708** .361* .010 50 .351* .012 50 .368** .009 50 .130 .370 50 .299* .035 50 .394** .005 49 .317* .025 50 .438** .274 .054 50 .433** .002 50 .351* .012 50 .265 .063 50 .324* .022 50 .146 .317 49 .153 .288 50 .540** .350* .013 50 .341* .016 50 .334* .018 50 .488** .000 50 .508** .000 50 .214 .140 49 .424** .002 50 .592** .000 .000 .000 .000 .010 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .011 .000 .000 .001 .000 .000 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 180 Universitas Sumatera Utara Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan) .405** .004 50 .320* .024 50 .416** .003 50 .597** .000 50 .549** .000 50 .369** .009 49 .476** .000 50 .627** .000 50 .668** .000 50 .592** .000 50 .581** .000 50 .425** .002 50 .321* .023 50 .417** .003 49 .503** .000 50 .683** .000 50 .691** .000 50 .554** .000 50 .498** .000 50 .300* .034 50 .415** .003 50 .356* .012 49 .383** .006 50 .632** .000 50 .651** .000 50 .454** .001 50 .443** .001 50 .294* .038 50 .526** .000 50 .316* .027 49 .284* .045 50 .529** .000 50 .319* .024 50 .248 .082 50 .188 .192 50 .405** .004 50 .349* .013 50 .122 .403 49 .190 .186 50 .435** .002 50 .527** .000 50 .602** .000 50 .654** .000 50 .440** .001 50 .418** .003 50 .507** .000 49 .538** .000 50 .721** .000 50 .572** .000 50 .608** .000 50 .518** .000 50 .445** .001 50 .548** .000 50 .345* .015 49 .406** .003 50 .671** .000 50 .325* .021 50 .381** .006 50 .301* .034 50 .315* .026 50 .201 .161 50 .275 .056 49 .204 .155 50 .454** .001 50 .127 .379 50 .387** .005 50 .354* .012 50 .297* .036 50 .300* .034 50 .183 .209 49 .383** .006 50 .511** .000 50 .443** .001 50 .731** .000 50 .671** .000 50 .511** .000 50 .360* .010 50 .159 .277 49 .479** .000 50 .767** .000 50 .468** .001 50 .465** .001 50 .411** .003 50 .560** .000 50 .502** .000 50 .325* .023 49 .276 .053 50 .654** .000 50 .520** .000 50 .540** .000 50 .561** .000 50 .627** .000 50 .498** .000 50 .429** .002 49 .429** .002 50 .660** .000 50 .584** .000 50 .591** .000 50 .736** .000 50 .410** .003 50 .486** .000 50 .390** .006 49 .650** .000 50 .724** .000 50 .650** .000 50 .700** .000 50 .781** .000 50 .497** .000 50 .488** .000 50 .309* .030 49 .563** .000 50 .761** .000 50 1 50 .718** .000 50 .755** .000 50 .453** .001 50 .523** .000 50 .376** .008 49 .426** .002 50 .707** .000 50 .718** .000 50 1 50 .734** .000 50 .498** .000 50 .536** .000 50 .325* .023 49 .581** .000 50 .773** .000 50 .755** .000 50 .734** .000 50 1 50 .512** .000 50 .512** .000 50 .485** .000 49 .649** .000 50 .799** .000 50 .453** .001 50 .498** .000 50 .512** .000 50 1 50 .577** .000 50 .341* .016 49 .542** .000 50 .665** .000 50 .523** .000 50 .536** .000 50 .512** .000 50 .577** .000 50 1 50 .306* .032 49 .527** .000 50 .617** .000 50 .376** .008 49 .325* .023 49 .485** .000 49 .341* .016 49 .306* .032 49 1 49 .580** .000 49 .504** .000 49 .426** .002 50 .581** .000 50 .649** .000 50 .542** .000 50 .527** .000 50 .580** .000 49 1 50 .723** .000 50 .707** .000 50 .773** .000 50 .799** .000 50 .665** .000 50 .617** .000 50 .504** .000 49 .723** .000 50 1 50 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 181 Universitas Sumatera Utara Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan) Reliability Case Processing Summary N Cases Valid % 48 a Excluded Total 96.0 2 4.0 50 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .9560 N of Items 40 182 Universitas Sumatera Utara Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi komunitas Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih Pembinaan dan pengawasan: Pemerintah dan OP belum tegas dan belum konsisten Butuh proses pembinaan secara bertahap IAI masih harus berupaya keras mewujudkan visi dan melaksanakan misi Menambah kewenangan apoteker >44 Jalur distribusi obat-obatan hendaknya diperketat pengawasannya dan penjualan obat secara langsung dari PBF ke dokter harus ditertibkan, agar fungsi apotek benar-benar seperti seharusnya dan apoteker dapat benar-benar bekerja secara profesional. Ketidakoptimalan apoteker dalam memberikan pelayanan kefarmasian bukan sepenuhnya menjadi kesalahan apoteker yang berpraktik, tetapi regulasi pemerintah yang tidak tegas dan tidak konsisten terhadap peraturan dan undang-undang yang telah dibuat. Tidak ada sanksi bagi pihak-pihak yang melanggar, tidak menjalankan undang-undang dan peraturan, sehingga praktik kefarmasian yang ideal tidak pernah teraplikasi sebagaimana seharusnya. Aturan yang sudah ada sudah cukup baik, yang perlu ditingkatkan adalah sistem pengawasan. Kalau mengharapkan kesadaran apoteker, itu sangat subjektif dan fluktuatif. Kalau ada pengawasan yang ketat maka apoteker, suka atau tidak suka, pasti akan melaksanakan apa yang telah diatur. IAI juga dilibatkan dalam melakukan pengawasan terhadap kehadiran apoteker di sarana kefarmasian, dan IAI juga diberi wewenang untuk memberikan sangsi dan di mana sangsi tersebut juga sebagai rekomendasi utama di dinas kesehatan. Apotek dijadikan sarana berbisnis tanpa mempedulikan aturan dan etika, bahkan tidak jarang tidak mempedulikan keselamatan dan kesehatan pasien. Demi kelancaran bisnisnya, apoteker dirumahkan. Praktik farmasi komunitas/apotek tidak berjalan, yang ada hanya praktik bisnis obat yang tidak sesuai standar praktik dan tidak mengikuti kode etik. Paradigma pemberian obat keras yang tidak termasuk OWA tanpa menggunakan resep sudah terlanjur melekat di hampir semua apotek, bukan hanya karena kesalahan atau kemauan apoteker untuk meraup untung sebanyak-banyaknya, tetapi melihat kondisi pasien juga harus dipertimbangkan.. semua butuh proses untuk sesuai atau diharap ideal seperti peraturan undang-undang. Banyak hal yang dituntut oleh organisasi keprofesian kepada pihak anggotanya guna mendapatkan pengakuan tanpa ikut serta dalam memperhatikan kenapa anggota tidak tertarik dalam keanggotaan. Dalam pelaksanaannya diharapkan IAI mampu membimbing dan mengarahkan anggotanya untuk dapat melaksanakannya. Pembinaan secara intens dan pelaksanaan bertahap perlu dilakukan mengingat terjadinya perubahan dalam pola fikir dan perilaku profesional apoteker. Penetapan standar minimal terlebih dahulu baru selanjutnya menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar praktik Daftar OWA perlu ditambah jumlahnya Database Apoteker yang ada harap diadakan selengkap-lengkapnya ada petugas tetap yang mengupdatenya atau dibuat sistem di mana apoteker dapat mengupdate status apotekernya sendiri, misal dengan login ke account di IAI. Hal ini untuk memastikan bahwa semua informasi terbaru tentang kebijakan maupun kegiatan continuing education dapat tersosialisasi dengan baik. 183 Universitas Sumatera Utara Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi komunitas (Sambungan) Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih Organisasi profesi apoteker yang berwenang mengeluarkan standar toolkit yang edukatif dan interaktif untuk alat bantu konseling/edukasi pasien. Misal seperti Asosiasi Diabetes Amerika mengeluarkan berbagai perangkat untuk membantu petugas kesehatan maupun pasien dalam menghadapi kondisi penyakitnya. Keterampilan komunikasi apoteker-pasien-dokter harus dipastikan berada di atas rata-rata. Apotek jaringan untuk memfasilitasi apoteker muda dapat segera memiliki apoteknya sendiri dan juga menggalakkan bahwa apotek harus dimiliki oleh apoteker sendiri. Pemberian izin apotek ada baiknya dilakukan uji kelayakan oleh pemerintah dalam hal lokasi, jarak antar apotek, jangan asal diberi izin saja. Honor apoteker harus disesuaikan dengan standar kelayakan profesi Permasalahan praktis: Rasa keadilan belum mendapatkan perhatian PSA tidak memahami aturan Posisi tawar sangat lemah Persaingan tidak sehat >36 Selama ini saya sebagai apoteker pengelola di sebuah apotek milik perusahaan swasta sudah dituntut untuk kerja full time untuk dapat melayani informasi obat atau penyerahan obat kepada pasien yang membutuhkan, karena tuntutan pula dari IAI jawa barat khususnya depok menuntut motto tiada pelayanan tanpa apoteker. Sekarang bagaimana kepada teman sejawat kita yang bekerja di dinkes atau pemerintahan yang setiap hari bekerja di luar apotek tapi juga sebagai pemegang apoteker pengelola apotik (APA), kapan waktunya mereka akan mengabdi di apotek sesuai dengan motto di atas tadi....adilkah? Mohon peraturan yang ada juga disosialisasikan pada PSA...dan kalau perlu juga dirumuskan peraturan untuk PSA..., sehingga APA tidak selalu terombang-ambing antara peraturan untuk apoteker dengan ketentuan / kebijakan dari PSA. Selama ini sering mendengar teman-teman APA selalu jadi pihak yang lemah dalam menghadapi PSA, minta kerja full time dengan meminta tambahan fee 1% omset selalu dibilang kalau apotek untungnya kecil..., akhirnya PSA minta untuk off saja.. (seperti yang terjadi pada saya) sedangkan kita butuh kerja... dll masih banyak lagi... Masukan saja, saya berharap bukan hanya apotekernya saja yang diterapkan PP atau peraturan lainnya, tetapi para owner/PSA pun seharusnya disosialisasikan kewajibannya, agar para apoteker juga nyaman dan dapat menjalankan kefarmasiannya sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Di kota Kediri (3 kecamatan) ada 90 apotek, karena persaingan menjadi tidak mudah menegakkan peraturan, kode etik, profesionalisme, karena harus mempertahankan omset. Saya pernah beli di beberapa apotek, adalat oros, maintate, antidiabet oral, dsb dengan mudahnya diberi tanpa ditanya ini itu. Beberapa apotek ada yang melayani periksa asam urat, kolesterol, gula darah dilakukan oleh AA. Di sebuah apotek yang terkenal bila beli obat keras di beri struk pembayaran tertulis atas resep dokter. 184 Universitas Sumatera Utara Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi komunitas (Sambungan) Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih Komitmen: Menuju paradigma baru, pelayanan berorientasi pasien Menaikkan nilai tawar bagi terwujudnya praktik yang lebih baik Bekerja sebagai APA sebaikbaiknya atau tidak menjadi APA sama sekali >50 Revitalisasi Praktek Kefarmasian oleh apoteker di Indonesia yang diperlukan adalah: a. kesadaran apoteker sebagai tenaga kesehatan yang berperan lewat pelayanan kefarmasian agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien b. pergeseran paradigma dari product oriented ke patient oriented c. pergeseran paradigma sehat > memberi peluang beragam produk layanan kesehatan yaitu tidak hanya treating desease, tapi managing desease, managing health dan preventing desease Farmasi komunitas agar lebih eksis dengan membuat formula bersama sebagai nilai tawar kepada pemilik modal dalam penerapan pelayanan di apotek atas dasar standar profesionalisme, manajerial, dispensing, asuhan kefarmasian dan pelayanan kesehatan masyarakat, termasuk penerapan imbalan, hak dan kewajiban Apoteker Yang paling penting apoteker punya jiwa entrepreneurship jangan hanya minta gaji besar saja, kasian PSA. Harus berani punya apotek sendiri. Apoteker cuma buat standar saja, masuk apotek nggak pernah .. bagaimana? Kalau tak sanggup melaksanakan standar kefarmasian sebagai apoteker pengelola apotek dengan alasan imbalan yang tak memadai, sehingga tak bisa hadir selama jam buka apotek, jangan menjadi apoteker pengelola apotek, daripada bikin malu profesi apoteker. Dan saya yakin, akan terjadi kesenjangan antara yang diisi di kuisioner ini dengan yang sedang apoteker praktekkan saat ini.... Poinnya apoteker suka ber-retorika tapi sebenarnya mereka malas untuk memberikan pelayanan sesuai dengan kuisioner tsb di atas.., ini pengalaman saya membina apoteker baik melalui Dinkes maupun organisasi ISFI/IAI. Realita dilapangan memang masih banyak apoteker yg belum menerapkan pharmaceutical care Dalam berprofesi tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, sebaiknya diperlukan komitmen dan kerjasama dari teman-teman sejawat untuk menjaga dan menghidupkan profesi ini. Semoga peran apoteker di Indonesia kembali ke jalur yg benar, sesuai dengan tanggungjawab yang sesungguhnya Sebaiknya dilakukan tindakan yang real dalam pengembangan peranan apoteker di apotek tidak hanya sebagai wacana karena sampai saat ini belum terdapat perubahan yang nyata. 185 Universitas Sumatera Utara Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi komunitas (Sambungan) Kata Kunci Kompetensi: Pemberdayaan lembaga pendidikan Kompetensi tidak bisa diperoleh hanya melalui PUKA/SKPA saja, diperlukan sistem CPD/CE Butuh pengembangan kearah ilmu-ilmu sosial humaniora Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih >18 Kompetensi bagi APA sangat penting, lembaga pendidikan pencipta sumber daya apoteker yang kompeten, harus yang pertama diberdayakan dan ditingkatkan kualitasnya, agar visi dan misinya sebagai penghasil apoteker yang kompeten terwujud. Kompetensi yang dimaksud harus sejalan dengan perbaikan kesejahteraan apoteker itu sendiri, agar apoteker tetap bertanggungjawab melaksanakan perannya selama apotek beroperasi (buka), bukan seperti yang terjadi sekarang ini, duduk2 di hotel 3 hari sudah mengantungi sertifikat kompetensi. Tiga hari yang sangat singkat mengalahkan kuliah reguler 5-7 tahun…. bingung Agar setiap organisasi profesi (IAI) di berbagai cabang meningkatkan aktivitas ilmiah untuk menambah ilmu apoteker. Apoteker sudah saatnya menunjukkan citra diri dan profesi sebagai sebuah profesi yang dikenal masyarakat luas. Selalu menambah ilmu dengan membaca, mengikuti perkembangan ilmu dan peraturan perundang-undangan terbaru untuk menambah rasa percaya diri. Merupakan suatu keharusan, bahwa informasi obat harus dari seorang apoteker bukan profesi lain. Profesi kesehatan lain adalah mitra bagi seorang apoteker bukan pesaing atau musuh, bahkan jangan sampai ada kesan seorang apoteker adalah seorang polisi bagi profesi kesehatan lain. Pengobatan oleh apoteker harus rasional. Seorang apoteker tidak boleh berhenti dan puas hanya bisa menguasai ilmu farmasi saja, seorang apoteker harus belajar ilmu leadership, public speaking, team work dan ilmu2 manajemen lain. Ilmu kewirausahaan, pemasaran, ilmu psikhologi juga penting diketahui seorang apoteker. Menurut saya, apoteker masa kini sudah waktunya untuk muncul sebagai profesi yg dikenal masyarakat, bukan hanya sekedar tokoh dibelakang layar di balik berdirinya sebuah apotek. Masyarakat wajib tahu bahwa kita adalah profesi yang paling tepat untuk memberikan segala informasi tentang obat dan sediaan farmasi, karena memang pada dasarnya kita lah yang dibekali ilmu detail tentang itu semua dibanding para medis lain, atau bisa disebut apoteker=ahli obat. Untuk mewujudkan itu semua, sudah sepantasnya kita memperluas wawasan dengan manambah ilmu serta menerapkanya pada pasien,.. Boleh saja kalau berorientasi profit, tapi jangan se-mata2 profit, jadi ada hubungan timbal balik yang tepat antara pasien dan apoteker. Program pendidikan perlu dibenahi agar dapat lebih meningkatkan mutu dan kualitas apoteker. Juga apoteker perlu selalu belajar dan belajar selama masih aktif melakukan praktek kefarmasian. Untuk mencapai standar kompetensi seorang apoteker, harus dimulai sejak dari kuliah. Pendidikan Tinggi Farmasi semestinya memberikan fasilitas bagi perubahan paradigma mahasiswa, yang selama ini scientist bergeser ke sosial dan komunikasi 186 Universitas Sumatera Utara Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi komunitas (Sambungan) Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih Praktik apoteker perlu penyiapan SDM yang mumpuni di bidang klinik/farmakoterapi. Dengan bekal ilmu cukup didorong supaya percaya diri bertemu pasien ataupun dokter. Mungkin akan lebih mudah bila apoteker sekaligus sebagai PSA dan APA Kuisener ini ideal banget. Kapan kira-kira apoteker Indonesia siap baik dari sisi ilmu, kapasitas diri, percaya diri bisa jadi apoteker profesional. Imbalan: Profesi APA belum melum menjanjikan masa depan Perlu ada standarisasi imbalan Perlu adanya persyaratan studi kelayakan pada pendirian apotek >31 Mohon untuk mensejahterakan apoteker, bila memang apoteker dianjurkan standby di apotek, tolong IAI juga menstandarkan gaji apoteker di atas 2 juta....untuk syarat pendirian apotek yang bukan milik apoteker..... karena sebagian apoteker masih berat bila stanbay karena faktor ekonomi yang tidak mencukupi bila cuma standby di apotek saja. mohon ditinjau kembali.... Dengan banyaknya tanggungjawab seorang apoteker sebaiknya kesejahteraan apoteker juga harus diperjuangkan... di mana profesi apoteker di lapangan seperti profesi kelas dua, dokter yang pada kenyataannya lebih banyak memegang peranan... IAI sebagai wadah perkumpulan apoteker harus lebih konsen dan merangkul anggota-anggotanya agar profesi apoteker benarbenar lebih maju dan berperan sesuai fungsinya. Sampai saat ini apotek tidak/belum bisa terlepas dari faktor sebagai komoditas ekonomi, karena sebahagian besar apotek melibatkan PSA yang bukan apoteker. Saya sangat setuju dengan adanya PP 51/2009 dan Permenkes 889/2011, tapi pertanyaannya… apakah PSA bersedia meningkatkan penghasilan/kesejahteraan apoteker, kemudian apakah bisa meningkatkan omset dari apotik. Bagaimana dengan apoteker-apoteker yang PNS (lebih dari 70% jumlah apotek yang ada ditangani oleh apoteker-apoteker PNS), Tentunya ini akan meminimalisir pelayanan kesehatan masyarakat di bidang farmasi... Perlunya ke depan untuk memikirkan bagaimana agar kesejahteraan apoteker lebih baik dari sekarang (yang jelas2 tidak menjanjikan). Apoteker selain dituntut untuk bertanggungjawab pada pengelolaan dan penggunaan obat juga memiliki kewajiban selalu meningkatkan pengetahuan melalui seminar ataupun evidence base kasus lapangan.... untuk itu perlu juga diperhatikan hak-haknya sehingga dengan kesejahteraan yang baik tuntutan masyarakat atas keprofesian apoteker dapat terpenuhi.... Dengan tanggungjawab yang cukup berat sebagai penanggungjawab apotek, hendaknya disesuaikan dengan standar upah yang diterima oleh apoteker, dan sosialisasi praktik farmasi/apotek juga ditekankan ke pemilik apotek dan instansi/profesi yg terkait, sehingga bisa berjalan sebagaimana mestinya. Imbalan apoteker disesuaikan dengan standar kelayakan profesi dan ada baiknya diatur dalam peraturan pemerintah. Dalam hal pendirian apotek ada baiknya dilakukan studi kelayakan oleh pihak pendiri apotek dan oleh pemerintah sebagai pemberi izin agar kelangsungan apotek dapat berjalan dengan baik 187 Universitas Sumatera Utara Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi komunitas (Sambungan) Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih Imbalan yang diberikan kepada apoteker yang berpraktik tidak sesuai dengan besarnya tanggungjawab dan pekerjaan yang harus dilakukan. Dukungan: Secara umum penelitian ini mendapatkan dukungan positif >117 Disertasi bapak sangat bagus.. Semoga hasil disertasi bapak dapat dipergunakan sebagai masukan untuk pelaksanaan pekerjaan kefarmasian yang lebih aplikatif di Indonesia.. Sehingga para Apoteker dapat melakuan tugasnya dengan profesional. Dengan demikian profesi apoteker dapat diakui di antara para tenaga kesehatan lainnya dan juga dikenal oleh negara dan masyarakat. Dan akhirnya kita dapat memperjuangkan hakhak/upah atas jasa profesi kita. Semoga model praktek farmasi komunitas seperti ini dapat terwujud dan dilaksanakan secara merata di seluruh Indonesia. Semoga saja semua elemen-elemen praktik di atas dapat diterapkan.... Elemen-elemen praktik farmasi, yang telah dipaparkan sangat bagus sekali untuk meningkatkan kualitas pelayanan di bidang farmasi. Semoga hasil dari penelitian ini dapat direalisasikan secara nyata, tidak hanya sekedar wacana saja. Kuesioner ini sangat tepat untuk dilakukan, agar kita semua tau seberapa profesionalisme apoteker saat ini yang diterapkan di masyarakat, dan hal itu bisa sebagai tolok ukur atau indikator, sudah pantaskah kita disebut ahli obat yang profesional... Komentar lain-lain: >15 Semakin banyaknya pertumbuhan apotek seharusnya akan meningkatkan kualitas pelayanan dalam artian persaingan lebih mengarah kepelayanan. Tetapi yang sering saya liat ada beberapa apotek yang justru karena adanya kompetitor bukannya meningkatkan pelayan atau ketersediaan obat tapi kok justru menjalin kerjasama dengan dokter yang mau memberikan resep sejenis narkotika/psikotropika, yang mana pasiennya adalah anak muda, dalam artian resep yang dibuat memang hanya untuk memberi kemudahan bagi para pecandu obat tersebut. Apakah dengan begitu secara tidak langsung apotek tersebut berperan terhadap peredaran obat terlarang? Kenapa dibiarkan adanya apotek seperti itu? Sungguh sangat miris sekali. Sebaiknya ditambahkan kuesioner tentang "APA boleh melakukan praktek lebih dari 1 tempat, seperti dokter" HET terkadang dapat dijadikan acuan harga tetapi tidak selalu karena ketika harga obat naik tetapi HET yg dicantumkan tidak ikut naik. Itu menjadi penyebab pasien atau konsumen protes terhadap harga. Mengenai kehadiran apoteker selama apotek buka: DILEMA buat apoteker. Secara profesional, ini memang keharusan sebagaimana halnya di negara-negara maju. Namun prakteknya, bisa menyulitkan apoteker karena berkaitan dengan biaya operasional apotek. Masih ada keinginan untuk praktik tidak professional Masih ada ketidak pahaman profesi 188 Universitas Sumatera Utara Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi komunitas (Sambungan) Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih Apotek perlu jam buka semaksimal mungkin (jika tidak bisa 24 jam, setidaknya buka pukul 08.00 s/d 21.00) untuk memaksimalkan pendapatan. Sementara itu, jika harus ada apoteker pendamping demi tercapainya apotek buka hanya jika ada apotekernya, maka berarti APA harus berbagi pendapatan dengan apoteker pendamping (aping) padahal tidak semua apotek beromset tinggi. Atau, apabila tanpa aping maka berarti apoteker harus bekerja melebihi jam kerja umum. Bukankah ini merugikan apoteker? Namun jika apotek buka tanpa apoteker, maka sama saja menghapus peranan apoteker. Alias, ada atau tidak ada apoteker, adalah sama saja. Di mana, keberadaan apoteker itu tidak dirasakan masyarakat. Menurut saya, lebih baik dilakukan jalan tengah. Yaitu, apoteker bisa saja tidak berada di apotek namun akses ke pelayanan pasien di apotek tetap berjalan. Misal, pasang CCTV di ruang racik untuk bisa memantau kerja AA dan di OTC untuk memantau penyerahan obat ke pasien. Apabila ada yang perlu disampaikan apoteker ke AA atau pasien, maka dilakukan lewat telpon. Demikian pula sebaliknya. Namun ini berarti harus tersedia komputer di rumah apoteker. Tapi bagaimanapun, biaya operasional itu tetap lebih hemat daripada harus membayar 2 apoteker Hendaknya dilakukan survei kepada pemilik modal apakah setuju dengan praktek farmasi seperti yang ada dalam kuestioner Total 292 189 Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik Farmasi Komunitas Kata Pengantar Dalam rangka penelitian disertasi Doktor Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi USU Medan, dengan judul “Model Revitalisasi Praktik Farmasi Komunitas/Apotek di Indonesia”, serta sebagai kelanjutan dari kuesioner pertama yang telah selesai dilakukan, saya membutuhkan data dari Sejawat para Apoteker Penanggung jawab Apotek. Data dimaksud adalah ►diskripsi keadaan nyata elemen-elemen standar praktik farmasi komunitas/apotek di Indonesia saat ini. Untuk maksud tersebut, saya mohon kesediaan Sejawat meluangkan waktu sejenak mengisi kuesioner yang terdiri dari 2 atau 3 pilihan ►diskripsi untuk masing-masing elemen standar dengan cara “klik” kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor ►diskripsi yang sejawat pilih di bawah ini. Oleh karena salah satu tujuan kuesioner ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang sesungguhnya dari praktik farmasi komunitas di Indonesia, maka suksesnya penelitian ini sangat bergantung pada Sejawat dalam memberikan identitas dan pilihan ►deskripsi secara jujur sesuai dengan keadaan sebenarnya, bukan berdasarkan apa yang seharusnya. Tidak ada jawaban yang salah dalam kuesioner ini. Semua jawaban dan identitas Sejawat akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Akhirnya atas keluangan waktu dan ketulusan Sejawat sebagai responden, saya ucapkan terimakasih. Medan, 22 Juni 2012 Peneliti, Wiryanto Fakultas Farmasi USU Medan IDENTITAS RESPONDEN Dengan kerendahan hati, mohon kuesioner ini diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, agar penilitian ini ada manfaatnya Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Alumnus Apoteker USU UNAND UI ITB UNPAD UGM UNAIR UNHAS Yang lain: 190 Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan) Tahun lulus apoteker: Pengalaman sebagai Apoteker Pengelola Apotek Tuliskan dalam angka saja berapa tahun Teman Sejawat bekerja sebagai Apoteker Pengelola Apotek Pekerjaan lain selain sebagai Apoteker Pengelola Apotek PNS di lingkungan Badan POM PNS di lingkungan Kementerian Kesehatan, Dinas kesehatan PNS di Rumah Sakit Pemerintah Dosen di Perguruan Tinggi Farmasi Negeri Dosen di Perguruan Tinggi Farmasi Swasta Tidak ada pekerjaan lain Yang lain: Frekuensi Kehadiran di Apotek Selama apotek buka Setiap hari, pada jam tertentu 2-4 x seminggu 1 x seminggu 1 x sebulan Yang lain: Imbalan per bulan (Rp.) Sampai dengan 1.000.000 >1.000.000 - 2.000.000 >2.000.000 - 3.000.000 >3.000.000 - 4.000.000 >4.000.000 Yang lain: Imbalan per bulan (Rp.) yang diharapkan Tuliskan dalam angka saja imbalan per bulan yang diharapkan untuk pemenuhan Standar Praktik sesuai PP.51/2009 191 Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan) Usulan Sejawat tentang upaya pemenuhan imbalan yang diharapkan Kenyataan imbalan yang diterima APA pasti jauh dari harapan, dan sudah barang tentu tidak mudah untuk memenuhinya, tuliskan usul sejawat tentang upaya-upaya yang harus dilakukan untuk memenuhi harapan tersebut Kemungkinan upaya yang sejawat usulkan berhasil Pilih kemungkinan upaya yang sejawat usulkan dapat berhasil sehubungan dengan keadaan nyata di lapangan sangat mungkin mungkin tidak mungkin Kepemilikan Apotek Milik Sendiri Milik PSA perorangan Milik Perusahaan Swasta Milik BUMN Yang lain: Rata-rata jumlah lembar resep per hari. Tuliskan dalam angka saja Rata-rata harga (Rp.) per lembar resep. Tuliskan dalam angka saja Rata-rata omset (Rp.) per hari. Tuliskan dalam angka saja Jumlah tenaga kefarmasian selain Apoteker Penanggung Jawab Apotek. Tuliskan dalam angka saja Apoteker Pendamping Tenaga Teknis Kefarmasian 192 Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan) Kota / Kabupaten. Tuliskan nama kota atau kabupaten dimana apotek berada KUESIONER Dengan kerendahan hati, mohon kuesioner ini diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, agar penilitian ini ada manfaatnya Aspek Standar 1. Profesionalisme Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati keadaan nyata di apotek sejawat 1 2 3 1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi sumpah/janji dalam melaksanakan praktik kefarmasian: ► 1. Senantiasa berpegang teguh pada sumpah/janji ► 2. Tidak sepenuhnya berpegang teguh pada sumpah/janji ► 3. Apoteker tidak melaksanakan praktik kefarmasian 1.2. Pelayanan langsung apoteker: ► 1. Setiap hari pada jam buka, minimal ada satu apoteker pendamping ► 2. Setiap hari pada jam tertentu, tidak ada apoteker pendamping ► 3. Tidak dilakukan, tidak ada apoteker pendamping 1.3. Akuntabilitas apoteker memenuhi kode etik apoteker Indonesia, dalam bertindak dan mengambil keputusan: ► 1. Berpedoman pada prinsip-prinsip kode etik ► 2. Tidak sepenuhnya berpedoman pada prinsip-prinsip kode etik ► 3. Tidak pernah bertindak dan mengambil keputusan 1.4. Komitmen bekerja apoteker: ► 1. Menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar praktik ► 2. Menunjukkan kinerja terbaik sesuai kondisi dan situasi ► 3. Tidak menunjukkan kinerja 1.5. Komitmen kehadiran apoteker, bila terlambat/berhalangan hadir: ► 1. Segera memberitahu ► 3. Tidak memberitahu 1.6. Tanggungjawab apoteker dalam menyelesaikan tugas: ► 1. Menyelesaikan seluruh tugas yang menjadi tanggungjawabnya ► 2. Menyelesaikan sebagian tugas yang menjadi tanggungjawabnya ► 3. Tidak menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya 1.7. Kualitas dan akuntabilitas kerja, dalam menyelesaian semua pekerjaan di apotek ► 1. Berpedoman pada standar prosedur opersional ► 3. Berpedoman pada kebiasaan, belum ada standar prosedur opersional 193 Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan) 1 2 3 1.8. Dalam melakukan praktik kefarmasian, apoteker: ► 1. Mempunyai kemandirian sikap, tanpa intervensi orang lain ► 2. Tidak mempunyai kemandirian sikap, mengikuti kondisi dan situasi ► 3. Tidak melakukan praktik kefarmasian 1.9. Pemenuhan kebutuhan pasien dalam hal barang tidak tersedia: ► 1. Diusahakan dari tempat lain tanpa biaya tambahan ► 2. Diusahakan dari tempat lain dengan biaya tambahan ► 3. Tidak diusahakan dari tempat lain 1.10. Perlakuan apoteker kepada pasien: ► 1. Berinteraksi dengan pasien, terlepas dari latar belakang sosial atau kemampuan bayarnya ► 2. Berinteraksi dengan pasien bila diperlukan ► 3. Tidak berinteraksi dengan pasien 1.11. Pemberian alternatif pilihan untuk pemenuhan kebutuhan terkait ketidakmampuan pasien untuk membayar: ► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Dilakukan oleh siapa saja 1.12. Hubungan profesional apoteker dengan dokter: ► 1. Dibangun untuk kemungkinan manajemen terapi terbaik bagi pasien ► 3. Tidak dibangun 1.13. Konsultasi dan kerjasama apoteker dengan apoteker dari apotek lain: ► 1. Dilakukan ► 3. Tidak dilakukan 1.14. Sikap apoteker terhadap kejadian kesalahan terapi: ► 1. Menindaklanjuti penyelesaiannya ► 3. Tidak menindaklanjuti penyelesaiannya 1.15. Sikap apoteker terhadap kritik konstruktif: ► 1. Merespon dengan menyediakan kotak saran ► 2. Merespon, tidak menyediakan kotak saran ► 3. Tidak merespon, tidak menyediakan kotak saran 1.16. Sikap apoteker terhadap seminar/pelatihan yang diselenggarakan organisasi profesi/perguruan tinggi farmasi setempat dalam rangka belajar sepanjang hayat: ► 1. Lebih 60% berpartisipasi/mengikuti ► 2. Kurang dari 60% berpartisipasi/mengikuti ► 3. Kurang dari 30% berpartisipasi/mengikuti 1.17. Fasilitas untuk mengikuti program pengembangan profesi berkelanjutan dalam rangka peningkatan kompetensi: ► 1. Lebih dari 60% diberikan apotek ► 2. Kurang dari 60% diberikan apotek ► 3. Kurang dari 30% diberikan apotek 194 Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan) 1 2 3 1.18. Penilaian sendiri atas kompetensi dan aktivitas profesional apoteker: ► 1. Dilakukan ► 3. Tidak dilakukan 1.19. Akses ke sumber informasi internet dan berbagai literatur untuk memungkinkan praktik apoteker menjadi lebih efisien: ► 1. Disediakan apotek ► 3. Tidak disediakan apotek Aspek Standar 2. Manajerial Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati keadaan nyata di apotek sejawat 2.1. Pengelolaan sediaan farmasi: ► 1. Melalui perencanaan yang baik, didukung kartu stok dan buku catatan barang kosong ► 2. Melalui perencanaan yang kurang baik, hanya didukung salah satu kartu stok atau buku catatan barang kosong ► 3. Melalui perencanaan yang tidak baik, tidak didukung kartu stok maupun buku catatan barang kosong 2.2. Pengadaan sediaan farmasi hubungannya dengan kualitas: ► 1. Melalui jalur resmi ► 3. Tidak hanya melalui jalur resmi 2.3. Penyimpanan sediaan farmasi: ► 1. Didukung fasilitas yang memadai: lemari pendingin khusus, rak yang memenuhi persyaratan penyimpanan dengan temperatur ruangan yang telah ditetapkan, dengan penataan yang sangat teratur untuk mempermudah pencarian ► 2. Kurang didukung fasilitas yang memadai: lemari pendingin dipakai umum, rak yang kurang memenuhi syarat-syarat penyimpanan, dengan penataan yang kurang teratur ► 3. Tidak didukung fasilitas yang memadai: lemari pendingin tidak ada, rak yang tidak memenuhi syaratsyarat penyimpanan, dengan penataan yang tidak teratur 2.4. Penanganan obat kadaluwarsa/rusak: ► 1. Membuat penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun ke depan akan kadaluwarsa, memisahkan obat-obat yang sudah kadaluwarsa/rusak ► 2. Tidak membuat penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun ke depan akan kadaluwarsa, memisahkan obat-obat yang sudah kadaluwarsa/rusak ► 3. Tidak menangani secara khusus obatobat kadaluwarsa/rusak 2.5. Penataan lingkungan apotek: ► 1. Sesuai dengan fungsi area/ruangan yang mencerminkan pengaturan profesional ► 2. Kurang sesuai dengan fungsi area/ruangan ► 3. Tidak melakukan penataan lingkungan apotik 2.6. Area Konseling: ► 1. Tertutup/terpisah dari kegiatan lain ► 2. Tidak terpisah dari kegiatan lain ► 3. Tidak mempunyai area konseling 195 Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan) 1 2 3 2.7. Ruang Tunggu: ► 1. Nyaman ► 2. Seadanya ► 3. Tidak punya 2.8. Keuntungan: ► 1. Menerapkan sistem yang dapat menjamin pemenuhan imbalan kepada tenaga kefarmasian dalam jumlah yang wajar ► 3. Menerapkan sistem yang tidak dapat menjamin pemenuhan imbalan kepada tenaga kefarmasian dalam jumlah yang wajar 2.9. Imbalan apoteker: ► 1. Layak sesuai ketentuan, ditambah insentif sesuai omset ► 2. Layak sesuai ketentuan ► 3. Tidak layak, tidak sesuai ketentuan Aspek Standar 3. Dispensing Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati keadaan nyata di apotek sejawat 3.1. Pengecekan persyaratan administratif resep: ► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan pengecekan 3.2. Penyerahan obat atas resep dokter: ► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Dilakukan oleh siapa saja 3.3. Pertimbangan aspek ekonomi obat: ► 1. Dilakukan oleh Apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan 3.4. Penyerahan obat keras: ► 1. Hanya melalui resep dokter ► 2. Kecuali dengan resep dokter, dilayani tanpa resep dokter oleh apoteker ► 3. Kecuali dengan resep dokter, dilayani tanpa resep dokter oleh siapa saja 3.5. Penjelasan dan informasi obat: ► 1. Diberikan oleh Apoteker ► 2. Diberikan oleh tenaga kefarmasian ► 3. Diberikan oleh siapa saja Aspek Standar 4. Asuhan Kefarmasian Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati keadaan nyata di apotek sejawat 4.1. Konseling pada penggunaan obat: ► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan 196 Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan) 1 2 3 4.2. Three prime questions pada penyerahan obat melalui resep: ► 1. Disampaikan oleh apoteker penanggungjawab apotek ► 2. Disampaikan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan 4.3. Komunikasi dengan dokter tentang pemberian terapi obat► 1. Dilakukan oleh apoteker 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan 4.4. Pertimbangan kesesuaian farmasetik: ► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan 4.5. Pertimbangan Klinis: ► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan 4.6. Catatan Pengobatan Pasien: ► 1. Diselenggarakan oleh apoteker ► 2. Diselenggarakan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak diselenggarakan 4.7. Monitoring Penggunaan Obat: ► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan 4.8. Pemilihan pengobatan tanpa resep yang paling sesuai bagi pasien: ► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Dilakukan oleh siapa saja 4.9. Bila diperlukan, rujukan pasien ke dokter: ► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan Aspek Standar 5. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati keadaan nyata di apotek sejawat 5.1. Informasi kesehatan termasuk informasi obat bagi masyarakat, pasien, dan tenaga kesehatan lain ► 1. Disediakan oleh Apoteker ► 2. Disediakan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak disediakan 5.2. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat: ► 1. Dilakukan melalui diseminasi informasi: penyebaran leaflet/brosur atau poster; dan kegiatan pengabdian masyarakat: penyuluhan dan sejenisnya ► 3. Tidak dilakukan 197 Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan) Usulan/masukan yang lebih konstruktif pilihan deskripsi: Apabila ada mohon dituliskan dibawah ini Diberdayakan oleh Google Docs 198 Universitas Sumatera Utara Lampiran 7. Standar Praktik Farmasi Komunitas Aspek Standar 1. Profesionalisme Elemen Standar Deskripsi Ideal 1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi sumpah / janji dalam melaksanakan praktik kefarmasian Senantiasa berpegang teguh pada sumpah / janji 1.2 Akuntabilitas apoteker memenuhi kode Berpedoman pada prinsip-prinsip kode etik etik apoteker Indonesia, dalam bertindak dan mengambil keputusan 1.3. Komitmen bekerja apoteker Menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar praktik 1.4. Kemandirian sikap apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian, Mempunyai kemandirian sikap, tanpa intervensi orang lain 1.5. Perlakuan apoteker kepada pasien Berinteraksi dengan pasien, terlepas dari latar belakang sosial atau kemampuan bayarnya 1.6. Pelayanan langsung apoteker Setiap hari pada jam buka, minimal ada satu apoteker pendamping 1.7. Hubungan profesional apoteker dengan Dibangun untuk kemungkinan manajemen dokter terapi terbaik bagi pasien 1.8. Konsultasi dan kerjasama apoteker dengan apoteker dari apotek lain Dilakukan 1.9. Sikap apoteker terhadap kejadian kesalahan terapi Menindaklanjuti langsung penyelesaiannya 1.10. Sikap apoteker terhadap kritik konstruktif Menyediakan kotak saran untuk merespon 1.11. Sikap apoteker terhadap seminar/pelatihan yang diselenggarakan organisasi profesi/perguruan tinggi farmasi setempat dalam rangka belajar sepanjang hayat Lebih 60% berpartisipasi/mengikuti 1.12. Penilaian apoteker sendiri atas kompetensi dan aktivitas profesionalnya Dilakukan Aspek Standar 2. Manajerial Berpedoman pada standar prosedur 2.1. Mewujudkan kualitas dan akuntabilitas opersional dalam menyelesaian semua kerja pekerjaan 2.2. Pemenuhan kebutuhan pasien dalam hal barang tidak tersedia Diusahakan dari tempat lain tanpa biaya tambahan 199 Universitas Sumatera Utara Lampiran 7. Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan) Elemen Standar Deskripsi Ideal 2.3. Fasilitas untuk mengikuti program pengembangan profesi berkelanjutan dalam rangka peningkatan kompetensi Lebih dari 60% diberikan apotek 2.4. Akses ke sumber informasi internet dan berbagai literatur untuk memungkinkan praktik apoteker menjadi lebih baik Disediakan apotek 2.5. Pengelolaan sediaan farmasi 2.6. Pengadaan sediaan farmasi hubungannya dengan kualitas Melalui perencanaan yang baik, didukung kartu stok dan buku catatan barang kosong Melalui jalur resmi 2.7. Penyimpanan sediaan farmasi Didukung fasilitas yang memadai: lemari pendingin khusus, rak yang memenuhi persyaratan penyimpanan dengan temperatur ruangan yang telah ditetapkan, dengan penataan yang sangat teratur untuk mempermudah pencarian penyimpanan, dengan penataan yang kurang teratur 2.8. Penanganan obat kadaluwarsa/rusak Membuat penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun ke depan akan kadaluwarsa, memisahkan obat-obat yang sudah kadaluwarsa/ rusak 2.9. Penataan lingkungan apotek Sesuai dengan fungsi area/ruangan yang mencerminkan pengaturan profesional 2.10. Area Konseling Tertutup/ terpisah dari kegiatan lain 2.11. Ruang Tunggu Nyaman 2.12. Besaran imbalan apoteker sebagai tenaga profesional Layak sesuai ketentuan, ditambah insentif sesuai omset ASPEK STANDAR 3. DISPENSING Elemen Standar Deskripsi Ideal 3.1. Pengecekan persyaratan administratif resep Dilakukan oleh Apoteker 3.2. Pertimbangan aspek ekonomi obat Dilakukan oleh Apoteker 3.3. Pemberian alternatif pilihan untuk pemenuhan kebutuhan terkait ketidakmampuan pasien untuk membayar Dilakukan oleh apoteker 3.4. Penyerahan obat keras Hanya melalui resep dokter oleh Apoteker 200 Universitas Sumatera Utara Lampiran 7. Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan) Elemen Standar Deskripsi Ideal 3.5. Penyerahan obat atas resep dokter Dilakukan oleh apoteker 3.6. Penjelasan dan informasi obat Diberikan oleh Apoteker Aspek Standar 4. Asuhan Kefarmasian 4.1. Konseling pada penggunaan obat Dilakukan oleh apoteker 4.2. Komunikasi dengan dokter tentang kemajuan terapi pasien Dilakukan oleh apoteker 4.3. Pertimbangan kesesuaian farmasetik Dilakukan oleh apoteker 4.4. Pertimbangan Klinis Dilakukan oleh apoteker 4.5. Catatan Pengobatan Pasien Diselenggarakan oleh apoteker 4.6. Monitoring Penggunaan Obat Dilakukan oleh apoteker 4.7. Pemilihan pengobatan tanpa resep yang Dilakukan oleh apoteker paling sesuai bagi pasien 4.8. Rujukan pasien ke dokter, bila diperlukan, Dilakukan oleh apoteker Aspek Standar 5. Pelayanan Kesehatan Masyarakat 5.1. Informasi kesehatan termasuk informasi obat bagi masyarakat, pasien, dan tenaga kesehatan lain 5.2. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat Disediakan oleh Apoteker Dilakukan melalui diseminasi informasi: penyebaran leaflet/brosur atau poster; dan kegiatan pengabdian masyarakat: penyuluhan dan sejenisnya 201 Universitas Sumatera Utara Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar DESKRIPSI ELEMEN BOBOT NILAI Standar 1. PROFESIONALISME 1 4 2 2 3 0 HASIL PENILAIAN 1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi sumpah/janji dalam melaksanakan praktik kefarmasian: Senantiasa berpegang teguh pada sumpah/janji Tidak sepenuhnya berpegang teguh pada sumpah/janji Tidak berpegang teguh pada sumpah/janji 0 1.2. Akuntabilitas apoteker memenuhi kode etik apoteker Indonesia, dalam bertindak dan mengambil keputusan: Berpedoman pada prinsipprinsip kode etik Tidak sepenuhnya berpedoman pada prinsipprinsip kode etik Tidak pernah bertindak dan mengambil keputusan 0 1.3. Komitmen bekerja apoteker: Menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar praktik Menunjukkan kinerja terbaik sesuai kondisi dan situasi Tidak menunjukkan kinerja 0 1.4. Kemandirian sikap apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian: Mempunyai kemandirian sikap, tanpa intervensi orang lain Tidak mempunyai Tidak melakukan praktik kemandirian sikap, mengikuti kefarmasian kondisi dan situasi 0 1.5. Perlakuan apoteker kepada pasien: Berinteraksi dengan pasien, terlepas dari kondisi dan situasi Berinteraksi dengan pasien, tergantung kondisi dan situasi 0 Tidak berinteraksi dengan pasien Keterangan: 1. HASIL PENILAIAN adalah hasil perolehan bobot nilai (4, 2, atau 0) sesuai pilihan deskripsi elemen (1, 2, atau 3) pada saat observasi 2. Angka-angka dalam tabel di bawah HASIL PENILAIAN adalah nilai hasil observasi elemen-elemen standar apotek 3. Besaran nilai setiap elemen standar adalah bobot nilai (4, 2, atau 0) sesuai pilihan deskripsi elemen (1, 2, atau 3) pada saat observasi 202 Universitas Sumatera Utara Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN 1 4 BOBOT NILAI 2 2 HASIL PENILAIAN 3 0 1.6. Pelayanan langsung apoteker: Setiap hari pada jam buka, minimal ada satu apoteker pendamping Setiap hari pada jam tertentu Tidak setiap hari 0 1.7 Hubungan profesional apoteker dengan dokter, untuk kemungkinan manajemen terapi terbaik bagi pasien: Dibangun Tidak ada deskripsi Tidak dibangun 0 1.8. Konsultasi dan kerjasama apoteker dengan apoteker dari apotek lain, menuju praktik farmasi yang baik: Dilakukan Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 0 1.9. Sikap apoteker terhadap kejadian kesalahan terapi: Menindaklanjuti secara langsung penyelesaiannya Tidak ada deskripsi Tidak menindaklanjuti secara langsung penyelesaiannya 0 1.10 Sikap apoteker terhadap kritik konstruktif: Menyediakan kotak saran Tidak ada deskripsi Tidak menyediakan kotak saran 4 203 Universitas Sumatera Utara Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN 1 4 BOBOT NILAI 2 2 HASIL PENILAIAN 3 0 1.11. Sikap apoteker terhadap seminar/pelatihan yang diselenggarakan organisasi profesi/perguruan tinggi farmasi setempat dalam rangka belajar sepanjang hayat: Lebih 60% berpartisipasi/mengikuti Kurang dari 60% berpartisipasi/mengikuti Kurang dari 30% berpartisipasi/mengikuti 4 1.12. Penilaian apoteker sendiri atas kompetensi dan aktivitas profesionalnya : Dilakukan Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 4 2.1. Mewujudkan kualitas dan akuntabilitas kerja: Menerapkan standar prosedur opersional dalam menyelesaian semua pekerjaan Tidak ada deskripsi Tidak berpedoman pada standar prosedur opersional dalam menyelesaian semua pekerjaan 4 2.2. Pemenuhan kebutuhan pasien dalam hal barang tidak tersedia: Diusahakan dari tempat lain tanpa biaya tambahan Diusahakan dari tempat lain dengan biaya tambahan Tidak diusahakan dari tempat lain 4 2.3. Fasilitas untuk mengikuti program pengembangan profesi berkelanjutan dalam rangka peningkatan kompetensi: Lebih dari 60% diberikan apotek Kurang dari 60% diberikan apotek Kurang dari 30% diberikan apotek 4 Standar 2. MANAJERIAL 204 Universitas Sumatera Utara Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 HASIL PENILAIAN 2.4. Akses ke sumber informasi internet dan berbagai literatur untuk memungkinkan praktik apoteker menjadi lebih baik: Disediakan apotek Tidak ada deskripsi Tidak disediakan apotek 4 2.5. Pengelolaan sediaan farmasi: Melalui perencanaan yang baik, didukung kartu stok dan buku catatan barang kosong Melalui perencanaan yang kurang baik, hanya didukung salah satu kartu stok atau buku catatan barang kosong Melalui perencanaan yang tidak baik, tidak didukung kartu stok maupun buku catatan barang kosong 4 2.6. Pengadaan sediaan farmasi hubungannya dengan kualitas: Melalui jalur resmi Tidak ada deskripsi Tidak hanya melalui jalur resmi 4 2.7. Penyimpanan sediaan farmasi: Didukung fasilitas yang memadai: lemari pendingin khusus, rak yang memenuhi persyaratan penyimpanan dengan temperatur ruangan yang telah ditetapkan, dengan penataan yang sangat teratur untuk mempermudah pencarian Kurang didukung fasilitas yang memadai: lemari pendingin dipakai umum, rak yang kurang memenuhi syarat-syarat penyimpanan, dengan penataan yang kurang teratur Tidak didukung fasilitas yang memadai: lemari pendingin tidak ada, rak yang tidak memenuhi syaratsyarat penyimpanan, dengan penataan yang tidak teratur 4 205 Universitas Sumatera Utara Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN BOBOT NILAI 1 2 4 Membuat penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun ke depan akan kadaluwarsa, memisahkan obat-obat yang sudah kadaluwarsa/rusak 2 Tidak membuat penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun ke depan akan kadaluwarsa, memisahkan obat-obat yang sudah kadaluwarsa/rusak 2.9. Penataan lingkungan apotek: Sesuai dengan fungsi area/ruangan yang mencerminkan pengaturan profesional 2.10. Area Konseling: HASIL PENILAIAN 3 0 Tidak menangani secara khusus obat-obat kadaluwarsa/rusak 4 Kurang sesuai dengan fungsi area/ruangan Tidak melakukan penataan lingkungan apotik 4 Tertutup/terpisah dari kegiatan lain Tidak terpisah dari kegiatan lain Tidak mempunyai area konseling 4 2.11. Ruang Tunggu: Nyaman Seadanya Tidak punya 4 2.12. Besaran imbalan apoteker sebagai tenaga profesional: Layak sesuai ketentuan, ditambah insentif sesuai omset Layak sesuai ketentuan Tidak layak, tidak sesuai ketentuan 4 Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0 2.8. Penanganan obat kadaluwarsa/rusak: Standar 3. DISPENSING 3.1. Pengecekan persyaratan administratif resep: 206 Universitas Sumatera Utara Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN BOBOT NILAI 1 2 3 4 2 0 HASIL PENILAIAN 3.2. Pertimbangan aspek ekonomi obat: Dilakukan oleh Apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0 3.3. Pemberian alternatif pilihan untuk pemenuhan kebutuhan terkait ketidakmampuan pasien untuk membayar: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0 3.4. Penyerahan obat keras: Hanya melalui resep dokter, oleh apoteker Kecuali dengan resep dokter, dilayani tanpa resep dokter oleh tenaga kefarmasian Kecuali dengan resep dokter, dilayani tanpa resep dokter oleh siapa saja 0 3.5. Penyerahan obat atas resep dokter: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0 3.6. Penjelasan dan informasi obat: Diberikan oleh apoteker Diberikan oleh tenaga kefarmasian Diberikan oleh siapa saja 0 4.1. Konseling pada penggunaan obat: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0 4.2. Komunikasi dengan dokter tentang resep atau tentang pemberian terapi pasien: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0 Standar 4. ASUHAN KEFARMASIAN 207 Universitas Sumatera Utara Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 HASIL PENILAIAN 4.3. Pertimbangan kesesuaian farmasetik: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0 4.4. Pertimbangan Klinis: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0 4.5. Catatan Pengobatan Pasien: Diselenggarakan oleh apoteker Diselenggarakan oleh tenaga kefarmasian Diselenggarakan oleh siapa saja 0 4.6. Monitoring Penggunaan Obat: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0 4.7. Pemilihan pengobatan tanpa resep yang paling sesuai bagi pasien: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0 4.8. Rujukan pasien ke dokter bila diperlukan: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0 Disediakan oleh tenaga kefarmasian Disediakan oleh siapa saja 0 Standar 5. PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT 5.1. Informasi kesehatan termasuk informasi obat bagi masyarakat, pasien, dan tenaga kesehatan lain: Disediakan oleh Apoteker 208 Universitas Sumatera Utara Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN BOBOT NILAI 5.2. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat: 1 4 2 2 Dilakukan melalui diseminasi informasi: penyebaran leaflet/brosur atau poster; dan kegiatan pengabdian masyarakat: penyuluhan dan sejenisnya Tidak ada deskripsi Kehadiran Imbalan Omset Kehadiran Apoteker: 0 : 1 kali sebulan 1 : 1 kali seminggu 2 : 2-4 kali seminggu HASIL PENILAIAN 3 0 Tidak dilakukan 4 0 4 Kepemilikan 3 : setiap hari pada jam tertentu 4 : setiap jam buka apotek Apoteker Pendamping Omset per hari/Imbalan per bulan: TTK 1 : =< 2.000.000 2 : >2.000.000 s/d 3.000.000 3 : >3.000.000 s/d 5.000.000 4 : >5.000.000 Identitas: Nama Apotek: Alamat: 209 Universitas Sumatera Utara Lampiran 9. Lembar Penentuan Kriteria Praktik Farmasi Komunitas Nama Apotek: Kab./Kota: Hasil ke: . . Poin kumulatif: 64 Alamat: Provinsi: 1.3 1.4 0 0 2.3 2.4 4 4 Akreditasi: 1.10 1.11 4 4 2.10 2.11 4 4 tidak terakreditasi 1.12 total rerata 4 12 1.00 2.12 total rerata 4 48 4.00 Standar 1: Profesionalisme Standar 2: Manajerial Standar 3: Dispensing Standar 4: Asuhan Kefarmasian Standar 5: Pelayanan Kesmas ASPEK STANDAR Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 1.1 0 2.1 4 1.2 0 2.2 4 3.1 0 4.1 0 5.1 3.2 0 4.2 0 5.2 0 4 3.3 0 4.3 0 total 4 3.4 0 4.4 0 rerata 1.5 0 2.5 4 1.6 0 2.6 4 Tahapan: . . 1.7 1.8 0 0 2.7 2.8 4 4 3.5 0 4.5 0 3.6 0 4.6 0 total rerata 0 0 4.7 4.8 total rerata 0 0 0 0 0.00 2.00 Rekomendasi Asesor 2 IDEAL NILAI KRITERIA 4 1.00 tidak layak 4 4.00 sangat baik 4 0.00 sangat tidak layak 4 4 1.9 0 2.9 4 4 3 2 1 0 5 sangat tidak layak kurang 4 1 2 3 kriteria: bawah standar TINDAK LANJUT: peringatan KEPUTUSAN AKHIR: Pencabutan Izin Sementara Pencabutan Izin Tetap 210 Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. Aspek Permasalahan Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar Aspek Standar Elemen Standar Profesionalisme 1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi sumpah/janji dalam melaksanakan praktik kefarmasian: 1 Senantiasa berpegang teguh pada sumpah/janji 2 Tidak sepenuhnya berpegang teguh pada sumpah/janji 3 Tidak berpegang teguh pada sumpah/janji Profesionalisme Rumusan Penilaian 1.2. Akuntabilitas apoteker memenuhi kode etik apoteker Indonesia, dalam bertindak dan mengambil keputusan: 1 Berpedoman pada prinsip-prinsip kode etik 2 Tidak sepenuhnya berpedoman pada prinsip-prinsip kode etik 3 Tidak pernah bertindak dan mengambil keputusan A A Tahapan Pembinaan Variabel Level Kehadiran (lk) Level Kehadiran (lk) Tahap Awal Tahap Antara Tahap Lanjut lk >2 ≈ 4; lk >2 ≈ 4; lk >2 ≈ 4; lk =2 ≈ 2; lk =2 ≈ 2; lk =2 ≈ 2; lk <2 ≈ 0 lk <2 ≈ 0 lk <2 ≈ 0 lk >2 ≈ 4; lk >2 ≈ 4; lk >2 ≈ 4; lk =2 ≈ 2; lk =2 ≈ 2; lk =2 ≈ 2; lk <2 ≈ 0 lk <2 ≈ 0 lk <2 ≈ 0 Keterangan: lk >2 ≈ 4: Untuk level kehadiran lebih dari 2 diberikan bobot nilai 4 lk =2 ≈ 2: Untuk level kehadiran sama dengan 2 diberikan bobot nilai 2 lk <2 ≈ 0: Untuk level kehadiran kurang dari 2 diberikan bobot nilai 0 211 Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. Aspek Permasalahan Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan) Aspek Standar Profesionalisme Profesionalisme Profesionalisme Rumusan Penilaian Elemen Standar 1.3. Komitmen bekerja apoteker: 1 Menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar praktik 2 Menunjukkan kinerja terbaik sesuai kondisi dan situasi 3 Tidak menunjukkan kinerja A 1.4. Kemandirian sikap apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian: 1 Mempunyai kemandirian sikap, tanpa intervensi orang lain 2 Tidak mempunyai kemandirian sikap, mengikuti kondisi dan situasi 3 Tidak melakukan praktik kefarmasian 1.5. Perlakuan apoteker kepada pasien: 1 Berinteraksi dengan pasien, lepas dari kondisi dan situasi 2 Berinteraksi dengan pasien, tergantung kondisi dan situasi 3 Tidak berinteraksi dengan pasien A B Tahapan Pembinaan Variabel Level Kehadiran (lk) Level Kehadiran (lk) Level Kehadiran (lk) Tahap Awal Tahap Antara Tahap Lanjut lk >2 ≈ 4; lk >2 ≈ 4; lk >2 ≈ 4; lk =2 ≈ 2; lk =2 ≈ 2; lk =2 ≈ 2; lk <2 ≈ 0 lk <2 ≈ 0 lk <2 ≈ 0 lk >2 ≈ 4; lk >2 ≈ 4; lk >2 ≈ 4; lk =2 ≈ 2; lk =2 ≈ 2; lk =2 ≈ 2; lk <2 ≈ 0 lk <2 ≈ 0 lk <2 ≈ 0 lk >2 ≈ 4; lk >2 ≈ 4; lk =2 ≈ 2; lk =2 ≈ 2; lk <2 ≈ 0 lk <2 ≈ 0 Observasi 212 Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan) Aspek Permasalahan Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Aspek Standar Rumusan Penilaian Elemen Standar Variabel Tahap Awal Tahap Antara Tahap Lanjut lk =4 ≈ 4; 1.6. Pelayanan langsung apoteker: 1 Setiap hari pada jam buka, minimal ada satu apoteker pendamping 2 Setiap hari pada jam tertentu 3 Tidak setiap hari C Profesionalisme 1.7. Hubungan profesional apoteker dengan dokter, untuk kemungkinan terapi terbaik bagi pasien: 1 Dibangun 2 Tidak ada deskripsi 3 Tidak dibangun D Profesionalisme 1.8. Konsultasi dan kerjasama apoteker dengan apoteker dari apotek lain, menuju praktik farmasi yang baik: 1 Dilakukan 2 Tidak ada deskripsi 3 Tidak dilakukan Profesionalisme Tahapan Pembinaan Level Kehadiran (lk) lk >2 ≈ 2; lk =3 ≈ 2; Observasi lk ≤2 ≈ 0 lk <2 ≈ 0 D Level Kehadiran (lk) Level Kehadiran (lk) lk >2 ≈ 4; lk >2 ≈ 4; Observasi lk ≤2 ≈ 0 lk ≤2 ≈ 0 lk >2 ≈ 4; lk >2 ≈ 4; lk ≤2 ≈ 0 lk ≤2 ≈ 0 Observasi 213 Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan) Aspek Permasalahan Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Komitmen Komitmen Aspek Standar Tahapan Pembinaan Rumusan Penilaian Variabel Profesionalisme 1.9. Sikap apoteker terhadap kejadian kesalahan terapi: 1 Menindaklanjuti secara langsung penyelesaiannya 2 Tidak ada deskripsi 3 Tidak menindaklanjuti secara langsung penyelesaiannya D Level Kehadiran (lk) Profesionalisme 1.10. Sikap apoteker terhadap kritik konstruktif: 1 Menyediakan kotak saran 2 Tidak ada deskripsi 3 Tidak menyediakan kotak saran G Fakta Lapangan Observasi Observasi Observasi Profesionalisme 1.11. Sikap apoteker terhadap seminar/pelatihan yang diselenggarakan organisasi profesi/perguruan tinggi farmasi setempat dalam rangka belajar sepanjang hayat: 1 Lebih 60% berpartisipasi/mengikuti 2 Kurang dari 60% berpartisipasi/mengikuti 3 Kurang dari 30% berpartisipasi/mengikuti G Fakta Lapangan Observasi Observasi Observasi Elemen Standar Tahap Awal lk >2 ≈ 4; Tahap Antara Tahap Lanjut lk >2 ≈ 4; Observasi lk ≤2 ≈ 0 lk ≤2 ≈ 0 214 Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan) Aspek Permasalahan Komitmen Dukungan manajemen Dukungan manajemen Aspek Standar Rumusan Penilaian Elemen Standar Tahapan Pembinaan Variabel Tahap Awal Tahap Antara Tahap Lanjut Profesionalisme 1.12. Penilaian sendiri atas kompetensi dan aktivitas profesional apoteker: 1 Dilakukan 2 Tidak ada deskripsi 3 Tidak dilakukan G Fakta Lapangan Observasi Observasi Observasi Manajerial 2.1. Kualitas dan akuntabilitas kerja, dalam menyelesaian semua pekerjaan di apotek: 1 Berpedoman pada standar prosedur opersional 2 Tidak ada deskripsi 3 Tidak berpedoman pada standar prosedur opersional G Fakta Lapangan Observasi Observasi Observasi Manajerial 2.2. Pemenuhan kebutuhan pasien dalam hal barang tidak tersedia: 1 Diusahakan dari tempat lain tanpa biaya tambahan 2 Diusahakan dari tempat lain dengan biaya tambahan 3 Tidak diusahakan dari tempat lain G Fakta Lapangan Observasi Observasi Observasi 215 Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan) Aspek Permasalahan Dukungan manajemen Dukungan manajemen Dukungan manajemen Aspek Standar Rumusan Penilaian Elemen Standar Tahapan Pembinaan Variabel Tahap Awal Tahap Antara Tahap Lanjut Manajerial 2.3. Fasilitas untuk mengikuti program pengembangan profesi berkelanjutan dalam rangka peningkatan kompetensi: 1 Lebih dari 60% diberikan apotek 2 Kurang dari 60% diberikan apotek 3 Kurang dari 30% diberikan apotek G Fakta Lapangan Observasi Observasi Observasi Manajerial 2.4. Akses ke sumber informasi internet dan berbagai literatur untuk memungkinkan praktik apoteker menjadi lebih baik: 1 Disediakan apotek 2 Tidak ada deskripsi 3 Tidak disediakan apotek G Fakta Lapangan Observasi Observasi Observasi Manajerial 2.5. Pengelolaan sediaan farmasi: 1 Melalui perencanaan yang baik, didukung kartu stok dan buku catatan barang kosong 2 Melalui perencanaan yang kurang baik, hanya didukung salah satu kartu stok atau buku catatan barang kosong 3 Tidak melalui perencanaan yang baik, tidak didukung kartu stok maupun buku catatan barang kosong G Fakta Lapangan Observasi Observasi Observasi 216 Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan) Aspek Permasalahan Dukungan manajemen Dukungan manajemen Aspek Standar Rumusan Penilaian Elemen Standar Tahapan Pembinaan Variabel Tahap Awal Tahap Antara Tahap Lanjut Manajerial 2.6. Pengadaan sediaan farmasi hubungannya dengan kualitas: 1 Melalui jalur resmi 2 Tidak ada deskripsi 3 Tidak hanya melalui jalur resmi G Fakta Lapangan Observasi Observasi Observasi Manajerial 2.7. Penyimpanan sediaan farmasi: 1 Didukung fasilitas yang memadai: lemari pendingin khusus, rak yang memenuhi persyaratan penyimpanan dengan temperatur ruangan yang telah ditetapkan, dengan penataan yang sangat teratur untuk mempermudah pencarian 2 Kurang didukung fasilitas yang memadai: lemari pendingin dipakai umum, rak yang kurang memenuhi syarat-syarat penyimpanan, dengan penataan yang kurang teratur 3 Tidak didukung fasilitas yang memadai: lemari pendingin tidak ada, rak yang tidak memenuhi syarat-syarat penyimpanan, dengan penataan yang tidak teratur G Fakta Lapangan Observasi Observasi Observasi 217 Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan) Aspek Permasalahan Dukungan manajemen Dukungan manajemen Dukungan manajemen Aspek Standar Elemen Standar Rumusan Penilaian Manajerial 2.8. Penanganan obat kadaluwarsa/rusak: 1 Membuat penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun ke depan akan kadaluwarsa, memisahkan obat-obat yang sudah kadaluwarsa/rusak 2 Tidak membuat penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun ke depan akan kadaluwarsa, memisahkan obat-obat yang sudah kadaluwarsa/rusak 3 Tidak menangani secara khusus obat-obat kadaluwarsa/rusak G Manajerial 2.9. Penataan lingkungan apotek: 1 Sesuai dengan fungsi area/ruangan yang mencerminkan pengaturan profesional 2 Kurang sesuai dengan fungsi area/ruangan 3 Tidak melakukan penataan lingkungan apotik Manajerial 2.10. Area Konseling: 1 Tertutup/terpisah dari kegiatan lain 2 Terbuka/tidak terpisah dari kegiatan lain 3 Tidak mempunyai area konseling Tahapan Pembinaan Variabel Tahap Awal Tahap Antara Tahap Lanjut Fakta Lapangan Observasi Observasi Observasi G Fakta Lapangan Observasi Observasi Observasi G Fakta Lapangan Observasi Observasi Observasi 218 Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan) Aspek Permasalahan Dukungan manajemen Dukungan manajemen Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Aspek Standar Rumusan Penilaian Elemen Standar Manajerial 2.11. Ruang Tunggu: 1 Nyaman 2 Seadanya 3 Tidak punya Manajerial 2.12. Imbalan apoteker sebagai tenaga profesional: 1 Layak sesuai ketentuan, ditambah insentif sesuai omset 2 Layak sesuai ketentuan 3 Tidak layak, tidak sesuai ketentuan Dispensing G F Tahapan Pembinaan Variabel Fakta Lapangan Level Imbalan (li) Tahap Awal Tahap Antara Tahap Lanjut Observasi Observasi Observasi li >2 ≈ 4; li >2 ≈ 4; li >2 ≈ 4; li =2 ≈ 2; li =2 ≈ 2; li =2 ≈ 2; li =1 ≈ 0 li =1 ≈ 0 li =1 ≈ 0 lk =4 ≈ 4; 3.1. Persyaratan administratif resep: 1 Dilakukan oleh apoteker 2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian 3 Dilakukan oleh siapa saja E Level Kehadiran (lk) lk >1 ≈ 2; lk >1 ≈ 2; Observasi lk ≤1 ≈ 0 lk ≤1 ≈ 0 219 Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan) Aspek Permasalahan Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Aspek Standar Dispensing Profesionalisme Dispensing Rumusan Penilaian Elemen Standar Tahapan Pembinaan Variabel Tahap Awal Tahap Antara Tahap Lanjut lk =4 ≈ 4; 3.2. Pertimbangan aspek ekonomi obat: 1 Dilakukan oleh Apoteker 2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian 3 Dilakukan oleh siapa saja E Level Kehadiran (lk) lk >1 ≈ 2; lk >1 ≈ 2; Observasi lk ≤1 ≈ 0 lk ≤1 ≈ 0 3.3. Pemberian alternatif pilihan untuk pemenuhan kebutuhan terkait ketidakmampuan pasien untuk membayar: 1 Dilakukan oleh apoteker 2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian 3 Dilakukan oleh siapa saja 3.4. Penyerahan obat keras: 1 Hanya melalui resep dokter, oleh apoteker 2 Kecuali dengan resep dokter, dilayani tanpa resep dokter oleh tenaga kefarmasian 3 Kecuali dengan resep dokter, dilayani tanpa resep dokter oleh siapa saja lk =4 ≈ 4; E Level Kehadiran (lk) lk >1 ≈ 2; lk >1 ≈ 2; Observasi lk ≤1 ≈ 0 lk ≤1 ≈ 0 lk =4 ≈ 4; E Level Kehadiran (lk) lk >1 ≈ 2; lk >1 ≈ 2; Observasi lk ≤1 ≈ 0 lk ≤1 ≈ 0 220 Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan) Aspek Permasalahan Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Aspek Standar Dispensing Dispensing Asuhan Kefarmasian Asuhan Kefarmasian Rumusan Penilaian Elemen Standar Tahapan Pembinaan Variabel Tahap Awal Tahap Antara Tahap Lanjut lk =4 ≈ 4; 3.5. Penyerahan obat atas resep dokter: 1 Dilakukan oleh apoteker 2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian 3 Dilakukan oleh siapa saja E Level Kehadiran (lk) lk >1 ≈ 2; lk >1 ≈ 2; Observasi lk ≤1 ≈ 0 lk ≤1 ≈ 0 lk =4 ≈ 4; 3.6. Penjelasan dan informasi obat: 1 Diberikan oleh Apoteker 2 Diberikan tenaga kefarmasian 3 Diberikan oleh siapa saja E Level Kehadiran (lk) lk >1 ≈ 2; lk >1 ≈ 2; Observasi lk ≤1 ≈ 0 lk ≤1 ≈ 0 lk =4 ≈ 4; 4.1. Konseling pada penggunaan obat: 1 Dilakukan oleh apoteker 2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian 3 Dilakukan oleh siapa saja E Level Kehadiran (lk) lk >1 ≈ 2; lk >1 ≈ 2; Observasi lk ≤1 ≈ 0 lk ≤1 ≈ 0 4.2. Komunikasi dengan dokter tentang pemberian terapi pasien 1 Dilakukan oleh apoteker 2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian 3 Dilakukan oleh siapa saja lk =4 ≈ 4; E Level Kehadiran (lk) lk >1 ≈ 2; lk >1 ≈ 2; Observasi lk ≤1 ≈ 0 lk ≤1 ≈ 0 221 Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan) Aspek Permasalahan Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Aspek Standar Asuhan Kefarmasian Asuhan Kefarmasian Asuhan Kefarmasian Asuhan Kefarmasian Rumusan Penilaian Elemen Standar Tahapan Pembinaan Variabel Tahap Awal Tahap Antara Tahap Lanjut lk =4 ≈ 4; 4.3. Pertimbangan kesesuaian farmasetik: 1 Dilakukan oleh apoteker 2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian 3 Tidak dilakukan E Level Kehadiran (lk) lk >1 ≈ 2; lk >1 ≈ 2; Observasi lk ≤1 ≈ 0 lk ≤1 ≈ 0 lk =4 ≈ 4; 4.4. Pertimbangan Klinis: 1 Dilakukan oleh apoteker 2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian 3 Dilakukan oleh siapa saja E Level Kehadiran (lk) lk >1 ≈ 2; lk >1 ≈ 2; Observasi lk ≤1 ≈ 0 lk ≤1 ≈ 0 4.5. Catatan Pengobatan Pasien: 1 Diselenggarakan oleh apoteker 2 Diselenggarakan oleh tenaga kefarmasian 3 Diselenggarakan oleh siapa saja lk =4 ≈ 4; E Level Kehadiran (lk) lk >1 ≈ 2; lk >1 ≈ 2; Observasi lk ≤1 ≈ 0 lk ≤1 ≈ 0 lk =4 ≈ 4; 4.6. Monitoring Penggunaan Obat: 1 Dilakukan oleh apoteker 2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian 3 Dilakukan oleh siapa saja E Level Kehadiran (lk) lk >1 ≈ 2; lk >1 ≈ 2; Observasi lk ≤1 ≈ 0 lk ≤1 ≈ 0 222 Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan) Aspek Permasalahan Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Komitmen kehadiran dan keterlibatan apoteker Aspek Standar Elemen Standar Asuhan Kefarmasian 4.7. Pemilihan pengobatan tanpa resep yang paling sesuai bagi pasien: 1 Dilakukan oleh apoteker 2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian 3 Dilakukan oleh siapa saja Asuhan Kefarmasian Pelayanan Kesmas Rumusan Penilaian Tahapan Pembinaan Variabel Tahap Awal Tahap Antara Tahap Lanjut lk =4 ≈ 4; E Level Kehadiran (lk) lk >1 ≈ 2; lk >1 ≈ 2; Observasi lk ≤1 ≈ 0 lk ≤1 ≈ 0 lk =4 ≈ 4; 4.8. Bila diperlukan, rujukan pasien ke dokter: 1 Dilakukan oleh apoteker 2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian 3 Tidak dilakukan E Level Kehadiran (lk) lk >1 ≈ 2; lk >1 ≈ 2; Observasi lk ≤1 ≈ 0 lk ≤1 ≈ 0 lk =4 ≈ 4; 5.1. Informasi kesehatan bagi masyarakat, pasien, dan tenaga kesehatan lain 1 Disediakan oleh Apoteker 2 Disediakan oleh tenaga kefarmasian 3 Tidak disediakan E Level Kehadiran (lk) lk >1 ≈ 2; lk >1 ≈ 2; Observasi lk ≤1 ≈ 0 lk ≤1 ≈ 0 223 Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan) Aspek Permasalahan Dukungan manajemen Aspek Standar Pelayanan Kesmas Elemen Standar Rumusan Penilaian 5.2. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat: 1 Dilakukan melalui diseminasi informasi: penyebaran leaflet/brosur atau poster; dan kegiatan pengabdian masyarakat: penyuluhan dan sejenisnya 2 Tidak ada deskripsi 3 Tidak dilakukan G Tahapan Pembinaan Variabel Fakta Lapangan Tahap Awal Tahap Antara Tahap Lanjut Observasi Observasi Observasi Keterangan: Kode level frekuensi kehadiran (lk) apoteker: 0: sekali dalam sebulan 1: sekali dalam seminggu 2: 2-4 kali dalam seminggu 3: setiap hari pada jam tertentu 4: sepanjang jam buka apotek, ada apoteker pendamping Kode level besaran imbalan (li) apoteker: 1: ≤ 2 juta rupiah per bulan 2: > 2 juta rupiah s/d 3 juta rupiah 3: > 3 juta rupiah s/d 5 juta rupiah 4: > 5 juta rupiah 224 Universitas Sumatera Utara Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 Standar 1. PROFESIONALISME 1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi sumpah/janji dalam melaksanakan praktik kefarmasian: Senantiasa berpegang teguh pada sumpah/janji Tidak sepenuhnya berpegang teguh pada sumpah/janji Tidak berpegang teguh pada sumpah/janji 4 4 0 0 2 1.2. Akuntabilitas apoteker memenuhi kode etik apoteker Indonesia, dalam bertindak dan mengambil keputusan: Berpedoman pada prinsipprinsip kode etik Tidak sepenuhnya berpedoman pada prinsipprinsip kode etik Tidak pernah bertindak dan mengambil keputusan 4 4 0 0 2 1.3. Komitmen bekerja apoteker: Menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar praktik Menunjukkan kinerja terbaik sesuai kondisi dan situasi Tidak menunjukkan kinerja 4 4 0 0 2 1.4. Kemandirian sikap apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian: Mempunyai kemandirian sikap, tanpa intervensi orang lain Tidak mempunyai kemandirian sikap, mengikuti kondisi dan situasi Tidak melakukan praktik kefarmasian 4 4 0 0 2 Keterangan: 1. HASIL PENILAIAN 5 APOTEK adalah hasil perolehan bobot nilai (4, 2, atau 0) sesuai pilihan deskripsi elemen (1, 2, atau 3) pada saat observasi 5 apotek 2. MDN 1 hingga MDN 5 adalah kode 5 apotek di kota Medan yang diobservasi 3. Angka-angka dalam tabel di bawah HASIL PENILAIAN 5 APOTEK adalah nilai hasil observasi elemen-elemen standar apotek MDN 1 hingga MDN 5 225 Universitas Sumatera Utara Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan) HASIL PENILAIAN 5 APOTEK DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 1.5. Perlakuan apoteker kepada pasien: Berinteraksi dengan pasien, terlepas dari kondisi dan situasi Berinteraksi dengan pasien, tergantung kondisi dan situasi Tidak berinteraksi dengan pasien 4 4 0 0 2 1.6. Pelayanan langsung apoteker: Setiap hari pada jam buka, minimal ada satu apoteker pendamping Setiap hari pada jam tertentu Tidak setiap hari 2 4 0 0 0 1.7 Hubungan profesional apoteker dengan dokter, untuk kemungkinan manajemen terapi terbaik bagi pasien: Dibangun Tidak ada deskripsi Tidak dibangun 4 4 0 0 0 1.8. Konsultasi dan kerjasama apoteker dengan apoteker dari apotek lain, menuju praktik farmasi yang baik: Dilakukan Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 4 4 0 0 0 1.9. Sikap apoteker terhadap kejadian kesalahan terapi: Menindaklanjuti secara langsung penyelesaiannya Tidak ada deskripsi Tidak menindaklanjuti secara langsung penyelesaiannya 4 4 0 0 0 226 Universitas Sumatera Utara Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan) HASIL PENILAIAN 5 APOTEK DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 1.10 Sikap apoteker terhadap kritik konstruktif: Menyediakan kotak saran Tidak ada deskripsi Tidak menyediakan kotak saran 0 4 0 0 4 1.11. Sikap apoteker terhadap seminar/pelatihan yang diselenggarakan organisasi profesi/perguruan tinggi farmasi setempat dalam rangka belajar sepanjang hayat: Lebih 60% berpartisipasi/mengikuti Kurang dari 60% berpartisipasi/mengikuti Kurang dari 30% berpartisipasi/mengikuti 4 4 0 4 0 1.12. Penilaian apoteker sendiri atas kompetensi dan aktivitas profesionalnya : Dilakukan Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 4 4 0 4 4 2.1. Mewujudkan kualitas dan akuntabilitas kerja: Menerapkan standar prosedur opersional dalam menyelesaian semua pekerjaan Tidak ada deskripsi Tidak berpedoman pada standar prosedur opersional dalam menyelesaian semua pekerjaan 0 4 0 0 0 2.2. Pemenuhan kebutuhan pasien dalam hal barang tidak tersedia: Diusahakan dari tempat lain tanpa biaya tambahan Diusahakan dari tempat lain dengan biaya tambahan Tidak diusahakan dari tempat lain 4 4 0 0 4 Standar 2. MANAJERIAL 227 Universitas Sumatera Utara Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 2.3. Fasilitas untuk mengikuti program pengembangan profesi berkelanjutan dalam rangka peningkatan kompetensi: Lebih dari 60% diberikan apotek Kurang dari 60% diberikan apotek Kurang dari 30% diberikan apotek 4 4 0 4 0 2.4. Akses ke sumber informasi internet dan berbagai literatur untuk memungkinkan praktik apoteker menjadi lebih baik: Disediakan apotek Tidak ada deskripsi Tidak disediakan apotek 4 4 0 0 0 2.5. Pengelolaan sediaan farmasi: Melalui perencanaan yang baik, didukung kartu stok dan buku catatan barang kosong Melalui perencanaan yang kurang baik, hanya didukung salah satu kartu stok atau buku catatan barang kosong Melalui perencanaan yang tidak baik, tidak didukung kartu stok maupun buku catatan barang kosong 2 4 2 2 2 2.6. Pengadaan sediaan farmasi hubungannya dengan kualitas: Melalui jalur resmi Tidak ada deskripsi Tidak hanya melalui jalur resmi 4 4 0 0 4 228 Universitas Sumatera Utara Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 2.7. Penyimpanan sediaan farmasi: Didukung fasilitas yang memadai: lemari pendingin khusus, rak yang memenuhi persyaratan penyimpanan dengan temperatur ruangan yang telah ditetapkan, dengan penataan yang sangat teratur untuk mempermudah pencarian Kurang didukung fasilitas yang memadai: lemari pendingin dipakai umum, rak yang kurang memenuhi syarat-syarat penyimpanan, dengan penataan yang kurang teratur Tidak didukung fasilitas yang memadai: lemari pendingin tidak ada, rak yang tidak memenuhi syarat-syarat penyimpanan, dengan penataan yang tidak teratur 2 4 2 2 2 2.8. Penanganan obat kadaluwarsa/rusak: Membuat penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun ke depan akan kadaluwarsa, memisahkan obat-obat yang sudah kadaluwarsa/rusak Tidak membuat penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun ke depan akan kadaluwarsa, memisahkan obat-obat yang sudah kadaluwarsa/rusak Tidak menangani secara khusus obat-obat kadaluwarsa/rusak 4 4 4 4 4 229 Universitas Sumatera Utara Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 2.9. Penataan lingkungan apotek: Sesuai dengan fungsi area/ruangan yang mencerminkan pengaturan profesional Kurang sesuai dengan fungsi area/ruangan Tidak melakukan penataan lingkungan apotik 4 4 2 2 4 2.10. Area Konseling: Tertutup/terpisah dari kegiatan lain Tidak terpisah dari kegiatan lain Tidak mempunyai area konseling 2 2 0 0 2 2.11. Ruang Tunggu: Nyaman Seadanya Tidak punya 2 4 2 2 4 2.12. Besaran imbalan apoteker sebagai tenaga profesional: Layak sesuai ketentuan, ditambah insentif sesuai omset Layak sesuai ketentuan Tidak layak, tidak sesuai ketentuan 4 4 0 2 2 3.1. Pengecekan persyaratan administratif resep: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2 3.2. Pertimbangan aspek ekonomi obat: Dilakukan oleh Apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2 3.3. Pemberian alternatif pilihan untuk pemenuhan kebutuhan terkait ketidakmampuan pasien untuk membayar: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2 Standar 3. DISPENSING 230 Universitas Sumatera Utara Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 3.4. Penyerahan obat keras: Hanya melalui resep dokter, oleh apoteker Kecuali dengan resep dokter, dilayani tanpa resep dokter oleh tenaga kefarmasian Kecuali dengan resep dokter, dilayani tanpa resep dokter oleh siapa saja 2 4 0 0 2 3.5. Penyerahan obat atas resep dokter: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2 3.6. Penjelasan dan informasi obat: Diberikan oleh apoteker Diberikan oleh tenaga kefarmasian Diberikan oleh siapa saja 2 4 0 0 2 Standar 4. ASUHAN KEFARMASIAN 4.1. Konseling pada penggunaan obat: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2 4.2. Komunikasi dengan dokter tentang resep atau tentang pemberian terapi pasien: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2 4.3. Pertimbangan kesesuaian farmasetik: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2 4.4. Pertimbangan Klinis: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2 231 Universitas Sumatera Utara Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 4.5. Catatan Pengobatan Pasien: Diselenggarakan oleh apoteker Diselenggarakan oleh tenaga kefarmasian Diselenggarakan oleh siapa saja 2 4 0 0 2 4.6. Monitoring Penggunaan Obat: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2 4.7. Pemilihan pengobatan tanpa resep yang paling sesuai bagi pasien: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2 4.8. Rujukan pasien ke dokter bila diperlukan: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2 Disediakan oleh tenaga kefarmasian Disediakan oleh siapa saja 2 4 0 0 2 Standar 5. PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT 5.1. Informasi kesehatan termasuk informasi obat bagi masyarakat, pasien, dan tenaga kesehatan lain: Disediakan oleh Apoteker 232 Universitas Sumatera Utara Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 5.2. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat: Dilakukan melalui diseminasi informasi: penyebaran leaflet/brosur atau poster; dan kegiatan pengabdian masyarakat: penyuluhan dan sejenisnya Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan HASIL PENILAIAN 5 APOTEK MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 0 4 0 0 4 233 Universitas Sumatera Utara Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan) Hasil observasi data apotek: Kehadiran Apoteker: 0 : 1 kali sebulan 1 : 1 kali seminggu 2 : 2-4 kali seminggu 3 : setiap hari pada jam tertentu 4 : setiap jam buka apotek : =< 2.000.000 2 : >2.000.000 s/d 3.000.000 3 : >3.000.000 s/d 5.000.000 4 : >5.000.000 3 4 0 0 2 Imbalan Apoteker 4 4 1 2 2 Omset Apotek 3 4 4 4 4 MS BUMN PMA PMA BU 0 1 0 0 0 3 5 2 6 7 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 Kepemilikan Apotek* Apoteker Pendamping Omset apotek per hari/Imbalan apoteker per bulan: 1 Kehadiran Apoteker TTK Nama Apotek: Alamat: Medan Keterangan Kepemilikan Apotek*: MS BUMN PMA BU : Milik Sendiri : Badan Usaha Milik Negara : Pemilik Modal Apotek Perorangan : Badan Usaha Swasta 234 Universitas Sumatera Utara Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan) Nama Apotek: Medan 1 Alamat: Medan Standar 1: Profesionalisme Standar 2: Manajerial Standar 3: Dispensing Standar 4: Asuhan Kefarmasian Standar 5: Pelayanan Kesmas ASPEK STANDAR Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 1.1 4 2.1 0 1.2 4 2.2 4 Kab./Kota: Medan Provinsi: Sumut 1.3 1.4 1.5 4 4 4 2.3 2.4 2.5 4 4 2 3.1 2 4.1 2 5.1 3.2 2 4.2 2 5.2 3.3 3.4 2 2 4.3 4.4 2 2 total rerata 2 0 2 3.5 2 4.5 2 1.6 2 2.6 4 Hasil ke: 1 Tahapan: Awal 1.7 1.8 4 4 2.7 2.8 0 4 3.6 2 4.6 2 total 12 4.7 2 1 IDEAL NILAI KRITERIA 4 3.17 cukup 4 2.50 kurang 4 2.00 kurang 4 2.00 kurang 4 1.00 rerata 2 4.8 2 4 3 2 1 0 5 tidak layak 4 Poin kumulatif: Akreditasi: 1.10 1.11 0 0 2.10 2.11 2 2 1.9 4 2.9 0 1.12 4 2.12 4 98 C total 38 total 30 rerata 3.17 rerata 2.50 Rekomendasi Asesor total 16 rerata 2 1 2 3 kriteria: kurang TINDAK LANJUT: peningkatan keterlibatan KEPUTUSAN AKHIR: Cabut Izin Sementara Cabut Izin Tetap 235 Universitas Sumatera Utara Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan) Nama Apotek: Medan 2 Alamat: Medan Standar 1: Profesionalisme Standar 2: Manajerial Standar 3: Dispensing Standar 4: Asuhan Kefarmasian Standar 5: Pelayanan Kesmas ASPEK STANDAR Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 1.1 4 2.1 4 1.2 4 2.2 4 Kab./Kota: Medan Provinsi: Sumut 1.3 1.4 1.5 4 4 4 2.3 2.4 2.5 4 4 4 3.1 4 4.1 4 5.1 3.2 4 4.2 4 5.2 3.3 3.4 4 4 4.3 4.4 4 4 total rerata 4 4 8 3.5 4 4.5 4 1.6 4 2.6 4 Hasil ke: 1 Tahapan: Lanjut 1.7 1.8 1.9 4 4 4 2.7 2.8 2.9 4 4 4 3.6 4 4.6 4 total rerata 24 4 4.7 4.8 total rerata 4 4 32 4 4.00 1.12 4 2.12 4 158 A total 48 total 46 rerata 4.00 rerata 3.83 Rekomendasi Asesor 4 IDEAL NILAI KRITERIA 4 4.00 sangat baik 4 3.83 sangat baik 4 4.00 sangat baik 4 4.00 sangat baik 4 Poin kumulatif: Akreditasi: 1.10 1.11 4 4 2.10 2.11 2 4 4 3.95 3.9 3.85 3.8 3.75 5 1 2 sangat baik kriteria: sangat baik TINDAK LANJUT: peningkatan standar praktik KEPUTUSAN AKHIR: Cabut Izin Sementara Cabut Izin Tetap 4 3 236 Universitas Sumatera Utara Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan) Nama Apotek: Medan 3 Alamat: Medan Standar 1: Profesionalisme Standar 2: Manajerial Standar 3: Dispensing Standar 4: Asuhan Kefarmasian Standar 5: Pelayanan Kesmas ASPEK STANDAR Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 1.1 0 2.1 0 1.2 0 2.2 0 Kab./Kota: Medan Provinsi: Sumut 1.3 1.4 1.5 0 0 0 2.3 2.4 2.5 0 0 2 3.1 0 4.1 0 5.1 3.2 0 4.2 0 5.2 3.3 0 4.3 0 total 3.4 0 4.4 0 rerata 0 0 0 0 IDEAL 4 4 4 4 NILAI 0.00 1.00 0.00 0.00 KRITERIA sangat tidak layak tidak layak sangat tidak layak sangat tidak layak 4 0.00 sangat tidak layak 3.5 0 4.5 0 1.6 0 2.6 0 Hasil ke: 1 Tahapan: Awal 1.7 1.8 0 0 2.7 2.8 2 4 3.6 0 4.6 0 total 0 4.7 0 rerata 0 4.8 0 4 3 2 1 0 5 4 1.9 0 2.9 2 Poin kumulatif: Akreditasi: 1.10 1.11 0 0 2.10 2.11 0 2 12 tidak terakreditasi 1.12 total rerata 0 0 0.00 2.12 total rerata 0 12 1.00 Rekomendasi Asesor total 0 rerata 0 1 2 3 kriteria: sangat tidak layak TINDAK LANJUT: peringatan KEPUTUSAN AKHIR: Cabut Izin Sementara Cabut Izin Tetap 237 Universitas Sumatera Utara Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan) Nama Apotek: Medan 4 Alamat: Medan Standar 1: Profesionalisme Standar 2: Manajerial Standar 3: Dispensing Standar 4: Asuhan Kefarmasian Standar 5: Pelayanan Kesmas ASPEK STANDAR Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 1.1 0 2.1 0 1.2 0 2.2 0 Kab./Kota: Medan Provinsi: Sumut 1.3 1.4 1.5 0 0 0 2.3 2.4 2.5 4 0 2 3.1 0 4.1 0 5.1 3.2 0 4.2 0 5.2 3.3 0 4.3 0 total 3.4 0 4.4 0 rerata 0 0 0 0 IDEAL 4 4 4 4 NILAI 0.67 1.50 0.00 0.00 KRITERIA sangat tidak layak bawah standar sangat tidak layak sangat tidak layak 4 0.00 sangat tidak layak 3.5 0 4.5 0 Hasil ke: 1 Tahapan: Awal 1.7 1.8 0 0 2.7 2.8 2 4 1.6 0 2.6 0 3.6 0 4.6 0 total 0 4.7 0 4 3 2 1 0 5 4 1.9 0 2.9 2 rerata 0 4.8 0 Poin kumulatif: Akreditasi: 1.10 1.11 0 4 2.10 2.11 0 2 26 tidak terakreditas 1.12 total re 4 8 0 2.12 total re 2 18 1 Rekomendasi Asesor total 0 rerata 0 1 2 3 kriteria: sangat tidak layak TINDAK LANJUT: peringatan KEPUTUSAN AKHIR: Cabut Izin Sementara Cabut Izin Tetap 238 Universitas Sumatera Utara Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan) Nama Apotek: Medan 5 Alamat: Medan Standar 1: Profesionalisme Standar 2: Manajerial Standar 3: Dispensing Standar 4: Asuhan Kefarmasian Standar 5: Pelayanan Kesmas ASPEK STANDAR Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 Kab./Kota: Medan Provinsi: Sumut 1.3 1.4 2 2 2.3 2.4 0 0 1.1 2 2.1 0 1.2 2 2.2 4 3.1 2 4.1 2 5.1 3.2 2 4.2 2 5.2 3.3 2 4.3 2 total 3.4 2 4.4 2 rerata 2 4 6 3 IDEAL NILAI 4 4 4 4 1.50 2.33 2.00 2.00 KRITERIA bawah standar kurang kurang kurang 4 3.00 cukup 1.5 2 2.5 2 1.6 0 2.6 4 3.5 2 4.5 2 3.6 2 4.6 2 Hasil ke: 1 Tahapan: Awal 1.7 1.8 0 0 2.7 2.8 2 4 total 12 4.7 2 4 3 2 1 0 5 4 rerata 2 4.8 2 1.9 0 2.9 4 Poin kumulatif: Akreditasi: 1.10 1.11 4 0 2.10 2.11 2 4 1.12 4 2.12 2 80 C total 18 total 28 rera 1.5 rera 2.3 Rekomendasi Asesor total 16 rerata 2 1 2 3 kriteria: kurang TINDAK LANJUT: peningkatan keterlibatan KEPUTUSAN AKHIR: Cabut Izin Sementara Cabut Izin Tetap 239 Universitas Sumatera Utara Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 Standar 1. PROFESIONALISME 1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi sumpah/janji dalam melaksanakan praktik kefarmasian: Senantiasa berpegang teguh pada sumpah/janji Tidak sepenuhnya berpegang teguh pada sumpah/janji Tidak berpegang teguh pada sumpah/janji 4 4 2 2 4 1.2. Akuntabilitas apoteker memenuhi kode etik apoteker Indonesia, dalam bertindak dan mengambil keputusan: Berpedoman pada prinsipprinsip kode etik Tidak sepenuhnya berpedoman pada prinsipprinsip kode etik Tidak pernah bertindak dan mengambil keputusan 4 4 2 2 4 1.3. Komitmen bekerja apoteker: Menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar praktik Menunjukkan kinerja terbaik sesuai kondisi dan situasi Tidak menunjukkan kinerja 4 4 2 2 4 1.4. Kemandirian sikap apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian: Mempunyai kemandirian sikap, tanpa intervensi orang lain Tidak mempunyai kemandirian sikap, mengikuti kondisi dan situasi Tidak melakukan praktik kefarmasian 4 4 2 2 4 Keterangan: 1. HASIL PENILAIAN 5 APOTEK adalah hasil perolehan bobot nilai (4, 2, atau 0) sesuai pilihan deskripsi elemen (1, 2, atau 3) pada saat observasi 5 apotek 2. MDN 1 hingga MDN 5 adalah kode 5 apotek di kota Medan yang diobservasi 3. Tabel di bawah HASIL PENILAIAN 5 APOTEK yang berlatar warna hitam adalah nilai hasil peningkatan deskripsi elemen-elemen standar dalam proses revitalisasi 240 Universitas Sumatera Utara Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK 1.5. Perlakuan apoteker kepada pasien: Berinteraksi dengan pasien, terlepas dari kondisi dan situasi Berinteraksi dengan pasien, tergantung kondisi dan situasi Tidak berinteraksi dengan pasien 4 4 2 2 4 1.6. Pelayanan langsung apoteker: Setiap hari pada jam buka, minimal ada satu apoteker pendamping Setiap hari pada jam tertentu Tidak setiap hari 2 4 0 0 2 1.7 Hubungan profesional apoteker dengan dokter, untuk kemungkinan manajemen terapi terbaik bagi pasien: Dibangun Tidak ada deskripsi Tidak dibangun 4 4 0 0 4 1.8. Konsultasi dan kerjasama apoteker dengan apoteker dari apotek lain, menuju praktik farmasi yang baik: Dilakukan Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 4 4 0 0 4 1.9. Sikap apoteker terhadap kejadian kesalahan terapi: Menindaklanjuti secara langsung penyelesaiannya Tidak ada deskripsi Tidak menindaklanjuti secara langsung penyelesaiannya 4 4 0 0 4 241 Universitas Sumatera Utara Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan) HASIL PENILAIAN 5 APOTEK DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 1.10 Sikap apoteker terhadap kritik konstruktif: Menyediakan kotak saran Tidak ada deskripsi Tidak menyediakan kotak saran 4 4 4 4 4 1.11. Sikap apoteker terhadap seminar/pelatihan yang diselenggarakan organisasi profesi/perguruan tinggi farmasi setempat dalam rangka belajar sepanjang hayat: Lebih 60% berpartisipasi/mengikuti Kurang dari 60% berpartisipasi/mengikuti Kurang dari 30% berpartisipasi/mengikuti 4 4 4 4 4 1.12. Penilaian apoteker sendiri atas kompetensi dan aktivitas profesionalnya : Dilakukan Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 4 4 4 4 4 2.1. Mewujudkan kualitas dan akuntabilitas kerja: Menerapkan standar prosedur opersional dalam menyelesaian semua pekerjaan Tidak ada deskripsi Tidak berpedoman pada standar prosedur opersional dalam menyelesaian semua pekerjaan 4 4 4 4 4 2.2. Pemenuhan kebutuhan pasien dalam hal barang tidak tersedia: Diusahakan dari tempat lain tanpa biaya tambahan Diusahakan dari tempat lain dengan biaya tambahan Tidak diusahakan dari tempat lain 4 4 4 4 4 Standar 2. MANAJERIAL 242 Universitas Sumatera Utara Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 2.3. Fasilitas untuk mengikuti program pengembangan profesi berkelanjutan dalam rangka peningkatan kompetensi: Lebih dari 60% diberikan apotek Kurang dari 60% diberikan apotek Kurang dari 30% diberikan apotek 4 4 4 4 4 2.4. Akses ke sumber informasi internet dan berbagai literatur untuk memungkinkan praktik apoteker menjadi lebih baik: Disediakan apotek Tidak ada deskripsi Tidak disediakan apotek 4 4 0 0 0 2.5. Pengelolaan sediaan farmasi: Melalui perencanaan yang baik, didukung kartu stok dan buku catatan barang kosong Melalui perencanaan yang kurang baik, hanya didukung salah satu kartu stok atau buku catatan barang kosong Melalui perencanaan yang tidak baik, tidak didukung kartu stok maupun buku catatan barang kosong 4 4 4 4 4 2.6. Pengadaan sediaan farmasi hubungannya dengan kualitas: Melalui jalur resmi Tidak ada deskripsi Tidak hanya melalui jalur resmi 4 4 4 4 4 243 Universitas Sumatera Utara Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 2.7. Penyimpanan sediaan farmasi: Didukung fasilitas yang memadai: lemari pendingin khusus, rak yang memenuhi persyaratan penyimpanan dengan temperatur ruangan yang telah ditetapkan, dengan penataan yang sangat teratur untuk mempermudah pencarian Kurang didukung fasilitas yang memadai: lemari pendingin dipakai umum, rak yang kurang memenuhi syarat-syarat penyimpanan, dengan penataan yang kurang teratur 2.8. Penanganan obat kadaluwarsa/rusak: Membuat penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun ke depan akan kadaluwarsa, memisahkan obat-obat yang sudah kadaluwarsa/rusak Tidak membuat penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun ke depan akan kadaluwarsa, memisahkan obat-obat yang sudah kadaluwarsa/rusak HASIL PENILAIAN 5 APOTEK MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 Tidak didukung fasilitas yang memadai: lemari pendingin tidak ada, rak yang tidak memenuhi syarat-syarat penyimpanan, dengan penataan yang tidak teratur 4 4 4 4 4 Tidak menangani secara khusus obat-obat kadaluwarsa/rusak 4 4 4 4 4 244 Universitas Sumatera Utara Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 2.9. Penataan lingkungan apotek: Sesuai dengan fungsi area/ruangan yang mencerminkan pengaturan profesional Kurang sesuai dengan fungsi area/ruangan Tidak melakukan penataan lingkungan apotik 4 4 4 4 4 2.10. Area Konseling: Tertutup/terpisah dari kegiatan lain Tidak terpisah dari kegiatan lain Tidak mempunyai area konseling 4 4 2 4 4 2.11. Ruang Tunggu: Nyaman Seadanya Tidak punya 4 4 2 4 4 2.12. Besaran imbalan apoteker sebagai tenaga profesional: Layak sesuai ketentuan, ditambah insentif sesuai omset Layak sesuai ketentuan Tidak layak, tidak sesuai ketentuan 4 4 2 2 4 3.1. Pengecekan persyaratan administratif resep: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2 3.2. Pertimbangan aspek ekonomi obat: Dilakukan oleh Apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2 3.3. Pemberian alternatif pilihan untuk pemenuhan kebutuhan terkait ketidakmampuan pasien untuk membayar: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2 Standar 3. DISPENSING 245 Universitas Sumatera Utara Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 3.4. Penyerahan obat keras: Hanya melalui resep dokter, oleh apoteker Kecuali dengan resep dokter, dilayani tanpa resep dokter oleh tenaga kefarmasian Kecuali dengan resep dokter, dilayani tanpa resep dokter oleh siapa saja 2 4 2 2 2 3.5. Penyerahan obat atas resep dokter: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2 3.6. Penjelasan dan informasi obat: Diberikan oleh apoteker Diberikan oleh tenaga kefarmasian Diberikan oleh siapa saja 2 4 2 2 2 Standar 4. ASUHAN KEFARMASIAN 4.1. Konseling pada penggunaan obat: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2 4.2. Komunikasi dengan dokter tentang resep atau tentang pemberian terapi pasien: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2 4.3. Pertimbangan kesesuaian farmasetik: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2 4.4. Pertimbangan Klinis: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2 246 Universitas Sumatera Utara Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 4.5. Catatan Pengobatan Pasien: Diselenggarakan oleh apoteker Diselenggarakan oleh tenaga kefarmasian Diselenggarakan oleh siapa saja 2 4 2 2 2 4.6. Monitoring Penggunaan Obat: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2 4.7. Pemilihan pengobatan tanpa resep yang paling sesuai bagi pasien: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2 4.8. Rujukan pasien ke dokter bila diperlukan: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2 Disediakan oleh tenaga kefarmasian Disediakan oleh siapa saja 2 4 2 2 2 Standar 5. PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT 5.1. Informasi kesehatan termasuk informasi obat bagi masyarakat, pasien, dan tenaga kesehatan lain: Disediakan oleh Apoteker 247 Universitas Sumatera Utara Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan) DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 BOBOT NILAI 4 2 0 5.2. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat: Dilakukan melalui diseminasi informasi: penyebaran leaflet/brosur atau poster; dan kegiatan pengabdian masyarakat: penyuluhan dan sejenisnya Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan HASIL PENILAIAN 5 APOTEK MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 4 4 0 4 4 248 Universitas Sumatera Utara Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan) Hasil observasi data apotek: Kehadiran Apoteker Kehadiran Apoteker: 0 : 1 kali sebulan Imbalan Apoteker 1 : 1 kali seminggu Omset Apotek 2 : 2-4 kali seminggu Kepemilikan Apotek* 3 : setiap hari pada jam tertentu 4 : setiap jam buka apotek Omset apotek per hari/Imbalan apoteker per bulan: Apoteker Pendamping TTK 1 : =< 2.000.000 2 : >2.000.000 s/d 3.000.000 Nama Apotek: 3 : >3.000.000 s/d 5.000.000 Alamat: 4 : >5.000.000 3 4 3 4 4 4 2 2 4 2 2 4 3 3 4 MS BUMN PMA PMA BU 0 3 1 5 0 2 0 6 0 7 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5 Medan Keterangan Kepemilikan Apotek*: MS : Milik Sendiri BUMN : Badan Usaha Milik Negara PMA : Pemilik Modal Apotek Perorangan BU : Badan Usaha Swasta 249 Universitas Sumatera Utara Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan) Nama Apotek: Medan 1 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: Alamat: Medan Provinsi: Sumut 1.3 1.4 4 4 2.3 2.4 4 4 Akreditasi: 1.10 1.11 4 4 2.10 2.11 4 4 Standar 1: Profesionalisme Standar 2: Manajerial Standar 3: Dispensing Standar 4: Asuhan Kefarmasian Standar 5: Pelayanan Kesmas ASPEK STANDAR Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 1.1 4 2.1 4 1.2 4 2.2 4 3.1 2 4.1 2 5.1 3.2 2 4.2 2 5.2 3.3 2 4.3 2 total 3.4 2 4.4 2 rerata 2 4 6 3 IDEAL NILAI 4 4 4 3.83 4.00 2.00 KRITERIA sangat baik sangat baik kurang 4 4 2.00 3.00 kurang cukup 1.5 4 2.5 4 1.6 2 2.6 4 Tahapan: Awal 1.7 1.8 4 4 2.7 2.8 4 4 3.5 2 4.5 2 3.6 2 4.6 2 total 12 4.7 2 rerata 2 4.8 2 4 3 2 1 0 5 4 1.9 4 2.9 4 128 1.12 4 2.12 4 B total 46 total 48 rerata 3.83 rerata 4.00 Rekomendasi Asesor total 16 rerata 2 1 2 3 kriteria: cukup TINDAK LANJUT: peningkatan mutu kinerja KEPUTUSAN AKHIR: Cabut Izin Sementara Cabut Izin Tetap 250 Universitas Sumatera Utara Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan) Nama Apotek: Medan 2 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Lanjut Akreditasi: Standar 1: Profesionalisme Standar 2: Manajerial Standar 3: Dispensing Standar 4: Asuhan Kefarmasian Standar 5: Pelayanan Kesmas ASPEK STANDAR Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 1.1 4 2.1 4 1.2 4 2.2 4 1.3 4 2.3 4 1.4 4 2.4 4 1.5 4 2.5 4 1.6 4 2.6 4 1.7 4 2.7 4 1.8 4 2.8 4 3.1 4 4.1 4 5.1 3.2 4 4.2 4 5.2 3.3 4 4.3 4 total 3.4 4 4.4 4 rerata 3.5 4 4.5 4 3.6 4 4.6 4 total 24 4.7 4 rerata 4 4.8 4 4 4 8 4 IDEAL NILAI 4 4 4 4.00 4.00 4.00 KRITERIA sangat baik sangat baik sangat baik 4 4 4.00 4.00 sangat baik sangat baik 4 3 2 1 0 5 4 1.9 4 2.9 4 1.10 4 2.10 4 160 A 1.11 4 2.11 4 1.12 4 2.12 4 total 48 total 48 rerata 4.00 rerata 4.00 Rekomendasi Asesor total 32 rerata 4 1 2 3 kriteria: sangat baik TINDAK LANJUT: peningkatan standar praktik KEPUTUSAN AKHIR: Cabut Izin Sementara Cabut Izin Tetap 251 Universitas Sumatera Utara Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan) Nama Apotek: Medan 3 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 90 Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Awal Akreditasi: C Standar 1: Profesionalisme Standar 2: Manajerial Standar 3: Dispensing Standar 4: Asuhan Kefarmasian Standar 5: Pelayanan Kesmas ASPEK STANDAR Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 1.1 2 2.1 4 1.2 2 2.2 4 1.3 2 2.3 4 1.4 2 2.4 0 1.5 2 2.5 4 1.6 0 2.6 4 1.7 0 2.7 4 1.8 0 2.8 4 3.1 2 4.1 2 5.1 3.2 2 4.2 2 5.2 3.3 2 4.3 2 total 3.4 2 4.4 2 rerata 3.5 2 4.5 2 3.6 2 4.6 2 total 12 4.7 2 rerata 2 4.8 2 2 0 2 1 IDEAL NILAI 4 4 4 1.83 3.17 2.00 KRITERIA bawah standar cukup kurang 4 2.00 kurang 4 1.00 4 3 2 1 0 5 1.9 0 2.9 4 1.10 4 2.10 2 1.11 4 2.11 2 1.12 4 2.12 2 total 22 total 38 rerata 1.83 rerata 3.17 Rekomendasi Asesor total 16 rerata 2 1 2 kriteria: kurang TINDAK LANJUT: peningkatan keterlibatan KEPUTUSAN AKHIR: Cabut Izin Sementara 4 tidak layak 3 Cabut Izin Tetap 252 Universitas Sumatera Utara Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan) Nama Apotek: Medan 4 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 98 Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Awal Akreditasi: C Standar 1: Profesionalisme Standar 2: Manajerial Standar 3: Dispensing Standar 4: Asuhan Kefarmasian Standar 5: Pelayanan Kesmas ASPEK STANDAR Standar 1 Standar 2 Standar 3 1.1 2 2.1 4 1.2 2 2.2 4 1.3 2 2.3 4 1.4 2 2.4 0 1.5 2 2.5 4 1.6 0 2.6 4 1.7 0 2.7 4 1.8 0 2.8 4 3.1 2 4.1 2 5.1 3.2 2 4.2 2 5.2 3.3 2 4.3 2 total 3.4 2 4.4 2 rerata 3.5 2 4.5 2 3.6 2 4.6 2 total 12 4.7 2 rerata 2 4.8 2 2 4 6 3 IDEAL NILAI 4 4 4 1.83 3.50 2.00 KRITERIA bawah standar baik kurang Standar 4 4 2.00 kurang Standar 5 4 3.00 cukup 4 3 2 1 0 5 1.9 0 2.9 4 1.10 4 2.10 4 1.11 4 2.11 4 1.12 4 2.12 2 total 22 total 42 rerata 1.83 rerata 3.50 Rekomendasi Asesor total 16 rerata 2 1 2 kriteria: kurang TINDAK LANJUT: peningkatan keterlibatan KEPUTUSAN AKHIR: Cabut Izin Sementara 4 3 Cabut Izin Tetap 253 Universitas Sumatera Utara Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan) Nama Apotek: Medan 5 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Awal Akreditasi: Standar 1: Profesionalisme Standar 2: Manajerial Standar 3: Dispensing Standar 4: Asuhan Kefarmasian Standar 5: Pelayanan Kesmas ASPEK STANDAR Standar 1 Standar 2 Standar 3 1.1 4 2.1 4 1.2 4 2.2 4 1.3 4 2.3 4 1.4 4 2.4 0 1.5 4 2.5 4 1.6 2 2.6 4 1.7 4 2.7 4 1.8 4 2.8 4 3.1 2 4.1 2 5.1 3.2 2 4.2 2 5.2 3.3 2 4.3 2 total 3.4 2 4.4 2 rerata 3.5 2 4.5 2 3.6 2 4.6 2 total 12 4.7 2 rerata 2 4.8 2 2 4 6 3 IDEAL NILAI 4 4 4 3.83 3.67 2.00 KRITERIA sangat baik baik kurang Standar 4 4 2.00 kurang Standar 5 4 3.00 cukup 4 3 2 1 0 5 1.9 4 2.9 4 1.10 4 2.10 4 124 B 1.11 4 2.11 4 1.12 4 2.12 4 total 46 total 44 rerata 3.83 rerata 3.67 Rekomendasi Asesor total 16 rerata 2 1 2 kriteria: cukup TINDAK LANJUT: peningkatan mutu kinerja KEPUTUSAN AKHIR: Cabut Izin Sementara 4 3 Cabut Izin Tetap 254 Universitas Sumatera Utara Lampiran 13. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap pendapatnya tentang standar praktik dan aspek aktivitas standar Mann-Whitney Test Test Statisticsa pendapat thd pendapat thd pendapat thd profesionalis- pendapat thd pendapat thd pendapat thd dispensing yankesmas std praktik asuhan manajerial me kefarmasian Mann-Whitney U 18502.500 19884.000 19561.500 19979.500 19806.500 19552.000 Wilcoxon W 45067.500 35284.000 46126.500 46544.500 46371.500 46117.000 -1.393 -.207 -.487 -.125 -.186 -.491 .163 .836 .626 .900 .852 .623 Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: Jenis kelamin Mann-Whitney Test Test Statisticsa pendapat thd pendapat thd pendapat thd profesionalis- pendapat thd pendapat thd pendapat thd dispensing yankesmas std praktik asuhan manajerial me kefarmasian Mann-Whitney U 18650.500 18953.500 18424.500 18631.000 19199.000 18676.000 Wilcoxon W 32511.500 32814.500 32285.500 32492.000 32894.000 32537.000 -1.162 -.902 -1.365 -1.184 -.626 -1.138 .245 .367 .172 .236 .531 .255 Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: lama kelulusan Mann-Whitney Test Test Statisticsa pendapat thd pendapat thd pendapat thd profesionalis- pendapat thd pendapat thd pendapat thd dispensing yankesmas std praktik asuhan std manajerial me kefarmasian Mann-Whitney U 3832.000 4280.500 4385.000 4874.000 4560.000 4237.000 Wilcoxon W 4328.000 4776.500 4881.000 5370.000 5056.000 4733.000 -2.163 -1.337 -1.151 -.245 -.846 -1.414 .031 .181 .250 .807 .398 .157 Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: perguruan tinggi 255 Universitas Sumatera Utara Lampiran 13. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap pendapatnya tentang standar praktik dan aspek aktivitas standar (Sambungan) Mann-Whitney Test Test Statisticsa pendapat thd pendapat thd pendapat thd profesionalis- pendapat thd pendapat thd pendapat thd dispensing yankesmas std praktik asuhan manajerial me kefarmasian Mann-Whitney U 14852.500 17022.000 16719.500 15792.500 16570.500 16030.000 Wilcoxon W 24863.500 27033.000 26730.500 25803.500 26581.500 26041.000 -2.298 -.238 -.529 -1.411 -.639 -1.178 .022 .812 .597 .158 .523 .239 Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: Pekerjaan lain selain APA Mann-Whitney Test Test Statisticsa pendapat thd pendapat thd pendapat thd profesionalis- pendapat thd pendapat thd pendapat thd dispensing yankesmas std praktik asuhan manajerial me kefarmasian Mann-Whitney U 11202.500 11956.000 11332.500 12256.500 11883.500 11565.000 Wilcoxon W 45918.500 46672.000 46048.500 46972.500 46336.500 46281.000 -1.777 -.914 -1.639 -.573 -1.001 -1.359 .076 .361 .101 .566 .317 .174 Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: pengalaman menjadi APA Mann-Whitney Test Test Statisticsa pendapat thd pendapat thd pendapat thd profesionalismanajerial me Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) pendapat thd pendapat thd pendapat thd dispensing yankesmas std praktik asuhan kefarmasian 9975.000 11615.500 9333.500 9734.000 10801.000 10268.500 56946.000 58586.500 56304.500 56705.000 57466.000 57239.500 -2.244 -.365 -2.999 -2.531 -1.333 -1.904 .025 .715 .003 .011 .182 .057 a. Grouping Variable: apa merangkap pma 256 Universitas Sumatera Utara Lampiran 13. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap pendapatnya tentang standar praktik dan aspek aktivitas standar (Sambungan) Mann-Whitney Test Test Statisticsa pendapat thd pendapat thd pendapat thd profesionalis- pendapat thd pendapat thd pendapat thd dispensing yankesmas std praktik asuhan manajerial me kefarmasian Mann-Whitney U 15659.000 15460.500 14331.500 14490.500 15784.500 14762.000 Wilcoxon W 27749.000 27550.500 26421.500 26580.500 27719.500 26852.000 -1.489 -1.679 -2.785 -2.624 -1.342 -2.347 .137 .093 .005 .009 .180 .019 Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: frekuensi kehadiran Mann-Whitney Test Test Statisticsa pendapat thd pendapat thd profesionalis- pendapat thd asuhan pendapat thd pendapat thd pendapat thd me manajerial kefarmasian dispensing yankesmas std praktik Mann-Whitney U 16521.500 16471.500 15990.500 16284.500 16693.000 16900.500 Wilcoxon W 31227.500 31177.500 35691.500 35985.500 31228.000 31606.500 -.400 -.449 -.927 -.635 -.143 -.028 .689 .654 .354 .526 .886 .978 Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: lokasi apotek 257 Universitas Sumatera Utara Lampiran 14. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi komunitas Mann-Whitney Test Ranks Jenis kelamin kriteria tingkat pemenuhan standar N Mean Rank Sum of Ranks Perempuan 53 49.94 2647.00 Laki-laki 50 54.18 2709.00 Total 103 Test Statisticsa kriteria tingkat pemenuhan standar Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: Jenis kelamin 1216.000 2647.000 -.760 .447 Mann-Whitney Test Ranks Perguruan Tinggi kriteria tingkat pemenuhan standar N Mean Rank Sum of Ranks negeri 76 43.42 3300.00 swasta 13 54.23 705.00 Total 89 Test Statisticsa kriteria tingkat pemenuhan standar Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: Perguruan Tinggi 374.000 3300.000 -1.473 .141 258 Universitas Sumatera Utara Lampiran 14. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi komunitas (Sambungan). Mann-Whitney Test Ranks pengalaman menjadi APA kriteria tingkat pemenuhan standar N Mean Rank Sum of Ranks =<5 tahun 58 50.85 2949.50 >5 tahun 39 46.24 1803.50 Total 97 Test Statisticsa kriteria tingkat pemenuhan standar Mann-Whitney U 1023.500 Wilcoxon W 1803.500 Z -.834 Asymp. Sig. (2-tailed) .404 a. Grouping Variable: pengalaman menjadi APA Kruskal-Wallis Test Ranks Pekerjaan lain selain APA kriteria tingkat pemenuhan standar N Mean Rank POM 3 48.17 Kemenkes 9 35.78 RS-Puskesmas 11 46.82 Dosen PTF 22 35.23 Lain-lain 10 35.25 Tidak ada 14 21.86 Total 69 Test Statisticsa,b kriteria tingkat pemenuhan standar Chi-Square df Asymp. Sig. a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Pekerjaan lain selain APA 12.249 5 .032 259 Universitas Sumatera Utara Lampiran 14. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi komunitas (Sambungan). Mann-Whitney Test Ranks Ada tidaknya pekerjaan lain kriteria tingkat pemenuhan standar N Mean Rank Sum of Ranks Tidak Ada 14 21.86 306.00 Ada 55 38.35 2109.00 Total 69 Test Statisticsa kriteria tingkat pemenuhan standar Mann-Whitney U 201.000 Wilcoxon W 306.000 Z -2.880 Asymp. Sig. (2-tailed) .004 a. Grouping Variable: Ada tidaknya pekerjaan lain Mann-Whitney Test Ranks Kehadiran di apotek kriteria tingkat pemenuhan standar N Mean Rank Sum of Ranks tiap hari 62 36.51 2263.50 tidak tiap hari 38 73.33 2786.50 Total 100 Test Statisticsa kriteria tingkat pemenuhan standar Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: Kehadiran di apotek 310.500 2263.500 -6.534 .000 260 Universitas Sumatera Utara Lampiran 14. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi komunitas (Sambungan). Kruskal-Wallis Test Ranks Imbalan per bulan kriteria tingkat pemenuhan standar N Mean Rank =<2.000.000 50 53.23 >2.000.000-3000000 25 34.64 >3000000-5000000 12 31.50 1 10.50 >5000000 Total 88 Test Statisticsa,b kriteria tingkat pemenuhan standar Chi-Square df Asymp. Sig. a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Imbalan per bulan 15.935 3 .001 Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi komunitas (Sambungan) Kruskal-Wallis Test Ranks Kepemilikan Apotek kriteria tingkat pemenuhan standar Milik sendiri N Mean Rank 21 31.26 9 32.83 Perusahaan swasta 13 40.81 Perorangan 55 61.25 Total 98 BUMN Test Statisticsa,b kriteria tingkat pemenuhan standar Chi-Square df Asymp. Sig. a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Kepemilikan Apotek 24.820 3 .000 261 Universitas Sumatera Utara Lampiran 14. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi komunitas (Sambungan). Mann-Whitney Test Ranks lokasi apotek kriteria tingkat pemenuhan standar N Mean Rank Sum of Ranks pulau jawa 49 46.43 2275.00 luar pulau jawa 54 57.06 3081.00 Total 103 Test Statisticsa kriteria tingkat pemenuhan standar Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: lokasi apotek 1050.000 2275.000 -1.904 .057 Kruskal-Wallis Test Ranks rerata omset per hari kriteria tingkat pemenuhan standar N Mean Rank =<2.000.000 40 56.18 >2.000.000-3000000 12 49.50 >3000000-5000000 20 51.35 >5000000 28 42.21 Total 100 Test Statisticsa,b kriteria tingkat pemenuhan standar Chi-Square df Asymp. Sig. a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: rerata omset per hari 4.326 3 .228 262 Universitas Sumatera Utara