KESELARASAN PENDAFTARAN MEREK dan HAKCIPTA

advertisement
perspektif
lenny rachmad
KESELARASAN
PENDAFTARAN
MEREK dan HAKCIPTA
LENNY RACHMAD
Praktikus Hukum
Kerjasama dengan
Team Law Firm James Purba & Partners
Merek adalah bentuk terbaru budaya simbol (symbolic culture) yang
sudah ada sejak dahulu kala. Suatu simbol dalam perjalanannya
akan membentuk opini publik baik positif maupun negatif. Contoh,
tanda/simbol KKK (Ku Klux Klan) di Amerika , selalu diasosiasikan
sebagai simbol rasis. Karena sejak awal digunakannya tiga huruf
ini oleh jendral veteran perang saudara (Nathan Bedford Forrest),
ditujukan untuk menamakan suatu kelompok antikulit hitam yang
sering melakukan teror atau serangan berbau rasis kepada kaum
kulit hitam. Dalam benak masyarakat kulit hitam Amerika, simbol
”KKK” tidak sekedar deretan tiga huruf “K” tanpa makna; tapi bagi
mereka tiga huruf itu artinya: TEROR!
Dalam dunia bisnis pembentukan opini ini sangat penting terutama dalam situasi
persaingan yang semakin ketat seperti sekarang ini. Upaya berbagai perusahaan
dengan berbagai cara mempopulerkan mereknya tidak lain bertujuan agar opini
kosumen ”berpihak” kepadanya. Setelah melekat dalam benak konsumen, suatu
merek akan dianggap sebagai aset tak berwujud bernilai ekonomi tinggi. Merek
yang sudah sangat terkenal oleh empunya diklaim nilainya mencapai miliaran
dollar Amerika.
Atas dasar nilai ekonominya tersebut maka hak atas merek (termasuk juga
hak cipta) dikategorikan sebagai obyek kekayaan intelektual yang dikenal dengan
nama ”hak kekayaan inteletual” (intellectual property rights). Atas dasar ini pula,
merek perlu didaftarkan mendapatkan perlindungan dan pengakuan hak bagi
si pemilik/ perusahaan.
Kiri-kanan: Remigius Jumalan,
James Purba , Efendy. H. Purba, dan
Sarmauli Simangunsong
Law Firm JAMES PURBA & PARTNERS,
Wisma Nugra Santana Lantai 12 (1205),
Jl. Jend. Sudirman, Jakarta Selatan
T: (021) 5703844-45, Fax. (021) 5703846
website : www.jpplawyer.com
Email address : [email protected]
38
juni 2010
Merek tidak lebih dari personifikasi atas suatu barang atau jasa. Merek
berguna untuk membedakan barang atau jasa yang dihasilkan suatu perusahaan
dengan perusaahaan lainnya. Jadi, merek adalah suatu simbol atau tanda yang
menunjukan siapa yang menghasilkan barang atau jasa tersebut dan seringkali
mencerminkan kualitas barang / jasa .
Hak kekayaan intelektual yang erat kaitannya dengan merek (karena dalam
beberapa hal juga besifat distinktif) adalah hak cipta. Hak Cipta merupakan hak
eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan.
Perlindungan hak cipta bersifat otomatis dan timbul setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk yang nyata (tangible form). Pendaftaran hak cipta bersifat
sukarela/tidak wajib kerena pendaftaran tidak menimbulkan hak cipta.
Hak cipta memberikan perlindungan terhadap karyakarya cipta di bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan.
Ciptaan yang dilindungi antara lain buku, program komputer, pamflet, lagu atau musik, rekaman suara, lukisan,
gambar (logo), foto, seni ukir maupun seni kaligrafi. Namun demikian, merek dalam beberapa hal bersinggungan
dengan hak cipta. Hal ini terjadi karena untuk jenis ciptaan
seperti simbol, logo, foto atau gambar bisa didaftarkan sebagai hak cipta dan juga bisa sekaligus sebagai merek.
juga dipermudah karena dalam konsep hukum hak cipta,
pendaftaran tidak menimbulkan hak. Hal ini berbeda dengan merek dimana pihak yang diakui sebagai pemegang
hak adalah pihak yang pertama kali mendaftar (first to file
principle).
Disamping itu, merek yang bisa didaftar adalah yang
memenuhi syarat-syarat tertentu. Tidak semua pemohonan
atas merek dapat didaftarkan, misalnya karena permohonan yang diajukan pemohon beritikad tidak baik. Pemohon
dianggap beritikad tidak baik apabila pemohon merek
tersebut tidak jujur, karena ada niat tersembunyi untuk meniru atau membonceng ketenaran merek orang lain.
MEREK VS. HAK CIPTA
Pemilikan atas merek terutama yang berbentuk logo,
gambar atau sejenisnya,
berpotensi bermasalah
para pelaku usaha cendrung
di kemudian hari apamenekankan pada pendaftaran merek dan
bila si pemilik merek
mengabaikan aspek hak cipta atas suatu
tidak mendaftarkan logo
merek yang hendak didaftar. Atas nama
tersebut untuk mendapenghematan, pelaku usaha/perusahaan,
patkan hak atas merek
seringkali mengabaikan pendaftaran hak
dan atas hak cipta sekacipta. Padahal biaya pendaftaan hak cipta
ligus. Bisa saja terjadi
ini tidak mahal.
logo atau lukisan tertentu
didaftarkan sebagai merek
oleh seseorang sementara ada juga orang lain
mendaftarkannya sebagai
hak cipta.
Tumpang tindih
klaim atas logo pernah
terjadi dalam perkara
merek di Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat,
yang melibatkan suatu
yayasan perguruan tinggi swasta terkenal melawan
rektor universitas tersebut. Pihak yayasan mengklaim bahwa logo perguruan tinggi tersebut telah
didaftarkan sebagai merek oleh pihak yayasan dengan mendapatkan bukti sertifikat pendaftaran yang dikeluarkan Ditjen HKI. Sedangkan rektor mengklaim pihak
Universitas telah mendapatkan Sertifikat Pendaftaran
Ciptaan ( untuk hak cipta) juga dari Ditjen HKI atas logo
yang sama.
Potensi dualisme pemilikan atas logo seperti dalam perkara tersebut di atas, akan selalu terjadi karena
mekanisme pendaftaran kedua hak ini cukup berbeda.
Dalam proses pendaftaran hak cipta tidak mengenal pemeriksaan substantif sehingga sangatlah mudah suatu
ciptaan mendapatkan sertifikat. Pendaftaran hak cipta
Sebaliknya, persyaratan
mendaftarkan ciptaan tidak
serumit pendaftaran merek sehingga lebih gampang mendapatkannya. Ini adalah suatu
dilema yang cukup sulit diatasi,
terutama bila terjadi dualisme
kepemilikan.
Dalam prakteknya selama ini, para pelaku usaha
cenderung menekankan pada
pendaftaran merek dan mengabaikan aspek hak cipta atas
suatu merek yang hendak didaftar. Atas nama penghematan,
pelaku usaha/perusahaan, seringkali mengabaikan pendaftaran hak cipta. Padahal biaya
pendaftaan hak cipta tidak mahal. Tentu ini suatu penghematan berisiko tinggi, apabila dikaitkan dengan potensi
dualisme kepemilikan merek yang hendak didaftarkan seperti contoh kasus yang sedang terjadi pada yayasan dan
rektor universitas tadi.
Untuk mengantisipasi hal seperti di atas, sudah seharusnya suatu logo, gambar, foto atau karya seni lainnya
yang hendak digunakan sebagai merek, selain diajukan
pendaftrannya untuk mendapatkan hak atas merek juga
didaftarkan pula sebagai hak Cipta. Karena kalau sudah
terjadi sengketa, akan selalu sulit diselesaikan dan merugikan para pihak yang bersengketa terutama sipemilik/
penemu merek maupun ciptaannya yang sudah melekat
di hati konsumen dan telah merupakan kekayaan bernilai
tinggi.
juni 2010
39
Download