1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Nilai tanah

advertisement
BAB I
PENGANTAR
1.1 Latar Belakang
Nilai tanah merupakan informasi yang penting untuk keputusan manajemen
baik sektor pemerintah maupun swasta.Pemerintah, sebagai contoh adalah
Pemerintah daerah, membutuhkan informasi nilai tanah sebagai dasar pengenaan
atas Pajak Bumi dan Bangunan yang dikenakan kepada masyarakat.Sektor swasta,
sebagai contoh adalah pihak pengembang dan penilai aset (appraisal)
membutuhkan informasi mengenai nilaitanah guna menentukan lokasi perumahan
dan sebagai dasar untuk menentukan faktor penyesuaian (adjustment) dalam
analisisnya.
Nilai tanah adalah unik.Keunikan nilai tanah disebabkan karena sifat tanah
tanah yang unik yaitu tidak bergerak (immobility), tidak dapat dimusnahkan
(indestructibility) dan tidak ada kesamaan (heterogeneity) (Ratcliff, 1972 dalam
Oetomo, 2006).
Keunikan nilai tanah inilah yang mendorong para ahli untuk melakukan
penelitian dan merumuskan teori mengenai faktor-faktor apa yang mempengaruhi
nilai tanah. Teori mengenai nilai tanah sudah dikenal sejak abad ke 19 yang
diperkenalkan pertama kali oleh David Ricardo dalam bukunya “Principles of
Political Economy and Taxation”. Dalam teori ini disebutkan bahwa sewa lahan
(land rent) dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah dan mengabaikan faktor
lokasi dari pusat kota (Wahyuningsih, M., 2008). Selanjutnya, Thunen (1826)
mengembangkan teori nilai lahan yang menyatakan bahwa pola penggunaan lahan
1
2
sangat ditentukan oleh biaya transportasi yang dikaitkan dengan jarak dan sifat
barang dagangan khususnya hasil pertanian.Alonso (1964) mengembangkan teori
yang lain dengan mencetuskan Teori Bid Rent. Alonso juga mengemukakan empat
asumsi yaitu : (1) one center; (2) flat, features less plain; (3) biaya transportasi
sebanding dengan jarak; dan (4) adanya highest bidder sehingga dimungkinkan
terjadinya free market competition. Teori ini menggunakan konsep dasar sewa
ekonomi (economic rent), yang isinya hampir samadengan Teori Thunen, hanya
saja Teori Thunen dititikberatkan pada suatu kota atau daerah pertanian,
sedangkan Alonso mendeskripsikan kota secara umum.Berry (1963 dalam Billah,
1998) mengungkapkan perbedaan pendapatnya terhadap teori lokasi yang telah
dijelaskan oleh Alonso dan Thunen. Perbedaan pendapat yang disampaikan oleh
Berry terhadap teori Alonso dan Thunen adalah bahwa memang benar jika teori
tersebut diaplikasikan di daerah pedesaan, tetapi tidak sepenuhnya benar untuk
kota-kota besar.Menurut Berry, perbedaan ini salah satunya dipengaruhi oleh
jaringan transportasi. Lokasi perpotongan jaringantransportasi terutama radial
road dan ring road, meskipun tidak berada di pusat kota, menurutBerry akan
memiliki nilai lahan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan lokasi yang lebih
dekatdengan pusat kota. Perpotongan ring road dan radial road tersebut
dinamakan mini peaks (puncak kecil), sedangkan grand peak tetap berada di pusat
kota dengan nilai lahan paling tinggi. TeoriBerry ini terkenal dengan Circus Tend.
Kabupaten Sleman dipilih dalam penelitian ini karena Kabupaten Sleman
merupakan daerah yang sedang mengalami peningkatan bisnis properti tercepat
dibandingkan kabupaten-kabupaten lain di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY). Lengkapnya fasilitas dan infrastruktur menjadikan Kabupaten Sleman
3
menjadi tujuan utama para investor dan developer yang ingin berinvestasi pada
bisnis perumahan dan properti di Propinsi DIY.Tingginya permintaan properti di
Kabupaten Sleman menyebabkan pangsa pasar propertinya adalah yang tertinggi
di Propinsi DIY (Arifin, 2007).Karena keterbatasan waktu, tenaga dan data maka
penelitian difokuskan pada wilayah di Kabupaten Sleman yang masuk ke dalam
Kawasan Perkotaan Yogyakarta, yang selanjutnya disebut KPY.KPY adalah
kawasan perkotaan yang menyatu meliputi sebagian wilayah Kabupaten Sleman,
Kota Yogyakarta dan sebagian wilayah Kabupaten Bantul.Di Kabupaten Sleman
KPY meliputi enam kecamatan yaitu Kecamatan Depok, Mlati, Gamping,
Godean, Ngemplak dan Ngaglik.Penetapan suatu wilayah kabupaten menjadi
KPY membawa konskuensi tingginya nilai tanah pada kawasan tersebut.
1.2 Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai pasar
non perumahan adalah penelitian untuk menentukan seberapa besar faktor-faktor
luas tanah, lebar jalan dan jarak dengan CBD terhadap nilai pasar tanah non
perumahan. Penelitian empiris yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain
sebagai berikut:
1. Harjanto (1999) meneliti pengaruh faktor lokasi aksesibilitas dalam
mempengaruhi nilai tanah. Menurut penelitian ini nilai tanah dipengaruhi oleh
variabel-variabel seperti, jarak ke pusat kota (CBD), lebar jalan, jarak ke
perguruan tinggi, dan kondisi jalan (aspal/bukan).
2. Sutawijaya(2004)
melakukan
penelitian
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi nilai tanah sebagai dasar penilaian Nilai Jual Obyek Pajak
4
(NJOP) PBB di Kota Semarang menyimpulkan bahwa faktor kepadatan
penduduk, jarak ke pusat kota, lebar jalan, kondisi jalan, ketersediaan sarana
transportasi angkutan umum bus/angkot, dan faktor lingkungan yang bebas
banjir sangat berpengaruh terhadap nilai tanah di Kota Semarang.
3. Sugianto (2004) meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga
tanah di sekitar tempat pembuangan sawah Sitimulyo Kabupaten Bantul
menyimpulkan bahwa luas tanah, lebar jalan, jenis penggunaan tanah dan range
area tercemar adalah berpengaruh terhadap nilai tanah.
4. Oetomo (2006) meneliti mengenai faktor ruangan yang berpengaruh terhadap
nilai tanah perkotaan di Surabaya menghasilkan temuan bahwa faktor sosial,
fisik, ekonomi, pendidikan dan konstruksi adalah faktor-faktor dominan yang
mempengaruhi nilai tanah.
5. Setiawan (2006) meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan nilai tanah dan bangunan pada suatu properti menarik kesimpulan
bahwa secara umum faktor yang mempengaruhi perubahan nilai tanah dan
bangunan adalah faktor lokasi, sedangkan faktor yang kurang mempengaruhi
nilai tanah dan bangunan adalah faktor topografi.
6. Haryanto (2006) meneliti mengenai pengaruh jenis hak atas tanah terhadap
nilai properti pertokoan (retail) di Kota Solo menyimpulkan bahwa variabelvariabel luas tanah, lokasi, luas bangunan dan umur bangunan adalah sesuai
dengan penelitian lain, di mana peningkatan luas tanah dan luas bangunan
dalam kondisi ceteris paribus, akan menyebabkan peningkatan nilai properti
pertokoan. Begitu pula dengan lokasi, semakin dekat dengan CBD dalam
kondisi ceteris paribus maka nilai properti pertokoan semakin mahal.
5
Bangunan yang semakin tua umurnya dalam kondisi ceteris paribus maka akan
menyebabkan penurunan nilai properti pertokoan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai
berikut.
1. Penelitian-penelitianterdahulu menggunakan data Nilai Jual Obyektif Pajak
(NJOP) per meter persegi sebagai proxy nilai tanah (Andrian, 2004; Sugianto,
2004, Hening, 2006). Pada penelitian ini digunakan data indikasi nilai pasar
tanah yang bersumber dari Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) yaitu KJPP
Nanang Rahayu dan Rekan Perwakilan Yogyakarta.
2. Instrumen
penelitian
yang
digunakan
penelitian-penelitian
terdahulu
menggunakan instrumen kuesioner dalam menggali informasi terkait dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tanah (Andrian, 2004; Ikhsan, 2006).
Pada penelitian ini, faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian diambil dari
faktor-faktor penyesuaian (adjustment factors) yang biasa digunakan penilai
dalam menentukan indikasi nilai pasar tanah.
1.3 Rumusan Masalah
Penelitian yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tanah
Kabupaten
Sleman
sudah
banyak
dilakukan
oleh
penelitian-penelitian
terdahulu.Manfaat dari penelitian yang terkait dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai tanah seharusnya dapat menjadi pedoman dalam mengambil
keputusan terutama pihak-pihak yang terkait seperti Pemda, pengembang dan
penilai asset/appraisal.Akan tetapi, apabila penelitian-penelitian menggunakan
data-data nilai tanah yang berasal dari NJOP maka manfaat dari penelitian
tersebut menjadi kurang optimal. Sebagai contoh, untuk menetapkan tingkat
6
tingkat PBB, maka apabila berpedoman dengan menggunakan nilai NJOP maka
nilai pajaknya menjadi lebih kecil dari yang seharusnya diterima oleh Pemda yang
justru mengakibatkan adanya potensi pajak yang hilang karena penetapan NJOP
yang dibawah harga pasar. Bagi pengembang, informasi faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai tanah menjadi suatu hal yang penting. Penetapan nilai yang
lebih rendah dari harga pasar maka pengembang akan mengalami potensi
kerugian apabila proyek properti tersebut dibiayai oleh pihak bank yang
menyebabkan nilai kredit yang dikucurkan bank menjadi lebih kecil. Bagi
penilai/apraisal hasil nilai tanah dengan berbasis NJOP tidak pernah digunakan
sebagai patokan dalam menentukan nilai sebuah properti.Hal ini disebabkan
karena nilai NJOP adalah nilai tanah untuk tujuan penentuan pajak, yang notabene
tidak/jarang ditentukan nilainya oleh penilai tetapi ditentukan oleh Pemda
setempat.Penilai lebih sering melakukan penilaian dengan tujuan selain nilai pajak
misalnya penilaian untuk tujuan penjaminan kredit, laporan keuangan, dan lain
sebagainya.
Penelitian ini berusaha membuktikan ulang (rekonfirmasi) faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai tanah dari penelitian-penelitian terdalulu dengan
menggunakan jenis data yang berbeda yaitu data indikasi nilai pasar yang berasal
dari pihak penilai.Disamping itu, penelitian ini ditujukan tidak hanya untuk
memberikan kontribusi kepada dunia akademisi akan tetapi juga ditujukan untuk
memberikan kontribusi kepada dunia praktis penilaian. Seiring dengan tujuan
tersebut maka penggunaan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai pasar pada
penelitian ini diambilkan dari faktor-faktor penyesuaian (adjustment factors) yang
biasa digunakan penilai dalam menentukan indikasi nilai pasar tanah yaitu luas
7
tanah, lebar jalan dan jarak dengan Central Business District (CBD).Pengambilan
faktor penyesuaian ini ditujukan untuk memberikan umpan balik (feedback)
kepada dunia praktisi terkait dengan kebenaran faktor-faktor penyesuaian yang
biasa digunakan dalam dunia praktis.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah.
1. Faktor-faktor apa saja yang secara parsial berpengaruh terhadap nilai tanah non
perumahan di KPY Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
apabila data yang digunakan adalah indikasi nilai pasar yang bersumber dari
penilai?
2. Faktor-faktor apa saja yang secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai
tanah non perumahan di KPY Kabupaten Sleman, DIYapabila data yang
digunakan adalah indikasi nilai pasar yang bersumber dari penilai?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah:
1. untuk mengetahui faktor-faktor yang secara parsial berpengaruh terhadap nilai
tanah non perumahan di KPY Kabupaten Sleman, DIY apabila data yang
digunakan adalah indikasi nilai pasar yang bersumber dari penilai.
2. untuk mengetahui faktor-faktor yang secara bersama-samaberpengaruh nilai
pasar non perumahan di KPY Kabupaten Sleman, DIY apabila data yang
digunakan adalah indikasi nilai pasar yang bersumber dari penilai.
1.6 Manfaat Penelitian
8
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut.
1. Penilai (Appraisal): untuk menentukan faktor-faktor penyesuaian (adjustment)
yang lebih tepat dalam melakukan penilaian nilai tanah non perumahan di KPY
Kabupaten Sleman, DIY.
2. Pengembang (Developer): sebagai dasar pertimbangan yang lebih baik dalam
pemilihan tanah non perumahan untuk dikembangkan di KPY Kabupaten
Sleman, DIY.
3. Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman: sebagai dasar pengenaan nilai Jual
Objek Pajak (NJOP) yang lebih tepat di KPY. Kabupaten Sleman, DIY.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I
yang merupakan pendahuluan, mencakup uraian tentang latar belakang, keaslian
penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan. Lebih lanjut dalam Bab II diuraikan
mengenai landasan teori/kajian pustaka, mencakup tentang teori, kajian terhadap
penelitian terdahulu, formulasi hipotesis dan model penelitian. Bab III merupakan
metoda penelitian, yang menjelaskan tentang desain penelitian, metoda
pengumpulan data, metoda penyampelan, definisi operasional, instrumen
penelitian dan metoda analisis data. Bab IV yang menjadi bagian analisis
menjelaskan mengenai deskripsi data, uji akurasi instrumen, uji hipotesis dan
pembahasan. Terakhir, pada Bab V yang merupakan simpulan dan saran, dibahas
mengenai simpulan, implikasi, keterbatasan dan saran penelitian.
Download