desain diri bagi wanita hindu pada era modern di nusa tenggara barat

advertisement
DESAIN DIRI BAGI WANITA HINDU PADA ERA MODERN
DI NUSA TENGGARA BARAT
Desak Putu Saridewi
Dosen Tetap Jurusan Dharma Acarya Prodi Pendidikan Agama Hindu
STAH Negeri Gde Pudja Mataram
Abstract
Complexity of the phenomena of modern life sometimes makes women forget his
destiny as a woman completely. Many problems appear in reaching success for
career and prestige. With this condition many women who experience stress,
divorce, infidelity, drug and behavioral irregularities. Based on the phenomena of
self designing is a must for a woman to be successful in life, by designing self
naturally in line with the purpose of achieving moksa Hinduism to fixed oriented to
the realities of modern society.
There are four components in self of designing the basic concepts, first self designing
of education or knowledge and skill to collect as many experiences must be
understood and used as a reference in life, Second design purpose: the ability to be
possessed by a woman who can be considered as knowledge, skills, and values are
reflected in the habit of thinking and acting. Habits of thinking and acting that are
consistently and continuously enables one to have competence in the sense of having
the knowledge, skills, and values to do something Third, designing a strategy like in
battlefield strategy, for women in this regard prepared through life as a woman
determines the quality of the nation where women in Hindu religion as mothers who
lose children virtuous character, the fourth evaluate themselves, that self
improvement can not be achieved when not done by self-assessment or another
person on a regular basis. The fundamental process that evaluated how women's
actualized self in the midst of family and community.
Keywords: Design self, Hindu Women, Modern Era
A. PENDAHULUAN
Kehidupan kini telah berubah sesuai dengan perubahan jaman, setiap pribadi yang terlibat
perubahan jaman mengalami perubahan yang signifikan, dalam hal ini yang menarik untuk
dicermati adalah kompleksitas dari perubahan signifikan pada wanita Hindu, yang secara khusus
sosok wanita Hindu di Nusa Tenggara Barat, dengan hubungannya antara jaman teknologi yang
serba modern dimana sifat perubahannya yang dinamis dan dihadapkan pada nilai-nilai kultural
tradisional yang cenderung berstatus quo. Peranan tradisional Wanita Indonesia yang selama ini
dikenal sebagian besar menggambarkan bahwa peranan wanita hanya terikat pada urusan
domestik di lingkungan rumah, yaitu menjadi seorang ibu rumah tangga, istri dan sekaligus
pembantu yang baik dimana sifatnya pasif terhadap perubahan di sekitarnya, kondisi demikian
untuk menjadi aktif pun hanya di sekitar lingkungan rumahnya. Peranan tradisional kulturis ini
sebenarnya yang digugat oleh R.A Kartini di akhir abad ke 19, bahwa sesungguhnya wanita bisa
berkiprah lebih, dan kiprah wanita dapat disamakan dengan pria. Namun perubahan yang
mendobrak tradisi tersebut memang memerlukan perjalanan panjang dengan waktu yang lama,
dari sejak perjuangan Kartini hingga saat ini dimana emansipasi wanita sudah mulai dirasakan
setara dengan para pria, diperlukan waktu 1 abad lebih untuk mendobrak tradisi dan nilai-nilai
yang konservatif.
Perjuangan Kartini kini sudah membuahkan hasil dan telah menginspirasi para wanita
Indonesia untuk dapat berkarya lebih diluar lingkungan rumah namun secara luar biasa untuk
dapat berperan ganda sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya. Gaya hidup masa kini
ketika seorang wanita dapat berkarir di luar rumah, dengan berbagai alasan, dimana yang paling
utama adalah untuk membantu sisi finansial keluarga, namun juga sebagai sarana aktualisasi diri
mereka di tengah masyarakat, dengan mengambil bidang pekerjaan yang sebelumnya didominasi
para pria, namun tidak jarang juga mereka menciptakan originalitas sebagai seorang pelopor
yang baru di bidang yang sebelumnya tidak ada atau masih sangat jarang, hal ini terlihat sebagai
fenomena dimana para wanita pun dapat mempunyai kapabilitas yang setara dengan para pria di
hampir semua bidang dan aspek kehidupan. Usaha untuk memajukan dibidang pendidikan bagi
wanita mendapat perhatian yang sangat besar, hal ini sejalan dengan Mahatma Gandhi yang
menginginkan kesetaraan wanita dengan pria. Sejalan dengan perjuangan tersebut maka wanita
perlu mendesain dirinya agar lebih bermanfaat dalam kehidupan di era modern
Wanita adalah sosok yang sederhana dalam perasaan, emosional namun sekaligus sosok
yang kompleks dalam tuntutan dan kiprah serta partisipasinya dalam kehidupan keseharian.
Sederhana maksudnya bisa dibuktikan dengan keluguan dan kesederhanaan wanita ketika
berhubungan dengan perasaannya dimana mereka sangat mudah tersentuh dan meneteskan air
mata, namun hal ini yang menjadikan wanita sebagai sosok sederhana menjadi unik. Wanita
dikatakan kompleks ketika yang dituntut oleh lingkungan adalah berbagai peran yang harus
dijalani sekaligus dalam waktu bersamaan, dalam hal ini sosok seorang ibu yang juga berkarier
di luar rumah, pada saat yang sama tanggung jawabnya adalah sebagai seorang ibu bagi anakanaknya yang berada di rumah, dimana ia harus bertanggung jawab pada kebutuhan keluarga
secara emosional maupun kehadiran
ragawi. Wanita perannya sebagai seorang istri yang
mempunyai tanggung jawab kepada suami sebagai seorang pendamping hidup sekaligus partner
dalam keseharian, wanita Hindu peranannya untuk mempersiapkan sarana upacara dalam
keluarga maupun dimasyarakat. Perannya di luar rumah wanita harus bertanggung jawab secara
profesional kepada atasan dan lingkungan tempat bekerja, peranan ini memerlukan suatu energi
dan kemampuan luar biasa yang hanya bisa dilakukan oleh sesosok wanita.
Kompleksitas seorang wanita bertambah ketika kodratnya sebagai wanita yang selalu
ingin tampil cantik harus berhadapan dengan nilai-nilai tradisional serta agama, atau bahkan
tuntutan dunia modern yang terkadang menuntut lebih dari seorang wanita, kadang terikut dalam
arus global dimana pandangan dan opnini terbentuk dalam satu aliran besar dan genre yang
sudah terpasang kokoh dengan penguatan image oleh media massa, sehingga wanita seolah
menjadi alat untuk memasarkan image tersebut. Hubungan tersebut tidak hanya dengan orang
sekitarnya bahkan hubungan dengan dirinya sendiri wanita sudah menjadi porsinya untuk
diperhatikan, ketika sosok wanita sibuk memberikan apa yang mesti dilakukan bagi
lingkungannya, seorang istri bagi suaminya, ibu bagi anak-anaknya, bawahan bagi atasannya,
atau sebaliknya atasan bagi bawahannya, maka wanita berperan sebagai lilin yang menerangi
sekitarnya, sementara sosok wanita sendiri meleleh dengan pengorbanannya tersebut, untuk hal
yang sangat pribadi maka hubungan wanita dengan Sang Pencipta menjadi hal yang sangat
krusial, terutama di era modern ini, dimana kekosongan dan kegersangan jiwa terkadang
menerpa banyak wanita, dan bukan merupakan tanggung jawab orang lain tetapi lebih pada
tanggung jawab pribadi pada Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Untuk masalah spiritual
merupakan komunikasi langsung dengan Tuhan, beserta semua konsekuensi dari apa yang
diperbuatnya. Sosok wanita di era serba cepat, modern dan digitalisasi ini, menjadi semakin
kompleks disatu sisi sekaligus tetap pada kesederhanaannya dan itulah yang membuat sosok
wanita menemukan tempatnya selalu dalam bentuk keindahan sekaligus kerumitan di tengah
kehidupan yang komplek di era modern.
Fenomena kerumitan di tengah kehidupan yang terkadang menjadikan wanita lupa dalam
memerankan peranannya menjadi perempuan seutuhnya. Banyak hal yang harus diterlantarkan
dan harus di korbankan guna meraih sukses dalam karier dan prestise. Terlantarnya hal-hal
prinsip yang terjadi dikalangan wanita hindu seperti stres, perceraian, perselingkuhan narkoba,
penyimpangan-penyimpangan yang memunculkan prilaku perempuan yang tidak pada
tempatnya. Berdasarkan fenomena tersebut mendesain diri adalah wajib bagi seorang wanita agar
sukses dalam menjalani kehidupan, dengan mendesain diri secara alamiah sejalan dengan tujuan
agama Hindu
yaitu mencapai moksatham Jagadhita dengan tetap berorientasi pada realita
dimasyarakat modern. Agar keutamaan wanita tetap terjaga terutama kedudukan perempuan
sebagai pendidik anak yang dilahirkan dalam sebuah keluarga sehingga menjadi anak yang
suputra, yakni anak yang berbakti pada keluarga berguna bagi masyarakat dan bangsa.
A. METODE PENELITIAN
DESAIN DIRI BAGI WANITA HINDU PADA ERA MODERN
DI NUSA TENGGARA BARAT
Penelitian
ini dilaksanakan
Propinsi
Nusa Tenggara Barat. Pemilihan lokasi ini
didasarkan pada permasalahan yang urgent terjadi di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Bara.
Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif. Data bersumber pada: Data primer adalah data
yang langsung diperoleh dari informan dengan menggunakan teknik wawancara dan Data
Sekunder yakni sumber yang diperoleh dari hasil penelitian perpustakaan (library research)
berupa dokumen-dokumen, buku-buku (literarture), foto- foto, laporan hasil penelitian,
makalah, dan artikel serta lembaga tertentu yang terkait dengan penelitian ini. Alat pengumpul
data utama dalam penelitian kualitatif sesungguhnya peneliti itu sendiri, karena pemahamannya
secara mendalam tentang objek yang diteliti. Peneliti sebagai alat dapat berhubungan dengan
masalah
yang diteliti secara intensif. Penentuan informan berdasarkan prinsip purposiv.
Penentuan informan ini diawali oleh informan kunci (key informan) yang berperan untuk
memberikan suatu informasi utama dan paling awal.
C. PEMBAHASAN
Sesungguhnya penghargaan kepada perempuan, wanita istri atau putri sangat tinggi
dalam kitab suci Weda dan susastra Hindu. Banyak tokoh-tokoh wanita sangat dihormati karena
kesucian, kecerdasan dan kepemimpinannya. Lebih jauh dalam Reg WedaVIII.33.19 Perempuan
sesungguhnya seorang sarjana dan seorang pengajar (Titib,2009:214). Berdasarkan makna isi
susastra diatas hendaknya wanita mampu memanage dirinya sehingga tetap mampu menjaga
kesucian pribadi dengan senantiasa mendesain dirinya agar mampu menyeimbangkan antara
kewajiban dan swadarma sebagai serorang wanita, istri dalam kehidupan keluarga. Pengertian
desain dalam hal ini adalah :
2.1 Pengertian Desain
Dalam ajaran suci agama hindu dinyatakan bahwa kehidupan manusia hendaknya
mengikuti dan melalui tahapan-tahapan kehidupan sebelum melalui proses kehidupan yang
lebih komplek seperti dalam konsep semasa menuntut ilmu (Brhmacari) seorang anak wajib
mengikuti
pendidikan
yang esensial seperti disiplin, Penyucian (Upanayana) mengikuti
pantangan-pantangan atau brata (Brahmacarya-vrata) sehingga akan tumbuh menjadi anak yang
rajin bekerja keras dalam konteks weda yakni melakukan tapa, tidak menghumbar nafsu untuk
mencapai kehidupan yang baik sebelum melanjutkan kejenjang perkawinan. Sesungguhnya
pengembangan kepribadian anak
cinta kasih kepada sesama, kemanusiaan dan solidaritas,
hormat dan bhakti kepada orang tua dan guru, pertama-tama diajarkan oleh ibu kandungnya, oleh
karena itu seorang ibu disebut sebagai guru utama (nasti guruh samo mata) dan mendapatkan
tahapan pembelajaran yang sangat mendasar mulai dari pendidikan etika, kasih sayang dan nilainilai kemanusiaan. Sehingga dalam kitab suci dalam (Titib, 2007 :122) diamanatkan pentingnya
pendidikan seorang anak wanita yang ditumbuh kembangkan antara lain sebagai perintis,
pendukung tugas yang berat dari suami, menjadi wanita yang sopan santun, cerdas dan mampu
menjadi seorang terpelajar, sebagai guru bahkan sebagai orator yang akan terjun ke medan
pertempuran kehidupan.
Herbert Simon (Dick dan Carey, 2006) yang mengartikan desain sebagai proses
pemecahan masalah. Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam
memecahkan masalah. Dengan demikian suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk
memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain orang bisa melakukan langkah-langkah yang
sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi. Dengan demikian suatu desain
pada dasarnya adalah suatu proses yang bersifat linear yang diawali dari penentuan kebutuhan
yang kemudian mengembangkan rancangan untuk merespons kebutuhan tersebut yang
selanjutnya rancangan tersebut diujicobakan dan akhirnya dilakukan proses evaluasi untuk
menentukan hasil tentang efektivitas rancangan (desain) yang disusun. Sejalan dengan
pengertian desain bagaimana wanita mampu memecahkan suatu permasalahan dalam kehidupan
bermasyarakat sehingga bisa menyeimbangkan kehidupan untuk diri sendiri, keluarga dan
masyarakat di jaman modern tanpa menimbulkan pertentangan yang menimbulkan konflik
dengan keluarga dan berada di tengah-tengah masyarakat. Untuk mendesain diri bagi wanita
berbagai bentuk persoalan yang senantiasa harus di hadapi dalam kehidupan yang komplek di era
modern dan tata cara yang digunakan dalam menjalankan proses kehidupan yang terdiri dari
empat unsur yang saling berhubungan seperti melihat, memperhatikan mempertimbangkan dan
memprioritaskan segala sesuatu yang dihadapi dengan jalan membekali diri yaitu :
1. Mendesain diri dengan pendidikan dan keterampilan
Pendidikan
bagi Wanita menurut Weda dari sudut pandang agama Hindu maupun
kaitannya mempelajari berbagai pengetahuan tentang, etika, keterampilan, disiplin, emosi dan
sosiobilitas. Peranan wanita dalam keharmonisan suatu bangsa terletak di tangan wanita, ketika
wanita berkualitas rendah atau lemah secara fisik dan mental, bisa dipastikan anak-anak
bangsa, istri sebagai pendamping suami akan terseok-seok ketika bersaing dengan Negaranegara atau bangsa lain di era globalisasi. Ketika pendidikan terhadap wanita mendapat perhatian
yang sungguh-sungguh maka permasalahan terhadap perempuan akan mampu diminimalisir.
Dalam kitab suci Atharvveda (XIV.2.20) dalam (Titib, 2009; 211) ada sebuah mantra
yang menyatakan bahwa seorang wanita hendaknya senantiasa memuja Dewi Saraswati dan
menghormati orang tua dan keluarga. Pemujaan kepada Dewi Saraswati mengandung makna
untuk mendalami Ilmu pengetahuan dan menghormati orang tua dan keluarga mengandung
makna menanamkan nilai-nilai budhi pekerti kepada dirinya sendiri dan keluarga dan anak-anak
yang akan dilahirkan nanti bagi seorang istri. Peranan wanita ketika menikah akan menjadi
kepala rumah tangga (Lord of the house) dimana wanita di tuntut harus mampu tahan uji kuat
dalam menghadapi tantangan. Hendaknya wanita tersenyum ketika terhina, kuat dalam doa,
senantiasa memaafkan, berbakti kepada orang tua dan leluhur, ringan dalam langkah dan
introspeksi diri dalam menjalani kehidupan.
Seorang wanita setelah menikah seharusnya diharapkan memiliki putra-putri yang gagah,
cemerlang terpelajar tentunya diimbangi dengan pendidikan wanita yang memadai dan terpelajar
karena dalam konteks ini menunjukkan wanita atau seorang ibu hadir di antara anak-anaknya
sebagai seorang pendidik. Hal ini sesuai dengan tujuan mulya untuk menghasilkan generasi
penerus yang sadar akan hidupnya akan hadir dengan sendirinya bila di imbangi dengan
menanamkan pendidikan yang memadai pada wanita sebagai generasi penerus baik melalui
pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan non formal dalam hal ini dengan pelatihanpelatihan Seluruh upaya memajukan wanita tersebut tentunya melihat kondisi sosial, psikologis
dan jenjang pendidikan. Mengumpulkan sebanyak mungkin informasi-informasi yang berkaitan
langsung atau tidak langsung. Informasi-informasi itu bisa didapatkan dalam bentuk hard copy,
soft copy melalui perpustakaan, internet dan beberapa sumber.
2. Mendesain diri dalam tujuan hidup Wanita
Sejalan dengan tujuan agama adalah mencapai Jagadhita
(kesejahteraan dan
kebahagiaan di dunia ini) dan moksa (kebahagiaan abadi bersatunya Atman dengan Brahman)
Hidup bersama orang lain di amalkan dalam beberapa mantra kitab suci Weda, termasuk juga di
tuntun untuk mewujudkan hidup yang harmonis, serasi dan selaras dengan Sang Pencipta (Tuhan
Yang Maha Esa), dengan sesama manusia dan lingkungannya. Keharmonisan antara ketiganya
itu, dikenal dengan istilah Trihita Karana. Bila umat manusia mampu membina keharmonisan
dengan disiplin yang tinggi dan sesuai dengan kewajiban masing-masing maka kehidupan sosial
kemasyarakatan akan berjalan harmonis, untuk itu disiplin sosial sangat mutlak diperlukan.
Kutipan ajaran tentang disiplin sosial dalam rangka mengembangkan tanggung jawab bersama
harus dan patut diikuti oleh wanita bahkan setiap anggota masyarakat antara lain ;
-
Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia supaya hidup serasi, menjauhkan diri dari
perbuatan buruk, hendaknya seseorang mampu mengendalikan diri dan memiliki disiplin
yang tinggi sehingga tumbuh keselarasan, saling pengertian dan tanggung jawab.
-
Seseorang sebagai anggota masyarakat di tuntut untuk memegang disiplin seperti para
pendahulu (pahlawan) kita, yang senantiasa bermusyawarah dalam menyelesaikan dan
senantiasa bersatu penuh perhatian di antara anggota masyarakat.
-
Terdapat perbedaan profesi dalam masyarakat yang digambarkan sebagai tubuh manusia
yang seluruh organ tubuhnya berjalan normal maka masyarakat akan sejahtera, untuk itu
disiplin sangat mutlak untuk di tegakkan.
Berdasarkan paparan diatas, bila wanita mampu melaksanakan disiplin hidup, saling
pengertian mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kodrat perempuan
maka tercapailah kesejahteraan.
Kepekaan Sosial dan Keimanan (Srada Bhakti), Wanita Sebagai
makhluk sosial
memerlukan bantuan dan kerjasama keluarga, sedangkan dalam bentuk yang besar untuk
kepentingan-kepentingan yang lebih luas diatur dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara. Bila cinta sesama umat manusia dan cinta tanah air senantiasa ditanamkan sejak dini
maka akan tumbuh generasi muda yang bertanggung jawab dalam kehidupan bersama. Selain itu
juga akan memiliki kepekaan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan umat dan masyarakat di
sekitarnya dan bila kita mengkaji fungsi agama bagi kehidupan manusia maka ajaran agama
dapat berperan sebagai berikut :
a) Faktor motivasi : mendorong wanita untuk menentukan sikap memilih yang baik dan benar
serta menghindarkan yang buruk dan salah. Dengan motivasi untuk meningkatkan kualitas
SDM, seseorang akan terdorong oleh ajaran agama untuk berbuat baik dan benar.
b) Faktor kreatif dan inovatif, mendorong wanita untuk berkreasi dan mengadakan
pembaharuan pada diri dan lingkungannya.
c) Faktor integratif, keyakinan yang utuh terhadap kebenaran ajaran agama yang tercantum
dalam pengalaman berupa tingkah laku, yang baik dan benar. Bila agama tidak didaya
gunakan sebagai faktor integratif, keperibadian seorang wanita akan pecah, tidak utuh dan
perbuatannya niscaya akan bertentangan dengan dharma (kebenaran).
d) Faktor transformatif dan sublimatif, yakni mampu mengubah sikap, prilaku, perkataan dan
perbuatan sesuai dengan ajaran agama, yang disebut dengan Trikaya Parisuddha (berfikir,
berkata dan berbuat yang baik dan benar).
e) Faktor inspiratif dan edukatif, sebagai faktor inspiratif, mengilhami seseorang wanita sebagai
faktor edukatif secara sadar mendorong untuk melakukan proses pembelajaran dan
pendidikan diri sendiri demi kebaikan serta kesejahteraan dan kebahagiaan hidup.
Sejalan dengan fungsi agama, seperti terurai di atas, maka aspek keimanan (sraddha)
yang merupakan intisari ajaran agama akan merupakan kendali yang mengekang tingkah laku
seseorang untuk tetap secara sadar berbuat baik dan benar. Aspek keimanan merupakan kendali
moralitas yang dapat mencegah seseorang wanita untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat
menghancurkan dirinya sendiri, orang lain, maupun masyarakat lingkungannya.
Ajaran suci Veda memberi tuntunan kepada umat manusia dalam hal ini wanita hindu.
Ajaran suci ini mencakup semua aspek hidup dan kehidupan umat manusia, karena memang
Veda diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk kesejahteraan umat manusia. Dan didalam
Veda di jumpai beberapa mantra yang menyatakan eksistensi dan tujuan diturunkannya sabda
suci Veda, antara lain : Veda adalah sabda abadi yang di dengar oleh para resi melalui tapa yang
tinggi (yajnatrcah samani yajnire reg veda x.909). Tuhan Yang Maha Agung yang menjadikan
dirinya sendiri menurunkan Veda untuk kesejahteraan semua mahluk.
3. Mendesain Strategi
Merancang Strategi dikatakan tepat jika sesuai dengan kecenderungan tujuan dari
kehidupan wanita. Mendesain strategi ibarat menyiapkan taktik dalam perang. Bagi seorang
wanita strategi harus didesain pada setiap langkah kehidupan sehingga tidak membosankan.
Menguasai beberapa strategi lebih mempermudah proses menghadapi kerumitan hidup diera
modern, tentunya disesuaikan dengan latar belakang kehidupan sosial-ekonomi masing-masing
individu, memiliki perbedaan kualitas pemikiran dan semua itu menuntut harus selalu
berinovasi/kreatif itu membutuhkan strategi.
Dalam menjalani kehidupan wanita memerlukan pengorbanan yang maksimal sehingga
mampu menjalankan swadharma sebagai wanita hindu dengan menanamkan nilai-nilai budi
pekerti yang terkandung dalam ajaran suci Veda (hinduisme) sangat relevan sepanjang jaman,
nilai-nilai yang terkandung pada kitab suci Veda adalah strategi yang paling mendasar dan
ampuh dalam memerankan kehidupan sebagai wanita antara lain : pengorbanan (keihlasan/
tyaga atau yajna), kebenaran (satya), kasih sayang (ahimsa), kemurnian hati (daksina),
sedekah (dana), menghindari perjudian (aksa/ nita), jalan kemulyaan (svastipantham),
keharmonisan (samjnanam) persatuan (samanah) kewaspadaan (jagara) kesucian hati
(daksa) kemakmuran (jagadhita) kebajikan (bhadrah) kemudian (kirti) jasa baik (yasa)
keramahan (sriyah) persaudaraan (mastra), keamanan (abhayam), tugas dan kewajiban
(svadharma) keberanian (varma/viram/nirbhayata) profesi (varma) tahapan hidup (asram)
kecerdasan (prajna) kesatuan dengan Yang Maha Esa (yoga) kebaktian (bhakti) dan lainlainnya yang tentunya masih banyak belum diungkapkan. Nilai-nilai pendidikan budi pekerti
yang merupakan sabda Tuhan Yang Maha Esa di dalam kitab suci Veda tersebut kemudian di
kembangkan.
4. Evaluasi diri
Penanaman nilai-nilai keagamaan senantiasa menjadi landasan berpijak dalam menjalani kehidupan
bagi wanita hindu untuk senantiasa mampu introspeksi diri. Penanaman nilai-nilai keagamaan yang
benar pada setiap wanita dari lubuk hati sanubari manusia, sehingga nilai agama benar-benar merupakan
bagian integral dalam pribadi setiap manusia. Aplikasi Penanaman nilai-nilai keagamaan yang senantiasa
di ingatkan kepada perempuan dewasa, seperti perlakuan terhadap wanita dewasa yang sebaik-baiknya
sesuai kondisi sosial dari masing-masing individu terutama dalam penanaman nilai moral dengan
pendekatan humanis. Peningkatan kualitas proses kehidupan tidak mungkin tercapai manakala
tidak dilakukan peningkatan kualitas penilaian. Setiap langkah harus memperoleh perhatian
serius oleh wanita sehingga merasa nyaman terhadap pekerjaan yang mereka lakukan. Perasaan
nyaman inilah yang harus ditumbuh kembangkan. Sebab perasaan senang tersebut menjadi dasar
bagi pengembangan kehidupan. Asumsinya adalah jika wanita senang maka para wanita akan
mengembangkan dirinya tanpa diintervensi atau diperintah oleh fihak lain. Dalam mengevaluasi
diri dibutuhkan kejujuran, keseimbangan, kejelasan.
Pada dasarnya semua wanita menginginkan pujian yang bagus sehingga seringkali menjadi
arogan dan takabur, akan tetapi disisi lain kadang wanita marah, emosi dan mengalami stress
ketika dievaluasi tentang kekuarangannya, sebernarnya hal tersebut adalah merupakan
kekeliruan. Maka pentingya perasaan dan jiwa besar ketika wanita dikritik oleh orang lain,
sehingga tercapailah proses evaluasi untuk kemajuan wanita itu sendiri.
Fungsi dari mendesain diri bagi wanita, diantaranya:
a. Fungsi Kreatif, segala kegiatan semestinya dengan menggunakan perencanaan yang matang
akan dapat memberikan manfaat bagi orang dan dapat memberikan umpan balik yang dapat
menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Dengan umpan balik itulah wanita dapat
meningkatkan dan memperbaiki diri.
b. Fungsi Inovatif, suatu inovasi akan muncul seandainya kita memahami adanya kesenjangan
antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan itu hanya mungkin bisa ditangkap manakala kita
memahami proses yang dilaksanakan secara sistematis. Proses kehidupan yang sistematis
itulah yang direncanakan dan terprogram secara utuh. Dalam kaitan inilah perencanaan
memiliki fungsi inovasi.
c. Fungsi Selektif, untuk mencapai suatu tujuan atau sasaran yang terarah dalam menunaikan
kehidupan wanita dihadapkan kepada berbagai pilihan strategi. Melalui proses perencanaan
dapat menyeleksi strategi mana yang kita anggap lebih efektif dan efisien untuk
dikembangkan. Fungsi selektif berkaitan dengan pemilihan suatu kegiatan yang dianggap
sesuai dengan tujuan kehidupan. Melalui proses perencanaan wanita dapat menentukan mana
yang layak dan mana yang tidak sesuai dengan kehidupan.
d. Fungsi Komunikasi, suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada
setiap orang yang terlibat baik kepada anak bagi seorang ibu, teman kepada suami bahkan
kepada pihak eksternal seperti kepada orang tua dan masyarakat.
e. Fungsi Predikdif, perencanaan yang disusun secara benar dan akurat dapat menggambarkan
apa yang akan terjadi setelah dilakukan suatu treatment sesuai dengan program yang disusun.
Melalui fungsi prediktifnya perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang akan
terjadi dan dapat menggambarkan hasil yang akan diperoleh.
f. Fungsi Akurasi, perencanaan yang matang bagi wanita dapat menakar setiap waktu yang
diperlukan untuk
menjalankan proses kehidupan dengan efektif melalui program
perencanaan.
g. Fungsi Pencapaian control, menjalani kehidupan bukanlah sekedar untung-untungan akan
tetapi membentuk diri wanita secara utuh. Wanita utuh bukan hanya berkembang dalam
aspek intelektual saja akan tetapi juga dalam sikap dan keterampilan. Dengan demikian
memiliki dua sisi yang sama pentingnya yaitu sisi keberhasilan dan sisi proses menjalani
kehidupan. Melalui desain yang matang itulah antara intelektual dalam sikap dan
keterampilan dapat dilaksanakan secara seimbang.
h. Fungsi Kontrol, mengontrol keberhasilan kegiatan atau dalam proses kedupan bagi wanita
dalam mencapai tujuan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses
kehidupan. Melalui perencanaan kita dapat menentukan sejauh mana kinerja yang dapat
dilaksanakan dalam hal inilah perencanaan berfungsi sebagai kontrol yang dapat memberikan
gambaran kepada diri sendiri dalam mengembangkan kegiatan lain.
Manfaat Desain diri bagi Wanita Hindu
Kekuasaan Tuhan dalam menciptakan manusia di dunia ini tentunya memiliki manfaat
yang sangat besar sehingga segala aktivitas yang dilakukan wanita menjadi terkoodinir baik
dalam dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat sekitarnya. Beberapa manfaat yang mendasar
dalam kehidupan wanita antara lain:
a)
Sebagai penunjuk arah dalam menjalankan kegiatan dalam mencapai tujuan.
b)
Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap wanita unsur yang
terlihat dalam kegiatan.
c)
Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan
dan kelambatan kerja.
d)
Sebagai pedoman kerja bagi wanita, dalam keluarga maupun masyarakat.
e)
Untuk menyusun kegiatan agar terjadi keseimbangan antara berbagai pihak dimasyarakat
dan lingkungan sekitarnya
f)
Untuk menggunakan waktu secara efesian agar proses aktifitas kehidupan wanita terlaksana
dengan maksimal
2.2 Wanita Hindu
Wanita adalah seorang ibu atau seorang gadis dewasa yang memiliki sifat-sifat lembut,
kasih sayang perhatian, tulus iklas dalam menjalankan kehidupan
senantiasa memaafkan,
berjiwa besar ketika terhina, ramah dalam pergaulan memiliki peran ganda dalam kehidupan dan
kuat dalam doa untuk dirinya dan keluarga.
Sehinggga secara
normatif
dan tektual
diamanatkan untuk menjadi wanita idaman, cerdas, bijaksana pemberani, sebagai ratu rumah
tangga, sebagai guru (pembimbing) Realitas sosial dewasa ini menunjukkan usaha untuk
menuju kesetaraaan dalam berbagai aspek kehidupan tampak semakin meningkat baik kualitas
maupun kuantitasnya. Wanita itu sendiri telah memiliki naluri yang trampil dan kreatif,
memiliki sifat-sifat kepemimpinan, kebersamaan, kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan,
ketulusan
keharmonisan dan sikap-sikap positif yang lain dalam lingkungan
keluarga,
masyarakat dan dan negara. Dalam kitab suci Atharvveda (XIV.2.20) dalam (Titib, 2009; 211)
ada sebuah mantra yang menyatakan bahwa seorang wanita hendaknya senantiasa memuja Dewi
Saraswati dan menghormati orang tua dan keluarga. Wanita senantiasa berdoa untuk
kelangsungan keluarganya dengan tulus ditengah-tengah peran ganda yang dijalani diera
modern.
2.3 Era Modern
Era teknologi yang serba modern
dengan sifat perubahannya yang dinamis dan
dihadapkan pada nilai-nilai kultural tradisional yang cenderung berstatus quo. Wanita Indonesia
untuk dapat berkarya lebih diluar lingkungan rumah namun secara luar biasa untuk dapat
berperan ganda sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya. Gaya hidup masa kini ketika
seorang wanita dapat berkarir di luar rumah, dengan berbagai alasan, dimana yang paling utama
adalah untuk membantu sisi finansial keluarga dalam hal menambah jumlah penghasilan yang
didapat oleh suami, namun juga sebagai sarana aktualisasi diri mereka di tengah masyarakat,
dengan mengambil bidang pekerjaan yang sebelumnya didominasi para pria, namun tidak jarang
juga mereka menciptakan originalitas sebagai seorang pelopor yang baru di bidang yang
sebelumnya tidak ada atau masih sangat jarang, hal ini terlihat sebagai fenomena dimana para
wanita pun dapat mempunyai kapabilitas yang setara dengan para pria di hampir semua bidang
dan aspek kehidupan.
C. SIMPULAN
Mendesain diri bagi wanita Hindu merupakan
hal yang
harus di lakukan ibarat
mendesain pembelajaran bagi seorang guru sebelum melakukan aktifitas pembelajaran. Desain
diri bagi wanita hindu yaitu pertama
mempersiapkan diri yaitu membekali diri dengan
pendidikan, keterampilan, etika, sehingga bisa bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat
sekitarnya. Kedua Mendesain
tujuan hidup
merupakan jalan untuk menentukan arah
kelangsungan hidup seorang wanita, sesuai dengan tujuan agama, dengan memiliki tujuan yang
jelas dalam menjalankan kehidupan akan lebih semangat dan merasa hidup ini berguna bagi diri
sendiri dan orang lain. Dengan kompleknya masalah yang dialami oleh wanita di era modern
dan Peranan keteladan seorang wanita di era modern dalam mendidik anak bagi seorang istri,
disipilin bagi wanita, menjadi anak yang suputra bagi keluarga sehingga menjadi wanita yang
seutuhnya memerlukan perhatian khusus disamping materi yang menjadi kebutuhan dalam
kehidupan seorang wanita. Ketiga dalam menjalankan kehidupan wanita perlu mempelajari
situasi, kondisi dan mempersiapkan strategi, dan menggunakan strategi sebagai pendamping
dalam menjalankan kehidupan sehingga tidak selamanya
wanita hanya bertugas untuk
menyelesaikan persoalan domestik semata. Keempat adalah sesuatu yang tidak kalah pentingnya
dilakukan oleh wanita Hindu selalu waspada dan senantiasa mengevaluasi apa yang telah
dilakukan
sehingga bisa menjadi perbaikan untuk melangkah lebih lanjut dalam proses
kehidupan.
Daftar Pustaka
Directorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha dan Universitas Terbuka Tata
Susila 1992
Haryanto Al-Fandi.2011 Desain Pembelajaran Demokratis & Humanis. Yogjakarta: Ar-Ruzz
Media
Mantra, Ida Bagus 1983, Tata Susila Hindu Dharma, Parisada Hindu Dharma Pusat,
Denpasar Jakarta
Martinis Yamin, 2009, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan, Gaung
Persada Press. Jakarta.
Sudarma I Wayan Internet. Goegle 2010
Sudirga I. B dkk, Widya DharmaAgama Hindu Ganeca Exact Jakarta 2007
Susila I Nyoman dkk 2009, Tata Susila Hindu, Direktorat Jendral Bimbingan masyarakat
Hindu Dep. Agama RI.
Suarjaya, I Wayan dkk 2008, Panca Yadnya Widya dharma Denpasar
Subagia, 2007. Konsep Pendidikan berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Bali, Denpasar: IHDN
Titib I Made, 2003. Menumbuhkembangkan Pendidikan Budhi Pekerti Pada
Anak (Persefektif Agama Hindu). Jakarta : Ganesa Exact.
Team Penyusun 2007, Panduan Pengenalaan Kurikulum KTSP
Titib I Made 2007, Weda Sabda Suci, Surabaya : Paramita
Titib, 2007 Studi Agama Hindu, IHDN Denpasar.
Titib I Made, 2003. Menumbuhkembangkan Pendidikan Budhi Pekerti Pada
Anak (Persefektif Agama Hindu ). Jakarta : Ganesa Exact.
Wiana I Ketut, 1997. Cara Belajar Agama Hindu Yang Baik. Yayasan .
Denpasar: Yayasan Dharma Naradha
Download