DESAIN DIRI BAGI WANITA HINDU PADA ERA MODERN DI NUSA TENGGARA BARAT Desak Putu Saridewi Dosen Tetap Jurusan Dharma Acarya Prodi Pendidikan Agama Hindu STAH Negeri Gde Pudja Mataram Abstract Complexity of the phenomena of modern life sometimes makes women forget his destiny as a woman completely. Many problems appear in reaching success for career and prestige. With this condition many women who experience stress, divorce, infidelity, drug and behavioral irregularities. Based on the phenomena of self designing is a must for a woman to be successful in life, by designing self naturally in line with the purpose of achieving moksa Hinduism to fixed oriented to the realities of modern society. There are four components in self of designing the basic concepts, first self designing of education or knowledge and skill to collect as many experiences must be understood and used as a reference in life, Second design purpose: the ability to be possessed by a woman who can be considered as knowledge, skills, and values are reflected in the habit of thinking and acting. Habits of thinking and acting that are consistently and continuously enables one to have competence in the sense of having the knowledge, skills, and values to do something Third, designing a strategy like in battlefield strategy, for women in this regard prepared through life as a woman determines the quality of the nation where women in Hindu religion as mothers who lose children virtuous character, the fourth evaluate themselves, that self improvement can not be achieved when not done by self-assessment or another person on a regular basis. The fundamental process that evaluated how women's actualized self in the midst of family and community. Keywords: Design self, Hindu Women, Modern Era A. PENDAHULUAN Kehidupan kini telah berubah sesuai dengan perubahan jaman, setiap pribadi yang terlibat perubahan jaman mengalami perubahan yang signifikan, dalam hal ini yang menarik untuk dicermati adalah kompleksitas dari perubahan signifikan pada wanita Hindu, yang secara khusus sosok wanita Hindu di Nusa Tenggara Barat, dengan hubungannya antara jaman teknologi yang serba modern dimana sifat perubahannya yang dinamis dan dihadapkan pada nilai-nilai kultural tradisional yang cenderung berstatus quo. Peranan tradisional Wanita Indonesia yang selama ini dikenal sebagian besar menggambarkan bahwa peranan wanita hanya terikat pada urusan domestik di lingkungan rumah, yaitu menjadi seorang ibu rumah tangga, istri dan sekaligus pembantu yang baik dimana sifatnya pasif terhadap perubahan di sekitarnya, kondisi demikian untuk menjadi aktif pun hanya di sekitar lingkungan rumahnya. Peranan tradisional kulturis ini sebenarnya yang digugat oleh R.A Kartini di akhir abad ke 19, bahwa sesungguhnya wanita bisa berkiprah lebih, dan kiprah wanita dapat disamakan dengan pria. Namun perubahan yang mendobrak tradisi tersebut memang memerlukan perjalanan panjang dengan waktu yang lama, dari sejak perjuangan Kartini hingga saat ini dimana emansipasi wanita sudah mulai dirasakan setara dengan para pria, diperlukan waktu 1 abad lebih untuk mendobrak tradisi dan nilai-nilai yang konservatif. Perjuangan Kartini kini sudah membuahkan hasil dan telah menginspirasi para wanita Indonesia untuk dapat berkarya lebih diluar lingkungan rumah namun secara luar biasa untuk dapat berperan ganda sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya. Gaya hidup masa kini ketika seorang wanita dapat berkarir di luar rumah, dengan berbagai alasan, dimana yang paling utama adalah untuk membantu sisi finansial keluarga, namun juga sebagai sarana aktualisasi diri mereka di tengah masyarakat, dengan mengambil bidang pekerjaan yang sebelumnya didominasi para pria, namun tidak jarang juga mereka menciptakan originalitas sebagai seorang pelopor yang baru di bidang yang sebelumnya tidak ada atau masih sangat jarang, hal ini terlihat sebagai fenomena dimana para wanita pun dapat mempunyai kapabilitas yang setara dengan para pria di hampir semua bidang dan aspek kehidupan. Usaha untuk memajukan dibidang pendidikan bagi wanita mendapat perhatian yang sangat besar, hal ini sejalan dengan Mahatma Gandhi yang menginginkan kesetaraan wanita dengan pria. Sejalan dengan perjuangan tersebut maka wanita perlu mendesain dirinya agar lebih bermanfaat dalam kehidupan di era modern Wanita adalah sosok yang sederhana dalam perasaan, emosional namun sekaligus sosok yang kompleks dalam tuntutan dan kiprah serta partisipasinya dalam kehidupan keseharian. Sederhana maksudnya bisa dibuktikan dengan keluguan dan kesederhanaan wanita ketika berhubungan dengan perasaannya dimana mereka sangat mudah tersentuh dan meneteskan air mata, namun hal ini yang menjadikan wanita sebagai sosok sederhana menjadi unik. Wanita dikatakan kompleks ketika yang dituntut oleh lingkungan adalah berbagai peran yang harus dijalani sekaligus dalam waktu bersamaan, dalam hal ini sosok seorang ibu yang juga berkarier di luar rumah, pada saat yang sama tanggung jawabnya adalah sebagai seorang ibu bagi anakanaknya yang berada di rumah, dimana ia harus bertanggung jawab pada kebutuhan keluarga secara emosional maupun kehadiran ragawi. Wanita perannya sebagai seorang istri yang mempunyai tanggung jawab kepada suami sebagai seorang pendamping hidup sekaligus partner dalam keseharian, wanita Hindu peranannya untuk mempersiapkan sarana upacara dalam keluarga maupun dimasyarakat. Perannya di luar rumah wanita harus bertanggung jawab secara profesional kepada atasan dan lingkungan tempat bekerja, peranan ini memerlukan suatu energi dan kemampuan luar biasa yang hanya bisa dilakukan oleh sesosok wanita. Kompleksitas seorang wanita bertambah ketika kodratnya sebagai wanita yang selalu ingin tampil cantik harus berhadapan dengan nilai-nilai tradisional serta agama, atau bahkan tuntutan dunia modern yang terkadang menuntut lebih dari seorang wanita, kadang terikut dalam arus global dimana pandangan dan opnini terbentuk dalam satu aliran besar dan genre yang sudah terpasang kokoh dengan penguatan image oleh media massa, sehingga wanita seolah menjadi alat untuk memasarkan image tersebut. Hubungan tersebut tidak hanya dengan orang sekitarnya bahkan hubungan dengan dirinya sendiri wanita sudah menjadi porsinya untuk diperhatikan, ketika sosok wanita sibuk memberikan apa yang mesti dilakukan bagi lingkungannya, seorang istri bagi suaminya, ibu bagi anak-anaknya, bawahan bagi atasannya, atau sebaliknya atasan bagi bawahannya, maka wanita berperan sebagai lilin yang menerangi sekitarnya, sementara sosok wanita sendiri meleleh dengan pengorbanannya tersebut, untuk hal yang sangat pribadi maka hubungan wanita dengan Sang Pencipta menjadi hal yang sangat krusial, terutama di era modern ini, dimana kekosongan dan kegersangan jiwa terkadang menerpa banyak wanita, dan bukan merupakan tanggung jawab orang lain tetapi lebih pada tanggung jawab pribadi pada Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Untuk masalah spiritual merupakan komunikasi langsung dengan Tuhan, beserta semua konsekuensi dari apa yang diperbuatnya. Sosok wanita di era serba cepat, modern dan digitalisasi ini, menjadi semakin kompleks disatu sisi sekaligus tetap pada kesederhanaannya dan itulah yang membuat sosok wanita menemukan tempatnya selalu dalam bentuk keindahan sekaligus kerumitan di tengah kehidupan yang komplek di era modern. Fenomena kerumitan di tengah kehidupan yang terkadang menjadikan wanita lupa dalam memerankan peranannya menjadi perempuan seutuhnya. Banyak hal yang harus diterlantarkan dan harus di korbankan guna meraih sukses dalam karier dan prestise. Terlantarnya hal-hal prinsip yang terjadi dikalangan wanita hindu seperti stres, perceraian, perselingkuhan narkoba, penyimpangan-penyimpangan yang memunculkan prilaku perempuan yang tidak pada tempatnya. Berdasarkan fenomena tersebut mendesain diri adalah wajib bagi seorang wanita agar sukses dalam menjalani kehidupan, dengan mendesain diri secara alamiah sejalan dengan tujuan agama Hindu yaitu mencapai moksatham Jagadhita dengan tetap berorientasi pada realita dimasyarakat modern. Agar keutamaan wanita tetap terjaga terutama kedudukan perempuan sebagai pendidik anak yang dilahirkan dalam sebuah keluarga sehingga menjadi anak yang suputra, yakni anak yang berbakti pada keluarga berguna bagi masyarakat dan bangsa. A. METODE PENELITIAN DESAIN DIRI BAGI WANITA HINDU PADA ERA MODERN DI NUSA TENGGARA BARAT Penelitian ini dilaksanakan Propinsi Nusa Tenggara Barat. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada permasalahan yang urgent terjadi di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Bara. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif. Data bersumber pada: Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari informan dengan menggunakan teknik wawancara dan Data Sekunder yakni sumber yang diperoleh dari hasil penelitian perpustakaan (library research) berupa dokumen-dokumen, buku-buku (literarture), foto- foto, laporan hasil penelitian, makalah, dan artikel serta lembaga tertentu yang terkait dengan penelitian ini. Alat pengumpul data utama dalam penelitian kualitatif sesungguhnya peneliti itu sendiri, karena pemahamannya secara mendalam tentang objek yang diteliti. Peneliti sebagai alat dapat berhubungan dengan masalah yang diteliti secara intensif. Penentuan informan berdasarkan prinsip purposiv. Penentuan informan ini diawali oleh informan kunci (key informan) yang berperan untuk memberikan suatu informasi utama dan paling awal. C. PEMBAHASAN Sesungguhnya penghargaan kepada perempuan, wanita istri atau putri sangat tinggi dalam kitab suci Weda dan susastra Hindu. Banyak tokoh-tokoh wanita sangat dihormati karena kesucian, kecerdasan dan kepemimpinannya. Lebih jauh dalam Reg WedaVIII.33.19 Perempuan sesungguhnya seorang sarjana dan seorang pengajar (Titib,2009:214). Berdasarkan makna isi susastra diatas hendaknya wanita mampu memanage dirinya sehingga tetap mampu menjaga kesucian pribadi dengan senantiasa mendesain dirinya agar mampu menyeimbangkan antara kewajiban dan swadarma sebagai serorang wanita, istri dalam kehidupan keluarga. Pengertian desain dalam hal ini adalah : 2.1 Pengertian Desain Dalam ajaran suci agama hindu dinyatakan bahwa kehidupan manusia hendaknya mengikuti dan melalui tahapan-tahapan kehidupan sebelum melalui proses kehidupan yang lebih komplek seperti dalam konsep semasa menuntut ilmu (Brhmacari) seorang anak wajib mengikuti pendidikan yang esensial seperti disiplin, Penyucian (Upanayana) mengikuti pantangan-pantangan atau brata (Brahmacarya-vrata) sehingga akan tumbuh menjadi anak yang rajin bekerja keras dalam konteks weda yakni melakukan tapa, tidak menghumbar nafsu untuk mencapai kehidupan yang baik sebelum melanjutkan kejenjang perkawinan. Sesungguhnya pengembangan kepribadian anak cinta kasih kepada sesama, kemanusiaan dan solidaritas, hormat dan bhakti kepada orang tua dan guru, pertama-tama diajarkan oleh ibu kandungnya, oleh karena itu seorang ibu disebut sebagai guru utama (nasti guruh samo mata) dan mendapatkan tahapan pembelajaran yang sangat mendasar mulai dari pendidikan etika, kasih sayang dan nilainilai kemanusiaan. Sehingga dalam kitab suci dalam (Titib, 2007 :122) diamanatkan pentingnya pendidikan seorang anak wanita yang ditumbuh kembangkan antara lain sebagai perintis, pendukung tugas yang berat dari suami, menjadi wanita yang sopan santun, cerdas dan mampu menjadi seorang terpelajar, sebagai guru bahkan sebagai orator yang akan terjun ke medan pertempuran kehidupan. Herbert Simon (Dick dan Carey, 2006) yang mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah. Dengan demikian suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain orang bisa melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi. Dengan demikian suatu desain pada dasarnya adalah suatu proses yang bersifat linear yang diawali dari penentuan kebutuhan yang kemudian mengembangkan rancangan untuk merespons kebutuhan tersebut yang selanjutnya rancangan tersebut diujicobakan dan akhirnya dilakukan proses evaluasi untuk menentukan hasil tentang efektivitas rancangan (desain) yang disusun. Sejalan dengan pengertian desain bagaimana wanita mampu memecahkan suatu permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga bisa menyeimbangkan kehidupan untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat di jaman modern tanpa menimbulkan pertentangan yang menimbulkan konflik dengan keluarga dan berada di tengah-tengah masyarakat. Untuk mendesain diri bagi wanita berbagai bentuk persoalan yang senantiasa harus di hadapi dalam kehidupan yang komplek di era modern dan tata cara yang digunakan dalam menjalankan proses kehidupan yang terdiri dari empat unsur yang saling berhubungan seperti melihat, memperhatikan mempertimbangkan dan memprioritaskan segala sesuatu yang dihadapi dengan jalan membekali diri yaitu : 1. Mendesain diri dengan pendidikan dan keterampilan Pendidikan bagi Wanita menurut Weda dari sudut pandang agama Hindu maupun kaitannya mempelajari berbagai pengetahuan tentang, etika, keterampilan, disiplin, emosi dan sosiobilitas. Peranan wanita dalam keharmonisan suatu bangsa terletak di tangan wanita, ketika wanita berkualitas rendah atau lemah secara fisik dan mental, bisa dipastikan anak-anak bangsa, istri sebagai pendamping suami akan terseok-seok ketika bersaing dengan Negaranegara atau bangsa lain di era globalisasi. Ketika pendidikan terhadap wanita mendapat perhatian yang sungguh-sungguh maka permasalahan terhadap perempuan akan mampu diminimalisir. Dalam kitab suci Atharvveda (XIV.2.20) dalam (Titib, 2009; 211) ada sebuah mantra yang menyatakan bahwa seorang wanita hendaknya senantiasa memuja Dewi Saraswati dan menghormati orang tua dan keluarga. Pemujaan kepada Dewi Saraswati mengandung makna untuk mendalami Ilmu pengetahuan dan menghormati orang tua dan keluarga mengandung makna menanamkan nilai-nilai budhi pekerti kepada dirinya sendiri dan keluarga dan anak-anak yang akan dilahirkan nanti bagi seorang istri. Peranan wanita ketika menikah akan menjadi kepala rumah tangga (Lord of the house) dimana wanita di tuntut harus mampu tahan uji kuat dalam menghadapi tantangan. Hendaknya wanita tersenyum ketika terhina, kuat dalam doa, senantiasa memaafkan, berbakti kepada orang tua dan leluhur, ringan dalam langkah dan introspeksi diri dalam menjalani kehidupan. Seorang wanita setelah menikah seharusnya diharapkan memiliki putra-putri yang gagah, cemerlang terpelajar tentunya diimbangi dengan pendidikan wanita yang memadai dan terpelajar karena dalam konteks ini menunjukkan wanita atau seorang ibu hadir di antara anak-anaknya sebagai seorang pendidik. Hal ini sesuai dengan tujuan mulya untuk menghasilkan generasi penerus yang sadar akan hidupnya akan hadir dengan sendirinya bila di imbangi dengan menanamkan pendidikan yang memadai pada wanita sebagai generasi penerus baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan non formal dalam hal ini dengan pelatihanpelatihan Seluruh upaya memajukan wanita tersebut tentunya melihat kondisi sosial, psikologis dan jenjang pendidikan. Mengumpulkan sebanyak mungkin informasi-informasi yang berkaitan langsung atau tidak langsung. Informasi-informasi itu bisa didapatkan dalam bentuk hard copy, soft copy melalui perpustakaan, internet dan beberapa sumber. 2. Mendesain diri dalam tujuan hidup Wanita Sejalan dengan tujuan agama adalah mencapai Jagadhita (kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia ini) dan moksa (kebahagiaan abadi bersatunya Atman dengan Brahman) Hidup bersama orang lain di amalkan dalam beberapa mantra kitab suci Weda, termasuk juga di tuntun untuk mewujudkan hidup yang harmonis, serasi dan selaras dengan Sang Pencipta (Tuhan Yang Maha Esa), dengan sesama manusia dan lingkungannya. Keharmonisan antara ketiganya itu, dikenal dengan istilah Trihita Karana. Bila umat manusia mampu membina keharmonisan dengan disiplin yang tinggi dan sesuai dengan kewajiban masing-masing maka kehidupan sosial kemasyarakatan akan berjalan harmonis, untuk itu disiplin sosial sangat mutlak diperlukan. Kutipan ajaran tentang disiplin sosial dalam rangka mengembangkan tanggung jawab bersama harus dan patut diikuti oleh wanita bahkan setiap anggota masyarakat antara lain ; - Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia supaya hidup serasi, menjauhkan diri dari perbuatan buruk, hendaknya seseorang mampu mengendalikan diri dan memiliki disiplin yang tinggi sehingga tumbuh keselarasan, saling pengertian dan tanggung jawab. - Seseorang sebagai anggota masyarakat di tuntut untuk memegang disiplin seperti para pendahulu (pahlawan) kita, yang senantiasa bermusyawarah dalam menyelesaikan dan senantiasa bersatu penuh perhatian di antara anggota masyarakat. - Terdapat perbedaan profesi dalam masyarakat yang digambarkan sebagai tubuh manusia yang seluruh organ tubuhnya berjalan normal maka masyarakat akan sejahtera, untuk itu disiplin sangat mutlak untuk di tegakkan. Berdasarkan paparan diatas, bila wanita mampu melaksanakan disiplin hidup, saling pengertian mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kodrat perempuan maka tercapailah kesejahteraan. Kepekaan Sosial dan Keimanan (Srada Bhakti), Wanita Sebagai makhluk sosial memerlukan bantuan dan kerjasama keluarga, sedangkan dalam bentuk yang besar untuk kepentingan-kepentingan yang lebih luas diatur dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Bila cinta sesama umat manusia dan cinta tanah air senantiasa ditanamkan sejak dini maka akan tumbuh generasi muda yang bertanggung jawab dalam kehidupan bersama. Selain itu juga akan memiliki kepekaan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan umat dan masyarakat di sekitarnya dan bila kita mengkaji fungsi agama bagi kehidupan manusia maka ajaran agama dapat berperan sebagai berikut : a) Faktor motivasi : mendorong wanita untuk menentukan sikap memilih yang baik dan benar serta menghindarkan yang buruk dan salah. Dengan motivasi untuk meningkatkan kualitas SDM, seseorang akan terdorong oleh ajaran agama untuk berbuat baik dan benar. b) Faktor kreatif dan inovatif, mendorong wanita untuk berkreasi dan mengadakan pembaharuan pada diri dan lingkungannya. c) Faktor integratif, keyakinan yang utuh terhadap kebenaran ajaran agama yang tercantum dalam pengalaman berupa tingkah laku, yang baik dan benar. Bila agama tidak didaya gunakan sebagai faktor integratif, keperibadian seorang wanita akan pecah, tidak utuh dan perbuatannya niscaya akan bertentangan dengan dharma (kebenaran). d) Faktor transformatif dan sublimatif, yakni mampu mengubah sikap, prilaku, perkataan dan perbuatan sesuai dengan ajaran agama, yang disebut dengan Trikaya Parisuddha (berfikir, berkata dan berbuat yang baik dan benar). e) Faktor inspiratif dan edukatif, sebagai faktor inspiratif, mengilhami seseorang wanita sebagai faktor edukatif secara sadar mendorong untuk melakukan proses pembelajaran dan pendidikan diri sendiri demi kebaikan serta kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Sejalan dengan fungsi agama, seperti terurai di atas, maka aspek keimanan (sraddha) yang merupakan intisari ajaran agama akan merupakan kendali yang mengekang tingkah laku seseorang untuk tetap secara sadar berbuat baik dan benar. Aspek keimanan merupakan kendali moralitas yang dapat mencegah seseorang wanita untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat menghancurkan dirinya sendiri, orang lain, maupun masyarakat lingkungannya. Ajaran suci Veda memberi tuntunan kepada umat manusia dalam hal ini wanita hindu. Ajaran suci ini mencakup semua aspek hidup dan kehidupan umat manusia, karena memang Veda diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk kesejahteraan umat manusia. Dan didalam Veda di jumpai beberapa mantra yang menyatakan eksistensi dan tujuan diturunkannya sabda suci Veda, antara lain : Veda adalah sabda abadi yang di dengar oleh para resi melalui tapa yang tinggi (yajnatrcah samani yajnire reg veda x.909). Tuhan Yang Maha Agung yang menjadikan dirinya sendiri menurunkan Veda untuk kesejahteraan semua mahluk. 3. Mendesain Strategi Merancang Strategi dikatakan tepat jika sesuai dengan kecenderungan tujuan dari kehidupan wanita. Mendesain strategi ibarat menyiapkan taktik dalam perang. Bagi seorang wanita strategi harus didesain pada setiap langkah kehidupan sehingga tidak membosankan. Menguasai beberapa strategi lebih mempermudah proses menghadapi kerumitan hidup diera modern, tentunya disesuaikan dengan latar belakang kehidupan sosial-ekonomi masing-masing individu, memiliki perbedaan kualitas pemikiran dan semua itu menuntut harus selalu berinovasi/kreatif itu membutuhkan strategi. Dalam menjalani kehidupan wanita memerlukan pengorbanan yang maksimal sehingga mampu menjalankan swadharma sebagai wanita hindu dengan menanamkan nilai-nilai budi pekerti yang terkandung dalam ajaran suci Veda (hinduisme) sangat relevan sepanjang jaman, nilai-nilai yang terkandung pada kitab suci Veda adalah strategi yang paling mendasar dan ampuh dalam memerankan kehidupan sebagai wanita antara lain : pengorbanan (keihlasan/ tyaga atau yajna), kebenaran (satya), kasih sayang (ahimsa), kemurnian hati (daksina), sedekah (dana), menghindari perjudian (aksa/ nita), jalan kemulyaan (svastipantham), keharmonisan (samjnanam) persatuan (samanah) kewaspadaan (jagara) kesucian hati (daksa) kemakmuran (jagadhita) kebajikan (bhadrah) kemudian (kirti) jasa baik (yasa) keramahan (sriyah) persaudaraan (mastra), keamanan (abhayam), tugas dan kewajiban (svadharma) keberanian (varma/viram/nirbhayata) profesi (varma) tahapan hidup (asram) kecerdasan (prajna) kesatuan dengan Yang Maha Esa (yoga) kebaktian (bhakti) dan lainlainnya yang tentunya masih banyak belum diungkapkan. Nilai-nilai pendidikan budi pekerti yang merupakan sabda Tuhan Yang Maha Esa di dalam kitab suci Veda tersebut kemudian di kembangkan. 4. Evaluasi diri Penanaman nilai-nilai keagamaan senantiasa menjadi landasan berpijak dalam menjalani kehidupan bagi wanita hindu untuk senantiasa mampu introspeksi diri. Penanaman nilai-nilai keagamaan yang benar pada setiap wanita dari lubuk hati sanubari manusia, sehingga nilai agama benar-benar merupakan bagian integral dalam pribadi setiap manusia. Aplikasi Penanaman nilai-nilai keagamaan yang senantiasa di ingatkan kepada perempuan dewasa, seperti perlakuan terhadap wanita dewasa yang sebaik-baiknya sesuai kondisi sosial dari masing-masing individu terutama dalam penanaman nilai moral dengan pendekatan humanis. Peningkatan kualitas proses kehidupan tidak mungkin tercapai manakala tidak dilakukan peningkatan kualitas penilaian. Setiap langkah harus memperoleh perhatian serius oleh wanita sehingga merasa nyaman terhadap pekerjaan yang mereka lakukan. Perasaan nyaman inilah yang harus ditumbuh kembangkan. Sebab perasaan senang tersebut menjadi dasar bagi pengembangan kehidupan. Asumsinya adalah jika wanita senang maka para wanita akan mengembangkan dirinya tanpa diintervensi atau diperintah oleh fihak lain. Dalam mengevaluasi diri dibutuhkan kejujuran, keseimbangan, kejelasan. Pada dasarnya semua wanita menginginkan pujian yang bagus sehingga seringkali menjadi arogan dan takabur, akan tetapi disisi lain kadang wanita marah, emosi dan mengalami stress ketika dievaluasi tentang kekuarangannya, sebernarnya hal tersebut adalah merupakan kekeliruan. Maka pentingya perasaan dan jiwa besar ketika wanita dikritik oleh orang lain, sehingga tercapailah proses evaluasi untuk kemajuan wanita itu sendiri. Fungsi dari mendesain diri bagi wanita, diantaranya: a. Fungsi Kreatif, segala kegiatan semestinya dengan menggunakan perencanaan yang matang akan dapat memberikan manfaat bagi orang dan dapat memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Dengan umpan balik itulah wanita dapat meningkatkan dan memperbaiki diri. b. Fungsi Inovatif, suatu inovasi akan muncul seandainya kita memahami adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan itu hanya mungkin bisa ditangkap manakala kita memahami proses yang dilaksanakan secara sistematis. Proses kehidupan yang sistematis itulah yang direncanakan dan terprogram secara utuh. Dalam kaitan inilah perencanaan memiliki fungsi inovasi. c. Fungsi Selektif, untuk mencapai suatu tujuan atau sasaran yang terarah dalam menunaikan kehidupan wanita dihadapkan kepada berbagai pilihan strategi. Melalui proses perencanaan dapat menyeleksi strategi mana yang kita anggap lebih efektif dan efisien untuk dikembangkan. Fungsi selektif berkaitan dengan pemilihan suatu kegiatan yang dianggap sesuai dengan tujuan kehidupan. Melalui proses perencanaan wanita dapat menentukan mana yang layak dan mana yang tidak sesuai dengan kehidupan. d. Fungsi Komunikasi, suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap orang yang terlibat baik kepada anak bagi seorang ibu, teman kepada suami bahkan kepada pihak eksternal seperti kepada orang tua dan masyarakat. e. Fungsi Predikdif, perencanaan yang disusun secara benar dan akurat dapat menggambarkan apa yang akan terjadi setelah dilakukan suatu treatment sesuai dengan program yang disusun. Melalui fungsi prediktifnya perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang akan terjadi dan dapat menggambarkan hasil yang akan diperoleh. f. Fungsi Akurasi, perencanaan yang matang bagi wanita dapat menakar setiap waktu yang diperlukan untuk menjalankan proses kehidupan dengan efektif melalui program perencanaan. g. Fungsi Pencapaian control, menjalani kehidupan bukanlah sekedar untung-untungan akan tetapi membentuk diri wanita secara utuh. Wanita utuh bukan hanya berkembang dalam aspek intelektual saja akan tetapi juga dalam sikap dan keterampilan. Dengan demikian memiliki dua sisi yang sama pentingnya yaitu sisi keberhasilan dan sisi proses menjalani kehidupan. Melalui desain yang matang itulah antara intelektual dalam sikap dan keterampilan dapat dilaksanakan secara seimbang. h. Fungsi Kontrol, mengontrol keberhasilan kegiatan atau dalam proses kedupan bagi wanita dalam mencapai tujuan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses kehidupan. Melalui perencanaan kita dapat menentukan sejauh mana kinerja yang dapat dilaksanakan dalam hal inilah perencanaan berfungsi sebagai kontrol yang dapat memberikan gambaran kepada diri sendiri dalam mengembangkan kegiatan lain. Manfaat Desain diri bagi Wanita Hindu Kekuasaan Tuhan dalam menciptakan manusia di dunia ini tentunya memiliki manfaat yang sangat besar sehingga segala aktivitas yang dilakukan wanita menjadi terkoodinir baik dalam dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat sekitarnya. Beberapa manfaat yang mendasar dalam kehidupan wanita antara lain: a) Sebagai penunjuk arah dalam menjalankan kegiatan dalam mencapai tujuan. b) Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap wanita unsur yang terlihat dalam kegiatan. c) Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja. d) Sebagai pedoman kerja bagi wanita, dalam keluarga maupun masyarakat. e) Untuk menyusun kegiatan agar terjadi keseimbangan antara berbagai pihak dimasyarakat dan lingkungan sekitarnya f) Untuk menggunakan waktu secara efesian agar proses aktifitas kehidupan wanita terlaksana dengan maksimal 2.2 Wanita Hindu Wanita adalah seorang ibu atau seorang gadis dewasa yang memiliki sifat-sifat lembut, kasih sayang perhatian, tulus iklas dalam menjalankan kehidupan senantiasa memaafkan, berjiwa besar ketika terhina, ramah dalam pergaulan memiliki peran ganda dalam kehidupan dan kuat dalam doa untuk dirinya dan keluarga. Sehinggga secara normatif dan tektual diamanatkan untuk menjadi wanita idaman, cerdas, bijaksana pemberani, sebagai ratu rumah tangga, sebagai guru (pembimbing) Realitas sosial dewasa ini menunjukkan usaha untuk menuju kesetaraaan dalam berbagai aspek kehidupan tampak semakin meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya. Wanita itu sendiri telah memiliki naluri yang trampil dan kreatif, memiliki sifat-sifat kepemimpinan, kebersamaan, kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan keharmonisan dan sikap-sikap positif yang lain dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan dan negara. Dalam kitab suci Atharvveda (XIV.2.20) dalam (Titib, 2009; 211) ada sebuah mantra yang menyatakan bahwa seorang wanita hendaknya senantiasa memuja Dewi Saraswati dan menghormati orang tua dan keluarga. Wanita senantiasa berdoa untuk kelangsungan keluarganya dengan tulus ditengah-tengah peran ganda yang dijalani diera modern. 2.3 Era Modern Era teknologi yang serba modern dengan sifat perubahannya yang dinamis dan dihadapkan pada nilai-nilai kultural tradisional yang cenderung berstatus quo. Wanita Indonesia untuk dapat berkarya lebih diluar lingkungan rumah namun secara luar biasa untuk dapat berperan ganda sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya. Gaya hidup masa kini ketika seorang wanita dapat berkarir di luar rumah, dengan berbagai alasan, dimana yang paling utama adalah untuk membantu sisi finansial keluarga dalam hal menambah jumlah penghasilan yang didapat oleh suami, namun juga sebagai sarana aktualisasi diri mereka di tengah masyarakat, dengan mengambil bidang pekerjaan yang sebelumnya didominasi para pria, namun tidak jarang juga mereka menciptakan originalitas sebagai seorang pelopor yang baru di bidang yang sebelumnya tidak ada atau masih sangat jarang, hal ini terlihat sebagai fenomena dimana para wanita pun dapat mempunyai kapabilitas yang setara dengan para pria di hampir semua bidang dan aspek kehidupan. C. SIMPULAN Mendesain diri bagi wanita Hindu merupakan hal yang harus di lakukan ibarat mendesain pembelajaran bagi seorang guru sebelum melakukan aktifitas pembelajaran. Desain diri bagi wanita hindu yaitu pertama mempersiapkan diri yaitu membekali diri dengan pendidikan, keterampilan, etika, sehingga bisa bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kedua Mendesain tujuan hidup merupakan jalan untuk menentukan arah kelangsungan hidup seorang wanita, sesuai dengan tujuan agama, dengan memiliki tujuan yang jelas dalam menjalankan kehidupan akan lebih semangat dan merasa hidup ini berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Dengan kompleknya masalah yang dialami oleh wanita di era modern dan Peranan keteladan seorang wanita di era modern dalam mendidik anak bagi seorang istri, disipilin bagi wanita, menjadi anak yang suputra bagi keluarga sehingga menjadi wanita yang seutuhnya memerlukan perhatian khusus disamping materi yang menjadi kebutuhan dalam kehidupan seorang wanita. Ketiga dalam menjalankan kehidupan wanita perlu mempelajari situasi, kondisi dan mempersiapkan strategi, dan menggunakan strategi sebagai pendamping dalam menjalankan kehidupan sehingga tidak selamanya wanita hanya bertugas untuk menyelesaikan persoalan domestik semata. Keempat adalah sesuatu yang tidak kalah pentingnya dilakukan oleh wanita Hindu selalu waspada dan senantiasa mengevaluasi apa yang telah dilakukan sehingga bisa menjadi perbaikan untuk melangkah lebih lanjut dalam proses kehidupan. Daftar Pustaka Directorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha dan Universitas Terbuka Tata Susila 1992 Haryanto Al-Fandi.2011 Desain Pembelajaran Demokratis & Humanis. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media Mantra, Ida Bagus 1983, Tata Susila Hindu Dharma, Parisada Hindu Dharma Pusat, Denpasar Jakarta Martinis Yamin, 2009, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan, Gaung Persada Press. Jakarta. Sudarma I Wayan Internet. Goegle 2010 Sudirga I. B dkk, Widya DharmaAgama Hindu Ganeca Exact Jakarta 2007 Susila I Nyoman dkk 2009, Tata Susila Hindu, Direktorat Jendral Bimbingan masyarakat Hindu Dep. Agama RI. Suarjaya, I Wayan dkk 2008, Panca Yadnya Widya dharma Denpasar Subagia, 2007. Konsep Pendidikan berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Bali, Denpasar: IHDN Titib I Made, 2003. Menumbuhkembangkan Pendidikan Budhi Pekerti Pada Anak (Persefektif Agama Hindu). Jakarta : Ganesa Exact. Team Penyusun 2007, Panduan Pengenalaan Kurikulum KTSP Titib I Made 2007, Weda Sabda Suci, Surabaya : Paramita Titib, 2007 Studi Agama Hindu, IHDN Denpasar. Titib I Made, 2003. Menumbuhkembangkan Pendidikan Budhi Pekerti Pada Anak (Persefektif Agama Hindu ). Jakarta : Ganesa Exact. Wiana I Ketut, 1997. Cara Belajar Agama Hindu Yang Baik. Yayasan . Denpasar: Yayasan Dharma Naradha