Upaya Menumbuhkembangkan Pengamalan

advertisement
Upaya Menumbuhkembangkan Pengamalan Kesadaran Lingkungan Hidup
Melalui Kegiatan Kepramukaan
( Studi Kasus Di Wilayah Kwartir Daerah Jawa Tengah )
Suyahman
Program Studi PPKn, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo, Jl. Letjend Sujono Humardani No. 1 Sukoharjo Telp. 0271-593156
Abstraksi
Lingkungan Hidup adalah Kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan peri kehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Dalam rangka membangun
kesadaranlingkungan hidup bagi para generasi muda dapat dilakukan melalui
pendidikan formal, non-formal, maupun in-formal. Salah satu bentuk
pendidikan non-formal yang dapat dijadikan sarana tersebut yaitu Gerakan
Pramuka. Gerakan Pramuka adalah nama organisasi yang merupakan wadah
proses pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan di Indonesia. Gerakan
Pramuka baik secara substansial maupun material di dalamnya berisikan
kegiatan-kegiatan yang bermuara pada kesadaran berlingkungan hidup.Karena
itu, dalam suatu kegiatan kepramukaan selalu diupayakan untuk
diinternalisasikan keasadaran berlingkungan hidup bagi para anggota pramuka.
Dimana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan
hidup meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalaian, pemanfaatan,
pemeliharaan, pengawasann, dan penegakan hukum
Keyword: Lingkungan hidup, Gerakan Pramuka, Perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup
Pendahuluan
Manusia dengan lingkungan merupakan dua unsur yang saling terkait yang
tidak bisa dipisahkan. Kehadiran manusia dibumi akan selalu berhubungan dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial untuk dapat
mempertahankan hidupnya. Dalam kondisi seimbang antara manusia yang menghuni
bumi dengan kemampuan bumi untuk menopang kehidupan,maka tidak akan terjadi
kerusakan-kerusakan alam atau kerusakan-kerusakan lingkungan. Untuk itu, manusia
dengan berbagai perilakunya dituntut untuk dapat menjaga lingkungan kehidupannya.
Untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia, maka manusia
memanfaatkan sumber daya alam dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dikuasainya.Semakin tinggi penguasaan, pengetahuan dan teknologi seseorang atau
sesuatu bangsa maka seharusnya mereka semakin baik dalam memanfaatkan sumber
daya alam.Namun dalam kenyataannya tidak selalu demikian.Rusaknya alam beserta
sumber dayanya juga karena penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
canggih.Apalagi di negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, tidak
jarang suatu produk teknologi yang sudah dimasyarakatkan baru kemudian dampaknya
dirasakan.Misalnya terjadinya pencemaran tanah, air, udara, dan suara.terganggunya
110
No.2 / Volume 20 / 2011
WIDYATAMA
siklus air, semakin meluasnya lahan kritis, semakin kompleksnya benturan atau alih
fungsi penggunaan keseimbangan lingkungan.
Kerusakan lingkungan dapat pula terjadi karena kebodohan dan
kemiskinan.Apa lagi bila hal ini diikuti dengan jumlah pertumbuhan penduduk yang
tinggi maka merosotnya daya dukung lingkungan akan semakin cepat.Karena itu maka
dapat ditegaskan bahwa kehidupan manusia dengan lingkungan hidup adalah dua
variabel yang saling melengkapi dan mempengaruhi.Lingkungan merupakan faktor
pembentuk variasi dalam kehidupan manusia, karena itu, perubahan lingkungan memberi
dampak terhadap perubahan variasi dalam kehidupan manusia.Sementara itu kehidupan
manusia itu sendiri juga menjadi pembentuk perubahan yang terjadi di dalam
lingkungan.Dalam suatu kehidupan, lingkungan menawarkan berbagai alternatif pada
manusia, dan sebaliknya manusia dengan kemampuan akal dan budidayanya berupaya
untuk merespon alternatif tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.Karena
itu antara lingkungan hidup dan manusia terjadi suatu hubungan timbal balik yang
sinergis, artinya suatu hubungan yang saling memberikan manfaatnya bagi keduanya.
Insteraksi yang dilakukan manusia dengan lingkungannya menimbulkan
dampak terhadap kedua belah pihak.Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manusia
terhadap lingkungan seringkali merubah bentuk dan keadaan lingkungan seringkali
merubah bentuk dan keadaan lingkungan.Lambat laun perubahan yang terjadi
mengakibatkan
adanya
ketidakseimbangan
dalam
lingkungan
(out
of
balance).Terjadinya perubahan tersebut juga memberi dampak terhadap kehidupan
manusia. Hal inilah yang merupakan konflik fundamental antara manusia dengan
lingkungannya (potential in deep conflict) .Konflik yang demikian itu adalah awal dari
krisis lingkungan, dan dalam krisis tersebut manusia tidak hanya sebagai pelaku tetapi
sekaligus sebagai korban.Karena pentingnya arti lingkungan terhadap kehidupan
manusia, maka diperlukan adanya upaya perlindungan dan pelestarian dalam
pengelolaan lingkungan.Peter L.Berger mencatat bahwa dalam waktu-waktu belakangan
ini terdapat suatu serangan yang dahsyat terhadap cita-cita pertumbuhan tanpa batas
karena akibat-akibat ekologisnya.1 Kondisi yang demikian itu di dorong oleh rasa
kesadaran masyarakat akan pentingnya arti lingkungan bagi kehidupan manusia
termasuk bagi pembangunan yang mengharapkan pertumbuhan itu sendiri. Keadaan
yang dahulunya mempertentangkan antara pembangunan dengan masalah-masalah
lingkungan, belakangan ini menjadi terbalik.Sebab antara pembangunan dengan masalah
lingkungan memiliki keterkaitan yang erat.
Pengeloloaan dan pelestarian lingkungan hidup membutuhkan suatu sistem
yang terpadu karena lingkungan hidup merupakan ekosistem meliputi berbagai aspek
seperti : aspek sosial, budaya, ekonomi, dan aspek fisik sebagai subsistemnya.
Pembangunan yang berwawasan lingkungan akan membawa keselarasan, keseimbangan
subsistem. Peran serta masyarakat merupakan salah satu syarat utama bagi keberhasilan
upaya pengendalian dan pelestarian lingkungan hidup.Tingkat peran aktif masyarakat
sangat diperlukan berkaitan dengan keberadaan, kemampuan, dan kualitas organisasi
sosial dan organisasi kemasyarakatan yang berkecimpung dalam bidang lingkungan
hidup serta tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang lingkungan hidup.
111
WIDYATAMA
Lingkungan Hidup Sebagai Habitat Manusia
Istilah lingkungan hidup secara harafiah terdiri dari dua kata yaitu
lingkungan dan hidup.Menurut kamus bahasa Indonesia, lingkungan diartikan
bulatan yang melingkungi; lingkaran; sekalian yang terlingkung di suatu daerah,
sedangkan hidup berarti masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana
mestinya.2
Berkaitan dengan pengertian lingkungan hidup disini diberikan
beberapa pendapat dari para ahli.Menurut Munadjat Danusaputra lingkungan
hidup adalah semua benda dan daya serta kondisi, termasuk di dalamnya manusia
dan tingkah lakunya yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan
mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia lainnya.3
Lingkungan hidup atau Environment adalah istilah bahasa Inggris untuk
lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan suatu organisme hidup ialah
segala sesuatu di sekeliling organisme itu yang berpengaruh pada kehidupannya.4
Lingkungan Hidup menurut Otto Soemarworto adalah jumlah semua benda dan
kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan
kita5 Sementara itu Emil Salim berpendapat bahwa lingkungan hidup adalah
sebagai segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam
ruangan yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk
kehidupan manusia.6Menurut undang-undangnomor32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 poin 1 Lingkungan
hidup adalah Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain.7
Dalam ilmu lingkungan manusia mempunyai hak khusus, semuanya
dipandang dari kepentingan manusia, tetapi manusia juga harus mempunyai
tanggung jawab yang paling besar terhadap lingkungannya dimana tanggung
jawab ini tidak mungkin diserahkan kepada makhluk hidup lain.Manusia
memandang alam dari sudut pandang manusia yaitu antroposentrik.Manusia
menganggap alam diciptakan untuk kepentingan dirinya.Hal ini berarti bahwa
secara implisit sudah bertahun-tahun telah dibutuhkan untuk merancang bangun
alam agar tercipta lingkungan yang sesuai dengan kehidupan manusia.Ilmu dan
teknologi diciptakan hanya sekedar untuk menguasai alam.
Dengan pandangan yang antroposentrik yang disertai oleh keinginan taraf
hidup yang makin tinggi dan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin
pesat, moderndan canggih, menyebabkan eksploitasi lingkungan semakin
meningkat. Kecenderungan peningkatan itu ditambah pula oleh anggapan adanya
sumber daya umum yang dimiliki bersama.
WIDYATAMA
112
No.2 / Volume 20 / 2011
WIDYATAMA
Pola pikir demikian jika dibiarkan maka dengan sendirinya dapat
mengakibatkan tidak adanya suatu keseimbangan, keselarasan suatu tata
kehidupan dalam lingkungan hidup. Untuk itu, yang perlu dilakukan adalah
adanya suatu persepsi yang sama terhadap maknawi konsepsi lingkungan hidup.
Karena adanya persepsi yang sama maka dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mengendalikan diri di dalam mengelola dan melestarikan lingkungan hidup.
Kemajuan teknologi yang begitu cepat , canggih, dan modern disatu sisi
dapat memacu proses pertumbuhan industrialisasi yang lebih maju dan modern.
Sebaliknya disisi lain dapat menimbulkan pencemaran lingkungan hidup yang
sangat kompleks. Dengan terganggunya lingkungan hidup maka secara otomatis
mengganggu pula tata kehidupan manusia dengan lingkungan hidupnya.Oleh
sebab itu, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat mestinya diikuti
dengan peningkatan keimanan dan ketakwaan. Dengan cara demikian maka
ketergantungan manusia terhadap teknologi dapat dikendalikan sehingga
implikasinya adalah bahwa teknologi yang maju harus tetap diletakan dalam
suatu kerangka terciptanya suatu kehidupan manusia dengan lingkungan
hidupnya yang selaras, serasi dan seimbang.
Sebagaimana dikatakan Koenadi Hardjosoemantri bahwa meskipun
masalah lingkungan ini sudah menjadi masalah sejak lama, namun
penanganannya menurut pendekatan ekosistem masih sangat baru. Dalam
penanganan yang demikian dibutuhkan adanya beberapa komponen yaitu
pemahaman, penghayatan, motivasi serta kesadaran masyrakat akan arti
pentingnya mengembangkan dan menjaga kelestarian alam. Menurut Koesnadi
Hardjosoemantri pula,bahwa untuk melaksanakan pendekatan ekosistem tersebut
diperlukan adanya dua jalur yaitu :Mengembangkan pengertian dan penghayatan
kesadaranlingkungan melalui pendidikan formal dan non-formal; Mengajak serta
kelompok-kelompok masyarakat untuk ikut serta dalam gerakan pengembangan
lingkungan hidup.
Selanjutnya Koesnadi Hardjosoemantri berpendapat bahwa penanaman
pengertian tentang manfaat yangdidapat dari pengembangan keserasian dan
keseimbangan lingkungan hidup dapat disalurkan melalui berbagai jalur
pendidikan sebagai berikut :Pendidikan formal; yang diselenggarakan mulai dari
pendidikan pra-sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai dengan
pendidikan tinggi.Pendidikan non-formal; yang diselenggarakan melalui berbagai
kursus-kursus dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dilaksanakan di luar lembaga
pendidikan formal, Pendidikan informal; yang diselenggarkan di dalam keluarga
dan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat .8
Jika kita cermati pendapat Koesnadi Hardjosoemantri di atas maka
dapat di intrepestasikan bahwa dalam rangka menanamkan pengertian dan
kesadaran lingkungan hidup, serta dalam rangka pengembangan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan tata kehidupan manusia dengan lingkungan
hidupnya dapat dilakukan melalui jalur non-formal diantaranya yaitu melalui
organisasi Gerakan Pramuka.
Gerakan pramuka dengan pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup
mempunyai hubungan yang sinergis artinya aktivitas-aktivitas dalam Gerakan
Pramuka dalam bentuk permainan yang menarik dan menantang yang
113
WIDYATAMA
mengandung pendidikan dikemas untuk disesuaikan
situasi dan kondisi
lingkungan yang ada. Sehingga kegiatannya diupayakan untuk selalu menyatu
dengan alam.
Pemikiran demikiandidasarkan atas suatu realita bahwa Gerakan
Pramuka sebagai salah satu organisasi yang menyelenggarakan pendidikan nonformal di dalam kegiatannya berlandaskan pada : landasan Idiilnya yaitu
Pancasila, landasan konstitusionalnya yaitu UUD 1945, serta landasan gerak dan
pelaksanaannya yaitu Kode kehorma]tan pramuka dalam bentuk janji dan
ketentuan moral. Janji bagi anggota pramuka sebagaimana tersurat dalam :Dwi
Satya dan Tri Sastya, sedangkan ketentuan moralnya sebagaimana tersurat dalam
Dwi Dharma dan Dhasa Dharma.
Pelaksanaan kegiatan kepramukaanbagi peserta didik diarahkan pada
lima
aspek pengembangan yaitu :Pengembangan pada aspek fisik,
Pengembangan pada aspek psikis, Pengembangan pada aspek social,
Pengembangan pada aspek spiritual, Pengembangan pada aspek emotional 9
Kelima aspek tersebut sifatnya integrited artinya bahwa aspek yang satu
akan mendukung dan melengkapi pada aspek yang lainnya, sehingga tiap aspek
diupayakan dikembangkan secara selaras, serasi, dan seimbang. dilakukan
melalui berbagai kegiatan kepramukaan yang disesuaikan dengan perkembangan
jasmani dan rokhani, usia, jenis kelamin, fisik, psikis, serta kemampuan anak
didikyang berorientasikan pada lima aspek tersebut, hendaknya diselaraskan
dengan tercapainya pengembangan lingkungan hidup yang meliputi empat
sasaran yaitu : (1). Mengembangkan hubungan keselarasan antara manusia
dengan lingkungannya, sebagai bagian dari membangun manusia Indonesia
seutuhnya yang bercirikan keselarasan antara manusia dengan masyarakat,
manusia dengan lingkungannya, dan antara manusia dengan Tuhan sebagai
penciptanya. Sehubungan dengan itu, maka kegiatan kepramukaan diupayakan
untuk dapat menggali berbagai kepedulian seorang anggota pramuka terhadap:
diri sendiri ( duthy to self), peduli pada Tuhan ( duthyto good ), peduli pada
lingkungan ( duthy to environment ), serta peduli pada orang lain ( duthy to others
), (2). Pengelolaan sumber-sumber alam yang dilakukan secara bijaksana dengan
mengusahakan kelestarian sumber alam dan pengendalian permintaan masyrakat
terhadap sumber-sumber alam yang diperkirakan semakin langka di masa yang
akan datang. Dalam kerangka yang demikian maka kegiatan kepramukaan saat ini
dikondisikan untuk “back to nature” yang artinya kembali ke alam.Hal ini berarti
pola-pola kehidupan anak pramuka selalu diserasikan dengan keberadaan alam,
sehingga model-model kegiatan kepramukaan yang dibangun diorientasikan
untuk tetap menjaga kelestarian alam. (3). Mencegah merosotnya kualitas hidup
manusia sebagai titik temu bagi pembangunan sejalan dengan pembangunan
lingkungan hidup. Dalam konteks yang demikian, maka dalam kegiatan
kepramukaan pengaturan pola menu makanan menjadi prioritas utama, sehingga
dalam kegiatan kepramukaan anak-anak menunjukan keagresipannya dalam
rangka pembenahan lingkungan hidupnya. Dengan demikian kegiatan-kegiatan
yang dibangun adalah kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan kontribusi
dalam rangka pembangunan lingkungan hidup, misalnya : kemah bhakti,
pendirian posko-posko di daerah-daerah yang terkena bendaca alam, pendirian
WIDYATAMA
114
No.2 / Volume 20 / 2011
WIDYATAMA
posko-posko simpati menjelang hari raya dan lain-lain. (4). Membimbing
perubahan manusia dari posisi “ perusak lingkungan”(desthroyer environment)
menjadi “pembina lingkungan”. Untuk mewujud gagasan ini maka kegiatan
kepramukaan senantiasa dikemas dengan menggunakan kata-kata yang indah,
serta game-game yang menarik. Dengan cara yang demikian maka dapat
menumbuhkan sugesti terhadap diri anak didik baik secara fisik maupun phisik,
sehingga menimbulkan sikap kasih sayang, ramah terhadap siapa saja termasuk
pada lingkungan hidupnya sehingga menimbulkan rasa simpati untuk berperan
serta menata lingkungan hidupnya.
Urgensi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Hakekat pengelolaan lingkungan hidup bukan hanya mengatur
lingkungannya, tetapi termasuk mengatur dan mengendalikan berbagai
kegiatan manusia agar berlangsung dan berdampak dalam batas kemampuan
dan keterbatasan lingkungan untuk mendukungnya. Manusia perlu secara
rutin mengelola lingkungan hidup, agar dapat memanfaatkan lingkungan
secara optimal. Lingkungan hidup bagi manusia yang berupa hutan, memang
sangat stabil dari waktu ke waktu. Seribu tahun yang akan datang keadaan
hutan tidak banyak bedanya dengan keadaan sekarang. Yang menjadi
pertanyaan adalah : dapatkah manusia memanfaatkan lingkungan yang berupa
hutan secara optimal ?. Hutan memang dapat menyangga kehidupan manusia.
pertumbuhan umat manusia yang sedemikian pesatnya, sehingga
jumlah manusia sedemikian besarnya, tidak mungkin lingkungan itu
didiamkan berupa hutan, akan tetapi hutan perlu dirubah menjadi sawah yang
dapat digunakan untuk menopang kehidupan manusia. Perlu diperhatikan di
sini adalah bahwa lahan sawah apabila ditanami pada secara terus-menerus
hasilnya akan semakin menurut, sehingga menjadikan lingkungan hidup
manusia menjadi jelek. Oleh sebab itu harus dipikirkan bagaimana caranya
agar dapat menjadikan sawah itu kondisinya stabil, sehingga mampu
menghidupi manusia yang lebih banyak. Namun demikian karena adanya
keterbatasan-keterbatasan daya dukung tanah, misalnya : unsur hara tanah
maka manusia harus mencarikan alternatif lain untuk merubah hutan tidak
menjadi lahan swah akan tetapi berupa daerah industri, sehingga dapat
mendukung kehidupan manusia yang semakin banyak jumlahnya. Untuk itu
manusia dituntut mampu memberikan sesuatu terhadap lingkungan agar stabil
dari waktu ke waktu. Apabila hutan telah dirubah menjadi daerah industri
maka harus dipikirkan dampaknya, sebab umumnya daerah industri itu sangat
tidak stabil .Karena itu daerah industri perlu dikelola dengan baik sehingga
tidak mengganggu kehidupan manusia.
Dengan demikian apa yang dimaksud dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup itu ? Menurut UU No. 32 Tahun 2009 pasal 1
poin 2 disebutkan “ Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi
perencanaan,
pemanfaatan,
pengendalian,
pemeliharaan,
pengawasan,dan penegakan hukum”.
115
WIDYATAMA
Pengelolaan lingkungan hidup perlu dilakukan secara dini agar
pembangunan yang semakin gencar dilaksanakan dapat memanfaatkan
lingkungan hidup. Tanpa adanya pengelolaan lingkungan hidup secaara dini
akan mudah terjadi konflik antara lingkungan dan pembangunan, sehingga
timbul kesan bahwa pengelolaan lingkungan bukan pendukung pembangunan
tetapi sebaliknya penghambat pembangunan. Ini harus disadari bahwa tanpa
pembangunan, kemiskinan akan merajalela dan lingkungan hidup akan rusak.
Oleh karena itu, bagaimanapun juga pembangunan merupakan sesuatu hal
yang mutlak dilakukan, karena pembangunan justru akan melestarikan
lingkungan dalam arti tertentu, pembangunan yang dimaksud disini adalah
pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan yang berwawasan
lingkungan akan senantiasa dapat menjaga keselarasan antara pembangunan
dan lingkungan berjalan searah, dan sebaliknya pembangunan itu akan
berjalan terus apabila lingkungan mendukungnya.
Asas, Tujuan, dan Sasaran Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup yang dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada
umat manusia merupakan rahmat yang wajib dikembangkan dan dilestarikan
kemampuannya agar dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi umat
manusia demi kelangsungan dan peningkatan hidup itu sendiri. Dalam rangka
mengembangkan dan melestarikan kemampuan lingkungan hidup, kita
berkewajiban untuk menggunakan suatu landasan yang jelas sehingga
pengembangan dan pelestarian lingkungan hidup dapat terarah dan terpadu.
Untuk itu maka harus digunakan suatu asas yang menjadi pijakan dalam
mengembangkan dan melestarikan lingkungan hidup.Asas keberlanjutan
mengandung makna setiap orang memikul kewajibannya dan tanggung jawab
terhadap generasi mendatang, dan terhadap sesamanya dalam satu generasi.
Untuk terlaksananya kewajiban dan tanggung jawab
tersebut, maka
kemampuan lingkungan hidup harus dilestarikan. Terlestarikannya lingkungan
hidup menjadi tumpuan terlanjutkannya pembangunan.10
Adapun sasaran (tujuan) perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
menurut Pasal 3 UU No. 32Tahun 2009 adalah sebagai berikut11 :Melindungi
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup;Menjamin keselamatan, kesehatan, dan
kehidupan manusia;Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan
kelestarian ekosistem;Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;Mencapai
keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;Menjamin
terpenuhinya keadilan generasi masa kini dna generasi masa depan;Menjamin
pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagaian dari
hak asasi manusia;Mengendalikan pemenfaatan sumber daya alam secara
bijaksana;Mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan;Mengantisipasi isu
lingkungan global.
Dengan adanya sasaran tersebut maka cukup jelas bahwa dalam upaya
pengintegrasian pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup adalah
WIDYATAMA
116
No.2 / Volume 20 / 2011
WIDYATAMA
menjadi tugas kita semua baik sebagai individu, kelompok maupun sebagai
warga negara Indonesia. Sebagai individu dapat diimplementasikan dalam hal
aktifitas-aktifitas individu yang senantiasa bersikap simpati, peduli,dan ramah
dengan lingkungan hidupnya, sebagai anggota kelompok dapat
diimplementasikan dalah hal aktifitas kelompok untuk berperan serta
menciptakan lingkungan hidup yang selaras dan serasi, dan sebagai warga
negara harus dapat mengimplementasikan hak dan kewajibannya sebagai
warga negara khususnya dalam rangka pemeliharaan dan pelestarian
lingkungan hidup.
Berbicara masalah hak , kewajiban dan peran serta masyarakat
terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini telah di atur dalam bab x pasal
65, 67,68, dan 70. Adapun hak masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan
hidup sebagaimana tersebut dalam Pasal 65 yang berbunyi : (1) Setiap orang
berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak
asasi manusia. (2) Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan
hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi
hak atas lingkungan yang baik dan sehat. (3) Setiap orang berhak mengajukan
usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup. (4)
Setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (5) Setiap
orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau
peruskaan lingkungan hidup. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan peraturan
Menteri.
Selanjutnya berkaiatan dengan kewajiban pasal 67 dan 68: Pasal 67: “Setiap
orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup”. Pasal 68:
(a) Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:
Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu. (b) Menjaga
keberlanjutan fungsi lingkungan hidup (c) Menaati ketentuan tentang baku
mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Untuk memberi jaminan perlindungan terhadap peran serta masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan hidup , maka dalam Pasal 70 disebutkan sebagai
berikut : (1) Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluasluasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup. (2) Peran masnyarakat dapat berupa: (a) Pengawasan sosial, (b)
Pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan, dan/atau (c)
Penyampaian informasi dan/atau laporan. (1) Peran masnyarakat dilakukan
untuk: (a) Meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. (b) Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masnyarakat,
dan kemitraan. (c) Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan
masnyarakat. (d) Menumbuhkembangkan ketanggapsegeran , (e) masnyarakat
untuk melakukan pengawasan sosial, dan (f) Mengembangkan dan menjaga
budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Dengan melihat ketentuan-ketentuan dalam upaya pengelolaan lingkungan
hidup di atas maka apabila seluruh masyarakat memahami, menghayati, dan
117
WIDYATAMA
melaksanakannya dengan berbagai konsekwensi keseimbangan lingkungan
hidup dapat diwujudkan secara optimal.Sehingga lingkungan hidup dapat
memberikan dukungan terhadap pembangunan yang berkelanjutan secara
maksimal pula.
Gerakan Pramuka dan Kebijakan Strategisnya
Scouting yang kini di Indonesia dikenal dengan istilah Kepramukaan
dikembangkan oleh Lord Baden Powell sebagai cara membina kaum muda setelah
beliau berhasil mengatasi situasi dan kondisi kaum muda di kota London pada tahun
1903, saat beliau kembali ke London sebagai pahlawan perang Boer. Pada saat itu,
beliau menyaksikan kota London yang menderita kehancuran ekonomi dan sosial
yang berdampak pada kehidupan remaja yang terlibat dalam aksi kekerasan,
minuman keras, dan kejahatan. Beliau dengan tegas mengatakan bahwa , “ … ini
bukan kesalahan mereka. Mereka hanya membutuhkan sesuatu yang dapat membuat
mereka berguna. Kepramukaan yang tepat untuk itu …”. Dalam bukunya BP’s
Outlook on Scouting, Boden Powell mengatakan “ … Maksud saya melatih kaum
muda dengan cara kepramukaan adalah untuk menjadikan mereka sebagai manusia
waras untuk hidup dalam dunia yang edan …”, “… Pengabdian bukanlah sekedar
pelajaran teori, melainkan pengembangan dua aspek yang terpisah ialah
menanamkan jiwa kebajikan dan pengalaman dalam praktek …”, “ … Mendidikan
pengabdian yang efektif adalah dengan contoh … Pengabdian Masyarakat
merupakan awal yang terbaik pelatihan praktis mengembangkan kesadaran
kepedulian terhadap masyarkat, patriotisme, dan berkorban …”.12
Upaya dan keberhasilan beliau itu mendapat sambutan dan perhatian luas
masyarkat Inggris khususnya mereka yang peduli terhadap pembinaan remaja.
Boden Powell menerapkan scouting, yang semula digunakan beliau untuk melatih
prajurit muda angkatan perang Inggris, bagi remaja Inggris yang disesuaikan dengan
kepentingan, kebutuhan, situasi dan kondisi kaum muda Inggris saat itu.
Pengalaman penerapan scouting tersebut diujicobakan secara intensif
dalam pelatihan 21 orang pemuda dengan berkemah di Pulau Brownsea pada
tanggal 25 Juli 1907 selama 8 hari. Pengalaman keberhasilan Baden Powell sebelum
dan sesudah perkemahan di Brownsea ditulisnya dalam sebuah buku “Scouting for
boys”
Buku Scouting for Boys tersebar ke seluruh dunia.Kepramukaan
memperoleh pengakuan masyarakat dunia khususnya para pendidik dan para pakar
ilmu pendidikan sebagai salah satu pendidikan non-formal yang efektif.13 Sejak saar
ini berdirilah organisasi kepanduan yang menyelenggarakan kegiatan kepanduan.
Pendidikan dalam Gerakan Pramuka dilaksanakan melalui kepramukaan
untuk mencapai tujuannya, ialah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan
di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan,
sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar
dan metode kepramukaan yang sasaran akhirnya pembentukan watak.
WIDYATAMA
118
No.2 / Volume 20 / 2011
WIDYATAMA
Pendidikan dalam Gerakan Pramuka dimaksudkan dan diartikan secara
luas sebagai suatu proses pembinaan sepanjang hayat yang berkesinambungan
sumber daya/potensi peserta didik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarkat, yang sasarannya menjadikan mereka sebagai manusia mandiri, peduli,
bertanggung jawab dan berpegang teguh pada agama, nilai dan norma masyarakat.14
Proses pendidikan terjadi karena adanya dua atau lebih manusia bertemu
dalam pertemuan yang interaktif dan komunikatif. Gerakan Pramuka menggunakan
pertemuan sebagai alat pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan dalam
Gerakan Pramuka.
Pertemuan interaktif dan komunikatif yang bersifat edukatif dalam
gerakan pramuka adalah kepramukaan yang dilaksanakan dengan prinsip dasar
kepramukaan dan metode kepramukaan yang berkesinambungan, teratur, terarah
dan terencana, oleh dan untuk peserta didik dengan dukungan orang dewasa.
Adapun tujuan Gerakan Pramuka sebagaimana tersurat dalam Anggaran
Dasar Gerakan Pramuka Pasal 14 yaitu : Gerakan Pramuka mendidik dan membina
kaum muda Indonesia dengan tujuan agar menjadi : (a) Manusia berkepribadian,
berwatak, dan berbudi pekerti luhur yang : (1) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, kuat mental dan tinggi moral, tinggi kecerdasan dan mutu
ketrampilannyakuat dan sehat jasmaninya. (2) Warganegara Republik Indonesia
yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada NKRI serta menjadi anggota
masyarakat yang baik dan berguna, yang bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa dan negara memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam
lingkungan, baik lokal, nasional, maupun internasional.
Gerakan Pramuka dalam mencapai tujuannya melakukan usaha-usaha
sebagai berikut : (a) Menanamkan dan menumbuhkan budi pekerti luhur dengan
cara memantapkan mental, moral, fisik, pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman
melalui kegiatan : Keagamaan, untuk meningkatkan iman dan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menurut agama masing-masing;Kerukunan hidup beragama
antar umat seagama, antara pemeluku agama yang satu dengan pemeluk agama yang
lain;Penghayatan dan pengamalan Pancasila untuk memantapkan jiwa Pancasila dan
mempertebal kesadaran warga negara yang bertanggung jawab terhadap kehidupan
dan masa depan bangsa dan negara;Kepedulian terhadap sesama hidup dan alam
seisinya;Pembinaan dan pengembangan minat terhadap kemajuan teknologi dengan
keimanan dan ketakwaan; (1) Memupuk dan mengembangkan rasa cinta dan setia
kepada tanah air dan bangsa; (2) Memupuk dan mengembangkan persatuan dan
kebangsaan; (3) Memupuk dan mengembangkan persaudaraan dan persahabatan
baik nasional maupun internasional; (4) Menumbuhkembangkan pada para anggota
rasa percaya diri, sikap dan perilaku yang kreatif dan inovatif, rasa tanggung jawab
dan disiplin; (5) Menumbuhkembangkan jiwa dan sikap kewirausahaan; (6)
Memupuk dan mengembangkan pengetahuan; (7) Membina dan melatih jasmani,
panca indera, daya pikir, penelitian, kemandirian dan sikap otonom, ketrampilan dan
hasta karya.
Sehubungan dengan berbagai usaha di atas maka dalam operasionalnya
tetap mengacu pada skala prioritas yang disesuaikan dengan kepentingan dan
kebutuhan masyarakat, bangsa dan negara.Untuk itu acuan utama yang dijadikan
sebagai kerangka landasan dalam melakukan usaha-usaha tersebut tentunya
119
WIDYATAMA
berorientasi pada suatu bentuk kegiatan kepramukaan yang memiliki nilai
kemanfaatan bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam melaksanakan kegiatan maupun pendidikan kepramukaan tetap
berpegang teguh pada prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan. Prinsip
dasar kepramukaan dan metode kepramukaan merupakan ciri khas yang
membedakan kepramukaan dari pendidikan lain. Prinsip dasar kepramukaan di
dalamnya meliputi : (1) Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) Peduli
terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya, (3) Peduli terhadap
diri pribadinya, (4) Taat kepada kode kehormatan pramuka.
Prinsip dasar kepramukaan berfungsi sebagai : norma hidup seorang
anggota pramuka, landasan kode etik gerakan pramuka, pedoman dan arah
pembinaan kaum muda anggota gerakan pramuka, dan landasan gerak dan kegiatan
Gerakan Pramuka mencapai sasaran dan tujuannya.
Kebijakan Kegiatan Kepramukaan bagi Peserta Didik
Kegiatan kepramukaan bagi peserta didik dibedakan atas kegiatan untuk
Siaga, kegiatan untuk penggalang, kegiatan untuk penegak, kegiatan untuk pandega,
dan kegiatan untuk pramuka satuan karya.Materi kegiatan kepramukaan peserta
didik telah diatur dalam kurikulum yang dinamakan syarat-syarat kecakapan umum,
syarat-syarat kecakapan khusus dan syarat-syarat pramuka garuda.
Adapun aspek-aspek materi kegiatan kepramukaan bagi peserta didik
secara umum dikelompokan kedalam 5 (lima) bidang yaitu :Bidang agama, mental,
moral, spiritual, pembentukan pribadi dan watak, Bidang patriotisme dan seni
budaya, Bidang kesehatan dan ketangkasan, Bidang ketrampilan dan teknik
pembangunan, Bidang sosial perikemanusiaan, gotong royong, ketertiban
masyarkat, perdamaian dunia, dan lingkungan hidup yang dikemas dalam bentuk
game di alam terbuka, serta dalam bentuk ketrampilan dan bakhti masnyarakat.
Adapun beberapa kebijakan kegiatan kepramukaan bagi peserta didik
yang bernuansa karya bhakti dalam kurun waktu 40 tahun dikelompokan sebagai
berikut
:Transmigrasi
Pramuka,
Proyek
Pembangunan
Desa,Proyek
pertanian/perikanan,Proyek Industri,Proyek Kemanusiaan,Proyek lingkungan
Hidup,Proyek dukungan terhadap Program Pemerintah.
Namun perlu disadari bahwa materi yang dimaksud tidak semuanya
bermuara pada lingkungan hidup. Karena itu perlu dilakukan inventarisasi materi
kepramukaan penegak dan pandega dalam Syarat-Syarat Kecakapan Khusus yang
bernuasa lingkungan hidup, sebagai berikut :Syarat – Syarat Kecakapan Khusus
Pemadam Kebakaran,Syarat – Syarat Kecakapan Khusus Pengamanan Lalu Lintas,
Syarat – Syarat Kecakapan Khusus Pengaman Kampung/Desa, Syarat – Syarat
Kecakapan Khusus Konservasi Tanah, Syarat-Syarat Kecakapan Khusus Pendaki
Gunung, Syarat-Syarat Kecakapan Khusus Pengembara, Syarat – Syarat
Kecakapan Khusus Reboisasi, Syarat-Syarat Kecakapan Khusus Pengenal
Tumbuhan dan Satwa, Syarat – Syarat Kecakapan Khusus Pengenal Ekosistem,
Syarat – Syarat Kecakapan Khusus Perlindungan Hutan dan Pengaman Hutan.
WIDYATAMA
120
No.2 / Volume 20 / 2011
WIDYATAMA
Peranan Anggota Gerakan Pramuka Terhadap Lingkungan Hidup
Gerakan pramuka dimaksud sebagai usaha pendidikan non-formal,
pendidikan diluar sekolah, membina watak generasi muda melalui cara yang serasi
dengan perkembangan jiwa peserta didik. Salah satu ciri menonjol dalam gerakan
pramuka adalah besarnya peranan alam dalam pembinaan jiwa peserta didik.
Sebagai kegiatan pendidikan di luar sekolah maka medan pendidikannya adalah
alam luas.
Pada dasarnya pendekatan pendidikan pramuka yang berlangsung di
lingkungan alam memuat dalam dirinya prinsip-prinsip pengembangan ilmu
pengetahuan alam, tumbuh-tumbuhan, ilmu hewan, dan lain-lain yang diajarkan
disekolah, dapat didijadikan bidang berpijak untuk dikembangkan dalam alam
bebas. Sesuai dengan kemampuan daya tanggap peserta didik, maka ilmu di
sekolah disajikan dengan cara bermain melalui alam bebas, sehingga
menumbuhkan rasa mengerti untuk dikembangkan menjadi rasa memelihara dan
rasa cinta alam.
Hakekat pokok pengembangan lingkungan hidup terletak di tangan
manusia .Maka menjadi masalah bagaimanakah menumbuhkan kesadaran,
keinginan dan motivasi dalam diri manusia bersedia mengembangkan dan
melestarikan lingkungan. Dari sudut ini maka kemampuan pramuka membawa
serta sejumlah penduduk dalam usaha pelestarian lingkungan, sebagaimana
tercermin dalam bentuk penanaman pohon untuk kelestarian penduduk, cara
berttani yang lebih melestarikan tanah, menaggulangi sampah dan kotoran manusia
dalam rumah tangga atau kampungnya dan usaha untuk membimbing penduduk
dalam ikhtiar yang secara fisik tampak memperbaiki lingkungan perlu diberi
imbalan penghargaan dan pengakuan . Dengan cara demikian maka
memberdayakan anggota pramuka untuk peduli pada lingkungan hidup bukanlah
merupakan sesuatu yang sukar untuk dilakukan, sepanjang dilakukan usaha secara
kontinu dan terus-menerus.
Kesimpulan
Upaya – upaya yang dilakukan untuk menumbuhkembangkan kesadaran
terhadap lingkungan hidup melalui Gerakan Pramuka di Kwartir Daerah Jawa
Tengah yaitu : (a) Memberikan pemahaman yang benar tentang pengetahuan
lingkungan hidup melalui kegiatan penyuluhan, sarasehan dan diskusi-diskusi,
(b) Mengadakan lomba-lomba yang berkaitan dengan Lingkungan hidup,
misalnya lomba lintas alam, (c) Mengadakan kegiatan kemah bhakti, (c)
Mengadakan kegiatan penghijauan dengan menanam pohon langka, (d)
Penanaman turus jalan, (e) Mengadakan kegiatan kali bersih, (f) Mengadakan
kegiatan gerakan pramuka peduli, (g) Memberikan bantuan pada musibah
bencana alam dengan mendirikan posko-posko simpatik
Kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya menumbuhkembangkan
kesadaran terhadap lingkungan hidup melalui Gerakan Pramuka yaitu : (a)
Terbatasnya sana dan prasarana, (b) Kurangnya dukungan dari orang tua, (c)
Minimnya dana yang tersedia, (c) Kurangnya motivasi dari para pembinanya, (d)
Rasio pembina dengan peserta didik yang tidak seimbang
121
WIDYATAMA
Cara mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya
menumbuhkembangkan kesadaran terhadap Lingkungan Hidup melalui Gerakan
Pramuka yaitu : (a) Menambah sarana dan prasarana, (b) Memberikan pengertian
kepada orang tua, (c) Menambah dana kegiatan, (c) Mengadakan kerja sama
dengan instansi terkait, (d) Mencari sponsor
Daftar Rujukan
Peter L Berger, Piramida Korban Manusia, Terjemahan A.Rahman Toleng, LP3ES,
Jakarta, 1982.
Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1987, hal. 355 dan 601.
Munajat Danusaputro, Bunga Rampai Hukum dan Lingkungan I, 1981, hal. 67
Titian, t.th, Nomor 8, hal. 38
Soemarwoto, O, Analisis Dampak Lingkungan, UGM, 1989
Valentinus Darsono, Pengantar Ilmu Lingkungan, Univ. Atmajaya Yogyakarta, 1994,
hal. 14
RI, Kepala Biro Hukum dan Perundang-undangan, UU Nomor 32 Tahun 2009
tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta
Koesnadi Hardjosoemantri, Hukum Tata Lingkungan, 2001, hal. 211
Lemdikanas, Bahan Pentaloka Kalemdikada, 1999, hal : 27
Koesnadi Hardjosoemantri, Ibid, hal 581
Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Pasal 3
BP’s Outlook on Scouting, 1936)
Amaroso Katamsi, 40 rahun Gerakan Pramuka, 2001, hal. 18
WIDYATAMA
122
Download