Upaya Menumbuhkembangkan Pengamalan Kesadaran Lingkungan Hidup Melalui Kegiatan Kepramukaan ( Studi Kasus Di Wilayah Kwartir Daerah Jawa Tengah ) Suyahman Program Studi PPKn, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl. Letjend Sujono Humardani No. 1 Sukoharjo Telp. 0271-593156 Abstraksi Lingkungan Hidup adalah Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Dalam rangka membangun kesadaranlingkungan hidup bagi para generasi muda dapat dilakukan melalui pendidikan formal, non-formal, maupun in-formal. Salah satu bentuk pendidikan non-formal yang dapat dijadikan sarana tersebut yaitu Gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka adalah nama organisasi yang merupakan wadah proses pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan di Indonesia. Gerakan Pramuka baik secara substansial maupun material di dalamnya berisikan kegiatan-kegiatan yang bermuara pada kesadaran berlingkungan hidup.Karena itu, dalam suatu kegiatan kepramukaan selalu diupayakan untuk diinternalisasikan keasadaran berlingkungan hidup bagi para anggota pramuka. Dimana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalaian, pemanfaatan, pemeliharaan, pengawasann, dan penegakan hukum Keyword: Lingkungan hidup, Gerakan Pramuka, Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Pendahuluan Manusia dengan lingkungan merupakan dua unsur yang saling terkait yang tidak bisa dipisahkan. Kehadiran manusia dibumi akan selalu berhubungan dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial untuk dapat mempertahankan hidupnya. Dalam kondisi seimbang antara manusia yang menghuni bumi dengan kemampuan bumi untuk menopang kehidupan,maka tidak akan terjadi kerusakan-kerusakan alam atau kerusakan-kerusakan lingkungan. Untuk itu, manusia dengan berbagai perilakunya dituntut untuk dapat menjaga lingkungan kehidupannya. Untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia, maka manusia memanfaatkan sumber daya alam dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasainya.Semakin tinggi penguasaan, pengetahuan dan teknologi seseorang atau sesuatu bangsa maka seharusnya mereka semakin baik dalam memanfaatkan sumber daya alam.Namun dalam kenyataannya tidak selalu demikian.Rusaknya alam beserta sumber dayanya juga karena penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih.Apalagi di negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, tidak jarang suatu produk teknologi yang sudah dimasyarakatkan baru kemudian dampaknya dirasakan.Misalnya terjadinya pencemaran tanah, air, udara, dan suara.terganggunya 110 No.2 / Volume 20 / 2011 WIDYATAMA siklus air, semakin meluasnya lahan kritis, semakin kompleksnya benturan atau alih fungsi penggunaan keseimbangan lingkungan. Kerusakan lingkungan dapat pula terjadi karena kebodohan dan kemiskinan.Apa lagi bila hal ini diikuti dengan jumlah pertumbuhan penduduk yang tinggi maka merosotnya daya dukung lingkungan akan semakin cepat.Karena itu maka dapat ditegaskan bahwa kehidupan manusia dengan lingkungan hidup adalah dua variabel yang saling melengkapi dan mempengaruhi.Lingkungan merupakan faktor pembentuk variasi dalam kehidupan manusia, karena itu, perubahan lingkungan memberi dampak terhadap perubahan variasi dalam kehidupan manusia.Sementara itu kehidupan manusia itu sendiri juga menjadi pembentuk perubahan yang terjadi di dalam lingkungan.Dalam suatu kehidupan, lingkungan menawarkan berbagai alternatif pada manusia, dan sebaliknya manusia dengan kemampuan akal dan budidayanya berupaya untuk merespon alternatif tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.Karena itu antara lingkungan hidup dan manusia terjadi suatu hubungan timbal balik yang sinergis, artinya suatu hubungan yang saling memberikan manfaatnya bagi keduanya. Insteraksi yang dilakukan manusia dengan lingkungannya menimbulkan dampak terhadap kedua belah pihak.Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan seringkali merubah bentuk dan keadaan lingkungan seringkali merubah bentuk dan keadaan lingkungan.Lambat laun perubahan yang terjadi mengakibatkan adanya ketidakseimbangan dalam lingkungan (out of balance).Terjadinya perubahan tersebut juga memberi dampak terhadap kehidupan manusia. Hal inilah yang merupakan konflik fundamental antara manusia dengan lingkungannya (potential in deep conflict) .Konflik yang demikian itu adalah awal dari krisis lingkungan, dan dalam krisis tersebut manusia tidak hanya sebagai pelaku tetapi sekaligus sebagai korban.Karena pentingnya arti lingkungan terhadap kehidupan manusia, maka diperlukan adanya upaya perlindungan dan pelestarian dalam pengelolaan lingkungan.Peter L.Berger mencatat bahwa dalam waktu-waktu belakangan ini terdapat suatu serangan yang dahsyat terhadap cita-cita pertumbuhan tanpa batas karena akibat-akibat ekologisnya.1 Kondisi yang demikian itu di dorong oleh rasa kesadaran masyarakat akan pentingnya arti lingkungan bagi kehidupan manusia termasuk bagi pembangunan yang mengharapkan pertumbuhan itu sendiri. Keadaan yang dahulunya mempertentangkan antara pembangunan dengan masalah-masalah lingkungan, belakangan ini menjadi terbalik.Sebab antara pembangunan dengan masalah lingkungan memiliki keterkaitan yang erat. Pengeloloaan dan pelestarian lingkungan hidup membutuhkan suatu sistem yang terpadu karena lingkungan hidup merupakan ekosistem meliputi berbagai aspek seperti : aspek sosial, budaya, ekonomi, dan aspek fisik sebagai subsistemnya. Pembangunan yang berwawasan lingkungan akan membawa keselarasan, keseimbangan subsistem. Peran serta masyarakat merupakan salah satu syarat utama bagi keberhasilan upaya pengendalian dan pelestarian lingkungan hidup.Tingkat peran aktif masyarakat sangat diperlukan berkaitan dengan keberadaan, kemampuan, dan kualitas organisasi sosial dan organisasi kemasyarakatan yang berkecimpung dalam bidang lingkungan hidup serta tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang lingkungan hidup. 111 WIDYATAMA Lingkungan Hidup Sebagai Habitat Manusia Istilah lingkungan hidup secara harafiah terdiri dari dua kata yaitu lingkungan dan hidup.Menurut kamus bahasa Indonesia, lingkungan diartikan bulatan yang melingkungi; lingkaran; sekalian yang terlingkung di suatu daerah, sedangkan hidup berarti masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya.2 Berkaitan dengan pengertian lingkungan hidup disini diberikan beberapa pendapat dari para ahli.Menurut Munadjat Danusaputra lingkungan hidup adalah semua benda dan daya serta kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah lakunya yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia lainnya.3 Lingkungan hidup atau Environment adalah istilah bahasa Inggris untuk lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan suatu organisme hidup ialah segala sesuatu di sekeliling organisme itu yang berpengaruh pada kehidupannya.4 Lingkungan Hidup menurut Otto Soemarworto adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita5 Sementara itu Emil Salim berpendapat bahwa lingkungan hidup adalah sebagai segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.6Menurut undang-undangnomor32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 poin 1 Lingkungan hidup adalah Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.7 Dalam ilmu lingkungan manusia mempunyai hak khusus, semuanya dipandang dari kepentingan manusia, tetapi manusia juga harus mempunyai tanggung jawab yang paling besar terhadap lingkungannya dimana tanggung jawab ini tidak mungkin diserahkan kepada makhluk hidup lain.Manusia memandang alam dari sudut pandang manusia yaitu antroposentrik.Manusia menganggap alam diciptakan untuk kepentingan dirinya.Hal ini berarti bahwa secara implisit sudah bertahun-tahun telah dibutuhkan untuk merancang bangun alam agar tercipta lingkungan yang sesuai dengan kehidupan manusia.Ilmu dan teknologi diciptakan hanya sekedar untuk menguasai alam. Dengan pandangan yang antroposentrik yang disertai oleh keinginan taraf hidup yang makin tinggi dan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin pesat, moderndan canggih, menyebabkan eksploitasi lingkungan semakin meningkat. Kecenderungan peningkatan itu ditambah pula oleh anggapan adanya sumber daya umum yang dimiliki bersama. WIDYATAMA 112 No.2 / Volume 20 / 2011 WIDYATAMA Pola pikir demikian jika dibiarkan maka dengan sendirinya dapat mengakibatkan tidak adanya suatu keseimbangan, keselarasan suatu tata kehidupan dalam lingkungan hidup. Untuk itu, yang perlu dilakukan adalah adanya suatu persepsi yang sama terhadap maknawi konsepsi lingkungan hidup. Karena adanya persepsi yang sama maka dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengendalikan diri di dalam mengelola dan melestarikan lingkungan hidup. Kemajuan teknologi yang begitu cepat , canggih, dan modern disatu sisi dapat memacu proses pertumbuhan industrialisasi yang lebih maju dan modern. Sebaliknya disisi lain dapat menimbulkan pencemaran lingkungan hidup yang sangat kompleks. Dengan terganggunya lingkungan hidup maka secara otomatis mengganggu pula tata kehidupan manusia dengan lingkungan hidupnya.Oleh sebab itu, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat mestinya diikuti dengan peningkatan keimanan dan ketakwaan. Dengan cara demikian maka ketergantungan manusia terhadap teknologi dapat dikendalikan sehingga implikasinya adalah bahwa teknologi yang maju harus tetap diletakan dalam suatu kerangka terciptanya suatu kehidupan manusia dengan lingkungan hidupnya yang selaras, serasi dan seimbang. Sebagaimana dikatakan Koenadi Hardjosoemantri bahwa meskipun masalah lingkungan ini sudah menjadi masalah sejak lama, namun penanganannya menurut pendekatan ekosistem masih sangat baru. Dalam penanganan yang demikian dibutuhkan adanya beberapa komponen yaitu pemahaman, penghayatan, motivasi serta kesadaran masyrakat akan arti pentingnya mengembangkan dan menjaga kelestarian alam. Menurut Koesnadi Hardjosoemantri pula,bahwa untuk melaksanakan pendekatan ekosistem tersebut diperlukan adanya dua jalur yaitu :Mengembangkan pengertian dan penghayatan kesadaranlingkungan melalui pendidikan formal dan non-formal; Mengajak serta kelompok-kelompok masyarakat untuk ikut serta dalam gerakan pengembangan lingkungan hidup. Selanjutnya Koesnadi Hardjosoemantri berpendapat bahwa penanaman pengertian tentang manfaat yangdidapat dari pengembangan keserasian dan keseimbangan lingkungan hidup dapat disalurkan melalui berbagai jalur pendidikan sebagai berikut :Pendidikan formal; yang diselenggarakan mulai dari pendidikan pra-sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai dengan pendidikan tinggi.Pendidikan non-formal; yang diselenggarakan melalui berbagai kursus-kursus dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dilaksanakan di luar lembaga pendidikan formal, Pendidikan informal; yang diselenggarkan di dalam keluarga dan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat .8 Jika kita cermati pendapat Koesnadi Hardjosoemantri di atas maka dapat di intrepestasikan bahwa dalam rangka menanamkan pengertian dan kesadaran lingkungan hidup, serta dalam rangka pengembangan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan tata kehidupan manusia dengan lingkungan hidupnya dapat dilakukan melalui jalur non-formal diantaranya yaitu melalui organisasi Gerakan Pramuka. Gerakan pramuka dengan pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup mempunyai hubungan yang sinergis artinya aktivitas-aktivitas dalam Gerakan Pramuka dalam bentuk permainan yang menarik dan menantang yang 113 WIDYATAMA mengandung pendidikan dikemas untuk disesuaikan situasi dan kondisi lingkungan yang ada. Sehingga kegiatannya diupayakan untuk selalu menyatu dengan alam. Pemikiran demikiandidasarkan atas suatu realita bahwa Gerakan Pramuka sebagai salah satu organisasi yang menyelenggarakan pendidikan nonformal di dalam kegiatannya berlandaskan pada : landasan Idiilnya yaitu Pancasila, landasan konstitusionalnya yaitu UUD 1945, serta landasan gerak dan pelaksanaannya yaitu Kode kehorma]tan pramuka dalam bentuk janji dan ketentuan moral. Janji bagi anggota pramuka sebagaimana tersurat dalam :Dwi Satya dan Tri Sastya, sedangkan ketentuan moralnya sebagaimana tersurat dalam Dwi Dharma dan Dhasa Dharma. Pelaksanaan kegiatan kepramukaanbagi peserta didik diarahkan pada lima aspek pengembangan yaitu :Pengembangan pada aspek fisik, Pengembangan pada aspek psikis, Pengembangan pada aspek social, Pengembangan pada aspek spiritual, Pengembangan pada aspek emotional 9 Kelima aspek tersebut sifatnya integrited artinya bahwa aspek yang satu akan mendukung dan melengkapi pada aspek yang lainnya, sehingga tiap aspek diupayakan dikembangkan secara selaras, serasi, dan seimbang. dilakukan melalui berbagai kegiatan kepramukaan yang disesuaikan dengan perkembangan jasmani dan rokhani, usia, jenis kelamin, fisik, psikis, serta kemampuan anak didikyang berorientasikan pada lima aspek tersebut, hendaknya diselaraskan dengan tercapainya pengembangan lingkungan hidup yang meliputi empat sasaran yaitu : (1). Mengembangkan hubungan keselarasan antara manusia dengan lingkungannya, sebagai bagian dari membangun manusia Indonesia seutuhnya yang bercirikan keselarasan antara manusia dengan masyarakat, manusia dengan lingkungannya, dan antara manusia dengan Tuhan sebagai penciptanya. Sehubungan dengan itu, maka kegiatan kepramukaan diupayakan untuk dapat menggali berbagai kepedulian seorang anggota pramuka terhadap: diri sendiri ( duthy to self), peduli pada Tuhan ( duthyto good ), peduli pada lingkungan ( duthy to environment ), serta peduli pada orang lain ( duthy to others ), (2). Pengelolaan sumber-sumber alam yang dilakukan secara bijaksana dengan mengusahakan kelestarian sumber alam dan pengendalian permintaan masyrakat terhadap sumber-sumber alam yang diperkirakan semakin langka di masa yang akan datang. Dalam kerangka yang demikian maka kegiatan kepramukaan saat ini dikondisikan untuk “back to nature” yang artinya kembali ke alam.Hal ini berarti pola-pola kehidupan anak pramuka selalu diserasikan dengan keberadaan alam, sehingga model-model kegiatan kepramukaan yang dibangun diorientasikan untuk tetap menjaga kelestarian alam. (3). Mencegah merosotnya kualitas hidup manusia sebagai titik temu bagi pembangunan sejalan dengan pembangunan lingkungan hidup. Dalam konteks yang demikian, maka dalam kegiatan kepramukaan pengaturan pola menu makanan menjadi prioritas utama, sehingga dalam kegiatan kepramukaan anak-anak menunjukan keagresipannya dalam rangka pembenahan lingkungan hidupnya. Dengan demikian kegiatan-kegiatan yang dibangun adalah kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan kontribusi dalam rangka pembangunan lingkungan hidup, misalnya : kemah bhakti, pendirian posko-posko di daerah-daerah yang terkena bendaca alam, pendirian WIDYATAMA 114 No.2 / Volume 20 / 2011 WIDYATAMA posko-posko simpati menjelang hari raya dan lain-lain. (4). Membimbing perubahan manusia dari posisi “ perusak lingkungan”(desthroyer environment) menjadi “pembina lingkungan”. Untuk mewujud gagasan ini maka kegiatan kepramukaan senantiasa dikemas dengan menggunakan kata-kata yang indah, serta game-game yang menarik. Dengan cara yang demikian maka dapat menumbuhkan sugesti terhadap diri anak didik baik secara fisik maupun phisik, sehingga menimbulkan sikap kasih sayang, ramah terhadap siapa saja termasuk pada lingkungan hidupnya sehingga menimbulkan rasa simpati untuk berperan serta menata lingkungan hidupnya. Urgensi Pengelolaan Lingkungan Hidup Hakekat pengelolaan lingkungan hidup bukan hanya mengatur lingkungannya, tetapi termasuk mengatur dan mengendalikan berbagai kegiatan manusia agar berlangsung dan berdampak dalam batas kemampuan dan keterbatasan lingkungan untuk mendukungnya. Manusia perlu secara rutin mengelola lingkungan hidup, agar dapat memanfaatkan lingkungan secara optimal. Lingkungan hidup bagi manusia yang berupa hutan, memang sangat stabil dari waktu ke waktu. Seribu tahun yang akan datang keadaan hutan tidak banyak bedanya dengan keadaan sekarang. Yang menjadi pertanyaan adalah : dapatkah manusia memanfaatkan lingkungan yang berupa hutan secara optimal ?. Hutan memang dapat menyangga kehidupan manusia. pertumbuhan umat manusia yang sedemikian pesatnya, sehingga jumlah manusia sedemikian besarnya, tidak mungkin lingkungan itu didiamkan berupa hutan, akan tetapi hutan perlu dirubah menjadi sawah yang dapat digunakan untuk menopang kehidupan manusia. Perlu diperhatikan di sini adalah bahwa lahan sawah apabila ditanami pada secara terus-menerus hasilnya akan semakin menurut, sehingga menjadikan lingkungan hidup manusia menjadi jelek. Oleh sebab itu harus dipikirkan bagaimana caranya agar dapat menjadikan sawah itu kondisinya stabil, sehingga mampu menghidupi manusia yang lebih banyak. Namun demikian karena adanya keterbatasan-keterbatasan daya dukung tanah, misalnya : unsur hara tanah maka manusia harus mencarikan alternatif lain untuk merubah hutan tidak menjadi lahan swah akan tetapi berupa daerah industri, sehingga dapat mendukung kehidupan manusia yang semakin banyak jumlahnya. Untuk itu manusia dituntut mampu memberikan sesuatu terhadap lingkungan agar stabil dari waktu ke waktu. Apabila hutan telah dirubah menjadi daerah industri maka harus dipikirkan dampaknya, sebab umumnya daerah industri itu sangat tidak stabil .Karena itu daerah industri perlu dikelola dengan baik sehingga tidak mengganggu kehidupan manusia. Dengan demikian apa yang dimaksud dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup itu ? Menurut UU No. 32 Tahun 2009 pasal 1 poin 2 disebutkan “ Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,dan penegakan hukum”. 115 WIDYATAMA Pengelolaan lingkungan hidup perlu dilakukan secara dini agar pembangunan yang semakin gencar dilaksanakan dapat memanfaatkan lingkungan hidup. Tanpa adanya pengelolaan lingkungan hidup secaara dini akan mudah terjadi konflik antara lingkungan dan pembangunan, sehingga timbul kesan bahwa pengelolaan lingkungan bukan pendukung pembangunan tetapi sebaliknya penghambat pembangunan. Ini harus disadari bahwa tanpa pembangunan, kemiskinan akan merajalela dan lingkungan hidup akan rusak. Oleh karena itu, bagaimanapun juga pembangunan merupakan sesuatu hal yang mutlak dilakukan, karena pembangunan justru akan melestarikan lingkungan dalam arti tertentu, pembangunan yang dimaksud disini adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan yang berwawasan lingkungan akan senantiasa dapat menjaga keselarasan antara pembangunan dan lingkungan berjalan searah, dan sebaliknya pembangunan itu akan berjalan terus apabila lingkungan mendukungnya. Asas, Tujuan, dan Sasaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan hidup yang dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada umat manusia merupakan rahmat yang wajib dikembangkan dan dilestarikan kemampuannya agar dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi umat manusia demi kelangsungan dan peningkatan hidup itu sendiri. Dalam rangka mengembangkan dan melestarikan kemampuan lingkungan hidup, kita berkewajiban untuk menggunakan suatu landasan yang jelas sehingga pengembangan dan pelestarian lingkungan hidup dapat terarah dan terpadu. Untuk itu maka harus digunakan suatu asas yang menjadi pijakan dalam mengembangkan dan melestarikan lingkungan hidup.Asas keberlanjutan mengandung makna setiap orang memikul kewajibannya dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang, dan terhadap sesamanya dalam satu generasi. Untuk terlaksananya kewajiban dan tanggung jawab tersebut, maka kemampuan lingkungan hidup harus dilestarikan. Terlestarikannya lingkungan hidup menjadi tumpuan terlanjutkannya pembangunan.10 Adapun sasaran (tujuan) perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menurut Pasal 3 UU No. 32Tahun 2009 adalah sebagai berikut11 :Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dna generasi masa depan;Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagaian dari hak asasi manusia;Mengendalikan pemenfaatan sumber daya alam secara bijaksana;Mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan;Mengantisipasi isu lingkungan global. Dengan adanya sasaran tersebut maka cukup jelas bahwa dalam upaya pengintegrasian pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup adalah WIDYATAMA 116 No.2 / Volume 20 / 2011 WIDYATAMA menjadi tugas kita semua baik sebagai individu, kelompok maupun sebagai warga negara Indonesia. Sebagai individu dapat diimplementasikan dalam hal aktifitas-aktifitas individu yang senantiasa bersikap simpati, peduli,dan ramah dengan lingkungan hidupnya, sebagai anggota kelompok dapat diimplementasikan dalah hal aktifitas kelompok untuk berperan serta menciptakan lingkungan hidup yang selaras dan serasi, dan sebagai warga negara harus dapat mengimplementasikan hak dan kewajibannya sebagai warga negara khususnya dalam rangka pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup. Berbicara masalah hak , kewajiban dan peran serta masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini telah di atur dalam bab x pasal 65, 67,68, dan 70. Adapun hak masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana tersebut dalam Pasal 65 yang berbunyi : (1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. (2) Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan yang baik dan sehat. (3) Setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup. (4) Setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (5) Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau peruskaan lingkungan hidup. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan peraturan Menteri. Selanjutnya berkaiatan dengan kewajiban pasal 67 dan 68: Pasal 67: “Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup”. Pasal 68: (a) Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban: Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu. (b) Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup (c) Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Untuk memberi jaminan perlindungan terhadap peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup , maka dalam Pasal 70 disebutkan sebagai berikut : (1) Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluasluasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. (2) Peran masnyarakat dapat berupa: (a) Pengawasan sosial, (b) Pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan, dan/atau (c) Penyampaian informasi dan/atau laporan. (1) Peran masnyarakat dilakukan untuk: (a) Meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. (b) Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masnyarakat, dan kemitraan. (c) Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masnyarakat. (d) Menumbuhkembangkan ketanggapsegeran , (e) masnyarakat untuk melakukan pengawasan sosial, dan (f) Mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dengan melihat ketentuan-ketentuan dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup di atas maka apabila seluruh masyarakat memahami, menghayati, dan 117 WIDYATAMA melaksanakannya dengan berbagai konsekwensi keseimbangan lingkungan hidup dapat diwujudkan secara optimal.Sehingga lingkungan hidup dapat memberikan dukungan terhadap pembangunan yang berkelanjutan secara maksimal pula. Gerakan Pramuka dan Kebijakan Strategisnya Scouting yang kini di Indonesia dikenal dengan istilah Kepramukaan dikembangkan oleh Lord Baden Powell sebagai cara membina kaum muda setelah beliau berhasil mengatasi situasi dan kondisi kaum muda di kota London pada tahun 1903, saat beliau kembali ke London sebagai pahlawan perang Boer. Pada saat itu, beliau menyaksikan kota London yang menderita kehancuran ekonomi dan sosial yang berdampak pada kehidupan remaja yang terlibat dalam aksi kekerasan, minuman keras, dan kejahatan. Beliau dengan tegas mengatakan bahwa , “ … ini bukan kesalahan mereka. Mereka hanya membutuhkan sesuatu yang dapat membuat mereka berguna. Kepramukaan yang tepat untuk itu …”. Dalam bukunya BP’s Outlook on Scouting, Boden Powell mengatakan “ … Maksud saya melatih kaum muda dengan cara kepramukaan adalah untuk menjadikan mereka sebagai manusia waras untuk hidup dalam dunia yang edan …”, “… Pengabdian bukanlah sekedar pelajaran teori, melainkan pengembangan dua aspek yang terpisah ialah menanamkan jiwa kebajikan dan pengalaman dalam praktek …”, “ … Mendidikan pengabdian yang efektif adalah dengan contoh … Pengabdian Masyarakat merupakan awal yang terbaik pelatihan praktis mengembangkan kesadaran kepedulian terhadap masyarkat, patriotisme, dan berkorban …”.12 Upaya dan keberhasilan beliau itu mendapat sambutan dan perhatian luas masyarkat Inggris khususnya mereka yang peduli terhadap pembinaan remaja. Boden Powell menerapkan scouting, yang semula digunakan beliau untuk melatih prajurit muda angkatan perang Inggris, bagi remaja Inggris yang disesuaikan dengan kepentingan, kebutuhan, situasi dan kondisi kaum muda Inggris saat itu. Pengalaman penerapan scouting tersebut diujicobakan secara intensif dalam pelatihan 21 orang pemuda dengan berkemah di Pulau Brownsea pada tanggal 25 Juli 1907 selama 8 hari. Pengalaman keberhasilan Baden Powell sebelum dan sesudah perkemahan di Brownsea ditulisnya dalam sebuah buku “Scouting for boys” Buku Scouting for Boys tersebar ke seluruh dunia.Kepramukaan memperoleh pengakuan masyarakat dunia khususnya para pendidik dan para pakar ilmu pendidikan sebagai salah satu pendidikan non-formal yang efektif.13 Sejak saar ini berdirilah organisasi kepanduan yang menyelenggarakan kegiatan kepanduan. Pendidikan dalam Gerakan Pramuka dilaksanakan melalui kepramukaan untuk mencapai tujuannya, ialah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan yang sasaran akhirnya pembentukan watak. WIDYATAMA 118 No.2 / Volume 20 / 2011 WIDYATAMA Pendidikan dalam Gerakan Pramuka dimaksudkan dan diartikan secara luas sebagai suatu proses pembinaan sepanjang hayat yang berkesinambungan sumber daya/potensi peserta didik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarkat, yang sasarannya menjadikan mereka sebagai manusia mandiri, peduli, bertanggung jawab dan berpegang teguh pada agama, nilai dan norma masyarakat.14 Proses pendidikan terjadi karena adanya dua atau lebih manusia bertemu dalam pertemuan yang interaktif dan komunikatif. Gerakan Pramuka menggunakan pertemuan sebagai alat pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan dalam Gerakan Pramuka. Pertemuan interaktif dan komunikatif yang bersifat edukatif dalam gerakan pramuka adalah kepramukaan yang dilaksanakan dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan yang berkesinambungan, teratur, terarah dan terencana, oleh dan untuk peserta didik dengan dukungan orang dewasa. Adapun tujuan Gerakan Pramuka sebagaimana tersurat dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka Pasal 14 yaitu : Gerakan Pramuka mendidik dan membina kaum muda Indonesia dengan tujuan agar menjadi : (a) Manusia berkepribadian, berwatak, dan berbudi pekerti luhur yang : (1) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental dan tinggi moral, tinggi kecerdasan dan mutu ketrampilannyakuat dan sehat jasmaninya. (2) Warganegara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada NKRI serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan, baik lokal, nasional, maupun internasional. Gerakan Pramuka dalam mencapai tujuannya melakukan usaha-usaha sebagai berikut : (a) Menanamkan dan menumbuhkan budi pekerti luhur dengan cara memantapkan mental, moral, fisik, pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman melalui kegiatan : Keagamaan, untuk meningkatkan iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, menurut agama masing-masing;Kerukunan hidup beragama antar umat seagama, antara pemeluku agama yang satu dengan pemeluk agama yang lain;Penghayatan dan pengamalan Pancasila untuk memantapkan jiwa Pancasila dan mempertebal kesadaran warga negara yang bertanggung jawab terhadap kehidupan dan masa depan bangsa dan negara;Kepedulian terhadap sesama hidup dan alam seisinya;Pembinaan dan pengembangan minat terhadap kemajuan teknologi dengan keimanan dan ketakwaan; (1) Memupuk dan mengembangkan rasa cinta dan setia kepada tanah air dan bangsa; (2) Memupuk dan mengembangkan persatuan dan kebangsaan; (3) Memupuk dan mengembangkan persaudaraan dan persahabatan baik nasional maupun internasional; (4) Menumbuhkembangkan pada para anggota rasa percaya diri, sikap dan perilaku yang kreatif dan inovatif, rasa tanggung jawab dan disiplin; (5) Menumbuhkembangkan jiwa dan sikap kewirausahaan; (6) Memupuk dan mengembangkan pengetahuan; (7) Membina dan melatih jasmani, panca indera, daya pikir, penelitian, kemandirian dan sikap otonom, ketrampilan dan hasta karya. Sehubungan dengan berbagai usaha di atas maka dalam operasionalnya tetap mengacu pada skala prioritas yang disesuaikan dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat, bangsa dan negara.Untuk itu acuan utama yang dijadikan sebagai kerangka landasan dalam melakukan usaha-usaha tersebut tentunya 119 WIDYATAMA berorientasi pada suatu bentuk kegiatan kepramukaan yang memiliki nilai kemanfaatan bagi masyarakat, bangsa dan negara. Dalam melaksanakan kegiatan maupun pendidikan kepramukaan tetap berpegang teguh pada prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan. Prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan merupakan ciri khas yang membedakan kepramukaan dari pendidikan lain. Prinsip dasar kepramukaan di dalamnya meliputi : (1) Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya, (3) Peduli terhadap diri pribadinya, (4) Taat kepada kode kehormatan pramuka. Prinsip dasar kepramukaan berfungsi sebagai : norma hidup seorang anggota pramuka, landasan kode etik gerakan pramuka, pedoman dan arah pembinaan kaum muda anggota gerakan pramuka, dan landasan gerak dan kegiatan Gerakan Pramuka mencapai sasaran dan tujuannya. Kebijakan Kegiatan Kepramukaan bagi Peserta Didik Kegiatan kepramukaan bagi peserta didik dibedakan atas kegiatan untuk Siaga, kegiatan untuk penggalang, kegiatan untuk penegak, kegiatan untuk pandega, dan kegiatan untuk pramuka satuan karya.Materi kegiatan kepramukaan peserta didik telah diatur dalam kurikulum yang dinamakan syarat-syarat kecakapan umum, syarat-syarat kecakapan khusus dan syarat-syarat pramuka garuda. Adapun aspek-aspek materi kegiatan kepramukaan bagi peserta didik secara umum dikelompokan kedalam 5 (lima) bidang yaitu :Bidang agama, mental, moral, spiritual, pembentukan pribadi dan watak, Bidang patriotisme dan seni budaya, Bidang kesehatan dan ketangkasan, Bidang ketrampilan dan teknik pembangunan, Bidang sosial perikemanusiaan, gotong royong, ketertiban masyarkat, perdamaian dunia, dan lingkungan hidup yang dikemas dalam bentuk game di alam terbuka, serta dalam bentuk ketrampilan dan bakhti masnyarakat. Adapun beberapa kebijakan kegiatan kepramukaan bagi peserta didik yang bernuansa karya bhakti dalam kurun waktu 40 tahun dikelompokan sebagai berikut :Transmigrasi Pramuka, Proyek Pembangunan Desa,Proyek pertanian/perikanan,Proyek Industri,Proyek Kemanusiaan,Proyek lingkungan Hidup,Proyek dukungan terhadap Program Pemerintah. Namun perlu disadari bahwa materi yang dimaksud tidak semuanya bermuara pada lingkungan hidup. Karena itu perlu dilakukan inventarisasi materi kepramukaan penegak dan pandega dalam Syarat-Syarat Kecakapan Khusus yang bernuasa lingkungan hidup, sebagai berikut :Syarat – Syarat Kecakapan Khusus Pemadam Kebakaran,Syarat – Syarat Kecakapan Khusus Pengamanan Lalu Lintas, Syarat – Syarat Kecakapan Khusus Pengaman Kampung/Desa, Syarat – Syarat Kecakapan Khusus Konservasi Tanah, Syarat-Syarat Kecakapan Khusus Pendaki Gunung, Syarat-Syarat Kecakapan Khusus Pengembara, Syarat – Syarat Kecakapan Khusus Reboisasi, Syarat-Syarat Kecakapan Khusus Pengenal Tumbuhan dan Satwa, Syarat – Syarat Kecakapan Khusus Pengenal Ekosistem, Syarat – Syarat Kecakapan Khusus Perlindungan Hutan dan Pengaman Hutan. WIDYATAMA 120 No.2 / Volume 20 / 2011 WIDYATAMA Peranan Anggota Gerakan Pramuka Terhadap Lingkungan Hidup Gerakan pramuka dimaksud sebagai usaha pendidikan non-formal, pendidikan diluar sekolah, membina watak generasi muda melalui cara yang serasi dengan perkembangan jiwa peserta didik. Salah satu ciri menonjol dalam gerakan pramuka adalah besarnya peranan alam dalam pembinaan jiwa peserta didik. Sebagai kegiatan pendidikan di luar sekolah maka medan pendidikannya adalah alam luas. Pada dasarnya pendekatan pendidikan pramuka yang berlangsung di lingkungan alam memuat dalam dirinya prinsip-prinsip pengembangan ilmu pengetahuan alam, tumbuh-tumbuhan, ilmu hewan, dan lain-lain yang diajarkan disekolah, dapat didijadikan bidang berpijak untuk dikembangkan dalam alam bebas. Sesuai dengan kemampuan daya tanggap peserta didik, maka ilmu di sekolah disajikan dengan cara bermain melalui alam bebas, sehingga menumbuhkan rasa mengerti untuk dikembangkan menjadi rasa memelihara dan rasa cinta alam. Hakekat pokok pengembangan lingkungan hidup terletak di tangan manusia .Maka menjadi masalah bagaimanakah menumbuhkan kesadaran, keinginan dan motivasi dalam diri manusia bersedia mengembangkan dan melestarikan lingkungan. Dari sudut ini maka kemampuan pramuka membawa serta sejumlah penduduk dalam usaha pelestarian lingkungan, sebagaimana tercermin dalam bentuk penanaman pohon untuk kelestarian penduduk, cara berttani yang lebih melestarikan tanah, menaggulangi sampah dan kotoran manusia dalam rumah tangga atau kampungnya dan usaha untuk membimbing penduduk dalam ikhtiar yang secara fisik tampak memperbaiki lingkungan perlu diberi imbalan penghargaan dan pengakuan . Dengan cara demikian maka memberdayakan anggota pramuka untuk peduli pada lingkungan hidup bukanlah merupakan sesuatu yang sukar untuk dilakukan, sepanjang dilakukan usaha secara kontinu dan terus-menerus. Kesimpulan Upaya – upaya yang dilakukan untuk menumbuhkembangkan kesadaran terhadap lingkungan hidup melalui Gerakan Pramuka di Kwartir Daerah Jawa Tengah yaitu : (a) Memberikan pemahaman yang benar tentang pengetahuan lingkungan hidup melalui kegiatan penyuluhan, sarasehan dan diskusi-diskusi, (b) Mengadakan lomba-lomba yang berkaitan dengan Lingkungan hidup, misalnya lomba lintas alam, (c) Mengadakan kegiatan kemah bhakti, (c) Mengadakan kegiatan penghijauan dengan menanam pohon langka, (d) Penanaman turus jalan, (e) Mengadakan kegiatan kali bersih, (f) Mengadakan kegiatan gerakan pramuka peduli, (g) Memberikan bantuan pada musibah bencana alam dengan mendirikan posko-posko simpatik Kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya menumbuhkembangkan kesadaran terhadap lingkungan hidup melalui Gerakan Pramuka yaitu : (a) Terbatasnya sana dan prasarana, (b) Kurangnya dukungan dari orang tua, (c) Minimnya dana yang tersedia, (c) Kurangnya motivasi dari para pembinanya, (d) Rasio pembina dengan peserta didik yang tidak seimbang 121 WIDYATAMA Cara mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya menumbuhkembangkan kesadaran terhadap Lingkungan Hidup melalui Gerakan Pramuka yaitu : (a) Menambah sarana dan prasarana, (b) Memberikan pengertian kepada orang tua, (c) Menambah dana kegiatan, (c) Mengadakan kerja sama dengan instansi terkait, (d) Mencari sponsor Daftar Rujukan Peter L Berger, Piramida Korban Manusia, Terjemahan A.Rahman Toleng, LP3ES, Jakarta, 1982. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1987, hal. 355 dan 601. Munajat Danusaputro, Bunga Rampai Hukum dan Lingkungan I, 1981, hal. 67 Titian, t.th, Nomor 8, hal. 38 Soemarwoto, O, Analisis Dampak Lingkungan, UGM, 1989 Valentinus Darsono, Pengantar Ilmu Lingkungan, Univ. Atmajaya Yogyakarta, 1994, hal. 14 RI, Kepala Biro Hukum dan Perundang-undangan, UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta Koesnadi Hardjosoemantri, Hukum Tata Lingkungan, 2001, hal. 211 Lemdikanas, Bahan Pentaloka Kalemdikada, 1999, hal : 27 Koesnadi Hardjosoemantri, Ibid, hal 581 Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 3 BP’s Outlook on Scouting, 1936) Amaroso Katamsi, 40 rahun Gerakan Pramuka, 2001, hal. 18 WIDYATAMA 122