15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tidur 1. Pengertian tidur Tidur

advertisement
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tidur
1. Pengertian tidur
Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat
dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986
dalam Hidayat, 2009).
Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh
ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang
berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan
badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2011).
2. Fisiologi Tidur
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat,
saraf perifer, endokrin, kardiovaskuler, respirasi, dan muskuloskeletal
(Robinson, 1993 dalam Potter). Tiap kejadian tersebut dapat
diidentifikasi atau direkam dengan elektroensefalogram (EEG) untuk
aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan
elektromiogram (EMG), dan elektrookulogram (EOG).
Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah
reticular activating system (RAS) dan bulbar sinchronizing regional
(Potter & Perry, 2005). RAS merupakan pusat aktivitas kewaspadaan
dan tidur yang terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. RAS
15
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
16
memberikan stimulus visual, auditori, nyeri dan sensori raba juga
dapat menerima stimulus dari korteks serebri termasuk ransangan
emosi dan proses pikir. Pada keadaan sadar mengakibatkan neuronneuron dalam RAS melepaskan katekolamin seperti norepinefrin. Saat
tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari sel-sel
spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu BSR. Bangun dan
tidurnya seseorang tergantung keseimbangan impuls yang diterima di
pusat otak, reseptor sensorik perifer seperti bunyi, stimulus cahaya,
dan sistem limbik seperti emosi (Tarwoto & Wartonah, 2011).
3. Fungsi Tidur
Fungsi tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini
bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental,
emosional, kesehatan, mengurangi stres pada paru, kardiovaskular, dan
endokrin. Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan
kembalipada fungsi seluler penting. Secara umum terdapat dua efek
fisiologis tidur, pertama efek pada sistem saraf yang diperkirakan
dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara
berbagai susunan saraf. Kedua, efek pada struktur tubuh yang dapat
memulihkan kesegaran dan fungsi organ dalam tubuh, karena selama
tidur telah terjadi penurunan aktivitas organ-organ tubuh tersebut
(Hidayat, 2009).
Pola tidur yang teratur dan berkualitas turut mendukung
peningkatan kesehatan tubuh tidur yang baik akan membantu menjaga
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
17
daya tahan tubuh. Dengan tidur yang teratur tingkat kecerdasan dan
kondisi emosional seseoranng akan menjadi lebih baik (Prasadja,
2009).
4. Pola Tidur
Setiap orang mempunyai siklus bangun tidur yang sudah biasa
dilakukan menentukan kapan waktu yang tepat untuk tidur. Waktu
tersebut dapat didukung oleh cahaya lampu atau matahari di siang hari,
kebiasaan waktu makan dan aktivitas yang dilakukan seperti biasanya
dalam waktu tertentu setiap harinya. Seseorang yang mempunyai pola
tidur-bangun yang teratur lebih menunjukan tidur yang berkualitas dan
performa yang lebih baik daripada orang yang mempunyai pola tidur
bangun yang berubah-ubah (Harkreader, 2007).
Pola tidur yang berubah-ubah dan apabila individu beradaptasi
dengan perubahan tersebut maka akan mengakibatkan gangguan pola
tidur. Carpernito (2002) mendefinisikan gangguan pola tidur sebagai
kondisi ketika indivisu mengalami atau beresiko mengalami perubahan
pada kualitas dan kuantitas pola istirahat yang menimbulkan
ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan.
a. Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk
mempertahankan tahap tidur REM dan NREM yang pantas
(Kozier, et.al., 2004). Kualitas tidur merupakan kepuasan
seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
18
memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah,
lesu dan apatis, kehitaman di sekitas mata, kelopak mata bengkak,
konjungtiva merah, mata perih, kurang perhatian, sakit kepala dan
seing menguap atau mengantuk (Hidayat, 2009)
Kualitas tidur seseorang dapat dikatakan baik dilihat dari
parameter kualitas tidur jika seseorang tidur dengan waktu yang
cukup, tidur dengan nyenyak, tidak memiliki gangguan tidur,
merasa puas dengan tidurnya, tidak merasa mengantuk pada siang
hari, dan merasa puas ketika bangun pagi.
Kualitas tidur meliputi aspek kualitatif dan kuantitatif yaitu
lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tidur, frekuensi
terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman tidur dan
kepuasan tidur (Daniel et al, 1998;Buysse, 1988 dalam Amir,
2007). Persepsi mengenai kualitas tidur itu sangant bervariasi dan
individual yang dapat dipengaruhi oleh waktu yang digunakan
untuk tidur pada malam hari atau efisiensi tidur (Miller, 1995
dalam Amir, 2007).
Salah satu kriteria yang sangat penting untuk menentukan
terpenuhinya kebutuhan tidur individu dapat diperoleh dari data
subjektif, data subjektif tidur yang baik atau buruk dapat dievaluasi
berdasarkan persepsi individu tentang parameter tidur diantarannya
adalah berapa lama waktu yang dibutuhkannya untuk tertidur,
frekuensi terbangun pada malam hari, total waktu tidur dimalam
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
19
hari dan kepuasan tidur (Miller, 1995 dalam Amir, 2007). Menurut
Buysse (1988) baik buruknya tidur individu dapat diidentifikasi
melalui subjektif, diantaranya kualitas tidur, lama waktu untuk
tertidur, kebiasaan sebelum tidur dan gangguan tidur. Hanya
individuyang dapat melaporkan apakah mereka mendapatkan tidur
yang baik dan buruk, jika individu puas dengan kualitas dan
kuantitas tidurnya maka mereka mempunyai tidur yang baik
(Potter & Perry, 2005).
Kualitas
tidur
seseorang
dapat
ditentukan
dengan
menggunakan metode Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Data
penelitian diperoleh dengan memberikan kuesioner yang berisi
data pribadi dan pertanyaan tentang komponen kualitas tidur
selama satu bulan terakhir. Terdapat tujuh komponen kualitas tidur
yaitu, kualitas tidur subjektif, tidur laten, lama tidur, efisiensi tidur,
gangguan tidur, pemakaian obat tidur, dan disfungsi siang hari.
Dengan ketujuh komponen kualitas tidur didapatkan nilai PSQI,
jika seseorang mendapat nilai PSQI < 5 maka ia memiliki kualitas
tidur yang baik dan jika seseorang mendapat nilai PSQI > 5 maka
ia memiliki kualitas tidur yang buruk (Sanningtyas, 2013).
b. Kuantitas Tidur
Kuantitas tidur adalah keseluruhan waktu tidur yang
dimiliki individu (Kozier, et al., 2004). Jumlah waktu tidur yang
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
20
dibutuhkan setiap individu berbeda-beda sesuai dengan tahap
perkembangannya dari bayi sampai lanjut usia.
5. Kebutuhan Tidur
Kebutuhan
tidur
pada
manusia
bergantung
pada
tingkat
perkembangan. Berikut ini tabel merangkum kebutuhan tidur manusia
berdasarkan usia (Hidayat, 2009).
Table 2.1. Kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia
Usia
Tingkat Perkembangan
Jumlah Kebutuhan Tidur
0-1 bulan
Masa neonatus
14-18 jam/hari
1 bulan-18 bulan
Masa bayi
12-14 jam/hari
18 bulan-3 tahun
Masa anak
11-12 jam/hari
3 tahun-6 tahun
Masa prasekolah
11 jam/hari
6 tahun-12 tahun
Masa sekolah
10 jam/hari
12 tahun-18 tahun
Masa remaja
8,5 jam/hari
18 tahun-40 tahun
Masa dewasa muda
7-8 jam/hari
40 tahun-60 tahun
Masa paruh baya
7 jam/hari
60 tahun ke atas
Masa dewasa tua
6 jam/hari
6. Tahapan Tidur
Dalam prosesnya, tidur dibagi menjadi dua fase. Pertama, tidur
yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam sistem pengaktivasi
reticularis, disebut dengan tidur gelombang lambat (slow wave sleep)
atau disebut juga tidur non rapid eye movement (NREM). Kedua, tidur
yang disebaban oleh penyaluran abnormal isyarat-isyarat dalam otak
meskipu kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara berarti, disebut
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
21
dengan tidur paradoks atau disebut juga tidur rapid eye movement
(REM) (Hidayat, 2009).
Tidur diawali dengan fase NREM yang terbagi menjadi empat
tahapan dan memerlukan waktu kira-kira 90 menit selama siklus tidur;
lalu diikuti oleh tahapan akhir fase REM yang memerlukan waktu kirakira 90 menit sebelum tidur berakhir (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian selama 4-6 siklus
dalam semalam (Potter & Perry, 2005).
Menurut Hidayat (2009) tahapan tidur NREM terdiri dari empat
stadium:
a. Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur denga
ciri sebagai berikut: rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa
mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping,
frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, dapat bangun segera
selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.
b. Tahap II
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun dengan ciri sebagai berikut:mata pada umumnya
menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun, temperatur
tubuh menurun, metabolisme menurun, berlangsung pendek dan
berakhir 10-15 menit.
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
22
c. Tahap III
Tahap III merupakan awal tahap dari keadaan tidur nyenyak
dengan ciri denyut nadi dan frekuensi nafas serta prose tubuh
lainnya melambat, disebakan oleh adanya dominasi sistem saraf
parasimpatis dan sulit untuk bangun. Pada tahap ini berlangsung
15-30 menit.
d. Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan
jantung dan pernafasan turun, jarang bergerak dan sulit
dinagunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun, dan
tonus otot menurun.
Tidur REM dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi
selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi
selama 80-100 menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah,
maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Selama
tidur baikNREM maupun REM, dapat terjadi mimpi tetapi mimpi dari
tidur REM lebih nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk
konsolidasi memori jangka panjang (Potter & Perry, 2005).
Pemenuhan kebutuhan tidur atau kualitas tidur terlihat dari
parameter kualitas tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan
untuk tidur, frekuensi terbangun dan beberapa aspek subyektif seperti
kedalaman tidur, perasaan segar di pagi hari, kepuasan tidur serta
perasaan lelah siang hari (Nugroho, 2008).
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
23
Menurut Hidayat (2009), kualitas tidur seseorang dikatakan baik
apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak
mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur
dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini
akan dijelaskan apa saja tanda fisik dan psikologi yang dialami.
a. Tanda Fisik
Ekspresi wajah memiliki ciri area gelap di sekitar mata,
bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat
cekung, kantuk yang berlebihan (sering menguap), tidak mampu
untuk berkonsentrasi (kurang perhatian), terlihat tanda-tanda
keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.
b. Tanda Psikologis
Tanda kekuarang tidur secara psikologis dapat terlihat
antara lain menarik diri, apatis, merasa tidak enak badan, malas
berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan
ilusi penglihatan dan pendengaran, kemampuan memberikan
pertimbangan atau keputusan menurun.
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Tidur
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Kualitas tersebut dapat menujukkan adanya kemampuan individu
untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan
kebutuhannya. Menurut Hidayat (2009) faktor yang mempengaruhi
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
24
tidur meliputi penyakit, latihan dan kelelahan, stres psikologi, obat,
nutrisi, lingkungan dan motivasi.
a. Penyakit
Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak
penyakit yang memperbesar kebutuhan tidur, misalnya penyakit
yang disebabkan oleh infeksi (infeksi limpa) akan memerlukann
lebih banyak waktu tidur untuk mengatasi keletihan. Banyak juga
keadaan sakit yang menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak
bisa tidur.
b. Latihan dan kelelahan
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih
banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah
dikeluarkan. Hal tersebut terlihat pada seseorang yang telah
melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan. Maka, orang tersebut
akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang
lambatnya diperpendek.
c. Stres Psikologis
Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan
jiwa. Hal tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah
psikologis mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.
d. Obat
Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur, beberapa jenis obat
yang dapat mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
25
diuretik dab beta bloker menyebabkan seseorang insomia, anti
depresan dan golongan narkotik dapat menekan REM, kafein dapat
meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk
tidur.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi terpenuhinya kebutuhan nutrisi
yang dapat mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi dapat
mempercepat
proses tidur, karena adanya tryotophan yang
merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Sebaliknya,
kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur,
bahkan terkadang sulit untuk tidur.
f. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat
mempercepat terjadinya proses tidur.
g. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang
untuk tidur, yang dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu,
adanya keinginan untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan
gangguan proses tidur.
8. Gangguan Tidur
Ada beberapa gangguan yang terjadi pada saat tidur. Menurut
Tarwoto & Wartonah (2011) gangguan yang terjadi saat tidur adalah
sebagai berikut:
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
26
c. Insomnia. Insomnia adalah ketidakmampuan memperoleh secara
cukup kualitas dan kuantitas tidur. Ada 3 macam insomnia yaitu
Intial Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur tidak ada,
Intermittent Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tetap
mempertahankan tidur sebab sering terbangun, dan Terminal
Insomnia adalah bangun lebih awal tetapi tidak pernah tertidur
kembali. Penyebab insomnia adalah ketidakmampuan fisik,
kecemasan, dan kebiasaan minum alkohol dalam jumlah banyak.
d. Hipersomnia. Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9
jam, biasanya disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi,
beberapa penyakit ginjal, liver, dan metabolisme.
e. Parasomnia. Parasomnia merupakan sekumpulan penyakit yang
mengganggu tidur anak seperti samnohebalisme (tidur sambil
berjalan).
f. Narcolepsi. Suatu keadaan/kondisi yang di tandai oleh keinginan
yang tidak terkendali untuk tidur. Gelombang otak penderita pada
saat tidur sama dengan orang yang sedang tidur normal, juga tidak
terdapat gas darah atau endoktrin.
g. Apnoe tidur dan mendengkur. Mendengkur tidak dianggap sebagai
gangguan tidur, namun bila disertai apnoe maka bisa menjadi
masalah.
Mendengkur
disebabkan
oleh
adanya
rintangan
pengeluaran udara di hidung dan mulut,misalnya amandel,
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
27
adenoid, otot-otot di belakang mulut mengendor dan bergetar.
Periode apnoe berlangsung selama 10 detik sampai 3 menit.
h. Mengigau. Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi
sebelum tidur REM.
Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan di
mana individu mengalami atau mempunyai risiko perubahan dalam
jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyaman
atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan (Carpenito, 2002).
Penyebab dari gangguan pola tidur ini antara lain kerusakan transport
oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat,
immobilitas, nyeri pada kaki, takut operasi, faktor lingkungan yang
menggangu dan lain-lain. (Hidayat, 2009).
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
28
B. Kebutuhan Dasar Manusia
Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah
teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara
kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Menurut teori
ini, beberapa kebutuhan tertentu lebih dasar daripada kebutuhan lainnya,
oleh karena itu, beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan
lain. Menurut Maslow (1970; Potter & Perry, 2005) hirarki kebutuhan
dasar manusia dibagi menjadi lima tingkatan prioritas, antara lain:
kebutuhan fisiologis, kebituhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan
cinta dan rasa memiliki, kebutuhan rasa berharga dan harga diri, dan
kebutuhan aktualisasi diri.
1. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki
Maslow. Seorang individu yang memiliki beberapa kebutuhan yang
tidak terpenuhi secara umum lebih dulu mencari pemenuhan
kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang perlu
dan penting untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam
kebutuhan: oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat
tinggal, istirahat, dan seks.
2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman
Prioritas berikutnya setelah kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan
keselamatan fisik serta psikologis. Mempertahankan keselamatan fisik
melibatkan keadaan mengurangi atau mengeluarkan ancaman pada
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
29
tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut bisa berupa penyakit,
kecelakaan, bahaya, atau pemajanan pada lingkungan. Memenuhi
kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil prioritas lebih dahulu
di atas pemenuhan kebutuhan fisiologis.
3. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki
Manusia secara umum membutuhkan perasaan bahwa mereka dicintai
keluarga, diterima oleh teman sebaya, dan oleh masyarakat. Kebutuhan
ini secara umum meningkat setelah kebutuhan fisiologis dan
keselamatan terpenuhi karena hanya pada saat individu merasa selamat
dan aman, mereka mempunyai waktu dan energi untuk mencari cinta,
rasa memiliki, dan untuk membagi cinta tersebut dengan orang lain.
Bahkan seseorang yang secara umum mampu memenuhi kebutuhan
cinta dan rasa memiliki, sering tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhan mereka tersebut pada saat terjadi sakit atau terluka.
4. Kebutuhan penghargaan dan harga diri
Manusia memerlukan perasaan stabil terhadap harga diri, maupun
perasaan bahwa mereka dihargai oleh orang lain. Kebutuhan harga diri
berhubungan dengan keingininan terhadap kekuatan, pencapaian, rasa
cukup, kompetensi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan. Manusia juga
membutuhkan apresiasi dari orang lain. Pada saat kedua kebutuhan ini
terpenuhi, seseorang merasa percaya diri dan berguna. Jika kebutuhan
kebutuhan harga diri dan pengharhaan diri orang lain tidak terpenuhi,
orang tersebut mungkin merasa tidak berdaya dan merasa rendah diri.
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
30
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuhan yang paling tinggi dalam
hirarki kebutuhan Maslow. Pada saat manusia sudah memenuhi
seluruh kebutuhan pada tingkatan yang lebih rendah, hal tersebut
melalui aktualisasi diri dikatakan bahwa mereka mencapai potensi
mereka yang paling maksimal. Manusia yang teraktualisasi dirinya
memiliki kepribadian multidimensi yang matang. Mereka sering
mampu untuk mengansumsi dan menyelesaikan tugas yang banyak,
dan mereka mencapai pemenuhan kepuasan dari pekerjaan yang
dikerjakan dengan baik. Mereka tidak bergantung secara penuh pada
opini orang lain mengenai penampilan, kualitas kerja, atau metode
penyelesaian masalah. Walaupun mereka mungkin mengalami
kegagalan dan keraguan, mereka secara umum menghadapinya secara
realistis.
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
31
C. Lanjut Usia
1. Pengertian Lanjut Usia
Menua atau lanjut usia di definisikan sebagai proses yang
mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail’ (lemah,
rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem
fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit
dan kematian secara eksponensial. Menua juga didefinisikan sebagai
penurunan seiring waktu yang terjadi pada sebagian besar makhluk
hidup, yang berupa kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap
penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan
ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait usia. Terdapat
beberapa
istilah
yang
digunakan
oleh
gerontologis
ketika
membicarakan proses menua:
a. Aging (bertambahnya umur) menunjukan efek waktu, suatu proses
perubahan,biasanya bertahap dan spontan.
b. Senescence (menjadi tua) hilangnya kemampuan sel untuk
membelah dan berkembang (dan seiring waktu akan menyebabkan
kematian)
c. Homeostenosis penyempitan/berkurangnya cadangan homeostatis
yang terjadi selama penuaan pada setiap sistem organ (Setiati dkk,
2009)
Menurut Fathi et al (2008), penuaan tidak bisa dihindari, dimulai
secara bertahap sebagai tahap terakhir dari perkembangan yang
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
32
menyebabkan perubahan dalam senyawa tubuh dan penurunan
efisiensi organ dan mempengaruhi pada kemampuan fisik pada tingkat
yang berbeda. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang
terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga
tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai tanggal, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak
proposional. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu
proses berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif,
merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.
WHO
dan
Undang-Undang
Nomor
13
tahun
1998
tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan
bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua (Nugroho, 2006).
2. Batasan-batasan Lansia
Di Indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun ke atas. Hal ini
dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Nugroho, 2008).
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
33
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda,
umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli
tentang batasan usia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan
yaitu:
1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
b. Menurut Eliopolous (2010) batasan usia lansia yaitu:
1) Setengah tua yaitu seorang yang berusia antara 60-74 tahun.
2) Tua yaitu seseorang yang berusia antara 75-100 tahun.
3) Sangat tua yaitu seseorang yang berusia >100 tahun
3. Teori-teori Penuaan
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan menurut
Maryam (2008) yaitu : teori biologi, teori psikologis, dan teori
spiritual.
a. Teori biologi
Teori bologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow
theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.
1) Teori genetik dan mutasi (Somatic Mutatie Theory)
Menurut teori genetik dan mutasi, menua terprogram secara
genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
34
akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekulmolekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel
kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsi sel).
2) Immunology slow theory
Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi tidak
efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam
tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
3) Teori stress
Teori stress mengungkapakan menua terjadi akibat hilangnya
sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak
dapat
mempertahankan
kestabilan
lingkungan
internal,
kelebihan usaha, dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
4) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.
5) Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapakan bahwa reaksi kimia sel-sel
yang tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
35
jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas,
kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
b. Teori psikologis
Pada lanjut usia, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring
dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat
dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan
fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas
motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri
dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan
seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilainilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya.
c. Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian
hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu
tentang arti kehidupan. James Fowler mengungkapkan tujuh tahap
perkembangan
kepercayaan.
Fowler
juga
meyakini
bahwa
kepercayaan spiritual adalah suatu kekuatan yang memberi arti bagi
kehidupan seseorang. Fowler menggunakan istilah kepercayaan
sebagai suatu bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan
kehidupan akhir. Menurutnya, kepercayaan adalah suatu fenomena
timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan
orang lain dalam menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih, dan
harapan. Fowler juga berpendapat bahwa perkembangan spiritual
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
36
pada lansia berada pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan
keadilan (Maryam, 2008).
4. Perubahan yang terjadi pada lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia terdiri dari perunahan fisi,
perubahan mental, dan perubahan psikokososial.
a. Perubahan fisik
Hutapea (2005) menyatakan perubahan fisik yang dialami oleh
lansia sebagai berikut:
1) Perubahan pada sistem kekebalan atau imunologi yaitu tubuh
menjadi rentan terhadap alergi dan penyakit.
2) Konsumsi energi turun secara nyata diikuti dengan menurunya
jumlah yang dikeluarkan oleh tubuh.
3) Air
mengalami
penurunan
secara
signifikan
karena
bertambahnya sel-sel yang mati yang diganti oleh lemak
maupun jaringan konektif.
4) Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal,
kemampuan mencerna makanan serta penyerapan mulai lamban
dan kurang efisien, gerakan peristaltik usus menurun sehingga
sering konstipasi.
5) Perubahan pada
sistem metabolik,
yang mengakibatkan
gangguan metabolisme glukosa karena sekresi insulin yang
menurun. Sekresi menurun juga karena timbunan lemak.
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
37
6) Sistem saraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun
dekat, kepekaan bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan
berkurang, pendengaran berkurang, reaksi lambat, fungsi mental
menurun, dan ingatan visual berkurang.
7) Perubahan pada sistem pernafasan ditandai dengan menurunnya
elastisitas paru-paru yang mempersulit pernafasan sehingga
dapat mengakibatkan munculnya rasa sesak dan tekanan darah
meningkat.
8) Menurunnnya elastisitas dan fleksibilitas persendian.
b. Perubahan mental
Perubahan mental lansia dapat berupa perubahan sikap yang
semakin egosentrik, mudah curiga, dan bertambah pelit atau tamak
bila memiliki sesuatu. Lansia mengharapkan tetap diberi peranan
dalam masyarakat. Sikap umum yang ditemukan hampir setiap
lansia yaitu keinginan untuk berumur panjang. Jika meninggal pun,
merekan ingin meninggal secara terhormat dan masuk surga.
Faktor yang mempengaruhi perubahan fisik, kesehatan umum,
tingkat pendidikan, keturunan dan lingkungan (Nugroho, 2008).
c. Perubahan psikososial
Nilai seseorang sering diukur melaui produktivitasnya dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun,
seseorang akan mengalami kehilangan, yaitu kehilangan finansial,
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
38
kehilangan status, kehilangan teman dan kehilangan pekerjaan
(Nugroho, 2008).
5. Tugas Perkembangan Lansia
Lansia harus menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang
terjadi seiring penuaan. Waktu dan durasi perubahan ini bervariasi
pada tiap individu, namun seiring penuaan sistem tubuh, perubahan
penampilan dan fungsi tubuh akan terjadi. Perubahan ini tidak
dihubungkan dengan penyakit dan merupakan perubahan normal.
Adanya penyakit terkadang mengubah waktu timbulnya perubahan
atau dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.
Adapun tugas perkembangan pada lansia dalam adalah :
beradaptasi terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik,
beradaptasi terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan,
beradaptasi terhadap kematian pasangan, menerima diri sebagai
individu yang menua, mempertahankan kehidupan yang memuaskan,
menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa,
menemukan cara mempertahankan kualitas hidup (Potter & Perry,
2005).
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
39
D. Terapi Air
1. Pengertian
Terapi air adalah penggunaan air untuk penyembuhan dengan cara
meringankan berbagai keluhan (Hadibroto & Alam, 2006). Terapi air
adalah metode perawatan dan penyembuhan dengan menggunakan air
untuk mendapatkan efek-efek terapis. Air secara khusus memiliki
kualitas-kualitas unik yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk
mencapai rentang respon-respon tubuh yang bisa menyembuhkan
simptom-simptom dan meningkatkan mekanisme tubuh dalam
menghadapi ancaman eksternal (Chaiton, 2002).
Air dapat digunakan baik dalam kondisi panas, hangat, netral
(temperatur tubuh), dingin atau dalam kondisi beku (es) dan kondisi
uap. Air dapat digunakan pada temperatur ganjil (secara langsung atau
via perlengkapan seperti handuk katun), kemudian diganti baik dengan
air yang lebih dingin atau lebih panas untuk merangsang respon-respon
tubuh; air juga dapat digunakan untuk “menantang” tubuh agar hanya
menghadapi aplikasi air dingin baik secara lokal maupun yang
melibatkan bagian tubuh secara keseluruhan. Beberapa metode
perawatan
mengikutsertakan
tubuh
secara
keseluruhan
juga
konstitusional, respon, sementara metode-metode lainnya memiliki
sasaran lokal (seperti nyeri persendian).
Banyak penelitian modern yang telah membuktikan peranan terapi
air dalam perawatan tubuh diantaranya air dapat digunakan untuk
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
40
mencegah flu, demam, memperbaiki fertilitas, menyembuhkan
kelelahan kronis, meningkatkan fungsi-fungsi imunitas, membantu
kelancaran detak jantung dan sirkulasi darah atau memperkuat daya
sembuh terhadap luka-luka yang sangat menyakitkan. Dalam beberapa
tahun terakhir terapi air telah terbukti sebagai salah satu metode
perawatan penyakit atau gangguan fisik yang sangat efektif tanpa efek
samping dan efisien.
Terapi air sesungguhnya merupakan pendekatan “lowtech” yang
mengandalkan diri pada respon-respon tubuh yang sangat khusus
terhadap aplikasi terapi air secara tepat, berdasarkan pola-pola yang
bisa diprekdisi yang telah dikembangkan selama ratusan tahun dari
pematangan tentang bagaimana pengaruh air terhadap tubuh dan juga
bagaimana respon-respon tubuh terhadap air.
Terapi air modern adalah pengobatan klasik yang dihidupkan
kembali di era kontemporer ini dan dalam kebanyakan kasus, air
sangat cocok sebagai aplikasi domestik untuk pertolongan pertama,
untuk menghilangkan simpton-simpton umum dan yang paling penting
air juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kebugaran dan
kesehatan tubuh kita (Chaiton, 2002).
2. Asal Usul Terapi Air
Terapi air dipergunakan pertama kali pada zaman Mesir kuno.
Selain itu, peradaban Yunani dan Romawi juga melakukan hal yang
sama. Penduduk Mesir menggunakan minyak esensial dan bunga
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
41
untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Sementara bangsa Romawi
dan Yunani mempunyai kebiasaan berendam lama untuk rekreasi
sekaligus terapi (roman baths). Pada abad 19 mulai dikenal kegunaan
daya apung air (buoyancy) yang bermanfaat untuk terapi latihan dalam
air.
Bangsa
Yunani
bahkan
membuat
undang-undang
yang
mewajibkan mandi air dingin bagi masyarakatnya dengan berbagai
cara dikaitkan dengan mitologi mereka.
Air sebagai bagian terapi sudah dipergunakan oleh Hipocrates
dengan diwalinya penggunaan air sebagai modalitas sekitar tahun 500
SM. Hipocrates tercatat sebagai pemikir besar yang sudah menyadari
sifat-sifat fisiologis air, baik air panas maupun dingin, dapat digunakan
dalam perawatan sakit demam, tukak lambung, perdarahan dan dalam
penyakit-penyakit
operasi
serta
medis.
Hipocrates
memahami
fenomena reaksi karena ia mengamati bahwa setelah seseorang mandi
air dingin, tubuhnya dengan cepat mengembalikan pansanya dan tetap
hangat.
Pada tahun 1826, Prissnitz mengembangkan pusat terapi air
pertama di Grafenberg. Oleh sebab itu, ia dikenal sebagai pendiri
terapi air (hydro-therapy). Terapi air merupakan metode paling klasik
dalam perawatan penyakit dan sudah dipergunakan sejak dulu oleh rasras primitif.
Kemampuan air untuk penyembuhan sudah diakui sejak dahulu,
terutama di kerajaan Yunani, kekaisaran Romawi, kebudayaan Turki
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
42
serta masyarakat Eropa dan China Kuno. Masyarakat umum
menyadari bahwa air memiliki banyak manfaat terhadap tubuh. Mandi
air panas bermanfaat membuat tubuh lebih rileks, menyingkirkan
pegal-pegal dan rasa kaku pada otot serta membuat tidur menjadi lebih
nyenyak. Uap air panas dapat membuka pori-pori, merangsang
keluarnya
keringat,
membuat
pembuluh
darah
melebar
dan
mengendurkan otot-otot. Mandi air dingin di bak atau di pancuran
member efek berupa rasa segar dan gairah semangat. Suhu dingin
mengerutkan pembuluh darah di kulit sehingga aliran darah dialihkan
ke
jaringan-jaringan
internal
dan
organ-organ
tubuh
untuk
mempertahankan suhu dasar tubuh. Air dingin atau air es digunakan
untuk mengurangi pembengkakan dan memar serta menutup pori-pori.
Terapi air, dalam ilmu kedokteran, digunakan sebagai salah satu
fisioterapi pada pasien yang mengalami kecelakaan serius dengan
akibat cedera otot, atau pasien dengan keluhan pada persendiannya,
dan mereka yang mengalami hambatan fisik seperti pasien stroke.
Banyak rumah sakit di negara-negara maju kini memberi pilihan
berupa proses melahirkan di dalam air. Terapi air dapat digunakan
dalam berbagai cara sesuai dengan manfaatnya masing-masing, yaitu
berendam air panas, berendam air dingin, berendam air biasa, mandi
uap, mandi cara Sitz (Sitz bath), pancuran air panas dan dingin,
pembungkusan, kantong air, dan floatasi (mengambang dalam larutan
air garam).
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
43
3. Mekanisme Kerja Terapi Air
Air memiliki kualitas-kualitas utama berikut ini, yang semuanya
bisa kita gunakan dalam terapi air.
a. Air adalah zat alami yang sangat berlimpah, air adalah kombinasi
elemen-elemen dalam hal ini hidrogen 90% dan oksigen lebih dari
10%.
b. Air sangat fleksibel dan bisa dikonsumsi untuk mrnjangkau hampir
seluruh permukaan tubuh dan dalam tubuh. Apabila air diserap
kedalam handuk atau materi lainnya, air bisa digunakan untuk
menjangkau seluruh kontur dan permukaan-permukaan luar tubuh
sehingga mampu berinteraksi dengan kulit dalam berbagai cara
yang mengagumkan. Kualitas ini memungkinkan air sangat
berguna dalam perawatan pribadi (self-treatment).
c. Air menyerap dan mampu mengekuarkan panas dalam jumlah
besar, tanpa mengubah temperaturnya sendiri terlalu banyak.
4. Cara Kerja Air Hangat pada Kaki
Air hangat atau panas jika ditempelkan pada jaringan-jaringan
kulit, maka otot-otot akan relaks dan pembuluh darah akan terbuka
lebih lebar. Ini menyebabkan semakin banyak darah yang bisa
mencapai jaringan-jaringan itu. Air hangat mampu untuk menciptakan
relaksasi yang memiliki efek menenangkan pada sistem saraf dan
bermanfaat dalam mengatasi kecemasan, perasaan gelisah dan juga
mengatasi masalah tidur.Panas didefinisikan sebagai satuan temperatur
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
44
air dalam rentang 98-104 oF atau 36,7 - 40 oC. Pemakaian air yang
lebih panas dari skala ini tidak boleh dilakukan karena sangat
berbahaya bagi kesehatan kulit (Chaiton, 2002).
Chaiton (2002) mengemukakan merendam kaki dengan air hangat
mampu untuk menciptakan relaksasi yang memiliki efek menenangkan
pada sistem saraf dan bermanfaat dalam mengatasi kecemasan ,
perasaan gelisah dan juga mengatasi masalah tidur. Air hangat dengan
suhu
37°C-39°C
juga
mampu
melegakan
ketegangan
otot,
menenangkan pikiran, relaksasi, menimbulkan semangat kerja,
kebugaran mental dan emosional serta menghilangkan stress.
Efek refleks terapi air yang diberikan pada daerah kulit kaki secara
refleksif berhubungan dengan sirkulasi darah di kepala, dada dan
daerah pelvis (khusus kandung kemih dan organ-organ reproduksi
termasuk prostat pada laki-laki). Merendam kaki dengan air hangat
merupakan salah satu terapi yang dapat dilakukan sendiri dan tidak
memerlukan pertolongan ekstra (Guzman-Ladion, 2005).
Menurut Amirta (2007) rendam air hangat pada kaki merupakan
suatu prinsip kerja air hangat terhadap stimulasi tidur,merendam kaki
dalam air hangat yang bertemperatur 37-39º C akan menimbulkan efek
sopartifik (efek ingin tidur) dan dapat mengatasi gangguan tidur.
Secara fisiologi didaerah kaki terdapat banyak syaraf terutama di kulit
yaitu flexus venosus dari rangkaian syaraf ini stimulasi diteruskan ke
kornu posterior kemudian dilanjutkan ke medula spinalis, dari sini
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
45
diteruskan ke lamina I, II, III Radiks Dorsalis, selanjutnya ke ventro
basal talamus dan masuk ke batang otak tepatnya di daerah rafe bagian
bawah pons dan medula disinilah terjadi efek soparifik (ingin tidur).
(Guyton, 2000).
Rendam air hangat pada kaki merupakan teknik stimulasi tidur
yang dilakukan dengan cara merendam kaki dalam air hangat bersuhu
37-39oC (Hegner, 2003). Untuk mendapatkan hasil yang efektif,
rendam air hangat pada kaki sebaiknya dilakukan sebelum tidur
malam. Lakukan secara rutin selama 3 - 6 hari, maka akan
memberikan relaksasi pada tubuh sehingga dapat mengatasi gangguan
tidur (Amirta, 2007). Efek terapeutik dengan menggunakan suhu
hangat : meningkatkan sensibilitas jaringan kolagen, meningkatkan
relaksasi fisik dan psikologis, untuk mengurangi spasme otot,
mengurangi pembengkakan dan eksudat, meningkatkan peredaran
darah, terjadinya vasodilatasi pada kulit disebabkan adanya bradikinin
dari kelenjar hormon dan terjadi dilatasi pada otot dan pembuluh darah
ketika terkena perangsangan hangat (Synder, 1992).
Lasmadiwati (2005) menyimpulkan bahwa merendam kaki dengan
air hangat 40 derajat akan memperlancar peredaran darah, merangsang
keringat, menyembuhkan batuk pilek dan susah tidur.
Menurut Khotimah (2012) kuantitas tidur lansia yang dilakukan
rendam air hangat pada kaki mengalami peningkatan. Terapi rendam
air hangat pada kaki memperbaiki mikrosirkulasi pembuluh darah dan
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
46
vasodilatasi sehingga meningkatkan kuantitas tidur. diatur siklusnya.
Pada siang hari, hipotalamus akan mensekresi kortisol di korteks
adrenal. Hormon ini mengatur sebagian besar proses metabolisme
tubuh. Selanjutnya, ketika matahari mulai terbenam, kadarnya di
dalam tubuh akan menurun, dan ketika cahaya matahari benar-benar
menghilang dari bumi, sekitar pukul 9 malam, tubuh akan mensekresi
hormon melantonin di kelenjar pineal yang bersifat imunomedulator
yang lebih bersifat antioksidan. Hormon ini menyebabkan tubuh
terasa, dan dalam beberapa sumber dinyatakan, hormon ini dapat
dijadkan terapi insomnia (penyakit susah tidur). Pada terapi rendam air
hangat pada kaki dapat menyebabkan efek sopartifik (efek ingin tidur),
hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh peningkatan sekresi
hormon melatonin sebagai dampak dari rendam air hangat pada kaki
sehingga seseorang yang merendam kakinya dengan air hangat dapat
meningkat kuantitas tidurnya.
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
47
E. Kerangka Teori
Kebutuhan
Fisiologis
Istirahat/Tidur
(Kualitas Tidur)
Faktor yang
mempengaruhi:
1. Penyakit
Kebutuhan
Rasa
Aman
Kebutuhan
Dasar
Manusia
2. Latihan dan
kelelahan
Terapi Rendam
Kaki Air Hangat
Kebutuhan
Mencintai
dan
Memiliki
3. Stres Psikologis
4. Obat
5. Nutrisi
6. Lingkungan
7. Motivasi
Kebutuhan
Harga Diri
Kebutuhan
Aktualisasi
Diri
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi Teori Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham
Maslow (Hidayat, 2009); Potter & Perry (2005)
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
48
F. Kerangka Konsep
Variabel bebas
Variabel terikat
Terapi Rendam Kaki
Air Hangat
Kualitas Tidur
Lansia
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan
tidur:
1. Penyakit
2. Latihan dan kelelahan
3. Stres Psikologi
4. Obat
5. Nutrisi
6. Lingkungan
7. Motivasi
Keterangan :
Diteliti
Tidak diteliti
Gambar 2.2. Bagan Kerangka Konsep
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
49
G. Hipotesis
Menurut Arikunto (2006) Hipotesis adalah suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti
melalui data yang terkumpul. Berdasarkan teori-teori yang telah
dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat
pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap peningkatan kualitas tidur
lansia di Desa Argopeni Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen”.
Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015
Download