BULETIN_MARET APRIL_new - Direktorat Jenderal Kefarmasian

advertisement
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Edisi II - April 2010
Informasi Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Liputan
l
Rapat Konsultasi Teknis Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan
l SMS Layanan Informasi Harga dan Jenis Obat
l Obat Generik: Menuju Sehat dengan Tetap Hemat
l Upaya Menjamin Ketersediaan Obat dan Perbekalan
Kesehatan
Artikel
l Sosialisasi Perundang-undangan Bidang Kefarmasian
dan Alat Kesehatan
l Urbanisasi dan Kesehatan: Dialog Interaktif dalam
l Pengobatan Tuberkulosis
l Back To Nature: Berkenalan dengan Pomegranate
Peringatan Hari Kesehatan Sedunia Ke-64
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN R. I.
Kementerian Kesehatan RI - Jln. Rasuna Said Kav. 4-9 Subbag Humas Lt. 8 R. 803 Telp.: 0215214869 / 5201590 #8176
DARI REDAKSI
Hal. 02 l Buletin INFARKES Edisi II - April 2010
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Pengantar
SUSUNAN REDAKTUR
PENASIHAT
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan
PENANGGUNG JAWAB
Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan
KETUA REDAKSI
Kepala Bagian Hukum, Organisasi,
Dan Hubungan Masyarakat
SEKRETARIS REDAKSI
Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat
ANGGOTA REDAKSI:
Drs. Riza Sultoni, Apt., M.M.
Drs. Rahbudi Helmi, Apt.
Drs. Syafrizal, Apt.
Drs. Haryono, M.M.
Sri Bintang Lestari, S.Si., M.Si., Apt.
Dr. Ali Sudjoko
Dra. Lili Sa’diah, Apt.
Tita Mintarsih, S.Si., Apt.
Yulia Yuliarti Barkah, S.H.
Febri Sri Lestari, S.Sos.
Radiman Amd. Ak.
Rudi Amd M.I.
ALAMAT REDAKSI:
Assalamu’alaikum & salam sejahtera, semoga kita semua selalu
dalam lindungan-Nya.
Mulai edisi ke II Buletin Infarkes tahun 2010 ini, kami coba
menampilkan beberapa sentuhan baru untuk lebih mengubah wajah
Infarkes. Perubahan itu bertujuan untuk menyegarkan dan
merevitalisasi penampilan Infarkes, yang akan dilakukan secara
bertahap.
Pada edisi kali ini kami coba tampilkan beberapa liputan khas
Infarkes mengenai kegiatan-kegiatan di lingkungan Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan seperti Rapat Konsultasi Teknis
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Sosialisasi Peraturan
Perundang-undangan Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan, dan
tidak ketinggalan pula beberapa artikel yang dirasa cukup bermanfaat.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih untuk setiap kritik
dan masukan yang bersifat konstruktif dari berbagai pihak tentang
Infarkes, yang sudah kami tampung dan akan coba kami akomodasikan
dengan tujuan utama lebih meningkatkan kualitas penampilan buletin
kesayangan kita ini.
Semoga dengan membawa semangat perubahan ini, Buletin
Infarkes dapat lebih meningkatkan perannya sebagai media komunikasi
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang lebih
familiar dan informatif.
Terima kasih
Kementerian Kesehatan RI
Jln. Rasuna Said Kav. 4-9
Subbagian Humas Lt. 8 R. 803
Telp.: 0215214869 / 5201590 #8176
DAFTAR ISI
Liputan
Artikel
l Rapat Konsultasi Teknis Program Kefarmasian dan Alat
l Pengobatan Tuberkulosis - 06
l Back To Nature: Berkenalan dengan Pomegranate - 11
Kesehatan - 03
l SMS Layanan Informasi Harga dan Jenis Obat - 04
l Obat Generik: Menuju Sehat dengan Tetap Hemat - 05
l Upaya Menjamin Ketersediaan Obat dan Perbekalan
Kesehatan - 08
l Sosialisasi Perundang-undangan Bidang Kefarmasian dan
Alat Kesehatan - 09
l Urbanisasi dan Kesehatan: Dialog Interaktif dalam
Peringatan Hari Kesehatan Sedunia Ke-64 - 10
Laporan Perizinan
l Laporan Perizinan PBF, PBBBF, Industri Farmasi, Industri
Obat Tradisional dan Kosmetika yang Diterbitkan Ditjen
Binfar & Alkes - 12
Buletin INFARKES Edisi II - April 2010 l Hal. 03
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Rapat Konsultasi Teknis
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Pada 23 s.d. 26 Februari 2010,
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan mengadakan Rapat
Konsultasi Teknis Program Kefarmasian
dan Alat Kesehatan yang berlangsung
di Hotel Sahid, Provinsi Sulawesi
Selatan.
Ya n g m e l a ta r b e l a ka n g i
diselenggarakannya pertemuan ini
adalah pada tahun 2009 telah
diterbitkan 4 Undang-Undang dan 1
Peraturan Pemerintah yang terkait
dengan Kesehatan, khususnya farmasi
yaitu (1) UU Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan; (2) UU Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika; (3) UU
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit; (4) UU Nomor 52 Tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga; (5) PP
N o m o r 5 1 t e n t a n g Pe ke r j a a n
Kefarmasian. Dengan demikian, awal
tahun 2010 ini adalah waktu yang tepat
untuk mengimplementasikan
Peraturan tersebut.
Salah satu bentuk implementasi
peraturan perundang-undangan
tersebut adalah revitalisasi kebijakan
penggunaan obat generik di Pelayanan
Kesehatan Pemerintah melalui (1)
Pe r m e n ke s R I N o m o r
HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang
Kewajiban Menggunakan Obat Generik
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah, (2) Kepmenkes RI Nomor
H K . 0 3 . 0 1 / M e n ke s / 1 4 6 / I / 2 0 1 0
tentang Harga Obat Generik, dan (3)
Kepmenkes RI Nomor
H K . 0 3 . 0 1 / M e n ke s / 1 5 9 / I / 2 0 1 0
tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penggunaan Obat
Generik di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pemerintah.
Revitalisasi kebijakan penggunaan
obat generik di Pelayanan Kesehatan
Pemerintah juga merupakan prioritas
Program 100 Hari Kabinet Indonesia
Bersatu II, yang menjadi tanggung
jawab Menteri Kesehatan.
Tu j u a n d i s e l e n g ga ra ka n nya
pertemuan ini adalah membangun
pemahaman yang sama atas
peraturan perundang-undangan
tersebut, untuk selanjutnya
sinkronisasi program, langkah, dan
kegiatan di bidang kefarmasian
sehingga diharapkan dapat
dirumuskan rekomendasi,
kesepakatan dan komitmen antara
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan dengan Dinas Kesehatan
Provinsi.
Dalam acara ini hadir pejabat
eselon I dan II di lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Staf Ahli Menteri Bidang
Mediko Legal, perwakilan dari setiap
Dinkes Provinsi dan Kabupaten/Kota
dari seluruh wilayah Indonesia.
Dalam kegiatan ini dibahas materimateri yang tersusun selama Rakontek
oleh panitia penyelenggara, berupa:
1.PP-51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian sebagai Tantangan dan
Peluang Meningkatkan Mutu
Pelayanan Kefarmasian oleh
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan, Dra. Sri
Indrawaty, Apt.,M.Kes.
2.Pelayanan Kefarmasian yang
Profesional di Rumah Sakit dan
Kewajiban Menuliskan Resep Obat
Generik oleh Direktur Jenderal Bina
Pelayanan Medik, DR. Farid W.
Husein, dr. Sp.B.
3.Tinjauan Materi Muatan UndangUndang Kesehatan dan UndangUndang Narkotika oleh Staf Ahli
Menkes Bidang Mediko Legal, Dr.
Faiq Bahfen, S.H.
4.Kewajiban Penggunaan Obat
Generik di Pelayanan Kesehatan dan
Pemantauan Pelaksanaannya oleh
Direktur Bina Penggunaan Obat
Rasional, Dra. Nasirah Bahaudin,
Apt.,M.M.
5.Menjamin ketersediaan Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan Dasar dalam
Mendukung Program Prioritas
Pembangunan Nasional 2010 oleh
Direktur Bina Oblik & Perbekes, dr.
Setiawan Soeparan, MPH.
6.K e b i j a k a n A n t i s i p a s i d a l a m
M enghadapi Harmonisasi oleh
Direktur Bina Prodis Alkes, Drs. T.
Bahdar J. Hamid, Apt., M.Pharm.
7.Persiapan Implementasi PP No. 51
Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian oleh Direktur Bina
Farkomnik, Dra. Engko Sosialine
Magdalene, Apt.
(Bersambung ke halaman 4)
Hal. 04 l Buletin INFARKES Edisi II - April 2010
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
SMS LAYANAN INFORMASI HARGA DAN JENIS OBAT
Informasi harga dan jenis obat kini
dapat diperoleh melalui SMS (Short
Message Service). Layanan informasi
farmasi ini terselenggara atas kerja
sama Kementerian Kesehatan, Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),
Telkomsel, Lembaga Anti Fraud
Asuransi Indonesia (LAFAI), Jatis
Mobile, dan GP Farmasi. Hal itu
diungkapkan oleh Ketua Umum LAFAI,
Dr. drg. Yaslis Ilyas, MPH pada
peluncurannya di Jakarta, 3 Maret
2010.
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan, Dra. Sri Indrawaty,
Apt.M.Kes.
mewakili Menteri
Kesehatan, dr. Endang Rahayu
S e d y a n i g s i h , M P H , D r. P H
membacakan sambutan Menkes pada
Pe l u n c u ra n D r u g I n f o r m a t i o n
Assistance Via SMS bahwa dalam
Kebijakan Obat Nasional (KONAS),
pemerintah wajib menjamin
ketersediaan, pemerataan, dan
keterjangkauan obat terutama obat
esensial. Juga terjaminnya keamanan,
(Sambungan dari halaman 3)
Kesimpulan Rakontek Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
sebagai berikut :
1.Masyarakat sehat yang mandiri dan
berkeadilan dapat diwujudkan
melalui adanya peraturan yang
berpihak pada peningkatan
pelayanan kefarmasian,
dilaksanakan secara konsisten oleh
berbagai profesi kesehatan, dan
dipahami oleh berbagai pihak
pelaksana UU mengenai latar
belakang dan proses penyusunannya
sehingga implementasinya dapat
berjalan optimal.
2.PP 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian merupakan tantangan
dan peluang bagi tenaga kefarmasian
khasiat, dan kualitas obat-obatan yang
beredar serta perlindungan
masyarakat dari penyalahgunaan obat
serta terjaminnya penggunaan obat
rasional.
Harga obat menjadi salah satu
aspek yang menentukan dalam
pelaksanaan penggunaan obat yang
rasional. Oleh karena itu, penyediaan
informasi harga obat yang benar dan
objektif menjadi sarana pemerintah
dalam upaya meningkatkan dan
memasyarakatkan penggunaan obat
yang rasional.
Menkes mengingatkan informasi
yang disampaikan harus sesuai
peraturan yang berlaku.
Penyelenggara diminta menjaga
kebenaran data, update
(pemutakhiran), dan keberlangsungan
informasi melalui layanan ini. Untuk
menjaga validitas data layanan,
Kementerian Kesehatan bersama
Badan POM akan memantau akurasi
informasi harga dan jenis obat yang
disebarluaskan kepada masyarakat.
untuk meningkatkan pelayanan
kefarmasian berkualitas menuju
masyarakat sehat yang mandiri dan
berkeadilan. Untuk itu peran serta
seluruh stake holder terkait sangat
diharapkan dalam persiapan dan
implementasinya.
3.Revitalisasi penulisan obat generik
sejalan dengan UU tentang Rumah
Sakit dan UU tentang Praktek
Kedokteran dalam hal kendali mutu
dan kendali biaya dalam pelayanan
kesehatan. Implementasinya harus
dilakukan dengan pendekatan dan
komunikasi yang baik kepada profesi
kesehatan terkait dan masyarakat.
4.Tingkatkan kualitas perencanaan,
pengelolaan dan monitoring
evaluasi obat publik dan perbekalan
kesehatan dengan harga terkendali
Dengan adanya program ini,
hampir setiap orang dapat
memperoleh informasi harga dan
jenis obat yang dibutuhkan secara
efisien.
Cara mengakses informasi harga
obat yaitu: SMS dengan mengetik
“OBAT“ (spasi) “nama obat” atau
“LAFAI” (spasi) “nama obat” kirim ke
9333. Bila menggunakan kemasan
ditambahkan tanda pagar (#) di
belakang nama obat dilanjutkan
mengetik kemasan (tablet, kapsul,
botol), selanjutnya akan menerima
respons dari provider Telkomsel
berupa: daftar harga obat yang
d i m a ks u d d i s e r ta i j e n i s o b at
alternatifnya.<
dalam rangka menjamin
ketersediaan obat, vaksin dan
perbekalan kesehatan di unit
pelayanan kesehatan.
5.Tingkatkan upaya bimbingan
pengawasan dan pengendalian di
bidang alat kesehatan untuk
menghadapi AFTA/globalisasi dalam
rangka melindungi masyarakat dari
alat kesehatan dan PKRT
substandard serta memperkuat
daya saing produksi dalam negeri.
6.Percepat penyediaan obat generik
dan revitalisasikan penulisan wajib
dilaksanakan di sarana pelayanan
kesehatan milik pemerintah disertai
pelaksanaan pemantauan dan
pelaporan sesuai dengan sistem
pelaporan yang berlaku.<
Buletin INFARKES Edisi II - April 2010 l Hal. 05
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Obat Generik:
Menuju Sehat dengan Tetap Hemat
Obat termasuk komponen biaya
terbesar dalam pelayanan kesehatan
dengan indikasi bahwa obat dapat
mencapai 70% dari total biaya
p e l aya n a n ke s e h ata n . D e n ga n
demikian, intervensi penggunaan obat
merupakan upaya yang strategis dalam
pengendalian pembiayaan pelayanan
kesehatan.
Untuk itu, pemerintah telah
menetapkan penggunaan obat generik
di pelayanan kesehatan pemerintah.
Obat generik hadir dengan nama zat
aktifnya. Sementara itu, ada pula Obat
Generik Berlogo (OBG), yaitu obat
generik yang dipasarkan dengan nama
tertentu oleh produsennya. Obat
Generik Berlogo telah diluncurkan
sejak tahun 1989.
Untuk memasyarakatkan Obat
Generik Berlogo, Indofarma
menggelar program “School to School,
Sehat Tapi Hemat Bersama Obat
Generik Indofarma”. Program ini
merupakan salah satu bentuk upaya
mencerdaskan masyarakat bahwa
upaya kesehatan dapat terjangkau bila
disikapi secara rasional. Program ini
akan dilaksanakan di lima kota, yaitu
J a k a r t a , B a n d u n g , S e m a ra n g ,
Yogyakarta, dan Surabaya dengan
sasaran murid, guru, dan orang tua
murid SD, SMP, SMA/SMK.
Pada 16 Maret 2010, program
School to School ini berlangsung di
Kota Tangerang, tepatnya di Gedung
Olah Raga Tangerang, Jln. A. Dimyati,
Tangerang. Dalam acara ini hadir
Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu
Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Dra. Sri Indrawaty,
Apt.,M.Kes., Sesditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Drs.
H. Purwadi, Apt.,M.M.,M.E.,
Direktur Bina Penggunaan Obat
Rasional, Dra. Nasirah Bahaudin,
Apt.,M.M. , Direktur Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik, Dra. Engko
Sosialine Magdalene, Apt., Direktur
Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan, Drs. T. Bahdar J. Hamid,
Apt., M.Pharm, Gubernur Banten,
Walikota Tangerang, Kepala Dinas
Pendidikan Kota Tangerang, Kepala
Dinas Kesehatan Kota Tangerang,
Ketua PGRI, Perwakilan Rumah Sakit
Umum Tangerang, Perwakilan Rumah
Sakit Husada Insani, Perwakilan Rumah
Sakit Sari Asih, Perwakilan Rumah Sakit
Hermina, Perwakilan guru-guru dan
orang tua siswa di wilayah Kota
Tangerang, Perwakilan Gabungan
Pengusaha Farmasi.
Melalui program ini, Menkes
b erh arap d ap at men in gkatkan
pengetahuan guru dan orang tua
murid tentang obat generik,
m e n d o ro n g keya k i n a n u nt u k
menggunakan obat generik sebagai
obat yang layak untuk dipilih, serta
berani untuk meminta obat generik
kepada Dokter ketika konsultasi atau
kepada apoteker ketika menebus resep
di apotek.
Ketersediaan OGB dalam jumlah
dan jenis yang cukup serta terjangkau
oleh masyarakat, perlu digerakkan dan
didorong penggunaannya di fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah dan
swasta.
Menyadari hal itu, pemerintah
telah merevitalisasi kewajiban
peresepan obat generik di sarana
pelayanan pemerintah dengan
diterbitkan Peraturan Menteri
Kesehatan No. HK.02.02/MENKES/
068/I/2010 tentang Kewajiban
Menggunakan Obat Generik di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah.
Menkes minta program ini dapat
diperluas ke-33 ibu kota provinsi,
b e ke r j a s a m a d e n g a n D i n a s
Kesehatan, Dinas Pendidikan,
Pramuka dan organisasi kepemudaan
lainnya, serta pemerhati pendidikan
dan kepemudaan.
“Guru adalah panutan, sedangkan
pemuda adalah agen perubahan,
maka pemahaman sejak dini terhadap
upaya di bidang kesehatan termasuk
obat generik akan memberikan
kontribusi yang signifikan dalam
upaya meningkatkan penggunaan
obat generik sekaligus rasionalisasi
p e m b i aya a n ke s e h ata n ”, kata
Menkes.<
Hal. 06 l Buletin INFARKES Edisi II - April 2010
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
PENGOBATAN
TUBERKULOSIS
Pa d a 2 4 M a re t 2 0 1 0 , k i ta
memperingati Hari Tuberkulosis (TB)
Sedunia. Pencapaian Indonesia dalam
pengobatan TB sendiri sudah
memperoleh kemajuan yang sangat
baik dan pengendalian TB di Indonesia
telah mendekati target Millenium
Development Goals (MDGs), di mana
pada tahun 2008 prevalensi TB di
Indonesia mencapai 253 per 100.000
penduduk, sedangkan target MDGs
pada tahun 2015 adalah 222 per
100.000 penduduk.
Namun, walaupun telah banyak
kemajuan yang dicapai dalam
penanggulangan TB di Indonesia,
tantangan masalah TB ke depan masih
besar, terutama dengan adanya
tantangan baru berupa
perkembangan HIV dan MDR (Multi
Drugs Resistency).
Dalam masalah TB ini, yang
menjadi fokus perhatian utama selain
usaha pencegahan adalah
pengobatan TB bagi penderita
penyakit tersebut.
Pengobatan penderita TB
dimaksudkan untuk menyembuhkan
penderita sampai sembuh, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan,
dan menurunkan tingkat penularan.
Sesuai dengan sifat kuman TB,
untuk memperoleh efektivitas
pengobatan, prinsip-prinsip yang
dipakai adalah sebagai berikut:
1. M e n g h i n d a r i p e n g g u n a a n
monoterapi. Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) diberikan
dalam bentuk kombinasi dari
beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup, dan dosis tepat sesuai
dengan kategori pengobatan. Hal
ini untuk mencegah timbulnya
kekebalan terhadap OAT.
2. Untuk menjamin kepatuhan
penderita dalam menelan obat,
pengobatan dilakukan dengan
pengawasan langsung (DOT =
Directly Observed Treatment) oleh
seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO).
3. Pengobatan TB diberikan dalam 2
tahap, yaitu tahap intensif dan
lanjutan.
Tahap Intensif
1. Pada tahap intensif (awal),
penderita mendapat obat setiap
hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan obat.
2. Bila pengobatan tahap intensif
tersebut diberikan secara tepat,
biasanya penderita menular
menjadi tidak menular dalam kurun
waktu 2 minggu.
3. Sebagian besar penderita TB BTA
positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
1. Pada tahap lanjutan, penderita
mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang
lebih lama.
2. Tahap lanjutan penting untuk
membunuh kuman persister
(dormant) sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
Penggunaan Obat Anti TB yang
dipakai dalam pengobatan TB adalah
antibiotik dan anti infeksi sintetis
untuk membunuh kuman
Mycobacterium. Aktivitas obat TB
didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu
aktivitas membunuh bakteri, aktivitas
sterilisasi, dan mencegah resistensi.
Obat yang umum dipakai adalah
Isoniazid, Etambutol, Rifampisin,
Pirazinamid, dan Streptomisin.
Kelompok obat ini disebut sebagai
obat primer. Isoniazid adalah obat TB
yang paling poten dalam hal
membunuh bakteri dibandingkan
dengan Rifampisin dan Streptomisin.
Rifampisin dan Pirazinamid paling
poten dalam mekanisme sterilisasi.
Buletin INFARKES Edisi II - April 2010 l Hal. 07
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Obat lain yang juga pernah dipakai
adalah Natrium Para Amino Salisilat,
Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid,
Kanamisin, Rifapentin, dan Rifabutin.
Natrium Para Amino Salisilat,
Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid,
dan Kanamisin umumnya mempunyai
efek yang lebih toksik, kurang efektif,
dan dipakai jika obat primer sudah
resisten. Sementara itu, Rifapentin dan
Rifabutin digunakan sebagai alternatif
untuk Rifampisin dalam pengobatan
kombinasi anti TB.
Paduan pengobatan TB yang
digunakan di Indonesia adalah sebagai
berikut:
l Kategori 1
l Kategori 2
l Kategori 3
l Obat sisipan
Selain kombinasi OAT kombinasi
tetap di atas (kombipak), ada juga obat
TB yang disebut Fix-Dose Combination
(FDC). Obat ini pada dasarnya sama
dengan obat kombipak, yaitu regimen
dalam bentuk kombinasi, namun di
dalam tablet yang ada sudah berisi 2, 3,
atau 4 campuran OAT dalam satu
kesatuan.
W H O s a n gat m e n ga n j u r ka n
pemakaian OAT-FDC karena beberapa
keunggulan dan keuntungannya
dibandingkan dengan OAT dalam
bentuk kombipak apalagi dalam
bentuk lepas.
Keuntungan penggunaan OAT-FDC:
a. Mengurangi kesalahan peresepan
karena jenis OAT sudah dalam satu
kombinasi tetap dan dosis OAT
mudah disesuaikan dengan berat
badan penderita.
b. Dengan jumlah tablet yang lebih
sedikit maka akan lebih mudah
pemberiannya dan meningkatkan
penerimaan penderita sehingga
dapat meningkatkan kepatuhan
penderita.
c. Dengan kombinasi yang tetap,
walaupun tanpa diawasi, penderita
tidak bisa memilih jenis obat
tertentu yang akan ditelan.
d. Dari aspek manajemen logistik,
OAT-FDC akan lebih mudah
pengelolaannya dan lebih murah
pembiayaannya.
Beberapa hal yang mungkin terjadi
dan perlu diantisipasi dalam
pelaksanaan pemakaian OAT-FDC :
l Salah persepsi, petugas akan
menganggap dengan OAT-FDC,
kepatuhan penderita dalam
menelan obat akan terjadi secara
otomatis, karenanya pengawasan
minum obat tidak diperlukan lagi.
Tanpa jaminan mutu obat, maka
bioavailability obat, khususnya
Rifampisin akan berkurang.
l Jika kesalahan peresepan benar
terjadi dalam OAT-FDC, maka akan
terjadi kelebihan dosis pada semua
jenis OAT dengan risiko toksisitas
atau kekurangan dosis
(subinhibitory concentration) yang
memudahkan berkembangnya
resistensi obat.
l Bila terjadi efek samping, sulit
menentukan OAT mana yang
merupakan penyebabnya. Karena
paduan OAT-FDC untuk kategori-1
dan kategori-3 yang ada pada saat
ini tidak berbeda maka dapat
menurunkan nilai pentingnya
pemeriksaan dahak mikroskopis
bagi petugas.
l Pemakaian OAT-FDC tidak berarti
mengganti atau meniadakan
tatalaksana standar dan
pengawasan menelan obat. <
Cara minum obat anti TB yang benar:
•
Obat diminum dalam keadaan perut kosong, yaitu pada ½ jam sebelum
makan pagi atau malam sebelum tidur
•
•
Obat diminum sekaligus
Setiap minum obat diamati oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) untuk memastikan
obat benar-benar ditelan
•
Jika tidak minum obat selama 1 hari, maka hari berikutnya hanya menelan obat sekali
saja, dan tidak boleh digabung
•
Jangan berhenti minum obat sendiri kecuali atas perintah dokter/petugas kesehatan
Mungkin saja terjadi kegagalan dalam pengobatan TB. Umumnya hal ini disebabkan OAT tidak lagi mampu membunuh kuman
TB. Hal ini disebabkan oleh :
• Minum obat tidak teratur
•
•
Dosis obat yang ditelan tidak sesuai dengan petunjuk
Pernah putus berobat
Jika terjadi masalah dalam pengobatan TB, segeralah berkonsultasi dengan dokter.
- Dari Berbagai Sumber -
Hal. 08 l Buletin INFARKES Edisi II - April 2010
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Upaya Menjamin Ketersediaan
Obat dan Perbekalan Kesehatan
Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan mengadakan
Rapat Konsultasi Teknis dengan tema
”Akselerasi Peran Pemerintah dalam
Implementasi Dana Alokasi Khusus
untuk Menjamin Ketersediaan Obat
dan Perbekalan Kesehatan” pada 24
s.d. 26 Maret 2010 di Hotel Orchardz,
Pontianak.
Sebagai pembukaan, Ketua Panitia
Rakontek, Direktur Bina Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan, dr.
Setiawan Soeparan, MPH,
memberikan laporan pelaksanaan
kegiatan.
Sementara itu, acara secara resmi
dibuka oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dra.
Sri Indrawaty, Apt.,M.Kes.
Materi pertama disampaikan oleh
d r. S e t i awa n S o e p a ra n , M P H ,
mengenai Kebijakan Obat Publik dan
Pe b e ka l a n Ke s e h a ta n M e l a l u i
Pembiayaan DAK.
Dalam paparannya, beliau
mengungkapkan bahwa obat
merupakan komponen yang tidak
tergantikan dalam pelayanan
ke s e h a ta n . D e n ga n d e m i k i a n ,
penyediaan obat esensial merupakan
kewajiban pemerintah (pusat dan
daerah). Pembiayaan melalui DAK
merupakan salah satu pola untuk
mengantisipasi isu anggaran obat.
Fokus tahun 2010 adalah pemantauan
terhadap pengadaan melalui DAK.
Monitoring ketersediaan obat sebagai
ukuran kinerja dan pelaksanaan
kegiatan manajemen pendukung agar
sasaran ketersediaan dapat tercapai.
Materi-materi berikutnya adalah
Kesiapan Industri Farmasi dalam
Penyediaan Obat Esensial Generik
oleh PT Kimia Farma, PT Indofarma,
dan PT Pharos; Petunjuk Teknis
Penggunaan Dana Alokasi Khusus
Tahun 2010 oleh Kepala Biro
Perencanaan dan Anggaran; Strategi
dalam Mengawal DAK untuk
Menjamin Ketersediaan Obat oleh
Sesditjen Binfar dan Alkes; Sosialisasi
Perubahan Harga Obat Generik oleh
Kepala Subdit Penyediaan Obat Publik;
Pengelolaan Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan oleh Kepala
Subdit Pengelolaan Obat Publik;
Potret Ketersediaan Obat oleh Kepala
Subdit Pemantauan dan Evaluasi Obat
Publik; Upaya dan Strategi Provinsi
dalam Menjamin Ketersediaan Obat
oleh Dinkes Provinsi Sumatera
Selatan, Dinkes Provinsi Kalimantan
Barat, dan Dinkes Provinsi Maluku;
Strategi Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota dalam Mengawal DAK untuk
Pengadaan Obat oleh IFK Kabupaten
Padang Pariaman dan IFK Kabupaten
Gowa.
H a s il Reko m en d a s i R a p at
Konsultasi Teknis, Direktorat Bina Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan
tahun 2010 adalah (1) Pembinaan
p e n ge l o l a a n o b at p u b l i k d a n
perbekalan kesehatan di
provinsi/kabupaten/kota terus
ditingkatkan dalam rangka
mendukung peningkatan pelayanan
kesehatan; (2) Program kefarmasian
dan alat kesehatan harus terus
diupayakan baik di pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam rangka
menjamin ketersediaan obat dan
perbekalan kesehatan; (3) Monitoring
ketersediaan obat dan perbekalan
kesehatan harus dilaksanakan secara
optimal, agar data dan informasi
tentang ketersediaan obat selalu valid;
(4) Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus
tahun yang akan datang tidak hanya
untuk pengadaan obat tetapi dapat
pula digunakan untuk penyediaan
s a ra n a - p ra s a ra n a s e r ta b i aya
operasional dalam rangka menjamin
mutu serta ketersediaan obat dan
perbekalan kesehatan; (5) Diusulkan
agar dilaksanakan pemantauan untuk
pelaksanaan SK Menteri Kesehatan
tentang Harga Obat Generik di Sarana
Pelayanan Kefarmasian swasta dan
apabila dimungkinkan diberikan
sanksi atas pelanggaran; (6) Agar
daftar harga yang dibutuhkan untuk
obat program, perbekalan kesehatan,
obat gigi dan reagensia dapat
diterbitkan sebelum pertemuan di
Solo; (7) Pelaksanaan Rapat Konsultasi
Teknis Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan tahun 2011
diusulkan diadakan di Sulawesi
Utara.<
Buletin INFARKES Edisi II - April 2010 l Hal. 09
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Sosialisasi Perundang-undangan
Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Pada 30 Maret s.d. 02 April 2010,
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan mengadakan
kegiatan Sosialisasi Perundangundangan Bidang Kefarmasian dan Alat
Kesehatan untuk Provinsi Maluku dan
Maluku Utara, yang berlangsung di
Hotel Horison Jln. Jend. Sudirman No
24, Makassar, Sulawesi Selatan.
Acara tersebut juga dihadiri oleh
lebih dari 70 orang peserta, baik dari
panitia pusat, panitia daerah, maupun
peserta daerah.
Acara tersebut dibuka oleh Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Dra. Sri Indrawaty, Apt.
M.Kes. yang sekaligus menjadi
narasumber yang pertama memberikan
paparan mengenai Arah Kebijakan
Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Menuju Masyarakat Sehat yang
Mandiri dan Berkeadilan.
Dalam paparannya, beliau
menyampaikan tentang subsistem
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan sebagai bagian dari Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) beserta
tujuan, unsur-unsur dan prinsipprinsipnya, serta Kebijakan Obat
Nasional (KONAS).
Selanjutnya, diterangkan pula
mengenai arah kebijakan strategis
program Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan yang terkait dengan dinas
kesehatan, beserta isu-isu strategisnya;
m a s a l a h d a n ta nta n ga n d a l a m
penyediaan dan pengelolaan obat.
Diterangkan bahwa dalam RPJMN
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Ke s e h ata n 2 0 1 0 - 2 0 1 4 ke g i ata n
prioritasnya adalah peningkatan
ke t e rs e d i a a n o b a t p u b l i k d a n
perbekalan kesehatan, sedangkan
indikator kinerjanya adalah persentase
ketersediaan obat dan vaksin yang pada
tahun 2010 ditargetkan capaian sebesar
80%, dan pada akhir tahun 2014
ditargetkan sebesar 100%.
Dalam acara tersebut,
Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan, Dra.
Kustantinah, Apt., M.App.Sc
juga turut menjadi
narasumber dengan
menyajikan paparan yang berjudul
Kebijakan Pengawasan Obat dan
Makanan Hadapi Tantangan dalam Era
Globalisasi. Isi bahasannya meliputi
lingkungan strategis pengawasan obat
dan makanan, isu strategis (yang
meliputi regulasi, perdagangan bebas,
dan pengamanan pasar dalam negeri),
kebijakan strategis Badan POM;
langkah-langkah strategis, dan
kemitraan.
Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang
Mediko Legal, DR. Faiq Bahfen, juga
turut serta menjadi narasumber
dengan materi paparan mengenai
Tinjauan Materi Muatan UndangUndang Kesehatan dan Narkotika serta
Pengantar Hukum Farmasi.
Dalam paparannya, beliau
menguraikan tentang berbagai aspek
yang melatarbelakangi penyusunan
suatu aturan perundang-undangan,
khususnya bidang kesehatan, mulai
dari permasalahan, metodologi, serta
jenis undang-undang yang lahir pada
tahun 2009. Kemudian dilanjutkan
dengan uraian mengenai proses
terbentuknya suatu undang-undang
bidang kesehatan mulai dari pola
pikirnya, tataran berpikir, pengertian
dan lingkup hukum kesehatan, serta
pokok materi muatan yang diatur
dalam undang-undang bidang
kesehatan. Diterangkan pula berbagai
hal lainnya seperti hukum kesehatan
dan hak dasar manusia, nilai-nilai,
tujuan pengaturan, lingkup dan
penyelenggaraan pekerjaan
kefarmasian.
Selain itu, ada pula pemaparan
mengenai standar profesi, upaya
kesehatan, beberapa materi muatan
yang penting dalam Undang-Undang
Narkotika, masalah data dan informasi
kesehatan, serta berbagai materi
penting lainnya yang disampaikan
dengan cara pemaparan yang
menarik.
Selain para narasumber tersebut,
para pejabat eselon II di lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan juga turut
menyampaikan materi paparan yaitu:
w Peraturan Pemerintah No. 51 /2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian:
Peluang Tantangan dan Persiapan
Implementasi, disampaikan oleh
Sekretaris Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
w Menjamin Ketersediaan Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan Dasar dalam
Mendukung Program Prioritas
Pembangunan Nasional 2010
disampaikan oleh Direktur Bina Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan;
w Pengamanan Alat Kesehatan &
P e r b e k a l a n R u m a h Ta n g g a
disampaikan oleh Direktur Bina
Produksi dan Distribusi
Alat
Kesehatan;
w Kewajiban Peng gunaan Obat
Generik di Pelayanan Kesehatan dan
Pe m a nta u a n Pe l a ks a n a a n nya
disampaikan oleh Direktur Bina
Penggunaan Obat Rasional.
Kegiatan ini diharapkan dapat
memberikan hasil yang positif dalam
mendukung terlaksananya program
kefarmasian dan alat kesehatan dan
meningkatkan kinerja Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan secara keseluruhan.<
Hal. 10 l Buletin INFARKES Edisi II - April 2010
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Urbanisasi dan Kesehatan
Dialog Interaktif
dalam
Peringatan Hari Kesehatan Sedunia Ke-64
Tema Hari Kesehatan Sedunia yang
ke-64 tahun 2010 adalah Urbanization
and Health, dengan slogan 1.000
Cities, 1.000 Live.
Tema tersebut diangkat karena
menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), urbanisasi sangat besar
pengaruhnya terhadap kesehatan
global maupun kesehatan individu.
Sementara itu, di Indonesia
berdasarkan Keputusan Menkes No.
350/Menkes/SK/III/2010 menetapkan
tema Urbanisasi dan Kesehatan, sub
tema Kota Sehat, Warga Sehat dengan
slogan 1.000 Kota, 1.000 Kehidupan.
Tema tersebut diangkat untuk
mengingatkan kepada semua pihak
tentang dampak urbanisasi terhadap
kesehatan masyarakat, kesehatan
perorangan, dan sekaligus melakukan
aksi nyata u ntu k memastikan
berkembangnya kota mengarah pada
terwujudnya “Kota Sehat dengan
Warganya yang Sehat”.
1.000 Kota memiliki makna suatu
ajakan atau motivasi agar lebih dari
1.000 Kota dalam kegiatan HKS
menetapkan serta memberlakukan
Kebijakan Berwawasan Sehat.
1.000 Kehidupan memiliki makna
adanya penggerak/pahlawan yang
melakukan aktivitas meningkatkan
kesehatan di lingkungan
kehidupannya.
Dalam rangka HKS pula, pada 7 April
2010 diadakan Dialog Interaktif dengan
tema Urbanisasi dan Kesehatan yang
diadakan di Balai Kartini Jakarta.
Melalui dialog ini diharapkan
t e r g a l a n g n y a ko m i t m e n p a r a
p e m a n g ku ke p e nt i n ga n d a l a m
mengutamakan penanganan dampak
urbanisasi terhadap kesehatan
masyarakat untuk terwujudnya kota
sehat dan warga sehat.
Dialog Interaktif ini diikuti oleh 200
orang peserta yang berasal dari lintas
program dan sektor terkait,
pemerintah daerah, organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan, Lembaga
Swadaya Masyarakat, dan NGO
Internasional, dunia usaha/swasta,
kelompok pemerhati dan peduli
lingkungan serta media massa.
Pada pembukaan acara ini hadir
pejabat di lingkungan Kementerian
Kesehatan, termasuk Dirjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dra.
Sri Indrawaty, Apt.M.Kes. dan Direktur
Bina Penggunaan Obat Rasional, Dra.
Nasirah Bahaudin, Apt.,M.M.
Acara Dialog Interaktif ini menampilkan empat orang pembicara yang
menggeluti masalah urbanisasi dan
dampaknya terhadap kesehatan
masyarakat perkotaan, juga yang
berpengalaman sebagai praktisi
dalam pengembangan kota sehat.
Pembicara tersebut adalah
· Prof. dr. Purnawan Junaidi, PhD.
memaparkan Dampak Urbanisasi
terhadap Kesehatan
· Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama,
Sp.P(K),MARS,DTM&H,DTCE
memaparkan Kebijakan
Pembangunan Kota Berwawasan
Kesehatan
· Prof. Dr. Dr. Charles Suryadi, MPH
memaparkan Pemetaan dan
Analisis Kesehatan Masyarakat
Perkotaan
· Prof. dr. Sylviana Murni, S.H.,M.Si.
memaparkan Pengalaman
Pengembangan Kota Sehat.
Hasil Dialog Interaktif ini adalah
adanya rekomendasi sebagai wujud
komitmen dalam upaya penanganan
masalah kesehatan masyarakat di
perkotaan sebagai dampak
urbanisasi. Upaya kesehatan di
perkotaan seyogyanya integral dalam
perencanaan kota (urban
planning).<
Buletin INFARKES Edisi II - April 2010 l Hal. 11
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
BERKENALAN DENGAN
POMEGRANATE
Akhir-akhir ini kalau kita
memperhatikan tayangan i klan,
muncul varian baru produk sari buah
yang cukup populer, yaitu sari buah
pomegranate. Apa sih sebenarnya
pomegranate itu? Seper t inya,
pomegranate itu sesuatu yang asing,
padahal di Indonesia juga ada. Tak
heran karena di Indonesia,
pomegranate lebih dikenal dengan
nama delima.
Delima berasal dari daerah Timur
Tengah, tersebar di daerah subtropik
sampai tropik, dari dataran rendah
sampai di bawah 1.000 m dpl. Delima
banyak juga ditanam di da erah
Tiongkok Selatan dan Asia Tenggara.
Delima sering ditanam di kebun-kebun
sebagai tanaman hias, tanaman obat,
atau sebagai buah segar karena
buahnya dapat dimakan.
Dalam taksonomi, delima
diklasifikasikan ke dalam Kingdom
Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas
Magnoliopsida, Subkelas Rosidae,
Ordo Myrtales, Familia Lythraceae,
Genus Punica, dan Spesies Punica
granatum.
Delima tumbuh sebagai semak
yang berbuah atau pohon kecil dengan
tinggi sekitar 5 s.d. 8 meter. Daun
delima berbentuk oblong yang sempit,
panjangnya sekitar 3 s.d. 7 cm dan
lebar 2 cm. Bunga delima berwarna
merah cerah dengan diameter 3 cm
dan memiliki 4 sampai 5 petal. Buah
delima berukuran 5 s.d. 12 cm dan
memiliki kulit buah yang tebal
berwarna kemerahan. Biji dan pulpa
yang mengelilingi biji delima disebut
sebagai aril, memiliki warna yang
bervariasi dari putih ke merah gelap.
Buah delima memiliki kandungan
nutrisi seperti karbohidrat, gula, serat,
lemak, protein, Thiamine (vitamin B1),
Riboflavin (vitamin B2), Niacin,
Pantothenic acid, vitamin B6, senyawa
Folat, vitamin C, kalsium, Fe,
magnesium, fosfor, kalium, zinc, dan
flavonoid yang dapat berfungsi sebagai
antioksidan. Flavonoid sebagai
antioksidan berperan penting dalam
mencegah berkembangnya radikal
bebas di dalam tubuh, sekaligus
memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak.
Kandungan antioksidan dalam buah
delima jumlahnya tiga kali lebih banyak
dibandingkan wine atau teh hijau.
Pada sistem pengobatan Ayurveda
di India, delima banyak digunakan
sebagai obat tradisional. Campuran
buah dan kulit batang delima
digunakan untuk pengobatan diare,
disentri, dan parasit intestinal. Biji dan
sari buah diperkirakan memiliki khasiat
sebagai tonik jantung dan juga sebagai
astringen. Sari buah delima juga
digunakan sebagai obat tetes mata
karena dipercaya dapat
memperlambat pembentukan katarak.
Di dalam ramuan obat tradisional
Indonesia, bagian delima yang banyak
digunakan adalah kulit buah dan akar
yang efektif untuk menghentikan diare
dan mengobati kecacingan. Kulit buah
d e l i m a m e n ga n d u n g a l k a l o i d
pelletierine, granatin, betulic acid,
ursolic acid, isoquercitrin, elligatanin,
resin, triterpenoid, kalsium oksalat,
dan pati. Kulit buah delima bersifat
astringen kuat sehingga digunakan
dalam pengobatan diare.
Kulit akar delima mengandung
sekitar 20% elligatanin dan 0,5 s.d. 1%
senyawa alkaloid, antara lain alkaloid
pelletierine, pseudopelletierine,
metilpelletierine, isopelletierine , dan
m et i l i s o p e l l ett i e r i n e . A l ka l o i d
pelletierine yang terkandung dalam
kulit buah dan akar delima bersifat
sangat toksik terhadap cacing pita,
cacing gelang, dan cacing keremi
sehingga kulit buah dan akar delima
efektif digunakan dalam pengobatan
kecacingan.
Di dalam pengobatan herbal
modern, yang telah dikembangkan
sebagai obat dari delima adalah
ekstrak buah, ekstrak kulit buah,
konsentrat jus buah, dan minyak biji
delima. Hal ini terkait dengan
ka n d u n ga n b e r b a ga i s e nyawa
polifenol yang aktivitas
antioksidannya sangat tinggi.(TITA)
- Dari berbagai sumber -
Hal. 12 l Buletin INFARKES Edisi II - April 2010
Informasi kefarmasian dan alat kesehatan
Laporan Perizinan PBF, PBBBF, Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, dan Kosmetika
yang Diterbitkan Ditjen Binfar & Alkes
Bulan Februari s.d. Maret 2010
No
NAMA PERUSAHAAN
1
PT. MEDIKALOKA UTAMA
2
PT. TRILAKSANA MULIA
3
PT. ROHTO LABORATORIES INDONESIA
4
5
No. IZIN
Tanggal Terbit
PROVINSI
JENIS IZIN
HK.07.01/I/071/10
3 Februari 2010
DKI Jakarta
PBF
HK.07.01/I/072/10
3 Februari 2010
DKI Jakarta
PBF
HK.07.IKOS/I/063/10
3 Februari 2010
Jawa Barat
Kosmetika
PT. BERKAT SENTRAL ABADI FARMA
HK.07.IF/I/077/10
9 Februari 2010
Jawa Timur
PBF
PT. SUMBER FAJAR INTI ABADI
HK.07.01/I/078/10
9 Februari 2010
Kalimantan Barat
PBF
6
PT. MEDIKA PARAMITHA FARMA
HK.07.01/I/079/10
9 Februari 2010
Kalimantan Barat
PBF
7
PT. PRIMA MEDIKA LABORATORIES
HK.07.IF/I/080/10
11 Februari 2010
Banten
IF
8
PT. PRISKILA PRIMA MAKMUR
HK.07.IKOS/I/081/10
11 Februari 2010
DKI Jakarta
Kosmetika
9
CV. PRIMA ANUGRAH COSINDO
HK.07.IKOS/I/082/10
19 Februari 2010
Jawa Barat
Kosmetika
10
PT. BINTANG FARMASI
HK.07.01/I/083/10
19 Februari 2010
Kalimantan Timur
PBF
11
PT. CHEMINDO UTAMA
HK.07.PBBBF/I/084/10
19 Februari 2010
Banten
PBBBF
12
PT. SARAKAMANDIRI SEMESTA
HK.07.02/I/085/10
19 Februari 2010
Jawa Barat
IOT
13
PT. BINA SAN PRIMA
HK.07.01/I/086/10
24 Februari 2010
Jawa Barat
PBF
14
PT. PHARMACORE LABORATORIES
HK.07.IF/I/087/10
24 Februari 2010
Jawa Barat
IF
15
KPN. WARGA HARAPAN (WARAH)
HK.07.01/I/090/10
2 Maret 2010
Jawa Tengah
PBF
16
PT. CATUR MANUNGGAL ABADI
HK.07.01/I/091/10
2 Maret 2010
Jawa Tengah
PBF
17
PT. CITRA DELI KREASITAMA
HK.07.02/I/092/10
2 Maret 2010
Banten
IOT
18
PT. WINECO
HK.07.02/I/093/10
3 Maret 2010
Banten
IOT
19
RINA KOSMETIK
HK.07.IKOS/I/094/10
5 Maret 2010
Bandar Lampung
Kosmetika
20
PT. LAFONDA BEAUTE
HK.07.IKOS/I/095/10
5 Maret 2010
Banten
Kosmetika
21
PT. INDUSTRI JAMU BOROBUDUR
HK.07.IKOS/I/096/10
5 Maret 2010
Jawa Tengah
Kosmetika
22
PT. KINOCARE ERA KOSMETINDO
HK.07.02/I/097/10
5 Maret 2010
Jawa Timur
IOT
23
PT. RIPANA RAYA
HK.07.01/I/098/10
8 Maret 2010
Kalimantan Barat
PBF
24
PT. SINAR INTERMARK
HK.07.01/I/099/10
8 Maret 2010
Jawa Tengah
PBF
25
PT. RENOVA INTERNA CIPTA HARMONI
HK.07.01/I/100/10
8 Maret 2010
Jawa Tengah
PBF
26
PT. MINA ROZA FARMA
HK.07.01/I/104/10
17 Maret 2010
Jawa Timur
PBF
27
PT. MITRA LAKSANA FARMINDO
HK.07.01/I/105/10
17 Maret 2010
Jawa Barat
PBF
28
PT. SANBRI FARMA
HK.07.01/I/106/10
17 Maret 2010
Maluku Utara
PBF
29
PT. HAPSARI PERTIWIMAS
HK.07.01/I/107/10
17 Maret 2010
DKI Jakarta
PBF
30
PT. FITALAB UTAMA KARYA
HK.07.01/I/108/10
17 Maret 2010
Jawa Timur
PBF
31
PT. SUBUR MITRA SUKSES
HK.07.01/I/109/10
17 Maret 2010
Jawa Timur
PBF
32
PT. RIO FARMA
33
CV. ETSA KEMILAU
34
35
36
37
38
39
40
41
42
HK.07.01/I/110/10
17 Maret 2010
Jawa Timur
PBF
HK.07.IKOS/I/111/10
17 Maret 2010
D.I. Yogyakarta
Kosmetika
PT. SUMBER BERKAT SEJATI
HK.07.PBBBF/I/112/10
17 Maret 2010
DKI Jakarta
PBBBF
PT. SURYA KEJAYAN JAYA FARMA
HK.07.PBBBF/I/113/10
17 Maret 2010
Jawa Timur
PBBBF
PT. SOHO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES
HK.07.IF/I/114/10
24 Maret 2010
DKI Jakarta
IF
PT. KINOCARE ERA KOSMETINDO
HK.07.02/I/115/10
29 Maret 2010
Banten
IOT
UD. SUMBER INTI PESONA
HK.07.IKOS/I/116/10
29 Maret 2010
Jawa Timur
Kosmetika
PT. TRIMATARI BIOPERSADA RECOVERY
HK.07.IKOS/I/117/10
29 Maret 2010
DKI Jakarta
Kosmetika
PT. KINARYA PUTRA PERKASA
HK.07.01/I/118/10
29 Maret 2010
Jawa Tengah
PBF
PT. PANCAR MEDICAL NATIONAL FARMA
HK.07.01/I/119/10
29 Maret 2010
Jawa Timur
PBF
PT. BERSAUDARA SEJAHTERA UTUH
HK.07.01/I/120/10
29 Maret 2010
Jawa Timur
PBF
Download