DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Edisi II - April 2010 Informasi Kefarmasian dan Alat Kesehatan Liputan l Rapat Konsultasi Teknis Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan l SMS Layanan Informasi Harga dan Jenis Obat l Obat Generik: Menuju Sehat dengan Tetap Hemat l Upaya Menjamin Ketersediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Artikel l Sosialisasi Perundang-undangan Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan l Urbanisasi dan Kesehatan: Dialog Interaktif dalam l Pengobatan Tuberkulosis l Back To Nature: Berkenalan dengan Pomegranate Peringatan Hari Kesehatan Sedunia Ke-64 DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN R. I. Kementerian Kesehatan RI - Jln. Rasuna Said Kav. 4-9 Subbag Humas Lt. 8 R. 803 Telp.: 0215214869 / 5201590 #8176 DARI REDAKSI Hal. 02 l Buletin INFARKES Edisi II - April 2010 Informasi kefarmasian dan alat kesehatan Pengantar SUSUNAN REDAKTUR PENASIHAT Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan KETUA REDAKSI Kepala Bagian Hukum, Organisasi, Dan Hubungan Masyarakat SEKRETARIS REDAKSI Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat ANGGOTA REDAKSI: Drs. Riza Sultoni, Apt., M.M. Drs. Rahbudi Helmi, Apt. Drs. Syafrizal, Apt. Drs. Haryono, M.M. Sri Bintang Lestari, S.Si., M.Si., Apt. Dr. Ali Sudjoko Dra. Lili Sa’diah, Apt. Tita Mintarsih, S.Si., Apt. Yulia Yuliarti Barkah, S.H. Febri Sri Lestari, S.Sos. Radiman Amd. Ak. Rudi Amd M.I. ALAMAT REDAKSI: Assalamu’alaikum & salam sejahtera, semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya. Mulai edisi ke II Buletin Infarkes tahun 2010 ini, kami coba menampilkan beberapa sentuhan baru untuk lebih mengubah wajah Infarkes. Perubahan itu bertujuan untuk menyegarkan dan merevitalisasi penampilan Infarkes, yang akan dilakukan secara bertahap. Pada edisi kali ini kami coba tampilkan beberapa liputan khas Infarkes mengenai kegiatan-kegiatan di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan seperti Rapat Konsultasi Teknis Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan, dan tidak ketinggalan pula beberapa artikel yang dirasa cukup bermanfaat. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih untuk setiap kritik dan masukan yang bersifat konstruktif dari berbagai pihak tentang Infarkes, yang sudah kami tampung dan akan coba kami akomodasikan dengan tujuan utama lebih meningkatkan kualitas penampilan buletin kesayangan kita ini. Semoga dengan membawa semangat perubahan ini, Buletin Infarkes dapat lebih meningkatkan perannya sebagai media komunikasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang lebih familiar dan informatif. Terima kasih Kementerian Kesehatan RI Jln. Rasuna Said Kav. 4-9 Subbagian Humas Lt. 8 R. 803 Telp.: 0215214869 / 5201590 #8176 DAFTAR ISI Liputan Artikel l Rapat Konsultasi Teknis Program Kefarmasian dan Alat l Pengobatan Tuberkulosis - 06 l Back To Nature: Berkenalan dengan Pomegranate - 11 Kesehatan - 03 l SMS Layanan Informasi Harga dan Jenis Obat - 04 l Obat Generik: Menuju Sehat dengan Tetap Hemat - 05 l Upaya Menjamin Ketersediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan - 08 l Sosialisasi Perundang-undangan Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan - 09 l Urbanisasi dan Kesehatan: Dialog Interaktif dalam Peringatan Hari Kesehatan Sedunia Ke-64 - 10 Laporan Perizinan l Laporan Perizinan PBF, PBBBF, Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional dan Kosmetika yang Diterbitkan Ditjen Binfar & Alkes - 12 Buletin INFARKES Edisi II - April 2010 l Hal. 03 Informasi kefarmasian dan alat kesehatan Rapat Konsultasi Teknis Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Pada 23 s.d. 26 Februari 2010, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengadakan Rapat Konsultasi Teknis Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang berlangsung di Hotel Sahid, Provinsi Sulawesi Selatan. Ya n g m e l a ta r b e l a ka n g i diselenggarakannya pertemuan ini adalah pada tahun 2009 telah diterbitkan 4 Undang-Undang dan 1 Peraturan Pemerintah yang terkait dengan Kesehatan, khususnya farmasi yaitu (1) UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; (2) UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika; (3) UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; (4) UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga; (5) PP N o m o r 5 1 t e n t a n g Pe ke r j a a n Kefarmasian. Dengan demikian, awal tahun 2010 ini adalah waktu yang tepat untuk mengimplementasikan Peraturan tersebut. Salah satu bentuk implementasi peraturan perundang-undangan tersebut adalah revitalisasi kebijakan penggunaan obat generik di Pelayanan Kesehatan Pemerintah melalui (1) Pe r m e n ke s R I N o m o r HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah, (2) Kepmenkes RI Nomor H K . 0 3 . 0 1 / M e n ke s / 1 4 6 / I / 2 0 1 0 tentang Harga Obat Generik, dan (3) Kepmenkes RI Nomor H K . 0 3 . 0 1 / M e n ke s / 1 5 9 / I / 2 0 1 0 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Revitalisasi kebijakan penggunaan obat generik di Pelayanan Kesehatan Pemerintah juga merupakan prioritas Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu II, yang menjadi tanggung jawab Menteri Kesehatan. Tu j u a n d i s e l e n g ga ra ka n nya pertemuan ini adalah membangun pemahaman yang sama atas peraturan perundang-undangan tersebut, untuk selanjutnya sinkronisasi program, langkah, dan kegiatan di bidang kefarmasian sehingga diharapkan dapat dirumuskan rekomendasi, kesepakatan dan komitmen antara Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan Dinas Kesehatan Provinsi. Dalam acara ini hadir pejabat eselon I dan II di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Staf Ahli Menteri Bidang Mediko Legal, perwakilan dari setiap Dinkes Provinsi dan Kabupaten/Kota dari seluruh wilayah Indonesia. Dalam kegiatan ini dibahas materimateri yang tersusun selama Rakontek oleh panitia penyelenggara, berupa: 1.PP-51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian sebagai Tantangan dan Peluang Meningkatkan Mutu Pelayanan Kefarmasian oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dra. Sri Indrawaty, Apt.,M.Kes. 2.Pelayanan Kefarmasian yang Profesional di Rumah Sakit dan Kewajiban Menuliskan Resep Obat Generik oleh Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, DR. Farid W. Husein, dr. Sp.B. 3.Tinjauan Materi Muatan UndangUndang Kesehatan dan UndangUndang Narkotika oleh Staf Ahli Menkes Bidang Mediko Legal, Dr. Faiq Bahfen, S.H. 4.Kewajiban Penggunaan Obat Generik di Pelayanan Kesehatan dan Pemantauan Pelaksanaannya oleh Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Dra. Nasirah Bahaudin, Apt.,M.M. 5.Menjamin ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar dalam Mendukung Program Prioritas Pembangunan Nasional 2010 oleh Direktur Bina Oblik & Perbekes, dr. Setiawan Soeparan, MPH. 6.K e b i j a k a n A n t i s i p a s i d a l a m M enghadapi Harmonisasi oleh Direktur Bina Prodis Alkes, Drs. T. Bahdar J. Hamid, Apt., M.Pharm. 7.Persiapan Implementasi PP No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian oleh Direktur Bina Farkomnik, Dra. Engko Sosialine Magdalene, Apt. (Bersambung ke halaman 4) Hal. 04 l Buletin INFARKES Edisi II - April 2010 Informasi kefarmasian dan alat kesehatan SMS LAYANAN INFORMASI HARGA DAN JENIS OBAT Informasi harga dan jenis obat kini dapat diperoleh melalui SMS (Short Message Service). Layanan informasi farmasi ini terselenggara atas kerja sama Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Telkomsel, Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia (LAFAI), Jatis Mobile, dan GP Farmasi. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum LAFAI, Dr. drg. Yaslis Ilyas, MPH pada peluncurannya di Jakarta, 3 Maret 2010. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dra. Sri Indrawaty, Apt.M.Kes. mewakili Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu S e d y a n i g s i h , M P H , D r. P H membacakan sambutan Menkes pada Pe l u n c u ra n D r u g I n f o r m a t i o n Assistance Via SMS bahwa dalam Kebijakan Obat Nasional (KONAS), pemerintah wajib menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat terutama obat esensial. Juga terjaminnya keamanan, (Sambungan dari halaman 3) Kesimpulan Rakontek Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagai berikut : 1.Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan dapat diwujudkan melalui adanya peraturan yang berpihak pada peningkatan pelayanan kefarmasian, dilaksanakan secara konsisten oleh berbagai profesi kesehatan, dan dipahami oleh berbagai pihak pelaksana UU mengenai latar belakang dan proses penyusunannya sehingga implementasinya dapat berjalan optimal. 2.PP 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian merupakan tantangan dan peluang bagi tenaga kefarmasian khasiat, dan kualitas obat-obatan yang beredar serta perlindungan masyarakat dari penyalahgunaan obat serta terjaminnya penggunaan obat rasional. Harga obat menjadi salah satu aspek yang menentukan dalam pelaksanaan penggunaan obat yang rasional. Oleh karena itu, penyediaan informasi harga obat yang benar dan objektif menjadi sarana pemerintah dalam upaya meningkatkan dan memasyarakatkan penggunaan obat yang rasional. Menkes mengingatkan informasi yang disampaikan harus sesuai peraturan yang berlaku. Penyelenggara diminta menjaga kebenaran data, update (pemutakhiran), dan keberlangsungan informasi melalui layanan ini. Untuk menjaga validitas data layanan, Kementerian Kesehatan bersama Badan POM akan memantau akurasi informasi harga dan jenis obat yang disebarluaskan kepada masyarakat. untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian berkualitas menuju masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Untuk itu peran serta seluruh stake holder terkait sangat diharapkan dalam persiapan dan implementasinya. 3.Revitalisasi penulisan obat generik sejalan dengan UU tentang Rumah Sakit dan UU tentang Praktek Kedokteran dalam hal kendali mutu dan kendali biaya dalam pelayanan kesehatan. Implementasinya harus dilakukan dengan pendekatan dan komunikasi yang baik kepada profesi kesehatan terkait dan masyarakat. 4.Tingkatkan kualitas perencanaan, pengelolaan dan monitoring evaluasi obat publik dan perbekalan kesehatan dengan harga terkendali Dengan adanya program ini, hampir setiap orang dapat memperoleh informasi harga dan jenis obat yang dibutuhkan secara efisien. Cara mengakses informasi harga obat yaitu: SMS dengan mengetik “OBAT“ (spasi) “nama obat” atau “LAFAI” (spasi) “nama obat” kirim ke 9333. Bila menggunakan kemasan ditambahkan tanda pagar (#) di belakang nama obat dilanjutkan mengetik kemasan (tablet, kapsul, botol), selanjutnya akan menerima respons dari provider Telkomsel berupa: daftar harga obat yang d i m a ks u d d i s e r ta i j e n i s o b at alternatifnya.< dalam rangka menjamin ketersediaan obat, vaksin dan perbekalan kesehatan di unit pelayanan kesehatan. 5.Tingkatkan upaya bimbingan pengawasan dan pengendalian di bidang alat kesehatan untuk menghadapi AFTA/globalisasi dalam rangka melindungi masyarakat dari alat kesehatan dan PKRT substandard serta memperkuat daya saing produksi dalam negeri. 6.Percepat penyediaan obat generik dan revitalisasikan penulisan wajib dilaksanakan di sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah disertai pelaksanaan pemantauan dan pelaporan sesuai dengan sistem pelaporan yang berlaku.< Buletin INFARKES Edisi II - April 2010 l Hal. 05 Informasi kefarmasian dan alat kesehatan Obat Generik: Menuju Sehat dengan Tetap Hemat Obat termasuk komponen biaya terbesar dalam pelayanan kesehatan dengan indikasi bahwa obat dapat mencapai 70% dari total biaya p e l aya n a n ke s e h ata n . D e n ga n demikian, intervensi penggunaan obat merupakan upaya yang strategis dalam pengendalian pembiayaan pelayanan kesehatan. Untuk itu, pemerintah telah menetapkan penggunaan obat generik di pelayanan kesehatan pemerintah. Obat generik hadir dengan nama zat aktifnya. Sementara itu, ada pula Obat Generik Berlogo (OBG), yaitu obat generik yang dipasarkan dengan nama tertentu oleh produsennya. Obat Generik Berlogo telah diluncurkan sejak tahun 1989. Untuk memasyarakatkan Obat Generik Berlogo, Indofarma menggelar program “School to School, Sehat Tapi Hemat Bersama Obat Generik Indofarma”. Program ini merupakan salah satu bentuk upaya mencerdaskan masyarakat bahwa upaya kesehatan dapat terjangkau bila disikapi secara rasional. Program ini akan dilaksanakan di lima kota, yaitu J a k a r t a , B a n d u n g , S e m a ra n g , Yogyakarta, dan Surabaya dengan sasaran murid, guru, dan orang tua murid SD, SMP, SMA/SMK. Pada 16 Maret 2010, program School to School ini berlangsung di Kota Tangerang, tepatnya di Gedung Olah Raga Tangerang, Jln. A. Dimyati, Tangerang. Dalam acara ini hadir Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dra. Sri Indrawaty, Apt.,M.Kes., Sesditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Drs. H. Purwadi, Apt.,M.M.,M.E., Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Dra. Nasirah Bahaudin, Apt.,M.M. , Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Dra. Engko Sosialine Magdalene, Apt., Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, Drs. T. Bahdar J. Hamid, Apt., M.Pharm, Gubernur Banten, Walikota Tangerang, Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Ketua PGRI, Perwakilan Rumah Sakit Umum Tangerang, Perwakilan Rumah Sakit Husada Insani, Perwakilan Rumah Sakit Sari Asih, Perwakilan Rumah Sakit Hermina, Perwakilan guru-guru dan orang tua siswa di wilayah Kota Tangerang, Perwakilan Gabungan Pengusaha Farmasi. Melalui program ini, Menkes b erh arap d ap at men in gkatkan pengetahuan guru dan orang tua murid tentang obat generik, m e n d o ro n g keya k i n a n u nt u k menggunakan obat generik sebagai obat yang layak untuk dipilih, serta berani untuk meminta obat generik kepada Dokter ketika konsultasi atau kepada apoteker ketika menebus resep di apotek. Ketersediaan OGB dalam jumlah dan jenis yang cukup serta terjangkau oleh masyarakat, perlu digerakkan dan didorong penggunaannya di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta. Menyadari hal itu, pemerintah telah merevitalisasi kewajiban peresepan obat generik di sarana pelayanan pemerintah dengan diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/MENKES/ 068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Menkes minta program ini dapat diperluas ke-33 ibu kota provinsi, b e ke r j a s a m a d e n g a n D i n a s Kesehatan, Dinas Pendidikan, Pramuka dan organisasi kepemudaan lainnya, serta pemerhati pendidikan dan kepemudaan. “Guru adalah panutan, sedangkan pemuda adalah agen perubahan, maka pemahaman sejak dini terhadap upaya di bidang kesehatan termasuk obat generik akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya meningkatkan penggunaan obat generik sekaligus rasionalisasi p e m b i aya a n ke s e h ata n ”, kata Menkes.< Hal. 06 l Buletin INFARKES Edisi II - April 2010 Informasi kefarmasian dan alat kesehatan PENGOBATAN TUBERKULOSIS Pa d a 2 4 M a re t 2 0 1 0 , k i ta memperingati Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia. Pencapaian Indonesia dalam pengobatan TB sendiri sudah memperoleh kemajuan yang sangat baik dan pengendalian TB di Indonesia telah mendekati target Millenium Development Goals (MDGs), di mana pada tahun 2008 prevalensi TB di Indonesia mencapai 253 per 100.000 penduduk, sedangkan target MDGs pada tahun 2015 adalah 222 per 100.000 penduduk. Namun, walaupun telah banyak kemajuan yang dicapai dalam penanggulangan TB di Indonesia, tantangan masalah TB ke depan masih besar, terutama dengan adanya tantangan baru berupa perkembangan HIV dan MDR (Multi Drugs Resistency). Dalam masalah TB ini, yang menjadi fokus perhatian utama selain usaha pencegahan adalah pengobatan TB bagi penderita penyakit tersebut. Pengobatan penderita TB dimaksudkan untuk menyembuhkan penderita sampai sembuh, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat penularan. Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh efektivitas pengobatan, prinsip-prinsip yang dipakai adalah sebagai berikut: 1. M e n g h i n d a r i p e n g g u n a a n monoterapi. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup, dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Hal ini untuk mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT. 2. Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat, pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). 3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan. Tahap Intensif 1. Pada tahap intensif (awal), penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat. 2. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. 3. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. Tahap Lanjutan 1. Pada tahap lanjutan, penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. 2. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. Penggunaan Obat Anti TB yang dipakai dalam pengobatan TB adalah antibiotik dan anti infeksi sintetis untuk membunuh kuman Mycobacterium. Aktivitas obat TB didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktivitas membunuh bakteri, aktivitas sterilisasi, dan mencegah resistensi. Obat yang umum dipakai adalah Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid, dan Streptomisin. Kelompok obat ini disebut sebagai obat primer. Isoniazid adalah obat TB yang paling poten dalam hal membunuh bakteri dibandingkan dengan Rifampisin dan Streptomisin. Rifampisin dan Pirazinamid paling poten dalam mekanisme sterilisasi. Buletin INFARKES Edisi II - April 2010 l Hal. 07 Informasi kefarmasian dan alat kesehatan Obat lain yang juga pernah dipakai adalah Natrium Para Amino Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid, Kanamisin, Rifapentin, dan Rifabutin. Natrium Para Amino Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid, dan Kanamisin umumnya mempunyai efek yang lebih toksik, kurang efektif, dan dipakai jika obat primer sudah resisten. Sementara itu, Rifapentin dan Rifabutin digunakan sebagai alternatif untuk Rifampisin dalam pengobatan kombinasi anti TB. Paduan pengobatan TB yang digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut: l Kategori 1 l Kategori 2 l Kategori 3 l Obat sisipan Selain kombinasi OAT kombinasi tetap di atas (kombipak), ada juga obat TB yang disebut Fix-Dose Combination (FDC). Obat ini pada dasarnya sama dengan obat kombipak, yaitu regimen dalam bentuk kombinasi, namun di dalam tablet yang ada sudah berisi 2, 3, atau 4 campuran OAT dalam satu kesatuan. W H O s a n gat m e n ga n j u r ka n pemakaian OAT-FDC karena beberapa keunggulan dan keuntungannya dibandingkan dengan OAT dalam bentuk kombipak apalagi dalam bentuk lepas. Keuntungan penggunaan OAT-FDC: a. Mengurangi kesalahan peresepan karena jenis OAT sudah dalam satu kombinasi tetap dan dosis OAT mudah disesuaikan dengan berat badan penderita. b. Dengan jumlah tablet yang lebih sedikit maka akan lebih mudah pemberiannya dan meningkatkan penerimaan penderita sehingga dapat meningkatkan kepatuhan penderita. c. Dengan kombinasi yang tetap, walaupun tanpa diawasi, penderita tidak bisa memilih jenis obat tertentu yang akan ditelan. d. Dari aspek manajemen logistik, OAT-FDC akan lebih mudah pengelolaannya dan lebih murah pembiayaannya. Beberapa hal yang mungkin terjadi dan perlu diantisipasi dalam pelaksanaan pemakaian OAT-FDC : l Salah persepsi, petugas akan menganggap dengan OAT-FDC, kepatuhan penderita dalam menelan obat akan terjadi secara otomatis, karenanya pengawasan minum obat tidak diperlukan lagi. Tanpa jaminan mutu obat, maka bioavailability obat, khususnya Rifampisin akan berkurang. l Jika kesalahan peresepan benar terjadi dalam OAT-FDC, maka akan terjadi kelebihan dosis pada semua jenis OAT dengan risiko toksisitas atau kekurangan dosis (subinhibitory concentration) yang memudahkan berkembangnya resistensi obat. l Bila terjadi efek samping, sulit menentukan OAT mana yang merupakan penyebabnya. Karena paduan OAT-FDC untuk kategori-1 dan kategori-3 yang ada pada saat ini tidak berbeda maka dapat menurunkan nilai pentingnya pemeriksaan dahak mikroskopis bagi petugas. l Pemakaian OAT-FDC tidak berarti mengganti atau meniadakan tatalaksana standar dan pengawasan menelan obat. < Cara minum obat anti TB yang benar: • Obat diminum dalam keadaan perut kosong, yaitu pada ½ jam sebelum makan pagi atau malam sebelum tidur • • Obat diminum sekaligus Setiap minum obat diamati oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) untuk memastikan obat benar-benar ditelan • Jika tidak minum obat selama 1 hari, maka hari berikutnya hanya menelan obat sekali saja, dan tidak boleh digabung • Jangan berhenti minum obat sendiri kecuali atas perintah dokter/petugas kesehatan Mungkin saja terjadi kegagalan dalam pengobatan TB. Umumnya hal ini disebabkan OAT tidak lagi mampu membunuh kuman TB. Hal ini disebabkan oleh : • Minum obat tidak teratur • • Dosis obat yang ditelan tidak sesuai dengan petunjuk Pernah putus berobat Jika terjadi masalah dalam pengobatan TB, segeralah berkonsultasi dengan dokter. - Dari Berbagai Sumber - Hal. 08 l Buletin INFARKES Edisi II - April 2010 Informasi kefarmasian dan alat kesehatan Upaya Menjamin Ketersediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mengadakan Rapat Konsultasi Teknis dengan tema ”Akselerasi Peran Pemerintah dalam Implementasi Dana Alokasi Khusus untuk Menjamin Ketersediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan” pada 24 s.d. 26 Maret 2010 di Hotel Orchardz, Pontianak. Sebagai pembukaan, Ketua Panitia Rakontek, Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, dr. Setiawan Soeparan, MPH, memberikan laporan pelaksanaan kegiatan. Sementara itu, acara secara resmi dibuka oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dra. Sri Indrawaty, Apt.,M.Kes. Materi pertama disampaikan oleh d r. S e t i awa n S o e p a ra n , M P H , mengenai Kebijakan Obat Publik dan Pe b e ka l a n Ke s e h a ta n M e l a l u i Pembiayaan DAK. Dalam paparannya, beliau mengungkapkan bahwa obat merupakan komponen yang tidak tergantikan dalam pelayanan ke s e h a ta n . D e n ga n d e m i k i a n , penyediaan obat esensial merupakan kewajiban pemerintah (pusat dan daerah). Pembiayaan melalui DAK merupakan salah satu pola untuk mengantisipasi isu anggaran obat. Fokus tahun 2010 adalah pemantauan terhadap pengadaan melalui DAK. Monitoring ketersediaan obat sebagai ukuran kinerja dan pelaksanaan kegiatan manajemen pendukung agar sasaran ketersediaan dapat tercapai. Materi-materi berikutnya adalah Kesiapan Industri Farmasi dalam Penyediaan Obat Esensial Generik oleh PT Kimia Farma, PT Indofarma, dan PT Pharos; Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Tahun 2010 oleh Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran; Strategi dalam Mengawal DAK untuk Menjamin Ketersediaan Obat oleh Sesditjen Binfar dan Alkes; Sosialisasi Perubahan Harga Obat Generik oleh Kepala Subdit Penyediaan Obat Publik; Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan oleh Kepala Subdit Pengelolaan Obat Publik; Potret Ketersediaan Obat oleh Kepala Subdit Pemantauan dan Evaluasi Obat Publik; Upaya dan Strategi Provinsi dalam Menjamin Ketersediaan Obat oleh Dinkes Provinsi Sumatera Selatan, Dinkes Provinsi Kalimantan Barat, dan Dinkes Provinsi Maluku; Strategi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dalam Mengawal DAK untuk Pengadaan Obat oleh IFK Kabupaten Padang Pariaman dan IFK Kabupaten Gowa. H a s il Reko m en d a s i R a p at Konsultasi Teknis, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan tahun 2010 adalah (1) Pembinaan p e n ge l o l a a n o b at p u b l i k d a n perbekalan kesehatan di provinsi/kabupaten/kota terus ditingkatkan dalam rangka mendukung peningkatan pelayanan kesehatan; (2) Program kefarmasian dan alat kesehatan harus terus diupayakan baik di pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka menjamin ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan; (3) Monitoring ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan harus dilaksanakan secara optimal, agar data dan informasi tentang ketersediaan obat selalu valid; (4) Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus tahun yang akan datang tidak hanya untuk pengadaan obat tetapi dapat pula digunakan untuk penyediaan s a ra n a - p ra s a ra n a s e r ta b i aya operasional dalam rangka menjamin mutu serta ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan; (5) Diusulkan agar dilaksanakan pemantauan untuk pelaksanaan SK Menteri Kesehatan tentang Harga Obat Generik di Sarana Pelayanan Kefarmasian swasta dan apabila dimungkinkan diberikan sanksi atas pelanggaran; (6) Agar daftar harga yang dibutuhkan untuk obat program, perbekalan kesehatan, obat gigi dan reagensia dapat diterbitkan sebelum pertemuan di Solo; (7) Pelaksanaan Rapat Konsultasi Teknis Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan tahun 2011 diusulkan diadakan di Sulawesi Utara.< Buletin INFARKES Edisi II - April 2010 l Hal. 09 Informasi kefarmasian dan alat kesehatan Sosialisasi Perundang-undangan Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan Pada 30 Maret s.d. 02 April 2010, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengadakan kegiatan Sosialisasi Perundangundangan Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk Provinsi Maluku dan Maluku Utara, yang berlangsung di Hotel Horison Jln. Jend. Sudirman No 24, Makassar, Sulawesi Selatan. Acara tersebut juga dihadiri oleh lebih dari 70 orang peserta, baik dari panitia pusat, panitia daerah, maupun peserta daerah. Acara tersebut dibuka oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra. Sri Indrawaty, Apt. M.Kes. yang sekaligus menjadi narasumber yang pertama memberikan paparan mengenai Arah Kebijakan Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menuju Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. Dalam paparannya, beliau menyampaikan tentang subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan sebagai bagian dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN) beserta tujuan, unsur-unsur dan prinsipprinsipnya, serta Kebijakan Obat Nasional (KONAS). Selanjutnya, diterangkan pula mengenai arah kebijakan strategis program Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang terkait dengan dinas kesehatan, beserta isu-isu strategisnya; m a s a l a h d a n ta nta n ga n d a l a m penyediaan dan pengelolaan obat. Diterangkan bahwa dalam RPJMN Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Ke s e h ata n 2 0 1 0 - 2 0 1 4 ke g i ata n prioritasnya adalah peningkatan ke t e rs e d i a a n o b a t p u b l i k d a n perbekalan kesehatan, sedangkan indikator kinerjanya adalah persentase ketersediaan obat dan vaksin yang pada tahun 2010 ditargetkan capaian sebesar 80%, dan pada akhir tahun 2014 ditargetkan sebesar 100%. Dalam acara tersebut, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dra. Kustantinah, Apt., M.App.Sc juga turut menjadi narasumber dengan menyajikan paparan yang berjudul Kebijakan Pengawasan Obat dan Makanan Hadapi Tantangan dalam Era Globalisasi. Isi bahasannya meliputi lingkungan strategis pengawasan obat dan makanan, isu strategis (yang meliputi regulasi, perdagangan bebas, dan pengamanan pasar dalam negeri), kebijakan strategis Badan POM; langkah-langkah strategis, dan kemitraan. Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Mediko Legal, DR. Faiq Bahfen, juga turut serta menjadi narasumber dengan materi paparan mengenai Tinjauan Materi Muatan UndangUndang Kesehatan dan Narkotika serta Pengantar Hukum Farmasi. Dalam paparannya, beliau menguraikan tentang berbagai aspek yang melatarbelakangi penyusunan suatu aturan perundang-undangan, khususnya bidang kesehatan, mulai dari permasalahan, metodologi, serta jenis undang-undang yang lahir pada tahun 2009. Kemudian dilanjutkan dengan uraian mengenai proses terbentuknya suatu undang-undang bidang kesehatan mulai dari pola pikirnya, tataran berpikir, pengertian dan lingkup hukum kesehatan, serta pokok materi muatan yang diatur dalam undang-undang bidang kesehatan. Diterangkan pula berbagai hal lainnya seperti hukum kesehatan dan hak dasar manusia, nilai-nilai, tujuan pengaturan, lingkup dan penyelenggaraan pekerjaan kefarmasian. Selain itu, ada pula pemaparan mengenai standar profesi, upaya kesehatan, beberapa materi muatan yang penting dalam Undang-Undang Narkotika, masalah data dan informasi kesehatan, serta berbagai materi penting lainnya yang disampaikan dengan cara pemaparan yang menarik. Selain para narasumber tersebut, para pejabat eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan juga turut menyampaikan materi paparan yaitu: w Peraturan Pemerintah No. 51 /2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian: Peluang Tantangan dan Persiapan Implementasi, disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan; w Menjamin Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar dalam Mendukung Program Prioritas Pembangunan Nasional 2010 disampaikan oleh Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan; w Pengamanan Alat Kesehatan & P e r b e k a l a n R u m a h Ta n g g a disampaikan oleh Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan; w Kewajiban Peng gunaan Obat Generik di Pelayanan Kesehatan dan Pe m a nta u a n Pe l a ks a n a a n nya disampaikan oleh Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan hasil yang positif dalam mendukung terlaksananya program kefarmasian dan alat kesehatan dan meningkatkan kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan secara keseluruhan.< Hal. 10 l Buletin INFARKES Edisi II - April 2010 Informasi kefarmasian dan alat kesehatan Urbanisasi dan Kesehatan Dialog Interaktif dalam Peringatan Hari Kesehatan Sedunia Ke-64 Tema Hari Kesehatan Sedunia yang ke-64 tahun 2010 adalah Urbanization and Health, dengan slogan 1.000 Cities, 1.000 Live. Tema tersebut diangkat karena menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), urbanisasi sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan global maupun kesehatan individu. Sementara itu, di Indonesia berdasarkan Keputusan Menkes No. 350/Menkes/SK/III/2010 menetapkan tema Urbanisasi dan Kesehatan, sub tema Kota Sehat, Warga Sehat dengan slogan 1.000 Kota, 1.000 Kehidupan. Tema tersebut diangkat untuk mengingatkan kepada semua pihak tentang dampak urbanisasi terhadap kesehatan masyarakat, kesehatan perorangan, dan sekaligus melakukan aksi nyata u ntu k memastikan berkembangnya kota mengarah pada terwujudnya “Kota Sehat dengan Warganya yang Sehat”. 1.000 Kota memiliki makna suatu ajakan atau motivasi agar lebih dari 1.000 Kota dalam kegiatan HKS menetapkan serta memberlakukan Kebijakan Berwawasan Sehat. 1.000 Kehidupan memiliki makna adanya penggerak/pahlawan yang melakukan aktivitas meningkatkan kesehatan di lingkungan kehidupannya. Dalam rangka HKS pula, pada 7 April 2010 diadakan Dialog Interaktif dengan tema Urbanisasi dan Kesehatan yang diadakan di Balai Kartini Jakarta. Melalui dialog ini diharapkan t e r g a l a n g n y a ko m i t m e n p a r a p e m a n g ku ke p e nt i n ga n d a l a m mengutamakan penanganan dampak urbanisasi terhadap kesehatan masyarakat untuk terwujudnya kota sehat dan warga sehat. Dialog Interaktif ini diikuti oleh 200 orang peserta yang berasal dari lintas program dan sektor terkait, pemerintah daerah, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan NGO Internasional, dunia usaha/swasta, kelompok pemerhati dan peduli lingkungan serta media massa. Pada pembukaan acara ini hadir pejabat di lingkungan Kementerian Kesehatan, termasuk Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dra. Sri Indrawaty, Apt.M.Kes. dan Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Dra. Nasirah Bahaudin, Apt.,M.M. Acara Dialog Interaktif ini menampilkan empat orang pembicara yang menggeluti masalah urbanisasi dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat perkotaan, juga yang berpengalaman sebagai praktisi dalam pengembangan kota sehat. Pembicara tersebut adalah · Prof. dr. Purnawan Junaidi, PhD. memaparkan Dampak Urbanisasi terhadap Kesehatan · Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K),MARS,DTM&H,DTCE memaparkan Kebijakan Pembangunan Kota Berwawasan Kesehatan · Prof. Dr. Dr. Charles Suryadi, MPH memaparkan Pemetaan dan Analisis Kesehatan Masyarakat Perkotaan · Prof. dr. Sylviana Murni, S.H.,M.Si. memaparkan Pengalaman Pengembangan Kota Sehat. Hasil Dialog Interaktif ini adalah adanya rekomendasi sebagai wujud komitmen dalam upaya penanganan masalah kesehatan masyarakat di perkotaan sebagai dampak urbanisasi. Upaya kesehatan di perkotaan seyogyanya integral dalam perencanaan kota (urban planning).< Buletin INFARKES Edisi II - April 2010 l Hal. 11 Informasi kefarmasian dan alat kesehatan BERKENALAN DENGAN POMEGRANATE Akhir-akhir ini kalau kita memperhatikan tayangan i klan, muncul varian baru produk sari buah yang cukup populer, yaitu sari buah pomegranate. Apa sih sebenarnya pomegranate itu? Seper t inya, pomegranate itu sesuatu yang asing, padahal di Indonesia juga ada. Tak heran karena di Indonesia, pomegranate lebih dikenal dengan nama delima. Delima berasal dari daerah Timur Tengah, tersebar di daerah subtropik sampai tropik, dari dataran rendah sampai di bawah 1.000 m dpl. Delima banyak juga ditanam di da erah Tiongkok Selatan dan Asia Tenggara. Delima sering ditanam di kebun-kebun sebagai tanaman hias, tanaman obat, atau sebagai buah segar karena buahnya dapat dimakan. Dalam taksonomi, delima diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Magnoliopsida, Subkelas Rosidae, Ordo Myrtales, Familia Lythraceae, Genus Punica, dan Spesies Punica granatum. Delima tumbuh sebagai semak yang berbuah atau pohon kecil dengan tinggi sekitar 5 s.d. 8 meter. Daun delima berbentuk oblong yang sempit, panjangnya sekitar 3 s.d. 7 cm dan lebar 2 cm. Bunga delima berwarna merah cerah dengan diameter 3 cm dan memiliki 4 sampai 5 petal. Buah delima berukuran 5 s.d. 12 cm dan memiliki kulit buah yang tebal berwarna kemerahan. Biji dan pulpa yang mengelilingi biji delima disebut sebagai aril, memiliki warna yang bervariasi dari putih ke merah gelap. Buah delima memiliki kandungan nutrisi seperti karbohidrat, gula, serat, lemak, protein, Thiamine (vitamin B1), Riboflavin (vitamin B2), Niacin, Pantothenic acid, vitamin B6, senyawa Folat, vitamin C, kalsium, Fe, magnesium, fosfor, kalium, zinc, dan flavonoid yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. Flavonoid sebagai antioksidan berperan penting dalam mencegah berkembangnya radikal bebas di dalam tubuh, sekaligus memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak. Kandungan antioksidan dalam buah delima jumlahnya tiga kali lebih banyak dibandingkan wine atau teh hijau. Pada sistem pengobatan Ayurveda di India, delima banyak digunakan sebagai obat tradisional. Campuran buah dan kulit batang delima digunakan untuk pengobatan diare, disentri, dan parasit intestinal. Biji dan sari buah diperkirakan memiliki khasiat sebagai tonik jantung dan juga sebagai astringen. Sari buah delima juga digunakan sebagai obat tetes mata karena dipercaya dapat memperlambat pembentukan katarak. Di dalam ramuan obat tradisional Indonesia, bagian delima yang banyak digunakan adalah kulit buah dan akar yang efektif untuk menghentikan diare dan mengobati kecacingan. Kulit buah d e l i m a m e n ga n d u n g a l k a l o i d pelletierine, granatin, betulic acid, ursolic acid, isoquercitrin, elligatanin, resin, triterpenoid, kalsium oksalat, dan pati. Kulit buah delima bersifat astringen kuat sehingga digunakan dalam pengobatan diare. Kulit akar delima mengandung sekitar 20% elligatanin dan 0,5 s.d. 1% senyawa alkaloid, antara lain alkaloid pelletierine, pseudopelletierine, metilpelletierine, isopelletierine , dan m et i l i s o p e l l ett i e r i n e . A l ka l o i d pelletierine yang terkandung dalam kulit buah dan akar delima bersifat sangat toksik terhadap cacing pita, cacing gelang, dan cacing keremi sehingga kulit buah dan akar delima efektif digunakan dalam pengobatan kecacingan. Di dalam pengobatan herbal modern, yang telah dikembangkan sebagai obat dari delima adalah ekstrak buah, ekstrak kulit buah, konsentrat jus buah, dan minyak biji delima. Hal ini terkait dengan ka n d u n ga n b e r b a ga i s e nyawa polifenol yang aktivitas antioksidannya sangat tinggi.(TITA) - Dari berbagai sumber - Hal. 12 l Buletin INFARKES Edisi II - April 2010 Informasi kefarmasian dan alat kesehatan Laporan Perizinan PBF, PBBBF, Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, dan Kosmetika yang Diterbitkan Ditjen Binfar & Alkes Bulan Februari s.d. Maret 2010 No NAMA PERUSAHAAN 1 PT. MEDIKALOKA UTAMA 2 PT. TRILAKSANA MULIA 3 PT. ROHTO LABORATORIES INDONESIA 4 5 No. IZIN Tanggal Terbit PROVINSI JENIS IZIN HK.07.01/I/071/10 3 Februari 2010 DKI Jakarta PBF HK.07.01/I/072/10 3 Februari 2010 DKI Jakarta PBF HK.07.IKOS/I/063/10 3 Februari 2010 Jawa Barat Kosmetika PT. BERKAT SENTRAL ABADI FARMA HK.07.IF/I/077/10 9 Februari 2010 Jawa Timur PBF PT. SUMBER FAJAR INTI ABADI HK.07.01/I/078/10 9 Februari 2010 Kalimantan Barat PBF 6 PT. MEDIKA PARAMITHA FARMA HK.07.01/I/079/10 9 Februari 2010 Kalimantan Barat PBF 7 PT. PRIMA MEDIKA LABORATORIES HK.07.IF/I/080/10 11 Februari 2010 Banten IF 8 PT. PRISKILA PRIMA MAKMUR HK.07.IKOS/I/081/10 11 Februari 2010 DKI Jakarta Kosmetika 9 CV. PRIMA ANUGRAH COSINDO HK.07.IKOS/I/082/10 19 Februari 2010 Jawa Barat Kosmetika 10 PT. BINTANG FARMASI HK.07.01/I/083/10 19 Februari 2010 Kalimantan Timur PBF 11 PT. CHEMINDO UTAMA HK.07.PBBBF/I/084/10 19 Februari 2010 Banten PBBBF 12 PT. SARAKAMANDIRI SEMESTA HK.07.02/I/085/10 19 Februari 2010 Jawa Barat IOT 13 PT. BINA SAN PRIMA HK.07.01/I/086/10 24 Februari 2010 Jawa Barat PBF 14 PT. PHARMACORE LABORATORIES HK.07.IF/I/087/10 24 Februari 2010 Jawa Barat IF 15 KPN. WARGA HARAPAN (WARAH) HK.07.01/I/090/10 2 Maret 2010 Jawa Tengah PBF 16 PT. CATUR MANUNGGAL ABADI HK.07.01/I/091/10 2 Maret 2010 Jawa Tengah PBF 17 PT. CITRA DELI KREASITAMA HK.07.02/I/092/10 2 Maret 2010 Banten IOT 18 PT. WINECO HK.07.02/I/093/10 3 Maret 2010 Banten IOT 19 RINA KOSMETIK HK.07.IKOS/I/094/10 5 Maret 2010 Bandar Lampung Kosmetika 20 PT. LAFONDA BEAUTE HK.07.IKOS/I/095/10 5 Maret 2010 Banten Kosmetika 21 PT. INDUSTRI JAMU BOROBUDUR HK.07.IKOS/I/096/10 5 Maret 2010 Jawa Tengah Kosmetika 22 PT. KINOCARE ERA KOSMETINDO HK.07.02/I/097/10 5 Maret 2010 Jawa Timur IOT 23 PT. RIPANA RAYA HK.07.01/I/098/10 8 Maret 2010 Kalimantan Barat PBF 24 PT. SINAR INTERMARK HK.07.01/I/099/10 8 Maret 2010 Jawa Tengah PBF 25 PT. RENOVA INTERNA CIPTA HARMONI HK.07.01/I/100/10 8 Maret 2010 Jawa Tengah PBF 26 PT. MINA ROZA FARMA HK.07.01/I/104/10 17 Maret 2010 Jawa Timur PBF 27 PT. MITRA LAKSANA FARMINDO HK.07.01/I/105/10 17 Maret 2010 Jawa Barat PBF 28 PT. SANBRI FARMA HK.07.01/I/106/10 17 Maret 2010 Maluku Utara PBF 29 PT. HAPSARI PERTIWIMAS HK.07.01/I/107/10 17 Maret 2010 DKI Jakarta PBF 30 PT. FITALAB UTAMA KARYA HK.07.01/I/108/10 17 Maret 2010 Jawa Timur PBF 31 PT. SUBUR MITRA SUKSES HK.07.01/I/109/10 17 Maret 2010 Jawa Timur PBF 32 PT. RIO FARMA 33 CV. ETSA KEMILAU 34 35 36 37 38 39 40 41 42 HK.07.01/I/110/10 17 Maret 2010 Jawa Timur PBF HK.07.IKOS/I/111/10 17 Maret 2010 D.I. Yogyakarta Kosmetika PT. SUMBER BERKAT SEJATI HK.07.PBBBF/I/112/10 17 Maret 2010 DKI Jakarta PBBBF PT. SURYA KEJAYAN JAYA FARMA HK.07.PBBBF/I/113/10 17 Maret 2010 Jawa Timur PBBBF PT. SOHO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES HK.07.IF/I/114/10 24 Maret 2010 DKI Jakarta IF PT. KINOCARE ERA KOSMETINDO HK.07.02/I/115/10 29 Maret 2010 Banten IOT UD. SUMBER INTI PESONA HK.07.IKOS/I/116/10 29 Maret 2010 Jawa Timur Kosmetika PT. TRIMATARI BIOPERSADA RECOVERY HK.07.IKOS/I/117/10 29 Maret 2010 DKI Jakarta Kosmetika PT. KINARYA PUTRA PERKASA HK.07.01/I/118/10 29 Maret 2010 Jawa Tengah PBF PT. PANCAR MEDICAL NATIONAL FARMA HK.07.01/I/119/10 29 Maret 2010 Jawa Timur PBF PT. BERSAUDARA SEJAHTERA UTUH HK.07.01/I/120/10 29 Maret 2010 Jawa Timur PBF