1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan kerapu

advertisement
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan kerapu merupakan salah satu komoditas perikanan laut yang
memiliki nilai ekonomis tinggi dan mulai dibudidayakan di Asia Tenggara sejak
tahun 1980 termasuk di Indonesia. Ikan kerapu dapat dibudidayakan pada
kepadatan tebar yang tinggi dan pertumbuhannya lebih cepat jika dibandingkan
dengan komoditas budidaya laut (Pierre et al., 2007). Kerapu cantang merupakan
salah satu spesies baru yang sedang di kembangkan di Indonesia. Spesies ini
merupakan hasil dari persilangan dari ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscogutatus) betina dengan ikan kerapu kertang (Epinephelus lanciolatus) jantan.
Ikan hibrida ini telah dipelajari di BBAP Situbondo sejak tahun 2009. Kerapu
cantang memiliki cita rasa dan tingkat pertumbuhan yang lebih baik daripada
indukannya (Anonim, 2011a; Luin et al., 2013).
Biaya pakan yang tinggi manjadi permasalahan bagi pelaku usaha
budidaya perikanan termasuk dalam budidaya kerapu cantang. Pengeluaran utama
dalam usaha budidaya ikan adalah biaya pakan (Thorarinsdottir et al., 2011).
Biaya yang dikeluarkan untuk pakan dalam budidaya ikan mencapai 60% dari
total biaya produksi (Sarlin, 2005). Harga pakan ikan pada umumnya lebih mahal
jika dibandingkan dengan harga pakan jenis hewan budidaya lain karena
kandungan protein pakan ikan lebih tinggi. Kandungan protein pada pakan ikan
laut berkisar antara 40-55% berdasrkan berat keringnya, sedangkan kandungan
1
2
protein pada pakan hewan ternak hanya 5% (Miles & Chapman, 2005). Sumber
protein utama pada pakan ikan adalah tepung ikan. Harga tepung ikan yang tinggi
berdampak pada tingginya harga pakan ikan. Peningkatan harga bahan pakan
(tepung ikan, minyak ikan dan tepung gandum) dan biaya produksi serta
pengangkutan menyebabkan harga pakan semakin mahal (Rana et al., 2009).
Peningkatan harga minyak dunia yang menyebabkan kenaikan biaya transportasi
juga berdampak pada tingginya harga pakan ikan (Egna, 2014). Penggunaan
probiotik merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah tingginya biaya
pakan tersebut.
Definisi probiotik dalam budidaya perikanan adalah mikrobia hidup yang
memberikan pengaruh baik bagi kesehatan inangnya dengan mengubah komunitas
mikrobia yang sudah ada, meningkatkan pemanfaatan pakan, meningkatkan nilai
nutrisi pakan, meningkatkan respon imun pada inang atau memperbaiki
lingkungan hidup ikan yang dibudidayakan (Ibrahem, 2013). Hal penting yang
harus diperhatikan dalam pemilihan kandidat probiotik antara lain mengetahui
dengan pasti asal mikroorganisme probiotik, sifat patogen kandidat probiotik serta
kemampuan mikroorganisme tersebut untuk hidup di dalam saluran pencernaan
inangnya (Balcazar et al., 2006). Bakteri dan yeast merupakan mikroorganisme
yang bisa dimanfaatkan sebagai probiotik (Cruz et al., 2012).
Yeast merupakan mikroorganisme yang bersifat kosmopolitan serta dapat
hidup di seluruh ekosistem alam seperti tanah, perairan tawar dan perairan laut
dari permukaan laut hingga laut dalam (Burgaud et al., 2010). Yeast memiliki
ketahanan terhadap antibiotik, sedangkan bakteri pada umumnya sensitif terhadap
3
antibiotik. Yeast dapat diaplikasikan sebagai probiotik karena dapat bertahan
dalam suatu komunitas mikroflora yang mikroorganisme di dalamnya
menghasilkan metabolit antibakteri (Vine et al., 2006). Hasil penelitian Va´zquezJu´arez et al., (1994) menunjukkan bahwa yeast memiliki kemampuan menempel
pada dinding usus dan hidup di dalam saluran pencernaan inangnya. Beberapa
spesies yeast dapat melakukan sintesis dan sekresi molekul poliamin (Buts et al.,
1993 dalam Tovar et al., 2002) yang dapat memacu perkembangan saluran
pencernaan dan produksi enzim pencernaan (Tovar et al., 2002). Probiotik marine
yeast Debaryomyces hansenii strain HF1 memiliki kemampuan mensekresikan
enzim pencernaan amilase dan tripsin yang membantu pencernaan dan
meningkatkan pertumbuhan larva ikan kakap (Tovar et al., 2002). Enzim
pencernaan berperan penting bagi berbagai aktivitas metabolisme pada hewan
tingkat tinggi termasuk pada ikan. Penyerapan nutrien oleh usus menjadi semakin
efisien apabila enzim pencernaan berkembang dengan baik. Penyerapan nutrien
yang efisien berdampak pada pertumbuhan yang semakin baik. Efektifitas
pemanfaatan pakan dapat membantu menekan biaya pakan dalam usaha budidaya
ikan. Pengetahuan mengenai enzim pencernaan ikan berkontribusi dalam
menyediakan pakan ikan dengan komposisi nutrisi yang sesuai (Savona et al.,
2011). Berdasarkan beberapa hal tersebut marine yeast memiliki potensi untuk
dimanfaatkan sebagai probiotik.
Yeast yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil isolasi dari
usus ikan kerapu lumpur (Epinephelus coioides) dan koleksi Laboratorium Ilmu
Makanan Ikan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
4
Identifikasi molekuler berdasarkan sekuen 18s rDNA dan ITS (Internal
Transcribed Spacer) rDNA dilakukan untuk mengetahui jenis yeast yang
digunakan. Yeast yang telah diketahui spesiesnya diseleksi berdasarkan aktivitas
enzim pencernaannya sebelum dilakukan uji pemberian pada ikan. Menurut
Pamungkas & Anggraeny (2006) salah satu syarat mikroorganisme dapat
dimanfaatkan sebagai probiotik adalah mampu hidup di dalam saluran
pencernaan. Pengamatan terhadap viabilitas yeast dilakukan dalam penelitian ini
untuk mengetahui kemampuannya bertahan hidup di dalam saluran pencernaan
ikan kerapu cantang. Aktivitas enzim pencernaan ikan diukur pada akhir uji
pemberian yeast pada ikan kerapu cantang.
1.2 Permasalahan
1. Bagaimanakah hasil identifikasi molekuler yeast yang digunakan dalam
penelitian ini berdasarkan analisis sekuen 18s rDNA dan ITS rDNA?
2. Apakah yeast yang digunakan dalam penelitian ini memiliki aktivitas enzim
pencernaan?
3. Apakah yeast yang digunakan dalam penelitian ini memiliki viabilitas yang
baik pada usus kerapu cantang?
4. Apakah yeast yang digunakan dalam penelitian ini berpotensi sebagai
probiotik pada kerapu cantang?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui jenis yeast yang diidentifikasi dan digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan analisis sekuen 18s rDNA dan ITS rDNA.
5
2. Mengetahui jenis yeast yang memiliki aktivitas enzim pencernaan.
3. Mengetahui viabilitas yeast di dalam usus kerapu cantang.
4. Mengetahui potensi yeast yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
probiotik pada kerapu cantang.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat menunjang ilmu pengetahuan mengenai
pemanfaatan marine yeast sebagai probiotik pada budidaya perikanan. Penelitian
ini juga diharapkan mampu menjadi penunjang penelitian lainnya mengenai
isolasi dan identifikasi molekuler marine yeast. Manfaat lain yang diharapkan
adalah penelitian ini dapat berguna bagi peneliti selanjutnya untuk mempelajari
aktivitas enzim pencernaan pada ikan. Pengetahuan mengenai aktivitas enzim
pencernaan dapat membantu pembuatan formulasi pakan ikan yang lebih tepat.
1.5 Keaslian Penelitian
Aplikasi probiotik pada ikan kerapu mampu meningkatkan laju
pertumbuhan dan sistem kekebalan tubuh (Purwandari, 2013; Sun et al., 2010).
Yeast memiliki kemampuan untuk menempel dan hidup pada usus ikan rainbow
trout dan ikan sebelah (Andlid et al., 1995; Vazquez-Juarez et al., 1994).
Pemberian yeast pada beberapa jenis ikan mampu meningkatkan laju
pertumbuhan serta sistem kekebalan tubuh (Gatesoupe, 2007; Reyes-Becerril et
al., 2008; Santacroce et al., 2012; Zhu et al., 2012). Yeast mampu menghasilkan
enzim pencernaan α-amilase dan tripsin (Hostinova, 2002; Tovar et al., 2002).
6
Publikasi mengenai potensi marine yeast sebagai probiotik pada kerapu cantang
belum ditemukan hingga saat penulisan laporan ini.
Download