PENDUGAAN NILAI HAMBUR BALIK IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) DENGAN METODE HIDROAKUSTIK SUCI KHAIRIZA DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Nilai Hambur Balik Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Metode Hidroakustik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2016 Suci Khairiza NIM C54120002 ABSTRAK SUCI KHAIRIZA. Pendugaan Nilai Hambur Balik Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Metode Hidroakustik. Dibimbing oleh SRI PUJIYATI. Salah satu upaya untuk mengeksplorasi sumberdaya ikan yaitu dengan menggunakan teknologi akustik. Dalam penerapan teknologi akustik untuk pemanfaatan sumberdaya ikan seperti pendugaan kelimpahan ikan, faktor terpenting yang harus diketahui adalah Target Strength. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan Target Strength ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan panjang dan bobot tubuh ikan serta hubungan Scattering Volume dengan jumlah ikan. Dalam pengukuran ini, digunakan metode terkontrol menggunakan instrumen hidroakustik Cruzpro PcFF80 dengan frekuensi 200 kHz. Semua pengukuran dilaksanakan di dalam kolam Water tank Laboratorium Akustik Kelautan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai TS rata-rata ikan nila yaitu sebesar 52.08 dB dengan nilai TS terendah yaitu -52.75 dB dengan panjang terkecil 16.60 cm dan berat 125 g sedangkan nilai TS tertinggi yaitu -51.34 dB dengan panjang 20.50 cm dan berat 180 g. Nilai koefisien korelasi (r) antara panjang tubuh ikan dengan TS yaitu 0.83 dan tergolong sangat erat sedangkan nilai r antara bobot tubuh ikan dengan TS yaitu 0.63 dan hubungannya tergolong erat.. Kata kunci: Ikan Nila, Scattering Volume, Target Strength ABSTRACT SUCI KHAIRIZA. Estimation of Backscattering Strength of Parrot Fish (Oreochromis niloticus) using Hydroacoustic Method. Supervised by SRI PUJIYATI. One of the efforts to explore the fish resources is by using acoustic technology. In the application of acoustic technology for the utilization of fish resources such as estimating the abundance of fish, the most important factor to be noted is the Target Strength. This study aims to determine the relationship Target Strength of parrot fish (Oreochromis niloticus) with the length and weight of fish as well as relationship of Volume Scattering with number of fish. In this measurement, used controlled methods using instruments hydroacoustic Cruzpro PcFF80 with 200kHz frequency. All measurements were carried out in a pool of water tank Marine Acoustics Laboratory. The results of this study showed that the average value of parrot fish TS that is equal to -52.08 dB with TS lowest value is -52.75 dB at the smallest length of 16.60 cm and weighs 125 g, while the highest TS value is -51.34 dB with a length of 20.50 cm and weight 180 g. Correlation coefficient (r) between the body length of the fish with TS are 0.83 and relatively very closely while the value of r between the body weight of fish with TS are 0.63 and relatively close relationship. Keywords: Parrot fish, Scattering Volume, Target Strength PENDUGAAN NILAI HAMBUR BALIK IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) DENGAN METODE HIDROAKUSTIK Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 SUCI KHAIRIZA PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penyusunan karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul Penelitian ini adalah Pendugaan Nilai Hambur Balik Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Metode Hidroakustik Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Sri Pujiyati, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi masukan serta bimbingan untuk penyususnan skripsi ini. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc selaku Ketua Departemen, Bapak Dr. Ir. Henry M Manik, ST selaku dosen pemeriksa Gugus Kendali Mutu (GKM) dan seluruh staf Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan untuk ayah, ibu dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat. Bogor, Juni 2016 Suci Khairiza DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 1 METODE 2 Waktu dan Tempat 2 Alat dan Bahan 2 Prosedur Penelitian 2 Pengambilan Data Kualitas Air 2 Perekaman Data Akustik 2 Pemrosesan Data Akustik 4 Pengolahan Data Akustik 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Kondisi Lingkungan 7 Karakteristik Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 7 Echogram 8 Target Strength (TS) dan Scattering Volume (SV) 10 Hubungan Panjang dan Bobot Ikan terhadap Target Strength 11 Hubungan Densitas Ikan terhadap Scattering Volume 14 SIMPULAN DAN SARAN 15 Simpulan 15 Saran 15 DAFTAR PUSTAKA 15 LAMPIRAN 17 RIWAYAT HIDUP 29 DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 Peralatan yang digunakan Parameter setting alat CruzPro PcFF80 Hasil Pengukuran Target Strength Nilai Scattering Volume Hasil perhitungan nilai SV 2 3 10 11 14 DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setting up perekaman akustik Keramba ikan Diagram alir perolehan nilai TS/SV ikan Nila Oreochromis niloticus Tampilan echogram Target Strength Tampilan echogram Scattering Volume Grafik hubungan antara panjang tubuh ikan dengan TS Grafik hubungan antara bobot tubuh ikan dengan TS Grafik hubungan TS, FL dan bobot ikan Grafik hubungan antara densitas ikan dengan SV 4 4 5 8 8 9 12 13 13 14 DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Alat dan dokumentasi kegiatan Syntax pemrosesan data akustik Grafik sebaran Target Strength pada Ikan Nila Grafik antara TS pengukuran dengan TS perhitungan 17 18 19 23 28 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumber daya hayati laut dan perairan tawar telah lama menjadi sumber makanan yang penting dan juga kegiatan ekonomi industri dan masyarakat tradisional. Sumber daya hayati yang paling utama adalah ikan. Salah satu jenis ikan dijadikan sumber makanan adalah ikan nila hitam (Oreochromis niloticus). Ikan nila relatif mudah dibudidayakan dan memiliki beberapa keunggulan antara lain laju pertumbuhannya cepat, toleransi tinggi terhadap lingkungan, dan tahan terhadap penyakit (Rizkiawan 2012). Salah satu upaya untuk mengeksplorasi sumberdaya ikan yaitu dengan menggunakan metode hidroakustik. Metode hidroakustik merupakan metode pendeteksian objek bawah air dengan memanfaatkan gelombang suara (Achmadi 2014). Gelombang suara tersebut kemudian merambat di medium air, dan pada saat membentur objek, maka gelombang suara selanjutnya dipantulkan kembali dalam bentuk gema (echo) untuk dianalisis lebih lanjut. Metode ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya lebih akurat, cepat, dalam jangkauan yang luas, tidak mengganggu biota dan tidak merusak lingkungan (Fauziyah dan Jaya 2010). Dalam penerapan teknologi akustik untuk pemanfaatan sumberdaya ikan seperti pendugaan kelimpahan ikan, faktor terpenting yang harus diketahui adalah Target Strength (TS). Menurut Kinsler et al (2000) ketika sebuah gelombang akustik mengenai sebuah target dengan intensitas Ir, maka sinyal pantulannya akan berhamburan ke segala arah, sebagian akan dikirim ke receiver. Menduga kelimpahan ikan, seperti komposisi jenis, penyebaran dan ukuran ikan juga dapat diketahui bila mengetahui nilai TS ikan. Nilai TS ikan tergantung pada jenis, ukuran (panjang dan berat), bentuk tubuh, gelembung renang serta orientasi tubuh (Manik 2009). Beberapa penelitian mengenai deteksi nilai target strength ikan di Indonesia hampir sudah banyak dilakukan. Faisal Ahmad (2010) melakukan penelitian dengan mengunakan instrumen akustik CruzPro PcFF80 PC untuk pengukuran target strength beberapa spesies ikan dalam kondisi terkontrol di laboratorium Akustik Kelautan, ITK IPB. Simbolon (2011) melakukan penelitian mengenai analisis pendugaan target strength terhadap ukuran panjang ikan Lape dalam kondisi terkontrol di perairan Pulau Kongsi, Kepulauan Seribu. Penelitian ini dilakukan untuk pendugaan ukuran ikan dan estimasi stok atau biomassa ikan dalam kaitannya dengan eksplorasi sumber daya ikan air laut maupun ikan air tawar serta memberikan informasi penerapan metode hidroakustik untuk meningkatkan produktivitas perikanan tangkap di Indonesia. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Target Strength ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan panjang dan bobot tubuh ikan serta hubungan Scattering Volume dengan densitas ikan. 2 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 bertempat di Water Tank Labotarium Akustik Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Penelitian ini menggunakan 10 ekor ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus) sebagai objek yang dideteksi (Lampiran 1). Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Cruzpro PcFF80, laptop, termometer, refraktometer, kertas lakmus, aki, keramba, tali monofilamen, kamera dan pisau bedah. Perangkat lunak yang digunakan untuk pemrosesan sinyal hasil perekaman akustik adalah program pengolahan data baik untuk pengolahan data akustik maupun pengolahan data untuk mendapatkan persamaan regresi. Tabel 1 dan Lampiran 2 menunjukkan alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini. Tabel 1. Peralatan yang digunakan Alat dan Bahan Tipe/Spesifikasi Cruz Pro PcFF80, Frekuensi 200KHz Laptop Windows XP Termometer Refraktometer Kertas lakmus Aki 100 A dan 40 A Keramba diameter = 1 m, tinggi = 1.27 m, volume = 0.99 m3 Tali monofilamen diameter = 0.20 mm, kekuatan = 10 lbs (pons) Kamera - Kegunaan Perekaman data akustik Display dan setting Pengukuran suhu air Pengukuran salinitas air Pengukuran pH air Catu daya Tempat pengambilan data sekelompok ikan Menggantung ikan Dokumentasi Prosedur Penelitian Pengambilan Data Kualitas Air Tahap pertama yang dilakukan adalah dengan mengaklimatisasi ikan agar tidak stress dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan barunya lebih kurang selama 1 jam, kemudian mengukur beberapa kualitas air di water tank yaitu temperatur, salinitas, pH. Perekaman Data Akustik Perekaman data akustik pada penelitian ini mengunakan instrumen CruzPro fishfinder PcFF-80. Alat tersebut disetting terlebih dahulu sebelum melakukan 3 proses perekaman akustik. Berikut parameter setting alat CruzPro PcFF80 dalam Tabel 2. Tabel 2. Parameter setting alat CruzPro PcFF80 Parameter Nilai Tipe Transduser THDT-5 Long Stem Bronze Thru Hull Frekuensi 200 kHz Transmitting Power 11.40 Watt Pulse Length 0.40 ms Ping rate 0.33 s Display Threshold 8 Time Varying Gain (TVG) 1. Surface Gain 106 2. Change Rate 160 Depth range 5m Pedeteksian nilai target strength ikan pada penelitian ini mengacu pada penelitian MacLennan et al (2004). Proses perekaman data akustik diambil selama 10 menit sebanyak 2 kali ulangan. Jarak antara permukaan transduser dengan target harus lebih besar dari jarak near field (>0.48 m) agar terhindar dari pengaruh noise yang dapat mengganggu perolehan data. Near Field adalah jarak dari permukaan transduser sampai kedalaman tertentu yang memiliki sinyal berfluktuasi atau tidak akurat. Perhitungan nilai near field pada penelitian kali ini digunakan persamaan (1) menurut MacLennan et al. (2004): r = πΏ2 π ................................... (1) dengan r adalah near field (m), L sebagai diameter transduser (m) dan λ adalah panjang gelombang pulsa dari transduser (m). Perekaman akustik untuk Scattering Volume (SV) menggunakan metode kurungan (Cage Method) yang transduser dipasang di atas keramba/kurungan. Perekaman nilai SV ini dilakukan dengan cara penambahan objek satu per satu ke dalam keramba hingga sepuluh objek yang sama dengan lama perekaman data akustik selama 10 menit. Perekaman akustik terhadap Target Strength (TS) menggunakan metode gantungan (Tethered Method). Setelah melakukan pengukuran panjang dan berat ikan, kemudian ikan diikat menggunakan tali monofilamen di bagian operkulum dan ekor kemudian letakkan ikan dibawah tranduser per individu. Proses perekaman data dilakukan selama ± 10 menit dengan 2 kali ulangan. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan pendugaan nilai TS yang lebih akurat dan meminimalkan adanya galat atau bias pada data. Penempatan Setting up untuk pengukuran Target Strength dan Scattering Volume dapat dilihat pada Gambar 1. 4 Tali pengikat Transduser 3.2 m 3.2 m Transduser 1.27 m 1.5 m Tali pengikat 6m 6m (a) (b) 6 Gambar 1. Setting up perekaman akustik: (a) Target Strength, (b) Scattering Volume Kurungan atau keramba yang digunakan memiliki dimensi yaitu diameter 1 meter dan tinggi 1.27 meter serta volume 0.99 m3 (Gambar 2). Keramba ini memiliki ukuran mata jaring (mesh size) 1 cm dan ukuran diameter besi sebagai rangkanya 1.40 cm. Berikut ini gambar keramba tempat pengukuran Scattering Volume (SV) ikan. 1.27 m 1m Gambar 2. Keramba ikan Pemrosesan Data Akustik Menurut Coates (1990), Target Strength adalah ukuran decibel intensitas suara yang dikembalikan oleh target, diukur pada jarak standar satu meter dari pusat target relatif terhadap intensitas suara yang mengenai target. Scattering Volume (SV) merupakan nilai rasio antara intensitas yang direfleksikan oleh suatu kelompok target yang berada pada suatu volume air tertentu (1m³) dan diukur pada jarak 1 meter dari target dengan intensitas suara yang mengenai target. Pengertian 5 SV ini mirip dengan pengertian TS, dimana TS untuk ikan tunggal sedangkan SV untuk mendeteksi kelompok ikan. Hasil pengambilan data yang diperoleh dari instrumen CruzPro adalah data yang berbentuk raw data, data tersebut diekstrak. Data yang telah di ekstrak disimpan dengan format ‘.txt’. Pengolahan data selanjutnya yaitu dengan mengunakan bahasa pemrograman (Lampiran 3) untuk menampilkan echogram dan menghasilkan nilai TS maupun SV. Setelah itu dilakukan perhitungan sehingga memperoleh nilai TS dan SV ikan Nila menggunakan Microsoft excel. Berikut diagram alir perolehan nilai TS dan SV ikan Nila. Gambar 2 di bawah ini merupakan tahapan perolehan nilai TS/SV ikan Nila. Nilai TS/SV tiap individu ikan Dikonversi ke dalam bentuk linear Hitung TS/SV linear rata-rata (x) Dilogaritmakan (10 log(x)) TS/SV rata-rata (dB) Gambar 3. Diagram alir perolehan nilai TS/SV ikan Nila TS atau SV rata-rata diperoleh dengan melinearkan terlebih dahulu, kemudian di rata-ratakan secara linear. Setelah itu, melogaritmakan nilai rata-rata linear dengan rumus 10log(x), dimana x merupakan nilai rata-rata linear. Nilai TS atau SV rata-rata dapat diperoleh dari: ππ ts = 10 ⁄10 ππ sv = 10 ⁄10 (linear)......................................................................(2) Μ = π‘π Μ Μ Μ = π π£ ∑ π‘π π ∑ π π£ π (linear rata-rata)..............................................................(3) Μ ππ Μ Μ Μ = 10 log π‘π Μ Μ Μ Μ Μ = 10 log π π£ ππ Μ Μ Μ (dB).........................................................................(4) 6 Keterangan: n = jumlah sampel ts = Target Strength linear sv = Scattering Volume linear Μ = Target Strength linear rata-rata π‘π Μ Μ Μ = Scattering Volume linear rata-rata π π£ Μ Μ Μ Μ = Target Strength rata-rata ππ Μ Μ Μ Μ = Scattering Volume rata-rata ππ Nilai dugaan TS berdasarkan panjang ikan dengan menggunakan rumus Foote (1987) pada pengukuran insitu target strength dengan metode akustik, karena ikan Nila memiliki gelembung renang terbuka (physostome) maka nilai rata-rata target strength mempunyai hubungan linear dengan nilai rata-rata panjang ikan (cm): Untuk ikan dengan gelembung renang terbuka (physostome): TS = 20log FL – 71.9 .................................................................................(5) Adapun perhitungan mencari nilai SV seperti pada persamaan (6): SV = 10 log ρ + Μ Μ Μ Μ π»πΊ , ρ = n / vol.cage....................................................... (6) Keterangan : ρ = densitas (ikan/m3) n = jumlah ikan Μ Μ Μ Μ = nilai rata-rata Target Strength ππ Pengolahan Data Akustik Secara akustik, ukuran panjang ikan (L) berhubungan linear dengan backscattering cross section (σ) menurut persamaan σ = a L2, yang dengan demikian hubungan antara Target Strength dengan panjang ikan (L) menjadi: TS = 20 log L + A.................................................................. (7) Dimana A adalah nilai Target Strength untuk 1 cm panjang ikan (normalized Target Strength) dengan nilai A adalah konstan. Persamaan (7) tersebut diasumsikan bahwa nilai backscattering cross section (σ) sebanding dengan area (penampang) panjang ikan (Simmonds dan MacLennan 2005). Untuk melihat pengaruh TS dengan panjang atau bobot dapat dimodelkan dengan persamaan regresi sederhana y = ax + b, dimana y adalah TS dan x adalah panjang atau bobot. Dalam analisis selanjutnya untuk melihat hubungan antara nilai TS dengan panjang dan berat ikan secara bersamaan digunakan analisis regresi linear berganda. Regresi linier berganda hampir sama dengan regresi linier sederhana, hanya saja pada regresi linier berganda variabel bebasnya lebih dari satu variabel penduga. Tujuan analisis regresi linier berganda adalah untuk mengukur intensitas hubungan antara dua variabel atau lebih dan membuat prediksi perkiraan hubungan antara satu peubah bebas yang lebih dari satu (x, independent variable) dan satu peubah tak bebas (y, dependent variable). dalam pengujian ini variabel bebasnya adalah ukuran panjang dan bobot ikan terhadap suatu peubah tak bebas, yaitu nilai TS ikan. Dalam menyatakan hubungan 2 variabel secara statistik ada yang disebut dengan koefisien 7 determinan (R2) yang menunjukkan seberapa besar variabel (x) untuk mewakili variabel (y) dengan satuan persen (%). Ada juga yang disebut koefisien korelasi (r) yang menyatakan hubungan kekerabatan antara variabel (x) dan variabel (y). Nilai korelasi (r) diperoleh dengan cara mengakar-kuadratkan nilai koefisien determinan (R2). Koefisien korelasi merupakan suatu ukuran hubungan antara dua variabel dengan skala -1 sampai +1. Semakin mendekati nilai +1 koefisien korelasinya (r), maka kedua variabel akan memiliki hubungan linear yang semakin positif. Begitu juga sebaliknya, semakin nilai r mendekati -1, maka kedua variabel akan memiliki hubungan linear yang semakin negatif. Jika nilai r nya adalah 0, maka kedua variabel tidak memiliki hubungan yang linear. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi lingkungan Semua pengukuran dilaksanakan di dalam kolam water tank Laboratorium Akustik Kelautan. Sebelum melakukan perekaman akustik, dilakukan pengukuran kondisi lingkungan perairan yaitu suhu perairan 27°C, pH yang terukur 7, salinitas 0 0⁄00 dengan kecepatan suara hasil perhitungan algoritma Leroy (1969) sebesar 1500.96 m/s. Data lingkungan ini kemudian akan digunakan dalam pengolahan data di Matlab untuk menghasilkan echogram. Karakteristik Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Ikan Nila adalah jenis ikan yang kehidupannya di air tawar. Ikan nila hidup di sungai, rawa, danau, waduk dan sawah. Pada daerah tropis ikan nila hidup dan tumbuh dengan baik sepanjang tahun pada lokasi sampai ketinggian 500 m diatas permukaan laut (Margolang 2009). Genus Oreochromis ini memiliki kemampuan penyesuaian yang begitu tinggi dan juga kemampuan toleransi terhadap kualitas dan situasi air pada sekitar yang lebar. Anggota-anggota dari ras ini bisa hidup pada kondisi lingkungan ekstrem sekalipun, karenanya sering ditemukan ikan nila dengan raga yang normal pada habitat-habitat di mana jenis ikan air tawar lainnya tak dapat hidup. Sesuai morfologi ikan nila hitam dapat dilihat pada Gambar 4. Klasifikasi ikan nila menurut Suyanto (2001) adalah sebagai berikut: Filum Subfilum Kelas Subkelas Ordo Famili Genus Spesies : Chordata : Vertebrata : Osteichytes : Acanthopterigii : Percomorphi : Cichlidae : Oreochromis : Oreochromis niloticus 8 Gambar 4. Oreochromis niloticus Secara fisiologi ikan Nila memiliki gelembung renang terbuka (physostome). Menurut Maclennan dan Simmonds (2005), secara akustik ikan dikelompokkan ke dalam 3 jenis berdasarkan gelembung renangnya, yaitu ikan gelembung renang tertutup (physoclist), ikan gelembung renang terbuka (physostomes), dan ikan tanpa gelembung renang (bladderless fish). Bentuk physostome memiliki gelembung renang yang berhubungan dengan saluran pencernaan, sedangkan bentuk physoclists (tertutup) tidak berhubungan dengan saluran pencernaan. Oleh karena itu, dalam pengukuran target strength ikan, pengetahuan mengenai golongan ikan yang diteliti perlu diperhatikan karena gelembung renang ikan dapat mengkontribusi lebih banyak nilai hamburbalik yaitu lebih dari 50% meskipun itu sebesar 5% dari volume tubuh ikan (Mitson 1983) Echogram Echogram merupakan tampilan pemeruman sinyal atau gambar hasil deteksi dengan mempergunakan alat akustik (fish finder/echosunder). Hasil perekaman tersebut dapat memberikan informasi kedalaman perairan, objek di kolom air serta tipe dasar perairan.Tampilan pada echogram berupa warna-warna yang memiliki karakteristik sendiri, biasanya sinyal yang kuat diwarnai merah/hitam sedangkan sinyal yang lemah diwarnai biru/abu-abu (MacLennan and Simmonds 2005). Berikut hasil echogram nilai TS dan SV pada Gambar 5 dan 6. Ikan Dasar Gambar 5. Tampilan echogram Target Strength 9 Gerombolan ikan Dasar Gambar 6. Tampilan echogram Scattering Volume Gambar 5 dan 6 menunjukkan echogram hasil pemeruman, dapat dilihat perbedaan banyaknya sinyal echo dari target. Echo adalah kekuatan pantulan sinyal yang datang dari objek yang terdeteksi. Gambar 4 menggambarkan echogram nilai Target Strength Ikan (single target) sedangkan Gambar 5 menggambarkan echogram nilai Scattering Volume dari 10 ikan (multi target). Daerah permukaan pada kedalaman 0-1 m kaya akan noise atau gangguan yang menyebabkan nilai menjadi tidak akurat. Pada pengukuran Target Strength, ikan berada pada kedalaman 1.20-1.40 m yang ditandai dengan warna kuning dan sedikit orange. Kemudian pada kedalaman 2.50 m terdeteksi dasar perairan. Pada echogram Scattering Volume yang gerombolan ikannya berada pada kedalaman sekitar 1.20 m, sinyal akustik pada nilai SV ditandai warna orange yang lebih banyak dibanding echogram TS. Namun pada kedalaman sekitar 1.50 m dan 2 m terlihat nilai echo yang juga ditandai warna orange dengan kisaran nilai hamburbalik sekitar di bawah -51 dB dan diduga itu adalah gangguan dari lingkungan akibat pengaturan depth range terlalu lebar dan akibat dasar perairan terlalu keras menyebabkan energi pantulan dari suara masih kuat sehingga tergambar nilai hamburbaliknya di echogram SV tersebut. Gangguan selama perekaman akustik diakibatkan oleh dua jenis gangguan ambient noise yaitu gangguan dari lingkungan dan gangguan dari alat itu sendiri dikenal dengan istilah self noise (Urick 1983). Echo yang datang dari individu ikan biasanya lebih lemah dibandingkan dengan yang berasal dari kelompok ikan. Echo terkuat yang diterima oleh receiver umumnya berasal dari dasar perairan. 10 Target Strength (TS) dan Scattering Volume (SV) Hasil pengukuran panjang cagak (Fork Length), bobot dan nilai TS rata-rata dari ikan Nila dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut : Tabel 3. Hasil pengukuran Target strength Panjang Jumlah Target Strength (dB) Ikan Bobot cagak (FL) data TS rataNila (g) (cm) (n) rata Min Max 148 1 19.00 51147 -52.65 -63.54 -44.59 125 2 16.60 55377 -52.75 -62.38 -44.88 170 3 19.40 48276 -52.15 -64.88 -44.59 118 4 17.80 55782 -52.13 -62.38 -44.59 133 5 18.00 55899 -52.57 -62.38 -44.45 195 6 21.30 49113 -51.45 -61.36 -44.45 160 7 18.60 55854 -52.23 -61.36 -44.45 180 8 20.50 56691 -51.34 -61.36 -44.45 145 9 19.70 64998 -51.61 -62.38 -44.59 202 10 20.20 58329 -51.91 -62.38 -44.46 Stdev ±2.69 ±2.69 ±2.37 ±2.51 ±2.94 ±3.03 ±2.82 ±2.98 ±2.65 ±2.69 Setelah dari masing-masing dari kesepuluh ikan nila diperoleh nilai TS rataratanya, maka dilakukan perhitungan nilai TS rata-rata ikan nila yaitu sebesar 52.08 dB. Nilai TS terendah yaitu -52.75 dB dengan panjang terkecil 16.60 cm dan berat 125 g. Nilai TS tertinggi yaitu -51.34 dB dengan panjang 20.50 cm dan berat 180 g. Sebaran nilai dari TS ikan nila berkisar antara -64.88 dB sampai -44.46 dB (Lampiran 4). Hal ini menjelaskan bahwa nilai TS sangat dipengaruhi oleh posisi ikan, gerakan ikan (yawing, rolling, pitching, heave, swaying, surging). Menurut Foote (1987), nilai rata-rata TS ikan berhubungan linear dengan ukuran panjang tubuh ikan tersebut. Nilai TS dari penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian Faisal (2010) yang nilai TS ikan nilanya berkisar antara -44.77 dB hingga -43.21 dB. Hal ini dikarenakan perbedaan ukuran panjang ikan yang digunakan dimana panjang ikan penelitian Faisal berkisar 20 – 24.70 cm. Faktor lainnya diduga adalah perbedaan program analisis pengolahan data yang digunakan serta kondisi alat yang digunakan. Adapun penelitian lainnya yaitu Fahmi (2013) yang memiliki nilai TS ikan nila berkisar antara -77.55 dB sampai -46.58 dB yang menggunakan instrumen Echosounder Simrad EY-60 dengan frekuensi 120 kHz dan menggunakan software Echoview versi 4.8 untuk pengolahan data akustik tersebut. 11 Nilai Sv pada kelompok ikan Nila dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini. Tabel 4. Nilai Scattering Volume Scattering Volume (dB) Jumlah ikan SV rata-rata Min Max Stdev 2 -50.49 -58.85 -47.47 ±1.96 3 -50.09 -57.01 -47.47 ±1.85 4 -50.36 -57.44 -47.61 ±2.32 5 -50.05 -55.49 -47.47 ±1.74 6 -49.98 -55.85 -47.47 ±2.13 7 -49.91 -59.37 -47.47 ±2.30 8 -49.75 -55.85 -47.47 ±1.67 9 -49.14 -59.37 -47.47 ±1.24 10 -49. 65 -59.37 -47.47 ±1.86 Nilai SV yang diperoleh pada kelompok ikan nila ini berkisar antara -50.49 dB sampai -49.14 dB. Nilai Sv tertinggi diperoleh saat jumlah ikan sebanyak 9 ekor. Nilai SV yang diperoleh saat jumlah ikan 9 ekor tidak termasuk jumlah terbanyak namun memiliki nilai SV yang tertinggi dibandingkan saat jumlah ikan 10 ekor. Nilai SV ini belum sesuai teori yaitu bahwa semakin banyak jumlah ikan yang di deteksi, maka nilai SV akan semakin tinggi, karna semakin banyak echo yang di pantulkan oleh obyek. Hal ini diduga disebabkan ada satu ekor ikan yang selama perekaman data sering berada di atas keramba bahkan dekat dengan transduser sehingga tidak ikut terdeteksi sebagai gerombolan ikan walaupun ke sepuluh ikan berada dalam keramba. Nilai SV terendah diperoleh kelompok 2 ekor ikan nila dengan nilai -50.49 dB. Nilai standar deviasi yang diproleh dalam penelitian ini yaitu kisaran ±1.24 sampai ±2.30. Nilai standar deviasi menyatakan keberagaman nilai SV yang diperoleh. Semakin besar nilai standar deviasi maka nilai SV yang di deteksi semakin beragam. Hubungan Panjang dan Bobot Ikan terhadap Target Strength Telah banyak penelitian yang menjelaskan tentang hubungan nilai TS terhadap ukuran panjang ikan, namun masih sedikit hubungan nilai TS terhadap bobot ikan. Ukuran panjang ikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap nilai TS ikan. Dari ukuran panjang dan bobot dibuat hubungan untuk mengetahui seberapa jauh suatu variabel panjang dan bobot mempengaruhi nilai TS. Di bawah ini merupakan grafik hubungan nilai TS terhadap panjang dan bobot ikan. Gambar 7 merupakan grafik hubungan antara nilai TS pengukuran terhadap ukuran panjang ikan. Sumbu x merupakan panjang ikan (Fork Length) dalam logaritmik dengan satuan cm dan sumbu y merupakan nilai TS dengan satuan dB. Pada gambar tersebut terlihat persamaan regresi TS = 12.79 log(FL) – 68.45. Hubungan antara TS dengan ukuran panjang ikan dapat dijelaskan sebesar 0.69 (R2 = 69.07%). Nilai ini juga dihasilkan dari grafik hubungan TS pengukuran dengan TS perhitungan (Lampiran 5). Ini mengindikasikan bahwa ukuran FL dapat mempengaruhi TS sebesar 69.07% sedangkan 30.93% dipengaruhi oleh faktor lainnya, seperti tingkah laku ikan dan posisi ikan terhadap transduser. Adapun 12 setelah melalui proses normalisasi diperoleh dugaan persamaan TS = 20 log FL – 77.67 dengan nilai A menjadi -77.67 yang merupakan nilai konstan. Bila nilai log FL bertambah 1 satuan maka nilai TS akan naik sebesar 20 dB dari semula. Menurut Supranto (2004) jika nilai R2 bernilai kurang dari 0.50 maka hubungan antara variabel x dan y bersifat lemah. Selain itu, ada juga koefisien korelasi (r) yang menyatakan hubungan kekerabatan antara variabel x dan y. Koefisien korelasi diperoleh dengan mengakar kuadratkan koefisien determinasi sehingga nilai r yang diperoleh yaitu 0.83. Hubungan antara nilai TS dengan ukuran panjang ikan adalah berkolerasi positif dan kategori hubungannya tergolong sangat erat karena r>=0.75 -51,2 TS = 12.79 log(FL) - 68.45 R² = 0.69 TS Pengukuran (dB) -51,4 y = 0.29x - 57.74 R² = 0.70 -51,6 -51,8 -52 -52,2 -52,4 -52,6 -52,8 -53 1,2 1,25 Log FL 1,3 1,35 16 18 20 Fork Length (cm) 22 Gambar 7. Grafik hubungan antara panjang tubuh ikan dengan TS Grafik hubungan antara bobot tubuh ikan dengan TS (Gambar 8) memiliki persamaan TS = 3.91 log(W) – 60.64 dan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.39 atau 39.34%. Bahwa bobot tubuh ikan mempengaruhi nilai TS sebesar 39,34%. Seperti yang diungkapkan oleh (Maclennan 2005) bahwa kekenyalan tubuh ikan juga berpengaruh terhadap nilai TS meskipun sedikit, semakin berat tubuh ikan maka tubuhnya akan semakin kenyal sehingga memancarkan echo yang tinggi. Menurut Godlewska (2004), hubungan antara panjang ikan dan TS umumnya jauh lebih kuat dibandingkan hubungan antara berat ikan dan TS yang lebih lemah. Karena nilai R2 kurang dari 0,5 maka hubungan antara variabel x (bobot tubuh ikan) dengan variabel y (TS) bersifat lemah. Hal ini diduga karena kurang ketelitian dalam penimbangan bobot ikan. Sedangkan untuk nilai koefisien korelasi (r) diperoleh sebesar 0.63 sehingga memiliki hubungan linear yang positif dengan kategori hubungan antara bobot tubuh ikan dengan TS yaitu tergolong erat. Hubungan bobot ikan nila terhadap nilai TS dapat dilihat pada Gambar 8. 13 -51,2 TS Pengukuran (dB) -51,4 -51,6 -51,8 R² = 0.40 -52 -52,2 TS = 3.91 log(W) - 60.64 R² = 0.39 -52,4 -52,6 -52,8 -53 2 2,1 2,2 2,3 Log W 2,4 100 150 Bobot tubuh (g) 200 Gambar 8. Grafik hubungan antara bobot tubuh ikan dengan TS Besarnya pengaruh variabel panjang dan bobot tubuh ikan secara bersamaan terhadap dampak TS ikan Nila, maka akan dilakukan uji regresi linier berganda. Model persamaan yang dihasilkan dari Gambar 9 adalah TS (dB)= -69.90 + 18.20 log (FL) – 2.50 log(W) dan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 72.90%. Nilai koefisien log(FL) sebesar 0.41 ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan FL satu satuan maka variabel TS akan naik sebesar 18.20 dB dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain adalah tetap. Namun untuk nilai koefisien log(W) sebesar 2.50 dan bertanda negatif, ini menunjukkan bahwa bobot mempunyai hubungan yang berlawanan arah dengan TS. Hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan bobot satu satuan maka variabel TS akan turun sebesar 2.50 dB. Gambar ini menunjukkan bahwa nilai residual berdistribusi normal karna plot mengikuti garis lurus. Dari dua variabel bebas yang paling mempengaruhi yaitu panjang tubuh ikan karena pertambahan panjang tidak sebanding dengan pertambahan berat (allometrik). Hal ini sesuai menurut Makmur (2011) bahwa pertumbuhan ikan nila di Danau Tempe bersifat alometrik (b ≠ 3) pada selang kepercayaan 95% yaitu pertambahan panjang berbanding terbalik dengan pertambahan bobot tubuh ikan. Normal Probability Plot TS (dB) = -69.9 + 18.2 log FL - 2.50 log W R-Sq = 72.9% 99 95 90 Percent 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 -0,50 -0,25 0,00 Residual 0,25 0,50 Gambar 9. Grafik hubungan TS, FL dan bobot 0,75 14 Hubungan Densitas Ikan terhadap Scattering Volume Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan nilai SV menurut persamaan 6: Tabel 5. Hasil perhitungan nilai SV Densitas Jumlah TS rata-rata (ikan/m3) ikan (dB) 2 2.01 -48.13 3 3.01 -47.08 4 4,.01 -47.34 5 5.02 -47.05 6 6.02 -46.97 7 7.02 -47.19 8 8.02 -46.74 9 9.03 -46.13 10 10.03 -46.64 Perhitungan SV SV (dB) SV (e-5) -45.11 3.08 -42.29 5.89 -41.31 7.39 -40.05 9.89 -39.17 12.09 -38.74 13.38 -37.69 17.01 -36.57 22.03 -36.63 21.75 Mean SV (e-5) Pada Tabel 5 terlihat secara keseluruhan nilai SV yang diperoleh menunjukkan bahwa makin banyak jumlah ikan yang dideteksi maka nilai SV semakin besar. Melalui nilai Sv juga dapat dihitung stok sumberdaya ikan di kolom perairan. Nilai SV yang diperoleh berkisar antara -45.11 hingga -36.57 dB. Nilai SV tertinggi berada saat jumlah 9 ikan sedangkan nilai SV terendah ditemukan saat jumlah ikan sedikit yaitu 2 ikan. Untuk menghitung nilai SV terlebih dahulu harus diketahui nilai TS dan densitas ikan pada kolom perairan. Ketiga parameter tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lainnya. Gambar 10 merupakan grafik hubungan antara SV dengan densitas baik nilai SV dari hasil perhitungan maupun nilai SV dari pengolahan data. Nilai SV bernilai hingga empat desimal dibelakang koma sehingga nilai SV (e-5). Pada grafik tersebut terlihat secara keseluruhan nilai SV berdasarkan perhitungan lebih tinggi dan beragam. Namun nilai R2 dari hasil perhitungan data SV lebih rendah bila dibandingkan nilai SV hasil pengolahan data. Diperoleh nilai R2 tertinggi sebesar 0,724 pada pengolahan data SV. Berdasarkan nilai R2 tersebut, kedua grafik korelasi tersebut memiliki hubungan yang positif dimana mendekati nilai 1. 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 y = 2.3898 log(x) - 1.8232 R² = 0.9745 Perhitungan nilai SV Pendugaan nilai SV y = 0,0299x + 0,8388 R² = 0,724 0 2 4 6 8 10 12 Densitas (ikan/m3) Gambar 10. Grafik hubungan antara densitas ikan dengan SV 15 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa hubungan nilai TS rata-rata dari ikan nila menunjukkan adanya hubungan erat positif terhadap ukuran panjang ikan maupun terhadap bobot tubuh ikan. Scattering volume dan densitas ikan memiliki hubungan yang sangat erat. Semakin tinggi nilai densitas ikan maka nilai SV akan semakin tinggi. Saran Diharapkan adanya penelitian lanjutan dengan adanya penambahan jumlah dengan ukuran yang lebih bervariasi serta perlakuan terhadap sudut orientasi berbeda-beda dari posisi horizontal ikan terhadap sumber akustik agar terlihat perubahan nilai TS (Target Strength) pada masing-masing ikan secara signifikan. Serta adanya perhitungan volume gelembung renang ikan untuk mengetahui pengaruh volume gelembung renang terhadap nilai TS. DAFTAR PUSTAKA Achmadi A, Hestirianoto T, Manik H M. 2014. Deteksi schooling ikan pelagis dengan metode hidroakustikdi perairan Teluk Palu, Sulawesi Tengah. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. 5(2):129-137 Ahmad F. 2010. Pengukuran target strength beberapa spesies ikan dalam kondisi terkontrol di labotarium Akustik kelautan menggunakan Quantified fish finder [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Coates, R. F. W. 1990. Underwater Acoustic System. Mac Millan Education, ltd. 188p Godlewska, Malgorzata. 2004. Target strength of freshwater fishes at 420 khz measured in cages. International Centre for Ecology, Polish Academy of Sciences. 5:92 Εomianki, Konopnickiej 1, Poland Fahmi Z dan Wijopriono. 2013. Acousticclassification of freshwater fish species using artificial neural network: evaluation of the model Performance. Ind.Fish.Res.J. 19(1):19-24 Fauziyah dan Jaya A. 2010. Densitas ikan pelagis kecil secara akustik di Laut Arafura. Jurnal Penelitian Sains. 13(1):13-16. Foote, K.G. 1987. Fish Target Strength For Use in Echo Integrator Surveys. J. Acoustic Soeof America (JASA). Bergen. MacLennan DN, Copland PJ, Armstrong E, Simmonds EJ. 2004. Experiments on the discrimination of fish and seabed echoes. ICES Journal of Marine Science. 61:201-210. MacLennan DN dan Simmonds EJ. 2005. Fisheries acoustic, 2nd edition. Blackwell Science. Oxford.UK.437p Makmur S. 2011. Karakteristik biologi beberapa jenis ikan Introduksi di Danau Tempe, Sulawesi Selatan. Di dalam: Sugianti Y, Widarmanto N, Warsa A, Rahmia M, Hedianto DA, Arifin A, Prasetia EE, Atmojo SD, editor. Konservasi bagi Kelestarian Sumberdaya dan Kestabilan Produksi Ikan dan 16 Forum Nasional Pemacuan Sumberdaya Ikan III. [Internet]. [Bandung, 18 Oktober 2011]. Purwakarta (ID): BP2KSI. hlm KSI-26 [diunduh 2016 Feb 18]. Tersedia pada http://repository.ugm.ac.id/32375/1/Lembar_Ke13_Potensi_Ekosistem_Hutan_Mangrove_untuk_pengembangan.pdf Manik HM. 2009. Measurement of acoustic reflection of tuna fish using echosounder instrument. Jurnal Ilmu Kelautan. 14(2):84-88. Mitson RB. 1983. Fisheries Sonar (incorporating Underwater Observation using Sonar). Fishing News Books ltd. England. Rizkiawan A. 2012. Analisa karakter reproduksi ikan nila hitam (Oreochromis Management and Technology. 1(1):48-62. Simbolon LU. 2011. Analisis pendugaan target strength terhadap ukuran panjang ikan dalam kondisi terkontrol di perairan Pulau Kongsi, Kepulauan Seribu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Supranto MA. 2004. Analisis Multivariat: Arti dan Interpretasi. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta. Suyanto SR. 2001. Budidaya Ikan Nila. Cetakan ke-1. Jakarta: Penebar Swadaya Urick, J.1983. Principle of Underwater Acoustic. Mc Graw Hill. New York 17 Lampiran 1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Ikan Nila 1 Ikan Nila 2 Ikan Nila 3 Ikan Nila 4 Ikan Nila 5 Ikan Nila 7 Ikan Nila 6 Ikan Nila 8 18 Ikan Nila 9 Ikan Nila 10 Lampiran 2 Alat dan dokumentasi kegiatan CruzPro Fishfinder Keramba saat perekaman SV Tampilan echogram Pengukuran suhu Transduser 19 Lampiran 3 Syntax pemrosesan data akustik %clear all; clc; disp('============================') disp('Program Matlab CRUZPRO') disp('MARINE SCIENCE AND TECHNOLOGY - IPB') ORIGINAL BY Dr. Henry M. Manik , S.Pi., MT UPDATE BY Asep Ma’mun M.Si disp('============================') %% Rumusan Dasar %% % EL=SL-2TL+TS+2DI % EL= SL-2*(20LOG10(RR)-2(alp)(RR))+TS+2DI % SL=10*log10(p) % p=((rho*C*Pa*Sig*DI)/4*phi)) % Pe=v^2/R % k = 2*phi*F/C % V = phi*(r^2)*t %% Memasukan variabel %% % a= 0.045; % Pa = 53.9; %v = 12; %R = v/15; % hambatan %r = 0.5; %t = 1; %phi=3.14; %T=27; %alp = 0.006940; disp('---------------------------------') disp('Parameter Alat') disp('---------------------------------') disp('Masukan Nilai :') F=input('Frekuensi(Hz) = '); a=input('Diameter Transduser(m)= '); t=input('Durasi Pulsa(s)='); disp('PRESS ENTER !!!') pause % Press any key to continue. clc; disp('---------------------------------') disp('Kalibrasi-Parameter Lingkungan') disp('---------------------------------') disp('# KECEPATAN SUARA #') disp('Masukan Nilai :') %Sound Speed formula% s=input('Salinitas(permil)= '); T=input('Temperatur(C)= '); D=input('Kedalaman Pengukuran(m)='); [C1,C2,C3,C4]=soundspeed(s,T,D); 20 disp(['1.C_Leroy (1969)=',num2str(C1)]); disp(['2.C_Medwin (1975)=',num2str(C2)]); disp(['3.C_Mackenzie (1981)=',num2str(C3)]); disp(['4.C_Del Grosso=',num2str(C4)]); pilih=input('pilihan anda(1-4)->'); switch pilih case 1 C=C1; disp(['Leroy (1969)=',num2str(C1)]); case 2 C=C2; disp(['Medwin (1975)=',num2str(C2)]); case 3 C=C3; disp(['Mackenzie (1981)=',num2str(C3)]); case 4 C=C4; disp(['Del Grosso=',num2str(C4)]); end disp('PRESS ENTER !!!') pause % Press any key to continue. clc; disp('#ABSORPSI KOEFISIEN(Francois-Garrison)#') disp('Masukan Nilai :') ph=input('Ph = '); clc; FF=F/1000000; DD=D; [alpha]=koefabsorbsi(C,DD,s,T,ph,FF); disp('===========================') disp(['Koef.Absorpsi=',num2str(alpha)]); ld= C/F; % rho=1000; %Vreff=6.5043e-004; % beamwidth [beamwidth]=beamwidth(ld,a); disp(['Lebar Beam =',num2str(beamwidth)]); disp('===========================') disp('PRESS ENTER !!!') pause % Press any key to continue. %% Perhitungan Variabel %% %k =2*phi*F/C ; %DI=(k*a)^2; %Pe=v^2/R; %Sig=(Pa/Pe)*0.01; %p=(((rho*C*Pa*Sig*DI)/4*phi)^0.5); %% instrument parameter %% 21 r=2; % Jarak target dari permukaan transducer (m) %-----------------------------------------------------% AG0=-53.78; %amplifier gain RS=-185;% Receiving sensitivity 200 kHz RS2=-173;% Receiving sensitivity 50 kHz AGTR=10^(AG0/10); RSTR=10^(RS/10); KTRlin=AGTR*RSTR; KTR=20*log10(KTRlin); SL=163; % Source Level 200 kHz alpha=0.07898; % koef absorpsi untuk 200 kHz, Fisheries Acoustic Book TL=20*log10(r)+2*alpha*r; %count=12; % contoh count makscount=255; % 8 bit %VR=20*(log10((count*10)/makscount)); jumrec=1; % jumlah receiver AVG=20*log10(jumrec);% array voltage gain %% load data melalui workspace %% clc file=input('Masukan Nama File='); %% inisialisasi data ke 'variabel data=file; aa=data(101:size(data,1),18:size(data,2)); aaa=rot90(aa); aaaa=aaa.*0.218577; VR=20*log10((aaaa)/makscount); SS=-RS-SL+2*TL+VR-AVG+AG0; %% Revebrasi Level %% RL=SL-2*TL+SS+10*log10(beamwidth)+10*log10(C*t/2)+10*log10(r); %% Scattering Volume %% % SV=10*log10(dens)+TS SV=RL-SL+2*TL-10*log10(beamwidth)-10*log10(C*t/2)-10*log10(r^2); %% SV,Furusawa %% %SV=VR+20*log10(r)+2*r*(alpha/1000)-10*log10(C*t/2)+19.1; %%rata-rata target strength%% NN=size(aa,2); NNN=NN-11; ff=aa(:,1:NNN); hh=mean(ff); hhh=hh.*0.218577; VR1=20*log10((hh)/makscount); SS1=-RS-SL+2*TL+VR1-AVG+AG0; %% rata-rata RL %% RLr=SL-2*TL+SS1+10*log10(beamwidth)+10*log10(C*t/2)+10*log10(r); %% rata-rata SV %% % SV=10*log10(dens)+TS SVv=RLr-SL+2*TL-10*log10(beamwidth)-10*log10(C*t/2)-10*log10(r^2); %% Echo Level %% EL=SL-2*TL+SS; 22 EL1=SL-2*TL+SS1; %% Fast Fourier Transform %% m = length(hh); % Window length n = pow2(nextpow2(m)); % Transform length y = fft(hh,n); % DFT xfft = abs(fft(y)); f = (0:n-1)*(F/n); % Frequency range FF= ceil(f); power = xfft.*conj(xfft)/n; % Power of the DFT PWR= ceil(power); PWR1=rot90(PWR); [lamda,range,N,dpt,Y,YX,YY,X,XX,N1,dpt1,Y1,YX1,YY1,X1,time]=kedalaman (C,F,aaa,ff,hh); %% Figure 1 %% figure('Name','Time Series of Target Strength','NumberTitle','on') imagesc(X,YY,SS); colorbar('XTickLabel',{'TS (dB)'},'XTick',[1],... 'XAxisLocation','bottom'); % propertis % title ('1') ylabel('Depth (m)') xlabel('Time (s)') %% Figure 2 %% figure('Name','Time Series of Scattering Volume','NumberTitle','on') imagesc(X,YY,SV); colorbar('XTickLabel',{'SV (dB)'},'XTick',[1],... 'XAxisLocation','bottom'); % propertis % title ('2') ylabel('Depth (m)') xlabel('Time (s)') 23 Lampiran 4 Grafik Sebaran Target Strength pada Ikan Nila 1. Ikan Nila 1 (FL = 19 cm, bobot = 148 g) 10000 n = 51147 Frekuensi 8000 6000 4000 2000 0 -63.48-62.07-60.66-59.25-57.84-56.43-55.02-53.61-52.20-50.79-49.38-47.97-46.56-45.15-43.74 -64.88-63.47-62.06-60.65-59.24-57.83-56.42-55.01-53.60-52.19-50.78-49.37-47.96-46.55-45.14 Target Strength (dB) 2. Ikan Nila 2 (FL = 16,6 cm; bobot = 125 g) 14000 12000 n = 55377 Frekuensi 10000 8000 6000 4000 2000 0 -63.48-62.07-60.66-59.25-57.84-56.43-55.02-53.61-52.20-50.79-49.38-47.97-46.56-45.15-43.74 -64.88-63.47-62.06-60.65-59.24-57.83-56.42-55.01-53.60-52.19-50.78-49.37-47.96-46.55-45.14 Target Strength (dB) 24 3. Ikan Nila 3 (FL = 19,4 cm; bobot = 170 g) 14000 12000 n = 48276 Frekuensi 10000 8000 6000 4000 2000 0 -63.48-62.07-60.66-59.25-57.84-56.43-55.02-53.61-52.20-50.79-49.38-47.97-46.56-45.15-43.74 -64.88-63.47-62.06-60.65-59.24-57.83-56.42-55.01-53.60-52.19-50.78-49.37-47.96-46.55-45.14 Target Strength (dB) 4. Ikan Nila 4 (FL = 17,8 cm; bobot = 118 g) 16000 14000 n = 55782 12000 Frekuensi 10000 8000 6000 4000 2000 0 -63.48-62.07-60.66-59.25-57.84-56.43-55.02-53.61-52.20-50.79-49.38-47.97-46.56-45.15-43.74 -64.88-63.47-62.06-60.65-59.24-57.83-56.42-55.01-53.60-52.19-50.78-49.37-47.96-46.55-45.14 Target Strength (dB) 25 5. Ikan Nila 5 (FL = 18 cm; bobot = 133 g) 12000 10000 n = 55899 Frekuensi 8000 6000 4000 2000 0 -63.48-62.07-60.66-59.25-57.84-56.43-55.02-53.61-52.20-50.79-49.38-47.97-46.56-45.15-43.74 -64.88-63.47-62.06-60.65-59.24-57.83-56.42-55.01-53.60-52.19-50.78-49.37-47.96-46.55-45.14 Target Strength (dB) 6. Ikan Nila 6 (FL = 21,3 cm; bobot = 195 g) 10000 n = 49113 Frekuensi 8000 6000 4000 2000 0 -63.48-62.07-60.66-59.25-57.84-56.43-55.02-53.61-52.20-50.79-49.38-47.97-46.56-45.15-43.74 -64.88-63.47-62.06-60.65-59.24-57.83-56.42-55.01-53.60-52.19-50.78-49.37-47.96-46.55-45.14 Target Strength (dB) 26 7. Ikan Nila 7 (FL = 18,6 cm; bobot = 160 g) 14000 12000 n = 55854 Frekuensi 10000 8000 6000 4000 2000 0 -63.48-62.07-60.66-59.25-57.84-56.43-55.02-53.61-52.20-50.79-49.38-47.97-46.56-45.15-43.74 -64.88-63.47-62.06-60.65-59.24-57.83-56.42-55.01-53.60-52.19-50.78-49.37-47.96-46.55-45.14 Target Strength (dB) 8. Ikan Nila 8 (FL = 20,5 cm; bobot = 180 g) 14000 12000 n = 56691 Frekuensi 10000 8000 6000 4000 2000 0 -63.48-62.07-60.66-59.25-57.84-56.43-55.02-53.61-52.20-50.79-49.38-47.97-46.56-45.15-43.74 -64.88-63.47-62.06-60.65-59.24-57.83-56.42-55.01-53.60-52.19-50.78-49.37-47.96-46.55-45.14 Target Strength (dB) 27 9. Ikan Nila 9 (FL = 19,7 cm; bobot = 145 g) 14000 12000 n = 64998 Frekuensi 10000 8000 6000 4000 2000 0 -63.48-62.07-60.66-59.25-57.84-56.43-55.02-53.61-52.20-50.79-49.38-47.97-46.56-45.15-43.74 -64.88-63.47-62.06-60.65-59.24-57.83-56.42-55.01-53.60-52.19-50.78-49.37-47.96-46.55-45.14 Target Strength (dB) 10. Ikan Nila 10 (FL = 20,2 cm; bobot = 202 g) 14000 12000 n = 58329 Frekuensi 10000 8000 6000 4000 2000 0 -63.48-62.07-60.66-59.25-57.84-56.43-55.02-53.61-52.20-50.79-49.38-47.97-46.56-45.15-43.74 -64.88-63.47-62.06-60.65-59.24-57.83-56.42-55.01-53.60-52.19-50.78-49.37-47.96-46.55-45.14 Target Strength (dB) 28 Lampiran 5 Grafik antara TS pengukuran dengan TS perhitungan -51,2 -51,4 TS Pengukuran (dB) -51,6 -51,8 R² = 0.6907 -52 -52,2 -52,4 -52,6 -52,8 -53 -48 -47,5 -47 -46,5 TS Perhitungan (dB) -46 -45,5 -45 29 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 16 Februari 1995 dari ayah Khairil dan ibu Lizawati. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Tahun 2012 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 10 Medan dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi masuk IPB di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum Dasar-Dasar Instrumentasi Kelautan tahun ajaran 2014/2015, asisten praktikum Instrumentasi Kelautan 2015/2016 dan asisten praktikum Dasar-Dasar Akustik Kelautan tahun ajaran 2015/2016. Penulis aktif menjadi anggota perkumpulan Marine Instrumentation and Telemetry IPB sejak Mei 2015. Penulis juga pernah menjadi Pengurus Divisi Biro Usaha Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan tahun 2015. Penulis juga pernah mengikuti Kompetisi Muatan Roket dan Roket Indonesia (KOMURINDO) dan meraih juara desain pada tahun 2015. Dalam rangka penyelesaian studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melakukan penelitian dengan judul “Pendugaan Nilai Hambur Balik Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Metode Hidroakustik”.