PERILAKU PACARAN DIKALANGAN PELAJAR SMP NEGERI 1 BELAT DI DESA PENARAH KECAMATAN BELAT KABUPATEN KARIMUN Naskah Publikasi Oleh MUHAMAD DAUD NIM: 100569201024 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016 1 SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang disebut dibawah ini: Nama : MUHAMAD DAUD NIM : 100569201024 Jurusan/Prodi : SOSIOLOGI Alamat : Jl.Batu kucing No.40 Nomor TELP : 081276070011 Email : [email protected] Judul Naskah : Perilaku Pacaran Dikalangan Pelajar Smp Negeri 1 Belat Di Desa Penarah Kecamatan Belat Kabupaten Karimun. Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan untuk dapat diterbitkan. Tanjungpinang, 26 Febuari 2016 Yang menyatakan, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Siti Arieta, M.A NIP.198304062015042002 Rahma Syafitri, M.Sos NIP.198508202015042001 2 PERILAKU PACARAN DIKALANGAN PELAJAR SMP NEGERI 1 BELAT DI DESA PENARAH KECAMATAN BELAT KABUPATEN KARIMUN Muhamad Daud [email protected] Siti Arieta,M.A [email protected] Rahma Syafitri ,M.Sos [email protected] ABSTRAK Sekolah memiliki peran yang penting dalam perkembangan pembentukan fase remaja yang dialami oleh para remaja yang masih bersekolah.Dampak pengaruh teman sepermainan pada perilaku pacaran cenderung mengalami peningkatan seiring dengan berbagai macam perkembangan zaman yang mengakibatkan perubahan nilai di dalam kehidupan masyarakat. Apalagi perilaku pacaran tersebut berada di lingkungan sekolah yang dilaukan oleh kalangan remaja dalam statusnya sebagai pelajar sekolah pada tingkat SMP. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh teman sepermainan terhadap perilaku pelajar SMP Negeri 1 Belat di Desa Penarah Kecamatan Belat Kabupaten Karimun.Adapun halhal yang di oprasional adalah:1.) Hasil Sosialisasi yang Tidak Sempurna (ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan). Apabila proses sosialisasi tidaksempurna,maka dapat melahirkan suatu perilaku menyimpang.Seperti yang dipelajari khususnya perilaku pacaran terutama pada perilaku dan motif-motif dari dalam individu tersebut,serta alasan kenapa seorang induvidu mempelajari khususnya prilaku pacaran karena ia merupakan seorang yang dilikuen. 2). Proses Belajar yang Menyimpang Dalam proses belajar ini terjadi karena melalui interaksi sosial dengan orang lain terutama dengan orang-orang yang memiliki perilaku menyimpang dan sudah berpengalaman dalam hal menyimpang.Interaksi merupakan proses dari komunikasi baik lisan maupun tulisan yang dilakukan secara intim.3).Hasil Sosialisasi dari Nilai-nilai Subkebudayaan yang Menyimpang seperti dalam mempelajari bentuk-bentuk prilaku pacaran seorang individu atau kelompok teman sepermainan memandang bahwa aturan memiliki peluang untuk dilanggar dari pada aturan itu dilihat sebagai sesuatu yang harus dipatuhi . Dalam penelitian ini melihat bentuk-bentuk perilaku pacaran dari Kissing, Necking dan petting. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif.Lokasi penelitian ini berada di SMP Negeri 1 Belat, Desa Penarah Kecamatan Belat Kabupaten Karimun.Penelitian ini mengunakan proposive sampling sehingga Informan dalam penelitian ini berjumlah 12 orang.Penelitian ini menggunakan teori (Acep Derby, 2012) Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang tidak terjadi begitu saja tanpa adanya sebab-sebab yang menyertainya, karena perilaku menyimpang berkembang melalui interaksi sosial dan adanya kesempatan untuk berperilaku menyimpang.perilaku seperti Kissig,,Necking dan Petting.jelas melangar nilai norma karena dapat merusak generasi bangsa. Kata Kunci :Pengaruh Teman Sepermainan,Sekolah,Pacaran. 3 Courtship behavior among students of SMP Negeri 1 IN THE VILLAGE plane splint splint DISTRICT DISTRICT KARIMUN Muhamad Daud [email protected] Siti Arieta,M.A [email protected] Rahma Syafitri ,M.Sos [email protected] ABSTRACT Schools have an important role in the development of the formation of adolescent phase experienced by the teenagers who still go to school.Impact influence playmates in courtship behavior tends to increase in line with a variety of the times that result in changes in the value of people's lives. Moreover, the courtship behavior are a school that dilaukan by teenagers in his status as a student in junior high school. The purpose of this study to determine the effect on the behavior of students playmates SMP Negeri 1 plane splint in the Village District Subdistrict Belat Karimun.The things in Operations is: 1). Something that I learned that particular courtship behavior.especially the behavior and motives of the individuals,as well as the reason why a indivdu learn particular behaviors courtship because he is a dilikuen ( juvenile delinquency is limited mindset ) among students of SMP Negeri 1 Splints , Karimun. 2). Interaction is a process of communication, both oral and written performed intimately. In this study the interaction of students with a group of playmates at SMP Negeri 1 Splints and in an environment where the occurrence of the courtship behavior. 3). The forms of courtship behavior and time in the process of studying the forms of courtship behavior of an individual or a group of playmates considers that the rule has a chance to be broken of the rules was seen as something that must be obeyed. This research is descriptive kualitatif. locations this study were in SMP Negeri 1 splint , splint Subdistrict Regency Village Karimun. Research plane is using proposive sampling so that informants in this study amounted to 12 people. This study uses the theory of Edwin H. Sutherland's Differential Association regarding the social distortion which emphasizes all behavior with the learning process as stated in 9( nine) proposition. behavior such as necking and Petting.Perilaku Kissig ,they do not because this should be adequate for melagar clear rules in schools and also violates the norm value because it can damage young generation.So these opportunities utilized by students for good relationship in the school environment such as in the hall,canteen,laboratory,and the mosque Keywords : Effects of playmates , school , dating . 4 1 . PENDAHULUAN dirinya ke dalam aktivitas teman sebaya A. Latar Belakang yang sedang berlangsung. Sulivan dalam Perkembangan zaman yang identik Santrock (2003) menambahkan alasan dengan kemajuan dibidang ilmu teknologi bahwa remaja belajar menjadi teman yang memudahkan segala aktivitas individu dan memiliki kemampuan dan sensitif terhadap masyarakat hubungan dalam segala hal.Namun yang lebih akrab dengan kemajuan dan perkembangan zaman tidak menciptakan persahabatan yang lebih dekat sekedar dengan teman sebaya yang dipilih. memberi dampak positifbagi masyarakat.Kebudayaan yang telah tercipta dari hasil karya sebelumnya, pacaran adalah menjalankan suatu hubungan mengalami gesekan antara kebudayaan yang dimana dua orang bertemu dan melakukan baru dan kebudayaan lama. Tidak hanya serangkaian aktivitas bersama agar dapat sekedar perubahan dan gesekan yang terjadi saling mengenal satu sama lain. Dan pacaran dari hasil wujud kebudayaan yang telah itu adalah kegiatan bersenang-senang antara tercipta sebelumnya, akan tetapi nilai dan pria dan wanita yang belum menikah, norma-norma terjaga dimana hal ini akan menjadi dasar utama mengalami perubahan dan pelunturan dari yang dapat memberikan pengaruh timbal arus perkembangan tersebut. Kurangnya balik untuk hubungan. Pacaran merupakan kontrol sosial menjadi salah satu pemicu fenomena yang relatif baru, sistem ini baru terjadinya hal tersebut, yang dilakukkan muncul setelah perang dunia pertama terjadi. dalam Hubungan yang manusia Menurut DeGenova & Rice (2005) semestinya bentuk-bentuk perilaku pria dan wanita sebelum penyimpangan.Perilaku menyimpang yang munculnya pacaran dilakukan secara formal, dilakukkan dimana pria datang mengunjungi pihak lebih mengarah pada perkembangan zaman yang mengikuti trend wanita kebarat-baratan atau westernisasi. Murstein (dalam Watson, 2004) mengatakan Pengaruh teman sebaya dapat dan keluarganya. Sementara bahwa pada saat seorang individu menjalin berpengaruh positif dan negatif. Piaget hubungan dalam bahwa menunjukkan beberapa tingkah laku seperti melalui interaksi teman sebayalah anak-anak memikirkan sang kekasih, menginginkan dan remaja belajar mengenal pola hubungan untuk sebanyak mungkin menghabiskan yang timbal balik dan setara. Anak-anak waktu dengan kekasih dan sering menjadi menggali tidak realistis terhadap penilaian mengenai keadilan (Santrock) menekankan prinsip-prinsip dengan ketidaksetujuan kejujuran cara dengan teman dan mengatasi pacaran, mereka akan kekasih sebaya. Fenomena mengenai perilaku pacaran Mereka juga belajar mengamati dengan teliti ternyata terdapat pada para remaja atau minat dan pandangan teman sebaya dengan pelajar yang ada di Desa Penarah. Pada tujuan untuk memudahkan proses penyatuan kenyataannya pelajar SMP NEGERI 1 5 BELAT di desa Penarah telah banyak C. Tujuan Dan Kegunaan meniru perilaku pacaran dari apa yang 1. mereka lihat dari teman sepermainnya, karena hal tersebut merupakan Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perilaku pacaran suatu pelajar SMP Negeri 1 Belat di Desa Penarah kebutuhan bagi pelajar yang di anggap Kecamatan Belat Kabupaten Karimun. sebagai remaja yang tidak ketinggalan 2. zaman. Hal ini dapat dilihat dari penampilan Kegunaan Penelitian a. para pelajar dari yang selalu up to date, memiliki barang-barang bagus Secara Teoritis Dilihat dari kegunaan penelitian seperti secara praktis hasil penelitian ini handphone dan motor demi sebuah sebagai diharapkan berguna memperkaya hasil- gaya hidup Tidak hanya sebatas pada hasil penelitian serta menjadi referensi perilaku pustaka dan kebiasaan ditunjukkan pada yang telah perilaku diatas namun bagi penelitian memenuhi lanjutan kebutuhan yang berkaitan juga terkadang khususnya perilaku pacaran dampak yang ditimbulkan dari pengaruh di lingkungan sekolah juga dapat menjurus teman kearah perzinahan dimana para pelajar sekolah. sepermainan di lingkungan tersebut yang telah memiliki pasangan akan b. melakukan adegan yang belum waktunya ia Dilihat dari kegunaan penelitian lakukan, seperti ciuman, raba-raba, hingga secara praktik penelitian ini diharapkan seks dapat bebas yang dilakukan dengan Secara Praktik memberikan sumbangan ilmu pasangannya baik di lingkungan sekolah pengetahuan dan pemikiran serta dapat ataupun membantu diluar sekolah. Mengenai sebagai bahan informasi pelanggaran khususnya perilaku pacaran mengenai permasalahan yang berkaitan yang dilakukan oleh pelajar di SMP dengan NEGERI 1 Desa Penarah Kecamatan Belat. sepermainanterhadap B. Rumusan Masalah SMP NEGERI 1 BELAT di Desa Merujuk pada penelitian yang peneliti Penarah. pengaruh prilaku sampaikan di latar belakang di atas,rumusan II. KONSEP TEORI masalah yang akan di telaah lebih lanjut A. Pengertian Perilaku Pacaran teman pelajar dalam penelitian ini adalah bagaimana Menurut DeGenova & Rice (2005) perilaku pacaran dikalangan pelajar smp pacaran adalah menjalankan suatu hubungan negeri 1 belat di desa penarah kecamatan dimana dua orang bertemu dan melakukan belat kabupaten karimun? serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain. Menurut Bowman (1978) pacaran adalah kegiatan bersenang-senang antara pria dan wanita yang belum menikah, dimana hal ini akan 6 menjadi dasar utama yang dapat intimasi,meningkatkan status dan prestise, memberikan pengaruh timbal balik untuk orang kaya menggunakan pacaran sebagai hubungan selanjutnya sebelum pernikahan di pembuktian statusnya.Dalam kasus tertentu, Amerika. pacaran sebagai alat pemuas kebutuhan Pacaran merupakan proses perkenalan seksual antara dua insan manusia. Perilaku pacaran yang berpacaran menyimpang merupakan jodoh Menurut DeGenova & Rice (2005) ada karena sebagian pemilihan (Randall,1975:107-109). menurut perspektif sosiologi merupakan perilaku dan beberapa hal yang menyebabkan individu- dari individu berpacaran, antara lain: pergaulan bebas. Pacaran berarti tahap untuk a. Pacaran sebagai bentuk rekreasi. saling mengenal antara seorang pemuda dan Satu alasan bagi pasangan untuk pemudi yang saling tertarik dan berminat keluar secara sederhana adalah untuk untuk menjalin hubungan yang istimewa. bersantai-santai, menikmati diri mereka Dengan sendiri dan memperoleh kesenangan. pengertian itu,berarti pacaran memang diarahkan untuk suatu hubungan Pacaran yang lebih lanjut, lebih dalam, dan lebih hiburan an ini jugalah yang menjadi pribadi lagi. Ini tidak boleh diartikan sebagai tujuan akhir dari pacaran itu sendiri. keharusan b. untuk dimaksudkan melanjutkan. sebagai Pacaran situasi yang merupakan suatu bentuk Pacaran memberikan pertemanan, persahabatan memungkinkan pasangan yang bisa saling pribadi. menemukan kecocokan satu sama lain untuk Banyak dan keintiman kaum muda memiliki yang kuat untuk melanjutkan hidup bersama dalam suatu dorongan hubungan resmi, baik pertunangan maupun mengembangkan perkawinan. hubungan yang intim melalui pacaran. Pacaran memang tahap perkenalan, tetapi pacaran bukanlah tahap c. untuk mengenal sedalam-dalamnya dan kedekatan dan Pacaran adalah bentuk sosialisasi. Pacaran membantu seseorang untuk selengkap-lengkapnya. merupakan bentuk mempelajari hubungan antar lawan jenis yang memiliki menambah ritualitas yang berintensitas tinggi karena ketenangan, dan mulai menjadi ahli memiliki ciri yaitu ada hubungan tatap dalam seni berbicara, bekerjasama, dan muka, ada fokus perhatian yang sama, yaitu: perhatian terhadap orang lain. diri mereka dan cinta, berbagi emosi, dan B. ada simbol yang disucikan. Adapun alasan kealian-keahlian kepercayaan diri sosial, dan Perilaku Menyimpang Perilaku menyimpang merupakan berpacaran adalah memperoleh kesenangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial bersama, proses menerima,mengafeksi dan ataupun nilai dan norma sosial yang berlaku mencintai serta memahami perbedaan dari di dalam masyarakat. Perilaku menyimpang pasangannya, dianggap sebagai sumber masalah karena sekaligus membangun 7 dapat membahayakan tegaknya sistem Asosiasi sosial. diferensial Edwin H. Sutherland teori ini mengatakan bahwa Secara umum perilaku menyimpang penyimpangan sosial bersumber pada dapat diartikan sebagai tingkah laku yang pergaulan yang berbeda dan terjadi melalui melanggar atau bertentangan dengan aturan proses alih budaya.perilakau menyimpang yang bersifat normatif. Menurut Robert M.Z menyiratkan kesan, meskipun tidak ada Lawang (dalam Kamanto Sunarto, 2006: 78) masyarakat yang seluruh warganya dapat bahwa perilaku menyimpang adalah semua menaati dengan patuh seluruh aturan norma tindakan yang menyimpang dari norma yang sosial yang berlaku tetapi apabila terjadi berlaku dan pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang, menimbulkan usaha dari mereka yang maka hal itu dianggap telah mencoreng aib berwenang diri sendiri, keluarga maupun dalam sistem dalam memperbaiki sosial sistem itu perilaku untuk kumunitas menyimpang. besarnya. Sumbangan Menurut Lemert (Kamanto Sunarto, 2006: signifikan dalam 78) penyimpangan dapat dibedakan menjadi bentuk penyimpangan perilaku dan reaksi dua macam yaitu penyimpangan primer dan masyarakat yang ditimbulkannya. penyimpangan primer sekunder.Penyimpangan adalah suatu memetakan cukup berbagai Kajian tentang perilaku menyimpang perilaku dipelajari oleh sosiologi karena berkaitan menyimpang yang bersifat sementara dan dengan pelanggaran terhadap norma-norma tidak terus-menerus sosial dan nilai-nilai kulutral yang telah sehingga masih dapat ditolerir masyarakat ditegakkan oleh masyarakat. Selain itu, seperti melangggar lalu lintas, buang sampah melalui teori dan hasil-hasil penelitian yang sembarangan, dan dikembangkannya, penyimpangan sekunder dilakukan bentuk sosiologi secara lain-lain.Sedangkan yakni perilaku sosiologi membantu masyarakat untukdapat menggali akar-akar menyimpang yang tidak dapat ditoleransi penyebab dari masyarakat dan umumnya dilakukan menyimpang.Perilaku berulang merampok, saja dilakukan secara perorang, tapi tak menjambret, memakai narkoba, menjadi jarang juga dilakukan secara berkelompok. pelacur, tawuran, dan lain-lain. Penyimpangan kali Penyimpangan seperti menyimpang dilakukan tidak oleh kelompok acap disebut dengan subkulur deviasi diartikan sebagai tingkah laku yang menyimpang. Subkultur adalah sekumpulan menyimpang dari tedensi sentral atau ciri- norma, nilai, kepercayaan, kebiasaan, atau ciri rakyat gaya hidup yang berbeda dari kultur tindakan dominan.Asal mula terjadinya subkultur kejahatan yang bertentangan dengan hukum menyimpang karena ada interaksi di antara atau melawan peraturan yang legal (Kartini sekelompok Kartono, 2011:11). satatus atau cap menyimpang. Melalui rata-rata kebanyakan/populasi.Seperti disebut yang tindakan juga karakteristik atau terjadinya dari 8 orang yang mendapatkan interaksi dan intensitas pergaulan yang menjambret, memakai narkoba, menjadi cukup erat, maka terbentuklah perasaan pelacur, tawuran, dan lain-lain. senasib, dan memiliki jalan pikuran nilai dan Perilaku menyimpang yang dilakukan norma serta aturan bertingkah laku yang oleh seseorang tidak terjadi begitu saja tanpa berbeda dengan masyarakat pada norma-norma sosial adanya sebab-sebab yang menyertainya, umumnya (kultur karena perilaku menyimpang berkembang dominan). melalui suatu periode waktu-waktu tertentu Menurut Soerjono (2004:196-197) disebut perilaku sebagai salah Soekanto sebagai hasil dari serangkaian tahapan menyimpang interaksi sosial dan adanya kesempatan satu penyakit untuk berperilaku menyimpang. Adapun masyarakat atau penyakit sosial.Penyakit sebab sosial atau penyakit masyarakat adalah antara lain yaitu (Acep Derby, 2012): segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar 1. norma-norma terjadinya perilaku Hasil Sosialisasi yang Tidak Sempurna (ketidaksanggupan menyerap norma- umum, adat istiadat, hukum formal, atau norma kebudayaan). tidak Apabila bisa tingkah diintegrasikan laku dengan pola proses sosialisasi tidak sebagai sempurna, maka dapat melahirkan suatu penyakit masyarakat karena gejala sosialnya perilaku menyimpang. Proses sosialisasi yang terjadi di tengah masyarakat itu tidak sempurna terjadi karena nilai-nilai meletus sehingga menjadi “penyakit”.Dapat atau norma-norma yang dipelajari kurang disebut pula sebagai struktur sosial yang dapat dipahami dalam proses sosialisasi terganggu fungsinya. yang dijalankan, sehingga seseorang tidak Menurut Sunarto umum.Disebut menyimpang Lemert (2006:78) dalam Kamanto mengatakan memperhitungkan resiko yang terjadi bahwa apabila ia melakukan perbuatan yang tidak penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua sesuai dengan nilai dan norma sosial yang macam berlaku. Contoh perilaku menyimpang yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan primer sekunder. adalah suatu Penyimpangan perilaku dalam keluarga, bahwa anak-anak yang menyimpang yang bersifat sementara dan melakukan kejahatan cenderung berasal tidak dari keluarga yang retak/rusak, artinya ia dilakukan bentuk akibat ketidaksempurnaan proses sosialisasi secara terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat mengalami seperti melanggar lalu lintas, buang sampah proses sosialisasi dalam keluarganya. sembarangan dan 2. penyimpangan sekunder lain-lain.Sedangkan dalam Proses Belajar yang Menyimpang. perilaku Dalam proses belajar ini terjadi karena menyimpang yang tidak dapat toleransi dari melalui interaksi sosial dengan orang lain masyarakat terutama berulang dan kali yakni ketidaksempurnaan umumnya seperti dilakukan merampok, 9 dengan orang-orang yang memiliki perilaku menyimpang dan sudah orang tentuyan melanggar aturan yang berpengalaman dalam hal menyimpang. berlaku untuk kepentingan 3. Ketegangan antara Kebudayaan dan peribadinya.(Narwoko dan Struktur Sosial. Bagong,2010:1320). Apabila peluang untuk mencari cara- Untuk mencegah agar kecenderungan cara dalam memenuhi kebutuhan hidupnya warga masyarakat yang inggin dan telah tidak diberikan, kemungkinan akan maka muncul melangar aturan tidak terus merebakatau terjadinya perilaku berkembang lebih parah,masyarakat perlu menyimpang. Contoh pada masyarakat menjalankan feodal tuan tanah memiliki kekuasaan kontrol sosial (social control) terhadap istimewa atas warga yang berstatus buruh individu-individu anggotanya.kontrol sosial tani atau penyewa sehingga tuan rumah didalam arti mengendalikan tingkah pekerti dapat sewenang- wargamasyarakat agar selalu tetap komfrom wenang pada para buruh atau penyewa dengan mengharuskan norma hampir selalu tanah yaitu dengan menurunkan upah dijalankan dengan bersarankan kekuatan ataupun kenaikan harga sewa. Apabila sanksi (sarana yang lain pemberian incentive kesewenang-wenangan itu terjadi secara positif).adapun terus-menerus, sanksi didalam pembicaraan-pembicaraan melakukan terjadinya tindakan maka perilaku dapat memicu yang sosial dimaksud atau dengan yang disini ialah sustu bentuk penderitaan yang dilakukan oleh buruh dan penyewa tanah secara sengaja dibebankan oleh masyarakat yaitu kepada seorang warga masyarakart yang dengan menyimpang pengendalian melakukan kekerasan, perlawanan, penipuan, atau bahkan akan terbukti terjadinya pembunuhan. keseharusan norma sosial,dengan tujuan 4. Ikatan Sosial yang Berlainan. agar warga masyarakat ini kelak tidak lagi 5. Hasil melakukan pelanggaran dan peyimpangan Sosialisasi dari Nilai-nilai Subkebudayaan yang Menyimpang C. melanggar atau menyimpang terhadap norma tersebut. Ada tiga jenis sanksi yang digunakan Kontrol Sosial Sepanjang semua anggota masyarakat dalam usaha-usaha bersedia menaati aturan yang berlaku,hampir pelaksanaan kontrol sosial yaitu: bisa di pastikan kehidupan bermasyarakat 1. Sanksi yang bersifat fisik akan bisa berlangsung dengan lancar dan 2. Sanksi yang bersifat psikologik, tertib.tetapi berharap semua anggota dan masyarakat berperilaku taat,tentu merupakan 3. Sanksi yang bersifat ekonomi. hal yang mahal.didalam kenyataan,tentu Sementara tidak semua orang akan selalu bersedia dan mengusahakan bisa memenuhi ketentuan atau aturan yang kontrol berlaku dan bahkan tidak jarang ada orang dilaksanakan 10 sosial itu, terjadinya untuk konformitas, sesungguhnya dengan juga menggunakan incentive-incentive positif.Incentive adalah Kontrol sosial dalam dorongan positif yang akan membantu masyarakat individu-individu segera sekaligus pengawas terhadap anggotanya, meninggalkan pekerti-pekertinya yang salah. karena dalam kenyataan, norma-norma dan Teori kontrol sosial memandang setiap aturan yang berlaku dalam masyarakat tidak manusia merupakan makhluk yang memiliki selamanya dipatuhi dengan sempurna oleh moral yang murni. Oleh karena itu setiap anggota masyarakatnya. Mengingat kembali orang memiliki kebebasan memilih berbuat prinsip hidup bermasyarakat atau kelompok, sesuatu apakah ia akan berbuat menaati untuk menjalankan interaksi sosialnya itu peraturan yang berlaku ataukah melanggar maka aturan-aturan yang berlaku. Tindakan yang keteraturan sosial, bayangkan, seandainya dipilih itu didasarkan pada ikatan-ikatan anda berinteraksi dengan orang lain tanpa sosial yang telah dibentuk dalam suatu adanya tata tertib, tata krama, keteraturan kelompok atau lembaga. atau norma-norma sosial (Budirahayu Tuti: Maharani untuk juanda Graciani,2011:13).Teori (wenny kontrol berfungsi mereka sebagai kehidupan butuh pedoman ketertiban dan 2005). adalah Oleh karena itu dalam setiap bahwa peyimpangan merupakan hasil dari kelompok lingkungan atau masyarakat akan kekosongan kontrol atau pengendalian sosial selalu disertai dengan sejumlah tata aturan dalam masyarakat (Rusdiyanta syarbani atau norma sosial yang berlaku. Albert J. syahrial,2009:91).Teori ini dibangun atas Reiss Jr membedakan dua mcam kontrol dasar pandangan bahwa setiap manusia sosial yaitu personal kontrol dan sosial cenderung untuk tidak patuh pada norma dan kontrol, personal kontrol adalah kemampuan hhukum dalam masyarakat, teori kontrol seseorang untuk menahan diri agar tidak sosial menilai perilaku menyimpang adalah mencapai kebutuhan dengan cara melanggar konsekuensi logis dari kegagalan seseorang norma-norma untuk mentaati hukum dan norma dalam masyarakat. Sedangkan sosial kontrol adalah masyarakat dan reaksi masyarakat terhadap kemampuan kelompok sosial atau lembaga- tindakan yang tidak sesuai dengan norma- lembaga di masyarakat dalam melaksanakan norma sosial masyarakat dalam teori kontrol norma-norma atau peraturan menjadi efektif sosial dipandang sebagai makhluk yang (Yesmil dan Adang, 2010: 104). memiliki moral murni, oleh karena itu, manusia melakukan memiliki sesuatu kebebasan dalam Salah untuk yang satu mempertimbangkan berlaku faktor alasan di dalam yang mengapa menanggapi masyarakat perlu dikontrol atau diberi fenomena yang terjadi pada lingkungan rambu-rambu di dalam berperilaku sehari- sosialnya (Yesmil Anwar Anawar dan hari Adang, 2010: 101). tidaknya proses sosialisasi. Kontrol sosial yang 11 ada kaitannya dilakukan dengan sebelum efektivitas terjadinya pelanggaran atau dalam versi “mengancam pengaruh yang di didapat dari teman sanksi” disebut kontrol sosial yang bersifat sepermainan mereka ini yang meyebabkan preventif.Sedangkan kontrol sosial yang pelajar terjerumus dalam hal-hal seperti dilakukan setelah terjadinya pelanggaran kissing,necking,petting.hal yang lain yang dengan melatar belakan terjadinya prilaku tersebut maksud hendak memulihkan keadaan agar bisa berjalan seperti semula yang disebabkan disebut kontrol sosial yang bersifat tepresif sarana dan prasarana untuk mendapatkan (Narwoko dan Bagong, 2010: 134). informasi hanya III METODE PENELITIAN interaksi antara 1. Sehingga informasi atau perilaku yang Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan keterbatasan akses dari dapat dilakukan teman oleh sepermainan. dengan dilakukan oleh teman sepermainan menjadi menggunakan penelitian kualitatif. Menurut peran penting dalam mempengaruhi teman- Bogdan dan Taylor (dalam Zuriah, 2006:92) teman yang lain khususnya dalam perilaku penelitian prosedur pacaran. Serta keterbatasan guru cowok penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang mengakibatkan longarnya pengawasan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari juga yang membuat pelajar tersebut merasa orang-orang dan prilaku yang diamati, yakni tidak takut untuk berbuat perilaku pacaran berupaya apa lagi lokasi sekolah kualitatif adalah menyajikan gambaran yang yang sangat terperinci, dengan tujuan menggambarkan mendukung seperti pagar-pagar yang rusak secara cermat karakteristik dari suatu gejala yang tidak terjaga atau terawat lagi sehinga atau masalah yang akan diteliti. Maka dalam pelajar penelitian ini berusaha menggambarkan tersebut tentang Pengaruh teman sepermainan di berdekatan dengan hutan yang jauh dari lingkungan jangkawan warga sehingga prilaku pacaran sekolah terhadap perilaku leluasa selain pacaran di lingkungan pelajar SMP Negeri 1 tersebut terjadi. Belat Kabupaten Karimun. 3. 2. itu masuk sekolah sekolah tersebut Populasi dan Sampel Dalam Lokasi Penelitian keluar penelitian ini penulis Adapun lokasi penelitian ini yaitu di mengunakan pendapat sugiyono (2009:216) SMP Negeri 1 beatdesa penarah kecamatan dimana dalam penelitian kualitatif tidak Belat Kabupaten Karimun. Penentuan lokasi mengunakan populasi karena penelitian ini ini dikarenakan marak terjadinya siswa kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang yang melakukan perilaku pacaran yang ada pada situasi sosial tertentu dan sampel tejaring dalam atau terkena razia disekolah penelitian ini dinamai tersebut.hal ini yang membuat peneliti informan.pemilihan informan tertarik meneliti di sekolah SMP tersebut dilakukan dengan mengunakan karena rasa inggin tahu pelajar disekolah purposive sampling,yaitu tersebut sangat kuat serta di iringi dengan bertujuan dimana data diperoleh langsung 12 penelitian sampel teknik yang pada informan yang dituju saja dan sekunder yang dimaksud seperti dokumen ditetapkannya informan yang akan dituju dari Kantor Desa Kecamatan Belat dan data oleh peneliti sendiri,yang menjadi informan jumlah siswa dan kenakalan di SMP Negeri dalam penelitian ini adalah Pelajar yang 1 Belat yang dapat mendukung data dalam tertangkap dan masuk dalam buku hitam di penelitian ini. sekolah dengan kasus seperti ketahuan pacaran dengan berprilaku seperti ciuman 5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data mengunakan bibir atau Kissing, Necking Data dalam penelitian kualiatif hampir (perangsangan yang dilakukan pada bagian dipastikan berbentuk kata-kata, meskipun leher Petting data mentahnya bisa berbentuk benda-benda, (perabaan yang dilakukan pada seluruh foto, figure manusia.(Prasetya Irawan, 2006 bagian tubuh terutama bagian-bagian yang : 67-68). Dalam hal ini beberapa sumber sensitive), ataupun bolos dijam pelajaran data atau teknik pengumpulan data yang yang dilakukan oleh para siswa laki-laki dan biasa peneliti kualitatif adalah dan sekitarnya) perilaku perempuan di SMP Negeri 1 Belat dengan a. Observasi tujuan untuk pacaran. Observasi 4. merupakan teknik Sumber dan Jenis Data pengumpulan data yang mempunyai ciri Dalam penelitian ini data didapatkan yang spesifik bila dibandingkan dengan melalui dua sumber yaitu: a. teknik yang lain yaitu wawancara dan kuesioner. Karena observasi tidak selalu Data Primer Data primer adalah sumber data yang dengan obyek manusia tetapi juga obyek- secara langsung memberikan data kepada obyek alam yang lain. Menurut Nasution pengumpul (dalam Sugiyono, 2012:226.. data (Sugiyono, 2012:225). Sumber primer ini berupa catatan hasil b. Wawancara mendalam wawancara Wawancara ialah proses komunikasi yang diperoleh melalui wawancara yang peneliti lakukan kepada atau informan. Data primer yang dimaksud informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti disini adalah siswa/siswi yang peneliti melakukan prilaku pacaran di SMP Negeri 1 penelitian belat kabupaten karimun. menggunakan instrument penelitian berupa b. interaksi dengan yang interview guide Data Sekunder untuk mengumpulkan informan atau mendalam, (Pedoman subjek dengan wawancara). Data yang tidak memberikan informasi Interview guide berisikan daftar pertanyaan secara langsung kepada pengumpul data. yang sifatnya terbuka yang digunakan untuk Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil menjadikan wawancara yang dilakukan agar pengolahan lebih lanjut dari data primer lebih terarah yang disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain (Sugiyono, 2012:225). Data 13 c. Dokumentasi Data disajikan dalam bentuk tabel dan uraian Metode dokumentasi adalah metode penjelasan yang bersifat deskriptif. pengumpulan data yang datanya diperoleh 3. dari buku, internet, atau dokumen lain yang Tahap akhir pengolahan data adalah menunjang penelitian dilakukan. penarikan kesimpulan. Setelah semua data Dokumen merupakan catatan mengenai tersaji permasalahan yang menjadi objek peristiwa berlalu.Peneliti penelitian dapat dipahami dan kemudian mengumpulkan dokumen yang dapat berupa ditarik kesimpulan yang merupakan hasil tulisan, gambar.(Sugiyono, 2012:240). Maka dari penelitian ini. dalam pengumpul data ini peneliti juga IV. PEMBAHASAN menggunakan alat bantu seperti handphone. A. Karakteristik Informan yang yang Penarikan Kesimpulan sudah Informan dalam penelitian kualitatif F. Teknik Analisa Data Setelah melakukan pengumpulan data, sengaja dipilih oleh peneliti, karena seluruh data yang terkumpul kemudian dianggap mampu memberikan informasi diolah dianalisis seputar masalah yang sedang diteliti. Dalam menggunakan metode deskriptif kualitatif penelitian ini, karakteristik informan yang yaitu secara dipilih adalah siswa siswi yang bersekolah di menyeluruh data yang didapat selama proses lokasi SMP Negeri 1 Belat desa Penarah. penelitian. Miles dan Huberman (dalam Guru BK yang mengajar dan mengontrol Sugiyono, mengungkapkan dan membimbing siswa siswi di SMP negeri bahwa dalam mengolah data kualitatif 1 Belat desa penarah.Sehingga, informan dilakukan melalui tahap reduksi, penyajian mengetahui secara jelas bagaimana kondisi data, dan penarikan kesimpulan. lingkungan di SMP tersebut, karakteristik oleh peneliti. dengan Data mendeskripsikan 2012:246) 1. Reduksi informan ini adalah siswa siswi kelas 8 yang Mereduksi berarti merangkum, memilih banyak kedapatan berpacaran di jam hal-hal pokok dan penting kemudian dicari sekolah. Dalam hal ini adalah siswa siswi tema (Sugiyono, yang berpacaran di lingkungan sekolah yang 2012:247).Pada tahap ini peneliti memilah kedapatan atau tertangkap guru BK yang informasi mana yang relevan dan mana yang masuk dalam catatan buku hitam sekolah. tidak relevan dengan penelitian. Setelah Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 direduksi data akan mengerucut, semakin pasangan, yang terdiri dari 5 laki dan 5 sedikit dan mengarah ke inti permasalahan perempuan , peneliti mengambil 5 pasang sehingga mampu memberikan gambaran siswa laki-laki dan 5 perempuan tersebut di yang lebih jelas mengenai objek penelitian. karenakan dari 20 siswa atau lima pasangan dan polanya pelajar ini telah mewakili siswa atau siswi 2. Penyajian Data Setelah dilakukan direduksi data, yang lainny. langkah selanjutnya adalah menyajikan data. 14 1. antar kelompok atau antar individu dan Berdasarkan Umur kelompok” Dilihat dari tabel di atas menunjukkan bahwa kebanyakan informan adalah berumur Peniruan terhadap teman yang dengan rentang usia antara 13 sampai 16 melakukan tindakan pacaran atau yang tahun yaitu sebanyak 10 orang. Penentuan miliki pacar terjadi pada lingkungan teman informan terbanyak dalam rentang usia ini, sepermainan anak itu sendiri perilaku yang sengaja dilakukan peneliti mengingat bahwa terjadi dalam interaksi dan komunikasi dalam rentang usia ini merupakan usia terhadap teman sepermainan atau teman produktif dan mengalami masa pubertas yang ada pada lingkungan sekolah pelajar dalam pembentukan dirinya. Disisi lain tersebut informan pada rentang tersebut Pernyataan tersebut merupakan suatu merupakan siswa dan siswi yang melakukan komunikasi dan interaksi yang terjadi dan perilaku pacaran serta di jumlah antara 10 diperoleh dari teman sepermainan mengenai informan perilaku pacaran yang dilakukan oleh teman tersebut usia merupakan jumlah pasangan yang diambil, sehingga bisa mereka. dikatakan informan ini terdiri atas 5 mempunyai fungsi sebagi media atau tempat pasangan yang berjumlah 10 orang siswa temannya dan siswa. pribadinya, 2. Komunikasi untuk baik permasalahan Berdasarkan Pendidikan dan interaksi menceritakan penceritaan hubungan ini hal suatu percintaanya berdasarkan tingkat pendidikan ini, ataupun apa saja yang dilakukan dengan berjumlah 10 orang.Terdiri dari kelas VII pasangan teman sepermainannya. Dengan sejumlah 2 orang, kelas VII sejumlah 4 kata lain temannya itu memberikan suatu orang dan kelas IX sejumlah 4.Sehingga informasi kepada seorang individu pelajar siswa-siswi berpacaran memiliki tingkatan menganai perilaku pacaran. Karena menurut kelas yang berbeda-beda.Serta 2 orang pihak Jhon W. Santrock (2007: 55), sekolah sebagi guru yang mengajar mereka fungsi terpenting dari teman sebaya adalah ataupun sebagai sumber informasi mengenai dunia di yang memiliki pengetahuan mengenai tindakan pelanggaran khususnya luar perilaku umpan balik mengenai kemampuannya dari pacaran yang dilakukan oleh pelajarnya disekolah.a. memperoleh Proses curhat atau komunikasi biasanya terjadi SMP Negeri I Belat. dan Remaja teman-teman sebayanya. B. Perilaku Pacaran Di kalangan pelajar Maryati keluarganya. salah satu Suryawati (2003) pada disekolah, interaksinya namun butuh sehari-hari waktu-waktu menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah khusus dan tepat biasanya untuk teman kontak atau hubungan timbal balik atau sepermainnanya bisa menceritakan hal-hal interstimulasi dan respons antar individu, peribadinya. Atau dengan kata lain teman mereka memiliki moment khusus untuk 15 mereka bercerita mengenai perilaku pribadi mereka.Dari teman sepermainan pacarannya, Dari itulah mereka mengetahui kebiasaan mereka pernyataan informan diatas, melakukan perilaku pacaran.Komunikasi sekolah juga menjadi tempat dimana para dan interaksi yang intens inilah yang pelajar berkumpul dan berinteraksi satu menjadi pengaruh pelajar lainn ya untuk dengan melakukan perilaku pacaran juga. yang menceritakan lainnya.Kesempatan itu pasangan mereka kepada Dari pernyataan tersebut membuktikan lainnya. Ketika mereka yang diketahui dari tindakan yang dilakukan mendengarkan dari temannya yang lainnya oleh temannya dalam pacaran menjadikan mengenai apa yang biasanya dilakukan kertertarikan bagi remaja atau pelajar juga dengan pasangan atau pacarnya atau juga utntuk melakukan tindakan yang sama apabila temannya atau pelajar lainnya yang terlepas dari apa yang akan dilakukan dan sedang mengalami kegundahan hati terhadap alasan pelajar untuk berpacaran. Sehingga pasangannya, maka temannya itu akan perilaku menceritakan dan mencurahkan apa yang diketahui oleh teman atau pelajar lainnya dialami. adalah proses pembelajaran dan peniruan teman yang Kebiasaan mengenai gaya pacaran pacaran yang dilakukan dan yang memliki hubungan komunikasi dan yang diterapkan oleh teman sepermainannya interaksi, serta mengahasilkan yang terjadi dalam interaksi dan komunikasi ketertarikan bagi pelajar lainnya untuk hanya berorientasi pada cerita yang memang memiliki pacar. Karena dalam konsep biasa dilakukan oleh teman sepermainnanya, sosialisasi, hal tersebut di ketahui dan tanpa ada rasa tempat dimana pembentukan tingkah laku malu para pelajar melakukan hal tersebut. individu di lingkungan pergaulan sebagai teman suatu sepermainan adalah Pernyataan tersebut merupakan suatu agen sosialisasi di dalam masyarakat.Teman kebiasaan pada perilaku pacaran teman sepermainan di dalam perilaku remaja sepermainan yang diketahuinya. Tindakan- sangat tindakan yang lebih mengarah pada hal-hal pembentukan perilaku remaja di dalam negatif,memang menjadi rahasia umum pada masyarakat khususnya dalam tindakan atau kalangan remaja atau pelajar mengenai perilakunya untuk berpacaran. berpengaruh besar terhadap perilaku pacaran yang dilakukan temannya. Maka kejahatan yang di maksud yang Jadi wajar saja perilaku pacaran yang memiliki pengertian perilaku pacaran terjadi dilakukkan oleh temannya di ketahui karena pada proses interaksi atau pemberian cerita dari intim.Kelompok temannya sendiri. merupakan kondisi seseorang yang memiliki Pada tempat dasarnya dimana mencurahkan dan teman para merupakan pelajar dapat menceritakan hal-hal suau kelompok personal personal yang yang intim suatu kelompok, geng ataupun teman dekat sehingga mempunyai hubungan pertemanan 16 yang cukup dekat terhadap diri individu mengetahui dari teman sepermainnya dalam khususnya pelajar. suatu kelompok geng ataupun teman dekat. Hubungan komunikasi dan interaksi Pernyataan tersebut sebagai bukti atas yang sangat erat tergambarkan dari kedua keingingan pernyataan antar melakukan tindakan atau perilaku pacaran kelompok yang memiliki berbagai macam yang sama juga oleh yang dilakukkan dasar teman-temannya tersebut.Hubungan untuk terbentuk menciptkan individu pelajar untuk keterbukaan antara satu pelajar dengan Pernyataan tersebut dapat menjelaskan pelajar lainnya. Dimana jika suatu teman bahwa ketertarikan seorang individu pelajar mengalami membutuhkan terjadi tidak sekedar dari melihat teman- sesorang teman,maka teman yang lain juga teman dekatnnya dalam suatu kelompok akan selalu ada untuk membantu temannya geng yang sudah memiliki pacar, akan tetapi yang sedang mengalami kesulitan tersebut. diperkuat cerita mengenai kebiasaan yang Begitu juga keterbukaan terhadap proses dilakukan curhat atau bercerita mengenai pacar mereka dasarnya perilaku pacaran terbentuk melalui baik apa saja yang dilakukannya selama proses pacaran ataupun masalah yang dihadapi sepermainnanya, yang lambat laun akan dengan pacarnya. Oleh karena itu wajar saja mempengaruhi kepribadian seseorang akan jika seorang pelajar akan mengetahui setiap ikut berubah baik dari segi positifmau pun teman dekat atau gengnya sudah memiliki negative. Karena juga suatu komunikasi pacar atau belum, atau proses kegiatan penyampaian pesan dari Dari masalah dan pernyataan tersebut oleh teman-temannya. pergaulan dengan Pada teman dapat seseorang kepada orang lain untuk mencapai disimpulkan bahwa pengetahuan mengenai tujuan tertentu. Karena tanpa komunikasi, teman-teman sepermainnya yang rata-rata interaksi sudah memiliki pacar, menjadi suatu rahasia perorangan, kelompok, ataupun organisasi umum antar anggota geng ataupun teman tidak mungkin dapat terjadi.karena orang dekat. Keinginan yang masih tersirat oleh dikatakan keinginan pribadi individu pelajar untuk masing-masing melakukan aksi dan reaksi memiliki pacar ternyata juga tidak sekadar tersebut (Siswanto, 1995:89). melihat fakta bahwa teman-teman yang antar manusia, melakukan baik interaksi secara apabila Di dalam proses mempelajari perilaku sudah memiliki pacar, akan tetapi juga hal- pacaran, seorang individu pelajar hal yang sering diceritakan kepada seorang mempunyai dorongan-dorongan dan alasan individu tersebut mengenai apa saja yang tertentu untuk melakukan tindakan tersebut, biasa teman-teman mereka lakukan selain rasa ingin tahu akan memiliki pacar Kenyataan perilaku pacaran yang lebih dan juga ingin merasa apa yang dilakukan mengarah ke hal-hal negatif memang sering oleh teman sepermainannya, terdapat hal-hal seorang individu pelajar mendengarkan dan 17 lain yang jauh menarik bagi para individu alasan pembenar untuk melakukan pacaran pelajar dalam memaknai arti memiliki pacar, dan juga sikap-sikap tertentu yang harus Pernyataan tersebut memiliki dilakukan. Hal tersebutlah yang menjadikan pengertian bahwa tujuan atau cara individu suatu perilaku pacaran pada kalangan pelajar sebagai pelajar dalam memiliki pacar hanya akan sangat besar untuk terjadi. berorintasi pada tujuan gengsi atau pertise Alasan pembenar juga terlihat bagi mereka. Selain itu keinginan yang sebelumnya yang menjelaskan bahwa jika menganggap bahwa sebagai remaja yang memiliki pacar akan berdampak positif yang harus menciptakan mengikuti perkembangan zaman, motivasi antar pasangan, maka hal tersebut juga menjadi bagian dari dengan tujuan menjadi lebih baik dan kebutuhan bagi mereka. Oleh karena itu mendapatkan hal yang terbaik. Selain itu terdapat suatu alasan atau motif-motif dan alasan pembenar tercipta juga dalam dunia dorongan dari teman sepermainan yang pendidikan pelajar menjadi pengaruh bagi individu pelajar lain untuk melakukan perilaku Dari ungkapan informan diatas pacaran pengaruh pendidikan terhadap prilaku juga.Memang tidak semua yang memaknai pacaran yang terjadi mempengaruhi terhadap memiliki pacar hanya bertujuan pada gengsi dunia pendidikan pelajar, karena dengan atau pertise namun tujuan positif masih adanya pacar atau pasangan disekolah maka terdapat pada orientasi pola pikir pelajar, ia akan lebih rajin untuk bersekolah, dengan Dari ungkapan informan diatas tujuan agar dapat bertemu dengan prilaku teman yang tidak memiliki pacar pasangannya. Alasan pembenar ini tidak atau pacaran selalu jadi bahan ejekan teman dapat dipungkiri dan menjadikan dampak sepermainannya, seperti yang mengaitkkan positif bagi dunia penddikan pelajar itu fisik sendiri. seorang temannya, menggangap temannya terlalu selektif terhadap pemilhan pasangan hingga menganggap Maka dapat disimpulkan mulai dari sebagai proses seorang pelajar yang menempuh seorang yang terlalu taat akan aturan agama. Di dalam alasan, motif tahap pembelajaran dan peniruan dari dan perlaku pacaran yang dilakukan oleh teman dorongan seorang pelajar dalam melakukan sepermainnanya hingga ia tertarik untuk pacaran, terdapat juga alasan pembenar dan melakukan hal yang sama yaitu perlaku sikap-sikap khusus untuk mendukungnya pacaran akan menciptakan suatu alasan- dalam perilkau pacaran, seperti menggangap alasan baik alasan pembenar, motif-motif hal-hal penting yang harus dilakukan agar dan membuat pasangan terasa nyaman dan saling bentuk-bentuk dampak-dampak positif dan percaya serta selau memberikan perhatian negative, Ungkapan tersebut merupakan hal- dorongan-dorongan Ungkapan hal yang diperlukan dalam pacaran yaitu tertentu diatas dalam memiliki pengertian orientasi dari dampak perilaku 18 pacaran akan terbagi dalam dampak positif pembenar diatas lebih menunjukkan bahwa seperti akan menciptakan motivasi dan perilaku kerajinan para pelajar untuk bersekolah,dan kebiasaan-kebiasaan negatif memiliki alasan menciptakan hanya sekedar kebutuhan dan sesuatu hal dampak negatif seperti pacaran tergnggunya sedang dilakukannya. Maka alasan utama dari dengan kebiasaannya mengalami ia permasalahan atau disertai yang jika biasa yang kebuthan akan gengsi atau pertise dan kosentrasi sudah yang dalam umum untuk berpacaran ialah pasangannya jika sebaliknya Tidak dapat sesuatu yang harus memang dilakukanya dipungkiri ketika proses pacaran mereka sebagai bentuk kebutuhan.tanpa memikirkan lakukan, terdapat kebiasaan dan hal-hal yang dampak kedepannya yang akan terjadi. dilakukan, Kedua hal tersebut menjelaskan durasi atau Dari pernyataan diatas dapat waktu mereka saling bertemu dengan diperoleh suatu kenyataan kebiasaan dan pasangannya dan kebiasaan yang memiliki hal-hal yang dilakukan para pelajar ketika ia intensitas serta alasan tersendiri bagi mereka berpacaran. Kebiasaan dan hal-hal yang dalam melakukan pacaran. Dari kedua hal biasa tindakan tersebut ternyata juga diwujudkan dalam mengobrol, bercanda,hingga ke hal-hal yang tempat-tempat biasanya mereka melakukan negatif seperti berpelukan dan ciuman yang hal-hal tersebut, dilakukannya disertai meliputi tindakan “meraba-raba” Dari pernyataan informan diatas pasangannya. Tindakan-tindakan yang lebih menyebutkan bahwa tempat yang sering mengarah kehal-hal negatif memang tidak dijadikan terlapas dari kebiasaan dan hal-halnya dalam melakukan pacaran adalah seperti tempat di berpacaran, namun jika situasi dan kondisi belakang area sekolah yang berdekatan yang mendukung seperti keadaan yang sepi dengan hutan, ataupun masih didalam area dari orang-orang. Kebiasaan melakukan hal- sekolah seperti di kelas, WC, belakang ruang hal laboratorium dan musholah. Namun hal negatif tersebut ternyata memiliki alasan-alasan tersendiri bagi mereka, alasan tempat dimana biasanya ia terpenting dari semua tempat tersebut adalah Dari pernyataan tersebut terdapat dimana tempat yang sepi dari orang baik bagi teman-temannya yang lainya dan juga mereka dalam melakukan kebiasaan-kebiasaan yang lebih mengarah gurunya. kepada perilaku negatif. Alasan tersebut melakukan pacaran disekolah bergantungan merupakan alasan pembenar, dalam alasan pada situasi dan kondisi yang dianggap baik pembenar yang telah ditemukan sebelumnya dan lebih menjelaskan bahwa perilaku pacaran disekolah. yang dilakukkan berdampak pendidikannya, lebih positif sementara mengarah pada dari Sehingga mendukung para untuk pelajar ia yang berpacaran dan Selain itu perilaku pacaran yang dunia memiliki durasi dan intensitasnya yang telah alasan dilakukannya ternyata tidak hanya terbatas 19 dan diwujudkan di dalam area sekolah, Maharani juanda (wenny tetapi juga di lakukannya di luar kegiatan Graciani,2011:13).Teori sehari-harinya dalam bersekolah, bahwa peyimpangan merupakan hasil dari Dari adalah tersebut kekosongan kontrol atau pengendalian sosial menjelaskan karena perilaku pacaran yang dalam masyarakat (Rusdiyanta syarbani telah juga syahrial,2009:91).Teori ini dibangun atas diwujudkannya diluar area sekolah, dengan dasar pandangan bahwa setiap manusia tujuan ingin bertemu pasangannya masing- cenderung untuk tidak patuh pada norma dan masing. Oleh karena itu dalam proposisi hukum dalam masyarakat, teori kontrol ketujuh dari teori asosiasi diferensial yang sosial menilai perilaku menyimpang adalah dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland konsekuensi logis dari kegagalan seseorang (Siswanto, 1995:89) yang menyebutkan untuk mentaati hukum dan norma dalam bahwa Asosiasi Diferensial bervariasi dalam masyarakat dan reaksi masyarakat terhadap frekuensi, serta tindakan yang tidak sesuai dengan norma- berbagai norma sosial masyarakat dalam teori kontrol macam ungkapan pelajar yang melakukan sosial dipandang sebagai makhluk yang pacaran di sekolah yang mengandung unsur- memiliki moral murni, oleh karena itu, unsur seperti durasi dan intensitasnya dalam manusia berpacaran. melakukan dilakukannya intensitasnya 1. pernyataan kontrol di durasi, sekolah prioritas dibuktikan dari memiliki sesuatu kebebasan dalam untuk menanggapi perilaku fenomena yang terjadi pada lingkungan pacaran dikalangan pelajar SMP sosialnya (Yesmil Anwar Anawar dan Negeri 1 Belat. Adang, 2010: 101). Dari subkultural atau Kontrol sosial dalam kehidupan diantara Kontrol masyarakat sosial berfungsi atas sebaya yang pedoman menyimpang.Pada hakikatnya juga suatu sekaligus pengawas terhadap anggotanya, perilaku pacaran yang dilakukan pada karena dalam kenyataan, norma-norma dan kalangan remaja khusunya pelajar bukan aturan yang berlaku dalam masyarakat tidak merupakan selamanya dipatuhi dengan sempurna oleh dipelajari dari orang tuanya melainkan anggota masyarakatnya. Mengingat kembali bahwa perilaku pacaran merupakan hasil prinsip hidup bermasyarakat atau kelompok, proses pembelajaran dari individu dari untuk menjalankan interaksi sosialnya itu segala hal yang didapat dari lingkungan maka teman mereka butuh sebagai teman-teman ketertiban dan suatu warisan atau yang keteraturan sosial, bayangkan, seandainya Sesuai dengan pernyataan informan anda berinteraksi dengan orang lain tanpa diatas telah disebutkan bahwa perilaku adanya tata tertib, tata krama, keteraturan pacaran bukan merupakan suatu ajaran dari atau norma-norma sosial (Budirahayu Tuti: orang tua mereka, Terdapat banyak alasan 2005). bagi orang tua yang tidak setuju anaknya 20 berpacaran, tujuan positif hanyalah tujuan mereka akan tetapi suatu yang dipelajari dan utama tidak di bentuk karena keinginan dari teman membenarkan mereka.karena adanya Kontrol sosial dalam anaknya untuk berpacaran di usia masih kehidupan masyarakat berfungsi sebagai pelajar.Hal tersebut juga menjadi alasan pedoman orang tua yang melarang anaknya untuk anggotanya, berpacaran karena bukan dari ajaran dan norma-norma dan aturan yang berlaku dalam arahan dari orang tuanya. masyarakat tidak selamanya dipatuhi dengan bagi orang memperbolehkan tua atau yang Pada umumnya para orang tua tidak sekaligus sempurna karena oleh menginginkan anaknya untuk berpacaran Mengingat dan bermasyarakat agar pengawas dalam anggota terhadap kenyataan, masyarakatnya. kembali prinsip hidup atau kelompok, untuk fokus untuk belajar dan dari kejadian yang tidak menjalankan interaksi sosialnya itu maka diinginkan oleh orang tuanya. Namun disisi mereka butuh ketertiban dan keteraturan lain sosial, menghindari pada perkembangan zaman dan bayangkan, seandainya anda pertumbuhan anak atau pelajar,membuat berinteraksi dengan orang lain tanpa adanya kebutuhan yang berbeda terhadap kehidupan tata tertib, tata krama, keteraturan atau anak atau pelajar. Dengan kata lain perilaku norma-norma pacaran yang dilakukan adalah keputusan 2005). dari diri individu anak tersebut. Tindakan pacaran yang sosial (Budirahayu Tuti: Dari pernyataan yan diungkapkan terjadi di atas memiliki arti perilaku pacaran yang karena ketika seorang remaja atau pelajar bukan dari warisan melainkan sesuatu yang yang melihat pergaulan temannya yang dipelajari memiliki pacar atau melakukan tindakan temannya.Karena perilaku pacaran. Hal ini merupakan salah prilaku satu faktor para pelajar untuk melakukan hal penyimpangan yang sama, seseorang atau kelompok terhadap nilai dan oleh jika kejahatan pelajar terhadap pada hakikatnya suatu yang bentuk dilakukan oleh Sebelumnya telah dijelaskan bahwa norma atau peraturan perundang- undangan perilaku pacaran yang dilakukan oleh pelajar yang berlaku di masyarakat. Maka prilaku dilakukan atas keinginan dari diri sendiri pacaran oleh diatas kejahatan dalam konteks yang melanggar merupakan suatu tindakan atau perilaku suatu nilai dan norma yang tidak diajarkan pacaran dari apa yang mereka lihat dan dan meniru dari perilaku yang dilakukan oleh pendahulunya. Karena perilaku pacaran temannya. bukan merupakan suatu kebiasaan bagi pelajar dan pernyataan Dasar dari perilaku pacaran yang merupakan dianjurkan masyarakat dilakukan oleh para pelajar bukanlah dari salah oleh setempat satu orang yang tua 21 atau mayoritas bersuku melayu dan beragama islam. suatu warisan atau ajaran dari orang tua prilaku (Narwoko 2010: aturan-aturan yang berlaku. Tindakan yang cara dipilih itu didasarkan pada ikatan-ikatan mengancamkan dan membebankan sanksi sosial yang telah dibentuk dalam suatu kepada pelanggar-pelanggar norma seperti kelompok atau lembaga. 134).Kerja tersebut kontrol di atas dan Bagong, sosial dengan sesungguhnya suatu sekolah sebagai lembaga mempunyai efek psikologik yang kuat pendidikan formal dengan tujuan untuk terhadap para (kandidat) pelanggar norma menciptakan generasi penerus bangsa yang untuk tidak (lagi) melanggar norma itu. cerdas, tidak memiliki peran penting dalam Dengan membentuk kata mempunyai lain efek itu kontrol sosial atau mengajari anak-anak atau muridnya untuk tidak pacaran, dengan kata mengembalikan para warga masyarakat dari lain lingkungan sekolah yang terdapat teman niat melanggar norma. Sanksi yang diancam sepermainan dikalangan di dalam usaha kontrol sosial lebih=lebih mempunyai peran karena dirasakan berat dan menyakiti akan mempengaruhi mengecutkan hati para warga masyarakat melakukan perilaku pacaran.Karena pihak- yang cenderung hendak melanggar norma. pihak sekolah memiliki pandangan dan Ada tiga membendung ini jenis penting pelajar lainnya yang dalam untuk yang alasan kenapa pelajar khusunya murid- digunakan dalam usaha-usaha pelaksanaan muridnya bisa melakukan perilaku pacaran kontrol sosial yaitu: seperti perilaku Kissing Sanksi yang bersifat fisik menggunakan 5. Sanksi (perangsangan yang dilakukan pada bagian yang bersifat bibir), (berciuman 4. 6. perilaku Necking psikologik, dan leher dan sekitarnya), perilaku Petting Sanksi yang bersifat ekonomi. (perabaan yang dilakukan pada seluruh Sementara mengusahakan kontrol sanksi pelajar sosial dilaksanakan itu, terjadinya untuk konformitas, sesungguhnya dengan bagian tubuh terutama bagian-bagian yang sensitive), juga yang dilakukan oleh pelajar/siswa-siswi SMP Negeri 1 Belat di menggunakan Desa Penarah incentive-incentive positif.Incentive adalah Pernyataan yang disampaikan oleh dorongan positif yang akan membantu pihak sekolah tersebut menjelaskan bahwa individu-individu perilaku pacaran yang terjadi pada kalangan untuk segera meninggalkan pekerti-pekertinya yang salah. remaja Teori kontrol sosial memandang setiap pergaulan remaja atau siswa itu sendiri. manusia merupakan makhluk yang memiliki Dalam dunianya dalam bergaul mereka moral yang murni. Oleh karena itu setiap melihat dan mengetahui apa saja yang orang memiliki kebebasan memilih berbuat dilakukan oleh teman-temannya termasuk sesuatu apakah ia akan berbuat menaati perilaku pacaran. Dalam proses melihat dan peraturan yang berlaku ataukah melanggar mengetahui perilaku pacaran dari temannya 22 atau siswa disebabkan dalam dengan kata lain ia telah mengalami proses sehingga pembelajar atau kelemahan pihak sekolah untuk mengawasi melakukan hal yang sama yaitu pacaran. murid-muridnya.Dan juga kondisi tembok Dan seperti yang diungkapkan juga oleh pagar yang telah rusak serta lingkungan pihak sekolah dimana perilaku pacaran sekolah yang berdekatan dengan hutan, tersebut merupakan suatu kebutuhan akan hingga memeberi kemudahan siswa untuk gengsi atau pertise dalam diri remaja atau melakukan perilaku pacaran di area sekolah. siswa itu baik sendiri, untuk yang meniru melihat dan memberikan Oleh karena kelengahan itu dalam atau setiap menganggap dirinya tidak boleh kalah kelompok lingkungan atau masyarakat akan dengen teman-temannya. selalu disertai dengan sejumlah tata aturan Hal ini juga sesuai yang telah di temukan sebelumnya bahwa atau norma sosial yang berlaku. Albert J. perilaku Reiss Jr membedakan dua mcam kontrol pacaran yang terjadi atas dasar keinginan sosial yaitu personal kontrol dan sosial yang melihat teman-temannya melakukan kontrol, personal kontrol adalah kemampuan pacaran dan hal-hal yang bisa dilakukannya seseorang untuk menahan diri agar tidak dalam pacaran. Maka penyebab internal dari mencapai kebutuhan dengan cara melanggar perilaku pacaran pada kalangan remaja atau norma-norma siswa karena karena keinginan yang melihat masyarakat. Sedangkan sosial kontrol adalah perilaku dari temannya-temannya dan terjadi kemampuan kelompok sosial atau lembaga- dalam bentuk sosialisasi dan interaksinya lembaga di masyarakat dalam melaksanakan dengan teman sepermainannya serta juga norma-norma atau peraturan menjadi efektif akan gengsi atau pertise dari dalam remaja (Yesmil dan Adang, 2010: 104 atau siswa itu sendiri. Selain itu penyebab Arah yang berlaku dari di kelompok dalam teman dari perilaku pacaran pada kalangan remaja sepermainan dari motif atau siswa disebabkan oleh faktor luar atau dipelajari eksternal dari individu pelajar tersebut, peraturan hukum. Peraturan hukum itu melalui seperti dorongan definisi-definisi dari Dari pernyataan informan diatas merupakan segala aturan yang mesti di taati dapat dijelaskan bahwa pihak sekolah tidak oleh siswa yang berada di suatu sekolah. memungkiri jika terjadinya perilku pacaran Namun dalam proses menaatai suatu atuaran disekolah dapat terjadi diluar faktor internal hukum atau sekolah, para pelajar di kelilingi dari oleh diri individu siswa itu sendiri, teman-temanya yang melakukan melainkan karena faktor eksternal dari tindakan pacaran, oleh karena itu secara individu siswa tersebut, dimana melihat bersamaan mereka melihat yang menjadi kondisi lingkungan fisik sekolah yang kenyataan yang terjadi dan didukung dari memberi peluang mereka untuk melakukan kenyataan lingkungan fisik sekolah yang perilaku seharusnya terjaga dengan segala aturannya, lingkungan pacaran sekolah disekolah. yang Seperti terlalu luas yang malah memberikan peluang untuk 23 mereka melakukan perilaku pacaran dilakukan disekolah. pihak sekolah menunjukkan sebagai alat kontrol atau pengendalian social Seharusnya suatu sekolah harus bagi siswa dan siswinya yang melakukan memiliki segala aturan yang perlu ditaati dan tindakan menyimpang. Karena dipatuhi muridnya dengan pengawasan yang Soerjono Soekanto, (2000:16) suatu sistem ketat, demi menciptakan generasi yang pangendalian yang merupakan segala sistem berkuaitas.Namun kelemahan itulah yang maupun dimanfaatkan oleh murid dan menjadi masyarakat selalu disesuaikan dengan nilai- peluangnya untuk berpacaran disekolah. nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku dalam Sebenarnya masyarakat. memang sekolah tidak mengajarkan dan tidak memperbolehkan informan yang dijalankan Pengendalian sosial oleh dapat bersifat: siswanya untuk berpacaran di sekolah Ungkapan proses menurut a. Preventif, merupakan suatu usaha diatas pencegahan terhadap terjadinya menyebutkan bahwa pihak sekolah tidak gangguan-gangguan membenarkan dan tidak memperbolehkan keserasian antara kepastian dengan siswanya untuk berpacaran. Tujuan dari keadilan. melarang tersebut memang tidak lain demi b. pada Represif, merupakan usaha yang tujuan positif bagi dunia pendidikan siswa bertujuan untuk mengembalikan itu sendiri, maka pihak sekolah khawatir dan keserasian yang pernah mangalami melarang siswanya untuk pacaran. Larangan gangguan. tersebut memang tidak terdapat dalam aturan Oleh karena itu tindakan tertulis yang jelas untuk para siswanya, pengendalian yang diambil oleh pihak namum segala himbauan dan masukan yang sekolah termasuk di didalam bentuk-bentuk sesuai dengan visi misi sekolah sangat jelas pengendalian social.Dengan tujuan perilaku dilakukan oleh pihak sekolah, yang tidak seharusnya dilakukan oleh siswa- Dari ungkapan informan diatas menggambarkan dalam sekolah bentuk pengendalian secara perventif dan tersebut memang tidak terdapat aturan baku represif yang dilakukan oleh pihak sekolah terhadap mengenai pelanggaran suatu siswi dapat dicegah dan dihindari. Selain itu jika siswanya berpacaran, namun secara reperentif dan pembinaan dan pemanggilan orang tua murid yang kedapatan berpacaran repersif pihak sekolah memberikan larang Infomasi diatas yang didapatkankan dalam bentuk masukan dan himbuan kepada menjelaskan bahwa langkah awal yang siswanya untuk tidak berpacaran terlebih dilakukan dahulu, melakukkan karena berpacaran jika terdapat disekolah siswanya mereka akan pembinaan jika kedapatan pacaran terhadap siswa yang disekolah adalah siswa yang menghukum dan memanggil orang tua yang bersangkutan, baik memberikan hukuman bersengkutan. dan arahan yang baik. Dan jika siswa Langkah tersebut yang 24 tersebut tidak dapat dibina lagi maka sekolah ilmu bukannya berpacaran, dan hal yang akan terpentingan mengembalikan siswa yang orang tua mereka tidak bersangkutan kepada orang tua mereka. Oleh mengajar anak-anaknya karena itu sekolah memang secara tegas hanya tidak membenarkan para siswanya untuk ditunjukkan anaknya selama ia dirumah. Jadi tidak berpacaran selama ia bersekolah. dapat disimpulkan bahwa sekolah dan orang Dengan tua kata lain bentuk-bentuk mengetahui memang berpacaran dan perilaku melarang baik dan yang tidak pengendalian tersebut secara efektif telah mengajarkan khususnya perilaku pacaran dilakukan oleh pihak sekolah bagi siswa- yang dilakukan dan diterapkan pada usia siswinya yang melanggar aturan tersebut. remaja Sejalan dengan tindakan tegas yang melarang siswa-siswi untuk apalagi bereka masih duduk dibangku sekolah.karena mereka sebagai pacaran, seorang anak muda atau remaja yang harus ternyata memang sekolah mendapati dan mampu mengikuti dan bersaing dalam menemukan siswa-siswinya yang melangar perkembangan peraturan khususnya melakukan tindakan sekolah tetap tidak membenarkan mereka pacaran disekolah dengan Dari ungkapan informan diatas terdapat pelangaran peraturan yang ada pihah disekolah tersebut selain itu juga dimasa-masa mereka seperti belum diperboleh kan untuk berpacaran berciuman dan pelukan disekolah yang karena di usia mereka di tuntut untuk dilakukan oleh siswa.Dan atas pelanggaran bersekolah atau menuntut ilmu tersebut siswa pacaran zaman.Walaupun bersangkutan dari ungkapan pihak sekolah diatas mendapatkan sanksi hingga pemanggilan menekankan bahwa diusia mereka belum orang tua. Tujuannya agar siswa lain tidak masanya untuk berpacaran karena dimasa- ikut mencontoh perilaku tersebut dan efek masa mereka dituntut untuk belajar jika di jera terhadap siswa jika ingin melakukan usia mereka sudah pacaran akan bisa tindakan tindakan meyebabkan terganggunya aktifitas dan pemanggilan oleh pihak sekolah terhadap konsentrasi dalam belajar dan di usia mereka orang tua jika anaknya kedapatan melakukan belum pacaran atau pacaran karena di usia mereka sangat labil tanggapan orang tua akan marah terhadap sehingga butuh pembinaan ekstra agar tidak anaknya, mudah terpengaruh terhadap apa yang yang yang sama. disekolah, Jawaban Dari maka tersebut reaksi menyebutkan marah, perilaku pacaran. Oleh karena itu proses interaksi dan anakanya berpacaran sekolah. Dengan kata komunikasi yang terjalin terjadi pada lazim lain pada kegiatan sehari-harinya. Hal ini juga tua mereka melakukan mengetahui orang jika untuk dilakukan teman-temannya khususnya dalam bahwa reaksi atau tanggapan orang memang akan sepantasnya justru kecewa karena seharusnya mereka belajar dan menimba telah 25 dijelaskan dan ditemukan pada proposisi sebelumnya, sosialisasi teman dimana agen sepermainannya tersebut dan pada kegiatan sehari-harinya disekolah. Seperti perilaku pacaran yang membentuk serta mempengaruhi seorang dilakukan pribadi pelajar untuk melakukan hal sama keramaian orang dan hingga menimbulkan yaitu perilaku pacaran. Proses yang terjadi kebiasaan-kebiasan yang lebih mengarah ke secara lazim tersebut yaitu pada kegiatan perilaku negatif, ternyata juga mereka sehari-harinya mengakui pernah tertangkap dan diberikan memiliki para beberapa pelajar alasan bersekolah kenapa hal di tempat-tempat sepi dari hukuman oleh pihak sekolah, demikian dilakukannya pada kegiatannya Dari pernyatan pelajar tersebut dalam bersekolah, menyatakan ia pernah tertangkap oleh pihak Dari ungkapan informan diatas sekolah dan bagi pihak sekolah tindakan bahwa karena di sekolah memberi peluang mereka telah meyalahi aturan dan melanggar ataupun waktu untuk mereka bersama-sama tata tertib yang ada di sekolah tersebut baik dan disekolah juga tempat dimana siswa- berpacaran di sekolah maupun di luar siswi tersebut untuk menghabiskan waktu perkarangan sekolah, maka seperti yang bersama dan waktu dimana ia membuat telah disampaikan juga pada proposisi janji jika ada sesuatu hal yang akan sebelumnya, maka pihak sekolah menindak dilakukan diluar sekolah. Sebaliknya untuk lanjuti bagi para pelajar yang melakukan hal meluangkan waktu untuk berpacaran diluar tersebut seperti pemberian sanksi hingga jam sekolah sangat sulit bagi mereka pemanggilan orang tuanya. Maka dengan lakukan, dan hanya memiliki peluang yang kata kecil dapat dilakukan jika dengan terdapat sebelumnya senada dengan apa yang mereka acara masyarakat, seperti acara pernikahan alami dan diadakan pesta yang dilakukan bagi perilaku pihak yang melakukan pernikahan tersebut. disekolah.Pada dasarnya memang perilaku Dengan kata lain mereka butuh moment- pacaran terhadap pelajar SMP ini sudah moment melanggar nilai dan norma yang berlaku di khusus jika ingin melakukan lain pernyataan khususnya pacaran sekolah terhadap permasalah yang dilakukan pacaran diluar jam sekolahnya dan tidak sekolah seperti kebiasaan remaja yang ada dikota keputusan yang seharusnya, sudah dilakukan sperti dapat keluar dengan pasangannya bila dan diterapkan bagi pihak sekolah. Dan malam minggu tiba. senada dengan yang telah disampaikan juga Sementara ini temuan yang tersebut. pihak Jadi tindakan dan bagi sekolah mengaenai tanggapan orang tua dihasilkan memang menggambarkan jika bagi perilaku pacaran yang dilakukan oleh pelajar disekolah yang akan meresa kecewa dan yang marah, juga disampaikan para pelajar yang terjadi karena hasil proses pembelajaran dan peniruan dari teman anaknya pernah tertangkap sepermainannya serta diterapkan oleh pelajar 26 tertangkap berpacaran Dari ungkapan informan diatas, pelajar tersebut pada dasarnya karena tanggapan orang tua terhadap tindakan- kebutuhannya sebagai seorang remaja dan tindakan yang dilakukan anak mereka di pelajar, sekolah sangat meresahkan dan Dari ungkapan informan diatas mengecewakan pihak orang tua. Ketika tindakan perilaku pacaran tersebut tidak tertangkap pasangan pelajar tersebut, dilakukan atas oleh pihak sekolah maka orang tua mereka dasar suka sama suka karena mereka bisa tidak anak- mengenal satu sama yang lain lebih dekat anaknya. Pihak orang tua hanya memberikan dan biar ada yang memperhatikan mereka. tindakan memarahi atau mengikatkan anak Selain itu nilai dari perlaku pacaran yang mereka agar tidak melakukan tindakan dilakukan tidak akan jauh dengan nilai seperti itu.Kekecewaan orang tua saat gengsi atau pertise, karena sebagai anak mengetahui perilaku anaknya di sekolah muda yang harus mengikuti zaman dan tidak tentulah mempermalukan orang tua.dalam kalah dengan teman-temannya sehingga hal mereka juga melakukan pacaran disekolah akan ini mengetahui sebaiknya perilaku orang tua lebih memberikan hukuman yang layak agar anak tersebut tidak mengulangi seperti yang dilakukan para Dari jawaban informan diatas dapat hal dijelaskan bahwa durasi waktu terhadap tersebut.Karena jika ia bersekolah dengan perilaku pacaran yang dilakukan oleh pelajar baik maka dapat menciptakan penerus di bangsa yang berkualitas tanpa mencoreng bersekolah citra sekolah ataupun orang tuanya. Dan mengajar.Seperti halnya pada hari sabtu sekolah merupakan tempat yang seharusnya yang tidak memiliki jadwal belajar dan menjadi kegiatan belajar mengajar untuk mengajar didalam kelas sehingga mereka para pelajar dan bukan tempat interaksi dapat untuk menciptakan hal-hal negatif khusunya pasangan mereka. pacaran.Serta orang tua juga sangat wajar V PENUTUP kecewa karena mereka tidak mengajarkan A. Kesimpulan sekolah pacaran khususnya ketika anaknya masih terbatas dan leluasa pada ketiadaan untuk jadwalnya guru berduaan yang dengan Perilaku pada pelajar khususnya di bersekolah. SMP N 1 Belat Kabupaten Karimun.Bukan Oleh karena itu perilaku pacaran suatu warisan atau yang dipelajari dari orang yang dilakukan pelajar akibat pengaruh tuan mereka melainkan perilaku pacaran teman sepermainannya terjadi karena proses melalui proses pembelajaran dari individu interaksi sehari-harinya dalam bersekolah. atau dari segala hal yang didapat dari Para pelajar akan terpengaruh dari apa yang lingkungan ia lihat dan dengarkan serta dilakukan umumnya hingga ke hal-hal negatif atau menyimpang menginginkan anaknya untuk berpacaran di sekolah. Keterikutan atau terpangaruhnya karena 27 teman para pacaran sepermainan.Pada orang tua merupakan tidak perilaku meyimpang karena pacaran sekolah yaitu pihak guru untuk tetap menurut perspektif sosiologi merupakan memberikan sanksi atau hukuman yang perilaku karena tegas apabila para pelajar tersebut tertangkap dari tangan sedang berduaan di sekolah..agar yang berpacaran Perilaku menyimpang merupakan sebagian pergaulan bebas. Pacaran berarti sebatas tidak untuk mengenal lawan jenis tidak lebih menyimpang.Sedangkan di lingkungan luar dalam dan lebih pribadi lagi, hubungan antar sekolah pihak orang tua harus benar-benar lawan jenis yang memiliki ritualitas yang tegas dalam mengawasi perilaku anak agar berintensitas tinggi karena memiliki ciri tidak yaitu ada hubungan tatap muka, ada fokus menyimpang mengingat usia para pelajar perhatian yang sama dalam berbagi emosi tersebut masih di bawah umur dan ada symbol yang disucikan 1. adanya interaksi terjerumus ke perilaku dalam perilaku A. SARAN (Randall,1975:107-109). karena mengulangi dan Diharapkan kepada siswa-siswi SMP Negeri 1 Belat Kabupaten Karimun agar komunikasi terhadap teman sepermainan dapat melalui mengikuti Proses dari melihat cara teman mengarahkan diri kegiatan-kegiatan bersifat curhat/cerita-cerita atau komunikasi yang ekstrakurikuler yang berguna dan bisa terjadi pada interaksi sehari-hari di sekolah, memilih kawan atau teman sepermainan namun butuh waktu-waktu atau momen yang mana bisa mebuat pengaruh positif yang khusus dan tepat biasanya untuk teman dalam pergaulan sepermain mereka bisa menceritakan hal-hal Sehingga dapat memanfaatkan waktu mengenai perilaku pacaran tersebut.Dalam luang yang bermanfaat dan berguna dunia bagi para siswa-siswi. mereka melihat dan mengetahui apa saja yang dilakukan oleh 2. atau yang mereka berperilaku dan dipelajari melalui pergaulan positif untuk kegiatan demi masa depan. Diharapkan kepada Kepala Sekolah teman-temannya mereka termasuk perilaku SMP seperti Kissig,,Necking dan Petting.perilaku Karimun iniyang mereka lakukan tidaklah sebaiknya perhatian yang lebih khusus lagi dalam diterpkan karena ini jelas melagar peraturan pembinaan karakter siswa sehingga yang ada di sekolah dan juga melangar nilai mereka memiliki semangat belajar dan norma disiplin yang tinggi terhadap aturan karena dapat merusak generasi Negeri bangsa.Untuk itu diperlukan pengawasan sekolah ekstra dari perilaku atau tingkah laku para tersebut. pelajar tersebut terutama di lingkungan 28 agar yang 1 Belat dapat berlaku Kabupaten memberikan di sekolah DAFTAR PUSTAKA Adang & Yasmil Anwar,2010, Kriminologi,Refika Aditama,Bandung.Asmani,Jamal.(2011).Buku Pandua Internalisasi Pendidikan KarakterSekolah.Jogjakarta: Diva Press A.T.Andi mappiare.2004.pengantar konseling dan pisikotrapi.jakarta :Rajawali pers Budirahayu, Tuti, (2013), Sosiologi Perilaku Menyimpang, Surabaya : Pt.Revka Petra Media. Budirahayu, Tuti 2009,sosiologi perilaku meyimpang,Surabaya:PT.Refika Petra media Collins, Randall. 1975. Sociology Marriage and The Family, Gender Love and Properly.Chicago: Nelson Hall. DeGenova, M.K & Rice, F.P. (2005).Intimate Relationship, Mirriages, andFamilies, New York: McGraw-Hill Hurlock, E.B. (1998). Perkembangan Anak. Alih Bahasa Oleh Soedjarmo & Istiwidayanti. Jakarta: Penerbit Erlangga. Irawan, Prasetya, (2006). Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.Jakarta : DIA FISIP UI Kartono, Kartini, 2010. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Maryati &suryati (2003).sosiologi 1.jakarta.Erlangga Narwoko,Dwi,Suyanto,Bagong,2010.sosiologi teks pengantar dan terapan edisi ketiga.Jakarta:Kencana Media Group Santrok ,jhon w.2007.Remaja,Jakarta.erlangga Siswanto, S.H. Bambang (1995). Sosiologi 1, Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Soekanto,soerjono.2000.sosiologi suatu pengantar.jakarta,PT Raja Grapindo persada. Soekanto, Soerjono, 2004. Sosiologi Keluarga, Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Cetakan ke17. Bandung: Alfabeta. Sunarto, Kamanto, 2000. Pengantar Sosiologi Edisi Kedua. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Suntrock.(2003). Adolescence. Jakarta: Airlangga. Zuriah,Nurul. (2006). metedologi penelitian social dan pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sumber Lain : Devi Irawati, Siska. ‚Peluang Keterwakilan Perempuan di Lembaga Legislatif (Studi Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi No.22-24/PUU-VI/2008 dalam Perspektif Hukum Tata Negara Islam). Skripsi--IAIN SUPEL. 29 Lanny P., Perbedaan Cinta Ditinjau Dari Perilaku Seksual Dan Jenis Kelamin Pada Remaja, tidak diterbitkan. Akhir, Skripsi Psikologi UBAYA, Puspa Citra Rezky, Faktor-faktor Yang Mendorong Perilaku Seksual Dalam Berpacaran Pada Remaja di Lingkungan Dolly, (Skripsi Psikologi UBAYA ), tidak diterbitkan. Watson, Richard T. 2004. Data Management, Databases andOrganizations, 4th ed. Georgia: John Wiley &SonsInc.www.http://hasmansulawesi01.blogspot.com. Diakses tanggal 7 Juni 2015, jam 19.15 http://www.kompasiana.com/ariansyahekasaputra/teori-asosiasidiferensial differential-association- theory-dalam kriminologi Diakses tanggal 7 Juni 2015, jam 19.52 http://muhammadqhadripsyc.blogspot.comDiakses tanggal 7 Juni 2015, jam 19.57 http://antathedreamer.blogspot.com. Diakses tanggal 7 Juni 2015, jam 19.59 30