BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Keputihan Istilah-istilah umum yang digunakan oleh klinisi sebagai sinonim keputihan adalah fluor albus, leukorea, white discharge merupakan cairan yang keluar dari alat genitalia wanita yang tidak berupa darah. Pada kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar bartolin. Selain itu, sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri normal yang hidup di vagina. Pada wanita, sekret vagina ini merupakan hal yang alami dari tubuh untuk membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Keputihan adalah keluarnya cairan dari alat genital selain darah di luar kebiasaan yang berupa cairan bening, kekuningan, berbusa atau putih seperti susu, baik berbau ataupun tidak dan disertai rasa gatal (Stephen & Kathleen, 2007). Keputihan dapat terjadi secara normal (fisiologis) ataupun abnormal (patologis). Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang banyak mengandung epitel dan sedikit lekosit, warna kuning, kadang-kadang putih, kental, tidak mengeluarkan bau dan tanpa diikuti keluhan, sedangkan pada keputihan patologis terdapat banyak lekosit, jumlah banyak, terus menerus, warna berubah (bisa hijau, kuning, abu-abu, bahkan menyerupai susu) dan disertai adanya keluhan gatal, panas, nyeri serta berbau. Penyebab keputihan patologis disebabkan oleh kelainan pada http://repository.unimus.ac.id 6 7 organ reproduksi wanita, infeksi, adanya benda asing, keganasan (neoplasma) pada alat genitalia, iritasi dan penyakit yang lain pada organ reproduksi. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi pada organ kewanitaan dapat berupa infeksi bakteri, jamur maupun parasit. Sumber cairan keputihan dapat berasal dari vulva, cairan vagina, serviks, uterus atau tuba fallopii. Penyebab keputihan terkait dengan cara kita merawat organ reproduksi (Stephen & Kathleen, 2007; Annia, 2008; Monaidi, 2015). Keputihan merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap bakteri yang menjaga derajat keasaman pada vagina, pH vagina normal berkisar antara 3,8–4,2 maka sebagian besar bakteri yang ada adalah bakteri yang menguntungkan 95% dan sisanya adalah bakteri yang merugikan atau yang menimbulkan penyakit. pH vagina yang rendah akibat adanya Lactobacillus akan mencegah kolonisasi oleh patogen. Flora normal dalam vagina antara lain: Streptococcus, Corinebacteria, Candida, Actinomyces dan Mycoplasma hominis. Organisme fakultatif paling menonjol adalah Lactobacillus sp, Corinebacteria, Streptococcus, Staphylococcus epidermidis dan Gardnerella vaginalis (Stephen & Kathleen, 2007). Semua wanita sebenarnya mempunyai paling sedikit organisme fakultatif dan dapat ditemukan pada 40–80% wanita. Organisme koliform virulen E. coli sering ditemukan kira-kira 20%. Organisme anaerob yang paling menonjol adalah Peptostreptococcus, Peptococcus, Lactobacillus anaerob, Eubacteria, Bacterioides sp yang dapat ditemukan secara keseluruhan atau sendiri-sendiri pada 20–60% wanita. Candida http://repository.unimus.ac.id 8 albicans, organisme jamur yang sering ditemukan, terdapat 5–10% wanita. Mycoplasma hominis 20–50% dan Ureaplasma urealiticum terdapat pada 50–70% wanita yang aktif berhubungan seksual. Jadi sulit untuk menentukan kapan keadaan tersebut patologis jika hanya berdasarkan ditemukannya suatu jenis bakteri tertentu (Febiliawanti, 2009). B. Penyebab Keputihan Beberapa jenis keputihan yang perlu diketahui oleh wanita adalah sebagai berikut (Iswati, 2010): (1). Keputihan yang berbusa dan cair, warna kuning kehijauan atau keputih-putihan, rasa gatal dan berbau busuk. Jika tidak ditangani lebih lanjut maka vagina akan terasa sakit dan bengkak. (2). Cairan keputihan yang warnanya putih seperti keju lembut dan berbau seperti ragi roti atau jamur. Infeksi ini disebabkan oleh jamur. (3). Cairan keputihan yang berbau anyir atau amis dan kental seperti susu. Keadaan ini disebabkan oleh infeksi Hemophillus. Diperlukan pemeriksaan yang khusus untuk membedakan dengan infeksi yang disebabkan oleh Trichomonas. (4). Keputihan encer seperti air, warna keabu-abuan atau coklat, dengan bercak darah dan berbau busuk. Ini merupakan tanda-tanda infeksi yang lebih parah seperti kanker atau penyakit menular seksual. Penyebab keputihan tergantung dari jenis keputihan yaitu keputihan yang fisiologis atau patologis. Keputihan fisiologis adalah fakta hormonal yang dapat ditemukan antara lain pada: (a). bayi yang baru lahir sampai usia kira-kira 10 hari yang disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina bayi, (b). waktu disekitar menarche http://repository.unimus.ac.id 9 timbul karena pengaruh hormon estrogen, (c). rangsangan seksual pada wanita dewasa disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina, (d). waktu disekitar ovulasi karena sekret dari kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer, (e). pada wanita dengan penyakit menahun, (f). kelelahan fisik dan kejiwaan juga merupakan penyebab keputihan (Iswati, 2010). Keputihan patologis dapat disebabkan adanya infeksi pada organ kewanitaan dapat berupa infeksi bakteri, jamur maupun parasit. Penyebabpenyebab infeksi ini harus diwaspadai: a. Bakteri 1. Gonococcus adalah bakteri yang menginfeksi karena hubungan seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonnorrhoeae, pada wanita biasanya mengenai membran mukosa uretra dan endoserviks. Infeksi selanjutnya akan menyebar ke jaringan yang lain. Neisseria gonnorrhoeae adalah bakteri Gram negatif, Diplococcus dengan diameter 0,6–1,0 mikrometer, koloni cembung berkilau, sifat mukoid, transparan, tidak berpigmen, bersifat fakultatif aerobik. Bakteri ini dapat ditemukan intraseluler dan ekstraseluler dalam lekosit netrofil. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen (Monaidi, 2015). Diagnosis GO ditegakkan dengan anamnesis (antara lain adanya riwayat keluarnya duh tubuh uretra atau vagina, nyeri waktu buang air kecil, berhubungan seksual risiko tinggi), pemeriksaan klinis http://repository.unimus.ac.id 10 (pada laki-laki dapat dijumpai muara saluran kencing bengkak, merah dan keluarnya nanah kuning kehijauan. Sementara pada wanita, karena tidak khas maka biasanya gejala klinis berupa vaginal discharge atau vaginal bleeding), dan pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang (Fitri et.al., 2008). Pemeriksaan penunjang yang memegang peranan penting dan sering dilakukan adalah pemeriksaan sediaan langsung dengan membuat hapusan sekret uretra atau serviks, dan biakan kuman. Dari pemeriksaan sediaan langsung yang dicat dengan gram, akan tampak kuman diplokokus yang gram negatif, berbentuk seperti ginjal pada intra selular atau ekstraselular (Ernawati, 2010). 2. Gardnerella vaginalis menyebabkan peradangan pada vagina yang tidak spesifik dan kadang dianggap sebagai mikroorganisme normal karena sering ditemukan pada vagina. Gardnerella vaginalis adalah bakteri Gram positif yang biasanya mengisi penuh pada epitel vagina dengan membentuk bentukan yang khas yang disebut dengan clue cells. Gardnerella vaginalis menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi gugus amin yang menguap bila cairan vagina menjadi basa sehingga menimbulkan bau yang khas seperti bau ikan (amis) (Aroutcheva et.al., 2001). Pada pemeriksaan terdapat sekret vagina yang homogen, tipis dan cair, warna http://repository.unimus.ac.id 11 putih keabu-abuan (Monaidi, 2015). Lebih dari 98% kasus bakterial vaginosis disebabkan oleh Gardnerella vaginalis (Aroutcheva et.al., 2001). Menurut Amsel diagnosa bakterial vaginosis dapat ditegakkan dengan ditemukannya tiga dari empat kriteria berikut ini: 1. Sekret vagina yang homogen, putih atau keabuan, tipis, melekat pada dinding vagina, dengan jumlah variasi. 2. Didapatkannya pH vagina > 4,5 dengan menggunakan kertas lakmus (interval 4,0–7,0) 3. Uji Whiff (Uji Amin) positif yaitu didapatkan bau amis dari vagina setelah ditetesi dengan KOH 10% 4. Pada pengecatan Gram ditemukan sel epitel vagina yang ditutupi oleh berbagai bakteri vagina sehingga memberikan gambaran granuler dengan batas sel yang kabur karena melekatnya bakteri batang atau kokus yang kecil. Pengecatan Gram pada cairan vagina lebih bermakna daripada pengecatan basah. Didapatkan clue cells > 20% merupakan indikator untuk vaginosis bakterial. 3. Chlamydia trachomatis merupakan bakteri yang lebih dari 50% menyebabkan kasus uretritis non spesifik. Chlamydia trachomatis merupakan parasit intraobligat, menyerupai bakteri http://repository.unimus.ac.id 12 Gram negatif. Dalam perkembangannya, Chlamydia trachomatis mengalami dua fase yaitu fase pertama adalah fase non infeksiosa yang terjadi pada keadaan laten ditemukan pada genitalia dan konjungtiva. Pada fase ini, bakteri bersifat intraseluler dan berada di dalam vakuol yang letaknya melekat pada inti sel hospes, disebut badan inklusi. Fase kedua merupakan fase penularan, bila vakuol pecah maka bakteri keluar dalam bentuk badan elementer yang dapat menimbulkan infeksi pada sel hospes baru (Bébéar and Barbeyrac, 2009; Monaidi, 2015). 4. Treponema pallidum merupakan bakteri penyebab penyakit sifilis yang penularannya melalui hubungan seksual. Treponema pallidum mempunyai beberapa sifat yaitu: (a). perjalanan penyakit sangat kronis, (b). dapat menyerang semua organ tubuh dalam perjalanannya, (c). mempunyai masa laten, (d). dapat kambuh kembali dan (e). dapat ditularkan dari ibu ke janin. Organisme ini bergerak aktif dan dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop medan gelap dan uji diagnostik serologi (Monaidi, 2015). 5. Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri obligat aerob berbentuk batang Gram negatif. Koloni pada media berbentuk bulat halus dengan warna fluoresensi hijau, bersifat oksidase positif dan tidak memfermentasi karbohidrat, tetapi banyak http://repository.unimus.ac.id 13 strain yang mengoksidasi glukosa. Identifikasi Pseudomonas aeruginosa berdasarkan pada morfologi bakteri, sifat oksidase positif dan adanya pigmen yang khas (Brooks et.al., 2007). Pseudomonas aeruginosa dapat menyebabkan vaginitis jika terjadi perubahan komposisi flora normal dimana Lactobacillus digantikan oleh bakteri patogen seperti Pseudomonas aeruginosa (Razzak et.al., 2011). 6. Escherichia coli merupakan bakteri batang Gram negatif yang merupakan flora normal pada gastrointestinal. Koloni berbentuk bulat, halus dengan tepi tegas dan menunjukkan hasil positif pada tes indol, lisin dekarboksilase, fermentasi manitol dan menghasilkan gas dari glukosa (Brooks et.al., 2007). Escherichia coli memiliki antigen K berupa polisakarida yang merupakan faktor virulensinya. Antigen K menyebabkan Escherichia coli dapat melakukan perlekatan bakteri pada sel epitel sebelum menginvasi saluran cerna atau saluran kemih. Escherichia coli juga memiliki bakteriosin berupa kolisin (Brooks et.al., 2007). Escherichia coli ditemukan pada sekret vagina dapat terjadi karena kontaminasi oleh mikroorganisme di rektal. Escherichia coli dapat menyebabkan vaginitis bakteri dikarenakan berkurangnya hidrogen peroksida yang diproduksi oleh Lactobacillus. Gejala vaginitis bakteri dapat berupa rasa terbakar, iritasi dan adanya discharge (Razzak et.al., 2011). http://repository.unimus.ac.id 14 7. Koloni Staphylococcus aureus berbentuk bulat, halus, meninggi dan berkilau, dan berwarna abu-abu hingga kuning tua kecoklatan (Brooks et.al, 2007). Staphylococcus aureus mempunyai koagulase yang dapat menggumpalkan plasma yang mengandung oksalat atau sitrat sehingga memiliki potensi mejadi patogen invasif. Staphylococcus menghasilkan katalase yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Uji katalase membedakan Staphylococcus yang hasilnya positif dengan Streptococcus yang hasil katalasenya negatif (Brooks et.al., 2007). Staphylococcus aureus dapat menyebabkan vaginitis bakteri ditandai dengan kurangnya hidrogen peroksida yang diproduksi oleh Lactobacillus (Razzak et.al., 2011). 8. Streptokokus Grup B merupakan bakteri Gram positif yang khas berpasangan atau membentuk rantai selama pertumbuhannya. Semua spesies Streptokokus merupakan bakteri non motil, non sporing dan menunjukkan hasil negatif pada tes katalase. Semua spesies Streptokokus adalah anaerob fakultatif, tidak mereduksi nitrat, memfermentasi glukosa dengan produk utama asam laktat, tidak menghasilkan gas. Bakteri Streptokokus Grup B merupakan anggota flora normal vagina pada 5–25% wanita usia subur (Jawetz et.al., 2007). Streptokokus Grup B memiliki faktor virulensi: (a). struktural dan (b). non struktural. Virulensi struktural terdiri dari http://repository.unimus.ac.id 15 komponen penyusun kapsul seperti antigen polisakarida, komponen protein permukaan yang terdiri dari antigen protein dan komponen penyusun dinding sel seperti antigen karbohidrat spesifik grup, asam teikoat dan asam lipoteikoat. Faktor virulensi non struktural metabolik yang merupakan produk ekstra sel bakteri berupa hemolisin, hipukirase, nuklease, protease dan hyaluronidase yang berperan dalam proses invasi (Brooks et.al., 2007). 9. Klebsiella merupakan pneumoniae kelompok Enterobacteriaceae berbentuk batang Gram negatif. Koloni pada media berbentuk mukoid, kapsul polisakarida dan kurang motil. Klebsiella pneumoniae menunjukkan hasil positif pada lisin dekarboksilase dan sitrat, positif pada uji motilitas dan menghasilkan gas dari glukosa. Klebsiella pneumoniae positif terhadap reaksi Voges-Preskauer. Klebsiella pneumoniae terdapat dalam saluran nafas dan feses pada sekitar 5% individu normal (Brooks et.al., 2007). Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri oportunistik yang dapat menyebabkan vaginitis bakteri. Gejala vaginitis berupa peradangan pada mukosa vagina, rasa terbakar, iritasi dan ketidaknyamanan (Razzak et.al., 2011). http://repository.unimus.ac.id 16 b. Jamur Candida merupakan salah satu flora normal yang memiliki sifat oportunis yang dapat dijumpai di seluruh tubuh: pada mulut, kulit, selaput mukosa vagina, kuku, kolon dan saluran anorektal. Candida sp yang paling sering menimbulkan infeksi kandidiasis vulvovaginalis adalah Candida albicans. Infeksi Candida sp. pada vulva dan atau vagina disebut kandidiasis vaginalis (Elsa et.al., 2012). Pada umumnya, infeksi disebabkan kolonisasi yang berlebihan dari spesies Candida yang sebelumnya bersifat komensal pada vagina dan vulva. Spesies Candida mempunyai koloni berwarna putih kecoklatan sampai kekuningan, bulat dan besar dengan ukuran 3–5 mikrometer, tumbuh cepat dan menjadi dewasa dalam waktu 3 hari, permukaan koloni licin, mengkilat, halus dan kering, mempunyai budding cell, pseudohifa dan hifa, berbau seperti ragi. Fluor albus pada kandidosis vagina berwarna kekuningan disertai gumpalan-gumpalan seperti susu berwarna putih kekuningan (Jawetz et.al., 2007; Monaidi, 2015). Faktor resiko kandidiasis vaginalis seperti diabetes mellitus yang tidak terkontrol, penggunaan kontrasepsi, cairan pembersih vagina, hubungan seksual yang beresiko, penggunaan imunosupresan dan kehamilan. Orang yang suka berganti-ganti pasangan seks dan melakukan hubungan seksual yang tidak aman beresiko tinggi tertular infeksi http://repository.unimus.ac.id 17 menular seksual termasuk infeksi Candida albicans (Elsa et.al., 2012). c. Parasit Trichomonas vaginalis merupakan spesies parasit yang bersifat patogen pada manusia dan biasanya ditularkan melalui hubungan seksual. Trichomonas dapat menyebabkan infeksi pada saluran urogenital yang bersifat akut atau kronik. Parasit ini berbentuk lonjong seperti buah pir dengan satu membran bergelombang pendek yang dilapisi flagellum dan mempunyai empat flagel anterior. Trichomonas mudah dilihat pada sediaan basah karena gerakannya. Trichomonas berukuran panjang 23-39 mikrometer (badan 8-13 mikrometer dan flagel 8-15 mikrometer) dan lebar 5-8 mikrometer. Trichomonas berkembang biak dengan cara membelah diri binary fission. Kemudian inti membelah dengan cara mitosis yang dilakukan setiap 8 sampai 12 jam dengan kondisi yang optimum. Pada wanita, parasite ini hidup di vagina dan servik dan bisa juga ditemukan bladder di glandula Bartholini, urethra maupun urinary (Wahyuni, 2015). Tidak seperti protozoa lain, Trichomonas vaginalis tidak memiliki bentuk kista (Krieger dan Alderete, 1999). Trichomonas hidup dalam suasana pH 5,0–7,5 sehingga parasit ini tidak dapat hidup pada vagina yang asam yaitu pH 3,8–4,4. Cairan vagina yang keluar berwarna kekuningan, http://repository.unimus.ac.id 18 kuning hijau, berbau tidak sedap dan berbusa (Monaidi, 2015). Infeksi T.Vaginalis pada wanita dapat menyebabkan komplikasi pada wanita hamil seperti kelahiran premature, berat badan lahir rendah dan kematian janin dalam rahim. Predisposisi untuk mengalami infeksi infeksi HIV, AIDS , gonorrhea, dan kanker leher rahim (Schwebke JR, 2004). d. Virus Herpes simplex genitalis merupakan virus yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual tetapi tidak dapat ditularkan melalui udara atau air. Herpes simplex genitalis disebabkan oleh virus Herpes hominis atau virus Herpes simplex yang merupakan salah satu infeksi tersering pada manusia. Virus Herpes simplex ada dua tipe yaitu tipe I dan tipe II yang merupakan virus DNA. Tempat predileksi virus tipe I adalah daerah pinggang ke atas terutama daerah mulut dan hidung. Virus tipe II mempunyai tempat predileksi di daerah pinggang ke bawah terutama di daerah genital, juga dapat menyebabkan herpes meningitis dan infeksi neonatus. Pada awal infeksi tampak kelainan yaitu berupa kulit melepuh seperti terkena air panas, kemudian pecah, menimbulkan luka seperti borok dan penderita merasa kesakitan (Monaidi, 2015). e. Benda Asing Adanya benda asing seperti AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang dipakai http://repository.unimus.ac.id 19 pada waktu senggama dapat merangsang pengeluaran cairan yang berlebihan. Jika rangsangan ini menimbulkan luka maka akan memungkinkan terjadinya infeksi penyerta dari flora normal yang ada pada vagina sehingga menimbulkan keputihan (Prawirohardjo, 2008). f. Neoplasma Neoplasma atau keganasan yang menyebabkan kanker dapat mengakibatkan keputihan patologis akibat gangguan pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga menyebabkan sel tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak akibat perdarahan dan pembusukan, pecahnya pembuluh darah untuk diberikan sebagai nutrisi bagi sel kanker tersebut. Pada keadaan ini terjadi pengeluaran cairan yang banyak dan berbau busuk akibat terjadinya proses pembusukan dan disertai adanya darah yang tidak segar (Monaidi, 2015). C. Patogenesis Flora normal vagina mencakup Streptococcus alfa hemolitik, Streptococcus anaerob (Peptostreptococcus), Clostridia, Gardnerella vaginalis, Ureaplasma urealyticum, dan terkadang Listeria, Mobiluncus sp. atau Lactobacillus sp. yang paling dominan. Gangguan keseimbangan flora normal atau perubahan pH asam menjadi alkalis akan memicu kolonisasi organisme lain. Kondisi ini dapat menyebabkan kelainan berupa vaginosis http://repository.unimus.ac.id 20 bakterial, vaginitis dan cervisitis, sehingga sekret vagina menjadi tidak normal dan jumlah bakterinya banyak. Pada bakterial vaginosis terdapat pertumbuhan berlebihan dari bakteri Gardnerella vaginalis akibat perubahan pH vagina dari asam menjadi alkalis dan pertumbuhan bakteri anaerob lain yang berlebihan, Bacterioides spp dan Mobiluncus spp. Vaginitis dapat disebabkan oleh protozoa (Trichomonas vaginalis) atau jamur Candida albicans. Cervicitis dapat disebabkan oleh Neisseria gonnorrhoeae dan parasit Chlamydia trachomatis (Greenwood et al., 2007; Stephen & Kathleen, 2007; Monaidi, 2015). Trichomonas vaginalis masuk ke dalam vagina melalui hubungan seksual, yang kemudian menyerang epitel squamosa vagina dan mulai bermultiplikasi secara aktif. Hal ini menyebabkan suplai glikogen untuk Lactobacillus menjadi berkurang bahkan tidak ada sama sekali. Akibatnya jumlah Lactobacillus menjadi sedikit atau hilang sama sekali sehingga produksi asam laktat menurun dan pH vagina meningkat antara 5,0 dan 5,5. Suasana basa ini memungkinkan Trichomonas berkembang dengan cepat. Infeksi Trichomonas vaginalis dapat menyebabkan kelahiran prematur dan meningkatkan transmisi penularan HIV (Krieger dan Alderete, 1999; Sherrard et.al, 2014). Lactobacillus merupakan bakteri dominan di dalam vagina wanita yang berperan sebagai flora normal vagina. Peran tersebut dilakukan dengan memproduksi asam laktat untuk menjaga keasaman pH vagina serta memproduksi hidrogen peroksida yang berperan http://repository.unimus.ac.id dalam menekan 21 pertumbuhan bakteri-bakteri lain dalam vagina. Peranan Lactobacillus dianggap sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem vagina dan menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen karena mempunyai kemampuan untuk mengubah glikogen dari epitel vagina yang terlepas menjadi asam laktat, sehingga vagina tetap dalam keadaan pH asam (pH 3,0–4,5). pH asam inilah yang mencegah tumbuhnya mikroorganisme yang patogen (Razzak et.al., 2011). Bila terjadi gangguan keseimbangan flora normal vagina yang disebabkan oleh beberapa faktor dimana populasi Lactobacillus sp yang dominan akan digantikan oleh bermacam-macam organisme patologis. Mikroorganisme patologis akan memberikan suatu reaksi inflamasi di daerah vagina. Sistem imun tubuh akan bekerja membantu fungsi dari bakteri Lactobacillus sehingga terjadi pengeluaran lekosit, maka terjadilah keputihan (Greenwood et al., 2007; Stephen & Kathleen, 2007; Razzak et.al., 2011; Monaidi, 2015). D. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan dua cara, yaitu: (a) secara makroskopis dan (b) secara mikroskopis. Pemeriksaan laboratorium secara makroskopis, yaitu: 1. Pemeriksaan Kultur Pemeriksaan kultur dilakukan untuk identifikasi jenis bakteri aerob dan jamur yang terdapat pada sekret vagina yang ditanam pada media MRS agar (deMann Rogosa Sharpe agar), BAP (Blood http://repository.unimus.ac.id 22 Agar Plate), MC (Mac Conkey agar) dan SDA (Sabouraud Dextrose agar). 2. Uji Reaksi Biokimia Pemeriksaan dengan TSIA, katalase koagulase dan gula-gula. Pemeriksaan laboratorium mikroskopis: 1. Pengecatan KOH 10% Pemeriksaan ini untuk identifikasi adanya Candida secara langsung. Pada obyek gelas steril dioleskan bahan pemeriksaan dari sekret vagina yang diambil secara aseptik dengan menggunakan cytobrush kemudian ditetesi dengan KOH 10%, tutup dengan deck glass dan lihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x. Hasil positif Candida jika ditemukan yeast dan pseudohifa. 2. Pengecatan Gram Dengan menggunakan cytobrush diambil sekret vagina, oleskan pada obyek gelas, keringkan, kemudian fiksasi dengan lampu spiritus. Material digenangi dengan larutan karbol Gentian Violet selama 1 menit, sisa cat dibuang, genangi dengan lugol selama 1 menit, cuci dengan air mengalir, lalu ditetesi dengan alkohol absolut, cuci dengan air mengalir kemudian genangi dengan Air Fuchsin selama 30–60 detik. Cuci dengan air mengalir dan biarkan kering. Periksa dengan mikroskop pada pembesaran http://repository.unimus.ac.id 23 1000x dengan menggunakan minyak imersi. Pemeriksaan ini untuk identifikasi bentuk dan sifat bakteri terhadap pengecatan Gram apakah bakteri Gram positif atau Gram negatif serta identifikasi ada tidaknya clue cells. E. Kerangka teori Keputihan Sekret vagina Patologis Fisiologis F. Benda asing Infeksi Keganasan Parasit Bakteri Jamur Virus Trichomona s vaginalis Gonococci Gardnerella vaginalis Chlamydia trachomatis Treponema pallidum Pseudomonas aeruginosa Escherichia coli Staphylococcus sp Streptococcus sp Klebsiella pneumoniae Candida sp Herpes simplex genitalis Hormonal Kerangka Konsep Sekret vagina Jenis Bakteri dan Jamur http://repository.unimus.ac.id