1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Matahari telah

advertisement
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Matahari telah menjadi simbol penting di banyak kebudayaan sepanjang
peradaban manusia. Sinar matahari merupakan sumber energi terbesar bagi
kehidupan yang memberikan suhu yang sesuai untuk kelangsungan hidup
organisme di muka bumi. Matahari menjaga air yang merupakan salah satu
penyokong terpenting bagi kehidupan tetap dalam bentuk cair. Dengan sinar
matahari tumbuhan berklorofil mengadakan fotosintesis (Wisnubroto, 2006)
sehingga dapat tumbuh serta menghasilkan oksigen dan berperan sebagai sumber
pangan bagi hewan dan manusia (WHO, 2003).
Sinar matahari disamping memberikan manfaat juga dapat menimbulkan
dampak negatif bagi kesehatan khususnya kesehatan kulit. Pajanan sinar matahari
tidak hanya membuat kulit menjadi gelap, tapi juga dapat menyebabkan gangguan
kesehatan kulit. Berbagai gelombang elektromagnetik terkandung dalam cahaya
matahari, seperti radiasi ultraviolet (UV) 45%, sinar tampak 5% dan infra merah
(IR) 50%. Pajanan matahari yang berlebihan merupakan etiologi terjadinya
eritema, edema, dan supresi imun yang pada akhirnya dihubungkan sebagai
pemicu terbentuknya kanker kulit (Cho et al., 2005; Matsumura dan
Ananthaswamy, 2002).
Dampak negatif ini semakin besar dirasakan saat ini seiring semakin
menipisnya lapisan ozon. The American Cancer Society memperkirakan bahwa
kejadian kanker kulit telah meningkat 30 tahun terakhir ini dimana kejadian
1
2
kanker kulit non melanoma lebih besar dari 2 juta orang setiap tahunnya, dan
melanoma sekitar 65.000 sampai 70.000 orang (Hockberger, 2002). Data terakhir
menurut European Skin Cancer Foundation, kanker kulit adalah kanker yang
paling umum di dunia. Insiden kanker kulit non-melanoma dan kanker kulit
melanoma telah meningkat selama beberapa dekade terakhir. Saat ini, antara 2 dan
3 juta kanker kulit non-melanoma dan 200.000 kanker kulit melanoma terjadi
secara global setiap tahun. Sebagian besar kanker kulit terjadi pada area tubuh
yang paling sering terkena sinar matahari, seperti wajah, leher, kepala dan
punggung tangan (Sax, 2000).
Radiasi sinar UV dibagi tiga jenis menurut panjang gelombangnya yaitu
UVA, B dan C (Menter dan Hatch, 2003; IS0 21348, 2004). Sinar UVA
merupakan sinar UV yang paling banyak menimbulkan radiasi. Sinar UVA
memiliki panjang gelombang 315-400 nm dan merupakan 90% sampai 95% dari
radiasi UV yang mencapai permukaan bumi (Kochevar et al., 2008).
Sinar UVB memiliki panjang gelombang 290-315 nm dengan energi lebih
kuat mencapai permukaan bumi dibanding UVA. Radiasi sinar UVB memiliki
intensitas tertinggi saat jam 10:00-14:00 dan sebagian sinar UVB terblokir oleh
lapisan ozon di atmosfer (Kullavanijaya et al., 2005; Miyamura et al., 2011).
Sinar UVB dalam jumlah kecil bermanfaat dalam sintesis vitamin D, namun
dalam intensitas besar memicu eritema yang dapat menyebabkan kerusakan DNA
sel sehingga dapat menyebabkan kanker kulit (Holick, 1995).
Sinar UVC mempunyai panjang gelombang <290 nm dan sebagian
sinarnya tidak ditransmisikan ke bumi karena terblokir oleh lapisan stratosfer
3
ozon. Namun semakin menipisnya lapisan ozon karena meluasnya kerusakan
lingkungan, memberi peluang sinar UVC menembus bumi yang akhirnya dapat
menimbulkan kerugian bagi manusia (Jou et al., 2003; Menter & Hatch, 2003).
Pajanan sinar UV yang terlalu lama dan berlebihan pada tubuh manusia
dapat mengakibatkan efek kesehatan akut dan kronis pada kulit, mata, dan sistem
kekebalan tubuh (WHO, 2013). Kelainan kulit bersifat akut, misalnya sunburn
(kemerahan terbakar matahari), tanning dan bersifat kronik, misalnya kanker kulit
dan photoaging (penuaan dini). Sebesar 80% proses penuaan dini pada wajah
disebabkan oleh sinar matahari (Hanson et al., 2006).
Radiasi sinar UV merusak kulit karena berhubungan dengan stress
oksidatif berat pada kulit dengan mempengaruhi epidermis serta lapisan bawah
dermis dengan jalan berinteraksi dengan kromofor dan photosensitizer
menghasilkan ROS yang menyebabkan kerusakan DNA yang diawali terjadinya
peningkatan lipid peroksidase dengan mengaktifasi jalur tranduksi sinyal
sitoplasmik yang berkaitan dengan pertumbuhan, diferensiaisi, penuaaan, dan
degradasi jaringan ikat yang banyak mengandung fibroblas dan kolagen. Kolagen
berperan dalam menunjang kesehatan kulit. Mekanisme penurunan sintesis
kolagen dapat melalui dua mekanisme yaitu penuaan seluler fibroblas serta
hilangnya stimulasi mekanis akibat penurunan serabut kolagen yang masih utuh
yang salah satu penyebabnya terinduksinya matrix metalloproteinase (MMPs)
oleh pajanan UVB (Saguet et al., 2006; Varani et al., 2004; Pinnell et al., 2003;
Chainiauxe et al., 2002).
Kebutuhan pokok manusia bukan hanya sandang pangan dan papan namun
4
juga kesehatan. Memelihara kesehatan dengan perilaku hidup sehat merupakan
salah satu usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan akan kesehatan. Indonesia
sebagai negara tropis tak akan pernah lepas dari pajanan sinar matahari sepanjang
tahun yang tentu dapat menyebabkan timbulnya permasalahan kesehatan
khususnya pada kulit. Dengan semakin menipisnya lapisan ozon akibat kerusakan
ekosistim akan semakin besar risiko gangguan kesehatan kulit. Usaha melindungi
kulit dari dampak negatif akibat pajanan sinar matahari dengan demikian sangat
diperlukan (Nash, 2006; Couteau at al., 2011).
Salah satu usaha dari para peneliti dalam studi dermatologi untuk
mencegah dampak negatif akibat pajanan sinar matahari adalah produk pelindung
kulit dari pajanan sinar UV. Produk yang banyak dikembangkan salah satunya
adalah sediaan tabir surya (sunscreen). Organisasi medis seperti American Cancer
Society merekomendasikan penggunaan tabir surya karena membantu dalam
pencegahan karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel basal. Penggunaan tabir
surya yang berisi filter UV secara rutin dapat menyerap, merefleksikan, atau
menyebarkan foton UV sehingga dapat memperlambat atau mencegah
perkembangan keriput kulit kendur, dan penuaan dini (Poon et al., 2003; Gonzales
et al., 2008).
Menurut Finnen (1987), senyawa-senyawa tabir surya organik umumnya
mempunyai inti benzena yang tersubstitusi pada posisi ortho atau para yang
terkonjugasi dengan gugus karbonil. Sebagai contoh senyawa organik yang sering
digunakan antara lain asam p-aminobenzoat (PABA), oktil salisilat, benzofenon,
senyawa turunan kalkon dan senyawa turunan sinamat (oktil metoksisinamat).
5
Sediaan tabir surya dengan berbagai macam merek tersedia di pasaran dan
cukup membantu konsumen untuk memberi perlindungan kulit terhadap sinar UV.
Meskipun berbagai produk yang ada di pasaran dalam segi jumlah merek dari
tahun ketahun bertambah secara nyata tapi dari segi bahan dasar tabir surya masih
belum banyak bertambah. Bahan dasarnya yang ada saat ini ada yang dapat
merusak ekosistem, karena mengandung senyawa anorganik yang sulit
terdagradasi dengan sempurna. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu sediaan
tabir surya yang mempunyai efikasi tinggi dan aman bagi kulit (Nash, 2006).
Universitas Gadjah Mada melalui Laboratorium Kimia Organik, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) bekerja sama dengan bagian
Farmakologi & Terapi, serta Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran (FK) telah merintis pengembangan senyawa tabir surya dalam upaya
menghasilkan produk tabir surya yang efektif dan aman digunakan sehari-hari.
Saat ini yang baru selesai disintesis adalah senyawa benzoil dan sinamoil
terkonyugasi pada kaliks[4]resorsinarena (Budiana, 2013).
Sintesis senyawa benzoil dan sinamoil yang terkonyugasi pada
kaliks[4]resorsinaren tidak lepas dari berbagai penelitian sebelumnya mengenai
kaliks[4]resorsinarena itu sendiri yang saat ini menjadi perhatian para ilmuan
berbagai
ilmu
pengetahuan
khususnya
dibidang
kimia
dan
kesehatan.
Kaliks[4]resorsinarena merupakan senyawa aromatis yang berasal dari
resorsinol dan gugus aldehid yang kaya dengan konjugasi elektron (Gutsche,
1989). Kaliks[4]resorsinarena atau kaliksaren sendiri mempunyai sifat tidak
sitotoksik termasuk turunannya dan telah dilakukan penelitian sebagai adsorben
6
logam berat dan anti dotum (Paclet et al., 2006; Sarjono et al., 2008, sebagai
komponen membran elektroda selektif ion perak (Ramadani et al., 2006), dan
ikatan dengan amphotericin B sebagai anti jamur (Zumbuehl & Carreira, 2006)
Kaliks[4]resorsinarena mempunyai titik lebur tinggi dengan stabilitas kimia
termal, dan radiasi yang baik serta fotostabil. Struktur yang berbentuk mangkuk
dengan konjugasi atom-atom yang kaya elektron berpotensi sebagai perangkap
sinar UV, mempunyai titik lebur tinggi serta foto stabil (Paclet et al., 2006;
Chawla et al., 2011).
Turunan dari kalikresorsirena yang berhasil disintesis dan potensial
dikembangkan sebagai tabir surya adalah benzoil kaliks[4]resorsinarena dengan
seri:
(1).
benzoil
C-fenilkaliks[4]resorsinarena,
(2).
benzoil
C-metil
kaliks[4]resorsinarena, dan (3). C-fenilkaliks[4]resorsinaril okta benzoat, ketiga
senyawa tersebut terbukti mampu menyerap sinar UV dari hasil analitis
spektroskopi UV-Vis Milton Roy spectronic 3000 Arraytm (Budiana, 2013).
Meskipun terbukti mampu menyerap sinar UV yang tinggi, namun ketiga
senyawa tersebut belum pernah dikaji potensinya sebagai senyawa tabir surya.
Penelitian ini merupakan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji beberapa
turunan benzoil kaliks[4]resorsinarena sebagai senyawa tabir surya secara in vitro
pada biakan fibroblas yang dipajani sinar UV-B. Selain itu dalam penelitian ini
juga akan dikaji mekanisme turunan benzoil kalis[4]resorsinarena sebagai
senyawa tabir surya in vitro dan toksisitasnya secara in vitro.
7
I.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang penelitian diungkapkan di atas, permasalahan
penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah senyawa turunan benzoil kaliks[4]resorsinarena: benzoil C-fenil
kaliks[4]resorsinarena, benzoil C-metilkaliks[4]resorsinarena dan C-fenil
kaliks[4]resorsinaril okta benzoat secara in vitro mempunyai efek proteksi
terhadap kultur fibroblas yang diberi pajanan sinar UV-B.
2. Apakah senyawa turunan benzoil kaliks[4]resorsinarena: benzoil C-fenil
kaliks[4]resorsinarena, benzoil C-metilkaliks[4]resorsinarena dan C-fenil
kaliks[4]resorsinaril okta benzoat secara in vitro mempunyai sitotoksisitas
dan indeks sitoksitas yang selektif terhadap kultur fibroblas.
3. Apakah senyawa turunan benzoil kaliks[4]resorsinarena: benzoil C-fenil
kaliks[4]resorsinarena, benzoil C-metilkaliks[4]resorsinarena dan C fenil
kaliks[4]resorsinaril okta benzoat mempunyai efek meningkatkan deposisi
kolagen pada kultur fibroblas yang diberi pajanan sinar UVB.
4. Apakah senyawa turunan benzoil kaliks[4]resorsinarena: benzoil C-fenil
kaliks[4]resorsinarena, benzoil C-metilkaliks[4]resorsinarena dan C-fenil
kaliks[4]resorsinaril
okta
benzoat
mempunyai
efek
menghambat
peningkatan degradasi kolagen pada kultur fibroblas yang diberi pajanan
sinar UVB.
8
I.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan senyawa
turunan seri benzoil kaliks[4]resorsinarena sebagai senyawa tabir surya melalui uji
in vitro pada kultur fibroblas. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah.
1. Mengetahui apakah senyawa turunan benzoil kaliks[4]resorsinarena:
benzoil
C-fenilkaliks[4]resorsinarena,
benzoil
C-metilkaliks[4]
resorsinarena dan C-fenilkaliks[4]resorsinaril okta benzoat mempunyai
efek proteksi terhadap kultur fibroblas yang diberi pajanan sinar UVB.
2. Mengetahui apakah senyawa turunan benzoil kaliks[4]resorsinarena:
benzoil
C-fenilkaliks[4]resorsinarena,
benzoil
C-metilkaliks[4]
resorsinarena dan C-fenilkaliks[4]resorsinaril okta benzoat mempunyai
sitotoksitas dan indeks sitoksitas yang selektif terhadap kultur fibroblas.
3. Mengetahui apakah senyawa turunan benzoil kaliks[4]resorsinarena:
benzoil C-fenilkaliks[4]resorsinarena, benzoil C-metilkaliks[4]resorsinarea
dan
C-fenil
kaliks[4]resorsinaril
okta
benzoat
mempunyai
efek
meningkatkan deposisi kolagen pada kultur fibroblas yang diberi pajanan
sinar UVB.
4. Mengetahui apakah senyawa turunan benzoil kaliks[4]resorsinarena:
benzoil C-fenilkaliks[4]resorsinarena, benzoil C-metilkaliks[4]resorsinarea
dan
C-fenilkaliks[4]resorsinaril
okta
benzoat
mempunyai
efek
menghambat peningkatan degradasi kolagen pada kultur fibroblas yang
diberi pajanan sinar UVB.
9
I.4. Keaslian Penelitian
Chawla et al. (2011) tentang pengukuran sun protection factor (SPF)
senyawa tetrapropoxycalix[4]arene enonesand cinnamates konsentrasi 2%
menghasilkan SPF 5,2 sedangkan kombinasi bersama OMC memberikan SPF 8.8.
Penelitian lainnya oleh Tsukahara et al. (2005) meneliti efek fotoproteksi tabir
surya pada kulit mencit yang diberikan sinar UVA dengan melihat aktivitas
elastisitas kulit. Indrayani, (2007) meneliti efek SPF senyawa tabir surya
hidroksida ganda terlapis Zn Al asam para amino benzoat baik secara in vitro dan
in vivo. Saraswati et al. (2010) meneliti pengaruh pemberian alpha lipoic acid
terhadap sintesis kolagen dan viabilitas fibroblas setelah terpajan sinar UVA.
Budiana, (2013) mensintesis seri benzoil kaliks[4]resorsinarena dan sinamoil
kaliks[4]resorsinarena serta uji aktivitasnya sebagai adsorben, antidotum logam
berat dan tabir surya secara in vitro spektrofotometrik. Anggraeni, (2014) meneliti
sitotoksisitas dan efek proteksi turunan senyawa sinamoil kaliks[4]resorsinarena
terhadap viabilitas sel fibroblas kulit normal manusia yang terpajan sinar UVB.
Sepengetahuan penulis, sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian
untuk mengkaji senyawa turunan seri benzoil kaliks[4]resorsinarena secara in
vitro pada biakan fibroblas.
I.5. Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberi
manfaat
bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan negara dan bangsa, yaitu:
10
1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Untuk memberikan informasi berupa data pendahuluan mengenai efek
proteksi senyawa turunan benzoil kaliks[4]resorsinarena terhadap pajanan
UV pada kultur fibroblas dan sebagai dasar ilmiah untuk mengkaji lebih
lanjut efek proteksi dari senyawa turunan benzoil kaliks[4]resorsinarena.
2. Bagi mahasiswa
Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
penerapan metode kultur sel diberbagai penelitian eksperimental.
3. Bagi pembangunan Bangsa dan Negara
Untuk memberi kontribusi dalam meningkatkan derajat kesehatan nasional
dengan tersedianya produk kosmetik dalam hal ini tabir surya sebagai hasil
karya anak bangsa sendiri yang bermutu dan aman dan dapat
dipertanggungjawabkan secara medis. Serta untuk memperkaya produk
hasil dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan terhadap produk
luar negeri.
Download