PENDAHULUAN Latar Belakang Sel fibroblas merupakan sel yang paling umum ditemui pada jaringan ikat. Sel ini bertanggung jawab terhadap sintesis komponen matriks ekstraseluler yang terdiri dari serabut dan bahan dasar (Junquieira dan Carneiro 2005). Serabut jaringan ikat terdiri dari serabut kolagen, retikuler, dan elastik (Dixon 2007). Menurut Junquieira dan Carneiro (2005) serabut jaringan ikat didominasi oleh kolagen yang membentuk tendon, aponeurose, kapsula organ, dan meningen. Bahan dasar terdiri dari makromolekul anionik (glycosaminoglycans dan proteoglycans) dan multiadhesive glycoprotein (laminin dan fibronectin) (Junquieira dan Carneiro 2005). Sel fibroblas mampu mensekresi enzim yang berfungsi mendegradasi matriks ekstraseluler sebagai respons terhadap adanya luka atau saat dibutuhkan untuk proses perbaikan jaringan. Selain itu, sel fibroblas juga dapat menghasilkan beberapa faktor yang dapat menstimulasi atau menghambat proliferasi, diferensiasi, peradangan, serta angiogenesis tergantung pada keadaan atau kebutuhan jaringan. Sel fibroblas akan membelah dengan relatif lambat pada jaringan normal, tetapi akan segera berproliferasi dengan cepat sebagai respon saat terjadi perlukaan jaringan. Proses proliferasi ini secara umum dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan (growth factor) yang dihasilkan oleh platelet saat terjadi perlukaan. Sel fibroblas merupakan sel pertama yang berhasil dikultur secara in vitro. Menurut Prowse et al. (2007) kultur in vitro sel-sel fibroblas dapat mensekresikan sekitar 175 jenis protein. Beberapa jenis protein tersebut memiliki peranan penting dalam mempertahankan pluripotensi stem sel embrionik manusia. Selain itu, beberapa protein yang dihasilkan oleh sel-sel fibroblas juga berperan sebagai growth factor. Salah satu growth factor yang dihasilkan oleh sel fibroblas adalah basic fibroblast growth factor (bFGF/FGF2) (Pereira et al. 2000). Faktor pertumbuhan ini biasa digunakan dalam bentuk fibroblast feeder layer maupun dalam bentuk fibroblast conditioned medium (Levenstein et al. 2006). Kemampuan FGF2 dalam mempertahankan pluripotensi stem sel dikarenakan stem sel embrionik manusia memiliki reseptor mRNA untuk FGF2 (Van Den Bos et al. 1997, Xu et al. 2005). Medium yang mengandung sekreta yang dihasilkan oleh sel-sel fibroblas kemudian dikenal dengan sebutan conditioned medium (CM). Conditioned medium dari rat embryonic fibroblast (CM-REF) telah terbukti mampu menginduksi peningkatan proliferasi bone marrow mesenchymal stem cells dan menjaga pluripotensinya (Efendi 2009). Peranan lain dari kultur sel-sel fibroblas adalah sebagai feeder layer. Mouse embryonic fibroblast (MEF) merupakan kultur sel fibroblas yang banyak digunakan sebagai feeder layer dalam penelitian yang berkaitan dengan stem sel embrionik manusia karena kemampuannya menghasilkan beberapa faktor yang mampu menghambat diferensiasi sel (Rylova et al. 2008). Menurut Navsaria et al. (1994) MEF yang digunakan sebagai feeder layer menghasilkan protein matriks ekstraseluler yang mendorong perlekatan sel (attachment), selain itu MEF juga menghasilkan sitokin dan faktor pertumbuhan yang dapat menstimulasi proliferasi sel (Mallon et al. 2006). Selain digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan stem sel, kultur sel-sel fibroblas juga dikembangkan untuk digunakan sebagai sel inang dalam produksi bahan-bahan terapeutik yang berkaitan dengan virus, misalnya dalam pembuatan vaksin (McSharry et al. 2001, Butler 2004). Compton (1993) berhasil membuktikan bahwa immortalized human fibroblast cell line dapat digunakan dalam analisis genetik mengenai human cytomegalovirus (HCMV). Chick fibroblast juga pernah dijadikan sebagai substrat virus avian leukosis untuk menghasilkan vaksin cacar air dan penyakit gondok (Johnson dan Heneine 2001). Adanya potensi dari kultur sel-sel fibroblas baik sebagai bahan yang dapat mempertahankan pluripotensi stem sel embrionik manusia maupun sebagai media untuk menguji bahan-bahan terapeutik, menyebabkan perlunya dilakukan analisis terhadap kemampuan pertumbuhan sel-sel fibroblas fetus tikus serta protein yang disekresikan dalam kultur in vitro setelah mengalami beberapa pasase. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati morfologi dan mengidentifikasi kemampuan pertumbuhan sel-sel fibroblas fetus tikus serta protein yang disekresikan dalam kultur in vitro setelah mengalami beberapa pasase. Manfaat Penelitian ini dapat memberikan manfaat yaitu diperolehnya informasi tentang kemampuan pertumbuhan sel-sel fibroblas fetus tikus serta protein yang disekresikan dalam kultur in vitro setelah mengalami beberapa pasase. Selain itu, juga diperolehnya bahan baik feeder layer maupun conditioned medium yang dapat dimanfaatkan untuk menginduksi stem sel embrionik, serta diperolehnya galur sel fibroblas.