BAB 6 PEMBAHASAN Fibroblas merupakan elemen utama pada

advertisement
64
BAB 6
PEMBAHASAN
Fibroblas merupakan
elemen utama pada proses perbaikan untuk
pembentukan protein struktural yang berperan dalam pembentukan jaringan. 27
Hasil uji Kruskal-Wallis pada jumlah fibroblas diperoleh nilai p=0,004 (p<0,05),
ini berarti ada berbedaan jumlah fibroblas pada keempat jenis perlakuan. Fase
proliferasi ditandai dengan pembentukan jaringan granulasi pada luka.7,53 Jaringan
granulasi merupakan kombinasi dari elemen seluler termasuk fibroblas dan sel
inflamasi, yang bersamaan
dengan timbulnya kapiler baru tertanam dalam
jaringan longgar ekstra seluler dari matrik kolagen, fibronektin dan asam
hialuronik. Peningkatan jumlah fibroblas pada daerah luka merupakan kombinasi
dari proliferasi dan migrasi.29,30
Hasil uji statistik jumlah fibroblas pada masing-masing kelompok,
didapatkan 4 kelompok yang disimpulkan ada perbedaan bermakna yaitu K
dengan P2 (p=0,009), K dengan P3 (p=0,009), P1 dengan P2 (p=0,028) dan P1
dengan P3 (p=0,028). Sintesis kolagen dari fibroblas merupakan suatu proses
yang sangat memerlukan oksigen. Vitamin C juga mempunyai peran penting
dalam sintesis kolagen, tanpa adanya
vitamin C maka kolagen muda yang
dieksresikan ke daerah luka oleh fibroblas berjumlah sedikit. Oksidasi vitamin C
dengan kofaktor Fe2+ menyebabkan
dikeluarkannya
sejumlah anion radikal
oksigen superoksida ( 02-). Ketika produksi 0 2- melebihi jumlah oksigen yang
tersedia, sintesis kolagen akan meningkat. Kapan mulai dan berhentinya sintesis
65
kolagen menjadi suatu hal yang masih secara aktif diteliti, beberapa sinyal yang
mempengaruhi sintesis kolagen diantaranya faktor pertumbuhan, tekanan parsial,
dan konsentrasi laktat.7,20,23 Kekurangan besi akan mengganggu proses
penyembuhan luka karena secara signifikan besi yang rendah menyebabkan
anemia dan mengurangi jumlah pengantar oksigen ke jaringan.Besi memainkan
peran utama pada respirasi seluler dan proliferasi sel. Besi juga sebagai faktor
pembantu pada hydroksilasi proline dan lysine pada proses sintesis kolagen.15
Hasil uji statistik
terdapat 2 kelompok yang disimpulkan tidak ada
perbedaan bermakna jumlah fibroblas yaitu K dengan P1 (p=0,075), P2 dengan P3
(p=0,602). Pada kondisi defisiensi Vitamin C maka akan terjadi kekurangan OHProlin akibatnya terjadi denaturasi spontan sehingga heliks triple tidak terbentuk
dan akibat lanjutnya adalah kolagen terdegradasi oleh sel. Proses kontraksi luka
pada epitelisasi lebih lambat, desposisi jaringan ikat berkurang. Setiap lapisan
kulit mempunyai karakteristik perubahan sendiri pada bertambahnya usia.3,41
Kekurangan zinc dapat mengganggu proses normal penyembuhan luka termasuk
didalamnya adalah menunda ephitelisasi, mengurangi proliferasi dari fibroblas
dan mengurangi sintesis kolagen. Penelitian terkait menunjukkan bahwa zinc
mempengaruhi produksi dari berbagai cytokine oleh sel mononuclear selain itu
meningkatkan ekpresi endogenous faktor pertumbuhan seperti insulin like GH
pada granulasi jaringan. Zinc juga mempertinggi perpindahan kapasitas sel
langerhan sehingga secara posistif mempengaruhi mekanisme imun dan perbaikan
jaringan. Vitamin E sebagai antioksidan dipertimbangkan untuk menetralkan
oksigen radikal bebas guna mencegah kerusakan jaringan.Peran protein dalam
66
penyembuhan luka juga sangat penting, karena pada kasus protein yang buruk
dapat memperpanjang fase kronik penyembuhan luka. Beberapa fungsi protein
terhadap penyembuhan luka adalah membantu proliferasi fibroblas, sintesis
kolagen,
angiogenesis
dan
fase
remodeling.
Penelitian
pada
manusia
menunjukkan ada korelasi antara intake protein dengan luka tekan. 15
Batas replikasi (Hayflick) sel diterangkan bahwa sekuen telomer tidak
seluruhnya terkopi sepanjang sintesis DNA menuju ke mitosis, sehingga hasil
ekor untaian tunggal DNA ditinggal diujung setiap kromosom dan dibuang.
Telomer menjadi sangat pendek sehingga polimerase DNA tidak dapat
menggandeng pada posisi awal subtelomer untuk transkripsi dan sel tidak mampu
replikasi selanjutnya.52. Penelitian terhadap fibroblas pada kultur memperlihatkan
bahwa kultur sel dari individu muda mampu membelah lebih banyak (total sekitar
50) dibandingkan dengan sel-sel yang berasal dari individu berusia tua. Biopsi
kulit wajah pria usia lanjut menunjukkan jaringan fibrosa berupa massa tebal
homogen dalam dermis sebagai hasil jejas kronis pada jaringan kolagen dermis
oleh sinar matahari. 40,52
Hasil uji Kruskal-Wallis pada jumlah kolagen diperoleh nilai p=0,275
(p=<0,05), ini berarti tidak ada berbedaan jumlah kolagen pada keempat jenis
perlakuan. Jumlah kolagen pada keempat kelompok perlakuan tidak menunjukkan
perbedaan hal ini sesuai dengan teori bahwa sintesis kolagen dimulai hari ke 3
setelah injuri dan berlangsung secara cepat sekitar minggu ke 2-4. Pengambilan
jaringan biopsi pada penelitian ini, dilakukan pada hari ke 14 atau 2 minggu
setelah insisi sehingga sintesis kolagen belum mencapai puncaknya. 48,50
67
Proses deposisi matrik ekstra seluler, sintesis kolagen diperbanyak oleh faktor
diproduksi oleh lekosit dan limfosit saat sintesis kolagen. Proses remodeling
jaringan, faktor pertumbuhan dan sitoki
sitokin
dan
faktor
pertumbuhan
memodulasi
sintesis
dan
aktivasi
metalloproteinase, suatu enzim yang berfungsi untuk degradasi ekstra celuler
matrix (ECM).27,53,39 Hasil sintesis dan degradasi ECM merupakan remodeling
kerangka jaringan ikat, struktur ini merupakan gambaran pokok penyembuhan
luka pada inflamasi kronis, sedangkan proses degradasi kolagen dan protein ECM
lain dilaksanakan oleh metalloproteinase. Metaloproteinase terdiri atas interstitial
kolagenase dan gelatinase, diproduksi oleh beberapa macam sel : fibroblas,
makrofag, netrofil, sel sinovial dan beberapa sel epitel.37,38 Pemeriksaan histologi
menunjukkan kulit mengandung sedikit jaringan kolagen dan elastin pada lanjut
usia.40,52
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah fibroblas lebih tinggi
dibanding kelompok kontrol, sedangkan fibroblas adalah sel-sel yang akan
menghasilkan kolagen. 27 Kecepatan tinggi sintesis kolagen mengembalikan luka
ke jaringan normal dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun. Remodeling aktif
jaringan parut akan terus berlangsung sampai 1 tahun dan tetap berjalan dengan
lambat seumur hidup.49,50,51 Pencapaian kekuatan tegangan luka berjalan lambat,
Setelah 3 minggu kekuatan penyembuhan luka mencapai 20 % dari kekuatan
akhir. Kekuatan tahanan maksimal jaringan parut hanya 70% dari luka yang utuh
68
sehingga bagaimanapun kekuatan akhir penyembuhan luka tetap kurang
dibanding dengan kulit yang tidak pernah terluka.47,49 Kolagen disintesis terutama
oleh fibroblas dan diatur oleh koordinasi dari aksi s
1 RNA
1mRNA
dengan
dan konsentrasi IL 1 sehingga akan merangsang produksi
kolagen I oleh fibroblas. 38
Hasil uji nonparametik korelasi Sperman menunjukkan bahwa p=0,014 artinya
bahwa ada hubungan antara jumlah fibroblas dengan kolagen padat dimana
koefisiensi determinan (r2)=0,339 yang artinya bahwa jumlah fibroblast
mempengaruhi jumlah kolagen padat sebesar 33,9% sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh factor lain. Fibroblas merupakan tipe sel utama untuk sintesis
kolagen.27,53 Tahap pertama sintesis berada pada intraseluler, untuk menghasilkan
prokolagen dimana dalam keadaan aktif berada diruang ekstraseluler. Sintesis di
intraseluler terjadi dinukleus dimana gen-gen diaktifkan dan terjadi perubahan
mRNA, khas untuk rantai polipeptida tunggal, mRNA masuk kedalam sitoplasma
dan diubah pada ribosom dari retikulum endoplasma dan secara simultan terjadi
sintesis rantai polipeptida triple.
III dan tiga rantai yang berbeda sebagai tipe I. Prokolagen selanjutnya
meninggalkan sel, kemudian beberapa asam amino membelah secara enzimatik
membentuk tropokolagen. Tropokolagen inilah yang secara definitive disebut
molekul kolagen. Molekul-molekul ini secara spontan bersatu kedalam fibrilfibril yang selanjutnya mengalami cross-linking kebentuk yang lebih tebal atau
bundle. Kolagen disintesis oleh fibroblas, kondroblas, otot polos, sel endotel dan
sel epitel.7,38 Prolyl hydroksilase merupakan salah satu enzim yang membatasi
69
sintesa kolagen
–ketoglutarat, asam askorbat,
dan oksigen juga merupakan faktor yang penting dalam proses ini.22,24 Kekuatan
regang pada kolagen fibril berasal dari pertautan silangnya, yaitu suatu proses
yang bergantung vitamin C.53
Pengamatan pertumbuhan kolagen pada luka insisi tikus SD menunjukkan
jumlah kolagen yang muncul pada hari 14 setelah insisi sangat bervariasi
jumlahnya, hal ini disebabkan oleh host factor ( genetic factor) dari masingmasing tikus yang berbeda dalam kemampuan stimulasi dari growth faktor dan
sitokin merespon adanya stimulasi luka ( injuri) serta adanya faktor inhibisi sel
yang berbeda-beda pada masing-masing tikus.5
Fibroblas memproduksi kolagen dalam jumlah yang besar, kolagen ini berupa
glikoprotein berantai tripel. Fibroblas juga menyebabkan matriks fibronektin,
asam hialuronik dan glikoaminoglikan. Kolagen pertama kali terdeteksi pada hari
ke 3 setelah luka, meningkat terus sampai minggu ke 3. Pada awalnya
penumpukan kolagen terjadi berlebihan kemudian fibril kolagen mengalami
reorganisasi sehingga terbentuk jaringan reguler sepanjang luka. 27,31,32. Mutasi
yang mengubah glisin menjadi asam amino lain akan menghasilkan anyaman
kolagen yang buruk sehingga menimbulkan gangguan sintesis ECM.53
Penelitian penyembuhan luka pada babi menunjukkan bahwa tidak terbentuk
kolagen tanpa adanya vitamin C atau asam askorbat.14 Efek sekunder dari
kekurangan vitamin C adalah gangguan suplai darah dan gangguan permeabilitas
pembuluh darah yang berakibat penurunan suplai oksigen dan makanan ke
jaringan yang terkena jejas, hal ini akan mempengaruhi proses penyembuhan luka.
70
Konsentrasi vitamin C yang cukup dalam tubuh merupakan hal yang sangat
penting dalam proses penyembuhan luka.14 Kebutuhan vitamin C akan meningkat
300%-500% pada penyakit infeksi, paska bedah atau trauma, kehamilan dan
laktasi55. Kebutuhan vitamin C sangat bervariasi berdasarkan usia, berat badan,
aktivitas, tingkat pemakaian energi, sistem metabolisme dan keadaan kesehatan
seseorang tersebut56.
Proses pengangkutan vitamin C kedalam sel diatur oleh 2 mekanisme. Asam
askorbat diangkut oleh sodium vitamin c transporter (SCVT), sedangkan asam
dehidroaskorbat diangkut oleh glukosa transporter (GLUT), proses eksresi
ditentukan oleh mekanisme kerja ginjal untuk membuang asam askorbat yang
tidak diabsorbsi57. Banyak ahli yang menyampaikan bahwa pemberian vitamin C
500 mg adalah ideal, tetapi pendapat lain menyatakan bahwa pemberian dosis
vitamin C 200 mg cukup adekuat. Penelitian tahun 1997, American Journal of
clinical nutrition menyatakan bahwa pemberian vitamin C > 200 mg, kadarnya
tidak akan meningkatkan kadar dalam darah secara signifikan, bahkan kelebihan
akan segera diekskresi58.
Pemberian vitamin C 30 mg-180 mg, tubuh akan mengabsorbsinya 70%90%, sedang bila pemberiannya
akan terabsorbsi sebanyak 50
%59. Penelitian diuniversitas Tuscon di Arizona, pemberian vitamin C 200 mg dan
dilanjutkan dengan pemberian vitamin C 2500 mg, didapatkan bahwa besar
kecilnya dosis tidak berpengaruh pada peningkatan absorbsi vitamin58.
Penyembuhan luka bisa terjadi secara tidak normal terutama pada kondisi
luka kronis, dimana sejumlah faktor seperti adanya inflamasi persisten, nekrosis
71
jaringan dan infeksi menyebabkan aktivasi myofibroblas secara kronis dan
penimbunan komponen matrik ektraseluler dalam jumlah yang berlebihan, hal ini
memacu pembentukan scar permanen.27 Keloids dan hipertropic scar merupakan
contoh dari gangguan fibroproliferatif, yang ditandai dengan kelebihan akumulasi
kolagen dalam luka. Kondisi ini digambarkan dengan terjadinya ketidaknormalan
dalam migrasi dan proliferasi sel, inflamasi, sintesis dan sekresi pada protein
matrik extraseluler dan cytokin serta seluruh gambaran matrik pada penyembuhan
luka. Peningkatan aktivitas cytokin fibrogenik (misalnya TGF
-like GF1
dan IL-1) dan sebagai catatan respon cytokin terjadi berlebihan. Interaksi dan
mutasi dalam regulasi gen yang tidak normal pada mesenkim epidermal ( seperti
p53) baru-baru ini juga diusulkan sebagai catatan untuk membantu menjelaskan
penyembuhan luka yang tidak normal. 30
Penelitian ini membuktikan bahwa pemberian suplementasi vitamin C
mampu meningkatkan sintesa fibroblas pada daerah sekitar luka insisi, tetapi
tidak secara bermakna meningkatan jumlah kolagen padat. Keterbatasan penulis
akan mempengaruhi kondisi diatas karena dalam pengambilan jaringan biopsi
luka belum menyesuaikan waktu sintesis kolagen mencapai maksimal, sehingga
tidak dapat
mengamati
proses penyembuhan luka secara menyeluruh.
Penghitungan jumlah kolagen padat pada penelitian ini merupakan modifikasi
penelitian-penelitian sebelumnya, sehingga akurasi data dari perhitungan kolagen
dilakukan dengan uji Kappa untuk menghindari subyektifitas. Penelitian ini tidak
mengamati secara fisik proses penyembuhan luka yang terjadi pada masingmasing kelompok.
Download