peran sampel lingkungan sebagai alat bukti dalam - Digilib

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
ISSN 1410-6086
PERAN SAMPEL LINGKUNGAN SEBAGAI ALAT BUKTI
DALAM PENEGAKAN HUKUM
TERKAIT MASALAH LINGKUNGAN HIDUP
Lilin Indrayani
Direktorat Inspeksi Instalasi dan Bahan Nuklir - BAPETEN
ABSTRAK
PERAN SAMPEL LINGKUNGAN SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PENEGAKAN
HUKUM TERKAIT MASALAH LINGKUNGAN HIDUP. Amanat Undang-undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 menyatakan bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki hak asasi untuk
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini berarti bahwa undang-undang memberikan
kemungkinan bagi setiap orang untuk mengajukan gugatan apabila terjadi pencemaran atau kerusakan
lingkungan karena mengakibatkan kurang sehat dan bersihnya lingkungan hidup, mengingat hal ini adalah
kepentingan umum dan juga kepentingan setiap orang. Salah satu masalah penting dalam kasus lingkungan
seperti dalam hal terjadinya tindak pidana lingkungan adalah membuktikan ada tidaknya atau terjadi
tidaknya pencemaran atau kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh berbagai pihak baik secara sengaja
maupun tidak sengaja. Makalah ini membahas sebagian aspek yang dapat digunakan dalam pembuktian pada
penyidikan tindak pidana lingkungan yaitu sampel lingkungan dan peran laboratorium lingkungan dalam
memvalidasi hasil analisis sampel yang dapat digunakan sebagai bukti teknis yang merupakan bukti utama
pelanggaran. Dalam mengemban amanat Undang-undang No 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran bahwa
BAPETEN sebagai Badan pengawas mempunyai fungsi dan kewajiban menjamin keselamatan pekerja,
masyarakat dan perlindungan lingkungan dari potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan dibidang
ketenaganukliran, maka BAPETEN memiliki peran penting sebagai saksi ahli (expert witnesses) untuk
menerangkan dan menguraikan bukti dan prosedur yang digunakan dalam memperoleh bukti apabila ada
kasus pencemaran lingkungan akibat kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir.
Kata kunci : lingkungan hidup, penegakan hukum,
ABSTRACT
THE ROLE OF ENVIRONMENT SAMPLE AS EVIDENCE IN THE ENFORCMENET OF
THE LAW IN CORELATION TO ENVIRONTMENTALCASES. Mandate of the Constitution of the
Republic of Indonesia 1945 Article 28 states that every Indonesian citizen has the fundamental right to obtain
a good environment and healthy living. This means that the law provides the possibility for everyone to sue a
lawsuit in the event of pollution or environmental damage due to lead less healthy and clean environment,
considering this is a public interest and also the interests of everyone. One of the important problems in
environmental cases such as in the case of environmental crime is going to prove the presence or absence or
absence of pollution or environmental damage done by various parties either intentionally or unintentionally.
This paper discusses some aspects that can be used in evidence in criminal investigations of environmental
samples and the environment is the environment's role in validating the results of laboratory analysis of
samples that can be used as technical evidence which is the primary evidence offense. In undertaking the Law
No. 10 year 1997 about Nucleur Power BAPETEN as a regulatory body that has the functions and
obligations of ensuring the safety of workers, communities and the protection of the environment from
potential hazards arising from activities in the field of nuclear energy, then BAPETEN has an important role
as an expert witness (Expert Witnesses ) to explain and decipher the evidence and procedures used in
obtaining the evidence if there are cases of environmental pollution due to the utilization of nuclear energy
Keyword : Environtmental, enforcement of the law
PENDAHULUAN.
Kasus terkenal yang sering
dijadikan sampel
kasus
pencemaran
lingkungan adalah kasus Kumamoto
Minamata disease pada Tahun 1953 yang
telah menjadi perdebatan dengan timbulnya
gejala keracunan pada syaraf otak manusia
(central nerver system of toxic type) di
kawasan Teluk Minamata dan sekitarnya.
Kucing yang mati di kawasan ini ternyata
akibat makan ikan mati yang terdampar
ditepi pantai. Penyakit Minamata pada
penduduk yang tinggal di kawasan ini
ternyata juga disebabkan makan ikan yang
berasal dari kawasan tersebut. Setelah
penelitian dilakukan terhadap limbah
industri Chisso Company’s Minamata Plant,
terbukti air limbah mengandung mangan,
51
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
selenium, thalium, dan senyawa kimia
lainnya yang terakumulasi pada tubuh ikan
dan lalu dimakan oleh manusia yang tinggal
di daerah tersebut. Dari hasil penelitian
Kumamoto University dan keterangan
aparatur pemerintah Jepang setempat, dapat
dipastikan bahwa senyawa mrthyl mercury
yang digunakan oleh pabrik acetadehyde
merupakan penyebab patogenik penyakit
Minamata. Dalam kasus lingkungan tersebut
pengadilan Jepang memutuskan bahwa
untuk memastikan keselamatan masyarakat
dan lingkungan sekitar maka limbah cair
harus dianalisis terlebih dahulu untuk
mengetahui apakah limbah tersebut beracun
dan untuk membuktikan apakah terdapat
indikasi keteledoran dilakukan oleh pihak
industri dalam proses industrinya sehingga
merugikan masyarakat dan lingkunga..
Sampel kasus Minamata di atas
merupakan salah satu contoh kasus
pencemaran lingkungan yang sering
dipersoalkan dalam kegiatan pemanfaatan
sumberdaya
alam
pada
kegiatan
pembangunan. Pembangunan merupakan
sarana manusia untuk mencapai tingkat
kesejahteraanya dan dapat dilakukan jika
sumberdaya lingkungan tersedia dengan
baik. Akan tetapi dengan hadirnya
pembangunan,
timbul
resiko
pada
lingkungan yakni ancaman-ancaman yang
membuat mutu dan kualitas lingkungan
menjadi
memburuk
bahkan
dapat
mengakibatkan
kerusakan
lingkungan,
sehingga cadangan sumber daya alam
menjadi tidak lestari. Masalah lingkungan
hidup yang seringkali diperdebatkan seiring
dengan tetap berjalannya pembangunan
adalah masalah pencemaran dan perusakan
lingkungan.
Menurut Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
memperlihatkan perbedaan rumusan kedua
pencemaran dan pengrusakan lingkungan
tersebut. Pencemaran lingkungan adalah
masuknya atau dimasukkannya mahkluk
hidup, zat, energi dan komponen lain ke
dalam lingkungan dan atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia
atau proses alam. Sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
peruntukkannya. Sedangkan Perusakan
lingkungan
adalah
tindakan
yang
menimbulkan perubahan langsung atau tidak
52
ISSN 1410-6086
langsung terhadap sifat-sifat fisik dan atau
fungsi
hayati
lingkungan
yang
mengakibatkan lingkungan itu kurang atau
tidak berfungsi lagi dalam menunjang
pembangunan yang berkesinambungan.
Apabila rumusan tersebut diatas diterapkan
dalam kasus-kasus lingkungan di Indonesia
terdapat kesulitan dalam praktek untuk
membuktikannya,
misalnya
kasus
kerusakan lingkungan akibat penebangan
hutan yang akan digunakan untuk
pembukaan lahan untuk tanaman hutan
industri. Penebangan hutan tersebut sifatnya
sementara sebagai tindakan antara (transisi)
untuk kemudian ditanami lagi dengan
tanaman hutan industri, hal ini sama halnya
dengan penebangan hutan untuk kemudian
dijadikan area perkebunan (kelapa sawit,
karet, dll). Apabila kemudian dalam selang
waktu satu bulan dari penebangan hutan
sudah mulai ditanami lagi dengan tanaman
hutan industri atau tanaman perkebunan
maka apabila dilakukan pengambilan
sampel yang diambil pada tanah di bekas
penebangan tersebut
digunakan untuk
menentukan seberapa besar bentuk dan jenis
kerugian
terhadap
pengrusakan
dan
pencemaran lingkungan hidup tersebut
adalah tindakan yang tidak mudah. Sejauh
mana penebangan hutan tersebut mempunyai
akibat
terhadap
fungsi
hutan
dan
pengaruhnya
serta kerugianya terhadap
ekosistem, jelas tidaklah mudah untuk
membuktikankannya,
paling
tidak
memerlukan waktu penelitian yang cukup
lama.
SAMPEL LINGKUNGAN
Kegiatan
pengambilan
sampel
merupakan kegiatan ‘rutin’ yang biasa
dilakukan dalam kegiatan pemantauan
lingkungan. Tujuan kegiatan pengambilan
sample adalah untuk mendapatkan informasi
tentang kualitas (mutu) lingkungan. Akan
tetapi istilah pengambilan sampel yang
‘rutin’ tersebut akan memiliki arti yang
berbeda bila kegiatan pengambilan sampel
digunakan untuk sebagai alat bukti
kepentingan penegakan hukum terkait
lingkungan
hidup
misalnya
untuk
pembuktian adanya pencemaran lingkungan.
Sampel yang dikumpulkan untuk keperluan
tersebut mengalami pemeriksaan secara
lebih ketat. Oleh karena itu beberapa
prosedur tertentu harus diikuti secara ketat
pula. Prosedur yang dipakai harus diterima
dari sudut ilmiah agar hasilnya terlepas dari
segala keraguan bahwa sampel telah
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
diperiksa ketelitiannya, keakuratannya, dan
ketepatannya sehingga dapat diterima oleh
masyarakat ilmiah. Dalam makalah ini
hanya membahas secara khusus tentang
pengambilan sampel air dan bagian –
bagian penting yang secara teknis berkaitan
dengan prosedur tentang pengambilan
sample yang tepat bila sample tersebut
dijadikan alat bukti yang sah untuk
penegakan hukum.
Beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan oleh tim/personel yang
mengambil sampel lingkungan untuk
keperluan penegakan hukum misalnya
polisi, jaksa, Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) dari KLH, Inspektur BAPETEN
adalah sebagai berikut:
Lokasi pengambilan sampel
Suatu contoh, Lokasi pengambilan
sampel harus mewakili semua badan air
(sungai, waduk, rawa, bendungan, dll) yang
diduga merupakan lokasi yang tercemar.
Lokasi pengambilan sampel air dari badan
air penerima polutan harus diambil guna
menunjukkan bahwa kualitas air pada lokasi
tersebut, lazimnya diambil dibagian atas dari
titik tempat masuknya polutan. Sampel
duplikat harus diperlakukan sebagai sampel
terutama bila konsentrasi zat yang sedang
diambil sampelnya diperkirakan akan
rendah. Sampel kontrol diambil pada lokasi
yang jauh dari lokasi yang diduga tercemar
untuk dibandingkan hasilnya dengan lokasi
yang diduga terjadi pencemaran.
Penanganan (preservasi) sample
Beberapa parameter menghendaki
penanganan sample yang segera, seperti
oksigen terlarut, asam sulfat dan logam
terlarut. Personel pengambil sampel harus
yakin bahwa jenis sampel tertentu telah
dilakukan
penanganan
sebagaimana
mestinya untuk tujuan perlindungan sampel.
Jika langkah penanganan telah digunakan,
sampel tersebut harus merupakan sampel
baru dan tidak terkontaminasi. Beberapa
sampel ’hidup’ (pengukuran kandungan
bakteri) yang menurun mutu sampel harus
disimpan dalam tempat yang dingin dan
gelap. Sampel harus dianalisis sesegera
mungkin dan tidak lebih dari lima hari
setelah sampel dikumpulkan. Beberapa
sampel tidak akan punya nilai setelah
disimpan lebih dari 24 jam. Dalam hal
sampel merupakan zat yang mengandung
ISSN 1410-6086
unsur radioaktif perlu dilakukan penanganan
khusus
dengan memperhatikan adanya
kontaminasi dengan sampel non radioaktif.
Oleh karena tahapan penanganan sampel
merupakan proses yang penting maka
personel pengambil sampel harus selalu
berkerjasama
dan
selalu
melibatkan
personel analisis sampel.
Wadah sampel
Wadah sampel haruslah baru atau
dalam prosedur botol sampel harus dicuci
sebelum dipakai lagi. Prosedur ini mencegah
kemungkinan tercemarnya sampel oleh botol
tersebut atau unsur lain yang pernah diambil
dalam botol tersebut sebelumnya.
Pengidentifikasian
sampel
dan
penyegelan
Segera
setelah
sampel
dikumpulkan, wadah sampel harus segera
diberi label. Jika wadah yang digunakan
adalah plastik, tempat dimana sampel itu
dibubuhi harus ditandai dengan pena yang
tidak bisa dihapus untuk membantu personel
pengambil dan analisis sampel dalam
mengalokasikan label nantinya. Jika lebih
dari satu orang yang mengambil sampel,
hanya satu orang yang membubuhi label.
Hal ini ditujukan agar memungkinkan
bahwa semua kontener sampel dilabel
dengan cara yang konsisten dan seluruh
informasi ini dimasukkan kedalamnya.
Nomor
sampel
ditujukan
untuk
menunjukkan catatan
yang dibuat di
lapangan untuk mengidentifikasikan tempat
pengambilan sampel (termasuk juga sumber
sampel), tanggal dan waktu pengambilan
sampel, paraf pengambil sampel dan saksi
atau pihak ketiga yang hadir saat kegiatan
pengambilan sampel. Penyegelan sampel
dilakukan pada tahap akhir yang bertujuan
untuk mengetahui adanya kemungkinan
bahwa telah terjadi pemalsuan sampel jika
segelnya dirusak. Metode yang paling umum
dalam penyegelan adalah membungkus
tutupnya dengan isolator dan membubuhi
inisial pengambil sampel di atas isolator
pembungkus itu. Ini adalah metode yang
sederhana tapi efektif.
Pemindahan dan Pengangkutan Sampel
Jika sampel harus disimpan
semalam atau lebih, sebelum pemindahan ke
laboratorium, sampel tersebut harus telah
disimpan dalam sebuah tempat terkunci,
53
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
lebih baik hanya ada sebuah kunci yakni di
tangan pengambil kunci. Sampel itu harus
diletakkan ditempat yang dingin dan gelap.
Jika sampel diangkut dengan alat
transportasi umum (pesawat, bus, atau kurir)
mereka harus dikirim dengan kotak yang
terkunci agar sampel kontener tidak rusak
dan hilang dan agar segelnya tidak rusak.
Alat pendingin misalnya box es atau freezer
membuat pengiriman sampel menjadi sangat
luar biasa bagusnya terutama bila sampel
tersebut disegel dan dikunci. Jika sampel
tidak diiringi oleh personel pengambil dan
analisis sampel, pelayanan pengiriman harus
benar-benar berhati-hati sebab suhu panas
yang berlebihan dan keterlambatan selama
pemindahan dan pengangkutan dapat
mengubah komposisi sampel tersebut.
Foto/video
Foto/Video merupakan bagian yang
sangat berharga sebagai alat bukti akhirakhir ini dan sangat sering digunakan karena
mereka mengemukakan gambaran yang
akurat dan jelas tentang satu atau lebih
dalam aspek pelanggaran. Foto/Video dapat
digunakan baik secara sendirian maupun
bersama-sama dengan alat bukti lainya
untuk menggambarkan hal-hal sebagai
berikut:
-
-
Pelanggaran yang dilakukan
Orang yang melakukan pelanggaran
Keadaan dan suasana
disekitar
pelanggaran
Prosedur yang dilaksanakan personel
pengambil sampel
Dampak yang mungkin ditimbulkan
oleh pelanggaran pencemaran.
Status Umum Fasilitas yang sedang
diselidiki (kebersihan, keselamatandan
kesadaran lingkungan secara umum)
Perbedaan antara keadaan normal dan
abnormal yang dikaitkan dengan
pelanggaran.
Agar foto/videodapat diterima
sebagai alat bukti, ada beberapa hal yang
harus dilakukan:
1.
54
Foto/video harus didokumentasikan
dengan baik. Sewaktu foto/video
sedang diambil, fotographernya
harus telah merekam dalam buku
catatannya tentang nomor f, lokasi,
waktu dan tujuan dari foto/video
yang dimaksud .
ISSN 1410-6086
2.
3.
4.
Nomor foto/videotidak harus sama
dengan nomor dalam filenya,
selama nomor-nomor ini ditunjuk
ulang setelah film diproses.
Film
harus
diproses
oleh
laboraturium yang berkompeten
segera setelah penyidikan. Jika
negatifnya
rusak
selama
pemrosesan, foto/video itu mungkin
tidak dapat diterima atau tidak
berguna
sebagai
alat
bukti.
Kelambatan dalam menerima film
yang diproses berarti bahwa
pengidentifikasian dapat menjadi
lebih sulit karena kekeliruan
memori pada pihak penyidik.
Segera setelah film diproses, orang
yang mengambil foto harus menulis
ulang
informasi
pada
buku
catatannya ke belakang foto
tersebut atau kedalam kertas
tersendiri,
bersamaan
dengan
nomor negatifnya. Jika fotonya
banyak
informasinya
harus
dilabelkan dekat fotonya.
LABORATORIUM LINGKUNGAN
Hal yang berkaitan erat dengan
sample lingkungan adalah laboratorium
lingkungan. Untuk menjelaskan keterkaitan
kedua hal tersebut bisa tergambar dengan
penjelasan kasus teluk buyat. Kasus
pencemaran Buyat oleh PT Newmont
Minahasa Raya (NMR) diawali oleh
pengaduan warga Dusun Buyat Pante, Desa
Ratatotok, Kecamatan Ratatotok Timur,
Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi
Utara ketika warga mengalami gangguan
kesehatan di antaranya penyakit kulit (gatalgatal), kejang-kejang, benjol-benjol, dan
lumpuh selama beberapabulan. Pemerintah
melalui Kementerian Lingkungan Hidup RI
menggugat PT NMR di Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan. Pemerintah menilai PT
NMR telah melakukan perbuatan melawan
hukum sehingga mencemari lingkungan
hidup. Menteri Lingkungan Hidup telah
melakukan evaluasi laporan periodik
pelaksanaan RKL/RPL
PT NMR
menemukan fakta bahwa hasil analisis
kualitas air tanah pada sumur penduduk
menunjukkan parameter kimiawi yang
melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.
Tim
penanganan
Kasus
Pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan
Hidup untuk kasus teluk Buyat yang
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
dibentuk Menteri Lingkungan Hidup yang
melibatkan BPPT, Puslabfor Mabes Polri,
akademisi dari UI, Unpad, IPB, serta
Universitas
Sam
Ratulangi,
setelah
melakukan penelitian dan menyimpulkan
bahwa telah terjadi perubahan kualitas air
sumur gali, udara, sedimen, bentos,
plankton, phitoplankton dan ikan laut yang
melebihi baku mutu lingkungan sehingga
berakibat pada kualitas lingkungan serta
kesehatan manusia. Tim Penanganan Kasus
tersebut menemukan kadar Arsen total ratarata pada ikan sebesar 1,37 mg/kg yang
melebihi baku mutu kadar total Arsen yang
ditetapkan Dirjen POM sebesar 1 mg/kg.
Kandungan merkuri pada ikan yang
dikonsumsi penduduk Desa Buyat Pante
mengakibatkan asupan merkuri harian
sebesar 82,82 % dari Tolerable Daily Intake
(TDI) per-60 kg, sedangkan pada anak-anak
berbobot badan 15 kg sebesar 80,98 % dari
TDI. Tingginya kadar Arsen dan merkuri
tersebut
jika
terus-menerus
masuk
terakumulasi dalam tubuh manusia tentu
akan menimbulkan penyakit bagi manusia.
Tetapi
akhirnya
putusan
Pengadilan Negeri Manado membebaskan
PT NMR dari dakwaan dan menyatakan
tidak terbukti bahwa adaya pencemaran di
teluk buyat. Isi putusan Pengadilan tersebut
mempertimbangkan beberapa hasil riset
lembaga-lembaga luar negeri yang dibiayai
oleh PT NMR, termasuk WHO, CSIRO
(Commonwealth Scientific and Industrial
Research Organization). Hasil penelitian
CSIRO ini menegaskan hasil penelitian
WHO dan National Institute for Minamata
Disease menyimpulkan bahwa tidak terjadi
pencemaran di perairan Teluk Buyat.
Demikianlah perkara pencemaran Pantai
Buyat itu berakhir begitu dramatis. Dari
contoh di atas menjelaskan bahwa hasil
penelitian berbeda-beda dari laboratorium
yang berbeda-beda. Ada kubu penelitian atas
prakarsa pemerintah yang ditandingi hasil
penelitian atas prakarsa PT NMR. Suatu
pertanyaan besar bagaimana dengan validasi
laboraturium dari lembaga asing tersebut?
Dalam
permasalahan
ini
menegaskan bahwa makin pentingnya
adalah peranan laboraturium sebagai
laboraturium rujukan yang ditunjuk resmi
oleh pemerintah untuk menetapkan terjadi
ada tidaknya pencemaran dalam arti hukum
dalam kasus-kasus lingkungan.
Peran
ISSN 1410-6086
laboratorium rujukan ini memperlihatkan
pentingnya, agar terdapat persepsi dan
penafsiran yang sama
tentang terjadi
tidaknya pencemaran. Belum dipahaminya
peranan laboraturium rujukan implikasinya
pada
proses
pembuktian
terjadinya
pencemaran lingkungan menyebabkan kasus
ini dijadikan contoh keterlambatan sistem
hukum mengikuti perkembangan ilmu dan
teknologi mengingat alat bukti yang paling
vital adalah surat dari laboratorium yang
memeriksa sampel.
KESIMPULAN
Proses Pengambilan sampel adalah
hal ‘rutin’ dalam kegiatan pemantauan
lingkungan tetapi menjadi suatu hal yang
sangat penting artinya apabila sampel yang
kita ambil akan dijadikan alat bukti untuk
penyidikan tindak pidana lingkungan .
Sampel
membuktikan terjadi tidaknya
pencemaran di suatu lokasi dan siapa yang
melakukan pelanggaran tersebut. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur
pengambilan dan analisis sampel yaitu:
lokasi pengambilan, penanganan, kontener,
penyegelan dan identifikasi, pemindahan
dan pengangkutan, foto/video. Semua
tahapan tersebut di atas harus dilakukan
dengan prosedur yang tepat, cermat dan
sesuai dengan kaidah ilmiah yang dapat
diterima oleh masyarakat dan peradilan.
Hal lain yang berkaitan dengan
sampel adalah makin pentingnya peran
laboratorium rujukan yang ditetapkan
pemerintah
seiring
dengan
semakin
meningkatnya kasus pencemaran dan
pengrusakan lingkungan. Laboratorium
rujukan tersebut harus mengikuti
dan
memenuhi standar yang berlaku dan
terakreditasi
secara nasional dan
internasional sehingga validasi hasil
analisisnya
diakui oleh semua pihak
termasuk oleh laboratorium dari lembaga
asing lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1
2
Masalah Lingkungan Hidup, Pedoman
Mahkamah Agung Republik Indonesia,
Tahun 2005
Pedoman
Pengambilan
Sample
Lingkungan, BAPETEN, Tahun 2006
55
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
56
ISSN 1410-6086
Download