BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Kecukupan Gizi Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi. Pengertian lebih luas bahwa gizi diartikan sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga. (Irianto, 2006: 2). Menurut Supariasa, dkk (2002: 17-18) Menjelaskan bahwa gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorpsi, transportasi. Penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organorgan serta menghasilkan energi. Kecukupan gizi adalah jumlah zat gizi yang diperlukan seseorang untuk hidup sehat (recommended). Menurut Almatsier (2010: 3) Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur 9 proses – proses kehidupan. Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein, oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan atau aktivitas. (Almatsier, 2010: 8) Karbohidrat dalam bentuk gula dan pati melambangkan bagian utama kalori total yang dikonsumsi manusia, hewan dan bagi berbagai mikroorganisme. Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini jika dihidrolisis. Karbohidrat atau sakarida mempunyai dua fungsi yaitu sebagai sumber bahan bakar (energi) dan sebagai bahan penyusunan struktur sel. (Martoharsono. 2006: 23). Karbohidrat utama dalam tubuh manusia adalah zat tepung, sukrosa, laktosa, fruktosa, dan serat-serat yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa. Oksidasi karbohidrat menjadi CO2 dan H2O di dalam tubuh menghasilkan energi sekitar 4 kkal/g (Dawn, 2000: 3). Karbohidrat atau sakarida mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai sumber bahan bakar (energi) contohnya adalah glukosa, pati, dan glikogen. Sebagai bahan penyusunan struktur contohnya adalah selulosa, kitin, dan pectin (Martoharsono, 2006: 23) Protein tersusun dari asam-asam amino yang digabung membentuk rantai-rantai linier Protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen (Dawn, 2000: 4). Protein mempunyai beberapa fungsi, diantaranya ialah sebagai biokatalisator (enzim), protein cadangan, biomolekuler petrasnpor bahan, struktur dan protektif (Martoharsono, 2006: 40). 10 Lemak dalam makanan kita terutama adalah triasilgliserol (disebut juga trigliserida). Dibandingkan karbohidrat atau protein, lemak mengandung jauh lebih sedikit oksigen, dengan demikian lemak mengalami reduksi lebih besar dan menghasilkan energi lebih banyak sewaktu dioksidasi. Oksidasi sempurna triasilgliserol menjadi CO2 dan H2O dalam tubuh menghasilkan energi sekitar 9 kkal/g, lebih dari dua kali energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein dalam jumlah yang setara (Dawn, 2000: 4). Lemak mempunyai beberapa fungsi diantaranya ialah sebagai komponen struktural membran, sumber energi, dan lapisan pelindung (Martoharsono, 2006: 55). Vitamin adalah sekelompok molekul organik yang berbeda-beda yang diperlukan dalam jumlah sangat kecil dalam makanan. Kita tidak dapat mensintesis sebagian besar vitamin, sebagian vitamin atau turunan fungsionalnya dibentuk dalam tubuh tetapi dalam jumlah yang tidak mencukupi kebutuhan kita. Sebagain besar vitamin diubah menjadi kofaktor, senyawa yang diperlukan enzim untuk katalisis reaksi-reaksi biokimia (Dawn, 2000: 5). Vitamin dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang tidak larut dalam air (larut dalam lemak). Vitamin yang larut dalam air adalah Vitamin B (B1, B2, B5, B6, B12), Vitamin C, Biotin, Folat, Asam Pantotenat, sedangkan vitamin yang larut daorganiklam lemak yaitu, Vitamin A,D,E, dan K. Mineral yang dibutuhkan dibagi menjadi dua kelompok, kelompok yang diperlukan dalam jumlah relatif banyak dan kelompok yang diperlukan 11 dalam jumlah sangaat kecil. Kalsium dan fosfor berfungsi sebagai komponen struktural tulang dan gigi. Kalsium (Ca2+) memiliki beragam fungsi dalam tubuh, misalnya, mineral ini terlibat dalam kerja hormon dan pembekuan darah. Fosfor diperlukan untuk membentuk ATP dan zat-antara berfosfor dalam metabolisme, magnesium mengaktifkan berbagai enzim serta membentuk kompleks dengan ATP. Sulfur dimakan terutama dalam bentuk asam amino sistein dan metionin, mineral ini ditemukan dalam jaringan ikat, terutama tulang rawan dan kulit. Natrium (Na+), Kalium (K+), dan klorida (Cl) merupakan elektrolit-elektrolit (ion) utama dalam tubuh, ketiganya mmbentuk gradien ion melintasi membran, mempertahankan keseimbangan air, dan menetralkan muatan positif dan negatif pada protein dan molekul lain. Mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil disebut trace mineral, contohnya adalah besi, besi adalah trace mineral yang penting karena berfungsi sebaga komponen hemoglobin (protein pembawa oksigen dalam darah) dan merupakan bagian dari banyak enzim (Dawn, 2000: 6). Kekurangan gizi mempengaruhi terhadap proses tubuh, kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) meyebabkan gangguan pada proses – proses : 1. Pertumbuhan, anak – anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan sebagai zat pembakar, sehingga otot – otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok 12 2. Produksi tenaga, kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas. 3. Struktur dan fungsi otak, kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental atau kemampuan berpikir. 4. Perilaku, baik anak – anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan perilaku tidak tenang. Kelebihan zat gizi menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kegemukan meeupakan salah satu faktor risiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi, diabetes, jantung coroner, hati, dan kantung empedu. (Almatsier, 2010: 11-12) 2. Mekanisme Fisiologis Proses Makan Asupan makanan penting untuk memenuhi kebutuhan energi dalam tubuh. Rasa lapar dan kenyang adalah sensasi yang menunjukkan perlunya mulai atau berhenti makan – keduanya merupakan kontrol fisiologis terhadap tindakan makan. Menurut Stanley (2005: th) Keseimbangan pemasukan energi dari saluran cerna serta penggunaan energi dari jaringan adiposa diatur oleh otak. Keinginan untuk makan disesuaikan dengan penggunaan energi agar berat badan tetap stabil, seperti yang dijelaskan dalam gambar di bawah ini, 13 Pusat lapar di hipotalamus + - Pusat kenyang di hipotalamus Leptin - + Sinyal penghenti makan Jaringan adiposa NPY Mendorong rasa ingin makan + Saluran gastrointestinal (GI) Pankreas CCK Insulin PYY Makanan dalam lambung GLP1 Lambung kosong Ghrelin Gambar 1. Ringkasan Kontrol Fisiologis yang Terlibat dalam Proses Makan (Barasi, 2007:46). Otak menerima informasi mengenai isi pencernaan dari usus dan metabolisme zat-zat makanan pada hepar melalui nervus vagus. Peninggian konsentrasi glukosa setelah makan menyebabkan penyampaian rangsang dari traktus solitarius pada nukleus serabut saraf vagus diteruskan ke hipotalamus 14 dan komponen sistem limbik pada otak depan. Daerah yang berperan dalam proses makan adalah nukleus lateral hipotalamus yang berperan sebagai pusat makan (feeding center) dan nukleus ventromedial hipotalamus yang berperan sebagai pusat kenyang (satiety center) (Guyton, 2006: th). Nukleus lain yang terletak pada basal hipotalamus yang memiliki reseptor untuk banyak hormon dan peptida yang dapat mengatur rasa lapar disebut nukleus arkuatus dan paraventricular nucleus (PVN) yang berada dekat dengan ventrikel tiga hipotalamus anterior. PVN merupakan tempat sekresi utama CorticotrophinReleasing Hormone (CRH) dan Thyrotropin Releasing Hormon (TRH) sehingga ia memegang peranan dalam integrasi sinyal nutrisi dengan aksis Hipothalamus Pituitary Axis (HPA) dan tiroid (Neary, 2004: th). Nukleus arkuatus memiliki dua neuron yang berperan dalam regulasi nafsu makan dan penggunaan energi yaitu neuron propiomelanocortin (POMC) yang menghasilkan a-melanocyte stimulating hormone (a-MSH) bersama dengan Cocain & Amphetamine Related Transcript (CART) dan neuron yang menghasilkan senyawa neuro peptide Y (NPY) dan AgoutRelated Protein (AGRP). Pengaktifan neuron POMC akan menyebabkan pelepasan aMSH yang kemudian berikatan dengan melanocortin receptor (MCR), terutama MCR-3 dan MCR-yang berada pada nukleus paraventrikular. Selanjutnya, rangsang akan diteruskan ke nukleus traktus solitarius yang kemudian menstimulasi aktivasi saraf simpatis sehingga terjadi penurunan asupan makanan dan peningkatan penggunaan energi. Pelepasan NPY dan 15 AGRP akan menimbulkan hal yang berlawanan dengan POMC melalui hambatan pada MCR-3 dan MCR-4 sehingga muncul efek peningkatan asupan makanan dan penurunan penggunaan energi (Guyton, 2006: th). Menurut Guyton (2006: th) asupan makanan dapat diatur melalui proses jangka pendek atau pun jangka panjang. Regulasi jangka pendek dipengaruhi oleh faktor distensi lambung dan faktor hormon gastrointestinal seperti kolesistokinin (CKK), peptida YY (PYY), glucagon-likpeptide-1 (GLP-1), dan ghrelin. Faktor-faktor tersebut menimbulkan efek penekanan asupan makan, kecuali hormone ghrelin. Ghrelin akan meningkatkan asupan makan dengan merangsang pelepasan senyawa orexigenic seperti, NPY dan AGRP. Hormon yang paling berperan pada proses regulasi jangka panjang ialah insulin dan leptin. Leptin akan dilepas dari adipos ke dalam darah ketika terjadi peningkatan jumlah jaringan adiposa, kemudian leptin akan menembus sawar darah otak dan menuju hipotalamus. Leptin memiliki efek menekan nafsu maka melalui beberapa cara, yaitu menurunkan produksi NPY dan AGRP, mengaktivasi neuron POMC, meningkatkan produks CRH yang akan menurunkan asupan makanan, dan menstimulasi aktivitas simpatis. 3. Makan Pagi Kata Sarapan berasal dari kata sarap yang diberi akhiran –an, kata sarap atau menyarap adalah kata kerja yang berarti makan sesuatu pada pagi hari. atau dalam bahasa Inggris disebut “Break Fast”, kemudian setelah diberi 16 akhiran –an menjadi kata benda, memiliki arti makanan pada pagi hari. Menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta, sarapan yaitu makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum beraktivitas, yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan,jumlah yang dimakan kurang lebih 1/3 dari makanan sehari. Mengkonsumsi sarapan biasanya dilakukan secara teratur setiap hari antara pukul 06.00-09.00 (Istianah, 2008: 14). Menurut definisi yang telah dikemukakan diatas sarapan merupakan makanan yang dikonsumsi di pagi hari. Kebiasaan masyarakat mengatakan kalimat tersebut, sarapan dapat memiliki 2 definisi yaitu kata benda yakni makanan yang dikonsumsi dan kata kerja yaitu kegiatan mengkonsumsi atau memakan makanan di pagi hari (Istianah, 2008: 14). Fungsi sarapan bagi tubuh, seperti fungsi makanan pada tubuh yakni sebagai pemberi pasokan energi dan sumber tenaga untuk melakukan segala kegiatan, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubu, serta mengatur proses tubuh (Istianah, 2008: 15). Pola makan yang dianjurkan untuk makan pagi, siang dan malam adalah mengikuti pola makan Indonesia, yaitu perbandingan antara makan pagi, siang dan malam adalah ¼ : ½ : ¼, atau 20-30 % untuk makan pagi dari total kalori per hari. Kecukupan gizi yang dianjurkan untuk anak kelompok usia 7-9 tahun adalah sebesar 1900 kalori perhari (Direktorat Gizi Depkes RI, 1977: 16). Susunan makan pagi tidak berbeda dengan makan siang dan malam yaitu terdiri dari sumber zat tenaga, pembangun, pengatur (Guthrie, 1983: 492-495). 17 Menurut Karyadi dan Muhilai (1985: 18) Kebutuhan makan pagi untuk anak umur 7-9 tahun lebih kurang 380-570 kalori dengan rincian, 12 gram protein nabati dan hewani, 65-75 gram karbohidrat dan selebihnya adalah lemak. Mineral yang diperlukan anak-anak adalah : Calcium sejumlah 125 miligram, Phosphor 100 miligram, besi 2,5 miligram, Seng 2,5 miligram dan Yodium 30 miligram. Standar kebutuhan vitamin A 600 IU, Thiamin 0,2 miligram, ribovlavin 0,25 miligram, niasin 4,5 miligram dan vitamin C adalah 5 miligram per hari. Penghitungan kecukupan gizi dalam pelaksanaan dilakukan dengan cara rekaman diet sehari-hari yang dihitung dengan cara konservasi Ukuran Rumah Tangga ke dalam nilai gizi bahan makanan (Garjito dan Astuty, 1987: 29-35). 4. Metabolisme Integrasi Metabolisme adalah semua perubahan kimia dan energi yang terjadi di dalam sel hidup, perubahan yang dimaksud meliputi mengekstraksi energi dari bahan makanan dan mengubahnya menjadi bentuk energi lain, mengubah senyawa yang terdapat di dalam bahan makanan menjadi senyawa yang diperlukan, dan mengurai atau membentuk biomolekul yang diperlukan bagi selnya. Metabolisme dibagi menjadi dua fase, yaitu katabolisme atau fase degradatif dan anabolisme atau fase penyusun. Katabolisme mengurai senyawa yang lebih kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana, selama penguraian ini bebas energi yang terdapat di dalam senyawa kompleks 18 tersebut dibebaskan dan dipergunakan untuk keperluan hidup sel. Anabolisme mempunyai tugas menyusun senyawa dasar menjadi biomolekul yang lebih kompleks, kebutuhan energi berasal dari ATP yang timbul selama proses katabolisme (Martoharsono, 2006: 116-117). Metabolisme adalah aktivitas sel yang amat terkoordinasi mempunyai tujuan, dan mencakup berbagai kerjasama banyak sistem multienzim. Metabolisme memiliki empat fungsi spesifik, untuk memperoleh energi kimia dari degradasi sari makanan yang kaya energi dari lingkungan atau energi solar, untuk mengubah molekul nutrien menjadi prekursor unit pembangun bagi makromoleku sel, untuk menggabungkan unit – unit pembangun ini menjadi protein, asam nukleat, lipida, polisakarida dan komponen sel lain, dan untuk membentuk dan mendagradasi biomolekul yang diperlukan di dalam fungsi khusus sel. Metabolisme memiliki dua fase yaitu katabolisme dan anabolisme, katabolisme merupakan fase metabolisme yang bersifat menguraikan, yang menyebabkan molekul organik nutrien seperti karbohidrat, lipid dan protein yang datang dari lingkungan atau dari cadangan makanan sel itu sendiri terurai di dalam reaksi – reaksi bertahap menjadi produk akhir yang lebih kecil dan sederhana seperti asam laktat, CO2 dan Amonia. Katabolisme diikuti oleh pelepasan energi bebas yang telah tersimpan di dalam struktur kompleks molekul organik yang lebih besar. Pada tahap – tahap tertentu di dalam lintas katabolik, banyak dari energi bebas ini yang disimpan, melalui reaksi – reaksi 19 enzimatik yang saling berkaitan, di dalam bentuk molekul pembawa energi Adenosin Trifosfat (ATP). Sejumlah energi mungkin tersimpan di dalam atom hidrogen berenergi tinggi yang dibawa oleh koenzim nikotinamida adenine dinukleotida fosfat dalam bentuk tereduksinya, yaitu NADPH. Anabolisme juga disebut biosintesis, fase pembentukan atau sintetis dari metabolisme, molekul pemula atau unit pembangun yang lebih kecil disusun menjadi makromolekul besar yang merupakan komponen sel, seperti protein dan asam nukleat. Proses ini mengakibatkan peningkatan ukuran dan kompleksitas struktur, proses ini memerlukan input energi bebas, yang diberikan oleh pemecahan ATP menjadi ADP dan fosfat. Biosintesis beberapa komponen sel juga memerlukan atom hidrogen bernergi tinggi yang disumbangkan oleh NADPH. Katabolisme dan anabolisme terjadi bersamaan di dalam sel dan kecepatan prosesnya diatur sendiri – sendiri (Lehninger, 2006: 9-10). Penguraian enzimatik dari masing – masing nutrien penghasil energi utama berlangsung secara bertahap melalui sejumlah reaksi enzimatik yang berurutan. Terdapat tiga tahap utama di dalam katabolisme aerobik, pada tahap I, makromolekul sel dipecahkan menjadi unit – unit pembangun utamanya. Polisakarida dipecahkan menjadi heksosa atau pentosa, lipid dipecahkan menjadi asam lemak, gliserol, dan komponen lain, dan protein terhidrolisis menjadi ke – 20 komponen asam aminonya. Pada tahap katabolisme ke-II, berbagai produk yang terbentuk di dalam tahap I 20 dikumpulkan dan diubah menjadi sejumlah (lebih kecil) molekul – molekul yang lebih sederhana. Heksosa, pentosa, dan gliserol dari tahap I diuraikan menjadi satu jenis senyawa antara 3-karbon : piruvat, yang lalu diubah menjadi satu jenis unit 2-kabon, yaitu gugus asetil dari asetil-koenzim A. Pada tahap ke-III, gugus asetil dari asetil-KoA diberikan ke dalam siklus asam sitrat, yaitu lintas akhir yang bersifat umum yang dilalui oleh nutrien penghasil energi, di sini terjadi oksidasi nutrien, menghasilkan karbondioksida, air dan amonia (atau produk nitrogen lain). Gambar 2. Hubungan Energi di antara Lintas Katabolik dan Anabolik (Lehninger, 2006: 20). 21 Gambar 3. Outline Tahap Katabolisme Karbohidrat, Lemak, dan Protein (Murray,2003: 122). Metabolisme integrasi adalah mekanisme pengaturan metabolisme karbohidrat, lipid, protein sebagai penyimpanan dan pemanfaatan bahan bakar dalam tubuh. Mekanisme tersebut dikontrol oleh hormon, oleh konsentrasi bahan bakar yang ada dan kebutuhan energi tubuh. Makanan akan dicerna dan diserap, produk pencernaan akan beredar dalam darah, masuk ke dalam berbagai jaringan dan akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi (Dawn, 2000: 2). Makanan yang masuk baik berupa karbohidrat, lipid dan protein akan mengalami sintesis dan absorbs pada saat kondisi kenyang, sedangkan pada saat kondisi lapar, akan terjadi 22 pembongkaran bahan bakar yang telah disimpan pada saat kenyang (Dawn, 2000: 20). Energi dalam tubuh berasal dari hasil fotosintetis tumbuh – tumbuhan. Energi ini ditangkap ke dalam ikatan kimia molekul – molekul karbohidrat , protein, lemak, dan alkohol. Dalam proses katabolisme tubuh kemudian mengubah energi ini ke dalam berbagai benuk energi lain : energi kimia untuk membentuk ikatan kimia baru, energi mekanis untuk menggerakkan otot – otot, energi elektris untuk mengalirkan tansmisi saraf dan energi osmotis untuk mempertahankan keseimbangan isi antarsel. Energi kimia yang diperoleh dari makanan pada akhirnya akan dikeluarkan tubuh sebagai panas. Energi yang digunakan sel pada umumnya adalah dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP). Setiap sel membuat ATP untuk keperluan energinya. Energi yang dikeluarkan melalui proses katabolisme sering digunakan lagi dalam reaksi berantai untuk membentuk ikatan berenergi tinggi ATP. ATP yang mengandung tiga gugus fosfat kemudian dapat dengan mudah memindahkan energi yang dikandungnya ke ikatan kimia lain. Energi yang terkandung dalam gugus fosfat lebih besar daripada energi yang ada dalam ikatan kimia lain. Pemecahan zat gizi sumber energi diikuti oleh pembentukan molekul – molekul ATP yang menangkap energi yang dilepas ke dalam ikatannya. Bila kemudian energi dibutuhkan, ikatan berenergi tinggi dalam gugus fosfat akan dilepas melalui hidrolisis. ADP dapat dihidrolisis lagi menjadi AMP 23 (Adenosin Monofosfat) + Pi. Pemecahan ikatan di antara ikatan fosfat pertama dan kedua atau di anatara fosfat kedua dan ketiga menghasilkan energi. energi yang dilepas ini digunakan lagi untuk reaksi kimia lain. Hanya energi berupa ATP atau derivatnya yang dapat digunakan sebagai energi oleh sel. Dengan demikian, ATP digunakan untuk memindahkan energi yang dihasilkan oleh reaksi katabolisme untuk keperluan reaksi anabolisme. Gambar 4. Metabolisme Energi dan Interaksinya (Wardlaw & Insel, 1990:205 cit Almatsier, 2010: 127). Pencernaan karbohidrat menghasilkan glukosa. Sebagian dari glukosa disimpan sebagai glikogen, dan sebagian dibawa ke otak dan lain – lain sel. Di dalam sel glukosa mengalami glikolisis, yaitu dipecah menjadi piruvat dan asetil KoA untuk menghasilkan energi. Asetil KoA memasuki siklus 24 Tricarboxylic Acid (TCA) dan Rantai Transport Elekron (RTE) untuk menghasilkan lebih banyak energi. Glukosa melalui piruvat dapat diubah menjadi gliserol dan melalui asetil KoA menjadi asam lemak. Jadi kelebihan karbohidrat dapat diubah menjadi lemak (lipogenesis). Pencernaan lemak menghasilkan gliserol dan asam lemak. Sebagian dirakit kembali di dalam hati dan disimpan sebagai lemak di dalam sel – sel lemak. Sebagian dari asam lemak diubah menjadi asetil KoA, memasuki siklus TCA dan RTE untuk menghasilkan energi atau membentuk bahan – bahan keton. Sebagian dari gliserol diubah menjadi piruvat yang dapat diubah menjai glukosa atau asetil KoA untuk menghasilkan energi. Pencernaan protein menghasilkan asam amino. Sebagian besar asam amino digunakan untuk pembangunan protein tubuh. Bila ada kelebihan atau bila tidak tersedia cukup karbohidrat dan lemak untuk kebutuhan energi, sebagian dari asam amino dipecah melalui jalur yang sama dengan glukosa untuk menghasilkan energi. Asam amino lain, langsung memasuki siklus TCA untuk menghasilkan energi. Asetil KoA memegang peranan sentral dalam metabolisme energi. Semua mtabolisme energi melalui asetil KoA. Walaupun karbohidrat, lemak, dan protein memasuki siklus TCA melalui jalur yang berbeda, cara menghasilkan energi setelah itu adalah sama untuk ketiga jenis zat gizi pembentuk energi (Almatsier, 2010: 126-128). 25 Metabolisme selalu membutuhkan enzim untuk membantu reaksi – reaksi yang terjadi, terkadang enzim membutuhkan pembantu berupa koenzim. Enzim adalah protein khusus yang berperan sebagai katalisator dalam reaksi kimia, tetapi tidak mengalami perubahan selama proses berlangsung. Koenzim adalah zat organik bukan protein yang membantu aktivitas enzim. Banyak koenzim yang bagian strukturnya terdiri atas vitamin B. a. Metabolisme karbohidrat Pada proses pencernaan makanan, karbohidrat mengalami proses hidrolisis, baik dalam mulut, lambung maupun usus. Hasil akhir proses pencernaan karbohidrat ini ialah glukosa, fruktosa, galaktosa, serta monosakarida lainnya. Senyawa-senyawa ini kemudian diabsorbsi melalui dinding usus dan dibawa ke hati oleh darah. Karbohidrat mengalami berbagai proses kimia, reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam sel saling berhubungan dan saling mempengaruhi, sebagai contoh, apabila banyak glukosa yang teroksidasi untuk memproduksi energi, maka glikogen dalam hati akan mengalami proses hidrolisis untuk membentuk glukosa. Pada dasarnya metabolisme glukosa dapat dibagi dalam dua bagian yaitu yang tidak menggunakan oksigen atau anaerob dan yang menggunakan oksigen atau aerob. Proses glikolisis dimulai dengan molekul glukosa dan diakhiri dengan terbentuknya asam piruvat. (Poedjiadi, 2009: 247-255). 26 Glukosa dalam jumlah lebih akan disimpan dalam hati dan jaringan otot dengan diubah menjadi glikogen, proses sintesis glikogen dari glukosa ini disebut glikogenesis. Glikogen dalam hati dapat pula dibentuk dari asam laktat yang dihasilkan pada proses glikolisis. Asam laktat yang terjadi pada proses glikolisis dapat dibawa oleh darah ke hati, di sini asam laktat diubah menjadi glukosa kembali melalui serangkaian reaksi dalam suatu proses yang disebut glukoneogenesis (pembentukan gula baru), glukoneogenesis adalah sintesis glukosa dari senyawa-senyawa bukan karbohidrat, misalnya asam laktat dan beberapa asam amino. Siklus asam sitrat adalah serangkaian reaksi kimia dalam sel, yaitu pada mitokondria yang berlangsung secara berurutan dan berulang, bertujuan mengubah asam piruvat menjadi CO2 , H2O dan sejumlah energi, proses ini adalah proses oksidasi dengan menggunakan oksigen atau aerob, siklus asam sitrat ini disebut juga siklus krebs (Poedjiadi, 2009: 259-264). Glukosa merupakan pusat dari semua metabolisme. Glukosa juga merupakan prekursor pokok bagi senyawa non karbohidrat. Setelah dibwa ke dalam sel, glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat, kemudian glukosa 6-fosfat masuk ke sejumlah jalur metabolik. Tiga jalur yang biasa terdapat pada semua jenis sel adalah glikolisis, jalur pentosa fosfat, dan sintesis glikogen (Dawn, 2000: 381) Jalur metabolisme karbohidrat : 1. Glikolisis : mengubah glukosa menjadi asam piruvat 27 2. Dekarboksilasi oksidatif : mengubah piruvat menjadi Asetil Koenzim A 3. Daur asam sitrat : Asetil Koenzim A mengalami oksidasi sempurna menjadi CO2. Daur asam sitrat merupakan jalur metabolisme bersama untuk oksidasi molekul bahan bakar seperti asam amino, asam lemak dan karbohidrat. 4. Fosforilasi oksidatif : proses pembentukan ATP akibat transfer elektron dari NADH/FADH2 kepada O2. Gambar 5. Ringkasan Metabolisme Karbohidrat (Glukoneogenesis Tidak Ditunjukkan) (Murray,2003: 123). 28 b. Metabolisme lipida Lemak dalam darah diangkut dalam tiga bentuk, yaitu berbentuk kilomikron, partikel lipoprotein yang sangat kecil, dan bentuk asam lemak yang terikat dalam albumin. Lemak dalam tubuh tidak hanya berasal dari makanan yang mengandung lemak, tetapi dapat pula berasal dari karbohidrat dan protein, hal ini dapat terjadi karena ada hubungan antara metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Asam lemak yang terjadi pada proses hidrolisis lemak, megalami proses oksidasi dan menghasilkan asetil koenzim A, asetil koenzim A dapat ikut dalam siklus asam sitrat apabila penguraian lemak dan karbohidrat seimbang. Dalam siklus asam sitrat, asetil koenzim A bereaksi dengan asam oksaloasetat menghasilkan asam sitrat, ikut sertanya asetil koenzim A dalam siklus asam sitrat tergantung pada tersedianya asam oksaloasetat dan hal ini tergantung pula pada konsentrasi karbohidrat. Dalam keadaan berpuasa atau kekurangan makan, konsentrasi karbohidrat (glukosa) berkurang sehingga sebagian dari asam oksaloasetat diubah menjadi glukosa, karennya asetil koenzim A dari lemak tidak masuk dalam siklus asam sitrat, tetapi diubah menjadi asam oksaloasetat, asam hidroksibutirat, dan aseton. Ketiga senywa ini dinamakan senyawa keton. Senyawa keton terbentuk apabila penguraian lemak dalam keadaan berlebihan (Poedjiadi, 2009: 278285). 29 Gambar 6. Ringkasan Metabolisme Lemak (Murray,2003: 123). c. Metabolisme protein Asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu absorbsi melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel dan hasil sintesis asam amino dalam sel. Protein dalam makanan diperlukan untuk menyediakan asam amino yang akan digunakan untuk memproduksi senyawa nitrogen yang lain, untuk mengganti protein dalam jaringan yang mengalami proses penguraian dan untuk mengganti nitrogen yang telah dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk urea. Ada beberapa asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi tidak dapat diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang memadai, sehingga harus diperoleh dari makanan, asam amino tersebut dinamakan asam amino esensial, contohnya, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, triptofan, fenilalanin, arginine, treonin, valin. Kebutuhan akan asam amino esensial tersebut bagi anak-anak relatif lebih besar daripada orang dewasa. 30 Tahap awal reaksi metabolisme asam amino melibatkan pelepasan gugus amino, kemudian baru perubahan kerangka karbon pada molekul asam amino (Poedjiadi, 2009: 298-301). Gambar 7. Ringkasan Metabolisme Asam Amino (Murray,2003: 124). Tahap pembentukan energi dari bahan makanan : 1. Pada tahap pertama, molekul-molekul makanan yang besar dipecah menjadi unit-unit yang lebih kecil. Protein dihidrolisis menjadi 20 macam asam amino, polisakarida dihidrolisis menjadi gula sederhana seperti glukosa, lemak dihidrolissi menjadi gliserol dan asam lemak. 2. Pada tahap kedua, molekul-molekul kecil dipecah menjadi beberapa unit sederhana yang berperan utama pada metabolisme gula, asam lemak, gliserol dan beberapa asam amino dikonversi menjadi unit asetil dari Asetil KoA, sejumlah ATP dihasilkan pada tahap ini. 31 3. Tahap ketiga terdiri dari daur asam sitrat dan fosforilasi oksidatif, Asetil KoA membawa unit-unit asetil ke dalam daur ini, tempat unit-unit ini dioksidasi lengkap menjadi CO2. Empat pasang elektron dipindahkan (3 ke NAD+, 1 ke FAD) untuk setiap gugus asetil yang dioksidasi, kemudian ATP dihasilkan selama elektron mengalir dari bentuk-bentuk tereduksi. Gambar 8. Konversi Energi Pangan Menjadi ATP (Murray, 2003: 93). Gambar 9. Ringkasan Konversi Energi Pangan Menjadi ATP (Smith, 2005: 4). 32 5. Indeks Kebugaran Indeks kebugaran adalah total perolehan nilai dari kegiatan lari 30 meter, jantung siku tekuk, baring-duduk 30 detik, loncat tegak dan lari 600 meter (Depkes RI, 1994: 23-26). Kebugaran jasmani seseorang merupakan salah satu faktor yang menentukan kesehatan. Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari dengan tanpa pengeluaran energi yang cukup besar guna memenuhi kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang serta untuk memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu diperlukan (Sajoto, 1988 cit Herianto dan Chusla RD, 2012: 20) Kebugaran jasmani sering disebut juga dengan istilah kesegaran jasmani. Kebugaran jasmani adalah kemampuan jasmani untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih sanggup melakukan aktivitas yang sifatnya mendadak atau keadaan emergency (Margono, 2012: 36). Menurut Sumintarsih (2007: 26) Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan, sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya. Faktor yang mempengaruhi Kesegaran Jasmani Menurut Irianto (2000: 37-38) meliputi 3 faktor : a. Makan Makanan yang cukup dan memenuhi syarat yang seimbang sangat mutlak bagi kesehatan, terutama untuk mempertahankan dan mendapatkan 33 kesegaran jasmani yang baik harus mengkonsumsi makanan yang memenuhi syarat sehat seimbang, cukup nutrisi, dan gizi untuk mempertahankan kesempurnaan kesegaran jasmani. b. Istirahat Istirahat yang cukup sangat diperlukan sehingga tubuh memiliki kesempatan melakukan pemulihan tenaga sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari. c. Olahraga/aktivitas fisik Kesegaran jasmani dapat dicapai dengan latihan yang sistematik menggunakan rangsang gerak untuk meningkatkan atau mempertahankan kualitas fungsi tubuh, kualitas fungsi tubuh merupakan daya tahan paru, jantung, otot dan komposisi tubuh. Menurut Wahjoedi (2000: 59-61) Kebugaran jasmani terdiri atas dua, yaitu kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan dan kesegaran jasmani yang berhubungan dengan ketrampilan. Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan salah satunya adalah ketahanan kardiorespiratori. Komponen ini menggambarkan kemampuan dan kesanggupan melakukan kerja dalam keadaan aerobik, artinya kemampuan sistem peredaran darah dan pernapasan untuk mengambil dan menyediakan oksigen yang dibutuhkan seseorang. Menurut Irianto (2004: 4) Daya tahan kardiorespiratori yaitu kemampuan paru mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam jangka waktu lama. 34 Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk anak 6-9 tahun terdiri dari lari 30 meter, gantung tekuk siku, baring duduk 30 detik, loncat tegak dan lari 600 meter. Pelaksanaan serangkaian kegiatan tes ini lebih kurang memerlukan waktu 10-12 menit tiap anak, dapat dilakukan bersamaan 4-5 anak dengan pencatat hasil tes menyesuaikan jumlah anak tiap gelombang tes (Yuliati, 1999: 10). TKJI untuk anak usia 6-9 tahun yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) tahun 2010, yaitu : a. Lari / Sprint 30 meter Sprint atau lari cepat bertujuan untuk mengukur kecepatan jarak yang ditempuh untuk anak putra dan putri adalah sama yakni 30 meter, sedangkan penilaiannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 1. Penilaian Lari 30 Meter TKJI Anak Usia 6-9 Tahun No. 1. 2. 3. 4. 5. Putra (detik) ≤ 5,5 5,6-6,1 6,2-6,9 7,0-8,6 ≥ 8,7 Putri (detik) ≤ 5,8 5,9-6,6 6,7-7,8 7,9-9,2 ≥ 9,3 Nilai 5 4 3 2 1 b. Gantung siku tekuk / Pull-Up Pull-Up bertujuan untuk mengukur kekuatan otot lengan dan bahu, penilaian untuk gantung siku tekuk dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini: 35 Tabel 2. Penilaian Gantung Siku Tekuk TKJI Anak Usia 6-9 Tahun No. 1. 2. 3. 4. 5. Putra (detik) ≥ 40 22-39 9-2 3-8 0-2 Putri (detik) ≥ 33 18-32 9-17 3-8 0-2 Nilai 5 4 3 2 1 c. Baring duduk / Sit Up 30 detik Baring duduk bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut. Kriteria penilaian dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3. Penilaian Baring Duduk 30 detik TKJI Anak Usia 6-9 Tahun No. 1. 2. 3. 4. 5. Putra (detik) ≥ 17 13-16 7-12 2-6 0-1 Putri (detik) ≥ 17 11-14 4-10 2-3 0-1 Nilai 5 4 3 2 1 d. Loncat tegak / Vertical Jump Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak (eksplosif) otot tungkai, penilaiannya dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini : Tabel 4. Penilaian Loncat Tegak TKJI Anak Usia 6-9 Tahun No. 1. 2. 3. 4. 5. Putra (detik) ≥ 38 30-37 22-29 13-21 ≤ 13 Putri (detik) ≥ 38 29-37 22-28 13-21 ≤ 13 36 Nilai 5 4 3 2 1 e. Lari 600 meter Lari jarak sedang dilakukan untuk mengukur daya tahan paru, jantung, dan pembuluh darah, pada usia 6-9 tahun jarak yan digunakan adalah 600 meter dengan ketentuan penilaian sebagai berikut : Tabel 5. Penilaian Lari 600 meter TKJI Anak Usia 6-9 Tahun No. 1. 2. 3. 4. 5. Putra (detik) sd-2’39’’ 2’40’’-3’00’’ 3’01’’-3’54’’ 3’46’’-4’48’’ 4’49’’-dst Putri (detik) sd-2’53’’ 2’54’’-3’23’’ 3’24’’-4’08’’ 4’00’’-5’30’’ 5’04’’-dst Nilai 5 4 3 2 1 Pengumpulan data dicatat dalam formulir TKJI sebagai berikut : Tabel 6. Formulir Tes Kesegaran Jasmani Indonesia No. 1. 2. Jenis Tes Hasil Lari 30 meter .... detik Gantung siku tekuk .... detik Baring duduk 30 3. .... kali detik 4. Loncat tegak .... cm 5. Lari 600 meter .... menit 6. Jumlah nilai 7. Klasifikasi Sumber : Kemendiknas (2010:30) Nilai Tabel 7. Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia No. 1. 2. 3. 4. 5. Jumlah Nilai 22-25 18-21 14-17 10-13 5-9 37 Klasifikasi Baik Sekali (BS) Baik (B) Sedang (S) Kurang (K) Kurang Sekali (KS) Keterangan Tabel 7 diatas merupakan standar penentuan klasifikasi tingkat kesegaran jasmani menggunakan norma TKJI, total perolehan nilai dari serangkain tes kebugaran dijumlah dan disesuaikan dengan kategorinya. 6. Nutrisi dan Aktivitas Fisik Peningkatan aktivitas fisik memerlukan peningkatan laju penyediaan energi bagi otot yang sedag bekerja. ATP merupakan molekul fundamental yang meproduksi energi untuk kontraksi otot ketika molekul tersebut terurai menjadi ADP. Cadangan ATP sangat terbatas dan perlu terus diisi, jumlah yang tersimpan hanya cukup untuk sekitar dua detik berolahraga. (Barasi, 2007: 94-95) Hati Adiposit Sel Otot Glikogen Triasilgliserida Glikogen Glukosa adrenalin glukagon Lipase insulin Gliserol insulin Asam lemak Glukosa Siklus Asam Sitrat ATP Asam lemak Gambar 10. Lokasi Sumber Energi Utama dan Faktor Pengendali Endokrin Utama (Barasi, 2007: 94-95). 38 adrenalin 7. Anak SD : karakteristik, kebutuhan zat gizi, jumlah kalori rata – rata Kategori anak sekolah adalah anak usia 7 – 12 tahun. Dalam usia tersebut penambahan berat badan terjadi sekitar 2 kg dan tinggi badan 5 – 6 cm setiap tahunnya. Menjelang masa puber pertambahan berat badan dapat mencapai 4 – 4,5 kg setahun. Menurut Soetardjo (2011; th), kelompok anak menurut usia dibagi dalam tiga golongan, yaitu usia 1-3 tahun, 4-6 tahun, dan 7-9 tahun. Usia 1-3 tahun dan 4-6 tahun disebut sebagai usia pra sekolah, sedangkan usia 7-9 tahun sebagai usia sekolah. Anak sekolah berada pada masa pertumbuhan yang sangat cepat dan kegiatan fisik yang sangat aktif. Anak usia sekolah berusaha mengembangkan kebebasan dan membentuk nilai-nilai pribadi. Perbedan-perbedaan antar anak antara lain tampak pada kecepatan tumbuh, pola aktivitas, kebutuhan gizi, perkembangan kepribadian, dan asupan makanan, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara normal, seorang anak harus mengkonsumsi makanan dengan jumlah yang cukup . Makanan yang dikonsumsi oleh anak sekolah dasar akan dapat mengakibatkan gangguan gizi pada anak sekolah dasar, apabila tidak mencukupi kebutuhan gizinya. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa anak usia sekolah dasar mengkonsumsi zat gizi kurang dari kecukupan yang dianjurkan disebabkan karena jarang sarapan pagi, pemilihan makanan jajanan yang kurang baik serta jarang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan (Thoha, 2003: th).Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi anak sekolah dasar dapat dilihat pada tabel berikut, 39 Tabel 8. Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan Perhari bagi Anak Usia Sekolah. Energi dan zat gizi Golongan umur 7-9 tahun Pria 10 – 12 tahun Wanita 10 -12 tahun Energi (kkal) 1800 2050 2050 Protein (g) 45 50 50 Vitamin A (RE) 500 600 600 Vitamin B1 (mg) 0.9 1.1 1.1 Vitamin C (mg) 45 50 50 Kalsium (mg) 600 1000 1000 Zat Besi (mg) 10 13 20 Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) 2004. Tabel 9. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat, dan Air yang Dianjurkan untuk Umur 7 – 9 Tahun (Perorang Perhari). Kelompok BB umur (Kg) 7 – 9 27 tahun TB (cm) 130 Energi (kkal) 1850 Protein Lemak (g) (g) 49 Total :72 Karbohidra Serat (g) t (g) 254 26 Air (ml) 1900 Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI No 75 tahun 2013. Tabel 10. Angka Kecukupan Vitamin yang Dianjurkan untuk Umur 7 – 9 Tahun (Perorang Perhari). Kelompok VitA Vit D VitE VitK VitB1 VitB2 umur (mcg) (mcg) (mg) (mcg) (mg) (mg) VitB3 VitB5 VitB6 (mg) (mg) (mg) 7- 9 tahun 10 500 Kelompok umur 7- 9 tahun 15 7 Folat (mcg) 300 25 0.9 VitB12 Biotin (mcg) (mcg) 1.2 12 1.1 Kolin (mg) 375 Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI No 75 tahun 2013. 40 3 Vit (mg) 45 1 C Tabel 11. Angka Kecukupan Mineral yang Dianjurkan untuk Umur 7 – 9 Tahun (Perorang Perhari). Kelompok umur Ca (mg) P (mg) Mg (mg) Na (mg) K (mg) Mn (mg) Cu Kr Fe (mcg) (mcg) (mg) 7- 9 tahun 1000 500 120 1200 4500 1.7 570 Kelompok umur I (mcg) Seng (mg) Selenium (mcg) 20 10 Fluor (mg) 7- 9 tahun 120 11 20 1.2 Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI No 75 tahun 2013. B. Kerangka Berpikir Makan Pagi Indeks Kebugaran Anak usia 7 – 9 tahun Kualitas Gizi : Jumlah kalori, Makronutrien, Mikronutrien Gambar 11. Skema Kerangka Berpikir. C. Hipotesis Penelitian Ada hubungan antara kecukupan gizi makan pagi dengan indeks kebugaran anak SD usia 7-9 tahun. 41