71 GIZIDO Volume 5 No. 1 November 2013 Status Gizi, Asupan Energi Irza N. Ranti, dkk STATUS GIZI, ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN HARI RAWAT ANAK DIARE AKUT DI RUANG RAWAT INAP E BLU RSUP Prof. Dr. R.D. KANDOU MANADO Irza N. Ranti¹, Jufri Sineke², dan Vonny I.P. Piri³ 1,2. Politeknik kesehatan Kemenkes Manado 3. BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado ABSTRACT Diarrhea is still a public health problem in developing countries such as Indonesia , because they often arise in the form of Extraordinary Events ( KLB ) , and accompanied by high mortality , especially in eastern Indonesia . Clinically cause of diarrhea can be grouped into several broad categories , namely due to infection , malabsorption , allergies , poisoning , immunodeficiency and other causes , but often found in field or clinical is diarrhea caused by infection and poisoning. The cause of the diarrhea is strongly influenced by various factors such as nutritional status, habits or behaviors , environmental sanitation and so on . This study aims to determine the energy and protein intake , nutritional status of children aged 1-5 years who have acute diarrhea in the department of Prof. BLU . Dr. . R.D. Kandou Manado . Samples were taken by 15 patients . This research is a descriptive observational cross-sectional design in which the intake of energy, protein and nutritional status were measured at the same time . The population in this study were all children aged 1-5 years of diarrhea , which was treated in the department of Prof. IRINA E . Dr. . R.D. Kandou Manado . Samples were taken by means of sampling acidental . The results showed that the study subjects had a mean age of 18.3 months , the nutritional status based on the value of z scores is normal with a mean intake that does not meet the standard requirements In conclusion, the results of Pearson correlation analysis showed that there is a very bermakana anatara nutritional status with an average intake of macro nutrients ( p < 0.01 ) , but there is no relationship between nutritional status with an average days of hospitalization ( p > 0.05 ) . Keywords : Nutritional status , energy and protein intake , day care . PENDAHULUAN Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Didalam kesepakatan global yang dituangkan dalam Millennium Development Goals (MDG’s) yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator, membuat target pada tahun 2015 setiap negara harus menurunkan angka kematian anak dibawah 5 tahun sampai dua per tiga dari angka kematian anak pada tahun 1990. Selain itu, didalamnya juga disepakati bahwa tahun 2015 setiap negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi pada tahun 1990. Dua dari indikator sebagai penjabaran tujuan pertama MDG’s adalah menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita (indikator keempat) dan menurunnya jumlah penduduk dengan defisit energi (indikator kelima) (Unicef, 2010). Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), studi mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat 72 GIZIDO Volume 5 No. 1 November 2013 Status Gizi, Asupan Energi Irza N. Ranti, dkk baik di rumah maupun di sarana kesehatan.Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Kemenkes, 2011). Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.)(Kemenkes, 2011). Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dinegara berkembang seperti di Indonesia, karena masih sering timbul dalam bentuk Kejadian Luar Biasa (KLB), dan disertai dengan kematian yang tinggi, terutama di Indonesia Bagian Timur. Disamping itu menurut hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa penyakit diare merupakan penyebab utama kematian pada balita.Target MDG,s ke-4 adalah penurunan kematian anak dari tahun 1990 menjadi 2/3 bagian sampai 2015. Salah satu upaya untuk menurunkannya adalah dengan menurunkan kematian karena diare (Kemenkes, 2011). Pemerintah telah menetapkan kebijakan dalam menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena diare diantaranya adalah melaksanakan tatalaksana penderita diare yang sesuai standar, baik di sarana kesehatan maupun di rumah tangga, melaksanakan surveilans epidemiologi & pengendalian (Kemenkes, 2011). Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang. Pembangunan manusia masa depan dimulai dengan pembinaan anak masa sekarang. Untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas di masa yang akan datang maka anak perlu dipersiapkan agar anak bisa tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya (Tanuwidjaya, 2002). Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan besar yaitu karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya(Depkes RI, 2002). Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya dan diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada Balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2002, diare menempati urutan ke ketiga penyebab kematian bayi, sedangkan pada tahun 2004 diare merupakan penyakit dengan frekuensi KLB (Kejadian Luar Biasa) kelima terbanyak setelah DBD (Demam Berdarah Dengue), Campak, Tetanus Neonatorium dan keracunan makanan (Anonimous, 2012). Di negara-negara berkembang, diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. World Health Ogrganization (WHO) (1995) memperkirakan 3 episode diare setiap tahunnya dialami anak-anak di negara berkembang dengan usia dibawah tiga tahun dimana kurang lebih 80 % kematian terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan secara keseluruhan rata-rata anak mengalami 1,3 episode diare per tahun akan tetapi di beberapa tempat dapat lebih dari 9 episode per tahun dan pada daerah dengan episode diare yang tinggi maka seorang anak Balita dapat menghabiskan 15% waktunya untuk diare(Depkes R.I, 2005). Menurut Moehji (2003) menjelaskan bahwa penyebab kematian pada anak usia di bawah 5 tahun adalah penyakit infeksi, akan tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi biasanya didahului oleh keadan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh dikarenakan kekurangan gizi menyebabkan tubuh mudah 73 GIZIDO Volume 5 No. 1 November 2013 Status Gizi, Asupan Energi terserang penyakit. Antara gizi buruk dan penyakit terjadi hubungan timbal balik yang sangat erat, sehingga sangat sukar untuk mengidentifikasi mana yang lebih dahulu terjadi. Sebaliknya penyakit infeksi yang menyerang anak balita menyebabkan status gizi anak tersebut akan menjadi buruk, memburuknya keadaan gizi anak balita yang disebabkan oleh penyakit infeksi dapat berupa; 1). Turunnya nafsu makan anak akibat rasa tidak nyaman yang dialaminya, sehingga menyebabkan asupan zat gizi berkurang padahal anak sangat memerlukan zat gizi yang banyak untuk tumbuh dan berkembang dan untuk mengganti sel-sel yang rusak atau jaringan tubuh yang rusak akibat terserang penyakit, 2). Penyakit infeksi yang dibarengi dengan diare dan muntah akan menyebabkan penderita akan kehilangan banyak cairan (dehidrasi) dan menyebabkan penyerapan zat gizi dari makanan juga terganggu (Moehji, 2003). diare pada malnutrisi antara lain : atrofi vilus usus halus dan atrofi pankreas, penurunan daya tahan tubuh, gangguan absorbsi zat makanan sertasebagian besar anak dengan malnutrisi menunjukkan defisiensi laktosa yang mengakibatkan terjadinya intoleransi laktosa. Bukti menunjukkan bahwa rotavirus penyebab diare tertinggi pada bayi dan anak balita mengakibatkan juga kerusakan mukosa usus yang menyebabkan gangguan absorbsi usus. Berbagai mikroorganisme yang dilaporkan sebagai penyebab diare pada anak, antara lain Rotavirus, E. Coli, Salmonella spp, Shigela spp, Campylobacter spp dan Vibrio Cholerae. Walaupun sebagian besar kasus diare pada anak merupakan kasus yang akan sembuh dengan sendirinya (self-limiting disease), akan tetapi diare yang berlangsung terus menerus dengan jumlah tinja yang banyak seringkali menyebabkan keadaan dehidrasi dan malabsorbsi yang secara bermakna akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian anak (Hegar, 2004). Parashar et al. (2003) menunjukkan 440.000 anak meninggal karena diare yang disebabkan oleh rotavirus. Prevalensi diare di Propinsi Sulawesi Utara menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 diketahui 5,4% dan 9,3 % diderita oleh anak umur kurang dari 1 tahun, serta 9,5% umur 1-4 tahun, yang dibagi atas daerah perkotaan 4,5% sementara pedesaan 6,1% (Depkes RI, 2008). Data penderita yg di rawat di Instalasi Rawat Inap E RSUP Prof. Dr. R.D Kandou tahun 2011, berjumlah 1508 orang, penderita diare akut menempati urutan teratas yaitu sebanyak 519 orang (34,4%). Tujuan penelitian yaitu mengetahui asupan energi dan protein, status gizi, dan hari rawat anak yang mengalami diare di IRINA E RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Diare pada anak-anak bisa menjadi keadaan yang mengancam jiwa sehingga sama sekali tidak dapat diremehkan karena dapat berujung pada malnutrisi bahkan berakibat kematian. Pudjiadi (2000), menuliskan penyakit diare merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap status gizi. Pada waktu anak menderita diare sering terjadi gangguan gizi yang menyebabkan menurunnya status gizidalam waktu singkat, sementara itu Santosa dkk (2004), mengemukakan bahwa status gizi buruk berdampak berat pada kesehatan dan memerlukan tatalaksana yang lebih rumit. Malnutrisi Energi Protein (MEP) yang selanjutnya disebut sebagai malnutrisi telah lama diketahui mempunyai hubungan timbal balik dengan diare. Disatu pihak diare dapat mencetuskan terjadinya malnutrisi, sedangkan di pihak lain malnutrisi dapat menyebabkan timbulnya diare (Victoria, dkk (2008). Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya BAHAN DAN CARA Pengambilan data diambil dari data rekam medis pasien diare yang ada di IRINA E BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado, selanjutnya data tinggi badan, serta data berat badan. Selanjutnya pengambilan data surveilens diare pasien diare akut yang Irza N. Ranti, dkk dirawat pada bangsal perawatan anak BLU RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dijadikan sampel penelitian. Seluruh data yang diperoleh dicatat dalam formulir khusus penelitian yang telah tersedia. Setelah data terkumpul, dilakukan entry dan cleaning terhadap data yang diperoleh. Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan rancangan cross 74 GIZIDO Volume 5 No. 1 November 2013 Status Gizi, Asupan Energi sectional dimana asupan energi, protein dan status gizi serta hari rawat diukur pada waktu yang sama. Data asupan zat gizi diolah menggunakan software nutria survey sehingga diperoleh data asupan energy dan protein kemudian dibandingkan dengan standar kebutuhan berdasarkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) tahun 2004, data status gizi diperoleh dari hasil pengukuran antropometri kemudian dimasukan pada software antropometri menurut WHO tahun 2007 menggunakan indikator BB/TB, untuk mengetahui hubungan antar variabel menggunakan uji korelasi. 1. Karateristik Variabel Berikut ini adalah analisis univariat yang menyajikan karakteristik variabel termasuk Irza N. Ranti, dkk HASIL didalamnya adalah analisis normalitas variabel menggunakan uji saphiro wilk selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1. Karakteristik dan Analisis Normalitas Variabel Variabel Umur (bln) Berat Badan (kg) Panjang Badan (cm) Status Gizi z score (bb/tb) Hari rawat (hari) Rerata Asupan Energi (kal) Rerata Asupan Protein (g) Rerata Asupan Lemak (g) Rerata Asupan KH (g) Mean 18.3 9.8 83 Median 16 10 85 SD 5.16 2.11 6.63 Min 13 7 70 Max 33 15 90 p 0.006 0.151 0.026 -0.81 -1.0 1.24 -2.59 2 0.396 3.4 666.2 3 680 1.45 1.43 2 461 6 984 0.014 0.600 23.53 23 6.35 11 37 0.996 14.40 15 3.26 10 22 0.260 107.2 110 2.40 75 164 0.391 Secara umum tabel diatas menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini mempunyai rerata umur 18.3 bulan, status gizi berdasarkan nilai z score adalah normal dengan rerata asupan yang tidak memenuhi standar kebutuhan. Hasil analisis normalitas pada tabel diatas menunjukkan sebagaian besar variabel berdistribusi normal. a. Distribusi Frekuensi variabel Berikut ini adalah distribusi frekuensi variabel yang dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel.2. Distribusi Frekuensi Variabel Variabel Jenis Kelamin Status Gizi (z Score) Jumlah Hari Rawat Kategori Laki-laki Perempuan Normal n 10 5 13 % 66.7 33.3 86.7 Kurus <3 hari 2 8 13.3 53.3 >3hari 7 46.7 75 GIZIDO Volume 5 No. 1 November 2013 Status Gizi, Asupan Energi Irza N. Ranti, dkk Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar subjek dalam penelitian ini adalah anak laki-laki, mempunyai status gizi normal dengan hari rawat yang kurang dari 3 hari b. Analisis Korelasi Variabel Variabel yang Dihubungkan Status Gizi >< Rerata asupan energi Status Gizi >< Rerata asupan protein Status Gizi >< Rerata asupan lemak Status Gizi >< Rerata asupan KH Status Gizi >< Hari rawat p 0.000 Koefisien Korelasin 0.787 Bermakna/Sangat Kuat 0.003 0.707 Bermakna/Sangat Kuat 0.001 0.779 Bermakna/Sangat Kuat 0.001 0.778 Bermakna/Sangat Kuat 0.277 -0.300 Tidak bermakna Hasil analisis pearson correlation menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna antara status gizi dengan rerata asupan zat gizi makro (p<0.01) dengan kekuatan hubungan yang sangat kuat, tetapi tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan rerata hari rawat inap (P>0.05). Hal ini sesuai dengan teori yang menegaskan bahwa Masalah Gizi Buruk/KEP pada balita disebabkan oleh berbagai hal, baik faktor penyebab langsung maupun tidak langsung. Faktor penyebab langsung timbulnya masalah Gizi Buruk/KEP pada balita adalah adanya penyakit infeksi dan parasit, serta konsumsi makanan yang tidak mencukupi kebutuhannya. Diare dapat menyebabkan anak tidak mempunyai nafsu makan sehingga terjadi kekurangan jumlah makanan dan minuman yang masuk ke tubuhnya, yang dapat berakibat gizi kurang. Serangan diare berulang atau diare akut yang berat pada anak gizi kurang merupakan resiko kematian (Depkes, 2002) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan asupan zat gizi makro dari semua subjek yang diteliti rata-rata tidak dapat memenuhi kebutuhan dan fenomena ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Malnutrisi Energi Protein (MEP) yang selanjutnya disebut sebagai malnutrisi telah lama diketahui mempunyai hubungan timbal balik dengan diare. Disatu pihak diare dapat mencetuskan terjadinya malnutrisi, sedangkan Ket di pihak lain malnutrisi dapat menyebabkan timbulnya diare (Kretchmer and zimermann, 2003).Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diare pada malnutrisi antara lain : atrofi vilus usus halus dan atrofi pankreas, penurunan daya tahan tubuh, gangguan absorbsi zat makanan sertasebagian besar anak dengan malnutrisi menunjukkan defisiensi laktosa yang mengakibatkan terjadinya intoleransi laktosa. Bukti menunjukkan bahwa rotavirus penyebab diare tertinggi pada bayi dan anak balita mengakibatkan juga kerusakan mukosa usus yang menyebabkan gangguan absorbsi usus. Diare dapat merupakan faktor resiko terjadinya malnutrisi. Hal ini karena masukan makanan pada penderita diare menurun akibat kebiasaan ibu menghentikan makanan selama diare, anoreksia, kebiasaan mengencerkan susu selama diare, berkurangnya absorbsi zat makanan, kehilangan langsung zat makanan melalui usus dalam bentuk tinja, bertambahnya kebutuhan zat makanan oleh tubuh karena terjadi peningkatan katabolisme serta kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif singkat (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004). Menurut Moehji (2003) menjelaskan bahwa penyebab kematian pada anak usia di bawah 5 tahun adalah penyakit infeksi, akan tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi biasanya didahului oleh keadan gizi yang kurang memuaskan. 76 GIZIDO Volume 5 No. 1 November 2013 Status Gizi, Asupan Energi Rendahnya daya tahan tubuh dikarenakan kekurangan gizi menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit. Antara gizi buruk dan penyakit terjadi hubungan timbal balik yang sangat erat, sehingga sangat sukar untuk mengidentifikasi mana yang lebih dahulu terjadi. Sebaliknya penyakit infeksi yang menyerang anak balita menyebabkan status gizi anak tersebut akan menjadi buruk, memburuknya keadaan gizi anak balita yang disebabkan oleh penyakit infeksi dapat berupa : 1). Turunnya nafsu makan anak akibat rasa tidak nyaman yang dialaminya, sehingga menyebabkan asupan zat gizi berkurang padahal anak sangat memerlukan zat gizi yang banyak untuk tumbuh dan berkembang dan untuk mengganti sel-sel yang rusak atau jaringan tubuh yang rusak akibat terserang penyakit. 2). Penyakit infeksi yang dibarengi dengan diare dan muntah akan menyebabkan penderita akan kehilangan banyak cairan (dehidrasi) dan menyebabkan penyerapan zat gizi dari makanan juga terganggu. (Moehji, 2003). Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Arisman, M.B. (2003). Kurang Kalori Protein. Dalam : Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC. Anonymus, 2012. Diare pada bayi dan anak. http://medicastore.com/ artikel/261/ Diare_pada_Bayi_dan_Anak.html diakses Tanggal 28 April 2012. Aritonang, I. (1996). Pemantauan Pertumbuhan Balita. Petunjuk Praktis MenilaiStatus Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta : Kanisius. As’ad, S. (2000). Pengaruh Pemberian Zinc terhadap Profil Diare pada Anak Balita Gizi Buruk. Jurnal Med. Nus., 21 (3), pp. 143-149. Brown, K.H. (2003). Diarrhea and Malnutrition.Journal Nutrition, 133 :S328-32. Bukitwetan, P., Suryawidjaja, J.E., Salim, O.Ch., Aidifiltif, M., Lesmana, M. (2001). Diare Bakterial : Etiologi dan Pola Kepekaan Antibiotika di Dua Pusat Kesehatan Masyarakat di Jakarta. Jurnal Kedokteran Trisakti, 20 (2), pp. 57-65. CDC. (2005).Guidelines for the Management of Acute Diarrhea.CDC. [Internet]. Tersedia dalam : <http//www.bt.cdc.gov/disasters.> [Diakses 27 September 2006]. Depkes RI., 2002. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Depkes RI. (2005). Profil Kesehatan Indonesia 2003. Depkes RI (2008). Riskesdas Propinsi Sulawesi Utara Tahun 2007. Djupri, L.S. (1991). Diare dengan Penyakit Penyerta. Berita Pusat InformasiDiare, 3 (1), pp. 87-90. Gandahusada, S. (1989).Diare sebagai Akibat Infeksi Protozoa.Berita Pusat Informasi Diare, 1 (9), pp. 238-241. Gibson, R. (1990). Principles of Nutritional Assessment. New York : Oxford University Press. Ginting, R.U., Tambunan, T., Nasar, S.S. (2002). Nutritional Status Change in Hospitalized Patients after 14 days of Care. Paedetrica Indonesiana, 42 (12), pp. 11-17. SIMPULAN 1. Rerata asupan energi dan zat makro (protein, lemak dan karbohidrat) anak yang mengalami diare di IRINA E RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado tidak memenuhi standar kebutuhan 2. Terdapat hubungan yang sangat bermakna antara asupan energi dengan status gizi anak yang mengalami diare di IRINA E RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado 3. Tidak terdapat hubungan antara status gizi dan hari rawat inap anak yang mengalami diare di IRINA E RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado DAFTAR PUSTAKA Arisman, MB.2004, Gizi dalam Daur Kehidupan, EGC, Jakarta. Black,RE., Allen,L.H., Bhutta,Z.A., Caufield,LE., Onis,M.,Ezzati,M., Mathers,C., Rivera.J. (2008) Maternal and Child Undernutrition : Global and Regional Exposure and Health Consequencesin Lancet .Volume 371 (9608) Januari pp: 243 – 260 Irza N. Ranti, dkk 77 GIZIDO Volume 5 No. 1 November 2013 Status Gizi, Asupan Energi Irza N. Ranti, dkk Harianto.(2004). Penyuluhan Penggunaan Oralit untuk Menanggulangi Diare di Masyarakat.Majalah Ilmu Kefarmasian I (1), pp. 27-33. Hegar, B., Kadim, M., Pasaribu, A. (2004). Karakteristik Mikroorganisme Saluran Cerna pada Anak dengan Diare Akut. Majalah Kedokteran Indonesia, 54 (9), pp. 367-371. Lubis, I.Z., Pasaribu, S., Lubis, M., Lukman, H., Lubis, C.P. (1991). Risiko Terjadinya Diare : Identifikasi Faktor pada Bayi. Medika, 2 (17), pp. 106109. Menkes (2002). Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun. Hardinsyah (2004) Kemitraan Program Perbaikan Gizi Anak dengan Swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat. In Hardinsyah dan Puruhita, A. eds. Prosiding Inovasi Pangan dan Gizi untuk Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak, Mei 10-11, 2004, JakartaIndonesia, American Soybean Association, pp.120-132. Hery Garna, Emelia Suroto, Hamzah, Heda Melinda D Nataprawira, Dwi Prasetyo. 2005. Diare Akut Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi Olmu Kesehatan Anak Edisi Ke-3. Bandung: Bagian /SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Padjajaran/ RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG. Hal. 271-278 Hidayat, A. (1998). Pengaruh Pemberian Seng terhadap Diare Memanjang pada Anak Batita. Majalah Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, 17(2), pp. 71-78. Jahari, A.B. (2002). Penilaian Status Gizi dengan Antropometri ( Berat Badandan Tinggi Badan ). Kongres Nasional Persagi. Jelliffe, D.B. (1989). Community Nutritional Assessment. New York : Oxford University Press. Kaur, R., Rawat, D., Kakkar, M, Uppal, B., Sharma, V.K. (2002). Intestinal Parasites in Children with Diarrhea in Delhi India. Southeast Asian JournalTropical Medicine Public Health, 33 (4), pp. 725-729. Kemenkes, 2011. Buletin Diare. Subdit Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan. Krisnawan, I.K.B., Supardi.S. (1996). Faktorfaktor Resiko yang Mempengaruhi Kejadian Diare Berdarah pada Usia Balita di Kabupaten Klaten.Berita Kedokteran Masyarakat, XII ( 2 ), pp. 30-40. Moehji (2003) Ilmu Gizi Jilid 2 Penanggulangan Gizi Buruk, Jakarta, Papas Sinar Pinanti. M.K. Bhan, D. Mahalanabis, N.F. Pierce, N. Rollins, D. Sack, M. Santosham. 2005. The Treatment of Diarrhoea A manual for physicians and other senior health workers.Web Site : http://whqlibdoc.who.int/publications/20 05/9241593180.pdf (25 September 2009) Myrnawati. (1997). Diare, Permasalahan dan Upaya Penanggulangannya. Jurnal Kedokteran YARSI, 5(2), pp.57-67. Nendrosuwito.D., Sanusi R. (1996). Penatalaksanaan Program Pemberantasan Diare dan FaktorFaktor Resiko Terjadinya Diare pada Anak Balita di Puskesmas Kabupaten Wonogiri. Berita Kedokteran Masyarakat, XII (2), pp.41-47. Noerasid, H. , Suraatmaja, S., Asmil, P.O. (1988). Gastroenteritis (Diare) AkutAnak. Dalam :Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Parashar, U.D., Hummelman, E.G., Bresee, J.S., Miller, M.A., Glass, R.I. (2003). Global Illness and Deaths Caused by Rotavirus Disease in Children. Emerging Infectious Disease, 9 (5), pp.1-14. Pitono, S. (1985).Clinical Patterns of Chronic Infantile Diarrhoea in Indonesia.Paediatrica Indonesiana, 25, pp. 13-21. Pramitasari , A.I., Bakri, A., Pardede, N. (2001). Pengaruh Pemberian Vitamin A terhadap Kadar Vitamin A dalam Darah dan Lama Diare pada Pasien Diare Akut di Bagian Anak Rumah Sakit Muh. Hoesein Palembang. Sari Pediatri, 3 (2), pp. 61-66. 78 GIZIDO Volume 5 No. 1 November 2013 Pudjiadi, S. (2000). Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (2000). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Pasien Selama Dirawat di Bagian Penyakit Dalam. Pusdiknakes. [Internet], Agustus. Tersedia dalam : <http//www.pusdiknakes.or.id>.[Diakse s, 8 juli 2006]. Rahardjo, E., Wuryadi, S. (1990). Rotavirus pada Penderita Diare Anak-Anak Usia Balita di Jakarta Utara. Cermin Dunia Kedokteran, 62, pp. 41-45. RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo, Persatuan Ahli Gizi Indonesia. (2003) Penuntun Diit Anak. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Rudianto Sofyan (2010). Diare Pada Anak. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer. Kelompok Gramedia. Santoso, N.B., Hamid, A.A., Santoso, S. (2004). Diare Rotavirus pada Anak Dibawah Usia 3 Tahun yang Dirawat di RSU Dr. Saiful Anwar Malang Tahun 2005. Jurnal Kedokteran Brawijaya, XX (2), pp. 75-77. Sekartini, Rini. (2006). Skrining Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Nutrition Growth Development. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Simanjuntak, C.H. (1991). Review Etiologi dan Aspek Laboratorium Diare. Berita Pusat Informasi Diare, 3 (1), pp. 11-15. Soekatri, M (2004) Pertimbangan Nilai hayati Gizi Fortifikan Pada Makanan Anak yang Fortifikasi. In Hardinsyah dan Puruhita, A. eds. Prosiding Inovasi Pangan dan Gizi untuk Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak, Mei 10-11, 2004, Jakarta-Indonesia, American Soybean Association, pp.92-105. Status Gizi, Asupan Energi Irza N. Ranti, dkk Victora, C.G., Adair,L., Fall, C. Hallal,P.(2008) for the Maternal and Child Undernutrition 2. Maternal and Child Undernutrition : consequences for adult health and human capital. Lancet 2008. Volume 371 (9608) January, pp 340 – 357. Warouw, S.M.S. (1996). Evaluasi Klinis Sindrom Disentri Anak di RS Gunung Wenang Manado. Cermin Dunia Kedokteran, 109, pp.5-9. WHO. (1995). The Treatment of Diarrhoea : A Manual for Physicians andOther Senior Health Workers. WHO.[Internet]. Tersedia dalam :<http//www.who.org.>. [Diakses 6 Agustus 2006]. Wibowo, T.A., Soenarto, S.S., Pramono, D., (2004). Faktor-faktor Risiko Kejadian Diare Berdarah pada Balita di Kabupaten Sleman. Berita Kedokteran Masyarakat, XX (1), pp. 41-48 Wijana, P., Aryasa, I.K.N., Sudaryat, S. (2001). Manfaat Probiotik pada Anak dengan Diare Akut : Uji Klinik Acak Terkontrol. Buletin Ilmu KesehatanAnak FK Universitas Udayana/RS Sanglah Denpasar, VI (2), pp. 3-9. Yatsuyanagi J et al, Characterization of Enteropathogenic and Enteroaggregative E. coli Isolated from Diarrheal Outbreaks, Journal of Clinical Microbiology, Vol. 40, No. 1 , Jan 2002, Copyright © 2002, American Society for Microbiology, All Rights Reserved, 294-296 Tanuwidjaya,S. (2002). Konsep Umum Tumbuh dan Kembang.Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto. UNICEF, (2010) MDGs Millennium Development Goals r