BAB V KESIMPULAN Soft balancing internasional merupakan strategi yang segnifikan dalam mencegah upaya intervensi militer AS da sekutunya di Suriah. Penelitian ini berangkat dari puzzle tentang kebijakan intervensi militer AS untuk kepentingan kemanusiaan dan demokrasi di Timur Tengah khususnya, seperti yang telah dilakukan di Libya. Tetapi menarikanya, AS tidak melakukan kebijkan yang sama –intervensi militer- di Suriah. Masalah kemanusiaan di Suriah bahkan lebih parah dari pada di Libya, dalam kurun waktu dua tahun korban jiwa telah mencapai kurang lebih 115.206 orang, yang mayoritas anak anak dan perempuan (sipil). AS bukan tidak berupaya untuk melakukan langkah militer dalam mencegah krisis kemanusiaan di Suriah. Langkah AS, selain kepedulian tentang kemanusia yang tertuang dalam doktrin Barack Obama ―doktrin militer obama‖ yang berlaku khususnya di Timur Tengah, beberapa strategi telah dipersiapkan untuk mendukung intervensi militer. Diantaranya, kebijakan sanksi ekonomi dan dukungan terhadap kelompok oposisi. Dua strategi ini mungkin bukan merupakan komponen baku untuk mendukung intervensi militer, tetapi intervensi militer dapat dilakukan atau menjadi pilihan alternatif setelah sanksi ekonomi di anggap gagal mencegah tindakan kekerasan rezim yang dilakukan Bashar al Assad. Begitu juga dengan dukungan penuh terhadap kelompok oposisi, kebijakan tersebut hanya berupa pembelaan terhadap oposisi yang merupakan masyarakat sipil secara umum. Selain itu, wacana kebijakan intervensi militer seringkali di lontarkan oleh AS melalui Barack Obama dan Menteri Luar Negeri, Hillary Clinton maupun Jhon Kerry. Perlu riset empiris untuk menjelaskan kebijakan mengenai intervensi militer AS dalam menyelesaikan masalah kemanusiaan di Suriah. Tesis ini dalam bab 4 telah menjelaskan mengenai pertanyaan yang berangkat dari situasi tersebut, mengapa AS tidak melakukan intervensi militer di Suriah? Menganalisa tentang gagalnya intervensi militer AS di Suriah didorong oleh situasi dan kondisi internasional. Sebagaimana asumsi neorealis sistem internasional mempengaruhi prilaku dan kebijakan politik luar negeri. Situasi internasional tidak mendukung 94 terhadap upaya AS untuk melakukan intervensi militer. Situasi itu berupa balance of power yang bentuknya soft balancing untuk mencegah langkah militer AS. Keseimbangan kekuasaan dalam mencegah langkah militer AS meliputi beberapa komponen yang ditemukan dalam hasil riset, yaitu, distribusi senjata kepada rezim yang berkuasa di Suriah yang meningkat cukup drastis dari tahun 2010-2012. Suriah dan para sekutunya membangun persenjataan baik secara diam-diam atau melanjutkan kontrak yang telah disepakati untuk meningkatkan keamanan dan pertahanan, bangunan senjata yang meningkat segnifikan tidak hanya semata-mata untuk mencegah pemberontak, tetapi untuk mengantisipasi serangan militer AS. Keseimbangan kekuasaan juga terjadi di DK PBB. Rusia dan China selalu menveto resolusi konflik yang diajukan oleh AS dan sekutunya, sehingga intervensi militer ke Suriah tidak memiliki legitimasi PBB. Suriah juga memiliki aliansi keamanan yang kuat dengan Iran. Iran selalu menentang dan mengancam langkah militer AS, beberapa negara lain di Timur Tengah seperti, Mesir, Tunisia, Irak, Lebanon dan al-jazair juga menolak dan menentang solusi militer dalam menyelesaikan masalah Suriah. Selain itu, organisasi internasional yang fokus terhadap keamanan dan pertahanan juga menentang bahkan memungkinkan akan membantu Suriah jika diserang oleh milisi AS, organisasi tersebut di antaranya, SCO dan CSTO. Jika AS tetap bersikukuh dengan misi perdamainnya dengan langkah militer maka akan berdampak pada situasi keamanan yang semakin luas. Konflik tidak hanya akan terjadi di Suriah, keterlibatan sekutu Suriah akan berpengaruh pada keterlibatan langsung dan tidak langsung konflik AS dengan sekutu Suriah. Temuan ini memperkuat konsep balance of power yang mulai redup dalam abad 21 ini, walaupun balancing ini masih dalam bentuk soft (keseimbangan secara halus dan samar) tetapi masih bisa menjelaskan situasi dan kondisi keamanan internasional masa kini. Selain itu, untuk mengisi celah dari pendekatan domestik yang tidak cukup representatif menjelaskan kendornya langkah intervensi militer AS di Suriah. Kepentingan ekonomi dan suara kongres AS yang menjadi komponen pendekatan domestik kurang relefan menjelaskan rumusan masalah dalam tesisi ini. Intervensi militer AS di Libya cukup menguatkan konsep 95 soft balancing. AS melakukan intervensi militer di Libya dalam situasi ekonomi AS krisis. Selain itu, kebijkan intervensi tidak didukung oleh anggota kongres AS. Secara praktis, generalisasi itu dapat digunakan sebagai panduan membuat kebijakan dalam resolusi konflik dengan langkah intervensi militer. Kepentingan domestik yang menjadi landasan ideal sebuah negara bagi kepentingan nasionalnya tetap menjadi pondasi dalam merumuskan kebijakan luar negeri. Tetapi, sebuah negara harus pula memperhatikan situasi internasional. Hegemoni dan dominasi negara akan lemah terhadap negara lain jika terdapat situasi balance op power baik dari negara bersangkutan secara langsung atau internasional. Seminal AS tidak mudah melakukan intervensi militer ke Suriah dengan alasan kemanusia, atau bahkan untuk kepentingan nasionalnya karena terdapat balancing dari Suriah dan beberapa sekutunya, seperti Rusia, Iran dan beberapa negara lain. Meskipun demikian, penelitian ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Setidaknya ada dua keterbatasan, dan oleh sebab itu penelitian ini juga memuat saran untuk direkomendasikan. Pertama, penelitian ini bermaksud untuk memahami upaya dan langkah intervensi militer AS dalam situasi balance op Power. Kasus yang diambil adalah tentang politik luar negeri AS, namun pada hakekatnya penelitian ini tidak fokus terhadap politik luar negeri AS, walaupun aspek internasional menjadi determinan politik luar negeri258 tetapi untuk focus pada penelitian politik luar negeri AS tidak konfrehensip, aspek aspek lain tidak banyak dikupas. Penelitian lebih lanjut hendaknya menelaah lebih jauh beberapa aspek yang dikomparasikan dengan aspek internasional yang mampu melihat kenapa AS tidak melakukan intervensi militer di Suriah. Kedua, penelitian ini menggunakan konsep balance op power dengan pendekan soft balancing. Konsep ini cukup berhasil menjelaskan kerapuhan langkah intervensi militer AS di Suriah. Tetapi, balancing dari negara negara sekutu Suriah hanya untuk mencegah dominasi AS di Temur Tengah, selain itu juga karena trauma terhadap kebijkan AS di Libya yang berkabat pada porak porandanya situasi yang terjadi di Libya. Penelitian ini tidak banyak memuat mengenai kepentingan negara-negara sekutu Suriah dalam aspek kepentingan 258 William D. Coplin and Marsedes Marbun. Introduction International Politics, a theoretical overview. Trj, 2003. Pengantar politik Internasional, suatu telaah teoritis. Bandung: Sinar Baru Algesindo, hal. 165 96 nasional. Sehingga penelitan lebih lanjut perlu melihat kepentingan nasional negera sekutu yang berkometmen membendung intervensi militer AS di Suriah. 97