PENGARUH INDUKSI PERSALINAN TERHADAP KEJADIAN

advertisement
PENGARUH INDUKSI PERSALINAN TERHADAP
KEJADIAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR
(Studi Kasus di Ruang VK Obsgyn RSUD Dr. R. Koesma Tuban)
NURUS SAFAAH
STIKES NU TUBAN
ABSTRAK
Asfiksia bayi baru lahir sangat erat hubungannya dengan kehamilan dan persalinan. Salah satu faktor penyebabnya adalah induksi
persalinan yang apabila terjadi kontraksi hipertonik dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenta sehingga terjadi asfiksia pada bayi baru lahir.
Apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna, akan mengganggu kelangsungan hidupnya. Tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi pengaruh induksi persalinan terhadap kejadian asfiksia bayi baru lahir.
Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional. Populasi diambil dari data sekunder seluruh ibu bersalin di Ruang VK Obsgyn
RSUD
DR. R. Koesma Tuban tahun 2006. Sampel diambil dari seluruh ibu bersalin yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 279 responden.
Teknik pengambilan sampel secara Simple Random Sampling. Data yang terkumpul dibuat tabel silang dan prosentase, untuk mengetahui adanya
pengaruh antar variabel dilakukan uji Chi Square
χ2
hitung >
χ2
tabel yaitu >3,481.
Hasil penelitian dari 279 responden didapatkan ibu bersalin dengan induksi persalinan sebanyak 90 dan bayi yang dilahirkan 14,44%
mengalami asfiksia. Sedangkan ibu bersalin normal sebesar 189 dan bayi yang dilahirkan 7,94% mengalami asfiksia. Hasil uji Chi Square
χ2
hitung = 2.77 berarti Ho diterima artinya tidak ada pengaruh induksi persalinan terhadap kejadian asfiksia bayi baru lahir.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tidak terdapat pengaruh antara induksi persalinan terhadap kejadian asfiksia bayi baru lahir. Oleh
karena itu sebelum melakukan induksi persalinan harus memperhatikan indikasi dan pemenuhan syarat-syarat serta pengawasan yang adekuat
selama induksi persalinan sehingga dapat mencegah terjadinya asfiksia bayi baru lahir.
Kata kunci : Induksi, Persalinan, Asfiksia.
PENDAHULUAN
Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap
ibu hamil yang belum inpartu baik secara operatif
maupun medisinal, intuk merangsang timbulnya
kontraksi
rahim sehingga terjadi
persalinan
(Prawirohardjo, 2000 : 73).
Kasus induksi persalinan di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. R. Koesma Tuban Tahun 2005 mencapai
86 dari 706 persalinan (12,18%). Berdasarkan data
awal pada bulan Desember 2006 terdapat kasus induksi
persalinan secara medisinal sebanyak 10 dan 2
diantaranya bayi yang dilahirkan mengalami asfiksia
(Register Persalinan VK Obsgyn RSUD Dr. R.
Koesma Tuban). Hal ini sangat berpengaruh terhadap
bayi yang dilahirkan karena pemberian oksitosin dalam
dosis besar pada induksi persalinan menyebabkan
relaksasi uterus tidak cukup sehingga dapat
mengganggu
sirkulasi
uteroplasenta
yang
menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir sampai
terjadi kematian (Nelson, 2000 : 58).
Bayi yang lahir dengan asfiksia merupakan
gangguan pada masa perinatal yang menyebabkan
angka kesakitan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.
Koesma Tuban cukup tinggi. Pada tahun 2004, dari
665 persalinan terdapat bayi baru lahir dengan asfiksia
sebesar 74 (11,13%). Tahun 2005, dari 706 persalinan
terdapat bayi baru lahir dengan asfiksia sebesar 65
(9,21%) dan pada tahun 2006, dari 927 persalinan
terdapat bayi baru lahir dengan asfiksia sebesar 117
(12,62%) (Register persalinan VK Obsgyn RSUD Dr.
R. Koesma Tuban). Dan sesuai hasil survey dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2000
angka kematian yang disebabkan karena asfiksia pada
bayi baru lahir adalah mencapai angka kurang lebih
48% dari jumlah kelahiran yang ada di Indonesia.
Kematian perinatal terbanyak disebabkan oleh
asfiksia. Hal ini ditemukan baik dilapangan maupun di
rumah sakit rujukan di Indonesia. Di Amerika
diperkirakan 12.000 bayi meninggal atau menderita
kelainan akibat asfiksia perinatal. Dan menyebabkan
20-40% mengalami retardasi mental dan kelumpuhan
syaraf akibat proses intrapartum. Belum dapat
dipastikan bahwa ada kemungkinan perbaikan struktur
otak, bahkan sebaliknya lesi otak yang terjadi berakibat
kelainan yang menetap (Prawirohardjo, 2000 : 52).
Keadaan hipoksia janin dapat merupakan akibat
dari (1) Oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi
akibat hipoventilasi selama anastesi, penyakit jantung
sianosis, gagal pernafasan atau keracunan karbon
monoksida; (2) Tekanan darah ibu yang rendah akibat
hipotensi yang dapat merupakan komplikasi anastesi
spinal atau akibat kompresi vena kava dan aorta pada
uterus gravida; (3) Relaksasi uterus tidak cukup
memberikan pengisian plasenta akibat adanya tetani
uterus yang disebabkan oleh pemberian oksitosin
berlebih-lebihan; (4) Pemisahan plasenta prematur; (5)
Sirkulasi darah melalui tali pusat terhalang akibat
adanya kompresi atau pembentukan simpul pada tali
pusat; (6) Vasokonstriksi pembuluh darah uterus oleh
kokain dan (7) Insufisiensi plasenta karena berbagai
sebab termasuk toksemia dan pasca maturitas (Nelson,
2000 : 581).
Penyelidikan patologi anatomis yang dilakukan
oleh Larhocce dan amakawa (1971) menunjukkan
nekrosis berat dan difus pada jaringan otak bayi yang
meninggal karena hipoksia. Karena itu tidaklah
mengherankan bahwa sekuelle neurologis sering
ditemukan pada penderita asfiksia berat. Keadaan ini
sangat menghambat pertumbuhan fisis dan mental bayi
di kemudian hari (Abdoerrachman, 2005 :1072).
Untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
keselamatan masyarakat khususnya terhadap ibu dan
bayi baru lahir, pemerintah telah melakukan upaya
strategis nasional Making Pregnancy Saver (MPS)
meliputi setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan yang terlatih dan atau tenaga kesehatan yang
profesional, setiap komplikasi obstetrik dan neonatal
mendapat perhatian dan pelayanan yang adekuat dan
setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan
penanganan komplikasi keguguran secara dini
(Departemen Kesehatan RI, 2001).
Upaya untuk mencegah asfiksia secara umum adalah
melalui pertolongan persalinan yang harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang profesional sehingga dapat
memberikan pelayanan yang menyeluruh kepada klien,
mendeteksi secara dini dan dapat memberikan
penanganan jika terjadi komplikasi pada persalinan
maupun pada neonatus.
Dari latar belakang diatas, maka penulis membuat
rumusan masalah sebagai berikut : adakah pengaruh
induksi persalinan terhadap kejadian asfiksia bayi baru
lahir di ruang VK Obsgyn RSUD Dr. R. Koesma
Tuban?
Penelitian ini untuk menjawab hipotesis penelitian
yaitu :
H1 : Ada pengaruh induksi persalinan terhadap
kejadian asfiksia bayi baru lahir
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Berdasarkan tipe penelitian yang digunakan
adalah penelitian analitik karena bermaksud
menganalisis pengaruh atau hubungan antara variabelvariabel penelitian. Desain penelitian yang digunakan
yaitu Cross Sectional yakni jenis penelitian yang
menekankan pada waktu pengukuran atau observasi
data variabel independen dan dependen hanya satu kali,
pada satu saat (Nursalam, 2003 : 85).
Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Sampling
Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh
status ibu bersalin pada tahun 2006 di ruang VK
Obsgyn RSUD Dr. R Koesma Tuban sebanyak 927
persalinan. ) Sebagai sampel dalam penelitian ini
adalah sebagian status ibu bersalin di ruang VK
Obsgyn RSUD Dr. R Koesma Tuban tahun 2006 yang
memenuhi kriteria inklusi.
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Ibu bersalin dengan induksi persalinan
2. Ibu bersalin normal
3. Janin hidup
4. Bayi lahir spontan belakang kepala
5. Usia kehamilan > 37 minggu
kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Kegagalan induksi
2. Ibu bersalin dengan riwayat penyakit atau
komplikasi (hipertensi, ginjal, paru-paru, jantung,
dan lain-lain)
Teknik sampling yang digunakan adalah Simple
Random Sampling dimana setiap elemen diseleksi
secara random (Nursalam, 2003 : 97). Pada penelitian
ini variabel independen adalah induksi persalinan.
Sedangkan variabel dependen adalah asfiksia bayi baru
lahir.
Dalam mengumpulkan data saat penelitian
menggunakan table pengelompokan data berdasarkan
status ibu bersalin dengan induksi dan ibu bersalin
normal di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Koesma
Tuban, Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di
Ruang VK Obsgyn RSUD Dr. R. Koesma Tuban pada
juni 2007
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dari
pengumpulan data sekunder pada status ibu bersalin
dengan induksi persalinan yang lahir spontan serta
kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di ruang VK
Obsgyn RSUD Dr. R. Koesma Tuban pada tahun 2006.
Hasil penelitian ini meliputi data umum. Data khusus
dan analisa hasil penelitian. Data umum terdiri dari
karakteristik tempat penelitian, karakteristik responden
(usia, pekerjaan, paritas, dan pendidikan), sedangkan
data khusus terdiri atas data jenis persalinan dan
asfiksia pada bayi baru lahir. Hasil analisa data
diperoleh dari perhitungan uji statistik dengan
menggunakan Chi Square untuk membuktikan ada
tidaknya pengaruh induksi persalinan terhadap
kejadian asfiksia bayi baru lahir.
Gambaran Umum Tempat Penelitian
RSUD Dr. R. Koesma Tuban merupakan rumah
Jenis
Jumlah
Prosentase
Persalinan
Responden
(%)
Induksi
90
32,25
Normal
189
67,75
Jumlah
279
100
sakit tipe C yang juga merupakan satu-satunya rumah
sakit milik Pemerintah Kabupaten Tuban dengan
memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat
umum.
RSUD Dr. R. Koesma Tuban terletak di jalan Dr.
Wahidin Sudirohusodo No. 800 Tuban Kabupaten
Tuban Propinsi Jawa Timur dengan luas 4,5 Ha yang
terdiri dari Instalasi Rawat Jalan meliputi Poli Umum,
Poli Gigi dan Mulut, Poli Kir, Poli Hamil, Poli Anak,
Poli Mata, Poli THT, Poli Paru, Poli Syaraf, Poli
Penyakit Dalam, Poli Bedah, Poli Kulit Kelamin, Poli
Lansia dan Poli Jantung. Instalasi rawat inap terdiri
dari ruang mawar, ruang melati, ruang asoka, ruang
teratai, ruang anggrek, ruang neonatus, ruang
flamboyan, dan ruang VK Obsgyn.
Adapun ketenagakerjaan meliputi : dokter, tenaga
perawat dan bidan, apoteker, ahli gizi, tenaga
administrasi, tenaga kebersihan dan lain-lain. Sarana
dan prasarana yang dimiliki RSUD. Dr. R. Koesma
Tuban antara lain : Laboratorium, Radiologi, USG,
Jenis
Persalinan
Tabel 2 Distribusi Responden Bayi Baru Lahir
yang Mengalami Asfiksia di Ruang VK Obsgyn RSUD
Dr. R. Koesma Tuban Tahun 2006
Sumber : Data Sekunder RSUD Dr. R. Koesma Tuban
Asfiksia Bayi Baru Lahir
Tidak
Asfiksia
Jumlah
Asfiksia
Induksi
13 (14,44%)
77 (85,56%)
90 (100%)
Normal
15 (7,94%)
174 (92,06%)
189 (100%)
Jumlah
28 (10,03%)
251 (89,97%)
279 (100%)
EKG, General Check Up, IRD, Bedah Central / Kamar
Operasi, Kamar Jenazah, Otopsi, Apotek, Askes,
Ambulance, Koperasi, Wartel, Kantin, Tempat Parkir
dan Musholla.
Secara khusus penelitian ini dilaksanakan di
ruang VK Obsgyn RSUD Dr. R. Koesma Tuban yang
merupakan bagian dari unit perawatan obstetri
gynecologi yang terdiri dari beberapa ruangan antara
lain ruang tindakan persalinan dan tindakan gynekologi
yang mempunyai kapasitas 4 (empat) tempat tidur,
ruang jaga bidan, ruang sterilisasi dan peralatan serta
obat-obatan, kamar mandi dan ruang dokter. Dalam
operasionalnya mayoritas pasiennya adalah rujukan
kasus patologis.
Pada data khusus akan disajikan data yang
berkaitan dengan berbagai factor sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu distribusi induksi persalinan dengan
asfiksia bayi baru lahir
Data tersebut akan disajikan dalam bentuk table
frekuensi. Adapun untuk mengetahui pengaruh induksi
persalinan dan asfiksia bayi baru lahir, data disajikan
dalam bentuk table silang.
1. Jenis Persalinan
Distribusi responden berdasarkan jenis persalinan
dikelompokkan menjadi 2 yaitu ibu bersalin dengan
induksi persalinan dan ibu bersalin normal. Distribusi
responden berdasarkan jenis persalinan tersebut dapat
dijabarkan dalam tabel berikut :
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis
Persalinan di Ruang VK Obsgyn RSUD Dr. R. Koesma
Tuban Tahun 2006
Sumber : Data Sekunder RSUD Dr. R. Koesma Tuban
Dari data tabel di atas 32,25% responden
merupakan ibu bersalin dengan induksi persalinan.
Kejadian
Jumlah
Prosentase (%)
Asfiksia
Responden
Asfiksia
28
10,03
Tidak Asfiksia
251
89,97
Jumlah
279
100
2. Asfiksia Bayi Baru Lahir
Distribusi data asfiksia pada bayi baru lahir
dikelompokka menjadi 2 yaitu bayi baru lahir dengan
asfiksia (A-S : < 7) dan tidak asfiksia (A-S : > 7).
Distribusi data ini dapat dijabarkan dalam tabel berikut
:
Tabel di atas menunjukkan bahwa 10,03% bayi
baru lahir mengalami asfiksia.
3.
Pengaruh Induksi Persalinan Terhadap Kejadian
Asfiksia Bayi Baru Lahir
Tabel 3 Tabel Silang Pengaruh Induksi Persalinan
Terhadap Kejadian Asfiksia Bayi Baru Lahir di Ruang
VK Obsgyn RSUD Dr. R. Koesma Tuban Tahun 2006
PEMBAHASAN
Induksi Persalinan
Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap
ibu hamil yang belum inpartu baik secara operatif
maupun medisinal untuk merangsang timbulnya
kontraksi rahim sehingga terjadi
persalinan
(Prawirohardjo, 2000:73). Berdasarkan tabel 5.5
menunjukkan bahwa dari 279 responden, 67,75%
diantaranya adalah ibu bersalin normal dan 32,25%
adalah ibu bersalin dengan induksi persalinan.
Frekuensi kasus induksi persalinan adalah 12,6%
dari seluruh persalinan (Nelson, 2000 :54) dan sesuai
data di ruang VK Obsgyn RSUD Dr. R Koesma Tuban
tahun 2006 didapatkan data induksi persalinan
sebanyak 123 dari 927 persalinan (13,27%). Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor atau indikasi antara
lain kehamilan lewat waktu, ketuban pecah dini, janin
mati, kehamilan dengan hipertensi dan kehamilan
dengan diabetes mellitus (Prawirohardjo, 2000:73).
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia
aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35
tahun. Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa
sebagian responden yang berumur < 20 tahun sebesar
12,19% dan yang berumur >35 tahun sebesar 12,90%
sehingga risiko kematian maternal pada waktu
melahirkan lebih tinggi. Sedangkan dilihat pada tabel
5.4 menunjukkan bahwa primi gravida sebesar 46,59%
dan grande multi sebesar 5,38%. Hal ini berpengaruh
terhadap proses persalinan karena pada primi gravida
dan grande multi mempunyai angka kematian maternal
lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi risiko
persalinan yang dihadapi (Prawirohardjo, 2002 : 23).
Dalam operasionalnya, ruang VK Obsgyn RSUD
Dr. R Koesma Tuban adalah rujukan kasus patologis
sehingga perlu dilakukan penanganan yang cepat dan
tepat antara lain adalah dengan induksi persalinan
dengan memperhatikan beberapa faktor dan indikasi
yang sesuai untuk melakukan tindakan tersebut.
Tindakan induksi persalinan secara keseluruhan
tidak bebas dari risiko, jika terjadi rangsangan yang
berlebihan pada uterus dapat mengganggu janin karena
penurunan perfusi plasenta dapat menyebabkan
asfiksia pada bayi baru lahir (Hamilton, 1995 : 193).
Oleh karena itu induksi persalinan yang dilakukan
harus sesuai prosedur dengan pengawasan yang
adekuat terhadap kontraksi uterus selama induksi
persalinan agar kontraksi dapat terjadi secara fisiologis
dan tidak menimbulkan asfiksia pada bayi baru lahir.
Asfiksia Bayi Baru Lahir
Asfiksia bayi baru lahir ialah keadaan dimana
bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan
teratur setelah lahir (Prawirohadjo, 2002:709). Bila
ditinjau pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 279
responden ibu bersalin didapatkan bayi baru lahir
dalam keadaan asfiksia sebesar 10,03% dan yang tidak
mengalami asfiksia sebesar 89,97%.
Berdasarkan data di ruang VK Obsgyn RSUD Dr.
R Koesma Tuban tahun 2006 didapatkan kejadian
asfiksia bayi baru lahir sebanyak 117 dari 927
persalinan (12,62%). Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain faktor induksi persalinan yang dapat
menyebabkan gawat janin bila kontraksi uterus
hipertronik atau terjadi tetania uteri (Hanifa, 1991:59).
Pada induksi persalinan, bila kontraksi uterus
menjadi hipertonik atau sangat kerap maka relaksasi
uterus terganggu yang berarti penyaluran arus darah
uterus mengalami kelainan sehingga memperburuk
sirkulasi utero plasenta dan menyebabkan asfiksia bayi
baru lahir. Oleh karena itu pengawasan kontraksi harus
ditujukan agar kontraksi dapat timbul seperti kontraksi
fisiologis dan tidak menimbulkan asfiksia pada bayi
baru lahir. (Prawirohardjo, 2000:54).
Asfiksia yang mungkin timbul dalam masa
kehamilan dapat dicegah dengan melakukan
pengawasan antenatal yang adekuat dan melakukan
koreksi sedini mungkin teradap setiap kelainan yang
terjadi. Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan
atau persalinan hampir selalu disertai anoksia/hipoksia
janin dan berakhir dengan asfiksia neonatus dan perlu
mendapat perhatian utama agar persiapan dapat
dilakukan sehingga bayi mendapat perawatan yang
adekuat dan maksimal pada saat lahir (Abdoer
Rachman, 2005:1072). Kegawatan janin selama
persalinan dapat dideteksi dengan pemantauan
frekuensi denyut jantung janin secara terus menerus
berguna untuk mencegah terjadinya asfiksia pada bayi
baru lahir (Nelson, 2000:548).
Dari uraian diatas diketahui bahwa kejadian
asfiksia bayi baru lahir dipengaruhi oleh induksi
persalinan. Akan tetapi jika dilakukan pemantauan
yang adekuat terhadap keadaan janin selama proses
induksi persalinan dapat mencegah terjadinya asfiksia
pada bayi baru lahir
Pengaruh Induksi Persalinan terhadap Kejadian
Asfiksia Bayi Baru Lahir
Pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa ibu bersalin
dengan induksi persalinan, bayi yang dilahirkan
mengalami asfiksia sebesar 14,44% sedangkan pada
ibu bersalin normal, bayi yang dilahirkan mengalami
asfiksia sebesar 7,94%. Berdasarkan uji statistik
dengan Chi Square didapatkan nilai χ2 hitung = 2,77
sedangkan χ2 tabel diketahui 3,481. Hal ini
menunjukkan χ2 hitung < χ2 tabel (2,77 < 3,481)
sehingga Ho diterima artinya tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara induksi persalinan terhadap
kejadian asfiksia bayi baru lahir.
Induksi persalinan dapat berhasil dan tidak
memberikan penyulit baik pada ibu maupun janin jika
syarat-syarat yang diperlukan terpenuhi antara lain :
kehamilan aterm, ukuran panggul normal, tidak ada
disproporsi antara pelvic dan janin, janin dalam
presentasi kepala dan serviks sudah matang
(Prawirohardjo, 2000 : 73). Data-data dasar tentang
keadaan ibu dan janin dikumpulkan sebelum memulai
induksi persalinan untuk mengetahui status kesehatan
ibu dan janinnya. Selama induksi persalinan harus
dilakukan pengkajian terhadap tanda-tanda vital ibu,
output urin, dilatasi servik, pendataran, stasion dan
denyut jantung janin sehingga induksi persalinan dapat
diberikan secara aman dengan komplikasi yang
minimal baik pada ibu maupun janinnya termasuk
asfiksia bayi baru lahir (Hamilton, 1995 : 193-194).
Di ruang VK Obsgyn RSUD Dr. R Koesma
Tuban dilakukan pengawasan yang adekuat terhadap
ibu bersalin dengan induksi persalinan meliputi
kontraksi uterus tiap 30 menit ditujukan agar kontraksi
dapat timbul seperti kontraksi fisiologis, denyut
jantung janin tiap 30 menit untuk menilai keadaan
janin dan jika tidak didapatkan komplikasi selama
induksi persalinan berlangsung maka dosis infus
oksitosin dapat dinaikkan 4 tetes tiap 15 menit hingga
mencapai kontraksi uterus yang adekuat. Dengan
demikian induksi persalinan dapat berlangsung aman
tanpa menimbulkan komplikasi pada janin maupun
asfiksia pada bayi baru lahir.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1.
2.
3.
Dari 279 responden didapatkan ibu bersalin
dengan induksi persalinan sebesar 32,25%.
Dari 279 responden didapatkan bayi baru lahir
yang mengalami asfiksia sebesar 10,03%.
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
induksi persalinan dengan kejadian asfiksia bayi
baru lahir, hasil uji Chi Square χ2 = 2,77.
SARAN
1.
Bagi Rumah Sakit
Induksi persalinan hendaknya dilakukan dengan
teknik dan prosedur yang sesuai standar serta
pengawasan yang baik dari petugas untuk mencegah
terjadinya komplikasi baik pada ibu maupun janinnya
termasuk terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan
instrumen yang telah dicoba kebenarannya dan
observasi yang memadai dengan menggunakan data
primer.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Rineka Cipta : Jakarta.
Bennet, V.R. and Brown, L.K (1996). Mayles Textbook For
Midwives. 12 th Edition. Churchill Livingstone : London.
Dinas Kesehatan (2006)
Hamilton, Persis M (1995). Dasar-dasar keperawatan Maternitas.
EGC : Jakarta.
Henderson, Cristine (2006). Buku Ajar Konsep Kebidanan. EGC :
Jakarta
Klein, S (1995). A Book For Midwives. The Hesperian Foundation,
Barkeley : CA.
Kokom (2007). Kematian Bayi. Akses Rabu 3 Januari 2007.
http://www.goegle.com
Lusmilasari, Lely (2004). Perawatan Bayi Lekat Pada BBLR. IPANI
: Yogyakarta.
Mochtar, Rustam (1998). Sinopsis Obstetri jilid 1. EGC : Jakarta
Nazir, M (2003). Metode penelitian. Grasia Indonesia : Jakarta
Notoadmodjo, S (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka
Cipta : Jakarta
Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian
Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.YBP-SP : Jakarta
Prawirohardjo, S (2002) Ilmu Kebidanan YBP-SP : Jakarta
Sastrawinata, Sulaiman (1984). Obstetri Patologi. ELSTAR OFSET
: Bandung
Sugiyono (2003). Statistik Untuk Penelitian. Alfabeto : Bandung
WHO (1996). Essential Newborn care. WHO/FRH/MSM/96.13.
Download