BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signaling Theory Brigham dan Houston (2011) menyatakan bahwa signal merupakan suatu keputusan atas tindakan manajemen perusahaan sehingga dapat memberikan esensi berupa petunjuk untuk investor mengenai bagaimana suatu manajemen itu memandang prospek kinerja manajemen perusahaan. Teori signaling juga menjelaskan alasan perusahaan perlu menyediakan informasi kepada pihak eksternal perusahaan, baik itu informasi yang secara langung berhubungan ataupun informasi yang sifatnya tidak secara langsung berhubungan dengan keuangan suatu perusahaan tersebut. Perusahaan akan terdorong untuk menyediakan informasi dikarenakan keberadaan asymmetry information antara pihak yang berkepentingan dan manajemen perusahaan melalui informasi tersebut. Tingkat kepatuhan mandatory disclosures IFRS ini penting sebab tingkat kepatuhan tersebut dapat memberikan pernyataan yang cukup informatif serta dapat memberikan sinyal mengenai probabilitas seberapa patuhnya suatu perusahaan dalam pengungkapan informasi yang telah diatur dalam standard yang ditetapkan. Pengungkapan wajib tersebut dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan sehingga investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Struktur 8 9 modal juga tak kalah pentingnya karena informasi mengenai struktur modal berarti juga akan memberikan sinyal mengenai seberapa besar tingkat rasio hutang suatu perusahaan dibandingkan dengan aset. Suwardjono (2005) menyatakan bahwa manajemen perusahaan akan mengumumkan informasi yang berdasarkan pertimbangannya informasi tersebut dapat meningkatkan kesuksesan serta kredibilitas perusahaan meskipun informasi yang diungkapkan tidak diwajibkan. Informasi mengenai laba yang dipublikasikan kepada pasar guna meningkatkan harga suatu saham merupakan salah satu upaya manager dalam meningkatkan kemakmuran stakeholder. Laporan laba yang dipublikasikan adalah suatu signal mengenai laba di masa depan, sehingga para pemakai laporan keuangan tersebut dapat memprediksikan atas laba yang dilaporkan untuk digunakan di masa yang akan datang melalui signal yang tersedia dalam informasi laba perusahaan yang dilaporkan (Brigham dan Houston, 2011). Besaran untuk menunjukkan hubungan antara return dan laba saham perusahaan yang digunakan guna mengukur seberapa besar reaksi pasar yang diberikan terhadap informasi tentang perusahaan terefleksi melalui laporan keuangan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan, khususnya informasi mengenai laba yang disebut dengan istilah Earnings Respons Coefficient (ERC). Tiap sekuritas memiliki ERC yang bervariasi dikarenakan banyak faktor mempengaruhi ERC tersebut misalnya seperti tingkat kepatuhan dan struktur modal. 10 Suatu bentuk kegiatan pendanaan oleh manajer yang dipercaya mampu merefleksikan harga dari saham suatu perusahaan merupakan salah salah satu signal bagi investor. Pada dasarnya pendanaan menggunakan hutang dianggap signal yang positif sehingga manajer mempercayai bahwa harga saham akan undervalued. Contoh seorang manajer menemukan sebuah peluang investasi yang cukup menguntungkan dimana hal tersebut membutuhkan adanya tambahan modal. Manajer optimis bahwa perusahaan memiliki prospek sangat bagus kedepannya, hal ini diindikasikan melalui harga saham perusahaan saat ini. Situasi ini akan menguntungkan para stockholder untuk memilih, daripada menerbitkan saham lebih baik menggunakan hutang karena penggunaan hutang dianggap sebagai sebuah signal yang positif. Sedangkan apabila dengan penerbitan saham dapat mengakibatkan harga dari sebuah saham akan menurun, underwriting cost yang tinggi sehingga pendanaan dengan penerbitan saham baru akan membutuhkan biaya yang sangatlah mahal dibandingkan menggunakan hutang. Oleh sebab itu, pihak manajemen mempercayai saham akan overvalued, sehingga dengan adanya penerbitan saham baru dianggap sebagai signal yang negatif. Ross (1977) dalam Pasaribu (2009) mengembangkan teori ini yang mana Ross menyarankan agar perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi dapat dipakai oleh manajer perusahaan sebagai sinyal optimis untuk masa depan perusahaan. Teori signaling timbul karena adanya suatu permasalahan yang sering disebut dengan asimetri informasi. Asimetri 11 informasi adalah suatu kondisi yang mana seorang manajer lebih mengatahui informasi mengenai masa depan dan prospek perusahaan daripada investor luar (Wisnumurti, 2010). Kondisi dari asimetri informasi inilah yang menyebabkan suatu perusahaan harus tetap menjaga kapasitas dari cadangan pinjaman yakni dengan tetap mempertahankan tingkat pinjaman rendah. Dengan adanya suatu cadangan sangat memungkinkan manajer dapat mengambil keuntungan melalui kesempatan suatu investasi tanpa menjual saham perusahaan pada harga yang rendah (Brigham dan Houston, 2011). Dengan demikian hal tersebut akan dapat mengirimkan sebuah sinyal yang sangat berpengaruh terhadap harga sebuah saham. Tidak semua informasi itu dapat terefleksi dalam pasar keuangan terutama informasi yang tidak tersedia di publik. Jadi tidak menutup kemungkinan untuk seorang manajer memilih menyampaikan informasi yang belum tersedia di pasar, salah satunya adalah informasi mengenai penggunaan dalam kebijakan pendanaan. 2. Teori Pasar Efisien Pasar efisien merupakan pasar dimana harga seluruh sekuritas yang diperjualbelikan telah mencerminkan seluruh informasi yang tersedia. Fama (1970) dalam Hartono (2000) telah mengemukakan konsep pasar efisien yang mana dalam konteks ini pasar yang dimaksud adalah pasar modal. Pasar dapat dikatakan efisien apabila tidak ada seorangpun, baik itu investor institusi maupun investor individu, akan mampu memperoleh 12 abnormal return, sesudah disesuaikan dengan risiko yang ada, dengan strategi perdagangan. Artinya, harga- harga yang telah terbentuk di pasar adalah refleksi dari informasi yang tersedia atau dapat dikatakan “stock prices reflect all available information”. Ekspresi lainnya juga menyebutkan bahwa di pasar efisien harga-harga sekuritas secara utuh dan cepat merefleksikan semua informasi yang ada mengenai sekuritas atau aset tersebut. Kondisi pasar efisien terjadi apabila pasar bereaksi secara cepat atas informasi yang tersedia dan seberapa cepat pula informasi tersebut dapat mempengaruhi pasar yang terefleksi dalam intensitas perubahan harga saham. Fama (1970) dalam Hartono (2000) membagi katagori informasi menjadi tiga, yaitu informasi masa lalu (information in past stock prices), seluruh informasi sekarang yang dipublikasikan (all public information), dan informasi privat (all available information including inside or private information). Masing-masing katagori informasi tersebut dapat mengindikasikan sejauh mana kadar efesiensi suatu pasar. Harga saham saat ini mencerminkan dua tipe informasi, yakni informasi yang telah diketahui dan informasi yang memerlukan dugaan. Informasi yang telah diketahui adalah informasi masa lalu (seperti laba kuartal atau laba tahun yang lalu) dan informasi sekarang (current information) seperti peristiwa atau kejadian yang sudah diumumkan namun masih memungkinkan terjadi (misalnya rencana untuk melakukan stock split). Contoh informasi yang masih memerlukan dugaan yakni apabila banyak 13 investor yang percaya bahwa informasi suku bunga segera turun, pergerakan harga saham ini lah yang akan merefleksikan kepercayaan ini sebelum penurunan sesungguhnya terjadi. Fama (1970) dalam Hartono (2000) mengkatagorikan macam bentuk pasar efisien menjadi tiga efficient market hypothesis (EMH), antara lain: 1. Weak form (Efisiensi Pasar Bentuk Lemah) Pasar akan dikatakan efisien bentuk lemah apabila harga surat berharga sekarang mencerminkan secara penuh informasi dimasa lalu. Informasi masa lalu dalam hal ini adalah informasi yang sudah terjadi. Apabila pasar efisien dalam bentuk lemah ini, maka semua nilai-nilai masa lalu tidak dapat lagi digunakan untuk memprediksikan harga saat ini / sekarang. Hal ini menandakan bahwa untuk kondisi ini investor tidak dapat menggunakan semua informasi masa lalu tersebut untuk mendapatkan keuntungan tidak normal atau abnormal return. 2. Semistrong Form (Efesiensi pasar bentuk setengah kuat) Pasar akan dikatakan efisien apabila harga-harga secara penuh dapat mencerminkan seluruh informasi yang terpublikasi termasuk juga informasi yang ada di laporan-laporan keuangan semua emiten. Informasi yang dapat dipublikasikan antara lain: a. Informasi yang dipublikasikan merupakan informasi yang dapat mempengaruhi harga sekuritas perusahaanyang telah 14 mempublikasikan semua informasi tersebut. Misalnya informasi yang dipublikasikan berupa pengumuman laba, pengumuman inovasi produk, pengumuman dividen, pengumuman merger dan akuisisi, dll. b. Apabila sejumlah perusahaan dapat terpengaruh oleh harga-harga sekuritas maka informasi tersebut akan dipublikasikan. Contoh informasi yang dapat dipublikasikan adalah pemerintah atau peraturan langsung dari regulator yang mana informasi tersebut dapat berdampak pada harga-harga sekuritas perusahaan yang terkena aturan atau regulasi tersebut. Misalnya regulasi guna meningkatkan kebutuhan cadangan yang harus terpenuhi oleh seluruh bank-bank. Informasi tersebut akan dapat mempengaruhi harga sekuritas secara langsung bukan hanya bank saja, namun dapat juga mempengaruhi seluruh emiten yang ada dalam industry perbankan. c. Informasi yang akan dipublikasikan dapat mempengaruhi hargaharga sekuritas seluruh perusahaan yang tercatat di pasar saham. Informasi yang dipublikasikan ini dapat berupa peraturan dari relator atau peraturan pemerintah yang akan berdampak ke seluruh perusahaan emiten. Misalnya, peraturan akuntansi untuk mencantumkan laporan laba rugi yang harus dijalankan oleh seluruh perusahaan tanpa terkecuali. 15 3. Strong form (Efesiensi pasar bentuk kuat) Pasar akan dapat dikatakan efisien dalam bentuk strong apabila harga-harga sekuritas secara keseluruhan dapat mencerminkan seluruh informasi yang tersedia termasuk juga informasi yang sifatnya privat. Apabila pasar efisien berada pada bentuk kuat ini, maka tidak aka nada individual investor ataupun kelompok dari investor yang akan memperoleh abnormal return karena memiliki informasi privat. 3. Earnings Response Coefficient (ERC) Earnings Response Coefficient adalah respon pasar terhadap informasi mengenai laba akuntansi yang dapat dilihat melalui sensitivitas berubahnya harga saham (Nofianti, 2014). ERC merupakan perkiraan dari perubahan harga saham yang terjadi akibat adanya pengumuman laba perusahaan yang masuk ke dalam pasar. ERC yang tinggi dapat mencerminkan bahwa informasi laba memiliki reaksi pasar yang kuat. Demikian sebaliknya, Rendahnya ERC dapat pula mencerminkan lemahnya reaksi pasar terhadap informasi laba, tinggi rendahnya ERC inilah yang dapat menunjukkan bahwa laba yang telah di laporkan berkualitas atau tidaknya. Maka dari itu, tinggi rendahnya respon terhadap laba tergantung pada informasi yang terkandung dalam laba akuntansi tersebut. Penelitian ini mengasumsikan bahwa investor akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap informasi laba berdasarkan kualitas informasi laba yang di publikasikan. Respon investor akan tinggi apabila 16 laba yang dihasilkan suatu perusaahaan berkualitas. Jadi dapat di simpulkan bahwa laba yang di laporkan memiliki kekuatan respon (power of response) laba yang di publikasikan dapat memberikan respon yang berbeda-beda, yang dapat memperlihatkan bahwa adanya reaksi pasar terhadap informasi laba. ERC yang tinggi memperlihatkan kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba. Variabel ERC digunakan sebagai pengukur kualitas laba walaupun secara tidak langsung memberi kritik atas efektifitas laporan keuangan yang disajikan sehingga dapat memberi nilai guna yang lebih bagi sebagian besar pemakainya. Hal tersebut disebabkan dengan penggunaan ERC, laba yang telah disajikan oleh perusahaan akan secara langsung di bandingkan dengan ekspektasi penilaian publik pada nilai perusahaan yang melakukan transaksi jual beli. Sehingga pada akhirnya dapat mendorong investor guna memilah perusahaan yang akan dijadikan sebagai ladang berinvestasi dengan predikat kinerja lebih baik. 4. Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure IFRS Mandatory Disclosure adalah pengungkapan minimal yang disyaratkan dalam standar akuntansi yang berlaku (Suwardjono, 2005). Menurut Suhardjanto (2012), pengungkapan terbagi atas dua sifat yaitu, pengungkapan yang sifatnya sukarela (voluntary disclosure) dan pengungkapan yang berdasarkan pada suatu ketentuan tertentu (mandatory disclosure). Mandatory disclosure memiliki tujuan menyediakan informasi guna memenuhi kebutuhan pemakai laporan keuangan, memberi kepastian 17 dalam pengendalian kinerja melalui kepatuhan terhadap hukum serta standar akuntansi dan memberikan gambaran mengenai kejelasan kesehatan keuangan pada suatu perusahaan dan mengestimasi beban masa yang akan datang sehingga investor dapat mengestimasi aliran kas keluar dalam suatu bisnis juga dapat memutuskan growth opportunity jangka panjang (Al – Akra et al., 2010). Widiastuti (2004) juga menyatakan apabila tingkat pengungkapan tinggi maka ketidakpastian akan masa depan yang dihadapi investor akan berkurang. Mandatory disclosure adalah hal yang sangat penting bagi perusahaan manufaktur yang semakin berkembang pesat seiring dengan tuntutan global agar perusahaan lebih meningkatkan kualitas informasi keuangan. Perlunya peraturan mengenai mandatory disclosures pada laporan keuangan guna melindungi stakeholder yang memiki kepentingan, sebab tanpa adanya peraturan ini dapat memberikan celah bagi perusahaan untuk menyembunyikan informasi penting yang harusnya diungkapkan. 5. Struktur Modal Struktur modal adalah struktur yang bersumber dari beberapa hutang jangka panjang antara lain hutang, saham umum bahkan saham biasa yang tergabung menjadi satu kesatuan. Ross (1977) dalam Pasaribu (2009) juga mengungkapkan pernyataan yang serupa bahwa perusahaan dalam pembiayaan kegiatan operasionalnya, perusahaan menggunakan gabungan sekuritas dan juga hutang jangka panjang. Lain halnya dengan definisi yang diungkapkan oleh Wild et al, (2005) struktur modal 18 didefinisikan sebagai suatu komposisi modal yang berasal dari gabungan utang dan pendanaan ekuitas pada perusahaan. Sangat penting untuk perusahaan dalam membuat kebijakan yang tepat terkait pendanaan, sehingga keputusan yang diambil perusahaan terkait dengan pendanaan tidak salah arah tetapi justru sebaliknya yakni dapat membuat nilai tersendiri bagi perusahaan karena keputusan pendanaan yang diambil oleh perusahaan adalah termasuk aspek yang dapat berkontribusi besar dalam terciptanya nilai suatu perusahaan. Manajer keuangan ini bertanggung jawab untuk mengatur penggunaaan dana dan merencanakan sumber dana tersebut sehingga dapat memaksimalkan nilai dari sebuah perusahaan itu sendiri. Keputusan yang terdapat dalam manajemen keuangan terbagi menjadi tiga bagian antara lain : a. Keputusan dalam sebuah investasi terdapat pada bagian sisi kiri neraca. Dalam hal ini manajemen keuangan memiliki peran dalam penentuan investasi misalkan seperti perusahaan akan berinvestasi pada jenis aset yang seperti apa. b. Bagian kedua adalah kewajiban dan sekuritas yang ada pada bagian sisi kanan neraca. Peran yang dimiliki oleh manajemen keuangan yaitu bagaimana cara mendapatkan sumber dana untuk membiayai investasi yang dilakukan oleh perusahaan. c. Bagian ketiga adalah mengenai keputusan manajerialnya berupa pendanaan dan investasi yang telah diputuskan perusaahaan berdasarkan day-to-day misalnya seberapa jauh perkembangan 19 perusahaan dan sebesar apa ukuran perusahaan serta secepat apa perusahaan itu tumbuh. Jadi manajemen keuangan inilah yang membuat investor percaya pada perusahaan karena adanya jaminan tingkat pengembalian yang tinggi dengan tingkat risiko kecil sehingga investor akan merespon dalam bentuk mempercayakan dana mereka untuk berinvestasi pada perusahaan dan dengan adanya manajemen keuangan dapat dipastikan bahwa dana yang digunakan untuk perusahaan merupakan biaya modal terendah. B. Hipotesis 1. Tingkat kepatuhan Mandatory Disclosure dan Earnings Response Coefficient Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku (Suwardjono, 2005). Investor akan menilai informasi yang dihasilkan dari standar IFRS lebih value relevant, yang dibuktikan dengan merespon secara positif. Selain itu secara tidak langsung kualitas informasi laba mengalami peningkatan. Karena tidak semua informasi itu dapat terefleksi dalam pasar keuangan terutama informasi yang tidak tersedia di publik. Dalam hal ini tingkat kepatuhan tersebut dapat memberikan pernyataan yang cukup informatif serta dapat memberikan sinyal mengenai probabilitas seberapa patuhnya suatu perusahaan dalam pengungkapan informasi yang telah diatur dalam standar yang ditetapkan. Pengungkapan wajib tersebut dapat meningkatkan 20 kredibilitas laporan keuangan karena dengan meningkatnya kredibilitas laporan keuangan secara otomatis laba yang terkandung dalam laporan tersebut juga akan semakin berkualitas. Brigham dan Houston (2011) laporan laba yang dipublikasikan adalah suatu signal mengenai laba di masa depan, sehingga para pemakai laporan keuangan tersebut dapat memprediksikan atas laba yang dilaporkan untuk digunakan di masa yang akan datang melalui signal yang tersedia dalam informasi laba perusahaan yang dilaporkan. Melalui sinyal tersebut investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya di suatu perusahaan. Selain itu investor juga akan memperoleh informasi tambahan, dimana informasi mandatory disclosure IFRS yang pada nantinya akan digunakan oleh investor untuk menilai dan menganalisis prospek laba di masa datang lebih akurat dan kredibel. Widiastuti (2004) juga menjelaskan apabila tingkat pengungkapan tinggi maka ketidakpastian akan prospek perusahaan di masa depan juga akan berkurang. Logikanya adalah Investor akan berasumsi bahwa laporan keuangan perusahaan yang patuh dan memenuhi mandatory disclosure IFRS akan memiliki tingkat kredibilitas dan kualitas yang tinggi. Artinya semakin tinggi tingkat pengungkapan mandatory disclosure IFRS, maka semakin tinggi pula kualitas informasi laba yang dihasilkan. Ketidakpastian akan prospek perusahaan di masa depan juga akan berkurang karena investor secara akurat dapat menilainya melalui informasi tersebut, sehingga respon pasar terhadap informasi 21 laba tersebut akan semakin tinggi pula. Respon laba yang tinggi akan ditunjukkan nilai ERC yang tinggi pula. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh penelitian Widiastuti (2004) yang menyatakan bahwa ketidakpastian akan prospek perusahaan di masa datang akan berkurang apabila investor dapat menilai secara akurat tentang prospek laba perusahaan tersebut. Seperti halnya Osesoga and Jin-Yang (2015), yang meneliti tentang pengaruh IFRS terhadap kualitas laba yang diukur dengan ERC, yang menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2009-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IFRS berpengaruh positif terhadap kualitas laba dan mempunyai respon yang tinggi terhadap ERC. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Rahayu (2008) yang meneliti pengaruh tingkat ketaatan pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela terhadap kualitas laba yang diukur dengan ERC. sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2005. Hasil penelitian Rahayu (2008) membuktikan bahwa tingkat pengungkapan wajib berperngaruh positif terhadap ERC. Berdasarkan teori diatas maka hipotesis penelitian ini adalah : H1 : Tingkat kepatuhan mandatory disclosure IFRS berpengaruh positif terhadap Earnings Response Coefficient. 2. Struktur Modal dan Earnings Response Coefficient Menurut Novianti (2012), struktur modal adalah penggunaan aset dan sumber daya oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap 22 dengan maksud agar meningkatkan keuantungan potensial pemegang saham. Struktur modal diukur dengan menggunakan rasio antara jumlah hutang dengan jumlah aktiva. Konsep atas struktur modal sangalah penting terlebih untuk memperlihatkan kepada para analis keuangan, mereka memiliki pandangan dari tipe yang bermacammacam untuk melihat trade off antara tingkat keuntungan dan resiko. Struktur modal suatu perusahaan yang di proksikan dengan memakai leverage berpengaruh negatif terhadap Earnings Response Coefficient (Dira dan Ida, 2014). Pada dasarnya struktur modal yang di proksikan dengan leverage menyebabkan investor menjadi kurang percaya pada laba yang dipublikasikan oleh perusahaan, pada nantinya hal tersebut menjadikan respon pasar akan menjadi relatif rendah yang dapat mencerminkan laba tidak atau kurang berkualitas (Widayanti, dkk, 2014). Logikanya adalah perusahaan yang memiliki rasio hutang yang tinggi dapat memicu perusahaan dalam penyediaan informasi yang lebih banyak guna memenuhi semua tuntutan yang diajukan oleh debtholder jangka panjang jika dibandingkan perusahaan yang memiliki rasio rendah. Perusahaan dengan kepemilikan tingkat hutang tinggi, saat laba mengalami peningkatan hanya akan meningkatkan rasa keamanan bagi bondholder serta menguatkan posisi bondholder daripada stakeholder (Susanto, 2012). Ratio yang tinggi mencerminkan resiko keuangan perusahaan yang tinggi pula. Hal tersebut 23 mengindikasikan bahwa perusahaan sedang dilanda kesulitan keuangan dikarenakan tingkat kewajiban tinggi sehingga akan mempengaruhi kondisi suatu perusahaan di muka publik. Jadi setiap laba mengalami peningkatan yang diuntungkan adalah pemberi pinjaman karena semakin terjamin keamanannya. Maka dari itu peningkatan laba yang terjadi kurang direspon oleh investor tetapi akan banyak direspon oleh debtholder. Jadi walaupun kondisi laba pada suatu perusahaan semakin baik maka investor akan semakin memberikan respon yang negatif, sebab investor beranggapan bahwa perusahaan akan lebih mengutamakan pembayaran hutang daripada pembayaran dividen (Scott, 2009). Sehingga dapat diasumsikan bahwa laba yang dihasilkan perusahaan kurang direspon oleh pasar yang akan terefleksi melalui penurunan volume penjualan dan harga sahamnya. Jadi, semakin tinggi nilai dari debt ratio pada suatu perusahaan maka investor akan semakin merespon negatif, respon yang negatif ditujukan dengan nilai ERC yang rendah. Pernyataan diatas diperkuat oleh penelitian Susanto (2012) struktur modal terhadap ERC pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 dan menyatakan hasil yang negatif dan menunjukkan respon yang semakin kecil pada ERC. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Nofianti (2014) yang meneliti pengaruh struktur modal terhadap ERC pada perusahaan manufaktur dan menyatakan hasil yang negatif dan menunjukkan 24 respon yang semakin kecil pada ERC. Berdasarkan teori diatas maka pengajuan hipotesis dalam penelitian ini adalah : H2 : Struktur modal berpengaruh negatif terhadap Earnings Response Coefficient. C. Model penelitian Variabel Independent Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure IFRS (X1) Struktur Modal (X2) (Y) ERC Variable kontrol Ukuran Perusahaan Kualitas Auditor Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Konseptual