ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI KLINIK PRATAMA MUTIARA BUNDA KOTA TASIKMALAYA LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Oleh: WIWI NOVIYANTI NIM. 13DB277139 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah di Klinik Pratama Mutiara Bunda Kota Tasikmalaya”. Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan DIII Kebidanan dan memenuhi gelar Ahli Madya Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu kepada yang terhormat : 1. Dr. H. Zulkarnaen, SH., MH., selaku Ketua Badan Pembina Harian (BPH) STIKes Muhammadiyah Ciamis. 2. H. Dedi Supriadi, S.Sos., S. Kep., Ners., M. Mkes., selaku Ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis. 3. Heni Heryani, SST., M.KM. selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan. 4. Resna Litasari, SST selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir. 5. Neli Sunarni, SST selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir. 6. H. Yayat Suryat, S, Ag selaku pembimbing AIK yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan tentang Al Islam dan Kemuhammadiyahan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir. 7. Hj. Tuti Nurtika, SST selaku pemilik Klinik Pratama Mutiara Bunda yang telah bersedia memberikan izin pada penulis dalam pengambilan data. 8. Seluruh dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis, khususnya dosen D III Kebidanan, staf TU, terimakasih telah memberikan dukungan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. 9. Tidak lupa kepada kedua orang tua (Ali Jaya dan Iyon Mariah) yang telah memberikan doa, kasih sayang dan dukungan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir. v 10. Kakak-kakak tersayang yang senantiasa memberi kasih sayang dan motivasi yang luar biasa. 11. Keluarga saya di GABORES yang telah 8 menjadi sahabat sekaligus saudara yang senantiasa memberi saya dukungan. 12. Saudari saya asrama 22 yang telah saling mendukung dan 3 tahun bersama-sama dalam susah maupun senang 13. Rekan-rekan seperjuangan Program Studi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis angkatan 10 yang telah bersama saling mendukung dan saling mendoakan untuk kesuksesan kita. Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan merangsang kreatifitas dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kebidanan. Ciamis, Juni 2016 Penulis vi ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH 1 DI KLINIK PRATAMA MUTIARA BUNDA KOTA TASIKMALAYA 2 3 4 Wiwi Noviyanti Resna Litasari Neli Sunarni INTISARI Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Di dunia kejadian BBLR terjadi sebanyak 35 per 1000 kelahiran hidup, di Indonesia terjadi sebanyak 32 per 1000 kelahiran hidup. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Berat Badan Lahir Rendah antara lain faktor ibu, faktor janin, faktor plasenta dan faktor lingkungan. Dampak terjadinya Berat Badan Lahir Rendah adalah diantaranya dapat menimbulkan hipotermi, hiperglikemia, gangguan pernafasan, gangguan peredaran darah dan masalah psikis. Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah dengan menggunakan pendekatan 7 langkah varney dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP. Asuhan kebidanan pada Berat Badan Lahir Rendah ini dilakukan selama 10 hari di Klinik Pratama Mutiara Bunda Kota Tasikamaya. Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada bayi Berat Badan Lahir Rendah. Kesimpulan dari hasil penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah di Klinik Pratama Mutiara Bunda Kota Tasikamaya. Ciamis dilaksanakan cukup baik. Kata Kunci Kepustakaan Halaman 1 : Berat Badan Lahir Rendah : 14 buku (2008-2015), 2 jurnal, 6 Media Elektronik : i-xii, 54 halaman, 8 lampiran 2 Judul Penulisan Ilmiah Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis 3 vii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv KATA PENGANTAR ..................................................................................... v INTISARI ...................................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ........................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4 C. Tujuan .......................................................................................... 4 D. Manfaat......................................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar ............................................................................... 7 B. Teori Managemen Kebidanan ....................................................... 30 C. Konsep Dasar Asuhan pada Neonatus dengan BBLR .................. 32 D. Kewenangan Bidan ....................................................................... 39 BAB III TINJAUAN KASUS A. Metode Pengkajian ....................................................................... 42 B. Tempat dan Waktu Pengkajian ..................................................... 43 C. Subjek yang Dikaji ........................................................................ 43 D. Jenis Data..................................................................................... 44 E. Instrumen Penelitian ..................................................................... 44 F. 46 Tinjauan Kasus ............................................................................. viii BAB IV PEMABAHASAN A. Pengkajian .................................................................................... 49 B. Interpretasi data ............................................................................ 49 C. Diagnosa Potensia ........................................................................ 50 D. Tindakan Segera .......................................................................... 50 E. Perencanaan ................................................................................ 50 F. Pelakasanaan ............................................................................... 51 G. Evaluasi ........................................................................................ 52 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan....................................................................................... 53 B. Saran ............................................................................................ 54 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 55 LAMPIRAN ix DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan berat . x 24 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Bagan penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah ....... xi 27 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Riwayat Hidup Lampiran 2 Jadwal Penyusunan Laporan Tugas Akhir Lampiran 3 Surat Permohonan Pengambilan Kasus dari STIKes Muhammadiyah Ciamis Lampiran 4 Surat Permohonan Mendapatkan Data Studi Pendahuluan dari Dinas Perhubungan Kota Tasikmalaya Lampiran 5 Daftar Tilik Pemeriksaan Fisik Bayi Lampiran 6 Daftar Tilik Pemberian Obat Secara IM Lampiran 7 Surat Persetujuan Responden Lampiran 8 Lembar Konsultasi Bimbingan xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Neonatus merupakan bayi yang berusia anatar 0 (baru lahir) sampai 1 bulan (28 hari). Bayi baru lahir juga disebut neonatus merupakan individuyang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine kekehidupan ekstrauterin (Dewi, 2010). Dalam suatu ayat Allah SWT mengingatkan kepada umatnya dalam Al-Qur’an surat An Nahl ayat 78 : Artinya : ‘’Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan dia memberimu pendengaran, penglihatandan hati nurani, agar kamu bersyukur” (QS. An Nahl : 78) Pada Q.S An Nahl ayat 78 diterangkan bahwa manusia ketika dilahirkan pertama kali awalnya tidak mengerti apa-apa, dan kondisinya sangat lemah sehingga membutuhkan orang lain untuk menolongnya seperti dokter, bidan, perawat, dan orang tua. Terlebih lagi pada bayi yang lahir dengan Berat Badan Lahir Normal (BBLR) yang sangat membutuhkan penanganan khusus dari petugas kesehatan. Pada ayat tersebut allah menegaskan bahwa sejak manusia lahir telah dibekali tiga kemampuan dasar, yaitu pendengaran, penglihatan,dan hati nurani. Ketiga bekal tersebut agar manusia dapat mengembangkan sesuai dengan petunjuk Allah dalam Al-Qur’an sehingga akan dapat menjadi manusia yang dapat mengembangkan tugas sebagai khalifah di bumi dengan baik. Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial. Bayi BBLR akan mengalami resiko terjadi permasalahan pada sistem tubuh, gangguan pernafasan, gangguan nutrisi dan juga mudah terkena infeksi karena daya tahan tubuh 1 2 yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna (Proverawati & Sulistyorini, 2010). Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi bayi itu. Berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap kematian perinatal dan neonatal. Berat badan lahir rendah (BBLR) di bedakan dalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) BBLR karena intrauterin growth retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat kurang untuk usianya (Dep Kes RI. 2010). Berat badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR tidak hanya terjadi pada bayi prematur, tapi juga pada bayi cukup bulan yang mengalami hambatan pertumbuhan selama kehamilan (Profil Kesehatan Indonesia, 2014). Hal-hal yang mungkin akan terjadi apabila tidak dilakukan asuhan pada bayi berat lahir rendah diantaranya: hipotermi pada bayi baru lahir dapat terjadi coldstress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak. Kurang baiknya pembersihan jalan nafas sewaktu lahir akan mengakibatkan kesulitan pernafasan, kekurangan zat asam, dan apabila ini berlangsung terlalu lama dapat menimbulkan perdarahan otak, kerusakan otak dan kemudian keterlambatan tumbuh kembang. Tak kurang penting adalah pencegahan terhadap infeksi yang dapat terjadi melalui tali pusat, melalui mata, melalui telinga pada waktu persalinan atau pada waktu memandikan/ membersihkan bayi dengan bahan, atau cairan atau alat yang kurang bersih (Prawihardjo, 2010). Secara umum bayi Berat Badan Lahir Rendah ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 37 minggu) tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram. Menurut World Health Organization (WHO) dalam Organisation for Economic Co-operation dan Development (OECD) indicators menyebutkan bahwa berat lahir rendah merupakan indicator penting dari kesehatan bayi, 3 karena hal ini berhubungan erat dengan morbiditas (OECD/WHO, 2012). Menurut World Health Organization (WHO) Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia sebesar 35 kematian per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2012). Target Millenium Development Goals sampai dengan tahun 2015 adalah mengurangi angka kematian bayi dan balita yaitu sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 Angka Kematian Bayi tercatat 32 kematian per 1000 kelahiran hidup. Penyebab terbesar dari angka kematian bayi baru lahir adalah gangguan pernafasan adalah gangguan pernafasan yaitu sebesar 37%, disamping BBLR sebanyak 34%, dan sepsis 12% (SDKI, 2012). AKB berdasarkan data Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2012 AKB akibat BBLR terjadi sebayak 18,997 atau 2,1% dari 924.105 sedangkan pada tahun 2014 AKB sebesar 3.810 kasus dan yang meninggal akibat BBLR sebanyak (Dinkes Jabar, 2014). Sementara AKB di Kota Tasikmalaya berdasarkan data laporan KIA Dinkes Kota Tasikmalaya pada tahun 2012 sebanyak 1096 bayi yang mengalami BBLR, sedangkan pada tahun 2014 AKB akibat BBLR terjadi sebanyak 118 bayi. AKB tersebut terjadi pada saat bayi baru lahir 341 bayi (Dinkes Kota Tasikmalaya, 2016). Data yang didapat di Klinik Pratama Mutiara Bunda dari bulan Januari-April 2016 yaitu jumlah bayi baru lahir sebanyak 63 bayi, dari data tersebut didapatkan data bayi dengan BBLR sebanyak 3 bayi (4%). Dalam menurunkan angka kematian bayi (AKB) diperlukan strategi yang efektif yaitu meningkatkan upaya kesehatan. Upaya kesehatan yang dapat diberikan adalah dengan asuhan persalinan normal dengan paradigma baru yaitu dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang yang mungkin terjadi. Hal tersebut dapat menurunkan AKB karena bayi dilahirkan dengan selamat pada saat persalinan. Selain itu pemerintah juga memberikan makanan dan/atau minuman khusus ibu hamil secara gratis. Hal tersebut dilakukan seminggu sekali sehingga ibu hamil di Indonesia dapat memproleh nutrisi yang berkualitas dan terjamin keamanannya (Depkes RI, 2009). 4 Upaya bidan dalam penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang memadai sesuai dengan kompetensi sehingga dapat menangani kasus BBLR dengan baik dan benar. Dalam penelian Neneng dan Meilia di RSUD. DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2013 menyatakan bahwa di RSUD. DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung terjadi peningkatan kejadian BBLR dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 terdapat 394 bayi (27,17%) dari jumlah kelahiran 1.450 bayi dan 9 bayi (0,6%) meninggal akibat BBLR. Dan terjadi kenaikan kasus BBLR pada tahun 2011 sebesar 447 bayi (28,6%) dari jumlah kelahiran 1.565 bayi dan 37 bayi (2,3%) meninggal akibat BBLR. Tetapi pada tahun 2012 terjadi penurunan pada kasus BBLR 226 bayi (15,1%) dari jumlah kelahiran 11.456 bayi. Sedangkan pada tahun 2013 terjadi peningkatan pada kasus BBLR yaitu terdapat 624 bayi (39,2%) dengan jumlah kelahiran 1.592 dan jumlah bayi yang meninggal akibat BBLR tersebut sebanyak 189 bayi (30,2%). Adanya kasus BBLR ini menandakan masih banyaknya ibu hamil dengan status gizi kurang dan tidak rutinnya ibu memeriksakan kehamilannya sehingga kejadian BBLR dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang luar biasa dan dapat berdampak pada kematian neonatal. Berdasarkan dari data yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk mengambil studi kasus dengan judul “ Asuhan Kebidanan Pada Neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah di Klinik Pratama Mutiara Bunda’’. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, adapun rumusan masalahnya adalah “Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan pada neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah di Klinik Pratama Mutiara Bunda Kota tasikmalaya tahun 2016? ’’ C. Tujuan 1. Tujuan Umum 5 Mampu memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah di Klinik Pratama Mutiara Bunda Kota Tasikmalaya melalui pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah varney dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP. 2. Tujuan Khusus Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir penulis mampu : a. Melaksanakan pengkajian data baik data subjektif maupun data objektif pada neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah di Klinik Pratama Mutiara Bunda. b. Menginterpretasikan dan merumuskan diagnosa, masalah, dan kebutuhan pada neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah di Klinik Pratama Mutiara Bunda. c. Mengidentifikasi diagnosa potensial pada neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah di Klinik Pratama Mutiara Bunda. d. Mengidentifikasi tindakan segera pada neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah di Klinik Pratama Mutiara Bunda. e. Merencanakan asuhan Kebidanan pada neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah di Klinik Pratama Mutiara Bunda. f. Melaksanakan perencanaan yang sesuai dengan pengkajian neontus dengan Berat Badan Lahir Rendah di KLinik Pratama Mutiara Bunda. g. Melakukan evaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah di Klinik Pratama Mutiara Bunda. D. Manfaat 1. Bagi Ibu Diharapkan ibu dapat memberikan asuhan yang baik pada bayi dengan komplikasi sehingga dapat terdeteksi secara dini dan segera mendapat penanganan. 2. Bagi Lahan Praktik 6 Diharapkan dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan manajemen kebidanan yang diterapkan oleh lahan praktek mengenai asuhan neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah. 3. Bagi Institusi Pendidikan Bermanfaat sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan menghasilkan lulusan bidan yang professional dan mandiri, juga sebagai penambah bahan kepustakaan yang dapat dijadikan studi banding bagi studi kasus selanjutnya mengenai pendokumentasian kebidanan secara komprehensif. 4. Bagi Penulis Dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan yang di dapat selama perkuliahan serta dapat mengaplikasikan dalam penanganan neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Neonatus a. Pengertian Neonatus disebut juga bayi baru lahir adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 28 hari yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2010). b. Tinjauan Umum Mengenai Kunjungan Neonatal 1) Pengertian Kunjungan Neonatus Kunjungan neonatus adalah kontak neonatus dengan tenaga kesehatan minimal dua kali. Kunjungan pertama kali pada hari pertama dengan hari ke tujuh (sejak 6 jam setelah lahir). Kunjungan kedua kali pada hari ke delapan sampai hari ke dua puluh delapan. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bukan kunjungan neonatal (Walyani dan Purwoastuti, 2015). 2) Tujuan kunjungan neonatus Tujuan neonatus bertujuan untuk meningkatkan akses neonatal terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi atau mengalami masalah (Walyani dan Purwoastuti, 2015). 3) Kategori Kunjungan Neonatus Kunjungan neonatus terbagi menjadi 4 kategori, yaitu : a) Sebelum 6 jam (setelah lahir saat bayi stabil). b) Kunjungan neonatal 1 (pada usia 6-8 jam). c) Kunjungan neonatal 2 (pada usia 3-7 jam). d) Kunjungan neonatal 3 (pada usia 8-27 jam) (buku saku pelayanan kesehatan neonatal esensial, 2012). 7 8 c. Standar Pemberian Asuhan Kebidanan Pada Neonatus 1) Jaga bayi tetap hangat 2) Isap lendir dari mulut dan hidung jika perlu 3) Keringkan 4) Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun 5) Lakukan Inisiasi menyusui dini 6) Beri suntikan vit K1 1 mg IM dipaha kiri anterolateral setelah IMD 7) Beri salep mata antibiotik pada kedua mata 8) Pemeriksaan fisik 9) Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuscular, paha kanan anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K. (Kemenkes RI, 2010). Menurut Sitiavana (2012) diberikan obat tetes mata untuk mencegah penyakit mata clamidia dan semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberikan vitamin K peroral 1 mg. 2. Berat Badan Lahir Normal (BBLR) a. Definisi BBLR Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR) adalah bayi yang lahir dengan dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan (Proverawati dan Cahyo, 2010). Menurut Saifuddin, dkk (2010) dalam Sadiah (2015) Berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). b. Tanda-tanda BBLR Menurut Proverawati dan Cahyo (2010), Tanda-tanda BBLR adalah: 1) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu 2) Berat badan sama atau kurang dari 2500 gram 3) Panjang badan sama dengan atau sama dengan 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm. 4) Rambut lanugo masih banyak 5) Jaringan lemak subkutan tipis dan kurang 9 6) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya 7) Tumit mengilap, telapak kaki halus 8) Genetalia belum sempurna, labia minor belum tertutup oleh labia mayor, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun kedalam skrotum. Pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki). 9) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakkannya lemah 10) Fungsi syaraf yang belum dan tidak efektif dan tangisannya lemah 11) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang 12) Verniks Kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada. c. Klasifikasi Menurut Proverawati dan Cahyo (2010), Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR, yaitu : 1) Menurut harapan hidupnya : a) Bayi berta lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500 – 2500 gram b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 100 – 1500 gram c) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 100 gram. 2) Menurut masa gestasinya : a) Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK). b) Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK). 10 d. Diagnosis dan Gejala Klinik Menurut Rustam (1998) dalam Prawihardjo (2010) diagnosis dan gejala klinik dibagi dua yaitu : 1) Sebelum bayi lahir: Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati, pembesaran uterus tidak dengan tuanya kehamilan, pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, pertambahan berat badan ibu sangat lambat tidak menurut seharusnya, sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion, hiperemesis gravidarum dan perdarahan antepartum. 2) Setelah bayi lahir: a) Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin b) Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tandatanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks caseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kerang, berlipat-lipat, mudah diangkat. c) Bayi prematur d) Verniks caseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, menangis lemah, tonus otot hipotoni, kulit tipis, kulit merah dan transparan. e. Karakteristik Menurut Prawirohardjo (1999) dalam Proverawati Atikah dan Ismawati Cahyo, (2010) karakteristik dari BBLR dibagi dua, yaitu: 1) Bayi prematur Berat lahir kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan nya kurang dari 37 minggu. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugo banyak, lemak subcutan kurang, sering tampak perislastic usus, tangisannya lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apneu. 11 2) Bayi dismatur Terdapat perubahan ukuran panjang, berat, lingkar kepala, dan organ-organ di dalam tubuh juga terjadi perubahan. f. Penyebab Menurut Proverawati dan Cahyo (2010), faktor penyebab BBLR adalah : 1) Menurut faktor ibu a) Penyakit Ibu (1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih. (2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit prematuritas tertinggi adalah jantung. b) Ibu (1) Angka kejadian kehamilan pada usia< 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. (2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun). (3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya. (4) Keadaan sosial ekonomi (5) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang. (6) Aktivitas fisik yang berlebihan (7) Perkawinan yang tidak sah 2) Menurut faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (infeksi congenital, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar. 12 3) Menurut faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini. 4) Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun. Adapun menurut Manuaba (2010) dalam Nita Merzalia. (2012) penyebab BBLR Adalah : 1) Faktor ibu a) Gizi saat hamil yang kurang b) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun c) Jarak hamil dan Bersalin yang terlalu dekat d) Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok) 2) Faktor pekerjaan yang terlalu berat 3) Faktor kehamilan 4) g. a) Hamil dengan hidramnion b) Hamil ganda c) Perdarahan antepartum d) Komplikasi hamil : pre-eklampsia/eklampsia, KPD Faktor janin a) Cacat bawaan b) Infeksi dalam rahim Masalah yang terjadi pada BBLR 1) Masalah jangka pendek (Proverawati dan Cahyo, 2010) : a) Gangguan metabolik (1) Hipotermia Hipotermia didefinisikan sebagai suhu inti tubuh dibawah 36⁰c.Saat suhu tubuh dibawah tingkat ini, bayi beresiko mengalami stress dingin. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi, seperti peningkatan konsumsi oksigen, produksi asam laktat, apnea, 13 penurunan kemampuan pembekuan darah, dan yang sering terlihat adalah hipoglikemia (Fraser, dkk, 2013).Ciri-ciri BBLR yang mengalami hipotermia : (a) Suhu tubuh < 32⁰c (b) Mengantuk dan sukar dibangunkan (c) Menangis sangat lemah (d) Seluruh tubuh dingin (e) Pernafasan lambat (f) Pernafasan tidak teratur (g) Bunyi jantung lambat (h) Mengeras kaku (sklerema) (i) Tidak mau menetek, sehingga beresiko dehidrasi Tindakan umum yang dilakukan untuk mencegah hipotermi adalah : (a) Mengeringkan tubuh bayi segera setalah lahir dengan handuk/ kain yang hangat. (b) Menyelimuti bayi terutama dibagian kepala dengan kain yang hangat (bayi dibungkus kain yang hangat dan diberi topi). (c) Meletakkan bayi dilingkungan/ ruangan yang hangat tidak kurang dari 25⁰c (d) Memastikan tangan selalu hangat pada saat memegang bayi (e) Mengganti handuk, selimut, kain, popok, bedong yang basah dengan yang bersih, kering dan hangat. Penatalaksanaan hipotermia pada BBLR adalah metode kangguru dengan kontak kulit ke kulit yang berfungsi membantu mempertahankan BBLR tetap hangat (Proverawati dan Ismawati, 2010). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode kangguru (Maryunani dan Nurhayati, 2009). (a) Posisi kangguru : posisi bayi diantara payudara, tegak, dada bayi menempel kedada ibu posisi bayi 14 kemudian diamankan dengan kain panjang atau baju kangguru (dalam hal ini bayi diletakkan dalam dekapan ibu dengan kulit menyentuh kulit, posisi bayi tegak, kepala miring ke kiri atau ke kanan). Keunggulan metode ini bayi mendapatkan sumber panas yang alami (36-37⁰c) langsung dari kulit ibu, mendapatkan kehangatan udara dalam kantung / baju ibu, serta ASI menjadi lancar. Dekapan ibu adalah energy bagi bayi. (b) Nutrisi : waktu yang optimal untuk menyusu ASI tergantung pada masa kehamilannya. (c) Dukungan : dukungan terutama diberikan kepada ibu berupa fisik, emosional dan edukasi, yang sewaktu hamil sebaiknya telah diberikan informasi tentang pentingnya metoda kangguru pada bayi. (d) Pemulangan : syarat pemulangan tergantung pada keshatan bayi secara menyeluruh dalam kondisi baik dan ibu mampu merawat bayinya. (e) Harus ada konseling dan Informed concent terlebih dahulu. (2) Hiperglikemia Hiperglikemia sering merupakan masalah pada bayi yang sangat amat prematur yang mendapat cairan glukosa berlebihan secara intravena tetapi mungkin juga terjadi pada bayi BBLR lainnya. (3) Masalah pemberian ASI Masalah pembrian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh bayi dengan BBLR kecil, kurang energy, lemah, lambungnya kecildan tidak dapat menghisap.Bayi dengan BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tetapi sering. Bayi BBLR dengan kehamilan ≥ 35 minggu dan berat lahir ≥ 2000 gram umumnya bisa langsung menetek. 15 b) Gangguan Imunitas / Gangguan imonologik. Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, seringkali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi dariapa bayi cukup bulan (Maryunani dan Nurhayati, 2012). c) Gangguan Pernafasan (1) Sindroma gangguan nafas Menurut Proverawati dan Cahyo (2010), sindrom gangguan pernafasan pada BBLR adalah perkembangan imatur pada system pada pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan (rati lesitin atau sfingomielin kurang dari 2), pada paru paru. Penyebab sesak nafas neonatus dibagi dua yaitu : kelainan medik : HMD, SAM (Sindroma Aspirasi Mekonium adalah kumpulan gejala yang diakibatkan oleh terhisapnya meconium ke dalam saluran pernafasan bayi yang disebabkan oleh peningkatan aktifitas usus janin), pneumonia atau kasus bedah Choana atresia, fistula trachea oesophagus, empisema lobaris dilakukan dalam kongenital. Penatalaksanaan yang menangani bayi BBLR dengan sindrom gangguan nafas yaitu : (a) Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat. (b) Mempertahankan keseimbangan asam basa. (c) Mempertahankan suhu lingkungan netral. (d) Mempertahankan perfusi jaringan adekuat. (e) Mencegah hipotermi. (f) Mempertahankan cairan dan elektrolit. 16 (2) Asfiksia Bayi BBLR bisa kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak pada proses adaptasi pernafasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia lahir. Bayi BBLR membutuhkan kecepatan dan keterampilan resusitasi (Proverawati dan Ismawati, 2010). Klasifikasi tingkat asfiksia (Meryunani dan Nurhayati, 2009): (a) Asfiksia Livida (bebang Biru) Dengan gejala warna kulit kebiru-biruan, tonus otot cukup tegang dan denyut jantung cukup kuat, lebih dari 100x/menit. (b) Asfiksia Palida (Bebang Putih) Dengan gejala warna kulit putih, tonus otot lemah dan denyut jantung cukup dari 100/menit. d) Gangguan system peredaran darah (1) Masalah perdarahan Perdarahan pada neonatus mungkin dapat disebabkan karena kekurangan factor pembekuan darah dan factor fungsi pembekuan darah abnormal atau menurun, trombositopenia, gangguan trombosit, trombositopati dan misalnya gangguan pembuluh darah (Proverawati dan Cahyo, 2010). (2) Anemia Anemia fisiologik pada BBLR disebabkan oleh suspensi eritropoesis pasca lahir, persediaan besi yang sedikit, serta bertambah besarnya volume darah sebagai akibat pertumbuhan yang relatif agak cepat. Pemberian tambahan zat besi pada bayi dengan resiko terhadap defisiensi vitamin E (umumnya bayi dengan masa gestasi kurang dari 24 minggu) akan memperberat hemolosis dan mengurangi absorbs vitamin E. Oleh karena itu, vitamin E diberikan terlebih 17 dahulu pada saat bayi mencapai berat badan dua kali lipat dari berat lahir, kemudian dimulai pemberian zat besi sebanyak 2 mg/kg/24 jam (Proverawati dan Cahyo, 2010). e) Gangguan jantung Menurut Proverawati dan Cahyo (2010), gangguan pada jantung adalah sebagai berikut: (1) Patent Ductus Arteriosus (DPA) DPA yang menetap pada bayi yang berumur 3 hari sering ditemui pada bayi lahir rendah, terutama pada bayi dengan penyakit membrane hialin.Diperkirakan 21% diantara bayi BBLR menderita kelainan tersebut yang kejadiannya berbanding terbalik dengan berat lahir dan masa gestasi. Sejumlah 79% bayi yang menderita DPA tanpa diseratai sindrom gawat nafas yang berat menunjukan penutupan DPA secara spontan. (2) Detak septum ventrikel Frekuensi kejadian defek septum ventrikel paling tinggin pada bayi dengan berat kurang dari 2500 gram dan masa gestasinya kurang dari 34 minggu dibandingkan dengan bayi yang lebih besar dengan masa gestasi yang cukup. Penatalaksaan kelainan jantung kongenital yaitu dengan pemberian 02 pada kecepatan aliran maksimal. Pemberian ASI eksklusif juga diperlukan, bila tidak dapat dilakukan pemberian ASI perah dengan memakai salah satu alternative pemberian. Apabila memungkinkan rujuk ke rumah sakit rujukan / Pusat Pelayanan Spesialis untuk terapi devinitif (Sudarti dan Endang Khoirunnisa, 2010). f) Gangguan pada otak Gangguan pada otak antara lain adalah sebagai berikut : (1) Intraventrikular Hemmorage, perdarahan intrakranial (otak) pada neonatus. Bayi mengalami masalah 18 neurologis, seperti gangguan mengendalikan otot (cerebral palsy), keterlambatan perkembangan, dan kejang. (2) Periventrikular Leukomalacia (PVL), kerusakan dan pelunakan materi putih bagian dalam otak yang mentransmisikan informasi antara sel-sel syaraf dan sumsum tulang belakang, juga dari satu bagian otak ke bagian otak yang lain. Biasanya gangguan ini terjadi pada bayi dengan masa gestasi < 32 minggu. g) Bayi BBLR dengan Ikterus. Ikterus adalah warna kulit yang dapat terlihat pada sclera, selaput lendir, kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Keadaan ini merupakan penyakit darah. Bilirubin merupakan hasil penguraian sel darah merah di dalam darah. Penguraian sel darah merah merupakan proses yang dilakukan oleh tubuh badan manusia apabila sel darah merah telah berusia 120 hari. Hasil penguraian hati (hepar) dan disingkirkan dari badan melalui buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK). Ketika bayi berada dalam kandungan sel darah ini akan dikeluarkan melalui uri (plasenta) dan diuraikan oleh hati ibu. Bila kadar bilirubin darah melebihi 2 mg%, maka ikterus akan terlihat namun pada neonatus ikterus masih belum terlihat meskipun kadar bilirubin darah melampaui 5 mg% (Marmi dan Kukuh Rahardjo. (2012) dalam Sadiah, (2015) Perubahan warna kuning pada kulit, membranemukosa, sclera dan organ lain yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Penilaian ikterus menurut KREMER cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk ditempat yang yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut dam lain-lain. (1) Kremer 1 : kepala sampai leher (2) Kremer 2 : Kepala, leher sampai dengan umbilicus 19 (3) Kremer 3 : Kepala, badan, paha sampai lutut. (4) Kremer 4 : Kepala, badan, ekstremitas sampai dengan tangan dan kaki. Tujuan utama penatalaksanaan ikterus adalah untuk mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan bilirubin. Dapat dilakukan dengan menggunakan terapi sinar. h) Kejang Suatu kondisi apabila ditemukan adanya tremor yang disertai adanya penurunan kesadaran, terjadi gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata atau anggota gerak lain, atau terjadi mulut mencucu, terjadi kekakuan seluruh tubuh tanpa adnya rangsangan. Sedangkan pengobatan yang dapat dilakukan pada kondisi bayi kejang : (1) Bebaskan jalan nafas dan berikan oksigen. (2) Atasi masalah kejang dengan pemberian obat anti kejang. (3) Jika terjadi kejang berulang lakukan pemberian fenobarbital 1 kali dosis 30 mg secara IM. (4) Pertahankan kadar gula darah agar tidak menurun. (5) Anjurkan pada ibu agar tetap menjaga kehangatan bayi. (6) Lakukan rujukan segera. i) Hipoglikemia Hipoglikemia adalah kondisi ketidanormalan kadar gula darah bayi yang rendah dan dibawah normal. Bayi yang mengalami hipoglikemia akan memperlihatkan tanda dan gejala sebagai berikut : (1) Gerakan gelisah atau tremor. (2) Apatis. (3) Kejang. (4) Suara tangis yang lemah. (5) Lemah. 20 (6) Letargi. (7) Kesulitan makan. (8) Keringat banyak. (9) Pucat mendadak. (10) Hipotermi. (11) Henti jantung. Apabila bayi mengalami hipoglikemia, maka tindakan penanganan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : (1) Beri dextrose 10% kira-kira 300cc 1x pemberian dan observasi. (2) Pertahankan suhu tubuh dengan cara membungkus bayi dengan kain hangat, jauhkan dari hal-hal yang dapat menyerap panas bayi. (3) Segera beri minum (ASI). (4) Observasi keadaan bayi yaitu : tanda-tanda vital warna kulit. (5) Bila tidak ada perubahan warna selama kurang lebih 24 jam dalam gejala-gejala tersebut segera rujuk ke rumah sakit. j) Gangguan Eliminasi Kerja ginjal masih belum matang. Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna.Ginjal yang imatur baik secara anatomis maupun fungsinya. k) Distensi Abdomen Yaitu kelaianan yang berkaitan dengan usus bayi. Distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang, volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencerna mengabsorbi lemak, laktosa, vitamin yang dan larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang, kerja dari sfingter kadioesofagus memudahkan terjadinya yang regurgitasi belum isi sempurna lambung ke 21 esofagus dan mudah terjadi aspirasi (Yongki dkk. 2012 dalam Sadiah, (2015) l) Gangguan Pencarnaan Saluran pencernaan pada BBLR belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan makanan dengan lemah atau kurang baik. Aktifitas otot pencernaan masih belum sempurna, sehingga pengosongan lambung kurang. m) Gangguan Elektrolit Jumlah cairan yang dianjurkan untuk neonatus yang memerlukan susu botol atau cairan melalui pembuluh darah adalah 60-70 ml/kgBB pada hari pertama, dinaikkan menjadi 100-120 ml/kgBB pada hari ke 2-3, pada hari 4-5 mencapai 150 ml/kgBB dan selanjutnya dapat mencapai 160-180 ml/kgBB/hari. Volume cairan harus disesuaikan dengan kebutuhan setiap bayi. 2) Masalah Jangka Panjang a) Masalah psikis : (1) Gangguan perkembangan dan pertumbuhan Pada BBLR, pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat berkaitan dengan maturitas otak. (2) Gangguan bicara dan komunikasi Pada penelitian longitudinal menunjukan perbedaan bayi berat lahir rendah (BBLR) kemampuan bicaranya akan terlambat dibandingkan bayi lahir normal (BLN) sampai usia 6 tahun. (3) Gangguan neurologi dan kognisi Luaran jangka panjang BBLSR erat berhubungan dengan usia kehamilan dan kelainan neurologi berbanding terbalik dengan derajat imunitas bayi. Hal ini juga berlaku untuk kognisi abnormal atau IQ rendah. (4) Gangguan belajar / masalah pendidikan Sulit menilai untuk Negara berkembang karena faktor kemiskinan juga berperan pada kinerja 22 sekolah.Suatu penelitian longitudinal di Negara maju (UK dan Eropa) menunjukan bahwa lebih banyak anak BBLR dimasukkan kesekolah khusus. (5) Gangguan etansi dan hiperaktif Dulu dikenali sebagai Minimal Brain Disordes, sekarang lebih banyak disebut sebagai AAD dan ADHO.Merupakan gangguan neurologi. Penelitian menunjukan bahwa gangguan ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan. b) Masalah Fisik (1) Penyakit paru kronia. (2) Gangguan penglihatan (Retinopati) dan pendengaran. (3) Kelainan bawaan (kelainan kongenital). (4) Celah bibir atau langit-langit mulut (sumbing). (5) Defek tabung saraf. (6) Kelainan jantung. (7) Defek saluran pencernaan. (8) Sindroma down. (9) Sindroma alkohol pada janin. h. Penatalaksanaan BBLR Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang menyebabkan bayi Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis. Penatalaksanaan menurut (Walyani,2015) : 1) Mempertahankan suhu dengan ketat Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mudah mengalami hipotermia, oleh karena itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat. 2) Mencegah infeksi dengan ketat Dalam penanganan BBLR harus memperhatikan prinsipprinsip pencegahan infeksi karena sangat rentan. Salah satu 23 cara pencegahan infeksi yaitu dengan mencuci tangan sebelum memegang bayi. 3) Pengawasan nutrisi / ASI Reflek menelan dari bayi dengan berat lahir rendah belum sempurna oleh karena itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat. 4) Penimbangan ketat Penimbangan ketat badan harus dilakukan secara ketat karena peningkatan berat badan merupakan salah satu kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat dengan daya tahan tubuh. Adapun penatalaksanaan BBLR menurut (Wong, 2008 dalam Sadiah, 2015) : 1) Dukungan respirasi Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan mempertahankan respirasi.Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periodik apneu. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek edema paru dan retinopathy of prematurity. 2) Termoregulasi Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan 24 pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas (1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C, sedangkan menurut Sauer dan Visser (2006) suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C – 37,3°C. Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2007 dalam Dewi, 2015) : a) Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain sebagai penggantinya. Berat bayi < 1500 gr 1500-2000 gr 2100-2500 gr > 2500 gr 3) b) Pemancar pemanas c) Ruangan yang hangat d) Inkubator Tabel 2.1 Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan berat Suhu inkubator (°C) menurut umur 35°C 34°C 33°C 32°C >5 1-10 hari 11 hari - 3 minggu 3-5 Minggu minggu 11 hari-4 >4 1-10 hari minggu minggu 3 hari-3 >3 1-2 hari minggu minggu 1-2 hari >2 hari Sumber: Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Perlindungan terhadap infeksi Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan denan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi antara lain : a) Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus melakukan cuci tangan terlebih dahulu. 25 b) Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya. c) Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti masker ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan. 4) Hidrasi Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan. 5) Nutrisi Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya. Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha memberi makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan. Toleransi yang berhubungan dengan kemampuan bayi menyusu harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung, 26 saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan stress dan keletihan. Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung. Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah mengalami distensi abdomen yang dapat mempengaruhi 15 pernafasan. 6) Penghematan energi Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi yang dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian , tetapi hanya membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian kegiatan melepas dan memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu, observasi dapat dilakukan tanpa harus membuka pakaian. Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas bernafas, minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi tingkat kebisingan lingkungan dan cahaya yang tidak terlalu terang meningkatkan kenyamanan dan ketenangan sehingga bayi dapat beristirahat lebih banyak. Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm dan menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan, pola tidur-istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktivitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup. PMK akan memberikan rasa nyaman pada bayi sehingga waktu tidur bayi akan lebih lama dan mengurangi stress pada bayi sehingga mengurangi penggunaan energi oleh bayi. 7) Stimulasi Sensori Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus. Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan- 27 mainan yang diletakkan dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual. Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan yang bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara yang paling baik adalah suara dari orang tua atau keluarga, suara dokter, perawat yang berbicara atau bernyanyi. Memandikan, menggendong, atau membelai memberikan rangsang sentuhan. Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK karena selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan lembut punggung bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan mendengarkan suara musik untuk memberikan stimulasi sensori motorik, pendengaran, dan mencegah periodik apneu. KRITERIA KATEGORI Berat lahir bayi < 2500 gram Bayi berat lahir sangat Bayi berat lahir rendah (BBLR) rendah (BBLSR) Berat lahir <1500 gram Berat lahir 1500-2000 gram PENILAIAN PENANGANAN Puskesmas Rumah sakit Keringkan secepatnya dengan handuk hangat. Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering dan hangat. Beri lingkungan hangat dengan cara kontak kulit ke kulit dan/ bungkus BBLSR dengan kain hangat. Beri lampu 60 watt, dengan jarak minimal 60 cm dari bayi. Kepala bayi ditutup topi. Beri oksigen. Tali pusat dalam keadaan bersih. Tetes ASI bila dapat Beri ASI. menelan. Bila tidak Bila tidak dapat dapat menelan, menghisap, bisa menelan langsung dirujuk. langsung tetesi langsung dari puting. Bila tidak dapat menelan, Rujuk ke rumah sakit. langsung dirujuk. Sama dengan di atas. Beri minum dengan sonde/ tetesi ASI. Bila tidak mungkin, infus dekstrose 10% + Bicarbonas Natricus 1,5% = 4 :1 Hari 1 : 60 cc/kg/hari hari 2 : 70 cc/kg/hari Antibiotika 28 i. Bila tidak dapat menghisap puting susu/ tidak dapat menelan langsung/ sesak/ biru/ tanda-tanda hipotermia berat, terangkan kemungkinan akan meninggal. . Gambar 2.1 Bagan penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah Sumber :Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Perawatan Metode Kanguru/Kangaroo Mother care 1) Pengertian Perawatan metode kanguru merupakan suatu caraagar BBLR terpenuhi kebutuhan khusus mereka terutama dalam memertahankan kehangatan suhu tubuh (buku saku pelayanan kesehatan neonatal esensial, 2012). Perawatan metode kanguru adalah sebagai suatu cara perawatan untuk bayi BBLR terutama dengan berat lahir < 2000 gram melalui kontak kulit dengan kulit antara ibu dengan bayinya dimulai di tempat perawatan diteruskan di rumah, dikombinasi dengan pemberian ASI yang bertujuan agar bayi tetap hangat (Depkes RI 2004). 2) Manfaat Perawatan Metode Kanguru Perawatan metode kanguru memberikan manfaat tidak hanya untuk perkembangan kesehatan bayi tetapi juga bagi penyembuhan psikologis ibu sehubungan dengan kelahiran preterm dan memperoleh kembali peran keibuan. Adapun manfaat perawatan metode kanguru sebagai berikut (Depkes RI, 2008). a) Manfaat pada bayi (1) Mempertahankan suhu tubuh, denyut jantung, dan frekuensi pernapasan relatif terdapat dalam batas normal. (2) Memperkuat sistem imun bayi sehingga menurunkan kejadian infeksi nosokomial, penyakit berat, atau infeksi saluran pernafasan bawah. 29 (3) Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang menenangkan sehingga menurunkan stress pada bayi. (4) Menurunkan respon nyeri fisiologis dan perilaku (5) Meningkatkan berat badan dengan lebih cepat dan memperbaiki pertumbuhan pada bayi prematur. (6) Meningkatkan ikatan ibu dan bayi. (7) Memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan perkembangan kognitif bayi. (8) Waktu tidur bayi menjadi lebih lama. (9) Memperpendek masa rawat. (10) Menurunkan resiko kematian dini pada bayi. (11) Mencegah kolik pada bayi. (12) Meningkatkan perkembangan motorik bayi. (13) Mempertahankan homeostasis. b) Manfaat bagi ibu Berdasarkan beberapa penelitian, PMK memberikan manfaat pada ibu antara lain : (1) Mempermudah pemberian ASI (2) Ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi. (3) Hubungan lekat antara ibu dan bayi lebih baik. (4) Ibu lebih sayang pada bayinya. (5) Memberikan pengaruh psikologis ketenangan bagi ibu. (6) Meningkatkan produksi ASI. (7) Meningkatkan lama menyusui dan kesuksesan dalam menyusui. c) Manfaat bagi petugas kesehatan Memberikan manfaat dari segi efisiensi tenaga, karena ibu lebih banyak merawat bayinya sendiri. Dengan demikian beban kerja petugas akan berkurang. d) Manfaat bagi institusi kesehatan Ada tiga manfaat bagi fasilitas pelayanan kesehatan melalui penerapan PMK yaitu: 30 (1) Lama perawatan lebih pendek, sehingga tempat perawatan dapat digunakan bagi pasien lain yang memerlukan (2) Pengurangan penggunaan fasilitas (listrik, inkubator, alat canggih lain) (3) Efisiensi anggaran B. Teori Managemen Kebidanan 1. Pengertian Magemen Kebidanan Managemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh karena itu managemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/ kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawab (Estiwidani, dkk, 2012). Menegemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut managemen kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan (Soepardan, 2012 dalam Dewi, 2015) Menejemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi (Hidayat dan Mufdillah, 2013). 2. Manajemen Varney a. Langkah 1 (Pengumpulan data) Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien/ orang yang meminta asuhan. b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar) Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa interpretasi atau yang masalah dan kebutuhan benar atas data-data klien yang berdasarkan dikumpulkan, diinterpretasi sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. c. Langkah III (Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial) 31 Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. d. Langkah IV (Mengidentifiksi dan menerapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera) Beberapa data menunjukan situasi emergensi dimana bidan perlu bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data menunjukan situasi yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter. e. Langkah V (Merencanakan asuhan yang komprehensif/ menyeluruh) Perencanaan supaya terarah, dibuat pola fikir dengan langkah sebagai berikut : tentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan yang berisi tentang sasaran/ target dan hasil yang akan dicapai, selanjutnya ditentukan rencana tindakan sesuai dengan masalah/ diagnose dan tujuan yang akan dicapai. f. Langkah VI (Melaksanakan perencanaan) Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau tim kesehatan lainnya. Situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter dan keterlibatan dalam manajemen, bidan juga bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh. g. Langkah VII (Evaluasi) Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi keefektivan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. 3. Pencatatan Asuhan Kebidanan Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan. Kriteria pencatatan asuhan kebidanan dilakukan segera setelah melakukan asuhan pada formulir yang tersedia 32 (Rekam medis/ KMS/ status pasien/buku KIA) ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP (Permenkes RI, 2007 dalam Sadiah, (2015) Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan kebidanan pada bayi dengan berat badan lahir rendah dengan SOAP menurut Varney (2007), yaitu : a. S : Subyektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. b. O : Obyektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan pasien, hasil laboratorium dan tes diagnostik yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I c. A : Analisa/ Assesment Menggambarkan pendokumentasian analisa dan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi 1) Diagnosa masalah 2) Antisipasi diagnosa/masalah potensial 3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter kolaborasi atau rujukan d. Planning Menggambarkan pendokumentasian, perencanaan (P) dan evaluasi (E) berdasarkan analisa. C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah Konsep dasar asuhan kebidanan pada Neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah, diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan (Varney, 2008) : 1. Langkah I : Pengkajian Data Dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat 33 dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.Untuk memperoleh data, dilakukan melalui anamnesis (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010 dalam Dewi 2015). a. Data subjektif 1) Identitas pasien a) Nama Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010 dalam Dewi 2015). b) Usia Data ini ditanyakan untuk menentukan apakah bayi beresiko karena usia atau tidak (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010 dalam Dewi 2015). c) Agama Sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan mental dan spiritual terhadap pasien dan keluarga (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010 dalam Dewi 2015). d) Suku bangsa Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh pasien dan keluarga (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010 dalam Dewi 2015). e) Alamat Selain sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010 dalam Dewi 2015). 2) Riwayat Kehamilan dan persalinan yang lalu a) Riwayat Kehamilan Untuk jumlah anak mengetahui jumlah kehamilan (gravida), yang hidup, jumlah kelahiran prematur, jumlah keguguran, kehamilan dengan tekanan darah tinggi, berat bayi <2,5 atau 4 kg, dan masalah lain (Astuti, 2012 dalam sadiah, 2015). Pada kasus ini didapatkan riwayat kehamilan ibu G2P1A0 usia kehamilan 37 minggu. 34 b) Riwayat Persalinan Untuk mengetahui apakah pasien bersalin secara pervaginam, melalui bedah sesar, dibantu forcep atau vakum (Astuti, 2012 dalam sadiah, 2015). Dalam kasus ini ibu memiliki riwayat BBLR, berat badan lahir 1800 gram dan ditolong oleh paraji. b. Data Objektif Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosa. Bidan melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara berurutan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010 dalam Dewi, 2015). 1) Keadaan umum Data ini di dapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan dengan kriteria baik atau lemah (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010 dalam Dewi, 2015). Dalam kasus BBLR ini keadaan umum bayi baik. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah yang sehat umumnya memiliki keadaan umum baik (Proverawati dan Cahyo, 2010). 2) Pemeriksaan Fisik a) Tanda-tanda Vital (1) Denyut Jantung Denyut jantung bayi bisa didengar menggunakan stetoskop (Debora, 2012 dalam Karwi, 2012). Pada kasus BBLR ini denyut jantung bayi 142 x/ menit. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah yang sehat umumnya mempunyai denyut jantung normal (Proverawati dan Cahyo, 2010). (2) Suhu Perbedaan antara panas yang dihasilkan tubuh dengan jumlah panas yang dilepaskan ke lingkungan (Debora, 2012 dalam Karwi, 2015). Pada kasus ini suhu bayi 37⁰ c. Bayi BBLR mudah sekali mengalami hipotermi oleh sebab itu harus di pantau 35 dengan ketat (Walyani, 2015). (3) Respirasi Mekanisme mengeluarkan yang dilakukan karbondioksida tubuh untuk udara dan ke mendapatkan oksigen dari udara untuk dibawa ke sel tubuh (Debora, 2012 dalam Karwi, 2012). Dalam kasus ini respirasi bayi adalah 42 x/ menit. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah yang sehat umumnya respirasinya normal (Proverawati dan Cahyo, 2010). b) Panjang Badan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah memiliki panjang badan < 46 cm (Proverawati & Cahyo). Pada kasus ini panjang badan bayi diukur dengan menggunakan metlin. Panjang badan bayi 47 cm. Tanda-tanda BBLR yaitu panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm (Proverawati dan Cahyo, 2010). c) Berat Badan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah memiliki berat badan < 2500 gram (Proverawati & Cahyo). Pada kasus ini Berat Badan Bayi 2100 gram. Tanda-tanda BBLR yaitu berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram (Proverawati dan Cahyo, 2010). 3) Pemeriksaan Sistematis (1) Kepala : ubun-ubun besar dan kecil tidak Ada kelainan, tidak ada moulage, Tidak ada caput suksedaneum, Tidak ada cepal. (2) Mata : simetris, bersih, tidak bernanah, kulit tidak ada kelainan. (3) Mulut : simetris, bibir lembab dan merah muda, reflek rooting ada, reflek sucking ada, reflek swallowing ada. (4) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. 36 (5) Dada : sistematis, pernafasan normal, bunyi jantung regular, dua puting susu normal, tidak ada bunyi wheezing. (6) Abdomen : simetris, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada benjolan sekitar umbilical, tali pusat belum puput, perut keras saat menangis. (7) Ekstremitas : bergerak aktif dengan jumlah jari lengkap. (8) Genetalia : labia mayora menutupi labia minora, lubang uretra ada, lubang anus ada. 2. Langkah II : Interpretasi Data Pada langkah ke dua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan data satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta. Diagnosa Kebidanan nya adalah Neonatus Cukup Bulan, Kecil Masa Kehamilan umur 1 jam dengan Berat Badan Lahir Rendah. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (NCB-KMK) (Proverawati dan Cahyo, 2010). Data Subjektif 1) Tanggal dan waktu bayi lahir 2) Identitas bayi dan orangtua 3) Riwayat kehamilan ibu Data objektif : Keadaan umum, BB, PB, LK, LD, LLA, Denyut Jantung, Pernafasan, Suhu 3. Langkah III : Merumuskan Diagnosa Potensial Pada langkah ini ke tiga ini mengidentifikasikan masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang ada. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan 37 pencegahan. Sambil mengamati pasien, bidan diharapkan bila diagnosis atau masalah potensial benar–benar terjadi (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010 dalam Dewi 2015). Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada Neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah menurut Proverawati dan Cahyo (2010), antara lain: hipotermi, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan sindrom aspirasi mekonium. 4. Langkah ke empat : Antisipasi/tindakan segera Tindakan ini dilakukan jika ditemukan adanya diagnosa potensial dengan tujuan agar dapat mengantisipasi masalah yang mungkin muncul sehubungan dengan keadaan yang dialaminya (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010 dalam Dewi, 2015). Tindakan segera Bayi Berat lahir rendah mudah mengalami hipotermia, oleh karena itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat Walyani, (2015). 3. Langkah ke lima : Rencana Tindakan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat meliputi pengetahuan, teori yang terbaru, evidence based care, serta divalidasi dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan apa perencanaan sebaiknya pasien dilibatkan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010 dalam Dewi, 2015). Pada kasus ini perencanaannya menjaga kehangatan bayi, melakukan pengukuran antropometri, pemberian tetes mata gentamicin 1%, melakukan Neo K, menginformasikan kepada ibu dan ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya pada bayi dan mengenai ASI melalui konseling (Proverawati & Cahyo). 4. Langkah ke enam : Penatalaksanaan Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi dari perencanaan sebagian dilakukan oleh bidan, (Sulistyawati dan Nugraheny 2010 Dewi, 2015). Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah Pada kasus ini menjaga kehangatan bayi, melakukan pengukuran antropometri, pemberian tetes mata gentamicin 1%, melakukan Neo K, 38 menginformasikan kepada ibu dan ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya pada bayi dan mengenai ASI melalui konseling ( Proverawati & Cahyo). 5. Langkah ke tujuh : Evaluasi Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada pasien. Kita mengacu kepada beberapa pertimbangan yaitu tujuan asuhan kebidanan, efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah, dan hasil asuhan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010 dalam Dewi, 2015). Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 10 hari hasil yang didapatkan adalah keadaan umum baik, reflek rooting sucking swallowing positif dan kuat, BB bayi mengalami kenaikan sebanyak 500 gram yaitu dari 2100 gram. D. Kewenangan Bidan Kewenangan bidan terhadap asuhan bayi baru lahir yang terdapat dalam PermenkesNo. 1464/Menkes/per/X/2010 pasal 11 dan pasal 13 yaitu : Pasal 11 1. Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada pasal 9 huruf B diberikan pada bayi baru lahir, anak balita, dan anak pra sekolah. 2. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berwenang untuk : a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencagahanhipotermi, inisiasi menyusui dini, injeksi vit K1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0 – 28 hari) dan perawatan tali pusat. b. Penanganan bayi baru lahir dengan hipotermi dan segera merujuk Pasal 13 1. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, pasal 11, bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi : a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, dan pemberian pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit. b. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan. DAFTAR PUSTAKA Al-Quran Surat An-Nahl : 78. Depkes RI. (2009) Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia. [internet] tersedia dalam http://niahamida.wordpress.com/2015/06/02/strategi-efektif-penurunanaki-dan-akb-di-indonesia/. [diakses 14 Mei 2016]. Dewi, I.T.J. (2015) Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. U dengan Berat Badan Lahir Rendah di BPM. Bd Siti Fatimah, SST. Laporan Tugas Akhir. STIKes Muhammadiyah Ciamis. Dewi, V.N.L. (2010) Asuhan Kebidanan Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika. Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, (2015) Angka Kematian Bayi. Dinkes Jabar. (2004) Profil Kesehatan Propinsi Jawa Barat 2014. [internet] tersedia dalam http://www.dinkesjabar.go.id/. [diakses 23 Maret 2016]. Estiwidan, D, dkk. (2008) Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya Fraser, dkk. (2013) Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC. Hidayat, Asri dan Mufdillah. (2013) Catatan Kuliah Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press. Karwi. (2015) Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir dengan berat badan lahir rendah di ruang Perinatologi RSUD Ciamis. Laporan Tugas Akhir. STIKes Muhammadiyah Ciamis. Kementrian Kesehatan RI., Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. (2012) Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: WHO UNICEF dan Save the Children. Maryunani, Anik Nurhayati. (2009) Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit pada Neonatus. Jakarta: Cv. Trans Info Media. Muslihatun, WN. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya. Neneng Siti Latifah. (2013) Hubungan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan Kematian Neonatal di RSUD. dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2013. Jurnal Kebidanan [internet] tersedia dalam ejurnal.malahayati.ac.id. [diakses 23 Maret 2016]. Nita Merzalia. (2012) Determinan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Kabupaten Belitung Timur Kepulauan Bangka Belitung Tahun 20112012. Jurnal [internet] tersedia dalam lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320230-S-Nita%20Merzalia.pdf. [diakses 20 Maret 2016]. Permenkes. (2010) Kewenangan Bidan. [internet] tersedia dalam http://www.profesibidan.com/2015/04/kewenangan-bidan-html?m=1. Prawihardjo, Sarwono. (2010) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. Proverawati Atikah, dan Ismawati Cahyo, S. (2010) BBLR: Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuhamedika. Sadiah, A.S. (2015) Asuhan Kebidanan Pada Neonatus dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Kabupaten Ciamis. Laporan Tugas Akhir. STIKes Muhammadiyah Ciamis. SDKI. (2012) Angka Kematian Bayi dan Angka Kejadian BBLR. Jurnal [internet] tersedia dalam http://eprints.undip.ac.id. [diakses 29 Mei 2016]. Sitiatava, R,P. (2012) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Untuk Keperawatan dan Kebidanan. jogjakarta: D Medika. Sudarti. (2010) Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika. Sukarni, Icesmi dan Sudarti. (2014) Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko Tinggi. Jakarta: Nuha Medika. Walyani, E.S., Purwoastuti, T.E. (2015) Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta.