BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dikembangkan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan. Kompetensi dalam Kurikulum 2013 adalah mengembangkan potensi anak sesuai dengan konsep pendidikan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional yaitu kecerdasan dan ketrampilan. Kecerdasan yang dimiliki anak berupa kecerdasan intelektual (inteligence quotient)/IQ, kecerdasan emosional (emotional quotient)/EQ dan kecerdasan spiritual (spiritual quotient)/SQ. Ketiga kecerdasan ini dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa, salah satu yang paling berpengaruh adalah kecerdasan intelektual atau inteligensi. Inteligensi adalah kemampuan berpikir abstrak, kemampuan mengetahui masalah atau situasi baru dan kemampuan menerima hubungan yang kompleks. Kemampuan inteligensi dapat diukur dengan tes inteligensi. Di SMAK Giovanni Kupang tes intelegensi dilakukan untuk mengetahui tingkat inteligensi siswa sehingga mudah dalam mengelompokan siswa ke dalam jurusan sesuai dengan kemampuan inteligensi siswa itu sendiri. Berdasarkan data di sekolah anak dengan angka inteligensi berkisar dari normal sampai jenius rata-rata ditempatkan dalam kelas IPA/MIPA (sumber: SMAK Giovanni Kupang). Sekolah menganggap anak dengan tingkat inteligensi yang tinggi mampu berpikir abstrak serta mudah dalam menyelesaikan masalah yang kompleks. Pandangan ini kadang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Pada saat pelaksanaan kegiatan praktek pengalaman lapangan anak dengan tingkat intelegensi yang tinggi kadang menganggap bahwa kelas yang ia tempati memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Mata pelajaran yang harusnya dapat dipelajari dengan baik sesuai dengan tingkat kemampuannya dianggap menjadi sangat sulit. Hal itu terjadi karena siswa acuh tak acuh dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan observasi selama kegiatan praktek pengalaman lapangan, ketika diberikan tugas rumah siswa tidak mampu menyelesaikan tugasnya sendiri berdasarkan kemampuan yang mereka miliki namun mereka menjiblak dari teman yang lain saat tiba disekolah akibatnya saat dilakukan evaluasi hasilnya kadang tidak sesuai dengan angka inteligensi siswa tersebut. Hal tersebut menandakan bahwa siswa belum dapat menggunakan kemampuannya dengan baik dalam kegiatan pembelajaran. Sesunggunya jika ia mampu menggunakan kemampuan inteligensinya saat belajar dengan baik maka hasil belajarnya akan meningkat sesuai dengan kemampuan yang ia miliki. Berdasarkan pandangan di atas dan didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bergita Wuwur (2014:123) yang menyatakan bahwa kecerdasan intelektual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar. Jika kecerdasan intelektual yang dimiliki anak tidak dapat dikembangkan dengan baik dalam pembelajaran maka hasil belajar anak tidak akan mencapai target yang diharapkan. Dalam mencapai target hasil belajar, kurikulum 2013 juga mengembangkan aspek keterampilan anak. Salah satu keterampilan yang dikembangkan adalah keterampilan sosial. Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk mengatasi masalah yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan serta dapat menyesuaikan diri dengan aturan dan norma yang berlaku (Thalib, 2010:159). Keterampilan sosial seorang anak dapat dilihat dari caranya berinteraksi saat menemukan masalah dalam suatu kelompok, serta bagaimana dia menyesuaikan diri dengan kondisi kelompok yang ada. Keterampilan siswa dikatakan tinggi jika siswa mampu menunjukan ciri keterampilan sosial seperti memiliki kesadaran situsional atau sosial, kecakapan ide, efektivitas, dan pengaruh kuat dalam melakukan komunikasi dengan orang atau kelompok lain, berkembangnya sikap empati, atau kemampuan individu melakukan hubungan dengan orang lain pada tingkat yang lebih personal, serta terampil berinteraksi. Berdasarkan hasil pengamatan di sekolah, saat pembelajaran guru memberikan suatu permasalahan untuk diselesaikan dalam kelompok. Anak dengan keterampilan sosial yang baik akan berusaha menyelesaikan masalah tersebut melalui interaksi antara teman dalam kelompok ataupun dengan guru. Anak dengan keterampilan sosial yang kurang baik cenderung diam didalam kelompok. Selain itu ada yang tidak akan mempedulikan masalah yang ada, ia akan berperilaku seperti tidak ada masalah dan cenderung membahas diluar topik permasalahan. Hasil observasi juga didukung dengan hasil angket keterampilan sosial. Dari angket, rata-rata keterampilan sosial siswa sebesar 65 dengan kategori tinggi namun pada ciri kesadaran situasional, dari 32 siswa, 52 % siswa belum pekah terhadap situasi sosial seperti tidak senang mengerjakan tugas kelompok dengan tenang dan fokus serta senang bercerita selama diskusi kelompok berlangsung. Apabila anak acuh tak acuh dalam menyelesaikan masalah yang diberikan maka informasi yang ia dapat dari masalah tersebut sangat minim dibandingkan dengan anak yang aktif dalam menyelesaikan masalah dalam kelompok tersebut. Hal ini berdampak pada evaluasi hasil pebelajaran dimana jika diberikan quis saat selesai pembelajaran anak yang aktif akan memperoleh nilai jauh lebih baik dibandingkan anak yang acuh tak acuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Naijan (2014:15) menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sikap sosial (social Skill) siswa terhadap hasil belajar. Jika ketrampilan sosial siswa baik maka hasil belajarnya akan cenderung baik ketika diberikan evaluasi pembelajaran secara keseluruhan. Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui kemampuan yang diperoleh siswa saat kegiatan pembelajaran. Kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar disebut hasil belajar (Purwanto, 2011:106). Hasil belajar siswa dikatakan baik apabila mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM). Di SMAK Giovanni Kupang standar ketuntasan minimum yang ditetapkan adalah 76 namun, masih banyak siswa yang belum mencapai KKM tersebut. Berikut adalah data hasil observasi nilai rata-rata siswa kelas XI IPA semester genap SMAK Giovanni Kupang Tabel 1.1 Nilai rata-rata siswa kelas XI IPA Semester Genap No Tahun Pelajaran Nilat rata-rata Hidrolisis Garam 1 2011/2012 70,35 2 2012/2013 71,48 3 2013/2014 71,78 (sumber: Hasil observasi SMAK Giovanni Kupang). Untuk mencapai KKM tersebut siswa harus aktif menemukan dan mengolah informasi dengan kemampuannya sendiri melalui interaksi dengan teman dan guru di kelas ataupun melalui berbagai sumber belajar serta mampu menggunakan kemampuan yang ia miliki dengan baik. Oleh karena itu pembelajaran harus didesain berpusat pada anak, sehingga ketika masalah diberikan anak cenderung aktif mencari dan menemukan informasi sendiri melalui kerja sama dan interaksi dalam kelompok. Pendekatan pembelajaran yang cocok digunakan adalah pendekatan discovery learning. Discovery learning merupakan pendekatan kognitif dalam pembelajaran dimana guru menciptakan situasi sehingga siswa dapat belajar sendiri. Pembelajaran dengan pendekatan ini menggunakan proses penemuan yang didesain oleh guru sehingga siswa dapat menemukan atau membuktikan kembali suatu konsep berupa definisi-definisi atau kesimpulan. Selain itu siswa juga dilatih untuk mengembangkan fakta-fakta, membangun konsep untuk menerangkan fenomena-fenomena yang dihadapinya. Dengan pendekatan ini siswa akan lebih aktif menemukan informasi sendiri dan membantunya mengembangkan potensi yang ia miliki sebaik mungkin dalam pembelajaran kimia di kelas. Dalam pembelajaran kimia kelas XI MIPA semester genap terdapat materi Hidrolisis Garam. Materi hidrolisis garam mempelajari tentang sifat sifat garam yang terhidrolisis, tetapan hidrolisis dan pH garam yang terhidrolisis. Berdasarkan angket tingkat kesukaran materi kimia di semester genap materi hidrolisis garam merupakan materi yang sulit setelah materi kelarutan-hasil kali kelarutan dan larutan penyangga. Oleh karena itu dalam pembelajaran di kelas diharapkan guru mengunakan model, metode ataupun pendekatan yang sesuai dengan isi materi tersebut. Pendekatan yang digunakan harus membuat siswa aktif menemukan informasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki baik dalam kelompok maupun individu sehingga siswa akan memperoleh informasi bagaimana cara mengidentifikasi larutan garam, menjelaskan dan menganalisis reksi hidrolisis garam serta mampu menentukan pH larutan garam. Pendekatan yang cocok untuk materi ini salah satunya adalah pendekatan discovery learning. Pendekatan discovery learning adalah pendekatan yang memungkinkan siswa belajar menemukan sendiri dan bukan sekedar menghafal sehingga siswa lebih memahami materi atau konsep yang dipelajari. Jika siswa aktif menemukan sendiri informasi secara kelompok maupun individu maka kecerdasan intelektual dan keterampilan sosial yang dimiliki siswa dapat dikembangkan dengan baik sehingga diharapkan akan berpengaruh pada hasil pembelajaran. Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian: “ Pengaruh Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient) dan Keterampilan Sosial (Social Skill) Terhadap Hasil Belajar Melalui Pendekatan Discovery learning Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang Tahun Pelajaran 2014/2015 ” B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana efektifitas pembelajaran dengan menggunakan pendekatan discovery learning pada materi pokok hidrolisis garam siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015? Secara terperinci dapat dituliskan sebagai berikut; a. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan pendekatan discovery learning pada materi pokok hidrolisis garam siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015? b. Bagaimana ketuntasan indikator dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan discovery learning pada materi pokok hidrolisis garam siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015? c. Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan discovery learning pada materi pokok hidrolisis garam siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015? 2. Bagaimana kecerdasan intelektual siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015? 3. Bagaimana keterampilan sosial siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015? 4. a. Adakah hubungan kecerdasan intelektual dengan hasil belajar siswa dalam penerapan pendekatan discovery learning pada materi pokok hidrolisis garam siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015? b. Adakah hubungan keterampilan sosial dengan hasil belajar kimia dalam penerapan pendekatan discovery learning pada materi pokok hidrolisis garam siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015? c. Adakah hubungan kecerdasan intelektual dan keterampilan sosial siswa dengan hasil belajar kimia dalam penerapan pendekatan discovery learning pada materi pokok hidrolisis garam siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015? 5. a. Adakah pengaruh kecerdasan intelektual terhadap hasil belajar siswa dalam penerapan pendekatan discovery learning pada materi hidrolisis garam siswa Kelas XI MIPA di SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015 ? b. Adakah pengaruh keterampilan sosial terhadap hasil belajar kimia dalam penerapan pendekatan discovery learning pada materi pokok hidrolisis garam siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015? c. Adakah pengaruh kecerdasan intelektual dan keterampilan sosial siswa terhadap hasil belajar kimia dalam penerapan pendekatan discovery learning pada materi pokok hidrolisis garam siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mendeskripsikan efektifitas pembelajaran dengan menggunakan pendekatan discovery learning pada materi pokok hidrolisis garam siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015 yang didasarkan pada: a. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan pendekatan discovery learning pada materi pokok hidrolisis garam siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015 b. Ketuntasan indikator dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan discovery learning pada materi pokok hidrolisis garam siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015 c. Ketuntasan hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan discovery learning pada materi pokok hidrolisis garam siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015 2. Mengetahui kecerdasan intelektual siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015 3. Mengetahui keterampilan sosial siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015 4. a. Mengetahui ada tidaknya hubungan kecerdasan intelektual dengan hasil belajar siswa dalam penerapan pendekatan discovery learning pada materi pokok hidrolisis garam siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015 b. Mengetahui ada tidaknya hubungan keterampilan sosial dengan hasil belajar kimia dalam penerapan pendekatan discovery learning pada materi pokok hidrolisis garam siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015 c. Mengetahui ada tidaknya hubungan kecerdasan intelektual dan keterampilan sosial siswa dengan hasil belajar kimia dalam penerapan pendekatan discovery learning pada materi pokok hidrolisis garam siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015 5. a. Mengetahui ada tidaknya pengaruh kecerdasan intelektual terhadap hasil belajar siswa dalam penerapan pendekatan discovery learning pada materi pokok Hidrolisis Garam siswa Kelas XI IPA di SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015 b. Mengetahui pengaruh keterampilan sosial terhadap hasil belajar kimia dalam penerapan pendekatan discovery learning pada materi pokok hidrolisis garam siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015 c. Mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual dan keterampilan sosial siswa terhadap hasil belajar kimia dalam penerapan pendekatan discovery learning pada materi pokok hidrolisis garam siswa Kelas XI MIPA SMAK Giovanni Kupang tahun pelajaran 2014/2015 D. Manfaat penelitian 1. Bagi siswa a. Dapat membantu siswa meningkatkan pemahamannya tentang materi hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari. b. Dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan laboratorium dan keterampilan berdiskusi di kelas. c. Dapat membantu siswa meningkatkan hasil belajarnya. 2. Bagi guru Memotivasi guru untuk melakukan penelitian yang bermanfaat dalam memperbaiki pembelajaran menuju ke arah yang lebih baik. E. Batasan Penelitian Batasan penelitian dalam penelitian ini adalah : 1) Penelitian ini dilakukan pada SMA Katolik Giovanni Kupang. 2) Sampel penelitian adalah siswa kelas XI MIPA Tahun ajaran 2014/2015. 3) Hasil belajar siswa dilihat dari aspek sikap spiritual untuk KI 1, aspek sikap sosial untuk KI 2, aspek pengetahuan untuk KI 3 dan aspek keterampilan untuk KI 4. 4) Pengetahuan yang digunakan adalah dari tingkat pengetahuan konseptual, prinsiptual, prosedural dan metakognitif. 5) Domain kognitif yang digunakan adalah dari C1 sampai C4 6) Materi yang digunakan adalah hidrolisis garam. 7) Pembelajaran menggunakan pendekatan discovery learning. Model yang dipakai adalah discovery terbimbing. F. Batasan Istilah Batasan istilah dalam penelitian ini adalah 1. Pengaruh Pengaruh adalah efek atau akibat yang diberikan variabel bebas kepada variabel tak bebas (Sudjana, 2000:13). 2. Kecerdasan intelektual Kecerdasan intelektual adalah kemampuan untuk mengetahui masalah serta kondisi baru, kemampuan berpikir abstrak, kemampuan menerima hubungan yang kompleks (Purwanto, 2011:52). 3. Keterampilan sosial Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk mengetasi masalah-masalah yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan serta dapat menyesuaikan diri dengan norma dan nilai yang berlaku (Thalib, 2010:159). 4. Discovery learning Pendekatan discovery learning adalah pengajaran yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran (Kemendikbud, 2013:264). 5. Hasil belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011:38)