Perkembangan Dan Perilaku Kawin Penggerek

advertisement
PERKEMBANGAN DAN PERILAKU KAWIN PENGGEREK
BATANG PADI KUNING, Scirpophaga incertulas WALKER,
PADA TIGA VARIETAS PADI
NISHE FRANSISKA
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ABSTRAK
NISHE FRANSISKA. Perkembangan dan Perilaku Kawin Penggerek Batang Padi Kuning,
Scirpophaga incertulas Walker, pada Tiga Varietas Padi. Dibimbing oleh RIKA RAFFIUDIN dan
I MADE SAMUDRA.
Scirpophaga incertulas merupakan salah satu serangga penting pada tanaman padi di
Indonesia dan dapat menginfestasi tanaman dari stadia vegetatif sampai generatif. Beberapa
varietas padi yang dikenal di Indonesia diantaranya adalah varietas Pelita, IR42 dan Cisadane.
Padi varietas IR42 dan Cisadane memiliki gen yang tahan terhadap wereng batang coklat namun
ketiga varietas belum ada yang tahan terhadap penggerek batang padi kuning. Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari perkembangan larva menjadi imago S. incertulas pada padi varietas
IR42, Pelita dan Cisadane dan mengamati perilaku kawin serangga tersebut. Ketiga varietas padi
ditanam secara bergilir dengan interval 2 minggu selama 45 hari. Inokulasi larva penggerek instar
1 dilakukan pada umur padi 45 hari dan dipelihara di rumah kaca sampai imago keluar. Sepasang
imago S. incertulas dimasukkan ke dalam gelas plastik untuk diamati. Perilaku kawin S. incertulas
direkam di ruang gelap menggunakan handicam infra merah. Imago S. incertulas mulai keluar
pada hari ke-36 setelah inokulasi larva. Imago jantan keluar 1-4 hari lebih cepat daripada imago
betina dengan rentang hari keluar adalah 15-21 hari. Jumlah imago S. incertulas keluar paling
rendah pada padi varietas Cisadane, sedangkan pada varietas IR42 dan Pelita hampir sama. Tahaptahap perilaku kawin S. incertulas antara lain betina calling, aktivitas jantan sebelum kawin
(kopulasi) dan kopulasi. Serangga jantan merespon serangga betina yang sedang calling dengan
mendekati serangga betina untuk kopulasi. Kopulasi diamati selama 1 jam antara pukul 03:0004:00. Informasi tentang perilaku kawin S. incertulas dapat dimanfaatkan sebagai biokontrol
serangga ini dengan metode penghambatan kawin menggunakan feromon sintetik.
Kata kunci : Crambidae, imago, kopulasi, calling
ABSTRACT
NISHE FRANSISKA. Development and Mating Behaviour of Yellow Rice Stem Borer,
Scirpophaga incertulas Walker, on Three Varieties of Rice. Supervised by RIKA RAFFIUDIN
and I MADE SAMUDRA.
Scirpophaga incertulas is one of important insect in Indonesia that infest rice plant from
vegetative to generative phase. Several planted rice varieties in Indonesia are Pelita, IR42, and
Cisadane. Rice variety of IR42 and Cisadane have resistant gene for brown plant hopper, but all
three varieties are not resistant for yellow rice stem borer. This research was aimed to study the
development of S. incertulas on rice varieties of IR42, Cisadane, and Pelita and observe their
mating behaviour. Those three rice varieties were planted for 45 days with two weeks planting
interval. The first larvae inoculation was carried out at day 45 after plantation and reared at
greenhouse until imagoes emergence. One pairs of imago S. incertulas was put in plastic cup.
Mating behaviour was recorded in the dark room using infrared handycam. Imago S. incertulas
was started emergence at day 36 after inoculation larvae. Male imago was emerged 1-4 days
earlier than female. Ranging day emergence of imago was started from 15-21 days. The lowest
total number imagoes emerged was from rice variety of Cisadane, whereas almost the same
number of imagoes emerged from rice varieties of IR42 and Pelita. Mating behaviours of S.
incertulas were commenced by female calling followed by male premating activity and end by
copulation. Male moth was responded the female calling by approaching the females for
copulation. Copulation of the moth observed in one hour at 03:00-04:00 am. The information of
mating behaviour can be used as bio-control of S. incertulas by mating disruption methods with
synthetic pheromone.
Key words: Crambidae, imago, copulation, calling
PERKEMBANGAN DAN PERILAKU KAWIN PENGGEREK
BATANG PADI KUNING, Scirpophaga incertulas WALKER,
PADA TIGA VARIETAS PADI
NISHE FRANSISKA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Skripsi : Perkembangan dan Perilaku Kawin Penggerek Batang Padi
Kuning, Scirpophaga incertulas Walker, pada Tiga Varietas
Padi
Nama
: Nishe Fransiska
NIM
: G34070054 Menyetujui,
Dr. Ir. Rika Raffiudin, M. Si
Pembimbing I
Dr. Ir. I Made Samudra, M. Sc
Pembimbing II
Mengetahui,
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M. Si
Ketua Departemen Biologi
Tanggal Lulus:
5
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirabbilalamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini
yang berjudul “Perkembangan dan Perilaku Kawin Penggerek Batang Padi Kuning, Scirpophaga
incertulasWalker, pada Tiga Varietas Padi”. Karya ilmiah ini ditulis dengan usaha yang keras dan
waktu yang lama. Tak lupa shalawat serta salam penulis junjungkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan umatnya sampai akhir zaman. Semoga kita
termasuk golongan pengikut nabi yang taat kepada Allah SWT.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Rika Raffiudin, M. Si dan Dr. Ir. I
Made Samudra, M. Sc selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan banyak ilmu,
pengalaman, dan arahan selama penelitian dan proses penulisan. Dan terimakasih pula penulis
sampaikan kepada Dr. Anja Meryandini, M. S selaku dosen penguji.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Yusuf yang telah membantu
penulis selama penelitian, dan juga terimakasih kepada Bapak Juanda yang telah membantu di
lapangan. Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu, uni Nely, Dera, dan Dedet yang
senantiasa memberi doa, semangat, dan kasih sayang serta dukungan. Dan terimakasih juga
penulis sampaikan kepada teman-teman tercinta (Cahyo, Melda, Venty, Rindi, Bisri, Raisa, Desi,
Lucy, Ria dan Bologi 44) untuk bantuan dan semangatnya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun sehingga penulis bisa lebih maju dalam
berkarya. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca khususnya dalam
ilmu pengetahuan. Terima kasih.
Bogor, April 2012
Nishe Fransiska
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Solok, Provinsi Sumatra Barat pada tanggal 2 Agustus 1989 dari
pasangan Nofirman dan Liswarni. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Kota Solok dan pada tahun yang sama lulus
seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis
memilih Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama masa perkuliahan tahun ke-3 dan ke-4, penulis aktif di organisasi Himpunan
Profesi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMPRO HIMABIO) sebagai anggota Pengembangan
Sumber Daya Mahasiswa (PSDM) (2008-2009). Penulis pernah menjadi asisten praktikum pada
beberapa mata ajaran, yaitu Struktur Hewan (BIO262), Biologi Dasar (BIO100), Vertebrata
(BIO351) dan Perkembangan Hewan (BIO261). Penulis pernah melakukan penelitian kecil dalam
mata kuliah Studi Lapang yang berjudul “Isolasi dan Karakterisasi Rizobakteri Sekitar Perakaran
Legum yang Berasal dari Wana Wisata Cangkuang” pada tahun 2009. Penulis juga melakukan
Praktik Lapang pada tahun 2010 di PT. Sea World Indonesia dengan judul “Penerapan
Kesejahteraan Hewan pada Dugong dugon di PT. Sea World Indonesia”.
2
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................................. 1
Tujuan ........................................................................................................................... 1
BAHAN DAN METODE
Bahan ............................................................................................................................ 1
Metode .......................................................................................................................... 1
Waktu dan Tempat ................................................................................................. 1
Persiapan Tanaman Padi ........................................................................................ 1
Inokulasi Larva dan Pemeliharaan S. incertulas .................................................... 2
Pengamatan Batang Padi yang Terinfestasi ........................................................... 2
Pengamatan Imago S. incertulas Keluar ................................................................ 2
Pengamatan Perilaku Kawin S. incertulas ............................................................. 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Batang Padi yang Terinfestasi oleh S. incertulas pada Ketiga Varietas Padi ............... 2
Imago S. incertulas yang Keluar dari Tiga Varietas Padi ............................................ 3
Perilaku Kawin S. incertulas ........................................................................................ 4
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Batang padi yang terinfestasi oleh S. incertulas pada ketiga varietas padi .............................. 4
2. Jumlah imago S. incertulas yang keluar dari tiga varietas padi .............................................. 4
DAFTAR GAMBAR
1. Bibit padi yang disemai di pot plastik ................................................................................. 2
2. Tahap inokulasi larva S. incertulas pada padi ...................................................................... 2
3. Tanaman padi ditutup dengan screen net............................................................................. 3
4. Kerusakan tanaman padi.................................................................................................... 3
5. Perilaku betina calling dan kopulasi ................................................................................... 5
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi merupakan tanaman pangan
terpenting bagi masyarakat di Asia, sehingga
kebutuhan pangan dari padi terus meningkat.
Gangguan tanaman oleh serangga menjadi
kendala dalam pemenuhan produksi padi,
seperti penggerek batang padi kuning
(Scirpophaga incertulas) yang menyebabkan
penurunan produksi padi di Indonesia. Ada
dua macam kerusakan yang disebabkan oleh
penggerek batang padi, yaitu sundep dan
beluk (Pathak 1977). Sundep terjadi ketika
larva menginfestasi tanaman padi pada fase
vegetatif dengan ciri daun muda menggulung
dan berwarna coklat kemudian kering dan
mati. Beluk terjadi ketika larva menginfestasi
tanaman padi pada fase generatif sehingga
malai menjadi kering dan tidak menghasilkan
gabah.
Beberapa varietas padi yang dikenal di
Indonesia diantaranya adalah varietas Pelita,
IR42 dan Cisadane. Berdasarkan deskripsi
varietas padi (Lampiran 1), padi varietas IR42
dan Cisadane memiliki gen yang tahan
terhadap wereng batang coklat namun ketiga
varietas belum ada yang tahan terhadap
penggerek batang padi kuning (Suprihatno et
al. 2009)
Distribusi penggerek batang padi kuning
adalah dari daerah subtropik sampai daerah
tropik, yaitu India, Sri Lanka, Bangladesh,
Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia,
Filipina, Pakistan, Hongkong, Taiwan, Korea,
dan Jepang (Pathak dan Khan 1994). Di
Indonesia, spesies ini banyak ditemukan pada
tanaman padi di Jawa Barat (Hendarsih dan
Sembiring 2007).
Di Indonesia dilaporkan terdapat enam
spesies ngengat penggerek batang padi, yaitu
penggerek batang padi kuning (S. incertulas
Walker), penggerek batang padi putih (S.
innotata Walker), penggerek batang padi
bergaris (Chilo suppressalis Walker),
penggerek batang padi kepala hitam (C.
polychrysus Meyrick), penggerek batang padi
berkilat (C. auricilius Dudgeon), dan
penggerek batang padi merah jambu (Sesamia
inferens Walker) (Hattori dan Siwi 1986).
Scirpophaga incertulas diklasifikasikan
ke dalam Ordo: Lepidoptera dan Famili:
Crambidae (Kristensen et al. 2007). Ordo ini
termasuk dalam serangga holometabola yaitu
serangga dengan perkembangan dari telur,
larva, pupa dan imago. S. incertulas betina
hanya satu kali bertelur dan telur diletakkan
dalam kelompok. Dalam 5-9 hari telur akan
menetas menjadi larva. Larva terdiri atas 4-7
instar dan lama stadium larva 20-30 hari.
Setelah instar terakhir, larva berubah menjadi
pupa selama 6-7 hari dan menjadi imago pada
hari ke-7, kemudian imago hidup selama 2-5
hari. Siklus hidup S. incertulas adalah 39-58
hari tergantung pada temperatur lingkungan
dan nutrisi. Pada daerah subtropik, siklus
hidupnya lebih panjang daripada daerah tropik
(Pathak dan Khan 1994). Satu atau dua hari
setelah imago keluar, imago akan kawin dan
betina akan meletakkan telur. Jadi, peletakan
telur oleh penggerek betina adalah tahapan
yang penting dari infestasi S. incertulas.
Perilaku kawin ngengat genus Chilo
(Famili Crambidae) telah diteliti (Tatsuki
1975). Akan tetapi, belum ada data perilaku
kawin untuk S. incertulas. Perilaku kawin
dapat dimanipulasi dan dimanfaatkan sebagai
informasi dasar untuk biokontrol S. incertulas
dengan
metode
penghambatan
kawin
menggunakan feromon sintetik.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari
perkembangan larva menjadi imago S.
incertulas pada tiga varietas padi (IR42,
Cisadane, dan Pelita) dan juga mempelajari
perilaku kawin serangga tersebut.
BAHAN DAN METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah imago S. incertulas, tiga varietas
padi: IR42, Cisadane dan Pelita. Semua benih
diperoleh dari Balai Besar Penelitian Padi,
Kebun Percobaan Muara, Bogor.
Metode
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan
November 2010 sampai Juli 2011 di rumah
kaca
Balai
Besar
Penelitian
dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian (BB-Biogen), Bogor.
Persiapan Tanaman Padi
Benih padi ditanam dalam pot plastik
berdiameter 30 cm (Gambar 1). Setelah 25
hari, lima rumpun padi setiap varietas
dipindahkan ke dalam 50 pot lainnya.
Tanaman padi dipelihara selama 45 hari di
rumah kaca dengan pemupukan dua kali
selama masa penanaman. Pemupukan pertama
diberikan satu hari sebelum padi ditanam dan
pemupukan kedua diberikan pada hari ke-28
setelah tanam. Pemupukan menggunakan 5
2
gram pupuk NPK. Ketiga varietas padi
ditanam secara bergilir dengan interval tanam
2 minggu.
Inokulasi Larva dan Pemeliharaan S.
incertulas
Pada hari ke-38 setelah penanaman, telur
S. incertulas dikoleksi dari sawah yang ada di
Desa Situgede Kecamatan Bogor Barat, Kota
Bogor. S. incertulas betina meletakkan telur di
ujung daun. Daun yang ada telurnya dipotong
dan dimasukkan ke dalam tabung (Gambar
2a). Telur menetas pada hari ke-7 (Gambar
2b). Setelah itu, 25 larva instar 1 dipindahkan
ke dalam tabung 15 ml (Gambar 2c) kemudian
diinokulasikan ke tanaman padi dengan
meletakkan tabung yang berisi larva di tengah
rumpun padi (Gambar 2d). Penggerek batang
padi kuning dipelihara di rumah kaca sampai
imago keluar.
Pengamatan Batang Padi yang Terinfestasi
oleh S. incertulas
Pengamatan gejala infestasi dari S.
incertulas sundep dan beluk dilakukan setiap
minggu selama 3 minggu. Pada umumnya,
gejala sundep terlihat pada hari ke-4 setelah
inokulasi larva. Sedangkan gejala beluk
terlihat ketika malai mulai muncul. Persentase
infestasi (PI) S. incertulas dihitung
menggunakan:
Jumlah batang yang terinfestasi
PI =
Jumlah keseluruhan batang
X100%
Pengamatan Imago S. incertulas yang
Keluar
Tanaman padi di dalam pot ditutup
dengan screen net pada hari ke-30 setelah
inokulasi larva (Gambar 3). Imago keluar
selama 15-21 hari dimulai pada hari ke-36
setelah inokulasi.
a
b
tabung
c
d
Gambar 2 Tahap inokulasi larva S. incertulas
pada padi (a) telur (b) larva instar 1
di dalam tabung (c) larva instar 1
dipindahkan ke tabung (d) tabung
berisi larva diletakkan di tengah
rumpun padi
Pengamatan dilakukan setiap hari dengan
menghitung dan mencatat jumlah imago yang
keluar dan jenis kelamin imago.
Pengamatan Perilaku Kawin S. incertulas
Sepasang imago dimasukkan ke dalam
gelas plastik (diameter 19 cm dan tinggi 20
cm). Daun padi dimasukkan ke dalam gelas
plastik sebagai tempat hinggap serta madu
10% sebagai makanan. Enam pasang imago
direkam mulai pukul 18:00 sampai 05:00 pada
suhu ruang. Pengamatan perilaku kawin
dilakukan di ruang gelap menggunakan
handicam infra merah SONY DCR-SR80.
Perilaku kawin yang diamati adalah betina
calling, aktivitas jantan sebelum kawin, dan
kopulasi (Tatsuki 1975).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 1 Bibit padi yang disemai di pot
plastik
Batang Padi yang Terinfestasi oleh S.
incertulas pada Ketiga Varietas Padi
Ada dua macam kerusakan yang
disebabkan oleh S. incertulas, yaitu sundep
dan beluk. Pada hari ke-4 setelah inokulasi
larva, gejala sundep mulai terlihat dengan ciri
daun muda menggulung dan layu (Gambar
4a). Gejala sundep disebabkan oleh larva
menggerek batang bagian dalam, tetapi
jumlah gejala masih sedikit. Sedangkan gejala
beluk terlihat ketika malai muncul. Malai
yang muncul menjadi hampa, lurus, berwarna
putih dan tidak menghasilkan gabah (Gambar
4b).
3
Gambar 3 Tanaman padi ditutup dengan
screen net
Persentase batang padi yang terinfestasi
oleh S. incertulas pada masing-masing
varietas padi ditunjukkan pada Tabel 1 dengan
persentase infestasi tertinggi adalah pada
varietas Pelita (52.4%) diikuti oleh IR42 dan
Cisadane berturut-turut adalah 49.4 dan
36.1%. Hasil ini menunjukkan bahwa padi
varietas Pelita lebih rentan terhadap
penggerek batang padi kuning daripada dua
varietas padi lainnya. Hal tersebut mungkin
karena padi varietas Pelita memiliki jaringan
yang lunak sehingga mudah diinfestasi oleh
penggerek batang padi kuning. Padi yang
memiliki jaringan sklerenkim tebal dan ikatan
vaskular kuat merupakan padi yang tahan
terhadap penggerek batang (Soejitno 1984).
Kekerasan jaringan tanaman dipengaruhi
oleh kandungan silika pada tanaman tersebut.
Umumnya, padi dengan kandungan silika
tinggi lebih memiliki jaringan sklerenkim
yang tebal daripada padi dengan kandungan
silika yang rendah (Hoshikawa 1989).
Tingginya kandungan silika pada epidermis
batang mungkin menjadi penghambat bagi
larva untuk menggerek batang.
Imago S. incertulas yang Keluar dari Tiga
Varietas Padi
Jumlah imago yang keluar pada ketiga
varietas padi menunjukkan hasil yang berbeda
(Tabel 2). Pada varietas IR42 dan Cisadane,
jumlah imago betina yang keluar lebih banyak
daripada jumlah imago jantan dengan rasio
jantan dan betina berturut-turut adalah
47.4:52.6 dan 39.1:60.9. Sedangkan, pada
padi varietas Pelita, jumlah imago jantan lebih
banyak daripada imago betina dengan rasio
54.2:45.8. Rasio imago jantan dan betina pada
tiga varietas sekitar 1:1, hal ini seperti
pengamatan
sebelumnya
untuk
Chilo
suppressalis (Singh 1985).
Total imago yang keluar terbanyak pada
padi varietas IR42 (215 ekor), diikuti oleh
Pelita (214 ekor) dan Cisadane (161 ekor).
Padi varietas IR42 jumlah imago keluar
hampir sama dengan padi varietas Pelita,
mungkin dikarenakan varietas IR42 dan Pelita
memiliki nutrisi yang baik untuk pertumbuhan
larva penggerek batang. Bagi serangga,
karbohidrat merupakan sumber energi terbesar
guna keperluan sistem reproduksi dan lama
hidup. Kandungan karbohidrat, dalam hal ini
adalah amilosa, pada padi varietas IR42
adalah 27% dan Pelita 24% sedangkan
Cisadane 20% (Suprihatno et al. 2009,
Lampiran 1). Selain itu, hal yang
mempengaruhi perkembangan penggerek
batang adalah umur tanaman, varietas
tanaman dan kesuburan tanah (Khan et al.
1991).
Dalam perkembangannya, larva serangga
yang
termasuk
dalam
holometabola
mengalami ganti kulit (molting) (Brusca dan
Brusca 1990). Molting adalah lepasnya
eksoskeleton yang lama diganti dengan
pembentukan yang baru dengan ukuran
eksoskeleton lebih besar. Molting dipengaruhi
oleh hormon ekdison dan hormon juvenil.
Pada tahap larva, jumlah hormon ekdison
rendah dan hormon juvenil tinggi. Namun
ketika jumlah hormon juvenil disekresikan
sedikit dan hormon ekdison relatif tinggi,
larva mengalami ganti kulit dan berubah
menjadi pupa. Lama stadium larva S.
incertulas adalah 20-30 hari dan pupa 6-7
hari.
Pada pengamatan, imago S. incertulas
mulai keluar pada hari ke-36 setelah inokulasi
larva. Dalam pengamatan ini, rentang waktu
imago keluar dari tanaman padi pada ketiga
varietas menunjukkan waktu yang sama,
dimulai dari pukul 18:30-21:00 dengan waktu
maksimum imago keluar adalah dari pukul
20:00-21:00. Waktu imago keluar ini sesuai
dengan yang dilaporkan untuk infestasi C.
suppressalis (Tatsuki 1975).
Imago jantan keluar 1-4 hari lebih cepat
daripada imago betina dengan rentang hari
keluar adalah 15-21 hari. Hasil ini berbeda
pada
Austromusotima
camptozonale
(Lepidoptera: Crambidae), yaitu imago betina
lebih cepat keluar daripada imago jantan
(Boughton et al. 2007).
b
a
Gambar 4 Kerusakan tanaman padi (a) sundep
(b) beluk
4
Tabel 1 Persentase batang padi yang diinfestasi oleh S. incertulas pada padi varietas IR42,
Cisadane, dan Pelita
No.
Varietas
Jumlah batang
1
2
3
IR42
Cisadane
Pelita
969
876
934
Jumlah batang
terinfestasi
479
316
489
% batang
terinfestasi
49.4
36.1
52.4
Tabel 2 Jumlah imago S. incertulas yang keluar dari padi varietas IR42, Cisadane, dan Pelita
No.
Varietas
1
IR42
2
Cisadane
3
Imago
Total imago
Rataan
imago
keluar
Jantan
102
45.2 ± 4.7
Betina
113
46.4 ± 3.9
Jantan
63
41.4 ± 10.9
Betina
Jantan
98
116
45.1 ± 5.2
40.9 ± 3.7
Betina
98
43.1 ± 3.6
Pelita
Perilaku Kawin S. incertulas
Berdasarkan pengamatan, perilaku
kawin S. incertulas yang diamati terdapat
tiga tahapan, yaitu betina calling, aktivitas
jantan sebelum kawin, dan kopulasi. Pada
pengamatan perilaku S. incertulas betina,
betina menunjukkan perilaku pasif dengan
tanpa aktivitas (diam) selama 2 jam pertama
pengamatan (Gambar 5a). Penggerek batang
padi kuning betina mulai melakukan
perilaku calling pada pukul 01:00
ditunjukkan dengan perilaku memanjang
dan memendekkan ujung segmen abdomen
(Gambar 5b) untuk mensekresikan feromon
kawin. Serangga betina menghasilkan
feromon dari ujung abdomen (Roelofs et al.
1987) dan akan dideteksi oleh antena
serangga jantan. Serangga penggerek jantan
akan merespon sinyal dengan mendekati
serangga betina untuk kawin. Serangga
jantan mengenali sinyal feromon yang
dikeluarkan oleh betina dengan protein
pengikat feromon yang ada di antena (Willet
dan Harrison 1999). Antena serangga jantan
sangat sensitif dalam menemukan serangga
betina dengan jarak sekitar 4-5 km (Vogt
dan Riddiford 1981). Protein pengikat
feromon akan menangkap sinyal dari
serangga betina dan mengirimnya ke
molekul reseptor yang ada di membran
dendrit sebagai sinyal kehadiran serangga
betina (Merrit et al. 1998).
Selang
waktu
Rasio seks
37-52
47.4 : 52.6
37-57
39.1 : 60.9
36-48
54.2 : 45.8
Menurut Tatsuki (1975), ada beberapa
tipe calling yang dilakukan oleh serangga
betina, yaitu hanya dengan memanjang dan
memendekkan segmen abdomen dan typical
posture. Pada pengamatan, tipe yang terlihat
adalah
betina hanya memanjang dan
memendekkan ujung abdomen. Bentuk
calling ini sama seperti Crambidae lainnya,
yaitu
C.
suppressalis,
Dichocrocis
punctiferalis, Glyphodes pyloalis, dan
Diaphania indica (Kawazu et al. 2011).
Perilaku S. incertulas jantan yang
teramati adalah jantan tidak beraktivitas
(diam) selama beberapa detik (2-60 detik)
pada jam pertama pengamatan dan mulai
aktif pada pukul 19:00-02:00. Aktivitas
sebelum kawin merupakan perilaku aktif
jantan. Jantan menjadi aktif dengan
mengepakkan sayap secara terus-menerus.
Kemudian jantan melakukan courtship
dengan terbang mendekati betina pada pukul
02:00 dan berada di bawah betina dengan
jarak sekitar 0.5 cm. Pola ini sama seperti
yang dilaporkan oleh Tatsuki (1975) untuk
C. suppressalis.
Pada pengamatan kopulasi S. incertulas,
jantan berada di bawah betina dengan antena
jantan menyentuh ujung abdomen betina
(Gambar
5c).
Serangga
betina
memanjangkan
abdomen-nya
sampai
tersentuh oleh antena serangga jantan.
Setelah itu, serangga jantan berbalik dan
ujung kedua abdomen saling bersentuhan
5
untuk melakukan kopulasi (Gambar 5d).
Kopulasi diamati selama 1 jam, yaitu pada
pukul 03:00-04:00. Courtship yang sama
telah dideskripsikan untuk penggerek
jagung, Sesamia nonagrioides (Lopez 2003).
Serangga jantan berada di dinding berjarak 5
cm dari serangga betina kemudian berjalan
menuju serangga betina dan berbalik untuk
kawin.
Tatsuki (1975) melaporkan untuk C.
suppressalis pada percobaan laboratorium
melakukan mating dance yang terdiri atas
kepakan sayap secara terus-menerus sambil
berjalan pelan di permukaan dalam gelas
plastik dengan abdomen melengkung ke atas
sambil dijulurkan dan berlangsung berkalikali. Namun perilaku tersebut tidak teramati
pada pengamatan perilaku kawin S.
incertulas.
Pada pengamatan perilaku kawin S.
incertulas ini, berhasil mengamati satu
pasang perilaku kawin secara lengkap. Hal
ini mungkin karena umur serangga betina
yang belum efektif dalam melakukan
calling. Umur S. incertulas betina yang
diamati adalah satu hari setelah keluar dari
pupa. Serangga betina penggulung daun
padi, Cnaphalocrocis medinalis, melakukan
calling efektif pada umur 3-7 hari setelah
keluar dari pupa (Kawazu et al. 2011).
Efektivitas kopulasi dari S. incertulas
mungkin lebih dari umur satu hari, yaitu 1-3
hari setelah keluar. Namun, pada perilaku
kawin serangga betina C. suppressalis
efektif pada umur satu hari setelah keluar
dari pupa (Tatsuki 1975). Pengetahuan
perilaku kawin S. incertulas ini penting
sebagai informasi dasar untuk tahap
biokontrol penggerek batang padi dengan
cara penghambatan kawin menggunakan
feromon sintetik.
daun
padi
daun
padi
a
b
c
d
Gambar 5 Perilaku S. incertulas betina calling dan kopulasi (a) betina dalam keadaan diam (b)
pemanjangan ujung segmen abdomen betina (c) antena S. incertulas jantan menyentuh
abdomen betina (d) kopulasi
daun
padi
ujung abdomen betina dan jantan
yang bersentuhan
5cm
bawah
Sketsa kopulasi S. incertulas (Gambar 5d)
6
SIMPULAN
Penelitian
ini
mempelajari
perkembangan larva menjadi imago S.
incertulas. Imago S. incertulas mulai keluar
pada hari ke-36 setelah inokulasi larva.
Imago jantan keluar 1-4 hari lebih cepat
daripada imago betina dengan rentang hari
keluar keseluruhan adalah 15-21 hari.
Jumlah imago S. incertulas keluar dari pupa
paling banyak pada padi varietas IR42 (215
ekor) yang diikuiti oleh padi varietas Pelita
(214 ekor) dan padi varietas Cisadane (161
ekor). Padi varietas Cisadane kurang
mendukung
perkembangan
penggerek
batang padi kuning dibandingkan dua
varietas lainnya.
Tiga tahap perilaku kawin S. incertulas
adalah betina calling, aktivitas jantan
sebelum kawin (kopulasi) dan kopulasi.
Betina calling adalah perilaku untuk
menarik pasangan dengan cara memanjang
dan
memendekkan
ujung
abdomen.
Serangga betina menghasilkan feromon dari
ujung abdomen dan feromon dideteksi oleh
antena serangga jantan. Serangga jantan
merespon sinyal dengan mendekati serangga
betina untuk kopulasi. Kopulasi diamati
selama 1 jam antara pukul 03:00-04:00.
DAFTAR PUSTAKA
Boughton AJ, Wu J, Pemberton RW. 2007.
Mating biology of Austromusotima
camptozonale(Lepidoptera: Crambidae),
a potential biological control agent of
old world climbing fern, Lygodium
microphyllum (Schizaeaceae). Florida
Entomol 90:509-517.
Brusca RC dan Brusca GJ. 1990.
Invertebrates. Massachusetts: Sinauer
Associates Inc.
Hattori I, Siwi SS. 1986. Rice Stemborers in
Indonesia. Tropic Agric Res Center
20:25–26.
Hendarsih, Sembiring. 2007. Status Hama
Penggerek Batang Padi di Indonesia.
Subang:
Balai
Besar
Penelitian
Tanaman Padi.
Hoshikawa K. 1989. The Grow Ing Rice
Plant an Anatomical Monograph.
Tokyo: Nosan Gyoson Bunka Kyokai.
Kawazu K, Adati T, Tatsuku S. 2011. The
effect of photoregime on the calling
behaviour of the rice leaf folder moth,
Cnaphalocrocis medinalis (Lepidoptera:
Crambidae). JARQ 45:197-202.
Khan et al. 1991. World Bibiography of Rice
Stem Borer. Manila: International Rice
Research Institute.
Kristensen NP, Scoble MJ, Karsholt O. 2007.
Lepidoptera phylogeny and systematic:
the state of inventorying moth and
butterfly diversity. Zootaxa 1668:699747.
Lopez C, Eizaguirre M, Albajes R. 2003.
Courtship and mating behaviour of the
Mediterranean corn borer, Sesamia
nonagrioides (Lepidoptera: Noctuidae).
Spanish J Agric Res 1:43-51.
Merritt TJS, LaForest S, Prestwich GD,
Quattro JM, Vogt RG. 1998. Patterns of
gene duplication in Lepidopteran
pheromone binding proteins. J Mol Evol
46:272–276.
Pathak MD. 1977. Insect Pests of Rice.
Manila: International Rice Research
Institute.
Pathak MD, Khan ZR. 1994. Insect Pests of
Rice. Manila: International Rice
Research Institute.
Roelofs et al. 1987. Seks pheromone
production and perception in European
corn borer moths is determined by both
autosomal and seks-linked genes. Proc
Nat Acad Sci USA 84:7585-7589.
Singh P, Moore RF. 1985. Handbook of
Insect Rearing. Volume II. Amsterdam:
Elsevier.
Soejitno J. 1984. Hubungan Inokulasi Larva
Penggerek Padi Kuning (Tryporyza
incertulas
Walker)
(Lepidoptera:
Pyralidae) dengan Tunas Terserang dan
Kehilangan Hasil Padi [disertasi].
Bogor: Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Suprihatno B et al. 2009. Deskripsi Varietas
Padi. Subang: Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi.
Tatsuki S, Atsusawa S, Uchiumi K, Karihara
M, Fukami J. 1975. Sex pheromon of
the stem borer moth, Chilo suppressalis
Walker (Lepidoptera: Pyralidae). BotyuKagaku 40:143.
Vogt RG, Riddiford LM. 1981. Pheromone
binding and inactivation by moth
antennae. Nature 293:161-163.
Willett CS, Harrison RG. 1999. Pheromone
binding proteins in the European and
Asian corn borers: no protein change
associated with pheromone differences.
Insect Biochem Mol Biol 29:277–284.
7
LAMPIRAN
8 Lampiran 1
Dekripsi varietas padi (Suprihatno et al. 2009)
No.
1.
Asal persilangan
2.
Golongan
3.
4.
5.
6.
Umur tanaman
Bentuk tanaman
Tinggi tanaman
Anakan produktif
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Warna kaki
Warna batang
Warna telinga daun
Warna lidah daun
Warna daun
Muka daun
Posisi daun
Daun bendera
15.
16.
Bentuk gabah
Warna gabah
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
Kerontokan
Kerebahan
Tekstur nasi
Kadar amilosa
Indeks glikemik
Bobot 1000 butir
Rata-rata hasil
Potensihasil
Ketahanan terhadap
penyakit
Sedang
Agak tahan
24%
30 g
4,5 - 5,5 t/ha
•
Peka terhadap
wereng coklat dan
wereng hijau
•
Toleran terhadap
bakteri hawar
daun
(Xanthomonasory
zae)
•
Peka terhadap
kerdil rumput dan
tungro
26.
Dilepas
1971
Pelita
Perkawinan antara PB
5 dan Sintha
Cere (indica), kadangkadang berbulu
135 - 145 hari
Tegak
100 - 135 cm
Sedang (15 - 20
batang)
Hijau
Hijau muda
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Hijau muda
Kasar
Tegak
Miring sampai
mendatar
Gemuk
Kuning bersih
Cisadane
Pelita I-1/B2388
IR42
IR2042/CR94-13
Cere, kadang-kadang
berbulu
135 - 140 hari
Tegak
105 - 120 cm
15 - 20 batang
Cere
Hijau
Hijau
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Hijau
Kasar
Tegak
Miring sampai
mendatar
Gemuk
Kuning bersih, ujung
gabah sewarna
Sedang
Agak tahan
Pulen
20%
68
29 g
5,0 t/ha
7,0 t/ha
•
Tahan wereng
coklat biotipe 1
dan 2
•
Rentan terhadap
wereng coklat
biotipe 3
•
Tahan terhadap
hawar daun
bakteri
•
· Rentan
terhadap blas dan
hawar pelepah
•
Rentan terhadap
virus kerdil
hampa dan virus
kerdil rumput
1980
Hijau
Hijau
Tidak berwarna
Tidak berwarna
Hijau tua
Kasar
Tegak
Tegak
135-145 hari
Tegak
90 - 105 cm
20 – 25 batang
Ramping
Kuning bersih, ujung
gabah sewarna
Sedang
Tahan
Pera
27%
58
23 g
5,0 t/ha
7,0 t/ha
•
Tahan wereng
coklat biotipe 1
dan 2
•
Rentan wereng
coklat biotipe 3
•
Tahan terhadap
hawar daun
bakteri, virus
tungro dan kerdil
rumput
•
Rentan terhadap
hawar pelepah
daun
•
Toleran terhadap
tanah masam
1980
Download