ISSN: 1979-228X Vol, 02 No. 03 2009 n EDITORIAL ry/ {u ARTIKELASLI F--i tr--d A L< rl hi ? Z Z Z Hubungan Arcus Pedis dengan Kemampuan Lari Siswa SMP Negeri 23 Makassar (Azis Beru Gani, Ilhamjaya Patellongi) Hubungan Hiperaktifitas Simpatis Anak Dengan Kelompok Riwayat Hipertensi Ibu Melalui Cold Pressure Test (CPT) ( Mo chamm a d Erw in Rschm an) perilaku Merokok dan Kesehatan Mental Pasien Rawat Jalan Sindrom Metabolik di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar 2009 (Nurhaedar lafnr, Hnrlina dan Lucinnne Drusills Rante) a Analisis Resiko Kesehatan Terhadap Kontaminasi Arsen Pada Air Minum di Daerah Buyat Sulawesi Utara (Anwar Daud, Nur N asry N oor, H.l. Mukono, M. Si ahrul) e Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Tamangapa Tahun2007 r< H \.r-rl Ilmu Kedokteran 6bdul Razak Dstu) L_J A Peranan Ilmu Anatomi dalam Pengembangan (WardiahHamzah) TINJAUANPUSTAKA Z Aspek Imunologis Penyakit Sifilis (Sri lulyani) 2\ r4 L-.-{ Diterbitkan oleh : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim lndonesia (Ultlll), Makassar W Perilaku Merokok dan Kesehatan Mental Pasien Rawat Jalan Sindrom Metabolik di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makass ar 2009 ;.N.U,mqxgoa#,ffif:*nl HARSNA DAN LUSIANNE DRUSILLA RANTE program Studi llmu Gizi Fa]rlittas Kesehatan Masyarakat Uniuersitas Hasanuddin Abstrak Tingginya prevalensi sindrom metabolik disebabkan oleh faktor gaya hidup dan lingkungan. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui hubungan kesehatan mental dan perilaku merokok dengan kejadian sindrom metabolik. ]enis penelitian digunakan adalah deskriptif-analitik dengan pendekatan cross-sectional' yang -nop"turi peneiitian adalah seluruh pasien yang berobat jalan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Sampel penelitian adalah pasien rawat jalan baru yang berkunjung di bagian Poliklinik Endokrin. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling yaitu sebanyak 140 orang. Data diolah dengan menggunakan program SPSS dan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel. Variabel kesehatan mental dianalisis dengan menggunakan uji statistic chi-square. Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden yang mengalami sindrom metabolik tidak merokok (80,2%), yttg merokok umumnya adalah perokok berat (gl,T%), merokok fllter (75"/"), dengan lama merokok singkat (75%). Untuk kesehatan mental diperoleh nilai P : 1,000 > a (005) yang berarti tidak ada hubungan antara gangguarl kesehatan mental dengan kejadian sindrom metabolik. Penelitian ini menyarankan perlunya dilakukan suatu penelitian yang lebih mendalam mengenai pengaruh kesehatan mental terhadap kejadian sindrom metabolik. Kata kunci : sindrom metabolik, merokok,kesehatnnmental 153 VoI. Jurnal Madani FKM UMI II, No. 3 tahun SmokingBehaviorandMentalHealthwithMetabolicsyndromeOut. 2009 patient in Dr. wahidin sudirohusodo Hospital Makassar Drusilla Rante Nurhaedar fafar' Harlina dan Lucianne Abstract Thehighpreaalenceofmetabolicsyndromeis.causedoflifestyleandenaironment of mentat health and description was aimed to lototlt fhe assoctation study This factors, an descriptiae study' syndrome' T'Ltis itudy 'ot of smoking behaaior with metabolic Hospital' of Endoffine polyclinic in Dr'Wahidin The study population was all aisitor Thestudysamplewasthenewout.patientvisitinginEndocrinepolyclinic'Sampling sPSS with 140 samples' Data was processed using was done by accidental sampling analyzed nmration. Mental heatth aariable was program and presented in iable and haaing result showed that most of respondent statistic with chi-square test, The study smoker heaay the smoker commonly metabolic syndrome did not smoke G0.2%), period 05%)' The analysis result (g1.7%), filler cigarette (75oh), short smoking aialue ( a:0'05)' this means that there that P Value (P:'t',00(J higher than showed This study health disorder and metabolic syndrome' was no association between mental suggestthatiti,n,,,,,o,ytobedoneafurtherstudythatmoredeepqbouttheeffectof ^""rt Ker,1 heallh with metab olic syndr ome' uords ; Metabolic syndrome' Mental health' smoking Pendahuluan Sindrom metabolik adalah sekelompok nonkelainan metabolik baik lipid mauPun lipid yang merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner, yang terdiri atas obesitas sentrai dislipidemia aterogenik (kadar trigliserida meningkat dan kadar kolesterol ni{n density lipoprotein (HDL) rendah)' Program (NCEP) Adult Treatment Panel tnfpl III sebesar 24,4 "/o dati 3'429 populasi diteliti (Sartika, C', 2006)' Sindrom yang "lvletabolik (SM) berkaitan erat dengan faktor penyebab obesitas seperti pola dan makan, kurang olah raga, gaya hidup faktor genetik. Salah satu komponen gaya hidup yang merugikan kesehatan adalah merokok dan konsumsi alkohol' ' Berdasarkan laPoran NCHS tahun keatas) 2005 prevalensi merokok (18 tahun adalah 46.600.000 (25'900'000 laki-laki dan 20.700.000 wanita)3 American Hearth Association, 2008" WHO melaporkan Indonesia adalah salah satu dari abnormal hi"pertensi, dan glukosa plasma yang (Adriansjah, & Adam, 2006)' Di Indonesia, Penelitian dilakukan oleh Himpunan Studi Yang Obesitas Indonesia (HISOBI) didapatkan prevalensi sindrom metabolik dengan menggunakan criteria the National Cholesterol education bahwa 154 -"I VoI. II, No. 3 tahun Jurnal Mad4plFKMaMI 2009 Penelitian ini dilaksanakan di Poli Endokrin RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Lokasi ini dipilih mengingat poli ini merupakan pusat pelayanan rawat jalan yang di dalamnnya mencakup bagian Diabetes dan Hipertensi. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pasien yang berobat jalan di RSUP lima negara yang terbanyak perokoknya di dunia. Prevalensi perilaku merokok di kalangan orang dewasa jugu semakin meningkat (tahun 1995 sebesar 26,9"/" dan tahun 2004 sebesar 35%). Sebanyak 70% penduduk Indonesia adalah perokok aktif dan dilihat dari sisi Rumah Tangga (RT) 57Y" memiliki anggota RT yang merokok, dan hampir semuanya merokok di dalam rumah ketika bersama anggota RT lainnya. Bahkan Dr. Wahidin Sampel adalah pasien rawat jalan baru yang berkunjung ke bagian Poli Endokrin. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 140 orang dengan pengambilan sampel secara accidental sampling yaitu mereka yang datang pada saat penelitian berlangsung dan bersedia unfuk diwawancarai. yang lebih memprihatinkan adalah masyarakat mulai merokok sejak usia 8 tahun (Nuryati, 2007). Studi eksperimental yang baru menunjukkan bahwa merokok dapat merusak kerja insulin secara akuf pada subjek baik yang sehat maupun pada pasien Non-insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) (Targher et all., 2009). Kejadian sindrom metabolik juga tidak lepas dari pengaruh Pengumpulan Data Pengumpulan data sekunder berupa hasil pemeriksaan laboratorium lingkungan. Faktor lingkungan yang di maksud terkait dengan kondisi kesehatan mental khususnya stres yang dialami penderita sindrom metabolik yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan seperti pasien dan data primer berupa wawancara dengan menggunakan format kuesioner. Kuesioner mencakup pertanyaan tentang perilaku merokok dan keadaan kesehatan mental Selain itu dilakukan pula pengukuran antropometri pasien berupa penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar perut. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS 12 dan disajikan dalam gangguan fisiologis, psikologis dan perilaku. Data hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa prevalensi nasional gangguan mental emosional pada penduduk yang berumur > L5 tahun sebanyak 11,6"/". Prevalensi tertinggi terdapat di provinsi jawa barat (20"/") dutt terendah di kepulauan Riau bentuk narasi dan tabel. Data kesehatan mental dianalisis dengan uji statistic chi- (5,1%) square. Kesehatan mental (Riskesdas, 2008). Penelitian ini Sudirohusodo Makassar. berdasarkan Riskesdas dan ditujukan untuk memperoleh informasi tentang hubungan kesehatan mental dan gambaran perilaku merokok dengan kejadian sindrom metabolik. dinilai Mini Neuropsychiatri. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responilen Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok umur Yang Bahan dan Metode Lokasi, populasi, dan sampel penelitian 155 \ Vol. Jurna| Madani FKM UMI II, No. 3 tahun yaitu 78,5"/" sedangkan yang tidak mengalami gangguan mental sebanya\ 21,5"/o yang tidak mengalami sindronj metabolik. Hasil analisis dengan Uii Chl Square diperoleh nilai p 1,000 > 0,05 maka hipotesis no1 diterima, ini berarti bahwa mengalami sindrom metabolik adalah yang berumur 40-49 tahun yalfi, 87%, sedangkan yang tidak mengalami sindrom berumur < 40 tahun yaitu 57,1o/o. Persentase tertinggi yang mengalami sindrom metabolic adalah jenis kelamin perempuan (78,6%) sedangkan berdasarkan pendidikan, yang mengalami sindrom metabolik adalah yang berlatar tidak ada hubungan antara gangguan kesehatan dengan kejadian sindrom metabolic berdasarkan kriteria Riskesdas. Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang mengalami gangguan mental Neuropsychiatric berdasarkan Mini sebagian besar mengalami sindrom " metabolik yaitu 77,5"/". Sedangkan yang tidak mengalami gangguan mental, yang mengalami sindrom metabolic yaltu 77,8o/". Hasil analisis statistik dengan chi square pendidikan diploma (95,2%) sedangkan yang tidak mengalami sindrom adalah sarjana (32,4%). Jenis pekerjaan responden yang mengalami sindrom sebagian besar adalah pedagang (100%), sedangkan yang tidak mengalami sindrom metabolik sebagian besar berprofesi sebagai IRT (20%). 2. Perilaku Merokok Tabel 2 menunjukkan komPonen perilaku merokok. Berdasarkan status diperoleh nilai merokok, sebagian besar responden yang mengalami sindrom metabolik (SM) umumnya tidak merokok yaitu 80,2"/". Dati 38,6"/o responden yang merokok, yang mengalami SM sebagian besar merupakan perokok berat (konsumsi > 20 batang/hari) yaitu91,,7"/". Jenis rokok yang dikonsumsi oleh 1,000 Pembahasan 1-. PerilakuMerokok Sindrom metabolik merupakan kumpulan gejala metabolik yang iugu merupakan salah satu faktor risiko yang manifestasi akhimya adalah penyakit responden yang menderita SM sebagian besar adalah berfilter yaltu 75"/" sedangkan yang tidak mengalami SM sebagian besar kardiovaskuler. Hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya hidup dan lingkungan disamping faktor genetik, jenis kelamin, umur, hiperkolesterol, diabetes mellitus, mengkonsumsi rokok non-filter (30%). Berdasarkan lama merokok, sebagian besar responden yang menderita sindrom metabolik lama merokoknya singkat (< L0 tahun) yaitu dan obesitas. Salah satunya komponen gaya hidup adalah merokok. Merokok diketahui daPat menurunkan jumlah kolesterol HDL, meningkatkan kadar LDL serta merangsang hormon katekolamin yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah. Jantung tidak 75%. 3. p hipotesis nol diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara gangguan kesehatan mental menurut Mini Neuropsychiatric dengan kejadian sindrom metabolik. KesehatanMental Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang mengalami gangguan kesehatan mental berdasarkan Riskesdas, sebagian besar menderita sindrom metabolik 156 Vol.II, No. 3 tahun Jurna| Madani FKM UMI 2009 diberikan kesempatan beristirahat dan tekanan darah semakin tinggi, yang berakibat timbulnya hipertensi yang merupakan faktor berbahaya namun tidak mnurunkan risiko karena rokok yang berfilter memberikan risiko sindrom metabolic (Kabo, (Humranengsi, 2002). Berdasarkan lhma banyak CO daripada rokok notfilter 2008). merokok diperoleh bahwa Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden yang mengalami sindrom metabolik tidak merokok. Hanya 74,1"/0 responden yang merokok. Sedangkan yang tidak SM 25,9 %y^gmerokok. Yang terpenting dalam rokok adalah jumlah batang rokok yang dikonsumsi, bukan lamanya seseorang merokok (Soeharto, 2004). Orang yang merokok > 20 batang sehari dapat tertinggi responden yang adalah yang lama merokoknya singkat ( <10 tahun) yaltu75"/", sedangkan yang tidak SM sebagian besar telah lama merokok ( >10 tahun) yaitu 26%. Lama kebiasaan merokok merupakan dose response terhadap kejadian sindrom metabolik. Variabel jumlah rokok yang dihisap setiap hari lebih menggambarkan efek kumulatif dari bahan beracun yang terkandung dalam rokok dibandingkan dengan iama kebiasaan mempengaruhi atau memperkuat dua faktor risiko (Hipertensi utama dan hiperkolesterolemia) (Anwar, 2004). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar reponden yang merokok dan mengalami sindrom metabolik umumnya adalah perokok berat (konsumsi > 20 batanglhari) yaitu 91,7o/", yang tidak sindrom perokok ringan (31"/"). Merokok sedangkan persentase mengalami SM merokok. Hasil penelitian " Lipid Research Program Preoalence Study" menyebutkan bahwa yang paling penting adalah jurnlah rokok yang dikonsumsi dibandingkan lamanya seseorang merokok (Anwar, adalah 2004). Penelitian yang dilakukan oleh batang/hari akan menurunkan HDL (laki-laki L1%, perempuan 1.4"/"). Angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan merokok sigaret hampir bekorelasi linier dengan jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari dan tahun pemakaian. Berdasarkan jenis rokok yang dikonsumsi, umumnya responden yang mengalami sindrom metabolik menggunakan rokok filter (sigaret ) yaitu 75"/o. Maraknya penggunaan filter dan sigaret yang " rendah tar dan nikotin" telah mengurangi risiko secara nyata, tetapi masih membutuhkan waktu lebih lama untuk menilai kegunaan cara tersebut. Walaupun adanya penggunaan filter, namun apabila perokok mengambil hisapan lebih besar sehingga pemaparan ke berbagai komponen asap rokok yang Wardoyo (1999) yang mengatakan bahwa rokok sangat berpengaruh terhadap pengaruhnya bukan hipertensi dimana hanya karena merokok tetapi sangat dipengaruhi oleh lamanya dan jumlah merokok, karena semakin lama merokok dan banyaknya yang dihisap/dikonsumsi, maka tekanan darah akan meningkat dalam waktu yang lama pula dan bahkan cenderung untuk menetap. Zat yang dapat menydbabkan tekanan darah meningkat adalah nikotiry merangsang saraf simpatis dan diikuti oleh pelepasan epinerfin sehingga denyut nadi cardiac output, resistensi vascular akan meningkat, dan tekanan darah pun meningkat intermitten (Jallo, 2006). 157 secara Vol.II, No. 3 tahun Jurna| Madani FKM UMI 2009 2. KesehatenMental Hasil Penelitian diPeroleh bahwa berdasarkan kriteria Riskesdas menuniukkan sebagian besar responden yang bahwa mengalami gangguan mental' 78'5"/" *"nlulumi sinarom metabolic' sedangkan yuniria* mengalami gangguan mental yang jtga tinggi -"rigutu*i sindrom metabolik yang menggunakan Dari analisis lni square diperoleh hasil bahwa tidak kesehatan terdapat hubungan antara keadaan yuiti 77,0"/". kejadian mental berdasarkan riskesdas dengan dilihat sindrom metabolik' Pada tabel 3 dapat jumlah antara responden yang bahwa tidak mengalami gangguan mental 9u^ yang mengalami gangguan mental baik sindiom metabolik mauPun yang tidak angka yang sindrom metabolik menuniukkan tidak terlalu menonjol atau hampir sama' inilah yang sehingga angka yang hampir sama *u*f,J.rgur,rtti variabel keadaan kesehatan mental berdasarkan riskesdas tidak memPunyai hubungan dengan keiadian yang sindrom metabolik, artinya responden mauPun mengalami gangguan mental (78'5%) tidai mengulumi gangguan mental (77'0%) berpeluang untuk mengalami sindrom uii statistik meiabolik- Walaupun dari analisis menunjukkan persentase responden sindrom metabolik Yang mengalami kecil gu.rggrrun mental (77,5%) Iebih IiU*aittgtutt dengan responden yang mengalami sindrom Letabolik tetapr tidak gangguan mental (78,3"/")' Dari analisis dengan menggunakan uii chi square dipJroleh hasil bahwa tidak terdapat hrrbungan antara variabel keadaan sindrom kesehalan mental dengan keiadian metabolik. Ini menunjukkan bahwa keadaan kesehatan mental berdasarkan Mini Neuropsychiatric tidak menentukan mengalami keiadian sindrom seseorang metabolik. BanYak gejala Yang berhubungan ,dengan klsehatan mental akibat dari uduiyu sindrom m6tabolik menimbulkan rasa cemas, geliserh' khawatir' dan ketakutan berlebihan pada responden' timbul Gangguan kesehatan mental ini iuga akibat faktor umur dari resPonden Akibat Proses menua Pada usia yang laniut mengalami berbagai perubahan terpai ,".u-ru alami, baik aspek fisik' psikis dan sosial. Berdasarkan indikator gangguan maka mental-emosional (Depkes RI' 2007)' ditemukan 38,5"/" usia laniut Yang mental-emosional mengalami gangguan yan; PaHng banYak diiumgai adalah gu"!g"u" tntit tiad' Hal ini didukung oleh oleh TeV S' (2005) yang antara menunjukkan tidak ada hubungan gangguan kesehatan mental berdasarkan metabolik' riskesdas dengan kejadian sindrom akan tetapi hasil penelitian ini menuniukkan lebih banyak responden sindrom metabolik Hal ini yang mengalami gangguan mental' mental sesuai dengan teori bahwa gangguan yang berkepanjangan ak1 lengakibatkan seseorang mengalami keiadian sindrom metabolik' Dari hasil Penelitian sehingga !"""f1tiutt mendapatkan usia taniut yang mengalami satu gangguan tidur sangat banyak'.Salah beruPa ;"";;""" kesehatan mental dapat terganggunya pola tidur atau tidak tidirr leiap. Gangguan pola tidur ini dapat diakibatkan oleh meningkatnya hormon akan stres dalam tubuh yang kemudian jalannya metabolisme mengganggu la tabel g' Pac berdasarkankriteriaMiniNeuropsychiatric 158 lurnal Madani FKM UMI Vol. II, No. 3 tahun 2009 sehingga detoksifikasi (proses penetralan Kesimpulan dan Saran racun dalam tubuh) tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat Secara disimpulkan bahwa resPonden Yang mengalami sindrom metabolik (SM) sebagian besar tidak merokok, Yang mengakibatkan produk metabolisme yang dapat sampmgan mengakibatkan gelisah pada saat tidur. Pola tidur merupakan suatu kebiasaan yang terbentuk dari suatu proses namun pola ti{.ur seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor kelelahan dan faktor merokok merupakan perokok berat, jenis rokok yang dikonsumsi umumnya berfilter dengan lama merokok ) 5 tahun' Untuk kesehatan mental diperoieh bahwa Tidak ada hubungan antara gangguan kesehatan metal dengan kejadian sindrom metabolik baik berdasarkan Riskesdas maupun Mini psikologis. Setelah bekerja keras sehariary umumnya seseorang akan lebih mudah dan cepat merasa ngantuk dan tertidur. Sebaliknya seseorang yang mengalami kelainan psikologis, seperti banyak pikir, Neuropsychiatric. Berdasarkan hasil Yang diPeroleh maka disarankan perlunya penelitian lebih lanjut yang memperhatikan efek kumulatif dari bahan berbahaya rokok dengan menghitung jumlah rokok yang telah dihisap sampai habis dan lama merokok intensif dan juga penelitian yang lebih mendalam mengenai pengaruh kesehatan mental (fisiologis, psikologis dan perilaku) terhadap kejadian sindrom metabolik' sering merasa khawatir menyebabkan gangguan pada dirinya sehingga kesulitan untuk tidur. Hasil penelitiaan menunjukkan bahwa bahwa seseorang yang tidur dibawah 6 jam sehari atau kurang tidur akan berdampak pada stamina tubuhnya, yaitu tubuh menjadi lesu, kurang konsentrasi dan lain-lain (Sundari, 2005). Hasil penelitian lain dapat keseluruhan Yang cirkemukakan oleh Leonard Marvlm (1995) yang menyatakan bahwa stres, baik fisik maupun emosional menyebabkan kenaikan sementara pada tekanan darah namun bila stres tersebut menjadi kebiasaan yang menetap dalam kepribadian seseorang setiap hari, maka tekanan darah pun akan naik dan Daftar Pustaka Adriansjah, H., & Adam,l.'2006. Sindroma metabolik; pengertian, epidemiologi dan kriteria D ia gno s ti diagnosis. Fotum cum, 2006. 4:0854-7 65 1. American Hearth Association, 2008. dan terus, cenderung untuk bertahan menyebabkan hipertensi yang menetap. Update At Glance. Hearth diseases and stroke statistik. Anwar,,T., 2004. Faktor risiko Penyakit Sindrom metabolik merupakan kumpulan Jantung Koroner. gejala kelainan metabolik, yang Penyebabnya bukan hanya akibat stress, namun faktor gaya hidup dan genetik jtgu berpengaruh Fakultas Sumatra Utara. dalam periode waktu yang lama Kedokteran Universitas Depkes RI, 2007. Modu1 entrY data kuesioner Riskedas, Jakarta (Adriansjah & Adam, 2006). 159 Vol.II, No. 3 tahun JurnaL Madani FKM UMI 2009 Humranengsi, Hubungan merokok dengan kejadian PJK di RSUP Dr' Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2002' Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Jallo, K., 2006. Faktor risiko yang dapat mempengaruhi teriadinya hipertensi pada usia dewasa muda (20 Tahun) Di Unit Rawat |alan Sartika, C., 2006. Penanda inflamasi, stress oksidatif dan disfungsi endotel pada sindrom metabolik. Forum diagnosticum Prodia diagnostics educational serais. Soeharto, 2004. Serangan jantung dan stroke. |akarta 40 Rs Labuang Baji Makassar' Skripsi FKM Unhas Makassar Kabo, P., 2008. Mengungkap pengobatan Gramedia Pustaka Utama Sundari, S., 2005. Kesehatan mental dalam kehiduPan. ]akarta: Rhineka CiPta Targher, G., ilkk.,' Cigarette smoking and insulin resistance in patients with penyakit jantung koroner' jakarta : PT noninsulin-dePendent Sun diabetes clinical mellitus. lournnl "f EndocrinologY and metabolism' Nuryati, 5., 2007.Indonesia tobacco control network. : PT httP://webbisnis'com/edisi- www.icem.endoiournals.org' diakses 22 Februari 2009 Tuni 2008 Riskesdas, 2008. Laporan akhir Riset Kesehatan Dasar Propinsi Sulawesi Selatan. DePkes. Jakarta 160