STUDI EKSPLORASI TENTANG VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN IMPLEMETASI PROGRAM PELAYANAN & REHABILITASI DINAS SOSIAL KOTA SURABAYA DALAM PENGENTASAN WANITA TUNA SUSILA DI KOTA SURABAYA Serly Pratiwi Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga Abstract Surabaya is the capital of East Java province and known as city of heroes, one of the problems that often happen in big cities in Indonesia including Surabaya is the phenomenon of urbanization, which refers to the pattern of growth come within the city in which the rate of urbanisasi exceed the capacity of the economic and social structure of the city, this phenomenon is one of the causes of the emergence of numerous social problems, such as the existence of localization, the sluttish and is part of the PMKS (persons with problems of social welfare), localization or porstitusi is container grown community a troubling disease channel and needed an attempt treatment. Focus this research is implementation program handling of sluttish done by the dept city surabaya duty is supported by regulation ministries. Ministry indonesian have a program on the run by social dept. city surabaya namely cleaning program sluttish woman who continues with closure localization and over profession. This research using a research exploration and methods qualitative which aims to describe about implementation progra m which has indicators and of factors affect programs and classifications form the rehabilitation social dept. city Surabaya in the services and social rehabilitation against sluttish woman localization in Surabaya. So it not only explains how the implementation of social service programs conducted in Surabaya city, but can also see more clearly what your efforts in doing social service, the city of Surabaya in the alleviation of sluttish woman in the city of Surabaya, the results of this research is to know how the efforts and the role of social services in the city of Surabaya WTS reduction program. Keywords: implementation of programs, services, social rehabilitation, poverty prostitutes. Pendahuluan Negara-negara yang sedang berkembang mempunyai beberapa permasalah yang sama, salah satunya adalah kesejahteraan masyarakat, Negaranegara berkembang yang masih sibuk dengan urusan pembangunan di sektor ekonomi seakan mengesampingkan aspek-aspek kesejahteraan masyarakat. Kebanyakan di negara berkembang seperti Indonesia masalah kesejahteraan masyarakat adalah problem wajar di dalam pembangunan. Namun sebenarnya bila dikaji lebih lanjut masalah-masalah yang timbul akibat dari terkesampingkannya upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat oleh pemerintah ini akan menimbulkan masalah-masalah yang akan menghambat lajunya pembangunan suatu negara, termasuk pembangunan dalam sektor ekonominya. Lambatnya laju pembangunan khususnya dalam sektor ekonomi menyebabkan kurangnya lapangan pekerjaan. Hal ini menyebabkan jumlah pengangguran semakin meningkat. Pengangguran disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya masalah-masalah sosial. Salah satu problem krusial yang seringkali terjadi di kawasan kota-kota besar di Indonesia termasuk kota Surabaya adalah fenomena urbanisasi berlebih ( over urbanization ). Fenomena urbanisasi berlebih menunjuk pada pola pertumbuhan penduduk yang sangat mencolok di kawasan kota dimana laju urbanisasinya melebihi kapasitas struktur ekonomi dan sosial kota. Akibat yang tak terelakan ketika antara daerah satu dengan yang lainya mengalami kesenjangan sosial. kesempatan kerja yang terdapat di pedesaan makin langkah dan upa yang didapatkan tidak dapat memenuhi kehidupan, maka pilihan yang paling reaslitis adalah mencoba untuk mengadu nasib mencari pekerjaan di kota-kota besar, seperti Surabaya yang dianggap sebagai kota terbesar kedua setelah ibu kota Jakarta nampaknya juga sedang mengalami fenomena tersebut. Namun, fenomena over urbanisasi di kota Surabaya ini sebenarnya hanyalah salah satu factor ( variable ) penyebab munculnya berbagai problem perkotaan di Surabaya. Dampak dari fenomena urban tersebut di atas menjadikan kota Surabaya sebagai kawasan urban yang memiliki berbagai masalah sosial yang sangat kompleks. Diantaranya yang kini menjadi problem aktual di kota ini keberadaan PMKS atau Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial masih menjadi persoalan yang cukup rumit hampir di setiap Provinsi, Kota/ Kabupaten. Pengertian Kesejahteraan Sosial menurut UU No. 11 tahun 2009. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Salah satu masalah sosial di kota Surabaya yang melenceng dari norma yang terdapat di masyarakat dan mendesak untuk segera di tangani adalah meluasnya praktik pelacuran. Seperti kegiatan shadow economy lain, pelacuran adalah salah satu masalah sosial yang memiliki akar sejarah yang panjang. Sekitar tahun 1884, kompleks pelacuran di kota-kota besar dijaman itu muncul bersamaan dengan kegiatan pembangunan jalan kereta api yang menghubungkan kota-kota di jawa, seperti Batavia, Bogor, Cianjur, Bandung, Cilacap, Yogyakarta dan Surabaya. Perkembangan jalur transportasi baru, pembangunan hotel, munculnya pemukiman baru, dan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan seksual para pekerja, lambat-laun menyebabkan di sepanjang lintasan jalan kereta api – terutama disekitar stasiun- mulai muncul sejumlah wanita penghibur yang kemudian diikuti oleh tumbuhnya kompleks lokalisasi. Prostitusi di Indonesia dipandang negatif, karena dengan adanya kegiatan prostitusi ini sangat meresahkan kehidupan masyarakat terutama di sekitar wilayah yang dijadikan tempat prostitusi sebab prostitusi sangat bertentangan dengan norma adat, agama dan hukum. Adapun peraturan yang terkait dengan masalah prostitusi ini adalah Pasal 296 KUHP untuk praktik germo dan Pasal 506 KUHP untuk mucikari maka dari itu perlu adanya upaya yang keras dari pemerintah dan aparat hukum dalam penangan masalah prostitusi di Indonesia, program dan sosialisasi yang di berikan sebagai jalan keluar. Pemerintah Kota Surabaya memiliki surat keputusan Pemerintah Kota Surabaya yaitu Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II atau Kota Surabaya No.7 Tahun 1999 tentang larangan penggunaan bangunan/tempat untuk perbuatan asusila serta pemikatan untuk melakukan perbuatan asusila di Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya. Instruksi Walikota Surabaya Nomor 1 Tahun 2012. Tentang Penyelengaraan Kesejahteraan Sosial ( lembaran Daerah Kota Surabaya Tahun 2012 Nomor 2 tambahan Lembaran Daerah Kota Surabaya Nomor1). Instruksi Walikota Surabaya Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Pemutakiran Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial. Menimbang bahwa dalam rangka pelaksanaan program rehabilitasi sosial di Kota Surabaya diperlukan data yang lengkap mengenai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Pengembangan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) dapat tepat sasaran. Mengingat diantaranya adanya Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 2 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. Menginstruksikan Kepada Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya, untuk melaksanakan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial sesuai dengan tugas dan fungsi masing masing. dan Dinas Sosial memiliki program Masing-masing dalam pengentasan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dimana, Tuna Susila terdapat di dalamnya. Program/ kegiatan yang berhubungan dengan Tuna Susila masuk di dalam Tugas dan Fungsi Seksi Rehabilitasi Anak dan Tuna Sosial, salah satunya tentang Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial yang memiliki kegiatan berupa pelatihan bagi Wanita Tuna Susila Yang berada di Kota Surabaya. Kegiatan tersebut berupa pelatihan tataboga dan handycraft bagi para Wanita Tuna Susila, yang memiliki Dasar Hukum,berdasarkan UU’45 mengenai Dekarasi Universal Hak Asasi Manusia, UU No 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, UU No 23 tahun 2002 tentang Perdagangan Anak, UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah serta berdasarkan Instruksi Gubernur Jatim No 460/16474/031/2010 tanggal 30 november 2010 perihal Pencegahan dan Penanggulangan Porstitusi Serta Woman Traficking. Terdapat enam lokalisasi besar di Surabaya yang sampai saat ini diupayakan oleh pemerintah daerah untuk ditutup. Yakni , Dolly, Kremil (Tambak Asri), Dupak Bangunsari, Sememi, Moroseneng dan Klakahrejo. Surabaya sendiri, kendati telah memiliki perda ( Peraturan Daerah) yang jelas-jelas melarang pelacuran, dan telah pula dikembangkan berbagai program intervensi untuk mengeliminasi praktik pelacuran. Tetapi, karena program-program yang dilakukan cenderung bersifat segmenter, temporer, dan kurang kontekstual, maka jangan heran jika dilapangan yang terjadi justru peningkatan jumlah pekerja seks. Kegiatan Pemetaan dan Pengembangan Program Penanganan pelacuran di Kota Surabaya sebagaimana dilaporkan ini adalah salah satu untuk memahami kehidupan sosial dan faktor-faktor, serta problema yang dihadapi para pelacur atau pekerja seks di Kota Surabaya, agar kemudian dapat disusun langkahlangkah intervensi yang benar-benar kontekstual. Peneliti mengambil tempat penelitian di Dinas Sosial kota surabaya yang merupakan lembaga pelayanan publik dibawah Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Timur, karena Dinas Sosial mempunyai tugas pokok dibidang pembangunan kesejahteraahan social di Kota Surabaya, salah satunya dalam penanganan yang menangani Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Dinas Sosial Kota Surabaya sebagai salah satu pelaksana otonomi daerah sebagai amanat UUD 1945 secara konstitusional maupun legal diarahkan untuk memercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan yaitu untuk mengetahui bagaimana Bagaimana implementasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi dalam program pelayanan dan rehabilitasi sosial oleh Dinas Sosal Kota Surabaya dalam pengentasan WTS di Kota Surabaya. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian eksplorasi, Tahap ini dilakukan untuk memperoleh transparansi tentang apa sebenarnya yang harus dilakukan apabila objek tersebut benar-benar dijadikan sasaran penelitian. Tahap ini sangat bermanfaat bagi sebuah keputusan, jadi atau tidak penelitihan dilakukan. Teknik penetapan informan dilakukan melalui purposive, dimana informan yang dipilih merupakan pihak yang dianggap paling mengetahui dan memahami tentang permasalahan dalam penelitian ini. Ketepatan dalam pemilihan sampel awal ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan kelancaran pengumpulan informasi, yang pada akhirnya akan menentukan efisiensi dan efektivitas penelitian. Implementasi Program Penjelasan mengenai implementasi pada dasarnya merupakan aplikasi rancangan pelayanan publik yang telah disusun sebelumnya, dapat dilaksanakan dengan prinsip kesederhanaan/kejelasan dan kepastian, keamanan, keterbukaan, efektif, efisien, adil, dan tepat waktu. Selanjutnya ditetapkan kewenangan, biayanya, cara pengawasan dan pengendaliannya yang bersifat terpadu, inklusif di dalamnya tatacara menyelesaikan sengketa jika terjadi dalam pelayanan publik tersebut (Ibrahim Amin 2008:55) Menurut Usman (2002:70) implementasi bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Guntur (2004:39) Perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif. Hanafiah (2002:67) Suatu Proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi, pengembangan kebijakan penyempurnaan suatu program. dalam rangka Dari berbagai pengertian tersebut peneliti menarik kesimpulan bahwa implementasi program yang sesuai dengan konteks penelitian ini adalah suatu proses dalam melaksanakan kebijakan berupa aktivitas, tindakan yang terencana yang memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi dalam rangka mencapai tujuan kegiatan. Dari berbagai pengertian tersebut peneliti menarik kesimpulan bahwa implementasi program yang sesuai dengan konteks penelitian ini adalah suatu proses dalam melaksanakan kebijakan berupa aktivitas, tindakan yang terencana yang memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi dalam rangka mencapai tujuan kegiatan. Variabel Program Yang Mempengaruhi Keberhasilan Keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik menurut Grindle, ditentukan oleh tingkat implementability kebijakan itu sendiri, yang terdiri atas Contents of Policy dan Context of Policy. Contents of policy yaitu isi kebijakan atau program akan berpengaruh pada tingkat keberhasilan implementasi. Isi kebijakan yang dapat mempengaruhi implementasi, dan context of policy konteks dimana dan oleh siapa kebijakan tersebut diimplementasikan juga akan berpengaruh pada tingkat keberhasilannya, karena seberapapun baik dan mudahnya kebijakan dan seberapapun dukungan kelompok sasaran, hasil implementasi tetap pada implementornya. Karakter dari pelaksana akan mempengaruhi tindakan-tindakan pelaksana dalam mengimplementasikan kebijakan karena pelaksana adalah individu yang tidak mungkin bebas dari kepercayaan, aspirasi dan kepentingan pribadi yang ingin dicapai. variabel yang mempengaruhi keberhasilan menurut teori Grindle. 1. Kelompok Sasaran Interests affacted atau kelompok sasaran, berkaitan dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Indikator ini berargumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauhmana kepentingan kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya, hal inilah yang ingin diketahui lebih lanjut. Dalam konteks ini kepentingan yang diharapkan terpengaruh program yang utama adalah wanita tuna susila yang keberadaanya di lokalisasi di kota Surabaya dan kepentingan selanjutnya yang diharapkan terpengaruh oleh program adalah mucikari yang keberadannya di lokalisasi di kota Surabaya. Dalam implementasi program dapat berjalan dengan mudah apabila di dalam kebijakan yang ingin dipengaruhi oleh program, karena tidak akan menimbulkan perlawanan yang besar bagi kepentingan yang merasa dirugikan di dalam implementasi program. 2. Keuntungan Kelompok Sasaran Contents of policy atau berupaya untuk menunjukkan atau menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukan dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian kebijakan yang hendak di 1 laksanakan. Dalam konteks penelitian ini jenis manfaat yang akan dihasilkan sesuai dengan nama program yaitu adalah pengentasan wanita tuna susila dan dilanjutkan degan kegiatan alih profesi. Dalam implementasi, program dapat berhasil apabila kebijakan di dalam implementasi dapat memberikan manfaat secara pribadi maupun kelompok akan lebih muda di implementasikan karena manfaat yang dihasilkan. Sehingga lebih muda dalam mendapatkan dukungan dari kelompok sasaran dan kelompok masyarakat. 3. 6. Resources commitend pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumberdayasumberdaya yang mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan baik. Tersedianya sumber daya yang dibutuhkan dalam mengimplementasikan sebuah program apabila dimiliki dan disiapkan dengan baik akan mempermudah di dalam pelaksanaan program, dimana sumberdaya yang digunakan dapat berasal dari mana saja, yaitu seperti tenaga kerja yang ahli di bidangnya serta sarana dan prasarana. 7. Karakteristik Stakeholder Institutions and regime characteristic yaitu lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin dijelaskan karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan. 9. Pelaksana Program Program implementers dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan adanya pelaksanaan kebijakan yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan. Dan, ini harus sudah terdata atau terpapar dengan baik pada bagian ini.2 Dalam pelaksanaan program tingkat keberhasilan suatu program ditentukan juga oleh siapa yang melaksanakan program yang memiliki kemampuan dan tugas sesuai dengan fungsi dalam menjalankan sebuah kebijakan, maka hasil yang di dapat ditentukan oleh siapa yang melaksanakan program. 2 Strategi Pengambil Keputusan Program Site of decision making atau letak pengambilan keputusan, pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan megang peranan penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, atau pada bagian ini harus dijelaskan dimana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang di implentasikan. Semakin tersebar kedudukan pengambil keputusan dalam kebijakan baik secara geografis ataupun organisasi,yang implementasinya melibatkan banyak instansi akan semakin sulit untuk implementasinya. 1 Kepentingan, Power, interest and strategies of actors involved , dalam suatu kebijakan perlu di perhitungkan pula kekuatan atau kekuasaan, kepentingan, serta strategi yang digunakan oleh para aktor yang terlibat guna memeperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. Bila hal ini tidak diperitungkan dengan sangat matang sangat besar kemungkinan program yang hendak diimplementasikan akan jauh dari harapan. 8. 5. Kekuasaan, Stakeholder Tingkat Kepentingan Stakeholder Extent of change envisioned setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai. contents of policy yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah bahwa seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas. 4. Sumber Daya Program Ibid. Hal 154 Ibid. Hal 155 Kepatuhan Daya Tangkap Compliance and responsivene hal lain yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan adalah kepatuan dan respon dari para pelaksana, maka yang hendak dijelaskan pada poin ini adalah sejauh mana kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam menghadapi suatu kebijakan Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti mengunakan teori Grindle yang digunakan untuk mendiskripsikan sebuah program. dimana terdapat indikator yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan program dan faktor lain yang dapat mempengaruhi program. Indikator yang dapat mempengarui keberhasilan pelaksanaan yaitu, interests affacted (kepentingan yang terpengaruhi oleh program), type of benefits ( jenis manfaat yang akan dihasilkan), extent of change envisioned (derajat perubahan yang diinginkan), site of decision making (status pembuat keputusan), program implementers (siapa pelaksana program dan sumber daya yang digunakan) dan resources commitend (sumber daya yang digunakan). Faktor lain yang dapat memepengaruhi program yaitu power, interest and stategies of actors involved (kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat), institutions and regime characteristic (karateristik lembaga dan penguasa) dan compliance and responsivine (kepatuhan dan daya tangkap) Kesimpulan Dari hasil penelitian maka dapat ditarik beberapa kesimpulan terkait dengan rumusan masalah, tentang bagaimana implementasi dan faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan implementasi dalam program pelayanan dan rehabilitasi sosial oleh dinas sosial kota Surabaya dalam pengentasan WTS, yaitu: Pertama, adanya program yang dilakukan oleh dinas sosial kota Surabaya merupakan salah satu strategi yang di realisasikan oleh dinas sosial kota Surabaya dalam upaya untuk mengurangi keberadaan wanita tuna susila dan mengurangi jumlah wanita tuna susila. Yang di harapkan dengan upaya rehabilitasi yang diberikan berupa pembinaan keterampilan para wanita tuna susila dapat memiliki keterampilan yang telah di berikan selama program berlangsung, dan dapat melanjutkan keterampilan tersebut di kehidupan sehari-hari. Serta menjadikan keterampilan yang dimilikinya sebagai mata pencaharian yang baru untuk para wanita tuna susila. Kedua, Dalam proses pelaksanaan program dinas sosial melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat dan juga provinsi serta lembaga yang dapat menjangkau langsung sasaran program yaitu keterlibatan Lembaga Kesejahteraan Sosial. Bentuk koordinasi dilakukan sejak awal pelaksanaan program dimana tahapan awal yaitu pendataan yang dilakukan oleh lembaga kesejahteraan sosial dan memberikan ke dinas sosial, lalu dinas sosial kota Surabaya melanjutkan ke dinas provinsi Jatim, dan provinsi melanjutkan ke kementerian sosial. Tahapan selanjutnya, kementerian sosial melakukan verifikasi data ulang bersama dinas sosial kota Surabaya dan dinas sosial provinsi. Data yang diperoleh dari hasil lapangan di olah oleh kementrerian untuk menentukan berapa dana yang akan di berikan untuk alih profesi. Tahapan selanjutnya dilakukan dinas sosial kota dengan lembaga kesejahteraan sosial berupa pelatihan fisik dan mental dibantu oleh Badan pemberdayaan masyarakat dan tokoh agama setempat. Ketiga, dalam pelaksanaan program terdapat contents dan context of policy. Contens of policy yaitu kepentingan yang terpengaruh oleh program adalah wanita tuna susial dan melibatkan mucikari serta warga dampak penutupan lokalisasi, dan kepentingan yang mempengaruhi adalah pemerintah selaku pelaksana program. Jenis manfaat yang di hasilkan bagi pemerintah adalah memberikan kesejahteraan sosial bagi penyandang masalah kesejateraan sosial serta mengembalikan reintegrasi kondisi sosial dan mengambalikan mereka ke masyarakat seperti sediakala, jenis manfaat yang di hasilkan bagi penerima program adalah mereka memiliki kemampuan keterampilan dari upaya rehabilitasi yang di berikan pemerintah yang dapat di gunakan di tengah-tengah masyarakat. Derajat perubahan derajat perubahan yang diinginkan penerima program adalah dapat berkurangnya dan mempersempit jaringan porstitusi di kota masing masing dan bagi penerima program, jenis manfaat yang dihasilkan adalah mereka memiliki kemampuan keterampilan yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk alih profesi, derajat perubahan yang diinginkan penerima program adalah pemerintah terus memberikan pelatihan berkelanjutan dan segera merecovery perbaikan ekonomi. Di dalam program letak pengambilan keputusan ada di tangan kementrian sosial, pelaksana program adalah dinas sosial kota di bantu dengan lembaga kesejateraan sosial karena dinas kota lah yang mengetahui permasalahan di kota, dan lembaga kesejahteraan sosial yang mengetahui permasalahan di wilayah jangkauannya yaitu lokalisasi. Sumberdaya yang digunakan dalam pelaksanaan program adalah lembaga kesejahteraan dan kelompok kerja yang keberadaannya di lokalisasi sehingga dapat membantu dinas sosial kota untuk memeonitoring dan melakukan uapya tindak lanjut. Keempat, Context of policy yaitu pemerintah menggunakan pendekatan secara persuasif terhadap pihak yang kontra dalam pelaksanaan program, hal ini dilakukan sebagai cara untuk mengetahui keinginan dan jalan tengah yang diinginkan oleh pihak yang kontra dalam pelaksanaan program yaitu mucikari. Kelima, dalam pelaksanaan program bentuk reabilitasi yang di berikan oleh pemerinah yaitu, bentuk rehabilitasi yang dilakukan secara berkelanjutan mulai dari sebelum penutupan hinga pasca penutupan pemerintah masih memberikan pelatihan keterampilan utuk eks-WTS dan eks-mucikri serta warga yang terkena dampak penutupan. Daftar Pustaka Agustino, Leo. 2012, Dasar -Dasar Kebijakan Publik. Bandung; Alfabeta. Badan Pusat Statistik. 2011, Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Bintoro Tjokroamijojo. 1990, Perencanaan Pembangunan, Jakarta: CV Masagung. Bungin, Burhan. 2003, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Canadian International Development Agency, CIDA's Policy on Poverty Reduction. January 1996. Catalogue No: E94-236/1996 Center for Fiskal and Monetary Studies. 1992 , Strategi, Perencanaan Dan Evaluasi Pengentasan Kemiskinan, Jakarta: PT Bina Rena Parawira. Dwiyanto, Agus, dkk. 2002, Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Fafida, Azifatul. 2010, Skripsi: Mantan Pelacur: Studi Tentang Presepsi Mantan Pelacur Berkaitan Dengan Pandangan Masyrakat Di Surabaya, Fak. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya. Hanif Nurcholis. 2009, Perencanaan Partisipasif Pemerintah Daerah, Jakarta : Grasindo. Harsono, Hanafiah. 2002, Implementasi Kebijakan dan Politik. Bandung: Pustaka Buana Ibrahim Amin. 2008, Teori dan Konsep Pelayanan Publik Serta Implementasinya, Bandung: CV. Bandar Maju. Indiahono Dwiyanto. 2009, Perbandingan Administrasi Publik, Model, Konsep Dan Aplikasi, Yogyakarta, Gava Media. J.S. Badudu, Sultan Mohammad Zain. 2001, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Kartini Kartono.2005, Pantologi Sosial, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Kerjasama Dinas Sosial dan Pemberdayaan Perempuan Kota Surabaya dengan Lembaga Penelitian Universitas Airlangga Surabaya. 2003, Program Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pemberdayaan Perempuan, Surabaya. Koentjoro. 2004, On The Spot: Tutur Dari Sang Pelacur, Yogyakarta : Tinta. Kurniawan, Agung. 2005, Transformasi Pelayanan Publik, Yogyakarta; Pembaruan. Lumkan, Sampara. 2000, Manajemen Kualitas Pelayanan, Jakarta ; STIA LAN. Miles, J. Mathew dan Huberman, A. Michael 1992, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode Moleong,Lexi. 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Moenir, H.A.S. 2001, Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara. Nurmadi Achmad. 2010, Manajemen Pelayanan Publik, Yogyakarta. PT Sinergi Visi Utama. Ndraha, Taliziduhu. 1985, Research: Teori, Metodologi, Administrasi, Jakarta: PT Bina Aksara. Setiawan, Guntur. 2004, Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, Jakarta: Cipta Dunia Sugandi suprayogi. 2001, Administrasi Publik: Konsep dan Perkembangan Ilmu di Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu. Sudarso, Karnaji. 2005, Penelitian Model Pengentasan Kemiskinan Melalui Peran Serta Masyarakat Mampu Di Provinsi Jawatimur. Surabaya: Lutfansah. Suyanto, Bagong & karnaji, 2004, Pemetaan Dan Pengembangan Program Penanganan Pelacuran DI Kota Surabaya. Surabaya: kerja sama Lembaga Penelitian Universitas Airlangga Dengan Dinas Sosial Dan Pemberdayaan perempuan Kota Surabaya. Suyanto,Bagong & Dwi Narwoko. 2010, Sosiologi: Teks pengantar & terapan. Jakarta: Kencana. Soelaeman, Munandar. 2005, Ilmu sosial dasar teori dan konsep ilmu sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2005, Manajemen Pelayanan: Pengembangan Model Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter danStandar Pelayanan Minimal, Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Raharjo, M Dawam. 2006, Menuju Indonesia Sejahtera (Upaya Konkret Pengentasan Kemiskinan), Jakarta: Khananta, Pustaka LP3ES. Sarwono, Solita. 1997, Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, Yogyakarta: Gajah Mada University. Sanapiah, Faisal. 1981, Penelitian Kualitatif : Dasar dan Aplikasi, TA3, Malang. Sedarmayanti. 200,. Good Governance: Kepemerintahan Yang Baik, Bandung: Mandar Maju. Setijaningrum Erna. 2009, Inovasi Pelayanan Publik, Surabaya: PT Revka Petra Media. Soetomo. 2008, Masalah Sosial Dan Upaya Pencegahannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suyanto Bagong, Karnaji. 2005, Kemiskinan Dan Kesenjangan Sosial: Ketika Pembangunan Tak Berpihak Kepada Rakyat Miskin, Airlangga University Press. Suyanto Bagong, Karnaji. 2004, Penanganan Pelacuran Di Kota Surabaya, Surabaya. Airlangga University Press. Tentang rehabilitasi menurut Departemen RI melalui www.aidsjateng.co.id diakses pada tanggal 11 November 2013. Tentang fungsi Kementrian Dalam Negeri melalui www.kemendagri.go.id diakses pada tanggal 11 desember 2013 pukul 11.00. Tentang kelompok sasaran rehabilitasi bagi PMKS melalui www.kemensos.go.id diakses pada tanggal 20 September. Pukul 15.00. Terence dkk, 1997, Pelacuran di Indonesia, Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Tentang Jenis PMKS melalui www.kemensos.go.id diakses pada tangga 11 Oktober . pukul : 22.15. Tentang hak warga negara melalui www.bappenas.go.id diakses pada 22 April 2013. Pukul 12.05. Tentang Masalah pelacuran melalui www.rehsos.depsos.go.id diakses pada 24 Maret 2013. Pukul 08.00. Translation. Fougeyrollas, P., R. Cloutier, H. Bergeron, J. Côté, and G. St-Michel. Classification québécoise du Processus de production du handicap. Québec, International Network on the Disability Creation Process, 1998. Translation. Le Bouclier Rehabilitation Centre. Document de référence pour l’élaboration des plans d’intervention individualisés (PII) au C.R. Le Bouclier, “Cadre conceptuel et composantes essentielles,” Chapters 1-2, June 10, 2004, p. 7. Usman, Nurudin. 2002, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Bandung: Pustaka Buana Wahyuni. 2012, Handout Kuliah Implementasi dan Kebijakan Publik. Tentang Teori Grindle. diakses melalui : http//rochyatiw-t-fisip.web.unair.ac.id/ (diakses pada tanggal 28 januari 2014)