JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 1. No. 2 Juni 2017 KELULUSAN HIDUP IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) SELAMA PENYIMPANAN DALAM MEDIA SERBUK GERGAJI MENGGUNAKAN AIR RENDAMAN HATI BATANG PISANG AMBON (MUSA PARADISIACA) DIAN PUSPITASARI PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN, FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ASAHAN ABSTRACT Fish transport with anesthesia technique is often performed using either low temperatures or using anesthetic materials. Anesthetic materials are often used too expensive and dangerous, so it needs to look for other materials such as using anesthesia materials from the liver banana stem as an alternative anesthetic materials are cheap and efficient and does not contain harmful chemicals. The purpose of this study was to determine the effect of graduation rate of live tilapia (Oreochromis niloticus) by using anesthesia material from immersion banana water of ambon bark during storage in sawdust media. This study is an experimental laboratories study. The design used in this research is RAL (Completely Randomized Design). There are 3 treatments in this research that is treatment A: 600 mL, treatment B: 700 mL and Treatment C: 800 mL. The result of the research that has been done from the three concentrations of water immersion of the heart of the banana ambon showed that at dose of 800 mL showed the time of stroke at minute 116, but has a life value of 0% at 9 o'clock. This shows that the water immersion of the heart of the banana rod ambon less effective when applied as an anesthetic for tilapia. Keywords: Heart of Ambon Banana Tree Trunk, Tilapia Fish, Fish Transportation Pendahuluan Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis komoditas perikanan air tawar yang potensial. Ikan nila merupakan hasil budidaya yang terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia. Permintaan terhadap jenis ikan tersebut dalam keadaan hidup terus meningkat baik oleh pasar domestik maupun pasar internasional. Permintaan komoditi perikanan di pasar internasional maupun domestik terus mengalami pergeseran, dari bentuk beku ke bentuk segar kemudian ke bentuk hidup (Junianto, 2003). Salah satu alasan permintaan konsumen terhadap komoditi hidup perikanan adalah keinginan konsumen untuk memperoleh kepuasan cita rasa dan tekstur daging yang lebih baik. Perpindahan ikan dari petani ikan ke konsumen membutuhkan sarana transportasi ikan. Sistem transportasi ikan hidup selain sistem basah adalah kering. Transportasi ikan hidup sistem kering perlu dilakukan proses penanganan atau pemingsanan terlebih dahulu. Kondisi ikan yang tenang akan mengurangi stress, mengurangi kecepatan metabolisme dan konsumsi oksigen. Pada kondisi ini tingkat kematian selama transportasi rendah sehingga memungkinkan jarak transportasi dapat lebih jauh dan kapasitas angkut dapat meningkat. Metode pemingsanan ikan dapat dilakukan dengan cara menggunakan zat anestesi atau dapat juga menggunakan penurunan suhu. Melihat kecenderungan para pembudidaya yang masih mengandalkan teknik transportasi sistem kering yang menggunakan bahan anastesi yang mahal seperti MS-22, maka dilakukan penelitian teknik trasportasi sistem kering suatu metode alternatif lain yang dapat menjadi solusi kendala di atas, yaitu berupa pemberian bahan anastesi yang dari bahan alami ke dalam media transportasi ikan nila dengan tujuan mereduksi metabolit ikan selama transportasi seperti rendaman dari hati batang pisang (M. paradisiaca), karena diduga memiliki aktivitas yang mampu secara optimal mereduksi metabolit ikan nila. Metode Penelitian Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian kelulusan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus) selama penyimpanan dalam media serbuk gergaji menggunakan air rendaman hati batang pisang (Musa 19 JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 1. No. 2 Juni 2017 parasidiaca) antara lain : Styrofoam, serbuk gergaji, akuarium, gelas ukur, ember, times, multimeter, pH meter, Erlenmeyer, buret, kertas saring, kain, aerator, timbangan digital, pipet volumetric. Bahan yang digunakana selama penelitian antara lain: ikan nila, air, Larutan Na2CO3, aquadest, PP, es batu dan hati batang pisang. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap). Ada 3 perlakuan dalam penelitian ini yaitu perlakuan A : 600 mL, perlakuan B : 700 mL dan Perlakuan C : 800 mL. Prosedur Penelitian Salah satu media pengemas yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk gergaji dingin. Serbuk gergaji yang digunakan dipilih dari jenis yang tidak menghasilkan racun, tidak berbau tajam dan bersih. Serbuk gergaji yang telah dingin dimasukkan ke dalam kotak styrofoam yang pada bagian dasarnya telah diberi ±1 kg hancuran es batu yang dibungkus kantong plastik dan dilapisi kertas koran atau plastik (Pratisari, 2010). Wadah pengemasan dipersiapkan bersamaan dengan pemingsanan ikan. Wadah pengemasan yang digunakan adalah styrofom. Biota yang digunakan adalah ikan nila (O. niloticus) dengan ukuran 120-150 gr/ekor. Ikan nila yang digunakan sebagai biota uji adalah ikan yang sehat, tidak cacat atau luka, sebelum digunakan dalam percobaan, ikan dipuasakan selama 2 hari didalam akuarium dengan diberi aerasi. Pembuatan dosis pembiuasan menggunakan hati batang pisang ambon adalah sebagai berikut : hati batang pisang dibersihkan dari kotoran lalu diiris tipis-tipis ukuran 0,5-1 cm. Timbang sebanyak 1500 gr kemudian dicampur dengan aquades sebanyak 1000 ml, dan diblender sampai halus membentuk campuran. Campuran tersebut diaduk dengan magnetik stirer selama 24 jam, kemudian dilakukan penyaringan. Dosis air rendaman hati batang pisang ambon yang digunakan dalam penelitian ini adalah 600 ml, 700 ml dan 800 ml. Jumlah ikan yang digunakan yaitu 180 ekor ikan nila, dimana masing-masing perlakuan menggunakan 20 ekor ikan nila dengan 3 kali ulangan, sehingga total ikan pada setiap perlakuan adalah 60 ekor. Persiapan wadah kemasan dan media kemasan telah dipersiapkan bersamaan dengan berlangsungnya proses pembiusan dengan mengunakan air rendaman hati batang pisang terhadap ikan nila. Pada saat pembiusan ikan nila, pengemasan sudah disiapkan sesuai dengan teknik pengemasan sistem kering. Penyimpanan ikan nila dalam penelitian ini dilakukan selama 0, 3, 6 dan 9 jam. Parameter yang diamati selama penelitian meliputi: suhu, CO2, pH, aktivitas dan respon ikan nila terhadap air rendaman batang pisang, interval lama penyimpanan dan persentase kelulusan hidup ikan nila. Analisis Data Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif, menggunakan tabel dan grafik. Hasil dan Pembahasan Pengamatan Tingkah Laku Ikan Nila Pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan dilakukan setiap 15 menit dengan percobaan trial and run yang dimulai dari menit ke-0 sampai ikan tidak sadar (pingsan). Deret perlakuan yang dilakukan adalah ikan nila diberi bahan anestesi hati pisang dengan konsentrasi 600 ml, 700 ml dan 800 ml dan tiga kali ulangan. Perubahan tingkah laku ikan pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengamatan Tingkah Laku Ikan Nila Waktu (menit) 600 ml 700 ml 800 ml 0-15 15-30 30-45 Normal Panik Respon Terhadap Rangsangan luar cepat 45-60 Respon Terhadap Rangsangan luar cepat 20 Normal Panik Respon Terhadap Rangsangan luar cepat Operculum dan sirip mulai melemah Normal Panik Respon Terhadap Rangsangan luar cepat Operculum dan sirip mulai melemah JURNAL ILMIAH SIMANTEK 60-75 75-90 90-105 105-120 120-135 135-150 150-165 165-180 Operculum dan sirip mulai melemah Kehilangan Keseimbangan Kehilangan keseimbangan Kehilangan keseimbangan Ikan berada didasar akuarium Ikan berada didasar akuarium Pingsan ringan Pingsan berat (175)* Vol. 1. No. 2 Juni 2017 Kehilangan keseimbangan Kehilangan keseimbangan Kehilangan keseimbangan Ikan berada didasar akuarium Pingsan ringan Kehilangan keseimbangan Ikan berada didasar akuarium Pingsan ringan Pingsan (116)* Pingsan berat(145)* Hasil pengamatan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan dengan konsentarasi yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda juga terhadap lamanya waktu pembiusan. Hal ini dapat terlihat dari lamanya waktu yang dibutuhkan oleh ikan uji hingga mencapai tahap pingsan berat. Perubahan aktivitas ikan uji mulai terlihat pada menit ke 175 menit hingga menit ke-116. Perlakuan konsentrasi 600 ml ikan dimasukkan ke dalam tempat pemingsanan, pada menit ke 15 ikan memasuki masa normal, memasuki menit ke 90-120 ikan mulai kehilangan keseimbangan dan memasuki tahap pingsan berat pada menit ke 175. Perlakuan konsentrasi 700 ml ikan dimasukkan ke dalam wadah dalam keadaan normal. Ikan mulai kehilangan keseimbangan pada waktu 75-105 menit dan ikan memasuki tahap pingsan berat pada menit ke 145, sedangkan pada perlakuan konsentrasi 800 ml ikan dimasukkan ke dalam wadah dalam keadaan normal. Ikan mulai kehilangan keseimbangan pada menit ke 15-60 dan ikan memasuki tahap pingsan berat pada menit ke 116. Hasil Tabel 1 dari pengamatan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan, waktu pingsan yang berkisar 116-175 menit dengan kondisi pingsan berat, hal ini menunjukkan hasil yang kurang memuaskan untuk proses pemingsanan ikan, karena menurut Gunn (2001), anastesi yang ideal adalah anastesi yang mampu memingsankan ikan kurang dari tiga menit. Lamanya waktu yang dibutuhkan air rendaman hati batang pisang untuk memberikan pengaruh terhadap aktivitas ikan uji diduga karena konsentrasi uji yang diberikan belum cukup untuk mempengaruhi keseimbangan fungsi saraf dan jaringan otak ikan uji atau karenah rendahnya kandungan bahan aktif hati batang pisang atau juga dalam penelitian ini bahan baku hati batang pisang tidak di ekstrak terlebih dahulu sehingga kandungan bahan aktif tidak dapat diperoleh secara maksimal. Parameter Kualitas Air Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan nila. Air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan nila selama penelitian berasal dari air laboratorium. Parameter yang diamati meliputi suhu, pH, CO2. Hasil analisis kualitas air media pemeliharaan nila yang digunakan selama penelitian ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air Sebelum Sesudah Perlakuan 600 ml 700 ml 800 ml 600 ml 700 ml 800 ml pH 7,2 7,2 8 6 6 6,4 Suhu (0C) 25 26 26 26 27 24 21 CO2 (ppm) 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 1. No. 2 Juni 2017 Berdasarkan Tabel 2 hasil pengujian kualitas air pada saat sebelum diberikan perlakuan bahan anestesi pada perlakuan 600 ml didapatkan pH 7,2, suhu 25 0C dan CO2 0,1 ppm, diikuti pada perlakuan 700 ml kualitas air sebelum pemingsanan pH 7,2, suhu 26 0C dan CO2 0,1 ppm sedangkan pada perlakuan 800 ml kualitas air meliputi pH 8, suhu 26 0C dan 0,2 ppm. Kualitas air setelah diberi perlakuan 600 ml didapatkan pH 6, suhu 26 0C dan CO2 0,1 ppm, diikuti pada perlakuan 700 ml kualitas air sebelum pemingsanan pH 6, suhu 270C dan CO2 0,1 ppm sedangkan pada perlakuan 800 ml kualitas air meliputi pH 6,4, suhu 240C dan 0,1 ppm. Hasil pengamatan dari Tabel 2 menunjukkan bahwa kualitas air berubah setelah adanya pemberian bahan anastesi air rendaman hati batang pisang. Kisaran kualitas air yang digunakan pada penelitian ini masih berada pada kisaran yang normal, sehingga bisa diasumsikan bahwa perubahan kualitas air akibat pemberian air rendaman hati batang pisang masih dapat ditolerir oleh nila untuk tetap bertahan hidup. Suyatno (2011), menyatakan bahwa nilai pH air tempat hidup ikan nila berkisar 6-8, namun pertumbuhan optimalnya terjadi pada pH 7-8. Kadar karbondioksida terlarut < 10 ppm. Suhu optimum 25-330C. Pada suhu dibawa 250C ikan nila dapat hidup, tetapi pertumbuhannya lambat. Tingkat stress ikan yang banyak mengeluarkan CO2 mengakibatkan perubahan pH pada kualitas air setelah perlakuan. Karbondioksida akan mempengaruhi keasaman air sehingga menurunkan pH air. Tingginya kandungan karbondioksida dibarengi dengan turunnya pH akan lebih berbahaya terhadap kelangsungan hidup ikan (Kottelat et al. 1993). Kelulusan Hidup Ikan Nila Parameter penelitian selanjutnya yang diamati adalah keluusan hidup ikan nila. Hasil pengamatan nilai survival rate (SR) ikan nila pingsan yang disimpan dalam media serbuk gergaji disajikan dalam Gambar 1. Gambar 1. Grafik Kelulusan Hidup Ikan Nila Gambar 1 menunjukkan bahwa tingkat kelulusan hidup ikan nila dalam simulasi transportasi kering pada jam ke 0 pada perlakuan dengan konsentrasi 600 mL, 700 mL dan 800 mL mencapai tingkat kelulusan hidup 100 %. Diikuti jam ke 3 pada perlakuan dengan konsentrasi 600 mL mencapai tingkat kelulusan hingga 93% dan 700 mL mencapai nilai kelulusan hidupnya 87%, sedangkan pada perlakuan dengan konsentrasi 800 mL mencapai tingkat kelulusan hidup ikan nila sebanyak 80%. Tingkat kelulusan hidup ikan nila pada jam ke 6 sebesar 73% pada perlakuan dengan konsentrasi 600 mL dan pada perlakuan dengan konsentrasi 700 mL mencapai tingkat kelulusan hidup sebesar 67%, sedangkan pada perlakuan dengan konsentarsi 800 mL mencapai tingkat kelulusan hidup ikan nila sebanyak 53%. Tingkat kelulusan hidup ikan nila pada jam ke 9 sebanyak 33% pada konsentrasi 600 mL dan pada perlakuan dengan konsentrasi 700 mL mencapai tingkat kelulusan hidup 27%, sedangkan pada konsentrasi 800% tingkat kelulusan hidup ikan nila mencapai 0%. Berdasarkan data pengamatan dari Gambar 1 tingkat kelulusan hidup ikan nila semakin menurun mulai dari jam ke 3. Hal ini menunjukan bahwa semakin lama ikan nila ditransportasikan maka tingkat kelulusan hidup akan semakin menurun. Tingkat kelulusan hidup ikan nila pada jam ke 6 dan 9 semakin menurun. Hal ini disebabkan perubahan suhu media kemasan yang semakin meninggi. Suhu yang semakin tinggi menyebabkan ikan sadar dan aktivitas ikan akan tinggi. Makin tinggi aktivitas ikan maka akan menuntut ketersediaan oksigen 22 JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 1. No. 2 Juni 2017 yang tinggi untuk dikonsumsi. Andasuryani (2003), menyatakan bahwa hal yang perlu diperhatikan dalam transportasi biota perairan hidup sistem kering antara lain suhu lingkungan, kadar oksigen dan proses metabolisme. Lamanya waktu penyimpanan mengakibatkan perubahan suhu yang ada di dalam media semakin meningkat. Pada saat transportasi ikan suhu media pengisi harus disesuaikan karena suhu merupakan salah faktor yang berpengaruh dalam transportasi sistem kering sehingga suhu harus di pertahankan hingga akhir transportasi (Pratisari, 2010). Simulasi transportasi ini menggunakan suhu 14 0C pada awal transportasi dan mengalami perubahan setelah dilakukan pengemasan dari waktu ke waktu dengan suhu terakhir pada jam ke 9 berada pada 20 0C. Perubahan metabolisme pada saat transportasi juga dapat terjadi karena sadarnya ikan saat ditransportasikan yang mengakibatkan pergerakan ikan pada saat pengemasan. Hal ini berarti bahwa perombakan adenosin triphosphat (ATP) menjadi adenosin diphosphat (ADP), adenosin monophosphat (AMP) dan inosin monophosphat untuk menghasilkan energi juga sangat rendah, sehingga oksigen yang digunakan untuk merombak ATP untuk menghasilkan energi juga sangat rendah (Karnila dan Edison, 2001). Tingkat kesehatan ikan saat ditransportasikan juga menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam transportasi sistem kering. Pratisari (2010), menyatakan bahwa tingkat kelulusan hidup ikan selain di pengaruhi oleh suhu juga dipengaruhi oleh kesehatan ikan saat akan ditransportasikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa selain suhu, tingkat kesahatan ikan dan bahan pengisi kemasan diduga bahan anastesi juga sangat mempengaruhi dalam transportasi ikan sistem kering. kemampuan bahan anstesi sebagai bahan pembius juga sangat mempengaruhi karena jika bahan anastesi yang digunakan tidak terlalu kuat untuk membius suatu ikan maka waktu onset (waktu ikan pingsan berat sangat lama) sehingga saat penyimpanan diduga ikan akan cepat mengalami tingkat kesadaran dan mengakibatkan kematian. Berdasarkan penelitian diduga waktu onset yang lama dan tingkat kelulusan yang rendah diakibatkan air rendaman hati batang pisang kurang efektif sebagai bahan alternatif untuk bahan anastesi dalam pembiusan ikan. Lamanya waktu onset dan rendahnya tingkat kelulusan hidup ikan nila diduga juga bahan anastesi yaitu hati batang pisang harus di ekstrak terlebih dahulu sehingga dalam penggunaan konsentrasi tidak terlalu banyak. Kesimpulan Air rendaman hati batang pisang ambon kurang efektif apabila dimanfaatkan sebagai bahan anastesi pada transportasi sistem kering karena membutuhkan waktu yang sangat lama yaitu 175 menit pada dosis 600 mL. Tingkat kelulusan hidup ikan nila juga sangat kecil pada jam ke-9, bahkan sampai 0 % pada dosis 800 mL. DAFTAR PUSTAKA Andasuryani. 2003. Pengendalian Suhu dan Pengukuran Oksigen Peti Kemas Transportasi Sistem Kering Udang dan Ikan dengan Kendali Fuzzy [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Gunn, E. 2001. Floundering in the Foibes of Fish Anestesia. Hlm: 211. Junianto.2003.Teknik Penanganan Ikan.Jakarta: Penebar Swadaya (Hlm. 93-115). Karnila R, Edison. 2001. Pengaruh Suhu dan Waktu Pembiusan Bertahap terhadap Ketahanan Hidup Ikan Jambal Siam (Pangasius sutchi F) dalam Transportasi Sistem Kering. Jurnal Natur Indonesia III (2): 151-167. Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater Indonesia and Sulawesi. Periplus: Jakarta. Fishes of Western Pratisari, Dan.2010.Transportasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Hidup Sistem Kering dengan Menggunakan Pembiusan Suhu Rendah Secara Langsung.[Skripsi].Bogor:Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 23