BAB II URAIAN TEORITIS II.1. KOMUNIKASI II.1.1 Pengertian Komunikasi Manusia merupakan mahluk sosial, yang harus berinteraksi antar satu dan yang lainnya untuk kelangsungan hidupnya. Dalam interaksi tersebut terjadilah proses komunikasi sebagai konsekuensi dari hubungan sosial antara satu dengan yang lainnya. Dimana hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, yang dinyatakan dalam bentuk pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya (Effendy, 2003: 27-28). Secara etimologi (bahasa), kata ‘komunikasi’ berasal dari Bahasa Inggris “communication” yang mempunyai akar kata dari Bahasa Latin “communicare”. Kata “communicare” sendiri memiliki 3 (tiga) kemungkinan arti: 1. “to make a common” atau membuat sesuatu menjadi umum. 2. “cum+munus” berarti saling memberi sesuatu sebagai hadiah. 3. “cum+munire” yaitu membangun pertahanan bersama. Sedangkan secara epistemologis (istilah), terdapat ratusan uraian eksplisit (nyata) dan implisit (tersembunyi). Diantara ratusan defenisi tersebut, salah satu defenisi komunikasi adalah proses atau tindakan menyampaikan pesan (message) dari pengirim (sender) ke penerima (the receiver), melalui suatu medium (channel) yang biasanya mengalami gangguan (noise). Dalam defenisi ini, komunikasi haruslah bersifat intentional (disengaja) serta membawa perubahan (Mufid, 2005: 1-2). Menurut Harold D. Laswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Dari defenisi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur yakni Who (siapa), Says What (berkata apa), in Which Channel (melalui saluran apa), to Whom (kepada siapa) dan With What Effect (dengan efek apa) (Effendy, 2003: 253). 1. Who (siapa): Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan dalam proses komunikasi bisa dalam bentuk perorangan ataupun lembaga atau instansi. Universitas Sumatera Utara 2. Says What (apa yang dikatakan): pernyataan umum adalh dapat berupa suatu ide, informasi, opini, pesan dan sikap yang sanagt erat kaitannya dengan pesan yang disampaikan. 3. In Which Channel (melalui saluran apa): media komunikasi atau saluran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi. 4. To Whom (kepada siapa): komunikan atau audience yang menjadi sasaran komunikasi adalah kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan, berkaitan dengan si penerima pesan/khalayak. 5. With What Effect (dengan efek apa): hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran/khalayak yang dituju. Sedangkan defenisi lain menyebutkan bahwa komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang yang mengatur lingkungannya dengan (1) membnagun hubungan antar sesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Cangara, 2006: 18). II.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi Dari pengertian komunikasi sebagimana diuraikan diatas, tampak adanya sejumlah komponen dan unsur yang dicakup dan merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam bahasa komunikasi komponen atu unsur adalh sebagai berikuit (Widjaja, 2002: 11-20): 1. Sumber (Source) Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan, yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya. Dalam hal ini yang perlu kita perhatikan kredibilitasnya terhadap sumber (kepercayaan) baru, lama, sementara dan lain sebagainya. Apabila kita salah mengambil sumber maka kemungkinan komunikasi yang kita lancarkan akan berakibat lain dari yang kita harapkan. 2. Komunikator Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, film dan sebagainya. Dalam Universitas Sumatera Utara komunikator menyampaikan pesan komunikator dapat menjadi komunikan sebaliknya komunikan menjadi komunikator. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan oleh seorang komunikator adalah memiliki kredibiloitas yang tinggi bagi komunikasinya, ketrampilan berkomunikasi, mempunyai pengetahuan yang luas danmemiliki daya tarik dalam arti ia memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap/penambahan pengetahuan bagi /pada diri komunikan. 3. Pesan Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalm usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikasinya. 4. Saluran (Channel) Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima melalui panca indera atau menggunakna media. Pada dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat berlangsung menurut 2 saluran yaitu saluran formal atau yang bersifat resmi yang mengikuti garis wewenang dari suatu organisasi dna saluran informal atau yang bersifat tidak resmi berupa desas-desus, kabar angin dan kabar burung. 5. Komunikan Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan kedalam 3 jenis yaitu personal (komunikais yang ditujukan kepada sasaran yang tunggal), kelompok (komunikasi yang ditujukan kepada kelompok yang tertentu), massa (komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang menggunakan media. Massa di sini adalah kumpulan orang-orang yang hbungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu). Komunikais akan berhasil baik jika pesan yang disampaikan sesuai dengan rangka pengetahuan dan lingkup pengalaman komunikan. 6. Effect (Hasil) Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Jika sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka berarti komunikasi berhasil, demikian pula sebaliknya. Universitas Sumatera Utara II.1.3 Tujuan dan Fungsi Komunikasi Tujuan Komunikasi (Effendy, 2003: 55) yaitu: a. Mengubah sikap (to change the attitude) b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) c. Mengubah perilaku (to change the behaviour) d. Mengubah masyarakat ( to change the society) Sedangkan fungsi komunikasi (Effendy, 2003:55) yaitu: a. Menginformasikan (to inform) b. Mendidik (to educate) c. Menghibur (to entertaint) d. Mempengaruhi (to influence) II.1.4. Ruang Lingkup Komunikasi Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah, dan meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkup dan banyak dimensinya. Berikut ini jenis-jenis komunikasi menurut konteksnya (Efendi, 1993:52-54) : 1. Berdasarkan bidang komunikasi Yang dimaksud dengan bidang disini adalah bidang kehidupan manusia, dimana di antara jenis kehidupan yang satu dengan jenis kehidupan lainnya terdapat perbedaan yang khas dan kekhasan ini menyangkut proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya komunikasi meliputi : a. Komunikasi sosial (sosial communication) b. Komunikasi organisasional/manajemen (organization.management communication) c. Komunikasi bisnis (business communication) d. Komunikasi politik (political communication) Universitas Sumatera Utara e. Komunikasi internasional (international communication) f. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) g. Komunikasi pembangunan (development communication) h. Komunikasi tradisional (traditional communication) 2. Berdasarkan sifat komunikasi Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut : a. Komunikasi verbal (verbal communication) 1) Komunikasi lisan (oral communication) 2) Komunikasi tulisan (written communication) b. Komunikasi nirverbal (nonverbal communication) 1) Komunikasi kial (gestural/body communication) 2) Komunikasi gambar (pictorial communication) 3) Lain-lain c. Komunikasi tatap muka (face-to-face communication) d. Komunikasi bermedia (mediated communication) 3. Berdasarkan tatanan komunikasi Yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang, atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka diklasifikasikan mejadi bentuk sebagai berikut: a. Komunikasi pribadi (personal communication) 1) Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) 2) Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) b. Komunikasi kelompok (group communication) Universitas Sumatera Utara 1) Komunikasi kelompok kecil (small group communication) a) Ceramah b) Forum c) Symposium d) Diskusi panel e) Seminar f) Lain-lain 2) Komunikasi kelompok besar (large group communication) c. Komunikasi Massa (mass communication) 1) Komunikasi media massa cetak a) surat kabar b) majalah 2) Komunikasi media massa elektronik a) radio b) televisi c) film d) lain-lain d. Komunikasi media a) surat b) telepon c) pamflet d) poster e) spanduk f) lain-lain Universitas Sumatera Utara II.2. KOMUNIKASI MASSA Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa Inggris “mass communication”,singkatan dari mass media communication. Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau “mass mediated”. Komunikasi Massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu menggandakan pesan-pesan komunikasi (Wiryanto, 2000:1). Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan mellaui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people)(Ardianto, 2004:3). Defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner. Menurut Gerbner (1967) komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Dari defenisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi (Ardianto,2004:4) . Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri. II.2.1. Ciri-ciri Komunikasi massa Ciri-ciri komunikasi massa (Nurudin,2007:19), yaitu : 1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga Universitas Sumatera Utara Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orangorang. Artinya, gabungan antara berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Sebagaimana kita ketahui, sistem adalah sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai suatu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi. Komunikator dalam komunikasi massa itu lembaga disebabkan elemen utama komunikasi massa adalah media massa. 2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam. Artinya, penonton televisi itu beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial, ekonomi, punya jabatan yang beragam, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula. Herbert Blumer pernah memberikan ciri tentang karakteristik audience/ komunikan, yaitu : 1. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya, mereka berasal dari berbagai kaelompok dalam masyarakat. 2. Bersisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain. Disamping itu, antara individu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung. 3. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal. 3. Pesannya bersifat umum Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesan yang dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus. Artinya, pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan Universitas Sumatera Utara tertentu. Meskipun dalam televisi ada program acara yang dikhususkan pada kalangan tertentu tetapi televisi perlu menyediakan acara lain yang sifatnya lebih umum. Ini penting agar televisi tidak kehilangan ciri khasnya sebagai saluran komunikasi massa. 4. Komunikasinya berlangsung satu arah Komunikasi dalam komunikasi massa berlangsung satu arah. Artinya, komunikasi berlangsung dari media massa ke khalayak, namun tidak terjadi sebaliknya. Respon yang diberikan oleh khalayak tidak terjadi langsung pada saat komunikasi tersebut berlangsung. Meskipun terkadang terjadi dua arah, namun tidak kepada semua khalayak. Misalnya, telepon interaktif yang dilakukan pembawa acara dan khalayak. 5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan Salah satu ciri komunikasi selanjutnya adalah bahwa dalam komunikasi massa itu ada keserempakan. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut secara bersamaan. 6. Komunikasi mengandalkan peralatan teknis Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik. 7. Komunikasi massa dikontrol oleh Gatekeeper Gatekeeper atau yang sering disebut pentapis informasi/ palang pintu/ penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Universitas Sumatera Utara II.2.2. Karakteristik Media Massa 1. Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak. 2. Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat umum). 3. Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari. 4. Kontinuitas, berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan priode mengudara atau jadwal terbit. 5. Aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik. II.2.3. Fungsi Komunikasi Massa Menurut Karnilah fungsi komunikasi massa secara khusus (Ardianto,2004:19-23) terdiri dari a. Fungsi informasi b. Fungsi pendidikan c. Fungsi mempengaruhi d. Fungsi proses pengembangan mental e. Fungsi adaptasi lingkungan f. Fungsi memanipulasi lingkungan II.3. Televisi Televisi (TV) adalah paduan antara radio (broadcast) dan film (moving picture. Para penonton televisi tidak akan mungkin menangkap siaran televisi jika tidak ada unsur-unsur radio dan tidak akan dapat melihat gambar yang bergerak pada layar pesawat TV jika tidak ada unsur-unsur film. Universitas Sumatera Utara Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre, bahasa Latin) yang berarti penglihatan Dengan demikian televisi diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh maksudnya gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat dan dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima. Televisi memiliki daya tarik yang kuat bila dibandingkan dengan media lainnya. Selain memiliki unsur kata-kata, music dan sound effect, televisi juga memiliki memiliki unsur visual berupa gambar bergerak. Gambar yang terdapat dalam televisi merupakan gambar yang hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. Menurut Askurifai Baksin, terdapat unsur-unsur dominan yang menjadi ciri khas televisi, yaitu (Baksin, 2006-63-68) : 4. Penampilan Penyaji Penyaji atau yang lebih dikenal dengan sebutan presenter atau pemandu acara adalah istilah Inggris untuk orang yang membawakan acara atau program televisi. Seorang presenter televisi biasanya juga seorang aktor, penyanyi, dan lainnya, tapi umumnya terkenal karena menjadi presenter program tertentu. Kecuali presenter untuk program iptek yang merupakan profesional di bidangnya, atau selebriti yang berhasil di satu bidang tapi punya minat di bidang tertentu lainnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Presenter_televisi) RM Hartoko dalam Baksin 2006 menyebutkan beberapa prasayarat untuk menjadi presenter televisi yang baik, yaitu (Baksin, 2006:157) : e. Penampilan yang baik dan perlu didukung oleh watak dan pengalaman. f. Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum, penguasaan bahasa, daya penyesuaian dan daya ingatan yang kuat. g. Keramahan yang tidak berlebihan sampai over friendly yang dapat menjengkelkan dan menjadi tidak wajar. h. Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak untuk didengar dan memiliki wibawa yang cukup mantap. Universitas Sumatera Utara 5. Narasumber Narasumber adalah orang yang menjadi sumber informasi atau yang mengetahui informasi tertentu. Menurut R. Fadli yang digolongkan kepada narasumber yang tidak sembarangan atau special adalah (Fadli, 2001:131) : d. Memiliki kapabilitas Kapabilitas adalah kemampuan yang meliputi kemmapuan dalam bidang akademis maupun pengalaman. e. Memiliki kredibilitas Kredibilitas merupakan kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan. f. Memiliki akseptabilitas yang baik Akseptabilitas meliputi latar belakang pribadi maupun profesi seorang narasumber. 6. Bahasa Bahasa merupakan sistem ungkapan melalui suara yang dihasilkan oleh pita suara manusia yang bermakna, dengan satuan-satuan utamanya berupa kata-kata dan kalimat, yang masing-masing memiliki kaidah-kaidah pembentuknya (Baksin, 2006: 67). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter, yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama berinteraksi, dan mengindetifikasi diri Baksin, 2006 : 67). Menurut Askurifai Baksin, pada prinsipnya penyelenggaraan siaran di stasiun televisi terbagi menjadi dua, yakni siaran karya artistik dan karya jurnalistik (Baksin 2006:79). Siaran karya jurnalistik merupakan produksi acara televisi yang mengutamakan kecepatan penyampaian informasi, realitas atau peristiwa yang terjadi, misalnya berita aktual, berita nonaktual, dan penjelasan yang bersifat aktual atau sedang hangat-hangatnya yang tertuang dalam acara monolog, dialog, laporan ataupun siaran langsung. Sedangkan karya artistik merupakan produksi acara televisi yang menekankan aspek artistik dan estetika, sehingga unsur keindahan menjadi unggulan dan daya tarik acara seperti ini. Universitas Sumatera Utara Televisi sebagai media massa, secara umum memiliki lima fungsi utama (Wahyudi, 1986:215), yaitu : 1. Pendidikan 2. Hiburan 3. Penerangan/informasi 4. Iklan 5. Seleksi II.3.1. Klasifikasi Siaran Televisi Pada prinsipnya penyelenggaraan siaran di stasiun televisi umum dibagi menjadi dua (Baksin, 2006:79-81), yaitu: 1. Karya Artistik Yang tergolong ke dalam karya artistik adalah : a. Film b. Sinetron (sinema elektronik) c. Pergelaran musik, tari, pantomin, lawak, sirkus, sulap, dan teater d. Acara keagamaan e. Variety show f. Kuis g. Ilmu pengetahuan dan teknologi h. Penerangan umum i. Iklan (komersial dan layanan masyarakat) Universitas Sumatera Utara 2. Karya Jurnalistik 3. Berbeda dengan karya artistic yang menekankan pada aspek keindahan dan menggunakan imajinasi senimannya, karya jurnalistik justru sebaliknya. Yang tergolong dalam karya jurnalistik adalah : 1. Berita aktual yang bersifat timeconcern. 2. Berita nonaktual yang bersifat timeless 3. Penjelasan yang bersifat aktual atau sedang hangat-hangatnya yang tertuang dalam acara : a. Monolog (seprti pengumuman harga BBM, pidato kepala Negara) b. Dialog (bis aberupa wawancara atau diskusi) c. Laporan d. Siaran langsung (komentar, reportase) JB Wahyudi berpendapat memasuki abad ke-21 ada kecenderungan terjadi penggabungan antara artistik dan jurnalistik. Penggabungan ini sangat terasa pada media televisi karena siaran televisi lebih berperan sebagai media hiburan. Acara talkshow merupakan hasil penggabungan antara karya artistic dan jurnalistik (Baksin, 2006:82). Karya jurnalistik eletronik (televisi) memiliki unsur dominan yang menjadi ciri khas dari karya jurnalistik media cetak, yakni adanya penampilan anchor, narasumber, dan bahasa yang digunakan. Karakteristik suatu peristiwa yang meliputi Fakta dan opini yang layak menjadi berita adalah fakta dan opini yang harus mengandung unsur penting dan menarik. Begitu pula pesan lainnya yang bertujuan menghibur. Tetapi, pesan yang disampaikan melalui televisi juga memerlukan pertimbangan lain agar pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran (Ardianto, 2004:131). Faktor tersebut adalah : Universitas Sumatera Utara a. Pemirsa Pemirsa adalah khalayak yang menonton tayangan tersebut. Sasaran khalayak perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan pesan yang disampaikan agar maksud pesan tersebut sampai kepada khalayak sasaran. b. Waktu Setelah mengetahui minat dan kebiasaan setiap kategori pemirsa, langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangan dengan kebiasaan pemirsa. Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan agar setiap acara ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak yang dituju. c. Durasi Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan acara. Durasi masing-masing acara disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan naskah. Suatu acara tidak akan mencapai sasaran karena durasi terlalu singkat atau terlalu lama. d. Metode Penyajian Fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya adalah untuk menghibur dan informasi. Tetapi, tidak berarti fungsi mendidik dan membujuk dapat diabaikan. Hal yang perlu diperhatikan untuk memadukan fungsi televisi adalah cara mengemas pesan sedemikian rupa, yakni menggunakan metode penyajian tertentu dimana pesan nonhiburan dapat mengundang unsur hiburan. II.4. Model Teori S – O – R Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-OrganismResponse. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Universitas Sumatera Utara Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif; misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan ( R) yang kuat pula. Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ; 1. Pesan (stimulus, S) 2. Komunikan (organism, O) 3. Efek (Response, R) Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari : 1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. 2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. 3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap). Universitas Sumatera Utara 4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu : 1. perhatian, 2. pengertian 3. penerimaan. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. Senada dengan yang diungkapkan oleh Hovland, Janis dan Kelleydiatas (pada uraian teori S-O-R) yang menyatakan ada tiga variabel penting dalam menelaah sikap yang dirumuskan dalam teori S-O-R, secara interpretatif iklan televisi merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang Universitas Sumatera Utara melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Dalam hal ini, perubahan sikap terjadi ketika komunikan memiliki keinginan untuk membeli atau memakai produk yang iklannya telah disaksikan di televisi. Pendekatan teori S-O-R lebih mengutamakan cara-cara pemberian imbalan yang efektif agar komponen konasi dapat diarahkan pada sasaran yang dikehendaki. Sedangkan pemberian informasi penting untuk dapat berubahnya komponen kognisi. Komponen kognisi itu merupakan dasar untuk memahami dan mengambil keputusan agar dalam keputusan itu terjadi keseimbangan. Keseimbangan inilah yang merupakan system dalam menentukan arah dan tingkah laku seseorang. Dalam penentuan arah itu terbentuk pula motif yang mendorong terjadinya tingkah laku tersebut. Dinamika tingkah laku disebabkan pengaruh internal dan eksternal. Dalam teori S-O-R, pengaruh eksternal ini yang dapat menjadi stimulus dan memberikan rangsangan sehingga berubahnya sikap dan tingkah laku seseorang. Untuk keberhasilan dalam mengubah sikap maka komunikator perlu memberikan tambahan stimulus (penguatan) agar penerima berita mau mengubah sikap. Hal ini dapat dilakukan dalam barbagai cara seperti dengan pemberian imbalan atau hukuman. Dengan cara demikian ini penerima informasi akan mempersepsikannya sebagai suatu arti yang bermanfaat bagi dirinya dan adanya sanksi jika hak ini dilakukan atau tidak. Dengan sendirinya penguatan ini harus dapat dimengerti, dan diterima sebagai hal yang mempunyai efek langsung terhadap sikap. Untuk tercapainya ini perlu cara penyampaian yang efektif dan efisien. Kontribusi Teori S-O-R begitu terlihat dalam acara televisi. Dilihat dari sudut pandang target sasaran, secara kondisional yang gampang dipersuasi adalah remaja. Remaja. Remaja yang masih berada pada masa transisi memiliki tingkat selekivitas yang lebih rendah di bandingkan dengan dengan orang dewasa. Konsekuensinya, wajar jika remaja menjadi kelompok sasaran utama iklan televisi. Akibatnya, tanpa disadari remaja telah memposisikan diri sebagai kelompok hedonis dengan rating tinggi. Keinginan yang selalu menggebu-gebu dalam memenuhi kebutuhan hidup adalah indikasi yang pas sekaligus menggambarkan betapa remaja begitu sukar untuk menunda desakan kebutuhan emosinya. Universitas Sumatera Utara II.5. Efek Komunikasi Massa Berbagai penelitian tentang efek komunikasi massa telah menjadi pusat perhatian berbagai pihak, baik para praktisi maupun para teoritisi. Merka berusaha mencari dan menemukan media yang paling efektif untuk mempengaruhi khalayak. Adapun efek komunikasi massa menuru (Ardianto, 2004 :51), antara lain: 1. Efek Kognitif Komunikasi Massa Efek komunikiasi massa setelah pesan dapat didistribusikan atau menerpa khalayak atau sampai pada khalkayak tahap selanjutnya adanya proses memahami pengertian “meaning” dari pesan tersebut. Pada saat orang berkomunikasi yang dikomunikasn bukan hanya pesan tersebut, tetapi “meaning” sebagai “isi komunikasi”. Sedangkan isi komunikasi dapat berupa pengetahuan, pendapat, pengalaman, informasi, berita, keyakinan, nilai, norma sampai budaya masyarakat dsb. Pesan-pesan informatif atau edukatif lebih banyak untuk menambah, membentuk dan merubah pengetahuan. Dan pesan yang sifatnya persuasif yang menjadi sasaran yaitu organisasi efeksi orang tersebut. Dalam mprakteknya pesan tersebut dapat secara bersamasama antara informatif dan persuasif. Keinginan memenuhi kebutuhan kognisi mendorong orang untuk menggufnakan media massa, dengan demikian tujuan komunikasi tidak saja pesan itu digunakan oleg khalayak, tetapi adanya kesamaan “meaning/pengertian” antara keduanyya sehingga inilah sebagai esensi dari komunikasi yaitu “adanya kesamaan makna” . kesamaan makna inilah penentu efek selanjutnya sampai adanya relasi-relasi dst. Effendi (1993 : 256) mengemukakan tentang perubahan sikap pada individu : Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada pengertian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkann proses berikutnya. Setelah komunikan mengolah dan menerima, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Efek kognisi dari beberapa pendekatan dapat disimak sebagai berikut : a. Penambahan pengetahuan b. Penambahan wawasan c. Perubahan/pembentukan opini d. Perubahan/pembentukan pendapat e. Prososial kognitif : live skill, pembentukan citra, stereotip positip dsb Universitas Sumatera Utara f. Kognisi sosial g. Kepercaayaan dll. 2. Efek Afektif Komunikasi Massa Penggunaan media Mc. Quail (1984 : 128) mengemukakan berkaitan dengan : 1. alokasi waktu pada media yang berbeda, 2. hubungan penggunaan media dan penggunaan waktu untuk kegiatan lain, 3. hubungan penggunaan media, penyesuaian diri dan hubungan sosial, 4. fungsi media yang berbeda atau tipe isi , dan 5. berbagai alasan penggunaan media massa. Efek akeftif ini merupakan keseluruhan evaluasi dari penguna media setelah menggunakan media, perasaan senang, terpuaskan keinginan, kebutuhanya, rasa keindahan, khawatir, takut, tidak tenang sebelum membaca berita dsb. Afektif individu berkaitan dengan perasaan dan emosi, perasaan senang atau tidak senang, prasangka dsb. Mc. Quail diatas memberikan informasi, bahwa logikanya semakin banyak waktu yang digunakan semakin banyak kebutuhan afeksi yang terpuaskan berdasarkan tipe isi dan motivasi penggunaan media. Dalam konteks hubungan sosial efek afeksi ini dapat didorong oleh relasi-relasi sosial. Dengan demikian fungsi media berbeda sesuai dengan variasi tipe isi yang digunakan (dari sudut pandang pengguna) seberapa besar nilai (valeus) isi nedia pada pemuasan kebutuhan afeksi. 3. Efek Konatif/Perilaku Komunikasi massa Konatif : kecenderungan untuk bertindak; penerimaan atau penolakan, diskriminasi terhadap obyek sikap (obyek sikap tersebut yaitu benda,orang, pendapat, ide, gagasan dll) . Efek pada perilaku (perubahan perilaku) : 1. prososiaal behaviour (perubahan perilaku dari isi media yang bermanfaat bagi) 2. perilaku menyimpang; agresi, sexual, gaya hidup dll 3. rangsangan emosional; menanggis, tertawa, erotika, atau perilaku-perilaku yang berhubungan dengan perasaaan dan dinyatakan saat mengkonsumsi isi media massa). 4. Jarak sosial antar individu. 5. Perilaku politik dsb. Universitas Sumatera Utara Efek Komunikasi Massa (Melvin De Fleur) 1. Teori Perbedaan Individu ( Individual Differences Theory) Asumsi teori ini adalah Pesan-pesan yang disampaikan media massa ditangkap individu sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan personal individu. Efek komunikasi pada individu akan beragam walaupun individu menerima pesan yang sama. Terdapat faktor psikologis dalam menerima pesan yang disampaikan media massa. Masing-masing individu mempunyai perhatian, minat, keinginan yang berbeda yang dipengaruhi faktor-faktor psikologis yang ada pada diri individu tersebut sehingga mempengaruhi dalam menerima pesan yang disampaikan media massa. 2. Teori Penggolongan Sosial (Social Category Theory) Asumsi teori ini adalah Individu yang masuk dalam kategori sosial tertentu atau sama akan cenderung memiliki prilaku atau sikap yang kurang lebih sama terhadap rangsanganrangsangan tertentu. Pesan-pesan yang disampaikan media massa cenderung ditanggapi sama oleh individu yang termasuk dalam kelompok sosial tertentu. Penggolongan sosial ini berdasarkan : 1. Usia : anak-anak, dewasa, orangtua 2. Jenis kelamin : laki-laki, perempuan 3. Suku bangsa : Sunda, Jawa, Batak, Minang, Aceh, Papua, Bali, dll 4. Profesi : dokter, pengusaha, pedagang, sopir, tukang becak, dll. 5. Pendidikan : sarjana, tamatan SLTA, SLTP, SD, buta hurup. 6. Kegemaran : Olahraga, kesenian, dll. 7. Status sosial : Kaya, biasa, dan miskin. 8. Agama : Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu, dll. Dengan adanya penggolongan sosial ini muncullah media massa yang sifatnya special atau khusus yang diperuntukan bagi kalangan tertentu, dengan mengambil segmentasi/pangsa pasar tertentu misalnya : 1. Majalah Femina, Kartini, Wanita , dll yang diperuntukan wanita kalangan tertentu. 2. Majalah Bobo misalnya diperuntukan untuk anak-anak 3. Majalah Bola, Soccer, Go, F1, dll diperuntukan mereka yang senang olahraga. 4. Majalah Adil, Amanat, Bangkit misalnya diperuntukan mereka yang senang politik. Universitas Sumatera Utara 5. Monitor, Cek and Ricek, misalnya diperuntukan mereka yang senang dengan berita seputar gosip para artis. Begitu juga di media elektronik disajikan acara-acara tertentu yang memang diperuntukan bagi kalangan tertentu dengan memprogramkannya sesuai dengan waktu dan segmen khalayaknya. 3. Teori Hubungan Sosial (Social Relationship Theory) Asumsi teori ini adalah Pada dasarnya pesan-pesan komunikasi massa lebih banyak diterima individu melalui hubungan personal dibanding langsung dari media massa. Informasi melalui media massa tersebar melalui hubungan-hubungan sosial di dalam masyarakat. Teori ini berhubungan dengan teori Two Step Flow Communication. 4. Teori Norma Budaya ( Norm and Cultural Theory) Asumsi teori ini adalah Media massa melalui informasi yang disampaikannya dengan cara-cara tertentu dapat menimbulkan kesan yang oleh khalayak disesuaikan dengan normanorma dan nilai-nilai budayanya. Media massa mempengaruhi budaya-budaya masyarakatnya dengan cara : Pesan-pesan yang disampaikan media massa memperkuat budaya yang ada. Ketika suatu budaya telah kehilangan tempat apresiasinya, kemudian media massa memberi lahan atau tempat maka budaya yang pada awalnya sudah mulai luntur menjadi hidup kembali. II.6. Terpaan Media (Media Exposure) Menurut Prastyono (dalam Rahkmat 2005, p.23) media exposure dapat diartikan sebagai terpaan media. Sedangkan, Shore mengatakan “Exposure is hearing, seeing, reading, or most genneraly, experiencing, with at leasr minimal amount of interest the mass media, the exposure might occure an individual or group level” (Rahkmat 2005, p.23), jadi dapat dikatakan bahwa terpaan adalah mendengar, melihat, membaca pesan pesan media ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat terjadi pada individual maupun kelompok. Media exposure disebut juga sebagai penggunaan media (media uses) (Mc. Quail, 1994), media penerimaan (reception) (Berelson & Steiner, 1964), sedangkan Share (1980 : Universitas Sumatera Utara 26) mendifinisikan sebagai berikut : Terpaan media atau media exposure menurut Share sebagai kegiatan individu mendengarkan, melihat dan membaca pesan-pesan media massa. Exposure tidak hanya berkaitan dengan apakah seseorang itu secara fisik berada dalam jangkauan media massa, tetapi juga apakah orang itu benar-benar diterpa pesan. Exposure dapat berupa kegiatan membaca, mendengarkan, melihat atau untuk sekedar memperhatikan pesan media. Assael (1987:544) mengemukakan : Perbedaan yang terpenting diantara tipe-tipe media penyiaran (TV dan Radio) dan media cetak (surat kabar dan majalah). Media penyiaran lebih baik untuk mengkomunikasikan citra dan simbol, tetapi tidak seselektif media cetak untuk mengkomunikasikan informasi secara detail. (The most imporant distiction between media types is broadcast (TV and Radio) and print (Newspapers and Magazines). Broadcast media are better at communicating imagery and simbolism but not as effective as print in communicating detailed information) Rosengen mengemukakan bahwa penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media, media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isimedia yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rahkmat 2005, p.23) Terpaan media berusaha mencari data khalayak tentang penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan atau longevity (dalam Ardianto Erdianaya, 2004). Sedangkan, pengaruh antara khalayak dengan isi media meliputi attention atau perhatian. Kenneth E Andersen mendefinisikan perhatian sebagai proses mental ketika stimui atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah (dalam Rahkmat 2005, p.23). II.7. Kuliner Kuliner adalah suatu bagian hidup yang erat kaitannya dengan konsumsi makanan sehari-hari. Kuliner merupakan sebuah gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Karena setiap orang memerlukan makanan yang sangat dibutuhkan sehari-hari. Mulai dari makanan yang sederhana hingga makanan yang berkelas tinggi dan mewah. Semua itu, membutuhkan pengolahan yang serba enak. Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. METODE PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Metode yang digunakan untuk meneliti sejauh mana pengaruh Tayangan Ala Chef terhadap peningkatan pengetahuan kuliner. Penelitian ini bertujuan menemukan hubungan antara variabel tersebut. Metode korelasional meneliti hubungan antara variabel-variabel . Metode korelasional digunakan untuk meneliti hubungan atau pengaruh sebab akibat. Keuntungan metode ini adalah kemampuannya memberikan bukti nyata mengenai hubungan sebab akibat yang langsung bisa dilihat ( Kriyantono, 2006:62). III.2. LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Akademi Pariwisata Negeri Medan Jl. Rumah Sakit Haji No. 12 Medan 20371 Sumatera Utara Telp. (061) 77152218, Fax. 061 – 6629441 III.3. POPULASI Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, hewan, benda, tumbuh-tumbuhan, gejala atau peristiwa sebagai sumber data yang lebih memiliki karakteristik tertentu dalam suatu persitiwa (Nawawi, 1991:141). Dalam penelitian ini populasinya adalah mahasiswa program D-3 stambuk 2008 sampai 2010 Jurusan Manajemen Tata Boga, Akademi Pariwisata Negeri Medan yang pernah menonton tayangan Ala Chef. Daftar Populasi Stambuk No 1 Departemen Manajemen Tata Boga Jumlah 2008 2009 2010 90 90 99 279 Universitas Sumatera Utara III.4. SAMPEL Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 1991:144). Pada dasarnya, sampel merupakan bagian dari populasi yang memperoleh perlakuan penelitian yang secara keseluruhan mempunyai sifat yang sama dengan populasi. Ukuran sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90 %. n= N N (d ) 2 + 1 (Rakhmat,2004:82) Keterangan : N = jumlah sampel N = jumlah populasi D = nilai presisi yang ditetapkan sebesar 10 % atau 0,1 Berdasarkan rumus diatas, maka jumlah sampel yang dibutuhkan : n= 279 279(0,1) 2 + 1 n= 279 279(0,01) + 1 n= 279 3.79 n = 73.6 Jadi, jumlah sampel adalah 74 orang. Universitas Sumatera Utara III.4. TEKNIK PENARIKAN SAMPEL Teknik penarikan sampel adalah teknik penarikan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun teknik penarikan sampel yang dilakukan peneliti adalah : a. Sampel Stratifikasi Proporsional (Proportional Stratified Sample) Dalam teknik ini populasi dikelompokkan kedalam kelompok atau kategori yang disebut dengan tujuan untuk membuat sifat yang homogen dari populasi yang heterogen. Rumus pengambilan sampelnya adalah : n1 xn N (Kriyantono, 2006:151) N= Keterangan : n1 = jumlah jiwa n = jumlah sampel N= populasi (Kriyantono, 2006:151) Berdasarkan rumus diatas, maka dapat dihitung sampel yang dipilih di setiap stambuk adalah Tabel Sampel No Stambuk N % 1 2008 24 32 2 2009 24 32 3 2010 26 36 74 100 Jumlah Universitas Sumatera Utara b. Sampel acak sederhana (Simple random sampling) Teknik pengambilan sampel ini memastikan setiap unsur mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Peluang yang sama berarti setiap unsur mempunyai probabilitas yang sama untuk dijadikan sampel. Ada dua cara untuk mengambil sampel yaitu dengan cara mengundi atau mengaduk dan menggunakan table acak. Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan cara yang pertama yaitu dengan cara mengundi. III.5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah : a. Data Primer : dengan mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara melakukan survey di lokasi penelitian. Penelitian dialapangan dilakukan dengan menggunakan : · Kuesioner, yaitu alat pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab pula oleh responden (Nawawi, 1991 : 117). b. Data sekunder dengan mengumpulkan yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti literatur, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. III.6. TEKNIK ANALISIS DATA Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1995 : 263). Pada penelitian ini teknik analisi data yang dilakukan adalah : a. Analisis Tabel tunggal Analisis tabel tunggal merupakan analisa yang dilakukan dengan membagi variabelvariabel penelitian kedalam jumlah frekuensi dan presentase (Singarimbun, 1995 : 266). b. Analisis Tabel Silang Universitas Sumatera Utara Analisis tabel silang merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui apakah variabel yang satu mempunyai hubungan dengan variabel yang lainnya (Singarimbun, 1995 : 271). c. 3. Uji Hipotesis Uji Hipotesis ialah salah satu fungsi statistik untuk menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan dipresentasikan, juga dipakai untuk menguji hipotesis. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diukur terdapat dalam skala ordinal. Sesuai dengan pedoman penggunaan test statistic yang berlaku, pengujian hipotesa yanag berskala ordinal dapat dilakukan dengan test statistik “Korelasi Rank Spearmen” : rho = 1 - 6å d 2 N ( N 2 - 1) (Kriyantono,2006:174) Keterangan : rho (rs) = koefisien korelasi rank-order d = perbedaan antara pasangan jenjang N = jumlah invidu dalam sampel ∑ = sigma atau jumlah 2 = bilangan konstan 6 = bilangan konstan Spearman Rho Koefisien adalah metode untuk menganalisis data dan untuk melihat hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala ordinal. Jika rho < 0, maka hipotesis ditolak Jika rho > 0, maka hipotesis diterima Universitas Sumatera Utara Untuk meguji tingkat signifikansi korelasi, maka digunakan rumus pada tingkat signifikan 0,05 sebagai berikut : t= n-2 2 1- r2 (Kriyantono, 2006:177) Keterangan : t = nilai t hitung r = nilai koefisien korelasi n = jumlah sampel Jika t hitung > t tabel , maka hubungan signifikan Jika t hitung > t tabel , maka hubungan tidak signifikan Selanjutnya untuk melihat derajat hubungan diantara dua variabel digunakan nilai koefisien korelasi sebagai berikut (Kriyantono, 2006: 171): < 0,20 = hubungan rendah sekali ; lemah sekali 0,20-0,39 = hubungan rendah tapi pasti 0,40-0,70 = hubungan yang cukup berarti 0,71-0,90 = hubungan yang tinggi; kuat >0,90 = hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan nilai rho, untuk mengetahui besarnya pengaruh tayangan Ala Chef di TRANS TV terhadap peningkatan pengetahuan kuliner mahasiswa Manajemen Tata Boga Akademi Pariwisata Negeri Medan dilakukan uji determinasi dengan rumus : Kp = (rho ) 2 x100% (Rakhmat, 2004 : 30) Keterangan : Kp = Kekuatan prediksi rho = koefisien korelasi spearmen III.7. PROSES PENGOLAHAN DATA Setelah peneliti mengumpulkan data dari 74 orang responden peneliti akan memulai pengolahan data. Adapun tahap pengolahan data yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai berikut : a. Penomoran Kuesioner Kuesioner yang telah dikumpulkan akan diberi nomor urut sebagai pengenal (01-74). b. Editing Proses pengeditan jawaban respsonden untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari terjadi kerancuan saat pengisian data kedalam kotak kode yang disediakan. c. Coding Proses pemindahan jawaban-jawaban responden ke kotak kode yang telah disediakan di kuesioner dalam bentuk angka (skor). d. Inventarisasi Variabel Data mentah yang diperoleh akan dimasukkan kedalam lembar FC (Foltron Cobol) sehingga memuat data dalam satu kesatuan. Universitas Sumatera Utara e. Tabulasi Data Pada tahap ini, data dari lembar FC akan dimasukkan kedalam tabel, terbagi atas tabel tunggal dan tabel silang. Penyebaran dalam tabel secara rinci melalui kategori frekuensi, presentase dan selanjutnya akan dianalisa. Universitas Sumatera Utara