1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai di Indonesia selain tempe. Tahu juga sering dijadikan sebagai lauk-pauk karena rasanya yang enak dan harganya terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Selain harganya terjangkau, tahu juga mengandung protein nabati tinggi karena terbuat dari kedelai. Pada pembuatan tahu, tidak semua bagian kedelai digunakan saat proses pembuatan tahu. Bagian yang tidak digunakan pada proses pembuatan tahu disebut ampas tahu. Ampas tahu merupakan limbah industri tahu yang dihasilkan dari sisa pengolahan kedelai menjadi tahu (Sandi, 2012). Indonesia memiliki potensi ampas tahu cukup tinggi, karena produksi kedelai mencapai 779.074 ribu ton pada tahun 2012 (BPS, 2012), hal ini berpengaruh pada produksi tahu yang menggunakan bahan baku kedelai. Pada industri-industri pembuatan tahu, ampas tahu dianggap sebagai limbah yang tidak bernilai ekonomis sehingga biasanya dibuang tanpa diolah lebih lanjut untuk dijadikan produk bernilai ekonomis. Ampas tahu telah banyak dimanfaatkan sebagai kerupuk ampas tahu, abon ampas tahu, dan dijadikan tepung dalam pembuatan berbagai makanan seperti kue kering dan cake. Selain itu ampas tahu juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak (Kaswinarni, 2007). Ditinjau dari nutrisi kimianya, ampas tahu dapat dijadikan sebagai sumber protein. Korossi (1982) dalam Tarmidi (2007) 1 FERMENTASI AMPAS TAHU…., EKA YULYANTI, FKIP UMP, 2014 2 menyatakan bahwa ampas tahu lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan kacang kedelai, sedangkan menurut Prabowo et al. (1983) dalam Tarmidi (2007) protein ampas tahu mempunyai nilai biologis lebih tinggi dibandingkan protein biji kedelai dalam keadaan mentah, karena bahan ini berasal dari kedelai yang telah dimasak. Menurut Pusbangtepa (1989) dalam Nugraheni (2007) ampas tahu mengandung protein sekitar 5%. Rendahnya kadar protein, tingginya kadar air, dan serat kasar pada ampas tahu menyebabkan pengguna produk ini terbatas sehingga belum memberikan hasil yang maksimum. Oleh karena itu, perlu dilakukan adanya upaya untuk meningkatkan kualitas ampas tahu, salah satunya dapat dilakukan fermentasi. Menurut Lestari (2001) fermentasi merupakan aplikasi metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti asam-asam organik, protein sel tunggal, biopolymer, dan antibiotika. Pada fermentasi terjadi proses yang menguntungkan di antaranya dapat menghilangkan bau yang tidak diinginkan, meningkatkan daya cerna, menghilangkan daya racun yang terdapat pada bahan mentahnya, dan menghasilkan warna yang diinginkan. Menurut Tannembeum & Wang (1975) mikroba yang banyak digunakan sebagai inokulum fermentasi adalah kapang, bakteri, dan khamir. Pemilihan inokulum yang akan digunakan lebih berdasarkan media, teknik proses, aspek gizi, dan aspek ekonomi. Scherllat (1975) dalam Suhenda (2010) menyatakan bahwa penggunaan kapang sebagai inokulum fermentasi sudah banyak dilakukan karena pertumbuhannya relatif mudah dan cepat, dan kadar asam nukleat rendah. FERMENTASI AMPAS TAHU…., EKA YULYANTI, FKIP UMP, 2014 3 Menurut Fardiaz (1989) pertumbuhan kapang mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas berwarna putih. Beberapa penelitian tentang fermentasi ampas tahu dengan kapang telah dilakukan di antaranya Mirwandono & Siregar (2004) telah mencatat bahwa pemanfaatan kapang Aspergillus niger dalam fermentasi limbah sawit mampu meningkatkan kadar protein dari 15,40% menjadi 23,40%, sedangkan pada penggunaan kapang Rhizopus oligosporus dalam fermentasi limbah sawit dilakukan selama 6 hari meningkatkan kadar protein kasar dari 23,74% menjadi 27,21%. Hasil penelitian Suhenda et al. (2010) menunjukkan dedak polar hasil fermentasi dengan inokulum R. oligosporus mengalami kenaikan kadar protein sebesar 38,14%, dan kadar lemak mengalami penurunan sebesar 19,28%. Pengolahan lebih lanjut pada ampas tahu dapat meningkatkan nilai ekonomis ampas tahu dan menjadikan limbah tersebut lebih bermanfaat, misalnya ampas tahu diolah menjadi bahan dasar pakan ikan. Menurut Melati et al. (2010) 80 % bahan pakan yang digunakan untuk membuat pakan ikan berasal dari impor, sehingga kondisi ini menyebabkan harga pakan menjadi mahal. Hal ini telah mendorong para ahli nutrisi dan formulasi pakan untuk menemukan bahan pakan yang tersedia dalam jumlah banyak, murah, dan mudah didapat. Menurut Nuraini et al. (2009) ampas tahu dapat dijadikan sebagai pakan sumber protein karena mengandung protein kasar cukup tinggi yaitu 27,55% dan kandungan zat nutrien lain adalah lemak 4,93%, serat kasar 7,11%, BETN 44,50%, selain itu harga bahan, biaya produksi, dan proses produksinya terbilang murah. Pembuatan pakan ikan dengan ampas tahu dapat dilakukan melalui proses fermentasi. FERMENTASI AMPAS TAHU…., EKA YULYANTI, FKIP UMP, 2014 4 Menurut Mudjiman (2004), protein sangat dibutuhkan oleh tubuh ikan, baik untuk menghasilkan tenaga maupun pertumbuhan. Bahan pakan ikan yang berasal dari ampas tahu juga memiliki kelebihan dibandingkan dengan yang lain, kelebihan tersebut di antaranya dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat limbah ampas tahu, dan mengurangi produksi budidaya. Tepung ikan merupakan bahan baku utama sumber protein untuk pakan ikan (Hadadi et al., 2009). Salah satu cara untuk mengurangi biaya pakan adalah dengan mencari bahan pakan alternatif, akan tetapi harga tepung ikan di pasaran relatif tinggi sehingga untuk alternatif lain digunakan bahan pengganti. Adapun pengganti yang harganya relatif murah dan berprotein tinggi yaitu menggunakan ampas tahu. Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian dengan judul “Fermentasi Ampas Tahu dengan R. oligosporus Untuk Meningkatkan Kualitas Ampas Tahu Sebagai Bahan Baku Pakan Ikan”. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan: Apakah fermentasi ampas tahu dengan R. oligosporus dapat meningkatkan kualitas ampas tahu sebagai bahan baku pakan ikan. FERMENTASI AMPAS TAHU…., EKA YULYANTI, FKIP UMP, 2014 5 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan ampas tahu yang difermentasi dengan R. oligosporus. 1.4 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya petani ikan mengenai pemanfaatan ampas tahu sebagai bahan baku pakan ikan dengan cara fermentasi yang menggunakan kapang R. oligosporus. FERMENTASI AMPAS TAHU…., EKA YULYANTI, FKIP UMP, 2014