faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertropi prostat di

advertisement
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTROPI PROSTAT
DI RUMAH SAKIT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR
Maria Noviat Ngadha DJawa1, H.Arham Alam2, Yusran Haskas3
1STIKES
Nani Hasanuddin Makassar
Nani Hasanuddin Makassar
3STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2STIKES
ABSTRAK
Hipertropi Prostat adalah penyakit yang biasa terjadi pada laki – laki usia lanjut dengan
pertumbuhan yang sangat cepat pada epitel prostat dan daerah transisi jaringan fibromuscular pada
daerah periurethral yang bisa menghalangi dan mengakibatkan pengeluaran urin yang tertahan.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara faktor obesitas, merokok, pola
makan, dan aktifitas seksual dengan kejadian hipertropi prostat di rumah sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Metode penelitian: metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif
analitik dengan pendekatan cross sectional study. Sampel ditarik secara accidental sampling dengan
jumlah 40 responden sesuai dengan criteria inklusi. Hasil penelitian ini menunjukan dari 40
responden terdapat 70 % yang obesitas dan yang 30 % tidak obesitas. Terdapat 57,5 % yang
merokok dan 42,5 % yang tidak merokok. Terdapat 57,5 % pola makan yang tidak sehat dan 42,5 %
yang pola makannya sehat. Terdapat 55 % yang aktifitas seksualnya tidak teratur dan 45 % yang
aktifitas seksual teratur. Disimpulkan bahwa ada hubungan antara obesitas, merokok, pola makan,
dan aktifitas seksual dengan kejadian hipertropi prostat.
Kata Kunci : Obesitas, Merokok, Pola Makan, Aktifitas Seksual dan Kejadian Hipertropi.
PENDAHULUAN
Hipertropi Prostat adalah penyakit yang
biasa terjadi pada laki – laki usia lanjut
dengan pertumbuhan yang sangat cepat pada
epitel prostat dan daerah transisi jaringan
fibromuscular pada daerah periurethral yang
bisa
menghalangi
dan
mengakibatkan
pengeluaran urin yang tertahan. Faktor - faktor
lain yang mempengaruhi BPH adalah
obesitas, merokak, pola makan dan aktifitas
seksual.
Data dari 13 Fakultas Kedokteran
Negeri di Indonesia menunjukkan kanker
prostat
termasuk
dalam
10
penyakit
keganasan tersering pada pria. Di Sub bagian
Urologi, bagian bedah FKUI/RSCM, selama
periode 1995-1998 ditemukan rata-rata 17
kasus pertahun dan menduduki peringkat
kedua setelah kanker buli-buli (kandung
kemih). Beberapa penelitian yang dilakukan di
Amerika menyatakan bahwa angka kejadian
BPH meningkat seiring bertambahnya usia.
Berdasar hasil autopsi, 20 persen penderita
BPH berusia antara 41 sampai 50 tahun, 50
persen berumur 51-60 tahun, dan lebih dari 90
persen berusia 80 tahun. Sayang, di
Indonesia, kita tidak memiliki data atau angka
kejadian yang pasti.
Berdasarkan data yang penulis dapat
dari Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar pada tahun 2012 adalah 136 orang
sedangkan pada tahun 2013 bulan januari
sampe bulan febuari jumlah pasien hipertropi
prostat mencapai 29 orang.
Dari data tersebut telah terlihat bahwa
terjadinya peningkatan kasus hipertropi prostat
dalam tiap tahunnya. Berdasarkan prevalensi
data hipertropi prostat tersebut, maka
mendorong peneliti untuk mengetahui lebih
lanjut dan menelusuri berbagai penyebab,
memperdalam pemahaman mengenai faktor
yang berhubungan dengan kejadian hipertropi
prostat di Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
BAHAN DAN METODE
Lokasi, populasi, dan sampel
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Juni sampe Juli 2013 di Rumah Sakit Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar. Populasi
dari penelitian ini adalah semua laki- laki yang
terkena penyakit hipertropi prostat di Rumah
Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Berdasarkan jumlah pasien pada Januari 2012
– Febuari 2013, maka jumlah populasinya
adalah 165 orang dengan Besar sampel yaitu
40 orang yang berkunjung di Rumah Sakit Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Jenis dan metode penelitian yang
digunakan adalah Deskriptif Analitik dengan
610
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
pendekatan Cross Sectional Study. Tehnik
penarikan sampel dalam penelitian ini adalah
tehnik accidental sampling, dalam hal ini,
individu-individu mana yang dijadikan sampel
adalah apa saja atau siapa saja yang
kebetulan ditemui (Hariwijaya, 2011). Yang
menjadi sampel adalah pasien yang berada di
rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar yang terkena hipertropi prostat pada
saat penelitian berlangsung. Dengan kriteria
inklusi yaitu Pasien yang menderita hipertropi
prostat dan Pasien yang bersedia menjadi
responden
Pengumpulan data dan pengolahan data
Data
primer
diperoleh
dengan
menggunakan kuesioner yang terdiri dari
beberapa pertanyaan yang telah disediakan
oleh peneliti kepada responden. Pengumpulan
data melalui kuesioner dimaksudkan untuk
mengetahui faktor yang berhubungan dengan
kejadian hipertropi prostat di Rumah Sakit
Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Data sekunder juga digunakan sebagai
data pelengkap untuk data primer yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Data ini diperoleh dari instansi yang terkait
yaitu di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo
Makassar.
Pengolahan data dilakukan secara
manual (dengan mengisi kuesioner yang
disediakan).
Adapun
langkah-langkah
pengolahan data yaitu :
1. Selecting
Selecting merupakan pemilihan data
untuk mengklasifikasi data menurut
kategori.
2. Editing
Editing dilakukan untuk meneliti
setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi,
meliputi
kelengkapan
pengisian,
kesalahan pengisian dan konsistensi dari
setiap jawaban.
3. Coding
Coding
merupakan
kegiatan
pemberian kode numeric (angka) terhadap
data yang terdiri dari beberapa kategori.
4. Tabulasi Data
Setelah dilakukan editing dan
coding dilanjutkan dengan pengolahan
data kedalam suatu tabel menurut sifatsifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan
penelitian.
Analisis data
a. Analisis Univariat.
Dilakukan
untuk
mendapatkan
gambaran
umum
dengan
cara
mendiskripsikan
tiap
variabel
yang
digunakan dalam penelitian dengan
melihat distribusi frekuensi, mean, median
dan modus.
b. Analisis Bivariat.
Dilakukan untuk melihat hubungan
antara variabel bebas secara sendiri
sendiri dengan variabel terikat dengan
menggunakan uji statistik Chi-Square,
SPSS 16,00.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Frekuensi Responden Berdasarkan
Hipertropi Prostat di Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar, Juni 2013
Hipertropi prostat
n
(%)
Hipertropi
24
60
Tidak hipertropi
Total
16
40
40
100,0
Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa
dari 40 responden, responden yang menderita
hipertropi prostat sebanyak 24 responden
(60%), tidak hipertropi 16 responden (6,5%).
Tabel 2. Frekuensi Responden Berdasarkan
Obesitas di Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar, Juni 2013
Obesitas
n
(%)
Obesitas
28
70
Tidak obesitas
12
30
Total
40
100.0
Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa
dari 40 responden, responden yang obesitas
sebanyak 28 responden (70%), dan tidak
obesitas sebanyak 12 responden (30%).
Tabel 3. Frekuensi Responden Berdasarkan
Merokok di Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar, Juni 2013
Merokok
n
(%)
Merokok
23
57.5
Tidak merokok
Total
17
42.5
40
100.0
Berdasarkan tabel
3 menunjukan
bahwa dari 40 responden, jumlah responden
yang merokok sebanyak 23 responden
(57.5%), sedangkan yang tidak merokok
sebanyak 17 responden (42.5%).
Tabel 4. Frekuensi Responden Berdasarkan
Pola Makan di Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar, Juni 2013
Pola makan
n
%
Tidak sehat
Sehat
23
17
57.5
42.5
Total
40
100.0
611
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Berdasarkan tabel 4 menunjukan
bahwa dari 40 responden, jumlah responden
yang pola makannya tidak sehat sebanyak 23
responden (57.5%), sedangkan yang pola
makannya sehat sebanyak 17 responden
(42.5%).
Tabel 5. Frekuensi Responden Berdasarkan
Aktivitas Seksual di Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar, Juni 2013
Aktifitas seksual
n
%
Tidak teratur
Teratut
22
55
18
45
Total
40
100.0
Berdasarkan tabel 5
menunjukan
bahwa dari 40 responden, jumlah responden
aktivitas seksual tidak teratur sebanyak 22
responden (55%), sedangkan yang tidak
teratur sebanyak 18 responden (45%).
Tabel 6. Tabulasi Silang Antara obesitas dan
Terjadinya Hipertropi prostat di Rumah Sakit
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Juni
2013
Obesitas
obesitas
Tidak
obesitas
Total
Hipertropi prostat
Tidak
hipertropi
hipertropi
Total
prostat
prostat
n
%
n
%
n
%
18
45.0
4
10.0
22
55.0
6
24
15.0
12
60
16
p =0,002
30.0
18
45.0
40
40
100,0
Berdasarkan data pada tabel 6 terlihat
bahwa dari 40 responden yang diteliti terdapat
22 responden (55.0%) yang Obesitas, dari 22
responden tersebut 18 responden (45.0%)
yang hipertropi prostat dan 4 respondenn
(10.0%) yang tidak mengalami hipertropi
prostat. 18 responden (45.0%) yang tidak
obesitas diantaranya terdapat 6 responden
(15.0%) yang hipertropi prostat dan 12
responden (10.0%) yang tidak hipertropi
prostat.
Berdasarkan uji statistik dengan chisquare diperoleh nilai p = 0,02 atau p > α yang
artinya ada hubungan antara obesitas dengan
hipertropi prostat.
Tabel 7. Tabulasi Silang Antara Merokok dan
Terjadinya Hipertropi prostat di Rumah Sakit
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Juni
2013
Merokok
Merokok
Tidak
merokok
Total
Hipertropi prostat
Tidak
hipertropi
hipertropi
Total
prostat
prostat
n
%
n
%
n
%
19
47.5
4
10
23
57.5
5
12.5
12
30
17
42.5
24
60
16
40
40
100,0
p =0,001
Berdasarkan data pada tabel 7 terlihat
bahwa dari 40 responden yang diteliti terdapat
23 responden (57.5%) yang merokok, dari 23
responden tersebut, 19 responden (47.5%)
yang hipertropi prostat dan 4 responden (10%)
yang tidak mengalami hipertropi prostat. 17
responden (42.5%) yang tidak meroko
diantaranya terdapat 5 responden (12.5%)
yang hipertropi prostat dan 12 responden
(30%) yang tidak hipertropi prostat.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan
chi-square diperoleh nilai p = 0,001 atau p < α
yang artinya ada hubungan antara merokok
dengan hipertropi prostat.
Tabel 8. Tabulasi Silang Antara Pola Makan
dan Terjadinya Hipertropi prostat di Rumah
Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,
Juni 2013
Pola
Makan
Tidak
Sehat
Sehat
Total
Hipertropi prostat
Tidak
hipertropi
hipertropi
Total
prostat
prostat
n
%
n
%
n
%
21
52.5
3
24
7.5
60
2
5.0
23
57.5
14
35.0
16
40
p =0,000
17
40
42.5
100,0
Berdasarkan data pada tabel 8 terlihat
bahwa dari 40 responden yang diteliti terdapat
23 responden (57.5%) yang memiliki pola
makan tidak sehat, dari 23 responden
tersebut, 21 responden (52.5%) yang
hipertropi prostat dan 2 responden (5%) yang
tidak mengalami hipertropi prostat. 17
responden (42.5%) yang pola makannya
sehat, diantaranya terdapat 3 responden
(7.5%) yang hipertropi prostat dan 14
responden (35.0%) yang tidak hipertropi
prostat.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan
chi-square diperoleh nilai p = 0,000 atau p < α
yang artinya ada hubungan antara pola makan
dengan hipertropi prostat.
Tabel 9. Tabulasi Silang Antara Aktivitas
seksual dan Terjadinya Hipertropi prostat di
Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar, Juni 2013
612
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Aktivitas
Seksual
Tidak
Teratur
Hipertropi prostat
Tidak
hipertropi
hipertropi
Total
prostat
prostat
n
%
n
%
n
%
21
52.5
1
2.5
22
Teratur
3
7.5
15
37.5
18
45.0
Total
24
60
40
40
100,0
16
p =0,000
55.0
Berdasarkan data pada tabel 9 terlihat
bahwa dari 40 responden yang diteliti
sterdapat 22 responden (57.5%) yang memiliki
aktivitas seksual tidak teratur, dari 22
responden tersebut, 21 responden (52.5%)
yang hipertropi prostat dan 1 responden
(2.5%) yang tidak mengalami hipertropi
prostat. 18 responden (45.0%) yang aktivititas
seksual teratur, diantaranya terdapat 3
responden (7.5%) yang hipertropi prostat dan
15 responden (37.5%) yang tidak hipertropi
prostat.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan
chi-square diperoleh nilai p = 0,000 atau p < α
yang artinya ada hubungan antara aktivitas
seksual dengan hipertropi prostat.
PEMBAHASAN
1. Faktor Riwayat Penyakit Diabetes Melitus
Berdasarkan data pada tabel 6
terlihat bahwa dari 40 responden yang
diteliti terdapat 22 responden (55.0%)
yang Obesitas, dari 22 responden tersebut
18 responden (45.0%) yang hipertropi
prostat dan 4 respondenn (10.0%) yang
tidak mengalami hipertropi prostat. 18
responden (45.0%) yang tidak obesitas
diantaranya terdapat 6 responden (15.0%)
yang hipertropi prostat dan 12 responden
(10.0%) yang tidak hipertropi prostat.
Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Rezki Amalia obesitas disebabkan
oleh karena ketidakseimbangan antara
jumlah makanan yang masuk dan keluar,
serta kurang mengoptimalkan energi yang
tersedia, pola makan makanan cepat saji
juga dapat mempercepat tingkat obesitas,
penelitian membuktikan bahwa orang
yang makan di restoran cepat saji secara
teratur atau lebih dari dua kali dalam satu
minggu memiliki perbedaan bermakna
antara empat sampai lima kg berat
badannya bila dibandingkan dengan
orang-orang yang tidak makan direstoran
cepat saji.
Berdasarkan hasil uji statistik
dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,02
atau p < α yang artinya ada hubungan
antara obesitas dengan hipertropi prostat.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh
penelitian yang dilakukan oleh Hastuti
Purnama Dewi (2011) pada pasien yang
didiagnosa menderita kangker prostat di
Rumah Sakit Moewardi Surakarta yang
menunjukkan bahwa 72% responden
memiliki riwayat obesitas sebelumnya.
Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh
Shirley E. Otto (2005) yang mengatakan
bahwa penumpukan lemak dalam tubuh
dapat memicu pembentukan sel-sel
prostat. Oleh sebab itu, pria obesitas
memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker
prostat.
Berdasarkan penjelasan di atas,
maka peneliti berasumsi bahwa seorang
laki-laki yang obesitas akan beresiko
terkena hipertropi prostat. Hal ini bisa
disebabkan karena hampir semua kasus
obesitas terjadi karena komsumsi lemak
yang berlebihan. Sedangkan konsumsi
lemak berlebihan pada penelitian saya
sangat erat kaitannya dengan kejadian
hipertropi prostat.
2. Faktor Lingkungan Kerja
Berdasarkan data pada tabel 7
terlihat bahwa dari 40 responden yang
diteliti terdapat 23 responden (57.5%)
yang merokok, dari 23 responden
tersebut, 19 responden (47.5%) yang
hipertropi prostat dan 4 responden (10%)
yang tidak mengalami hipertropi prostat.
17 responden (42.5%) yang tidak meroko
diantaranya terdapat 5 responden (12.5%)
yang hipertropi prostat dan 12 responden
(30%) yang tidak hipertropi prostat.
Berdasarkan hasil uji statistik
dengan chi-square diperoleh nilai p =
0,001 atau p < α yang artinya ada
hubungan
antara
merokok
dengan
hipertropi prostat.
Hasil penelitian ini senada dengan
penelitian
Suheri
(2009)
yang
menunjukkan
bahwa
sebanyak
45
responden (88,8%)
yang mengalami
hipertropi prostat merupakan perokok
aktif.
Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh
Patric Davey (2010) yang mengatakan,
kanker prostat banyak diakibatka oleh
radiasi dan polutan. Polusi industri, asap
rokok, kendaraan dapat menjadi pemicu
munculnya sel kanker.
Berdasarkan pembahasan di atas
peneliti berasumsi bahwa merokok dapat
menyebabkan hipertropi prostat. Sesuai
dengan peringatan bahaya rokok yang
mengatakan
bahwa
rokok
dapat
menyebabkan
kanker.
Rokok
mengandung
berbagai
macam
zat
karsinogen yaitu zat yang dapat memicu
timbulnya kanker. Begitu pula dengan
613
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
pembesaran prostat, yang apabila tidak
mendapatkan penanganan yang baik,
maka akan berkembang menjadi kanker.
3. Faktor Perilaku Merokok
Berdasarkan data pada tabel 8
terlihat bahwa dari 40 responden yang
diteliti terdapat 23 responden (57.5%)
yang memiliki pola makan tidak sehat,
dari 23
responden tersebut,
21
responden (52.5%) yang hipertropi
prostat dan 2 responden (5%) yang
tidak mengalami hipertropi prostat. 17
responden (42.5%) yang pola makannya
sehat, diantaranya terdapat 3 responden
(7.5%) yang hipertropi prostat dan 14
responden (35.0%) yang tidak hipertropi
prostat.
Pola makan merupakan changeble
risk faktor
terjadinya kanker prostat,
konsumsi makanan yang mengandung
lemak jenuh yang tinggi utamanya lemak
hewani akan meningkatkan resiko terkena
kanker prostat. Peranan lemak dalam
meningkatkan resiko kanker prostat terjadi
dengan beberapa mekanisme, pertama
lemak
dapat
mempengaruhi
kadar
testoteron, suatu hormon yang diperlukan
untuk sel - sel prostat baik jinak maupun
ganas. Pria yang mengkonsumsi sedikit
lemak akan mempengaruhi kadar hormon
testoteron yang relatif rendah, kedua
lemak adalah sumber radikal bebas dan
yang ketiga adalah hasil metabolis asam
lemak merupakan zat karsinogenik
contohnya asam tidak jenuh omega - 6
yang dapat memicu pertumbuhan kanker
prostat.
Berdasarkan hasil uji statistik
dengan chi-square diperoleh nilai p =
0,000 atau p < α yang artinya ada
hubungan antara pola makan dengan
hipertropi prostat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penilitian yang dilakukan oleh Ariadi
(2011) tentang riwayat gizi penderita
hipertropi prostat di sebuah Rumah sakit
di Samarinda. Dalam penelitian ini
ditemukan, 81 % penderita memiliki
riwayat konsumsi lemak berlebihan.
Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh
Shirley E. Otto (2005) yang mengatakan
bahwa, kebiasaan makan sehari-hari,
terutama komsumsi lemak dalam jumlah
yang banyak seperti yang biasa dilakukan
oleh
orang-orang
barat,
yang
mengakibatkan perubahan metabolisme
hormon, diperkirakan menjadi faktor yang
berhubungan erat dengan kejadian kanker
prostat.
Dari penjelasan di atas, maka
peneliti dapat menarik asumsi bahwa pola
makan
yang
tidak
sehat
dapat
mempengaruhi
terjadinya
hipertropi
prostat. Pola makan yang tidak sehat
seperti komsumsi lemak berlebihan
merupakan
faktor
yang
dapat
mengganggu metabolisme dalm tubuh.
Sehingga gangguan ini tentunya dapat
mempengaruhi timbulnya sel-sel abnormal
seperti pada hipertropi prostat.
4. Faktor Perilaku Minum Alkohol
Berdasarkan data pada tabel 9
terlihat bahwa dari 40 responden yang
diteliti terdapat 22 responden (57.5%)
yang memiliki aktivitas seksual tidak
teratur, 21 responden (52.5%) yang
hipertropi prostat dan 1 responden (2.5%)
yang tidak mengalami hipertropi prostat.
18 responden (45.0%) yang aktivititas
seksual teratur, diantaranya terdapat 3
responden (7.5%) yang hipertropi prostat
dan 15 responden (37.5%) yang tidak
hipertropi prostat.
Pembengkakan
prostat
direalisasikan
(disebabkan)
dengan
kegiatan seks berlebihan. Saat kegiatan
seksual kelenjar prostat
mengalami
peningkatan tekanan darah sebelum
terjadi ejakulasi, jika suplai darah ke
prostat selalu tinggi, akan terjadi
hambatan prostat yang mengakibatkan
kelenjar tersebut bengkak permanen.
Seks
yang
berlebihan
akan
mengakibatkan infeksi prostat yang
meningkatkan BPH sehingga terjadilah
hipertropi prosta. Seks yang berlebihan
dapat menyebabkan seseorang pria
menjadi kurus akibat ini terjadi karna
tingginya intensitas seks yang dilakukan
oleh pria tidak didukung dengan asupan
makanan dan kecukupan latihan fisik yang
baik. Aktivitas seksual yang tinggi juga
berhubungan dengan meningkatnya kadar
hormone testoteron.
Berdasarkan hasil uji statistik
dengan chi-square diperoleh nilai p =
0,000 atau p < α yang artinya ada
hubungan antara aktivitas seksual dengan
hipertropi prostat.
Hasil penelitian ini senada dengan
penelitian yang pernah dilakukan oleh
Joice (2010) yang menemukan bahwa 65
% penderita hipertropi prostat memiliki
kebiasaan seks yang buruk atau yang
tidak teratur disebabkan karena kegiatan
seks berlebihan.
Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh
Shirley E. Otto (2005), telah dikemukakan
beberapa faktor yang meningkatkan dan
faktor pencetus seperti pengaruh genetik,
riwayat aktivitas seksual, infeksi virus,
614
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
patogen tertentu, kadmium, bahan-bahan
kimia industri dan urbanisasi.
Dari penjelasan di atas maka
peneliti dapat berasumsi bahwa kebiasaan
seksual yang tidak teratur, dapat
mempengaruhi
timbulnya
hipertropi
prostat. Ini bisa tertjadi karena, pada saat
melakukan hubungan, maka kelenjar
prostat akan bekerja dalam membantu
ereksi. Apabila kerja dari prostat ini tidak
teratur maka akan memicu gangguan
pada sel dalam prostat tersebut.
Gangguan
inilah
yang
berpotensi
menimbulkan hipertropi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang
faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertropi prostat di Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar maka dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1. Ada Hubungan yang bermakna antara
Obesitas dengan kejadian hipertropi
prostat.
2. Ada Hubungan yang bermakna antara
merokok dengan kejadian hipertropi
prostat.
3. Ada Hubungan yang bermakna antara
Pola Makan dengan kejadian hipertropi
prostat.
4. Ada Hubungan yang bermakna antara
Aktifitas
Seksual
dengan
kejadian
hipertropi prostat.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah
dijelaskan,maka saran pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Disarankan bagi Dinas Kesehatan agar
dapat meningkatkan penyuluhan kepada
masyarakat mengenai
kejadian yang
berhubungan dengan hipertropi prostat
serta dapat
melakukan kegiatan
monitoring prevalensi kejadian hipertropi
prostat yang
dilaksanakan secara
berkesenambungan.
2. Disarankan bagi masyarakat
lebih
waspada terhadap kejadian hipertropi
prostat terutama bagi laki – laki yang
berumur lebih dari 40 tahun.
3. Disarankan bagi peneliti selanjutnya yang
berminat
meneliti
tentang
kejadian
hipertropi prostat agar penelitian dapat
dilakukan dalam skala besar dengan
jumlah sampel yang besar dan tempat
penelitian diperluas ke rumah sakit lainnya
sehingga
hasil
penelitian
dapat
digeneralisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Atika, Proverawaty. 2010, Obesitas dan Gangguan Prilaku , Yogyakarta : Maha Medika.
Burnett, dkk. 2010, Panduan untuk Penderita Kanker Prostat, Jakarta : Permata Puri Media
Brunner & Suddarth, 2012, Buku Ajar Keperawatan Bedah , Jakarta : Selemba Medika.
Bustam, 2007, Epidemiologi Penyakot tidak Menular, Jakarta : Rineka.
Danny, dkk. 2008, Ar A Glance Sistim Reproduksi.
Ellizabet Aula, 2011, Skarang atau tidak sama sekali, Makassar.
Muttaqin,Arif. Dkk, 2012, Asuhan Keperawatan Sistim Perkemihan, Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, 2011, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Rahayu, 2009, Mengenal, Mencegah, dan Mengobati kanker, Viktory Inti Cipta.
Sulistyoningsih, 2011, Gizi untuk Kesehatan Anak, Yogyakarta, Graha Ilmu.
Tarwato, 2009, Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.
Verawaty, dkk., 2011, Merawat dan Menjaga Kesehatan Seksual Pria, Bandung, Grafindo.
Wim , 2004, Kanker, Apakah itu? Pengobatan, Harapan Hidup dan Dukungan Kelurga, Jakarta, Arcan.
615
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Download