__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016 1 EDITORIAL Pengantar Redaksi Penanggung Jawab: Dr. Ijun Rijwan Susanto, SKM., M.Kes Syukur Alhamdulilllah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan Dewan Redaksi : hidayah-Nya, sehingga Jurnal STIKes Karwati, SST., MM Dr. Atira, S.Si., M.Kes Dr. Sri Wahyuni, S.Pd., M.Kes Yosi Oktri, S.Pd., SST., MM Budi Rianto, S.Sos., MM Budi Luhur Cimahi Volume 9. No. 1, Januari 2016 dapat diterbitkan. Dengan diterbitkannya Jurnal STIKes Budi Luhur Cimahi ini, diharapkan dapat Mitra Bestari: Prof. Suminar Setiati Achamadi, Ph.D Suparji, SST., SKM, M.Pd. Heru S.W. Nugroho, S.Kep., Ners., MM.Kes memberikan Rahayu, S.Pd. dan pencerahan kepada masyarakat dan lingkungan civitas akademika STIKes Budi Luhur Cimahi yang dapat membawa visi dan misi Tri Dharma Perguruan Tata Usaha: manfaat Tinggi sehingga memunculkan inspirasi dan inovasi dalam bidang kesehatan untuk kepentingan kesejahteraan bangsa dan Negara Republik Indonesia. Diterbitkan Oleh: Kepada para penulis kami ucapkan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Luhur Cimahi banyak terima kasih atas partisipasinya. Semoga Jurnal ini dapat menjadi media komunikasi dan penyebar luas informasi tentang ilmu Alamat Redaksi: pengetahuan bagi kita semua, Amin. LPPM STIKes Budi Luhur Cimahi Jl. Kerkof No. 243 Leuwigajah Cimahi, Jawa Barat,Telp. 022-6674696, Hp: 085222037309 Alamt e-mail: [email protected] Elektronik. Jurnal: www.stikesbudiluhurcimahi.ac.id. Wassalam, Dewan Redaksi __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016 2 DAFTAR ISI Jurnal Kesehatan Budi Luhur Volume 9 No. 1 Januari 2016 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN GRAMATIKAL DENGAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS PADA MAHASISWA Rizal Ilbert .......................................................................................................................... 1 HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PEREMPUAN MENGHADAPI MENOPAUSE Saurmian Tri Ardayani1) , Sinaga2), dan Wintari Hariningsi3) ........................................... 11 TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG TUBERKULOSIS PARU THE KNOWLEDGE ABOUT PULMONARY TUBERCULLOSIS Ijun Rijwan Susanto dan Tuti Nurhayati ................................................................................. 21 ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.Y DENGAN P 1 A0 PARTUS MATURUS POST OPERASI SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI EKLAMPSIA Dedeh Sri Rahayu dan Lia Yuliani Endah .............................................................................. 27 PENGARUH TERAPI MODALITAS RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA Briefman Tampubolon ........................................................................................................... HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI (USIA 12-15 TAHUN 37 DENGAN NYERI HAID (DISMENORHOE) Yosi Oktri1), Pandith2), dan Hanipah Mutiara3) ................................................................ 45 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Tri Wahyuningsih ............................................................................................................... 54 PERBEDAAN PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG HIV/AIDS ANTARA METODE BUZZ GROUP DAN METODE BRAINSTORMING TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN SISWA-SISWI SMP Hj. Reini Astuti, Wulan Novika, dan Nurjen Juniarsyah ................................................... 63 HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERAN ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN) Windasari Aliarosa, Sri Wahyuni, dan Desy Widianti ....................................................... 74 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.E DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN PADA BALITA UMUR 1,5 TAHUN AKIBAT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT Ijun Rijwan Susanto, Afrieani Deasy, dan Rukman Rudi Anjani ....................................... 85 PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Sri Wahyuni, Atira, dan Indah Nurahmat ......................................................................... 95 __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016 3 TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PASIEN RAWAT JALAN DENGAN KEJADIAN KONJUNGTIVITIS Budi Rianto, Atira, dan Ina Khaerunisa ............................................................................. 102 HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL Wulan Novika Ambarsari, Tria Utami ................................................................................ 112 TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PENGOBATAN PADA PENDERITA HIPERTENSI Atira, Karwati, Dan Teguh Herlambang ............................................................................. 122 __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016 4 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN GRAMATIKAL DENGAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS PADA MAHASISWA THE CORRELATION BETWEEN ENGLISH GRAMMATICAL KNOWLEDGE WITH ENGLISH SPEAKING SKILL ON STUDENTS Rizal Ilbert Prodi S1 Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi Abstrak Kemampuan bahasa harus dikuasai dengan baik terutama pada siswa yang akan dapat berkomunikasi dan mengekspresikan ide-ide mereka baik dalam percakapan sehari-hari mereka di kampus dan juga membuat percakapan dengan penutur asli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara bahasa Inggris pengetahuan tata bahasa dengan bahasa Inggris keterampilan berbicara pada mahasiswa program studi ilmu perawat sarjana di Budi Luhur Cimahi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa semester 7 sebanyak 33 siswa. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari 8 (24,2%) responden berada di kategori baik, sedangkan ada sebanyak 22 (66,7%) responden dalam kategori kurang dan 45 (45,4%) responden berada di kategori komunikasi yang efektif adil. Hasil penelitian dengan uji statistik uji chi-square antara pengetahuan tata bahasa dengan keterampilan berbahasa Inggris dengan pvalue = 0,000 bahwa ada hubungan antara pengetahuan tata bahasa dengan keterampilan berbahasa Inggris. Saran bahwa perlu lebih ditingkatkan kemampuan mahasiswa dalam berbicara bahasa inggeris sehingga tidak menemukan kesulitan bila ditempatkan bekerja diluar negeri. Kata kunci: Hubungan, pengetahuan, bahasa inggris, keterampilan, siswa Abstract Language skills must be mastered well, especially to the students who will be able to communicate and express their ideas well in their daily conversation on campus and also make conversation with native speakers. This study aims to determine the relationship between knowledge of English grammar with English speaking skills on students of undergraduate nursing science in Budi Luhur Cimahi. The population in this study is the 7th semester students as many as 33 students. Statistical analysis showed that 8 (24.2%) of respondents were in either category, while there were 22 (66.7%) of respondents in the poor category and 45 (45.4%) of respondents were in the category of effective communication fair. Research results with statistical tests chi-square test between knowledge of grammar with English speaking skills with pvalue = 0,000 that there is a relationship between knowledge of grammar with English speaking skills. Suggestions that need to be further enhanced students' ability to speak English so that no difficulties when placed to work abroad. Keywords: relationships, Knowledge, english, skills, students __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016 1 1. Pendahuluan Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan bahasa yang perlu faktor kemampuan dosen dalam mengajar. dikuasai dengan baik. Keterampilan ini Menurut Tarigan (1995 ) merupakan suatu indikator terpenting bagi keterampilan berbahasa memiliki empat keberhasilan mahasiswa terutama dalam aspek yang sangat mendasar yaitu : belajar Dengan keterampilan mendengarkan (listening), penguasaan keterampilan berbicara yang berbicara (speaking), menulis (writing), baik, membaca (riding). bahasa Inggris. mahasiswa dapat mengkomunikasikan ide-ide mereka, baik Kemampuan membaca dan kemampuan di kampus maupun dengan orang asing, menterjemahkan dan juga menjaga hubungan baik dengan dikatakan orang lain, hal ini sesuai dengan hasil memiliki penelitian haryadi (1996) dalam Dimiyanti mengembangkan (1998) kecermatan membaca serta kemampuan tentang membaca dalam dan kelancaran berbicara bahasa dalam mahsiswa inggris yang sebagaimana oleh beberapa teori yang para dan ahli pelatihan, kemampuan menterjemahkan berdampak dan dalam kemampuan berbicara, penting mengingat tinggal dilingkungan pendidikan dengan kemampuan bahasa inggris lebih lancar membaca menterjemahkan telah menjadi kebutuhan dan berbicaranya. sangat penting dalam kegiatan akademik Jika seseorang menguasai suatu bahasa, secara intuitif ia mampu berbicara mengindikasikan bahwa dan dan aktifitas mahasiswa sehari-hari saat ini. dalam bahasa tersebut”. Pendapat ini jelas membaca Membaca dan berbicara itu sangat penting dalam pendidikan antara keterampilan berbicara mengisyaratkan lain bahwa suatu diusahakan agar memiliki pengetahuan bahasa. Selain itu, keterampilan berbicara fungsional tentang bahasa inggris dan bisa juga digunakan sebagai suatu media penggunaannya sebagai alat yang sangat untuk 1993). penting Keterampilan ini sangat terkait dengan dengan pelafalan, kosakata, bersosialisasi dengan masyarakat luas keterampilan mendengarkan, dan lain lain. maka peran bahasa dalam membaca dan Menurut dalam berbicara bahwa (Keraf, 1979). dan Proses seseorang belajar mengetahui (Izquirdo, gramatika, Haryono Penelitiannya kemampuan (1995) mengatakan dari membaca berbicara seseorang dipengaruhi oleh disebutkan untuk mahasiswa melakukan orang lain dirasakan menterjemahkan melibatkan bahwa faktor komunikasi dan sangat untuk berfungsi membaca, dan intelektual __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016 berbicara karena 2 semua sepakat menterjemahkan bahwa yaitu Program Studi S1 Keperawatan telah menyiapkan kurikulum proses pendidikan bahasa inggris dengan tujuan berpikir, sebagaimana yang dikatakan untuk menghasilkan lulusan yang mampu oleh seorang ahli membaca (Edward, dalam berbicara bahasa inggris. adalah berbicara Luhur pada hakikatnya dan membaca, sebuah 1980), bahwa proses membaca itu tak Kurikulum Tahun 2011 Program ubahnya dengan proses ketika seorang Studi S1 Keperawatan STIKes Budi Luhur sedang berpikir dan bernalar. Dalam cimahi membaca, Bahasa menterjemahkan dan telah menyusun inggris mata dengan kuliah pendekatan berbicara ini terlibat aspek-aspek berpikir gramatikal yang bertujuan seperti mahasiswa mampu menguasai mengingat, memahami, tata membeda-bedakan, membandingkan dan bahasa, pada akhirnya menerapkan apa yang jurnal kesehatan sampai berbicara bahasa terkandung dalam membaca, agar menterjemahkan bacaan dan inggris dalam konteks kesehatan dan inilah dalam keperawatan. Mata Kuliah tersebut dimulai membaca dan berbicara diperlukan Cara dari tingkat satu sampai tingkat empat yang berupa kemampuan intelektual yang yaitu: diawali dengan Basic Grammar, tinggi. Jika dilihat dari aspek intelektual Advanced Grammar, Writing, Speech dan yang lain seperti minat. Dari beberapa Nursing Translation. Pada mata kuliah penelitian tersebut pembicaraan. Untuk yang menunjukkan pernah bahwa dilakukan adanya mahasiswa pendidikan bahasa yang tinggi antara minat terhadap bacaan bahasa, kemampuan dan menterjemahkan kemampuan menterjemahkan dan korelasi terlihat membaca, kemampuan berbicaranya (Nurhadi, 1995). inggris diberikan dari tata membaca, sampai kepada berbicara bahasa inggris umumnya dan menguasai bahasa inggris dalam Memasuki era Globalisasi maka kesehatan dan keperawatan khususnya. STIKes Budi Luhur cimahi adalah salah Tujuan penelitian ini untuk mengetahui satu perguruan tinggi yang memiliki visi mengetahui hubungan Hubungan antara Go Internasional. Untuk mencapai visi pengetahuan tersebut sangat perlu kiranya, institusi dengan keterampilan berbicara bahasa menyiapkan sumber daya manusia yang inggris memiliki kemampuan dalam berbahasa keperawatan Stikes Budi Luhur Cimahi asing khususnya bahasa inggris sebagai tahun 2014 . pada gramatikal bahasa inggris mahasiswa prodi s1 bahasa kedua setelah bahasa Indonesia. Salah satu program studi di STIKes Budi __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016 3 2. Metode Metode penelitian ini Adapunkerangka konsep penelitian ini menggunakan survei analitik koralasional seperti terlihat pada Gambar 1 sebagai dengan berikut: pendekatan Cross sectional. Keterampilan berbicara bahasa inggris Pengetahuan Gramatikal Bahasa inggris mahasiswa Baik Mahasiswa Cukup Kurang Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Variabel pada penelitian yaitu (dependen) yaitu keterampilan berbicara Variabel bebas (independen) yaitu : bahasa Pengetahuan gramatikal bahasa inggris Operasional dapat dilihat pada Tabel 1 mahasiswa berikut ini: dan Variabel terikat inggris mahasiswa. Definisi Tabel 1 Definisi Operasional Variabel Independen: Pengetahuan gramatikal bahasa inggris pada mahasiswa Definisi Operasional Kategori Penguasaan Bila skor pengetahuan responden : dari kode bahasa itu a. > 75 % : sendiri yang mencakup Baik aturan pembentukan b. 56-75 % : kata dan kosa kata, cukup pengucapan/fonologida c. ≤ 55 % : n pembentukan kurang kalimat/sintak. Pengetahuan kode bahasa ini dirangkai dalam istilah pemahaman makna literal dari ujaran tersebut Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Wawancara Kuesioner Ordinal __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016 5 Dependent: Keterampilan berbicara bahasa inggris pada mahasiswa Kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan dalam bahasa inggris” Populasi dalam penelitian TSE (Test of spoken English) wawancara kuesioner Ordinal ini penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji adalah seluruh mahasiswa prodi S1 coba agar diperoleh instrumen yang valid KeperawatanSTIKes Budi Luhur Cimahi dan reliabel. TA 2014/2015 yang berjumlah 152 orang. Selanjutnya data yang terkumpul Sedangkan Sampel berjumlah 33 Orang. diolah secara manual, kemudian dengan Metode pengumpulan data dikumpulkan menggunakan bantuan komputer melalui melalui beberapa tahap, yaitu :Editing, Coding, rekaman aktifitas berbicara bahasa Inggris /“tape recorder”/video dan Entry, observasi. Rekaman/tape recorder/video Selanjutnya digunakan secara Analisis Univariat dan Bivariat. untuk mengumpulkan data tentang pengetahuan gramatikal bahasa inggris mahasiswa. Cleaning dilakukan Pengetahuan data entry. Analisis responden data dalam merekam penelitian ini diukur dengan menggunakan dengan metode scoring terhadap kuesioner yang menggunakan „tape recoder‟. Observasi tela diberi bobot. Berdasarkan jumlah nilai juga digunakan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari responden, maka tentang tingkat aktivitas Peneliti dan berbicara mereka mahasiswa dalam berbicara pengetahuan dikelompokkan bahasa Inggris. Di sini, peneliti mengamati menjadi 3 kategori, yaitu: Baik, jika aktivitas komunikasi lisan yang dilakukan jawaban yang benar mencapai 76-100%, mahasiswa akhir Cukup, jika jawaban yang benar mencapai untuk 56-75%, Kurang, jika jawaban yang benar (dengan dari awal lembar sampai observasi) mencapai ≤ 55%. Sehubungan dengan mendapatkan data tersebut. Instrument penelitian ini adalah „video/tape recorder‟ yang digunakan dilakukan analisis menentukan proporsi persentase responden untuk merekam mahasiswa yang sedang dengan berbicara dalam bahasa Inggris: Tanya – menggunakan rumus menurut Arikunto jawab (2006) sebagai berikut : dan atau percakapan, lembar tingkat untuk pengetahuan, maka observasi yang berguna untuk mengamati f kecakapan komunikatif mahasiswa ketika berbicara bahasa Inggris. Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam P= X 100 % N __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016 5 α =0,05 berarti tidak terdapat Keterangan : P : Persentase f : Jumlah skor jawaban responden N : Jumlah seluruh pertanyaan Analisis bivariat dilakukan hubungan yang bermakna/ Ho diterima. uji Etika Penelitian hipotesis variabel bebas dan variabel Etika penelitian merupakan salah terikat untuk melihat hubungan antara 2 satu tanggung jawab mendasar bagi variabel yaitu variabel bebas (membaca peneliti, sebelum melakukan penelitian dan terjemah) dengan variabel terikat perlu (kemampuan bicara). Uji statistik yang persetujuan digunakan adalah uji chi square (x²) ditandatangani oleh dengan menggunakan tingkat kecemasan mendapat penjelasan tentang nilai alpha 0,05 (5%). tujuan, manfaat dan hak responden untuk Rumus Chi Square test (Riyanto, 2009) : ada menolak surat persetujuan. sebagai Surat responden responden setelah sebagai sampel maksud, penelitian. Segala informasi yang diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiannya ( fo− fe )² X²= Σ ----------------------fe serta hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini dan setelah selesai, semua catatan atau data Keterangan : mengenai responden akan dimusnahkan. X² = nilai chi-kuadrat Sebagai Σ = Jumlah meyakinkan bahwa responden terlindungi fo = frekuensi yang diobservasi dengan aspek-aspek sebagai pertimbangan etik, peneliti berikut : Self determination, Privacy, Anonymity, (frekuensi empiris) fe = frekuensi yang diharapkan Confidentiality, dan Protection from discomfort.. Lokasi dan Waktu Penelitian: (frekuensi teoritis) Chi square = bila p value kurang Penelitian ini dilakukan di dari Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi, α =0,05 hubungan yang berarti terdapat bermakna/ Ho Prodi S1 Tahun 2014. ditolak, bila p value lebih besar dari __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016 6 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian: a. Karakteristik Responden Tabel distribusi frekuensi karakteristik responden penelitian ini disajikan dalam Tabel 2 berikut: Tabel 2. Karakteristik responden penelitian pada mahasiswa Karakteristik Responden Usia responden 18 tahun 19 tahun 20 tahun 21 tahun Total f % 2 17 12 2 33 6,1 51,4 36,4 6,1 100 Sumber: data primer b. Pengetahuan Gramatikal Pengetahuan gramatikal dalam penelitian ini seperti terlihat pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Tabel frekuensi tentang pengetahuan gramatikal pada mahasiswa Kategori Baik Cukup Kurang Sumber: data primer c. Frekuensi (f) 8 3 22 Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Persentase (%) 24,2 9,1 66,7 menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan dalam bahasa inggris. Hasil Keterampilan berbicara Bahasa pengukuran Inggris dalam penelitian ini merupakan Bahasa kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi penelitian artikulasi berikut: atau kata-kata untuk keterampilan Inggris disajikan pada pada berbicara responden Tabel 4 mengekspresikan, menyatakan serta Tabel 4. Tabel frekuensi keterampilan berbicara Bahasa Inggris pada mahasiswa Kategori Frekuensi (f) Persentase (%) Komunikasi hampir selalu efektif 5 15,2 Komunikasi umumnya efektif 7 21,2 Komunikasi agak efektif 15 45,4 Komunikasi umumnya tidak efektif 6 18,2 Tidak ada komunikasi yang efektif 0 0 Sumber: data primer __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016 7 d. Hubungan Antara Pengetahuan Gramatikal Dengan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Peneliti melakukan uji statistik menggunakan uji chi-square antara pengetahuan gramatikal dengan keterampilan berbicara Bahasa Inggris. Hasil uji statistik pada penelitian ini disajikan pada tabel 5 berikut: Tabel 5. Hubungan pengetahuan gramatikal dengan keterampilan berbicara Bahasa Inggris pada mahasiswa Komunikasi umumnya agak efektif umumnya hampir Pengetahuan p tidak efektif efektif selalu gramatikal efektif f % f % f % f % Baik 0 0 1 3,1 2 6,1 5 15,1 Cukup 0 0 0 0 3 9,1 0 0 0,000 Kurang 6 18,2 14 42,3 2 6,1 0 0 Sumber: data primer Berdasarkan tabel di atas, pengetahuan gramatikal dengan diketahui bahwa nilai p= 0,000 hal keterampilan berbicara Bahasa tersebut membuktikan bahwa Inggris pada mahasiswa. terdapat hubungan antara Pembahasan Pengetahuan merupakan hasil dari kalimat/sintak. Pengetahuan kode bahasa dan orang ini dirangkai dalam istilah pemahaman melakukan penginderaan terhadap suatu makna literal dari ujaran tersebut. Hasil objek penelitian tahu ini terjadi tertentu. melalui panca setelah Penginderaan terjadi indera manusia, yaitu inderapenglihatan, pendengaran, tentang pengetahuan gramatikal 8 responden (24,2%) berada pada kategori baik, sedangkan sebanyak penciuman, rasa dan raba. Sebagian 22 besar pengetahuan manusia diperoleh kategori melalui mata dan telinga dengan melalui menunjukkan suatu proses yaitu proses belajar dan responden membutuhkan suatu bantuan, misalnya kalimat sederhana dalam bahasa inggris buku dan sebagainya (Notoatmojo, 2003). dengan baik dan benar sesuai gramatikal Pengetahuan gramatikal dalam penelitian yang ditandai dengan kesalahan tata ini adalah pengetahuan dari kode bahasa bahasa itu penyampaian sendiri pembentukan yang kata mencakup dan kosa aturan responden (66,7%) kurang. Hal bahwa belum berada tersebut sebagian mampu sehingga makna, pada besar membuat menghalangi sering terjadi kata, kesalahan pelafalan yang tidak diperbaiki pengucapan/fonologi, dan pembentukan meski sudah diberitahu kesalahannnya, __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016 8 mereka sering bertanya jika tidak mengetahui kosa kata tertentu. Keterampilan sebanyak 45 responden (45,4%) berada pada kategori komunikasi agak efektif. Hal pada tersebut menunjukkan bahwa sebagian “kemampuan besar responden agak kurang kompeten mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau dalam melakukan tugas yang ditandai kata-kata mengekspresikan, dengan ketika berpidato/berbicara selalu menyatakan serta menyampaikan pikiran, ditandai dengan bahasa ibu (misalnya gagasan, dan perasaan” (Tarigan 1981). bahasa Indonesia). hakikatnya berbicara adalah untuk Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak Setelah menggunakan dilakukan uji uji chi-square antara hampir secara langsung, apakah sang pengetahuan pembicara memahami atau tidak, baik keterampilan berbicara Bahasa Inggris. bahan pembicaraan atau penyimaknya, Diketahui bahwa apakah dapat tersebut membuktikan bahwa terdapat menyesuaikan diri atau tidak pada saat hubungan antara pengetahuan gramatikal dia dengan keterampilan berbicara Bahasa dia tenang serta mengkomunikasikan gagasannya, gramatikal statistik nilai p= 0,000 Inggris atau tidak (Tarigan dalam Fatnawati, Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi. 1997). Keterampilan berbicara Bahasa Jika Inggris dalam penelitian ini merupakan responden yang memiliki pengetahuan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi gramatikal yang baik cenderung memiliki artikulasi mengekspresikan, menyampaikan dilihat mahasiswa dari Prodi hal dan apakah dia waspada serta antusias atau pada dengan frekuensi S1 bahwa kata-kata untuk komunikasi yang hampir selalu efektif, menyatakan serta sedangkan pikiran, gagasan, dan pengetahuan responden yang gramatikal memiliki kurang perasaan dalam bahasa inggris. Hasil cenderung memiliki komunikasi yang agak pengukuran efektif. keterampilan berbicara Bahasa Inggris pada responden penelitian __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016 9 4. KESIMPULAN Penelitian ini dapat disimpulkan Classroom Practice. San Fransisco: Fransisco State University. bahwa: 1) Pengetahuan mahasiswa tentang Chamot, et al. 1999. The Learning Strategies: Handbook. New York: Longman. grammatical sebanyak 24,2% dengan kategori baik, sedangkan sebanyak 22 responden (66,7%) berada Discussion on Communicative pada Pillar, Granville W. 2012. A Framework for Testing Communicative Competence. kategori kurang. 2) Keterampilan Fang, Fan. 2010. A Developing Students‟ Competence in berbicara Inggris sebanyak (45,4%) berada 45 pada Bahasa responden kategori komunikasi agak efektif. Shumin, Kang. 2002. Factor to Consider: Developing Adult EFL Students‟ Speaking Abilities. In Jack C. Rishards and Willy A. Renandya, Methodology in Language Teaching: An Anthology of Current Practice. Cambridge: Cambridge University Press. pp. 2004. 3) Ada hubungan antara pengetahuan dengan keterampilan berbicara dengan nilai p= 0,000. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, 2003, Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta ______ , 2006, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, 2002, Masyarakat. Cipta Ilmu Kesehatan Jakarta: Rineka Bagaric, Vesna dan Djigunovic, J. Mihaljevic. Defining Communicative Competence. Serbia: Univeristy of Osijek dan Zagreb Brown, H.D. Assessment: 2004. Language Principles and __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016 10 HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PEREMPUAN MENGHADAPI MENOPAUSE Tri Ardayani1) , Saurmian Sinaga2), dan Wintari Hariningsi3) 1), 2),3) Staf Dosen STIK Immanuel Bandung ABSTRAK Masalah kesehatan reproduksi yang dialami oleh wanita salah satunya adalah masuknya masa menopause rata-rata 45 tahun sampai 50 tahun. Perempuan yang menopause mengalami perubahan secara fisiologis dan psikologis yang dapat menimbulkan masalah kecemasan. Oleh karena itu diperlukan dukungan suami. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan perempuan menghadapi menopause. Jumlah sampel dalam penelitian berjumlah 140 orang, dengan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan perempuan menopause menggunakan kuesioner mengacu dari T-MAS (Taylor Manifest Anxiety Scale. Hasil penelitian didapatkan (1) dukungan suami pada wanita menopause responden mendapatkan dukungan baik yaitu 80.71 %. (2) tingkat kecemasan pada wanita menghadapi menopause berada pada tingkat kecemasan sedang yaitu 79.28 %. (3) terdapat hubungan yang signifikan dukungan suami dengan tingkat kecemasan wanita menghadapi menopause. Simpulan penelitian dukungan suami terhadap wanita dalam menghadapi masa menopause baik, tingkat kecemasan wanita menghadapi masa menopause sedang, terdapatnya hubungan yang signifikan. Sehingga peneliti merekomendasikan hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi Puskesmas pagarsih untuk bagi puskesmas pagarsih untuk meningkatkan pelayanan di area maternitas. Kata Kunci : Menopause, dukungan, kecemasan ABSTRACT Reproductive health problems experienced by women one of them is the entry menopause the average 45 years to 50 .Women who menopause changed physiologically and psychological which could result in problems anxiety .Hence support needed husband .The purpose of this research to know the relationship between support husband to the level of anxiety women face menopause .The sample of the in research were 140 people , a random sampling .An instrument used for measuring the degree of anxiety women menopause uses a questionnaire reference of t-mas ( taylor manifest anxiety scale .The results of the study obtained ( 1 ) support husband at postmenopausal women respondents the provision of support good that is 80.71 % .( 2 ) the rate of anxiety on women face menopause be on a level anxiety and that is 79.28 % .( 3 ) there are a significant relation to the level of support husband anxiety women face menopause . Drawing conclusions research support husband of women in the face of menopause good, the anxiety women face menopause being, came across a significant relation.So researchers recommend the result of this research can be used as a platform for puskesmas pagarsih to for puskesmas pagarsih to improve the service in the area maternitas. Keyword: menopause , support , anxiety __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 11 1. Pendahuluan yang terjadi pada usia menjelang atau pada Masalah kesehatan reproduksi tidak hanya kehamilan, termasuk persalinan, masa menarche usia lima puluhan (Wahyunita, 2010). Usia tetapi perempuan menopause menurut Andrew sampai dan Lestari (2010) yaitu pada usia 45 tahun menopause. Menopause yang di tandai sampai 50 tahun dengan menurunnya kadar estrogen dapat Menurut Hawari tanda dan gejala berdampak pada kondisi psikis perempuan. seseorang mengalami kecemasan adanya Perempuan banyak keluhan cukup khawatir, yang mengalami menopause kondisi yang seperti timbul mudah cemas, tersinggung, merasa mengganggu sebelum masa menopause tegang, itu tiba (Mangoenprasodjo, 2004) sendirian, gangguan pola tidur, gangguan Tahun 2025 diperkirakan jumlah wanita menopause mencapai tenang, gelisah, takut konsentrasi dan daya ingat (Hawari 2002). milyar Hasil penelitian Nurmadina (2009) (Bandiyah, 2009). Di negara maju seperti hubungan antara dukungan sosial suami Amerika Serikat pertambahan perempuan dengan menopause bertambah 1000 orang perhari. menopause di Sumatra Utara. Penelitian ini (Kusmira, merupakan 2011). 1,2 tidak rasa Menurut Proverawati kecemasan pada penelitian yang wanita bersifat (2010) Menopause dialami oleh banyak korelasional. Jumlah sampel penelitian ini perempuan hampir di seluruh dunia, sekitar adalah 74 wanita. Pengambilan sampel 70-80% dilakukan dengan menggunakan purposive perempuan Eropa, 60% di Amerika, 57% Malaysia, 18% di Cina dan sampling. 10% di Jepang dan Indonesia. hubungan yang sangat signifikan antara Berdasarkan Badan Pusat Statistik, pada tahun 2030 jumlah perempuan yang Hasil penelitian didapatkan dukungan sosial suami dengan kecemasan pada wanita menopause. memasuki masa menopause meningkat Hasil penelitian Zuliawati (2010) tentang mencapai 1,2 milyar orang (Sianturi, 2009). pengaruh dukungan sosial suami terhadap Berdasarkan dokumentasi di Puskesmas kecemasan Pagarsih jumlah wanita menopause usia 45 menopause di Kecamatan Medan Sunggal. tahun sampai 50 tahun dari tiga bulan Jenis penelitian deskripstif korelasi dengan terakhir jumlah yaitu bulan Oktober sampai istri populasi menghadapi 98 orang masa wanita Desember 2014 tercatat sebanyak 956 menopause. Hasil penelitian didapatkan orang. adanya pengaruh antara dukungan sosial Sedangkan jumlah keseluruhan penduduk sebanyak 9.511 orang (13.04 %) suami terhadap kecemasan (Dokumentasi, 2014) menghadapi masa menopause. istri Menopause adalah haid terakhir yang Hasil penelitian Sari (2013) dengan dialami oleh seseorang perempuan yang judul hubungan antara dukungan suami masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi dengan tingkat kecemasan ibu dalam __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 12 menghadapi menopause 03 mempunyai 11 posbindu yang sudah jalan Kelurahan Sucen Kabupaten Purworejo. sejak tahun 2008 sampai tahun 2015. Jenis penelitian yang digunakan analitik Posbindu dilaksanakan setiap bulan di observasional dengan pendekatan cross masing-masing Kelurahan, setiap bulan sectional. Jumlah sampel 40 orang pada jumlah kunjungan posbindu 22 sampai 30 wanita menopause dengan usia 45-55 orang. Pelayanan yang sudah diberikan di tahun Hasil posbindu masih memberikan pelayanan penelitian didapatkan adanya hubungan yang umum saja yaitu pemeriksaan tensi antara dukungan suami dengan tingkat darah, penimbangan berat badan. Masalah kecemasan ibu menghadapi menopause. yang yang mempunyai di Rw suami. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Pagarsih pada 12 orang wanita yang sudah mengalami menopause, kegiatan posbindu masih menangani masalah umum yaitu hipertensi, asam urat, kolesterol dan gula darah. Dukungan suami bagi perempuan orang menopause merupakan hal penting karena mengatakan tidak pernah diantar oleh dengan adanya dukungan suami dapat suami kunjungan menumbuhkan semangat dan ketenangan kepoliklinik, 2 orang mengatakan suami bagi istri, dapat menurunkan rasa cemas tidak pernah tahu dengan perubahan yang dan dapat mengurangi dampak negatif dirasakan oleh istri dan 2 lagi mengatakan yang bahwa menopause itu hal yang biasa tidak (Friendman, 2003). Tetapi faktanya masih perlu diperhatikan secara berlebihan. banyak suami yang menganggap bahwa saat melakukan 2 pada Hasil wawancara dari petugas ruangan timbul menopause pada masa merupakan menopause kejadian yang menopause mengatakan dari 60 wanita alami dan tidak perlu diperhatikan secara yang berkunjung setiap hari ke Poliklinik berlebih menopause hanya pendengar saja. (Sofia, 2003). menopause yang 20 perempuan didampingi oleh dan mereka hanya menjadi Berdasarkan latar belakang fakta dan teori suaminya. Empat puluh wanita menopause tersebut yang lain tidak didampingi oleh suaminya. meneliti lebih dalam tentang ”hubungan Selain dukungan itu penanganan yang sudah diatas peneliti suami tertarik dengan wanita untuk tingkat dilakukan di Poliklinik menopause baru kecemasan menghadapi melakukan penanganan umum saja yaitu menopause di Puskesmas Pargarsih Kota penimbangan berat badan, pemeriksaan Bandung Tahun 2015”. tensi darah, untuk penangganan yang khusus mengenai masalah menopause belum dilakukan. Hasil wawancara dari petugas posbindu didapatkan Puskesmas Pagarsih sudah __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 13 jawaban “ya atau tidak “. Jawaban „ya‟ skor 2. Metode Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dukungan hubungan suami kecemasan untuk antara dengan perempuan tingkat menghadapi menopause. Populasi dalam penelitian ini adalah perempuan berusia 45 tahun sampai 50 tahun yang berkunjung di Poliklnik lansia Puskesmas Pagarsih 1 dan jawaban „tidak‟ skor 0 untuk pertanyaan favourabel. Jawaban „ya‟ skor 0 dan jawabab pertanyaan „tidak‟ skor unfavourabel. 1 untuk Kuesioner mengacu dari T-MAS (Taylor Manifest Anxiety Scale. Pengukuran kuesioner dukungan suami dalam penelitian ini adalah menggunakan pertanyaan tertutup dengan jawaban ya dan tidak yang peneliti adopsi dari Karyanti (2002) dan Prabandani (2009). sebanyak 956 orang. Teknik pengambilan penelitian sampel dengan pendekatan tehnik pada menggunakan accidental sampling 3. Hasil Penelitian 1. Distribusi Frekuensi Dukungan Suami Pada Wanita Yang Menghadapi Menopause yaitu pengambilan sampel didasarkan pada kenyataan bahwa mereka kebetulan muncul. Kriteria sampel penelitian; (1) Perempuan yang memasuki masa menopause (2) Masih mempunyai suami (3) Usia 45 tahun sampai 50 tahun yang berkunjung ke Poliklinik Puskesmas Pagarsih (4) Bersedia menjadi responden, dengan jumlah sampel sebanyak 140 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan perempuan menopause dalam penelitian ini adalah instrumennya yang sudah pernah digunakan oleh peneliti sebelumnya yaitu Prabandani (2009) dengan menggunakan pertanyaan tertutup berjumlah 25 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman yaitu dichotomous sehingga responden hanya choice memilih Dukungan Suami Kriteria F % Baik 113 80.71 Sedang 25 17.86 Kurang 2 1.43 Jumlah 140 100 Pada Tabel 1 distribusi frekuensi dukungan suami pada wanita menopause didapatkan seluruhnya dari responden mendapatkan dukungan baik dari suami sebanyak 80.71 % dari 140 responden. 2. Distibusi Frekuensi Tingkat kecemasan pada wanita menghadapi menopause Tingkat Kecemasan Kriteria F % Berat 0 0 Sedang 111 79.28 Ringan 29 20.72 Jumlah 140 100 __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 14 Pada Tabel 2 distribusi frekuensi tingkat kecemasan pada menghadapi masa didapatkan seluruhnya responden berada wanita menopause pada dari Menurut Friendman keberhasilan (2003), seseorang istri dalam menghadapi gejala yang timbul di masa menopause dipengaruhi oleh banyak tingkat faktor, salah satunya adalah dukungan dari kecemasan sedang sebanyak 79.28 suami. Dukungan suami dan komunikasi % dari 140 responden. yang 3. Distribusi Frekuensi Hubungan Dukungan Suami Dengan Tingkat Kecemasan Wanita Menghadapi Menopause Hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan Kriteria Hubungan Signifikan Dukungan 0.167 0.041 Suami Tingkat 0.167 0.041 Kecemasan baik penting penatalaksanaan bagi keberhasilan kelainan yang timbul pada saat istri menjelang menopause. Dukungan suami dapat pula berupa memberikan cinta dan perasaan berbagi beban, dengan dukungan dapat mengurangi dampak yang timbul pada saat menjelang menopause dan memberikan kekuatan mental bagi individu. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Berdasarkan diatas yang dilakukan oleh Yulianti (2014) tentang menunjukkan bahwa hasil uji chi-square hubungan dukungan sosial suami dengan untuk mengetahui hubungan dukungan tingkat kecemasan ibu pre menopause di suami Dusun dengan tabel tingkat 3 kecemasan Wonokerto Desa Wonokerto perempuan menopause di Puskesmas Kecamatan Kedunggalar Ngawi, dengan Pagarsih Kota Bandung Tahun 2015 pendekatan didapatkan nilai hubungan 0.167dan nilai populasi 20 orang didapatkan hasil adanya signifikan 0.041 apabila dibandingkan hubungan antara dukungan sosial suami dengan nilai alpha 5 % (0.05) sehingga dengan Ho Ditolak dan Ha diterima dengan menopause. cross tingkat sectional. kecemasan Jumlah ibu pre demikian terdapat hubungan dukungan Penelitian Yulianti (2014) didukung suami dengan tingkat kecemasan wanita oleh penelitian Suryani (2015) tentang menghadapi menopause. Hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause di Pembahasan Dusun Hasil penelitian menunjukkan bahwa Songgorunggi Karanganyar, metode Dagen Jaten penelitian yang distribusi frekuensi dukungan suami pada digunakan adalah observasional analitik wanita dengan menghadapi masa menopause pendekatan cross sectional. seluruhnya dari responden mendapatkan Sampel pada penelitian ini adalah ibu dukungan baik dari suami sebanyak 80.71 menopause usia 40 -50 tahun sejumlah 57 % dari 140 responden. orang dengan teknik sampel purposive __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 15 sampling. Hasil penelitian adanya yang mendapatkan dukungan suami hubungan yang signifikan antara dukungan memiliki kondisi yang lebih baik dari pada suami dengan isteri yang tidak mendapatkan dukungan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause. Hasil observasi dari suami ketika menghadapi masalah yang peneliti menghadapi masa menopause, yang mana dapatkan banyak wanita menopause yang isteri yang tidak mendapatkan dukungan datang ke klinik polilansia tidak diantar oleh suami cenderung lebih was-was, khawatir, suami tapi diantar oleh anak, mertua, cemas. saudara, dikarenakan suami sibuk dengan pekerjaanya, sehingga waktu untuk Berdasarkan Tabel 2 distribusi frekuensi tingkat kecemasan pada wanita mengantar istri ke klinik tidak dilakukan. menghadapi Pada hal mengantar istri berkunjung ke seluruhnya dari responden berada pada poliklinik merupakan salah satu dukungan kecemasan tingkat sedang yaitu 79.28 % yang dapat diberikan suami kepada istri dari 140 responden. yang menghadapi masa menopause. menopause Kecemasan yang didapatkan dirasakan oleh Suami tahu tentang masalah yang dihadapi perempuan yang mengalami menopause istri baik itu masalah fisik yang dialami istri itu sendiri berbeda-beda, bagi mereka yang ataupun masalah psikologis sehingga istri tidak menerima dengan realistis perubahan membutuhkan dukungan dari suami. tersebut maka akan menimbulkan Fenomena yang banyak ditemukan di perasaan khawatir, pikiran dan penilaian lapangan suami menganggap perubahan diri yang negatif terhadap diri sendiri, ataupun sehingga hal tersebut harus segera diatasi keluhan yang dirasakan istri menghadapi masa menopause merupakan untuk keluhan yang biasa yang tidak perlu psikis dan terjadinya angka perceraian diperhatikan lebih lanjut, pada hal wanita (Mustopo, 2005). yang memasuki masa menopause, menghindari terjadinya kelabilan Menurut Kartono (2003) kurangnya memerlukan dukungan dari orang terdekat kesiapan yaitu suami. Dukungan yang diberikan pengetahuan mengenai menopause itu suami sangat penting bagi seorang wanita sendiri seringkali menimbulkan kecemasan dalam dan menghadapi masa menopause mental masalah bagi dan kurangnya wanita karena mengalami perubahan baik secara menopause. fisiologis dan perubahan secara psikologis Kartono didukung oleh hasil penelitian yang yang dapat menimbulkan rasa cemas. dilakukan oleh Wartini (2009) tentang Dukungan yang diberikan oleh suami Pendapat menjelang Mustopo dan hubungan antara usia menopause dengan pada wanita menghadapi masa menopause tingkat memberikan besar menopause di Desa Puron Kecamatan terhadap kesehatan para isteri. Para isteri Bulu Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitian pengaruh yang kecemasan pada __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 wanita usia 16 didapatkan ada hubungan yang bermakna penyebab antara mulai usia dengan kecemasan yang menghadapi masa menopause. dialami ibu usia menopause. penelitian Zuliawati yang (2010) dukungan sosial kecemasan isteri bagi Banyaknya Penelitian Wartini (2009) didukung oleh stres dilakukan membuat wanita tuntutan mereka yang suami yang tetap jaga harus oleh penampilan sedangkan tentang pengaruh mengalami perubahan suami terhadap misalnya kulit yang menjadi keriput, adanya menghadapi mereka sudah secara fisik masa kantung mata, rambut sudah mulai beruban menopause di Kecamatan Medan Sunggal. dan merasakan nyeri pada saat melakukan Penelitian hubungan deskriptif korelasi dengan responden 98 orang wanita menopause. seksual dikarenakan sudah berkurangnya pelumas dalam vagina. Hasil didapatkan hasil ada pengaruh yang Saat menghadapi masa menopause bermakna antara dukungan sosial suami inilah terhadap kecemasan isteri menghadapi suami masa menopause. perubahan istri apa adanya, sehingga tidak Pendapat peneliti kecemasan wanita menghadapi masa menopause dikarenakan adanya perubahan fisik yang dialami oleh wanita menopause yaitu kulit wanita membutuhkan sehingga pengertian dapat menerima menuntut berlebihan pada istri sehingga kecemasan memasuki masa menopause dapat dihindari. Berdasarkan tabel 3 diatas yang mulai keriput, adanya kantong mata, menunjukkan bahwa hasil uji chi-square rambut untuk mengetahui hubungan dukungan yang berubah putih sehingga menimbulkan reaksi negatif dari seorang suami wanita menjelang menopause yang mana perempuan wanita yang menopause berpikir bahwa Pagarsih menopause yang akan dihadapi dapat didapatkan nilai hubungan 0.167 dan nilai menyebabkan kehilangan kecantikan dan signifikan merasa dirinya tidak dibutuhkan lagi oleh dengan nilai alpha 5 % (0.05) sehingga Ho suaminya. Hal ini didukung dengan hasil Ditolak dan Ha diterima dengan demikian wawancara terdapat hubungan yang mana pada usia 45 tahun mereka dengan tingkat tetap dituntut oleh suami untuk tetap menghadapi menopause. peneliti dengan responden berpenampilan menarik, tetap dandan, dan tetap bisa dengan tingkat menopause Kota 0.041 Anggraini Bandung apabila di kecemasan Puskesmas Tahun 2015 dibandingkan dukungan kecemasan (1999) suami wanita menguraikan melayani suami diatas kasur, beberapa keluhan fisik wanita menopause bahkan ada suami yang meminta istrinya adalah ketidakteraturan siklus haid, gejolak tidak rasa panas pada sekitar dada, leher dan boleh berbadan gemuk karena berbadan gemuk istrinya kelihatan tidak wajah, adanya menarik kekeringan pada sekitar vagina. Hal ini lagi, hal ini dapat menjadi ketidak __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 elastisitas dan 17 ditandai dengan adanya rasa pusing, gangguan tidur (insomnia), cepat lelah, berat badan meningkat, kulit kering, rambut rontok, gangguan proses sensori dan pengeroposan tulang (osteoporosis). Perubahan tersebut kecemasan yang dialaminya (Scholten, 2006). Dukungan informasi yang tepat dan dipercaya dari seseorang yang penting (suami) merupakan hal memiliki pengaruh seringkali besar terhadap kemampuan individu dalam menimbulkan berbagai reaksi emosi yang mengendalikan bercampur merupakan 2006). Adapun peran keluarga (suami) manifestasi adanya kecemasan. Reaksi dalam hal ini adalah memberikan masukan, tersebut seperti gangguan konsentrasi, petunjuk, nasehat, saran atau umpan balik kecemasan, mudah marah, merasa dirinya dengan empati (Smet, 1994) mengenai tidak berharga, tidak berguna, merasa kondisi menopause yang membuat wanita sedih, tertekan dan rasa takut ditinggalkan cemas. baur, yang oleh suami (Anggraini, 1999). kecemasan (Scholten, Pendapat peneliti dukungan suami Tinggi rendahnya kecemasan dapat maupun dukungan keluarga sangat diatasi dengan adanya dukungan sosial diperlukan oleh ibu-ibu yang menjelang keluarga (suami) (Wirastuti, 2002) menopause karena akan terjadi perubahan semakin tinggi fisik dan perubahan psikologis. Tingkat dukungan sosial yang diterima individu kecemasan yang berlebihan pada wanita maka semakin rendah kecemasanya, dan menopause memiliki pemikiran yang keliru sebaliknya. sehingga menimbulkan sikap yang negatif. menyatakan bahwa Pendapat Yanuasti (2001) yang Dengan adanya dukungan dan pengertian menyatakan bahwa dukungan sosial yang terutama diterima kecemasan individu kemampuanya akan meningkatkan dalam menghadapi kecemasan akibat perubahan hormonal dalam diri wanita yang mengalami menopause. langsung dalam menurunkan menghadapi datangnya menopause. Wanita menopause yang mengalami yang berlebihan dapat dapat menimbulkan hambatan bagi wanita dalam diberikan oleh suami kepada wanita yang menjalankan fungsi sosialnya. Para wanita mengalami tersebut kecemasan yang ibu-ibu dapat menopause sehingga lebih siap menerima kecemasan Bantuan suami karena kondisi akan menghadapi tugas menopause yang dialaminya dapat berupa seharianya sebagai ancaman yang tidak menemani individu ke dokter. Hal ini akan beralasan membuat individu merasa diperhatikan menyenangkan. Para wanita ini menjadi disayang sehingga akan menimbulkan pribadi yang sangat sensitif yang bisa dorongan yang kuat untuk mengatasi dan tentunya tidak menganggu relasinya dengan suami dan __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 18 orang lain, dan dapat pula menganggu kesehatan mentalnya. Simpulan dan Saran 1) Dukungan suami terhadap wanita DAFTAR PUSTAKA 1. Andrews. G.2010.Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC. 2. Anggraini, L.T. 1999. Kecemasan Menghadapi Menopause ditinjau dari Persepsi terhadap Penerimaan Suami. Skripsi (Tidak diterbitkan). Semarang : Fakultas Psikologi Universitas Katlik Soegijapranata 3. Bandiyah, (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika 4. Freedman, A. & Di Tomasso, RA 1994. The Cognitive Theory Of Anxiety dalam BB Wolman 1994. Anxiety and Related Disorder. New York. John Wiley & Sons Inc 5. Hawari. D. 2001. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 6. Lestary, Dwi. Seluk Beluk Menopause. Jakarta : Gara Ilmu. 2010 7. Nurmadina, Mira.2008. Hubungan antara Dukungan Sosial Suami denganKecemasan pada Wanita Menopause. Skripsi. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara 8. Proverawati, Atika. Menopause dan Sindrom Premenopause. Yokyakarta : Nuha Medika.2010 9. Prabandani, Desi. 2009. Hubungan Dukungan Suami Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Menghadapi Menopause Di Perumahan Griya Cipta Laras Wonogiri. Universitas Sebelas Maret Surakarta. dalam menghadapi masa menopause seluruhnya dari responden mendapatkan dukungan baik. 2) Tingkat kecemasan wanita menghadapi masa menopause seluruhnya responden berada pada kecemasan sedang. 3) Adanya hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan wanita menghadapi masa menopause di Puskesmas Pagarsih Kota Bandung Tahun 2015. Saran 1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk Puskesmas Pagarsih untuk memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat khususnya para suami yang memiliki isteri menopause sehingga dapat memberikan dukungan kepada isterinya, untuk mengurangi angka kejadian kecemasan pada masa menopause. 2) Bagi institusi pendidikan memperbanyak buku tentang menopause dan leaflet tentang menopause 3) Hasil penelitian ini dapat menjadi data awal bagi peneliti selanjutnya yang tertarik tentang untuk melanjutkan faktor-faktor penelitian yang mempengaruhi dukungan suami dengan 10. Suryani, Erma, Adi, Oktari, Dkk. Hubungan Dukungan Suami Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Menghadapi Menopause Di Dusun Songgorunggi Dagen Jaten Karanganyar. Jurnal Maternal. Volume 12, No 1 April 2015. Stikes Mitrahusada. Karanganyar tingkat kecemasan wanita menopause. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 19 11. Sianturi G.2009.Merokok dan Kesehatan. http://www.kompas.co.id/kesehatan/ner w. Diunduh tanggal 20 Juli 2015. 12. Scholten, A.2006. Anxiety. http://www.google.com. Download 25 April 2015. 13. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT. Grasindo. 14. Wirastuti, D. 2002. Kecemasan pada Isteri Anggota TNI Skadron I / Heli Serbu Puspernerbab Ketika di Tinggal Suami Bertugas ditinjau dari Dukungan Sosial Suami. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang : Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijaranata. Tingkat Kecemasan Ibu Pre Menopause Di Dusun Wonokerto Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Ngawi. Jurnal Kosala JIK. Vol. 2 No 1 Maret 2014. 18. Yanuasti, I.M. 2001. Hubungan antaraDukungan Suami terhadap Isteri dengan Kestabilan Emosi Isteri pada Masa Kehamilan. Skripsi (Tidak diterbitkan). Semarang : Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata 19. Zuliawati. 2010. Pengaruh Dukungan Sosial Suami Terhadap Kecemasan Istri Menghadapi Masa Menopause Di Kecamatan Medan Sunggal. Universitas Sumatera Utara 15. Wahyunita, V.D., Fitrah., 2010. Memahami Kesehatan pada Lansia. Jakarta: CV. Trans Info Media. 16. Warsini, Siti. (2003). Persepsi Lansia Terhadap Manfaat Aktifitas Pengajian Di Pantai Nirmala Malang.Skripsi UB Malang . 17. Yulianti, Sri, Tunjung. 2014. Hubungan Dukungan Sosial Suami dengan __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 20 TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG TUBERKULOSIS PARU THE KNOWLEDGE ABOUT PULMONARY TUBERCULLOSIS Ijun Rijwan Susanto dan Tuti Nurhayati Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Abstrak Tuberkulosis Di Propinsi Jawa Barat terdapat sekitar 42.000 penderita TBC Paru menular (BTA) positif baru setiap tahunnya. Di Kabupaten Subang Prevalensi TBC Paru rnencapai 130/100.000 penduduk 2009. Tujuan penelitian ini yaitu Untuk mengetahui Pengetahuan masyarakat Tentang Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Purwadadi Kabupaten Subang. Metode penelitian ini menggunakan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu 60 orang dengan menggunakan teknik TotalSampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner kemudian dianalisis secara univariat. Hasil penelitian Sebagian besar yaitu 26 orang (43,3%) memiliki pengetahuan baik. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan panduan penyuluhan bahwa pengetahuan masyarakat perlu ditingkatkan sehingga masyarakat lambat laun terbebas. Kata kunci: pengetahuan, tuberkulosis, cross sectional, total sampling, Abstract Tuberculosis In West Java , there are around 42,000 people with infectious pulmonary tuberculosis ( BTA ) new positive every year . In Subang prevalence of pulmonary tuberculosis rnencapai 130 / 100,000 people , 2009. The purpose of this research is to know the community Knowledge About Tuberculosis in Puskesmas Purwadadi Subang district . This research method using cross sectional. The population in this study of 60 people by using techniques Total Sampling . Collecting data using questionnaires and then analyzed by univariate . Most of the research results that 26 ( 43.3 % ) had good knowledge . The results could be used as additional guidance counseling that the knowledge society needs to be improved so that people gradually freed . Keywords: knowledge , tuberculosis , cross sectional , total sampling , __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 21 1. Pendahuluan Salah 200 juta orang, di Indonesia menempati satu penghambat urutan ketiga di dunia setelah india dan pembangunan bidang kesehatan adalah china dalam hal jumlah penderita TB paru penyakit harus sekitar 583 ribu orang dan diperkirakan ditangani dengan segera. Penyakit yang sekitar 140 ribu orang meninggal dunia menjadi tranding topic saat ini adalah tiap tahun akibat TBC. Sedangkan di Jawa Tuberkulosis. penyakit Timur menempati urutan ke 2 setelah menular langsung yang disebabkan oleh Jawa Barat dengan kasus sekitar 37 ribu kuman penderita (Depkes RI, 2012). di masyarakat yang Tuberkulosis tuberkulosis (mycobacterium tuberculosa) yang ditularkan melalui udara Program pemberantasan penyakit (droplet nuclei) saat seseorang pasien Tuberkulosis Paru (TBC paru) sejak tahun tuberkulosis batuk dan percikan ludah 1995 yang direkomendasikan oleh Badan yang mengandung bakteri terhirup oleh Kesehatan Dunia (WHO) telah orang lain saat bernafas (Widoyono, dilaksanakan dengan strategi DOTS 2008). Sedangkan menurut Silvia (2006), (Directly Observed Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi course) Chemotherapy menular yang disebabkan oleh Bakteri memberikan angka kesembuhan yang Mikobakterium Bakteri tinggi, mencapai 85% lebih dari semua Mikobakterium Tuberkulosis merupakan penderita TBC Paru yang diobati dengan bakteri basil yang sangat kuat sehingga strategi DOTS (Aditama, 2008). memerlukan Tuberkulosis. waktu mengobatinya, yang disamping lama untuk rasa bosan Treatment, yang Short dapat Di Propinsi Jawa Barat terdapat sekitar 42.000 penderita menular yang lama seseorang penderita kadang- tahunnya. Pada tahun 2012 sebanyak 462 kadang juga berhenti minum obat sebelum penderita TBC Paru meninggal atau setiap massa pengobatan belum selesai hal ini hari ada 1 orang penderita TBC Paru yang dikarenakan penderita belum memahami meninggal, baru 50% penderita yang bahwa obat harus ditelan seluruhnya diperkirakan tersebut dapat ditemukan dalam waktu yang telah ditentukan,serta dan pengetahuan kesehatan dengan pelaksanaan strategi kurang tentang diobati positif pada Dengan baru Paru karena harus minum obat dalam waktu yang (BTA) TBC unit adanya setiap pelayanan penyakit sehingga akan mempengaruhi DOTS. upaya kepatuhan untuk berobat secara tuntas. peningkatan pelayanan kesehatan dalam Tuberculosis merupakan masalah penanggulangan TBC Paru maka jumlah kesehatan, baik dari sisi angka kematian kasus baru TBC Paru yang ditemukan (mortalitas), meningkat dari 15.683 kasus pada tahun (morbiditas), angka kejadian maupun penyakit diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 2012 menjadi 21.813 pada tahun 2013 (Dinkes Jawa Barat, 2013). __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 22 Di Kabupaten Subang Prevalensi TBC Paru diperoleh 8 orang tidak 130/100.000 mengetahui tentang Tuberkulosis Paru penduduk, dari prevalensi diatas maka dan 2 orang lainnya memiliki pengetahuan diperkirakan terdapat 1.758 kasus TBC tentang tuberkulosis. Tujuan penelitian ini Paru mengetahui BTA rnencapai Purwadadi, positif baru dari jumlah penduduk 1.352.045 jiwa tahun 2009 (Dinkes Kabupaten Subang, 2014). Berdasarkan yang peneliti November lakukan 2014, wawancara Studi pendahuluan pada dengan langsung bulan melakukan tentang Tuberkulosis Paru kepada 10 penderita TBC yang berkunjung ke Puskesmas tingkat pengetahuan masyarakat Tentang Tuberkulosis Paru. 2. Metode Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan Pengetahuan Tentang variabel yaitu Tuberkulosis Paru. Adapun definisi operasional seperti terlihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Definsi Operasional Variabel Definsi Konseptual Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Independen Pengetahuan Pengetahuan Segala sesuatu atau kognitif yang diketahui merupakan seseorang domain yang tentang sangat penting Tuberkulosis untuk Paru terbentuknya tindakan Kuesioner Angket 1. Baik : Ordinal 76-100% 2. Cukup : 56-75 % 3. Kurang : ≤ 55 % seseorang. (Notoatmodjo, (Arikunto, 2010) 2007). Populasi pada penelitian ini adalah penelitian dari suatu populasi target yang keseluruhan pasien Tuberkulosis Paru di terjangkau akan diteliti (Nursalam, 2008). Puskesmas Purwadadi, yaitu sebanyak 60 Dalam penelitian ini, kriteria inklusi dari orang. Sampel yang digunakan adalah responden yaitu : Mampu membaca dan Total Sampling, sampel yang diambil yaitu menulis serta Mau dijadikan responden. Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Teknik Pengumpulan data dalam Purwadadi, dengan kriteria Inklusi. Kriteria penelitian ini menggunakan teknik angket inklusi adalah karakteristik umum subjek dan observasi. Kuesioner dalam penelitian __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 23 ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan Pengolahan Data dan Analisa Data. teori yang ada dalam tinjauan pustaka. Menurut Sutanto (2007), agar analisis Peneliti izin penelitian menghasilkan informasi yang penelitian kepada Pimpinan Puskesmas benar, paling tidak ada empat tahapan Purwadadi pengolahan mengajukan permohonan Kabupaten Subang. Selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan meliputi: peneliti dan pengisian kuesioner kepada Tabulating. responden. Setelah memahami tujuan penelitian, responden yang Editing, Coding, harus dilalui Entry, dan Analisis data yang digunakan adalah untuk yaitu univariat dilakukan terhadap variabel pernyataan dari hasil penelitian. Analisis univariat kesediaan menjadi responden penelitian. menurut Notoatmodjo ( 2007) Selanjutnya Setelah untuk menandatangani diminta data surat bersedia untuk menjadi setiap kategori dihitung pengetahuan responden, kemudian dilakukan pengisian tersebut frekuensi kuesioner (angket) kepada responden presentasenya sebagai berikut : dan untuk mendapatkan jawaban kuesioner. Instrumen penelitian dalam P= penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti berupa kuesioner berdasarkan teori yang ada dalam tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri 20 butir pertanyaan digunakan untuk mengkaji pengetahuan. Sebelum instrumen ini digunakan maka diteliti dulu kualitasnya melalui uji coba. Kualitas instrumen ditunjukkan (validitas) dan oleh kesahihan keterandalannya (reliabilitas) dalam mengungkapkan apa f X 100 % n Dimana : f = Frekuensi (jumlah responden untuk kategori pengetahuan). n = Jumlah responden P = Persentase Setelah dihitung dengan rumus persentase, kemudian data dimasukkan kedalam kriteria kualitatif menurut Arikunto (2010) sebagai berikut : 1. Baik : 76-100% 2. Cukup : 56-75 % 3. Kurang : ≤ 55 % yang akan diukur. Prosedur Penelitian meliputi : Tahap Persiapan yaitu menyusun dan Untuk menghindari masalah yang tidak diinginkan selama pelaksanaan menyiapkan insttrumen, Menyiapkan surat penelitian, terutama pada saat pengisian izin jawaban kuesioner oleh responden, maka penelitian, Pengumpulan melakukan Tahap data, analisa pelaksanaan, Mengolah data, dan Menarik terlebih dahulu kesediaannya responden untuk diminta menandatangani kesimpulan penelitian, Tahap akhir yaitu surat keterangan persetujuan (informed Menyusun consent). laporan Publikasi hasil penelitian. penelitian dan peroleh Segala dari informasi responden __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 yang akan di dijaga 24 kerahasiannya serta hanya dipergunakan uraiannya untuk kepentingan penelitian ini dan determination, Privacy, catatan/data Confidentiality, dan setelah selesai, semua pertimbangan menyakinkan terlindungi bahwa dengan determinations, confidentiality discomfort etik, peneliti privacy, and (Nursalam, Penelitian self 2008), ini Puskesmas anonymity, protection Self Anonymity, Protection from Lokasi dan Waktu Penelitian yaitu responden aspek-aspek yautu discomfort. mengenai responden akan dimusnahkan. Sebagai adalah telah dilakukan Purwadadi di Kabupaten Subang. Waktu penelitian dilakukan pada from bulan Oktober 2014. dimana 3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Tingkat Pengetahuan Tentang Tuberkulosis Paru terhadap 60 orang responden seperti tertera pada Tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Tuberkulosis Paru No Pengetahuan f % 1 Baik 26 43,3 2 Cukup 14 23,3 3 Kurang 20 33,3 60 100 Total Berdasarkan tabel 2, dari 60 Tingkatan pengetahuan dalam responden terdapat sebagian besar yaitu penelitian ini hanya meneliti tingkatan 26 orang (43,3%) memiliki pengetahuan tahu, memahami dan aplikasi. Beberpa baik, faktor 20 orang (33,3%) memiliki yang dapat mempengaruhi pengetahuan kurang dan sangat sedikit pengetahuan seseorang adalah faktor responden yang memiliki pengetahuan umur, cukup yaitu 14 orang (23,3%). (Notoatmodjo, 2007). pendidikan dan pekerjaan Faktor Umur merupakan periode Pembahasan Sebagian penyesuaian besar terhadap pola-pola pengetahuan kehidupan baru dan harapan-harapan manusia bersumber dari hal yang dilihat baru. Pada dewasa ini ditandai oleh dan didengar. Pengetahuan juga dapat adanya diperoleh dari pengalaman orang lain dan mental, semakin bertambah umur yang seseorang akan semakin tinggi tingkat disampaikan (Notoatmodjo, 2007). pada seseorang perubahan-perubahan pengetahuan yang jasmani diperolehnya __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 baik 25 formal ataupun non formal yang berupa Daftar Pustaka: pengalaman. Faktor Pendidikan manusia akan dianggap memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan dapat dibangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas. Jika yang Depkes R.I. (2008) Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis,. Cetakan ke-2. Jakarta. seseorang berpendidikan mereka akan membuat keputusan Aditama. (2008). Tuberkulosis Paru, Diagnosis, Terapi dan Masalahnya, Edisi-4., Jakarta: IDI Arikunto, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. benar dalam memperhatikan kesehatannya. Depkes RI, (2012) Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita, Ditjen PPM-PLP. Jakarta. Dan faktor pekerjaan merupakan pekerjaan membatasi kesenjangan antara Dinas Kesehatan Profinsi Jawa Barat. (2013). Pelayanan Kesehatan dengan Pelaksanaan Strategi DOTS. Bandung. informasi kesehatan dan praktek yang Dinkes salah satu yang memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan. Notoatmodjo, S. (2007). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. 4. Simpulan Dan Saran Simpulan: Sebagian besar yaitu 26 orang (43,3%) memiliki pengetahuan baik tentang tuberkulosis paru. Saran: dijadikan Hasil penelitian ini dapat sebagai referensi dilanjutkan penelitian diantaranya tentang untuk berikutnya faktor Kabupaten Subang. (2014) Laporan Tahunan Dinas Kabupaten Subang Tahun 2014. Tidak dipublikasikan. yang Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi, Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba. Widoyono. (2008). Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Jakarta : Penerbit Erlangga. berhubungan dengan tuberkulosis paru. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 26 ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.Y DENGAN P 1 A0 PARTUS MATURUS POST OPERASI SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI EKLAMPSIA NURSING CARE ON Mrs. “Y” WITH EXPERIENCE OF P1A0 PARTUS MATURUS POST OPERATION SECTIO CAESAREAN OVER AN INDICATION EXCLAMPSYA Dedeh Sri Rahayu dan Lia Yuliani Endah Prodi D3 STIKes Budi Luhur Cimahi ABSTRAK Latar Belakang: angka kematian ibu bersalin dengan preeklamsia adalah 373 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi laki-laki adalah 52 per 100.000 kelahiran hidup dan perempuan adalah 39 per 100.000 kelahiran hidup di Jawa Barat.Tujuan Penulisan: Mampu memberikan asuhan keperawatan secara langsung yang meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi keperawatan pada klien dengan eklampsia.Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif berupa studi kasus. Untuk memperoleh data menggunakan teknik observasi, wawancara, partisipasi aktif, studi kepustakaan, dan dokumentasi tentang eklampsia.Hasil Penelitian: Asuhan keperawatan pada klien selama 7 hari diperoleh diagnosa post operasi: potensial kejang ulang, gangguan nyaman nyeri, bersihan jalan nafas tidak efektif, dan kurangnya pengetahuan perawatan pasca operasi. Pada tahap evaluasi setelah dilakukan tindakan selama 7 hari, dari 4 diagnosa post operasi yang didapat ada dua diagnosa yang belum teratasi. Untuk penatalaksanaanya memerlukan kerjasama dengan perawat ruangan agar masalah klien dapat teratasi semuanya. Simpulan: Berasarkan hasil penelitian studi kasus perlu adanya kerjasama antar perawat dan klien beserta keluarga untuk melakukan asuhan keperawatan yang baik dan komprehensif. Kata Kunci : Deskriptif, Eklampsia. ABSTRACT Background maternals mortality rate in Indonesia due to exclampsya or preexclampsya were 44,91% worth. In West Java recorded meternal mortality rate was that preexclampsya was 373/100.000 live births. While the infant mortality rate male is 52/100.00 live births and maternals were the 39/100.000 live births. Aims : the reseacher could like to implement nursing care directly which includes bio-physico-social and spiritual by adopting such as the process of nursing which includes for the assessment, planning, the implementation, evaluation and documentation of nursing academy in clients by exclampsya.Method : The research used descriptive methodes of case study. To obtain data used techniques of observation, interview, active participation, the literature of study, and documentation about exclampsya. Result : Nursng care is done of client for seven days, the diagnosis of nursing obtained as follow: potential repeated spasms, a sense of disorder comfortable : pain, clean the way the breath was not very effective and lack of knowledge of the treathment injuries at home. The planning stage writer disigned action plan in accordance with the existing problems, ability, the situation and conditions. In the implementation stage act done by writer according to the plan that had been develoved before his. On stage after doing evaluation of the ac for 7 days, the 4 diagnosis which were found, there are two diagnose which has not handled. For resembling order requires cooperation with nurse room clients problems can be handled everything. Conclusion : Based on the need to study the case of the cooperation between nurses and a client and his family nursing care to do well and comprehensive nursing. Keywords: Desctiptive, Exclampsya. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 27 1. PENDAHULUAN Menurut angka kematian ibu hingga saat ini masih WHO, Sehat adalah kurang dari satu persen per tahun. Pada keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan 2005, sosial yang memungkinkan setiap orang meninggal hidup persalinan, produktif ekonomis. adalah secara sosial Pemeliharaan upaya dan kesehatan penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, sebanyak 536.000 dunia lebih perempuan akibat rendah masalah dari jumlah kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak 576.000. Penyebab kematian ibu yang paling pengobatan umum di Indonesia adalah penyebab dan/atau perawatan termasuk kehamilan obstetri langsung yaitu perdarahan 28 %, dan persalinan. preeklampsi/eklampsi 24 %, infeksi 11 %, Angka kematian ibu (AKI) dan angka sedangkan penyebab tidak langsung kematian bayi (AKB) merupakan indikator adalah trauma obstetri 5 % dan lain – lain kesehatan untuk 11 % (WHO, 2007). ). Kematian ini dan umumnya dapat dicegah bila komplikasi kesehatan ibu dan bayi, kondisi kesehatan kehamilan tersebut dan resiko tinggi lingkungan lainnya yang menggambarkan digunakan status serta gizi tingkat pelayanan dapat di deteksi sejak kesehatan terutama untuk ibu hamil, kemudian melahirkan Survei yang tepat adekuat pada saat yang paling Demografi Kesehatan Indonesia tahun kritis yaitu pada masa sekitar persalinan. 2007 Jadi, dalam hal ini, toksomia gravidarum dan masa menyebutkan nifas. bahwa Angka mendapatkan dini, Kematian Ibu (AKI) sebesar 228/100.000 (pre-eklampsia Kelahiran menempati Hidup (KH) dan Angka urutan dan kedua penanganan eklampsia) penyebab Kematian Bayi (AKB) sebesar 34/1.000 kematian ibu. Eklampsia adalah terjadinya KH, Rencana konvulsi atau koma pada pasien disertai Menengah tanda dan gejala preeklampsia (Bobak, sedangkan Pembangunan Nasional target Jangka (RPJMN) Kementrian Kesehatan tahun 2014, AKI sebanyak 118 / 100.000 KH, dan AKB sebanyak 24/1.000 KH (Kemenkes RI, 2011). Menurut WHO (2005), 2005). Menurut Roeshadi (2006), angka kejadian preeklampsia dan eklampsia di seluruh dunia adalah 6%-8% di antara angka seluruh wanita hamil. Pada tahun 2005, kematian ibu dunia pada 2005 mencapai Angka Kematian 86 persen. Untuk mencapai target MDGs Indonesia penurunan angka kematian ibu antara preeklampsia sebesar 44,91%. Di Jawa 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen Barat tercatat angka kematian ibu bersalin pertahun. Namun data WHO, UNICEF, dengan preeklamsia pada adalah 373 per UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan 100.000 akibat kelahiran Maternal (AKM) eklampsia hidup, __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 di atau sedangkan 28 angka kematian bayi laki-laki adalah 52 obat penurun tekanan darah dan anti per kejang. 100.000 perempuan kelahiran adalah hidup 39 per dan 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Oleh karen 2. Keluhan Utama Klien mengeluh nyeri di bagian iatu perlu dilakukan studi kasus untuk post operasi sectio Caesarea. mengetahui asuhan keperawatan secara 3. Riwayat Kesehatan Sekarang langsung yang meliputi aspek bio-psiko- Pada saat dilakukan pengkajian sosial dan spiritual dengan menggunakan pada tanggal 27 Mei 2015 pada jam pendekatan proses keperawatan. 08.30 WIB. Klien mengeluh nyeri pada daerah post operasi sectio caesarea, 1. METODE PENELITIAN nyeri dirasakan bertambah pada saat Tinjauan Kasus klien A. Pengkajian I. bergerak atau batuk dan berkurang pada saat klien istirahat. Identitas Klien Nyeri dirasakan seperti di sayat-sayat. Nama : Ny. Y Nyeri menyebar ke daerah perut dan Umur : 16 tahun pinggang dengan skala nyeri 5 (0-10 Diagnosa Medik : P1 A0 Partus maturus dengan skala numerik), lamanya nyeri selama ± 5 menit. Sc a/i II. RIWAYAT OBSTETRI Eklamsia. RIWAYAT KESEHATAN 1. Riwayat Menstruasi 1. Alasan masuk Rumah Sakit Sejak ± 1 hari sebelum masuk rumah sakit, klien diketahui kejangkejang. Kejang terjadi sebanyak 6 kali. Lamanya kejang ± 5 menit. Saat kejang pasien tidak sadar, dan sesudah kejang pasien kembali sadar. Riwayat tekanan darah tinggi disangkal oleh klien. Tetapi klien mengatakan sebelum kejadian kejang tersebut klien mengalami sakit kepala yang hebat, nyeri ulu hati, dan pandangan kabur. Kemudian, sebelum di rujuk ke RSHS, klien datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Cicalengka dan klien mendapatkan a. Menarche : 13 tahun b. Siklus : 28 hari c. Lamanya : 6 hari d. HPHT :16 September 2014 e. Keluhan yang menyertai : Nyeri hebat (mengganggu aktivitas ) pada hari ke-1 sampai hari ke-2 2. Riwayat Perkawinan a. Status Perkawinan : Kawin b. Umur Ibu Menikah : 15 tahun c. Umur Bapak Menikah : 20 tahun d. Lama Pernikahan : 1 tahun 5 bulan e. Berapa Kali Menikah : 1 kali __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 29 3. Riwayat Kehamilan dan Persalinan b. System kardiovaskuler G1P0A0, klien mengalami telat datang Konjungtiva tidak anemis, tidak bulan sudah 1 minggu pada bulan terdapat sianosis maupun oedema, September, klien tidak terdapat peningkatan JVP, bunyi dan jantung reguler murni, bunyi jantung setelah dilakukan pemeriksaan klien pada sistolik (S1) berbunyi lub dan dinyatakan masa diastolik (S2) berbunyi dub, heart rate kehamilan awal klien mendapatkan 88 x/menit, perkusi daerah batas keluhan tidak nafsu makan bahkan jantung terdengar pekak, CRT kembali sampai dalam kurang dari 2 detik, akral teraba kemudian memeriksakannya ke hamil, muntah, bidan pada lalu pada akhir kehamilan klien mengalami pusing dan sakit kepala yang hebat hangat, tekanan darah 140/90 mmHg. bahkan sampai pandangan kabur dan kejang- III. DIAGNOSA kejang dengan tekanan darah 170/90 BERDASARKAN mmHg. Setelah kehamilan 9 bulan MASALAH klien memeriksakan kehamilannya ke 1. Potensial RSUD Cicalengka dan klien mendapatkan obat penurun tekanan darah tinggi dan anti kejang kemudian berhubungan KEPERAWATAN PRIORITAS kejang dengan ulang tekanan darah meningkat. 2. Gangguan nyaman nyeri disarankan untuk dirujuk ke RSHS berhubungan dengan terputusnya untuk kontinuitas jaringan: luka post mendapatkan tindakan selanjutnya. Riwayat persalinan, ini kali pertamana klien melahirkan anak pertama caesarea, dengan cara klien melahirkan section bayi dengan berat badan 2400 gram, tinggi operasi section caesarea 3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya penumpukan sekret. 4. Kurang pengetahuan badan bayi 51 cm, dan terlihat kondisi berhubungan dengan perawatan bayinya baik. luka dirumah Pengkajian fisik yang fokus adalah: a. System reproduksi Tidak ada nyeri tekan pada payudara, ada pengeluaran ASI. Pada vagina tidak ada nyeri tekan, area vagina, lochea serosa, peritoneum bersih tidak ada jahitan, TFU tiga jari dibawah pusat. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 30 V. Intervensi Keperawatan Tabel 3.5 intervensi, implementasi, dan evaluasi post operasi Nama : Ny. Y Tanggal masuk : 23 Mei 2015 Umur : 16 tahun Tanggal pengkajian : 27 Mei 2015 No RM : 0001453353 Ruang perawatan : Obgyn No Diagnosa 1 1. 2 Potensial kejang ulang berhubungan dengan tekanan darah meningkat.ditandai dengan: Ds: Do: - natrium kurang dari batas normal - hiperefleksia - tekanan darah > 140/80 mmHg - nyeri kepala Tujuan jangka panjang: Segera setelah dilakukan perawatan selama 3 hari masalah dapat taratasi. Jangka pendek: Setelah dilakukan tindakan diharapkan tidak terjadi kejang ulang dengan kriteria hasil: - kadar natrium normal - tekanan darah normal - tidak nyeri kepala Tujuan jangka panjang: Segera setelah dilakukan perawatan selama 3 hari nyeri dapat taratasi. Perencanaan Intervensi 4 1. kaji tekanan darah klien Implementasi Rasional 5 Diharapkan tekanan darah terkontrol 6 1. mengkaji tekanan darah klien Evaluasi 7 S: O: - 2. berikan terapi oksigen 3. berikan obat anti hipertensi Membantu suplai oksigen sel jaringan tubuh 2. memberikan terapi oksigen 3. memberikan obat anti hipertensi Mencegah terjadinya kejang berulang 1. Atur posisi klien senyaman mungkin (bantal dibawah lutut) Dengan posisi bantal di bawah lutut terjadi relaxasasi otot-otot abdominal. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 31 2. Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat operasi seksio sesarea ditandai dengan: Tujuan 3 1. Mengatur posisi tidur klien menjadi semi powler menggunakan bantal. - kadar natrium dalam normal tekanan darah normal tidak nyeri kepala A: Masalah belum teratasi P: lanjutkan intervensi S: Klien mengatakan nyerinya berkurang. 3. Ds: Klien mengeluh nyeri perut bekas operasi Do: - Terdapat luka operasi seksio sesarea sepanjang 15 cm - Tampak meringis menahan sakit - Skala nyeri 5 (0-10) - TTV Td: 140/90 mmHg R: 22x/menit N: 88x/menit S: 36,8 oC Bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya penumpukan secret ditandai dengan: Ds: Klien mengeluh batuk sudah 3 hari yang lalu Do: - Tampak batuk - Tampak serak - Adanya Jangka pendek: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan nyeri klien berkurang dengan kriteria : - Klien tidak mengeluh nyeri saat beraktifitas. - Klien tidak meringis menahan nyeri O: Skala nyeri 2 (010) Untuk mengetahui perubahan yang terjadi akibat efek samping dari adanya luka seksio sesarea. 2. Mengobservasi TTV 3. Ajarkan klien untuk melakukan teknik distraksi Mengalihkan nyeri pada hal-hal yang disukai oleh klien. Misalnya mendengarkan musik 3. Mengajarkan klien untuk melakukan teknik distraksi 4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat anti nyeri Mempercepat dan mengurangi rasa nyeri. 4. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi anti nyeri 1. Berikan posisi semi powler Membantu memaksimalkan ekspansi paru 1. Memberikan posisi semi powler S: Klien mngatakan sudah tidak batuk lagi Jangka pendek: setelah 2. Ajarkan untuk dilakukan tindakan nafas dalam dan selama 1 hari masalah batuk efektif teratasi dengan kriteria : - Jalan nafas efektif - Suara nafas normal - Mampu melakukan batuk efektif 3. Beri oksigen sesuai - Tidak ada penggunaan indikasi otot bantu nafas Dilakukan agar mudah mengeluarkan secret yang tertanam di jalan nafas 2. Mengajarkan untuk nafas dalam dan batuk efektif O: Membantu pemenuhan oksigen. 3. Memeberikan oksigen sesuai indikasi Jangka panjang: Segera setelah dilakukan perawatan selama 2 hari pola nafas klien efektif 2. Observasi TTV setiap 6 jam sekali bila kondisi stabil __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 32 A: Masalah belum teratasi. P: Lanjutkan intervensi. - - Tidak tampak batukbatuk Tidak tampak mengguna kan otot bantu - 4. secret Respirasi 22x/menit Terlihat menggunaka n otot bantu nafas Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi perawatan luka dirumah ditandai dengan: Ds: Klien mengatakan tidak tahu bagaimana cara perawatan luka dirumah Do: - Klien terlihat bingung Klien tampak banyak bertanya 4. Kaji tanda-tanda vital Jangka panjang Segera setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 hari masalah teratasi Jangka pendek: Setelah dilakukan pndidikan kesehatan dalam 20 menit dapat menambah wawasan klien tentang perawatan luka dengan kriteria Dapat menambah wawasan pengetahuan klien 5. Berikan minum air hangat 1. Kaji pengetahuan klien tentang perawatan post operasi Berguna untuk mengetahui perkembangan dan menilai keadaan umum pasien. Membantu mengencerkan dahak Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien 2. Beri pendidikan kesehatan tentang perawatan post operasi di rumah Agar klien mengerti tentang cara perawatan luka post operasi dirumah dengan benar 3. Evaluasi pemahaman klien tentang materi yang diberikan Melihat sejauh mana klien memahami informasi yang telah diberikan __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 33 4. Mengkaji tandatanda vital nafas A: Masalah teratasi P: hentikan intervensi 5. Memberikan minum air hangat 1. mengkaji pengetahuan klien tentang perawatan post operasi S: Klien mengatakan mengerti atas pembahasan yang telah diberikan 2. memeberi penkes tentang perawatan luka post operasi dirumah O: Klien tampak antusias mendengarkan materi yang diberikan A: Masalah teratasi 3. mengevaluasi pemahaman klien tentang materi yang diberikan P: Hentikan intervensi Pembahasan kesenjangan dan Sedangkan klien mengatakan bahwa kesamaan dalam teori dan kenyataan dalam yang ditemukan selama melaksanakan memiliki riwayat yang sama seperti Asuhan Keperawatan adalah: klien (eklamsia). Beberapa kesamaan antara teori anggota keluarganya tidak 2. Kesenjangan diagnosa yang muncul dan praktek langsung di lapangan: pada klien dan teori adalah : 1. eklamsia a. Penulis tidak mengangkat diagnosa masa resiko terjadinya syok hipovolemik kehamilan, persalinan, atau masa karena pada saat pengkajian klien nifas yang ditandai dengan timbulnya tidak kejang (bukan timbul akibat kelainan laboraturium natrium dalam batas saraf) dan / atau koma dimana normal yaitu 133 mEq/L, kalium sebelumnya normal yaitu 3,5 mEq/L. Menurut teori penyakit adalah kelainan pada sudah menunjukan gejala-gejala preeklamsia. pendarahan, hasil b. Penulis tidak mengangkat diagnosa Kesamaan dengan teori pada resiko terjadi gangguan saat pengkajian di lapangan: bahwa keseimbangan pada usia kehamilan 6 bulan, klien karena pada saat pengkajian tidak mengeluh ditemukan sakit kepala, berkunang-kunang, darah > 140/90 bertambahnya 2. ada mata cairan/elektrolit adanya pendarahan dan tekanan mmHg, dengan c. Penulis tidak mengangkat diagnosa kehamilan tidak efektifnya pola nafas karena usia ataupun muntah yang hebat. disertai adanya kejang. pada saat pengkajian pola nafas Menurut teori klien dengan penyakit klien preeklamsia pada riwayat perkawinan (22x/menit), tidak terpasangnya alat di bantu nafas. bawah usia menimbulkan 20 faktor tahun akan resiko tinggi dengan penyakit preeklamsia. dalam batas normal d. Penulis tidak mengangkat diagnosa resiko infeksi karena pada saat Kesamaan dengan teori pada dikaji luka operasi sectio caesarea saat pengkajian di lapangan : bahwa tampak kering, tidak ada rembesan, dilihat dari riwayat perkawinan klien tidak ada pus. menikah di usia 15 tahun. Simpulkan kasus adalah: Beberapa kesenjangan yaitu sebagai berikut: 1. Pada Asuhan menggunakan riwayat kesehatan menurut menderita teori ada keluarga, anggota yang hipertensi/eklamsia. keperawatan keperawatan pendekatan yang dimulai dengan proses dengan pengkajian, ditemukan bahwa Ny “Y” mengalami gangguan __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 system 34 kardiovaskuler yang mempunyai dampak Saran terhadap rasa nyaman: nyeri, bersihan Dalam melakukan jalan nafas, dan kurangnya pengetahuan mengumpulkan klien. Selama satu minggu terhitung pada didapatkan tanggal 26 – 30 Mei 2015 masih terdapat anggota keluarga terdekat. Perencanaan satu diagnosa yang belum teratasi yaitu tindakan harus sesuai dengan masalah gangguan yang berhubungan rasa nyaman dengan nyeri terputusnya data pengkajian, langsung muncul memperlancar sebaiknya dari pada tindakan klien klien. atau Untuk sebaiknya kontinuitas jaringan: post operasi section lakukan bina trust dengan klien dan caesarea. keluarga atau orang terdekat dengan Dalam merencanakan tindakan sebaik mungkin. Dan sebaiknya bekerja keperawatan, penulis melibatkan perawat sama dengan perawat ruangan. Hal ini ruangan sehingga pelaksanaan berjalan ditujukan agar semua masalah yang lancar. timbul dapat teratasi. Pasienpun diberikan penkes tentang cara perawatan luka post operasi di rumah dengan benar. DAFTAR PUSTAKA Bobak. Lowdermik dan Jensen. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Jakarta: EGC. Indriyani Diyan. (2013). Keperawatan Maternitas Pada Area Perawatan Antenatal. Jogyakarta: Graha Ilmu. Gant F. Norman dan Cunningham F. Gary. (2010). Dasar-dasar Ginekologi & Obstetri. Jakarta: EGC Judith M. Wilkinson. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC Dan Kriteria Hasil NOC, Ed.7. Jakarta: EGC Medikal Publisher. Hidayat A Aziz Alimul. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika Jurnal.unimus.ac.id. diperoleh tanggal 27 maret 2015. Hutahaean Serri.(2013). Perawatan Antenatal. Jakarta: Selemba Medika. Kemenkes RI, 2011. www.kemenkes.go.id, diperoleh pada tanggal 25 maret 2015. http://digilib.unimus.ac.id. diperoleh pada tanggal 21 maret 2015. Kozier, http://jurnal.med.unismuh.ac.idAbdulLGafur-Zulkarnain-Artikel.pdf. diperoleh pada tanggal 23 maret 2015. pada Barbara et al. (2010). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik, Ed. 7, Vol. 1. Jakarta: EGC Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Selemba Medika. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 35 Norwith, E. (2007). Obstetri dan Ginekologi. Jakarta EGC Peraturan Pemerintah, (2009. www.gizikia.depkes.go.id. diperoleh pada tanggal 27 maret 2015. Purwaningsih Wahyu dan Siti Fatimah. (2010). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jogyakarta: Nuha Medika. Roeshadi. (2006). Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian Ibu Pada Penderita Preeklampsia-Eklampsia. Salmah, dkk (2006). Asuhan Kebidanan Pada Antenatal. Jakarta: EGC Sudhaberata. (2006). Profil Penderita Preeklampsia-Eklampsia. Verney Helen. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi. 4. Jakarta: EGC World Health Organization. (2011). Modul Kebidanan: Kehamilan. Jakarta: EGC Yulaikhah Lily. (2008). Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 36 PENGARUH TERAPI MODALITAS RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA THE EFFECT OF PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION MODALITY THERAPY TOWARD THE INCIDENCE OF INSOMNIA ON ELDERLY Briefman Tampubolon Prodi DIIISTIKes Budi Luhur Cimahi (PENELITIAN INI DILAKUKAN DI PANTI WERDHA KARITAS KOTA CIMAHI) ABSTRAK Tidur merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi bagi setiap individu yang terjadi secara alami dan memiliki fungsi fisiologis dan psikologis, namun dengan bertambahnya usia kebutuhan tidur seseorang akan berkurang. Salah satu tindakan non farmakologis yang dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia adalah dengan melakukan Teknik Relaksasi Otot Progresif. Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi modalitas relaksasi otot progresif terhadap kejadian insomnia pada lansia.Metode penelitian menggunakan quasy eksperimental dengan pendekatan pre test dan post test without control design. Sampel penelitian sebanyak 13 orang yang diambil secara purposive sampling. Hasil Penelitian perbandingan tingkat kejadian insomnia sebelum dan sesudah dilakukan terapi relaksasi diperoleh nilai p value sebesar 0,001 < α 0,05, dan T-hitung 4,382 > T-tabel 2,179. Maka Ho ditolak. Kesimpulan : Teknik relaksasi otot progresif mempunyai pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada lansia. Saran : kepada tenaga kesehatan khususnya perawat di panti untuk memberikan dan mengajarkan serta mengaplikasikan terapi nonfarmakologis seperti terapi relaksasi otot progresif dalam mengatasi insomnia pada lansia. Kata kunci : Terapi relaksasi otot progresif, insomnia, lansia ABSTRACK The sleep is need be filled should for each individual as natural and have physiological and psychological functions. But getting older of someone sleeping is needed and it will be reduced. One of implementation non-pharmacological that can improve the fulfillment sleep needs on elderly is by perform progressive muscle relaxation technique. Aim :The researcher would like to know the effect of progressive muscle relaxation modality therapy toward the incidence of insomnia on elderly.Method :This research used based experimental research design quasy with approach pre test and post test without control design. The study samples is elderly as many as 13 elderly were taken operates the purposive sampling. Data is collected through the questionnaire and then the analysis with statistics.Result :Based on the comparison of the level insomnia before and after relaxation therapy obtained p value of 0,001 < 0,05. Then Ho is rejected Ha accepted. Conclusion :Progressive muscle relaxation techniques had significant influence in improving the fulfillment of sleeping onthe elderly or treast insomnia on elderly.Suggestion:Based on the results of this study strongly suggested for health workers, especially nurses in nursing to provide and teach and apply non-pharmacological therapies such as progressive muscle relaxation therapy in treating insomnia in the elderly compared. Keywords :Progressive muscle relaxation therapy, insomnia, elderly __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 37 1. PENDAHULUAN dan pengaruh obat-obatan (Maryam, dkk Lansia adalah seseorang yang 2010) telah mencapai usia 60 tahun keatas Sedangkan keluhan (Maryam, 2010). Proses menua itu sendiri seringkali merupakan proses sepanjang hidup, tidak adalah kesukaran untuk memulai tidur, hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, atau sering terbangun selama tidur atau tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan tidur cepat dan dalam, tapi terlalu cepat (Nugroho, 2008). bangun pada dini hari untuk kemudian Seiring dengan bertambahnya usia, proses penuaan pun akan terjadi. Hal ini tentunya akan disampaikan oleh yang mereka tidak dapat tidur kembali (Titi.S dan Luklu‟ul, 2013) berdampak Secara fisiologis, jika seseorang timbulnya masalah fisik, mental, sosial, tidak mendapatkan tidur yang cukup dapat psikologis dan spritualnya maka untuk menyebabkan penurunan nafsu makan, mengantisipasi hal tersebut lansia perlu kelemahan/kelelahan, peningkatan angka mendapatkan dari kejadian kecelakaan baik di rumah maupun pemerintah, masyarakat dan keluarga di jalan, terjatuh, iritabilitas, menyebabkan serta emosi menjadi tidak stabil, sulit untuk perlakuan harus mampu kesejahteraannya khusus meningkatkan dengan memenuhi berkonsentrasi, dan kesulitan dalam kebutuhan dasarnya (Erliana, 2009 dalam mengambil suatu keputusan (Widyastuti Nessma P.A dan Arif 2009). Kebutuhan dkk, 2010). dasar yang seringkali terabaikan dan kurang disadari peranannya Secara fisiologis pula, gelombang adalah otak mengukur suatu tidur ada 5 tingkatan kebutuhan istirahat dan tidur Gangguan pola tidur, 4 tingkatan tidur dalam yang pemenuhan kebutuhan tidur yang sering disebut dijumpai adalah eyemovement) juga dikenal sebagai slow saat wave sleep (SWS) dan tingkat ke 5 yang pada lanjut ketidakmampuan tidur usia pada non hal lama maupun dalamnya tidur. disebut juga Paradoxical sleep (PS). Pada mempengaruhi eye rapid disebut kali (rapid (non seseorang seharusnya tidur, baik dalam Adapun faktor-faktor yang sering REM REM movement) waktu NREM sleep gelombang otak makin pemenuhan lambat makin teratur. Tidur makin dalam kebutuhan tidur pada lansia adalah usia, serta pernafasan menjadi lambat dan adanya penyakit, lingkungan yang tidak teratur. Sedangkan mendengkur terjadi tenang mengganggu pada waktu tidur NREM. 4 tingkatan kenyamanan saat hendak tidur, merasa NREM dikenal dengan tingkat 1,2,3 dan 4. letih, emosional, Tidur yang paling dalam adalah pada pengaruh stimulan dan alkohol, diet, tingkat 4, dan aktivitas listrik paling dalam. dan gaya dapat hidup, stres mempunyai kebiasaan merokok, motivasi, __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 38 Tidur REM lebih dangkal, ditandai penelitian yang dilakukan oleh Erna dengan gerakan bola mata cepat dibawah Erliana (2008) mengemukakan ada lima kelopak mata yang tertutup. Pada waktu macam relaksasi yaitu Relaksasi otot REM, orang tidak lagi mendengkur, nafas (Progressive menjadi tak teratur, aliran darah ke otak Pernapasan diafragma, Imagery training, bertambah dan temperatur tubuh naik, Biofeedback, dan Hipnosis. Tujuan umum disertai tubuh. penelitian ini adalah untuk mengetahui Gelombang listrik tampak seperti tingkat 1 Pengaruh Terapi Modalitas Relaksasi Otot dari tidur. Tiap proses tidur melewati 5 Progressif Terhadap Kejadian Insomnia tahap ini dalam 1 siklus, dan tiap siklus Pada Lansia. banyak gerakan berlangsung kira-kira 90 menit. Orang dewasa yang sehat bila sudah tertidur akan masuk ke dalam tingkat 1, diikuti tingkat 2,3 dan 4, kemudian kembali lagi ke tingkat 1 dan setelah 2 periode, siklus itu akan lengkap setelah diikuti oleh periode REM antara 5 sampai 15 menit. Putaran akan berlangsung 4-5 kali dengan penambahan periode REM pada tahap berikutnya, disertai pengurangan periode NREM (terutama pada tingkat 3 dan 4). Pada orang yang tidur selama 8 jam, akan menjalani 2 jam tidur REM dan 6 jam tidur NREM. (Kozier, dkk). Berkenaan dengan hal diatas, Muscle Relaxation), 2. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah Quasi Experiment Design dengan rancangan Rangkaian waktu (Time Series Design) yaitu peneliti memberikan perlakuan pada kelompok studi yang sebelumnya dilakukan pre test secara berulang dan selanjutnya dilakukan post test setelah diberikan perlakuan (Budiman, 2011). Variabel dalam bebas penelitian ini (independen) adalah terapi modalitas relaksasi otot progresif. Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah kejadian insomnia. Perlu adanya suatu terapi tanpa obat yang Definisi dapat memenuhu istirahat tidur bagi lansia suatu dan terapi tersebut adalah terapi relaksasi pengertian progresif. Relaksasi merupakan salah satu diamati/diteliti operasional batasan ruang merupakan lingkup variabel-variabel atau yang teknik di dalam terapi perilaku yang Definisi dari variabel yang terdapat pertama kali dikenalkan oleh Edmund Jacobson, seorang Psikolog dari Chicago yang telah fisiologis mengembangkan melawan metode ketegangan dan kecemasan. Miltenberger (2004) dalam dalam penelitian pengukurannya ini menurut dan cara Notoatmodjo (2010) dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 39 Tabel 1 Definisi Operasional NO Jenis Variabel Independen 1. Terapi modalitas relaksasi otot progresif Definisi Operasional Alat Ukur Melakukan terapi relaksasi otot progresif sesuai prosedur dan dilakukan sebanyak 6 kali dalam seminggu Dependen 2. Insomnia Lembar observasi Ketidakmampuan untuk tidur dengan jumlah atau kualitas yang cukup. Kuesion er Populasi Dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah Wredha Karitas Kota Cimahi yaitu 32 dalam pengambilan penelitian ini sampling menggunakan purposive sampling (Sugiyono, 2009). Sehingga didapatkan sampel sebanyak 13 orang. Instrumen penelitian lembar 1x mengikuti terapi 2x mengikuti terapi 3x mengikuti terapi 4x mengikuti terapi 5x mengikuti terapi 6x mengikuti terapi Ordinal a. Insomnia sementara bila hasil <10 b. insomnia kronis bila hasil >10 Ordinal ditujukan observasi dan untuk atau berbeda. Gunanya adalah untuk menguji kemampuan perbandingan keadaan variabel dari dua rata-rata sampel/kelompok. Etika Penelitian meliputi Informed Consent, Anomity, dan Confidentiality. Penelitian yang Riyanto (2011). untuk bertindak dengan (Riyanto, 2009). menghargai Penelitian generalisasi (signifikasi hasil penelitian yang berupa kuesioner dengan berpedoman pada buku Prosedur membandingkan (membedakan) apakah kedua mean sama yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, Skala Ukur untuk melakukan analisis data. Uji t seluruh lansia wanita yang ada di Panti orang.Teknik Hasil Ukur dilakukan kebebasan harus individual sebagai responden atau subjek penelitian. Responden beberapa tahapan yaitu Tahap Persiapan, harus Tahap Pelaksanaan, dan Tahap Akhir. pengambilan data dalam penelitian Pengolahan Data meliputi Editing, Entri data / processing, Coding, Cleaning, dan Tabulating. Analisis dijamin dan dilindungi karena akan menyinggung kearah hak asasi manusia. Lokasi dan Waktu Penelitian di Data yang digunakan adalah Analisis Univariat dan Analisis Bivariat Dalam tahap ini di gunakan uji t Panti Wredha Karitas Kota Cimahi. W aktu peneltian Pebruari-Juli 2015. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 40 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Gambaran Tingkat Kejadian Insomnia Pada Lansia sebelum dilakukan Terapi Modalitas Relaksasi Otot Progresif. Tabel 2. Distribusi Tingkat Kejadian Insomnia Pada Lansia Sebelum Dilakukan Terapi Modalitas Relaksasi Otot Ptogresif hasil Tingkat Insomnia Frekuensi 4 9 13 Insomnia sementara Insomnia kronis Total (Sumber : Data Primer) b. Persentasi 30,8 % 69,2 % 100 % Gambaran Tingkat Kejadian Insomnia Pada Lansia Setelah Dilakukan Terapi Modalitas Relaksasi Otot Progresif Tabel 3 Distribusi Tingkat Kejadian Insomnia Pada Lansia Setelah Dilakukan Terapi Modalitas Relaksasi Otot Progresif Tingkat insomnia Hasil Insomnia sementara Insomnia kronis Total (Sumber : Data Primer) Frekuensi 12 1 13 Persentasi 92,3 % 7,7 % 100 % c. Perbedaan Kejadian Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Panti Werdha Karitas Kota Cimahi Sebelum Dan Sesudah Terapi Modalitas Relaksasi Otot Progresif Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Variabel Tingkat Insomnia Sebelum Dan Sesudah Terapi Relaksasi Pada Lansia INSOMNIA Sebelum terapi Sesudah terapi (Sumber : Data Primer) Skewness -0,349 0,425 Hasil Standar Error 0,616 0,616 Distribusi Data -0,566 (normal) 0.696 (normal) Berdasarkan hasil analisis terapi. Kedua nilai perbandingan yang dilakukan, diketahui hasil tersebut mempunyai nilai < 2, perbandingan skewness artinya data dinyatakan normal. dengan standar error didapatkan Dengan demikian data selanjutnya hasil -0,349 untuk nilai insomnia dapat sebelum terapi, dan didapatkan menggunakan uji t. nilai diolah dengan 0,429 pada nilai insomnia sesudah __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 41 Tabel 5. Distribusi Rata-Rata Kejadian Insomnia Pada Lansia Di Panti Werdha Karitas Kota Cimahi Sebelum Dan Sesudah Terapi Relaksasi Otot Progresif Hasil Nilai Variabel Insomnia Mean Sebelum 0,69 Sesudah 0,08 (Sumber : Data Primer) SD SE N 0,480 0,277 0,133 0,077 13 13 PEMBAHASAN lansia yang menjadi responden, 4 orang (30,8%) mempunyai insomnia sementara dan 9 orang lansia (69,2%) mempunyai insomnia kronis. Menurut Potter Perry (2009) tidur merupakan suatu siklus kegiatan yang pernah dialami oleh semua manusia. Kebutuhan tidur pada lansia yaitu 6,5 jam pada usia 60 tahun dan 6 jam pada usia 80 tahun (Muhammad Gafur, 2014). Hidayat (2006) dalam Titi, luklul (2013) mengatakan dengan bertambahnya usia terdapat penurunan periode tidur. Kebutuhan tidur akan berkurang dengan bertambahnya usia seseorang karena dengan bertambahnya usia seseorang, dapat mengalami penurunan fungsi fisiologis, psikologis, dan lingkungan yang dapat mengubah kualitas dan 0,001 4,382 Berdasarkan Berdasarkan analisa dari 13 orang lansia Nilai Gabungan p T df value Hitung kuantitas tidur. Adapun menurut Kozier, dkk (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi tidur diantaranya sakit, letih, lingkungan, gaya hidup, stress emosional, stimulan dan alkohol, diet, merokok, motivasi dan obat-obatan. yang dilakukan 12 hasil pada pengukuran lansia setelah dilakukan terapi didapatkan hasil bahwa terjadi perubahan yang signifikan pada tingkat kejadian insomnia pada lansia. Jika hasil tersebut diatas kita bandingkan dengan hasil pengukuran tingkat insomnia sebelum dilakukan terapi, maka akan terlihat adanya perubahan kearah peningkatan kualitas tidur pada lansia, hal ini dapat kita lihat dari meningkatnya tingkat insomnia sementara dan menurunnya tingkat insomnia kronis. Dan didapatkan juga dari keterangan lansia yang mengatakan kualitas tidur mereka menjadi baik, yaitu pada malam hari tidak terlalu sulit untuk tertidur, lebih relaks dan nyaman, dan pada siang harinya sebagian lansia bisa tidur siang dengan baik. Menurut Kozier, dkk (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi tidur diantaranya sakit, letih, lingkungan, gaya hidup, stress emosional, stimulan dan alkohol, diet, merokok, motivasi dan obat-obatan. Begitu pula menurut Potter Perry (2009) yang mengemukakan __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 bahwa 42 setiap penyakit yang menyebabkan rasa insomnia pada lansia secara signifikan. sakit, atau Dan tujuan penelitian ini yaitu untuk masalah mood, seperti kecemasan atau mengetahui apakah ada pengaruh terapi depresi, sering menyebabkan masalah modalitas tidur. terhadap kejadian insomnia pada lansia. ketidaknyamanan fisik, relaksasi otot progresif Melalui gerakan terapi relaksasi otot progresif ini mempengaruhi faktor-faktor tidur sebagian teratasi, berkurang karena ketidaknyamanan pada lansia seperti stres merasa fisik yang juga relaks, teratasi karena otot-otot yang tegang menjadi lebih relaks dan keaddan 4. SIMPULAN DAN SARAN Pengaruh terapi modalitas relaksasi otot progresif terhadap kejadian insomnia pada lansia, dapat disimpulkan bahwa : 1) Lebih dari setengah (50%) lansia relaks mempunyai tingkat insomnia kronis menyebabkan lansia lebih termotivasi sebelum dilakukan terapi relaksasi untuk tidur. otot progresif. Gerakan terapi yang diajarkan 2) Ada peningkatan kualitas tidur yang pun dinilai cukup mudah, hal ini dilihat signifikan pada lansia dari mengalami dilakukan terapi relaksasi kesulitan dalam melakukan gerakan dan progresif. lansia yang tidak menurut pendapat lansia, gerakan yang diberikan sebagian terdapat setelah otot 3) Terdapat pengaruh terapi modalitas dalam relaksasi otot progresif terhadap gerakan senam yang sering dilakukan di kejadian Panti Werdha Karitas Kota Cimahi. dengan p value = 0,001 < 0,05. insomnia pada lansia, Dari pemaparan diatas peneliti menyimpulkan bahwa terapi modalitas relaksasi otot progresif Saran Metode memang memberikan manfaat untuk mengurangi stress, membuat fisik menjadi lebih relaks dan dapat mengurangi tingkat insomnia pada lansia. Terapi modalitas relaksasi otot progresif terbukti dapat meningkatkan kualitas tidur atau menurunkan tingkat nonfarmakologi terapi relaksasi otot progresif ini diharapkan dapat menjadi referensi metode mengatasi insomnia pada lansia di panti werdha karitas ini. Dan bisa menjadi salah satu terapi yang dilaksanakan terus menerus bahkan bisa menjadi program terapi bagi lansia di Panti Werdha Karitas Kota Cimahi. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 43 DAFTAR PUSTAKA Gonilan, Kartasura, https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bit sream/handle/ 123456789/3623/NESMA%20PUT RI-ARIF%20WIDODO%20 Fix.pdf,diperoleh tanggal 13 Februari 2015 Arikunto. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6. Rineka Cipta : Jakarta Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Rineka Cipta : Jakarta Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan. Bandung : Refika Aditama Erna, dkk. (2008). Perbedaan Tingkat Insomnia Lansia Sebelum Dan Sesudah Latihan Relaksasi Otot Progresif (Progressive Muscle Relaxation) Di Bpstw Ciparay Bandung, https://pustaka.unpad.ac.id/ wpcontent/uploads/2009/07/ perbedaan_tingkat_insomnia_lansi a.pdf, diperoleh tanggal 13 Februari 2015 Nita, Hasria. (2010). Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea Di SMU Negeri 3 Medan Tahun 2010, http://repository.usu.ac.id/handle/1 23456789/19187 Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Patrik. (2012). Serba Serbi Penyakit. Jakarta : Elex Media Komputindo Potter Perry. (2009). Fundamental Of Nursing. Canada : Evolve Hidayat. (2009) Metode Penelitian Keperawatan & Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Riyanto. (2009). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Cetakan ke dua. Muha Medika : Yogyakarta Kozier, Setyoadi,Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta : Salemba Medika Erb. (2010). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, & Praktik. Jakarta : EGC. Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika Muhammad Ghafur. (2014). Faktor - Faktor Apakah Yang berhubungan dengan terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia panti Tresna werda Gorontalo, http://eprints.ung.ac.id/1921/ Nessma, Arif. (2009). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Perubahan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Posyandu Lansia Desa Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : IKAPI. Widyastuti, dkk. (2010). Perbedaan Efektifitas Terapi Musik Dengan Teknik Relaksasi Progresif Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Lansia Di Banjar Peken Desa Sumerta Kaja, https://ojs.unud.ac.id/index.php/ coping/article/download/6127/4618 , diperoleh tanggal 13 Februari 2015 __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 44 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI (USIA 12-15 TAHUN) DENGAN NYERI HAID (DISMENORHOE) THE CORRELATION OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF YOUNG WOMEN AGED 1215 YEARS OLD OF DISMENORHOE PAINFUL 1) Yosi Oktri1), Pandith2), dan Hanipah Mutiara3) D3 Kebidanan, dan 2),3) Prodi S1 Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi Abstrak Latar Belakang: Masa remaja merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis dan sangat rentan. Oleh sebagian ahli psikologi, masa remaja berada dalam kisaran usia antara 12-15 tahun, Periode ini akan mengubah perilaku dari beberapa aspek, misalnya psikologi dan lainnya. Pada wanita biasanya pertama kali mengalami menstruasi (menarche). Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka semakin baik sikap seseorang dalam memahami dan menanggapi nyeri haid. Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri (usia 12-15 tahun) tentang nyeri haid (dismenorhoe) di SMP Negeri 3 Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat. Metode Penelitian: ini bersifat dekriptif dengan teknik pengambilan data Propotionate Stratified Random Sampling, sampel remaja putri di SMP Negeri 3 Sindangkerta berjumlah 55 orang. Teknik pengumpulan data untuk variabel pengetahuan dan sikap menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Chi Square. Hasil Peneilitian: Diperoleh nilai p value =0,002 dengan tingkat kesalahan yang digunakan α= 0,05 maka Ho ditolak karena p value =0,002 < α= 0,05. Simpulan dan Saran: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri (Usia 12-15 tahun) tentang nyeri haid (dismenorhoe) di SMP Negeri 3 Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat. Hasil penelitian ini diharapkan bagi remaja putri di SMP Negeri 3 Sindangkerta dapat mengetahui pengertian, penyebab, tanda gejala, dan bagaimana cara penanganan dismenorhoe serta bagaimana menyikapi masalah tersebut dengan baik Kata kunci: Cross Sectional, Pengetahuan, Sikap, remaja putri, Nyeri Haid, Dismenorhoe Abstract Background: Adolescence is a very period, very critical and very vulnerable. By some psychologists, adolescence is in the range between 12-15 years old, this period will change the behavior of some aspects, such as psychology and others. women usually have first menstrual period (menarche). The higher a person's knowledge, will have the better a person's attitude in understanding and responding to painful menstruation. Ains: This study to determine the correlation between knowledge and attitudes of young women (aged 12-15 years old) about painful of (dismenorhoe) in SMP Negeri 3 Sindangkerta West Bandung regency.Methods: This research is descriptive with data retrieval techniques propotionate Stratified Random Sampling, sample of young women in SMP Negeri 3 Sindangkerta numbered 55 respondents. The technique of collecting data for the variables of knowledge and attitude questionnaire. The statistical test used is Chi Square test.Result: it is foud p value = 0,002 with an error rate that is used α = 0.05, then Ho is rejected because p value = 0,002 <α = 0.05.Conclusions and Recommendations: The results of this study concluded that there is a correlation of knowledge and attitudes of young women with (age 12-15 years old) about painful menstruation (dismenorhoe) in SMP Negeri 3 Sindangkerta West Bandung Regency. The result is expected for teenage girls in SMP Negeri 3 Sindangkerta can know the definition, causes, signs symptoms, and how dismenorhoe handling as well as how to address the issue properly. Keywords: Cross Sectional, knowledge, attitudes, teenage daughter, dismenorhoe. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 45 1. Pendahuluan Remaja diartikan pengobatan, karena gangguan ini sifatnya transisi subyektif, berat atau intensitasnya susah antara anak-anak dan masa dewasa yang dinilai. Walapun frekuensi dismenorhoe mencakup perubahan biologis, kognitif, cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama dan dikenal, sebagai (adolescene) masa sosial perkembangan emosional. Batasan usia namun sampai sekarang remaja yang umum digunakan oleh para patogenesisnya belum dapat di ketahui. ahli adalah antara 12-21 tahun. Rentang Oleh waktu usia remaja ini biasanya dibedakan mengalami rasa tidak enak di perut bawah atas tiga yaitu 12-15 tahun = masa remaja sebelum dan selama menstruasi dan awal, seringkali 15-18 tahun = masa remaja karena hampir rasa semua mual maka wanita istilah pertengahan, dan 18-21 tahun = masa dismenorhoe hanya dipakai jika nyeri haid remaja akhir (Santrock, 2007). demikian hebatnya, sehingga memaksa Angka kejadian nyeri haid penderita untuk istirahat dan (dismenorhoe) di dunia sangat besar, meninggalkan rata–rata lebih dari 50% perempuan di hidupnya sehari– hari, untuk beberapa setiap negara mengalami dismenorhoe . jam atau beberapa hari (Prawirohardjo, Di Amerika angka persentasenya sekitar 2011) 60% dan di Swedia sekitar 72% (Karwati, 2012). pekerjaan Berdasarkan atau hasil cara wawancara terhadap 20 orang remaja putri didapatkan Sementara di Indonesia angkanya di bahwa sebanyak 17 orang remaja putri perkirakan 55% perempuan produktif yang sudah terganggu aktifitasnya oleh dismenorhoe. disertai dengan nyeri (dismenorhoe), dan Angka kejadian (prevalensi) dismenorhoe mengatakan tidak tahu dan tidak pernah berkisar 45-95% di kalangan usia produktif ada (Proverawati & Misaroh, 2009 dalam tentang nyeri haid (dismenorhoe). Karwati, 2012 ). Menurut angka kejadian mengalami yang menstruasi memberikan Pengetahuan yang pengetahuan seseorang di Jawa Barat kasus ini juga cukup tinggi. mempengaruhi Hasil penelitian ini didapatkan menggunakan sesuatu yang diinginkan wanita remaja mengalami 59,9% nyeri sehingga pemahaman dapat dapat berpengaruh untuk untuk menstruasi yang berat (Amalia Sekar, memilih kebutuhannya dengan tepat. Hal 2009 dalam Karwati, 2012) yang sama dinyatakan oleh Notoatmodjo Dismenorhoe atau nyeri haid (2010) bahwa domain tingkat merupakan suatu gejala yang paling pengetahuan (kognitif) mempunyai enam sering menyebabkan wanita–wanita pergi tingkatan, ke memahami, menggunakan, menguraikan, dokter untuk konsultasi dan meliputi: __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 mengetahui, 46 menyimpulkan dan mengevaluasi. Variabel penelitian Pengetahuan merupakan salah satu faktor menjadi yang mempengaruhi respon sikap. Tujuan Independen penelitian ini Untuk mengetahui hubungan Sedangkan Variabel Dependen (terikat) pengetahuan dan sikap remaja putri (usia yaitu “sikap”. 12-15 Tahun) (dismenorhoe) tentang di nyeri SMP 2 dapat di bedakan macam, adalah Negeri 3 2. Metode Penelitian Definisi operasional Metode penelitian yang digunakan menggunakan Analitik” pendekatan “Pengetahuan”. Definisi Operasional operasional mendefinisikan “Survey Variabel haid Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat. adalah yaitu dengan “Cross yang untuk variabel berdasarkan diamati, adalah secara karakteristik memungkinkan melakukan peneliti observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu Sectional” bersumer dari buku Hidayat objek 2010. Definisi operasional dapat dilihat pada dan fenomena (Hidayat,2007). Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Definisi Operasional Penelitian Dan Cara Pengukuran Variabel Pengetahuan Sub Variabel Definisi Operasional Rasa sakit yang berlebihan pada perut yang dirasakan oleh responden pada saat menstruasi datang Cara Pengukuran Angket Ordinal Kuisioner 1. Baik (76-100%) 2.Cukup (56-75%) 3.Kurang (≤56%) Penyebab dismenorhe Seorang responden yang mengalami gangguan pada organ reproduksinya Angket Ordinal Kuisioner 1.Baik (76-100%) 2.Cukup (56-75%) 3.Kurang (≤56%) Tanda dan Gejala Dismenorhe Rasa sakit pada perut yang berlebihan yang dialami oleh responden Angket Ordinal Kuisioner 1.Baik (76-100%) 2.Cukup (56-75%) 3.Kurang (≤56%) Penangann Dismenorhe Cara menangani dengan melakukan olah raga Angket Ordinal Kuisioner 1.Baik (76-100%) 2.Cukup (56-75%) 3.Kurang (≤56%) Pengertian Skala Ukur Alat Ukur __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 Kategori 47 Sikap Suatu sikap atau respon yang positif seorang responden terhadap nyeri haid yang dialami pada saat menstruasi Angket Populasi dan Sampel Populasi dalam Ordinal Kuisioner Positif ≥ Median (1,36) Negatif < Mean (1,36) Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat penelitian ini sejumlah 120 orang siswi. Sampel dalam adalah remaja putri kelas VII, VIII dan IX penelitian ini sebesar 55 siswi. Rumus yang telah menstruasi dan mengalami penentuan sampel (Hidayat, 2011) berikut nyeri haid (dismenorhoe) di SMP Negeri 3 ini: keterangan : n : Besar sampel N : Besar Populasi yaitu remaja putri kelas VII, VIII dan IX di SMP Negeri 3 Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat D : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan, pada penelitian ini digunakan (0,1) n = 54,54 = 55 siswi Pengumpulan Data mengumpulkan Pengumpulan data yang digunakan data primer adalah dengan penyebaran kuesioner. merupakan data primer dari remaja putri di SMP Negeri 3 Sindangkerta Kabupaten Instrumen Penelitian Bandung Barat, data yang diperoleh atau Instrumen penelitian yang yang dikumpulkan oleh peneliti secara digunakan dalam pengetahuan adalah langsung dari sumber datanya. Tekhnik angket atau yang multiple digunakan peneliti untuk kuesioner. Menggunakan choise (piliha __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 berganda). 48 Jawaban responden yang benar di beri dan “Sangat Tidak Setuju skor 1 dan apabila jawaban salah di beri bedasarkan buku Arikunto (2010). (STS)” skor 0. Cara perhitungan atau penilaian Uji Validitas skor dilakukan dengan perhitungan jumlah nilai benar dibagi jumlah soal kemudian Uji validitas akan dilakukan di SMP dikali 100. Instrumen dibuat sendiri oleh Negeri 1 Cililin Kabupaten Bandung Barat peneliti yang memiliki karakterisitik sama yaitu berdasarkan teori-teori dari berbagai sumber, dan disajikan dengan jumlah sejumlah menstruasi disertai dengan nyeri haid pertanyaan yang digunakan remaja putri yang sudah dari (dismenorhoe) hampir mendekati jumlah responden. Sedangkan pada instrumen 120 orang dan mengambil contoh sampel sikap, peneliti menggunakan kuesioner sebanyak 20 orang. untuk memperoleh informasi berbentuk likert. Skala yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari empat Uji Reliabilitas alternatif jawaban, yaitu “Sangat Setuju Uji (SS)”, “Setuju (S)”, “Tidak Setuju (TS)”, menggunakan reliabilitas α dilakukan dengan Crombach‟s dengan rumus: r11 = [ ][ ∑ ] keterangan : r11 : reliabiltas instrumen k : banyaknya butir pertanyaan Vt : variabel total pq : proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir pertanyaan (Arikunto, 2006). Prosedur Penelitian Langkah-langkah Analisa Data yang perlu Analisis data yang digunakan dalam ditempuh dalam mengambil sampel dari penelitian ini adalah analisis univariat dan populasi antara lain : Tahap Persiapan, bivariat. Uji statistik menggunakan chi Tahap Pelaksanaan, dan Tahap Akhir square. Pengolahan dan Analisis Data Etika Penelitian Pengolahan Data menurut Hidayat Menurut Hidayat (2007), masalah (2007) mengatakan bahwa pengolahan etika perlu diperhatikan untuk mencegah data dilakukan dengan komputerisasi, timbulnya masalah etika maka dilakukan meliputi: Editing, Coding, Scoring, Entry hal-hal informed consent, Confidentiality, Data, dan Cleaning. dan Anonimity, __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 49 Tempat dan Waktu Penelitian Bandung 3 Sindangkerta dimana penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Agustus Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Barat, Kabupaten 2015. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan Analisis univariat dalam penelitian ini didaptkan hasil seperti yang tertera pada Tabel 2, 3 dan 4 berikut: Tabel 2 . Distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri tentang dismenorhoe Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah 25 19 11 Persentase % 45,5 34,5 20,0 Total 55 100 Sumber: Data Primer 2015 Tabel 3. Distribusi frekuensi sikap remaja putri tentang dismenorhoe Sikap Positif Negatif Total Jumlah 35 20 55 Persentase % 63,6 36,4 100 Sumber: Data Primer 2015 Tabel 4. Distribusi frekuensi nyeri haid (dismenorhoe) pada remaja putri Nyeri Jumlah Persentase % Tidak nyeri 25 45,5 Nyeri 30 54,5 Total 55 100 Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan Analisis Bivariat dalam penelitian ini tentang hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri , seperti terlihat pada Tabel 5 berikut ini Tabel 5. Distribusi frekuensi Mengenai hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri dengan nyeri haid (dismenorhoe) SIKAP Total Pengetahuan Positif Negatif Nilai p N % n % n % Baik 22 88,0 3 12,0 25 100 Cukup 7 36,8 12 63,2 19 100 0,002 Kurang 6 54,5 5 45,5 11 100 Jumlah 35 63,6 20 36,4 55 100 Sumber: Data Primer 2015 __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 50 Pembahasan (dismenorhoe), karena dengan Berdasarkan hasil penelitian yang pengetahuan yang baik akan membentuk dilakukan kepada 55 pengetahuan remaja sikap yang positif, begitu pun sebaliknya. putri (Usia 12-15 Tahun) dengan nyeri Karena sikap merupakan reaksi atau haid (dismenorhoe) di SMP Negeri 3 respon Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat. seseorang terhadap stimulus atau objek diketahui sebanyak 25 (45,5%) memiliki (Notoatmodjo, 2007). pengetahuan baik, putri (usia 19 12-15 pengetahuan cukup (34,5%) remaja tahun) dan 11 yang sikap dari hasil analisis data dengan (20,0%) menggunakan statistik didapatkan nilai p = pengetahuan pengetahuan bahwa dari memiliki 0,002, mengindikasikan tertutup Hubungan pengetahuan dengan remaja putri (usia 12-15 tahun) memiliki kurang. masih Hal ini masih ada didapatkan dengan dan ada sikap nyeri hubungan remaja haid putri (dismenorhoe). remaja putri yang pengetahuannya cukup Semakin baik pengetahuan tentang nyeri dan kurang. haid (dismenorhoe) maka sikap remaja Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini mengadakan suatu terjadi setelah penginderaan objek tertentu. orang terhadap Pengetahuan putri tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010). (2008) Sebaliknya dengan (dismenorhoe) nyeri jika haid kurang maka sikap nya juga negatif. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari Hal tersebut juga dikemukakan oleh Kissanti positif. pengetahuan merupakan domain yang penting dalam membentuk akan pada perilaku yang tidak didasari oleh bahwa dengan pengetahuan. memperoleh pengetahuan tentang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), dismenorhoe pada bisa dia harus tahu terlebih dahulu apa arti remaja Sebelum menjadikan remaja putri lebih aman dan atau nyaman dirinya (Notoatmodjo, 2010). dalam menghadapi proses menstruasinya. Hasil manfaat perilaku seseorang tersebut bagi Hal tersebut diperlukan pendidikan penelitian tentang sikap kesehatan untuk melakukan penanganan remaja putri yaitu memiliki sikap positif nyeri dan sikap negatif. Hal ini menunjukan kesehatan merupakan suatu upaya atau bahwa masih banyak remaja putri yang kegiatan bersikap negatif terhadap sakit yang remaja dialaminya. kesehatan. Tujuan pendidikan kesehatan Hal tersebut dapat haid (dismenorhoe). untuk menciptakan putri yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan pada akhirnya remaja putri tentang tentang nyeri haid mencapai Pendidikan kondusif bukan “melek terhadap hanya kesehatan __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 perilaku untuk (health 51 pada literacy)” masyarakat saja. (Notoatmodjo, 2010). Menurut Notoatmodjo, SMP Rogers 2010) (1974, bahwa didasari oleh Negeri 3 Sindangkerta dalam Kabupaten Bandung Barat. Hal ini apabila dibuktikan dengan nilai p = 0,002 < penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku dengan nyeri haid (dismenorhoe) di nilai = 0,05. pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka Saran perilaku tersebut akan bersifat langgeng Hasil penelitian ini diharapkan (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku remaja itu pengetahuan, Sindangkerta disertai penyuluhan dapat kesadaran dan sikap yang positif maka mengetahui pengertian, penyebab, tanda perilaku tersebut tidak akan berlangsung gejala, dan bagaimana cara penanganan lama. dismenorhoe serta bagaimana menyikapi tidak didasari oleh Pengetahuan akan membuat seseorang berpikir dan berusaha untuk putri di SMP Negeri 3 masalah tersebut dengan baik. menjaga kesehatannya. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja (Notoatmodjo, 2010). DAFTAR PUSTAKA 4. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan Hasil penelitian ini sebagai beriikut: 1) Pengetahuan remaja putri (Usia 12-15 Tahun) tentang (dismenorhoe), nyeri haid terbanyak pengetahuan baik yaitu sebanyak 25 (45,5 %). 2) Sikap remaja putri (Usia 12-15 Tahun) tentang nyeri haid (dismenorhoe), terbanyak memiliki sikap positif yaitu sebanyak 35 (63,6 %) 3) Nyeri haid pada remaja putri (Usia 1215 Tahun) sebanyak 30 (54,5 %) remaja putri merasa tidak nyeri. 4) Ada hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri (Usia 12-15 Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Hidayat, AA. (2007). Metode Penelitian Keperawatan & Tekhnik Analisa Data.Jakarta: Salemba Medika Karwati. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas XI Dengan Kecemasan Mengalami Dismenorhoe Di SMAN Batujajar, Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi Vol 6 No 2. Cimahi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Luhur. Kissanti Annia. (2008). Buku Pintar Wanita Kesehatan Dan Kecantikan. Jakarta: Araska Printika Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. (2010). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Tahun) __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 52 (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Prasetyo, Sigit Nian. (2010). Konsep dan Proses Perawatan Nyeri.Yogyakarta: Graha Ilmu Santrock, John W. (2007) Remaja Jilid 1 Edisi 11.Erlangga. Jakarta __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 53 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Tri Wahyuningsih Prodi D3 Keperawatan STIKes Budi Luhur ABSTRAK Anemia merupakan salah satu permasalahan gizi yang banyak terjadi pada negara berkembang dengan persentase terbanyak (57,1%) terjadi pada remaja (Depkes RI, 2006). Anemia pada remaja menimbulkan dampak yang merugikan bagi suatu negara karena akan membentuk generasi yang terganggu dalam fungsi kognitif dan tumbuh kembangnya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi anemia pada remaja namun faktor penyebab akan berbeda pada setiap wilayah. Oleh karena itu tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap anemia pada siswa SMP di Kelurahan Leuwigajah Kota Cimahi. Desain penelitian adalah analitik dengan kasus kontrol. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh adalah pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan ibu, pengetahuan, pola makan dan penyakit infeksi. Penelitian dilakukan di SMPN 8 Cimahi pada bulan Juni 2015. Responden dipilih secara acak dan didapatkan 30 siswa sebagai kelompok kasus dan 30 siswa sebagai kelompok kontrol yang didasarkan pada hasil pemeriksaan Hb dengan alat pengukur digital. Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner, food record dan pemeriksaan spesimen (feses dan sputum). Hasil analisis bivariat didapatkan p-value= 0,007 untuk pendapatan orang tua, p-value 0,079 untuk pendidikan ibu, p-value= 0,026 untuk ibu bekerja, p-value= 0,032 untuk pengetahuan, p-value= 0,000 untuk pola makan, p-value= 1,000 untuk penyakit infeksi sehingga hanya lima variabel mempunyai pengaruh yang bermakna dengan anemia. Pada uji regresi logistik ganda didapatkan pola makan merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap anemia dengan OR = 13,969. Hal ini sesuai dengan toeri Dorothy Johnson bahwa tingkah laku ingesti dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh. Simpulan pada penelitian ini adalah pendapatan orang tua, ibu bekerja, pengetahuan dan pola makan mempunyai pengaruh bermakna dengan anemia sedangkan penyakit infeksi dan pendidikan ibu tidak berpengaruh secara bermakna dengan anemia. Disarankan kepada perawat komunitas untuk melaksanakan asuhan keperawatan kelompok khusus yang berkesinambungan dengan melibatkan ahli kesehatan di bidang lain khususnya ahli gizi. Bagi pihak puskesmas dan dinas kesehatan agar melakukan penyuluhan secara berkala dan pembentukan perawat sekolah untuk mendukung keberhasilan program penanggulangan anemia pada remaja. Kata kunci : anemia, pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan ibu, pengetahuan, pola makan dan penyakit infeksi, remaja. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 54 ABSTRACT Anemia is one of the nutritional problems are more common in developing countries with the highest percentage (57.1%) occurred in adolescents (Depkes RI, 2006). Anaemia in adolescents cause adverse impact on the country as it will form a generation that impaired in cognitive function and growth. There are several factors that affect anemia in adolescents but causative factor will be different in each region. Therefore the aim of this research is to analyze the factors that influence anemia in junior high school students in Sub Leuwigajah Cimahi. The study design is analytical control case. The factors that influence the parental income, parental education, maternal employment, knowledge, diet and infectious diseases. Research conducted at SMPN 8 Cimahi in June 2015. Respondents were selected at random and 30 cases and 30 controls were based on the results of the Hb with digital gauges. Collected data using questionnaires, food records and examination of a specimen (stool and sputum). .Bivariate analysis results obtained p-value = 0.007 for parental income, pvalue of 0.079 for the mother's education, p-value = 0.026 for working mothers, pvalue = 0.032 for knowledge, p-value = 0.000 for diet, p- value = 1.000 for infectious disease so that only five variables had a significant association with anemia. In the multiple logistic regression test obtain the diet is the most dominant a factor that influence anemia with OR = 13.969. This is an accordance with the theory of Dorothy Johnson that behavior ingestion can affect the balance of the body. The conclusions of this research is the income of parents, working mothers, knowledge and diet have a significant influence with anemia while infectious diseases and maternal education did not significant influence with anemia. It is suggested to community nurses to perform nursing care in vulnerable group (school) with other health profession collaboration. For the health centers and department of health to approach perkesmas and formation school nurse to support the success of the program on the prevention of anemia in adolescents. Keywords : anemia, parental income, mother’s education, working mother, knowledge, diet, infectious disease, adolescents __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 55 1. PENDAHULUAN jika tidak dilakukan akan berdampak Gizi merupakan salah satu faktor terhadap kemajuan negara karena yang menentukan kualitas sumber daya beresiko memunculkan generasi yang manusia tidak karena gizi berpengaruh berkualitas dan tidak produktif. terhadap pembangunan manusia di masa Anemia pada remaja akan menyebabkan yang akan datang. Namun permasalahan menurunnya gizi masih dihadapi oleh negara-negara kemampuan akademis di sekolah karena berkembang dimana salah satunya adalah tidak Indonesia (Brown, 2008). Permasalahan konsentrasi, mengganggu pertumbuhan di terkait gizi yang masih dihadapi Indonesia mana tinggi dan berat badan menjadi adalah KKP (Kurang Kalori Protein), tidak sempurna, daya tahan tubuh akan Kurang Vitamin A, Gangguan Akibat menurun Kurang Iodium (GAKI) dan kurang zat besi penyakit, menurunnya produksi energi (Anemia Gizi) (Wijiastuti, 2006). Hal ini dan akumulasi laktat dalam otot (Tarwoto, ditunjukkan 2010). dengan sepertiga dari populasi dunia McLean, (2008) atau 30% produktivitas adanya gairah sehingga Terdapat belajar mudah banyak dan terserang faktor menimbulkan penduduk dunia menderita anemia Casey, Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap (2009) dan yang terbanyak ada pada timbulnya anemia pada remaja menurut negara Persatuan Gizi merupakan bentuk Berdasarkan hasil WHO, Survei (2008). Kesehatan pada yang dari populasi dunia yaitu 1,5 milyar berkembang anemia ataupun Indonesia dari pola remaja. (2002) makan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005, remaja yang didominasi tinggi lemak dan menunjukkan bahwa prevalensi anemia di kolesterol namun rendah protein dan zat Indonesia pada ibu hamil 50,9%, ibu nifas gizi lain termasuk zat besi, perdarahan 45,1%, remaja putri usia 10-14 tahun yang dialami remaja khususnya remaja 57,1% dan pada wanita usia subur (WUS) puteri akibat dari menstruasi, adanya usia 17-45 tahun sebesar 39,5% (Depkes penyakit RI, 2006). Data ini menunjukkan bahwa mengakibatkan timbulnya anemia pada remaja putri usia 10-14 tahun merupakan remaja, kurangnya persediaan pangan persentase terbanyak yang menderita pada keluarga sehingga keluarga tidak anemia yaitu sebesar 57,1%. mampu untuk memenuhi kebutuhan gizi Walaupun begitu, saat ini upaya penanganan anemia lebih infeksi pada remaja yang yang seimbang pada remaja, pola asuh difokuskan anak khususnya bagi anak yang memiliki kepada ibu hamil dan kurang pada ibu bekerja beresiko menimbulkan anemia kelompok remaja. Anemia pada remaja pada remaja dan pelayanan kesehatan perlu ditanggulangi secara khusus untuk dasar yang tidak memadai sehingga memutus siklus gangguan gizi mengingat masyarakat khususnya __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 remaja tidak 56 mendapatkan informasi mengenai beberapa kali/ minggu. Kebiasaan siswa anemia. Selain itu, tingkat pengetahuan minum kopi bahwa terdapat 3 siswa yang seseorang terhadap gizi pun berpengaruh mengkonsumsi terhadap terdapat keadaan bersangkutan. penelitian Hal individu ini didukung kopi hari dan 28 siswa yang mengkonsumsi beberapa kali/minggu. Hasil wawancara penulis terhadap 100 siswa pengetahuan bahwa terdapat 5 siswa yang sering remaja putri sangat berpengaruh terhadap mengalami pusing dan terdapat 40 siswa kejadian kadang-kadang mengalami pusing. Selain (2010) bahwa anemia. mengatakan Kakkar, oleh setiap Kandpal, Jethani, Kakkar, gizi kopi bahwa Sunarko, sebab (2002) mendasar itu, terdapat 5 siswa yang sering terjadinya anemia adalah masalah sosial mengalami pingsan 5 siswa kadang- ekonomi rendahnya kadang pingsan pada saat upacara atau pendapatan, proses pembelajaran di kelas. Terdapat status sosial yang rendah dan lokasi 25 siswa yang mengalami pucat pada geografis yang sulit. konjunctiva, keluarga pendidikan, yaitu rendahnya terdapat 37 siswa yang Berdasarkan survei yang telah memiliki penampilan lemah dan lesu. dilakukan bahwa Kelurahan Leuwigajah Terdapat 35 siswi yang mengalami pusing merupakan kelurahan dengan ketika sedang mendapatkan menstruasi. kesejahteraan terbaik wilayah Oleh karena itu diperlukan suatu Kecamatan Kelurahan Cimahi di Selatan. Leuwigajah Namun upaya untuk menyusun perencanaan merupakan yang tepat untuk menanggulangi anemia kelurahan dengan angka kematian ibu melalui penelitian mengenai faktor-faktor dan anak yang tertinggi dibandingkan yang dengan wilayah lain di Kecamatan Cimahi anemia pada remaja. Tujuan penelitian ini Selatan. Oleh karena itu Dinas Kesehatan adalah Kota Cimahi menunjuk SMPN 8 Cimahi pendapatan orang tua, pendidikan orang yang bertempat di Kelurahan Leuwigajah tua, pekerjaan ibu, pengetahuan siswa, sebagai tempat penelitian. pola Berdasarkan hasil studi pendahuluan peneliti terhadap 100 siswa berpengaruh untuk makan, terhadap menganalisis dan kejadian pengaruh penyakit infeksi terhadap kejadian anemia pada siswa SMP. SMP Negeri 8 Cimahi bahwa terdapat 7 siswa yang mengkonsumsi makanan siap 2. METODA PENELITIAN saji setiap hari dan 45 siswa yang mengkonsumsi makanan siap saji Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan rancangan beberapa kali/minggu. Terdapat 14 siswa penelitian kasus kontrol. Kelompok kasus yang mengkonsumsi soft drink setiap hari dan kontrol ditetapkan berdasarkan hasil dan 30 siswa mengkonsumsi pemeriksaan darah kapiler di jari dengan soft drink __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 57 menggunakan alat pengukur digital dan kelompok kontrol sehingga jumlah seluruh faktor-faktor yang berpengaruh ditelusuri sampel adalah 60 responden. dengan memberikan sejumlah pertanyaan Pengumpulan data dilakukan dalam kuesioner, food record dan melalui dengan pemeriksaan dan variabel pengetahuan, pendidikan orang sputum) di laboratorium. Berdasarkan tua, pekerjaan ibu dan pendapatan orang hasil penelitian Kaur, Deshmukh, Garg tua. Pengumpulan data mengenai pola (2006) mengenai faktor yang berpengaruh makan dilakukan dengan metoda food terhadap anemia pada remaja didapat record selama 3 hari dan variabel penyakit OR=4,16 dengan proporsi subyek pada infeksi kelompok dengan penyakit (P1) adalah pemeriksaan 0,8 dan proporsi subyek pada kelompok sputum) di laboratorium yang kemudian tanpa penyakit (P2) adalah 0,5. P1-P2 = hasilnya 0,3, dan P = 0, 65 dan Q = 0,35. Maka puskesmas. Penelitian ini dilakukan pada didapatkan sampel minimal berjumlah 30 siswi SMP Negeri 8 Cimahi pada tahun dengan 2015. spesimen perbandingan (feses 1:1 sehingga penyebaran kuesioner ditetapkan spesimen ditetapkan untuk berdasarkan (feses oleh dan dokter didapat 30 responden sebagai kelompok kasus dan 30 responden sebagai 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis univariat didapatkan hasil seperti yang tertera pada Tabel 1,2, dan 3 berikut ini: Tabel 1 Distribusi Karakteristik Siswa SMP Karakteristik Kelompok Kasus f Jenis Kelamin Laki-laki 12 Perempuan 18 Sumber : Data Primer 2015 Kontrol % % f 40 60 8 22 26,7 73,3 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis Anemia Pada Kelompok Kasus di SMPN 8 Cimahi Tahun 2015 (N = 30 Responden). Jenis Anemia Ringan (9,5 gr/dL – 10,9 gr/dl) Sedang (8 gr/ dL – 9.4 gr/dL) Berat (6,5 gr/dL – 7.9 gr/dl) Sumber : Data Primer 2015 Kelompok Kasus f % 13 43,3 11 36,7 6 20 __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 58 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian Siswa SMPN 8 Cimahi Tahun 2015 (N= 30 Responden) Variabel Kelompok Kasus Pola Makan Kurang Baik Penyakit Infeksi Ya Tidak Pengetahuan Kurang Cukup Baik Pendidikan Ibu Dasar (SD-SMP) Menengah (SMA) Tinggi (PT) Pendidikan Ayah Dasar (SD-SMP) Menengah (SMA) Tinggi (PT) Pendapatan Ortu < UMR > UMR Ibu Bekerja Ya Tidak Kontrol f % f % 25 5 83,3 16,7 9 21 30 70 1 29 3,3 96,7 30 100 13 15 2 43,3 50 30 8 12 10 26,7 40 33,3 13 6 11 43.3 20 36.7 5 9 16 16.7 30 53.3 11 5 14 36,7 16,7 46,7 5 7 18 16,7 23,3 60 16 14 53,3 46,7 5 25 16,7 83,3 14 16 46,7 53,3 5 25 16,7 83,3 Sumber : Data Primer Hasil penelitian berdasarkan Analisis Bivariat dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4 Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Anemia Pada Responden di SMPN 8 Cimahi Tahun 2015 (N = 60 responden) Variabel Pendapatan < UMR > UMR Pendidikan Ibu Dasar Menengah Tinggi Ibu Bekerja Ya Tidak Pengetahuan Kurang Cukup Baik Pola Makan Kurang Kelompok Kasus Kontrol f % f % Total f % pvalue OR (CI 95%) 0,007 5,714 (1,724-18,944) 16 14 53,3 46,7 5 25 16,7 83,3 21 39 35 65 13 6 11 43.3 20 36.7 5 9 16 16.7 30 53.3 18 15 27 30 25 45 0,079 - 14 46,7 5 16,7 19 31, 7 68, 3 0,026 4,375 (1,320-14,504) 16 53,3 25 83,3 41 13 15 2 43,3 50 30 8 12 10 26,7 40 33,3 21 27 12 35 45 20 0.032 - 25 83,3 9 30 34 56, 0,000 11,667 __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 59 Baik 5 16,7 21 70 26 Penyakit Infeksi Ya 1 3,3 0 0 1 Tidak 29 96,7 30 100 7 43, 3 1,7 98, 3 59 (3,384-40,220) 2.034 (1.569-2.637) 1.000 Sumber : Data Primer 2015 Berdasarkan Analisis Multivariat sebagai berikut yang tertera pada Tabel 5 berikut ini: Tabel 5 F Model Analisis Multivariat Mengenai Faktor yang Berpengaruh Dengan Anemia (N=60) Variabel Pola makan Pendapatan ortu Pendidikan Pendidikan (1) Pendidikan (2) Ibu bekerja Pengetahuan Pengetahuan (1) Pengetahuan (2) Dengan B 2,555 1,334 Sig 0,02 0,116 OR (Exp B) 12,868 3,795 95% CI 2,609-63,473 0,719-20,020 1,547 1,055 1,713 0,106 0,273 0,041 4,697 2,871 5,544 0,719-30,690 0,436-18,887 1,068-28,775 2,176 1,988 0,069 0,075 8,815 7,299 0,841-92,426 0,821-64,910 menggunakan metode 0.05, dikeluarkan dari model satu per satu Backward LR, terlihat bahwa nilai variabel dari pvalue yang terbesar dan tidak yang masuk kedalam pemodelan akhir menyebabkan perubahan OR > 10%. adalah variabel yang mempunyai nilai p Hasil pemodelan akhir disajikan dalam value < 0.05 yaitu pola makan dan ibu Tabel 6 beriku ini. bekerja. Variabel yang memiliki p value > Tabel 6 Model Akhir Analisis Multivariat Faktor yang Berpengaruh Dengan Anemia (N=60) Variabel Pola makan Pendapatan orang tua Ibu bekerja Constanta B 2,637 Sig 0,000 OR (Exp B) 13,969 95% CI 3,210-60,793 1,450 0,050 4,261 10991-18,326 1,604 -2,517 0,046 0,001 4,974 1,030-24,032 PEMBAHASAN Anemia merupakan anemia pada siswa SMP di Kelurahan sebetulnya suatu kondisi bukan Leuwigajah dominan dipengaruhi oleh penyakit, pola makan, pendapatan orang tua dan melainkan suatu cermin bahwa terdapat suatu penyakit pada tubuh atau adanya pekerjaan ibu. Mayoritas pola diakibatkan dari makan Berdasarkan kurangnya mengkonsumsi makanan yang penelitian bahwa yang memiliki gangguan pada salah satu fungsi tubuh. hasil salah remaja __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 60 mengandung zat besi dan zat-zat yang pendapatan yang kurang maka orang tua mampu meningkatkan penyerapan zat tidak besi seperti protein dan vitamin C. Remaja memadai pada anggota keluarga (Depkes lebih menyukai mengkonsumsi makanan RI, 2008). di luar rumah dibandingkan dengan di dapat Kondisi memberikan ibu yang gizi bekerja yang akan dalam rumah. Trend remaja saat ini berpengaruh terhadap pola makan dan adalah lebih menyukai makanan instan jenis makanan yang dikonsumsi oleh yang dirasakan lebih enak walaupun anggota keluarga. mengandung gizi yang kurang. dalam waktu yang lama seringkali tidak Ibu yang bekerja Masa remaja berada dalam proses mampu menyiapkan makanan di rumah pembentukan identitas sehingga sangat namun menyediakan uang yang lebih menyukai kepada aktivitas-aktivitas yang anak agar anak membeli dianggap trend saat itu. Makanan cepat makanan di luar rumah (Entin, 2012). saji merupakan makanan yang dianggap Anak remaja akan membeli makanan trend oleh remaja dan gaya hidup remaja yang disukainya yang biasanya tidak (Khomsan, yang memenuhi gizi seimbang. Hal inilah yang dilakukan Sakamaki, Amamoto, Mochida, berpengaruh terhadap timbulnya anemia Shinfuku dan Toyama, (2005) di Jepang pada remaja. dan 2004). Korea bahwa mengkonsumsi Penelitian kalangan remaja makanan tersebut DAFTAR PUSTAKA sebanyak 3-4 kali dalam seminggu yaitu 54% di Jepang dan 50,8% di Korea. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arief, Syam dan Dachlan, Arif, E., Syam, A & Dachlan, D.M 2011. Konsumsi Fast Food Remaja di Restoran Fast Food, Makassar Town Square. Media Gizi Masyarakat Indonesia, 1, 41-45 (2011) bahwa 1 minggu sekali remaja di Makasar mengkonsumsi makanan Brown, J. 2008. Nutrition Through The Life Cycle. USA. Thomson Wadsworth. tersebut dan mereka mengatakan bahwa mengkonsumsi makanan cepat saji dapat menaikkan gengsi mereka. Pendapatan keluarga menjadi salah satu faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan. Tinggi rendahnya Casey, GJ. 2009. A Free Weekly IronFolic Acid Supplementation and Regular Deworming Program is Associated with Improved Hemoglobin and Iron Status Indicators in Vietnamese Women. Biomed Central Public Health Journal. 55(5). 985-988 pendapatan keluarga akan mempengaruhi daya beli keluarga. Dengan pendapatan yang baik menyediakan maka orang kebutuhan tua dapat anak yang Depkes RI, 2006, Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2005, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. sesuai dengan gizinya sebaliknya dengan __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 61 Depkes. 2008. Perbaikan Masyarakat. http://www.depkes.go.id Gizi Entin E. 2012. The Impact of Eating Out on Children's and Adolescents' Nutrition. Archives of Pediatric and Adolescent Medicine Kakkar, R., Kakkar, M., Kandpal, S.D., Jethani, S. 2010. Study of Anemia in Adolescent School Girls of Bhopal. Indian Journal of Community Health. Vol 22 (2) & Vol 23 (1) Khomsan, A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta. Grasindo. McLean, E. 2008. Worldwide Prevalence of Anaemia, WHO Vitamin and Mineral Nutrition Information System, 1993-2005. Public Health Nutrition. 12(4). 444-454 Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2002. Penuntun Diit Edisi Kedua, Bagian Gizi RS Dr. Ciptomangunkusumo dan PERSAGI. Gramedia Pustaka Utama. Sunarko, 2002, Anemia Gizi Status Kini dan Harapan Dimasa Datang , dalam Proseding Widya Karya Pangan dan Gizi. Sakamaki, R., Amamoto, R., Mochida, Y., Shinfuku, N., & Toyama. K., 2005. A Comparative Study of Food Habits and Body Shape Perception of University Students in Japan and Korea. Nutrition Journal, 4, 31. doi:10.1186/1475-2891-4-31 Tarwoto. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta. Salemba Medika Wijiastuti, H. 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Anemia pada Remaja Puteri di Tsanawiyah Negeri Cipondoh-Tanggerang. Depok. FKM. UI WHO. 2008. Worlwide Prevalence of Anaemia 1993-2005. http://wholibdoc.who.int __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 62 PERBEDAAN PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG HIV/AIDS ANTARA METODE BUZZ GROUP DAN METODE BRAINSTORMING TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN SISWA-SISWI SMP THE DIFFERENCE INFLUENCE OF HEALTH PROMOTION ABOUT HIV/AIDS BETWEEN BUZZ GROUP AND BRAINSTORMING METHODS TOWARD THE INCREASING STUDENT’S KNOWLEDGE AT SMP Hj. Reini Astuti, Wulan Novika, dan Nurjen Juniarsyah Program Studi Ilmu Keperawatan (S1) STIKe Budi Luhur Cimahi ABSTRAK Latar Belakang: Hingga saat ini belum ditemukan obat yang efektif untuk HIV/AIDS, maka pencegahan menjadi sangat penting terutama melalui Promosi Kesehatan. Tujuan penelitian : Mengetahui perbedaan pengaruh Promosi Kesehatan tentang HIV/AIDS antara metode Buzz group dan metode Brainstorming terhadap peningkatan pengetahuan Siswa-siswi SMP.Metode penelitian ini menggunakan metode Pre-eksperimen dengan rancangan One Group Pretest Posttest. Sampel sebanyak 59 Siswa-siswi SMP dengan total sampling. Data diperoleh melalui kuesioner kemudian di analisis secara statistik. Hasil penelitian: pada perbandingan tingkat pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan intervensi baik pada kelompok Buzz group maupun pada kelompok Brainstorming diperoleh p value sebesar 0,0001 ( < α 0,05), Tetapi pada perbandingan diantara metode Buzz group dan Brainstorming diperoleh p value = 0,979 > (0,05). Kesimpulan : Tidak ada perbedaan pengaruh Promosi Kesehatan tentang HIV/AIDS antara metode Buzz group dan metode Brainstorming terhadap peningkatan pengetahuan Siswa-siswi SMP. Saran : Institusi STIKes Budi Luhur dapat mencobakan metode tersebut juga metode lainnya dalam penyampaian materi perkuliahan. Kata kunci :Promosi Kesehatan, HIV/AIDS, Buzz group, Brainstorming, Pengetahuan ABSTRACT Background: Until now, it has not been found an effective medicine for HIV/AIDS. Therefore, the prevention being very important especially through Health Promotion. Purpose: The Resesearcher would like to know the difference influence of Health Promotion about HIV/AIDS between Buzz group and Brainstorming methods to increased knowledge from the Students Junior High School. Methode: This Research used pre-experiment research method with One Group Preetest-Posttest Design. the sample used as many as 59 people, namely the students SMP, taken with a total sampling. Data is collected through the questionnaire, and then the analysis with statistics. Result: On the comparison of the knowledge level before and after the intervention in both of the Group that is Buzz group and Brainstorming obtained p value = 0.0001(< α 0,05 ), But in the comparison between method Buzz group and Brainstorming obtained p value = 0,979 > (0,05). Conclusion: There is no difference in effect of Health Promotion about HIV/AIDS between Buzz group and Brainstorming methods to increase knowledge of the Students Junior High School. Suggestion: Budi Luhur Institute of Health Sciences can be experienced such methods as well as other methods of delivering the material in addition to the lecture method during is more often used, it is considered important. Key Word :Health Promotion, HIV/AIDS, Buzz group, Brainstorming, Knowledge __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 63 1. PENDAHULUAN secara kumulatif jumlah kasus HIV/AIDS AIDS merupakan penyakit defisiensi di Jawa Barat sampai dengan 2013 imun yang menjadi masalah epidemik sebanyak 9.340 (laporan Ditjen PP&PL dunia yang serius (Widyanto & Triwibowo KEMENKES RI, 2013), berdasarkan hasil 2013). Hasil studi menemukan bahwa studi pada dua laporan tersebut diatas, sejak kasus bahwa selama kurun waktu 2011 sampai HIV/AIDS terus berkembang pesat, dan 2013, telah terjadi penambahan kasus mencapai puncaknya pada tahun 2010 HIV/AIDS sebanyak kurang lebih 2.655 dengan jumlah kasus infeksi HIV yang kasus (Profil Kesehatan Jawa Barat 2011, dilaporkan sebanyak 21,591 kasus dan Laporan Ditjen PP&PL 2013). pertamakali ditemukan, AIDS sebanyak 6,845 kasus. Menurut Berdasarkan laporan PP & PL Dinas data dari Sub Direktoriat AIDS dan Kesehatan Penyakit Ditjen HIV/AIDS, sampai denagn tahun 2013 Pengendalian Penyakit dan Pengendalian jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan Lingkungan sebanyak 169 kasus, angka tersebut terus menular (PP seksual & PL) Kementrian Kota merangkak tiga tahun 2013 secara kumulatif jumlah sebelumnya. Menut laporan KPA kota orang yang terinfeksi HIV diperkirakan Cimahi, Kasus HIV/AIDS di Kota Cimahi sebanyak 118.787, dari jumlah tersebut tersebar hampir di seluruh wilayah Kota Jawa Barat menempati empat besar (9,26 Cimahi yaitu Cimahi Selatan, Cimahi kasus) Provinsi dengan jumlah infeksi HIV Tengah dan Cimahi Utara, tetapi jumlah terbanyak setelah DKI Jakarta (27,207 kumulatif Kasus), Jawa Timur (15,233) dan Papua yang ditemukan di Kota Cimahi terjadi di (12,76 wilayah Cimahi Tengah yaitu sebesar Sedangkan jumlah kejadian AIDS yang dilaporkan sebanyak 45,650 kasus dengan presentase dari tentang Kesehatan R.I, pada laporan triwulan ke Kasus). naik Cimahi tertinggi tahun-tahun kejadian HIV/AIDS 44,33%. (KPA Kota Cimahi). Mengenai perkembangan kasus terbanyak adalah Papua (7,795%), Jawa HIV/ AIDS di Kota Cimahi, ditambahkan Timur (7,714%), DKI Jakarta (6,299%), Kin Fathudin (2014) selaku pelaksana Jawa Barat (4,131%), Bali (3,798%), Jawa program, populasi yang termasuk berisiko Tengah Barat HIV/AIDS di Kota Cimahi jumlah totalnya (1,699%), Sulawesi Selatan (1,660%), diestimasikan sebanyak 34.428 orang. Banten (0,957%) dan Riau (0,951%). Mereka terdiri atas pelaku hubungan (3,348%), Kalimantan Pada tahun 2013 di Jawa Barat di sesama jenis (homoseksual), PSK temukan sebanyak 2.183 kasus HIV/AIDS langsung, pelanggan PSK, Waria, dan jumlah Pengguna Narkoba Suntik. ini sebelumnya meningkat yaitu pada dari tahun tahu 2012 sebanyak 1.416 kasus HIV/AIDS dan Sekolah merupakan salah satu sasaran dari program program kesehatan. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 64 Program promosi kesehatan di sekolah dapat dijadikan pondasi bagi anak-anak 2. METODE Metode penelitian Pre-eksperimen mendapatkan dengan rancanga One Group Preetest pengetahuan dasar mengenai berbagai Posttest. Disebut Pre-eksperimen karena isu eksperimen jenis ini belum atau tidak semua usia dalam untuk ilmu kesehatan, karena merupakan fokus kehidupan anak selama mempunyai bertahun-tahun, sekolah menjadi tatanan sebenarnya (Notoatmojo, 2010). yang efektif dan hemat biaya untuk program yang berfokus pada kesehatan ciri-ciri eksperimen Adapun bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut: (Kozier, 2010). Promosi kesehatan disekolah Bagan 3.1 Rancangan merupakan langkah yang strategis dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa, sekolah adalah suatu penelitian One Group Pretest Posttest Pretest Perlakuan Posttest 01 02 lembaga yang sengaja didirikan untuk membina dan meningkatkan X kualitas sumberdaya manusia, baik fisik, mental, (Sumber: Notoatmojo, 2013) moral maupun intelektual. (Notoatmojo, 2010) Salah satu metode promosi kesehatan yang menuntut diskusi yang aktif dalam pelaksanaanya adalah metode kelompok-kelompok kecil (Buzz group). Metode buzz group adalah suatu diskusi yang dilakukan dengan cara membagi kelompok yang ada menjadi kelompokkelompok kecil yang kemudian diberi suatu permasalahan, untuk kemudian Variabel Penelitian Variabel Independen adalah Promosi Kesehatan dengan metode Buzz group dan promosi kesehatan dengan metode Brainstorming. Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah pengetahuan Siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP Budi Luhur Kota Cimahi tentang HIV/AIDS didiskusikan (Notoatmojo, 2007). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh Promosi Kesehatan tentang HIV/AIDS antara metode Buzz group dan metode Brainstorming terhadap peningkatan pengetahuan Siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 65 Definisi Operasional seperti tertera pada Tabel 1. Berikut ini: Tabel 1 Definisi Operasional No. 1. Variabel Variabel Dependen: Pengetahuan Siswa-siswi SMP Budi Luhur Kota Cimahi tentang HIV/AIDS Definisi Konseptual Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera. (Mubarak, 2012). Semua Informasi yang diketahui oleh Siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP Budi Luhur Kota Cimahi tentang Pengertian HIV/AIDS, Tanda dan gejala, penularan, pencegahan, Pemeriksaan dan Penatalaksanaan. Angket atau kuesioner yang diguanakan Closed ended questions dengan tipe Multiple Choice (Nursalam, 2013) Baik= jika jawaban benar 76100% Cukup= jika jawaban benar 5675% Kurang, jika jawaban benar <56% (Ari Kunto, 2005) Skala Ordinal Variabel Independen 2. Promosi Kesehatan metode Buzz group metode buzz group adalah suatu diskusi yang dilakukan dengan cara membagi kelompok yang ada menjadi kelompokkelompok kecil yang kemudian diberi suatu permasalahan, untuk kemudian di diskusikan. (Notoatmojo, 2007) Suatu diskusi kelompok yang dilakukan dengan cara memecah kelompok yang ada menjadi 5 kelompok yang masing masing mendiskusikan 1 sub bahasan tentang HIV/AIDS. Kemudian hasil diskusi kelompok kecil dibawa ke kelompok besar untuk kemudian di diskusikan dan diambil kesimpulannya. 3. Promosi Kesehatan Metode Brainstorming Brainstorming merupakan modifikasi dari metode diskusi kelompok. Prisipnya hampir sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya pada metode brainstorming, pada permulaannya Suatu kegiatan diskusi kelompok dengan membahas tentang HIV/AIDS mulai dari pengertian, cara penularan, cara pencegahan, cara dan pengobatan, yang dipimpin oleh 1 ornag (peneliti). Dengan menggunakan hasil pemahaman mereka __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 66 fasilitator memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (Notoatmojo, 2009) sebagai bahan diskusi dengan tetap berpatokan pada konsep yang ada. Populasi Kemudian melakukan intervensi Promosi Populasi dalam adalah Siswa-siswi SMP Cimahi ini Kesehatan dengan metode Brainstorming Budi Luhur untuk kelompok B. Tahap Akhir menyusun penelitian yang berjumlah 59 orang yang laporan dan mempresentasikan. Pengolahan Data meliputi Editing, merupakan semua dijadikan sampel yaitu 59 orang. Teknik Pengumpulan Data yaitu Coding, data langsung dikumpulkan dari siswa- Tabulating. Analisa Data melalui proses siswi SMP Budi Luhur Cimahi dengan bertahap cara angket. bivariat (Notoatmojo, 2010). Data yang Prosedur Penelitian Tahapan Persiapan yaitu proposal membuat Inform meliputi menyusun Consent telah Entry, yaitu diolah Analisia Cleaning, analisis akan Univariat menjelaskan atau entry, dan univariat dan analisis univariat. bertujuan untuk mendeskripsikan kepada responden, membagikan materi karakteristik setiap variabel penelitian, bahan (Notoatmojo, 2010). diskusi, membagi responden menjadi 2 kelompok besar dengan jumlah Etika penelitian dengan Informed masing-masing 30 untuk kelompok A dan Consent, Anonymity, dan Confidentiality. 29 untuk kelompok B, dengan komposisi Adapun Lokasi dan Waktu Penelitian yaitu seimbng antara siswa kelas VII dan VIII, penelitian dilakukan pada SMP Budi Luhur pembagian kelompok ini bekerjasama Cimahi. Waktu Penelitian bulan Mei, dengan pihak sekolah. Kelompok A untuk 2014. Intervensi Buzz group dan kelompok B untuk Melakukan Intervensi Brainstorming. penyebaran kuesioner penelitian yang diberikan kepada seluruh sebagai tahap pre-test. Melakukan intervensi Promosi Kesehatan dengan metode Buzz group untuk kelompok A. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 67 3. Hasil Penelitian a. Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi tentang HIV/AIDS Sebelum Intervensi Buzz group. Tabel 2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi Tingkat Pengetahuan Kurang Cukup Baik Total (Sumber : Data Primer) Hasil Frekwensi 9 8 13 30 Prsentasi 30 % 26,7 % 43,3 % 100 % b. Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi tentang HIV/AIDS Sebelum dilakukan Intervensi Brainstorming Tabel 3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi sebelum Intervensi Brainstorming Tingkat Pengetahuan Kurang Cukup Baik Total (Sumber : Data Primer) Hasil Frekwensi 6 14 9 29 Prsentasi 20,7 % 48,3 % 31,0 % 100 % c. Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi tentang HIV/AIDS Sesudah Intervensi Buzz group. Tabel 4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP Budi Luhur Cimahi Setelah Intervensi Buzz Group Tingkat Pengetahuan Kurang Cukup Baik Total (Sumber : Data Primer) Hasil Frekwensi 4 6 20 30 __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 Prsentasi 13,3 % 20,0 % 66,7 % 100 % 68 d. Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi SMP tentang HIV/AIDS Sesudah Intervensi Brainstorming Tabel 5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi SMP Setelah Intervensi Brainstorming Hasil Tingkat Pengetahuan Frekwensi 1 7 21 29 Kurang Cukup Baik Total (Sumber : Data Primer) Prsentasi 3,4 % 24,1 % 72,4 % 100 % e. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP Budi Luhur Kota Cimahi Sebelum dan Sesudah Intervensi Buzz group. Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Variabel Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Buzz Group Pengetahuan Sebelum Intervensi Setelah Intervensi Skewness -0,577 -0,849 Hasil Standar Error 0,427 0,427 Perbandingan -1.351 -1.988 (Sumber : Data Primer) Tabel 7 Distribusi Rata-rata Pengetahuan Siswa-siswi SMP Sebelum dan Setelah Intervensi Buzz Group Hasil Nilai Variabel Pengetahuan Nilai Gabungan Mean SD SE N Sebelum 13,43 4,014 0,733 30 Setelah 17,27 3,331 0,608 30 P T Value hitung 0,001 -7,037 df Mean SD 29 -3,833 2,984 (Sumber : Data Primer) f. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP Budi Luhur Kota Cimahi Sebelum dan Sesudah Intervensi Brainstorming Tabel 8 Hasil Uji Normalitas Variabel Pengetahuan Sebelum dan Setelah Intervensi pada Kelompok Brainstorming PENGETAHUAN Sebelum Intervensi Setelah Intervensi (Sumber : Data Primer) Skewness -0,703 -0,619 Hasil Standar Error 0,434 0,434 __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 Perbandingan -1,619 -1,426 69 Tabel 9 Distribusi Rata-Rata Pengetahuan Siswa-siswi Sebelum dan Setelah Intervensi Brainstorming Pengetahuan SMP Hasil Nilai Variabel Mean SD SE Sebelum 13,38 3,052 Setelah 17,31 3,106 (Sumber : Data Primer) N 0,567 0,577 29 29 P Value Nilai Gabungan T df Mean hitung 0,001 -6,602 28 -3,931 SD 3,206 g. Uji Beda Dua Mean Independen Tabel 9 Hasil Uji Normalitas Data Rata-rata Kelompok Buzz Group dan Brainstorming Hasil Standar Error 0,311 PENGETAHUAN Skewness Rata-rata -0,381 (Sumber: Data Primer) Tabel 10 Pengetahuan Perbandingan -1,250 Distribusi Rata-rata Pengetahuan Siswa-siswi SMP antara Metode Buzz group dan Brainstorming. Hasil Pengetahuan N Mean SD SE Brainstorming 29 22,03 4,009 0,744 Buzz Group 30 22,07 5,296 0,967 P value 0,979 (Sumber : Data Primer) PEMBAHASAN Hasil Menurut Wahit dan kawan-kawan, pengukuran pengetahuan (2000 dalam Mubarak, 2012) pada hasil penelitian dari masing-masing pengetahuan adalah merupakan hasil kelompok tingkat mengingat satu hal, termasuk mengingat beragam. kembali kejadian yang dialami baik secara Keberagaman tingkat pengetahuan pada sengaja maupun tidak disengaja dan ini responden dalam penelitian ini mungkin terjadi setelah orang melakukan kontak saja terjadi, mengingat banyak faktor yang atau pengamatan terhadap suatu objek mempengaruhi pengetahuan seseorang. tertentu. mempunyai pengetahuan yang Menurut Notoatmodjo (2003) banyak hal Jika kita kaitkan hal ini dengan yang mempengaruhi tingkat pengetahuan pengetahuan Siswa-siswi SMP Budi Luhur diantaranya Cimahi terhadap HIV/AIDS, maka dapat yaitu : pengalaman, lingkungan, dan pengaruh media massa. dijabarkan bahwa pengetahuan Siswasiswi SMP Budi Luhur Cimahi tentang __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 70 HIV/AIDS tergantung dari seberapa sering Menurut J. Guilbert (dalam Siswa terpapar informasi terkait HIV/AIDS. Notoatmodjo, 2010), ada beberapa faktor Keterpaparan yang berpengaruh terhadap suatu proses ini juga sangat erat kaitannya dengan fasilitas, mengingat belajar bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan disamping faktor masukannya pengetahuan atau (2007), menurut salah Notoatmodjo satunya adalah Salah Salah satu fasilitas yang dapat seorang materinya Siswa dalam yaitu promosi faktor metode, fasilitas dan alat bantu yang digunakan. ketersediaanya fasilitas. membuat termasuk satu metode promosi kesehatan yang menuntut diskusi yang terpapar aktif dalam pelaksanaanya adalah metode terhadap informasi kesehatan adalah UKS kelompok-kelompok kecil (Buzz group) (Usaha yang dan Brainstorming. (Notoatmodjo, 2010). dari Tetapi disamping itu ada faktor lain yang puskesmas yang mempunyai peran dan tidak kalah penting menurut J. Guilbert fungsi adalh (dalam Notoatmodjo, 2010), yaitu faktor sebagai sarana promosi kesehatan di individu itu sendiri. Artinya dalam satu lingkungan sekolah. kelompok diskusi dengan metode, materi Kesehatan merupakan Sekolah) perpanjangan tertentu, salah tangan satunya Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan siswa hasil pengetahuan yang sama, hal ini dilakukan karna ada faktor dalam diri seseorang intervensi pada kedua kelompok (Buzz baik fisiologis maupun psikologis yang group bisa jadi berbeda antara satu orang tentang pada penegtahuan dan fasilitas yang sama, tidak menjamin HIV/AIDS dan setelah Brainstorming) didapatkan informasi bahwa terjadi perubahan tingkat pengetahuan intervensi pada baik kedua buzz dengan yang lainnya. kelompok group maupun Terdapat persentase perubahan besaran tingkat pengetahuan, baik Barainstorming. Begitupun pada kelompok pada tingkat pengetahuan baik, cukup intervensi Brainstormin. Jika hasil tersebut maupun kita bandingkan dengan hasil pengukuran pengukuran setelah dilakukan intervensi, pengetahuan tingkat sebelum dilakukan kurang, dimana pengetahuan pada siswa hasil dengan intervensi, maka akan terlihat adanya kategori baik cenderung meningkat baik perubahan kearah peningkatan tingkat pada kelompok pengetahuan, hal ini dapat kita lihat dari Brainstorming. Tetapi hal ini tidak serta- meningkatnya memiliki persentase pengetahuan menurunnya persentase Buzz group maupun siswa yang merta bisa menyatakan bahwa intervensi baik dan tersebut dapat memberikan perubahan siswa yang mempunyai pengetahuan kurang. atau peningkatan pengetahuan yang bermakna. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 71 4. Kesimpulan dan Saran metode promosi kesehatan yang dapat Simpulan penelitian ini adalah: 1) Kurang dari mempunyai yang 50% siswa tingkat baik di sebagai bekal mereka di yang lapangan. Diharapkan peneliti selanjutnya pengetahuan akan banyak penelitian terkait promosi dilakukan kesehatan, baik terkait metode maupun sebelum Intervensi diguakan masing-masing faktor-faktor lainnya. kelompok, baik pada kelompok Buzz group maupun Brainstorming. 2) Terjadi Perubahan Daftar Pustaka tingkat pengetahuan ke arah peningkatan pada masing-masing kelompok setelah dilakukan intervensi. 3) Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat pengetahuan sebelum dan Intervensi kelompok setelah pada masing-masing (kelompok maupun dilakukan Buzz pada Brainstorming) group kelompok dengan P Value masing masik kelompok Intervensi sebesar 0,0001 ( < α 0,05). 4) Tidak ada Promosi perbedaan pengaruh Kesehatan tentang Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: Rienka Cipta Kozier, Barbara., dkk. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol 1. Jakarta: EGC Kumboyono, E.P. Lestari. (2004). Perbedaan Pengaruh Pendidikan Seks dengan Metode Simulasi dan Diskusi Kelompok Terhadap Sikap Remaja pada Upaya Pencegahan Perilaku Seka Menyimpang. Majalah Keperawatan, 5 (10), 136142 Laporan Ditjen PP & PL, Dinas Kesehatan Kota Cimahi, (2013) Laporan HIV/AIDS Kota Cimahi tahun 2013 HIV/AIDS antara metode Buzz group dan metode Brainstorming terhadap peningkatan pengetahuan Siswa- siswi Kelas VII dan VIII Luhur Kota Cimahi SMP Budi tahun 2014, dengan p value = 0,979 > (0,05). Notoatmojo, Soekidjo., dkk. Promosi Kesehatan Jakarta: Rienka Cipta (2013). Global. Profil Kesehatan Jawa Barat, (2011), Bandung: Dinkes Jabar Saran Metode promosi kesehatan dalam penyampaian Notoatmojo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rienka Cipta mata kuliah diharapkan penyampaian materi akan lebih efektif, selain itu juga mahasiswa akan lebih mengerti dan mengetahui macam-macam Riyanto, Agus. (2009). Pengolahan dan Analisa Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Saputra, Nazarwin. (2011). Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 72 HIV/AIDS dengan Metode Curah Pendapat dan Metode Ceramah Menggunakan Media Audiovisual Terhadap Pengetahuan Siswa SMAN 4 Tanggerang Selatan, Skripsi, Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh Siswanto, Hadi. (2010). Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka Rihama Sertifikasi Pengolahan Data Untuk Analisis Penelitian Kesehatan. Cimahi: STIKes Budi Luhur Cimahi. Trihariani, Mira, DKK. (2009). Braibstorming dan Demonstrasi Merubah Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Makanan Tambahan. Ners Journal Jurnal Ners, 4 (2), 164-169 STIKes Budi Luhur Cimahi & Bandung Insan College. (2013). Modul __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 73 HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERAN ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN) THE CORRELATION OF KNOWLEDGE ABOUT PARENTAL ROLE WITH THE CHILDREN GROWTH ON PRE-SCHOOL AGED (3-5 YEARS OLD) Windasari Aliarosa, Sri Wahyuni, dan Desy Widianti Program Studi S1 Keperawatan STIKes Budi Luhur ABSTRAK Peran orangtua dalam membentuk sebuah karakter seorang anak sangat dibutuhkan karena orangtua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang peran orangtua dengan perkembangan anak usia pra sekolah (3-5 tahun). Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitan Analitik Korelasional dengan pendekatan Coss Sectional Study. Sampel sebesar 56 responden. Hasil penelitian dida[kan 50% responden memiliki pengetahuan kurang sebanyak 28 responden terhadap peran orangtua , 57% responden memiliki perkembangan yang normal sebanyak 32 anak. Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang peran orangtua dengan perkembangan anak usia pra sekolah (3-5 tahun) dengan nilai value=0,758 ( value > ) 0,05. Maka Ho diterima, berarti tidak terdapat hubungan antara pengetahuan peran orangtua dengan perkembangan anak. Simpulan bahwa bukan hanya pengetahuan orangtua saja yang mempengaruhi perkembangan anak, ada beberapa hal yang mempengaruhi yaitu pendidikan, pengalaman, kepercayaan, umur, dan pekerjaan. Kata kunci: pengetahuan tentang peran orangtua dan perkembangan anak ABSTRACT The role of parental is the person attitude the form of a child character because parents have a responsibility to educate, nurture and guide their children to reach certain staged which delivers their child to be ready in the life of society. The growth process often stimulates faster at the pre school aged 3-5 years old to get help from parents who have a good attitude and knowledge that can help child to restore or to reach a level of balance. The purpose of this research is to know the correlation of the reseach was taken at kindergarten of Kutawaringin Distric in Bandung Regency in 2014. This research use descriptive method correlational with cross sectional study and the research simple random sampling method, it is used to test the validity of a variable knowledge of parents. This research was conducted againt 56 respondens with reviewed from parents who had children aged 3-5 years old in Kindergarten places of research. Result of research with the number of sample as many 56 respondents, there were 50% respondents. Who had less knowledge of the role of parents and there were 57% of the respondents had normal growth as many as 32 respondents. There was no correlation between knowledge of the role of parents with pre-school age children growth (3-5 years old) in Kindergarten Kutawaringin District of Bandung Regency 2014 with ρ value = 0,758 (ρ value > α) with the specified level of significance of a 0.05. Then Ho is accepted, it means that there is no correlation between parental roles with knowledge of child growth from the results it can be concluded that not only the knowledge that parents affect children growth, there are some things that affect are the education, experiences, beliefs, age, and occupation. Key words: knowledge about the role of parents and children growth __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 74 1. PENDAHULUAN perkembangan secara optimal (Komara, Periode penting dalam 2007), Jika terjadi gangguan pada masa perkembangan anak adalah usia pra ini, sekolah, yang berusia 3-5 tahun, sebab menetap, pada masa ini, pertumbuhan dasar akan mengenal mempengaruhi menentukan perkembangan selama periode ini (deteksi perkembangan anak selanjutnya. Pada dini) dan menanganinya secara terpadu usia dan professional (Soetjiningsih, 2010). pra dan sekolah kemampuan kesadaran ini perkembangan berbahasa, sosial, kreativitas, emosional maka gangguan tersebut sehingga amat gejala Berdasarkan akan penting gangguan hasil studi dan pendahuluan yang telah dilakukan penulis intelegensia berjalan sangat cepat dan bahwa di tiga Taman Kanak-kanak atau merupakan (TK) landasan perkembangan berikutnya (Zenko, 2010). di Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung sejumlah masing- Dalam proses perkembangan anak masing 10 siswa dari setiap TK dengan usia pra sekolah, maka peranan orangtua melakukan observasi dengan menilai 4 sangat penting. Peran utama orangtua aspek yaitu sosial, motorik kasar, bahasa dan, motorik sebagai organizing modeling, dan mentoring, teaching. Peranan perkembangan halus ternyata yaitu interaksi setiap anak orangtua menggambarkan seperangkat perkembangannya perilaku kegiatan, anak yang perkembangannya cepat ada yang berhubungan dengan individu dalam juga yang perkembangannya lambat yang posisi dan situasi tertentu (BKKBN, 2007). ditandai dengan interaksi sosial anak yang Hubungan dengan meliputi: anak yang berprilaku tertutup perkembangan pada anak dapat dilihat (introvert), merasa lebih nyaman sendiri dari perkembangan anak yang berhasil dan melakukan apapun sendiri (autis), sesuai dengan tahapannya didukung oleh dan beberapa faktor, temannya sendiri (agresif), dan tidak mau eksternal. Dukungan interpersonal, peran sifat, orangtua baik internal eksternal dan dapat perduli cenderung dengan berbeda-beda, mencelakai teman ada teman sebayanya berasal dari orangtua dan lingkungannya, sebanyak 28%, motorik halus diantaranya pola meliputi: anak yang belum dapat menulis, hubungan keluarga, peran dan fungsi memotong bentuk sederhana,membuat keluarga, dukungan lingkungan rumah segi empat, meniru tulisan, membuat dan bentuk-bentuk adalah sekolah dan pola asuh, beberapa faktor yang sebanyak 18%, motorik pendukung lainnya. Orangtua merupakan kasar diantaranya: melompat dengan satu lingkungan yang terdekat dengan anak, kaki, memiliki peranan dan fungsi yang besar mengendarai dalam mendukung ketercapaian tugas garis sebanyak 20%, dan bahasa yang melempar bola sepeda, __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 diatas kepala, berjalan diatas 75 meliputi: keterlambatan bicara (speech 2. METODE PENELITIAN delay), gagu sebanyak 5%. Adapula anak Penelitian ini menggunakan desain anak yang mau berinteraksi dengan baik deskriptif korelasional yaitu variable yang dan teman berusaha untuk menggunakan hubungan sebayanya serta anak yang aktif dalam korelatif antar variabel. Hubungan korelatif kegiatan belajar di dalam kelasnya, bisa mengacu pada kecenderungan bahwa memotong bentuk sederhana, menulis, variasi suatu variabel diikuti oleh variabel menangkap bola sebanyak 29%. yang sangat perduli dengan Dari hasil wawancara pada orangtua lain. Dengan demikian, pada rancangan penelitian korelasional peneliti siswa dan sumber data sekunder dari melibatkan arsip biodata orangtua didik tahun 2014, dengan didapatkan bahwa karakteristik pendidikan dimana menekankan waktu pengukuran/ orangtua pada penelitian ini 7 orang observasi data variabel independen dan berpendidikan SD, orangtua dependen hanya satu kali pada satu saat. berpendidikan SMP, orang Pada jenis ini, variabel dependen dan 4 12 paling tidak pendekatan cross sectional independen yang pendidikannya Perguruan Tinggi Dengan studi ini akan diperoleh prevalensi (PT) sebanyak 5 orang. Dan dari 10 atau orangtua, 4 orangtua menyatakan bahwa Independen) dan dihubungkan dengan saat bermain, anak tidak dibiarkan main penyebab (variabel dependen) (Nursalam sendiri, 2013). karena orangtua takut kalau anaknya akan terluka saat bermain atau suatu pada variabel berpendidikan SMA, sedangkan orangtua efek dinilai dua fenomena Variabel penelitian (variabel menggunakan dua orangtua lainnya menyebutkan bahwa (independen) mereka membiarkan anaknya bermain tentang peran orangtua, dalam hal ini dengan penulis menetapkan orangtua adalah ibu yang mereka inginkan, Variabel adalah pengetahuan atau bermain agar anak punya banyak teman orangtua adalah ayah atau ibu yang dan ingin melihat anaknya merasa senang menjadi figur atau contoh yang akan dan ceria. Tujuan penelitian ini untuk selalu ditiru oleh anak-anaknya. Variabel mengetahui terikat (dependen) adalah perkembangan pengetahuan tentang peran hubungan orangtua dengan perkembangan anak usia pra sekolah (3-5 tahun). Menurut bebas mereka sengaja membiarkan anaknya adanya ayah. yaitu saat. bertengkar dengan teman sebayanya, 6 apa variabel, suatu Mardiya (2006), anak usia pra sekolah (3-5 tahun). Definisi operasional berikut ini pada Tabel 1 berikut ini: __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 76 Table 1. Definisi Operasional No Variabel 1 Pengetahuan tentang peran orangtua 2 Perkembangan anak Definisi Konseptual Definisi Operasional Alat Ukur Cara ukur merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang berkaitan dengan kekuasaan/wewenang serta dalam rangka pelaksanaan tugastugas sebagai orangtua sebagaimana yang diharapkan karena kedudukannya dapat memberi pengaruh/perbuatan untuk anaknya (Hendro, 2008). Bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai proses pematangan dari selsel tubuh yang berkembang sehingga masing-masing memenuhi fungsinya, contohnya perkembangan emosi,intelektual,tingk ah laku sebagai interaksi dalam lingkungan (Soetjiningsih, 2010). Wawasan harus diketahui orangtua dalam hubunganya dengan perkembangn anak tentang pendidikan, budaya, ekonomi, kebebasan dan emosi Kuesioner Angket 1. Baik jika nilainya 76%100% (bila menjawab benar 13-17 pertanyaan). 2. Cukup jika nilainya 56%75% (bila menjawab benar 9-12 pertanyaan). 3. Kurang jika nilainya < 56 (bila menjawab benar <8). (Nursalam, 2011). Ordinal Suatu proses yang menunjukan perubahan yang sistematis, dan berkesinambungan dan berkelanjutan dalam setiap diri individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangan diantaranya proses interaksi sosial, bahasa, motorik kasar dan motorik halus. Format DDST Observasi 1. Abnormal (jika didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih). 2. Meragukan (jika pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih). 3. Tidak dapat ditest (jika terjadi penolakan). 4. Normal (jika semua yang tidak tercantum dalam kriteria diatas). (William K.F, 2010). Ordinal Populasi dalam penelitian ini adalah Hasil ukur Skala ukur Teknik Pengumpulan Data dengan semua orangtua (ibu atau ayah) dan anak menyebarkan yang bersekolah di tiga TK di Wilayah tentang peran orangtua secara langsung Kutawaringin Kabupaten Bandung yaitu kepada TK Safira Bunda, TK Growina dan TK pertanyaan tertulis yang digunakan untuk Mutiara sebanyak 125 orang. Sampel memperoleh pada penelitian dihitung menggunakan pengetahuan tentang peran Ibu atau rumus Ayah. simple dengan random menggunakan tehnik sampling, yaitu dengan kuesioner responden Peneliti cara data pengetahuan yang atau meminta memberikan berupa informasi persetujuan informed pengambilan sampel secara acak sebesar consent untuk disetujui oleh responden, 56 responden. setelah responden setuju maka peneliti __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 77 memberikan kuesioner untuk diisi dengan saat melakukan aktivitas penelitian yang cara kuesioner melibatkan kepada kebebasan sedang kebebasan dari eksploitasi, keuntungan mengisi kuesioner didampingi oleh peneliti dari peneliti tersebut dan resiko yang karena dikhawatirkan responden tidak didapatkan (Polit dan Hungler, 2000). mengerti atau memahami soal dalam Sebagai kuesioner tersebut. mendasar membagikan tentang peran responden. lembar orangtua Responden yang responden, dari salah meliputi adanya satu bagi ancaman, tanggung peneliti, jawab sebelum Prosedur Penelitian meliputi Tahap melakukan penelitian, perlu ada surat izin Persiapan dengan penyiapan surat izin kepada kepada kepala sekolah di tiga TK penelitian, dan di Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Tahap akhir menyusun laporan hasil Bandung setelah mendapat persetujuan penelitian. Pengolahan data dilakukan barulah dengan tahap berikut (Notoatmodjo, 2012) dengan memenuhi beberapa prinsip etik : Editing, sebagai Tahap pelaksanaan, Coding, Processing, dan peneliti melakukan berikut :Right analisis univariat dan analisis bivariat dignity, berdasarkan buku Arikunto (2010). Uji confidentiality, Right to protection from kemaknaan discomfort and harm, Beneficience, dan dengan menggunakan α = 0,05 dan Confidence Interval (CI) 95%. Chi-Square digunakan untuk menguji secara silang hubungan pengetahuan tentang peran to privacy self- determination, Right to to Cleaning. Analisis penelitian dilakukan dilakukan Right penelitian anonymity and and Justice. Lokasi Penelitian ini dilakukan penulis di TK Safira Bunda, TK Growina orangtua dan TK Mutiara. Dimana waktu pelaksaan dengan perkembangan anak usia pra dilakukan pada bulan Juli 2014 - Maret sekolah (3-5 tahun) di tiga TK. tahun 2015. Etika penelitian adalah suatu system yang harus dipatuhi oleh setiap peneliti 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis univariat didapatkan hasil sebagai berikut: a. Pengetahuan Hasil penelitian Gambaran Pengetahuan tentang Peran Orangtua pada Anak Usia Pra Sekolah (3-5 tahun), tertera pada Tabel 2. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 78 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Peran Orangtua dengan Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah (3-5 tahun). Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total Sumber : data primer 2015 Jumlah N 25 3 28 56 Persentase 45 5 50 100 b. Perkembangan Hasil penelitian Gambaran Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah (3-5 tahun) tertera pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah (3-5 tahun) Perkembangan Abnormal Meragukan Tidak dapat di tes Normal Total Sumber : data primer 2015 Berdasarkan Analisis Jumlah N 10 11 3 Persentase 32 56 57 100 bivariat 18 20 5 dengan tingkat kemaknaan 5% (α = 0,05) dilakukan untuk mengetahui hubungan dengan antara hubungan dikatakan bermakna apabila p variabel pengetahuan independen tentang peran yaitu orangtua value ketentuan < 0,05 sebagai dan berikut hubungan : tidak dengan perkembangan anak usia pra bermakna p value > 0,05. Hasil analisis sekolah (3-5 tahun). Analisis dilakukan bivariat dapat dilihat dari gambaran yang dengan menggunakan uji chi square disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Hubungan Pengetahuan tentang Peran Orangtua Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah (3-5 tahun) Pengetahuan Abnormal Meragukan Baik Cukup Kurang Total n 4 0 6 10 n 6 0 5 11 % 16 0 21 18 % 24 0 18 20 Perkembangan Tidak dapat ditest n % 2 8 0 0 1 4 3 5 dengan Total P Value Normal n % 13 52 3 100 16 57 32 57 n 25 3 28 56 % 100 100 100 100 0,758 Sumber : data primer 2015 __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 79 Pembahasan maksud lain-lain disini bisa berarti tidak Hasil penelitian menunjukan bahwa tersebut responden bekerja/ibu rumah tangga. yang Pengetahuan orangtua cukup bisa di berpengetahuan kurang tentang peran karenakan beberapa faktor diatas telah orangtua dengan perkembangan anak terpenuhi namun ada juga beberapa usia pra sekolah, selain itu masih terdapat faktor responden yang berpengetahuan baik dan diantaranya: sedikit pengalaman merupakan suatu cara untuk responden yang memiliki lain yang mempengaruhinya Pertama pengalaman, pengetahuan cukup, ada beberapa hal memperoleh yang pengetahuan, baik itu dari pengalaman mempengaruhi responden kurang pengetahuan yaitu: suatu kebenaran Pertama diri sendiri maupun pengalaman orang pendidikan, makin tingkat lain. Hal tersebut dikarenakan dengan pendidikan seseorang, maka makin cara pengulangan kembali pengalaman mudah menerima tinggi informasi sehingga yang diperoleh dalam memecahkan makin banyak pula pengetahuan yang permasalahan yang dihadapi, bila berhasil dimiliki, yang maka orang akan menggunakan cara kurang akan menghambat perkembangan tersebut. Kedua kepercayaan, sikap untuk sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru menerima yang akan diperkenalkan, pada penelitian pendirian tanpa menunjukan sikap atau ini responden anti kepercayaan. Seseorang menerima berpendidikan adalah SMA. Kedua umur, kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dengan bertambahnya umur seseorang dan tanpa adanya pembuktian terlebih maka yang dahulu. Kepercayaan berkembang dalam didapatkannya pun akan semakin banyak masyarakat yang mempunyai tujuan dan sehingga tingkat pengetahuannya pun kepentingan yang sama dan sikap dan akan kebiasaan orangtua, Ketiga faktor budaya, sebaliknya lebih dari pendidikan setengah kumpulan informasi meningkat, dalam penelitian suatu pernyataan sebagian besar umur orangtua yaitu umur banyak 31-40 tahun.Ketiga pekerjaan orangtua, menganggap bahwa mengekang anak interaksi dengan akses lebih baik daripada membebaskan anak informasi yang seseorang, bermain dengan keinginannya sendiri. Hal semakin banyak seseorang berinteraksi ini yang biasanya masih sering ditemukan dengan orang lain dalam pekerjaan, maka dilingkungan sekitar (Notoatmodjo, 2012). banyaknya diterima semakin banyak pula informasi yang diperoleh, sehingga meningkat dalam orangtua Hasil yang atau penelitian bahwa masih tersebut pengetahuannya menunjukan penelitian ini memiliki perkembangan baik namun ada kebanyakan orangtua bekerja lain-lain, juga responden yang memiliki masalah perkembangan responden seperti __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 yang abnormal, 80 meragukan dan bahkan tidak dapat dites. menguntungkan Faktor sosial anak. yang mempengaruhi bagi perkembangan perkembangan adalah pola pertumbuhan Kedua keutuhan keluarga, apabila anak secara normal antara anak yang salah satu dari unsur-unsur keluarga tidak satu dengan yang lainnya pada akhirnya ada misalnya ibu atau ayah (baik karena tidak selalu sama, karena dipengaruhi meninggal atau bercerai) maka keluarga oleh interaksi faktor internal seperti faktor tersebut genetik, perbedaan ras, hormon serta keluarga utuh lagi. Disamping itu ada juga faktor eksternal seperti saat kehamilan, keutuhan dalam interaksi yaitu adanya proses interaksi sosial yang wajar (harmonis) lahiran (Soetjiningsih, 2010). tidak bisa sebagai Selain itu faktor lain yang menyebabkan ketidak anak memiliki perkembangan yang kurang berpengaruh negatif bagi perkembangan baik yaitu dari peranan orangtua yang seorang anak. kurang baik dalam mendidik, mengasuh dan mengendalikan anak, utuhan dikatan Ketiga keluarga sikap dan tentunya kebiasaan sehingga orangtua, cara-cara dan sikap orangtua mengakibatkan anak terlihat pasif dan dalam pergaulannya memegang peranan tidak mau bergabung dengan teman- yang cukup penting dalam perkembangan temannya yang lain . Badan Keluarga seorang Berencana (2007). membuktikan hal ini dan disimpulkan Hal ini menunjukan bahwa bukan makin anak, otoriter beberapa penelitian orangtuanya, makin hanya pengetahuan orangtua saja yang berkurang ketidak taatannya tetapi makin mempengaruhi perkembangan anak, ada banyak timbul ciri-ciri pasifitas, kurangnya beberapa faktor lain yang mempengaruhi inisiatif daya tahan berkurang dan penakut yaitu : Pertama status sosial ekonomi, dan juga sebaliknya apabila orangtua dalam hal ini status sosial ekonomi memiliki sebuah keluarga bukanlah faktor mutlak menimbulkan dalam perkembangan sosial manusia, penakut lebih giat dan bertujuan. Keempat namun paling tidak hal ini memberi status anak, yang dimaksud disini apakah sumbangan bagi perkembangan sosial dia anak tunggal anak sulung ataupun seseorang, yang anak bungsu di dalam keluarga, seorang dibesarkan dengan kondisi perekonomian anak tunggal perkembangannya berbeda yang cukup maka dia akan mempunyai dengan yang bukan anak tunggal, anak kesempatan untuk tunggal cenderung egosentris, memiliki saja keinginan untuk berkuasa, anak yang seorang anak dilahirkan di tengah-tengah memiliki saudara lebih aktif dan berambisi keluarga yang berkecukupan namun tidak dibandingkan dengan anak tunggal yang harmonis tentunya hal ini tidak akan pasif dan kurang mau berusaha hal ini di seorang yang mengembangkan anak lebih diri tapi luas bisa sikap demokratis ciri-ciri __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 inisiatif, akan tidak 81 dasarkan kenyataan ketika anak pertama memiliki perasaan dan Berdasarkan hasil penelitian yang diperhatikan orangtua uang lebih besar telah penulis lakukan, maka saran yaitu daripada dapat anak dihargai Saran yang kedua dan dilakukan penyuluhan bahwa seterusnya. Anak berikut justru merasa pendidikan itu sangat penting terutama harus lebih giat berjuang memperoleh dalam penghargaan dari pengetahuan tentang perkembangan anak orangtuanya sebesar yang telah diterima di TK Safira Bunda, TK Growina dan TK oleh kakak pertama (Soetjiningsih, 2010). Mutiara. dan perhatian Jika orangtua tidak memperhatikan perkembangan anak memberikan stimulus perkembangan maka mengalami dan tidak membantu Diharapkan memberikan orangtua dapat menjalankan peranannya dalam mendidik, mengatur dan mengendalikan anak terhadap dengan baik serta mengasah kemampuan akan yang dimiliki anak dengan memberikan dalam pelatihan kepada orangtua dengan cara anak keterlambatan perkembangan begitupun sebaliknya jika pengukuran orangtua memperhatikan dan memberikan menggunakan format DDST ( Denver stimulus pada anak maka perkembangan Development Screening anak akan baik. bertujuan agar orangtua dapat mengukur dan 4. SIMPULAN DAN SARAN dapat disimpulkan bahwa : responden yaitu dari sebanyak setengah responden normal sebanyak 32 responden terdapat bermakna tentang hubungan antara peran motorik kasar/halus, agar perkembangan yang pengetahuan orangtua dengan perkembangan anak usia pra sekolah (3-5 tahun) dengan nilai p value = 0,758 (ρ value > α =0,05). DAFTAR PUSTAKA 28 memiliki perkembangan anak yang 3) Tidak anak terhadap responden. 2) Lebih perkembangan memiliki perkembangan anak usia pra sekolah tahun) ) yang anak terpantau. pengetahuan yang kurang (3-5 mengetahui Test anak mulai dari perilaku sosial, bahasa dan Berdasarkan analisis data maka 1) Mayoritas perkembangan Alimul Hidayat, Aziz. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Alimul Hidayat, Aziz. (2011). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 82 Astuti, Erna. (2009). Kemampuan Bersosialisasi Anak Usia Pra Sekolah. Skripsi, Universitas Muhamadiah Surakarta. Mardiya, (2006). Pendidikan Kita, Tinjauan Ke Depan. Jurnal Wahana Pendidikan UTY. Vol I No.1. Badan Keluarga Berencana. (2007). Bahan Penyuluhan Gerakan Bina Keluarga Balita Kelompok Umur 05 tahun. Bandung. Mardiya, (2009) . Tinjauan Ilmiah: Peranan Orangtua dalam Pembentukan Karakter dan Tumbuh Kembang Anak. http://mardiya.wordpress.com. Diakses pada 17 Juli 2015. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (2008). Membentuk Karakter Anak Melalui Kelompok Bina Keluarga Balita (BKB). Jakarta. Ball, J.W. (2007). Pediatric Nursing Caring For children. New Jersey : Pearson Education Inc. Billah (2001). Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Bumi Askara. Candra, Budiman. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Dinas Kesehatan Kota Bandung, (2013), Profil Dinas Kesehatan Kota Bandung, Jawa Barat. Tahun 2013. Frankenburg W.K., and Doods B.J. (2010). Manual Denver II. UGM: Yogyakarta. Friedman, M. dkk. (2008). Family Nursing Fifth Edition. Amerika: Pearson Education. Friedman, Marylin M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktek. Jakarta: EGC. Gerungan, WA. (2008). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama. Komara, Endang., (2007). Model Bermain Peran dalam Pembelajaran Partisipatif, http://dahliahmad.blogspot.com/2009/03/mod el-bermain-peran-dalam pembelajaran_29.html diakses pada 23 Januari 2012. Murwani, A. (2008). Asuhan keperawatan Keluarga (Konsep dan Aplikasi Kasus). Yogyakarta: Mitra Cendekia Press. Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam,(2012). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Kepera watan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penel itian Keperawatan. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika, hal: 56. Nursalam, (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Papalia, E. D., Olds, W. S., Feldman, D, R., (2004). Human Development (Tenth Edition). New York: Mc. Graw Hill. Polit & Hungler (2000). Nursing Research principles and Methods. Philadhelpia: WB Saunders Lippinacoot. Prianto(2009). Kesehatan Jiwa Sebagai Prioritas Global. Jakarta: Refika Aditama. Riyanto, A. (2010). Pengolahan Data dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 83 Saputra dan Rudiyanto (2008). Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK, Jakarta : Depdiknas Sayogo (2008). Gizi dan Pertumbuhan Remaja, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Shaffer, R, david. (2006). Social and Personality Development (5th Edition). USA: Thomson Learning Inc. Sugiyono, Dr. (2010). Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: ALFABETA. Sugiyono, Dr. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA. Suherman (2010). Etika Profesi Keguruan Bandung : PT Refika Aditama Sukandar, E., (2006). Neurologi Klinik Anak. Edisi ketiga. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian Ilmu. Soekirman, Thaha R., Hardiansyah, Hadi H dan Atmarita, (2010). Sehat dan Bugar anak Berkat Gizi Seimbang. Kompas Gramedia Group, Jakarta. Wahidin Sunarko. (2008). Psikologi Pengajaran dan Penerapan Pada Peserta Anak. Surabaya. Pustaka Ilmu. Soetjiningsih, (2007). Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto. Wawan, A dan Dewi, M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap dan Perilaku Manusia.. Yogyakarta : Nuha Medika. Soetjiningsih, (2010). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak. Jakarta :Sagung Seto. Widodo, Dwi Putro. Taslim, S Soetomenggolo (2010). Perkembangan Normal pada Anak dan Kelainannya. Sari Pediatri: Vol. 2 (3): 139-145. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 84 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.E DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN PADA BALITA UMUR 1,5 TAHUN AKIBAT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT FAMILY NURSING CARE IN FAMILY Mr.E S WITH BREATHING SYSTEM DISORDERS IN CHILDREN AGE 1.5 YEARS DUE TO ACUTE RESPIRATORY INFECTIONS Ijun Rijwan Susanto, Afrieani Deasy, dan Rukman Rudi Anjani Program Studi S1 Keperawatan STKes Budi Luhur Cimahi ABSTRAK Latar Belakang: Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) saat ini di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup pada golongan usia balita. Tujuan Penulisan: Memberikan asuhan keperawatan pada keluarga yang menderita ISPA meliputi aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Metode Penelitian: Rancangan penelitian ini adalah deskriptif dengan studi kasus menggunakan metode pengumpulan data melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi literatur dan studi kepustakaan. Hasil Penelitian : Asuhan Keperawatan dilakukan pada keluarga Tn.E dengan anggota keluarga yaitu An.Y mengidap ISPA dari hasil pengkajian ditemukan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif, pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan, kurang pengetahuan, resiko penularan penyakit. Tindakan keperawatan yang penulis lakukan antara lain memberi pendidikan kesehatan mengenai penyakit ISPA, cara perawatannya, nutrisi yang adekuat serta kriteria rumah sehat. Mendemonstrasikan cara perawatan sederhana yaitu postural drainage dan nebulizer sederhana. Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 14 hari masalah keperawatan dapat teratasi semua, namun masih perlu adanya kerjasama dengan petugas puskesmas dan kader setempat untuk menunjang keberhasilan asuhan keperawatan.Simpulan: Rekomendasi ditujukan pada keluarga klien agar memperhatikan klien dan tetap mempertahankan apa yang telah diajarkan. Kata kunci : Deskriptif, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ABSTRACT Background: Disease acute respiratory infections (ARI) is still a major health problem in developing countries with under-five mortality of 40 per 1,000 live births per year in children under five age group. Purpose: Obtaining real experience in conducting and providing nursing care to the families affected by ARI include aspects of biological, psychological, social and spiritual.Methods: The study design was a descriptive case study using the method of collecting data through interviews, observation, physical examination, literature and literature studies.Results: Nursing conducted on Mr.E families with a family member suffering from acute respiratory infection that is An.Y of assessment results found nursing problems ineffective airway clearance, fulfillment of the needs of poor nutrition, lack of knowledge, the risk of disease transmission. Nursing actions by the author, among others, provide health education about respiratory disease, how to treat them, as well as adequate nutrition criteria for healthy homes. Demonstrate how a simple treatment that postural drainage and simple nebulizer. After performing nursing care for 14 days no nursing problems are not resolved but there is still need for cooperation with the attendant health centers and local cadres to support the success of nursing care. Conclusion: Recommendations addressed to the client's family to pay attention to clients and still maintain what has been taught. South Cimahi to health centers in order to provide the infrastructure is more complete and helped to monitor and observe the children aged 1-4 years with special problems. Keywords: Descriptive, Acute Respiratory Infection (ARI) __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 85 1. PENDAHULUAN tahun dari Januari 2014 sampai Desember Tingkat kesehatan penduduk Jawa Barat terkait masalah lingkungan bisa ditinjau dari banyaknya penduduk yang mengalami sakit yang dirinci menurut jenis penyakitnya, khususnya penyakit yang di akibatkan oleh buruknya kualitas udara. Penyakit-penyakit tersebut antara lain adalah penyakit ISPA. Berdasarkan data dari BPS Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2010 sebesar 47,44% masyarakat menderita penyakit ispa, 17,47% menderita penyakit panas, 8,67% menderita sakit kepala, 2,73% menderita sakit gigi, 2,55% menderita penyakit perut (diare/buang air) dan sebesar 21,14% menderita penyakit lainnya. (http:ppejawa.com/kesehatan masyarakat (Di peroleh pada tanggal 08/04/2015). Berdasarkan data yang penulis peroleh dari Puskesmas Cimahi Selatan selama 1 2014, ISPA merupakan penyakit terbesar setelah hipertensi dan penyakit gigi jaringan periodontal yaitu 26,9%. Menurut data Laporan Bulanan Program P2 ISPA Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi tahun 2014, jumlah penduduk usia balita yang mengidap ISPA sebanyak 510 balita atau 14,3 % dengan prevalensi 259 orang laki-laki dan 251 orang perempuan dan sebanyak 235 orang usia < 1 tahun mengidap ISPA dengan perbandingan laki-laki 136 orang dan 99 orang perempuan. Data ini menunjukan bahwa ISPA lebih banyak terkena pada usia balita dibandingkan dengan usia bayi. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn.E yang mengalami Gangguan Sistem Pernafasan Pada Balitanya Umur 1,5 Tahun Akibat ISPA. 2. TINJAUAN KASUS 1) PENGKAJIAN Data Umum a. Nama Kepala Keluarga : Tn.E b. Alamat : Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi c. Pekerjaan : Pegawai Swasta d. Pendidikan : SD __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 86 2) PEMERIKSAAN FISIK Tabel 1 : Pemeriksaan Fisik NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. PEMERIKSAAN FISIK Penampilan Kesadaran Tanda vital Tekanan darah Suhu Nadi Respirasi Kepala Mata Konjungtiva Sklera Reflek pupil Penglihatan Hidung Bentuk Septum Sekret Pernafasan cuping hidung Penciuman Mulut Keadaan mukosa Ovula Pengecapan Telinga Bentuk Daun telinga Sekret Massa/nyeri Pendengaran Leher JVP KGB Tiroid Reflek menelan Dada Bentuk Pergerakan Perkusi paru Auskultasi paru Auskultasi jantung Abdomen Bentuk Kontur Massa Nyeri Ekstremitas Bentuk Pergerakan Tonus otot Edema Varises Kekuatan otot NY.S Sehat Compos mentis AN.Y Kurang sehat Compos mentis 140/90mmHg 0 37.0 C 84x/menit 22x/menit Bentuk simetris, distribusi rambut merata, terdapat uban, lesi tidak ada. 0 37.5 C 98x/menit 22x/menit Bentuk simetris, distribusi rambut merata, tidak terdapat uban, lesi tidak ada, Tidak anemis Tidak ikterik Miosis saat terkena cahaya Baik Tidak anemis Tidak ikterik Miosis saat terkena cahaya Baik Simetris Ditengah Tidak ada Tidak ada Baik Simetris Ditengah Ada Tidak ada Baik Lembab Ditengah warna merah muda Baik Lembab Ditengah warna merah muda Baik Simetris Sejajar sudut mata Tidak ada Tidak ada Baik Simetris Sejajar sudut mata Tidak ada Tidak ada Baik Tidak ada peningkatan Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran Ada Tidak ada peningkatan Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran Ada Simetris Simetris Resonan Vesikuler Reguler Simetris Simetris Resonan Ronchii Reguler Datar Lembut Tidak ada pembesaran Tidak ada Datar Lembut Tidak ada pembesaran Tidak ada Simetris Normal Normal Tidak ada Tidak ada +5 +5 +5 +5 Simetris Normal Normal Tidak ada Tidak ada +5 +5 +5 +5 Pemeriksaan fisik di lalukan hanya pada dua anggota keluarga karena di keluarga Tn.E pada saat pengkajian hanya ada Ny.S dan An.Y. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 87 3) ANALISA DATA Tabel 2 : Analisa Data N o Data Ds : 1 . - Ny.S mengatakan An.Y sudah sejak seminggu yang lalu batuk dan pilek. Ny.S mengatakan tidak mengetahui pengertian, penyebab dan akibat dari penyakit yang di derita cucunya. Etiologi Masalah Ketidakmampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga dengan ISPA Kurang pengetahuan keluarga Tn.E mengenai ISPA Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan ISPA Bersihan jalan nafas tidak efektif pada keluarga Tn.E khususnya An.y Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan ISPA Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Tn.E khususnya An.Y Ketidakmampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga dengan ISPA Resiko penularan penyakit pada keluarga Tn.E Do : 2. - An.Y tampak batuk batuk An.Y lebih banyak diam RR : 22x/menit - Ny.S mengatakan saat An.Y sakit biasanya dibawa ke puskesmas. Ny.S mengatakan tidak mengerti cara perawatan anak dengan batuk di rumah Ds : - Do : - 3. An.Y pada saat di auskultasi bunyi nafas terdengan suara ronchii. RR : 22x/menit Terdapat sekret di hidung klien. Ds : - Ny.S mengatakan An.Y susah makan dan harus dipaksa apabila makan, An.Y hanya mau minum susu formula saja. Do : 4. An.Y tampak rewel BB : 8 Kg An.Y hanya makan beberapa suap saja. An.Y tampak kurus Ds : - Ny.S mengatakan tidak tahu bahwa pencahayaan yang kurang dapat mempengaruhi kesehatan keluarga. - Tempat tinggal keluarga Tn.E di samping jalan raya Banyak ayam berkeliaran di teras rumah keluarga Tn.E Tempat tinggal keluarga Tn.E kurang pencahayaan. Do : - __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 88 3. PRIORITAS MASALAH 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada An.Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan ISPA.(skor = 4,6) 2. Kurang pengetahuan pada keluarga Tn.E mengenai berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga dengan ISPA. (skor= 4,5) 3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan pada An.Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gangguan nutrisi. (skor=4,1) 4. Resiko penularan penyakit pada keluarga Tn.E berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi/memelihara lingkungan rumah untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga dengan ISPA. (skor=3,3) 4. INTERVENSI KEPERAWATAN. Tabel 3.5 : Intervensi Keperawatan NO 1. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA Bersihan jalan nafas tidak efektif pada An.Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan ISPA Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan pada An.Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan TUJUAN PANJANG Setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga selama 6x pertemuan keluarga mampu merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan Setelah diberikan asuhan keperawatan keluarga selama 6x pertemuan, keluarga mampu mengambil PENDEK Setelah dilakukan 1. asuhan keperawatan keluarga selama 2x pertemuan keluarga dapat menyebutkan cara perawatan pada keluarga 2. dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan dapat 3. mendemonstrasikan ulang cara perawatan di rumah. INTERVENSI Kaji kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Jelaskan cara penanganan pada anggota keluarga yang sakit Jelaskan cara perawatan sederhana pada keluarga klien : batuk efektif dan postural drainage 4. Demonstrasikan cara batuk efektif dan postural drainage 5. Lakukan evaluasi dengan menanyakan kembali cara perawatan yang benar 6. Anjurkan keluarga untuk mendemonstrasikan ulang batuk efektif dan postural drainage 7. Berikan reinforcement bila keluarga mampu menyebutkan tentang bahaya ISPA. Setelah diberikan 1. Kaji pengetahuan asuhan keluarga tentang keperawatan pemenuhan nutrisi keluarga selama 2x 2. Jelaskan tentang pertemuan, keluarga pemenuhan nutrisi mampu yang adekuat RASIONAL 1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit 2. Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penanganan pada anggota keluarga yang sakit 3. Agar keluarga klien dapat mengerti dan memahami cara perawatan pada klien 4. Agar keluarga klien dapat memberikan perawatan kepada klien dengan benar 5. Penjelasan dan demonstrasi yang bagus dapat memberikan respon positif terhadap perubahan keluarga. 6. Untuk mengevaluasi pemahaman keluarga tentang teknik batuk efektif 7. untuk memotivasi keluarga 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan keluarga. 2. Agar keluarga klien mengerti dan memahami tentang pemenuhan nutrisi yang adekuat pada keluarga. 3. Agar keluarga klien dapat mengenali __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 89 gangguan nutrisi keputusan mengenai tindakan yang tepat menyebutkan dan mengetahui lebih detail tentang pemenuhan nutrisi yang adekuat 3. 4. 5. 6. 7. 3. Kurang pengetahuan pada keluarga Tn.A mengenai ISPA berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga dengan ISPA. Setelah diberikan asuhan keperawatan keluarga selama 6x pertemuan, keluarga mampu mengenal masalah kesehatan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x pertemuan, keluarga dapat mengetahui masalah kesehatan yang terjadi pada anggota keluarganya 1. 2. 3. 4. 5. 6. 4. Resiko penularan penyakit pada keluarga Tn.A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi/memelihara lingkungan rumah untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga dengan ISPA. Setelah diberikan asuhan keperawatan keluarga selama 6x pertemuan keluarga mampu menciptakan dan memelihara rumah Setelah diberikan asuhan keperawatan keluarga selama 2x pertemuan, keluarga mampu menjelaskan secara verbal manfaat dari rumah sehat. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Berikan penjelasan tentang akibat dari pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat bagi kesehatan. Anjurkan pada keluarga untuk memberi An.Y makan dalam porsi sedikit tapi sering Beri makanan kesukaan An.Y. Anjurkan keluarga untuk memberi makan pada An.Y dalam kondisi hangat. Temani An.Y makan/ ajak An.Y makan bersama. Kaji pengetahuan keluarga tentang ISPA Berikan penjelasan tentang tanda dan gejala ISPA . Berikan penjelasan tentang akibat ISPA. Berikan penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA. Berikan penjelasan pencegahan ISPA. Lakukan evaluasi kepada keluarga tentang hal-hal yang telah dijelaskan Jelaskan lingkungan fisik rumah yaitu : Kriteria rumah sehat. Jelaskan akibat dari lingkungan yang tidak sehat pada kesehatan keluarga Bantu dan demonstrasikan menciptakan/memelih ara rumah yang dapat menunjang kesehatan pada anggota keluarga dengan penyakit ISPA. Motivasi keluarga untuk menciptakan/memelih ara lingkungan rumah yang dapat menunjang kesehatan pada anggota keluarga dengan penyakit ISPA. Berikan pujian atas pelaksanaan yang dilakukan keluarga. Evaluasi keberhasilan keluarga dalam menciptakan/ memelihara lingkungan rumah yang dapat menunjang kesehatan pada keluarga dengan penyakit ISPA. 4. 5. 6. 7. masalah kesehatan yang dapat terjadi pada anggota keluarga akibat pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat. Meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat. Meningkatkan nafsu makan. Makanan yang hangat dapat meningkatkan nafsu makan. Meningkatkan selera makan klien 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan keluarga 2. Agar keluarga klien mengerti dan memahami tentang tanda dan gejala ISPA 3. Agar keluarga klien dapat mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarganya 4. Agar keluarga klien dapat mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi ISPA. 5. Agar keluarga klien dapat mengetahui bagaimana mencegah ISPA. 6. Untuk mengetahui tingkat pemahaman keluarga tentang penjelasan yang telah diberikan. 1. Dengan penjelasan yang jelas dapat meningkatkan pemahaman keluarga 2. Agar klien mengetahui akibat dari factor kebersihan lingkungan pada kesehatan. 3. Dengan memberikan role model dapat mempermudah keluarga dalam memahami penjelasan yang diberikan 4. Dengan motivasi yang adekuat dapat menambah semangat dalam keluarga untuk melakukan perubahan 5. Dengan memberikan respon yang positif dapat menambah kepercayaan diri dan meningkatkan kemampuan keluarga 6. Penjelasan yang bagus dapat memberikan respon positif terhadap perubahan keluarga. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 90 5. PEMBAHASAN b. Pemenuhan Pengkajian nutrisi kurang dari kebutuhan pada An.Y berhubungan Dari hasil pengkajian pada An.Y dengan ketidakmampuan didapatkan data, Nenek klien mengatakan dalam merawat klien batuk dan pilek kurang lebih satu dengan gangguan nutrisi keluarga anggota keluarga minggu, bunyi nafas ronchii, terdapat c. Kurang pengetahuan pada keluarga sekret di hidung dan batuk berdahak, klien Tn.E mengenai ISPA berhubungan susah makan, klien baru mau makan dengan apabila dipaksa dan ditemani. Keluarga mengenal masalah kesehatan pada Tn.E tidak mengetahui tentang penyakit anggota keluarga dengan ISPA. ISPA, bagaimana cara perawatan anggota ketidakmampuan d. Resiko penularan keluarga penyakit pada keluarga dengan ISPA, pentingnya gizi keluarga Tn.E berhubungan dengan bagi balita usia 1,5 tahun dan cara ketidakmampuan memodifikasi rumah untuk menunjang memodifikasi/memelihara pecegahan rumah untuk meningkatkan kesehatan penyakit ISPA. Riwayat penyakit keluarga Ny.S pernah mengidap Asthma dan anggota keluarga dengan ISPA. pernah Diagnosa keperawatan yang muncul Paru.Tempat tinggal pada keluarga Tn.E dan tidak ada di keluarga Tn.E kurang pencahayaan , dalam pembahasan teori Setiadi 2008 dekat dengan jalan raya, berdebu dan antara lain: Kurang pengetahuan pada banyak keluarga TB dari lingkungan An.Y mengalami ibu keluarga hewan peliharaan (ayam) Tn.E mengenai berkeliaran di halaman tempat tinggal berhubungan keluarga Tn.E. Keseharian An.Y diasuh keluarga mengenal masalah kesehatan dan dirawat oleh neneknya karena ayah pada anggota keluarga dengan ISPA dan ibu An.Y bekerja. diagnosa Diagnosa keperawatan. Menurut Setiadi, 2008 Diagnosa Keperawatan ini mengerti ISPA. bagaimana pengkajian pada Keluarga Tn.E didapatkan diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan muncul apa bagaimana melakukan ketidakmampuan karena pada pengkajian keluarga mengatakan tidak Keluarga yang mungkin muncul pada klien Setelah dengan ISPA itu penyakit ISPA, tanda-tandanya dan akibat bila ISPA tidak tertangani dengan segera. Diagnosa resiko penularan penyakit skoring prioritas adalah: pada keluarga Tn.E berhubungan dengan a. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada ketidakmampuan keluarga memodifikasi/ An.Y berhubungan ketidakmampuan keluarga dengan merawat anggota keluarga dengan ISPA. memelihara lingkungan meningkatkan keluarga dengan rumah untuk kesehatan anggota ISPA muncul juga dikarenakan terdapat pada pengkajian __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 91 bahwa rumah tempat tinggal keluarga Resiko penularan penyakit pada keluarga Tn.A tidak mempunyai pencahayaan yang Tn.E cukup, berdebu dan banyak binatang ketidakmampuan keluarga memodifikasi/ peliharaan berkeliaran dihalaman rumah. memelihara Sementara itu diagnosa yang seharusnya muncul menurut pembahasan berhubungan dengan lingkungan meningkatkan rumah kesehatan untuk anggota keluarga dengan ISPA : teori Setiadi dan tidak terdapat pada Tindakan pada diagnosa : Bersihan keluarga Tn.E antara lain : Gangguan jalan keseimbangan cairan tubuh berhubungan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam keluarga mengenal masalah kesehatan. Diagnosa dengan ISPA dengan menekankan pada ini tidak ada pada keluarga Tn.E karena pemberian tidak ada data yang menunjukan bahwa perawatan balita dengan ISPA. An.Y mengalami muntah berlebih, turgor kulit buruk dan ubun-ubun cekung. nafas tidak efektif dengan merawat An.Y ketidakmampuan anggota penyuluhan Tindakan pada keluarga tentang pada cara diagnosa : Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan Gangguan pertukaran gas berhubungan pada dengan Ketidakmampuan keluarga dalam ketidakmampuan keluarga dalam merawat memodifikasi lingkungan keluarga juga anggota keluarga dengan ISPA. Kurang tidak ada karena klien tidak tampak sesak pengetahuan nafas berat dan data lain yang menunjang mengenai ISPA dalam pengangkatan diagnosa ini. ketidakmampuan Diagnosa termogulasi : Gangguan hipertermi sistem berhubungan An.Y masalah berhubungan pada dengan keluarga berhubungan keluarga kesehatan Tn.E dengan mengenal pada anggota keluarga dengan ISPA. dengan ketidakmampuan keluarga dalam Tindakan pada diagnosa : Resiko memanfaatkan fasilitas kesehatan tidak penularan penyakit pada keluarga Tn.E ditemukan karena tidak ada data yang berhubungan menunjukan peningkatan suhu dan An.Y keluarga juga tidak mengalami demam. lingkungan rumah untuk meningkatkan Penulis menetapkan beberapa rencana keperawatan untuk diagnosa : ketidakmampuan masalah berhubungan keluarga kesehatan pada dengan mengenal anggota keluarga dengan ISPA. Penulis menetapkan rencana keperawatan untuk diagnosa : anggota memelihara keluarga dengan ISPA. Evaluasi pada tahap ini penulis melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi tindakan pada diagnosa Bersihan jalan beberapa ketidakmampuan memodifikasi/ kesehatan Kurang pengetahuan pada keluarga Tn.E mengenai ISPA dengan nafas berhubungan keluarga tidak efektif dengan merawat pada An.Y ketidakmampuan anggota __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 keluarga 92 dengan ISPA dapat teratasi sepenuhnya teratasi sepenuhnya pada hari ke 4 pada implementasi hari ke-4 ditandai ditandai dengan : keluarga Tn.E mengatakan mengatakan mengerti tentang cara merawat An.Y dan merawat An.Y dan mampu melakukan mampu tehnik fisiotherapy dada. mendemonstrasikan kembali tehnik fisiotherapy dada. dengan : keluarga Tn.A tentang cara mengerti Evaluasi tindakan pada diagnosa Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan Kesimpulan Dan Saran pada Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan, maka penulis dapat menyimpulkan: Hasil An.Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan ISPA dapat teratasi sepenuhnya pada hari ke 5 pengkajian pada An.Y ditandai dengan An.Y yang sudah mulai didapatkan data,Nenek klien mengatakan mau makan, makan habis setengah porsi, klien batuk dan pilek kurang lebih satu An.Y lincah dan tidak tampak lemas. minggu, bunyi nafas ronchii, terdapat Evaluasi tindakan pada diagnosa sekret di hidung dan batuk berdahak, klien Kurang pengetahuan pada keluarga Tn.E susah makan mau makan apabila dipaksa mengenai ISPA dan ditemani. Keluarga tidak mengetahui ketidakmampuan tentang penyakit ISPA, cara perawatan masalah anggota ISPA, keluarga dengan ISPA dapat teratasi pentingnya gizi dan cara memodifikasi penuh pada hari ke 2 ditandai dengan rumah keluarga keluarga untuk dengan menunjang pecegahan berhubungan keluarga kesehatan Tn.E dengan mengenal pada anggota mengatakan mengerti penyakit ISPA. Riwayat penyakit keluarga tentang pemyakit An.Y, tanda dan gejala Ny.S pernah mengidap Asthma dan ibu serta dari TB penanganan kesehatan. Evaluasi tindakan Paru.Tempat tinggal keluarga Tn.E kurang pada diagnosa Resiko penularan penyakit pencahayaan , dekat dengan jalan raya, pada keluarga Tn.E berhubungan dengan berdebu dan banyak hewan peliharaan ketidakmampuan (ayam) berkeliaran di halaman tempat memodifikasi/memelihara tinggal keluarga Tn.E. rumah untuk meningkatkan kesehatan An.Y pernah mengalami akibatnya bila tidak mendapat keluarga lingkungan Pada tahap ini penulis melakukan anggota keluarga dengan ISPA dapat evaluasi sesuai dengan tujuan dan kriteria teratasi sepenuhnya pada hari ke 9 yang telah ditetapkan. Evaluasi tindakan ditandai dengan sudah mulai adanya pada diagnosa Bersihan jalan nafas tidak kesadaran efektif pada An.Y berhubungan dengan membersihkan ketidakmampuan kebersihan lingkungan dan meningkatkan keluarga merawat anggota keluarga dengan ISPA dapat keluarga rumah, Tn.E untuk menjaga pencahayaan di rumah. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 93 SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, saran M.Friedman, (2010). Keperawatan Keluarga edisi: alih Bahasa, Achir Yani dari penelitian : Keluarga Tn.E. Agar selalu memeriksakan S.Hamid : editor bahasa Indonesia, Estu Tiar. Edisi 5. Jakarta:EGC An.Y secara rutin sebulan sekali untuk memantau keadaan klien, tetap menjaga kondisi kesehatan anggota keluarga yang lain dan menjaga kesehatan lingkungan. Bagi Penulis Selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian studi kasus Marni, (2014), Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dengan Gangguan Pernapasan, Yogyakarta: Gosyen Publishing. Muhlisin Abi,(2012). keluarga. Publishing. Keperawatan Sleman:Gosyen keperawatan keluarga yang lain serta berhubungan dengan kasus khususnya Infeksi Saluran Pernafasaan Akut (ISPA). DAFTAR PUSTAKA Dion Y dkk, (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Praktik.Yogyakarta: Nuha Medika . Hopkins, 2009, Upper Respiratory Infections (UPI), dilihat 20 Juni 2015, http:// Ussu library.pdf. http://bersamaraihprestasi.files. /2014/05/ISPA.jpg.pdf.diperoleh pada 27 maret 2015. R. Hartono dan Dwi R, (2012). ISPA gangguan pernafasan pada anak, Yogyakarta: Nuha Medika Setiadi. (2009). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Yogyakarta : Graha Ilmu. Sulistyo A, (2012). Konsep Teori, Proses dan Praktek Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Yoseff, Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada Pasien Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Baptis Kediri diakses dari :ejournal.STIKes Baptis.ac.id pada tanggal 13 september 2015. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 94 PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL KNOWLEDGE FAMILIES ON THE NATIONAL HEALTH INSURANCE PROGRAM Sri Wahyuni, Atira, dan Indah Nurahmat Program Studi S1 Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi ABSTRAK Pengetahuan keluarga merupakan hasil dari tahu seseorang yang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu termasuk pengetahuan tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang Progam JKN. Metode penelitian menggunakan survey deskriptif. Populasi dalam penelitian ini sebesar 327 orang dengan teknik sampling diperoleh sebesar 77 keluarga. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil penelitian berdsarkan Analisis Univariat didapatkan Hampir setengahnya responden memiliki kategori pengetahuan kurang 30 (39%). Saran bahwa Pengetahuan keluarga tentang Program JKN di RW 16 Desa Jayagiri Kabupaten Bandung Barat masih sangat kurang, oleh karena itu promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan sangat diperlukan. Kata Kunci: Pengetahuan, Keluarga, Jaminan Kesehatan Nasional. ABSTRACT The National Health Insurance is part of the National Social Security System is held by using the mechanisms of social health insurance. Knowledge is the result of a someone knowing who did sensing against a particular object will affect a person's attitude to do according to what is gained from knowledge. Purpose of this study is to know the correlation of knowledge and attitude with families participation on the national health insurance program. This research is analytic survey with cross sectional approach method. The population in this study were as many 327 respondent and total sample of 77 families. Data collection techniques for variable knowledge, attitude and participation used a questionnaire. The statistical test used is Chi Square test, the result for the knowledge x2 count (0.035) < α (0.05), for the attitude P value (0.129) > α (0,05). It can be concluded there is corelations between knowledge and participation in the Program National Health Insurance family and there was no correlation between attitude with family participation in the Program National Health Insurance. Knowledge and participation at rw 16 village jayagiri in west bandung regency is still lacking. Therefore, health promotion and health education is very important to give to families at rw 16 village jayagiri in west bandung regency in order to improve the knowledge and participation of families in the program National Health Insurance. Keywords: knowledge, familes, Program National Health Insurance __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 95 1. PENDAHULUAN Tngkat Sebagai makhluk sosial, manusia pengetahuan seseorang dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya dapat mempengaruhi pemahaman untuk selalu memerlukan pihak lain. Saat ini menggunakan sesuatu yang diinginkan karena sehingga untuk kompleks, selain kebutuhan pangan, juga tepat, kebutuhan yang sangat penting adalah sama halnya dalam keikutsertaan pada kesehatan, pendidikan dan pengetahuan. program JKN yang membutuhkan tingkat Hal ini sesuai dengan falsafah dasar pengetahuan yang memadai. Hal yang negara sama mengakui dapat memilih berpengaruh kebutuhannya dinyatakan (2005) dengan oleh bahwa Notoadmodjo domain tingkat kehidupan Pancasila hak kesehatan. yang terutama asasi Dalam semakin sila warga ke-5 atas Undang-Undang pengetahuan (kognitif) mempunyai enam Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan tingkatan, ditegaskan meliputi: mengetahui, bahwa mempunyai menyimpulkan memperoleh akses atas sumber daya di mengevaluasi. yang orang memahami, menggunakan, menguraikan, dan hak setiap Pengetahuan merupakan domain yang bidang sangat berpengaruh terhadap seseorang pelayanan dalam bermutu, dan terjangkau. melakukan suatu tindakan pengalaman, dan penelitian membuktikan bahwa perilaku yang didasari oleh kesehatan Kesehatan oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2007). yang suatu diamanatkan yang baik untuk aman, Nasional Jaminan (JKN) yang oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang dimulai dari keluarga, merupakan tatakrama yang Program diselenggarakan Pendidikan kepada setiap individu memperoleh saat ini pemerintah menggulirkan dan perilaku didasari dalam Berkaitan dengan hal kesehatan, menyelenggarakan tidak dan kesehatan pengetahuan akan langgeng dari pada yang sama mengacu pada dalam prinsip yang undang-undang menciptakan suatu keluarga yang pintar, nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem religius, dan Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang bahagia. Menurut Setiadi (2008) bahwa implementasinya telah dimulai 1 januari keluarga merupakan unit masyarakat yang 2014 (www.BPJS-kesehatan.go.id). berbudaya, membutuhkan sejahtera kesehatan Menurut Thabrany (2014) bahwa keluarga manfaat Program JKN terdiri atas 2 (dua) saling berkaitan dan saling mempengaruhi jenis, yaitu manfaat medis dan manfaat antara sesama anggota keluarga serta non-medis. dapat pula mempengaruhi keluarga lain pelayanan kesehatan yang komprehensif yang ada di dalam masyarakat. (promotif, karena pelayanan masalah kesehatan Manfaat preventif, medis kuratif berupa dan rehabilitatif) sesuai dengan indikasi medis __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 96 yang tidak terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan. Manfaat 3. METODE PENELITIAN non-medis Metode penelitian yang digunakan meliputi akomodasi dan ambulan. Manfaat dalam penelitian ini adalah “Survei akomodasi untuk layanan rawat inap Deskriptif”. adalah sesuai hak kelas perawatan peserta. pengetahuan keluarga tentang Program Manfaat ambulan hanya diberikan untuk JKN. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rujukan antar fasilitas kesehatan, keluarga yang bertempat tinggal di RW 16 dengan sesuai dengan besaran 327 kepala keluarga. Adapun tujuan Data besaran populasi kepala keluarga JKN untuk tersebut diambil dari data RW tahun 2014. kesehatan Teknik sampling menurut (Notoadmodjo, pemeliharaan 2012) bahwa Sampel dalam penelitian ini kondisi rekomendasi dokter. pelaksanaan Program memberikan dalam tertentu perlindungan bentuk manfaat kesehatan dalam kebutuhan dasar rangka memenuhi kesehatan yang adalah Variabel perwakilan Berdasarkan rumus penelitian dari populasi. teknik Menurut diberikan kepada setiap orang yang telah Hidayat (2011) menggunakan membayar iuran atau iurannya dibayar Propotionate Stratified Random Sampling oleh pemerintah. adalah suatu cara pengambilan sampel Pada dasarnya manusia memiliki yang digunakan bila anggota populasinya perilaku berdasarkan pengetahuan yang tidak homogen yang terdiri dari kelompok dimiliki, diantaranya perilaku pencarian yang homogen atau berstrata secara pengobatan proporsional. Untuk menentukan jumlah dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan termasuk dalam sampel, Program berikut: (2007) JKN. bahwa Menurut Notoadmodjo terbentuknya peneliti menggunakan rumus perilaku seseorang tersebut harus di dasarkan pengetahuan yang cukup dan sikap yang keterangan : positif. Menurut teori Lawrence Green n : Besar sampel N : Besar Populasi yaitu keluarga RW dalam Notoadmodjo terbentuknya ditentukan perilaku oleh kepercayaan, Tujuan (2010), penelitian seseorang pengetahuan, tradisi bahwa 16 sikap, dan sebagainya. untuk mengetahui tingkat pengetahuan keluarga tentang Desa Jayagiri Kabupaten Bandung Barat D : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan, pada penelitian ini digunakan (0,1) program JKN di RW 16 Desa Jayagiri Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 97 Keterangan : P = Distribusi presentase n = Jumlah seluruh pertanyaan d = Skor jawaban benar Etika Penelitian Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia menjadi isu sentral yang berkembang saat ini. Pada penelitian ilmu keperawatan hampir 90% objek yang digunakan adalah manusia, n = 76,58 = 77 keluarga maka peneliti harus memahami prinsipprinsip etika, maka dilakukan: Persetujuan (informed Analisa Data consent), Kerahasiaan Analisis data yang dilakukan pada (Confidentiality),Tanpa Nama (Anonimity). penelitian ini meliputi analisis univariat Dalam penelitian ini responden tidak untuk mengklasifikasikan, dan menyajikan akan diketahui oleh orang lain sehingga data responden yang disajikan dalam bentuk dapat secara bebas distribusi frekuensi dan presentase dari menentukan jawaban dari kuesioner tanpa tiap variabel (Hidayat, 2011). rasa takut oleh itimidasi dari orang lain Untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang Program (Hidayat, 2011). Tempat dan Waktu Penelitian ini JKN di gunakan analisis univariat untuk dilakukan mengetahui distribusi Kabupaten presentase dengan frekuensi Rumus univariat sebagai berikut: dan analisis penelitian di RW 16 Bandung dilakukan Desa Jayagiri Barat. Waktu dari bulan November, 2014. 3. HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil uji univariat didapatkan hasil penelitian tentang distribusi frekuensi tingkat pengetahuan keluarga terhadap Program JKN, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 98 Tabel 1 Distribusi frekuensi keluarga mengenai pengetahuan tentang program JKN Pengetahuan Kurang Cukup Baik Total Sumber: Data Primer 2014 Jumlah 30 25 22 77 Presentase % 39 32,5 28,6 100 B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan keluarga pada mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Program JKN kepada 77 responden, Adapun faktor lain yang diperoleh data bahwa keluarga yang mempengaruhi kurangnya pengetahuan memiliki pengetahuan dengan kategori keluarga tentang Program JKN yang kurang didaptakan dari data penunjang dibandingkan dengan responden yang diantaranya adalah faktor pendidikan. memiliki kategori pengetahuan cukup dan Mayoritas yang memiliki yang memiliki kategori pengetahuan baik kategori pengetahuan kurang adalah didapatkan Hal ini lebih banyak menunjukan bahwa rentang pendidikan SD sampai SMP. responden sebagian besar masih belum mengetahui dan memahami tentang responden Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mubarak (2007) bahwa tujuan dan manfaat dari Program JKN pendidikan secara lebih mendalam. Mengacu pada diberikan seseorang kepada orang lain teori oleh terhadap suatu hal agar mereka dapat Notoadmodjo (2012) bahwa pengetahuan memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi semakin setelah orang melakukan penginderaan mudah pula mereka menerima informasi, terhadap suatu objek tertentu yang mana dan pada akhirnya semakin banyak pula penginderaan ini terjadi melalui panca pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya indera manusia yakni indera penglihatan, jika pendengaran, penciuman, rasa dan raba rendah, akan menghambat perkembangan yang sikap seseorang terhadap penerimaan yang sebagian dikemukakan besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Hal yang sama juga dipertegas oleh teori yang dikemukakan oleh Mubarak (2007) bahwa kemudahan suatu informasi dapat memperoleh membantu berarti bimbingan tinggi pendidikan seseorang informasi dan tingkat nilai-nilai yang seseorang, pendidikannya yang baru diperkenalkan. Hal yang sama juga dipertegas oleh Depkes RI (2007), bahwa pendidikan mempunyai pengaruh kemampuan seseorang untuk __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 terhadap berfikir, 99 seseorang yang berpendidikan tinggi akan B. Saran dapat mengambil keputusan yang lebih Berdasarkan hasil penelitian, saran rasional dibandingkan dengan seseorang dari penelitian ini adalah: yang berpendidikan lebih rendah. di harapkan puskesmas Jayagiri Lembang Selain faktor pendidikan, faktor usia juga mempengaruhi dapat membuat program promosi pengetahuan kesehatan khususnya mengenai Program keluarga tentang Program JKN. Dari data JKN kepada seluruh masyarakat di Desa demografi Jayagiri responden, tertera bahwa dan Diharapkan dari hasil responden dengan klasifikasi usia remaja penelitian ini dapat dijadikan sebagai akhir (17 - 25 tahun) sebanyak 12 bahan acuan bagi peneliti selanjutnya responden, responden dengan klasifikasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan usia dewasa awal (26 - 35 tahun) dengan Program JKN diantaranya. sebanyak 19 responden, responden dengan klasifikasi dewasa akhir (36 - 45 tahun) sebanyak 34 responden, dan responden dengan klasifikasi lansia awal (46 - 55 tahun) sebanyak 12 responden. Hal ini sesuai dengan teori yang diemukakan oleh Notoadmodjo (2012). Dengan bertambahnya umur seseorang DAFTAR PUSTAKA Andarmoyo. 2012. Keperawatan Keluarga. Graha Ilmu : Yogyakarta. Arikunto. 2010 . Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi revisi. Rineka cipta : Jakarta. akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Perubahan Azwar. 2011. Sikap Manusia. Edisi ke 2. Pustaka pelajar : Yogyakarta. tersebut terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. Notoadmodjo. 2005. Promosi Kesehatan dan Teori Aplikasinya. Rineka Cipta : Jakarta 4. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Simpulan penelitian Hidayat, Alimul A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data, Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Medika ini bahwa: Hampir setengahnya responden memiliki kategori pengetahuan kurang 30 (39%). 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Rineka Cipta : Jakarta. 2010. Metodologi Pendidikan Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi Cetakan Ke-dua, Jakarta: Rieneka Cipta __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 100 Riyanto. 2009 . Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Cetakan ke dua, Muha medika : Yogyakarta. Thabrany. 2014. Jaminan Kesehatan Nasional. Rajawali Pers : Jakarta. Setiadi. 2008 . Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Edisi pertama, Yogyakarta : Graha Ilmu. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 101 TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PASIEN RAWAT JALAN DENGAN KEJADIAN KONJUNGTIVITIS KNOWLEDGE AND BEHAVIOR OUTPATIENTS OF CONJUNCTIVITIS PREVENTION WITH CONJUNCTIVITIS INCIDENCE Budi Rianto, Atira, dan Ina Khaerunisa Prodi D3Keperawatan dan Prodi Ilmu Keperawatan (S-1) STIKes Budi Luhur ABSTRAK Kejadian Konjungtivitis di Rumah Sakit Cicendo sekitar 6148 orang pada tahun 2014. Hal tersebut diduga ada hubungannya dengan tingkat pengetahuan dan perilaku pencegahan konjungtivitis pasien yang masih sangat kurang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Konjungtivitis Dengan Kejadian Konjungtivitis Pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Mata Cicendo. Metode penelitian ini menggunakan metode survey analitik korelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Analisa data menggunakan Univariat dan Bivariat. Populasi pada penelitian ini sebesar 1790, dengan menggunakan teknik Accidental Sampling 95 orang. Hasil penelitian dengan tes Chi Square didapatkan hasil: untuk Pengetahuan dengan X2 14,832 > X2 tabel 5,991 dan untuk Perilaku P value= 0,000 < α = 0,005. Simpulan: ada Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku Pencegahan Konjungtivitis Pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Mata Cicendo. Saran: perlu dilakukan penyuluhan dan pemberian pendidikan kesehatan sangat penting untuk diberikan kepada pasien maupun keluarga pasien agar penuluran penyakit konjungtivits dapat dicegah. Kata Kunci : Konjungtivitis, Penyakit Menular, Mikorganisme, Pengetahuan, Perilaku. ABSTRACT Cicendo Hospital the incidence of conjunctivitis reached 6148 people in 2014. Based on previous study to the outpatients at Cicendo Hospital. It found that the patients knowledge and patient‟s behavior of conjunctivitis prevention were lack. The purpose of this study is to know the correlation of knowledge and behavior of conjunctivitis prevention with conjunctivitis incidence on outpatients at cicendo hospital. This research method used analytic correlational survey research with Cross Sectional approach. The research result were analyzed using Univariate and Bivariate. The population in this study were all the outpatients whose included the inclusion criteria and visited the clinic of infectious Cicendo Hospital. The total population were 1790, by using Accidental Sampling technique, total respondents obtained 95 respondent. The result of this study using Chi Square test computerization and the result obtained for Knowledge with X 2 14.832 > X2 5.991 and for Behavioral is P value = 0.000 < α= 0.005, it can be concluded there is correlation between knowledge and behavior of conjunctivitis prevention with the incidence of conunctivitis on outpatents at cicendo hospital. Knowledge and behavior of conjunctivitis prevention on outpatients are still lack. Therefore, counseling and provision of health education are very important to be given to patients and patient‟s family, as well so that the contagion of the conjunctivitis disease can be prevented. Keywords : Conjunctivitis, Infectious Diseases, microorganisms, knowledge, behavior. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 102 1. PENDAHULUAN asam dan alkali, sedangkan konjungtivitis Konjungtivitis merupakan peradangan konjungtiva yang pembengkakan ditandai dan konjungtivitis dengan eksudat. mata tampak Pada merah, oleh alergi disebabkan oleh beberapa reaksi Yulianti 2012). (2012) merupakan Menurut bahwa radang Ilyas dan konjungtivitis konjungtiva atau di antaranya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein (Vaughan, 2015). sehingga sering disebut mata merah (Suzzane, hipersensitivitas Gejala penting konjungtivitis oleh mikroorganisme adalah terjadinya edema epitel, kematian hipertrofi epitel, sel dan atau eksfoliasi, pembentukan radang selaput lendir yang menutupi granuloma. Selain itu, mungkin juga terjadi belakang edema stroma konjungtivitis (kemosis) kelopak dan bola mata Sedangkan Hapsari dan Isgiantoro (2014) dan menyatakan, (pembentukan folikel). Dapat ditemukan bahwa merupakan Konjungtivitis peradangan pada hipertrofi sel-sel lapisan radang limfoid termasuk stroma neutrofil, konjungtiva oleh mikroorganisme (virus, eosinofil, basofil, limfosit, dan sel plasma, bakteri, alergi atau yang sering kali menunjukan sifat agen bahan-bahan kimia. Hal yang perusaknya. Sel-sel radang bermigrasi iritasi dan jamur) dan sama dikemukakan oleh Illyas dan dari stroma konjungtiva melalui epitel ke Yulianti (2012) bahwa semua gejala pada permukaan. konjungtiva merupakan dari bergabung dengan fibirin dan mukus dari konjungtiva bersifat terhadap sel-sel goblet untuk membentuk eksudat benda asing konjungtivitis akibat rentan diantaranya yang adalah disebabkan oleh mikroorganisme, bahan kimia, dan alergi. Penyebab mikroba, konjungtivitis umumnya yang oleh Sel-sel konjungtiva, ini yang kemudian menyebabkan “pelengketan” tepian palpebra (terutama di pagi hari) (Jawetz dkk, 2013). Berdasarkan data dari Dinas ditemukan Kesehatan Kota Bandung tahun 2014 adalah bakteri Staphylococcus aureus, dilaporkan angka kejadian konjungtivitis Streptococcus dan meningkat pada 3 tahun terakhir yaitu Haemophilus influnzae atau Haemophilus sebesar 17.433. Secara garis besar aegyptius. Konjungtivitis yang disebabkan bahwa oleh virus diantaranya adenovirus, serta perilaku pneumonia, konjungtivitis yang disebabkan oleh jamur diantaranya (Jawetz,2013). jamur Candida albican Konjungtivitis yang disebabkan oleh bahan kimia diantaranya bahan kimia seperti pupuk, sabun, deadoran, spray rambut dan berbagai tingkat pengetahuan seseorang dan dapat mempengaruhi pemahaman untuk menggunakan sesuatu yang diinginkan berpengaruh sehingga untuk dapat memilih kebutuhannya dengan tepat. Sama __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 103 halnya dalam pencegahan kejadian membutuhkan Metode penelitian pada penelitian ini memadai serta adalah metode penelitian “Survei Analitik konjungtivitis pengetahuan perilaku yang yang baik. Hal ini juga dinyatakan dalam Notoatmodjo (2010) bahwa domain tingkat pengetahuan (kognitif) mempunyai tingkatan,meliputi: 6 mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi. Adapun 3. METODOLOGI PENELITIAN Korelasional” dengan pendekatan “Cross Sectional merupakan menggunakan Sectional”. Cross rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara resiko/paparan dengan penyakit (Hidayat, 2011). Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan perilaku pemeliharaan perilaku pencegahan konjungtivitis. kesehatan (Health Maintanance) adalah Sedangkan perilaku atau usaha-usaha seseorang penelitian ini adalah kejadian konjungtivitis untuk memelihara pada pasien rawat jalan. atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha Variabel dependen Populasi dalam penelitian dalam adalah untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh pasien rawat jalan di Rumah Sakit Mata sebab pemelliharaan Cicendo. Berjumlah 1790 orang pada kesehatan ini terdiri dari tiga aspek, yaitu bulan Maret 2015. Teknik pengambilan perilaku pencegahan penyakit, perilaku sampel yang digunakan dalam penelitian peningkatan kesehatan dan perilaku gizi ini adalah Sampling Insidental. Sampling (makanan Tujuan insidental adalah teknik penentuan sampel penelitian ini untuk mengetahui hubungan berdasarkan kebetulan (Sugiyono,2011) pengetahuan dan perilaku pencegahan yaitu sebesar 95 pasien. itu, konjungtivitis perilaku dan minuman). dengan kejadian konjungtivitis pada pasien rawat jalan. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 104 Adapun definisi oeprasional seperti yang tertera pada Tabel 1. berikut ini: Tabel 1: Defenisi Operasional tentang Hubungan pengetahuan dan perilaku pencegahan konjungtivitis No 1 Jenis Variabel IndependenPen getahuan Independen Perilaku 2 3 Dependen Kejadian konjungtivitis Definisi operasional Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran,gagasan,ide,kons ep dan pemahaman yang dimiliki pasien rawat jalan tentang penyakit konjungtivitis yang meliputi: pengertian konjungtivitis,penye bab,tranmisi penularan, komplikasi, penatalaksanaan dan pencegahan konjungtivitis. Alat ukur Angket 1. (kuesioner) Perilaku merupakan respon atau persepsi responden terhadap perilaku/ kegiatan yang dilakukan sebelum menderita konjungtivitis. Angket 4. (kuesioner) 5. Kejadian konjungtivitis adalah penderita/pasien yang terkena/terpapar konjungtivitis. Angket 7. (Kuesioner) 8. 2. 3. 6. 9. Prosedur pengumpulan Data Peneliti Hasil ukur 1, baik = bila responden menjawab dengan benar (76%-100%) 2. cukup= bila responden menjawab dengan benar ( 56%75%) 3. kurang= bila responden menjawab <56% (Nursalam, 2013) Skala Odinal 0 = buruk bila skor < dari mean 57,59 1 = baik bila skor ≥ dari mean 57,60 (Riyanto 2011) Ordinal Dibagi menjadi 2 kategori : 0 = tidak konjungtivitis 1= konjungtivitis Nominal Sedangkan untuk variabel perilaku melakukan Informed pencegahan konjungtivitis dalam Consent terhadap responden. Peneliti penelitian ini, penulis menggunakan skala melakukan pengumpulan data kepada likert. responden dikemukakan dengan metode angket Berdasarkan oleh Sugiyono (2011), bahwa diolah mengukur sikap, pendapat, dan persepsi peneliti untuk di interpretasikan. Instrumen seseorang penelitian yang likert yang (kuesioner). Setelah data terkumpul, data oleh skala teori atau digunakan sekelompok untuk orang tentang fenomena sosial. digunakan untuk variabel pengetahuan Dalam skalal likert, variabel yang dalam penelitian ini adalah kuesioner akan diukur dijabarkan menjadi indikator multiple choice, pada jenis pengukuran ini variabel. Kemudian peneliti mengumpulkan data secara formal dijadikan sebagai kepada menyusun item-item instrumen yang dapat subjek untuk menjawab pernyataan indikator titik atau tolak tersebut untuk pertanyaan secara tertulis dan memilih berupa jawaban yang paling tepat. Jawaban setiap item instrumen yang __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 pertanyaan. 105 menggunakan skala likert mempunyai digunakan skala likert sebanyak lima gradasi dari sangat positif sampai dengan tingkat sebagai berikut : negatif. Untuk pengukuran variabel diatas SS : sangat setuju (5) STS : Sangat tidak setuju (5) S : Setuju (4) TS : Tidak setuju (4) RR : Ragu-ragu (3) RR : Ragu-ragu (3) TS : Tidak Setuju (2) S : Setuju (2) STS : Sangat tidak setuju (1) SS : Sangat setuju (1) (Bila pernyataan positif ) (Bila pernyataan negatif) Uji validitas dilakukan di Poli Mata Rumah Sakit responden Cibabat dengan kepada 15 30 dianalisis pearson konjungtivitis dengan product pada pasien rawat jalan. pertanyaan pengetahuan dan 15 pertanyaan perilaku pencegahan dependen yaitu kejadian konjungtivitis kemudian menggunakan uji Pada penelitian ilmu keperawatan, karena hampir 90% subjek yang didapatkan digunakan adalah manusia, maka peneliti bahwa pertanyaan yang mempunyai nilai harus memahami prinsip-prinsip etika, di bawah rtabel (0.361) untuk variabel maka pengetahuan adalah pertanyaan nomer 9 :Lembar Persetujuan (Informed Consent), dan 10 sedangkan untuk variabel perilaku Kerahasiaan (confidentiality), Tanpa nama yang (Anonimity) (Hidayat,2011). mempunyai moment, Etika Penelitian nilai dibawah rtabel dilakukan hal sebagai berikut (0.361) adalah pertanyaan nomer 2 dan 12. Sedangkan sisa pertanyaan yang lain Lokasi dan Waktu Penelitian mempunyai korelasi di atas 0.361, dengan Lokasi penelitian dilakukan di Pusat demikian ke 13 pertanyaan dari setiap Mata variabel perilaku Bandung. Waktu penelitian dilakukan dari tersebut bulan Februari – Juni 2015. pengetahuan pencegahan dan konjungtivitis Nasional RS. Mata Cicendo dinyatakan valid. Sedangkan Pengolahan Data ada empat tahapan dalam mengolah 4. HASIL PENELITIAN DAN data (Riyanto,2009) yaitu: Editing, Coding, PEMBAHASAN Processing, dan Cleaning. Analisis data menggunakan Analisa Univariat untuk uji tingkat Pengetahuan dan sikap. Sedangkan uji Analisis untuk Adapun gambaran variabel dan hubungan antar variabel hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut: Gambaran pengetahuan pasien hubungan antara variable independen pada penelitian ini dapat dilihat pada yaitu pengetahuan dan prilaku dengan Tabel 2: __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 106 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Konjungtivitis Pengetahuan Frekuensi Persentase(%) Baik 22 23,2 Cukup 36 37,9 Kurang 37 38,9 Total 95 100,0 Gambaran tentang responden perilaku Tentang konjungtivitis, dapat dilihat pada pencegahan Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Pencegahan Konjungtivitis Pasien Rawat Jalan Perilaku pencegahan konjungtivitis Frekuensi Buruk 54 Baik 41 43,2 Total 95 100,0 Gambaran tentang Persentase (%) 56,8 responden kejadian konjungtivitis pada penelitian berikut dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Konjungtivitis Pasien Rawat Jalan Frekuensi Persentase (%) Tidak konjungtivitis 53 55,8 konjungtivitis 42 44,2 Total 95 100,0 Data hasil penelitian dilanjutkan dengan dengan uji Hubungan Pengetahuan Dengan Chi Square, dapat dilihat pada Kejadian Tabel 5 berikut ini: Konjungtivitis Pada Pasien Rawat Berdasarkan hasil analisis uji Bivariat yang __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 107 Tabel Analisis Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Kojungtivitis Pada Pasien Rawat Jalan Di Pusat Mata Nasional RS. Mata Cicendo Bandung Tahun 2015 Kejadian Kojungtivitis Pengetahuan Konjungtivitis f Total Konjungtivitis f Total Nilai x2 % hitung % F % 3 13,6 19 86,4 22 100 Cukup 15 41,7 21 58,3 36 100 Kurang 24 64,9 13 35,1 37 100 Total 42 55,8 53 55,8 95 100 Bivariat yang Baik Data hasil penelitian Hubungan Perilaku Dengan Tidak Pencegahan Kejadian Konjungtivitis Konjungtivitis Pada 14,832 analisis uji dilanjutkan dengan dengan uji Chi Square, dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini: Pasien Rawat Jalan Berdasarkan hasil Tabel 6 Analisis Hubungan Perilaku Pencegahan Konjungtivitis Dengan Kejadian Kojungtivitis Pada Pasien Rawat Jalan Kejadian Kojungtivitis Perilaku Konjungtivitis pencegahan konjungtivitis Tidak konjungtivitis Total f Total F % F % 33 61,1 21 38,9 54 100 Baik 9 22,0 32 78,0 41 100 Total 42 44,2 42 44,2 95 100 Buruk Pembahasan mempengaruhi Berdasarkan laporan hasil analisis Nilai p % 0,000 kejadian konjungtivitis, karena lebih banyak pasien rawat jalan Di tentang Hubungan Pengetahuan Dengan Pusat Kejadian Konjungtivitis pada pasien rawat Bandung yang berpengetahuan kurang jalan RS. Mata Cicendo yang diuji dengan dan mengalami konjungtivitis. Hal ini analisis uji dikarenakan beberapa faktor diantaranya bahwa terdapat Pengetahuan Bivariat didapatkan hubungan Dengan hasil antara Mata kurangnya Nasional informasi RS. yang Cicendo didapatkan Kejadian pasien baik langsung melalui tenaga Konjungtivitis, hal ini dibuktikan oleh hasil kesehatan di lingkungan rumahnya atau di x2 tabel pada uji Chi Square. pelayanan Berdasarkan laporan penelitian ini umum kesehatan primer (puskesmas) maupun tidak langsung yaitu peneliti berpendapat bahwa pengetahuan __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 108 dapat melalui media lefleat, majalah maupun media elektronik . Pendidikan, pendidikan Perguruan langsung. pasien menengah secara langsung maupun secara tidak dengan (SMA) Tinggi dan mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pasien yang Berdasarkan laporan hasil analisis tentang Hubungan Perilaku Pencegahan Konjungtivitis Dengan Kejadian Konjungtivitis pada pasien rawat jalan Di Pusat Mata Nasional RS. Cicendo berpendidikan rendah (SD dan SMP). Bandung yang diuji dengan analisis uji Sehingga dengan pengetahuan yang baik Bivariat. Kemudian dilanjutkan dengan uji pasien mampu melakukan pencegahan Chi Square, dan diperoleh nilai p = 0,000 konjungtivitis. Sedangkan pada pasien dan α = 0,05 dengan demikian nilai p < α yang berpendidikan rendah (SD dan SMP) maka terdapat hubungan antara perilaku tidak pencegahan banyak pencegahan penyakit yang melakukan menularnya kejadian konjungtivitis pada pasien rawat konjungtivitis dikarenakan jalan Di Pusat Mata Nasional RS. Cicendo pengetahuan khususnya tentang kejadian banyak dengan terhadap kurangnya sehingga konjungtivitis pasien konjungtivitis, konjungtivitis pada pasien dengan Mengacu oleh teori yang Notoatmdjo (2012) dikemukakan yang bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) teori yang yang bersangkutan. Ole sebab itu, dari dikemukakan oleh Sugiyono (2009) bahwa segi tingkat kegiatan pendidikan pada lebih berpengetahuan kurang. Sesuai Bandung Tahun 2015. seseorang akan biologis, atau perilaku adalah aktivitas suatu organisme membantu orang tersebut lebih mudah (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh menangkap suatu sebab itu, dari sudut pandang biologis pendidikan semua makhluk hidup mulai dari tumbuh- informasi. dan memahami Semakin tinggi seseorang maka tingkat pemahaman juga tumbuhan, meningkat serta tepat dalam pengambilan manusia itu berprilaku, karena mereka sikap. mempunyai aktivitas masing-masing. Faktor mempengaruhi lainnya yang dapat Pengetahuan adalah binatang sampai dengan Perubahan-perubahan dalam diri seseorang dapat diketahui pekerjaan sesuai dengan teori yang di melalui kemukakan (2007), pengalaman yang dihasilkan melalui indra bahwasannya lingkungan pekerjaan dapat peglihatan, pendengaran, penciuman dan menjadikan seseorang sebagainya. Setiap orang mempunyai pengalaman dan oleh Mubarak memperoleh pengetahuan, baik persepsi persepsi. perilaku yang Persepsi berbeda, adalah meskipun objeknya sama. Motivasi diartikan sebagai __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 109 dorongan untuk bertindak mencapai suatu mikroorganisme tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan responden tidak mengalami konjungtivitis. gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku (Notoatmodjo,2012). Mata diketahui bahwa RS. buruknya perilaku pencegahan Cicendo konjungtivitis pada pasien diantaranya Bandung hanya sebatas tahu mengenai adalah faktor lingkungan dan pekerjaan konjungtivitis yang kurangnya Nasional perlu sehingga terdapat faktor lain yang mengakibatkan Pada dasarnya pasien rawat jalan Di Pusat Namun tersebut dan tanda gejalanya, informasi yang didapatkan mengharuskan bersentuhan respoden dengan debu, sinar pasien rawat jalan Rumah Sakit Mata ultraviolet, dan bahan-bahan kimia yang Cicendo megenai perilaku pencegahan menjadi pemicu timbulnya konjungtivitis, konjungtivitis serta yang tepat dari tenaga pemahaman dan paradigma kesehatan yang berada di lingkungan responden terhadap penyakit konjugtivitis tempat yang tinggalnya ataupun tenaga masih salah, mereka kesehatan yang berada di pelayanan menganggap primer pemicu konjungtivitis perilaku harus diwaspadai dan perlu diberikan (puskesmas) utama masih menjadi tingginya bahwa masih bukanlah khusus. penyakit penyakit Itulah yang pencegahan konjungtivitis yang buruk. perlakuan mengapa Maka dari itu, pasien rawat jalan Di Pusat perilaku pencegahan konjungtivitis pasien Mata Nasional RS. Cicendo Bandung rawat jalan Di Pusat Mata Nasional RS. perlu diberi informasi dan pemahaman Cicendo Bandung masih dikategorikan yang tepat mengenai perilaku pencegahan buruk. konjungtivitis yang tepat. Informasi yang tepat dapat diperoleh melalui penyuluhan kesehatan, maupun mengenai himbauan majalah poster, yang konjungtivitis lefleat membahas dan perilaku pencegahan yang baik untuk mencegah menularnya konjungtivitis. Jika dilihat 4. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan penelitian ini sebagai berikut: 1) Tingkat tetang dari persentase pengetahuan responden konjungtivitis, responden terdapat dari 37 95 (38,9%) responden yang berperilaku buruk yang berpengetahuan kurang, kemudian 36 cukup tinggi namun tidak mengalami (37,9%) berpengetahuan cukup, dan konjungtivitis. Hal tersebut diduga karena 22 (23,2%) berpengetahuan baik. faktor daya tahan tubuh yang baik, sehingga ketika mikroorganisme 2) Perilaku pencegahan dari responden, 95 konjungtivitis, terdapat 54 menyerang tubuh kekuatan imun yang (56,8%) memiliki perilaku pencegahan baik konjungtiviti buruk dan 41 dapat melumpuhkan/mengalahkan __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 (43,2%) 110 memiliki perilaku pencegahan Saran kojungtiviti baik. Saran dari penelitian ini yaitu perlu 3) Sebanyak 95 responden, terdapat 53 program (55,8%) tidak mengalami konjungtivitis kesehatan dan mendistribusikan 42 (44,2%) mengalami konjungtivitis. di pendidikan poliklinik majalah dengan kesehatan mata, lefleat, maupun penyediaan poster 4) Ada Hubungan antara Pengetahuan 5) mengevaluasi di sekitar poliklinik yang dapat menjadi Dengan Kejadian Konjungtivitis Pada sumber Pasien Rawat Jalan. keluarga pasien yang berobat ke Rumah Ada Hubungan Pencegahan Antara Konjungtivitis Perilaku informasi bagi pasien dan Sakit Mata Cicendo. Dengan Hasil penelitian ini dapat dijadikan Kejadian Konjungtivitis Pada Pasien sebagai acuan untuk melakukan penelitian Rawat Jalan selanjutnya dengan variabel yang belum diteliti. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 111 HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL THE CORELATION OF KNOWLEDGE ABOUT PREGNANT MATERNAL NUTRION WITH ANEMIA INCIDEN ON PREGNANT MATERNAL Wulan Novika Ambarsari, Tria Utami Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Budi Luhur ABTRAK Latar belakang: WHO tahun 2007 di seluruh dunia, ada kematian ibu di negara berkembang oleh 90 % karena kekurangan zart besi sehingga terjadi anemia berat dan tidak ada perdarahan 52 % perempuan di dunia yang menderita anemia. Anemia data tertinggi di kota 2014 cimahi coventry di puskesmas sebanyak 35 % .Penggunaan dan pilihan memasok gizi pada ibu hamil adalah satu indikator dalam pengelolaan anemia .: tujuan penelitian ini dia untuk mencari tahu corelation pengetahuan tentang ibu hamil dengan anemia nutrion inciden pada ibu hamil (penelitian ini dilakukan citeureup di puskesmas di kota cimahi ) .method: studi ini menggunakan survei metode analitik cross sectional dan mempelajari desain untuk setiap teknik sampling .Ukuran sampel 61 adalah responden:nhasil analisis ini kurang pengetahuan tentang gizi oleh 27 ( 44.3 % ) responden dan orang yang dengan anemia 43 ( 47.5 % ) responden . Kata kunci: pengetahuan , status gizi , ibu hamil , anemia ABSTRACT Background : In 2007 WHO data around the world, there is a maternal mortality in developing countries by 90% due to iron deficiency / anemia and acute bleeding even there 52% of women in the world who suffer from anemia. Data highest anemia in town cimahi 2014 in Coventry Health Center as much as 35%. Demand and supply balanced nutrition in pregnant maternal is one indicator in the management of anemia. Aim : This research her to find out the corelation of knowledge about pregnant maternal nutrion with anemia inciden on pregnant maternal (the research was taken at citeureup community health center in cimahi city).Method: This study used analytic survey method and cross sectional study design with taking technique accidental sampling. The sample size is 61 respondents. Results: From the results of analysis that are less knowledgeable about nutrition by 27 (44.3%) respondents and those with anemia by 43 (47.5%) of respondents. From the chi square statistic test results obtained value of P = 0.001 <α = 0.05 which means that Ho is rejected. Conclusion: There is a relationship between the incidence of nutritional anemia in pregnant maternal at health centers Coventry Cimahi. Suggestion: With the results of this study are expected community health center Coventry increase preventive measures to reduce the incidence of anemia among others through education about nutrition of pregnant maternal. Keyword: Nutritional status, Nutritional, Pregnant maternal, Anemia __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 112 1. PENDAHULUAN Selain dari kekurangan zat besi bisa Berdasarkan penelitian WHO tahun disebabkan oleh defiensi besi dan 2007 di seluruh dunia, terdapat kematian pendarahan akut bahkan tidak jarang ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun. keduanya hamil terjadi terutama kebutuhan ibu hamil selama kehamilan dinegara berkembang sebesar 90%. Data ialah 800 mg besi, diantaranya 300 mg WHO tersebut tercatat, terdapat 52% ibu untuk hamil pertambahan eritrosit. Dengan demikian Kematian ibu yang mengalami anemia. saling janin berinteraksi. dan 500 mg seorang ini disebabkan oleh difisiensi besi dan tambahan sekitar 2 – 3 mg besi/hari. Jika perdarahan akut bahkan tidak jarang tidak keduanya saling berinteraksi.Berdasarkan kesehatan ibu hamil dan gangguan gizi Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu hamil pada bayi, seperti kekurangan energi yang menyatakan anemia, yaitu ibu hamil protein (KEP), anemia gizi, defisiensi dengan kadar HB kurang dari 11,0 yodium, defisiensi vitamin A, defisiensi gram/dl, dengan proporsi yang hampir kalsium, keguguran, Bayi Berat Lahir sama Rendah (BBLR), bahkan kematian Ibu dan di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%). Menurut tercukupi membutuhkan akan mengganggu bayi. Maka dari itu untuk ibu maupun Kusumasari calon ibu hendaknya perlu mengonsumsi (2010) di RB YKWP Mranggen Demak makanan yang mengandung zat besi agar bahwa emesis gravidarum pada ibu hamil Hb trimester anemia anemia. Banyak sekali yang beranggapan sebanyak 25 orang (78,1%), sehingga anemia adalah penyakit „kecil‟ seperti flu gangguan pada trimester I dalam asupan dan belum banyak yang paham kalau makan ibu hamil bisa membahayakan penyakit ini memberikan dampak yang kesehatan baik ibu maupun janin yang besar bagi Ibu hamil dan bayi yang akan ada didalam kandungan, dan masalah dilahirkannya. I penelitian hamil untuk Banyaknya anemia di negara berkembang antara ibu Asupan yang mengalami kematian ibu hamil yang lebih berat seperti abortus dan perdarahan. tetap dan terhindar dari Gizi merupakan salah satu faktor penentu Ibu hamil yang mengalami anemia terjaga awal kehidupan mempengaruhi kualitas yang akan kehidupan ini masih jadi penyebab AKI yang tertinggi berikutnya. Pemenuhan gizi tidak dimulai persentasenya di Indonesia yaitu sekitar pada saat janin sudah lahir, tetapi dimulai 70%. Hal ini disebabkan oleh kekurangan saat gizi. kehamilan. Gizi Pada pengamatan lebih lanjut dalam kandungan atau selama bagi ibu hamil dalam menunjukan bahwa kebanyakan ibu hamil memenuhi asupan gizi selama hamil yang dikarenakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah kekurangan zat besi. (Manuaba, 2010). satunya pengetahuan. Masih banyak ibu menderita anemia __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 113 hamil dengan tingkat pengetahuan rendah terhambat, serta mempunyai pendapat yang salah BBLR. tentang jumlah asupan gizi yang harus diperoleh, misalnya melahirkan bayi Angka Kejadian anemia di Indonesia yang semakin tinggi dikarenakan penanganan menyatakan bahwa ibu hamil tidak boleh anemia dilakukan saat ketika ibu hamil, terlalu banyak mengkonsumsi makanan bukan dimulai sebelum hamil. Ini berarti karena dapat membuat janin terlalu besar menurut data dari 10 ibu hamil, sebanyak sehingga menyulitkan proses persalinan. 7 Akan tetapi jika tanpa pemantauan akan Penyebab asupan hal adalah dikarenakan infeksi, perdarahan tersebut bisa menyebabkan kekurangan dan penyakit seperti kelainan sum-sum energy tulang belakang. Sedangkan penyebab nutrisi yang kronik diperkuat dikonsumsi, (KEK). oleh dilakukan pendapat akibatnya hasil tersebut penelitian yang Christianingrum tidak akan menderita langsung langsung yaitu anemia. kejadian seperti anemia asupan di makanan berupa nutrisi kurang mencukupi % kebutuhan zat besi dalam tubuh ibu hamil. pengetahuan ibu masih kurang, 20 % Pada tahun 2007 di Jawa Barat jumlah ibu pengetahuannya hamil anemia dalam kehamilan berkisar Puskesmas oleh Hal orang Losari , bahwa cukup, pengetahuannya baik dan tentang 60 20 % asupan 35%. Kebanyakan ibu hamil yang nutrisi saat hamil. Dan 60 % ibu yang mengalami anemia dalam kehamilan itu di pengetahuannya kurang salah satunya, akibatkan kurangnya zat besi. Sedangkan ibu pengetahuannya di Kota Cimahi pada tahun 2012 dan tentang kekurangan energy kronik (KEK). 2013, angka kejadian anemia pada ibu Sehingga hal ini menunjukan bahwa hamil berkisar 55%. Ini terlihat masih masih kurang pengetahuan ibu tentang banyak sekali ibu hamil yang belum asupan nutrisi pada ibu hamil yang bisa tercukupi asupan zat besinya akan tetapi berakibat terjadinya kekurangan energy pada tahun 2014 Aki di kota cimahi mulai kronik dan Anemia. menurun masih kurang karena sampai pada bulan Status gizi ibu hamil bisa diketahui oktober 2014 angka kematian ibu ada 7 dengn mengukur ukuran lingkar lengan kasus. Selain itu faktor penyebab lain dari atas, bila kurang dari 23,5 cm maka ibu kurangnya asupan zat besi kehamilan dan hamil tersebut termasuk kurang energy persalinan yang berjarak dekat serta ibu kronik hamil (KEK), ini berarti ibu sudah mengalami keadaan kurang gizi dalam yang pendidikan dan tingkat sosialnya rendah. jangka waktu yang telah lama, bila ini Dampak anemia pada kehamilan di terjadi maka kebutuhan nutrisi untuk trimester I, II, dan III yaitu menyebabkan proses tumbuh kembang janin menjadi rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 mendapat 114 pasokan oksigen. Pada wanita hamil, terdapat anemia berpengetahuan kurang tentang gizi ibu meningkatkan komplikasi pada frekuensi orang ibu hamil yang dan hamil yang menyebabkan rendahnya HB, persalinan. Resiko kematian maternal, 3 orang yang berpengetahuan cukup dan angka prematuritas, berat badan bayi lahir 2 orang yang berpengetahuan baik. Selain rendah, dan angka kematian perinatal dari wawancara dilihat juga dari tanda meningkat. Di samping itu, perdarahan gejala ibu hamil ketika sedang wawancara antepartum dan postpartum lebih sering bahwa ibu hamil suka merasa lemas, dijumpai pada wanita yang anemis dan cepat lebih sering berakibat fatal, sebab wanita berkunang–kunang, mual muntah yang yang mentolerir hebat, pucat, dan konjungtiva anemis. Di Menurut Soeprono Puskesmas ini tidak semua orang bisa menyebutkan, bahwa dampak anemia mengecek HB nya karena yang berobat di pada kehamilan bervariasi dari keluhan Puskesmas ini rata-rata dari kalangan yang sangat ringan hingga terjadinya menengah kebawah gangguan mempunyai uang anemis kehamilan 5 tidak kehilangan darah. dapat kelangsungan kehamilan (abortus, partus imatur/prematur). lelah, mengecek Pada gangguan proses persalinan sering HB melakukannya pusing, mata yang tidak sehingga untuk masih tidak sehingga bisa pemahaman bisa menyebabkan (inertia, atonia, partus mengenai pentingnya pemeriksaan Hb lama, perdarahan atoni), pada gangguan masih kurang. masa nifas yaitu bisa menyebabkan Pengetahuan yang rendah infeksi dan stress kurang, produksi ASI terjadinya rendah), dan yang hamil. Disamping itu masih ditemukan ibu gangguan pada janin yaitu (abortus, yang menjadi masih (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap menyebabkan dapat ibu kejadian penyebab anemia berkunjung ke pada ibu Puskesmas dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian mengalami gejala anemia dengan tanda- perinatal, tanda lemah, letih, lesu, pucat, dan mata dan lain- lain).(https://arituti20.wordpress.com/2013/ berkunang-kunang 03/21/73/). kemudian akan berdiri. Selain itu juga dari Menurut rekapitulasi laporan kasus masih Dinas memanfaatkan Kesehatan Kota Cimahi ada ibu saat hamil duduk yang belum tambah darah Puskesmas sudah tablet terdapat angka kejadian anemia ibu hamil meskipun yang Puskesmas melakukan penyuluhan kepada ibu hamil dari 155 ibu hamil di tahun serta pemberian tablet tambah darah pada 2014 terdapat 61 orang yang menderita saat melakukan pemeriksaan kehamilan. anemia. Berdasarkan studi pendahuluan Sarana pelayanan kesehatan terdekat melalui wawancara kepada 10 ibu hamil, bagi masyarakat terutama ibu hamil yang tertinggi Citeureup yaitu di petugas posisi __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 115 bertujuan untuk mendeteksi dini tentang Teknik Pengumpulan Data resiko pada kehamilan, kunjungan ibu Data yang dikumpulkan meliputi : hamil yang jarang datang ke Puskesmas a. dapat juga terdeteksinya mengakibatkan ibu hamil yang Data primer adalah tidak dikumpulkan oleh yang dengan mengukur data peneliti yang sendiri tingkat mengalami anemia. Salah satu penyebab pengetahuan dengan kategori Baik, terjadinya anemia pada ibu hamil diduga Cukup, dan Kurang. karena rendahnya pengetahuan tentang b. Data sekunder adalah jumlah ibu asupan gizi ketika hamil. Tujuan penelitian hamil yang tercatat dalam catatan ini adalah untuk mengetahui Hubungan puskesmas. Pengetahuan Tentang Gizi Ibu Hamil Instrumen Penelitian dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Citeureup Tahun 2015. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah berupa Kuesioner tentang pengetahuan gizi ibu hamil. 2. METODE PENELITIAN Pengisian kuesioner dengan Metode yang digunakan dalam memberikan formulir kuesioner kepada ibu penelitian ini adalah cross sectional. hamil yang berkunjung ke Puskesmas Yaitu Citeureup Kota Cimahi. suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara pengetahuan dengan kejadian, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Uji Validitas dan Uji Realibilitas Instrumen Penelitian a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sejauh mana sejauh mana ketepatan alat ukur dalam mengukur suatu data. Uji validitas penelitian ini Populasi dan Sampel dilakukan di Puskesmas Leuwigajah yang Populasi memiliki karakteristik sama. Dengan Populasi disini adalah ibu hamil diperoleh hasil dari 20 pertanyaan, ada 3 yang berkunjung ke Puskesmas Citeureup pertanyaan yang tidak valid, karena r hasil Kota Cimahi sebanyak 155 orang. < r tabel (0,444) yaitu pertanyaan no 3 (r Sampel =-0,495), pertanyaan no 6 (r=0,386), dan Teknik menggunakan pengambilan Accidental sampel ini Sampling pertanyaan no 12 (r= -0,550). Namun secara keseluruhan item pertanyaan dengan jumlah sampel yang memiliki pengetahuan ibu hamil tentang gizi sudah kriteria adalah 61 responden dengan reliabel, sehingga bisa mewakili langkah tingkat kesalahan yang dipilih (d= 0.1). selanjutnya. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 116 b. Uji Reliabiltas disimpulkan bahwa pertanyaan tersebut Dalam penelitian ini uji reiabilitas sudah reliabel. digunakan tekhnik alpha crombach’s, Prosedur penelitian dimana suatu instrumen dapat dikatakan reliabel apabila memiliki Adapun prosedur penelitian atau koefisien langkah-langkah ini adalah menyusun keandalan (alpha)>0,6 (Arikunto, 2010). proposal, seminar proposal, pelaksanaan Setelah dilakukan uji coba instrumen penelitian, analisa data,dan seminar hasil didapatkan nilai r alpha pengetahuan ibu penelitian. hamil tentang gizi adalah 0,881 lebih dilaksanakan di Puskesmas Citereup Kota besar dari konstanta (0,6) sehingga dapat Cimahi, dan berlangsung dari bulan Mei – Lokasi penelitian ini Juli 2015. 3. HASIL PENELITIAN 1. Pengetahuan Gizi Ibu Hamil Gambaran responden tingkat pengetahuan ibu hamil pada penelitian ini terdiri atas baik, cukup, kurang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini : Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi Ibu Hamil Pengetahuan Frekuensi Persentase % Baik 8 13.1 Cukup 26 42.6 Kurang 27 44.3 Total 61 100 Dari tabel 4.1 di atas diketahui berpendidikan SD dan SMP dan hanya bahwa dari 61 orang ibu hamil, terdapat menjadi ibu rumah tangga sehingga para sebanyak 8 (13.1%) responden yang ibu-ibu memiliki pengetahuan baik, 26 (42.6%) tentang pentingnya gizi bagi ibu hamil. responden yang pengetahuannya cukup Rata-rata dan sebanyak 27 (44.3%) responden yang puskesmas citeureup masih belum paham pengetahuannya akan pentingnya fungsi vitamin bagi ibu kurang. Hal ini sangat hamil ada hamil tidak tahu bagaimana seharusnya memperdulilkan akan pentingnya sebuah mengkonsumsi makanan yang baik dan vitamin dan asupan gizi lainnya. Ibu pengetahuannya hamil kurang mereka di dan konsumsi. sehingga yang informasi disebabkan karena sebagian besar ibu makanan apa yang seharusnya ibu hamil anak ibu kekurangan tidak Pihak puskesmas citeureup sering yang mengadakan posyandu dan kelas hamil rata-rata akan tetapi kesadaran masyarakat binaan __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 117 wilayah puskesmas kurang kesakitan dan kematian. Kecukupan gizi sadar akan pentingnya informasi yang sangat dibutuhkan oleh setiap individu, akan status sejak janin yang masih dalam kandungan, kesehatan mereka menjadi kurang bagus. bayi, anak–anak, masa remaja, dewasa Gizi merupakan salah satu penentu sampai usia lanjut. Ibu dan calon ibu disampaikan kualitas sumber Kekurangan kegagalan gizi citeureup sehingga daya akan manusia. menyebabkan pertumbuhan fisik merupakan kelompok rawan karena membutuhkan gizi yang cukup sehingga dan harus dijaga status gizi dan kesehatannya perkembangan kecerdasan, menurunkan agar dapat melahirkan bayi yang sehat produktifitas kerja dan menurunkan daya (Marmi, 2013). tahan tubuh, yang meningkatkan angka 2. Kejadian Anemia Gambaran responden kejadian anemia ibu hamil pada penelitian ini terdiri atas anemia dan tidak anemia dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini : Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia pada ibu hamil Kejadian Anemia Frekuensi Persentase % Anemia 43 70.5 Tidak Anemia 18 29.5 Total 61 100 Dari tabel 4.2 di atas diketahui bahwa dari 61 ibu hamil, terdapat Anemia masih tinggi, meskipun telah dilakukan penyuluhan pencegahan sebanyak 43 (70.5 %) Responden yang anemia, tetapi belum memberikan hasil mengalami Anemia dan sebanyak 18 yang maksimal. Karena masih rendahnya (29.5 tidak kualitas tata laksana pada kasus Anemia mengalami Anemia. Menurut ibu hamil serta belum pahamnya ibu hamil terhadap (responden), mereka gizi %) Responden yang sudah berupaya untuk melakukan pencegahan Anemia yang harus dikonsumsi semasa kehamilan. diantaranya meminum tablet zat besi, makan makanan yang bergizi, tetapi tetap saja masih mengalami anemia. Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas, dapat terlihat bahwa masalah __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 118 3. Hubungan Pengetahuan tentang Gizi Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia ibu hamil Tabel 4.3 Distribusi Tabel Hubungan Pengetahuan tentang Gizi Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia ibu hamil Pengetahuan Gizi Ibu hamil Anemia F 0 Baik Kejadian Anemia Tidak Anemia % F 0 8 % 100 Total % 8 100 Cukup 16 61.5 10 38.5 26 100 Kurang 27 100 0 0 27 100 Total 43 70.5 18 29.5 61 100 Dari tabel 4.3 di atas diketahui bahwa ibu Sedangkan hamil yang pengetahuannya baik dan masih banyak ibu yang belum terlalu tidak mengalami Anemia sebanyak 8 paham akan pentingnya gizi terhadap (100%) janin. Ibu yang sedang hamil harus responden, ibu yang di Puskesmas Citeureup pengetahuannya cukup dan mengalami mengkonsumsi makanan anemia sebanyak 16 (61.5%) responden berkualitas. yang serta anemia makanan lebih banyak dari biasanya. sebanyak 10 (38.5%) responden dan yang Selain itu untuk keperluan dirinya, Ibu pengetahuannya mengalami hamil juga harus makan untuk janin yang anemia sebanyak 27 (100%) responden. dikandungannya, untuk itu sebaiknya ibu Ibu hamil yang pengetahuannya baik hamil harus memenuhi kebutuhan gizi. mengalami Dalam pemberian gizi haruslah adekuat, yang tidak mengalami kurang anemia serta yang pengetahuannya kurang dan mengalami artinya anemia sebanyak 0 (0%). sehingga Nilai probabilitas yang dihasilkan Ibu sesuai badan yang memerlukan dengan kebutuhan mencapai kesehatan optimal. yaitu Pvalue=0,001<α=0,05 yang artinya < Maka dari itu pengetahuan sangat (0,05) maka Ho ditolak dan Ha dierima penting agar pola hidup dan makanan maka ada hubungan antara Pengetahuan yang dikonsumsi ibu hamil sesuai dengan Gizi ibu hamil dengan kejadian anemia. kebutuhan nutrisi ibu hamil. Hal ini di Hasil yang didapatkan tersebut sesuai dukung oleh teori proses adopsi prilaku dengan bahwa teori yang disebutkan oleh perilaku yang didasari oleh (Marmi, 2013) bahwa gizi memegang pengetahuan akan lebih langgeng dari peran penting untuk mencegah terjadinya pada perilaku yang tidak didasari oleh berbagai masalah kandungan sehingga pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Selain menjadi lemah, beresiko dan bahkan bisa ditunjang dari teori tersebut hasil penelitin berakibat ini sesuai dengan jurnal penelitian Eka buruk terhadap janin. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 119 Dwi Utami, (2010) yang berjudul darah tanpa ekspansi volume plasma, Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian untuk Anemia (mencegah kehilangan darah pada saat Pada Kehamilan Di Poli Kehamilan RSD Dr. Soegiri Lamongan ibu Salah satu cara pencegahan penyakit Anemia ada 3 yaitu adalah Selain itu penelitian ini juga sesuai dengan jurnal penelitian kebutuhan melahirkan) dan pertumbuhan janin. mengatakan bahwa ada hubungan status gizi dengan kejadian anemia. memenuhi Sandrayayuk dengan Pencegahan primer, sekunder dan tersier. Peran perawat atau bidan Marlapan, (2013) yang berjudul Hubungan puskesmas Status Gizi dengan Kejadian Anemia Pada melaksanakan kewajiban mereka untuk Ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas memberikan edukasi kepada masyarakat Tuminting Kec. Tuminting Kota Manado khususnya mengatakan bahwa ada hubungan status pencegahan penyakit seperti anemia dan gizi dengan kejadian anemia. pemaparan tentang gizi yang baik dan Untuk pencegahannya setiap ibu hamil harus mengkonsumsi makanan setiap para minggunya ibu hamil selalu untuk seimbang untuk para ibu hamil. Para perawat atau bidan di puskesmas yang kaya akan zat besi, misalnya daging, citeureup biasanya terbagi atas beberapa ikan, hati dan sayuran yang berdaun hijau tugas ada yang di puskesmas dan ada seperti yang bayam, kangkung dan daun papaya serta melakukan pemeriksaan kunjungan ke warga untuk memberikan penyuluhan . sebelum hamil sehingga dapat diketahui data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan pada ibu hamil sebaiknya dilakukan juga pemeriksaan laboratorium, Bila kadar Hb kurang 11 gram% pada kehamilan dinyatakan termasuk anemia dan harus diberi suplement tablet besi yang berisi 60 mg zat besi dan 0,5 mg asam folat, diminum secara teratur 1 tablet per hari selama 90 hari berturut– turut, bila kadar Hb masih kurang 11 gram% pemberian tablet dilanjutkan. Anemia sering terjadi akibat defisiensi zat besi karena pada ibu hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1) Terdapat 8 (13.1%) responden yang pengetahuan (42.6%) baik, responden pengetahuannya cukup 26 yang dan sebanyak 27 (44.3%) responden yang pngetahuannya kurang. 2) Kejadian Anemia di Puskesmas Citeureup Kota Cimahi terdapat sebanyak 43 (70.5 %) responden yang mengalami Anemia dan sebanyak 18 (29.5 %) responden yang tidak mengalami Anemia. dua kali lipat akibat peningkatan volume __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 120 3) Ada hubungan pengetahuan antara tentang gizi ibu hamil dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Citeureup Kota Cimahi dengan diperoleh hasil Phitung=0.001 <α=0.05 B. Saran Perlu adanya upaya dari puskesmas Citeureup terutama meningkatkan KIA untuk pengetahuan terus tentang pengetahuan gizi ibu hamil agar tidak terjadi banyak penyakit kehamilan seperti hipertensi, anemia, KEK ( Kekurangan energi kronik) yang menyebabkan ibu atau anak meninggal saat persalinan. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 121 TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PENGOBATAN PADA PENDERITA HIPERTENSI KNOWLEDGE ABOUT HYPERTENSION WITH THE TREATMENT COMPLIANCE OF PATIENTS HYPERTENSION Atira, Karwati, Dan Teguh Herlambang Email: [email protected] Proi S1 KeperawatanSTIKesBudi Luhur Cimahi ABSTRAK Kurangnya pengetahuan terhadap penyakit hipertensi diduga dapat mengakibatkan ketidakpatuhan penderita dalam melakukan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan pengobatan pada penderita hipertensi di Klinik Sehat Budi Luhur Cimahi. Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 653 orang dan jumlah sampel sebanyak 87 orang dengan menggunakan teknik accidental sampling. Teknik pengumpulan data untuk variabel pengetahuan dan variabel kepatuhan menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square, dengan kriteria apabila X2 hitung > X2 tabel maka Ho ditolak atau Ha di terima. Hasil uji statistik chi square atau X2 hitung (10,391) > x2 tabel2,0.05 (5,991) maka Ho di tolak sehingga dapat disimpulkan terdapat Hubungan antara Pengetahuan tentang Hipertensi dengan Kepatuhan Pengobatan Pada Penderita Hipertensi. Dari hasil penelitian tersebut di harapkan bagi Klinik Sehat Budi Luhur Cimahi dapat mempertahankan dan meningkatkan program penyuluhan tentang hipertensi dengan waktu yang lebih sering. Kata Kunci : cross sectional, pengetahuan hipertensi, kepatuhan pengobatan ABSTRACT A Lack of knowledge and against disease hypertension can be suspected result in discompliance patients in doing treatment. The Research aimes to the corelation of knowledge of hypertension with the treatment compliance of patients hypertension (study case was taken at klinik sehat budi luhur cimahi). This research survey used analytic research with the approach of cross sectional. Population this research were amount of 653 responden and the number of samples were 87 responden with use accidental sampling technique. The technique of collecting data for variable knowledge and variable the treatment of compliance of using questionnaire. The statistic that we used is chi-square test, with the criteria when X2 count > X2 table than Ho rejected or Ha accepted. The result of chi square or X2 count (10,391) > x2 table2,0.05 (5,991), then Ho is rejected so that it can be concluded there is a connect betwen the corelation knowledge of hypertension with the treatment compliance of patients hypertension. The Results of the study are expected for a klinik sehat budi luhur cimahi can maintain and improve the counseling program on hypertension graduatly. Keywords: cross sectional, knowledge hypertension, and treatment compliance. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 122 peningkatan tekanan darah diatas normal 1. PENDAHULUAN yang mengakibatkan peningkatan angka Di Indonesia, prevalensi hipertensi atau tekanan darah cukup tinggi. Hasil riset kesehatan sebagian besar dasar kasus menunjukan, hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi sebesar kesakitan kematian sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi. Hal ini menunjukan, 76% kasus hipertensi di masyarakat belum mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi (Riskesdas, 2010). hipertensi dan jantung di atas rata-rata tingkat nasional. Hal tersebut dikarenakan masih tingginya perokok aktif di Jawa Barat yang mencapai 26,7%, sehingga Jawa Barat menempati urutan tertinggi secara nasional hipertensi. prevalensi Tingkat penyakit prevalensi atau kemungkinan terkena hipertensi di Jawa Barat mencapai 9,5%, sementara ratarata nasional hanya 7,2% (Anonim, 2009), Jawa Barat Awas Ancaman Hipertensi dan Jantung, ¶ 3, http://www.kesehatan.kompas.com, diperoleh tanggal 18 Februari 2015). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang Tekanan darah sistolik 140 menunjukan fase darah yang sedang di pompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukan fase darah yang kembali ke jantung. (Triyanto, 2014). Penanganan Hipertensi dan lamanya pengobatan dianggap kompleks karena tekanan darah cenderung tidak stabil. Penyakit ini bertanggung jawab terhadap tingginya dikarenakan biaya alasan pengobatan tingginya angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah dan penggunaan obat jangka panjang (Triyanto, 2014). Provinsi Jawa Barat (2009) menyatakan, tingkat kemungkinan terkena penyakit (mortalitas). angka dalam setiap denyut jantung yaitu fase sakit Menurut Kepala Dinas Kesehatan dan 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang (morbiditas) Adapun tujuan dari pengobatan hipertensi adalah untuk mengendalikan atau mengontrol tekanan darah pada kondisi yang stabil dan mencegah terjadinya komplikasi akibat hipertensi. Oleh karena itu di perlukan kepatuhan melakukan pengobatan terhadap hipertensi, karena dapat mengendalikan hipertensi. harus Penderita mengontrol hipertensi tekanan tetap darahnya secara berkala dan mengkonsumsi obat untuk tekanan mempertahankan darah yang agar target optimal tetap tercapai. Menurut Wolf (2008), bahwa penderita hipertensi sering memutuskan berhenti berobat, karena merasa dirinya sudah sembuh, padahal pencegahan mengalami __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 123 terhadap timbulnya komplikasi merupakan 2. METODO PENELITIAN salah satu target utama pengobatan. Penelitian ini merupakan penelitian Kepatuhan pengobatan pada pasien survey analitik dengan rancangan berpengaruh terhadap tingkat kesehatan. penelitian cross sectional yaitu suatu Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat penelitian observasional, yang dilakukan optimal tanpa adanya kesadaran dari untuk pasien dapat independen dengan variabel dependen menyebabkan kegagalan terapi, serta dimana pengukurannya dilakukan pada dapat pula menimbulkan komplikasi yang suatu sangat merugikan dan pada akhirnya berdasarkan buku Nursalam ( 2013). itu sendiri, bahkan akan berakibat fatal (Pratiwi, 2011). mengetahui saat atau Variabel hubungan secara penelitian variabel bersamaan independen Hipertensi di Klinik Sehat Budi Luhur dalam penelitian ini adalah pengetahuan Cimahi Tahun 2014 berada pada urutan tentang hipertensi. Sedangkan Variabel ketiga setelah ISPA dan Febris yaitu dependen dalam penelitian ini adalah sebanyak 653 orang penderita Hipertensi. kepatuhan pengobatan pada penderita Berdasarkan hipertensi (Nursalam, 2013). yang hasil dilakukan studi pendahuluan peneliti bahwa Definisi operasional ini menjelaskan pengetahuan pasien tenatng hipertensi semua tersebut kurang sehingga tidak patuh digunakan melakukan pengobatan. Tujuan penelitian operasional, ini pembaca atau penguji dalam mengartikan untuk mengetahui hubungan variabel dalam dan istilah penelitian sehingga yang secara mempermudah pengetahuan tentang hipertensi dengan makna kepatuhan pengobatan pada penderita Penjelesan Definisi Operasional dapat hipertensi di Klinik Sehat Budi Luhur dilihat pada Tabel 1 berikut ini: penelitian (Nursalam, 2013). Cimahi. Tabel 1 Definisi Operasional N Variabel Definisi Operasional 1. Pengetahuan Melakukan pengukuran Pengetahuan responden mengenai hipertensi . Kepatuhan pengobatan Melakukan pengkuran Kepatuhan pengobatan perilaku pasien o. Alat Ukur Angket (Kuesioner) Angket (kuesioner) Hasil Ukur Skala 1. Kurang:jika nilai < Ordinal 56% 2. Cukup:jika nilai56%75% 3. Baik:jika nilai > 75% 0. Tidak Patuh: Jika nilai Median < 28 Ordinal 1. Patuh: Jika nilai Median> 28 __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 124 Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Nursalam, (2013) populasi hipertensi yang berkunjung ke Klinik adalah subjek (misalnya manusia, klien) Sehat Budi Luhur sebanyak 653 kasus. yang Sedangkan teknik sampling berdasarkan memenuhi ditetapkan. kriteria Adapun yang populasi telah dalam penelitian ini adalah seluruh penderita rumus pada Notoatmodjo (2010) didapatkan sebesar 87 Orang Prosedur Penelitian Prosedur penelitian melalui tahap empat tahapan dalam pengolahan data persiapan yaitu menentukan bidang yang yang harus dilalui yaitu:Editing, Coding, akan Processing, dan Cleaning, diteliti,Mencari masalah dan menentukan tempat penelitian, Mencari data-data dan referensi yang mendukung penelitian, Membuat pendahuluan, surat izin Melakukan penduhuluan, Menyusun penelitian melakukan dan Analisis Data studi Analisis data menggunakan analisis studi univariat untuk mendapatkan gambaran proposal distribusi dan frekuensi dari variabel konsultasi independen yaitu pengetahuan tentang dengan pembimbing, dan Melaksanakan hipertensi dan variabel dependen yaitu sidang Pelaksanaan kepatuhan pengobatan pada penderita yaitu: Membuat surat izin uji validitas dan hipertensi, data disajikan dalam bentuk penelitian, Mandapatkan surat izin uji tabel dan diinterpretasikan. Sedangkan validitas dan penelitian, serta Melakukan Analisis Bivariat untuk melihat hubungan informed antara proposal. consent Tahap kepada responden, variabel Mendapatkan persetujuan dari responden, pengetahuan Melakukan pengisian variabel responden, Melakukan kuesioner oleh independen tentang dependen hipertensi yaitu yaitu dan kepatuhan observasi dan pengobatan pada penderita hipertensi. mencatat hasil observasi, dan Melakukan Karena variabel independen dan variabel pengolahan data dan menganalisis data. dependen dalam penelitian ini merupakan Tahap Akhir yaitu Penyusunan laporan variabel kategorik, maka uji statistik yang penelitian, Penyajian hasil penelitian, dan digunakan adalah uji Chi square (X2). Melaksanakan sidang akhir. Dalam penelitian ini batas kemaknaan (alpha) adalah 0,05 (95%). Pengolahan dan Analisa Data Pengolahan Data Menurut Riyanto (2007) agar analisis menghasilkan informasi yang benar, paling tidak ada __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 125 Etika Penelitian Menurut 4. HASIL PENELITIAN DAN Hidayat (2007) untuk PEMBAHASAN mencegah timbulnya masalah etika, maka dilakukan hal Informed Berdasarkan consent, dalam Anonimity dan Confidentiality. mengetahui tentang Lokasi dan Waktu Penelitian Budi Luhur Cimahi. ini dilakukan gambaran hipertensi, univariat untuk pengetahuan dan mengetahui gambaran kepatuhan pengobatan pada Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Sehat penelitian Analisis penderita hipertensi di Klinik Sehat Budi Waktu Luhur Cimahi, seperti pada Tabel berikut penelitian dilaksanakan pada bulan Maret ini: – Juni, 2015. Tabel 2 Distribusi frekuensi penderita mengenai pengetahuan tentang Hipertensi Pengetahuan Kurang Cukup Baik Jumlah 14 23 50 Persentase % 16,1 26,4 57,5 Total 87 100 Sumber: Data Primer 2015 Tabel 3 Distribusi frekuensi penderita mengenai kepatuhan pengobatan pada penderita hipertensi Kepatuhan Tidak Patuh Patuh Total Sumber: Data Primer 2015 Jumlah 41 46 87 Persentase % 47,1 52,9 100 Analisis Bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan pengobatan pada hipertensi di Klinik Sehat Budi Luhur Cimahi. Tabel 4 Distribusi penderita mengenai hubungan pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan pengobatan pada penderita hipertensi Kepatuhan Melaksanakan Pengobatan Hipertensi Pengetahuan Tidak Patuh Patuh N % N % Kurang 10 71,4 4 28,6 Cukup 15 65,2 8 34,8 Baik 16 32,0 34 68,0 Jumlah 41 47,1 46 52,9 Sumber: Data Primer 2015 Total N 14 23 50 87 % 100 100 100 100 Nilai T hitung 10,391 __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 126 Berdasarkan hasil penelitian yang melaksanakan pengobatan Brunner & dilakukan kepada 87 orang penderita Suddarth, hipertensi di Klinik Sehat Budi Luhur Pemahaman yang menyeluruh terhadap Cimahi, menunjukan penyakit hipertensi diharapkan mampu bahwa sebagian besar dari responden meningkatkan kepatuhan pasien dalam yang pengetahuannya kurang tidak patuh melaksanakan pengobatan hipertensi. Hasil penelitian melaksanakan pengobatan hipertensi. (dalam Yuliarti, Dari pengalaman dan 2012). penelitian kemudian dari hasil analisis data dengan terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh menggunakan statistik didapatkan nilai pengetahuan akan lebih langgeng dari Chi Square (10,931), artinya bahwa ada pada perilaku yang tidak didasari oleh hubungan pengetahuan. pengetahuan penderita Sebelum seseorang hipertensi dengan kepatuhan mengadopsi perilaku (berperilaku baru), melaksanakan pengobatan hipertensi. dia harus tahu terlebih dahulu apa arti Sehingga bahwa atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya tentang (Notoatmodjo, 2010). Maka, kepatuhan dalam penderita hipertensi dalam melakukan melaksanakan pengobatan hipertensinya pengobatan akan dapat dipertahankan akan dalam semakin dapat disimpulkan baik hipertensi pengetahuan maka semakin kepatuhan baik. Sebaliknya jika jangka waktu pengetahuan penderita hipertensi tentang langgeng), hipertensi kurang maka kepatuhan dalam mempunyai melaksanakan pengobatan hipertensinya terhadap hipertensi. akan semakin kurang atau bahkan tidak patuh. jika lama penderita pengetahuan (bersifat hipertensi yang baik Hal ini terbukti bahwa penderita hipertensi di Klinik Sehat Budi Luhur Pemahaman yang menyeluruh Cimahi diketahui ada sebanyak mengenai penyakit hipertensi, cara kerja penderita obat, kebiasaan hidup dan mengontrol pengetahuannya kurang, dengan jumlah hipertensi penting yang secara teratur sangatlah 10 (71,4%) penderita tidak patuh terhadap diketahui oleh penderita pengobatan, dan 4 (28,6%) penderita ketidakpatuhan patuh terhadap pengobatan, selanjutnya hipertensi, karena terhadap program masalah hipertensi 14 yang hipertensi. terapi besar Konsep merupakan bagi penderita bahwa penyakit ada 23 penderita yang pengetahuannya cukup, dengan penderita tidak jumlah 15 patuh (65,2%) terhadap hipertensi hanya dapat dikontrol dan tidak pengobatan dan 8 (34,8%) penderita dapat untuk patuh terhadap pengobatan, kemudian diketahui oleh pasien. Bimbingan dan ada sebanyak 50 penderita hipertensi penyuluhan yang disembuhkan secara penting terus menerus diperlukan agar penderita hipertensi patuh pengetahuannya baik, dengan jumlah 16 (32,0%) tidak patuh terhadap __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 127 pengobatan dan 34 (68,0%) penderita itu patuh terhadap pengobatan. maka dapat kesadaran dan sikap yang positif maka disimpulkan bahwa kepatuhan penderita perilaku tersebut tidak akan berlangsung hipertensi di Klinik Sehat Budi Luhur lama. Cimahi dalam melakukan pengobatan tidak didasari oleh Pengetahuan pengetahuan, akan membuat hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh seseorang berpikir dan berusaha untuk pengetahuan menjaga kesehatannya. Dalam berpikir ini mereka terhadap penyakitnya. komponen emosi dan keyakinan ikut Oleh sebab itu, diperlukan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan penderita bekerja. Misalnya seorang telah mendengar hipertensi penderita penyakit hipertensi (penyebab, gejala, hipertensi dalam melakukan pengobatan dampak, pencegahannya, hipertensi. sebagainya). Pengetahuan Pendidikan kesehatan tentang dan ini akan merupakan suatu upaya atau kegiatan membawa pasien untuk berpikir dan untuk menciptakan perilaku masyarakat berusaha agar penyakit hipertensi yang yang kondusif terhadap kesehatan. Tujuan dialaminya tidak bertambah parah. Dalam pendidikan berpikir kesehatan pada akhirnya bukan hanya untuk mencapai “melek kesehatan (health masyarakat saja. penting ialah literacy)” Namun yang mencapai ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga pasien pada tersebut lebih pengobatan hipertensi secara teratur dan perilaku berniat menjalankan untuk program kesehatan (healthy behavior). Kesehatan disarankan bukan hanya untuk diketahui (Knowledge) (Notoatmodjo, 2010). oleh melakukan terapi petugas yang kesehatan dan disikapi (attitude), melainkan harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari (Practice). Hal ini berarti bahwa tujuan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan penelilitian ini sebagai pendidikan kesehatan adalah mengubah beriikut: perilaku masyarakat 1) Tingkat pengetahuan pasien tentang sehingga sesuai dengan norma-norma Hipertensi, sebagian besar memiliki hidup sehat (Notoatmodjo, 2010). pengetahuan individu Menurut Notoatmodjo, atau Rogers 2010) (1974, bahwa dalam 57,5%. apabila 2) Kepatuhan baik yaitu sebanyak pengobatan pada penerimaan perilaku baru atau adopsi penderita hipertensi, sebagian besar perilaku penderita patuh dalam pengobatan didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku hipertensi yaitu sebanyak 52,9%. 3) Adanya Hubungan pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 128 pengobatan pada penderita hipertensi. Hal ini dibuktikan dengan nilai Chi Square atau T hitung (10,931). Lumbantobing. 2008. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saran Saran dari penelitian ini adalah tingkatkan derajat kesehatan dalam menurunkan angka kejadian Hipertensi dan tingkatkan lagi kepatuhan pengobatan hipertensi Hidayat, A Azis Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. dengan mempertahankan program penyuluhan tentang hipertensi dengan waktu yang lebih sering dan melakukan program pemberian informasi melalui sms (message) Broadcast tentang jadwal kunjungan dan minum obat. Muhammadun. 2010. Hidup bersama hipertensi. Yogyakarta: In Books. Niven, Neil. 2002. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Purwati, Susi., Salimar., & Rahayu, Sri. 2004. Perencanaan Menu Untuk Penderita Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke. Yogyakarta: Dianloka Pustaka. Pratiwi, Denia. 2011. Pengaruh Konseling Obat Terhadap Kepatuhan Pasien Hipertensi Di Poliklinik Khusus RSUP DR. M. Djamil Padang, tersedia di http://pasca.unand.ac.id, diperoleh tanggal 22 Februari 2015 Brunner & Suddarth. 2004. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Riskesdas, 2010, tersedia http://www.k4health.org, diperoleh tanggal 26 Februari 2015. Rudianto. 2013. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: PT. Sakhasukma Riyanto, Agus. 2007. SPSS Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan. Bandung: PT. Refika Aditama. Rosiana. Ayu. 2014. Pengaruh Pendampingan Perilaku Diet Hipertensi Terhadap Kepatuhan Diet Pada Penderita Hipertensi di Kampung Sanggrahan, tersedia di http://pasca.unand.ac.id, diperoleh tanggal 22 Februari 2015 Shadine, Mahannad. 2010. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke & serangan Jantung. Jakarta: PT. Keenbook DAFTAR PUSTAKA Evadewi, Putu. & Sukmayanti, Karisma. 2013. Kepatuhan Mengonsumsi Obat Pasien Hipertensi Di Denpasar Ditinjau Dari Kepribadian Tipe A Dan Tipe B. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Udayana, tersedia di http://pasca.unand.ac.id, diperoleh tanggal 22 Februari 2015 Stanley, Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 129 Aplikasinya dalam Perawatan. Yogyakarta: Amara Books. Rendah Garam pada Lansia Penderita Hipertensi di Desa Bakarejo Kecamatan Guntur Kabupaten Demak., 2006, tersedia di http://pasca.unand.ac.id, diperoleh tanggal 27 Februari 2015. Triyanto, Endang.2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu. Yogyakarta:Graham Ilmu Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & Bandung: IKAPI. Udjianti, Juni Wajan. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika. Sutanto. 2010. Cekal Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol, dan Diabetes. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Wolff, Hanns Peter. 2008. Hipertensi Cara Mendeteksi dan Mencegah Tekanan Darah Tinggi Sejak Dini. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. Sutedjo, AY. 2008. Mengenal ObatObatan Secara Mudah dan __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 130 Petunjuk Penulisan Jurnal Ilmiah STIKes Budi Luhur Cimahi 1. Jurnal Ilmiah STIKes Budi Luhur Cimahi menerima tulisan ilmiah berupa hasil penelitian, telaah pustaka, atau review yang berkaitan dengan bidang keperawatan, kebidanan, kesehatan masyarakat dan sains. 2. Naskah diutamakan yang belum pernah diterbitkan dimedia lain, baik cetak maupun elektronik. Jika sudah pernah disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah hendaknya diberi keterangan yang jelas mengenai nama, tempat, dan tanggal berlagsungnya pertemuan tersebut. 3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia baku dan bahasa Inggris dengan huruf Arial 10, naskah disusun dengan sistematika sebagai berikut: a. Judul naskah ditulis dengan huruf kapital, singkat, dan jelas serta mencerminkan isi tulisan, tidak lebih dari 12 kata (bahasa Indonesia) atau 10 kata (bahasa Inggris). b. Nama penulis tanpa gelar, diikuti alamat instansi masing-masing dan disebutkan alamat korespondensi kepada penuullis lengkap dengan alamat e-mail. c. Abstrak dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, masing-masing maksimum 165 kata, dilengkapi dengan kata kunci (keywords) 4-5 kata. d. Isi/batang tubuh: 1) Untuk tulisan berupa laporan hasil penelitian, disusun dengan sistematika sebagai berikut: Pendahuluan (Introduction), Metode Penelitian (Materials and and Methods), Hasil dan Pembahasan (Result and Discussion), Kesimpulan dan Saran (Conclusion). 2) Untuk tulisan bukan laporan hasil penelitian, disusun dengan sistematika sebagai berikut: Pendahuluan, Bagian-bagian sesuai topik tulisan, serta Penutup berupa kesimpulan dan Saran. e. Daftar Pustaka (References) ditulis berurutan dengan Nomor Arab (1, 2, 3, dst.) dengan urutan pemunculan berdasarkan nama penulis secara alfabetis dengan sistem Harvard. Publikasi dari penulis yang sama dan dalam tahun yang sama ditulis dengan cara menambahkan huruf a, b, atau c, dan seterusnya tepat dibelakang tahun publikasi (baik penulisan dalam daftar pustaka maupun sitasi dalam naskah tulisan). Alamat Internet ditulis menggunakan huruf Italic, contoh: 1) Buller H, K. Hoggart .1994. New Drugs for Acute Respiratory Distress Syndrome. New England J Med 337(6): 435-439. 2) Buller H, K. Hoggart. 1994b. The Sosial Integrationof British Home Owners Into Rench Rural Communities. J Rural Studies 10(2):197-210. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 131 3) Dowor M. 1977. Planning aspects of Second homes, di dalam Coppock JT (ed), Second homes: Curse or Blessing? Poxford: Pergamen Pr. Hlm 210237. 4) Grinspoon L., Bakalar JB. 1993. Marijuana: the Forbidden Medicine. London: Yale Univ Press. 5) Palmer FR. 1986. Mood and Modality. Cambridge: Cambridge univ Press. 4. Sitasi/rujukan kepustakaan dilakukan dengan mencantumkan nama penulis dan tahun penerbitan yang diletakkan dalam tanda kurung. Contoh: Respons dipengaruhi oleh beberapa stimulus, meliputi stimuli fokal, kontekstual, dan residual (Friedman, 1988). 5. Untuk penulisan keterangan gambar, ditulis Gambar 1; Grafik. dsb. 6. Bila sumber Gambar diambil dari buku atau dari sumber lain, maka dibawa keterangan gambar ditulis nma penulis dan tahun penerbitan. 7. Tabel harus utuh, jelas terbaca, dibuat dengan format tabel pada Microsoft Words, tanpa garis pembatas kolom dan baris pada badan tabel, diletakkan simetris ditengah area pengetikan, diberi judul dan tabel dengan angka arab 1, 2, 3,... dst. 8. Naskah dikirim dalam bentuk cetakan (hard copy) dan berkas elektronik (dalam bentuk CD) melalui pos/kurir atau diantar sendiri ke sekretariat jurnal. 9. Naskah yang diterima akan detelaah oleh Redaksi/Editor/Mitra Bestari, apabila diperlukan akan diberi catatan dan dikembangkan kepada penulis untuk direvisi, untuk selanjutnya dikirimkan kembali secara utuh ke pada redaksi jurnal untuk diterbitkan. __________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016 132