Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016 1

advertisement
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016
1
EDITORIAL
Pengantar Redaksi
Penanggung Jawab:
Dr. Ijun Rijwan Susanto, SKM., M.Kes
Syukur Alhamdulilllah kami panjatkan
kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
Dewan Redaksi :
hidayah-Nya, sehingga Jurnal STIKes
Karwati, SST., MM
Dr. Atira, S.Si., M.Kes
Dr. Sri Wahyuni, S.Pd., M.Kes
Yosi Oktri, S.Pd., SST., MM
Budi Rianto, S.Sos., MM
Budi Luhur Cimahi Volume 9. No. 1,
Januari 2016 dapat diterbitkan.
Dengan diterbitkannya Jurnal STIKes
Budi Luhur Cimahi ini, diharapkan
dapat
Mitra Bestari:
Prof. Suminar Setiati Achamadi, Ph.D
Suparji, SST., SKM, M.Pd.
Heru S.W. Nugroho, S.Kep., Ners., MM.Kes
memberikan
Rahayu, S.Pd.
dan
pencerahan kepada masyarakat dan
lingkungan civitas akademika STIKes
Budi
Luhur
Cimahi
yang
dapat
membawa visi dan misi Tri Dharma
Perguruan
Tata Usaha:
manfaat
Tinggi
sehingga
memunculkan inspirasi
dan inovasi
dalam
bidang
kesehatan
untuk
kepentingan kesejahteraan bangsa dan
Negara Republik Indonesia.
Diterbitkan Oleh:
Kepada para penulis kami ucapkan
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat.Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Budi Luhur Cimahi
banyak
terima
kasih
atas
partisipasinya. Semoga Jurnal ini dapat
menjadi
media
komunikasi
dan
penyebar luas informasi tentang ilmu
Alamat Redaksi:



pengetahuan bagi kita semua, Amin.
LPPM STIKes Budi Luhur Cimahi
Jl. Kerkof No. 243 Leuwigajah Cimahi,
Jawa Barat,Telp. 022-6674696,
Hp: 085222037309
Alamt e-mail: [email protected]
Elektronik. Jurnal:
www.stikesbudiluhurcimahi.ac.id.
Wassalam,
Dewan Redaksi
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016
2
DAFTAR ISI
Jurnal Kesehatan Budi Luhur Volume 9 No. 1 Januari 2016
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN GRAMATIKAL DENGAN KETERAMPILAN
BERBICARA BAHASA INGGRIS PADA MAHASISWA
Rizal Ilbert ..........................................................................................................................
1
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PEREMPUAN
MENGHADAPI MENOPAUSE
Saurmian Tri Ardayani1) , Sinaga2), dan Wintari Hariningsi3) ...........................................
11
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG TUBERKULOSIS PARU
THE KNOWLEDGE ABOUT PULMONARY TUBERCULLOSIS
Ijun Rijwan Susanto dan Tuti Nurhayati .................................................................................
21
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.Y DENGAN P 1 A0 PARTUS MATURUS POST
OPERASI SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI EKLAMPSIA
Dedeh Sri Rahayu dan Lia Yuliani Endah ..............................................................................
27
PENGARUH TERAPI MODALITAS RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP
KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA
Briefman Tampubolon ...........................................................................................................
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI (USIA 12-15 TAHUN
37
DENGAN NYERI HAID (DISMENORHOE)
Yosi Oktri1), Pandith2), dan Hanipah Mutiara3) ................................................................
45
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN
ANEMIA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Tri Wahyuningsih ...............................................................................................................
54
PERBEDAAN PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG HIV/AIDS ANTARA
METODE BUZZ GROUP DAN METODE BRAINSTORMING TERHADAP
PENINGKATAN PENGETAHUAN SISWA-SISWI SMP
Hj. Reini Astuti, Wulan Novika, dan Nurjen Juniarsyah ...................................................
63
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERAN ORANGTUA DENGAN
PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN)
Windasari Aliarosa, Sri Wahyuni, dan Desy Widianti .......................................................
74
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.E DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERNAFASAN PADA BALITA UMUR 1,5 TAHUN AKIBAT INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN AKUT
Ijun Rijwan Susanto, Afrieani Deasy, dan Rukman Rudi Anjani .......................................
85
PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PROGRAM JAMINAN
KESEHATAN NASIONAL
Sri Wahyuni, Atira, dan Indah Nurahmat .........................................................................
95
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016
3
TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PASIEN RAWAT JALAN DENGAN
KEJADIAN KONJUNGTIVITIS
Budi Rianto, Atira, dan Ina Khaerunisa .............................................................................
102
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN
ANEMIA PADA IBU HAMIL
Wulan Novika Ambarsari, Tria Utami ................................................................................
112
TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PENGOBATAN PADA
PENDERITA HIPERTENSI
Atira, Karwati, Dan Teguh Herlambang .............................................................................
122
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016
4
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN GRAMATIKAL DENGAN KETERAMPILAN
BERBICARA BAHASA INGGRIS
PADA MAHASISWA
THE CORRELATION BETWEEN ENGLISH GRAMMATICAL KNOWLEDGE WITH
ENGLISH SPEAKING SKILL ON STUDENTS
Rizal Ilbert
Prodi S1 Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi
Abstrak
Kemampuan bahasa harus dikuasai dengan baik terutama pada siswa yang akan dapat
berkomunikasi dan mengekspresikan ide-ide mereka baik dalam percakapan sehari-hari
mereka di kampus dan juga membuat percakapan dengan penutur asli. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara bahasa Inggris pengetahuan tata bahasa
dengan bahasa Inggris keterampilan berbicara pada mahasiswa program studi ilmu perawat
sarjana di Budi Luhur Cimahi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa semester 7
sebanyak 33 siswa. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari 8 (24,2%) responden berada
di kategori baik, sedangkan ada sebanyak 22 (66,7%) responden dalam kategori kurang dan
45 (45,4%) responden berada di kategori komunikasi yang efektif adil. Hasil penelitian
dengan uji statistik uji chi-square antara pengetahuan tata bahasa dengan keterampilan
berbahasa Inggris dengan pvalue = 0,000 bahwa ada hubungan antara pengetahuan tata
bahasa dengan keterampilan berbahasa Inggris. Saran bahwa perlu lebih ditingkatkan
kemampuan mahasiswa dalam berbicara bahasa inggeris sehingga tidak menemukan
kesulitan bila ditempatkan bekerja diluar negeri.
Kata kunci: Hubungan, pengetahuan, bahasa inggris, keterampilan, siswa
Abstract
Language skills must be mastered well, especially to the students who will be able to
communicate and express their ideas well in their daily conversation on campus and also
make conversation with native speakers. This study aims to determine the relationship
between knowledge of English grammar with English speaking skills on students of
undergraduate nursing science in Budi Luhur Cimahi. The population in this study is the 7th
semester students as many as 33 students. Statistical analysis showed that 8 (24.2%) of
respondents were in either category, while there were 22 (66.7%) of respondents in the poor
category and 45 (45.4%) of respondents were in the category of effective communication
fair. Research results with statistical tests chi-square test between knowledge of grammar
with English speaking skills with pvalue = 0,000 that there is a relationship between
knowledge of grammar with English speaking skills. Suggestions that need to be further
enhanced students' ability to speak English so that no difficulties when placed to work
abroad.
Keywords: relationships, Knowledge, english, skills, students
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016
1
1. Pendahuluan
Keterampilan berbicara merupakan
suatu keterampilan bahasa yang perlu
faktor
kemampuan
dosen
dalam
mengajar.
dikuasai dengan baik. Keterampilan ini
Menurut
Tarigan
(1995
)
merupakan suatu indikator terpenting bagi
keterampilan berbahasa memiliki empat
keberhasilan mahasiswa terutama dalam
aspek yang sangat mendasar yaitu :
belajar
Dengan
keterampilan mendengarkan (listening),
penguasaan keterampilan berbicara yang
berbicara (speaking), menulis (writing),
baik,
membaca (riding).
bahasa
Inggris.
mahasiswa
dapat
mengkomunikasikan ide-ide mereka, baik
Kemampuan membaca dan kemampuan
di kampus maupun dengan orang asing,
menterjemahkan
dan juga menjaga hubungan baik dengan
dikatakan
orang lain, hal ini sesuai dengan hasil
memiliki
penelitian haryadi (1996) dalam Dimiyanti
mengembangkan
(1998)
kecermatan membaca serta kemampuan
tentang
membaca
dalam
dan
kelancaran
berbicara
bahasa
dalam
mahsiswa
inggris
yang
sebagaimana
oleh
beberapa
teori
yang
para
dan
ahli
pelatihan,
kemampuan
menterjemahkan
berdampak
dan
dalam
kemampuan berbicara, penting mengingat
tinggal dilingkungan pendidikan dengan
kemampuan
bahasa inggris lebih lancar membaca
menterjemahkan telah menjadi kebutuhan
dan berbicaranya.
sangat penting dalam kegiatan akademik
Jika seseorang menguasai suatu
bahasa, secara intuitif ia mampu berbicara
mengindikasikan
bahwa
dan
dan aktifitas mahasiswa sehari-hari saat
ini.
dalam bahasa tersebut”. Pendapat ini
jelas
membaca
Membaca
dan
berbicara
itu
sangat penting dalam pendidikan antara
keterampilan berbicara mengisyaratkan
lain
bahwa
suatu
diusahakan agar memiliki pengetahuan
bahasa. Selain itu, keterampilan berbicara
fungsional tentang bahasa inggris dan
bisa juga digunakan sebagai suatu media
penggunaannya sebagai alat yang sangat
untuk
1993).
penting
Keterampilan ini sangat terkait dengan
dengan
pelafalan,
kosakata,
bersosialisasi dengan masyarakat luas
keterampilan mendengarkan, dan lain lain.
maka peran bahasa dalam membaca dan
Menurut
dalam
berbicara
bahwa
(Keraf, 1979).
dan
Proses
seseorang
belajar
mengetahui
(Izquirdo,
gramatika,
Haryono
Penelitiannya
kemampuan
(1995)
mengatakan
dari
membaca
berbicara seseorang dipengaruhi oleh
disebutkan
untuk
mahasiswa
melakukan
orang
lain
dirasakan
menterjemahkan
melibatkan
bahwa
faktor
komunikasi
dan
sangat
untuk
berfungsi
membaca,
dan
intelektual
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016
berbicara
karena
2
semua
sepakat
menterjemahkan
bahwa
yaitu
Program
Studi
S1
Keperawatan telah menyiapkan kurikulum
proses
pendidikan bahasa inggris dengan tujuan
berpikir, sebagaimana yang dikatakan
untuk menghasilkan lulusan yang mampu
oleh seorang ahli membaca (Edward,
dalam berbicara bahasa inggris.
adalah
berbicara
Luhur
pada
hakikatnya
dan
membaca,
sebuah
1980), bahwa proses membaca itu tak
Kurikulum Tahun 2011 Program
ubahnya dengan proses ketika seorang
Studi S1 Keperawatan STIKes Budi Luhur
sedang berpikir dan bernalar. Dalam
cimahi
membaca,
Bahasa
menterjemahkan
dan
telah
menyusun
inggris
mata
dengan
kuliah
pendekatan
berbicara ini terlibat aspek-aspek berpikir
gramatikal
yang
bertujuan
seperti
mahasiswa
mampu
menguasai
mengingat,
memahami,
tata
membeda-bedakan, membandingkan dan
bahasa,
pada akhirnya menerapkan apa yang
jurnal kesehatan sampai berbicara bahasa
terkandung
dalam
membaca,
agar
menterjemahkan
bacaan
dan
inggris dalam konteks kesehatan dan
inilah
dalam
keperawatan. Mata Kuliah tersebut dimulai
membaca dan berbicara diperlukan Cara
dari tingkat satu sampai tingkat empat
yang berupa kemampuan intelektual yang
yaitu: diawali dengan Basic Grammar,
tinggi. Jika dilihat dari aspek intelektual
Advanced Grammar, Writing, Speech dan
yang lain seperti minat. Dari beberapa
Nursing Translation. Pada mata kuliah
penelitian
tersebut
pembicaraan.
Untuk
yang
menunjukkan
pernah
bahwa
dilakukan
adanya
mahasiswa
pendidikan
bahasa
yang tinggi antara minat terhadap bacaan
bahasa,
kemampuan
dan
menterjemahkan
kemampuan
menterjemahkan
dan
korelasi
terlihat
membaca,
kemampuan
berbicaranya (Nurhadi, 1995).
inggris
diberikan
dari
tata
membaca,
sampai
kepada
berbicara bahasa inggris umumnya dan
menguasai
bahasa
inggris
dalam
Memasuki era Globalisasi maka
kesehatan dan keperawatan khususnya.
STIKes Budi Luhur cimahi adalah salah
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
satu perguruan tinggi yang memiliki visi
mengetahui hubungan Hubungan antara
Go Internasional. Untuk mencapai visi
pengetahuan
tersebut sangat perlu kiranya, institusi
dengan keterampilan berbicara bahasa
menyiapkan sumber daya manusia yang
inggris
memiliki kemampuan dalam berbahasa
keperawatan Stikes Budi Luhur Cimahi
asing khususnya bahasa inggris sebagai
tahun 2014 .
pada
gramatikal bahasa inggris
mahasiswa
prodi
s1
bahasa kedua setelah bahasa Indonesia.
Salah satu program studi di STIKes Budi
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016
3
2. Metode
Metode
penelitian
ini
Adapunkerangka konsep penelitian ini
menggunakan survei analitik koralasional
seperti terlihat pada Gambar 1 sebagai
dengan
berikut:
pendekatan
Cross
sectional.
Keterampilan berbicara
bahasa inggris
Pengetahuan Gramatikal
Bahasa inggris mahasiswa
Baik
Mahasiswa
Cukup
Kurang
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel
pada
penelitian
yaitu
(dependen) yaitu keterampilan berbicara
Variabel bebas (independen) yaitu :
bahasa
Pengetahuan gramatikal bahasa inggris
Operasional dapat dilihat pada Tabel 1
mahasiswa
berikut ini:
dan
Variabel
terikat
inggris
mahasiswa.
Definisi
Tabel 1 Definisi Operasional
Variabel
Independen:
Pengetahuan
gramatikal
bahasa inggris
pada
mahasiswa
Definisi Operasional
Kategori
Penguasaan
Bila skor
pengetahuan
responden :
dari kode bahasa itu
a. > 75 % :
sendiri yang mencakup
Baik
aturan pembentukan
b. 56-75 % :
kata dan kosa kata,
cukup
pengucapan/fonologida c. ≤ 55 % :
n pembentukan
kurang
kalimat/sintak.
Pengetahuan kode
bahasa ini dirangkai
dalam istilah
pemahaman makna
literal
dari
ujaran
tersebut
Cara Ukur
Alat Ukur
Skala Ukur
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016
5
Dependent:
Keterampilan
berbicara
bahasa inggris
pada
mahasiswa
Kemampuan
mengucapkan
bunyibunyi artikulasi atau
kata-kata
untuk
mengekspresikan,
menyatakan
serta
menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan
dalam bahasa inggris”
Populasi dalam
penelitian
TSE (Test of
spoken
English)
wawancara
kuesioner
Ordinal
ini
penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji
adalah seluruh mahasiswa prodi S1
coba agar diperoleh instrumen yang valid
KeperawatanSTIKes Budi Luhur Cimahi
dan reliabel.
TA 2014/2015 yang berjumlah 152 orang.
Selanjutnya data yang terkumpul
Sedangkan Sampel berjumlah 33 Orang.
diolah secara manual, kemudian dengan
Metode pengumpulan data dikumpulkan
menggunakan bantuan komputer melalui
melalui
beberapa tahap, yaitu :Editing, Coding,
rekaman
aktifitas
berbicara
bahasa Inggris /“tape recorder”/video dan
Entry,
observasi. Rekaman/tape recorder/video
Selanjutnya
digunakan
secara Analisis Univariat dan Bivariat.
untuk
mengumpulkan
data
tentang pengetahuan gramatikal bahasa
inggris
mahasiswa.
Cleaning
dilakukan
Pengetahuan
data
entry.
Analisis
responden
data
dalam
merekam
penelitian ini diukur dengan menggunakan
dengan
metode scoring terhadap kuesioner yang
menggunakan „tape recoder‟. Observasi
tela diberi bobot. Berdasarkan jumlah nilai
juga digunakan untuk mengumpulkan data
yang diperoleh dari responden, maka
tentang
tingkat
aktivitas
Peneliti
dan
berbicara
mereka
mahasiswa
dalam
berbicara
pengetahuan
dikelompokkan
bahasa Inggris. Di sini, peneliti mengamati
menjadi 3 kategori, yaitu: Baik, jika
aktivitas komunikasi lisan yang dilakukan
jawaban yang benar mencapai 76-100%,
mahasiswa
akhir
Cukup, jika jawaban yang benar mencapai
untuk
56-75%, Kurang, jika jawaban yang benar
(dengan
dari
awal
lembar
sampai
observasi)
mencapai ≤ 55%. Sehubungan dengan
mendapatkan data tersebut.
Instrument penelitian ini adalah
„video/tape
recorder‟
yang
digunakan
dilakukan
analisis
menentukan
proporsi
persentase
responden
untuk merekam mahasiswa yang sedang
dengan
berbicara dalam bahasa Inggris: Tanya –
menggunakan rumus menurut Arikunto
jawab
(2006) sebagai berikut :
dan
atau
percakapan,
lembar
tingkat
untuk
pengetahuan,
maka
observasi yang berguna untuk mengamati
f
kecakapan komunikatif mahasiswa ketika
berbicara
bahasa
Inggris.
Instrumen
penelitian yang akan digunakan dalam
P=
X 100 %
N
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016
5
α =0,05 berarti tidak terdapat
Keterangan :
P : Persentase
f : Jumlah skor jawaban responden
N : Jumlah seluruh pertanyaan
Analisis
bivariat
dilakukan
hubungan
yang
bermakna/ Ho
diterima.
uji
Etika Penelitian
hipotesis variabel bebas dan variabel
Etika penelitian merupakan salah
terikat untuk melihat hubungan antara 2
satu tanggung jawab mendasar bagi
variabel yaitu variabel bebas (membaca
peneliti, sebelum melakukan penelitian
dan terjemah) dengan variabel terikat
perlu
(kemampuan bicara). Uji statistik yang
persetujuan
digunakan adalah uji chi square (x²)
ditandatangani oleh
dengan menggunakan tingkat kecemasan
mendapat penjelasan tentang
nilai alpha 0,05 (5%).
tujuan, manfaat dan hak responden untuk
Rumus Chi Square test (Riyanto,
2009) :
ada
menolak
surat
persetujuan.
sebagai
Surat
responden
responden setelah
sebagai
sampel
maksud,
penelitian.
Segala informasi yang diperoleh dari
responden akan dijaga kerahasiannya
( fo− fe )²
X²= Σ ----------------------fe
serta
hanya
dipergunakan
untuk
kepentingan penelitian ini dan setelah
selesai,
semua
catatan
atau
data
Keterangan :
mengenai responden akan dimusnahkan.
X² = nilai chi-kuadrat
Sebagai
Σ = Jumlah
meyakinkan bahwa responden terlindungi
fo = frekuensi yang diobservasi
dengan aspek-aspek sebagai
pertimbangan
etik,
peneliti
berikut :
Self determination, Privacy, Anonymity,
(frekuensi empiris)
fe = frekuensi yang diharapkan
Confidentiality,
dan
Protection
from
discomfort.. Lokasi dan Waktu Penelitian:
(frekuensi teoritis)
Chi square = bila p value kurang
Penelitian ini dilakukan di
dari
Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi,
α
=0,05
hubungan
yang
berarti
terdapat
bermakna/ Ho
Prodi S1
Tahun 2014.
ditolak, bila p value lebih besar dari
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016
6
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian:
a. Karakteristik Responden
Tabel distribusi frekuensi karakteristik responden penelitian ini disajikan dalam Tabel 2
berikut:
Tabel 2. Karakteristik responden penelitian pada mahasiswa
Karakteristik Responden
Usia responden
18 tahun
19 tahun
20 tahun
21 tahun
Total
f
%
2
17
12
2
33
6,1
51,4
36,4
6,1
100
Sumber: data primer
b. Pengetahuan Gramatikal
Pengetahuan gramatikal dalam penelitian ini seperti terlihat pada Tabel 3 berikut
ini:
Tabel 3. Tabel frekuensi tentang pengetahuan gramatikal pada mahasiswa
Kategori
Baik
Cukup
Kurang
Sumber: data primer
c.
Frekuensi (f)
8
3
22
Keterampilan Berbicara Bahasa
Inggris
Persentase (%)
24,2
9,1
66,7
menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan dalam bahasa inggris. Hasil
Keterampilan
berbicara
Bahasa
pengukuran
Inggris dalam penelitian ini merupakan
Bahasa
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
penelitian
artikulasi
berikut:
atau
kata-kata
untuk
keterampilan
Inggris
disajikan
pada
pada
berbicara
responden
Tabel
4
mengekspresikan, menyatakan serta
Tabel 4. Tabel frekuensi keterampilan berbicara Bahasa Inggris pada mahasiswa
Kategori
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Komunikasi hampir selalu efektif
5
15,2
Komunikasi umumnya efektif
7
21,2
Komunikasi agak efektif
15
45,4
Komunikasi umumnya tidak efektif
6
18,2
Tidak ada komunikasi yang efektif
0
0
Sumber: data primer
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016
7
d. Hubungan Antara Pengetahuan Gramatikal Dengan
Keterampilan Berbicara
Bahasa Inggris
Peneliti melakukan uji statistik menggunakan uji chi-square antara pengetahuan
gramatikal dengan keterampilan berbicara Bahasa Inggris. Hasil uji statistik pada
penelitian ini disajikan pada tabel 5 berikut:
Tabel 5. Hubungan pengetahuan gramatikal dengan keterampilan berbicara Bahasa
Inggris pada mahasiswa
Komunikasi
umumnya agak efektif umumnya
hampir
Pengetahuan
p
tidak efektif
efektif
selalu
gramatikal
efektif
f
%
f
%
f
%
f
%
Baik
0
0
1
3,1
2
6,1
5
15,1
Cukup
0
0
0
0
3
9,1
0
0
0,000
Kurang
6
18,2 14 42,3
2
6,1
0
0
Sumber: data primer
Berdasarkan
tabel
di
atas,
pengetahuan
gramatikal
dengan
diketahui bahwa nilai p= 0,000 hal
keterampilan
berbicara
Bahasa
tersebut
membuktikan
bahwa
Inggris pada mahasiswa.
terdapat
hubungan
antara
Pembahasan
Pengetahuan merupakan hasil dari
kalimat/sintak. Pengetahuan kode bahasa
dan
orang
ini dirangkai dalam istilah pemahaman
melakukan penginderaan terhadap suatu
makna literal dari ujaran tersebut. Hasil
objek
penelitian
tahu
ini
terjadi
tertentu.
melalui panca
setelah
Penginderaan
terjadi
indera manusia, yaitu
inderapenglihatan,
pendengaran,
tentang
pengetahuan
gramatikal 8 responden (24,2%) berada
pada kategori baik, sedangkan sebanyak
penciuman, rasa dan raba. Sebagian
22
besar pengetahuan manusia diperoleh
kategori
melalui mata dan telinga dengan melalui
menunjukkan
suatu proses yaitu proses belajar dan
responden
membutuhkan suatu bantuan, misalnya
kalimat sederhana dalam bahasa inggris
buku dan sebagainya (Notoatmojo, 2003).
dengan baik dan benar sesuai gramatikal
Pengetahuan gramatikal dalam penelitian
yang ditandai dengan kesalahan tata
ini adalah pengetahuan dari kode bahasa
bahasa
itu
penyampaian
sendiri
pembentukan
yang
kata
mencakup
dan
kosa
aturan
responden
(66,7%)
kurang.
Hal
bahwa
belum
berada
tersebut
sebagian
mampu
sehingga
makna,
pada
besar
membuat
menghalangi
sering
terjadi
kata,
kesalahan pelafalan yang tidak diperbaiki
pengucapan/fonologi, dan pembentukan
meski sudah diberitahu kesalahannnya,
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016
8
mereka
sering
bertanya
jika
tidak
mengetahui kosa kata tertentu.
Keterampilan
sebanyak 45 responden (45,4%) berada
pada kategori komunikasi agak efektif. Hal
pada
tersebut menunjukkan bahwa sebagian
“kemampuan
besar responden agak kurang kompeten
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
dalam melakukan tugas yang ditandai
kata-kata
mengekspresikan,
dengan ketika berpidato/berbicara selalu
menyatakan serta menyampaikan pikiran,
ditandai dengan bahasa ibu (misalnya
gagasan, dan perasaan” (Tarigan 1981).
bahasa Indonesia).
hakikatnya
berbicara
adalah
untuk
Berbicara merupakan instrumen yang
mengungkapkan
kepada
penyimak
Setelah
menggunakan
dilakukan
uji
uji
chi-square
antara
hampir secara langsung, apakah sang
pengetahuan
pembicara memahami atau tidak, baik
keterampilan berbicara Bahasa Inggris.
bahan pembicaraan atau penyimaknya,
Diketahui bahwa
apakah
dapat
tersebut membuktikan bahwa terdapat
menyesuaikan diri atau tidak pada saat
hubungan antara pengetahuan gramatikal
dia
dengan keterampilan berbicara Bahasa
dia
tenang
serta
mengkomunikasikan
gagasannya,
gramatikal
statistik
nilai p= 0,000
Inggris
atau tidak (Tarigan dalam Fatnawati,
Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi.
1997). Keterampilan berbicara Bahasa
Jika
Inggris dalam penelitian ini merupakan
responden yang memiliki pengetahuan
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
gramatikal yang baik cenderung memiliki
artikulasi
mengekspresikan,
menyampaikan
dilihat
mahasiswa
dari
Prodi
hal
dan apakah dia waspada serta antusias
atau
pada
dengan
frekuensi
S1
bahwa
kata-kata
untuk
komunikasi yang hampir selalu efektif,
menyatakan
serta
sedangkan
pikiran,
gagasan,
dan
pengetahuan
responden
yang
gramatikal
memiliki
kurang
perasaan dalam bahasa inggris. Hasil
cenderung memiliki komunikasi yang agak
pengukuran
efektif.
keterampilan
berbicara
Bahasa Inggris pada responden penelitian
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016
9
4. KESIMPULAN
Penelitian ini dapat disimpulkan
Classroom Practice. San Fransisco:
Fransisco State University.
bahwa:
1) Pengetahuan
mahasiswa
tentang
Chamot, et al. 1999. The Learning
Strategies:
Handbook.
New
York:
Longman.
grammatical sebanyak 24,2% dengan
kategori baik, sedangkan sebanyak 22
responden
(66,7%)
berada
Discussion on
Communicative
pada
Pillar, Granville W. 2012. A Framework for
Testing Communicative Competence.
kategori kurang.
2) Keterampilan
Fang, Fan. 2010. A
Developing Students‟
Competence in
berbicara
Inggris
sebanyak
(45,4%)
berada
45
pada
Bahasa
responden
kategori
komunikasi agak efektif.
Shumin, Kang. 2002. Factor to Consider:
Developing Adult EFL Students‟
Speaking Abilities. In Jack C.
Rishards and Willy A. Renandya,
Methodology in Language Teaching:
An Anthology of Current Practice.
Cambridge: Cambridge University
Press. pp. 2004.
3) Ada hubungan antara pengetahuan
dengan
keterampilan
berbicara
dengan nilai p= 0,000.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2003, Manajemen Penelitian.
Jakarta : Rineka Cipta
______ , 2006, Prosedur Penelitian :
Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
Revisi VI. Jakarta : Rineka
Cipta
Notoatmodjo, 2002,
Masyarakat.
Cipta
Ilmu Kesehatan
Jakarta: Rineka
Bagaric, Vesna dan Djigunovic, J.
Mihaljevic. Defining Communicative
Competence. Serbia: Univeristy of
Osijek dan Zagreb
Brown,
H.D.
Assessment:
2004.
Language
Principles
and
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1 Januari 2016
10
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PEREMPUAN
MENGHADAPI MENOPAUSE
Tri Ardayani1) , Saurmian Sinaga2), dan Wintari Hariningsi3)
1), 2),3)
Staf Dosen STIK Immanuel Bandung
ABSTRAK
Masalah kesehatan reproduksi yang dialami oleh wanita salah satunya adalah
masuknya masa menopause rata-rata 45 tahun sampai 50 tahun. Perempuan yang
menopause mengalami perubahan secara fisiologis dan psikologis yang dapat
menimbulkan masalah kecemasan. Oleh karena itu diperlukan dukungan suami. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami dengan tingkat
kecemasan perempuan menghadapi menopause. Jumlah sampel dalam penelitian
berjumlah 140 orang, dengan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat kecemasan perempuan menopause menggunakan kuesioner mengacu
dari T-MAS (Taylor Manifest Anxiety Scale. Hasil penelitian didapatkan (1) dukungan suami
pada wanita menopause responden mendapatkan dukungan baik yaitu 80.71 %. (2) tingkat
kecemasan pada wanita menghadapi menopause berada pada tingkat kecemasan sedang
yaitu 79.28 %. (3) terdapat hubungan yang signifikan dukungan suami dengan tingkat
kecemasan wanita menghadapi menopause. Simpulan penelitian dukungan suami
terhadap wanita dalam menghadapi masa menopause baik, tingkat kecemasan wanita
menghadapi masa menopause sedang, terdapatnya hubungan yang signifikan. Sehingga
peneliti merekomendasikan hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi Puskesmas
pagarsih untuk bagi puskesmas pagarsih untuk meningkatkan pelayanan di area
maternitas.
Kata Kunci : Menopause, dukungan, kecemasan
ABSTRACT
Reproductive health problems experienced by women one of them is the entry menopause
the average 45 years to 50 .Women who menopause changed physiologically and
psychological which could result in problems anxiety .Hence support needed husband .The
purpose of this research to know the relationship between support husband to the level of
anxiety women face menopause .The sample of the in research were 140 people , a
random sampling .An instrument used for measuring the degree of anxiety women
menopause uses a questionnaire reference of t-mas ( taylor manifest anxiety scale .The
results of the study obtained ( 1 ) support husband at postmenopausal women respondents
the provision of support good that is 80.71 % .( 2 ) the rate of anxiety on women face
menopause be on a level anxiety and that is 79.28 % .( 3 ) there are a significant relation to
the level of support husband anxiety women face menopause . Drawing conclusions
research support husband of women in the face of menopause good, the anxiety women
face menopause being, came across a significant relation.So researchers recommend the
result of this research can be used as a platform for puskesmas pagarsih to for puskesmas
pagarsih to improve the service in the area maternitas.
Keyword: menopause , support , anxiety
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
11
1. Pendahuluan
yang terjadi pada usia menjelang atau pada
Masalah kesehatan reproduksi tidak
hanya
kehamilan,
termasuk
persalinan,
masa
menarche
usia lima puluhan (Wahyunita, 2010). Usia
tetapi
perempuan menopause menurut Andrew
sampai
dan Lestari (2010) yaitu pada usia 45 tahun
menopause. Menopause yang di tandai
sampai 50 tahun
dengan menurunnya kadar estrogen dapat
Menurut Hawari tanda dan gejala
berdampak pada kondisi psikis perempuan.
seseorang mengalami kecemasan adanya
Perempuan
banyak
keluhan
cukup
khawatir,
yang
mengalami
menopause
kondisi
yang
seperti
timbul
mudah
cemas,
tersinggung,
merasa
mengganggu sebelum masa menopause
tegang,
itu tiba (Mangoenprasodjo, 2004)
sendirian, gangguan pola tidur, gangguan
Tahun 2025 diperkirakan jumlah wanita
menopause
mencapai
tenang,
gelisah,
takut
konsentrasi dan daya ingat (Hawari 2002).
milyar
Hasil penelitian Nurmadina (2009)
(Bandiyah, 2009). Di negara maju seperti
hubungan antara dukungan sosial suami
Amerika Serikat pertambahan perempuan
dengan
menopause bertambah 1000 orang perhari.
menopause di Sumatra Utara. Penelitian ini
(Kusmira,
merupakan
2011).
1,2
tidak
rasa
Menurut
Proverawati
kecemasan
pada
penelitian
yang
wanita
bersifat
(2010) Menopause dialami oleh banyak
korelasional. Jumlah sampel penelitian ini
perempuan hampir di seluruh dunia, sekitar
adalah 74 wanita. Pengambilan sampel
70-80%
dilakukan dengan menggunakan purposive
perempuan
Eropa,
60%
di
Amerika, 57% Malaysia, 18% di Cina dan
sampling.
10% di Jepang dan Indonesia.
hubungan yang sangat signifikan antara
Berdasarkan Badan Pusat Statistik,
pada tahun 2030 jumlah perempuan yang
Hasil
penelitian
didapatkan
dukungan sosial suami dengan kecemasan
pada wanita menopause.
memasuki masa menopause meningkat
Hasil penelitian Zuliawati (2010) tentang
mencapai 1,2 milyar orang (Sianturi, 2009).
pengaruh dukungan sosial suami terhadap
Berdasarkan dokumentasi di Puskesmas
kecemasan
Pagarsih jumlah wanita menopause usia 45
menopause di Kecamatan Medan Sunggal.
tahun sampai 50 tahun dari tiga bulan
Jenis penelitian deskripstif korelasi dengan
terakhir
jumlah
yaitu
bulan
Oktober
sampai
istri
populasi
menghadapi
98
orang
masa
wanita
Desember 2014 tercatat sebanyak 956
menopause. Hasil penelitian didapatkan
orang.
adanya pengaruh antara dukungan sosial
Sedangkan jumlah keseluruhan
penduduk sebanyak 9.511 orang (13.04 %)
suami
terhadap
kecemasan
(Dokumentasi, 2014)
menghadapi masa menopause.
istri
Menopause adalah haid terakhir yang
Hasil penelitian Sari (2013) dengan
dialami oleh seseorang perempuan yang
judul hubungan antara dukungan suami
masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi
dengan tingkat kecemasan ibu dalam
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
12
menghadapi
menopause
03
mempunyai 11 posbindu yang sudah jalan
Kelurahan Sucen Kabupaten Purworejo.
sejak tahun 2008 sampai tahun 2015.
Jenis penelitian yang digunakan analitik
Posbindu dilaksanakan setiap bulan di
observasional dengan pendekatan cross
masing-masing Kelurahan, setiap bulan
sectional. Jumlah sampel 40 orang pada
jumlah kunjungan posbindu 22 sampai 30
wanita menopause dengan usia 45-55
orang. Pelayanan yang sudah diberikan di
tahun
Hasil
posbindu masih memberikan pelayanan
penelitian didapatkan adanya hubungan
yang umum saja yaitu pemeriksaan tensi
antara dukungan suami dengan tingkat
darah, penimbangan berat badan. Masalah
kecemasan ibu menghadapi menopause.
yang
yang
mempunyai
di
Rw
suami.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang dilakukan peneliti di Puskesmas
Pagarsih pada 12 orang wanita yang sudah
mengalami
menopause,
kegiatan
posbindu
masih
menangani masalah umum yaitu hipertensi,
asam urat, kolesterol dan gula darah.
Dukungan
suami
bagi
perempuan
orang
menopause merupakan hal penting karena
mengatakan tidak pernah diantar oleh
dengan adanya dukungan suami dapat
suami
kunjungan
menumbuhkan semangat dan ketenangan
kepoliklinik, 2 orang mengatakan suami
bagi istri, dapat menurunkan rasa cemas
tidak pernah tahu dengan perubahan yang
dan dapat mengurangi dampak negatif
dirasakan oleh istri dan 2 lagi mengatakan
yang
bahwa menopause itu hal yang biasa tidak
(Friendman, 2003). Tetapi faktanya masih
perlu diperhatikan secara berlebihan.
banyak suami yang menganggap bahwa
saat
melakukan
2
pada
Hasil wawancara dari petugas ruangan
timbul
menopause
pada
masa
merupakan
menopause
kejadian
yang
menopause mengatakan dari 60 wanita
alami dan tidak perlu diperhatikan secara
yang berkunjung setiap hari ke Poliklinik
berlebih
menopause
hanya
pendengar saja. (Sofia, 2003).
menopause
yang
20
perempuan
didampingi
oleh
dan
mereka
hanya
menjadi
Berdasarkan latar belakang fakta dan teori
suaminya. Empat puluh wanita menopause
tersebut
yang lain tidak didampingi oleh suaminya.
meneliti lebih dalam tentang ”hubungan
Selain
dukungan
itu
penanganan
yang
sudah
diatas
peneliti
suami
tertarik
dengan
wanita
untuk
tingkat
dilakukan di Poliklinik menopause baru
kecemasan
menghadapi
melakukan penanganan umum saja yaitu
menopause di Puskesmas Pargarsih Kota
penimbangan berat badan, pemeriksaan
Bandung Tahun 2015”.
tensi darah, untuk penangganan yang
khusus mengenai masalah menopause
belum dilakukan.
Hasil wawancara dari petugas posbindu
didapatkan Puskesmas Pagarsih sudah
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
13
jawaban “ya atau tidak “. Jawaban „ya‟ skor
2. Metode
Penelitian
ini
adalah
penelitian
kuantitatif dengan jenis penelitian survei
analitik dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian
ini
bertujuan
mengidentifikasi
dukungan
hubungan
suami
kecemasan
untuk
antara
dengan
perempuan
tingkat
menghadapi
menopause. Populasi dalam penelitian ini
adalah
perempuan
berusia
45
tahun
sampai 50 tahun yang berkunjung di
Poliklnik
lansia
Puskesmas
Pagarsih
1
dan jawaban
„tidak‟ skor 0
untuk
pertanyaan favourabel. Jawaban „ya‟ skor 0
dan
jawabab
pertanyaan
„tidak‟
skor
unfavourabel.
1
untuk
Kuesioner
mengacu dari T-MAS (Taylor Manifest
Anxiety Scale.
Pengukuran kuesioner dukungan suami
dalam penelitian ini adalah menggunakan
pertanyaan tertutup dengan jawaban ya
dan tidak yang peneliti adopsi dari Karyanti
(2002) dan Prabandani (2009).
sebanyak 956 orang.
Teknik
pengambilan
penelitian
sampel
dengan
pendekatan
tehnik
pada
menggunakan
accidental sampling
3. Hasil Penelitian
1. Distribusi Frekuensi Dukungan Suami
Pada Wanita Yang Menghadapi
Menopause
yaitu pengambilan sampel didasarkan pada
kenyataan
bahwa
mereka
kebetulan
muncul. Kriteria sampel penelitian; (1)
Perempuan
yang
memasuki
masa
menopause (2) Masih mempunyai suami
(3) Usia 45 tahun sampai 50 tahun yang
berkunjung
ke
Poliklinik
Puskesmas
Pagarsih (4) Bersedia menjadi responden,
dengan jumlah sampel sebanyak 140
orang.
Instrumen
yang
digunakan
untuk
mengukur tingkat kecemasan perempuan
menopause dalam penelitian ini adalah
instrumennya
yang
sudah
pernah
digunakan oleh peneliti sebelumnya yaitu
Prabandani (2009) dengan menggunakan
pertanyaan
tertutup
berjumlah
25
pertanyaan dengan menggunakan skala
Guttman
yaitu
dichotomous
sehingga
responden
hanya
choice
memilih
Dukungan Suami
Kriteria
F
%
Baik
113
80.71
Sedang
25
17.86
Kurang
2
1.43
Jumlah
140
100
Pada Tabel 1 distribusi frekuensi
dukungan
suami
pada
wanita
menopause didapatkan seluruhnya
dari
responden
mendapatkan
dukungan baik dari suami sebanyak
80.71 % dari 140 responden.
2. Distibusi
Frekuensi
Tingkat
kecemasan pada wanita menghadapi
menopause
Tingkat Kecemasan
Kriteria
F
%
Berat
0
0
Sedang
111
79.28
Ringan
29
20.72
Jumlah
140
100
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
14
Pada Tabel 2 distribusi frekuensi
tingkat
kecemasan
pada
menghadapi
masa
didapatkan
seluruhnya
responden
berada
wanita
menopause
pada
dari
Menurut
Friendman
keberhasilan
(2003),
seseorang
istri
dalam
menghadapi gejala yang timbul di masa
menopause
dipengaruhi
oleh
banyak
tingkat
faktor, salah satunya adalah dukungan dari
kecemasan sedang sebanyak 79.28
suami. Dukungan suami dan komunikasi
% dari 140 responden.
yang
3. Distribusi
Frekuensi
Hubungan
Dukungan Suami Dengan Tingkat
Kecemasan Wanita Menghadapi
Menopause
Hubungan dukungan suami dengan
tingkat kecemasan
Kriteria
Hubungan Signifikan
Dukungan
0.167
0.041
Suami
Tingkat
0.167
0.041
Kecemasan
baik
penting
penatalaksanaan
bagi
keberhasilan
kelainan
yang
timbul
pada saat istri menjelang menopause.
Dukungan
suami
dapat
pula
berupa
memberikan cinta dan perasaan berbagi
beban,
dengan
dukungan
dapat
mengurangi dampak yang timbul pada saat
menjelang menopause dan memberikan
kekuatan mental bagi individu.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian
Berdasarkan
diatas
yang dilakukan oleh Yulianti (2014) tentang
menunjukkan bahwa hasil uji chi-square
hubungan dukungan sosial suami dengan
untuk mengetahui hubungan dukungan
tingkat kecemasan ibu pre menopause di
suami
Dusun
dengan
tabel
tingkat
3
kecemasan
Wonokerto
Desa
Wonokerto
perempuan menopause di Puskesmas
Kecamatan Kedunggalar Ngawi, dengan
Pagarsih Kota Bandung Tahun 2015
pendekatan
didapatkan nilai hubungan 0.167dan nilai
populasi 20 orang didapatkan hasil adanya
signifikan 0.041 apabila dibandingkan
hubungan antara dukungan sosial suami
dengan nilai alpha 5 % (0.05) sehingga
dengan
Ho Ditolak dan Ha diterima dengan
menopause.
cross
tingkat
sectional.
kecemasan
Jumlah
ibu
pre
demikian terdapat hubungan dukungan
Penelitian Yulianti (2014) didukung
suami dengan tingkat kecemasan wanita
oleh penelitian Suryani (2015) tentang
menghadapi menopause.
Hubungan dukungan suami dengan tingkat
kecemasan ibu menghadapi menopause di
Pembahasan
Dusun
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Songgorunggi
Karanganyar,
metode
Dagen
Jaten
penelitian
yang
distribusi frekuensi dukungan suami pada
digunakan adalah observasional analitik
wanita
dengan
menghadapi
masa
menopause
pendekatan
cross
sectional.
seluruhnya dari responden mendapatkan
Sampel pada penelitian ini adalah ibu
dukungan baik dari suami sebanyak 80.71
menopause usia 40 -50 tahun sejumlah 57
% dari 140 responden.
orang dengan teknik sampel purposive
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
15
sampling.
Hasil
penelitian
adanya
yang
mendapatkan
dukungan
suami
hubungan yang signifikan antara dukungan
memiliki kondisi yang lebih baik dari pada
suami dengan
isteri yang tidak mendapatkan dukungan
tingkat kecemasan
ibu
menghadapi menopause.
Hasil
observasi
dari suami ketika menghadapi masalah
yang
peneliti
menghadapi masa menopause, yang mana
dapatkan banyak wanita menopause yang
isteri yang tidak mendapatkan dukungan
datang ke klinik polilansia tidak diantar oleh
suami cenderung lebih was-was, khawatir,
suami tapi diantar oleh anak, mertua,
cemas.
saudara, dikarenakan suami sibuk dengan
pekerjaanya,
sehingga
waktu
untuk
Berdasarkan
Tabel
2
distribusi
frekuensi tingkat kecemasan pada wanita
mengantar istri ke klinik tidak dilakukan.
menghadapi
Pada hal mengantar istri berkunjung ke
seluruhnya dari responden berada pada
poliklinik merupakan salah satu dukungan
kecemasan tingkat sedang yaitu 79.28 %
yang dapat diberikan suami kepada istri
dari 140 responden.
yang
menghadapi
masa
menopause.
menopause
Kecemasan
yang
didapatkan
dirasakan
oleh
Suami tahu tentang masalah yang dihadapi
perempuan yang mengalami menopause
istri baik itu masalah fisik yang dialami istri
itu sendiri berbeda-beda, bagi mereka yang
ataupun masalah psikologis sehingga istri
tidak menerima dengan realistis perubahan
membutuhkan dukungan dari suami.
tersebut
maka
akan
menimbulkan
Fenomena yang banyak ditemukan di
perasaan khawatir, pikiran dan penilaian
lapangan suami menganggap perubahan
diri yang negatif terhadap diri sendiri,
ataupun
sehingga hal tersebut harus segera diatasi
keluhan
yang
dirasakan
istri
menghadapi masa menopause merupakan
untuk
keluhan yang biasa yang tidak perlu
psikis dan terjadinya angka perceraian
diperhatikan lebih lanjut, pada hal wanita
(Mustopo, 2005).
yang
memasuki
masa
menopause,
menghindari
terjadinya
kelabilan
Menurut Kartono (2003) kurangnya
memerlukan dukungan dari orang terdekat
kesiapan
yaitu suami. Dukungan
yang diberikan
pengetahuan mengenai menopause itu
suami sangat penting bagi seorang wanita
sendiri seringkali menimbulkan kecemasan
dalam
dan
menghadapi
masa
menopause
mental
masalah
bagi
dan
kurangnya
wanita
karena mengalami perubahan baik secara
menopause.
fisiologis dan perubahan secara psikologis
Kartono didukung oleh hasil penelitian yang
yang dapat menimbulkan rasa cemas.
dilakukan oleh Wartini (2009) tentang
Dukungan yang diberikan oleh suami
Pendapat
menjelang
Mustopo
dan
hubungan antara usia menopause dengan
pada wanita menghadapi masa menopause
tingkat
memberikan
besar
menopause di Desa Puron Kecamatan
terhadap kesehatan para isteri. Para isteri
Bulu Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitian
pengaruh
yang
kecemasan
pada
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
wanita
usia
16
didapatkan ada hubungan yang bermakna
penyebab
antara mulai usia dengan kecemasan yang
menghadapi masa menopause.
dialami ibu usia menopause.
penelitian
Zuliawati
yang
(2010)
dukungan
sosial
kecemasan
isteri
bagi
Banyaknya
Penelitian Wartini (2009) didukung
oleh
stres
dilakukan
membuat
wanita
tuntutan
mereka
yang
suami
yang
tetap
jaga
harus
oleh
penampilan
sedangkan
tentang
pengaruh
mengalami
perubahan
suami
terhadap
misalnya kulit yang menjadi keriput, adanya
menghadapi
mereka
sudah
secara
fisik
masa
kantung mata, rambut sudah mulai beruban
menopause di Kecamatan Medan Sunggal.
dan merasakan nyeri pada saat melakukan
Penelitian
hubungan
deskriptif
korelasi
dengan
responden 98 orang wanita menopause.
seksual
dikarenakan
sudah
berkurangnya pelumas dalam vagina.
Hasil didapatkan hasil ada pengaruh yang
Saat menghadapi masa menopause
bermakna antara dukungan sosial suami
inilah
terhadap kecemasan isteri menghadapi
suami
masa menopause.
perubahan istri apa adanya, sehingga tidak
Pendapat peneliti kecemasan wanita
menghadapi
masa
menopause
dikarenakan adanya perubahan fisik yang
dialami oleh wanita menopause yaitu kulit
wanita
membutuhkan
sehingga
pengertian
dapat
menerima
menuntut berlebihan pada istri sehingga
kecemasan memasuki masa menopause
dapat dihindari.
Berdasarkan
tabel
3
diatas
yang mulai keriput, adanya kantong mata,
menunjukkan bahwa hasil uji chi-square
rambut
untuk mengetahui hubungan dukungan
yang
berubah
putih
sehingga
menimbulkan reaksi negatif dari seorang
suami
wanita menjelang menopause yang mana
perempuan
wanita yang menopause berpikir bahwa
Pagarsih
menopause yang akan dihadapi dapat
didapatkan nilai hubungan 0.167 dan nilai
menyebabkan kehilangan kecantikan dan
signifikan
merasa dirinya tidak dibutuhkan lagi oleh
dengan nilai alpha 5 % (0.05) sehingga Ho
suaminya. Hal ini didukung dengan hasil
Ditolak dan Ha diterima dengan demikian
wawancara
terdapat
hubungan
yang mana pada usia 45 tahun mereka
dengan
tingkat
tetap dituntut oleh suami untuk tetap
menghadapi menopause.
peneliti
dengan
responden
berpenampilan menarik, tetap dandan, dan
tetap bisa
dengan
tingkat
menopause
Kota
0.041
Anggraini
Bandung
apabila
di
kecemasan
Puskesmas
Tahun
2015
dibandingkan
dukungan
kecemasan
(1999)
suami
wanita
menguraikan
melayani suami diatas kasur,
beberapa keluhan fisik wanita menopause
bahkan ada suami yang meminta istrinya
adalah ketidakteraturan siklus haid, gejolak
tidak
rasa panas pada sekitar dada, leher dan
boleh
berbadan
gemuk
karena
berbadan gemuk istrinya kelihatan tidak
wajah, adanya
menarik
kekeringan pada sekitar vagina. Hal ini
lagi,
hal
ini
dapat
menjadi
ketidak
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
elastisitas
dan
17
ditandai
dengan
adanya
rasa
pusing,
gangguan tidur (insomnia), cepat lelah,
berat badan meningkat, kulit kering, rambut
rontok, gangguan
proses
sensori dan
pengeroposan tulang (osteoporosis).
Perubahan
tersebut
kecemasan yang dialaminya (Scholten,
2006).
Dukungan informasi yang tepat dan
dipercaya dari seseorang yang penting
(suami) merupakan hal memiliki pengaruh
seringkali
besar terhadap kemampuan individu dalam
menimbulkan berbagai reaksi emosi yang
mengendalikan
bercampur
merupakan
2006). Adapun peran keluarga (suami)
manifestasi adanya kecemasan. Reaksi
dalam hal ini adalah memberikan masukan,
tersebut seperti gangguan konsentrasi,
petunjuk, nasehat, saran atau umpan balik
kecemasan, mudah marah, merasa dirinya
dengan empati (Smet, 1994) mengenai
tidak berharga, tidak berguna, merasa
kondisi menopause yang membuat wanita
sedih, tertekan dan rasa takut ditinggalkan
cemas.
baur,
yang
oleh suami (Anggraini, 1999).
kecemasan
(Scholten,
Pendapat peneliti dukungan suami
Tinggi rendahnya kecemasan dapat
maupun
dukungan
keluarga
sangat
diatasi dengan adanya dukungan sosial
diperlukan oleh ibu-ibu yang menjelang
keluarga
(suami)
(Wirastuti,
2002)
menopause karena akan terjadi perubahan
semakin
tinggi
fisik dan perubahan psikologis. Tingkat
dukungan sosial yang diterima individu
kecemasan yang berlebihan pada wanita
maka semakin rendah kecemasanya, dan
menopause memiliki pemikiran yang keliru
sebaliknya.
sehingga menimbulkan sikap yang negatif.
menyatakan
bahwa
Pendapat
Yanuasti
(2001)
yang
Dengan adanya dukungan dan pengertian
menyatakan bahwa dukungan sosial yang
terutama
diterima
kecemasan
individu
kemampuanya
akan
meningkatkan
dalam
menghadapi
kecemasan akibat perubahan hormonal
dalam
diri
wanita
yang
mengalami
menopause.
langsung
dalam
menurunkan
menghadapi
datangnya menopause.
Wanita menopause yang mengalami
yang
berlebihan
dapat
dapat
menimbulkan hambatan bagi wanita dalam
diberikan oleh suami kepada wanita yang
menjalankan fungsi sosialnya. Para wanita
mengalami
tersebut
kecemasan
yang
ibu-ibu
dapat
menopause sehingga lebih siap menerima
kecemasan
Bantuan
suami
karena
kondisi
akan
menghadapi
tugas
menopause yang dialaminya dapat berupa
seharianya sebagai ancaman yang tidak
menemani individu ke dokter. Hal ini akan
beralasan
membuat
individu
merasa
diperhatikan
menyenangkan. Para wanita ini menjadi
disayang
sehingga
akan
menimbulkan
pribadi yang sangat sensitif yang bisa
dorongan
yang
kuat
untuk
mengatasi
dan
tentunya
tidak
menganggu relasinya dengan suami dan
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
18
orang lain, dan dapat pula menganggu
kesehatan mentalnya.
Simpulan dan Saran
1) Dukungan
suami
terhadap
wanita
DAFTAR PUSTAKA
1.
Andrews. G.2010.Buku Ajar Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.
2.
Anggraini, L.T. 1999. Kecemasan
Menghadapi Menopause ditinjau dari
Persepsi terhadap Penerimaan Suami.
Skripsi (Tidak diterbitkan). Semarang :
Fakultas Psikologi Universitas Katlik
Soegijapranata
3.
Bandiyah, (2009). Lanjut Usia dan
Keperawatan Gerontik. Yogyakarta :
Nuha Medika
4.
Freedman, A. & Di Tomasso, RA 1994.
The Cognitive Theory Of Anxiety dalam
BB Wolman 1994. Anxiety and Related
Disorder. New York. John Wiley &
Sons Inc
5.
Hawari. D. 2001. Manajemen Stress,
Cemas dan Depresi. Jakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
6.
Lestary, Dwi. Seluk Beluk Menopause.
Jakarta : Gara Ilmu. 2010
7.
Nurmadina, Mira.2008. Hubungan
antara
Dukungan
Sosial
Suami
denganKecemasan
pada
Wanita
Menopause. Skripsi. Medan: Fakultas
Psikologi Universitas Sumatra Utara
8.
Proverawati, Atika. Menopause dan
Sindrom Premenopause. Yokyakarta :
Nuha Medika.2010
9.
Prabandani, Desi. 2009. Hubungan
Dukungan Suami Dengan Tingkat
Kecemasan
Ibu
Menghadapi
Menopause Di Perumahan Griya Cipta
Laras Wonogiri. Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
dalam menghadapi masa menopause
seluruhnya
dari
responden
mendapatkan dukungan baik.
2) Tingkat kecemasan wanita menghadapi
masa
menopause
seluruhnya
responden berada pada kecemasan
sedang.
3) Adanya
hubungan
yang
signifikan
antara dukungan suami dengan tingkat
kecemasan wanita menghadapi masa
menopause di Puskesmas Pagarsih
Kota Bandung Tahun 2015.
Saran
1) Hasil
penelitian
ini
dapat
dijadikan
landasan untuk Puskesmas Pagarsih
untuk
memberikan
penyuluhan
kesehatan masyarakat khususnya para
suami yang memiliki isteri menopause
sehingga dapat memberikan dukungan
kepada
isterinya,
untuk
mengurangi
angka kejadian kecemasan pada masa
menopause.
2) Bagi institusi pendidikan memperbanyak
buku tentang menopause dan leaflet
tentang menopause
3) Hasil penelitian ini dapat menjadi data
awal bagi peneliti selanjutnya yang
tertarik
tentang
untuk
melanjutkan
faktor-faktor
penelitian
yang
mempengaruhi dukungan suami dengan
10. Suryani, Erma, Adi, Oktari, Dkk.
Hubungan Dukungan Suami Dengan
Tingkat Kecemasan Ibu Menghadapi
Menopause Di Dusun Songgorunggi
Dagen Jaten Karanganyar. Jurnal
Maternal. Volume 12, No 1 April 2015.
Stikes Mitrahusada. Karanganyar
tingkat kecemasan wanita menopause.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
19
11. Sianturi
G.2009.Merokok
dan
Kesehatan.
http://www.kompas.co.id/kesehatan/ner
w. Diunduh tanggal 20 Juli 2015.
12. Scholten,
A.2006.
Anxiety.
http://www.google.com. Download 25
April 2015.
13. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan.
Jakarta : PT. Grasindo.
14. Wirastuti, D. 2002. Kecemasan pada
Isteri Anggota TNI Skadron I / Heli
Serbu Puspernerbab Ketika di Tinggal
Suami Bertugas ditinjau dari Dukungan
Sosial
Suami.
Skripsi
(tidak
diterbitkan). Semarang : Fakultas
Psikologi
Universitas
Katolik
Soegijaranata.
Tingkat
Kecemasan
Ibu
Pre
Menopause Di Dusun Wonokerto Desa
Wonokerto Kecamatan Kedunggalar
Ngawi. Jurnal Kosala JIK. Vol. 2 No 1
Maret 2014.
18. Yanuasti,
I.M.
2001.
Hubungan
antaraDukungan Suami terhadap Isteri
dengan Kestabilan Emosi Isteri pada
Masa Kehamilan. Skripsi (Tidak
diterbitkan). Semarang : Fakultas
Psikologi
Universitas
Katolik
Soegijapranata
19. Zuliawati. 2010. Pengaruh Dukungan
Sosial Suami Terhadap Kecemasan
Istri Menghadapi Masa Menopause Di
Kecamatan
Medan
Sunggal.
Universitas Sumatera Utara
15. Wahyunita,
V.D.,
Fitrah.,
2010.
Memahami Kesehatan pada Lansia.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
16. Warsini, Siti. (2003). Persepsi Lansia
Terhadap Manfaat Aktifitas Pengajian
Di Pantai Nirmala Malang.Skripsi UB
Malang .
17. Yulianti, Sri, Tunjung. 2014. Hubungan
Dukungan Sosial Suami dengan
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
20
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG TUBERKULOSIS PARU
THE KNOWLEDGE ABOUT PULMONARY TUBERCULLOSIS
Ijun Rijwan Susanto dan Tuti Nurhayati
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Abstrak
Tuberkulosis Di Propinsi Jawa Barat terdapat sekitar 42.000 penderita TBC Paru menular
(BTA) positif baru setiap tahunnya. Di Kabupaten Subang Prevalensi TBC Paru rnencapai
130/100.000 penduduk 2009. Tujuan penelitian ini yaitu Untuk mengetahui Pengetahuan
masyarakat Tentang Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Purwadadi Kabupaten Subang.
Metode penelitian ini menggunakan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu 60
orang dengan menggunakan teknik TotalSampling. Pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner kemudian dianalisis secara univariat. Hasil penelitian Sebagian
besar yaitu 26 orang (43,3%) memiliki pengetahuan baik. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai tambahan panduan penyuluhan bahwa pengetahuan masyarakat perlu ditingkatkan
sehingga masyarakat lambat laun terbebas.
Kata kunci:
pengetahuan, tuberkulosis, cross sectional, total sampling,
Abstract
Tuberculosis In West Java , there are around 42,000 people with infectious pulmonary
tuberculosis ( BTA ) new positive every year . In Subang prevalence of pulmonary
tuberculosis rnencapai 130 / 100,000 people , 2009. The purpose of this research is to know
the community Knowledge About Tuberculosis in Puskesmas Purwadadi Subang district .
This research method using cross sectional. The population in this study of 60 people by
using techniques Total Sampling . Collecting data using questionnaires and then analyzed
by univariate . Most of the research results that 26 ( 43.3 % ) had good knowledge . The
results could be used as additional guidance counseling that the knowledge society needs to
be improved so that people gradually freed .
Keywords: knowledge , tuberculosis , cross sectional , total sampling ,
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
21
1. Pendahuluan
Salah
200 juta orang, di Indonesia menempati
satu
penghambat
urutan ketiga di dunia setelah india dan
pembangunan bidang kesehatan adalah
china dalam hal jumlah penderita TB paru
penyakit
harus
sekitar 583 ribu orang dan diperkirakan
ditangani dengan segera. Penyakit yang
sekitar 140 ribu orang meninggal dunia
menjadi tranding topic saat ini adalah
tiap tahun akibat TBC. Sedangkan di Jawa
Tuberkulosis.
penyakit
Timur menempati urutan ke 2 setelah
menular langsung yang disebabkan oleh
Jawa Barat dengan kasus sekitar 37 ribu
kuman
penderita (Depkes RI, 2012).
di
masyarakat
yang
Tuberkulosis
tuberkulosis
(mycobacterium
tuberculosa) yang ditularkan melalui udara
Program pemberantasan penyakit
(droplet nuclei) saat seseorang pasien
Tuberkulosis Paru (TBC paru) sejak tahun
tuberkulosis batuk dan percikan ludah
1995 yang direkomendasikan oleh Badan
yang mengandung bakteri terhirup oleh
Kesehatan
Dunia
(WHO)
telah
orang lain saat bernafas (Widoyono,
dilaksanakan
dengan
strategi
DOTS
2008). Sedangkan menurut Silvia (2006),
(Directly
Observed
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi
course)
Chemotherapy
menular yang disebabkan oleh Bakteri
memberikan angka kesembuhan yang
Mikobakterium
Bakteri
tinggi, mencapai 85% lebih dari semua
Mikobakterium Tuberkulosis merupakan
penderita TBC Paru yang diobati dengan
bakteri basil yang sangat kuat sehingga
strategi DOTS (Aditama, 2008).
memerlukan
Tuberkulosis.
waktu
mengobatinya,
yang
disamping
lama
untuk
rasa
bosan
Treatment,
yang
Short
dapat
Di Propinsi Jawa Barat terdapat
sekitar
42.000
penderita
menular
yang lama seseorang penderita kadang-
tahunnya. Pada tahun 2012 sebanyak 462
kadang juga berhenti minum obat sebelum
penderita TBC Paru meninggal atau setiap
massa pengobatan belum selesai hal ini
hari ada 1 orang penderita TBC Paru yang
dikarenakan penderita belum memahami
meninggal, baru 50% penderita yang
bahwa obat harus ditelan seluruhnya
diperkirakan tersebut dapat ditemukan
dalam waktu yang telah ditentukan,serta
dan
pengetahuan
kesehatan dengan pelaksanaan strategi
kurang
tentang
diobati
positif
pada
Dengan
baru
Paru
karena harus minum obat dalam waktu
yang
(BTA)
TBC
unit
adanya
setiap
pelayanan
penyakit sehingga akan mempengaruhi
DOTS.
upaya
kepatuhan untuk berobat secara tuntas.
peningkatan pelayanan kesehatan dalam
Tuberculosis merupakan masalah
penanggulangan TBC Paru maka jumlah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian
kasus baru TBC Paru yang ditemukan
(mortalitas),
meningkat dari 15.683 kasus pada tahun
(morbiditas),
angka
kejadian
maupun
penyakit
diagnosis
dan
terapinya. Dengan penduduk lebih dari
2012 menjadi 21.813 pada tahun 2013
(Dinkes Jawa Barat, 2013).
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
22
Di Kabupaten Subang Prevalensi
TBC
Paru
diperoleh
8
orang
tidak
130/100.000
mengetahui tentang Tuberkulosis Paru
penduduk, dari prevalensi diatas maka
dan 2 orang lainnya memiliki pengetahuan
diperkirakan terdapat 1.758 kasus TBC
tentang tuberkulosis. Tujuan penelitian ini
Paru
mengetahui
BTA
rnencapai
Purwadadi,
positif
baru
dari
jumlah
penduduk 1.352.045 jiwa tahun 2009
(Dinkes Kabupaten Subang, 2014).
Berdasarkan
yang
peneliti
November
lakukan
2014,
wawancara
Studi
pendahuluan
pada
dengan
langsung
bulan
melakukan
tentang
Tuberkulosis Paru kepada 10 penderita
TBC yang berkunjung ke Puskesmas
tingkat
pengetahuan
masyarakat Tentang Tuberkulosis Paru.
2. Metode
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif
dengan
Pengetahuan
Tentang
variabel
yaitu
Tuberkulosis
Paru. Adapun definisi operasional seperti
terlihat pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1 Definsi Operasional
Variabel
Definsi
Konseptual
Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Cara
Ukur
Hasil Ukur
Skala
Independen
Pengetahuan Pengetahuan
Segala sesuatu
atau kognitif
yang diketahui
merupakan
seseorang
domain yang
tentang
sangat penting
Tuberkulosis
untuk
Paru
terbentuknya
tindakan
Kuesioner Angket 1. Baik :
Ordinal
76-100%
2. Cukup :
56-75 %
3. Kurang :
≤ 55 %
seseorang.
(Notoatmodjo,
(Arikunto, 2010)
2007).
Populasi pada penelitian ini adalah
penelitian dari suatu populasi target yang
keseluruhan pasien Tuberkulosis Paru di
terjangkau akan diteliti (Nursalam, 2008).
Puskesmas Purwadadi, yaitu sebanyak 60
Dalam penelitian ini, kriteria inklusi dari
orang. Sampel yang digunakan adalah
responden yaitu : Mampu membaca dan
Total Sampling, sampel yang diambil yaitu
menulis serta Mau dijadikan responden.
Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas
Teknik Pengumpulan data dalam
Purwadadi, dengan kriteria Inklusi. Kriteria
penelitian ini menggunakan teknik angket
inklusi adalah karakteristik umum subjek
dan observasi. Kuesioner dalam penelitian
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
23
ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan
Pengolahan Data dan Analisa Data.
teori yang ada dalam tinjauan pustaka.
Menurut Sutanto (2007), agar analisis
Peneliti
izin
penelitian menghasilkan informasi yang
penelitian kepada Pimpinan Puskesmas
benar, paling tidak ada empat tahapan
Purwadadi
pengolahan
mengajukan
permohonan
Kabupaten
Subang.
Selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan
meliputi:
peneliti dan pengisian kuesioner kepada
Tabulating.
responden. Setelah memahami tujuan
penelitian,
responden
yang
Editing,
Coding,
harus
dilalui
Entry,
dan
Analisis data yang digunakan adalah
untuk
yaitu univariat dilakukan terhadap variabel
pernyataan
dari hasil penelitian. Analisis univariat
kesediaan menjadi responden penelitian.
menurut Notoatmodjo ( 2007) Selanjutnya
Setelah
untuk
menandatangani
diminta
data
surat
bersedia
untuk
menjadi
setiap
kategori
dihitung
pengetahuan
responden, kemudian dilakukan pengisian
tersebut
frekuensi
kuesioner (angket) kepada responden
presentasenya sebagai berikut :
dan
untuk mendapatkan jawaban kuesioner.
Instrumen
penelitian
dalam
P=
penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti
berupa kuesioner berdasarkan teori yang
ada dalam tinjauan pustaka. Kuesioner
terdiri 20 butir pertanyaan digunakan
untuk mengkaji pengetahuan. Sebelum
instrumen ini digunakan maka diteliti dulu
kualitasnya melalui uji coba. Kualitas
instrumen
ditunjukkan
(validitas)
dan
oleh
kesahihan
keterandalannya
(reliabilitas) dalam mengungkapkan apa
f
X 100 %
n
Dimana :
f = Frekuensi (jumlah responden untuk
kategori pengetahuan).
n = Jumlah responden
P = Persentase
Setelah
dihitung
dengan
rumus
persentase, kemudian data dimasukkan
kedalam kriteria kualitatif menurut Arikunto
(2010) sebagai berikut :
1. Baik
: 76-100%
2. Cukup
: 56-75 %
3. Kurang
: ≤ 55 %
yang akan diukur.
Prosedur Penelitian meliputi : Tahap
Persiapan
yaitu
menyusun
dan
Untuk menghindari masalah yang
tidak
diinginkan
selama
pelaksanaan
menyiapkan insttrumen, Menyiapkan surat
penelitian, terutama pada saat pengisian
izin
jawaban kuesioner oleh responden, maka
penelitian,
Pengumpulan
melakukan
Tahap
data,
analisa
pelaksanaan,
Mengolah
data,
dan
Menarik
terlebih
dahulu
kesediaannya
responden
untuk
diminta
menandatangani
kesimpulan penelitian, Tahap akhir yaitu
surat keterangan persetujuan (informed
Menyusun
consent).
laporan
Publikasi hasil penelitian.
penelitian
dan
peroleh
Segala
dari
informasi
responden
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
yang
akan
di
dijaga
24
kerahasiannya serta hanya dipergunakan
uraiannya
untuk kepentingan penelitian ini
dan
determination,
Privacy,
catatan/data
Confidentiality,
dan
setelah
selesai,
semua
pertimbangan
menyakinkan
terlindungi
bahwa
dengan
determinations,
confidentiality
discomfort
etik,
peneliti
privacy,
and
(Nursalam,
Penelitian
self
2008),
ini
Puskesmas
anonymity,
protection
Self
Anonymity,
Protection
from
Lokasi dan Waktu Penelitian yaitu
responden
aspek-aspek
yautu
discomfort.
mengenai responden akan dimusnahkan.
Sebagai
adalah
telah
dilakukan
Purwadadi
di
Kabupaten
Subang. Waktu penelitian dilakukan pada
from
bulan Oktober 2014.
dimana
3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Tingkat Pengetahuan Tentang
Tuberkulosis Paru terhadap 60 orang responden
seperti tertera pada Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Tuberkulosis Paru
No
Pengetahuan
f
%
1
Baik
26
43,3
2
Cukup
14
23,3
3
Kurang
20
33,3
60
100
Total
Berdasarkan
tabel
2,
dari
60
Tingkatan
pengetahuan
dalam
responden terdapat sebagian besar yaitu
penelitian ini hanya meneliti tingkatan
26 orang (43,3%) memiliki pengetahuan
tahu, memahami dan aplikasi. Beberpa
baik,
faktor
20
orang
(33,3%)
memiliki
yang
dapat
mempengaruhi
pengetahuan kurang dan sangat sedikit
pengetahuan seseorang adalah faktor
responden yang memiliki pengetahuan
umur,
cukup yaitu 14 orang (23,3%).
(Notoatmodjo, 2007).
pendidikan
dan
pekerjaan
Faktor Umur merupakan periode
Pembahasan
Sebagian
penyesuaian
besar
terhadap
pola-pola
pengetahuan
kehidupan baru dan harapan-harapan
manusia bersumber dari hal yang dilihat
baru. Pada dewasa ini ditandai oleh
dan didengar. Pengetahuan juga dapat
adanya
diperoleh dari pengalaman orang lain
dan mental, semakin bertambah umur
yang
seseorang akan semakin tinggi tingkat
disampaikan
(Notoatmodjo, 2007).
pada
seseorang
perubahan-perubahan
pengetahuan
yang
jasmani
diperolehnya
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
baik
25
formal ataupun non formal yang berupa
Daftar Pustaka:
pengalaman.
Faktor Pendidikan manusia akan
dianggap memperoleh pengetahuan dan
dengan
pengetahuannya
manusia
diharapkan dapat dibangun keberadaan
hidupnya dengan lebih baik. Semakin
tinggi pendidikan, hidup manusia akan
semakin
berkualitas.
Jika
yang
Depkes R.I. (2008) Pedoman Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis,.
Cetakan ke-2. Jakarta.
seseorang
berpendidikan mereka akan membuat
keputusan
Aditama. (2008). Tuberkulosis Paru,
Diagnosis, Terapi dan Masalahnya,
Edisi-4., Jakarta: IDI
Arikunto, S. (2010). Metode Penelitian
Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.
benar
dalam
memperhatikan kesehatannya.
Depkes
RI,
(2012)
Pedoman
Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut Untuk
Penanggulangan Pneumonia Pada
Balita, Ditjen PPM-PLP. Jakarta.
Dan faktor pekerjaan merupakan
pekerjaan membatasi kesenjangan antara
Dinas Kesehatan Profinsi Jawa Barat.
(2013). Pelayanan Kesehatan
dengan
Pelaksanaan
Strategi
DOTS. Bandung.
informasi kesehatan dan praktek yang
Dinkes
salah satu yang memiliki peranan penting
dalam
menentukan
kualitas
manusia,
memotivasi seseorang untuk memperoleh
informasi dan berbuat sesuatu untuk
menghindari masalah kesehatan.
Notoatmodjo, S. (2007). Metode Penelitian
Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.
4. Simpulan Dan Saran
Simpulan: Sebagian besar yaitu 26
orang (43,3%) memiliki pengetahuan baik
tentang tuberkulosis paru.
Saran:
dijadikan
Hasil penelitian ini dapat
sebagai
referensi
dilanjutkan
penelitian
diantaranya
tentang
untuk
berikutnya
faktor
Kabupaten Subang. (2014)
Laporan
Tahunan
Dinas
Kabupaten Subang Tahun 2014.
Tidak dipublikasikan.
yang
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan
Metodologi,
Penelitian
Ilmu
Keperawatan, Pedoman Skripsi,
Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta : Salemba.
Widoyono. (2008). Penyakit Tropis :
Epidemiologi,
Penularan,
Pencegahan
&
Pemberantasannya.
Jakarta
:
Penerbit Erlangga.
berhubungan dengan tuberkulosis paru.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
26
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.Y DENGAN P 1 A0 PARTUS MATURUS POST
OPERASI SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI EKLAMPSIA
NURSING CARE ON Mrs. “Y” WITH EXPERIENCE OF P1A0 PARTUS MATURUS POST
OPERATION SECTIO CAESAREAN OVER AN INDICATION EXCLAMPSYA
Dedeh Sri Rahayu dan Lia Yuliani Endah
Prodi D3 STIKes Budi Luhur Cimahi
ABSTRAK
Latar Belakang: angka kematian ibu bersalin dengan preeklamsia adalah 373 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi laki-laki adalah 52 per 100.000 kelahiran
hidup dan perempuan adalah 39 per 100.000 kelahiran hidup di Jawa Barat.Tujuan
Penulisan: Mampu memberikan asuhan keperawatan secara langsung yang meliputi aspek
bio-psiko-sosial dan spiritual dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi keperawatan
pada klien dengan eklampsia.Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif berupa studi kasus. Untuk memperoleh data menggunakan teknik observasi,
wawancara, partisipasi aktif, studi kepustakaan, dan dokumentasi tentang eklampsia.Hasil
Penelitian: Asuhan keperawatan pada klien selama 7 hari diperoleh diagnosa post operasi:
potensial kejang ulang, gangguan nyaman nyeri, bersihan jalan nafas tidak efektif, dan
kurangnya pengetahuan perawatan pasca operasi. Pada tahap evaluasi setelah dilakukan
tindakan selama 7 hari, dari 4 diagnosa post operasi yang didapat ada dua diagnosa yang
belum teratasi. Untuk penatalaksanaanya memerlukan kerjasama dengan perawat ruangan
agar masalah klien dapat teratasi semuanya. Simpulan: Berasarkan hasil penelitian studi
kasus perlu adanya kerjasama antar perawat dan klien beserta keluarga untuk melakukan
asuhan keperawatan yang baik dan komprehensif.
Kata Kunci
: Deskriptif, Eklampsia.
ABSTRACT
Background maternals mortality rate in Indonesia due to exclampsya or preexclampsya were
44,91% worth. In West Java recorded meternal mortality rate was that preexclampsya was
373/100.000 live births. While the infant mortality rate male is 52/100.00 live births and
maternals were the 39/100.000 live births. Aims : the reseacher could like to implement
nursing care directly which includes bio-physico-social and spiritual by adopting such as the
process of nursing which includes for the assessment, planning, the implementation,
evaluation and documentation of nursing academy in clients by exclampsya.Method : The
research used descriptive methodes of case study. To obtain data used techniques of
observation, interview, active participation, the literature of study, and documentation about
exclampsya. Result : Nursng care is done of client for seven days, the diagnosis of nursing
obtained as follow: potential repeated spasms, a sense of disorder comfortable : pain, clean
the way the breath was not very effective and lack of knowledge of the treathment injuries at
home. The planning stage writer disigned action plan in accordance with the existing
problems, ability, the situation and conditions. In the implementation stage act done by writer
according to the plan that had been develoved before his. On stage after doing evaluation of
the ac for 7 days, the 4 diagnosis which were found, there are two diagnose which has not
handled. For resembling order requires cooperation with nurse room clients problems can be
handled everything. Conclusion : Based on the need to study the case of the cooperation
between nurses and a client and his family nursing care to do well and comprehensive
nursing.
Keywords: Desctiptive, Exclampsya.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
27
1. PENDAHULUAN
Menurut
angka kematian ibu hingga saat ini masih
WHO,
Sehat
adalah
kurang dari satu persen per tahun. Pada
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
2005,
sosial yang memungkinkan setiap orang
meninggal
hidup
persalinan,
produktif
ekonomis.
adalah
secara
sosial
Pemeliharaan
upaya
dan
kesehatan
penaggulangan
dan
pencegahan gangguan kesehatan yang
memerlukan
pemeriksaan,
sebanyak
536.000
dunia
lebih
perempuan
akibat
rendah
masalah
dari
jumlah
kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak
576.000.
Penyebab kematian ibu yang paling
pengobatan
umum di Indonesia adalah penyebab
dan/atau perawatan termasuk kehamilan
obstetri langsung yaitu perdarahan 28 %,
dan persalinan.
preeklampsi/eklampsi 24 %, infeksi 11 %,
Angka kematian ibu (AKI) dan angka
sedangkan
penyebab
tidak
langsung
kematian bayi (AKB) merupakan indikator
adalah trauma obstetri 5 % dan lain – lain
kesehatan
untuk
11 % (WHO, 2007). ). Kematian ini
dan
umumnya dapat dicegah bila komplikasi
kesehatan ibu dan bayi, kondisi kesehatan
kehamilan tersebut dan resiko tinggi
lingkungan
lainnya
yang
menggambarkan
digunakan
status
serta
gizi
tingkat
pelayanan
dapat
di deteksi sejak
kesehatan terutama untuk ibu hamil,
kemudian
melahirkan
Survei
yang tepat adekuat pada saat yang paling
Demografi Kesehatan Indonesia tahun
kritis yaitu pada masa sekitar persalinan.
2007
Jadi, dalam hal ini, toksomia gravidarum
dan
masa
menyebutkan
nifas.
bahwa
Angka
mendapatkan
dini,
Kematian Ibu (AKI) sebesar 228/100.000
(pre-eklampsia
Kelahiran
menempati
Hidup
(KH)
dan
Angka
urutan
dan
kedua
penanganan
eklampsia)
penyebab
Kematian Bayi (AKB) sebesar 34/1.000
kematian ibu. Eklampsia adalah terjadinya
KH,
Rencana
konvulsi atau koma pada pasien disertai
Menengah
tanda dan gejala preeklampsia (Bobak,
sedangkan
Pembangunan
Nasional
target
Jangka
(RPJMN)
Kementrian
Kesehatan tahun 2014, AKI sebanyak 118
/
100.000
KH,
dan
AKB
sebanyak
24/1.000 KH (Kemenkes RI, 2011).
Menurut
WHO
(2005),
2005).
Menurut Roeshadi (2006), angka
kejadian preeklampsia dan eklampsia di
seluruh dunia adalah 6%-8% di antara
angka
seluruh wanita hamil. Pada tahun 2005,
kematian ibu dunia pada 2005 mencapai
Angka
Kematian
86 persen. Untuk mencapai target MDGs
Indonesia
penurunan angka kematian ibu antara
preeklampsia sebesar 44,91%. Di Jawa
1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen
Barat tercatat angka kematian ibu bersalin
pertahun. Namun data WHO, UNICEF,
dengan preeklamsia pada adalah 373 per
UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan
100.000
akibat
kelahiran
Maternal
(AKM)
eklampsia
hidup,
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
di
atau
sedangkan
28
angka kematian bayi laki-laki adalah 52
obat penurun tekanan darah dan anti
per
kejang.
100.000
perempuan
kelahiran
adalah
hidup
39
per
dan
100.000
kelahiran hidup (SDKI, 2007). Oleh karen
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri di bagian
iatu perlu dilakukan studi kasus untuk
post operasi sectio Caesarea.
mengetahui asuhan keperawatan secara
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
langsung yang meliputi aspek bio-psiko-
Pada saat dilakukan pengkajian
sosial dan spiritual dengan menggunakan
pada tanggal 27 Mei 2015 pada jam
pendekatan proses keperawatan.
08.30 WIB. Klien mengeluh nyeri pada
daerah post operasi sectio caesarea,
1.
METODE PENELITIAN
nyeri dirasakan bertambah pada saat
Tinjauan Kasus
klien
A. Pengkajian
I.
bergerak
atau
batuk
dan
berkurang pada saat klien istirahat.
Identitas Klien
Nyeri dirasakan seperti di sayat-sayat.
Nama
: Ny. Y
Nyeri menyebar ke daerah perut dan
Umur
: 16 tahun
pinggang dengan skala nyeri 5 (0-10
Diagnosa Medik : P1
A0
Partus
maturus dengan
skala numerik), lamanya nyeri selama
± 5 menit.
Sc a/i
II. RIWAYAT OBSTETRI
Eklamsia. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Menstruasi
1. Alasan masuk Rumah Sakit
Sejak ± 1 hari sebelum masuk
rumah sakit, klien diketahui kejangkejang. Kejang terjadi sebanyak 6 kali.
Lamanya kejang ± 5 menit. Saat
kejang
pasien
tidak
sadar,
dan
sesudah kejang pasien kembali sadar.
Riwayat
tekanan
darah
tinggi
disangkal oleh klien. Tetapi klien
mengatakan sebelum kejadian kejang
tersebut klien mengalami sakit kepala
yang
hebat,
nyeri
ulu
hati,
dan
pandangan kabur. Kemudian, sebelum
di rujuk ke RSHS, klien datang ke
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
Cicalengka dan klien mendapatkan
a. Menarche
: 13 tahun
b. Siklus
: 28 hari
c. Lamanya
: 6 hari
d. HPHT
:16 September 2014
e. Keluhan yang menyertai
: Nyeri hebat (mengganggu
aktivitas ) pada hari ke-1
sampai
hari ke-2
2. Riwayat Perkawinan
a. Status Perkawinan
: Kawin
b. Umur Ibu Menikah
: 15 tahun
c. Umur Bapak Menikah : 20 tahun
d. Lama Pernikahan
: 1 tahun 5
bulan
e. Berapa Kali Menikah : 1 kali
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
29
3. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
b. System kardiovaskuler
G1P0A0, klien mengalami telat datang
Konjungtiva tidak anemis, tidak
bulan sudah 1 minggu pada bulan
terdapat sianosis maupun oedema,
September,
klien
tidak terdapat peningkatan JVP, bunyi
dan
jantung reguler murni, bunyi jantung
setelah dilakukan pemeriksaan klien
pada sistolik (S1) berbunyi lub dan
dinyatakan
masa
diastolik (S2) berbunyi dub, heart rate
kehamilan awal klien mendapatkan
88 x/menit, perkusi daerah batas
keluhan tidak nafsu makan bahkan
jantung terdengar pekak, CRT kembali
sampai
dalam kurang dari 2 detik, akral teraba
kemudian
memeriksakannya
ke
hamil,
muntah,
bidan
pada
lalu
pada
akhir
kehamilan klien mengalami pusing dan
sakit
kepala
yang
hebat
hangat, tekanan darah 140/90 mmHg.
bahkan
sampai pandangan kabur dan kejang-
III. DIAGNOSA
kejang dengan tekanan darah 170/90
BERDASARKAN
mmHg. Setelah kehamilan 9 bulan
MASALAH
klien memeriksakan kehamilannya ke
1. Potensial
RSUD
Cicalengka
dan
klien
mendapatkan obat penurun tekanan
darah tinggi dan anti kejang kemudian
berhubungan
KEPERAWATAN
PRIORITAS
kejang
dengan
ulang
tekanan
darah meningkat.
2. Gangguan
nyaman
nyeri
disarankan untuk dirujuk ke RSHS
berhubungan dengan terputusnya
untuk
kontinuitas jaringan: luka post
mendapatkan
tindakan
selanjutnya. Riwayat persalinan, ini
kali pertamana klien melahirkan anak
pertama
caesarea,
dengan
cara
klien
melahirkan
section
bayi
dengan berat badan 2400 gram, tinggi
operasi section caesarea
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan
dengan
adanya
penumpukan sekret.
4. Kurang
pengetahuan
badan bayi 51 cm, dan terlihat kondisi
berhubungan dengan perawatan
bayinya baik.
luka dirumah
Pengkajian fisik yang fokus adalah:
a. System reproduksi
Tidak
ada
nyeri
tekan
pada
payudara, ada pengeluaran ASI. Pada
vagina tidak ada nyeri tekan, area
vagina, lochea serosa, peritoneum
bersih tidak ada jahitan, TFU tiga jari
dibawah pusat.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
30
V. Intervensi Keperawatan
Tabel 3.5 intervensi, implementasi, dan evaluasi post operasi
Nama
: Ny. Y
Tanggal masuk
: 23 Mei 2015
Umur
: 16 tahun
Tanggal pengkajian
: 27 Mei 2015
No RM
: 0001453353
Ruang perawatan
: Obgyn
No
Diagnosa
1
1.
2
Potensial kejang
ulang berhubungan
dengan tekanan
darah
meningkat.ditandai
dengan:
Ds: Do:
- natrium
kurang dari
batas normal
- hiperefleksia
- tekanan
darah >
140/80
mmHg
- nyeri kepala
Tujuan
jangka panjang:
Segera setelah dilakukan
perawatan selama 3 hari
masalah dapat taratasi.
Jangka pendek:
Setelah dilakukan
tindakan diharapkan tidak
terjadi kejang ulang
dengan kriteria hasil:
- kadar natrium normal
- tekanan darah normal
- tidak nyeri kepala
Tujuan
jangka panjang:
Segera setelah dilakukan
perawatan selama 3 hari
nyeri dapat taratasi.
Perencanaan
Intervensi
4
1. kaji tekanan darah
klien
Implementasi
Rasional
5
Diharapkan
tekanan darah
terkontrol
6
1. mengkaji tekanan
darah klien
Evaluasi
7
S: O:
-
2. berikan terapi
oksigen
3. berikan obat anti
hipertensi
Membantu suplai
oksigen sel
jaringan tubuh
2. memberikan
terapi oksigen
3. memberikan obat
anti hipertensi
Mencegah
terjadinya kejang
berulang
1. Atur posisi klien
senyaman mungkin
(bantal dibawah
lutut)
Dengan posisi
bantal di bawah
lutut terjadi
relaxasasi otot-otot
abdominal.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
31
2.
Gangguan nyaman
nyeri berhubungan
dengan terputusnya
kontinuitas jaringan
akibat operasi seksio
sesarea ditandai
dengan:
Tujuan
3
1. Mengatur posisi
tidur klien
menjadi semi
powler
menggunakan
bantal.
-
kadar
natrium
dalam
normal
tekanan
darah
normal
tidak nyeri
kepala
A:
Masalah belum
teratasi
P: lanjutkan
intervensi
S:
Klien mengatakan
nyerinya
berkurang.
3.
Ds:
Klien mengeluh nyeri
perut bekas operasi
Do:
- Terdapat
luka operasi
seksio
sesarea
sepanjang
15 cm
- Tampak
meringis
menahan
sakit
- Skala nyeri 5
(0-10)
- TTV
Td: 140/90 mmHg
R: 22x/menit
N: 88x/menit
S: 36,8 oC
Bersihan jalan nafas
berhubungan dengan
adanya penumpukan
secret ditandai
dengan:
Ds:
Klien mengeluh
batuk sudah 3 hari
yang lalu
Do:
- Tampak
batuk
- Tampak
serak
- Adanya
Jangka pendek:
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan nyeri klien
berkurang dengan kriteria
:
- Klien tidak
mengeluh nyeri
saat beraktifitas.
- Klien tidak
meringis
menahan nyeri
O:
Skala nyeri 2 (010)
Untuk mengetahui
perubahan yang
terjadi akibat efek
samping dari
adanya luka seksio
sesarea.
2. Mengobservasi
TTV
3. Ajarkan klien untuk
melakukan teknik
distraksi
Mengalihkan nyeri
pada hal-hal yang
disukai oleh klien.
Misalnya
mendengarkan
musik
3. Mengajarkan
klien untuk
melakukan teknik
distraksi
4. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian terapi
obat anti nyeri
Mempercepat dan
mengurangi rasa
nyeri.
4. Berkolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
terapi anti nyeri
1. Berikan posisi semi
powler
Membantu
memaksimalkan
ekspansi paru
1. Memberikan
posisi semi
powler
S:
Klien mngatakan
sudah tidak batuk
lagi
Jangka pendek: setelah 2. Ajarkan untuk
dilakukan tindakan
nafas dalam dan
selama 1 hari masalah
batuk efektif
teratasi dengan kriteria :
- Jalan nafas efektif
- Suara nafas normal
- Mampu melakukan
batuk efektif
3. Beri oksigen sesuai
- Tidak ada penggunaan
indikasi
otot bantu nafas
Dilakukan agar
mudah
mengeluarkan
secret yang
tertanam di jalan
nafas
2. Mengajarkan
untuk nafas
dalam dan batuk
efektif
O:
Membantu
pemenuhan
oksigen.
3. Memeberikan
oksigen sesuai
indikasi
Jangka panjang:
Segera setelah dilakukan
perawatan selama 2 hari
pola nafas klien efektif
2. Observasi TTV
setiap 6 jam sekali
bila kondisi stabil
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
32
A:
Masalah belum
teratasi.
P:
Lanjutkan
intervensi.
-
-
Tidak
tampak
batukbatuk
Tidak
tampak
mengguna
kan otot
bantu
-
4.
secret
Respirasi
22x/menit
Terlihat
menggunaka
n otot bantu
nafas
Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurangnya informasi
perawatan luka
dirumah ditandai
dengan:
Ds:
Klien mengatakan
tidak tahu bagaimana
cara perawatan luka
dirumah
Do:
-
Klien terlihat
bingung
Klien tampak
banyak
bertanya
4. Kaji tanda-tanda
vital
Jangka panjang
Segera setelah dilakukan
pendidikan kesehatan
selama 1 hari masalah
teratasi
Jangka pendek:
Setelah dilakukan
pndidikan kesehatan
dalam 20 menit dapat
menambah wawasan
klien tentang perawatan
luka dengan kriteria
Dapat menambah
wawasan
pengetahuan klien
5. Berikan minum air
hangat
1. Kaji pengetahuan
klien tentang
perawatan post
operasi
Berguna untuk
mengetahui
perkembangan dan
menilai keadaan
umum pasien.
Membantu
mengencerkan
dahak
Untuk mengetahui
tingkat
pengetahuan klien
2. Beri pendidikan
kesehatan tentang
perawatan post
operasi di rumah
Agar klien mengerti
tentang cara
perawatan luka
post operasi
dirumah dengan
benar
3. Evaluasi
pemahaman klien
tentang materi
yang diberikan
Melihat sejauh
mana klien
memahami
informasi yang
telah diberikan
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
33
4. Mengkaji tandatanda vital
nafas
A:
Masalah teratasi
P: hentikan
intervensi
5. Memberikan
minum air hangat
1. mengkaji
pengetahuan
klien tentang
perawatan post
operasi
S:
Klien mengatakan
mengerti atas
pembahasan yang
telah diberikan
2. memeberi penkes
tentang
perawatan luka
post operasi
dirumah
O:
Klien tampak
antusias
mendengarkan
materi yang
diberikan
A:
Masalah teratasi
3. mengevaluasi
pemahaman klien
tentang materi
yang diberikan
P:
Hentikan intervensi
Pembahasan
kesenjangan
dan
Sedangkan klien mengatakan bahwa
kesamaan dalam teori dan kenyataan
dalam
yang ditemukan selama melaksanakan
memiliki riwayat yang sama seperti
Asuhan Keperawatan adalah:
klien (eklamsia).
Beberapa kesamaan antara teori
anggota
keluarganya
tidak
2. Kesenjangan diagnosa yang muncul
dan praktek langsung di lapangan:
pada klien dan teori adalah :
1.
eklamsia
a. Penulis tidak mengangkat diagnosa
masa
resiko terjadinya syok hipovolemik
kehamilan, persalinan, atau masa
karena pada saat pengkajian klien
nifas yang ditandai dengan timbulnya
tidak
kejang (bukan timbul akibat kelainan
laboraturium natrium dalam batas
saraf) dan / atau koma dimana
normal yaitu 133 mEq/L, kalium
sebelumnya
normal yaitu 3,5 mEq/L.
Menurut
teori
penyakit
adalah
kelainan
pada
sudah
menunjukan
gejala-gejala preeklamsia.
pendarahan,
hasil
b. Penulis tidak mengangkat diagnosa
Kesamaan dengan teori pada
resiko
terjadi
gangguan
saat pengkajian di lapangan: bahwa
keseimbangan
pada usia kehamilan 6 bulan, klien
karena pada saat pengkajian tidak
mengeluh
ditemukan
sakit
kepala,
berkunang-kunang,
darah
> 140/90
bertambahnya
2.
ada
mata
cairan/elektrolit
adanya
pendarahan
dan
tekanan
mmHg,
dengan
c. Penulis tidak mengangkat diagnosa
kehamilan
tidak efektifnya pola nafas karena
usia
ataupun muntah yang hebat.
disertai adanya kejang.
pada saat pengkajian pola nafas
Menurut teori klien dengan penyakit
klien
preeklamsia pada riwayat perkawinan
(22x/menit), tidak terpasangnya alat
di
bantu nafas.
bawah
usia
menimbulkan
20
faktor
tahun
akan
resiko
tinggi
dengan penyakit preeklamsia.
dalam
batas
normal
d. Penulis tidak mengangkat diagnosa
resiko infeksi karena pada saat
Kesamaan dengan teori pada
dikaji luka operasi sectio caesarea
saat pengkajian di lapangan : bahwa
tampak kering, tidak ada rembesan,
dilihat dari riwayat perkawinan klien
tidak ada pus.
menikah di usia 15 tahun.
Simpulkan kasus adalah:
Beberapa kesenjangan yaitu sebagai
berikut:
1. Pada
Asuhan
menggunakan
riwayat kesehatan
menurut
menderita
teori
ada
keluarga,
anggota
yang
hipertensi/eklamsia.
keperawatan
keperawatan
pendekatan
yang
dimulai
dengan
proses
dengan
pengkajian, ditemukan bahwa Ny “Y”
mengalami
gangguan
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
system
34
kardiovaskuler yang mempunyai dampak
Saran
terhadap rasa nyaman: nyeri, bersihan
Dalam
melakukan
jalan nafas, dan kurangnya pengetahuan
mengumpulkan
klien. Selama satu minggu terhitung pada
didapatkan
tanggal 26 – 30 Mei 2015 masih terdapat
anggota keluarga terdekat. Perencanaan
satu diagnosa yang belum teratasi yaitu
tindakan harus sesuai dengan masalah
gangguan
yang
berhubungan
rasa
nyaman
dengan
nyeri
terputusnya
data
pengkajian,
langsung
muncul
memperlancar
sebaiknya
dari
pada
tindakan
klien
klien.
atau
Untuk
sebaiknya
kontinuitas jaringan: post operasi section
lakukan bina trust dengan klien dan
caesarea.
keluarga atau orang terdekat dengan
Dalam
merencanakan
tindakan
sebaik mungkin. Dan sebaiknya bekerja
keperawatan, penulis melibatkan perawat
sama dengan perawat ruangan. Hal ini
ruangan sehingga pelaksanaan berjalan
ditujukan agar semua masalah yang
lancar.
timbul dapat teratasi.
Pasienpun
diberikan
penkes
tentang cara perawatan luka post operasi
di rumah dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. Lowdermik dan Jensen. (2005).
Buku Ajar Keperawatan Maternitas
Jakarta: EGC.
Indriyani Diyan. (2013). Keperawatan
Maternitas Pada Area Perawatan
Antenatal. Jogyakarta: Graha Ilmu.
Gant F. Norman dan Cunningham F.
Gary.
(2010).
Dasar-dasar
Ginekologi & Obstetri. Jakarta:
EGC
Judith M. Wilkinson. (2006). Buku Saku
Diagnosis Keperawatan Dengan
Intervensi NIC Dan Kriteria Hasil
NOC, Ed.7. Jakarta: EGC Medikal
Publisher.
Hidayat A Aziz Alimul. (2009). Pengantar
Kebutuhan
Dasar
Manusia.
Jakarta: Salemba Medika
Jurnal.unimus.ac.id.
diperoleh
tanggal 27 maret 2015.
Hutahaean
Serri.(2013).
Perawatan
Antenatal.
Jakarta:
Selemba
Medika.
Kemenkes
RI,
2011.
www.kemenkes.go.id,
diperoleh
pada tanggal 25 maret 2015.
http://digilib.unimus.ac.id. diperoleh pada
tanggal 21 maret 2015.
Kozier,
http://jurnal.med.unismuh.ac.idAbdulLGafur-Zulkarnain-Artikel.pdf.
diperoleh pada tanggal 23 maret
2015.
pada
Barbara
et
al.
(2010).
Fundamental
Keperawatan
:
Konsep, Proses, dan Praktik, Ed.
7, Vol. 1. Jakarta: EGC
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan
Maternitas.
Jakarta:
Selemba
Medika.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
35
Norwith, E. (2007). Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta EGC
Peraturan
Pemerintah,
(2009.
www.gizikia.depkes.go.id.
diperoleh pada tanggal 27 maret
2015.
Purwaningsih Wahyu dan Siti Fatimah.
(2010).
Asuhan
Keperawatan
Maternitas.
Jogyakarta:
Nuha
Medika.
Roeshadi. (2006). Upaya Menurunkan
Angka Kesakitan dan Angka
Kematian Ibu Pada Penderita
Preeklampsia-Eklampsia.
Salmah, dkk (2006). Asuhan Kebidanan
Pada Antenatal. Jakarta: EGC
Sudhaberata. (2006). Profil Penderita
Preeklampsia-Eklampsia.
Verney Helen. (2006). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan. Edisi. 4. Jakarta:
EGC
World Health Organization. (2011). Modul
Kebidanan: Kehamilan. Jakarta:
EGC
Yulaikhah Lily. (2008). Seri Asuhan
Kebidanan. Jakarta: EGC
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
36
PENGARUH TERAPI MODALITAS RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP
KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA
THE EFFECT OF PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION MODALITY THERAPY
TOWARD THE INCIDENCE OF INSOMNIA ON ELDERLY
Briefman Tampubolon
Prodi DIIISTIKes Budi Luhur Cimahi
(PENELITIAN INI DILAKUKAN DI PANTI WERDHA KARITAS KOTA CIMAHI)
ABSTRAK
Tidur merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi bagi setiap individu yang terjadi secara
alami dan memiliki fungsi fisiologis dan psikologis, namun dengan bertambahnya usia
kebutuhan tidur seseorang akan berkurang. Salah satu tindakan non farmakologis yang
dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia adalah dengan melakukan
Teknik Relaksasi Otot Progresif. Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi
modalitas relaksasi otot progresif terhadap kejadian insomnia pada lansia.Metode penelitian
menggunakan quasy eksperimental dengan pendekatan pre test dan post test without
control design. Sampel penelitian sebanyak 13 orang yang diambil secara purposive
sampling. Hasil Penelitian perbandingan tingkat kejadian insomnia sebelum dan sesudah
dilakukan terapi relaksasi diperoleh nilai p value sebesar 0,001 < α 0,05, dan T-hitung 4,382
> T-tabel 2,179. Maka Ho ditolak. Kesimpulan : Teknik relaksasi otot progresif mempunyai
pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada
lansia. Saran : kepada tenaga kesehatan khususnya perawat di panti untuk memberikan dan
mengajarkan serta mengaplikasikan terapi nonfarmakologis seperti terapi relaksasi otot
progresif dalam mengatasi insomnia pada lansia.
Kata kunci : Terapi relaksasi otot progresif, insomnia, lansia
ABSTRACK
The sleep is need be filled should for each individual as natural and have physiological and
psychological functions. But getting older of someone sleeping is needed and it will be
reduced. One of implementation non-pharmacological that can improve the fulfillment sleep
needs on elderly is by perform progressive muscle relaxation technique. Aim :The
researcher would like to know the effect of progressive muscle relaxation modality therapy
toward the incidence of insomnia on elderly.Method :This research used based experimental
research design quasy with approach pre test and post test without control design. The
study samples is elderly as many as 13 elderly were taken operates the purposive sampling.
Data is collected through the questionnaire and then the analysis with statistics.Result
:Based on the comparison of the level insomnia before and after relaxation therapy obtained
p value of 0,001 < 0,05. Then Ho is rejected Ha accepted. Conclusion :Progressive muscle
relaxation techniques had significant influence in improving the fulfillment of sleeping onthe
elderly or treast insomnia on elderly.Suggestion:Based on the results of this study strongly
suggested for health workers, especially nurses in nursing to provide and teach and apply
non-pharmacological therapies such as progressive muscle relaxation therapy in treating
insomnia in the elderly compared.
Keywords :Progressive muscle relaxation therapy, insomnia, elderly
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
37
1. PENDAHULUAN
dan pengaruh obat-obatan (Maryam, dkk
Lansia adalah seseorang yang
2010)
telah mencapai usia 60 tahun keatas
Sedangkan
keluhan
(Maryam, 2010). Proses menua itu sendiri
seringkali
merupakan proses sepanjang hidup, tidak
adalah kesukaran untuk memulai tidur,
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
atau sering terbangun selama tidur atau
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan
tidur cepat dan dalam, tapi terlalu cepat
(Nugroho, 2008).
bangun pada dini hari untuk kemudian
Seiring
dengan
bertambahnya
usia, proses penuaan pun akan terjadi.
Hal
ini
tentunya
akan
disampaikan
oleh
yang
mereka
tidak dapat tidur kembali (Titi.S dan
Luklu‟ul, 2013)
berdampak
Secara fisiologis, jika seseorang
timbulnya masalah fisik, mental, sosial,
tidak mendapatkan tidur yang cukup dapat
psikologis dan spritualnya maka untuk
menyebabkan penurunan nafsu makan,
mengantisipasi hal tersebut lansia perlu
kelemahan/kelelahan, peningkatan angka
mendapatkan
dari
kejadian kecelakaan baik di rumah maupun
pemerintah, masyarakat dan keluarga
di jalan, terjatuh, iritabilitas, menyebabkan
serta
emosi menjadi tidak stabil, sulit untuk
perlakuan
harus
mampu
kesejahteraannya
khusus
meningkatkan
dengan
memenuhi
berkonsentrasi,
dan
kesulitan
dalam
kebutuhan dasarnya (Erliana, 2009 dalam
mengambil suatu keputusan (Widyastuti
Nessma P.A dan Arif 2009). Kebutuhan
dkk, 2010).
dasar yang seringkali terabaikan dan
kurang
disadari
peranannya
Secara fisiologis pula, gelombang
adalah
otak mengukur suatu tidur ada 5 tingkatan
kebutuhan istirahat dan tidur Gangguan
pola tidur, 4 tingkatan tidur dalam yang
pemenuhan kebutuhan tidur yang sering
disebut
dijumpai
adalah
eyemovement) juga dikenal sebagai slow
saat
wave sleep (SWS) dan tingkat ke 5 yang
pada
lanjut
ketidakmampuan
tidur
usia
pada
non
hal lama maupun dalamnya tidur.
disebut juga Paradoxical sleep (PS). Pada
mempengaruhi
eye
rapid
disebut
kali
(rapid
(non
seseorang seharusnya tidur, baik dalam
Adapun faktor-faktor yang sering
REM
REM
movement)
waktu NREM sleep gelombang otak makin
pemenuhan
lambat makin teratur. Tidur makin dalam
kebutuhan tidur pada lansia adalah usia,
serta pernafasan menjadi lambat dan
adanya penyakit, lingkungan yang tidak
teratur. Sedangkan mendengkur terjadi
tenang
mengganggu
pada waktu tidur NREM. 4 tingkatan
kenyamanan saat hendak tidur, merasa
NREM dikenal dengan tingkat 1,2,3 dan 4.
letih,
emosional,
Tidur yang paling dalam adalah pada
pengaruh stimulan dan alkohol, diet,
tingkat 4, dan aktivitas listrik paling dalam.
dan
gaya
dapat
hidup,
stres
mempunyai kebiasaan merokok, motivasi,
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
38
Tidur REM lebih dangkal, ditandai
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Erna
dengan gerakan bola mata cepat dibawah
Erliana (2008) mengemukakan ada lima
kelopak mata yang tertutup. Pada waktu
macam relaksasi yaitu Relaksasi otot
REM, orang tidak lagi mendengkur, nafas
(Progressive
menjadi tak teratur, aliran darah ke otak
Pernapasan diafragma, Imagery training,
bertambah dan temperatur tubuh naik,
Biofeedback, dan Hipnosis. Tujuan umum
disertai
tubuh.
penelitian ini adalah untuk mengetahui
Gelombang listrik tampak seperti tingkat 1
Pengaruh Terapi Modalitas Relaksasi Otot
dari tidur. Tiap proses tidur melewati 5
Progressif Terhadap Kejadian Insomnia
tahap ini dalam 1 siklus, dan tiap siklus
Pada Lansia.
banyak
gerakan
berlangsung kira-kira 90 menit. Orang
dewasa yang sehat bila sudah tertidur
akan masuk ke dalam tingkat 1, diikuti
tingkat 2,3 dan 4, kemudian kembali lagi
ke tingkat 1 dan setelah 2 periode, siklus
itu akan lengkap setelah diikuti oleh
periode REM antara 5 sampai 15 menit.
Putaran akan berlangsung 4-5 kali dengan
penambahan periode REM pada tahap
berikutnya, disertai pengurangan periode
NREM (terutama pada tingkat 3 dan 4).
Pada orang yang tidur selama 8 jam, akan
menjalani 2 jam tidur REM dan 6 jam tidur
NREM. (Kozier, dkk).
Berkenaan
dengan
hal
diatas,
Muscle
Relaxation),
2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah Quasi
Experiment Design dengan rancangan
Rangkaian waktu (Time Series Design)
yaitu peneliti memberikan perlakuan pada
kelompok
studi
yang
sebelumnya
dilakukan pre test secara berulang dan
selanjutnya dilakukan post test setelah
diberikan perlakuan (Budiman, 2011).
Variabel
dalam
bebas
penelitian
ini
(independen)
adalah
terapi
modalitas relaksasi otot progresif. Variabel
terikat (dependen) dalam penelitian ini
adalah kejadian insomnia.
Perlu adanya suatu terapi tanpa obat yang
Definisi
dapat memenuhu istirahat tidur bagi lansia
suatu
dan terapi tersebut adalah terapi relaksasi
pengertian
progresif. Relaksasi merupakan salah satu
diamati/diteliti
operasional
batasan
ruang
merupakan
lingkup
variabel-variabel
atau
yang
teknik di dalam terapi perilaku yang
Definisi dari variabel yang terdapat
pertama kali dikenalkan oleh Edmund
Jacobson, seorang Psikolog dari Chicago
yang
telah
fisiologis
mengembangkan
melawan
metode
ketegangan
dan
kecemasan. Miltenberger (2004) dalam
dalam
penelitian
pengukurannya
ini
menurut
dan
cara
Notoatmodjo
(2010) dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah
ini.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
39
Tabel 1 Definisi Operasional
NO
Jenis
Variabel
Independen
1. Terapi
modalitas
relaksasi otot
progresif
Definisi
Operasional
Alat Ukur
Melakukan
terapi
relaksasi
otot
progresif
sesuai
prosedur
dan
dilakukan sebanyak
6
kali
dalam
seminggu
Dependen
2. Insomnia
Lembar
observasi
Ketidakmampuan
untuk tidur dengan
jumlah atau kualitas
yang cukup.
Kuesion
er
Populasi Dan Sampel
Populasi dalam
penelitian
ini
adalah
Wredha Karitas Kota Cimahi yaitu 32
dalam
pengambilan
penelitian
ini
sampling
menggunakan
purposive sampling (Sugiyono, 2009).
Sehingga didapatkan sampel sebanyak 13
orang.
Instrumen
penelitian
lembar
1x mengikuti terapi
2x mengikuti terapi
3x mengikuti terapi
4x mengikuti terapi
5x mengikuti terapi
6x mengikuti terapi
Ordinal
a. Insomnia
sementara bila hasil
<10
b. insomnia kronis bila
hasil >10
Ordinal
ditujukan
observasi
dan
untuk
atau berbeda. Gunanya adalah untuk
menguji
kemampuan
perbandingan keadaan variabel dari dua
rata-rata
sampel/kelompok.
Etika Penelitian meliputi Informed
Consent, Anomity, dan Confidentiality.
Penelitian
yang
Riyanto (2011).
untuk bertindak
dengan
(Riyanto,
2009).
menghargai
Penelitian
generalisasi
(signifikasi hasil penelitian yang berupa
kuesioner dengan berpedoman pada buku
Prosedur
membandingkan
(membedakan) apakah kedua mean sama
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara,
Skala Ukur
untuk melakukan analisis data. Uji t
seluruh lansia wanita yang ada di Panti
orang.Teknik
Hasil Ukur
dilakukan
kebebasan
harus
individual
sebagai responden
atau subjek penelitian. Responden
beberapa tahapan yaitu Tahap Persiapan,
harus
Tahap Pelaksanaan, dan Tahap Akhir.
pengambilan data dalam penelitian
Pengolahan Data meliputi Editing,
Entri data / processing, Coding, Cleaning,
dan Tabulating.
Analisis
dijamin dan dilindungi karena
akan menyinggung kearah hak asasi
manusia.
Lokasi dan Waktu Penelitian di
Data
yang
digunakan
adalah Analisis Univariat dan Analisis
Bivariat Dalam tahap ini di gunakan uji t
Panti Wredha Karitas Kota Cimahi. W aktu
peneltian Pebruari-Juli 2015.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
40
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a. Gambaran Tingkat Kejadian Insomnia Pada Lansia sebelum dilakukan Terapi
Modalitas Relaksasi Otot Progresif.
Tabel 2. Distribusi Tingkat Kejadian Insomnia Pada Lansia Sebelum
Dilakukan Terapi Modalitas Relaksasi Otot Ptogresif
hasil
Tingkat Insomnia
Frekuensi
4
9
13
Insomnia sementara
Insomnia kronis
Total
(Sumber : Data Primer)
b.
Persentasi
30,8 %
69,2 %
100 %
Gambaran Tingkat Kejadian Insomnia Pada Lansia Setelah Dilakukan Terapi
Modalitas Relaksasi Otot Progresif
Tabel 3 Distribusi Tingkat Kejadian Insomnia Pada Lansia Setelah
Dilakukan Terapi Modalitas Relaksasi Otot Progresif
Tingkat insomnia
Hasil
Insomnia sementara
Insomnia kronis
Total
(Sumber : Data Primer)
Frekuensi
12
1
13
Persentasi
92,3 %
7,7 %
100 %
c. Perbedaan Kejadian Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Panti Werdha Karitas Kota
Cimahi Sebelum Dan Sesudah Terapi Modalitas Relaksasi Otot Progresif
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Variabel Tingkat Insomnia Sebelum Dan
Sesudah Terapi Relaksasi Pada Lansia
INSOMNIA
Sebelum terapi
Sesudah terapi
(Sumber : Data Primer)
Skewness
-0,349
0,425
Hasil
Standar Error
0,616
0,616
Distribusi Data
-0,566 (normal)
0.696 (normal)
Berdasarkan hasil analisis
terapi. Kedua nilai perbandingan
yang dilakukan, diketahui hasil
tersebut mempunyai nilai < 2,
perbandingan
skewness
artinya data dinyatakan normal.
dengan standar error didapatkan
Dengan demikian data selanjutnya
hasil -0,349 untuk nilai insomnia
dapat
sebelum terapi, dan didapatkan
menggunakan uji t.
nilai
diolah
dengan
0,429 pada nilai insomnia sesudah
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
41
Tabel 5. Distribusi Rata-Rata Kejadian Insomnia Pada Lansia Di Panti
Werdha Karitas Kota Cimahi Sebelum Dan Sesudah Terapi
Relaksasi Otot Progresif
Hasil
Nilai Variabel
Insomnia
Mean
Sebelum
0,69
Sesudah
0,08
(Sumber : Data Primer)
SD
SE
N
0,480
0,277
0,133
0,077
13
13
PEMBAHASAN
lansia yang menjadi responden, 4 orang
(30,8%)
mempunyai
insomnia
sementara dan 9 orang lansia (69,2%)
mempunyai insomnia kronis.
Menurut Potter Perry (2009) tidur
merupakan suatu siklus kegiatan yang
pernah dialami oleh semua manusia.
Kebutuhan tidur pada lansia yaitu 6,5 jam
pada usia 60 tahun dan 6 jam pada usia
80 tahun (Muhammad Gafur, 2014).
Hidayat (2006) dalam Titi, luklul
(2013)
mengatakan
dengan
bertambahnya usia terdapat penurunan
periode
tidur.
Kebutuhan
tidur
akan
berkurang dengan bertambahnya usia
seseorang karena dengan bertambahnya
usia
seseorang,
dapat
mengalami
penurunan fungsi fisiologis, psikologis,
dan lingkungan yang dapat mengubah
kualitas
dan
0,001
4,382
Berdasarkan
Berdasarkan analisa dari 13 orang
lansia
Nilai Gabungan
p
T
df
value
Hitung
kuantitas
tidur.
Adapun
menurut Kozier, dkk (2010) faktor-faktor
yang mempengaruhi tidur diantaranya
sakit, letih, lingkungan, gaya hidup, stress
emosional, stimulan dan alkohol, diet,
merokok, motivasi dan obat-obatan.
yang
dilakukan
12
hasil
pada
pengukuran
lansia
setelah
dilakukan terapi didapatkan hasil bahwa
terjadi perubahan yang signifikan pada
tingkat kejadian insomnia pada lansia.
Jika hasil tersebut diatas kita bandingkan
dengan hasil pengukuran tingkat insomnia
sebelum dilakukan terapi, maka akan
terlihat
adanya
perubahan
kearah
peningkatan kualitas tidur pada lansia, hal
ini dapat kita lihat dari meningkatnya
tingkat
insomnia
sementara
dan
menurunnya tingkat insomnia kronis.
Dan
didapatkan
juga
dari
keterangan lansia yang mengatakan
kualitas tidur mereka menjadi baik, yaitu
pada malam hari tidak terlalu sulit untuk
tertidur, lebih relaks dan nyaman, dan
pada siang harinya sebagian lansia bisa
tidur siang dengan baik.
Menurut
Kozier,
dkk
(2010)
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
diantaranya sakit, letih, lingkungan, gaya
hidup, stress emosional, stimulan dan
alkohol, diet, merokok, motivasi dan
obat-obatan.
Begitu pula menurut Potter Perry
(2009)
yang
mengemukakan
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
bahwa
42
setiap penyakit yang menyebabkan rasa
insomnia pada lansia secara signifikan.
sakit,
atau
Dan tujuan penelitian ini yaitu untuk
masalah mood, seperti kecemasan atau
mengetahui apakah ada pengaruh terapi
depresi, sering menyebabkan masalah
modalitas
tidur.
terhadap kejadian insomnia pada lansia.
ketidaknyamanan
fisik,
relaksasi
otot
progresif
Melalui gerakan terapi relaksasi
otot
progresif
ini
mempengaruhi
faktor-faktor
tidur
sebagian
teratasi,
berkurang
karena
ketidaknyamanan
pada
lansia
seperti
stres
merasa
fisik
yang
juga
relaks,
teratasi
karena otot-otot yang tegang menjadi
lebih
relaks
dan
keaddan
4.
SIMPULAN DAN SARAN
Pengaruh terapi modalitas relaksasi
otot progresif terhadap kejadian insomnia
pada lansia, dapat disimpulkan bahwa :
1) Lebih dari setengah (50%) lansia
relaks
mempunyai tingkat insomnia kronis
menyebabkan lansia lebih termotivasi
sebelum dilakukan terapi relaksasi
untuk tidur.
otot progresif.
Gerakan terapi yang diajarkan
2) Ada peningkatan kualitas tidur yang
pun dinilai cukup mudah, hal ini dilihat
signifikan
pada
lansia
dari
mengalami
dilakukan
terapi
relaksasi
kesulitan dalam melakukan gerakan dan
progresif.
lansia
yang
tidak
menurut pendapat lansia, gerakan yang
diberikan
sebagian
terdapat
setelah
otot
3) Terdapat pengaruh terapi modalitas
dalam
relaksasi otot progresif terhadap
gerakan senam yang sering dilakukan di
kejadian
Panti Werdha Karitas Kota Cimahi.
dengan p value = 0,001 < 0,05.
insomnia
pada
lansia,
Dari pemaparan diatas peneliti
menyimpulkan bahwa terapi modalitas
relaksasi
otot
progresif
Saran
Metode
memang
memberikan manfaat untuk mengurangi
stress, membuat fisik menjadi lebih
relaks dan dapat mengurangi tingkat
insomnia pada lansia.
Terapi modalitas relaksasi otot
progresif terbukti dapat meningkatkan
kualitas tidur atau menurunkan tingkat
nonfarmakologi
terapi
relaksasi otot progresif ini diharapkan
dapat
menjadi
referensi
metode
mengatasi insomnia pada lansia di panti
werdha karitas ini. Dan bisa menjadi salah
satu
terapi
yang
dilaksanakan
terus
menerus bahkan bisa menjadi program
terapi bagi lansia di Panti Werdha Karitas
Kota Cimahi.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
43
DAFTAR PUSTAKA
Gonilan,
Kartasura,
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bit
sream/handle/
123456789/3623/NESMA%20PUT
RI-ARIF%20WIDODO%20
Fix.pdf,diperoleh
tanggal
13
Februari 2015
Arikunto. (2009). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Edisi
Revisi 6. Rineka Cipta : Jakarta
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Edisi
Revisi. Rineka Cipta : Jakarta
Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan.
Bandung : Refika Aditama
Erna, dkk. (2008). Perbedaan Tingkat
Insomnia Lansia Sebelum Dan
Sesudah Latihan Relaksasi Otot
Progresif (Progressive Muscle
Relaxation) Di Bpstw Ciparay
Bandung,
https://pustaka.unpad.ac.id/
wpcontent/uploads/2009/07/
perbedaan_tingkat_insomnia_lansi
a.pdf,
diperoleh
tanggal
13
Februari 2015
Nita,
Hasria.
(2010).
Hubungan
Pengetahuan Dengan Tingkat
Kecemasan
Remaja
Puteri
Tentang Dismenorhea Di SMU
Negeri 3 Medan Tahun 2010,
http://repository.usu.ac.id/handle/1
23456789/19187
Notoatmodjo.
(2010).
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Patrik. (2012). Serba Serbi Penyakit.
Jakarta : Elex Media Komputindo
Potter Perry. (2009). Fundamental Of
Nursing. Canada : Evolve
Hidayat.
(2009)
Metode
Penelitian
Keperawatan & Teknik Analisa
Data. Jakarta : Salemba Medika.
Riyanto. (2009). Pengolahan dan Analisis
Data Kesehatan. Cetakan ke dua.
Muha Medika : Yogyakarta
Kozier,
Setyoadi,Kushariyadi.
(2011).
Terapi
Modalitas Keperawatan Pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta : Salemba
Medika
Erb.
(2010).
Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses, &
Praktik. Jakarta : EGC.
Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia
Lanjut dan Perawatannya. Jakarta
: Salemba Medika
Muhammad Ghafur. (2014). Faktor -
Faktor
Apakah
Yang
berhubungan dengan terjadinya
gangguan pemenuhan kebutuhan
tidur pada lansia panti Tresna
werda
Gorontalo,
http://eprints.ung.ac.id/1921/
Nessma, Arif. (2009). Pengaruh Terapi
Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Perubahan Tingkat Insomnia Pada
Lansia Di Posyandu Lansia Desa
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung :
IKAPI.
Widyastuti,
dkk.
(2010).
Perbedaan
Efektifitas Terapi Musik Dengan
Teknik
Relaksasi
Progresif
Terhadap Peningkatan Kualitas
Tidur Lansia Di Banjar Peken Desa
Sumerta
Kaja,
https://ojs.unud.ac.id/index.php/
coping/article/download/6127/4618
, diperoleh tanggal 13 Februari
2015
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
44
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI (USIA 12-15 TAHUN)
DENGAN NYERI HAID (DISMENORHOE)
THE CORRELATION OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF YOUNG WOMEN AGED 1215 YEARS OLD OF DISMENORHOE PAINFUL
1)
Yosi Oktri1), Pandith2), dan Hanipah Mutiara3)
D3 Kebidanan, dan 2),3) Prodi S1 Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi
Abstrak
Latar Belakang: Masa remaja merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis dan
sangat rentan. Oleh sebagian ahli psikologi, masa remaja berada dalam kisaran usia antara
12-15 tahun, Periode ini akan mengubah perilaku dari beberapa aspek, misalnya psikologi
dan lainnya. Pada wanita biasanya pertama kali mengalami menstruasi (menarche).
Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka semakin baik sikap seseorang dalam
memahami dan menanggapi nyeri haid. Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan sikap remaja putri (usia 12-15 tahun) tentang nyeri haid (dismenorhoe) di
SMP Negeri 3 Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat. Metode Penelitian: ini bersifat
dekriptif dengan teknik pengambilan data Propotionate Stratified Random Sampling, sampel
remaja putri di SMP Negeri 3 Sindangkerta berjumlah 55 orang. Teknik pengumpulan data
untuk variabel pengetahuan dan sikap menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan
adalah Uji Chi Square. Hasil Peneilitian: Diperoleh nilai p value =0,002 dengan tingkat
kesalahan yang digunakan α= 0,05 maka Ho ditolak karena p value =0,002 < α= 0,05.
Simpulan dan Saran: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
pengetahuan dan sikap remaja putri (Usia 12-15 tahun) tentang nyeri haid (dismenorhoe) di
SMP Negeri 3 Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat. Hasil penelitian ini diharapkan bagi
remaja putri di SMP Negeri 3 Sindangkerta dapat mengetahui pengertian, penyebab, tanda
gejala, dan bagaimana cara penanganan dismenorhoe serta bagaimana menyikapi masalah
tersebut dengan baik
Kata kunci: Cross Sectional, Pengetahuan, Sikap, remaja putri, Nyeri Haid, Dismenorhoe
Abstract
Background: Adolescence is a very period, very critical and very vulnerable. By some
psychologists, adolescence is in the range between 12-15 years old, this period will change
the behavior of some aspects, such as psychology and others. women usually have first
menstrual period (menarche). The higher a person's knowledge, will have the better a
person's attitude in understanding and responding to painful menstruation.
Ains: This study to determine the correlation between knowledge and attitudes of young
women (aged 12-15 years old) about painful of (dismenorhoe) in SMP Negeri 3
Sindangkerta West Bandung regency.Methods: This research is descriptive with data
retrieval techniques propotionate Stratified Random Sampling, sample of young women in
SMP Negeri 3 Sindangkerta numbered 55 respondents. The technique of collecting data for
the variables of knowledge and attitude questionnaire. The statistical test used is Chi Square
test.Result: it is foud p value = 0,002 with an error rate that is used α = 0.05, then Ho is
rejected because p value = 0,002 <α = 0.05.Conclusions and Recommendations: The
results of this study concluded that there is a correlation of knowledge and attitudes of
young women with (age 12-15 years old) about painful menstruation (dismenorhoe) in SMP
Negeri 3 Sindangkerta West Bandung Regency. The result is expected for teenage girls in
SMP Negeri 3 Sindangkerta can know the definition, causes, signs symptoms, and how
dismenorhoe handling as well as how to address the issue properly.
Keywords: Cross Sectional, knowledge, attitudes, teenage daughter, dismenorhoe.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
45
1. Pendahuluan
Remaja
diartikan
pengobatan, karena gangguan ini sifatnya
transisi
subyektif, berat atau intensitasnya susah
antara anak-anak dan masa dewasa yang
dinilai. Walapun frekuensi dismenorhoe
mencakup perubahan biologis, kognitif,
cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama
dan
dikenal,
sebagai
(adolescene)
masa
sosial
perkembangan
emosional.
Batasan
usia
namun
sampai
sekarang
remaja yang umum digunakan oleh para
patogenesisnya belum dapat di ketahui.
ahli adalah antara 12-21 tahun. Rentang
Oleh
waktu usia remaja ini biasanya dibedakan
mengalami rasa tidak enak di perut bawah
atas tiga yaitu 12-15 tahun = masa remaja
sebelum dan selama menstruasi dan
awal,
seringkali
15-18
tahun
=
masa
remaja
karena
hampir
rasa
semua
mual
maka
wanita
istilah
pertengahan, dan 18-21 tahun = masa
dismenorhoe hanya dipakai jika nyeri haid
remaja akhir (Santrock, 2007).
demikian hebatnya, sehingga memaksa
Angka
kejadian
nyeri
haid
penderita
untuk
istirahat
dan
(dismenorhoe) di dunia sangat besar,
meninggalkan
rata–rata lebih dari 50% perempuan di
hidupnya sehari– hari, untuk beberapa
setiap negara mengalami dismenorhoe .
jam atau beberapa hari (Prawirohardjo,
Di Amerika angka persentasenya sekitar
2011)
60% dan di Swedia sekitar 72% (Karwati,
2012).
pekerjaan
Berdasarkan
atau
hasil
cara
wawancara
terhadap 20 orang remaja putri didapatkan
Sementara di Indonesia angkanya di
bahwa sebanyak 17 orang remaja putri
perkirakan 55% perempuan produktif yang
sudah
terganggu aktifitasnya oleh dismenorhoe.
disertai dengan nyeri (dismenorhoe), dan
Angka kejadian (prevalensi) dismenorhoe
mengatakan tidak tahu dan tidak pernah
berkisar 45-95% di kalangan usia produktif
ada
(Proverawati & Misaroh, 2009 dalam
tentang nyeri haid (dismenorhoe).
Karwati, 2012 ). Menurut angka kejadian
mengalami
yang
menstruasi
memberikan
Pengetahuan
yang
pengetahuan
seseorang
di Jawa Barat kasus ini juga cukup tinggi.
mempengaruhi
Hasil penelitian ini didapatkan
menggunakan sesuatu yang diinginkan
wanita
remaja
mengalami
59,9%
nyeri
sehingga
pemahaman
dapat
dapat
berpengaruh
untuk
untuk
menstruasi yang berat (Amalia Sekar,
memilih kebutuhannya dengan tepat. Hal
2009 dalam Karwati, 2012)
yang sama dinyatakan oleh Notoatmodjo
Dismenorhoe
atau
nyeri
haid
(2010)
bahwa
domain
tingkat
merupakan suatu gejala yang paling
pengetahuan (kognitif) mempunyai enam
sering menyebabkan wanita–wanita pergi
tingkatan,
ke
memahami, menggunakan, menguraikan,
dokter
untuk
konsultasi
dan
meliputi:
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
mengetahui,
46
menyimpulkan
dan
mengevaluasi.
Variabel penelitian
Pengetahuan merupakan salah satu faktor
menjadi
yang mempengaruhi respon sikap. Tujuan
Independen
penelitian ini Untuk mengetahui hubungan
Sedangkan Variabel Dependen (terikat)
pengetahuan dan sikap remaja putri (usia
yaitu “sikap”.
12-15
Tahun)
(dismenorhoe)
tentang
di
nyeri
SMP
2
dapat di bedakan
macam,
adalah
Negeri
3
2. Metode Penelitian
Definisi
operasional
Metode penelitian yang digunakan
menggunakan
Analitik”
pendekatan
“Pengetahuan”.
Definisi Operasional
operasional
mendefinisikan
“Survey
Variabel
haid
Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat.
adalah
yaitu
dengan
“Cross
yang
untuk
variabel
berdasarkan
diamati,
adalah
secara
karakteristik
memungkinkan
melakukan
peneliti
observasi
atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu
Sectional” bersumer dari buku Hidayat
objek
2010.
Definisi operasional dapat dilihat pada
dan
fenomena
(Hidayat,2007).
Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Definisi Operasional Penelitian Dan Cara Pengukuran
Variabel
Pengetahuan
Sub Variabel
Definisi
Operasional
Rasa sakit yang
berlebihan pada
perut yang
dirasakan oleh
responden pada
saat menstruasi
datang
Cara
Pengukuran
Angket
Ordinal
Kuisioner
1. Baik
(76-100%)
2.Cukup
(56-75%)
3.Kurang
(≤56%)
Penyebab
dismenorhe
Seorang
responden yang
mengalami
gangguan pada
organ
reproduksinya
Angket
Ordinal
Kuisioner
1.Baik
(76-100%)
2.Cukup
(56-75%)
3.Kurang
(≤56%)
Tanda dan
Gejala
Dismenorhe
Rasa sakit pada
perut yang
berlebihan yang
dialami oleh
responden
Angket
Ordinal
Kuisioner
1.Baik
(76-100%)
2.Cukup
(56-75%)
3.Kurang
(≤56%)
Penangann
Dismenorhe
Cara menangani
dengan
melakukan olah
raga
Angket
Ordinal
Kuisioner
1.Baik
(76-100%)
2.Cukup
(56-75%)
3.Kurang
(≤56%)
Pengertian
Skala Ukur
Alat Ukur
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
Kategori
47
Sikap
Suatu sikap atau
respon yang
positif seorang
responden
terhadap nyeri
haid yang
dialami pada
saat menstruasi
Angket
Populasi dan Sampel
Populasi
dalam
Ordinal
Kuisioner
Positif
≥ Median
(1,36)
Negatif <
Mean (1,36)
Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat
penelitian
ini
sejumlah 120 orang siswi. Sampel dalam
adalah remaja putri kelas VII, VIII dan IX
penelitian ini sebesar 55 siswi. Rumus
yang telah menstruasi dan mengalami
penentuan sampel (Hidayat, 2011) berikut
nyeri haid (dismenorhoe) di SMP Negeri 3
ini:
keterangan :
n : Besar sampel
N : Besar Populasi yaitu remaja putri kelas VII, VIII dan IX di SMP Negeri 3
Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat
D : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan, pada penelitian ini
digunakan (0,1)
n = 54,54 = 55 siswi
Pengumpulan Data
mengumpulkan
Pengumpulan data yang digunakan
data
primer
adalah
dengan penyebaran kuesioner.
merupakan data primer dari remaja putri di
SMP Negeri 3 Sindangkerta Kabupaten
Instrumen Penelitian
Bandung Barat, data yang diperoleh atau
Instrumen
penelitian
yang
yang dikumpulkan oleh peneliti secara
digunakan dalam pengetahuan adalah
langsung dari sumber datanya. Tekhnik
angket atau
yang
multiple
digunakan
peneliti
untuk
kuesioner. Menggunakan
choise
(piliha
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
berganda).
48
Jawaban responden yang benar di beri
dan
“Sangat
Tidak
Setuju
skor 1 dan apabila jawaban salah di beri
bedasarkan buku Arikunto (2010).
(STS)”
skor 0. Cara perhitungan atau penilaian
Uji Validitas
skor dilakukan dengan perhitungan jumlah
nilai benar dibagi jumlah soal kemudian
Uji validitas akan dilakukan di SMP
dikali 100. Instrumen dibuat sendiri oleh
Negeri 1 Cililin Kabupaten Bandung Barat
peneliti
yang memiliki karakterisitik sama yaitu
berdasarkan
teori-teori
dari
berbagai sumber, dan disajikan dengan
jumlah
sejumlah
menstruasi disertai dengan nyeri haid
pertanyaan
yang
digunakan
remaja
putri
yang
sudah
dari
(dismenorhoe) hampir mendekati jumlah
responden. Sedangkan pada instrumen
120 orang dan mengambil contoh sampel
sikap, peneliti menggunakan kuesioner
sebanyak 20 orang.
untuk
memperoleh
informasi
berbentuk likert. Skala yang digunakan
pada penelitian ini terdiri dari empat
Uji Reliabilitas
alternatif jawaban, yaitu “Sangat Setuju
Uji
(SS)”, “Setuju (S)”, “Tidak Setuju (TS)”,
menggunakan
reliabilitas
α
dilakukan
dengan
Crombach‟s
dengan
rumus:
r11 = [
][
∑
]
keterangan :
r11 : reliabiltas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan
Vt : variabel total
pq : proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir pertanyaan
(Arikunto, 2006).
Prosedur Penelitian
Langkah-langkah
Analisa Data
yang
perlu
Analisis data yang digunakan dalam
ditempuh dalam mengambil sampel dari
penelitian ini adalah analisis univariat dan
populasi antara lain : Tahap Persiapan,
bivariat. Uji statistik menggunakan chi
Tahap Pelaksanaan, dan Tahap Akhir
square.
Pengolahan dan Analisis Data
Etika Penelitian
Pengolahan Data menurut Hidayat
Menurut Hidayat (2007), masalah
(2007) mengatakan bahwa pengolahan
etika perlu diperhatikan untuk mencegah
data dilakukan dengan komputerisasi,
timbulnya masalah etika maka dilakukan
meliputi: Editing, Coding, Scoring, Entry
hal-hal informed consent, Confidentiality,
Data, dan Cleaning.
dan Anonimity,
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
49
Tempat dan Waktu Penelitian
Bandung
3
Sindangkerta
dimana
penelitian
dilaksanakan pada bulan Mei – Agustus
Penelitian ini dilaksanakan di SMP
Negeri
Barat,
Kabupaten
2015.
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Berdasarkan Analisis univariat dalam penelitian ini didaptkan hasil seperti yang
tertera pada Tabel 2, 3 dan 4 berikut:
Tabel 2 . Distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri tentang dismenorhoe
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
25
19
11
Persentase %
45,5
34,5
20,0
Total
55
100
Sumber: Data Primer 2015
Tabel 3. Distribusi frekuensi sikap remaja putri tentang dismenorhoe
Sikap
Positif
Negatif
Total
Jumlah
35
20
55
Persentase %
63,6
36,4
100
Sumber: Data Primer 2015
Tabel 4. Distribusi frekuensi nyeri haid (dismenorhoe) pada remaja putri
Nyeri
Jumlah
Persentase %
Tidak nyeri
25
45,5
Nyeri
30
54,5
Total
55
100
Sumber: Data Primer 2015
Berdasarkan Analisis Bivariat dalam
penelitian
ini
tentang
hubungan
pengetahuan dan sikap remaja putri ,
seperti terlihat pada Tabel 5 berikut ini
Tabel 5. Distribusi frekuensi Mengenai hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri
dengan nyeri haid (dismenorhoe)
SIKAP
Total
Pengetahuan
Positif
Negatif
Nilai p
N
%
n
%
n
%
Baik
22
88,0
3
12,0
25 100
Cukup
7
36,8
12
63,2
19 100 0,002
Kurang
6
54,5
5
45,5
11 100
Jumlah
35
63,6
20
36,4
55 100
Sumber: Data Primer 2015
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
50
Pembahasan
(dismenorhoe),
karena
dengan
Berdasarkan hasil penelitian yang
pengetahuan yang baik akan membentuk
dilakukan kepada 55 pengetahuan remaja
sikap yang positif, begitu pun sebaliknya.
putri (Usia 12-15 Tahun) dengan nyeri
Karena sikap merupakan reaksi atau
haid (dismenorhoe) di SMP Negeri 3
respon
Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat.
seseorang terhadap stimulus atau objek
diketahui sebanyak 25 (45,5%) memiliki
(Notoatmodjo, 2007).
pengetahuan baik,
putri
(usia
19
12-15
pengetahuan
cukup
(34,5%) remaja
tahun)
dan
11
yang
sikap dari hasil analisis data dengan
(20,0%)
menggunakan statistik didapatkan nilai p =
pengetahuan
pengetahuan
bahwa
dari
memiliki
0,002,
mengindikasikan
tertutup
Hubungan pengetahuan dengan
remaja putri (usia 12-15 tahun) memiliki
kurang.
masih
Hal
ini
masih
ada
didapatkan
dengan
dan
ada
sikap
nyeri
hubungan
remaja
haid
putri
(dismenorhoe).
remaja putri yang pengetahuannya cukup
Semakin baik pengetahuan tentang nyeri
dan kurang.
haid (dismenorhoe) maka sikap remaja
Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu
dan
ini
mengadakan
suatu
terjadi
setelah
penginderaan
objek
tertentu.
orang
terhadap
Pengetahuan
putri
tindakan
seseorang
(Notoatmodjo, 2010).
(2008)
Sebaliknya
dengan
(dismenorhoe)
nyeri
jika
haid
kurang maka sikap nya
juga negatif.
Dari pengalaman
dan
penelitian
terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari
Hal tersebut juga dikemukakan oleh
Kissanti
positif.
pengetahuan
merupakan domain yang penting dalam
membentuk
akan
pada perilaku yang tidak didasari oleh
bahwa
dengan
pengetahuan.
memperoleh
pengetahuan
tentang
mengadopsi perilaku (berperilaku baru),
dismenorhoe
pada
bisa
dia harus tahu terlebih dahulu apa arti
remaja
Sebelum
menjadikan remaja putri lebih aman dan
atau
nyaman
dirinya (Notoatmodjo, 2010).
dalam
menghadapi
proses
menstruasinya.
Hasil
manfaat
perilaku
seseorang
tersebut
bagi
Hal tersebut diperlukan pendidikan
penelitian
tentang
sikap
kesehatan untuk melakukan penanganan
remaja putri yaitu memiliki sikap positif
nyeri
dan sikap negatif. Hal ini menunjukan
kesehatan merupakan suatu upaya atau
bahwa masih banyak remaja putri yang
kegiatan
bersikap negatif terhadap sakit yang
remaja
dialaminya.
kesehatan. Tujuan pendidikan kesehatan
Hal
tersebut
dapat
haid
(dismenorhoe).
untuk
menciptakan
putri yang
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
pada
akhirnya
remaja putri tentang tentang nyeri haid
mencapai
Pendidikan
kondusif
bukan
“melek
terhadap
hanya
kesehatan
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
perilaku
untuk
(health
51
pada
literacy)”
masyarakat
saja.
(Notoatmodjo, 2010).
Menurut
Notoatmodjo,
SMP
Rogers
2010)
(1974,
bahwa
didasari
oleh
Negeri
3
Sindangkerta
dalam
Kabupaten Bandung Barat. Hal ini
apabila
dibuktikan dengan nilai p = 0,002 <
penerimaan perilaku baru atau adopsi
perilaku
dengan nyeri haid (dismenorhoe) di
nilai
= 0,05.
pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif, maka
Saran
perilaku tersebut akan bersifat langgeng
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
(long lasting). Sebaliknya apabila perilaku
remaja
itu
pengetahuan,
Sindangkerta disertai penyuluhan dapat
kesadaran dan sikap yang positif maka
mengetahui pengertian, penyebab, tanda
perilaku tersebut tidak akan berlangsung
gejala, dan bagaimana cara penanganan
lama.
dismenorhoe serta bagaimana menyikapi
tidak
didasari
oleh
Pengetahuan
akan
membuat
seseorang berpikir dan berusaha untuk
putri
di
SMP
Negeri
3
masalah tersebut dengan baik.
menjaga kesehatannya. Dalam berpikir ini
komponen emosi dan keyakinan ikut
bekerja (Notoatmodjo, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
4. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan Hasil penelitian ini sebagai
beriikut:
1) Pengetahuan remaja putri (Usia 12-15
Tahun)
tentang
(dismenorhoe),
nyeri
haid
terbanyak
pengetahuan baik yaitu sebanyak 25
(45,5 %).
2) Sikap remaja putri (Usia 12-15 Tahun)
tentang
nyeri
haid
(dismenorhoe),
terbanyak memiliki sikap positif yaitu
sebanyak 35 (63,6 %)
3) Nyeri haid pada remaja putri (Usia 1215 Tahun) sebanyak 30 (54,5 %)
remaja putri merasa tidak nyeri.
4) Ada hubungan pengetahuan dan sikap
remaja
putri
(Usia
12-15
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta
Hidayat, AA. (2007). Metode Penelitian
Keperawatan & Tekhnik Analisa
Data.Jakarta: Salemba Medika
Karwati. (2013). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Remaja Putri Kelas
XI
Dengan
Kecemasan
Mengalami
Dismenorhoe
Di
SMAN
Batujajar,
Jurnal
Kesehatan Budi Luhur Cimahi Vol
6 No 2. Cimahi: Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Budi Luhur.
Kissanti Annia. (2008). Buku Pintar
Wanita
Kesehatan
Dan
Kecantikan.
Jakarta:
Araska
Printika
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi
Kesehatan Dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
(2010). Pendidikan Dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta
Tahun)
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
52
(2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta
Prasetyo, Sigit Nian. (2010). Konsep dan
Proses
Perawatan
Nyeri.Yogyakarta: Graha Ilmu
Santrock, John W. (2007) Remaja Jilid 1
Edisi 11.Erlangga. Jakarta
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
53
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN ANEMIA
PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Tri Wahyuningsih
Prodi D3 Keperawatan STIKes Budi Luhur
ABSTRAK
Anemia merupakan salah satu permasalahan gizi yang banyak terjadi pada
negara berkembang dengan persentase terbanyak (57,1%) terjadi pada remaja
(Depkes RI, 2006). Anemia pada remaja menimbulkan dampak yang merugikan bagi
suatu negara karena akan membentuk generasi yang terganggu dalam fungsi
kognitif dan tumbuh kembangnya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
anemia pada remaja namun faktor penyebab akan berbeda pada setiap wilayah.
Oleh karena itu tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap anemia pada siswa SMP di Kelurahan Leuwigajah Kota
Cimahi.
Desain penelitian adalah analitik dengan kasus kontrol. Adapun faktor-faktor
yang berpengaruh adalah pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan
ibu, pengetahuan, pola makan dan penyakit infeksi. Penelitian dilakukan di SMPN 8
Cimahi pada bulan Juni 2015. Responden dipilih secara acak dan didapatkan 30
siswa sebagai kelompok kasus dan 30 siswa sebagai kelompok kontrol yang
didasarkan pada hasil pemeriksaan Hb dengan alat pengukur digital. Pengambilan
data dengan menggunakan kuesioner, food record dan pemeriksaan spesimen
(feses dan sputum).
Hasil analisis bivariat didapatkan p-value= 0,007 untuk pendapatan orang
tua, p-value 0,079 untuk pendidikan ibu, p-value= 0,026 untuk ibu bekerja, p-value=
0,032 untuk pengetahuan, p-value= 0,000 untuk pola makan, p-value= 1,000 untuk
penyakit infeksi sehingga hanya lima variabel mempunyai pengaruh yang bermakna
dengan anemia. Pada uji regresi logistik ganda didapatkan pola makan merupakan
faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap anemia dengan OR = 13,969. Hal
ini sesuai dengan toeri Dorothy Johnson bahwa tingkah laku ingesti dapat
mempengaruhi keseimbangan tubuh.
Simpulan pada penelitian ini adalah pendapatan orang tua, ibu bekerja,
pengetahuan dan pola makan mempunyai pengaruh bermakna dengan anemia
sedangkan penyakit infeksi dan pendidikan ibu tidak berpengaruh secara bermakna
dengan anemia. Disarankan kepada perawat komunitas untuk melaksanakan
asuhan keperawatan kelompok khusus yang berkesinambungan dengan melibatkan
ahli kesehatan di bidang lain khususnya ahli gizi. Bagi pihak puskesmas dan dinas
kesehatan agar melakukan penyuluhan secara berkala dan pembentukan perawat
sekolah untuk mendukung keberhasilan program penanggulangan anemia pada
remaja.
Kata kunci : anemia, pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan ibu,
pengetahuan, pola makan dan penyakit infeksi, remaja.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
54
ABSTRACT
Anemia is one of the nutritional problems are more common in developing
countries with the highest percentage (57.1%) occurred in adolescents (Depkes RI,
2006). Anaemia in adolescents cause adverse impact on the country as it will form a
generation that impaired in cognitive function and growth. There are several factors
that affect anemia in adolescents but causative factor will be different in each region.
Therefore the aim of this research is to analyze the factors that influence anemia in
junior high school students in Sub Leuwigajah Cimahi.
The study design is analytical control case. The factors that influence the
parental income, parental education, maternal employment, knowledge, diet and
infectious diseases. Research conducted at SMPN 8 Cimahi in June 2015.
Respondents were selected at random and 30 cases and 30 controls were based on
the results of the Hb with digital gauges. Collected data using questionnaires, food
records and examination of a specimen (stool and sputum).
.Bivariate analysis results obtained p-value = 0.007 for parental income, pvalue of 0.079 for the mother's education, p-value = 0.026 for working mothers, pvalue = 0.032 for knowledge, p-value = 0.000 for diet, p- value = 1.000 for infectious
disease so that only five variables had a significant association with anemia. In the
multiple logistic regression test obtain the diet is the most dominant a factor that
influence anemia with OR = 13.969. This is an accordance with the theory of Dorothy
Johnson that behavior ingestion can affect the balance of the body.
The conclusions of this research is the income of parents, working mothers,
knowledge and diet have a significant influence with anemia while infectious
diseases and maternal education did not significant influence with anemia. It is
suggested to community nurses to perform nursing care in vulnerable group (school)
with other health profession collaboration. For the health centers and department of
health to approach perkesmas and formation school nurse to support the success
of the program on the prevention of anemia in adolescents.
Keywords : anemia, parental income, mother’s education, working mother,
knowledge, diet, infectious disease, adolescents
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
55
1. PENDAHULUAN
jika tidak dilakukan akan berdampak
Gizi merupakan salah satu faktor
terhadap
kemajuan
negara
karena
yang menentukan kualitas sumber daya
beresiko memunculkan generasi yang
manusia
tidak
karena
gizi
berpengaruh
berkualitas
dan
tidak
produktif.
terhadap pembangunan manusia di masa
Anemia pada remaja akan menyebabkan
yang akan datang. Namun permasalahan
menurunnya
gizi masih dihadapi oleh negara-negara
kemampuan akademis di sekolah karena
berkembang dimana salah satunya adalah
tidak
Indonesia (Brown, 2008). Permasalahan
konsentrasi, mengganggu pertumbuhan di
terkait gizi yang masih dihadapi Indonesia
mana tinggi dan berat badan menjadi
adalah KKP (Kurang Kalori Protein),
tidak sempurna, daya tahan tubuh akan
Kurang Vitamin A, Gangguan Akibat
menurun
Kurang Iodium (GAKI) dan kurang zat besi
penyakit, menurunnya produksi energi
(Anemia Gizi) (Wijiastuti, 2006). Hal ini
dan akumulasi laktat dalam otot (Tarwoto,
ditunjukkan
2010).
dengan
sepertiga
dari
populasi dunia McLean, (2008) atau 30%
produktivitas
adanya
gairah
sehingga
Terdapat
belajar
mudah
banyak
dan
terserang
faktor
menimbulkan
penduduk dunia menderita anemia Casey,
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
(2009) dan yang terbanyak ada pada
timbulnya anemia pada remaja menurut
negara
Persatuan
Gizi
merupakan
bentuk
Berdasarkan
hasil
WHO,
Survei
(2008).
Kesehatan
pada
yang
dari populasi dunia yaitu 1,5 milyar
berkembang
anemia
ataupun
Indonesia
dari
pola
remaja.
(2002)
makan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005,
remaja yang didominasi tinggi lemak dan
menunjukkan bahwa prevalensi anemia di
kolesterol namun rendah protein dan zat
Indonesia pada ibu hamil 50,9%, ibu nifas
gizi lain termasuk zat besi, perdarahan
45,1%, remaja putri usia 10-14 tahun
yang dialami remaja khususnya remaja
57,1% dan pada wanita usia subur (WUS)
puteri akibat dari menstruasi, adanya
usia 17-45 tahun sebesar 39,5% (Depkes
penyakit
RI, 2006). Data ini menunjukkan bahwa
mengakibatkan timbulnya anemia pada
remaja putri usia 10-14 tahun merupakan
remaja, kurangnya persediaan pangan
persentase terbanyak yang menderita
pada keluarga sehingga keluarga tidak
anemia yaitu sebesar 57,1%.
mampu untuk memenuhi kebutuhan gizi
Walaupun begitu, saat ini upaya
penanganan
anemia
lebih
infeksi
pada
remaja
yang
yang seimbang pada remaja, pola asuh
difokuskan
anak khususnya bagi anak yang memiliki
kepada ibu hamil dan kurang pada
ibu bekerja beresiko menimbulkan anemia
kelompok remaja. Anemia pada remaja
pada remaja dan pelayanan kesehatan
perlu ditanggulangi secara khusus untuk
dasar yang tidak memadai sehingga
memutus siklus gangguan gizi mengingat
masyarakat
khususnya
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
remaja
tidak
56
mendapatkan
informasi
mengenai
beberapa kali/ minggu. Kebiasaan siswa
anemia. Selain itu, tingkat pengetahuan
minum kopi bahwa terdapat 3 siswa yang
seseorang terhadap gizi pun berpengaruh
mengkonsumsi
terhadap
terdapat
keadaan
bersangkutan.
penelitian
Hal
individu
ini didukung
kopi
hari
dan
28 siswa yang mengkonsumsi
beberapa
kali/minggu.
Hasil
wawancara penulis terhadap 100 siswa
pengetahuan
bahwa terdapat 5 siswa yang sering
remaja putri sangat berpengaruh terhadap
mengalami pusing dan terdapat 40 siswa
kejadian
kadang-kadang mengalami pusing. Selain
(2010)
bahwa
anemia.
mengatakan
Kakkar,
oleh
setiap
Kandpal,
Jethani,
Kakkar,
gizi
kopi
bahwa
Sunarko,
sebab
(2002)
mendasar
itu,
terdapat
5
siswa
yang
sering
terjadinya anemia adalah masalah sosial
mengalami pingsan 5 siswa kadang-
ekonomi
rendahnya
kadang pingsan pada saat upacara atau
pendapatan,
proses pembelajaran di kelas. Terdapat
status sosial yang rendah dan lokasi
25 siswa yang mengalami pucat pada
geografis yang sulit.
konjunctiva,
keluarga
pendidikan,
yaitu
rendahnya
terdapat
37
siswa
yang
Berdasarkan survei yang telah
memiliki penampilan lemah dan lesu.
dilakukan bahwa Kelurahan Leuwigajah
Terdapat 35 siswi yang mengalami pusing
merupakan
kelurahan
dengan
ketika sedang mendapatkan menstruasi.
kesejahteraan
terbaik
wilayah
Oleh karena itu diperlukan suatu
Kecamatan
Kelurahan
Cimahi
di
Selatan.
Leuwigajah
Namun
upaya
untuk
menyusun
perencanaan
merupakan
yang tepat untuk menanggulangi anemia
kelurahan dengan angka kematian ibu
melalui penelitian mengenai faktor-faktor
dan anak yang tertinggi dibandingkan
yang
dengan wilayah lain di Kecamatan Cimahi
anemia pada remaja. Tujuan penelitian ini
Selatan. Oleh karena itu Dinas Kesehatan
adalah
Kota Cimahi menunjuk SMPN 8 Cimahi
pendapatan orang tua, pendidikan orang
yang bertempat di Kelurahan Leuwigajah
tua, pekerjaan ibu, pengetahuan siswa,
sebagai tempat penelitian.
pola
Berdasarkan
hasil
studi
pendahuluan peneliti terhadap 100 siswa
berpengaruh
untuk
makan,
terhadap
menganalisis
dan
kejadian
pengaruh
penyakit
infeksi
terhadap kejadian anemia pada siswa
SMP.
SMP Negeri 8 Cimahi bahwa terdapat 7
siswa yang mengkonsumsi makanan siap
2. METODA PENELITIAN
saji setiap hari dan 45 siswa yang
mengkonsumsi
makanan
siap
saji
Desain penelitian yang digunakan
adalah
analitik
dengan
rancangan
beberapa kali/minggu. Terdapat 14 siswa
penelitian kasus kontrol. Kelompok kasus
yang mengkonsumsi soft drink setiap hari
dan kontrol ditetapkan berdasarkan hasil
dan 30 siswa mengkonsumsi
pemeriksaan darah kapiler di jari dengan
soft drink
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
57
menggunakan alat pengukur digital dan
kelompok kontrol sehingga jumlah seluruh
faktor-faktor yang berpengaruh ditelusuri
sampel adalah 60 responden.
dengan memberikan sejumlah pertanyaan
Pengumpulan
data
dilakukan
dalam kuesioner, food record dan melalui
dengan
pemeriksaan
dan
variabel pengetahuan, pendidikan orang
sputum) di laboratorium. Berdasarkan
tua, pekerjaan ibu dan pendapatan orang
hasil penelitian Kaur, Deshmukh, Garg
tua. Pengumpulan data mengenai pola
(2006) mengenai faktor yang berpengaruh
makan dilakukan dengan metoda food
terhadap anemia pada remaja didapat
record selama 3 hari dan variabel penyakit
OR=4,16 dengan proporsi subyek pada
infeksi
kelompok dengan penyakit (P1) adalah
pemeriksaan
0,8 dan proporsi subyek pada kelompok
sputum) di laboratorium yang kemudian
tanpa penyakit (P2) adalah 0,5. P1-P2 =
hasilnya
0,3, dan P = 0, 65 dan Q = 0,35. Maka
puskesmas. Penelitian ini dilakukan pada
didapatkan sampel minimal berjumlah 30
siswi SMP Negeri 8 Cimahi pada tahun
dengan
2015.
spesimen
perbandingan
(feses
1:1
sehingga
penyebaran
kuesioner
ditetapkan
spesimen
ditetapkan
untuk
berdasarkan
(feses
oleh
dan
dokter
didapat 30 responden sebagai kelompok
kasus
dan
30
responden
sebagai
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis univariat didapatkan hasil seperti yang tertera pada Tabel 1,2, dan 3
berikut ini:
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Siswa SMP
Karakteristik
Kelompok
Kasus
f
Jenis Kelamin
Laki-laki
12
Perempuan
18
Sumber : Data Primer 2015
Kontrol
%
%
f
40
60
8
22
26,7
73,3
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis Anemia Pada Kelompok Kasus di SMPN 8
Cimahi Tahun 2015 (N = 30 Responden).
Jenis Anemia
Ringan (9,5 gr/dL – 10,9 gr/dl)
Sedang (8 gr/ dL – 9.4 gr/dL)
Berat (6,5 gr/dL – 7.9 gr/dl)
Sumber : Data Primer 2015
Kelompok Kasus
f
%
13
43,3
11
36,7
6
20
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
58
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian Siswa SMPN 8 Cimahi Tahun 2015
(N= 30 Responden)
Variabel
Kelompok
Kasus
Pola Makan
Kurang
Baik
Penyakit Infeksi
Ya
Tidak
Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
Pendidikan Ibu
Dasar (SD-SMP)
Menengah (SMA)
Tinggi (PT)
Pendidikan Ayah
Dasar (SD-SMP)
Menengah (SMA)
Tinggi (PT)
Pendapatan Ortu
< UMR
> UMR
Ibu Bekerja
Ya
Tidak
Kontrol
f
%
f
%
25
5
83,3
16,7
9
21
30
70
1
29
3,3
96,7
30
100
13
15
2
43,3
50
30
8
12
10
26,7
40
33,3
13
6
11
43.3
20
36.7
5
9
16
16.7
30
53.3
11
5
14
36,7
16,7
46,7
5
7
18
16,7
23,3
60
16
14
53,3
46,7
5
25
16,7
83,3
14
16
46,7
53,3
5
25
16,7
83,3
Sumber : Data Primer
Hasil penelitian berdasarkan Analisis Bivariat dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Anemia
Pada Responden di SMPN 8 Cimahi Tahun 2015 (N = 60 responden)
Variabel
Pendapatan
< UMR
> UMR
Pendidikan Ibu
Dasar
Menengah
Tinggi
Ibu Bekerja
Ya
Tidak
Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
Pola Makan
Kurang
Kelompok
Kasus
Kontrol
f
%
f
%
Total
f
%
pvalue
OR
(CI 95%)
0,007
5,714
(1,724-18,944)
16
14
53,3
46,7
5
25
16,7
83,3
21
39
35
65
13
6
11
43.3
20
36.7
5
9
16
16.7
30
53.3
18
15
27
30
25
45
0,079
-
14
46,7
5
16,7
19
31,
7
68,
3
0,026
4,375
(1,320-14,504)
16
53,3
25
83,3
41
13
15
2
43,3
50
30
8
12
10
26,7
40
33,3
21
27
12
35
45
20
0.032
-
25
83,3
9
30
34
56,
0,000
11,667
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
59
Baik
5
16,7
21
70
26
Penyakit Infeksi
Ya
1
3,3
0
0
1
Tidak
29
96,7
30
100
7
43,
3
1,7
98,
3
59
(3,384-40,220)
2.034
(1.569-2.637)
1.000
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan Analisis Multivariat sebagai berikut yang tertera pada Tabel 5 berikut ini:
Tabel 5 F Model Analisis Multivariat Mengenai Faktor yang Berpengaruh Dengan
Anemia (N=60)
Variabel
Pola makan
Pendapatan ortu
Pendidikan
Pendidikan (1)
Pendidikan (2)
Ibu bekerja
Pengetahuan
Pengetahuan (1)
Pengetahuan (2)
Dengan
B
2,555
1,334
Sig
0,02
0,116
OR (Exp B)
12,868
3,795
95% CI
2,609-63,473
0,719-20,020
1,547
1,055
1,713
0,106
0,273
0,041
4,697
2,871
5,544
0,719-30,690
0,436-18,887
1,068-28,775
2,176
1,988
0,069
0,075
8,815
7,299
0,841-92,426
0,821-64,910
menggunakan
metode
0.05, dikeluarkan dari model satu per satu
Backward LR, terlihat bahwa nilai variabel
dari pvalue yang terbesar dan tidak
yang masuk kedalam pemodelan akhir
menyebabkan perubahan OR > 10%.
adalah variabel yang mempunyai nilai p
Hasil pemodelan akhir disajikan dalam
value < 0.05 yaitu pola makan dan ibu
Tabel 6 beriku ini.
bekerja. Variabel yang memiliki p value >
Tabel 6 Model Akhir Analisis Multivariat Faktor yang Berpengaruh Dengan Anemia
(N=60)
Variabel
Pola makan
Pendapatan orang
tua
Ibu bekerja
Constanta
B
2,637
Sig
0,000
OR (Exp B)
13,969
95% CI
3,210-60,793
1,450
0,050
4,261
10991-18,326
1,604
-2,517
0,046
0,001
4,974
1,030-24,032
PEMBAHASAN
Anemia
merupakan
anemia pada siswa SMP di Kelurahan
sebetulnya
suatu
kondisi
bukan
Leuwigajah dominan dipengaruhi oleh
penyakit,
pola makan, pendapatan orang tua dan
melainkan suatu cermin bahwa terdapat
suatu penyakit pada tubuh atau adanya
pekerjaan ibu.
Mayoritas
pola
diakibatkan
dari
makan
Berdasarkan
kurangnya mengkonsumsi makanan yang
penelitian
bahwa
yang
memiliki
gangguan pada salah satu fungsi tubuh.
hasil
salah
remaja
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
60
mengandung zat besi dan zat-zat yang
pendapatan yang kurang maka orang tua
mampu meningkatkan penyerapan zat
tidak
besi seperti protein dan vitamin C. Remaja
memadai pada anggota keluarga (Depkes
lebih menyukai mengkonsumsi makanan
RI, 2008).
di luar rumah dibandingkan dengan di
dapat
Kondisi
memberikan
ibu
yang
gizi
bekerja
yang
akan
dalam rumah. Trend remaja saat ini
berpengaruh terhadap pola makan dan
adalah lebih menyukai makanan instan
jenis makanan yang dikonsumsi oleh
yang dirasakan lebih enak walaupun
anggota keluarga.
mengandung gizi yang kurang.
dalam waktu yang lama seringkali tidak
Ibu yang bekerja
Masa remaja berada dalam proses
mampu menyiapkan makanan di rumah
pembentukan identitas sehingga sangat
namun menyediakan uang yang lebih
menyukai
kepada
aktivitas-aktivitas
yang
anak
agar
anak
membeli
dianggap trend saat itu. Makanan cepat
makanan di luar rumah (Entin, 2012).
saji merupakan makanan yang dianggap
Anak remaja akan membeli makanan
trend oleh remaja dan gaya hidup remaja
yang disukainya yang biasanya tidak
(Khomsan,
yang
memenuhi gizi seimbang. Hal inilah yang
dilakukan Sakamaki, Amamoto, Mochida,
berpengaruh terhadap timbulnya anemia
Shinfuku dan Toyama, (2005) di Jepang
pada remaja.
dan
2004).
Korea
bahwa
mengkonsumsi
Penelitian
kalangan
remaja
makanan
tersebut
DAFTAR PUSTAKA
sebanyak 3-4 kali dalam seminggu yaitu
54% di Jepang dan 50,8% di Korea.
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan oleh Arief, Syam dan Dachlan,
Arif, E., Syam, A & Dachlan, D.M 2011.
Konsumsi Fast Food Remaja di
Restoran Fast Food, Makassar
Town
Square.
Media
Gizi
Masyarakat Indonesia, 1, 41-45
(2011) bahwa 1 minggu sekali remaja di
Makasar
mengkonsumsi
makanan
Brown, J. 2008. Nutrition Through The Life
Cycle. USA. Thomson Wadsworth.
tersebut dan mereka mengatakan bahwa
mengkonsumsi makanan cepat saji dapat
menaikkan gengsi mereka.
Pendapatan keluarga menjadi salah
satu faktor yang menentukan kuantitas
dan kualitas makanan. Tinggi rendahnya
Casey, GJ. 2009. A Free Weekly IronFolic Acid Supplementation and
Regular Deworming Program is
Associated
with
Improved
Hemoglobin and Iron Status
Indicators in Vietnamese Women.
Biomed Central Public Health
Journal. 55(5). 985-988
pendapatan keluarga akan mempengaruhi
daya beli keluarga. Dengan pendapatan
yang
baik
menyediakan
maka
orang
kebutuhan
tua
dapat
anak
yang
Depkes RI, 2006, Survei Kesehatan
Rumah Tangga tahun 2005,
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan,
Jakarta.
sesuai dengan gizinya sebaliknya dengan
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
61
Depkes.
2008.
Perbaikan
Masyarakat.
http://www.depkes.go.id
Gizi
Entin E. 2012. The Impact of Eating Out
on Children's and Adolescents'
Nutrition. Archives of Pediatric and
Adolescent Medicine
Kakkar, R., Kakkar, M., Kandpal, S.D.,
Jethani, S. 2010. Study of Anemia
in Adolescent School Girls of
Bhopal. Indian Journal of
Community Health. Vol 22 (2) &
Vol 23 (1)
Khomsan, A. 2004. Peranan Pangan dan
Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta.
Grasindo.
McLean, E. 2008. Worldwide Prevalence
of Anaemia, WHO Vitamin and
Mineral Nutrition Information
System, 1993-2005. Public Health
Nutrition. 12(4). 444-454
Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2002.
Penuntun Diit Edisi Kedua, Bagian
Gizi RS Dr. Ciptomangunkusumo
dan PERSAGI. Gramedia Pustaka
Utama.
Sunarko, 2002, Anemia Gizi Status Kini
dan Harapan Dimasa Datang ,
dalam Proseding Widya Karya
Pangan
dan Gizi.
Sakamaki, R., Amamoto, R., Mochida, Y.,
Shinfuku, N., & Toyama. K., 2005.
A Comparative Study of Food
Habits and Body Shape Perception
of University Students in Japan
and Korea. Nutrition Journal, 4, 31.
doi:10.1186/1475-2891-4-31
Tarwoto. 2010. Kesehatan Remaja
Problem dan Solusinya. Jakarta.
Salemba Medika
Wijiastuti, H. 2006. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan dengan Anemia
pada Remaja Puteri di Tsanawiyah
Negeri Cipondoh-Tanggerang.
Depok. FKM. UI
WHO. 2008. Worlwide Prevalence of
Anaemia 1993-2005.
http://wholibdoc.who.int
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
62
PERBEDAAN PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG HIV/AIDS ANTARA
METODE BUZZ GROUP DAN METODE BRAINSTORMING TERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUAN SISWA-SISWI SMP
THE DIFFERENCE INFLUENCE OF HEALTH PROMOTION ABOUT HIV/AIDS BETWEEN
BUZZ GROUP AND BRAINSTORMING METHODS TOWARD THE INCREASING
STUDENT’S KNOWLEDGE AT SMP
Hj. Reini Astuti, Wulan Novika, dan Nurjen Juniarsyah
Program Studi Ilmu Keperawatan (S1) STIKe Budi Luhur Cimahi
ABSTRAK
Latar Belakang: Hingga saat ini belum ditemukan obat yang efektif untuk HIV/AIDS, maka
pencegahan menjadi sangat penting terutama melalui Promosi Kesehatan. Tujuan penelitian
: Mengetahui perbedaan pengaruh Promosi Kesehatan tentang HIV/AIDS antara metode
Buzz group dan metode Brainstorming terhadap peningkatan pengetahuan Siswa-siswi
SMP.Metode penelitian ini menggunakan metode Pre-eksperimen dengan rancangan One
Group Pretest Posttest. Sampel sebanyak 59 Siswa-siswi SMP dengan total sampling. Data
diperoleh melalui kuesioner kemudian di analisis secara statistik. Hasil penelitian: pada
perbandingan tingkat pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan intervensi baik pada
kelompok Buzz group maupun pada kelompok Brainstorming diperoleh p value sebesar
0,0001 ( < α 0,05), Tetapi pada perbandingan diantara metode Buzz group dan
Brainstorming diperoleh p value = 0,979 > (0,05). Kesimpulan
: Tidak ada perbedaan
pengaruh Promosi Kesehatan tentang HIV/AIDS antara metode Buzz group dan metode
Brainstorming terhadap peningkatan
pengetahuan Siswa-siswi SMP. Saran : Institusi
STIKes Budi Luhur dapat mencobakan metode tersebut juga metode lainnya dalam
penyampaian materi perkuliahan.
Kata kunci :Promosi Kesehatan, HIV/AIDS, Buzz group, Brainstorming, Pengetahuan
ABSTRACT
Background: Until now, it has not been found an effective medicine for HIV/AIDS. Therefore,
the prevention being very important especially through Health Promotion. Purpose: The
Resesearcher would like to know the difference influence of Health Promotion about
HIV/AIDS between Buzz group and Brainstorming methods to increased knowledge from the
Students Junior High School. Methode: This Research used pre-experiment research
method with One Group Preetest-Posttest Design. the sample used as many as 59 people,
namely the students SMP, taken with a total sampling. Data is collected through the
questionnaire, and then the analysis with statistics. Result: On the comparison of the
knowledge level before and after the intervention in both of the Group that is Buzz group and
Brainstorming obtained p value = 0.0001(< α 0,05 ), But in the comparison between method
Buzz group and Brainstorming obtained p value = 0,979 > (0,05). Conclusion: There is no
difference in effect of Health Promotion about HIV/AIDS between Buzz group and
Brainstorming methods to increase knowledge of the Students Junior High School.
Suggestion: Budi Luhur Institute of Health Sciences can be experienced such methods as
well as other methods of delivering the material in addition to the lecture method during is
more often used, it is considered important.
Key Word :Health Promotion, HIV/AIDS, Buzz group, Brainstorming, Knowledge
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
63
1. PENDAHULUAN
secara kumulatif jumlah kasus HIV/AIDS
AIDS merupakan penyakit defisiensi
di Jawa Barat sampai dengan 2013
imun yang menjadi masalah epidemik
sebanyak 9.340 (laporan Ditjen PP&PL
dunia yang serius (Widyanto & Triwibowo
KEMENKES RI, 2013), berdasarkan hasil
2013). Hasil studi menemukan bahwa
studi pada dua laporan tersebut diatas,
sejak
kasus
bahwa selama kurun waktu 2011 sampai
HIV/AIDS terus berkembang pesat, dan
2013, telah terjadi penambahan kasus
mencapai puncaknya pada tahun 2010
HIV/AIDS sebanyak kurang lebih 2.655
dengan jumlah kasus infeksi HIV yang
kasus (Profil Kesehatan Jawa Barat 2011,
dilaporkan sebanyak 21,591 kasus dan
Laporan Ditjen PP&PL 2013).
pertamakali
ditemukan,
AIDS sebanyak 6,845 kasus. Menurut
Berdasarkan laporan PP & PL Dinas
data dari Sub Direktoriat AIDS dan
Kesehatan
Penyakit
Ditjen
HIV/AIDS, sampai denagn tahun 2013
Pengendalian Penyakit dan Pengendalian
jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan
Lingkungan
sebanyak 169 kasus, angka tersebut terus
menular
(PP
seksual
&
PL)
Kementrian
Kota
merangkak
tiga tahun 2013 secara kumulatif jumlah
sebelumnya. Menut laporan KPA kota
orang yang terinfeksi HIV diperkirakan
Cimahi, Kasus HIV/AIDS di Kota Cimahi
sebanyak 118.787, dari jumlah tersebut
tersebar hampir di seluruh wilayah Kota
Jawa Barat menempati empat besar (9,26
Cimahi yaitu Cimahi Selatan, Cimahi
kasus) Provinsi dengan jumlah infeksi HIV
Tengah dan Cimahi Utara, tetapi jumlah
terbanyak setelah DKI Jakarta (27,207
kumulatif
Kasus), Jawa Timur (15,233) dan Papua
yang ditemukan di Kota Cimahi terjadi di
(12,76
wilayah Cimahi Tengah yaitu sebesar
Sedangkan
jumlah
kejadian AIDS yang dilaporkan sebanyak
45,650
kasus
dengan
presentase
dari
tentang
Kesehatan R.I, pada laporan triwulan ke
Kasus).
naik
Cimahi
tertinggi
tahun-tahun
kejadian
HIV/AIDS
44,33%. (KPA Kota Cimahi).
Mengenai
perkembangan
kasus
terbanyak adalah Papua (7,795%), Jawa
HIV/ AIDS di Kota Cimahi, ditambahkan
Timur (7,714%), DKI Jakarta (6,299%),
Kin Fathudin (2014) selaku pelaksana
Jawa Barat (4,131%), Bali (3,798%), Jawa
program, populasi yang termasuk berisiko
Tengah
Barat
HIV/AIDS di Kota Cimahi jumlah totalnya
(1,699%), Sulawesi Selatan (1,660%),
diestimasikan sebanyak 34.428 orang.
Banten (0,957%) dan Riau (0,951%).
Mereka terdiri atas pelaku hubungan
(3,348%),
Kalimantan
Pada tahun 2013 di Jawa Barat di
sesama
jenis
(homoseksual),
PSK
temukan sebanyak 2.183 kasus HIV/AIDS
langsung, pelanggan PSK, Waria, dan
jumlah
Pengguna Narkoba Suntik.
ini
sebelumnya
meningkat
yaitu
pada
dari
tahun
tahu
2012
sebanyak 1.416 kasus HIV/AIDS dan
Sekolah
merupakan
salah
satu
sasaran dari program program kesehatan.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
64
Program promosi kesehatan di sekolah
dapat dijadikan pondasi bagi anak-anak
2. METODE
Metode penelitian Pre-eksperimen
mendapatkan
dengan rancanga One Group Preetest
pengetahuan dasar mengenai berbagai
Posttest. Disebut Pre-eksperimen karena
isu
eksperimen jenis ini belum atau tidak
semua
usia
dalam
untuk
ilmu
kesehatan,
karena
merupakan fokus kehidupan anak selama
mempunyai
bertahun-tahun, sekolah menjadi tatanan
sebenarnya (Notoatmojo, 2010).
yang efektif dan hemat biaya untuk
program yang berfokus pada kesehatan
ciri-ciri
eksperimen
Adapun bentuk rancangan ini adalah
sebagai berikut:
(Kozier, 2010).
Promosi
kesehatan
disekolah
Bagan 3.1 Rancangan
merupakan langkah yang strategis dalam
upaya
peningkatan
kesehatan
masyarakat, hal ini didasarkan pada
pemikiran bahwa, sekolah adalah suatu
penelitian One Group Pretest Posttest
Pretest
Perlakuan
Posttest
01
02
lembaga yang sengaja didirikan untuk
membina
dan
meningkatkan
X
kualitas
sumberdaya manusia, baik fisik, mental,
(Sumber: Notoatmojo, 2013)
moral maupun intelektual. (Notoatmojo,
2010)
Salah
satu
metode
promosi
kesehatan yang menuntut diskusi yang
aktif dalam pelaksanaanya adalah metode
kelompok-kelompok kecil (Buzz group).
Metode buzz group adalah suatu diskusi
yang dilakukan dengan cara membagi
kelompok yang ada menjadi kelompokkelompok kecil yang kemudian diberi
suatu
permasalahan, untuk
kemudian
Variabel Penelitian
Variabel
Independen
adalah
Promosi Kesehatan dengan metode Buzz
group dan promosi kesehatan dengan
metode
Brainstorming.
Variabel
Dependen dalam penelitian ini adalah
pengetahuan Siswa-siswi Kelas VII dan
VIII SMP Budi Luhur Kota Cimahi tentang
HIV/AIDS
didiskusikan (Notoatmojo, 2007). Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan pengaruh Promosi Kesehatan
tentang HIV/AIDS antara metode Buzz
group dan metode Brainstorming terhadap
peningkatan
pengetahuan
Siswa-siswi
Kelas VII dan VIII SMP.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
65
Definisi Operasional seperti tertera pada Tabel 1. Berikut ini:
Tabel 1 Definisi Operasional
No.
1.
Variabel
Variabel
Dependen:
Pengetahuan
Siswa-siswi
SMP Budi Luhur
Kota
Cimahi
tentang
HIV/AIDS
Definisi
Konseptual
Definisi Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
Pengetahuan
adalah kesan di
dalam
pikiran
manusia sebagai
hasil penggunaan
panca
indera.
(Mubarak, 2012).
Semua
Informasi
yang diketahui oleh
Siswa-siswi Kelas VII
dan VIII SMP Budi
Luhur Kota Cimahi
tentang Pengertian
HIV/AIDS,
Tanda
dan
gejala,
penularan,
pencegahan,
Pemeriksaan
dan
Penatalaksanaan.
Angket atau
kuesioner
yang
diguanakan
Closed ended
questions
dengan tipe
Multiple
Choice
(Nursalam,
2013)
Baik=
jika
jawaban
benar
76100%
Cukup= jika
jawaban
benar
5675%
Kurang, jika
jawaban
benar <56%
(Ari Kunto,
2005)
Skala
Ordinal
Variabel
Independen
2.
Promosi
Kesehatan
metode
Buzz
group
metode
buzz
group
adalah
suatu diskusi yang
dilakukan dengan
cara
membagi
kelompok
yang
ada
menjadi
kelompokkelompok
kecil
yang
kemudian
diberi
suatu
permasalahan,
untuk kemudian di
diskusikan.
(Notoatmojo,
2007)
Suatu
diskusi
kelompok
yang
dilakukan
dengan
cara
memecah
kelompok yang ada
menjadi 5 kelompok
yang masing masing
mendiskusikan 1 sub
bahasan
tentang
HIV/AIDS. Kemudian
hasil
diskusi
kelompok
kecil
dibawa ke kelompok
besar
untuk
kemudian
di
diskusikan
dan
diambil
kesimpulannya.
3.
Promosi
Kesehatan
Metode
Brainstorming
Brainstorming
merupakan
modifikasi
dari
metode
diskusi
kelompok.
Prisipnya hampir
sama
dengan
metode
diskusi
kelompok.
Bedanya
pada
metode
brainstorming,
pada
permulaannya
Suatu
kegiatan
diskusi
kelompok
dengan membahas
tentang
HIV/AIDS
mulai
dari
pengertian,
cara
penularan,
cara
pencegahan,
cara
dan
pengobatan,
yang dipimpin oleh 1
ornag
(peneliti).
Dengan
menggunakan hasil
pemahaman mereka
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
66
fasilitator
memancing
dengan
satu
masalah
dan
kemudian
tiap
peserta
memberikan
jawaban-jawaban
atau
tanggapan
(Notoatmojo,
2009)
sebagai
bahan
diskusi dengan tetap
berpatokan
pada
konsep yang ada.
Populasi
Kemudian melakukan intervensi Promosi
Populasi
dalam
adalah Siswa-siswi SMP
Cimahi
ini
Kesehatan dengan metode Brainstorming
Budi Luhur
untuk kelompok B. Tahap Akhir menyusun
penelitian
yang berjumlah 59 orang yang
laporan dan mempresentasikan.
Pengolahan Data meliputi Editing,
merupakan semua dijadikan sampel yaitu
59 orang. Teknik Pengumpulan Data yaitu
Coding,
data langsung dikumpulkan dari siswa-
Tabulating. Analisa Data melalui proses
siswi SMP Budi Luhur Cimahi dengan
bertahap
cara angket.
bivariat (Notoatmojo, 2010). Data yang
Prosedur
Penelitian
Tahapan
Persiapan
yaitu
proposal
membuat
Inform
meliputi
menyusun
Consent
telah
Entry,
yaitu
diolah
Analisia
Cleaning,
analisis
akan
Univariat
menjelaskan
atau
entry,
dan
univariat dan
analisis
univariat.
bertujuan
untuk
mendeskripsikan
kepada responden, membagikan materi
karakteristik setiap variabel penelitian,
bahan
(Notoatmojo, 2010).
diskusi,
membagi
responden
menjadi 2 kelompok besar dengan jumlah
Etika penelitian dengan Informed
masing-masing 30 untuk kelompok A dan
Consent, Anonymity, dan Confidentiality.
29 untuk kelompok B, dengan komposisi
Adapun Lokasi dan Waktu Penelitian yaitu
seimbng antara siswa kelas VII dan VIII,
penelitian dilakukan pada SMP Budi Luhur
pembagian kelompok ini bekerjasama
Cimahi. Waktu Penelitian bulan Mei,
dengan pihak sekolah. Kelompok A untuk
2014.
Intervensi Buzz group dan kelompok B
untuk
Melakukan
Intervensi
Brainstorming.
penyebaran
kuesioner
penelitian yang diberikan kepada seluruh
sebagai
tahap
pre-test.
Melakukan
intervensi Promosi Kesehatan dengan
metode Buzz group untuk kelompok A.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
67
3. Hasil Penelitian
a. Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi tentang HIV/AIDS Sebelum
Intervensi Buzz group.
Tabel 2
Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi
Tingkat Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
Total
(Sumber : Data Primer)
Hasil
Frekwensi
9
8
13
30
Prsentasi
30 %
26,7 %
43,3 %
100 %
b. Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi tentang HIV/AIDS Sebelum
dilakukan Intervensi Brainstorming
Tabel 3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi sebelum
Intervensi Brainstorming
Tingkat Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
Total
(Sumber : Data Primer)
Hasil
Frekwensi
6
14
9
29
Prsentasi
20,7 %
48,3 %
31,0 %
100 %
c. Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi tentang HIV/AIDS Sesudah
Intervensi Buzz group.
Tabel 4
Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi Kelas VII dan
VIII SMP Budi Luhur Cimahi Setelah Intervensi Buzz
Group
Tingkat Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
Total
(Sumber : Data Primer)
Hasil
Frekwensi
4
6
20
30
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
Prsentasi
13,3 %
20,0 %
66,7 %
100 %
68
d. Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi SMP tentang HIV/AIDS Sesudah
Intervensi Brainstorming
Tabel 5
Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi SMP Setelah
Intervensi Brainstorming
Hasil
Tingkat Pengetahuan
Frekwensi
1
7
21
29
Kurang
Cukup
Baik
Total
(Sumber : Data Primer)
Prsentasi
3,4 %
24,1 %
72,4 %
100 %
e. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP Budi Luhur
Kota Cimahi Sebelum dan Sesudah Intervensi Buzz group.
Tabel 6
Hasil Uji Normalitas Variabel Pengetahuan Sebelum dan
Sesudah Intervensi pada Kelompok Buzz Group
Pengetahuan
Sebelum Intervensi
Setelah Intervensi
Skewness
-0,577
-0,849
Hasil
Standar Error
0,427
0,427
Perbandingan
-1.351
-1.988
(Sumber : Data Primer)
Tabel 7
Distribusi Rata-rata
Pengetahuan Siswa-siswi SMP
Sebelum dan Setelah Intervensi Buzz Group
Hasil
Nilai Variabel
Pengetahuan
Nilai Gabungan
Mean
SD
SE
N
Sebelum
13,43
4,014
0,733
30
Setelah
17,27
3,331
0,608
30
P
T
Value
hitung
0,001
-7,037
df
Mean
SD
29
-3,833
2,984
(Sumber : Data Primer)
f.
Perbedaan Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP Budi Luhur
Kota Cimahi Sebelum dan Sesudah Intervensi Brainstorming
Tabel 8
Hasil Uji Normalitas Variabel Pengetahuan Sebelum dan
Setelah Intervensi pada Kelompok Brainstorming
PENGETAHUAN
Sebelum Intervensi
Setelah Intervensi
(Sumber : Data Primer)
Skewness
-0,703
-0,619
Hasil
Standar Error
0,434
0,434
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
Perbandingan
-1,619
-1,426
69
Tabel 9 Distribusi Rata-Rata Pengetahuan Siswa-siswi
Sebelum dan Setelah Intervensi Brainstorming
Pengetahuan
SMP
Hasil
Nilai Variabel
Mean
SD
SE
Sebelum
13,38 3,052
Setelah
17,31 3,106
(Sumber : Data Primer)
N
0,567
0,577
29
29
P
Value
Nilai Gabungan
T
df
Mean
hitung
0,001
-6,602
28
-3,931
SD
3,206
g. Uji Beda Dua Mean Independen
Tabel 9
Hasil Uji Normalitas Data Rata-rata
Kelompok Buzz Group dan Brainstorming
Hasil
Standar Error
0,311
PENGETAHUAN
Skewness
Rata-rata
-0,381
(Sumber: Data Primer)
Tabel 10
Pengetahuan
Perbandingan
-1,250
Distribusi Rata-rata Pengetahuan Siswa-siswi SMP
antara Metode Buzz group dan Brainstorming.
Hasil
Pengetahuan
N
Mean
SD
SE
Brainstorming
29
22,03
4,009
0,744
Buzz Group
30
22,07
5,296
0,967
P value
0,979
(Sumber : Data Primer)
PEMBAHASAN
Hasil
Menurut Wahit dan kawan-kawan,
pengukuran
pengetahuan
(2000
dalam
Mubarak,
2012)
pada hasil penelitian dari masing-masing
pengetahuan adalah merupakan hasil
kelompok
tingkat
mengingat satu hal, termasuk mengingat
beragam.
kembali kejadian yang dialami baik secara
Keberagaman tingkat pengetahuan pada
sengaja maupun tidak disengaja dan ini
responden dalam penelitian ini mungkin
terjadi setelah orang melakukan kontak
saja terjadi, mengingat banyak faktor yang
atau pengamatan terhadap suatu objek
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
tertentu.
mempunyai
pengetahuan
yang
Menurut Notoatmodjo (2003) banyak hal
Jika kita kaitkan hal ini dengan
yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
pengetahuan Siswa-siswi SMP Budi Luhur
diantaranya
Cimahi terhadap HIV/AIDS, maka dapat
yaitu
:
pengalaman,
lingkungan, dan pengaruh media massa.
dijabarkan bahwa pengetahuan Siswasiswi SMP Budi Luhur Cimahi tentang
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
70
HIV/AIDS tergantung dari seberapa sering
Menurut
J.
Guilbert
(dalam
Siswa terpapar informasi terkait HIV/AIDS.
Notoatmodjo, 2010), ada beberapa faktor
Keterpaparan
yang berpengaruh terhadap suatu proses
ini
juga
sangat
erat
kaitannya dengan fasilitas, mengingat
belajar
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan disamping faktor masukannya
pengetahuan
atau
(2007),
menurut
salah
Notoatmodjo
satunya
adalah
Salah
Salah satu fasilitas yang dapat
seorang
materinya
Siswa
dalam
yaitu
promosi
faktor
metode,
fasilitas dan alat bantu yang digunakan.
ketersediaanya fasilitas.
membuat
termasuk
satu
metode
promosi
kesehatan yang menuntut diskusi yang
terpapar
aktif dalam pelaksanaanya adalah metode
terhadap informasi kesehatan adalah UKS
kelompok-kelompok kecil (Buzz group)
(Usaha
yang
dan Brainstorming. (Notoatmodjo, 2010).
dari
Tetapi disamping itu ada faktor lain yang
puskesmas yang mempunyai peran dan
tidak kalah penting menurut J. Guilbert
fungsi
adalh
(dalam Notoatmodjo, 2010), yaitu faktor
sebagai sarana promosi kesehatan di
individu itu sendiri. Artinya dalam satu
lingkungan sekolah.
kelompok diskusi dengan metode, materi
Kesehatan
merupakan
Sekolah)
perpanjangan
tertentu,
salah
tangan
satunya
Berdasarkan hasil pengukuran yang
dilakukan
siswa
hasil pengetahuan yang sama, hal ini
dilakukan
karna ada faktor dalam diri seseorang
intervensi pada kedua kelompok (Buzz
baik fisiologis maupun psikologis yang
group
bisa jadi berbeda antara satu orang
tentang
pada
penegtahuan
dan fasilitas yang sama, tidak menjamin
HIV/AIDS
dan
setelah
Brainstorming)
didapatkan
informasi bahwa terjadi perubahan tingkat
pengetahuan
intervensi
pada
baik
kedua
buzz
dengan yang lainnya.
kelompok
group
maupun
Terdapat
persentase
perubahan
besaran
tingkat pengetahuan, baik
Barainstorming. Begitupun pada kelompok
pada tingkat pengetahuan baik, cukup
intervensi Brainstormin. Jika hasil tersebut
maupun
kita bandingkan dengan hasil pengukuran
pengukuran setelah dilakukan intervensi,
pengetahuan
tingkat
sebelum
dilakukan
kurang,
dimana
pengetahuan
pada
siswa
hasil
dengan
intervensi, maka akan terlihat adanya
kategori baik cenderung meningkat baik
perubahan kearah peningkatan tingkat
pada kelompok
pengetahuan, hal ini dapat kita lihat dari
Brainstorming. Tetapi hal ini tidak serta-
meningkatnya
memiliki
persentase
pengetahuan
menurunnya
persentase
Buzz group maupun
siswa
yang
merta bisa menyatakan bahwa intervensi
baik
dan
tersebut dapat memberikan perubahan
siswa
yang
mempunyai pengetahuan kurang.
atau
peningkatan
pengetahuan
yang
bermakna.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
71
4. Kesimpulan dan Saran
metode promosi kesehatan yang dapat
Simpulan penelitian ini adalah:
1) Kurang
dari
mempunyai
yang
50%
siswa
tingkat
baik
di
sebagai
bekal
mereka
di
yang
lapangan. Diharapkan peneliti selanjutnya
pengetahuan
akan banyak penelitian terkait promosi
dilakukan
kesehatan, baik terkait metode maupun
sebelum
Intervensi
diguakan
masing-masing
faktor-faktor lainnya.
kelompok, baik pada kelompok Buzz
group maupun Brainstorming.
2) Terjadi
Perubahan
Daftar Pustaka
tingkat
pengetahuan ke arah peningkatan
pada
masing-masing
kelompok
setelah dilakukan intervensi.
3) Terdapat perbedaan yang signifikan
antara rata-rata tingkat pengetahuan
sebelum
dan
Intervensi
kelompok
setelah
pada
masing-masing
(kelompok
maupun
dilakukan
Buzz
pada
Brainstorming)
group
kelompok
dengan
P
Value
masing masik kelompok Intervensi
sebesar 0,0001 ( < α 0,05).
4) Tidak
ada
Promosi
perbedaan
pengaruh
Kesehatan
tentang
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur
Penelitian:
Suatu
Pendekatan
Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta:
Rienka Cipta
Kozier, Barbara., dkk. (2010). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Vol 1.
Jakarta: EGC
Kumboyono,
E.P.
Lestari.
(2004).
Perbedaan Pengaruh Pendidikan
Seks dengan Metode Simulasi dan
Diskusi Kelompok Terhadap Sikap
Remaja pada Upaya Pencegahan
Perilaku
Seka
Menyimpang.
Majalah Keperawatan, 5 (10), 136142
Laporan Ditjen PP & PL, Dinas Kesehatan
Kota Cimahi, (2013) Laporan
HIV/AIDS Kota Cimahi tahun 2013
HIV/AIDS antara metode Buzz group
dan metode Brainstorming terhadap
peningkatan
pengetahuan Siswa-
siswi Kelas VII dan VIII
Luhur
Kota
Cimahi
SMP Budi
tahun
2014,
dengan p value = 0,979 > (0,05).
Notoatmojo, Soekidjo., dkk.
Promosi
Kesehatan
Jakarta: Rienka Cipta
(2013).
Global.
Profil Kesehatan Jawa Barat, (2011),
Bandung: Dinkes Jabar
Saran
Metode promosi kesehatan dalam
penyampaian
Notoatmojo, Soekidjo. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rienka Cipta
mata
kuliah
diharapkan
penyampaian materi akan lebih efektif,
selain itu juga mahasiswa akan lebih
mengerti dan mengetahui macam-macam
Riyanto, Agus. (2009). Pengolahan dan
Analisa
Data
Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Saputra, Nazarwin. (2011). Perbedaan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
72
HIV/AIDS dengan Metode Curah
Pendapat dan Metode Ceramah
Menggunakan Media Audiovisual
Terhadap Pengetahuan Siswa
SMAN 4 Tanggerang Selatan,
Skripsi, Jakarta, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatulloh
Siswanto, Hadi. (2010). Pendidikan
Kesehatan
Anak
Usia
Dini.
Yogyakarta: Pustaka Rihama
Sertifikasi Pengolahan Data Untuk
Analisis Penelitian Kesehatan.
Cimahi: STIKes Budi Luhur
Cimahi.
Trihariani,
Mira,
DKK.
(2009).
Braibstorming dan Demonstrasi
Merubah Perilaku Ibu Terhadap
Pemberian Makanan Tambahan.
Ners Journal Jurnal Ners, 4 (2),
164-169
STIKes Budi Luhur Cimahi & Bandung
Insan College. (2013). Modul
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
73
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERAN ORANGTUA DENGAN
PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN)
THE CORRELATION OF KNOWLEDGE ABOUT PARENTAL ROLE WITH THE
CHILDREN GROWTH ON PRE-SCHOOL AGED (3-5 YEARS OLD)
Windasari Aliarosa, Sri Wahyuni, dan Desy Widianti
Program Studi S1 Keperawatan STIKes Budi Luhur
ABSTRAK
Peran orangtua dalam membentuk sebuah karakter seorang anak sangat dibutuhkan
karena orangtua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing
anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap
dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pengetahuan tentang peran orangtua dengan perkembangan anak usia pra sekolah (3-5
tahun). Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitan Analitik Korelasional dengan
pendekatan Coss Sectional Study. Sampel sebesar 56 responden. Hasil penelitian dida[kan
50% responden memiliki pengetahuan kurang sebanyak 28 responden terhadap peran
orangtua , 57% responden memiliki perkembangan yang normal sebanyak 32 anak. Tidak
ada hubungan antara pengetahuan tentang peran orangtua dengan perkembangan anak
usia pra sekolah (3-5 tahun) dengan nilai
value=0,758 ( value > ) 0,05. Maka Ho
diterima, berarti tidak terdapat hubungan antara pengetahuan peran orangtua dengan
perkembangan anak. Simpulan bahwa bukan hanya pengetahuan orangtua saja yang
mempengaruhi perkembangan anak, ada beberapa hal yang mempengaruhi
yaitu
pendidikan, pengalaman, kepercayaan, umur, dan pekerjaan.
Kata kunci: pengetahuan tentang peran orangtua dan perkembangan anak
ABSTRACT
The role of parental is the person attitude the form of a child character because parents
have a responsibility to educate, nurture and guide their children to reach certain staged
which delivers their child to be ready in the life of society. The growth process often
stimulates faster at the pre school aged 3-5 years old to get help from parents who have a
good attitude and knowledge that can help child to restore or to reach a level of balance. The
purpose of this research is to know the correlation of the reseach was taken at kindergarten
of Kutawaringin Distric in Bandung Regency in 2014. This research use descriptive method
correlational with cross sectional study and the research simple random sampling method, it
is used to test the validity of a variable knowledge of parents. This research was conducted
againt 56 respondens with reviewed from parents who had children aged 3-5 years old in
Kindergarten places of research. Result of research with the number of sample as many 56
respondents, there were 50% respondents. Who had less knowledge of the role of parents
and there were 57% of the respondents had normal growth as many as 32 respondents.
There was no correlation between knowledge of the role of parents with pre-school age
children growth (3-5 years old) in Kindergarten Kutawaringin District of Bandung Regency
2014 with ρ value = 0,758 (ρ value > α) with the specified level of significance of a 0.05.
Then Ho is accepted, it means that there is no correlation between parental roles with
knowledge of child growth from the results it can be concluded that not only the knowledge
that parents affect children growth, there are some things that affect are the education,
experiences, beliefs, age, and occupation.
Key words: knowledge about the role of parents and children growth
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
74
1. PENDAHULUAN
perkembangan secara optimal (Komara,
Periode
penting
dalam
2007), Jika terjadi gangguan pada masa
perkembangan anak adalah usia pra
ini,
sekolah, yang berusia 3-5 tahun, sebab
menetap,
pada masa ini, pertumbuhan dasar akan
mengenal
mempengaruhi
menentukan
perkembangan selama periode ini (deteksi
perkembangan anak selanjutnya. Pada
dini) dan menanganinya secara terpadu
usia
dan professional (Soetjiningsih, 2010).
pra
dan
sekolah
kemampuan
kesadaran
ini
perkembangan
berbahasa,
sosial,
kreativitas,
emosional
maka
gangguan
tersebut
sehingga
amat
gejala
Berdasarkan
akan
penting
gangguan
hasil
studi
dan
pendahuluan yang telah dilakukan penulis
intelegensia berjalan sangat cepat dan
bahwa di tiga Taman Kanak-kanak atau
merupakan
(TK)
landasan
perkembangan
berikutnya (Zenko, 2010).
di
Kecamatan
Kutawaringin
Kabupaten Bandung sejumlah masing-
Dalam proses perkembangan anak
masing 10 siswa dari setiap TK dengan
usia pra sekolah, maka peranan orangtua
melakukan observasi dengan menilai 4
sangat penting. Peran utama orangtua
aspek
yaitu
sosial, motorik kasar, bahasa dan, motorik
sebagai
organizing
modeling,
dan
mentoring,
teaching.
Peranan
perkembangan
halus
ternyata
yaitu
interaksi
setiap
anak
orangtua menggambarkan seperangkat
perkembangannya
perilaku
kegiatan,
anak yang perkembangannya cepat ada
yang berhubungan dengan individu dalam
juga yang perkembangannya lambat yang
posisi dan situasi tertentu (BKKBN, 2007).
ditandai dengan interaksi sosial anak yang
Hubungan
dengan
meliputi: anak yang berprilaku tertutup
perkembangan pada anak dapat dilihat
(introvert), merasa lebih nyaman sendiri
dari perkembangan anak yang berhasil
dan melakukan apapun sendiri (autis),
sesuai dengan tahapannya didukung oleh
dan
beberapa
faktor,
temannya sendiri (agresif), dan tidak mau
eksternal.
Dukungan
interpersonal,
peran
sifat,
orangtua
baik
internal
eksternal
dan
dapat
perduli
cenderung
dengan
berbeda-beda,
mencelakai
teman
ada
teman
sebayanya
berasal dari orangtua dan lingkungannya,
sebanyak 28%, motorik halus
diantaranya
pola
meliputi: anak yang belum dapat menulis,
hubungan keluarga, peran dan fungsi
memotong bentuk sederhana,membuat
keluarga, dukungan lingkungan rumah
segi empat, meniru tulisan, membuat
dan
bentuk-bentuk
adalah
sekolah
dan
pola
asuh,
beberapa
faktor
yang
sebanyak 18%, motorik
pendukung lainnya. Orangtua merupakan
kasar diantaranya: melompat dengan satu
lingkungan yang terdekat dengan anak,
kaki,
memiliki peranan dan fungsi yang besar
mengendarai
dalam mendukung ketercapaian tugas
garis sebanyak 20%, dan bahasa yang
melempar
bola
sepeda,
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
diatas
kepala,
berjalan
diatas
75
meliputi: keterlambatan bicara (speech
2. METODE PENELITIAN
delay), gagu sebanyak 5%. Adapula anak
Penelitian ini menggunakan desain
anak yang mau berinteraksi dengan baik
deskriptif korelasional yaitu variable yang
dan
teman
berusaha untuk menggunakan hubungan
sebayanya serta anak yang aktif dalam
korelatif antar variabel. Hubungan korelatif
kegiatan belajar di dalam kelasnya, bisa
mengacu pada kecenderungan bahwa
memotong bentuk sederhana, menulis,
variasi suatu variabel diikuti oleh variabel
menangkap bola sebanyak 29%.
yang
sangat
perduli
dengan
Dari hasil wawancara pada orangtua
lain.
Dengan
demikian,
pada
rancangan penelitian korelasional peneliti
siswa dan sumber data sekunder dari
melibatkan
arsip biodata orangtua didik tahun 2014,
dengan
didapatkan bahwa karakteristik pendidikan
dimana menekankan waktu pengukuran/
orangtua pada penelitian ini 7 orang
observasi data variabel independen dan
berpendidikan
SD,
orangtua
dependen hanya satu kali pada satu saat.
berpendidikan
SMP,
orang
Pada jenis ini, variabel dependen dan
4
12
paling
tidak
pendekatan
cross
sectional
independen
yang pendidikannya Perguruan Tinggi
Dengan studi ini akan diperoleh prevalensi
(PT) sebanyak 5 orang. Dan dari 10
atau
orangtua, 4 orangtua menyatakan bahwa
Independen) dan dihubungkan dengan
saat bermain, anak tidak dibiarkan main
penyebab (variabel dependen) (Nursalam
sendiri,
2013).
karena
orangtua
takut
kalau
anaknya akan terluka saat bermain atau
suatu
pada
variabel
berpendidikan SMA, sedangkan orangtua
efek
dinilai
dua
fenomena
Variabel penelitian
(variabel
menggunakan
dua
orangtua lainnya menyebutkan bahwa
(independen)
mereka membiarkan anaknya bermain
tentang peran orangtua, dalam hal ini
dengan
penulis menetapkan orangtua adalah ibu
yang
mereka
inginkan,
Variabel
adalah
pengetahuan
atau
bermain agar anak punya banyak teman
orangtua adalah ayah atau ibu yang
dan ingin melihat anaknya merasa senang
menjadi figur atau contoh yang akan
dan ceria. Tujuan penelitian ini untuk
selalu ditiru oleh anak-anaknya. Variabel
mengetahui
terikat (dependen) adalah perkembangan
pengetahuan
tentang
peran
hubungan
orangtua
dengan perkembangan anak usia pra
sekolah (3-5 tahun).
Menurut
bebas
mereka sengaja membiarkan anaknya
adanya
ayah.
yaitu
saat.
bertengkar dengan teman sebayanya, 6
apa
variabel,
suatu
Mardiya
(2006),
anak usia pra sekolah (3-5 tahun).
Definisi operasional berikut ini pada
Tabel 1 berikut ini:
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
76
Table 1. Definisi Operasional
No
Variabel
1
Pengetahuan
tentang peran
orangtua
2
Perkembangan
anak
Definisi Konseptual
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara ukur
merupakan
hasil
“tahu” dan ini terjadi
setelah
seseorang
melakukan
penginderaan
terhadap suatu objek
tertentu
yang
berkaitan
dengan
kekuasaan/wewenang
serta dalam rangka
pelaksanaan tugastugas
sebagai
orangtua
sebagaimana
yang
diharapkan
karena
kedudukannya dapat
memberi
pengaruh/perbuatan
untuk anaknya
(Hendro, 2008).
Bertambahnya
kemampuan (skill)
dalam struktur dan
fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam
pola yang teratur
sebagai proses
pematangan dari selsel tubuh yang
berkembang sehingga
masing-masing
memenuhi fungsinya,
contohnya
perkembangan
emosi,intelektual,tingk
ah laku sebagai
interaksi dalam
lingkungan
(Soetjiningsih, 2010).
Wawasan
harus
diketahui orangtua
dalam hubunganya
dengan
perkembangn anak
tentang pendidikan,
budaya,
ekonomi,
kebebasan
dan
emosi
Kuesioner
Angket
1. Baik jika
nilainya 76%100% (bila
menjawab
benar 13-17
pertanyaan).
2. Cukup jika
nilainya 56%75% (bila
menjawab
benar 9-12
pertanyaan).
3. Kurang jika
nilainya < 56
(bila menjawab
benar <8).
(Nursalam,
2011).
Ordinal
Suatu proses yang
menunjukan
perubahan yang
sistematis, dan
berkesinambungan
dan berkelanjutan
dalam setiap diri
individu menuju
tingkat kedewasaan
atau kematangan
diantaranya proses
interaksi sosial,
bahasa, motorik
kasar dan motorik
halus.
Format
DDST
Observasi
1. Abnormal (jika
didapatkan 2
atau lebih
keterlambatan,
pada 2 sektor
atau lebih).
2. Meragukan (jika
pada 1 sektor
didapatkan 2
keterlambatan
atau lebih).
3. Tidak dapat
ditest (jika
terjadi
penolakan).
4. Normal (jika
semua yang
tidak tercantum
dalam kriteria
diatas).
(William K.F,
2010).
Ordinal
Populasi dalam penelitian ini adalah
Hasil ukur
Skala
ukur
Teknik Pengumpulan Data dengan
semua orangtua (ibu atau ayah) dan anak
menyebarkan
yang bersekolah di tiga TK di Wilayah
tentang peran orangtua secara langsung
Kutawaringin Kabupaten Bandung yaitu
kepada
TK Safira Bunda, TK Growina dan TK
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
Mutiara sebanyak 125 orang. Sampel
memperoleh
pada penelitian dihitung menggunakan
pengetahuan tentang peran Ibu atau
rumus
Ayah.
simple
dengan
random
menggunakan
tehnik
sampling,
yaitu
dengan
kuesioner
responden
Peneliti
cara
data
pengetahuan
yang
atau
meminta
memberikan
berupa
informasi
persetujuan
informed
pengambilan sampel secara acak sebesar
consent untuk disetujui oleh responden,
56 responden.
setelah responden setuju maka peneliti
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
77
memberikan kuesioner untuk diisi dengan
saat melakukan aktivitas penelitian yang
cara
kuesioner
melibatkan
kepada
kebebasan
sedang
kebebasan dari eksploitasi, keuntungan
mengisi kuesioner didampingi oleh peneliti
dari peneliti tersebut dan resiko yang
karena dikhawatirkan responden tidak
didapatkan (Polit dan Hungler, 2000).
mengerti atau memahami soal dalam
Sebagai
kuesioner tersebut.
mendasar
membagikan
tentang
peran
responden.
lembar
orangtua
Responden
yang
responden,
dari
salah
meliputi
adanya
satu
bagi
ancaman,
tanggung
peneliti,
jawab
sebelum
Prosedur Penelitian meliputi Tahap
melakukan penelitian, perlu ada surat izin
Persiapan dengan penyiapan surat izin
kepada kepada kepala sekolah di tiga TK
penelitian,
dan
di Kecamatan Kutawaringin Kabupaten
Tahap akhir menyusun laporan hasil
Bandung setelah mendapat persetujuan
penelitian. Pengolahan data dilakukan
barulah
dengan tahap berikut (Notoatmodjo, 2012)
dengan memenuhi beberapa prinsip etik
: Editing,
sebagai
Tahap
pelaksanaan,
Coding, Processing,
dan
peneliti
melakukan
berikut
:Right
analisis univariat dan analisis bivariat
dignity,
berdasarkan buku Arikunto (2010). Uji
confidentiality, Right to protection from
kemaknaan
discomfort and harm, Beneficience, dan
dengan
menggunakan α = 0,05 dan Confidence
Interval (CI) 95%. Chi-Square digunakan
untuk
menguji secara silang hubungan
pengetahuan
tentang
peran
to
privacy
self-
determination,
Right
to
to
Cleaning. Analisis penelitian dilakukan
dilakukan
Right
penelitian
anonymity
and
and
Justice.
Lokasi
Penelitian
ini
dilakukan
penulis di TK Safira Bunda, TK Growina
orangtua
dan TK Mutiara. Dimana waktu pelaksaan
dengan perkembangan anak usia pra
dilakukan pada bulan Juli 2014 - Maret
sekolah (3-5 tahun) di tiga TK.
tahun 2015.
Etika penelitian adalah suatu system
yang harus dipatuhi oleh setiap peneliti
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis univariat didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Pengetahuan
Hasil penelitian Gambaran Pengetahuan tentang Peran Orangtua pada Anak Usia
Pra Sekolah (3-5 tahun), tertera pada Tabel 2.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
78
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Peran Orangtua
dengan Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah (3-5 tahun).
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Total
Sumber : data primer 2015
Jumlah
N
25
3
28
56
Persentase
45
5
50
100
b. Perkembangan
Hasil penelitian Gambaran Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah (3-5 tahun) tertera
pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah (3-5
tahun)
Perkembangan
Abnormal
Meragukan
Tidak dapat di
tes
Normal
Total
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan
Analisis
Jumlah
N
10
11
3
Persentase
32
56
57
100
bivariat
18
20
5
dengan tingkat kemaknaan 5% (α = 0,05)
dilakukan untuk mengetahui hubungan
dengan
antara
hubungan dikatakan bermakna apabila p
variabel
pengetahuan
independen
tentang
peran
yaitu
orangtua
value
ketentuan
<
0,05
sebagai
dan
berikut
hubungan
:
tidak
dengan perkembangan anak usia pra
bermakna p value > 0,05. Hasil analisis
sekolah (3-5 tahun). Analisis dilakukan
bivariat dapat dilihat dari gambaran yang
dengan menggunakan uji chi square
disajikan dalam Tabel 4.
Tabel
4.
Hubungan Pengetahuan tentang Peran Orangtua
Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah (3-5 tahun)
Pengetahuan
Abnormal
Meragukan
Baik
Cukup
Kurang
Total
n
4
0
6
10
n
6
0
5
11
%
16
0
21
18
%
24
0
18
20
Perkembangan
Tidak dapat
ditest
n
%
2
8
0
0
1
4
3
5
dengan
Total
P
Value
Normal
n
%
13 52
3 100
16 57
32 57
n
25
3
28
56
%
100
100
100
100
0,758
Sumber : data primer 2015
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
79
Pembahasan
maksud lain-lain disini bisa berarti tidak
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
tersebut
responden
bekerja/ibu rumah tangga.
yang
Pengetahuan orangtua cukup bisa di
berpengetahuan kurang tentang peran
karenakan beberapa faktor diatas telah
orangtua dengan perkembangan anak
terpenuhi namun ada juga beberapa
usia pra sekolah, selain itu masih terdapat
faktor
responden yang berpengetahuan baik dan
diantaranya:
sedikit
pengalaman merupakan suatu cara untuk
responden
yang
memiliki
lain
yang
mempengaruhinya
Pertama
pengalaman,
pengetahuan cukup, ada beberapa hal
memperoleh
yang
pengetahuan, baik itu dari pengalaman
mempengaruhi
responden
kurang
pengetahuan
yaitu:
suatu
kebenaran
Pertama
diri sendiri maupun pengalaman orang
pendidikan,
makin
tingkat
lain. Hal tersebut dikarenakan dengan
pendidikan
seseorang, maka makin
cara pengulangan kembali pengalaman
mudah
menerima
tinggi
informasi
sehingga
yang
diperoleh
dalam
memecahkan
makin banyak pula pengetahuan yang
permasalahan yang dihadapi, bila berhasil
dimiliki,
yang
maka orang akan menggunakan cara
kurang akan menghambat perkembangan
tersebut. Kedua kepercayaan, sikap untuk
sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru
menerima
yang akan diperkenalkan, pada penelitian
pendirian tanpa menunjukan sikap atau
ini
responden
anti kepercayaan. Seseorang menerima
berpendidikan adalah SMA. Kedua umur,
kepercayaan itu berdasarkan keyakinan
dengan bertambahnya umur seseorang
dan tanpa adanya pembuktian terlebih
maka
yang
dahulu. Kepercayaan berkembang dalam
didapatkannya pun akan semakin banyak
masyarakat yang mempunyai tujuan dan
sehingga tingkat pengetahuannya pun
kepentingan yang sama dan sikap dan
akan
kebiasaan orangtua, Ketiga faktor budaya,
sebaliknya
lebih
dari
pendidikan
setengah
kumpulan
informasi
meningkat,
dalam
penelitian
suatu
pernyataan
sebagian besar umur orangtua yaitu umur
banyak
31-40 tahun.Ketiga pekerjaan orangtua,
menganggap bahwa mengekang anak
interaksi
dengan
akses
lebih baik daripada membebaskan anak
informasi
yang
seseorang,
bermain dengan keinginannya sendiri. Hal
semakin banyak seseorang berinteraksi
ini yang biasanya masih sering ditemukan
dengan orang lain dalam pekerjaan, maka
dilingkungan sekitar (Notoatmodjo, 2012).
banyaknya
diterima
semakin banyak pula informasi yang
diperoleh,
sehingga
meningkat
dalam
orangtua
Hasil
yang
atau
penelitian
bahwa
masih
tersebut
pengetahuannya
menunjukan
penelitian
ini
memiliki perkembangan baik namun ada
kebanyakan orangtua bekerja lain-lain,
juga responden yang memiliki masalah
perkembangan
responden
seperti
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
yang
abnormal,
80
meragukan dan bahkan tidak dapat dites.
menguntungkan
Faktor
sosial anak.
yang
mempengaruhi
bagi
perkembangan
perkembangan adalah pola pertumbuhan
Kedua keutuhan keluarga, apabila
anak secara normal antara anak yang
salah satu dari unsur-unsur keluarga tidak
satu dengan yang lainnya pada akhirnya
ada misalnya ibu atau ayah (baik karena
tidak selalu sama, karena dipengaruhi
meninggal atau bercerai) maka keluarga
oleh interaksi faktor internal seperti faktor
tersebut
genetik, perbedaan ras, hormon serta
keluarga utuh lagi. Disamping itu ada juga
faktor eksternal seperti saat kehamilan,
keutuhan dalam interaksi yaitu adanya
proses
interaksi sosial yang wajar (harmonis)
lahiran
(Soetjiningsih,
2010).
tidak
bisa
sebagai
Selain itu faktor lain yang menyebabkan
ketidak
anak memiliki perkembangan yang kurang
berpengaruh negatif bagi perkembangan
baik yaitu dari peranan orangtua yang
seorang anak.
kurang baik dalam mendidik, mengasuh
dan
mengendalikan
anak,
utuhan
dikatan
Ketiga
keluarga
sikap
dan
tentunya
kebiasaan
sehingga
orangtua, cara-cara dan sikap orangtua
mengakibatkan anak terlihat pasif dan
dalam pergaulannya memegang peranan
tidak mau bergabung dengan teman-
yang cukup penting dalam perkembangan
temannya yang lain . Badan Keluarga
seorang
Berencana (2007).
membuktikan hal ini dan disimpulkan
Hal ini menunjukan bahwa bukan
makin
anak,
otoriter
beberapa
penelitian
orangtuanya,
makin
hanya pengetahuan orangtua saja yang
berkurang ketidak taatannya tetapi makin
mempengaruhi perkembangan anak, ada
banyak timbul ciri-ciri pasifitas, kurangnya
beberapa faktor lain yang mempengaruhi
inisiatif daya tahan berkurang dan penakut
yaitu : Pertama status sosial ekonomi,
dan juga sebaliknya apabila orangtua
dalam hal ini status sosial ekonomi
memiliki
sebuah keluarga bukanlah faktor mutlak
menimbulkan
dalam perkembangan sosial manusia,
penakut lebih giat dan bertujuan. Keempat
namun paling tidak hal ini memberi
status anak, yang dimaksud disini apakah
sumbangan bagi perkembangan sosial
dia anak tunggal anak sulung ataupun
seseorang,
yang
anak bungsu di dalam keluarga, seorang
dibesarkan dengan kondisi perekonomian
anak tunggal perkembangannya berbeda
yang cukup maka dia akan mempunyai
dengan yang bukan anak tunggal, anak
kesempatan
untuk
tunggal cenderung egosentris, memiliki
saja
keinginan untuk berkuasa, anak yang
seorang anak dilahirkan di tengah-tengah
memiliki saudara lebih aktif dan berambisi
keluarga yang berkecukupan namun tidak
dibandingkan dengan anak tunggal yang
harmonis tentunya hal ini tidak akan
pasif dan kurang mau berusaha hal ini di
seorang
yang
mengembangkan
anak
lebih
diri
tapi
luas
bisa
sikap
demokratis
ciri-ciri
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
inisiatif,
akan
tidak
81
dasarkan kenyataan ketika anak pertama
memiliki
perasaan
dan
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperhatikan orangtua uang lebih besar
telah penulis lakukan, maka saran yaitu
daripada
dapat
anak
dihargai
Saran
yang
kedua
dan
dilakukan
penyuluhan
bahwa
seterusnya. Anak berikut justru merasa
pendidikan itu sangat penting terutama
harus lebih giat berjuang memperoleh
dalam
penghargaan
dari
pengetahuan tentang perkembangan anak
orangtuanya sebesar yang telah diterima
di TK Safira Bunda, TK Growina dan TK
oleh kakak pertama (Soetjiningsih, 2010).
Mutiara.
dan
perhatian
Jika orangtua tidak memperhatikan
perkembangan
anak
memberikan
stimulus
perkembangan
maka
mengalami
dan
tidak
membantu
Diharapkan
memberikan
orangtua
dapat
menjalankan peranannya dalam mendidik,
mengatur
dan
mengendalikan
anak
terhadap
dengan baik serta mengasah kemampuan
akan
yang dimiliki anak dengan memberikan
dalam
pelatihan kepada orangtua dengan cara
anak
keterlambatan
perkembangan begitupun sebaliknya jika
pengukuran
orangtua memperhatikan dan memberikan
menggunakan format DDST ( Denver
stimulus pada anak maka perkembangan
Development Screening
anak akan baik.
bertujuan agar orangtua dapat mengukur
dan
4. SIMPULAN DAN SARAN
dapat disimpulkan bahwa :
responden
yaitu
dari
sebanyak
setengah
responden
normal sebanyak 32 responden
terdapat
bermakna
tentang
hubungan
antara
peran
motorik kasar/halus, agar perkembangan
yang
pengetahuan
orangtua
dengan
perkembangan anak usia pra sekolah
(3-5 tahun) dengan nilai p value =
0,758 (ρ value > α =0,05).
DAFTAR PUSTAKA
28
memiliki perkembangan anak yang
3) Tidak
anak
terhadap
responden.
2) Lebih
perkembangan
memiliki
perkembangan anak usia pra sekolah
tahun)
) yang
anak terpantau.
pengetahuan yang kurang
(3-5
mengetahui
Test
anak
mulai dari perilaku sosial, bahasa dan
Berdasarkan analisis data maka
1) Mayoritas
perkembangan
Alimul Hidayat, Aziz. (2009). Metode
Penelitian Keperawatan dan
Tekhnik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Alimul Hidayat, Aziz. (2011). Riset
Keperawatan dan Teknik
Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
82
Astuti, Erna. (2009). Kemampuan
Bersosialisasi Anak Usia Pra
Sekolah. Skripsi, Universitas
Muhamadiah Surakarta.
Mardiya, (2006). Pendidikan Kita,
Tinjauan Ke Depan. Jurnal
Wahana Pendidikan UTY. Vol I
No.1.
Badan Keluarga Berencana. (2007).
Bahan Penyuluhan Gerakan Bina
Keluarga Balita Kelompok Umur 05 tahun. Bandung.
Mardiya, (2009) . Tinjauan Ilmiah:
Peranan Orangtua dalam
Pembentukan Karakter dan
Tumbuh Kembang Anak.
http://mardiya.wordpress.com.
Diakses pada 17 Juli 2015.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional. (2008). Membentuk
Karakter Anak Melalui Kelompok
Bina Keluarga Balita (BKB).
Jakarta.
Ball, J.W. (2007). Pediatric Nursing Caring
For children. New Jersey :
Pearson Education Inc.
Billah (2001). Ilmu Keperawatan Anak.
Jakarta: Bumi Askara.
Candra, Budiman. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Dinas Kesehatan Kota Bandung, (2013),
Profil Dinas Kesehatan Kota
Bandung, Jawa Barat. Tahun
2013.
Frankenburg W.K., and Doods B.J.
(2010). Manual Denver II. UGM:
Yogyakarta.
Friedman, M. dkk. (2008). Family Nursing
Fifth Edition. Amerika: Pearson
Education.
Friedman, Marylin M. (2010). Buku Ajar
Keperawatan Keluarga: Riset,
Teori dan Praktek. Jakarta: EGC.
Gerungan, WA. (2008). Psikologi Sosial.
Bandung: Refika Aditama.
Komara, Endang., (2007). Model Bermain
Peran dalam Pembelajaran
Partisipatif, http://dahliahmad.blogspot.com/2009/03/mod
el-bermain-peran-dalam
pembelajaran_29.html diakses
pada 23 Januari 2012.
Murwani, A. (2008). Asuhan keperawatan
Keluarga (Konsep dan Aplikasi
Kasus). Yogyakarta: Mitra
Cendekia Press.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursalam,(2012). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Kepera
watan: Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penel
itian Keperawatan. Edisi Pertama.
Jakarta: Salemba Medika, hal: 56.
Nursalam, (2013). Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Papalia, E. D., Olds, W. S., Feldman, D,
R., (2004). Human Development
(Tenth Edition). New York: Mc.
Graw Hill.
Polit & Hungler (2000). Nursing Research
principles
and
Methods.
Philadhelpia:
WB
Saunders
Lippinacoot.
Prianto(2009). Kesehatan Jiwa Sebagai
Prioritas Global. Jakarta: Refika
Aditama.
Riyanto, A. (2010). Pengolahan Data dan
Analisis Data Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
83
Saputra dan Rudiyanto (2008).
Pembelajaran Kooperatif Untuk
Meningkatkan Keterampilan Anak
TK, Jakarta : Depdiknas
Sayogo (2008). Gizi dan Pertumbuhan
Remaja, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Shaffer, R, david. (2006). Social and
Personality
Development
(5th
Edition). USA: Thomson Learning
Inc.
Sugiyono, Dr. (2010). Metode penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
Bandung: ALFABETA.
Sugiyono, Dr. (2011). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: ALFABETA.
Suherman (2010). Etika Profesi Keguruan
Bandung : PT Refika Aditama
Sukandar, E., (2006). Neurologi Klinik
Anak. Edisi ketiga. Bandung:
Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian
Ilmu.
Soekirman, Thaha R., Hardiansyah, Hadi
H dan Atmarita, (2010). Sehat dan
Bugar anak Berkat Gizi Seimbang.
Kompas Gramedia Group, Jakarta.
Wahidin Sunarko. (2008). Psikologi
Pengajaran dan Penerapan Pada
Peserta Anak. Surabaya. Pustaka
Ilmu.
Soetjiningsih, (2007). Buku Ajar Tumbuh
Kembang Remaja dan
Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Seto.
Wawan, A dan Dewi, M. 2011. Teori dan
Pengukuran Pengetahuan , Sikap
dan Perilaku
Manusia..
Yogyakarta : Nuha Medika.
Soetjiningsih, (2010). Buku Ajar Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta :Sagung
Seto.
Widodo, Dwi Putro. Taslim, S
Soetomenggolo (2010).
Perkembangan Normal pada Anak
dan Kelainannya. Sari Pediatri:
Vol. 2 (3): 139-145.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
84
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.E DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERNAFASAN PADA BALITA UMUR 1,5 TAHUN AKIBAT
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT
FAMILY NURSING CARE IN FAMILY Mr.E S WITH BREATHING SYSTEM DISORDERS
IN CHILDREN AGE 1.5 YEARS DUE TO ACUTE
RESPIRATORY INFECTIONS
Ijun Rijwan Susanto, Afrieani Deasy, dan Rukman Rudi Anjani
Program Studi S1 Keperawatan STKes Budi Luhur Cimahi
ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) saat ini di negara
berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup pada
golongan usia balita. Tujuan Penulisan: Memberikan asuhan keperawatan pada keluarga
yang menderita ISPA meliputi aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Metode
Penelitian: Rancangan penelitian ini adalah deskriptif dengan studi kasus menggunakan
metode pengumpulan data melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi literatur
dan studi kepustakaan. Hasil Penelitian : Asuhan Keperawatan dilakukan pada keluarga
Tn.E dengan anggota keluarga yaitu An.Y mengidap ISPA dari hasil pengkajian ditemukan
masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif, pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan, kurang pengetahuan, resiko penularan penyakit. Tindakan keperawatan yang
penulis lakukan antara lain memberi pendidikan kesehatan mengenai penyakit ISPA, cara
perawatannya, nutrisi yang adekuat serta kriteria rumah sehat. Mendemonstrasikan cara
perawatan sederhana yaitu postural drainage dan nebulizer sederhana. Setelah melakukan
asuhan keperawatan selama 14 hari masalah keperawatan dapat teratasi semua, namun
masih perlu adanya kerjasama dengan petugas puskesmas dan kader setempat untuk
menunjang keberhasilan asuhan keperawatan.Simpulan: Rekomendasi ditujukan pada
keluarga klien agar memperhatikan klien dan tetap mempertahankan apa yang telah
diajarkan.
Kata kunci : Deskriptif, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
ABSTRACT
Background: Disease acute respiratory infections (ARI) is still a major health problem in
developing countries with under-five mortality of 40 per 1,000 live births per year in children
under five age group. Purpose: Obtaining real experience in conducting and providing
nursing care to the families affected by ARI include aspects of biological, psychological,
social and spiritual.Methods: The study design was a descriptive case study using the
method of collecting data through interviews, observation, physical examination, literature
and literature studies.Results: Nursing conducted on Mr.E families with a family member
suffering from acute respiratory infection that is An.Y of assessment results found nursing
problems ineffective airway clearance, fulfillment of the needs of poor nutrition, lack of
knowledge, the risk of disease transmission. Nursing actions by the author, among others,
provide health education about respiratory disease, how to treat them, as well as adequate
nutrition criteria for healthy homes. Demonstrate how a simple treatment that postural
drainage and simple nebulizer. After performing nursing care for 14 days no nursing
problems are not resolved but there is still need for cooperation with the attendant health
centers and local cadres to support the success of nursing care. Conclusion:
Recommendations addressed to the client's family to pay attention to clients and still
maintain what has been taught. South Cimahi to health centers in order to provide the
infrastructure is more complete and helped to monitor and observe the children aged 1-4
years with special problems.
Keywords: Descriptive, Acute Respiratory Infection (ARI)
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
85
1. PENDAHULUAN
tahun dari Januari 2014 sampai Desember
Tingkat kesehatan penduduk Jawa
Barat terkait masalah lingkungan bisa
ditinjau dari banyaknya penduduk yang
mengalami sakit yang dirinci menurut jenis
penyakitnya, khususnya penyakit yang di
akibatkan oleh buruknya kualitas udara.
Penyakit-penyakit
tersebut antara
lain
adalah penyakit ISPA. Berdasarkan data
dari BPS Provinsi Jawa Barat, pada tahun
2010
sebesar
47,44%
masyarakat
menderita
penyakit
ispa,
17,47%
menderita
penyakit
panas,
8,67%
menderita sakit kepala, 2,73% menderita
sakit gigi, 2,55% menderita penyakit perut
(diare/buang air) dan sebesar 21,14%
menderita
penyakit
lainnya.
(http:ppejawa.com/kesehatan masyarakat
(Di peroleh pada tanggal 08/04/2015).
Berdasarkan data yang penulis peroleh
dari Puskesmas Cimahi Selatan selama 1
2014, ISPA merupakan penyakit terbesar
setelah
hipertensi
dan
penyakit
gigi
jaringan periodontal yaitu 26,9%.
Menurut data Laporan Bulanan
Program P2 ISPA Puskesmas Cimahi
Selatan Kota Cimahi tahun 2014, jumlah
penduduk usia balita yang mengidap ISPA
sebanyak 510 balita atau 14,3 % dengan
prevalensi 259 orang laki-laki dan 251
orang perempuan dan sebanyak 235
orang usia < 1 tahun mengidap ISPA
dengan perbandingan laki-laki 136 orang
dan
99
orang
perempuan.
Data
ini
menunjukan bahwa ISPA lebih banyak
terkena pada usia balita dibandingkan
dengan usia bayi. Dengan demikian tujuan
penelitian ini adalah untuk memberikan
Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn.E
yang
mengalami
Gangguan
Sistem
Pernafasan Pada Balitanya Umur 1,5
Tahun Akibat ISPA.
2. TINJAUAN KASUS
1) PENGKAJIAN
Data Umum
a. Nama Kepala Keluarga
: Tn.E
b. Alamat
: Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi
c. Pekerjaan
: Pegawai Swasta
d. Pendidikan
: SD
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
86
2) PEMERIKSAAN FISIK
Tabel 1 : Pemeriksaan Fisik
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
PEMERIKSAAN FISIK
Penampilan
Kesadaran
Tanda vital
 Tekanan darah
 Suhu
 Nadi
 Respirasi
Kepala
Mata
 Konjungtiva
 Sklera
 Reflek pupil
 Penglihatan
Hidung
 Bentuk
 Septum
 Sekret
 Pernafasan cuping
hidung
 Penciuman
Mulut
 Keadaan mukosa
 Ovula
 Pengecapan
Telinga
 Bentuk
 Daun telinga
 Sekret
 Massa/nyeri
 Pendengaran
Leher
 JVP
 KGB
 Tiroid
 Reflek menelan
Dada
 Bentuk
 Pergerakan
 Perkusi paru
 Auskultasi paru
 Auskultasi jantung
Abdomen
 Bentuk
 Kontur
 Massa
 Nyeri
Ekstremitas
 Bentuk
 Pergerakan
 Tonus otot
 Edema
 Varises
 Kekuatan otot
NY.S
Sehat
Compos mentis
AN.Y
Kurang sehat
Compos mentis
140/90mmHg
0
37.0 C
84x/menit
22x/menit
Bentuk simetris, distribusi rambut
merata, terdapat uban, lesi tidak ada.
0
37.5 C
98x/menit
22x/menit
Bentuk simetris, distribusi rambut
merata, tidak terdapat uban, lesi
tidak ada,
Tidak anemis
Tidak ikterik
Miosis saat terkena cahaya
Baik
Tidak anemis
Tidak ikterik
Miosis saat terkena cahaya
Baik
Simetris
Ditengah
Tidak ada
Tidak ada
Baik
Simetris
Ditengah
Ada
Tidak ada
Baik
Lembab
Ditengah warna merah muda
Baik
Lembab
Ditengah warna merah muda
Baik
Simetris
Sejajar sudut mata
Tidak ada
Tidak ada
Baik
Simetris
Sejajar sudut mata
Tidak ada
Tidak ada
Baik
Tidak ada peningkatan
Tidak ada pembesaran
Tidak ada pembesaran
Ada
Tidak ada peningkatan
Tidak ada pembesaran
Tidak ada pembesaran
Ada
Simetris
Simetris
Resonan
Vesikuler
Reguler
Simetris
Simetris
Resonan
Ronchii
Reguler
Datar
Lembut
Tidak ada pembesaran
Tidak ada
Datar
Lembut
Tidak ada pembesaran
Tidak ada
Simetris
Normal
Normal
Tidak ada
Tidak ada
+5 +5
+5 +5
Simetris
Normal
Normal
Tidak ada
Tidak ada
+5 +5
+5 +5
Pemeriksaan fisik di lalukan hanya pada dua anggota keluarga karena di keluarga Tn.E
pada saat pengkajian hanya ada Ny.S dan An.Y.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
87
3) ANALISA DATA
Tabel 2 : Analisa Data
N
o
Data
Ds :
1
.
-
Ny.S mengatakan An.Y sudah
sejak seminggu yang lalu
batuk dan pilek.
Ny.S mengatakan tidak
mengetahui pengertian,
penyebab dan akibat dari
penyakit yang di derita
cucunya.
Etiologi
Masalah
Ketidakmampuan keluarga untuk
mengenal masalah kesehatan
pada anggota keluarga dengan
ISPA
Kurang pengetahuan keluarga
Tn.E mengenai ISPA
Ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga
dengan ISPA
Bersihan jalan nafas tidak efektif
pada keluarga Tn.E khususnya
An.y
Ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga
dengan ISPA
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh pada keluarga
Tn.E khususnya An.Y
Ketidakmampuan keluarga
memelihara/memodifikasi
lingkungan untuk meningkatkan
kesehatan anggota keluarga
dengan ISPA
Resiko penularan penyakit pada
keluarga Tn.E
Do :
2.
-
An.Y tampak batuk batuk
An.Y lebih banyak diam
RR : 22x/menit
-
Ny.S mengatakan saat An.Y
sakit biasanya dibawa ke
puskesmas.
Ny.S mengatakan tidak
mengerti cara perawatan
anak dengan batuk di rumah
Ds :
-
Do :
-
3.
An.Y pada saat di auskultasi
bunyi nafas terdengan suara
ronchii.
RR : 22x/menit
Terdapat sekret di hidung
klien.
Ds :
-
Ny.S mengatakan An.Y susah
makan dan harus dipaksa
apabila makan, An.Y hanya
mau minum susu formula
saja.
Do :
4.
An.Y tampak rewel
BB : 8 Kg
An.Y hanya makan beberapa
suap saja.
An.Y tampak kurus
Ds :
-
Ny.S mengatakan tidak tahu
bahwa pencahayaan yang
kurang dapat mempengaruhi
kesehatan keluarga.
-
Tempat tinggal keluarga Tn.E
di samping jalan raya
Banyak ayam berkeliaran di
teras rumah keluarga Tn.E
Tempat tinggal keluarga Tn.E
kurang pencahayaan.
Do :
-
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
88
3. PRIORITAS MASALAH
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada An.Y berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan ISPA.(skor = 4,6)
2. Kurang pengetahuan pada keluarga Tn.E mengenai berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga
dengan ISPA. (skor= 4,5)
3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan pada An.Y berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gangguan
nutrisi. (skor=4,1)
4. Resiko
penularan
penyakit
pada
keluarga
Tn.E
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga memodifikasi/memelihara lingkungan rumah untuk
meningkatkan kesehatan anggota keluarga dengan ISPA. (skor=3,3)
4. INTERVENSI KEPERAWATAN.
Tabel 3.5 : Intervensi Keperawatan
NO
1.
2.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
KELUARGA
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
pada
An.Y
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga
merawat
anggota keluarga dengan
ISPA
Pemenuhan
nutrisi
kurang dari kebutuhan
pada An.Y berhubungan
dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat
anggota keluarga dengan
TUJUAN
PANJANG
Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
keluarga selama 6x
pertemuan keluarga
mampu merawat
keluarga yang
mengalami
gangguan
kesehatan
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
keluarga selama 6x
pertemuan, keluarga
mampu mengambil
PENDEK
Setelah dilakukan
1.
asuhan
keperawatan
keluarga selama 2x
pertemuan keluarga
dapat menyebutkan
cara perawatan
pada keluarga
2.
dengan
ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
dan dapat
3.
mendemonstrasikan
ulang cara
perawatan di rumah.
INTERVENSI
Kaji kemampuan
keluarga dalam
memberikan
perawatan pada
anggota keluarga
yang mengalami
masalah kesehatan.
Jelaskan cara
penanganan pada
anggota keluarga
yang sakit
Jelaskan cara
perawatan sederhana
pada keluarga klien :
batuk efektif dan
postural drainage
4. Demonstrasikan cara
batuk efektif dan
postural drainage
5. Lakukan evaluasi
dengan menanyakan
kembali cara
perawatan yang benar
6. Anjurkan keluarga
untuk
mendemonstrasikan
ulang batuk efektif
dan postural
drainage
7. Berikan reinforcement
bila keluarga mampu
menyebutkan tentang
bahaya ISPA.
Setelah diberikan
1. Kaji pengetahuan
asuhan
keluarga tentang
keperawatan
pemenuhan nutrisi
keluarga selama 2x
2. Jelaskan tentang
pertemuan, keluarga
pemenuhan nutrisi
mampu
yang adekuat
RASIONAL
1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan
keluarga dalam memberikan perawatan
pada anggota keluarga yang sakit
2. Untuk meningkatkan pengetahuan
keluarga tentang penanganan pada
anggota keluarga yang sakit
3. Agar keluarga klien dapat mengerti dan
memahami cara perawatan pada klien
4. Agar keluarga klien dapat memberikan
perawatan kepada klien dengan benar
5. Penjelasan dan demonstrasi yang
bagus dapat memberikan respon positif
terhadap perubahan keluarga.
6. Untuk mengevaluasi pemahaman
keluarga tentang teknik batuk efektif
7. untuk memotivasi keluarga
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
keluarga.
2. Agar keluarga klien mengerti dan
memahami tentang pemenuhan nutrisi
yang adekuat pada keluarga.
3. Agar keluarga klien dapat mengenali
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
89
gangguan nutrisi
keputusan
mengenai tindakan
yang tepat
menyebutkan dan
mengetahui lebih
detail tentang
pemenuhan nutrisi
yang adekuat
3.
4.
5.
6.
7.
3.
Kurang
pengetahuan
pada
keluarga
Tn.A
mengenai
ISPA
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga
mengenal
masalah kesehatan pada
anggota keluarga dengan
ISPA.
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
keluarga selama 6x
pertemuan, keluarga
mampu mengenal
masalah kesehatan
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan selama
2x pertemuan,
keluarga dapat
mengetahui
masalah kesehatan
yang terjadi pada
anggota
keluarganya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
4.
Resiko
penularan
penyakit pada keluarga
Tn.A
berhubungan
dengan ketidakmampuan
keluarga
memodifikasi/memelihara
lingkungan rumah untuk
meningkatkan kesehatan
anggota keluarga dengan
ISPA.
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
keluarga selama 6x
pertemuan keluarga
mampu
menciptakan dan
memelihara rumah
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
keluarga selama 2x
pertemuan, keluarga
mampu menjelaskan
secara verbal
manfaat dari rumah
sehat.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Berikan penjelasan
tentang akibat dari
pemenuhan nutrisi
yang tidak adekuat
bagi kesehatan.
Anjurkan pada
keluarga untuk
memberi An.Y
makan dalam porsi
sedikit tapi sering
Beri makanan
kesukaan An.Y.
Anjurkan keluarga
untuk memberi
makan pada An.Y
dalam kondisi
hangat.
Temani An.Y makan/
ajak An.Y makan
bersama.
Kaji pengetahuan
keluarga tentang ISPA
Berikan penjelasan
tentang tanda dan
gejala ISPA .
Berikan penjelasan
tentang akibat ISPA.
Berikan penjelasan
tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi
ISPA.
Berikan penjelasan
pencegahan ISPA.
Lakukan evaluasi
kepada keluarga
tentang hal-hal yang
telah dijelaskan
Jelaskan lingkungan
fisik rumah yaitu :
Kriteria rumah sehat.
Jelaskan akibat dari
lingkungan yang tidak
sehat pada kesehatan
keluarga
Bantu dan
demonstrasikan
menciptakan/memelih
ara rumah yang dapat
menunjang kesehatan
pada anggota
keluarga dengan
penyakit ISPA.
Motivasi keluarga
untuk
menciptakan/memelih
ara lingkungan rumah
yang dapat
menunjang kesehatan
pada anggota
keluarga dengan
penyakit ISPA.
Berikan pujian atas
pelaksanaan yang
dilakukan keluarga.
Evaluasi keberhasilan
keluarga dalam
menciptakan/
memelihara
lingkungan rumah
yang dapat
menunjang kesehatan
pada keluarga dengan
penyakit ISPA.
4.
5.
6.
7.
masalah kesehatan yang dapat terjadi
pada anggota keluarga akibat
pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat.
Meningkatkan asupan nutrisi yang
adekuat.
Meningkatkan nafsu makan.
Makanan yang hangat dapat
meningkatkan nafsu makan.
Meningkatkan selera makan klien
1. Untuk mengetahui tingkat
pengetahuan keluarga
2. Agar keluarga klien mengerti dan
memahami tentang tanda dan gejala
ISPA
3. Agar keluarga klien dapat mengenal
masalah kesehatan pada anggota
keluarganya
4. Agar keluarga klien dapat
mengetahui tentang faktor yang
mempengaruhi ISPA.
5. Agar keluarga klien dapat
mengetahui bagaimana mencegah
ISPA.
6. Untuk mengetahui tingkat
pemahaman keluarga tentang
penjelasan yang telah diberikan.
1. Dengan penjelasan yang jelas dapat
meningkatkan pemahaman keluarga
2. Agar klien mengetahui akibat dari
factor kebersihan lingkungan pada
kesehatan.
3. Dengan memberikan role model
dapat mempermudah keluarga dalam
memahami penjelasan yang
diberikan
4.
Dengan motivasi yang adekuat dapat
menambah semangat dalam keluarga
untuk melakukan perubahan
5.
Dengan memberikan respon yang
positif dapat menambah kepercayaan
diri dan meningkatkan kemampuan
keluarga
6.
Penjelasan yang bagus dapat
memberikan respon positif terhadap
perubahan keluarga.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
90
5. PEMBAHASAN
b. Pemenuhan
Pengkajian
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan pada An.Y berhubungan
Dari hasil pengkajian pada An.Y
dengan
ketidakmampuan
didapatkan data, Nenek klien mengatakan
dalam
merawat
klien batuk dan pilek kurang lebih satu
dengan gangguan nutrisi
keluarga
anggota
keluarga
minggu, bunyi nafas ronchii, terdapat
c. Kurang pengetahuan pada keluarga
sekret di hidung dan batuk berdahak, klien
Tn.E mengenai ISPA berhubungan
susah makan, klien baru mau makan
dengan
apabila dipaksa dan ditemani. Keluarga
mengenal masalah kesehatan pada
Tn.E tidak mengetahui tentang penyakit
anggota keluarga dengan ISPA.
ISPA, bagaimana cara perawatan anggota
ketidakmampuan
d. Resiko
penularan
keluarga
penyakit
pada
keluarga dengan ISPA, pentingnya gizi
keluarga Tn.E berhubungan dengan
bagi balita usia 1,5 tahun dan cara
ketidakmampuan
memodifikasi rumah untuk menunjang
memodifikasi/memelihara
pecegahan
rumah untuk meningkatkan kesehatan
penyakit
ISPA.
Riwayat
penyakit keluarga Ny.S pernah mengidap
Asthma
dan
anggota keluarga dengan ISPA.
pernah
Diagnosa keperawatan yang muncul
Paru.Tempat
tinggal
pada keluarga Tn.E dan tidak ada di
keluarga Tn.E kurang pencahayaan ,
dalam pembahasan teori Setiadi 2008
dekat dengan jalan raya, berdebu dan
antara lain: Kurang pengetahuan pada
banyak
keluarga
TB
dari
lingkungan
An.Y
mengalami
ibu
keluarga
hewan
peliharaan
(ayam)
Tn.E
mengenai
berkeliaran di halaman tempat tinggal
berhubungan
keluarga Tn.E. Keseharian An.Y diasuh
keluarga mengenal masalah kesehatan
dan dirawat oleh neneknya karena ayah
pada anggota keluarga dengan ISPA
dan ibu An.Y bekerja.
diagnosa
Diagnosa keperawatan. Menurut
Setiadi,
2008
Diagnosa
Keperawatan
ini
mengerti
ISPA.
bagaimana
pengkajian
pada Keluarga Tn.E didapatkan diagnosa
keperawatan
keluarga
berdasarkan
muncul
apa
bagaimana
melakukan
ketidakmampuan
karena
pada
pengkajian keluarga mengatakan tidak
Keluarga yang mungkin muncul pada klien
Setelah
dengan
ISPA
itu
penyakit
ISPA,
tanda-tandanya
dan
akibat
bila
ISPA
tidak
tertangani dengan segera.
Diagnosa resiko penularan penyakit
skoring prioritas adalah:
pada keluarga Tn.E berhubungan dengan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada
ketidakmampuan keluarga memodifikasi/
An.Y
berhubungan
ketidakmampuan
keluarga
dengan
merawat
anggota keluarga dengan ISPA.
memelihara
lingkungan
meningkatkan
keluarga
dengan
rumah
untuk
kesehatan
anggota
ISPA
muncul
juga
dikarenakan terdapat pada pengkajian
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
91
bahwa rumah tempat tinggal keluarga
Resiko penularan penyakit pada keluarga
Tn.A tidak mempunyai pencahayaan yang
Tn.E
cukup, berdebu dan banyak binatang
ketidakmampuan keluarga memodifikasi/
peliharaan berkeliaran dihalaman rumah.
memelihara
Sementara
itu
diagnosa
yang
seharusnya muncul menurut pembahasan
berhubungan
dengan
lingkungan
meningkatkan
rumah
kesehatan
untuk
anggota
keluarga dengan ISPA :
teori Setiadi dan tidak terdapat pada
Tindakan pada diagnosa : Bersihan
keluarga Tn.E antara lain : Gangguan
jalan
keseimbangan cairan tubuh berhubungan
berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga dalam
keluarga
mengenal masalah kesehatan. Diagnosa
dengan ISPA dengan menekankan pada
ini tidak ada pada keluarga Tn.E karena
pemberian
tidak ada data yang menunjukan bahwa
perawatan balita dengan ISPA.
An.Y mengalami muntah berlebih, turgor
kulit
buruk
dan
ubun-ubun
cekung.
nafas
tidak
efektif
dengan
merawat
An.Y
ketidakmampuan
anggota
penyuluhan
Tindakan
pada
keluarga
tentang
pada
cara
diagnosa
:
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
Gangguan pertukaran gas berhubungan
pada
dengan Ketidakmampuan keluarga dalam
ketidakmampuan keluarga dalam merawat
memodifikasi lingkungan keluarga juga
anggota keluarga dengan ISPA. Kurang
tidak ada karena klien tidak tampak sesak
pengetahuan
nafas berat dan data lain yang menunjang
mengenai ISPA
dalam pengangkatan diagnosa ini.
ketidakmampuan
Diagnosa
termogulasi
:
Gangguan
hipertermi
sistem
berhubungan
An.Y
masalah
berhubungan
pada
dengan
keluarga
berhubungan
keluarga
kesehatan
Tn.E
dengan
mengenal
pada
anggota
keluarga dengan ISPA.
dengan ketidakmampuan keluarga dalam
Tindakan pada diagnosa : Resiko
memanfaatkan fasilitas kesehatan tidak
penularan penyakit pada keluarga Tn.E
ditemukan karena tidak ada data yang
berhubungan
menunjukan peningkatan suhu dan An.Y
keluarga
juga tidak mengalami demam.
lingkungan rumah untuk meningkatkan
Penulis
menetapkan
beberapa
rencana keperawatan untuk diagnosa :
ketidakmampuan
masalah
berhubungan
keluarga
kesehatan
pada
dengan
mengenal
anggota
keluarga dengan ISPA.
Penulis
menetapkan
rencana keperawatan untuk diagnosa :
anggota
memelihara
keluarga
dengan
ISPA.
Evaluasi pada tahap ini penulis
melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan
dan
kriteria
yang
telah
ditetapkan.
Evaluasi tindakan pada diagnosa Bersihan
jalan
beberapa
ketidakmampuan
memodifikasi/
kesehatan
Kurang pengetahuan pada keluarga Tn.E
mengenai ISPA
dengan
nafas
berhubungan
keluarga
tidak
efektif
dengan
merawat
pada
An.Y
ketidakmampuan
anggota
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
keluarga
92
dengan ISPA dapat teratasi sepenuhnya
teratasi sepenuhnya pada hari ke 4
pada implementasi hari ke-4 ditandai
ditandai
dengan : keluarga Tn.E mengatakan
mengatakan
mengerti tentang cara merawat An.Y dan
merawat An.Y dan mampu melakukan
mampu
tehnik fisiotherapy dada.
mendemonstrasikan
kembali
tehnik fisiotherapy dada.
dengan
:
keluarga
Tn.A
tentang
cara
mengerti
Evaluasi tindakan pada diagnosa
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
Kesimpulan Dan Saran
pada
Setelah penulis melakukan asuhan
keperawatan,
maka
penulis
dapat
menyimpulkan:
Hasil
An.Y
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga dengan ISPA dapat
teratasi sepenuhnya pada hari ke 5
pengkajian
pada
An.Y
ditandai dengan An.Y yang sudah mulai
didapatkan data,Nenek klien mengatakan
mau makan, makan habis setengah porsi,
klien batuk dan pilek kurang lebih satu
An.Y lincah dan tidak tampak lemas.
minggu, bunyi nafas ronchii, terdapat
Evaluasi tindakan pada diagnosa
sekret di hidung dan batuk berdahak, klien
Kurang pengetahuan pada keluarga Tn.E
susah makan mau makan apabila dipaksa
mengenai ISPA
dan ditemani. Keluarga tidak mengetahui
ketidakmampuan
tentang penyakit ISPA, cara perawatan
masalah
anggota
ISPA,
keluarga dengan ISPA dapat teratasi
pentingnya gizi dan cara memodifikasi
penuh pada hari ke 2 ditandai dengan
rumah
keluarga
keluarga
untuk
dengan
menunjang
pecegahan
berhubungan
keluarga
kesehatan
Tn.E
dengan
mengenal
pada
anggota
mengatakan
mengerti
penyakit ISPA. Riwayat penyakit keluarga
tentang pemyakit An.Y, tanda dan gejala
Ny.S pernah mengidap Asthma dan ibu
serta
dari
TB
penanganan kesehatan. Evaluasi tindakan
Paru.Tempat tinggal keluarga Tn.E kurang
pada diagnosa Resiko penularan penyakit
pencahayaan , dekat dengan jalan raya,
pada keluarga Tn.E berhubungan dengan
berdebu dan banyak hewan peliharaan
ketidakmampuan
(ayam) berkeliaran di halaman tempat
memodifikasi/memelihara
tinggal keluarga Tn.E.
rumah untuk meningkatkan kesehatan
An.Y
pernah
mengalami
akibatnya
bila
tidak
mendapat
keluarga
lingkungan
Pada tahap ini penulis melakukan
anggota keluarga dengan ISPA dapat
evaluasi sesuai dengan tujuan dan kriteria
teratasi sepenuhnya pada hari ke 9
yang telah ditetapkan. Evaluasi tindakan
ditandai dengan sudah mulai adanya
pada diagnosa Bersihan jalan nafas tidak
kesadaran
efektif pada An.Y berhubungan dengan
membersihkan
ketidakmampuan
kebersihan lingkungan dan meningkatkan
keluarga
merawat
anggota keluarga dengan ISPA dapat
keluarga
rumah,
Tn.E
untuk
menjaga
pencahayaan di rumah.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
93
SARAN.
Berdasarkan hasil penelitian, saran
M.Friedman,
(2010).
Keperawatan
Keluarga edisi: alih Bahasa, Achir
Yani
dari penelitian :
Keluarga Tn.E. Agar selalu memeriksakan
S.Hamid : editor bahasa Indonesia, Estu
Tiar. Edisi 5. Jakarta:EGC
An.Y secara rutin sebulan sekali untuk
memantau keadaan klien, tetap menjaga
kondisi kesehatan anggota keluarga yang
lain dan menjaga kesehatan lingkungan.
Bagi
Penulis
Selanjutnya
diharapkan
dapat melakukan penelitian studi kasus
Marni, (2014), Asuhan Keperawatan Pada
Anak Sakit Dengan Gangguan
Pernapasan, Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Muhlisin
Abi,(2012).
keluarga.
Publishing.
Keperawatan
Sleman:Gosyen
keperawatan keluarga yang lain serta
berhubungan dengan kasus khususnya
Infeksi Saluran Pernafasaan Akut (ISPA).
DAFTAR PUSTAKA
Dion Y dkk, (2013). Asuhan Keperawatan
Keluarga
Konsep
dan
Praktik.Yogyakarta: Nuha Medika
.
Hopkins,
2009,
Upper
Respiratory
Infections (UPI), dilihat 20 Juni
2015, http:// Ussu library.pdf.
http://bersamaraihprestasi.files.
/2014/05/ISPA.jpg.pdf.diperoleh
pada 27 maret 2015.
R. Hartono dan Dwi R, (2012). ISPA
gangguan pernafasan pada anak,
Yogyakarta: Nuha Medika
Setiadi. (2009). Konsep dan Proses
Keperawatan Keluarga.Yogyakarta
: Graha Ilmu.
Sulistyo A, (2012). Konsep Teori, Proses
dan
Praktek
Keperawatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yoseff, Batuk Efektif Dalam Pengeluaran
Dahak Pada Pasien Dengan
Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Nafas Di Instalasi Rehabilitasi
Medik Rumah Sakit Baptis Kediri
diakses
dari
:ejournal.STIKes
Baptis.ac.id pada tanggal 13
september 2015.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
94
PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL
KNOWLEDGE FAMILIES ON THE NATIONAL HEALTH INSURANCE PROGRAM
Sri Wahyuni, Atira, dan Indah Nurahmat
Program Studi S1 Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi
ABSTRAK
Pengetahuan keluarga merupakan hasil dari tahu seseorang yang melakukan penginderaan
terhadap objek tertentu termasuk pengetahuan tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang Progam JKN.
Metode penelitian menggunakan survey deskriptif. Populasi dalam penelitian ini sebesar 327
orang dengan teknik sampling diperoleh sebesar 77 keluarga. Teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Hasil penelitian berdsarkan Analisis Univariat didapatkan Hampir
setengahnya responden memiliki kategori pengetahuan kurang 30 (39%). Saran bahwa
Pengetahuan keluarga tentang Program JKN di RW 16 Desa Jayagiri Kabupaten Bandung
Barat masih sangat kurang, oleh karena itu promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan
sangat diperlukan.
Kata Kunci: Pengetahuan, Keluarga, Jaminan Kesehatan Nasional.
ABSTRACT
The National Health Insurance is part of the National Social Security System is held by using
the mechanisms of social health insurance. Knowledge is the result of a someone knowing
who did sensing against a particular object will affect a person's attitude to do according to
what is gained from knowledge. Purpose of this study is to know the correlation of
knowledge and attitude with families participation on the national health insurance program.
This research is analytic survey with cross sectional approach method. The population in this
study were as many 327 respondent and total sample of 77 families. Data collection
techniques for variable knowledge, attitude and participation used a questionnaire. The
statistical test used is Chi Square test, the result for the knowledge x2 count (0.035) < α
(0.05), for the attitude P value (0.129) > α (0,05). It can be concluded there is corelations
between knowledge and participation in the Program National Health Insurance family and
there was no correlation between attitude with family participation in the Program National
Health Insurance. Knowledge and participation at rw 16 village jayagiri in west bandung
regency is still lacking. Therefore, health promotion and health education is very important to
give to families at rw 16 village jayagiri in west bandung regency in order to improve the
knowledge and participation of families in the program National Health Insurance.
Keywords: knowledge, familes, Program National Health Insurance
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
95
1. PENDAHULUAN
Tngkat
Sebagai makhluk sosial, manusia
pengetahuan
seseorang
dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya
dapat mempengaruhi pemahaman untuk
selalu memerlukan pihak lain. Saat ini
menggunakan sesuatu yang diinginkan
karena
sehingga
untuk
kompleks, selain kebutuhan pangan, juga
tepat,
kebutuhan yang sangat penting adalah
sama halnya dalam keikutsertaan pada
kesehatan, pendidikan dan pengetahuan.
program JKN yang membutuhkan tingkat
Hal ini sesuai dengan falsafah dasar
pengetahuan yang memadai. Hal yang
negara
sama
mengakui
dapat
memilih
berpengaruh
kebutuhannya
dinyatakan
(2005)
dengan
oleh
bahwa
Notoadmodjo
domain
tingkat
kehidupan
Pancasila
hak
kesehatan.
yang
terutama
asasi
Dalam
semakin
sila
warga
ke-5
atas
Undang-Undang
pengetahuan (kognitif) mempunyai enam
Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
tingkatan,
ditegaskan
meliputi:
mengetahui,
bahwa
mempunyai
menyimpulkan
memperoleh akses atas sumber daya di
mengevaluasi.
yang
orang
memahami, menggunakan, menguraikan,
dan
hak
setiap
Pengetahuan merupakan domain yang
bidang
sangat berpengaruh terhadap seseorang
pelayanan
dalam
bermutu, dan terjangkau.
melakukan
suatu
tindakan
pengalaman, dan penelitian membuktikan
bahwa
perilaku
yang
didasari
oleh
kesehatan
Kesehatan
oleh
pengetahuan (Notoadmodjo, 2007).
yang
suatu
diamanatkan
yang
baik
untuk
aman,
Nasional
Jaminan
(JKN)
yang
oleh
Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
yang dimulai dari keluarga, merupakan
tatakrama
yang
Program
diselenggarakan
Pendidikan kepada setiap individu
memperoleh
saat ini pemerintah menggulirkan dan
perilaku
didasari
dalam
Berkaitan dengan hal kesehatan,
menyelenggarakan
tidak
dan
kesehatan
pengetahuan akan langgeng dari pada
yang
sama
mengacu
pada
dalam
prinsip
yang
undang-undang
menciptakan suatu keluarga yang pintar,
nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem
religius,
dan
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang
bahagia. Menurut Setiadi (2008) bahwa
implementasinya telah dimulai 1 januari
keluarga merupakan unit masyarakat yang
2014 (www.BPJS-kesehatan.go.id).
berbudaya,
membutuhkan
sejahtera
kesehatan
Menurut Thabrany (2014) bahwa
keluarga
manfaat Program JKN terdiri atas 2 (dua)
saling berkaitan dan saling mempengaruhi
jenis, yaitu manfaat medis dan manfaat
antara sesama anggota keluarga serta
non-medis.
dapat pula mempengaruhi keluarga lain
pelayanan kesehatan yang komprehensif
yang ada di dalam masyarakat.
(promotif,
karena
pelayanan
masalah
kesehatan
Manfaat
preventif,
medis
kuratif
berupa
dan
rehabilitatif) sesuai dengan indikasi medis
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
96
yang tidak terikat dengan besaran iuran
yang
dibayarkan.
Manfaat
3. METODE PENELITIAN
non-medis
Metode penelitian yang digunakan
meliputi akomodasi dan ambulan. Manfaat
dalam penelitian ini adalah
“Survei
akomodasi untuk layanan rawat inap
Deskriptif”.
adalah
sesuai hak kelas perawatan peserta.
pengetahuan keluarga tentang Program
Manfaat ambulan hanya diberikan untuk
JKN. Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien rujukan antar fasilitas kesehatan,
keluarga yang bertempat tinggal di RW 16
dengan
sesuai
dengan besaran 327 kepala keluarga.
Adapun
tujuan
Data besaran populasi kepala keluarga
JKN
untuk
tersebut diambil dari data RW tahun 2014.
kesehatan
Teknik sampling menurut (Notoadmodjo,
pemeliharaan
2012) bahwa Sampel dalam penelitian ini
kondisi
rekomendasi
dokter.
pelaksanaan
Program
memberikan
dalam
tertentu
perlindungan
bentuk
manfaat
kesehatan
dalam
kebutuhan
dasar
rangka
memenuhi
kesehatan
yang
adalah
Variabel
perwakilan
Berdasarkan
rumus
penelitian
dari
populasi.
teknik
Menurut
diberikan kepada setiap orang yang telah
Hidayat
(2011)
menggunakan
membayar iuran atau iurannya dibayar
Propotionate Stratified Random Sampling
oleh pemerintah.
adalah
suatu cara pengambilan sampel
Pada dasarnya manusia memiliki
yang digunakan bila anggota populasinya
perilaku berdasarkan pengetahuan yang
tidak homogen yang terdiri dari kelompok
dimiliki, diantaranya perilaku pencarian
yang homogen atau berstrata secara
pengobatan
proporsional. Untuk menentukan jumlah
dan
penggunaan
sistem
pelayanan kesehatan termasuk dalam
sampel,
Program
berikut:
(2007)
JKN.
bahwa
Menurut
Notoadmodjo
terbentuknya
peneliti
menggunakan
rumus
perilaku
seseorang tersebut harus di dasarkan
pengetahuan yang cukup dan sikap yang
keterangan :
positif. Menurut teori Lawrence Green
n
: Besar sampel
N
: Besar Populasi yaitu keluarga RW
dalam
Notoadmodjo
terbentuknya
ditentukan
perilaku
oleh
kepercayaan,
Tujuan
(2010),
penelitian
seseorang
pengetahuan,
tradisi
bahwa
16
sikap,
dan
sebagainya.
untuk
mengetahui
tingkat pengetahuan keluarga tentang
Desa
Jayagiri
Kabupaten
Bandung Barat
D
: Tingkat
kepercayaan/ketepatan
yang diinginkan, pada penelitian ini
digunakan (0,1)
program JKN di RW 16 Desa Jayagiri
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
97
Keterangan :
P = Distribusi presentase
n = Jumlah seluruh pertanyaan
d = Skor jawaban benar
Etika Penelitian
Masalah etika pada penelitian yang
menggunakan subjek manusia menjadi isu
sentral yang berkembang saat ini. Pada
penelitian ilmu keperawatan hampir 90%
objek yang digunakan adalah manusia,
n = 76,58 = 77 keluarga
maka peneliti harus memahami prinsipprinsip etika, maka dilakukan: Persetujuan
(informed
Analisa Data
consent),
Kerahasiaan
Analisis data yang dilakukan pada
(Confidentiality),Tanpa Nama (Anonimity).
penelitian ini meliputi analisis univariat
Dalam penelitian ini responden tidak
untuk mengklasifikasikan, dan menyajikan
akan diketahui oleh orang lain sehingga
data
responden
yang
disajikan
dalam
bentuk
dapat
secara
bebas
distribusi frekuensi dan presentase dari
menentukan jawaban dari kuesioner tanpa
tiap variabel (Hidayat, 2011).
rasa takut oleh itimidasi dari orang lain
Untuk
mengetahui
gambaran
pengetahuan keluarga tentang Program
(Hidayat, 2011).
Tempat dan Waktu Penelitian ini
JKN di gunakan analisis univariat untuk
dilakukan
mengetahui
distribusi
Kabupaten
presentase
dengan
frekuensi
Rumus
univariat sebagai berikut:
dan
analisis
penelitian
di
RW
16
Bandung
dilakukan
Desa
Jayagiri
Barat.
Waktu
dari
bulan
November, 2014.
3. HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil uji univariat didapatkan hasil penelitian tentang distribusi frekuensi
tingkat pengetahuan keluarga terhadap Program JKN, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
98
Tabel 1 Distribusi frekuensi keluarga mengenai pengetahuan tentang
program JKN
Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
Total
Sumber: Data Primer 2014
Jumlah
30
25
22
77
Presentase %
39
32,5
28,6
100
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang
tingkat
pengetahuan
keluarga
pada
mempercepat
seseorang
memperoleh
pengetahuan yang baru.
Program JKN kepada 77 responden,
Adapun
faktor
lain
yang
diperoleh data bahwa keluarga yang
mempengaruhi kurangnya pengetahuan
memiliki pengetahuan dengan kategori
keluarga tentang Program JKN yang
kurang
didaptakan
dari
data
penunjang
dibandingkan dengan responden yang
diantaranya
adalah
faktor
pendidikan.
memiliki kategori pengetahuan cukup dan
Mayoritas
yang
memiliki
yang memiliki kategori pengetahuan baik
kategori pengetahuan kurang
adalah
didapatkan
Hal
ini
lebih
banyak
menunjukan
bahwa
rentang pendidikan SD sampai SMP.
responden sebagian besar masih belum
mengetahui
dan
memahami
tentang
responden
Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Mubarak (2007) bahwa
tujuan dan manfaat dari Program JKN
pendidikan
secara lebih mendalam. Mengacu pada
diberikan seseorang kepada orang lain
teori
oleh
terhadap suatu hal agar mereka dapat
Notoadmodjo (2012) bahwa pengetahuan
memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa
merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
semakin
setelah orang melakukan penginderaan
mudah pula mereka menerima informasi,
terhadap suatu objek tertentu yang mana
dan pada akhirnya semakin banyak pula
penginderaan ini terjadi melalui panca
pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya
indera manusia yakni indera penglihatan,
jika
pendengaran, penciuman, rasa dan raba
rendah, akan menghambat perkembangan
yang
sikap seseorang terhadap penerimaan
yang
sebagian
dikemukakan
besar
pengetahuan
diperoleh melalui mata dan telinga.
Hal yang sama juga dipertegas oleh
teori yang dikemukakan oleh Mubarak
(2007) bahwa kemudahan
suatu
informasi
dapat
memperoleh
membantu
berarti
bimbingan
tinggi pendidikan
seseorang
informasi
dan
tingkat
nilai-nilai
yang
seseorang,
pendidikannya
yang
baru
diperkenalkan.
Hal yang sama juga dipertegas oleh
Depkes RI (2007), bahwa pendidikan
mempunyai
pengaruh
kemampuan seseorang untuk
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
terhadap
berfikir,
99
seseorang yang berpendidikan tinggi akan
B. Saran
dapat mengambil keputusan yang lebih
Berdasarkan hasil penelitian, saran
rasional dibandingkan dengan seseorang
dari penelitian ini adalah:
yang berpendidikan lebih rendah.
di harapkan puskesmas Jayagiri Lembang
Selain faktor pendidikan, faktor usia
juga
mempengaruhi
dapat
membuat
program
promosi
pengetahuan
kesehatan khususnya mengenai Program
keluarga tentang Program JKN. Dari data
JKN kepada seluruh masyarakat di Desa
demografi
Jayagiri
responden,
tertera
bahwa
dan
Diharapkan
dari
hasil
responden dengan klasifikasi usia remaja
penelitian ini dapat dijadikan sebagai
akhir (17 - 25 tahun) sebanyak 12
bahan acuan bagi peneliti selanjutnya
responden, responden dengan klasifikasi
mengenai faktor-faktor yang berhubungan
usia dewasa awal (26 - 35 tahun)
dengan Program JKN diantaranya.
sebanyak
19
responden,
responden
dengan klasifikasi dewasa akhir (36 - 45
tahun) sebanyak
34
responden, dan
responden dengan klasifikasi lansia awal
(46 - 55 tahun) sebanyak 12 responden.
Hal ini sesuai dengan teori yang
diemukakan oleh Notoadmodjo (2012).
Dengan bertambahnya umur seseorang
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo. 2012. Keperawatan
Keluarga. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Arikunto. 2010 . Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Edisi revisi.
Rineka cipta : Jakarta.
akan terjadi perubahan pada aspek fisik
dan
psikologis
(mental).
Perubahan
Azwar. 2011. Sikap Manusia. Edisi ke 2.
Pustaka pelajar : Yogyakarta.
tersebut terjadi akibat pematangan fungsi
organ. Pada aspek psikologis atau mental
taraf berfikir seseorang semakin matang
dan dewasa.
Notoadmodjo. 2005. Promosi Kesehatan
dan Teori Aplikasinya. Rineka
Cipta : Jakarta
4. SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Simpulan
penelitian
Hidayat, Alimul A. (2011). Metode
Penelitian
Keperawatan
dan
Teknis
Analisis
Data,
Edisi
Pertama. Jakarta : Salemba
Medika
ini
bahwa:
Hampir setengahnya responden memiliki
kategori pengetahuan kurang 30 (39%).
2007. Promosi Kesehatan &
Ilmu Perilaku. Rineka Cipta :
Jakarta.
2010. Metodologi Pendidikan
Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.
2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Edisi Revisi Cetakan
Ke-dua, Jakarta: Rieneka Cipta
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
100
Riyanto. 2009 . Pengolahan dan Analisis
Data Kesehatan. Cetakan ke dua,
Muha medika : Yogyakarta.
Thabrany. 2014. Jaminan Kesehatan
Nasional. Rajawali Pers : Jakarta.
Setiadi.
2008 . Konsep dan Proses
Keperawatan
Keluarga.
Edisi
pertama, Yogyakarta : Graha Ilmu.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
101
TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PASIEN RAWAT JALAN DENGAN
KEJADIAN KONJUNGTIVITIS
KNOWLEDGE AND BEHAVIOR OUTPATIENTS OF CONJUNCTIVITIS PREVENTION
WITH CONJUNCTIVITIS INCIDENCE
Budi Rianto, Atira, dan Ina Khaerunisa
Prodi D3Keperawatan dan Prodi Ilmu Keperawatan (S-1) STIKes Budi Luhur
ABSTRAK
Kejadian Konjungtivitis di Rumah Sakit Cicendo sekitar 6148 orang pada tahun 2014. Hal
tersebut diduga ada hubungannya dengan tingkat pengetahuan dan perilaku pencegahan
konjungtivitis pasien yang masih sangat kurang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Konjungtivitis Dengan Kejadian
Konjungtivitis Pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Mata Cicendo. Metode penelitian ini
menggunakan metode survey analitik korelasional dengan pendekatan Cross Sectional.
Analisa data menggunakan Univariat dan Bivariat. Populasi pada penelitian ini sebesar
1790, dengan menggunakan teknik Accidental Sampling 95 orang. Hasil penelitian dengan
tes Chi Square didapatkan hasil: untuk Pengetahuan dengan X2 14,832 > X2 tabel 5,991 dan
untuk Perilaku P value= 0,000 < α = 0,005. Simpulan: ada Hubungan antara Pengetahuan
dan Perilaku Pencegahan Konjungtivitis Pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Mata
Cicendo. Saran: perlu dilakukan penyuluhan dan pemberian pendidikan kesehatan sangat
penting untuk diberikan kepada pasien maupun keluarga pasien agar penuluran penyakit
konjungtivits dapat dicegah.
Kata Kunci : Konjungtivitis, Penyakit Menular, Mikorganisme, Pengetahuan, Perilaku.
ABSTRACT
Cicendo Hospital the incidence of conjunctivitis reached 6148 people in 2014. Based on
previous study to the outpatients at Cicendo Hospital. It found that the patients knowledge
and patient‟s behavior of conjunctivitis prevention were lack. The purpose of this study is to
know the correlation of knowledge and behavior of conjunctivitis prevention with
conjunctivitis incidence on outpatients at cicendo hospital. This research method used
analytic correlational survey research with Cross Sectional approach. The research result
were analyzed using Univariate and Bivariate. The population in this study were all the
outpatients whose included the inclusion criteria and visited the clinic of infectious Cicendo
Hospital. The total population were 1790, by using Accidental Sampling technique, total
respondents obtained 95 respondent. The result of this study using Chi Square test
computerization and the result obtained for Knowledge with X 2 14.832 > X2 5.991 and for
Behavioral is P value = 0.000 < α= 0.005, it can be concluded there is correlation between
knowledge and behavior of conjunctivitis prevention with the incidence of conunctivitis on
outpatents at cicendo hospital. Knowledge and behavior of conjunctivitis prevention on
outpatients are still lack. Therefore, counseling and provision of health education are very
important to be given to patients and patient‟s family, as well so that the contagion of the
conjunctivitis disease can be prevented.
Keywords : Conjunctivitis, Infectious Diseases, microorganisms, knowledge, behavior.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
102
1. PENDAHULUAN
asam dan alkali, sedangkan konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan peradangan
konjungtiva
yang
pembengkakan
ditandai
dan
konjungtivitis
dengan
eksudat.
mata
tampak
Pada
merah,
oleh alergi disebabkan oleh beberapa
reaksi
Yulianti
2012).
(2012)
merupakan
Menurut
bahwa
radang
Ilyas
dan
konjungtivitis
konjungtiva
atau
di
antaranya
hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein
(Vaughan, 2015).
sehingga sering disebut mata merah
(Suzzane,
hipersensitivitas
Gejala penting konjungtivitis oleh
mikroorganisme adalah terjadinya edema
epitel,
kematian
hipertrofi
epitel,
sel
dan
atau
eksfoliasi,
pembentukan
radang selaput lendir yang menutupi
granuloma. Selain itu, mungkin juga terjadi
belakang
edema stroma konjungtivitis (kemosis)
kelopak
dan
bola
mata
Sedangkan Hapsari dan Isgiantoro (2014)
dan
menyatakan,
(pembentukan folikel). Dapat ditemukan
bahwa
merupakan
Konjungtivitis
peradangan
pada
hipertrofi
sel-sel
lapisan
radang
limfoid
termasuk
stroma
neutrofil,
konjungtiva oleh mikroorganisme (virus,
eosinofil, basofil, limfosit, dan sel plasma,
bakteri,
alergi atau
yang sering kali menunjukan sifat agen
bahan-bahan kimia. Hal yang
perusaknya. Sel-sel radang bermigrasi
iritasi
dan jamur) dan
sama dikemukakan oleh
Illyas dan
dari stroma konjungtiva melalui epitel ke
Yulianti (2012) bahwa semua gejala pada
permukaan.
konjungtiva
merupakan
dari
bergabung dengan fibirin dan mukus dari
konjungtiva
bersifat
terhadap
sel-sel goblet untuk membentuk eksudat
benda
asing
konjungtivitis
akibat
rentan
diantaranya
yang
adalah
disebabkan
oleh
mikroorganisme, bahan kimia, dan alergi.
Penyebab
mikroba,
konjungtivitis
umumnya
yang
oleh
Sel-sel
konjungtiva,
ini
yang
kemudian
menyebabkan
“pelengketan” tepian palpebra (terutama di
pagi hari) (Jawetz dkk, 2013).
Berdasarkan
data
dari
Dinas
ditemukan
Kesehatan Kota Bandung tahun 2014
adalah bakteri Staphylococcus aureus,
dilaporkan angka kejadian konjungtivitis
Streptococcus
dan
meningkat pada 3 tahun terakhir yaitu
Haemophilus influnzae atau Haemophilus
sebesar 17.433. Secara garis besar
aegyptius. Konjungtivitis yang disebabkan
bahwa
oleh virus diantaranya adenovirus, serta
perilaku
pneumonia,
konjungtivitis yang disebabkan oleh jamur
diantaranya
(Jawetz,2013).
jamur
Candida
albican
Konjungtivitis
yang
disebabkan oleh bahan kimia diantaranya
bahan
kimia
seperti
pupuk,
sabun,
deadoran, spray rambut dan berbagai
tingkat
pengetahuan
seseorang
dan
dapat
mempengaruhi
pemahaman
untuk
menggunakan
sesuatu
yang
diinginkan
berpengaruh
sehingga
untuk
dapat
memilih
kebutuhannya dengan tepat. Sama
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
103
halnya dalam pencegahan kejadian
membutuhkan
Metode penelitian pada penelitian ini
memadai serta
adalah metode penelitian “Survei Analitik
konjungtivitis
pengetahuan
perilaku
yang
yang
baik.
Hal
ini
juga
dinyatakan dalam Notoatmodjo (2010)
bahwa domain tingkat pengetahuan
(kognitif)
mempunyai
tingkatan,meliputi:
6
mengetahui,
memahami,
menggunakan,
menguraikan,
menyimpulkan
dan
mengevaluasi.
Adapun
3. METODOLOGI PENELITIAN
Korelasional”
dengan
pendekatan
“Cross
Sectional
merupakan
menggunakan
Sectional”.
Cross
rancangan
penelitian dengan melakukan pengukuran
atau pengamatan pada saat bersamaan
(sekali
waktu)
antara
resiko/paparan
dengan penyakit (Hidayat, 2011).
Variabel
independen
dalam
penelitian ini adalah pengetahuan dan
perilaku
pemeliharaan
perilaku
pencegahan
konjungtivitis.
kesehatan (Health Maintanance) adalah
Sedangkan
perilaku
atau usaha-usaha seseorang
penelitian ini adalah kejadian konjungtivitis
untuk
memelihara
pada pasien rawat jalan.
atau
menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha
Variabel dependen
Populasi dalam penelitian
dalam
adalah
untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh
pasien rawat jalan di Rumah Sakit Mata
sebab
pemelliharaan
Cicendo. Berjumlah 1790 orang pada
kesehatan ini terdiri dari tiga aspek, yaitu
bulan Maret 2015. Teknik pengambilan
perilaku pencegahan penyakit, perilaku
sampel yang digunakan dalam penelitian
peningkatan kesehatan dan perilaku gizi
ini adalah Sampling Insidental. Sampling
(makanan
Tujuan
insidental adalah teknik penentuan sampel
penelitian ini untuk mengetahui hubungan
berdasarkan kebetulan (Sugiyono,2011)
pengetahuan dan perilaku pencegahan
yaitu sebesar 95 pasien.
itu,
konjungtivitis
perilaku
dan
minuman).
dengan
kejadian
konjungtivitis pada pasien rawat jalan.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
104
Adapun definisi oeprasional seperti yang tertera pada Tabel 1. berikut ini:
Tabel 1: Defenisi Operasional tentang Hubungan pengetahuan dan perilaku
pencegahan konjungtivitis
No
1
Jenis Variabel
IndependenPen
getahuan
Independen
Perilaku
2
3
Dependen
Kejadian
konjungtivitis
Definisi operasional
Pengetahuan adalah
keseluruhan
pemikiran,gagasan,ide,kons
ep dan pemahaman yang
dimiliki pasien rawat jalan
tentang penyakit
konjungtivitis yang meliputi:
pengertian
konjungtivitis,penye
bab,tranmisi penularan,
komplikasi,
penatalaksanaan dan
pencegahan konjungtivitis.
Alat ukur
Angket 1.
(kuesioner)
Perilaku merupakan respon
atau persepsi responden
terhadap perilaku/ kegiatan
yang dilakukan sebelum
menderita konjungtivitis.
Angket 4.
(kuesioner)
5.
Kejadian konjungtivitis
adalah penderita/pasien
yang terkena/terpapar
konjungtivitis.
Angket 7.
(Kuesioner)
8.
2.
3.
6.
9.
Prosedur pengumpulan Data
Peneliti
Hasil ukur
1, baik = bila
responden
menjawab dengan
benar (76%-100%)
2. cukup= bila
responden
menjawab dengan
benar
( 56%75%)
3. kurang= bila
responden
menjawab <56%
(Nursalam, 2013)
Skala
Odinal
0 = buruk bila skor
< dari mean 57,59
1 = baik bila skor ≥
dari mean 57,60
(Riyanto 2011)
Ordinal
Dibagi menjadi 2
kategori :
0 = tidak
konjungtivitis
1= konjungtivitis
Nominal
Sedangkan untuk variabel perilaku
melakukan
Informed
pencegahan
konjungtivitis
dalam
Consent terhadap responden. Peneliti
penelitian ini, penulis menggunakan skala
melakukan pengumpulan data kepada
likert.
responden
dikemukakan
dengan
metode
angket
Berdasarkan
oleh
Sugiyono
(2011),
bahwa
diolah
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
peneliti
untuk
di
interpretasikan.
Instrumen
seseorang
penelitian
yang
likert
yang
(kuesioner). Setelah data terkumpul, data
oleh
skala
teori
atau
digunakan
sekelompok
untuk
orang
tentang fenomena sosial.
digunakan untuk variabel pengetahuan
Dalam skalal likert, variabel yang
dalam penelitian ini adalah kuesioner
akan diukur dijabarkan menjadi indikator
multiple choice, pada jenis pengukuran ini
variabel.
Kemudian
peneliti mengumpulkan data secara formal
dijadikan
sebagai
kepada
menyusun item-item instrumen yang dapat
subjek
untuk
menjawab
pernyataan
indikator
titik
atau
tolak
tersebut
untuk
pertanyaan secara tertulis dan memilih
berupa
jawaban yang paling tepat.
Jawaban setiap item instrumen yang
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
pertanyaan.
105
menggunakan skala likert mempunyai
digunakan skala likert sebanyak lima
gradasi dari sangat positif sampai dengan
tingkat sebagai berikut :
negatif. Untuk pengukuran variabel diatas
SS : sangat setuju
(5)
STS : Sangat tidak setuju
(5)
S : Setuju
(4)
TS
: Tidak setuju
(4)
RR : Ragu-ragu
(3)
RR
: Ragu-ragu
(3)
TS : Tidak Setuju
(2)
S
: Setuju
(2)
STS : Sangat tidak setuju
(1)
SS
: Sangat setuju
(1)
(Bila pernyataan positif )
(Bila pernyataan negatif)
Uji validitas dilakukan di Poli Mata
Rumah
Sakit
responden
Cibabat
dengan
kepada
15
30
dianalisis
pearson
konjungtivitis
dengan
product
pada pasien rawat jalan.
pertanyaan
pengetahuan dan 15 pertanyaan perilaku
pencegahan
dependen yaitu kejadian konjungtivitis
kemudian
menggunakan
uji
Pada penelitian ilmu keperawatan,
karena
hampir
90%
subjek
yang
didapatkan
digunakan adalah manusia, maka peneliti
bahwa pertanyaan yang mempunyai nilai
harus memahami prinsip-prinsip etika,
di bawah rtabel (0.361) untuk variabel
maka
pengetahuan adalah pertanyaan nomer 9
:Lembar Persetujuan (Informed Consent),
dan 10 sedangkan untuk variabel perilaku
Kerahasiaan (confidentiality), Tanpa nama
yang
(Anonimity) (Hidayat,2011).
mempunyai
moment,
Etika Penelitian
nilai
dibawah
rtabel
dilakukan
hal
sebagai
berikut
(0.361) adalah pertanyaan nomer 2 dan
12. Sedangkan sisa pertanyaan yang lain
Lokasi dan Waktu Penelitian
mempunyai korelasi di atas 0.361, dengan
Lokasi penelitian dilakukan di Pusat
demikian ke 13 pertanyaan dari setiap
Mata
variabel
perilaku
Bandung. Waktu penelitian dilakukan dari
tersebut
bulan Februari – Juni 2015.
pengetahuan
pencegahan
dan
konjungtivitis
Nasional
RS.
Mata
Cicendo
dinyatakan valid. Sedangkan Pengolahan
Data ada empat tahapan dalam mengolah
4. HASIL PENELITIAN DAN
data (Riyanto,2009) yaitu: Editing, Coding,
PEMBAHASAN
Processing, dan Cleaning.
Analisis data menggunakan Analisa
Univariat untuk uji tingkat Pengetahuan
dan sikap. Sedangkan uji Analisis untuk
Adapun
gambaran
variabel
dan
hubungan antar variabel hasil penelitian
tersebut adalah sebagai berikut:
Gambaran
pengetahuan
pasien
hubungan antara variable independen
pada penelitian ini dapat dilihat pada
yaitu pengetahuan dan prilaku dengan
Tabel 2:
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
106
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Konjungtivitis
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase(%)
Baik
22
23,2
Cukup
36
37,9
Kurang
37
38,9
Total
95
100,0
Gambaran
tentang
responden
perilaku
Tentang
konjungtivitis, dapat dilihat pada
pencegahan
Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Pencegahan
Konjungtivitis Pasien Rawat Jalan
Perilaku pencegahan konjungtivitis Frekuensi
Buruk
54
Baik
41
43,2
Total
95
100,0
Gambaran
tentang
Persentase (%)
56,8
responden
kejadian
konjungtivitis
pada
penelitian
berikut
dapat
dilihat pada Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Konjungtivitis
Pasien Rawat Jalan
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak konjungtivitis
53
55,8
konjungtivitis
42
44,2
Total
95
100,0
Data
hasil
penelitian
dilanjutkan dengan
dengan uji
Hubungan Pengetahuan Dengan
Chi Square, dapat dilihat pada
Kejadian
Tabel 5 berikut ini:
Konjungtivitis
Pada
Pasien Rawat Berdasarkan hasil
analisis
uji
Bivariat
yang
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
107
Tabel Analisis Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Kojungtivitis Pada Pasien Rawat
Jalan Di Pusat Mata Nasional RS. Mata Cicendo Bandung Tahun 2015
Kejadian Kojungtivitis
Pengetahuan
Konjungtivitis
f
Total
Konjungtivitis
f
Total
Nilai x2
%
hitung
%
F
%
3
13,6
19
86,4
22
100
Cukup
15
41,7
21
58,3
36
100
Kurang
24
64,9
13
35,1
37
100
Total
42
55,8
53
55,8
95
100
Bivariat
yang
Baik
Data hasil penelitian Hubungan
Perilaku
Dengan
Tidak
Pencegahan
Kejadian
Konjungtivitis
Konjungtivitis
Pada
14,832
analisis
uji
dilanjutkan
dengan
dengan uji Chi Square, dapat
dilihat pada Tabel 6 berikut ini:
Pasien Rawat Jalan Berdasarkan hasil
Tabel 6 Analisis Hubungan Perilaku Pencegahan Konjungtivitis Dengan Kejadian
Kojungtivitis Pada Pasien Rawat Jalan
Kejadian Kojungtivitis
Perilaku
Konjungtivitis
pencegahan
konjungtivitis
Tidak konjungtivitis
Total
f
Total
F
%
F
%
33
61,1
21
38,9
54
100
Baik
9
22,0
32
78,0
41
100
Total
42
44,2
42
44,2
95
100
Buruk
Pembahasan
mempengaruhi
Berdasarkan laporan hasil analisis
Nilai p
%
0,000
kejadian
konjungtivitis,
karena lebih banyak pasien rawat jalan Di
tentang Hubungan Pengetahuan Dengan
Pusat
Kejadian Konjungtivitis pada pasien rawat
Bandung yang berpengetahuan kurang
jalan RS. Mata Cicendo yang diuji dengan
dan mengalami konjungtivitis. Hal ini
analisis
uji
dikarenakan beberapa faktor diantaranya
bahwa
terdapat
Pengetahuan
Bivariat
didapatkan
hubungan
Dengan
hasil
antara
Mata
kurangnya
Nasional
informasi
RS.
yang
Cicendo
didapatkan
Kejadian
pasien baik langsung melalui tenaga
Konjungtivitis, hal ini dibuktikan oleh hasil
kesehatan di lingkungan rumahnya atau di
x2 tabel pada uji Chi Square.
pelayanan
Berdasarkan laporan penelitian ini
umum
kesehatan
primer
(puskesmas) maupun tidak langsung yaitu
peneliti berpendapat bahwa pengetahuan
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
108
dapat melalui media
lefleat,
majalah
maupun media elektronik .
Pendidikan,
pendidikan
Perguruan
langsung.
pasien
menengah
secara langsung maupun secara tidak
dengan
(SMA)
Tinggi
dan
mempunyai
pengetahuan
yang
lebih
baik
dibandingkan
dengan
pasien
yang
Berdasarkan laporan hasil analisis
tentang Hubungan Perilaku Pencegahan
Konjungtivitis
Dengan
Kejadian
Konjungtivitis pada pasien rawat jalan Di
Pusat
Mata
Nasional
RS.
Cicendo
berpendidikan rendah (SD dan SMP).
Bandung yang diuji dengan analisis uji
Sehingga dengan pengetahuan yang baik
Bivariat. Kemudian dilanjutkan dengan uji
pasien mampu melakukan pencegahan
Chi Square, dan diperoleh nilai p = 0,000
konjungtivitis. Sedangkan pada pasien
dan α = 0,05 dengan demikian nilai p < α
yang berpendidikan rendah (SD dan SMP)
maka terdapat hubungan antara perilaku
tidak
pencegahan
banyak
pencegahan
penyakit
yang
melakukan
menularnya
kejadian konjungtivitis pada pasien rawat
konjungtivitis
dikarenakan
jalan Di Pusat Mata Nasional RS. Cicendo
pengetahuan
khususnya
tentang
kejadian
banyak
dengan
terhadap
kurangnya
sehingga
konjungtivitis
pasien
konjungtivitis,
konjungtivitis
pada
pasien
dengan
Mengacu
oleh
teori
yang
Notoatmdjo
(2012)
dikemukakan
yang
bahwa perilaku adalah suatu kegiatan
atau aktivitas organisme (makhluk hidup)
teori
yang
yang bersangkutan. Ole sebab itu, dari
dikemukakan oleh Sugiyono (2009) bahwa
segi
tingkat
kegiatan
pendidikan
pada
lebih
berpengetahuan kurang.
Sesuai
Bandung Tahun 2015.
seseorang
akan
biologis,
atau
perilaku
adalah
aktivitas
suatu
organisme
membantu orang tersebut lebih mudah
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh
menangkap
suatu
sebab itu, dari sudut pandang biologis
pendidikan
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-
informasi.
dan
memahami
Semakin
tinggi
seseorang maka tingkat pemahaman juga
tumbuhan,
meningkat serta tepat dalam pengambilan
manusia itu berprilaku, karena mereka
sikap.
mempunyai aktivitas masing-masing.
Faktor
mempengaruhi
lainnya
yang
dapat
Pengetahuan
adalah
binatang
sampai
dengan
Perubahan-perubahan
dalam diri seseorang
dapat diketahui
pekerjaan sesuai dengan teori yang di
melalui
kemukakan
(2007),
pengalaman yang dihasilkan melalui indra
bahwasannya lingkungan pekerjaan dapat
peglihatan, pendengaran, penciuman dan
menjadikan
seseorang
sebagainya. Setiap orang mempunyai
pengalaman
dan
oleh
Mubarak
memperoleh
pengetahuan,
baik
persepsi
persepsi.
perilaku
yang
Persepsi
berbeda,
adalah
meskipun
objeknya sama. Motivasi diartikan sebagai
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
109
dorongan untuk bertindak mencapai suatu
mikroorganisme
tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan
responden tidak mengalami konjungtivitis.
gerakan ini diwujudkan dalam bentuk
perilaku (Notoatmodjo,2012).
Mata
diketahui
bahwa
RS.
buruknya
perilaku
pencegahan
Cicendo
konjungtivitis pada pasien diantaranya
Bandung hanya sebatas tahu mengenai
adalah faktor lingkungan dan pekerjaan
konjungtivitis
yang
kurangnya
Nasional
perlu
sehingga
terdapat faktor lain yang mengakibatkan
Pada dasarnya pasien rawat jalan Di
Pusat
Namun
tersebut
dan
tanda
gejalanya,
informasi
yang
didapatkan
mengharuskan
bersentuhan
respoden
dengan
debu,
sinar
pasien rawat jalan Rumah Sakit Mata
ultraviolet, dan bahan-bahan kimia yang
Cicendo megenai perilaku pencegahan
menjadi pemicu timbulnya konjungtivitis,
konjungtivitis
serta
yang
tepat
dari tenaga
pemahaman
dan
paradigma
kesehatan yang berada di lingkungan
responden terhadap penyakit konjugtivitis
tempat
yang
tinggalnya
ataupun
tenaga
masih
salah,
mereka
kesehatan yang berada di pelayanan
menganggap
primer
pemicu
konjungtivitis
perilaku
harus diwaspadai dan perlu diberikan
(puskesmas)
utama
masih
menjadi
tingginya
bahwa
masih
bukanlah
khusus.
penyakit
penyakit
Itulah
yang
pencegahan konjungtivitis yang buruk.
perlakuan
mengapa
Maka dari itu, pasien rawat jalan Di Pusat
perilaku pencegahan konjungtivitis pasien
Mata Nasional RS. Cicendo Bandung
rawat jalan Di Pusat Mata Nasional RS.
perlu diberi informasi dan pemahaman
Cicendo Bandung masih dikategorikan
yang tepat mengenai perilaku pencegahan
buruk.
konjungtivitis yang tepat. Informasi yang
tepat dapat diperoleh melalui penyuluhan
kesehatan,
maupun
mengenai
himbauan
majalah
poster,
yang
konjungtivitis
lefleat
membahas
dan
perilaku
pencegahan yang baik untuk mencegah
menularnya konjungtivitis.
Jika
dilihat
4. SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan penelitian ini sebagai
berikut:
1) Tingkat
tetang
dari
persentase
pengetahuan
responden
konjungtivitis,
responden
terdapat
dari
37
95
(38,9%)
responden yang berperilaku buruk yang
berpengetahuan kurang, kemudian 36
cukup tinggi namun tidak mengalami
(37,9%) berpengetahuan cukup, dan
konjungtivitis. Hal tersebut diduga karena
22 (23,2%) berpengetahuan baik.
faktor daya tahan tubuh yang baik,
sehingga
ketika
mikroorganisme
2) Perilaku
pencegahan
dari
responden,
95
konjungtivitis,
terdapat
54
menyerang tubuh kekuatan imun yang
(56,8%) memiliki perilaku pencegahan
baik
konjungtiviti buruk dan 41
dapat melumpuhkan/mengalahkan
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
(43,2%)
110
memiliki
perilaku
pencegahan
Saran
kojungtiviti baik.
Saran dari penelitian ini yaitu perlu
3) Sebanyak 95 responden, terdapat 53
program
(55,8%) tidak mengalami konjungtivitis
kesehatan
dan
mendistribusikan
42
(44,2%)
mengalami
konjungtivitis.
di
pendidikan
poliklinik
majalah
dengan
kesehatan
mata, lefleat, maupun penyediaan poster
4) Ada Hubungan antara Pengetahuan
5)
mengevaluasi
di sekitar poliklinik yang dapat menjadi
Dengan Kejadian Konjungtivitis Pada
sumber
Pasien Rawat Jalan.
keluarga pasien yang berobat ke Rumah
Ada
Hubungan
Pencegahan
Antara
Konjungtivitis
Perilaku
informasi
bagi
pasien
dan
Sakit Mata Cicendo.
Dengan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
Kejadian Konjungtivitis Pada Pasien
sebagai acuan untuk melakukan penelitian
Rawat Jalan
selanjutnya dengan variabel yang belum
diteliti.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
111
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ANEMIA
PADA IBU HAMIL
THE CORELATION OF KNOWLEDGE ABOUT PREGNANT MATERNAL NUTRION WITH
ANEMIA INCIDEN ON PREGNANT MATERNAL
Wulan Novika Ambarsari, Tria Utami
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Budi Luhur
ABTRAK
Latar belakang: WHO tahun 2007 di seluruh dunia, ada kematian ibu di negara berkembang
oleh 90 % karena kekurangan zart besi sehingga terjadi anemia berat dan tidak ada
perdarahan 52 % perempuan di dunia yang menderita anemia. Anemia data tertinggi di kota
2014 cimahi coventry di puskesmas sebanyak 35 % .Penggunaan dan pilihan memasok gizi
pada ibu hamil adalah satu indikator dalam pengelolaan anemia .: tujuan penelitian ini dia
untuk mencari tahu corelation pengetahuan tentang ibu hamil dengan anemia nutrion
inciden pada ibu hamil (penelitian ini dilakukan citeureup di puskesmas di kota cimahi )
.method: studi ini menggunakan survei metode analitik cross sectional dan mempelajari
desain untuk setiap teknik sampling .Ukuran sampel 61 adalah responden:nhasil analisis ini
kurang pengetahuan tentang gizi oleh 27 ( 44.3 % ) responden dan orang yang dengan
anemia 43 ( 47.5 % ) responden .
Kata kunci: pengetahuan , status gizi , ibu hamil , anemia
ABSTRACT
Background : In 2007 WHO data around the world, there is a maternal mortality in
developing countries by 90% due to iron deficiency / anemia and acute bleeding even there
52% of women in the world who suffer from anemia. Data highest anemia in town cimahi
2014 in Coventry Health Center as much as 35%. Demand and supply balanced nutrition in
pregnant maternal is one indicator in the management of anemia. Aim : This research her to
find out the corelation of knowledge about pregnant maternal nutrion with anemia inciden on
pregnant maternal (the research was taken at citeureup community health center in cimahi
city).Method: This study used analytic survey method and cross sectional study design with
taking technique accidental sampling. The sample size is 61 respondents. Results: From the
results of analysis that are less knowledgeable about nutrition by 27 (44.3%) respondents
and those with anemia by 43 (47.5%) of respondents. From the chi square statistic test
results obtained value of P = 0.001 <α = 0.05 which means that Ho is rejected. Conclusion:
There is a relationship between the incidence of nutritional anemia in pregnant maternal at
health centers Coventry Cimahi. Suggestion: With the results of this study are expected
community health center Coventry increase preventive measures to reduce the incidence of
anemia among others through education about nutrition of pregnant maternal.
Keyword: Nutritional status, Nutritional, Pregnant maternal, Anemia
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
112
1. PENDAHULUAN
Selain dari kekurangan zat besi bisa
Berdasarkan penelitian WHO tahun
disebabkan
oleh
defiensi
besi
dan
2007 di seluruh dunia, terdapat kematian
pendarahan akut bahkan tidak jarang
ibu
sebesar
500.000
jiwa
pertahun.
keduanya
hamil
terjadi
terutama
kebutuhan ibu hamil selama kehamilan
dinegara berkembang sebesar 90%. Data
ialah 800 mg besi, diantaranya 300 mg
WHO tersebut tercatat, terdapat 52% ibu
untuk
hamil
pertambahan eritrosit. Dengan demikian
Kematian
ibu
yang
mengalami
anemia.
saling
janin
berinteraksi.
dan
500 mg
seorang
ini disebabkan oleh difisiensi besi dan
tambahan sekitar 2 – 3 mg besi/hari. Jika
perdarahan akut bahkan tidak jarang
tidak
keduanya saling berinteraksi.Berdasarkan
kesehatan ibu hamil dan gangguan gizi
Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu hamil
pada bayi, seperti kekurangan energi
yang menyatakan anemia, yaitu ibu hamil
protein (KEP), anemia gizi, defisiensi
dengan kadar HB kurang
dari 11,0
yodium, defisiensi vitamin A, defisiensi
gram/dl, dengan proporsi yang hampir
kalsium, keguguran, Bayi Berat Lahir
sama
Rendah (BBLR), bahkan kematian Ibu dan
di
kawasan
perkotaan
(36,4%) dan perdesaan (37,8%).
Menurut
tercukupi
membutuhkan
akan
mengganggu
bayi. Maka dari itu untuk ibu maupun
Kusumasari
calon ibu hendaknya perlu mengonsumsi
(2010) di RB YKWP Mranggen Demak
makanan yang mengandung zat besi agar
bahwa emesis gravidarum pada ibu hamil
Hb
trimester
anemia
anemia. Banyak sekali yang beranggapan
sebanyak 25 orang (78,1%), sehingga
anemia adalah penyakit „kecil‟ seperti flu
gangguan pada trimester I dalam asupan
dan belum banyak yang paham kalau
makan ibu hamil bisa membahayakan
penyakit ini memberikan dampak yang
kesehatan baik ibu maupun janin yang
besar bagi Ibu hamil dan bayi yang akan
ada didalam kandungan, dan masalah
dilahirkannya.
I
penelitian
hamil
untuk
Banyaknya anemia di negara berkembang
antara
ibu
Asupan
yang
mengalami
kematian ibu hamil yang lebih berat
seperti abortus dan perdarahan.
tetap
dan
terhindar dari
Gizi merupakan salah satu faktor
penentu
Ibu hamil yang mengalami anemia
terjaga
awal
kehidupan
mempengaruhi
kualitas
yang
akan
kehidupan
ini masih jadi penyebab AKI yang tertinggi
berikutnya. Pemenuhan gizi tidak dimulai
persentasenya di Indonesia yaitu sekitar
pada saat janin sudah lahir, tetapi dimulai
70%. Hal ini disebabkan oleh kekurangan
saat
gizi.
kehamilan. Gizi
Pada
pengamatan
lebih
lanjut
dalam
kandungan
atau
selama
bagi ibu hamil dalam
menunjukan bahwa kebanyakan ibu hamil
memenuhi asupan gizi selama hamil
yang
dikarenakan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
kekurangan zat besi. (Manuaba, 2010).
satunya pengetahuan. Masih banyak ibu
menderita
anemia
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
113
hamil dengan tingkat pengetahuan rendah
terhambat,
serta mempunyai pendapat yang salah
BBLR.
tentang jumlah asupan gizi yang harus
diperoleh,
misalnya
melahirkan
bayi
Angka Kejadian anemia di Indonesia
yang
semakin tinggi dikarenakan penanganan
menyatakan bahwa ibu hamil tidak boleh
anemia dilakukan saat ketika ibu hamil,
terlalu banyak mengkonsumsi makanan
bukan dimulai sebelum hamil. Ini berarti
karena dapat membuat janin terlalu besar
menurut data dari 10 ibu hamil, sebanyak
sehingga menyulitkan proses persalinan.
7
Akan tetapi jika tanpa pemantauan akan
Penyebab
asupan
hal
adalah dikarenakan infeksi, perdarahan
tersebut bisa menyebabkan kekurangan
dan penyakit seperti kelainan sum-sum
energy
tulang belakang. Sedangkan penyebab
nutrisi
yang
kronik
diperkuat
dikonsumsi,
(KEK).
oleh
dilakukan
pendapat
akibatnya
hasil
tersebut
penelitian
yang
Christianingrum
tidak
akan
menderita
langsung
langsung
yaitu
anemia.
kejadian
seperti
anemia
asupan
di
makanan berupa nutrisi kurang mencukupi
%
kebutuhan zat besi dalam tubuh ibu hamil.
pengetahuan ibu masih kurang, 20 %
Pada tahun 2007 di Jawa Barat jumlah ibu
pengetahuannya
hamil anemia dalam kehamilan berkisar
Puskesmas
oleh
Hal
orang
Losari
,
bahwa
cukup,
pengetahuannya baik
dan
tentang
60
20
%
asupan
35%.
Kebanyakan
ibu
hamil
yang
nutrisi saat hamil. Dan 60 % ibu yang
mengalami anemia dalam kehamilan itu di
pengetahuannya kurang salah satunya,
akibatkan kurangnya zat besi. Sedangkan
ibu
pengetahuannya
di Kota Cimahi pada tahun 2012 dan
tentang kekurangan energy kronik (KEK).
2013, angka kejadian anemia pada ibu
Sehingga hal ini menunjukan bahwa
hamil berkisar 55%. Ini terlihat masih
masih kurang pengetahuan ibu tentang
banyak sekali ibu hamil yang belum
asupan nutrisi pada ibu hamil yang bisa
tercukupi asupan zat besinya akan tetapi
berakibat terjadinya kekurangan energy
pada tahun 2014 Aki di kota cimahi mulai
kronik dan Anemia.
menurun
masih
kurang
karena
sampai pada
bulan
Status gizi ibu hamil bisa diketahui
oktober 2014 angka kematian ibu ada 7
dengn mengukur ukuran lingkar lengan
kasus. Selain itu faktor penyebab lain dari
atas, bila kurang dari 23,5 cm maka ibu
kurangnya asupan zat besi kehamilan dan
hamil tersebut termasuk kurang energy
persalinan yang berjarak dekat serta ibu
kronik
hamil
(KEK),
ini
berarti
ibu
sudah
mengalami keadaan kurang gizi dalam
yang
pendidikan
dan
tingkat
sosialnya rendah.
jangka waktu yang telah lama, bila ini
Dampak anemia pada kehamilan di
terjadi maka kebutuhan nutrisi untuk
trimester I, II, dan III yaitu menyebabkan
proses tumbuh kembang janin menjadi
rendahnya kemampuan jasmani karena
sel-sel
tubuh
tidak
cukup
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
mendapat
114
pasokan oksigen. Pada wanita hamil,
terdapat
anemia
berpengetahuan kurang tentang gizi ibu
meningkatkan
komplikasi
pada
frekuensi
orang
ibu
hamil
yang
dan
hamil yang menyebabkan rendahnya HB,
persalinan. Resiko kematian maternal,
3 orang yang berpengetahuan cukup dan
angka prematuritas, berat badan bayi lahir
2 orang yang berpengetahuan baik. Selain
rendah, dan angka kematian perinatal
dari wawancara dilihat juga dari tanda
meningkat. Di samping itu, perdarahan
gejala ibu hamil ketika sedang wawancara
antepartum dan postpartum lebih sering
bahwa ibu hamil suka merasa lemas,
dijumpai pada wanita yang anemis dan
cepat
lebih sering berakibat fatal, sebab wanita
berkunang–kunang, mual muntah yang
yang
mentolerir
hebat, pucat, dan konjungtiva anemis. Di
Menurut Soeprono
Puskesmas ini tidak semua orang bisa
menyebutkan, bahwa dampak anemia
mengecek HB nya karena yang berobat di
pada kehamilan bervariasi dari keluhan
Puskesmas ini rata-rata dari kalangan
yang sangat ringan hingga terjadinya
menengah
kebawah
gangguan
mempunyai
uang
anemis
kehamilan
5
tidak
kehilangan darah.
dapat
kelangsungan
kehamilan
(abortus, partus imatur/prematur).
lelah,
mengecek
Pada gangguan proses persalinan
sering
HB
melakukannya
pusing,
mata
yang
tidak
sehingga
untuk
masih
tidak
sehingga
bisa
pemahaman
bisa menyebabkan (inertia, atonia, partus
mengenai pentingnya pemeriksaan Hb
lama, perdarahan atoni), pada gangguan
masih kurang.
masa
nifas
yaitu
bisa
menyebabkan
Pengetahuan
yang
rendah
infeksi dan stress kurang, produksi ASI
terjadinya
rendah),
dan
yang
hamil. Disamping itu masih ditemukan ibu
gangguan
pada
janin
yaitu
(abortus,
yang
menjadi
masih
(subinvolusi rahim, daya tahan terhadap
menyebabkan
dapat
ibu
kejadian
penyebab
anemia
berkunjung
ke
pada
ibu
Puskesmas
dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian
mengalami gejala anemia dengan tanda-
perinatal,
tanda lemah, letih, lesu, pucat, dan mata
dan
lain-
lain).(https://arituti20.wordpress.com/2013/
berkunang-kunang
03/21/73/).
kemudian akan berdiri. Selain itu juga
dari
Menurut rekapitulasi laporan kasus
masih
Dinas
memanfaatkan
Kesehatan
Kota
Cimahi
ada
ibu
saat
hamil
duduk
yang
belum
tambah
darah
Puskesmas
sudah
tablet
terdapat angka kejadian anemia ibu hamil
meskipun
yang
Puskesmas
melakukan penyuluhan kepada ibu hamil
dari 155 ibu hamil di tahun
serta pemberian tablet tambah darah pada
2014 terdapat 61 orang yang menderita
saat melakukan pemeriksaan kehamilan.
anemia. Berdasarkan studi pendahuluan
Sarana pelayanan kesehatan terdekat
melalui wawancara kepada 10 ibu hamil,
bagi masyarakat terutama ibu hamil yang
tertinggi
Citeureup
yaitu
di
petugas
posisi
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
115
bertujuan untuk mendeteksi dini tentang
Teknik Pengumpulan Data
resiko pada kehamilan, kunjungan ibu
Data yang dikumpulkan meliputi :
hamil yang jarang datang ke Puskesmas
a.
dapat
juga
terdeteksinya
mengakibatkan
ibu
hamil
yang
Data
primer
adalah
tidak
dikumpulkan
oleh
yang
dengan
mengukur
data
peneliti
yang
sendiri
tingkat
mengalami anemia. Salah satu penyebab
pengetahuan dengan kategori Baik,
terjadinya anemia pada ibu hamil diduga
Cukup, dan Kurang.
karena rendahnya pengetahuan tentang
b.
Data sekunder adalah jumlah ibu
asupan gizi ketika hamil. Tujuan penelitian
hamil yang tercatat dalam catatan
ini adalah untuk mengetahui Hubungan
puskesmas.
Pengetahuan Tentang Gizi Ibu Hamil
Instrumen Penelitian
dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
di Puskesmas Citeureup Tahun 2015.
Instrumen penelitian yang digunakan
untuk mengumpulkan data adalah berupa
Kuesioner tentang pengetahuan gizi ibu
hamil.
2. METODE PENELITIAN
Pengisian
kuesioner
dengan
Metode yang digunakan dalam
memberikan formulir kuesioner kepada ibu
penelitian ini adalah cross sectional.
hamil yang berkunjung ke Puskesmas
Yaitu
Citeureup Kota Cimahi.
suatu
penelitian
untuk
mempelajari dinamika korelasi antara
pengetahuan
dengan
kejadian,
dengan cara pendekatan, observasi
atau
pengumpulan
data
sekaligus
pada suatu saat (point time approach).
Uji
Validitas
dan
Uji
Realibilitas
Instrumen Penelitian
a.
Uji Validitas
Uji
validitas
digunakan
untuk
mengukur sejauh mana sejauh mana
ketepatan alat ukur dalam mengukur
suatu data. Uji validitas penelitian ini
Populasi dan Sampel
dilakukan di Puskesmas Leuwigajah yang
Populasi
memiliki
karakteristik
sama.
Dengan
Populasi disini adalah ibu hamil
diperoleh hasil dari 20 pertanyaan, ada 3
yang berkunjung ke Puskesmas Citeureup
pertanyaan yang tidak valid, karena r hasil
Kota Cimahi sebanyak 155 orang.
< r tabel (0,444) yaitu pertanyaan no 3 (r
Sampel
=-0,495), pertanyaan no 6 (r=0,386), dan
Teknik
menggunakan
pengambilan
Accidental
sampel
ini
Sampling
pertanyaan no 12 (r= -0,550). Namun
secara
keseluruhan
item
pertanyaan
dengan jumlah sampel yang memiliki
pengetahuan ibu hamil tentang gizi sudah
kriteria adalah 61 responden dengan
reliabel, sehingga bisa mewakili langkah
tingkat kesalahan yang dipilih (d= 0.1).
selanjutnya.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
116
b.
Uji Reliabiltas
disimpulkan bahwa pertanyaan tersebut
Dalam penelitian ini uji reiabilitas
sudah reliabel.
digunakan
tekhnik
alpha
crombach’s,
Prosedur penelitian
dimana suatu instrumen dapat dikatakan
reliabel
apabila
memiliki
Adapun
prosedur
penelitian
atau
koefisien
langkah-langkah ini adalah menyusun
keandalan (alpha)>0,6 (Arikunto, 2010).
proposal, seminar proposal, pelaksanaan
Setelah dilakukan uji coba instrumen
penelitian, analisa data,dan seminar hasil
didapatkan nilai r alpha pengetahuan ibu
penelitian.
hamil tentang gizi adalah 0,881 lebih
dilaksanakan di Puskesmas Citereup Kota
besar dari konstanta (0,6) sehingga dapat
Cimahi, dan berlangsung dari bulan Mei –
Lokasi
penelitian
ini
Juli 2015.
3. HASIL PENELITIAN
1. Pengetahuan Gizi Ibu Hamil
Gambaran responden tingkat pengetahuan ibu hamil pada penelitian ini terdiri atas
baik, cukup, kurang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi Ibu Hamil
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase %
Baik
8
13.1
Cukup
26
42.6
Kurang
27
44.3
Total
61
100
Dari tabel 4.1 di atas diketahui
berpendidikan SD dan SMP dan hanya
bahwa dari 61 orang ibu hamil, terdapat
menjadi ibu rumah tangga sehingga para
sebanyak 8 (13.1%) responden yang
ibu-ibu
memiliki pengetahuan baik, 26 (42.6%)
tentang pentingnya gizi bagi ibu hamil.
responden yang pengetahuannya cukup
Rata-rata
dan sebanyak 27 (44.3%) responden yang
puskesmas citeureup masih belum paham
pengetahuannya
akan pentingnya fungsi vitamin bagi ibu
kurang.
Hal
ini
sangat
hamil
ada
hamil tidak tahu bagaimana seharusnya
memperdulilkan akan pentingnya sebuah
mengkonsumsi makanan yang baik dan
vitamin dan asupan gizi lainnya.
Ibu
pengetahuannya
hamil
kurang
mereka
di
dan
konsumsi.
sehingga
yang
informasi
disebabkan karena sebagian besar ibu
makanan apa yang seharusnya ibu hamil
anak
ibu
kekurangan
tidak
Pihak puskesmas citeureup sering
yang
mengadakan posyandu dan kelas hamil
rata-rata
akan tetapi kesadaran masyarakat binaan
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
117
wilayah
puskesmas
kurang
kesakitan dan kematian. Kecukupan gizi
sadar akan pentingnya informasi yang
sangat dibutuhkan oleh setiap individu,
akan
status
sejak janin yang masih dalam kandungan,
kesehatan mereka menjadi kurang bagus.
bayi, anak–anak, masa remaja, dewasa
Gizi merupakan salah satu penentu
sampai usia lanjut. Ibu dan calon ibu
disampaikan
kualitas
sumber
Kekurangan
kegagalan
gizi
citeureup
sehingga
daya
akan
manusia.
menyebabkan
pertumbuhan
fisik
merupakan
kelompok
rawan
karena
membutuhkan gizi yang cukup sehingga
dan
harus dijaga status gizi dan kesehatannya
perkembangan kecerdasan, menurunkan
agar dapat melahirkan bayi yang sehat
produktifitas kerja dan menurunkan daya
(Marmi, 2013).
tahan tubuh, yang meningkatkan angka
2.
Kejadian Anemia
Gambaran responden kejadian anemia ibu hamil pada penelitian ini terdiri atas anemia
dan tidak anemia dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia pada ibu hamil
Kejadian Anemia
Frekuensi
Persentase %
Anemia
43
70.5
Tidak Anemia
18
29.5
Total
61
100
Dari tabel 4.2 di atas diketahui
bahwa
dari
61
ibu
hamil,
terdapat
Anemia masih tinggi, meskipun telah
dilakukan
penyuluhan
pencegahan
sebanyak 43 (70.5 %) Responden yang
anemia, tetapi belum memberikan hasil
mengalami Anemia dan sebanyak 18
yang maksimal. Karena masih rendahnya
(29.5
tidak
kualitas tata laksana pada kasus Anemia
mengalami Anemia. Menurut ibu hamil
serta belum pahamnya ibu hamil terhadap
(responden), mereka
gizi
%)
Responden
yang
sudah
berupaya
untuk melakukan pencegahan Anemia
yang
harus
dikonsumsi
semasa
kehamilan.
diantaranya meminum tablet zat besi,
makan makanan yang bergizi, tetapi tetap
saja masih mengalami anemia.
Berdasarkan uraian hasil penelitian
di atas, dapat terlihat bahwa masalah
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
118
3. Hubungan Pengetahuan tentang Gizi Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia ibu hamil
Tabel 4.3 Distribusi Tabel Hubungan Pengetahuan tentang Gizi Ibu Hamil dengan Kejadian
Anemia ibu hamil
Pengetahuan
Gizi Ibu hamil
Anemia
F
0
Baik
Kejadian Anemia
Tidak Anemia
%
F
0
8
%
100
Total
%
8
100
Cukup
16
61.5
10
38.5
26
100
Kurang
27
100
0
0
27
100
Total
43
70.5
18
29.5
61
100
Dari tabel 4.3 di atas diketahui bahwa ibu
Sedangkan
hamil yang pengetahuannya baik dan
masih banyak ibu yang belum terlalu
tidak mengalami Anemia sebanyak 8
paham akan pentingnya gizi terhadap
(100%)
janin. Ibu yang sedang hamil harus
responden,
ibu
yang
di
Puskesmas
Citeureup
pengetahuannya cukup dan mengalami
mengkonsumsi
makanan
anemia sebanyak 16 (61.5%) responden
berkualitas.
yang
serta
anemia
makanan lebih banyak dari biasanya.
sebanyak 10 (38.5%) responden dan yang
Selain itu untuk keperluan dirinya, Ibu
pengetahuannya
mengalami
hamil juga harus makan untuk janin yang
anemia sebanyak 27 (100%) responden.
dikandungannya, untuk itu sebaiknya ibu
Ibu hamil yang pengetahuannya baik
hamil harus memenuhi kebutuhan gizi.
mengalami
Dalam pemberian gizi haruslah adekuat,
yang
tidak
mengalami
kurang
anemia
serta
yang
pengetahuannya kurang dan mengalami
artinya
anemia sebanyak 0 (0%).
sehingga
Nilai probabilitas yang dihasilkan
Ibu
sesuai
badan
yang
memerlukan
dengan
kebutuhan
mencapai
kesehatan
optimal.
yaitu Pvalue=0,001<α=0,05 yang artinya <
Maka dari itu pengetahuan sangat
(0,05) maka Ho ditolak dan Ha dierima
penting agar pola hidup dan makanan
maka ada hubungan antara Pengetahuan
yang dikonsumsi ibu hamil sesuai dengan
Gizi ibu hamil dengan kejadian anemia.
kebutuhan nutrisi ibu hamil. Hal ini di
Hasil yang didapatkan tersebut sesuai
dukung oleh teori proses adopsi prilaku
dengan
bahwa
teori
yang
disebutkan
oleh
perilaku
yang
didasari
oleh
(Marmi, 2013) bahwa gizi memegang
pengetahuan akan lebih langgeng dari
peran penting untuk mencegah terjadinya
pada perilaku yang tidak didasari oleh
berbagai masalah kandungan sehingga
pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Selain
menjadi lemah, beresiko dan bahkan bisa
ditunjang dari teori tersebut hasil penelitin
berakibat
ini sesuai dengan jurnal penelitian Eka
buruk
terhadap
janin.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
119
Dwi
Utami,
(2010)
yang
berjudul
darah tanpa ekspansi volume plasma,
Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian
untuk
Anemia
(mencegah kehilangan darah pada saat
Pada
Kehamilan
Di
Poli
Kehamilan RSD Dr. Soegiri Lamongan
ibu
Salah
satu
cara
pencegahan
penyakit Anemia ada 3 yaitu adalah
Selain itu penelitian ini juga sesuai
dengan jurnal penelitian
kebutuhan
melahirkan) dan pertumbuhan janin.
mengatakan bahwa ada hubungan status
gizi dengan kejadian anemia.
memenuhi
Sandrayayuk
dengan Pencegahan primer, sekunder
dan tersier. Peran perawat atau bidan
Marlapan, (2013) yang berjudul Hubungan
puskesmas
Status Gizi dengan Kejadian Anemia Pada
melaksanakan kewajiban mereka untuk
Ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
memberikan edukasi kepada masyarakat
Tuminting Kec. Tuminting Kota Manado
khususnya
mengatakan bahwa ada hubungan status
pencegahan penyakit seperti anemia dan
gizi dengan kejadian anemia.
pemaparan tentang gizi yang baik dan
Untuk pencegahannya setiap ibu
hamil
harus
mengkonsumsi
makanan
setiap
para
minggunya
ibu
hamil
selalu
untuk
seimbang untuk para ibu hamil. Para
perawat
atau
bidan
di
puskesmas
yang kaya akan zat besi, misalnya daging,
citeureup biasanya terbagi atas beberapa
ikan, hati dan sayuran yang berdaun hijau
tugas ada yang di puskesmas dan ada
seperti
yang
bayam,
kangkung
dan
daun
papaya serta melakukan pemeriksaan
kunjungan
ke
warga
untuk
memberikan penyuluhan .
sebelum hamil sehingga dapat diketahui
data-data dasar kesehatan umum calon
ibu
tersebut.
Dalam
pemeriksaan
kesehatan pada ibu hamil sebaiknya
dilakukan juga pemeriksaan laboratorium,
Bila kadar Hb kurang 11 gram% pada
kehamilan dinyatakan termasuk anemia
dan harus diberi suplement tablet besi
yang berisi 60 mg zat besi dan 0,5 mg
asam folat, diminum secara teratur 1
tablet per hari selama 90 hari berturut–
turut, bila kadar Hb masih kurang 11
gram% pemberian tablet dilanjutkan.
Anemia
sering
terjadi
akibat
defisiensi zat besi karena pada ibu hamil
terjadi peningkatan kebutuhan zat besi
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1) Terdapat 8 (13.1%) responden
yang
pengetahuan
(42.6%)
baik,
responden
pengetahuannya
cukup
26
yang
dan
sebanyak 27 (44.3%) responden
yang pngetahuannya kurang.
2) Kejadian Anemia di Puskesmas
Citeureup Kota Cimahi terdapat
sebanyak 43 (70.5 %) responden
yang
mengalami
Anemia
dan
sebanyak 18 (29.5 %) responden
yang tidak mengalami Anemia.
dua kali lipat akibat peningkatan volume
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
120
3) Ada
hubungan
pengetahuan
antara
tentang
gizi
ibu
hamil dengan kejadian anemia
pada ibu hamil di Puskesmas
Citeureup Kota Cimahi dengan
diperoleh
hasil
Phitung=0.001
<α=0.05
B. Saran
Perlu adanya upaya dari puskesmas
Citeureup
terutama
meningkatkan
KIA
untuk
pengetahuan
terus
tentang
pengetahuan gizi ibu hamil agar tidak
terjadi banyak penyakit kehamilan seperti
hipertensi, anemia, KEK ( Kekurangan
energi kronik) yang menyebabkan ibu atau
anak meninggal saat persalinan.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
121
TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PENGOBATAN PADA PENDERITA
HIPERTENSI
KNOWLEDGE ABOUT HYPERTENSION WITH THE TREATMENT COMPLIANCE OF
PATIENTS HYPERTENSION
Atira, Karwati, Dan Teguh Herlambang
Email: [email protected]
Proi S1 KeperawatanSTIKesBudi Luhur Cimahi
ABSTRAK
Kurangnya pengetahuan terhadap penyakit hipertensi diduga dapat mengakibatkan
ketidakpatuhan penderita dalam melakukan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan pengobatan pada
penderita hipertensi di Klinik Sehat Budi Luhur Cimahi. Penelitian ini merupakan penelitian
survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah
653 orang dan jumlah sampel sebanyak 87 orang dengan menggunakan teknik accidental
sampling. Teknik pengumpulan data untuk variabel pengetahuan dan variabel kepatuhan
menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square, dengan kriteria
apabila X2 hitung > X2 tabel maka Ho ditolak atau Ha di terima. Hasil uji statistik chi square
atau X2 hitung (10,391) > x2 tabel2,0.05 (5,991) maka Ho di tolak sehingga dapat disimpulkan
terdapat Hubungan antara Pengetahuan tentang Hipertensi dengan Kepatuhan Pengobatan
Pada Penderita Hipertensi. Dari hasil penelitian tersebut di harapkan bagi Klinik Sehat Budi
Luhur Cimahi dapat mempertahankan dan meningkatkan program penyuluhan tentang
hipertensi dengan waktu yang lebih sering.
Kata Kunci : cross sectional, pengetahuan hipertensi, kepatuhan pengobatan
ABSTRACT
A Lack of knowledge and against disease hypertension can be suspected result in
discompliance patients in doing treatment. The Research aimes to the corelation of
knowledge of hypertension with the treatment compliance of patients hypertension (study
case was taken at klinik sehat budi luhur cimahi). This research survey used analytic
research with the approach of cross sectional. Population this research were amount of 653
responden and the number of samples were 87 responden with use accidental sampling
technique. The technique of collecting data for variable knowledge and variable the
treatment of compliance of using questionnaire. The statistic that we used is chi-square test,
with the criteria when X2 count > X2 table than Ho rejected or Ha accepted. The result of chi
square or X2 count (10,391) > x2 table2,0.05 (5,991), then Ho is rejected so that it can be
concluded there is a connect betwen the corelation knowledge of hypertension with the
treatment compliance of patients hypertension. The Results of the study are expected for a
klinik sehat budi luhur cimahi can maintain and improve the counseling program on
hypertension graduatly.
Keywords: cross sectional, knowledge hypertension, and treatment compliance.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
122
peningkatan tekanan darah diatas normal
1. PENDAHULUAN
yang mengakibatkan peningkatan angka
Di Indonesia, prevalensi hipertensi
atau tekanan darah cukup tinggi. Hasil
riset
kesehatan
sebagian
besar
dasar
kasus
menunjukan,
hipertensi
di
masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini
terlihat dari hasil pengukuran tekanan
darah pada usia 18 tahun ke atas
ditemukan prevalensi hipertensi sebesar
kesakitan
kematian
sudah
mengetahui
memiliki
hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang
minum
obat
hipertensi.
Hal
ini
menunjukan, 76% kasus hipertensi di
masyarakat belum mengetahui bahwa
mereka menderita hipertensi (Riskesdas,
2010).
hipertensi dan jantung di atas rata-rata
tingkat nasional. Hal tersebut dikarenakan
masih tingginya perokok aktif di Jawa
Barat yang mencapai 26,7%, sehingga
Jawa Barat menempati urutan tertinggi
secara
nasional
hipertensi.
prevalensi
Tingkat
penyakit
prevalensi
atau
kemungkinan terkena hipertensi di Jawa
Barat mencapai 9,5%, sementara ratarata nasional hanya 7,2% (Anonim, 2009),
Jawa Barat Awas Ancaman Hipertensi
dan
Jantung,
¶
3,
http://www.kesehatan.kompas.com,
diperoleh tanggal 18 Februari 2015).
Hipertensi adalah suatu keadaan
dimana
seseorang
Tekanan
darah
sistolik 140 menunjukan fase darah yang
sedang di pompa oleh jantung dan fase
diastolik 90 menunjukan fase darah yang
kembali ke jantung. (Triyanto, 2014).
Penanganan
Hipertensi
dan
lamanya pengobatan dianggap kompleks
karena tekanan darah cenderung tidak
stabil. Penyakit ini bertanggung jawab
terhadap
tingginya
dikarenakan
biaya
alasan
pengobatan
tingginya
angka
kunjungan ke dokter, perawatan di rumah
dan
penggunaan
obat
jangka
panjang (Triyanto, 2014).
Provinsi Jawa Barat (2009) menyatakan,
tingkat kemungkinan terkena penyakit
(mortalitas).
angka
dalam setiap denyut jantung yaitu fase
sakit
Menurut Kepala Dinas Kesehatan
dan
140/90 mmHg didasarkan pada dua fase
31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk
yang
(morbiditas)
Adapun tujuan dari pengobatan
hipertensi adalah untuk mengendalikan
atau mengontrol tekanan darah pada
kondisi
yang
stabil
dan
mencegah
terjadinya komplikasi akibat hipertensi.
Oleh karena itu di perlukan kepatuhan
melakukan
pengobatan
terhadap
hipertensi, karena dapat mengendalikan
hipertensi.
harus
Penderita
mengontrol
hipertensi
tekanan
tetap
darahnya
secara berkala dan mengkonsumsi obat
untuk
tekanan
mempertahankan
darah
yang
agar
target
optimal
tetap
tercapai. Menurut Wolf (2008), bahwa
penderita hipertensi sering memutuskan
berhenti berobat, karena merasa dirinya
sudah
sembuh,
padahal
pencegahan
mengalami
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
123
terhadap timbulnya komplikasi merupakan
2. METODO PENELITIAN
salah satu target utama pengobatan.
Penelitian ini merupakan penelitian
Kepatuhan pengobatan pada pasien
survey
analitik
dengan
rancangan
berpengaruh terhadap tingkat kesehatan.
penelitian cross sectional yaitu suatu
Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat
penelitian observasional, yang dilakukan
optimal tanpa adanya kesadaran dari
untuk
pasien
dapat
independen dengan variabel dependen
menyebabkan kegagalan terapi, serta
dimana pengukurannya dilakukan pada
dapat pula menimbulkan komplikasi yang
suatu
sangat merugikan dan pada akhirnya
berdasarkan buku Nursalam ( 2013).
itu
sendiri,
bahkan
akan berakibat fatal (Pratiwi, 2011).
mengetahui
saat
atau
Variabel
hubungan
secara
penelitian
variabel
bersamaan
independen
Hipertensi di Klinik Sehat Budi Luhur
dalam penelitian ini adalah pengetahuan
Cimahi Tahun 2014 berada pada urutan
tentang hipertensi. Sedangkan Variabel
ketiga setelah ISPA dan Febris yaitu
dependen dalam penelitian ini adalah
sebanyak 653 orang penderita Hipertensi.
kepatuhan pengobatan pada penderita
Berdasarkan
hipertensi (Nursalam, 2013).
yang
hasil
dilakukan
studi
pendahuluan
peneliti
bahwa
Definisi operasional ini menjelaskan
pengetahuan pasien tenatng hipertensi
semua
tersebut kurang sehingga tidak patuh
digunakan
melakukan pengobatan. Tujuan penelitian
operasional,
ini
pembaca atau penguji dalam mengartikan
untuk
mengetahui
hubungan
variabel
dalam
dan
istilah
penelitian
sehingga
yang
secara
mempermudah
pengetahuan tentang hipertensi dengan
makna
kepatuhan pengobatan pada penderita
Penjelesan Definisi Operasional dapat
hipertensi di Klinik Sehat Budi Luhur
dilihat pada Tabel 1 berikut ini:
penelitian
(Nursalam,
2013).
Cimahi.
Tabel 1 Definisi Operasional
N
Variabel
Definisi Operasional
1.
Pengetahuan
Melakukan pengukuran
Pengetahuan responden
mengenai hipertensi
.
Kepatuhan
pengobatan
Melakukan pengkuran
Kepatuhan pengobatan
perilaku pasien
o.
Alat Ukur
Angket
(Kuesioner)
Angket
(kuesioner)
Hasil Ukur
Skala
1. Kurang:jika nilai < Ordinal
56%
2. Cukup:jika nilai56%75%
3. Baik:jika nilai > 75%
0. Tidak Patuh: Jika
nilai Median < 28
Ordinal
1. Patuh:
Jika
nilai
Median> 28
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
124
Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Nursalam, (2013) populasi
hipertensi yang berkunjung ke Klinik
adalah subjek (misalnya manusia, klien)
Sehat Budi Luhur sebanyak 653 kasus.
yang
Sedangkan teknik sampling berdasarkan
memenuhi
ditetapkan.
kriteria
Adapun
yang
populasi
telah
dalam
penelitian ini adalah seluruh penderita
rumus
pada
Notoatmodjo
(2010)
didapatkan sebesar 87 Orang
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian melalui tahap
empat tahapan dalam pengolahan data
persiapan yaitu menentukan bidang yang
yang harus dilalui yaitu:Editing, Coding,
akan
Processing, dan Cleaning,
diteliti,Mencari
masalah
dan
menentukan tempat penelitian, Mencari
data-data dan referensi yang mendukung
penelitian,
Membuat
pendahuluan,
surat
izin
Melakukan
penduhuluan,
Menyusun
penelitian
melakukan
dan
Analisis Data
studi
Analisis data menggunakan analisis
studi
univariat untuk mendapatkan gambaran
proposal
distribusi dan
frekuensi dari variabel
konsultasi
independen yaitu pengetahuan tentang
dengan pembimbing, dan Melaksanakan
hipertensi dan variabel dependen yaitu
sidang
Pelaksanaan
kepatuhan pengobatan pada penderita
yaitu: Membuat surat izin uji validitas dan
hipertensi, data disajikan dalam bentuk
penelitian, Mandapatkan surat izin uji
tabel dan diinterpretasikan. Sedangkan
validitas dan penelitian, serta Melakukan
Analisis Bivariat untuk melihat hubungan
informed
antara
proposal.
consent
Tahap
kepada
responden,
variabel
Mendapatkan persetujuan dari responden,
pengetahuan
Melakukan
pengisian
variabel
responden,
Melakukan
kuesioner
oleh
independen
tentang
dependen
hipertensi
yaitu
yaitu
dan
kepatuhan
observasi dan
pengobatan pada penderita hipertensi.
mencatat hasil observasi, dan Melakukan
Karena variabel independen dan variabel
pengolahan data dan menganalisis data.
dependen dalam penelitian ini merupakan
Tahap Akhir yaitu Penyusunan laporan
variabel kategorik, maka uji statistik yang
penelitian, Penyajian hasil penelitian, dan
digunakan adalah uji Chi square (X2).
Melaksanakan sidang akhir.
Dalam penelitian ini batas kemaknaan
(alpha) adalah 0,05 (95%).
Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan Data Menurut Riyanto
(2007)
agar
analisis
menghasilkan
informasi yang benar, paling tidak ada
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
125
Etika Penelitian
Menurut
4. HASIL PENELITIAN DAN
Hidayat
(2007)
untuk
PEMBAHASAN
mencegah timbulnya masalah etika, maka
dilakukan
hal
Informed
Berdasarkan
consent,
dalam
Anonimity dan Confidentiality.
mengetahui
tentang
Lokasi dan Waktu Penelitian
Budi
Luhur
Cimahi.
ini
dilakukan
gambaran
hipertensi,
univariat
untuk
pengetahuan
dan
mengetahui
gambaran kepatuhan pengobatan pada
Penelitian ini dilaksanakan di Klinik
Sehat
penelitian
Analisis
penderita hipertensi di Klinik Sehat Budi
Waktu
Luhur Cimahi, seperti pada Tabel berikut
penelitian dilaksanakan pada bulan Maret
ini:
– Juni, 2015.
Tabel 2 Distribusi frekuensi penderita mengenai pengetahuan tentang
Hipertensi
Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
Jumlah
14
23
50
Persentase %
16,1
26,4
57,5
Total
87
100
Sumber: Data Primer 2015
Tabel 3 Distribusi frekuensi penderita mengenai kepatuhan pengobatan
pada penderita hipertensi
Kepatuhan
Tidak Patuh
Patuh
Total
Sumber: Data Primer 2015
Jumlah
41
46
87
Persentase %
47,1
52,9
100
Analisis Bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan pengobatan pada hipertensi di Klinik
Sehat Budi Luhur Cimahi.
Tabel 4 Distribusi penderita mengenai hubungan pengetahuan tentang
hipertensi dengan kepatuhan pengobatan pada penderita
hipertensi
Kepatuhan Melaksanakan
Pengobatan Hipertensi
Pengetahuan
Tidak Patuh
Patuh
N
%
N
%
Kurang
10
71,4
4
28,6
Cukup
15
65,2
8
34,8
Baik
16
32,0
34
68,0
Jumlah
41
47,1
46
52,9
Sumber: Data Primer 2015
Total
N
14
23
50
87
%
100
100
100
100
Nilai T
hitung
10,391
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
126
Berdasarkan hasil penelitian yang
melaksanakan pengobatan Brunner &
dilakukan kepada 87 orang penderita
Suddarth,
hipertensi di Klinik Sehat Budi Luhur
Pemahaman yang menyeluruh terhadap
Cimahi,
menunjukan
penyakit hipertensi diharapkan mampu
bahwa sebagian besar dari responden
meningkatkan kepatuhan pasien dalam
yang pengetahuannya kurang tidak patuh
melaksanakan pengobatan hipertensi.
Hasil
penelitian
melaksanakan
pengobatan
hipertensi.
(dalam
Yuliarti,
Dari pengalaman
dan
2012).
penelitian
kemudian dari hasil analisis data dengan
terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
menggunakan statistik didapatkan nilai
pengetahuan akan lebih langgeng dari
Chi Square (10,931), artinya bahwa ada
pada perilaku yang tidak didasari oleh
hubungan
pengetahuan.
pengetahuan
penderita
Sebelum
seseorang
hipertensi
dengan
kepatuhan
mengadopsi perilaku (berperilaku baru),
melaksanakan
pengobatan
hipertensi.
dia harus tahu terlebih dahulu apa arti
Sehingga
bahwa
atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya
tentang
(Notoatmodjo, 2010). Maka, kepatuhan
dalam
penderita hipertensi dalam melakukan
melaksanakan pengobatan hipertensinya
pengobatan akan dapat dipertahankan
akan
dalam
semakin
dapat
disimpulkan
baik
hipertensi
pengetahuan
maka
semakin
kepatuhan
baik.
Sebaliknya
jika
jangka
waktu
pengetahuan penderita hipertensi tentang
langgeng),
hipertensi kurang maka kepatuhan dalam
mempunyai
melaksanakan pengobatan hipertensinya
terhadap hipertensi.
akan semakin kurang atau bahkan tidak
patuh.
jika
lama
penderita
pengetahuan
(bersifat
hipertensi
yang
baik
Hal ini terbukti bahwa penderita
hipertensi di Klinik Sehat Budi Luhur
Pemahaman
yang
menyeluruh
Cimahi
diketahui
ada
sebanyak
mengenai penyakit hipertensi, cara kerja
penderita
obat, kebiasaan hidup dan mengontrol
pengetahuannya kurang, dengan jumlah
hipertensi
penting
yang
secara
teratur
sangatlah
10 (71,4%) penderita tidak patuh terhadap
diketahui
oleh
penderita
pengobatan, dan 4 (28,6%) penderita
ketidakpatuhan
patuh terhadap pengobatan, selanjutnya
hipertensi,
karena
terhadap
program
masalah
hipertensi
14
yang
hipertensi.
terapi
besar
Konsep
merupakan
bagi
penderita
bahwa
penyakit
ada 23 penderita yang pengetahuannya
cukup,
dengan
penderita
tidak
jumlah
15
patuh
(65,2%)
terhadap
hipertensi hanya dapat dikontrol dan tidak
pengobatan dan 8 (34,8%) penderita
dapat
untuk
patuh terhadap pengobatan, kemudian
diketahui oleh pasien. Bimbingan dan
ada sebanyak 50 penderita hipertensi
penyuluhan
yang
disembuhkan
secara
penting
terus
menerus
diperlukan agar penderita hipertensi patuh
pengetahuannya
baik,
dengan
jumlah 16 (32,0%) tidak patuh terhadap
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
127
pengobatan dan 34 (68,0%) penderita
itu
patuh terhadap pengobatan. maka dapat
kesadaran dan sikap yang positif maka
disimpulkan bahwa kepatuhan penderita
perilaku tersebut tidak akan berlangsung
hipertensi di Klinik Sehat Budi Luhur
lama.
Cimahi dalam melakukan pengobatan
tidak
didasari
oleh
Pengetahuan
pengetahuan,
akan
membuat
hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh
seseorang berpikir dan berusaha untuk
pengetahuan
menjaga kesehatannya. Dalam berpikir ini
mereka
terhadap
penyakitnya.
komponen emosi dan keyakinan ikut
Oleh
sebab
itu,
diperlukan
pendidikan
kesehatan
untuk
meningkatkan
kepatuhan
penderita
bekerja.
Misalnya
seorang
telah
mendengar
hipertensi
penderita
penyakit hipertensi (penyebab, gejala,
hipertensi dalam melakukan pengobatan
dampak,
pencegahannya,
hipertensi.
sebagainya).
Pengetahuan
Pendidikan
kesehatan
tentang
dan
ini
akan
merupakan suatu upaya atau kegiatan
membawa pasien untuk berpikir dan
untuk menciptakan perilaku masyarakat
berusaha agar penyakit hipertensi yang
yang kondusif terhadap kesehatan. Tujuan
dialaminya tidak bertambah parah. Dalam
pendidikan
berpikir
kesehatan
pada
akhirnya
bukan hanya untuk mencapai “melek
kesehatan
(health
masyarakat
saja.
penting
ialah
literacy)”
Namun
yang
mencapai
ini
komponen
emosi
dan
keyakinan ikut bekerja sehingga pasien
pada
tersebut
lebih
pengobatan hipertensi secara teratur dan
perilaku
berniat
menjalankan
untuk
program
kesehatan (healthy behavior). Kesehatan
disarankan
bukan hanya untuk diketahui (Knowledge)
(Notoatmodjo, 2010).
oleh
melakukan
terapi
petugas
yang
kesehatan
dan disikapi (attitude), melainkan harus
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
(Practice). Hal ini berarti bahwa tujuan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan penelilitian ini sebagai
pendidikan kesehatan adalah mengubah
beriikut:
perilaku
masyarakat
1) Tingkat pengetahuan pasien tentang
sehingga sesuai dengan norma-norma
Hipertensi, sebagian besar memiliki
hidup sehat (Notoatmodjo, 2010).
pengetahuan
individu
Menurut
Notoatmodjo,
atau
Rogers
2010)
(1974,
bahwa
dalam
57,5%.
apabila
2) Kepatuhan
baik
yaitu
sebanyak
pengobatan
pada
penerimaan perilaku baru atau adopsi
penderita hipertensi, sebagian besar
perilaku
penderita patuh dalam pengobatan
didasari
oleh
pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(long lasting). Sebaliknya apabila perilaku
hipertensi yaitu sebanyak 52,9%.
3) Adanya
Hubungan
pengetahuan
tentang hipertensi dengan kepatuhan
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
128
pengobatan pada penderita hipertensi.
Hal ini dibuktikan dengan nilai Chi
Square atau T hitung (10,931).
Lumbantobing. 2008. Tekanan Darah
Tinggi.
Jakarta:
Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Saran
Saran dari penelitian ini adalah
tingkatkan
derajat
kesehatan
dalam
menurunkan angka kejadian Hipertensi
dan tingkatkan lagi kepatuhan pengobatan
hipertensi
Hidayat, A Azis Alimul. 2007. Riset
Keperawatan
dan
Teknik
Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika.
dengan
mempertahankan
program penyuluhan tentang hipertensi
dengan waktu yang lebih sering dan
melakukan program pemberian informasi
melalui sms (message) Broadcast tentang
jadwal kunjungan dan minum obat.
Muhammadun. 2010. Hidup bersama
hipertensi. Yogyakarta: In Books.
Niven, Neil. 2002. Psikologi Kesehatan.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Purwati, Susi., Salimar., & Rahayu, Sri.
2004. Perencanaan Menu Untuk
Penderita Tekanan Darah Tinggi.
Jakarta: PT. Penebar Swadaya.
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami
dan
Menghindari
Hipertensi,
Jantung dan Stroke. Yogyakarta:
Dianloka Pustaka.
Pratiwi, Denia. 2011. Pengaruh Konseling
Obat Terhadap Kepatuhan Pasien
Hipertensi Di Poliklinik Khusus
RSUP DR. M. Djamil Padang,
tersedia
di
http://pasca.unand.ac.id, diperoleh
tanggal 22 Februari 2015
Brunner & Suddarth. 2004. Keperawatan
Medikal Bedah Volume 2. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Riskesdas,
2010,
tersedia
http://www.k4health.org, diperoleh
tanggal 26 Februari 2015.
Rudianto. 2013. Menaklukan Hipertensi
dan Diabetes. Yogyakarta: PT.
Sakhasukma
Riyanto, Agus. 2007. SPSS Untuk
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Rosiana.
Ayu.
2014.
Pengaruh
Pendampingan
Perilaku
Diet
Hipertensi Terhadap Kepatuhan
Diet Pada Penderita Hipertensi di
Kampung Sanggrahan, tersedia di
http://pasca.unand.ac.id, diperoleh
tanggal 22 Februari 2015
Shadine, Mahannad. 2010. Mengenal
Penyakit Hipertensi, Diabetes,
Stroke & serangan Jantung.
Jakarta: PT. Keenbook
DAFTAR PUSTAKA
Evadewi, Putu. & Sukmayanti, Karisma.
2013. Kepatuhan Mengonsumsi
Obat
Pasien Hipertensi Di
Denpasar Ditinjau Dari Kepribadian
Tipe A Dan Tipe B. Yogyakarta:
Fakultas Psikologi, Universitas
Udayana,
tersedia
di
http://pasca.unand.ac.id, diperoleh
tanggal 22 Februari 2015
Stanley, Hubungan antara Dukungan
Keluarga dengan Kepatuhan Diet
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
129
Aplikasinya dalam Perawatan.
Yogyakarta: Amara Books.
Rendah Garam pada Lansia
Penderita Hipertensi di Desa
Bakarejo
Kecamatan
Guntur
Kabupaten Demak., 2006, tersedia
di
http://pasca.unand.ac.id,
diperoleh tanggal 27 Februari
2015.
Triyanto,
Endang.2014.
Pelayanan
Keperawatan
Bagi
Penderita
Hipertensi
Secara
Terpadu.
Yogyakarta:Graham Ilmu
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R &
Bandung: IKAPI.
Udjianti, Juni Wajan. 2010. Keperawatan
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba
Medika.
Sutanto. 2010. Cekal Penyakit Modern
Hipertensi,
Stroke,
Jantung,
Kolesterol,
dan
Diabetes.
Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Wolff, Hanns Peter. 2008. Hipertensi Cara
Mendeteksi
dan
Mencegah
Tekanan Darah Tinggi Sejak Dini.
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Sutedjo, AY. 2008. Mengenal ObatObatan Secara Mudah dan
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
130
Petunjuk Penulisan Jurnal Ilmiah STIKes Budi Luhur Cimahi
1. Jurnal Ilmiah STIKes Budi Luhur Cimahi menerima tulisan ilmiah berupa hasil penelitian,
telaah pustaka, atau review yang berkaitan dengan bidang keperawatan, kebidanan,
kesehatan masyarakat dan sains.
2. Naskah diutamakan yang belum pernah diterbitkan dimedia lain, baik cetak maupun
elektronik. Jika sudah pernah disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah hendaknya
diberi keterangan yang jelas mengenai nama, tempat, dan tanggal berlagsungnya
pertemuan tersebut.
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia baku dan bahasa Inggris dengan huruf Arial 10,
naskah disusun dengan sistematika sebagai berikut:
a. Judul naskah ditulis dengan huruf kapital, singkat, dan jelas serta mencerminkan isi
tulisan, tidak lebih dari 12 kata (bahasa Indonesia) atau 10 kata (bahasa Inggris).
b. Nama penulis tanpa gelar, diikuti alamat instansi masing-masing dan disebutkan
alamat korespondensi kepada penuullis lengkap dengan alamat e-mail.
c. Abstrak dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, masing-masing maksimum 165
kata, dilengkapi dengan kata kunci (keywords) 4-5 kata.
d. Isi/batang tubuh:
1)
Untuk tulisan berupa laporan hasil penelitian, disusun dengan sistematika
sebagai berikut: Pendahuluan (Introduction), Metode Penelitian (Materials and
and Methods), Hasil dan Pembahasan (Result and Discussion), Kesimpulan dan
Saran (Conclusion).
2)
Untuk tulisan bukan laporan hasil penelitian, disusun dengan sistematika
sebagai berikut: Pendahuluan, Bagian-bagian sesuai topik tulisan, serta Penutup
berupa kesimpulan dan Saran.
e. Daftar Pustaka (References) ditulis berurutan dengan Nomor Arab (1, 2, 3, dst.) dengan
urutan pemunculan berdasarkan nama penulis secara alfabetis dengan sistem Harvard.
Publikasi dari penulis yang sama dan dalam tahun yang sama ditulis dengan cara
menambahkan huruf a, b, atau c, dan seterusnya tepat dibelakang tahun publikasi (baik
penulisan dalam daftar pustaka maupun sitasi dalam naskah tulisan). Alamat Internet
ditulis menggunakan huruf Italic, contoh:
1) Buller H, K. Hoggart .1994. New Drugs for Acute Respiratory Distress Syndrome.
New England J Med 337(6): 435-439.
2) Buller H, K. Hoggart. 1994b. The Sosial Integrationof British Home Owners Into
Rench Rural Communities. J Rural Studies 10(2):197-210.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
131
3) Dowor M. 1977. Planning aspects of Second homes, di dalam Coppock JT
(ed), Second homes: Curse or Blessing? Poxford: Pergamen Pr. Hlm 210237.
4) Grinspoon L., Bakalar JB. 1993. Marijuana: the Forbidden Medicine. London:
Yale Univ Press.
5) Palmer FR. 1986. Mood and Modality. Cambridge: Cambridge univ Press.
4. Sitasi/rujukan kepustakaan dilakukan dengan mencantumkan nama penulis dan
tahun penerbitan yang diletakkan dalam tanda kurung. Contoh: Respons dipengaruhi
oleh beberapa stimulus, meliputi stimuli fokal, kontekstual, dan residual (Friedman,
1988).
5. Untuk penulisan keterangan gambar, ditulis Gambar 1; Grafik. dsb.
6. Bila sumber Gambar diambil dari buku atau dari sumber lain, maka dibawa
keterangan gambar ditulis nma penulis dan tahun penerbitan.
7. Tabel harus utuh, jelas terbaca, dibuat dengan format tabel pada Microsoft Words,
tanpa garis pembatas kolom dan baris pada badan tabel, diletakkan simetris
ditengah area pengetikan, diberi judul dan tabel dengan angka arab 1, 2, 3,... dst.
8. Naskah dikirim dalam bentuk cetakan (hard copy) dan berkas elektronik (dalam
bentuk CD) melalui pos/kurir atau diantar sendiri ke sekretariat jurnal.
9. Naskah yang diterima akan detelaah oleh Redaksi/Editor/Mitra Bestari, apabila
diperlukan akan diberi catatan dan dikembangkan kepada penulis untuk direvisi,
untuk selanjutnya dikirimkan kembali secara utuh ke pada redaksi jurnal untuk
diterbitkan.
__________ Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi, Volume 9 No.1,Januari 2016
132
Download