Terminologi Konstruksivisme - PPTA

advertisement
PEMBUATAN FILM PENDEK LIVE SHOT BERGENRE
DRAMA SOSIAL DENGAN TEKNIK SPLIT SCREEN BERJUDUL
“NOT ME”
Yohanes Erwin Priyanto 1)
1) Program Studi DIV Komputer Multimedia STIKOM Surabaya Email: [email protected]
abstract
Abnormal behavior is a branch of psychology that investigates all forms of mental disorder and
mental abnormality. One is a schizophrenic who has a sense of mental disorders and the general public
can call it crazy. The occurrence of abnormal behavior due to a shift in the prevailing values in society.
London Psychiatric Hospital (RSJB) recorded an average increase in the number of patients reached
1,000 patients per year. In 2002, the number of patients at 12 thousand people RSJB, 2003 by 13
thousand, 2004 by 14 thousand, and in 2005 as many as 15 thousand patients. The percentage of patients
with schizophrenia is a disease mode occurs at age 30-35 years and the disease can affect the age of 20
years with the percentage of 10%, at the age of 20-40 years about 65%, and at the age above 40 years
about 25%. As a source of information to the public, the illness of schizophrenia will be packaged in a
short film.
The short film is a film of short duration, but with a shorter duration of the film-makers can more
selectively disclose material displayed through each shoot will have a significant meaning to be
interpreted by penontonnnya. Development of film industry in the world today not only in production
through production houses alone. But there are many works of films produced by filmmakers, young
filmmakers to produce a moving picture of the work independently. In the film could use some techniques
that became the focus of the appeal to the audience that watched the movie.
One technique used in making the film is split screen technique. The technique has a typical split
screen split screen monitor by combining multiple scenes. In every scene there will be a shared meaning
in each of the pieces of the image contained within a single screen. By using the split screen technique
will support the meaning of schizophrenia imaging character or actor who has lots of personality. On
each piece of the picture has the meaning of personality that is run by a character or actor who has
schizophrenia.
Keywords: Schizophrenia, Short Film, Split Screen
Banyak
perilaku
abnormal
yang
berkembang di masyarakat. Perilaku abnormal
adalah salah satu cabang psikologi yang
menyelidiki segala bentuk gangguan mental dan
abnormalitas jiwa (Kartini, 2000). Salah satunya
adalah skizofrenia yang memiliki arti gangguan
jiwa dan bagi masyarakat awam dapat
menyebutnya dengan istilah gila. Terjadinya
perilaku abnormal karena adanya pergeseran
nilai yang berlaku di masyarakat. Akibat yang
ditimbulkan dari gangguan jiwa ini adalah
hilangnya perasaan respon emosional dan
menarik diri dari hubungan antarpribadi normal.
Hal ini yang melandasi dibuatnya film pendek
live shot bergenre drama sosial dengan
menggunakan teknik split screen yang berjudul
“Not Me”
Skizofrenia adalah penyakit otak yang
berkembang akibat ketidakseimbangan pada
dopamin, yaitu salah satu sel kimia otak
(Health). Istilah skizofrenia dianjurkan oleh
Eugen Bleuler (1957-1938) karena menurutnya
sebutan ini menonjolkan gejala utama penyakit
tersebut yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya
keretakan atau disharmoni antara proses
berpikir, perasaan dan perbuatan. Schizos yang
berarti pecah belah atau bercabang dan phren
yang berarti jiwa (Tri Kurniati Ambarini,
2007). Gejala ini juga disertai dengan delusi
(keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi
tanpa ada rangsangan dari panca indra).
Psikologi abnormal atau psikopatologi sebagai
lapangan psikologi yang berhubungan dengan
kelainan atau hambatan kepribadian, yang
menyangkut
proses
dan
isi
kejiwaan
1
(Dirgagunarsa, 1999). Tercatat di data Amerika
Serikat, setiap tahun terdapat 300.000 pasien
skizofrenia dan 20-50% pasien skizofrenia
melakukan pencobaan bunuh diri serta 10%
diantaranya berhasil melakukan bunuh diri
bahkan penyakit skizofrenia merupakan
penyebab kematian 8 kali lebih tinggi dari
angka kematian penduduk pada umumnya
(Association, 1995).
Sekitar + 0,2 – 1% dari populasi penduduk
dunia diperkirakan mengalami gangguan jiwa
skizofrenia (Sani, 1990). Di Indonesia sendiri
diperkirakan sekitar 1-2 juta penduduk
mengalami gangguan jiwa yang sama dan hanya
7000-10000 penderita yang telah memperoleh
penanganan secara medis. Peningkatan kasus
gangguan psikologis telah terdeteksi mulai
tahun 1990, salah satunya tampak dari
pernyataan Kasudin Kesmas Jakarta Barat,
Ariani Murti, mengatakan survei dari Dinas
Kesehatan pada tahun 1995 menunjukan, 2530%
pengunjung
pukesmas
mengalami
gangguan psikis. Data yang ditunjukan oleh
survei yang dilakukan Direktorat Kesehatan
Jiwa pada tahun 1996 di 10 kotamadya
memperlihatkan bahwa dari peserta survei,
1,75% menderita skizofrenia, 4,1% menderita
depresi, 7,89% menderita gangguan cemas,
13,45% menderita gangguan somatoform dan
2,05% menderita gangguan konversi.
Rumah Sakit Jiwa Bandung (RSJB)
mencatat rata-rata peningkatan jumlah pasien
mencapai 1.000 pasien per tahun. Pada tahun
2002, jumlah pasien di RSJB 12 ribu orang,
2003 sebanyak 13 ribu, 2004 sebanyak 14 ribu,
dan tahun 2005 sebanyak 15 ribu pasien.
Persentase penderita skizofrenia adalah modus
penyakit terjadi pada usia 30-35 tahun dan
penyakit ini dapat menyerang usia 20 tahun
dengan persentase 10%, pada usia 20-40 tahun
sekitar 65%, dan pada usia diatas 40 tahun
sekitar 25% (Sutatminigsih, 2002).
Seorang penderita skizofrenia muncul
dalam bentuk biologis ataupun sosial. Dalam
bentuk biologis adanya halusinasi, delusi dan
proses berpikir terganggu. Secara sosial,
penderita skizofrenia kehilangan minat dan
dorongan untuk melakukan kegiatan sehari-hari,
termasuk memelihara diri, kebersihan badan dan
kesulitan untuk mengikuti kegiatan. Penderita
skizofrenia sering mengalami kegagalan dalam
menjalankan fungsi sosial dalam menghadapi
masalah yang berhubungan dengan ketrampilan
interpersonal. Akhirnya penderita skizofrenia
mengalami isolasi sosial yaitu dalam bentuk
menarik diri, tidak mau bergaul, menghindar
untuk berhubungan dengan orang lain.
Menurut Hurlock didalam buku psikoligi
perkembangan ada Beberapa hal yang membuat
penyesuaian diri menjadi sulit adalah kurang
ada
persiapan
menghadapi
jenis-jenis
permasalahan bahkan pendidikan di sekolah
atau akademi hanya merupakan latihan-latihan
dalam menyelesaikan masalah dengan waktu
yang terbatas. Pada usia ini orang muda
mencoba menguasai dua atau lebih ketrampilan
serempak
yang
biasanya
menyebabkan
keduanya
kurang
berhasil.
Sehingga
penyesuaian diri terhadap beberapa ketrampilan
yang dilakukan secara bersamaan menjadi
kurang berhasil. Permasalaan yang paling berat
adalah orang muda tidak mendapat bantuan
dalam menyelesaikan masalahnya, bebeda
ketika mereka masih remaja.
Film pendek merupakan film yang
durasinya pendek, tetapi dengan durasi yang
pendek tersebut para pembuat film dapat lebih
selektif
mengungkapkan
materi
yang
ditampilkan melalui setiap shot akan memiliki
makna yang cukup besar untuk ditafsirkan oleh
penontonnnya. Perkembangan di dunia industri
perfilman sekarang ini tidak hanya di produksi
melalui rumah-rumah produksi saja. Melainkan
banyak pula karya-karya film yang dihasilkan
oleh
sineas-sineas
muda
yang
dapat
menghasilkan sebuah karya yang berupa moving
picture secara independent.
Genre dapat dipahami sebagai sistem
orientasi, ekspektasi dan konvensi yang beredar
di industri, teks dan subyek (Neale, 1981).
Genre
dikategorigorisasi
teks
media
berdasarkan karakteristik. Kajian film dapat
diaplikasikan dalam fiksi, musik dan televisi
populer dan juga media yang biasanya tidak
dipikirkan dan istilahnya lebih generik seperti
majalah atau bahkan berita. Salah satu genre
film adalah drama sosial yang merupakan
indentifikasi permasalahan di masyarakat yang
bersifat memberi pendidikan dan komunikatif.
2
Dalam
pembuatan
film
dapat
menggunakan beberapa teknik yang menjadi
fokus daya tarik audien kepada film yang
ditontonnya. Salah satu teknik dalam membuat
film adalah menggunakan teknik split screen.
Teknik split screen memiliki ciri khas membagi
layar monitor dengan menggabungkan beberapa
adegan. Di setiap adegan akan terdapat makna
yang dibagi dalam setiap potongan-potongan
gambar yang terdapat dalam satu layar tersebut.
Dengan menggunakan teknik split screen akan
mendukung makna pencitraan tokoh atau aktor
skizofrenia yang memiliki banyak kepribadian.
Di setiap potongan gambar akan memiliki
makna kepribadian yang dijalankan oleh tokoh
atau actor yang mengalami skizofrenia.
TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
pembuatan film pendek ini adalah:
1.
2.
Memberikan
pembelajaran
kepada
masyarakat tentang penyakit skizofrenia
menggunakan
pesan-pesan
yang
disampaikan melalui film pendek.
Pendidikan psikologi bagi orang-orang
muda bahwa skizofrenia dapat terjadi di
usia muda yang dapat diambil dari
perilaku subyek dalam film pendek ini.
KAJIAN PUSTAKA
Skizofrenia
Skizofrenia adalah salah satu gangguan
jiwa yang menimbulkan dampak berupa beban
bagi individu yang menderita gangguan tersebut
dan juga terhadap keluarga serta masyarakat
(Health, Schizophrenia, 2001). Gejala ini juga
disertai dengan delusi (keyakinan yang salah)
dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsangan
dari panca indra). Psikologi abnormal atau
psikopatologi sebagai lapangan psikologi yang
berhubungan dengan kelainan atau hambatan
kepribadian, yang menyangkut proses dan isi
kejiwaan
(Dirgagunarsa,
1999).
Istilah
skizofrenia menurut Eugen Bleuler (1957-1938)
adalah jiwa yang terpecah belah, adanya
keretakan atau disharmoni antara proses
berpikir, perasaan dan perbuatan. Istilah schizos
yang berarti pecah belah atau bercabang dan
phren yang berarti jiwa (Tri Kurniati Ambarini,
2007).
Skizofrenia
tidak
akan
menghilangkan
kehidupan personal seseorang (Hartanto, 2003).
Penderita skizofrenia tetap sebagai pelaku moral
yang bersifat otonom untuk memilih pilihan
yang terbaik bagi dirinya sendiri. Dalam
penderita skizofrenia akut dapat menimbulkan
pemikiran yang tidak rasional yang akan
berakibat bunuh diri
(Association, 1995).
Penderita skizofrenia juga dapat ditinjau dari
faktor perkembangan kepribadiannya. Setiap
orang memiliki perkembangan kepribadian yang
berlaianan. Perkembangan kepribadian terbagi
menjadi beberapa bagian.
Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian pada masa
dewasa terbagi menjadi 3 bagian yaitu masa
dewasa dini, masa dewasa madya, masa dewasa
lanjut. Pada masa dewasa dini dimulai pada
umur 18-40 tahun di saat perubahan-perubahan
fisik dan psikologis (Hurlock, 1980). Pada saat
memasuki masa dewasa dini diketahui bahwa
kebebasan yang telah diperoleh dari orang tua
akan menimbulkan masalah-masalah yang tidak
dapat diramalkan oleh orang dewasa maupun
orang tua.
Menurut Hurlock didalam buku psikoligi
perkembangan ada Beberapa hal yang membuat
penyesuaian diri menjadi sulit adalah kurang
ada
persiapan
menghadapi
jenis-jenis
permasalahan bahkan pendidikan di sekolah
atau akademi hanya merupakan latihan-latihan
dalam menyelesaikan masalah dengan waktu
yang terbatas. Pada usia ini orang muda
mencoba menguasai dua atau lebih ketrampilan
serempak
yang
biasanya
menyebabkan
keduanya
kurang
berhasil.
Sehingga
penyesuaian diri terhadap beberapa ketrampilan
yang dilakukan secara bersamaan menjadi
kurang berhasil. Permasalaan yang paling berat
adalah orang muda tidak mendapat bantuan
dalam menyelesaikan masalahnya, bebeda
ketika mereka masih remaja.
Perkembangan kerpribadian merupakan salah
satu yang melandasi terbentuknya penyakit
skizofrenia. Faktor kepribadian setiap orang
dapat ditinjau dari keadaan sosial di masa yang
telah dilalui setiap orang. Setiap orang akan
memiliki keadaan sosial yang berbeda yang
akan sesuai dengan penggunaan teori
konstruktivisem.
3
Terminologi Konstruksivisme
Gagasan konstruktivisme telah muncul
sejak Socrates menemukan jiwa dalam tubuh
manusia, sejak Plato menemukan akal budi
(Bartens, 1999). Gagasan tersebut semakin lebih
konkret lagi setelah Aristoteles mengenalkan
istilah, informasi, relasi, individu, subtansi,
materi, esensi, dan sebagainya. Ia mengatakan
bahwa, manusia adalah makhluk sosial, setiap
pernyataan harus dibuktikan kebenarannya,
bahwa kunci pengetahuan adalah fakta.
Aristoteles yang telah memperkenalkan
ucapannya ‘Cogito ergo sum’ yang berarti “saya
berfikir karena itu saya ada”. Kata-kata
Aristoteles yang terkenal itu menjadi dasar yang
kuat bagi perkembangan gagasan-gagasan
konstruktivisme sampai saat ini.
Konstruktivisme sebagai teori pengetahuan
dengan akar dalam filosofi, psikologi dan
cybernetics. Von Glasersfeld mendefenisikan
konstruktivisme radikal selalu membentuk
konsepsi pengetahuan (Von Glasserfield, 1995).
Pengetahuan adalah hal yang aktif menerima
apapun melalui pikiran sehat atau melalui
komunikasi dan akan membangun pengetahuan.
Konstruktivisme akan dikombinasikan kedalam
media sebagai sarana komunikasi. Salah satu
sarana komunikasi adalah film pendek yang
akan menyampaikan pesan-pesan dari sutradara.
Pesan-pesan yang ada didalam film yang akan
dikonsumsi oleh audien.
Mekanisme Produksi Karya Film
Mekanisme produksi film adalah sebuah
proses yang lazim diterapkan dalam proses
pengerjaan film pada umumnya (Anton, 2011).
Mekanisme tersebut meliputi pra produksi,
produksi dan pasca produksi. Persentase
pembagian pengerjaan karya film adalah 70% di
bagian pra produksi, 20% dalam tahap produksi
sedangkan 10% tahap pasca produksi.
Pengerjaan sebuah film tidak lepas dari
kerja sama 3 pihak yaitu penulis scenario,
sutradara dan produser. Penulis skenario adalah
orang yang menuangkan ide atau gagasan ke
dalam bentuk tulisan yng sesuai dengan kaidah
penulisan naskah. Sutradara adalah orang yang
mewujudkan gagasan yang tertuang dalam
sebuah skenario menjadi rekaman audio visual.
Sedangkan produser adalah orang yang
membantu sutradara dalam mengelola proses
pembuatan film (Tino, 2008) Pada umumnya
tim kerja produksi film terdiri dari beberapa
bagian yaitu manajer produksi, asisten
sutradara, sinematografer, perekan suara,
pengarah artistic, penyunting gambar.
Film Pendek (Short Movie)
Film pendek merupakan film yang
durasinya pendek yaitu dibawah 60 menit dan
didukung oleh cerita yang pendek (Anton,
2011). Dengan durasi film yang pendek, para
pembuat
film
dapat
lebih
selektif
mengungkapkan materi yang ditampilkan
melalui setiap shoot akan memiliki makna yang
cukup
besar
untuk
ditafsirkan
oleh
penontonnnya. Perkembangan di dunia industri
perfilman sekarang ini tidak hanya di produksi
melalui rumah-rumah produksi saja. Melainkan
banyak pula karya-karya film yang dihasilkan
oleh
sineas-sineas
muda
yang
dapat
menghasilkan sebuah karya yang berupa moving
picture secara independent.
Menurut H. Misbach Yusa Biran dalam
bukunya yang berjudul Teknik menulis skenario
film cerita, secara fisik dari bahasa film adalah
media gambar (visual) dan media suara (audio).
Bahasa film ini menguraikan makna dan
kemampuannya dikaitkan dengan berbagai
unsur lain, seperti gabungan dalam komposisi,
kaitan dengan sudut pandang kamera, dengan
adanya deep of field (Biran, 2010). Penggunaan
bahasa film secara naluriah terkadang dapat
berfungsi efektif namun terkadang tidak.
Shoot Sizes
Dalam dunia pertelevisian dan perfilman
terdapat beberapa ukuran shoot yang dikenal
sebagai komposisi dasar
dari sebuah
pembingkaian gambar.
Gambar 1 Camera Shoots, Angles and
Movement
4
(http://ryanmillsa2blog.blogspot.com/2010/09/c
amera-angles.html)
menontonya. Setiap film pendek memiliki
teknik yang menjadi point di setiap film.
Kontinuitas Film (Continuity)
Film adalah sebuah Continuity. Sebuah
film harus menampilkan urutan gambar yang
berkesinambungan, lancar dan mengalir secara
logis (Anton, 2010). Itulah yang disebut aspek
continuity pada sebuah film. Film, baik berupa
rekaman kenyataan ataupun fiksi, harus mampu
memberikan kepada penontonnya sebuah
realitas kehidupan yang nyata. Film harus bisa
menyajikan suatu realita atau suatu dunia realita
yang nyata, sebuah reproduksi kehidupan yang
sesungguhnya. Oleh karena itu film sering
dinilai sebagai “dunia pura-pura” yang
meyakinkan . Hal itu bisa terwujud jika apabila
kesinambungan dan logikanya terjaga dengan
baik dan diterima secara wajar oleh penonton.
Komposisi Gambar
Komposisi berarti pengaturan (aransemen)
unsur-unsur yang terdapat dalam gambar untuk
membentuk satu kesatuan yang serasi
(harmonis) di dalam sebuah bingkai. Seorang
sutradara atau cameramen harus bisa
memutuskan apa yang masuk dan apa yang
tidak perlu masuk ke dalam bingkai (frame)
(Lesie, 2000). Batas bingkai pada gambar yang
terlihat pada viewfinder atau LCD kamera,
itulah yang disebut dengan framing. Dalam
mengatur komposisi, seorang kameramen harus
mempertimbangkan di mana dia harus
menempatkan obyek yang diharapkan akan
menjadi POI (Point of Interest/ obyek utama
yang menjadi pusat perhatian) dan seberapa
besar ukurannya dalam frame. Komposisi shoot
atau biasa disebut dengan shoot size adalah
pengukuran sebuah gambar yang ditentukan
berdasarkan objek, pengaturan besar dan posisi
objek dalam frame (bingkai), dan posisi kamera
yang diinginkan.
Genre Film
Film memiliki beberapa genre yang akan
memberikan karakteristik dalam sebuah film.
Segmentasi audien dalam sebuah film akan
memperhatikan jenis genrenya. Penggunaan
genre dalam sebuah film akan membuat daya
tarik tersediri bagi setiap audien yang
Gambar 2 Jenis-jenis Genre (magazine What's
On TV, 1993)
Special Effect Split Screen
Dalam produksi film, split screen secara
tradisional adalah membagi layar / frame
menjadi dua, tetapi juga dalam gambar beberapa
simultan, seolah-olah bahwa frame layar itu
adalah pandangan mulus realitas, mirip dengan
mata manusia. Sampai kedatangan teknologi
digital di awal 1990-an, sebuah layar split ini
dilakukan dengan menggunakan printer optik
untuk menggabungkan dua atau lebih tindakan
difilmkan secara terpisah dengan menyalin
mereka ke negatif yang sama, yang disebut
komposit. Dalam pembuatan film split screen
juga merupakan teknik yang memungkinkan
seorang aktor untuk muncul dua kali dalam
sebuah adegan (seolah-olah mereka kloning atau
telah melakukan perjalanan melalui waktu).
Teknik yang paling sederhana adalah dengan
mengunci kamera dan memotret tempat
kejadian dua kali, dengan satu "versi" dari aktor
yang muncul di sisi kiri, dan yang lainnya di sisi
kanan. Lapisan antara dua split ini dimaksudkan
untuk menjadi tak terlihat, membuat duplikasi
tampak realistis.
Dalam film pendek, teknik split screen
akan berfungsi di adegan inti yang akan terdapat
makna yang dibagi dalam setiap potongan-
5
potongan gambar yang terdapat dalam satu layar
tersebut. Dengan menggunakan teknik split
screen akan mendukung makna pencitraan
tokoh atau aktor skizofrenia. Di setiap potongan
gambar akan memiliki makna kepribadian yang
dijalankan oleh tokoh yang mengalami
skizofrenia.
dalam editing sebuah film. Teknik split Screen
terdapat pada saat aktor mengalami ketakutan
(skizofrenia paranoid). Penggunaan teknik ini
sebagai daya dukung dramatisasi alur klimaks
dalam film pendek ini. Pesan dari penggunaan
split screen adalah terjadinya disharmoni antara
pikiran dan perbuatan yang diperlihatkan oleh
aktor utama dalam film pendek ini.
2.Sinopsis
Gambar 3 Split Screen Film Green Hornet
METODE PENELITIAN
Populasi yang akan
penelitian untuk membuat
denganmengambil sampel di
sebagai pengamatan langsung
laku seorang skizofrenia.
diambil dalam
film ini adalah
rumah sakit jiwa
mengenai tingkah
PRA PRODUKSI
1. Ide dan Konsep
Film pendek merupakan salah satu media
komunikasi massa. Didalam sebuah film akan
tersirat beberapa pesan yang akan diterima
audien atau penonton. Dengan durasi film yang
pendek, para pembuat film dapat lebih selektif
mengungkapkan materi yang ditampilkan
melalui setiap shot akan memiliki makna yang
cukup
besar
untuk
ditafsirkan
oleh
penontonnnya.
Berdasarkan data perkembangan penyakit
skizofrenia di Indonesia, masyarakat masih
belum banyak audien yang tahu mengenai
penyakit skizofrenia khususnya penyakit ini
menyerang generasi anak muda saat ini. Sebuah
informasi sangan dibutuhkan untuk dapat
memberikan informasi kepada masyarakat
tentang penyakit ini. Dengan film pendek
diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai penyakit skizofrenia khususnya
skizofrenia paranoid.
Film pendek yang dibuat menggunakan
teknik split screen yang merupakan teknik efek
Sebuah keluarga kecil yang hidup secara
berkecukupan, keluarga ini memiliki anak
tunggal yang bernama Andrian Seluruh
kebutuhan hidupnya selalu dipenuhi oleh kedua
orang tuanya. Saat Andrian menjalani
kehidupan selama kuliah di STIKOM Surabaya,
dia bertemu dengan Ratna seorang gadis asal
Bontang yang dikenalnya di sebuah toko buku.
Perkenalan Andrian dengan Ratna berlanjut ke
arah pacaran.
Kehidupan Andrian nampak bahagia
dengan Ratna, namun ketika Andrian memasuki
semester 8 dalam kuliahnya, keluarga Andrian
mulai menghadapi ekonomi yang berakibat
rumah yang dihuni oleh keluarga Andrian harus
disita oleh bank. Seketika itu kehidupan
Andrian berbanding terbalik dengan kondisi
rumah yang jauh berbeda dengan sebelumnya,
bahkan
teman-temannya
meninggalkan
Andrian.
Dengan kondisi ekonomi keluarga
Andrian berakibat pula
pada kondisi
pembayaran kuliah Andrian dan terancam untuk
DO (drop out). Di saat ini hanya Ratna yang
menjadi kekuatan Andrian, namun seketika
Ratna mendapatkan kabar tentang Ayahnya
yang meninggal karena serangan jantung.
Karena ayahnya meninggal Ratna harus kembali
ke Bontang untuk menemani ibunya.
Kondisi ini semakin memperburuk
kondisi Andrian yang berakibat dia mengalami
strees dengan ketakutannya pada kemiskinan
disertai dengan kebenciannya dengan kedua
orang tuanya yang kurang harmonis dan
kemudian Andrian di diagnosis dokter jiwa
terkena
penyakit
gangguan
kejiwaan
(skizofrenia paranoid) dan yang telah membantu
Andrian untuk sembuh adalah Ratna yang
sempat kembali ke Bontang beberapa tahun.
6
PRODUKSI
Setelah semua persiapan produksi selesai
maka langkah berikutnya adalah tahap produksi,
yaitu shoting. Proses ini hanya memiliki
presentase 20% dari total keseluruhan produksi
film pendek. Pelaksanaan shoting sesuai pada
rundown shoting. Beberapa peralatan untuk
produksi adalah :
 Kamera Panasonic AGDV 102
 Lighting Halogen 1000 watt
 Tripot Lampu
 Reflektor
 Jimmy Jib / Crane 9 Meter
 Tripot Kamera
 Mic Boomer
 Equalizer Audio
 Tripot Boomer
 Headphone
PASCA PRODUKSI
Tahap ini adalah tahap terakhir atau
editing, didalam tahap ini tidak hanya sekedar
memilih gambar dan menggabungkannya saja
melainkan menambahkan visual effect atau
sound effect yang mendukung dengan skenario
yang telah dibuat. Proses kerja editor film
pendek adalah:
storyboard yang telah dibuat pada tahap pra
produksi serta sesuai dengan pesanan sutradara.
Gambar 5 Memasukan Shot ke dalam timeline
Di dalam langkah ini editor memasukan 1
file roll film untuk melakukan pemotongan
gambar dan setiap 1 roll film (kaset mini DV)
berdurasi maksimal 60 menit.
Gambar 6 Memotong Kasar Gambar
Untuk langkah berikut editor akan
memilih gambar yang terbaik dan disesuaikan
dengan skenario yang telah ada serta adanya
panduan dari shoting list yang ditandai didalam
gambar dengan adanya clapper.
Gambar 4 Stock Gambar Roll Film
Di dalam langkah ini editor melihat
keseluruhan hasil shoting dan disesuaikan
dengan rundown shoting yang telah dibuat pada
saat pra produksi. Hasil keseluruhan gambar
dapat dilihat setelah melalui proses capture
yaitu proses pemindahan secara digital dari file
dalam bentuk kaset mini DV dirubah menjadi
file video digital.
Administrasi yang dilakukan dalam
tahapan ini disesuaikan dengan skenario dan
Gambar 7 Memotong Halus Gambar
Untuk langkah ini mulai diberikan
transisi di setiap potongan gambar namun untuk
kategori film menggunakan transisi cut to yang
berarti tanpa adanya efek trnsisi pada tiap
potongan gambar.
7
berkomunikasi berbagai pesan dalam
setiap treatment pada bagian-bagian scene
dengan menggunakan media visual sebagai
pendukung
untuk
memberikan
pengetahuan tentang penyakit skizofrenia.
Gambar 8 Menambahkan Efek ke dalam Editing
Fungsi dari menambahkan efek pada
editing adalah untuk dramatisasi klimaks pada
sebuah film serta sebagai daya tarik audien
secara visual. Efek yang digunakan adalah split
screen yaitu konsep pembagi layar yang pada
setiap potongan gambarnya terkandung makna
yang saling terkait dengan potongan gambar
yang lainnya namun tetap dalam satu shot
gambar.
SARAN
Berdasarkan seluruh hasil uji coba yang telah
berhasil dilakukan, maka saran untuk penelitian
ini adalah:
1. Meningkatkan
informasi
kepada
masyarakat dalam bentuk film yang
membahas tentang penyakit kronis yang
berada di masyarakat perlu diperbanyak
populasinya di Indonesia.
2. Peningkatan pembuatan film yang
membahas tentang sebuah penyakit
tertentu dapat meningkatkan populasi
masyarakat
ilmiah
untuk
dapat
memberikan apresiasi terhadap sebuah
film dan dapat mengurangi penderita
penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 9 Mengunci Setiap Hasil Potongan
yang Telah di Edit
Association, A. P. (1995). skizofrenia. The
American Psychiatric Association. Florida,
America Serikat.
Fungsi dari mengunci gambar adalah
sebagai langkah pengamanan editor terhadap
gambar yang telah selesai di editing agar
potongan gambar tidak bergeser.
Bare, Richard. “The Film Director”, New York,
Coolier Book, 1970.
SIMPULAN
Berdasarkan seluruh hasil uji coba yang telah
berhasil dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Hasil dari penelitian penyakit skizofrenia
dapat dikemas menjadi film pendek
dengan durasi 30 menit dengan
menggunakan teknik split screen.
2. Penggunaan teknik split screen sebagai
sarana efek pendukung untuk memberikan
pendalaman makna pada konflik aktor
utama yaitu penderita skizofrenia yang
berupa potongan-potongan gambar dengan
makna yang menunjukan kondisi psikis
aktor penderita skizofrenia namun tetap
berada dalam satu layar yang sama.
3. Film Pendek adalah salah satu media
komunikasi
massa
yang
dapat
Biran, Yusa, Misbach, (2006). Teknik Menulis
Skenario Film Cerita. Jakarta: PT. Dunia
Pustaka Jaya dan PT. Demi Gisela Citra
Pro.
Bertens,
K,
Sejarah
Filsafat
Yunani,Yogyakarta: Kanisius. 1999.
Brooks, J. G. (1993). The case for constructivist
classrooms. Alexandria: VA:ASCD.
Dirgagunarsa, S. (1999). Pengantar Psikologi.
Jakarta: Mutiara.
Edmonds, Robert, Script-Writing fo Audio
Visual Media, Radio, Film, Television,
Strip, Slidefilm, New York, Teachers
College Press, 1978.
Eryanto. (2005). Analisis Wacana: Pengantar
Analisis Teks Media. Yogyakarta:
PT.LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta.
8
Gelde M, G. D. (1996). Oxford textbook of
psychiatry. New York: Oxford University
Press Inc.
Halim, M. S. (1996). Skizofrenia dan Keluarga.
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Katolik Indonesia Atma Jaya.
Hartanto, R. (2003). Landasan moral
pengobatan
paksa
pada
penderita
skizofrenia. Jurnal kedokteran Trisakti ,
vol. 22 no.2.
Health, N. I. (2001). Schizophrenia. Bethesda,
United State: U.S. Departement of Health
and Human Service.
Health, N. I. Schizophrenia. Bethesda, United
State: U.S. Departement of Health and
Human Services.
Hurlock, E. B. (1980). Masa Dewasa Dini. In
Erlangga, Psikologi Perkembangan (p.
248). Jakarta: Erlangga.
Kartini, K. (2000). Psikologi
Bandung: Mandar Maju.
Szasz, T. (1997). The myth of mental illness. In
E. RB, Ethics of Psychiatry (pp. 27-31).
New York: Promerheus Book.
Tri Kurniati Ambarini, S. M. (2007). Konfrensi
Strees Management dalam Berbagai
Setting Kehidupan .
Von Glasserfield, E. (1995). A constructivist
approach to teaching. Hillsdale: Lawrence
Erlbaum.
Yuliadewi, Lesie. (2000). Komposisi dalam
Fotografi. Jurnal Nirmana Jurusan Desain
Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan
Desain Universitas Kristen Petra, vol. 2
no.1
Zaharuddin G. Djalle. 2006. The Making of 3D
Animation Movie using 3D Studio Max.
Bandung: Informatika.
Abnormal.
Kristanto, J, Katalog Film Indonesia, 19262005, Jakarta, PT.Grafiasari Mukti, 2005.
Mabruri, Anton, 2010. Manajemen Produksi
Program Acara Televisi. Depok: Mind 8
Publising House.
Marner, Terence St.John. Directing Motion
Picture, New York, A.S, Barnes & Co.
1972.
Neale, S. (1981). Genre and Cinema. In B.-B. S.
Bennett, Popular Television and Film (pp.
6-25). London: BFI Publishing.
Ross, Dick. “Shot Film”. Volume Two, Cilect,
1999.
Sani,
A. (1990). Skizofrenia/gila dengan
kepribadian yang centang perenang.
Jakarta: Ind-Hill, Inc.
Saroenggalo, Tino, 2008. Dongeng Sebuah
Produksi Film. Jakarta: PT. Grasindo
Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam
Pendidikan, (Yogyakarta:Kanisius, 1997)
Sutatminigsih. (2002). Schizophrenia. Fakultas
Kedokteran Program Studi Psikologi.
9
Download