PEMBUATAN FILM PENDEK LIVE SHOT BERGENRE DRAMA SOSIAL DENGAN TEKNIK SPLIT SCREEN BERJUDUL “NOT ME” Yohanes Erwin Priyanto 1) 1) Program Studi DIV Komputer Multimedia STIKOM Surabaya Email: [email protected] abstract Abnormal behavior is a branch of psychology that investigates all forms of mental disorder and mental abnormality. One is a schizophrenic who has a sense of mental disorders and the general public can call it crazy. The occurrence of abnormal behavior due to a shift in the prevailing values in society. London Psychiatric Hospital (RSJB) recorded an average increase in the number of patients reached 1,000 patients per year. In 2002, the number of patients at 12 thousand people RSJB, 2003 by 13 thousand, 2004 by 14 thousand, and in 2005 as many as 15 thousand patients. The percentage of patients with schizophrenia is a disease mode occurs at age 30-35 years and the disease can affect the age of 20 years with the percentage of 10%, at the age of 20-40 years about 65%, and at the age above 40 years about 25%. As a source of information to the public, the illness of schizophrenia will be packaged in a short film. The short film is a film of short duration, but with a shorter duration of the film-makers can more selectively disclose material displayed through each shoot will have a significant meaning to be interpreted by penontonnnya. Development of film industry in the world today not only in production through production houses alone. But there are many works of films produced by filmmakers, young filmmakers to produce a moving picture of the work independently. In the film could use some techniques that became the focus of the appeal to the audience that watched the movie. One technique used in making the film is split screen technique. The technique has a typical split screen split screen monitor by combining multiple scenes. In every scene there will be a shared meaning in each of the pieces of the image contained within a single screen. By using the split screen technique will support the meaning of schizophrenia imaging character or actor who has lots of personality. On each piece of the picture has the meaning of personality that is run by a character or actor who has schizophrenia. Keywords: Schizophrenia, Short Film, Split Screen Banyak perilaku abnormal yang berkembang di masyarakat. Perilaku abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang menyelidiki segala bentuk gangguan mental dan abnormalitas jiwa (Kartini, 2000). Salah satunya adalah skizofrenia yang memiliki arti gangguan jiwa dan bagi masyarakat awam dapat menyebutnya dengan istilah gila. Terjadinya perilaku abnormal karena adanya pergeseran nilai yang berlaku di masyarakat. Akibat yang ditimbulkan dari gangguan jiwa ini adalah hilangnya perasaan respon emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Hal ini yang melandasi dibuatnya film pendek live shot bergenre drama sosial dengan menggunakan teknik split screen yang berjudul “Not Me” Skizofrenia adalah penyakit otak yang berkembang akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia otak (Health). Istilah skizofrenia dianjurkan oleh Eugen Bleuler (1957-1938) karena menurutnya sebutan ini menonjolkan gejala utama penyakit tersebut yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan. Schizos yang berarti pecah belah atau bercabang dan phren yang berarti jiwa (Tri Kurniati Ambarini, 2007). Gejala ini juga disertai dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsangan dari panca indra). Psikologi abnormal atau psikopatologi sebagai lapangan psikologi yang berhubungan dengan kelainan atau hambatan kepribadian, yang menyangkut proses dan isi kejiwaan 1 (Dirgagunarsa, 1999). Tercatat di data Amerika Serikat, setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizofrenia dan 20-50% pasien skizofrenia melakukan pencobaan bunuh diri serta 10% diantaranya berhasil melakukan bunuh diri bahkan penyakit skizofrenia merupakan penyebab kematian 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada umumnya (Association, 1995). Sekitar + 0,2 – 1% dari populasi penduduk dunia diperkirakan mengalami gangguan jiwa skizofrenia (Sani, 1990). Di Indonesia sendiri diperkirakan sekitar 1-2 juta penduduk mengalami gangguan jiwa yang sama dan hanya 7000-10000 penderita yang telah memperoleh penanganan secara medis. Peningkatan kasus gangguan psikologis telah terdeteksi mulai tahun 1990, salah satunya tampak dari pernyataan Kasudin Kesmas Jakarta Barat, Ariani Murti, mengatakan survei dari Dinas Kesehatan pada tahun 1995 menunjukan, 2530% pengunjung pukesmas mengalami gangguan psikis. Data yang ditunjukan oleh survei yang dilakukan Direktorat Kesehatan Jiwa pada tahun 1996 di 10 kotamadya memperlihatkan bahwa dari peserta survei, 1,75% menderita skizofrenia, 4,1% menderita depresi, 7,89% menderita gangguan cemas, 13,45% menderita gangguan somatoform dan 2,05% menderita gangguan konversi. Rumah Sakit Jiwa Bandung (RSJB) mencatat rata-rata peningkatan jumlah pasien mencapai 1.000 pasien per tahun. Pada tahun 2002, jumlah pasien di RSJB 12 ribu orang, 2003 sebanyak 13 ribu, 2004 sebanyak 14 ribu, dan tahun 2005 sebanyak 15 ribu pasien. Persentase penderita skizofrenia adalah modus penyakit terjadi pada usia 30-35 tahun dan penyakit ini dapat menyerang usia 20 tahun dengan persentase 10%, pada usia 20-40 tahun sekitar 65%, dan pada usia diatas 40 tahun sekitar 25% (Sutatminigsih, 2002). Seorang penderita skizofrenia muncul dalam bentuk biologis ataupun sosial. Dalam bentuk biologis adanya halusinasi, delusi dan proses berpikir terganggu. Secara sosial, penderita skizofrenia kehilangan minat dan dorongan untuk melakukan kegiatan sehari-hari, termasuk memelihara diri, kebersihan badan dan kesulitan untuk mengikuti kegiatan. Penderita skizofrenia sering mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsi sosial dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan ketrampilan interpersonal. Akhirnya penderita skizofrenia mengalami isolasi sosial yaitu dalam bentuk menarik diri, tidak mau bergaul, menghindar untuk berhubungan dengan orang lain. Menurut Hurlock didalam buku psikoligi perkembangan ada Beberapa hal yang membuat penyesuaian diri menjadi sulit adalah kurang ada persiapan menghadapi jenis-jenis permasalahan bahkan pendidikan di sekolah atau akademi hanya merupakan latihan-latihan dalam menyelesaikan masalah dengan waktu yang terbatas. Pada usia ini orang muda mencoba menguasai dua atau lebih ketrampilan serempak yang biasanya menyebabkan keduanya kurang berhasil. Sehingga penyesuaian diri terhadap beberapa ketrampilan yang dilakukan secara bersamaan menjadi kurang berhasil. Permasalaan yang paling berat adalah orang muda tidak mendapat bantuan dalam menyelesaikan masalahnya, bebeda ketika mereka masih remaja. Film pendek merupakan film yang durasinya pendek, tetapi dengan durasi yang pendek tersebut para pembuat film dapat lebih selektif mengungkapkan materi yang ditampilkan melalui setiap shot akan memiliki makna yang cukup besar untuk ditafsirkan oleh penontonnnya. Perkembangan di dunia industri perfilman sekarang ini tidak hanya di produksi melalui rumah-rumah produksi saja. Melainkan banyak pula karya-karya film yang dihasilkan oleh sineas-sineas muda yang dapat menghasilkan sebuah karya yang berupa moving picture secara independent. Genre dapat dipahami sebagai sistem orientasi, ekspektasi dan konvensi yang beredar di industri, teks dan subyek (Neale, 1981). Genre dikategorigorisasi teks media berdasarkan karakteristik. Kajian film dapat diaplikasikan dalam fiksi, musik dan televisi populer dan juga media yang biasanya tidak dipikirkan dan istilahnya lebih generik seperti majalah atau bahkan berita. Salah satu genre film adalah drama sosial yang merupakan indentifikasi permasalahan di masyarakat yang bersifat memberi pendidikan dan komunikatif. 2 Dalam pembuatan film dapat menggunakan beberapa teknik yang menjadi fokus daya tarik audien kepada film yang ditontonnya. Salah satu teknik dalam membuat film adalah menggunakan teknik split screen. Teknik split screen memiliki ciri khas membagi layar monitor dengan menggabungkan beberapa adegan. Di setiap adegan akan terdapat makna yang dibagi dalam setiap potongan-potongan gambar yang terdapat dalam satu layar tersebut. Dengan menggunakan teknik split screen akan mendukung makna pencitraan tokoh atau aktor skizofrenia yang memiliki banyak kepribadian. Di setiap potongan gambar akan memiliki makna kepribadian yang dijalankan oleh tokoh atau actor yang mengalami skizofrenia. TUJUAN Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan film pendek ini adalah: 1. 2. Memberikan pembelajaran kepada masyarakat tentang penyakit skizofrenia menggunakan pesan-pesan yang disampaikan melalui film pendek. Pendidikan psikologi bagi orang-orang muda bahwa skizofrenia dapat terjadi di usia muda yang dapat diambil dari perilaku subyek dalam film pendek ini. KAJIAN PUSTAKA Skizofrenia Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa yang menimbulkan dampak berupa beban bagi individu yang menderita gangguan tersebut dan juga terhadap keluarga serta masyarakat (Health, Schizophrenia, 2001). Gejala ini juga disertai dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsangan dari panca indra). Psikologi abnormal atau psikopatologi sebagai lapangan psikologi yang berhubungan dengan kelainan atau hambatan kepribadian, yang menyangkut proses dan isi kejiwaan (Dirgagunarsa, 1999). Istilah skizofrenia menurut Eugen Bleuler (1957-1938) adalah jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan. Istilah schizos yang berarti pecah belah atau bercabang dan phren yang berarti jiwa (Tri Kurniati Ambarini, 2007). Skizofrenia tidak akan menghilangkan kehidupan personal seseorang (Hartanto, 2003). Penderita skizofrenia tetap sebagai pelaku moral yang bersifat otonom untuk memilih pilihan yang terbaik bagi dirinya sendiri. Dalam penderita skizofrenia akut dapat menimbulkan pemikiran yang tidak rasional yang akan berakibat bunuh diri (Association, 1995). Penderita skizofrenia juga dapat ditinjau dari faktor perkembangan kepribadiannya. Setiap orang memiliki perkembangan kepribadian yang berlaianan. Perkembangan kepribadian terbagi menjadi beberapa bagian. Perkembangan Kepribadian Perkembangan kepribadian pada masa dewasa terbagi menjadi 3 bagian yaitu masa dewasa dini, masa dewasa madya, masa dewasa lanjut. Pada masa dewasa dini dimulai pada umur 18-40 tahun di saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis (Hurlock, 1980). Pada saat memasuki masa dewasa dini diketahui bahwa kebebasan yang telah diperoleh dari orang tua akan menimbulkan masalah-masalah yang tidak dapat diramalkan oleh orang dewasa maupun orang tua. Menurut Hurlock didalam buku psikoligi perkembangan ada Beberapa hal yang membuat penyesuaian diri menjadi sulit adalah kurang ada persiapan menghadapi jenis-jenis permasalahan bahkan pendidikan di sekolah atau akademi hanya merupakan latihan-latihan dalam menyelesaikan masalah dengan waktu yang terbatas. Pada usia ini orang muda mencoba menguasai dua atau lebih ketrampilan serempak yang biasanya menyebabkan keduanya kurang berhasil. Sehingga penyesuaian diri terhadap beberapa ketrampilan yang dilakukan secara bersamaan menjadi kurang berhasil. Permasalaan yang paling berat adalah orang muda tidak mendapat bantuan dalam menyelesaikan masalahnya, bebeda ketika mereka masih remaja. Perkembangan kerpribadian merupakan salah satu yang melandasi terbentuknya penyakit skizofrenia. Faktor kepribadian setiap orang dapat ditinjau dari keadaan sosial di masa yang telah dilalui setiap orang. Setiap orang akan memiliki keadaan sosial yang berbeda yang akan sesuai dengan penggunaan teori konstruktivisem. 3 Terminologi Konstruksivisme Gagasan konstruktivisme telah muncul sejak Socrates menemukan jiwa dalam tubuh manusia, sejak Plato menemukan akal budi (Bartens, 1999). Gagasan tersebut semakin lebih konkret lagi setelah Aristoteles mengenalkan istilah, informasi, relasi, individu, subtansi, materi, esensi, dan sebagainya. Ia mengatakan bahwa, manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan kebenarannya, bahwa kunci pengetahuan adalah fakta. Aristoteles yang telah memperkenalkan ucapannya ‘Cogito ergo sum’ yang berarti “saya berfikir karena itu saya ada”. Kata-kata Aristoteles yang terkenal itu menjadi dasar yang kuat bagi perkembangan gagasan-gagasan konstruktivisme sampai saat ini. Konstruktivisme sebagai teori pengetahuan dengan akar dalam filosofi, psikologi dan cybernetics. Von Glasersfeld mendefenisikan konstruktivisme radikal selalu membentuk konsepsi pengetahuan (Von Glasserfield, 1995). Pengetahuan adalah hal yang aktif menerima apapun melalui pikiran sehat atau melalui komunikasi dan akan membangun pengetahuan. Konstruktivisme akan dikombinasikan kedalam media sebagai sarana komunikasi. Salah satu sarana komunikasi adalah film pendek yang akan menyampaikan pesan-pesan dari sutradara. Pesan-pesan yang ada didalam film yang akan dikonsumsi oleh audien. Mekanisme Produksi Karya Film Mekanisme produksi film adalah sebuah proses yang lazim diterapkan dalam proses pengerjaan film pada umumnya (Anton, 2011). Mekanisme tersebut meliputi pra produksi, produksi dan pasca produksi. Persentase pembagian pengerjaan karya film adalah 70% di bagian pra produksi, 20% dalam tahap produksi sedangkan 10% tahap pasca produksi. Pengerjaan sebuah film tidak lepas dari kerja sama 3 pihak yaitu penulis scenario, sutradara dan produser. Penulis skenario adalah orang yang menuangkan ide atau gagasan ke dalam bentuk tulisan yng sesuai dengan kaidah penulisan naskah. Sutradara adalah orang yang mewujudkan gagasan yang tertuang dalam sebuah skenario menjadi rekaman audio visual. Sedangkan produser adalah orang yang membantu sutradara dalam mengelola proses pembuatan film (Tino, 2008) Pada umumnya tim kerja produksi film terdiri dari beberapa bagian yaitu manajer produksi, asisten sutradara, sinematografer, perekan suara, pengarah artistic, penyunting gambar. Film Pendek (Short Movie) Film pendek merupakan film yang durasinya pendek yaitu dibawah 60 menit dan didukung oleh cerita yang pendek (Anton, 2011). Dengan durasi film yang pendek, para pembuat film dapat lebih selektif mengungkapkan materi yang ditampilkan melalui setiap shoot akan memiliki makna yang cukup besar untuk ditafsirkan oleh penontonnnya. Perkembangan di dunia industri perfilman sekarang ini tidak hanya di produksi melalui rumah-rumah produksi saja. Melainkan banyak pula karya-karya film yang dihasilkan oleh sineas-sineas muda yang dapat menghasilkan sebuah karya yang berupa moving picture secara independent. Menurut H. Misbach Yusa Biran dalam bukunya yang berjudul Teknik menulis skenario film cerita, secara fisik dari bahasa film adalah media gambar (visual) dan media suara (audio). Bahasa film ini menguraikan makna dan kemampuannya dikaitkan dengan berbagai unsur lain, seperti gabungan dalam komposisi, kaitan dengan sudut pandang kamera, dengan adanya deep of field (Biran, 2010). Penggunaan bahasa film secara naluriah terkadang dapat berfungsi efektif namun terkadang tidak. Shoot Sizes Dalam dunia pertelevisian dan perfilman terdapat beberapa ukuran shoot yang dikenal sebagai komposisi dasar dari sebuah pembingkaian gambar. Gambar 1 Camera Shoots, Angles and Movement 4 (http://ryanmillsa2blog.blogspot.com/2010/09/c amera-angles.html) menontonya. Setiap film pendek memiliki teknik yang menjadi point di setiap film. Kontinuitas Film (Continuity) Film adalah sebuah Continuity. Sebuah film harus menampilkan urutan gambar yang berkesinambungan, lancar dan mengalir secara logis (Anton, 2010). Itulah yang disebut aspek continuity pada sebuah film. Film, baik berupa rekaman kenyataan ataupun fiksi, harus mampu memberikan kepada penontonnya sebuah realitas kehidupan yang nyata. Film harus bisa menyajikan suatu realita atau suatu dunia realita yang nyata, sebuah reproduksi kehidupan yang sesungguhnya. Oleh karena itu film sering dinilai sebagai “dunia pura-pura” yang meyakinkan . Hal itu bisa terwujud jika apabila kesinambungan dan logikanya terjaga dengan baik dan diterima secara wajar oleh penonton. Komposisi Gambar Komposisi berarti pengaturan (aransemen) unsur-unsur yang terdapat dalam gambar untuk membentuk satu kesatuan yang serasi (harmonis) di dalam sebuah bingkai. Seorang sutradara atau cameramen harus bisa memutuskan apa yang masuk dan apa yang tidak perlu masuk ke dalam bingkai (frame) (Lesie, 2000). Batas bingkai pada gambar yang terlihat pada viewfinder atau LCD kamera, itulah yang disebut dengan framing. Dalam mengatur komposisi, seorang kameramen harus mempertimbangkan di mana dia harus menempatkan obyek yang diharapkan akan menjadi POI (Point of Interest/ obyek utama yang menjadi pusat perhatian) dan seberapa besar ukurannya dalam frame. Komposisi shoot atau biasa disebut dengan shoot size adalah pengukuran sebuah gambar yang ditentukan berdasarkan objek, pengaturan besar dan posisi objek dalam frame (bingkai), dan posisi kamera yang diinginkan. Genre Film Film memiliki beberapa genre yang akan memberikan karakteristik dalam sebuah film. Segmentasi audien dalam sebuah film akan memperhatikan jenis genrenya. Penggunaan genre dalam sebuah film akan membuat daya tarik tersediri bagi setiap audien yang Gambar 2 Jenis-jenis Genre (magazine What's On TV, 1993) Special Effect Split Screen Dalam produksi film, split screen secara tradisional adalah membagi layar / frame menjadi dua, tetapi juga dalam gambar beberapa simultan, seolah-olah bahwa frame layar itu adalah pandangan mulus realitas, mirip dengan mata manusia. Sampai kedatangan teknologi digital di awal 1990-an, sebuah layar split ini dilakukan dengan menggunakan printer optik untuk menggabungkan dua atau lebih tindakan difilmkan secara terpisah dengan menyalin mereka ke negatif yang sama, yang disebut komposit. Dalam pembuatan film split screen juga merupakan teknik yang memungkinkan seorang aktor untuk muncul dua kali dalam sebuah adegan (seolah-olah mereka kloning atau telah melakukan perjalanan melalui waktu). Teknik yang paling sederhana adalah dengan mengunci kamera dan memotret tempat kejadian dua kali, dengan satu "versi" dari aktor yang muncul di sisi kiri, dan yang lainnya di sisi kanan. Lapisan antara dua split ini dimaksudkan untuk menjadi tak terlihat, membuat duplikasi tampak realistis. Dalam film pendek, teknik split screen akan berfungsi di adegan inti yang akan terdapat makna yang dibagi dalam setiap potongan- 5 potongan gambar yang terdapat dalam satu layar tersebut. Dengan menggunakan teknik split screen akan mendukung makna pencitraan tokoh atau aktor skizofrenia. Di setiap potongan gambar akan memiliki makna kepribadian yang dijalankan oleh tokoh yang mengalami skizofrenia. dalam editing sebuah film. Teknik split Screen terdapat pada saat aktor mengalami ketakutan (skizofrenia paranoid). Penggunaan teknik ini sebagai daya dukung dramatisasi alur klimaks dalam film pendek ini. Pesan dari penggunaan split screen adalah terjadinya disharmoni antara pikiran dan perbuatan yang diperlihatkan oleh aktor utama dalam film pendek ini. 2.Sinopsis Gambar 3 Split Screen Film Green Hornet METODE PENELITIAN Populasi yang akan penelitian untuk membuat denganmengambil sampel di sebagai pengamatan langsung laku seorang skizofrenia. diambil dalam film ini adalah rumah sakit jiwa mengenai tingkah PRA PRODUKSI 1. Ide dan Konsep Film pendek merupakan salah satu media komunikasi massa. Didalam sebuah film akan tersirat beberapa pesan yang akan diterima audien atau penonton. Dengan durasi film yang pendek, para pembuat film dapat lebih selektif mengungkapkan materi yang ditampilkan melalui setiap shot akan memiliki makna yang cukup besar untuk ditafsirkan oleh penontonnnya. Berdasarkan data perkembangan penyakit skizofrenia di Indonesia, masyarakat masih belum banyak audien yang tahu mengenai penyakit skizofrenia khususnya penyakit ini menyerang generasi anak muda saat ini. Sebuah informasi sangan dibutuhkan untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang penyakit ini. Dengan film pendek diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penyakit skizofrenia khususnya skizofrenia paranoid. Film pendek yang dibuat menggunakan teknik split screen yang merupakan teknik efek Sebuah keluarga kecil yang hidup secara berkecukupan, keluarga ini memiliki anak tunggal yang bernama Andrian Seluruh kebutuhan hidupnya selalu dipenuhi oleh kedua orang tuanya. Saat Andrian menjalani kehidupan selama kuliah di STIKOM Surabaya, dia bertemu dengan Ratna seorang gadis asal Bontang yang dikenalnya di sebuah toko buku. Perkenalan Andrian dengan Ratna berlanjut ke arah pacaran. Kehidupan Andrian nampak bahagia dengan Ratna, namun ketika Andrian memasuki semester 8 dalam kuliahnya, keluarga Andrian mulai menghadapi ekonomi yang berakibat rumah yang dihuni oleh keluarga Andrian harus disita oleh bank. Seketika itu kehidupan Andrian berbanding terbalik dengan kondisi rumah yang jauh berbeda dengan sebelumnya, bahkan teman-temannya meninggalkan Andrian. Dengan kondisi ekonomi keluarga Andrian berakibat pula pada kondisi pembayaran kuliah Andrian dan terancam untuk DO (drop out). Di saat ini hanya Ratna yang menjadi kekuatan Andrian, namun seketika Ratna mendapatkan kabar tentang Ayahnya yang meninggal karena serangan jantung. Karena ayahnya meninggal Ratna harus kembali ke Bontang untuk menemani ibunya. Kondisi ini semakin memperburuk kondisi Andrian yang berakibat dia mengalami strees dengan ketakutannya pada kemiskinan disertai dengan kebenciannya dengan kedua orang tuanya yang kurang harmonis dan kemudian Andrian di diagnosis dokter jiwa terkena penyakit gangguan kejiwaan (skizofrenia paranoid) dan yang telah membantu Andrian untuk sembuh adalah Ratna yang sempat kembali ke Bontang beberapa tahun. 6 PRODUKSI Setelah semua persiapan produksi selesai maka langkah berikutnya adalah tahap produksi, yaitu shoting. Proses ini hanya memiliki presentase 20% dari total keseluruhan produksi film pendek. Pelaksanaan shoting sesuai pada rundown shoting. Beberapa peralatan untuk produksi adalah : Kamera Panasonic AGDV 102 Lighting Halogen 1000 watt Tripot Lampu Reflektor Jimmy Jib / Crane 9 Meter Tripot Kamera Mic Boomer Equalizer Audio Tripot Boomer Headphone PASCA PRODUKSI Tahap ini adalah tahap terakhir atau editing, didalam tahap ini tidak hanya sekedar memilih gambar dan menggabungkannya saja melainkan menambahkan visual effect atau sound effect yang mendukung dengan skenario yang telah dibuat. Proses kerja editor film pendek adalah: storyboard yang telah dibuat pada tahap pra produksi serta sesuai dengan pesanan sutradara. Gambar 5 Memasukan Shot ke dalam timeline Di dalam langkah ini editor memasukan 1 file roll film untuk melakukan pemotongan gambar dan setiap 1 roll film (kaset mini DV) berdurasi maksimal 60 menit. Gambar 6 Memotong Kasar Gambar Untuk langkah berikut editor akan memilih gambar yang terbaik dan disesuaikan dengan skenario yang telah ada serta adanya panduan dari shoting list yang ditandai didalam gambar dengan adanya clapper. Gambar 4 Stock Gambar Roll Film Di dalam langkah ini editor melihat keseluruhan hasil shoting dan disesuaikan dengan rundown shoting yang telah dibuat pada saat pra produksi. Hasil keseluruhan gambar dapat dilihat setelah melalui proses capture yaitu proses pemindahan secara digital dari file dalam bentuk kaset mini DV dirubah menjadi file video digital. Administrasi yang dilakukan dalam tahapan ini disesuaikan dengan skenario dan Gambar 7 Memotong Halus Gambar Untuk langkah ini mulai diberikan transisi di setiap potongan gambar namun untuk kategori film menggunakan transisi cut to yang berarti tanpa adanya efek trnsisi pada tiap potongan gambar. 7 berkomunikasi berbagai pesan dalam setiap treatment pada bagian-bagian scene dengan menggunakan media visual sebagai pendukung untuk memberikan pengetahuan tentang penyakit skizofrenia. Gambar 8 Menambahkan Efek ke dalam Editing Fungsi dari menambahkan efek pada editing adalah untuk dramatisasi klimaks pada sebuah film serta sebagai daya tarik audien secara visual. Efek yang digunakan adalah split screen yaitu konsep pembagi layar yang pada setiap potongan gambarnya terkandung makna yang saling terkait dengan potongan gambar yang lainnya namun tetap dalam satu shot gambar. SARAN Berdasarkan seluruh hasil uji coba yang telah berhasil dilakukan, maka saran untuk penelitian ini adalah: 1. Meningkatkan informasi kepada masyarakat dalam bentuk film yang membahas tentang penyakit kronis yang berada di masyarakat perlu diperbanyak populasinya di Indonesia. 2. Peningkatan pembuatan film yang membahas tentang sebuah penyakit tertentu dapat meningkatkan populasi masyarakat ilmiah untuk dapat memberikan apresiasi terhadap sebuah film dan dapat mengurangi penderita penyakit tersebut. DAFTAR PUSTAKA Gambar 9 Mengunci Setiap Hasil Potongan yang Telah di Edit Association, A. P. (1995). skizofrenia. The American Psychiatric Association. Florida, America Serikat. Fungsi dari mengunci gambar adalah sebagai langkah pengamanan editor terhadap gambar yang telah selesai di editing agar potongan gambar tidak bergeser. Bare, Richard. “The Film Director”, New York, Coolier Book, 1970. SIMPULAN Berdasarkan seluruh hasil uji coba yang telah berhasil dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil dari penelitian penyakit skizofrenia dapat dikemas menjadi film pendek dengan durasi 30 menit dengan menggunakan teknik split screen. 2. Penggunaan teknik split screen sebagai sarana efek pendukung untuk memberikan pendalaman makna pada konflik aktor utama yaitu penderita skizofrenia yang berupa potongan-potongan gambar dengan makna yang menunjukan kondisi psikis aktor penderita skizofrenia namun tetap berada dalam satu layar yang sama. 3. Film Pendek adalah salah satu media komunikasi massa yang dapat Biran, Yusa, Misbach, (2006). Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya dan PT. Demi Gisela Citra Pro. Bertens, K, Sejarah Filsafat Yunani,Yogyakarta: Kanisius. 1999. Brooks, J. G. (1993). The case for constructivist classrooms. Alexandria: VA:ASCD. Dirgagunarsa, S. (1999). Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara. Edmonds, Robert, Script-Writing fo Audio Visual Media, Radio, Film, Television, Strip, Slidefilm, New York, Teachers College Press, 1978. Eryanto. (2005). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT.LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta. 8 Gelde M, G. D. (1996). Oxford textbook of psychiatry. New York: Oxford University Press Inc. Halim, M. S. (1996). Skizofrenia dan Keluarga. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Hartanto, R. (2003). Landasan moral pengobatan paksa pada penderita skizofrenia. Jurnal kedokteran Trisakti , vol. 22 no.2. Health, N. I. (2001). Schizophrenia. Bethesda, United State: U.S. Departement of Health and Human Service. Health, N. I. Schizophrenia. Bethesda, United State: U.S. Departement of Health and Human Services. Hurlock, E. B. (1980). Masa Dewasa Dini. In Erlangga, Psikologi Perkembangan (p. 248). Jakarta: Erlangga. Kartini, K. (2000). Psikologi Bandung: Mandar Maju. Szasz, T. (1997). The myth of mental illness. In E. RB, Ethics of Psychiatry (pp. 27-31). New York: Promerheus Book. Tri Kurniati Ambarini, S. M. (2007). Konfrensi Strees Management dalam Berbagai Setting Kehidupan . Von Glasserfield, E. (1995). A constructivist approach to teaching. Hillsdale: Lawrence Erlbaum. Yuliadewi, Lesie. (2000). Komposisi dalam Fotografi. Jurnal Nirmana Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra, vol. 2 no.1 Zaharuddin G. Djalle. 2006. The Making of 3D Animation Movie using 3D Studio Max. Bandung: Informatika. Abnormal. Kristanto, J, Katalog Film Indonesia, 19262005, Jakarta, PT.Grafiasari Mukti, 2005. Mabruri, Anton, 2010. Manajemen Produksi Program Acara Televisi. Depok: Mind 8 Publising House. Marner, Terence St.John. Directing Motion Picture, New York, A.S, Barnes & Co. 1972. Neale, S. (1981). Genre and Cinema. In B.-B. S. Bennett, Popular Television and Film (pp. 6-25). London: BFI Publishing. Ross, Dick. “Shot Film”. Volume Two, Cilect, 1999. Sani, A. (1990). Skizofrenia/gila dengan kepribadian yang centang perenang. Jakarta: Ind-Hill, Inc. Saroenggalo, Tino, 2008. Dongeng Sebuah Produksi Film. Jakarta: PT. Grasindo Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, (Yogyakarta:Kanisius, 1997) Sutatminigsih. (2002). Schizophrenia. Fakultas Kedokteran Program Studi Psikologi. 9