HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN EFIKASI DIRI PADA ATLET BASKET UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Sebagaian Prasyarat Mencapai Derajat S-1 Program Studi Psikologi Disusun Oleh : ANGIE LESTYANING PUTRI F. 100104030 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 i HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN EFIKASI DIRI PADA ATLET BASKET UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : ANGIE LESTYANING PUTRI F. 100 104 030 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 ii HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN EFIKASI DIRI PADA ATLET BASKET UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Angie Lestyaning Putri Dra. Partini, M.si Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta [email protected] ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi dengan efikasi diri. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan positif antara kematangan emosi dengan efikasi diri pada atlet basket Universitas Muhammadiyah Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah 90 atlet basket Universitas Muhammadiyah Surakarta. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan memilih atlet basket di Universitas Muhammadiyah Surakarta berdasarkan kriteria, subjek yang terpilih dalam penelitian ini adalah 50 atlet basket yang bergabung dalam unit bola basket dan telah mengikuti latihan dasar. Metode pengumpulan data menggunakan skala kematangan emosi dan skala efikasi diri. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi produt moment. Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,793; p = 0,000 (p < 0,05) artinya ada hubungan positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan efikasi diri. Sumbangan efektif antara variabel kematangan emosi terhadap efikasi diri sebesar 63%. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada hubungan positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan efikasi diri pada atlet basket di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Efikasi diri pada atlet tergolong tinggi dan kematangan emosi pada atlet tergolong tinggi. Kata kunci : Atlet Basket, Efikasi Diri, dan Kematangan Emosi, v Dibidang PENDAHULUAN Bola basket merupaka jenis olahraga yang olahraga professional banyak faktor yang digemari oleh berpengaruh terhadap performa para banyak kalangan mulai dari yang atlet, tidak hanya faktor pelatih dan muda sampai yang tua. Bola basket lingungan. merupakan mengajarkan olahraga salah satu beregu. cabang Olahraga ini Pelatih tidak hanya gerakan-gerakan tertentu, tetapi juga mendidik atlet diciptakan oleh James A. Naismith untuk salah bertingkah laku didalam maupun seorang jasmani guru Young Association pendidikan Mens (YMCA) Cristian berespon diluar Springfiels, tepat gelanggang dalam olahraga. Lingkungan juga tidak hanya sebatas Massacusets, Amerika Serikat pada lingkungan fisik tahun 1891. Bola basket merupakan lingkungan social olahraga beregu yang terdiri atas satu termasuk dalam lingkungan tempat tim yang beranggotakan lima orang tinggal atlet tersebut. Disamping itu untuk dengan yang terpenting olahtaga dipandang memasukan bola kedalam keranjang sebagai prilaku gerak manusia yang lawan. Secara garis besar permainan universal, tidak hanya pada tujuan bola dengan fisik semata namun juga terdpat mempergunakan empat teknik yang faktor. Faktor psikis mencangkup menjadi pokok permainan, yakni motovasi, mengoper disiplin, mencetak basket poin dilakukan (passing), menangkap emosi, tetapi juga masyarakat, percaya kecemasan, diri, ketegangan, bola (catching) dan menggiring bola pembinaan kelompok dan interaksi (dribbling) sosial (Satiadarma,2000). serta menembak (Shooting). Bola basket di Indonesia pertama kali dikenal di Barron dan Harackiewich kota (Santrock, 2008) menyatakan bahwa Yogyakarta dan Solo, tepatnya pada emosi juga dapat membantu atau September 1984. Saat merintangi diselenggarakan Pekan Olahraga pemecahan problem. Pada saat orang sangat termotivasi, Nasional (PON) pertama dikota solo pemecah (Anonim, 2009) seringkali 1 masalah dapat yang baik mengontrol emosinya dan berkonsentrasi pada coping tersebut remaja diharapkan solusi problem. Terlalu cemas dan memiliki efikasi diri dalam dirinya, takut bias membatasi kemampuan dengan adanya efikasi diri akan dalam memecahkan memperkuat keyakinan remaja untuk biasanya tidak kesalahan. Hal masalah takut ini membuat tetap menunjukan optimis dalam mencapai keberhasilan. bahwa ada kaitan antara kematangan Adzikriyah (2000) emosi dengan efikasi diri, terlihat kematangan ketika pemecahan problem tentunya dengan kompetensi sosial remaja. seseorang harus memiliki keyakinan Semakin tinggi kematangan emosi diri untuk mengambvil keputusan. seseorang maka akan semakin tinggi penelitian mendapatkan kematangan Hasan hasil emosi (2002) pula bahwa sebaliknya mempengaruhi emosi bahwa kompetensi berhubungan sosialnya semakin dan rendah kematangan emosi seseorang maka strategi coping remaja, bahwa ada akan hubungan pada kompetensi sosialnya. Kompetensi kematangan emosi dengan pemilihan sosial disini merupakan kemampuan strategi coping yang berorientasi pada atau kecakapan seseorang untuk pemecahan masalah dengan hasil berhubungan 22,5%. Dari penelitian tersebut dapat untuk terlibat dengan situasi sosial disimpulkan bahwa semakin matang yang emosi remaja maka akan semakin kematangan emosi remaja akan dapat mudah untuk memecahkan masalah bersikap toleran, merasa nyaman yang dihadapi. Dengan emosi yang mempunyai kontrol diri sendiri, serta matang remaja akan mampu memiliki mampu menerima dirinya dan orang strategi lain sehingga remaja dengan mudah yang coping signifikan dengan mudah semakin rendah dengan pula orang memuaskan. Dengan sehingga remaja tidak akan kesulitan mengadakan dalam memecahkan masalah yang Untuk bisa menerapkan kompetensi dihadapinya dan tetap optimis, tenang dengan baik, harus diimbangi dengan dalam adanya efikasi diri, karena dengan menghadapi permasalahan yang ada. Untuk menerapkan strategi 2 kompetensi lain sosial. efikasi diri keyakinan bisa atas menumbuhkan dengan kematangan diri emosi yang dimiliki oleh para atlet dalam menampilkan suatu bentuk basket. Kekurangan para atlet yang perilaku yang berhubungan dengan meliputi rasa kurang percaya diri, situasi mudah yang kemampuan berhubungan dihadapi, sehingga tepancing bila emosinya kompetensi sosial tersebut terwujud dipancing oleh lawan main serta dan dapat diterima orang lain. mudah marah bila ditegur oleh Hasil observasi dan intervieu pelatih. peneliti yang dilakukan ketika setiap kali ada pertandingan Berdasarkan fenomena yang yang digambarkan diatas peneliti tertarik melibatkan para atlet basket di untuk melakukan penelitian lebih universitas muhammadiyah sesudah mendalam bertanding, penelitian saat bertanding dan lagi kedalam “Hubungan judul Antara setelat bertanding dimana dalam Kematangan Emosi dengan Efikasi bertanding atlet memerlukan efikasi Diri Pada Atlet Basket Universitas diri yang kuat agar dapat mengambil Muhammadiyah Surakarta” keputusan seperti mencetak poin, Tujuan yang ingin dicapai dalam memakai penelitian pola permainan dalam ini bertanding dan mem-passing bola mengetahui: kepada 1. Hubungan teman satu timya. adalah antara untuk kematangan Permasalahan muncul ketika seorang emosi dengan efikasi diri pada atlet melakukan tugasnya dilapangan atlet menggiring bola dan tidak dapat Muhammadiyah Surakarta membaca 2. Sumbangan efektif kematangan dalam mengoper bola, serta terlihat emosi terhadap efikasi diri pada dari atlet yang memiliki peluang atlet untuk mecetak poin tetapi lebih Muhammadiyah Surakarta mengoper sehingga Universitas salah memilih situasi basket bola kepada basket Universitas 3. Kematangan emosi dan efikasi teman satu timnya dibanding untuk diri mencetak poin. Efikasi diri sangat Muhammadiyah Surakarta 3 pada atlet Universitas Sobur (2003) kematangan emosi adalah pikirannya secara baik untuk tingkat memberikan tanggapan perkembangan pada individu atau terhadap organ-organnya sehingga sudah didapat. Orang yang bersifat berfungsi sebagaimana mestinya. impulsive ketika bertindak Proses pembentukan ini melewati cenderung tidak dipikirkan setiap fase perkembangan. terlebih dahulu. Yang artinya Piaget (Daryanto, 2007), mendefinisikan stimulus yang bahwa memiliki emosi yang bahwa kurang matang. kematangan emosi adalah c. kontrol emosi, individu akan kemampuan seseorang dalam mengontrol emosinya dengan mengontrol dan mengendalikan baik emosinya secara baik, dalam hal keadaan ini individu yang emosinya sudah kemarahan matang tidak cepat terpengaruhi ditampakan keluar melalui olah rangsangan atau stimulus ekspresi. baik dari dalam atau luar dari mengatur kemarahan dengan dirinya sendiri. memanifestasikan Kematangan memiliki beberapa emosi walaupun dalam marah, tetapi itu tidak Karena dapat kemarahan. aspek d. Berpikir objektif, lebih menurut Walgito (2003) aspek- bersifat sabar, pengertian dan aspek kematangan emosi adalah: berpikir secara realistis a. Penerimaan diri sendiri e. Tanggung dengan orang lain. Individu ketahanan mampu menerima keadaan frustasi, atau kenyataan yang objektif mempunyai tanggung jawab bagi diri sendiri dan orang yang baik, dapat mandiri, lain. tidak b. Tidak impulsive, akan dengan merespon cara individu frustasi stimulus masalah mengatur jawab dan menghadapi individu akan mudah mengalami bila menghadapi dapat dilakukan dengan penuh pertimbangan 4 Menurut Hurlock (2001) faktorfaktor yang mengatur dirinya, proaktif, reflektif, mempengaruhi dan mengorganisasikan dirinya selain kematangan emosi adalah itu juga memiliki kekuatan untuk a. Adanya ketegangan emosi. dapat mempengaruhi dirinya demi Individu yang matang secara menghasilkan emosi tidak akan merespon diinginkan. Bandura mendiskusikan dan empat buah inti keagenan manusia menilai situasi yang genting atau krisis secara yaitu: emosional reaksidiri, dengan reaksi konsekuensi intensionalisme, dan yang prediksi, reflesi diri. mengacu pada dilakukan dengan yang membabibuta seperti Intensionalisme halnya anak-anak atau oaring tindakan yang tidak matang emosinya. intensitas tertentu. Sebuah intense b. Faktor yang keluarga yang bukan perhatian, kasih perencanaan tapi juga tindakan. Ini saying, adanya rasa aman, bukan sekedar ekspektasi tentang adanya perhatian yang besar tindakan masa depan akan tetapi terhadap komitmen proaktif untuk mewujudkan meliputi masalah yang dihadapi. hanya mencakup pada tujuan yang diharap. Smith dan Vetter (Lestariningsih, Menurut Bandura (1997) aspek 2007) menyatakan bahwa efikasi diri efikasi diri ada tiga yaitu Magnitude merupakan atau level, Generality, Strenght. sejumlah perkiraan tentang kemampuan yang dirasakan seseorang. Secara a. Magnitude atau Level bengangsur, Magnitude atau level efikasi diri akan berkembang seiring yaitu meningkatnya kemampuan dan mengenai bertambahnya pengalaman yang persepsi individu kemampuanya yang menghasilkan tingkah berkaitan. Keyakinan akan suatu laku yang akan kemampuan meliputi kepercayaan melalui tingkat tugas yang diri, kapasitas kognitif, dan kapasitas menunjukkan bertindak dalam situasi tertekan. kesulitan tugas. diukur variasi Tingkatan kesulitan tugas tersebut Bandura (2001), yakin bahwa manusia adalah makluk yang sanggup 5 mengungkapkan dimensi memiliki keyakinan yang kecerdikan, tenaga, akurasi, kuat, mereka akan bertahan produktivitas, atau regulasi dengan diri yang diperlukan untuk meskipun menyebutkan kesulitan beberapa dimensi perilaku kinerja. Individu yang memilki tidak dan hambatan. selalu berhubungan terhadap pilihan tingkah laku. yang sukar juga memiliki yang banyak kekuatan pada efikasi diri tugas-tugas diri ada kalah oleh kesulitan, karena keyakinan bahwa ia mampu efikasi mereka Individu tersebut tidak akan tingkat yang tinggi memiliki mengerjakan usaha Ada tinggi beberapa faktor yang sedangkan individu dengan mempengaruhi tingkat yang rendah memiliki kematangan emosi seseorang (Astuti, keyakinan 2000), bahwa dirinya hanya mampu mengerjakan perkembangan Faktor-faktor yang mempengaruhi Kematangan Emos tugas-tugas yang mudah serta memiliki efikasi diri yang a. Pola asuh orang tua rendah. b. Pengalaman traumatik c. Temperamen b. Generality Efikasi berbeda pada artinya individu diri d. Jenis kelamin juga e. Usia. generalisasi Atlet menilai menunjukan kepatuhan keyakinan mereka berfungsi untuk melaksanakan program yang di berbagai kegiatan tertentu. meningkatkan mereka, seperti program untuk bangkit dan c. Strength Strength kekuatan, kesehatan bisa artinya keyakinan menghadapi kekalahannya sebelumnya dan mencoba untuk diri yang lemah disebabkan tidak memperbaiki kesalahan terhubung oleh pengalaman, keyakinan sedangkan orang-orang yang Keyakinan efikasi diri datang dari bahwa empat sunber utama: 6 atlet dangan mampu. 1. penampilan aktual yang atlet Bola Basket, berusia 18-24 tahun alami. karena menurut 2. pengalaman tidak langsung atau Papalia (2008) menyatakan bahwa golongan dewasa yang dialami orang lain. awal berkisar antara 21-40 tahun pengaruh verbal dan rangsang karena fisiologis serta emosional. kematangan emosi mulai stabil. 3. Namun kita mempunyai untuk meningkatkan purposive pemilihan perumusan kriteria masalah dan landasan teoritis, maka memunculkan sampling, pengambilan (Uli, 2009) penulis tersebut digunakan dalam penelitian ini adalah rasa untuk pemenuhan secara berlahan. Berdasarkan usia Teknik pengambilan sampel yang kehendak untuk belajar maka kita butuh pada yaitu sampel subjek yang dengan berdasarakan telah ditentukan sebelumnya. yaitu: hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada a. Mengikuti latihan dasar Unit hubungan positif antara kematangan Bola Basket. emosi dengan efikasi diri pada atlet b. Usia 18-24 tahun. basket Universitas Muhammadiyah Skala kematangan emosi disusun oleh peneliti sebelumnya oleh Kuntari Surakarta” (2011) yang sudah dimodifikasi oleh peneliti. Penyusunan skala mengacu METODE PENELITIAN pada aspek-aspek kematangan emosi Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah atlet Walgito basket Universitas Muhammadiyah meliputi impulsive, kontrol emosi, berpikir objektif, Penelitian ini menggunakan seluruh basket yang penerimaan diri dan orang lain, tidak yang terdiri dari 90 orang atlet basket. atlet (2003) tanggung jawab dan ketahanan menghadapi frustasi. Universitas Skala Muhammadiyah Surakarta terdiri dari kematangan emosi ini 50 orang atlet basket yang memenuhi menggunakan sistem Skala Likert kriteria mengikuti latihan dasar Unit yang terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), 7 sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sesuai dengan interprestasi angka sangat tidak sesuai (STS). Penilaian korelasi menurut Sugiyono (2007) jawaban semakin mendekati satu maka korelasi mempunyai skor berupa interval dan berjarak sama, yaitu satu semakin sampai dengan empat. korelasi 0,793 masuk dalam kategori Skala Efikasi diri sempurna dimana nilai “kuat” diantara rentan angka 0.60 – dalam penelitian ini menggunakan Skala 0.799. yang disusunun oleh Aditya (2013) mengindikasi pola hubungan antara yang dimodifikasi oleh peneliti pada kematangan emosi dengan efikasi diri skala ini menggunakan aspek-aspek adalah searah dimana semakin tinggi Efikasi dikemukakan kematangan emosi maka semakin Bandura (1997), antara lain adalah tinggi pula efikasi diri atau sebaliknya magnitude, generality, dan strenght.. semakin rendah kematangan emosi Skala diri yang Efikasi diri ini Sementara nilai positif maka semakin rendah pula efikasi diri. menggunakan sistem Skala Likert Perolehan p= 0.000 (p ≤ 0,01) yang terdiri dari empat alternatif menandakan bahwa hubungan yang jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), terjadi sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan penjelasan sangat tidak sesuai (STS). Penilaian hubungan positif jawaban mempunyai skor berupa antara kematangan emosi dengan interval dan berjarak sama, yaitu satu efikasi diri. Hal ini berarti semakin sampai dengan empat. tinggi adalah signifikan. diatas (kuat) artinya Dari ada yang signifikan kematangan emosi maka semakin tinggi efikasi diri, sebaliknya HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan semakin rendah kematangan emosi maka semakin dengan menggunakan teknik analisis rendah efikasi diri. korelasi product moment dari Pearson Sesuai dengan penelitian yang diperoleh nilai positif 0.793 besar dilakukan korelasi menunjukan bahwa korelasi Harackiewich antara kematangan emosi dengan menyatakan bahwa emosi juga dapat efikasi diri dalam kategori “kuat” membantu 8 oleh Barron (Santrock, atau dan 2008) merintangi pemecahan problem. Pada saat orang masalah yang dihadapinya dan tetap sangat termotivasi, pemecah masalah optimis, tenang dalam menghadapi yang permasalahan baik seringkali dapat emosinya dan menerapkan strategi coping tersebut berkonsentrasi pada solusi problem. remaja diharapkan memiliki efikasi Terlalu diri dalam dirinya, dengan adanya mengontrol cemas membatasi dan takut kemampuan bias dalam efikasi diri yang akan ada. Untuk memperkuat memecahkan masalah biasanya tidak keyakinan remaja untuk tetap optimis takut membuat kesalahan. Hal ini dalam mencapai keberhasilan. menunjukan bahwa ada kaitan antara Sumbangan kematangan emosi dengan efikasi diri, terlihat ketika kematangan emosi terhadap efikasi pemecahan diri melalui perhitungan product problem tentunya seseorang harus memiliki keyakinan diri moment diperoleh angka sebesar untuk 63%. Hal ini menunjukkan masih mengambil keputusan. Hasan hasil (2002) bahwa terdapat 37% faktor lain yang mendapatkan kematangan mempengaruhi efikasi diri selain emosi kematangan emosi. Hal ini sesuai mempengaruhi strategi coping remaja, dengan teori yang dikemukakan oleh bahwa ada hubungan yang signifikan pada kematangan pemilihan strategi emosi coping dengan yang bahwa masih terdapat faktor lain selain keberhasilan, pengalaman orang lain dan persuasi tersebut dapat disimpulkan bahwa verbal. Astuti (2000) menyatakan semakin matang emosi remaja maka mudah (1997) pengalaman dengan hasil 22,5%. Dari penelitian semakin Bandura kematangan emosi, yaitu faktor berorientasi pada pemecahan masalah akan efektif faktor lain untuk yang mempengaruhi efikasi diri yaitu pola asuh orang memecahkan masalah yang dihadapi. tua, Dengan emosi yang matang remaja pengalaman traumatic, tempramen, jenis kelamin dan usia akan mampu memiliki strategi coping Dimana faktor-faktor tersebut juga dengan mudah sehingga remaja tidak mempengaruhi efikasi diri. akan kesulitan dalam memecahkan 9 untuk mempertahankan kematangan KESIMPULAN DAN SARAN Bersadarkan hasil emosi bisa dengan aspek-aspek yang analisis ada dalam kematangan emosi, seperti data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya mengurangi ketegangan emosi. dapat Unit Bola Basket pihak organisasi disimpulkan bahwa: Ada hubungan diharapkan dapat mempertahankan positif yang keadaan efikasi diri dan kematangan signifikan antara Kematangan Emosi emosi dengan cara memperbanyak dengan Efikasi Diri. Artinya semakin pelatihan pengembangan diri untuk tinggi (kuat) Kematangan Emosi para atlet. maka akan tinggi pula Efikasi Diri. Peneliti Sumbangan efektif atau peranan lain menjadikan disarankan hasil dapat penelitian ini Kematangan Emosi terhadap Efikasi sebagai kajian dalam pengembangan Diri sebesar 63% yang ditunjukan ilmu 2 pengetahuan di bidang dengan koefisien determinan (r ) psikologi dan memberi kontribusi sebesar 0,630 ini berarti masih teoritis terdapat hubungan antara kematangan emosi 37% faktor lain yang khususnya mempengaruhi Efikasi Diri di luar dan variable Kematangan Emosi. selanjutnya Kematangan emosi pada subjek kualitas tergolong tinggi. Efikasi Diri efikasi diri. mengenai Bagi untuk penelitian peneliti meningkatkan lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan pada subjek kematangan emosi dan efikasi diri, tergolong tinggi. selain Berdasarkan hasil penelitian dan itu disarankan untuk melakukan penelitian pada subjek kesimpulan di atas, saran-saran yang yang berbeda. diajukan dalm penelitian ini sebagai DAFTAR PUSTAKA berikut: Aditya. (2013). Hubungan Antara Subjek diharapkan kepada subjek Pola Asuh Demokratis dan agar mempertahankan efikasi dirinya Efikasi diri dengan dengan melihat faktor-faktor efikasi Kemampuan Pembuatan diri selain faktor keluarga. Selain itu Keputusan pada Mahasiswa 10 Program Study Psikologi Hasan, H.G. (2002). Skripsi. UNS. Skripsi (tidak Pengaruh kematangan Emosi dipublikasi). Surakarta : Terhadap Pemilihan Strategi Fakultas Kedokteran Coping Pada Remaja. Program Study Psikologi Fakultas Psikologi- Universitas Sebelas Maret UniversitasMuhammadiyah Adzikriyah, E. A. (2000) Malang (UMM). Hubungan Kuntari, R. (2011). Hubungan Antara Antara Kematangan Emosi Kematangan Emosi Dengan dengan Kompetensi Sosial Agresivitas Remaja. Skripsi .Psikodinamik, Vol 2, No. 1 (tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi,UMM : Fakultas Psikologi Astuti, H. (2000). Psikologi Universitas Muhammadiyah Perkembangan Masa Surakarta. Dewasa. Surabaya: Usaha Lestariningsih, W.S. (2007), Nasional Hubungan Antara Dukungan Bandura, A. (1997). Social Sosial Dan Efikasi Diri Learning Theory. New Dengan Prokrastinasi Jersey: Prentince Hall. Inc. Akademik Skripsi, Surakarta: Bandura, A. (2001). Theory of Fakultas Psikologi Personality. Cetakan Universitas Muhammadiyah keenam. New York: Mc Surakarta. Graw hill Companies, Inc. Papalia, DE, Old WS, Feldman RD. Daryanto, (2007). Evaluasi (2008). Human Development Pendidikan, Jakarta: Rineka (Psikologi Perkembangan). Cipta. Edisi kesembilan. Jakarta: Hurlock.E.B.(2001). Psikologi Kencana Prenada Media perkembangan (terjemah: Satiadarma, M.P. (2000). Dasar- istiwidayanti soedjarwo). Dasar Psikologi Olahraga. Jakarta : erlangga. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 11 Sobur, A. (2003). Psikologi umum. Tersedia pada Bandung: pustaka setia (https://ulyy.wordpress.co Santrock, J.W. (2008) Psikologi m/2009/12/14/efikasi-diri- Pendidikan, Edisi kedua. dalam-olahraga-bola- Jakarta: PT. Bumi Aksara. voli/). Diunduh pada Sugiono. (2007). Metode Penelitian tanngal 6 Februari 2015 Administasi. Bandung : Walgito. (2003). Psikologi Sosial Alfabeta (Suatu Pengantar). Uly. (2009). Efikasi Diri Dalam Yogyakarta: Andi Olahraga Bola Voli. 12