HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN EFIKASI

advertisement
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN EFIKASI DIRI
PADA ATLET BASKET UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Untuk Memenuhi Sebagaian Prasyarat
Mencapai Derajat S-1 Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
ANGIE LESTYANING PUTRI
F. 100104030
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN EFIKASI DIRI
PADA ATLET BASKET UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh
Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh :
ANGIE LESTYANING PUTRI
F. 100 104 030
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN EFIKASI DIRI
PADA ATLET BASKET UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Angie Lestyaning Putri
Dra. Partini, M.si
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected]
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara kematangan
emosi dengan efikasi diri. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan positif
antara kematangan emosi dengan efikasi diri pada atlet basket Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah 90 atlet basket
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Peneliti menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu dengan memilih atlet basket di Universitas Muhammadiyah
Surakarta berdasarkan kriteria, subjek yang terpilih dalam penelitian ini adalah 50
atlet basket yang bergabung dalam unit bola basket dan telah mengikuti latihan
dasar. Metode pengumpulan data menggunakan skala kematangan emosi dan
skala efikasi diri. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi produt
moment. Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment diperoleh nilai
koefisien korelasi (r) sebesar 0,793; p = 0,000 (p < 0,05) artinya ada hubungan
positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan efikasi diri. Sumbangan
efektif antara variabel kematangan emosi terhadap efikasi diri sebesar 63%.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada hubungan positif yang
signifikan antara kematangan emosi dengan efikasi diri pada atlet basket di
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Efikasi diri pada atlet tergolong tinggi dan
kematangan emosi pada atlet tergolong tinggi.
Kata kunci : Atlet Basket, Efikasi Diri, dan Kematangan Emosi,
v
Dibidang
PENDAHULUAN
Bola basket merupaka jenis
olahraga
yang
olahraga
professional banyak faktor yang
digemari oleh
berpengaruh terhadap performa para
banyak kalangan mulai dari yang
atlet, tidak hanya faktor pelatih dan
muda sampai yang tua. Bola basket
lingungan.
merupakan
mengajarkan
olahraga
salah
satu
beregu.
cabang
Olahraga
ini
Pelatih
tidak
hanya
gerakan-gerakan
tertentu, tetapi juga mendidik atlet
diciptakan oleh James A. Naismith
untuk
salah
bertingkah laku didalam maupun
seorang
jasmani
guru
Young
Association
pendidikan
Mens
(YMCA)
Cristian
berespon
diluar
Springfiels,
tepat
gelanggang
dalam
olahraga.
Lingkungan juga tidak hanya sebatas
Massacusets, Amerika Serikat pada
lingkungan
fisik
tahun 1891. Bola basket merupakan
lingkungan
social
olahraga beregu yang terdiri atas satu
termasuk dalam lingkungan tempat
tim yang beranggotakan lima orang
tinggal atlet tersebut. Disamping itu
untuk
dengan
yang terpenting olahtaga dipandang
memasukan bola kedalam keranjang
sebagai prilaku gerak manusia yang
lawan. Secara garis besar permainan
universal, tidak hanya pada tujuan
bola
dengan
fisik semata namun juga terdpat
mempergunakan empat teknik yang
faktor. Faktor psikis mencangkup
menjadi pokok permainan, yakni
motovasi,
mengoper
disiplin,
mencetak
basket
poin
dilakukan
(passing),
menangkap
emosi,
tetapi
juga
masyarakat,
percaya
kecemasan,
diri,
ketegangan,
bola (catching) dan menggiring bola
pembinaan kelompok dan interaksi
(dribbling)
sosial (Satiadarma,2000).
serta
menembak
(Shooting). Bola basket di Indonesia
pertama
kali
dikenal
di
Barron
dan
Harackiewich
kota
(Santrock, 2008) menyatakan bahwa
Yogyakarta dan Solo, tepatnya pada
emosi juga dapat membantu atau
September
1984.
Saat
merintangi
diselenggarakan
Pekan
Olahraga
pemecahan
problem.
Pada saat orang sangat termotivasi,
Nasional (PON) pertama dikota solo
pemecah
(Anonim, 2009)
seringkali
1
masalah
dapat
yang
baik
mengontrol
emosinya dan berkonsentrasi pada
coping tersebut remaja diharapkan
solusi problem. Terlalu cemas dan
memiliki efikasi diri dalam dirinya,
takut bias membatasi kemampuan
dengan adanya efikasi diri akan
dalam
memecahkan
memperkuat keyakinan remaja untuk
biasanya
tidak
kesalahan.
Hal
masalah
takut
ini
membuat
tetap
menunjukan
optimis
dalam
mencapai
keberhasilan.
bahwa ada kaitan antara kematangan
Adzikriyah
(2000)
emosi dengan efikasi diri, terlihat
kematangan
ketika pemecahan problem tentunya
dengan kompetensi sosial remaja.
seseorang harus memiliki keyakinan
Semakin tinggi kematangan emosi
diri untuk mengambvil keputusan.
seseorang maka akan semakin tinggi
penelitian
mendapatkan
kematangan
Hasan
hasil
emosi
(2002)
pula
bahwa
sebaliknya
mempengaruhi
emosi
bahwa
kompetensi
berhubungan
sosialnya
semakin
dan
rendah
kematangan emosi seseorang maka
strategi coping remaja, bahwa ada
akan
hubungan
pada
kompetensi sosialnya. Kompetensi
kematangan emosi dengan pemilihan
sosial disini merupakan kemampuan
strategi coping yang berorientasi pada
atau kecakapan seseorang untuk
pemecahan masalah dengan hasil
berhubungan
22,5%. Dari penelitian tersebut dapat
untuk terlibat dengan situasi sosial
disimpulkan bahwa semakin matang
yang
emosi remaja maka akan semakin
kematangan emosi remaja akan dapat
mudah untuk memecahkan masalah
bersikap toleran, merasa nyaman
yang dihadapi. Dengan emosi yang
mempunyai kontrol diri sendiri, serta
matang remaja akan mampu memiliki
mampu menerima dirinya dan orang
strategi
lain sehingga remaja dengan mudah
yang
coping
signifikan
dengan
mudah
semakin
rendah
dengan
pula
orang
memuaskan.
Dengan
sehingga remaja tidak akan kesulitan
mengadakan
dalam memecahkan masalah yang
Untuk bisa menerapkan kompetensi
dihadapinya dan tetap optimis, tenang
dengan baik, harus diimbangi dengan
dalam
adanya efikasi diri, karena dengan
menghadapi
permasalahan
yang ada. Untuk menerapkan strategi
2
kompetensi
lain
sosial.
efikasi
diri
keyakinan
bisa
atas
menumbuhkan
dengan
kematangan
diri
emosi yang dimiliki oleh para atlet
dalam menampilkan suatu bentuk
basket. Kekurangan para atlet yang
perilaku yang berhubungan dengan
meliputi rasa kurang percaya diri,
situasi
mudah
yang
kemampuan
berhubungan
dihadapi,
sehingga
tepancing
bila
emosinya
kompetensi sosial tersebut terwujud
dipancing oleh lawan main serta
dan dapat diterima orang lain.
mudah marah bila ditegur oleh
Hasil observasi dan intervieu
pelatih.
peneliti yang dilakukan ketika setiap
kali
ada
pertandingan
Berdasarkan fenomena yang
yang
digambarkan diatas peneliti tertarik
melibatkan para atlet basket di
untuk melakukan penelitian lebih
universitas muhammadiyah sesudah
mendalam
bertanding,
penelitian
saat
bertanding
dan
lagi
kedalam
“Hubungan
judul
Antara
setelat bertanding dimana dalam
Kematangan Emosi dengan Efikasi
bertanding atlet memerlukan efikasi
Diri Pada Atlet Basket Universitas
diri yang kuat agar dapat mengambil
Muhammadiyah Surakarta”
keputusan seperti mencetak poin,
Tujuan yang ingin dicapai dalam
memakai
penelitian
pola permainan dalam
ini
bertanding dan mem-passing bola
mengetahui:
kepada
1. Hubungan
teman
satu
timya.
adalah
antara
untuk
kematangan
Permasalahan muncul ketika seorang
emosi dengan efikasi diri pada
atlet melakukan tugasnya dilapangan
atlet
menggiring bola dan tidak dapat
Muhammadiyah Surakarta
membaca
2. Sumbangan efektif kematangan
dalam mengoper bola, serta terlihat
emosi terhadap efikasi diri pada
dari atlet yang memiliki peluang
atlet
untuk mecetak poin tetapi lebih
Muhammadiyah Surakarta
mengoper
sehingga
Universitas
salah
memilih
situasi
basket
bola
kepada
basket
Universitas
3. Kematangan emosi dan efikasi
teman satu timnya dibanding untuk
diri
mencetak poin. Efikasi diri sangat
Muhammadiyah Surakarta
3
pada
atlet
Universitas
Sobur (2003) kematangan
emosi
adalah
pikirannya secara baik untuk
tingkat
memberikan
tanggapan
perkembangan pada individu atau
terhadap
organ-organnya sehingga sudah
didapat. Orang yang bersifat
berfungsi sebagaimana mestinya.
impulsive ketika bertindak
Proses pembentukan ini melewati
cenderung tidak dipikirkan
setiap fase perkembangan.
terlebih dahulu. Yang artinya
Piaget (Daryanto, 2007),
mendefinisikan
stimulus
yang
bahwa memiliki emosi yang
bahwa
kurang matang.
kematangan
emosi
adalah
c. kontrol emosi, individu akan
kemampuan
seseorang
dalam
mengontrol emosinya dengan
mengontrol dan mengendalikan
baik
emosinya secara baik, dalam hal
keadaan
ini individu yang emosinya sudah
kemarahan
matang tidak cepat terpengaruhi
ditampakan keluar melalui
olah rangsangan atau stimulus
ekspresi.
baik dari dalam atau luar dari
mengatur kemarahan dengan
dirinya sendiri.
memanifestasikan
Kematangan
memiliki
beberapa
emosi
walaupun
dalam
marah,
tetapi
itu
tidak
Karena
dapat
kemarahan.
aspek
d. Berpikir
objektif,
lebih
menurut Walgito (2003) aspek-
bersifat sabar, pengertian dan
aspek kematangan emosi adalah:
berpikir secara realistis
a. Penerimaan
diri
sendiri
e. Tanggung
dengan orang lain. Individu
ketahanan
mampu menerima keadaan
frustasi,
atau kenyataan yang objektif
mempunyai tanggung jawab
bagi diri sendiri dan orang
yang baik, dapat mandiri,
lain.
tidak
b. Tidak impulsive,
akan
dengan
merespon
cara
individu
frustasi
stimulus
masalah
mengatur
jawab
dan
menghadapi
individu
akan
mudah
mengalami
bila
menghadapi
dapat
dilakukan
dengan penuh pertimbangan
4
Menurut Hurlock (2001) faktorfaktor
yang
mengatur dirinya, proaktif, reflektif,
mempengaruhi
dan mengorganisasikan dirinya selain
kematangan emosi adalah
itu juga memiliki kekuatan untuk
a. Adanya ketegangan emosi.
dapat mempengaruhi dirinya demi
Individu yang matang secara
menghasilkan
emosi tidak akan merespon
diinginkan. Bandura mendiskusikan
dan
empat buah inti keagenan manusia
menilai
situasi
yang
genting atau krisis secara
yaitu:
emosional
reaksidiri,
dengan
reaksi
konsekuensi
intensionalisme,
dan
yang
prediksi,
reflesi
diri.
mengacu
pada
dilakukan
dengan
yang membabibuta seperti
Intensionalisme
halnya anak-anak atau oaring
tindakan
yang tidak matang emosinya.
intensitas tertentu. Sebuah intense
b. Faktor
yang
keluarga
yang
bukan
perhatian,
kasih
perencanaan tapi juga tindakan. Ini
saying, adanya rasa aman,
bukan sekedar ekspektasi tentang
adanya perhatian yang besar
tindakan masa depan akan tetapi
terhadap
komitmen proaktif untuk mewujudkan
meliputi
masalah
yang
dihadapi.
hanya
mencakup
pada
tujuan yang diharap.
Smith dan Vetter (Lestariningsih,
Menurut Bandura (1997) aspek
2007) menyatakan bahwa efikasi diri
efikasi diri ada tiga yaitu Magnitude
merupakan
atau level, Generality, Strenght.
sejumlah
perkiraan
tentang kemampuan yang dirasakan
seseorang.
Secara
a. Magnitude atau Level
bengangsur,
Magnitude atau level
efikasi diri akan berkembang seiring
yaitu
meningkatnya
kemampuan
dan
mengenai
bertambahnya
pengalaman
yang
persepsi
individu
kemampuanya
yang menghasilkan tingkah
berkaitan. Keyakinan akan suatu
laku
yang
akan
kemampuan meliputi kepercayaan
melalui tingkat tugas yang
diri, kapasitas kognitif, dan kapasitas
menunjukkan
bertindak dalam situasi tertekan.
kesulitan
tugas.
diukur
variasi
Tingkatan
kesulitan tugas tersebut
Bandura (2001), yakin bahwa
manusia adalah makluk yang sanggup
5
mengungkapkan
dimensi
memiliki
keyakinan yang
kecerdikan, tenaga, akurasi,
kuat, mereka akan bertahan
produktivitas, atau regulasi
dengan
diri yang diperlukan untuk
meskipun
menyebutkan
kesulitan
beberapa
dimensi
perilaku
kinerja.
Individu
yang
memilki
tidak
dan
hambatan.
selalu
berhubungan
terhadap pilihan tingkah laku.
yang sukar juga memiliki
yang
banyak
kekuatan pada efikasi diri
tugas-tugas
diri
ada
kalah oleh kesulitan, karena
keyakinan bahwa ia mampu
efikasi
mereka
Individu tersebut tidak akan
tingkat yang tinggi memiliki
mengerjakan
usaha
Ada
tinggi
beberapa
faktor
yang
sedangkan individu dengan
mempengaruhi
tingkat yang rendah memiliki
kematangan emosi seseorang (Astuti,
keyakinan
2000),
bahwa
dirinya
hanya mampu mengerjakan
perkembangan
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi Kematangan Emos
tugas-tugas yang mudah serta
memiliki efikasi diri yang
a. Pola asuh orang tua
rendah.
b. Pengalaman traumatik
c. Temperamen
b. Generality
Efikasi
berbeda
pada
artinya individu
diri
d. Jenis kelamin
juga
e. Usia.
generalisasi
Atlet
menilai
menunjukan
kepatuhan
keyakinan mereka berfungsi
untuk melaksanakan program yang
di berbagai kegiatan tertentu.
meningkatkan
mereka,
seperti program untuk bangkit dan
c. Strength
Strength
kekuatan,
kesehatan
bisa
artinya
keyakinan
menghadapi
kekalahannya
sebelumnya dan mencoba untuk
diri
yang lemah disebabkan tidak
memperbaiki
kesalahan
terhubung oleh pengalaman,
keyakinan
sedangkan orang-orang yang
Keyakinan efikasi diri datang dari
bahwa
empat sunber utama:
6
atlet
dangan
mampu.
1. penampilan aktual yang atlet
Bola Basket, berusia 18-24 tahun
alami.
karena menurut
2. pengalaman tidak langsung atau
Papalia (2008)
menyatakan bahwa golongan dewasa
yang dialami orang lain.
awal berkisar antara 21-40 tahun
pengaruh verbal dan rangsang
karena
fisiologis serta emosional.
kematangan emosi mulai stabil.
3.
Namun
kita
mempunyai
untuk
meningkatkan
purposive
pemilihan
perumusan
kriteria
masalah dan landasan teoritis, maka
memunculkan
sampling,
pengambilan
(Uli, 2009)
penulis
tersebut
digunakan dalam penelitian ini adalah
rasa
untuk pemenuhan secara berlahan.
Berdasarkan
usia
Teknik pengambilan sampel yang
kehendak untuk belajar maka kita
butuh
pada
yaitu
sampel
subjek
yang
dengan
berdasarakan
telah
ditentukan
sebelumnya. yaitu:
hipotesis
dalam penelitian ini adalah “Ada
a. Mengikuti latihan dasar Unit
hubungan positif antara kematangan
Bola Basket.
emosi dengan efikasi diri pada atlet
b. Usia 18-24 tahun.
basket Universitas Muhammadiyah
Skala kematangan emosi disusun
oleh peneliti sebelumnya oleh Kuntari
Surakarta”
(2011) yang sudah dimodifikasi oleh
peneliti. Penyusunan skala mengacu
METODE PENELITIAN
pada aspek-aspek kematangan emosi
Pada penelitian ini populasi yang
digunakan
adalah
atlet
Walgito
basket
Universitas Muhammadiyah
meliputi
impulsive, kontrol emosi, berpikir
objektif,
Penelitian ini menggunakan seluruh
basket
yang
penerimaan diri dan orang lain, tidak
yang
terdiri dari 90 orang atlet basket.
atlet
(2003)
tanggung
jawab
dan
ketahanan menghadapi frustasi.
Universitas
Skala
Muhammadiyah Surakarta terdiri dari
kematangan
emosi
ini
50 orang atlet basket yang memenuhi
menggunakan sistem Skala Likert
kriteria mengikuti latihan dasar Unit
yang terdiri dari empat alternatif
jawaban, yaitu sangat sesuai (SS),
7
sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan
sesuai dengan interprestasi angka
sangat tidak sesuai (STS). Penilaian
korelasi menurut Sugiyono (2007)
jawaban
semakin mendekati satu maka korelasi
mempunyai
skor berupa
interval dan berjarak sama, yaitu satu
semakin
sampai dengan empat.
korelasi 0,793 masuk dalam kategori
Skala
Efikasi
diri
sempurna
dimana
nilai
“kuat” diantara rentan angka 0.60 –
dalam
penelitian ini menggunakan Skala
0.799.
yang disusunun oleh Aditya (2013)
mengindikasi pola hubungan antara
yang dimodifikasi oleh peneliti pada
kematangan emosi dengan efikasi diri
skala ini menggunakan aspek-aspek
adalah searah dimana semakin tinggi
Efikasi
dikemukakan
kematangan emosi maka semakin
Bandura (1997), antara lain adalah
tinggi pula efikasi diri atau sebaliknya
magnitude, generality, dan strenght..
semakin rendah kematangan emosi
Skala
diri
yang
Efikasi
diri
ini
Sementara
nilai
positif
maka semakin rendah pula efikasi diri.
menggunakan sistem Skala Likert
Perolehan p= 0.000 (p ≤ 0,01)
yang terdiri dari empat alternatif
menandakan bahwa hubungan yang
jawaban, yaitu sangat sesuai (SS),
terjadi
sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan
penjelasan
sangat tidak sesuai (STS). Penilaian
hubungan positif
jawaban mempunyai skor berupa
antara kematangan emosi dengan
interval dan berjarak sama, yaitu satu
efikasi diri. Hal ini berarti semakin
sampai dengan empat.
tinggi
adalah
signifikan.
diatas
(kuat)
artinya
Dari
ada
yang signifikan
kematangan
emosi
maka semakin tinggi efikasi diri,
sebaliknya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil
perhitungan
semakin
rendah
kematangan emosi maka semakin
dengan menggunakan teknik analisis
rendah efikasi diri.
korelasi product moment dari Pearson
Sesuai dengan penelitian yang
diperoleh nilai positif 0.793 besar
dilakukan
korelasi menunjukan bahwa korelasi
Harackiewich
antara kematangan emosi dengan
menyatakan bahwa emosi juga dapat
efikasi diri dalam kategori “kuat”
membantu
8
oleh
Barron
(Santrock,
atau
dan
2008)
merintangi
pemecahan problem. Pada saat orang
masalah yang dihadapinya dan tetap
sangat termotivasi, pemecah masalah
optimis, tenang dalam menghadapi
yang
permasalahan
baik
seringkali
dapat
emosinya
dan
menerapkan strategi coping tersebut
berkonsentrasi pada solusi problem.
remaja diharapkan memiliki efikasi
Terlalu
diri dalam dirinya, dengan adanya
mengontrol
cemas
membatasi
dan
takut
kemampuan
bias
dalam
efikasi
diri
yang
akan
ada.
Untuk
memperkuat
memecahkan masalah biasanya tidak
keyakinan remaja untuk tetap optimis
takut membuat kesalahan. Hal ini
dalam mencapai keberhasilan.
menunjukan bahwa ada kaitan antara
Sumbangan
kematangan emosi dengan efikasi
diri,
terlihat
ketika
kematangan emosi terhadap efikasi
pemecahan
diri melalui perhitungan product
problem tentunya seseorang harus
memiliki
keyakinan
diri
moment diperoleh angka sebesar
untuk
63%. Hal ini menunjukkan masih
mengambil keputusan.
Hasan
hasil
(2002)
bahwa
terdapat 37% faktor lain yang
mendapatkan
kematangan
mempengaruhi efikasi diri selain
emosi
kematangan emosi. Hal ini sesuai
mempengaruhi strategi coping remaja,
dengan teori yang dikemukakan oleh
bahwa ada hubungan yang signifikan
pada
kematangan
pemilihan
strategi
emosi
coping
dengan
yang
bahwa
masih
terdapat
faktor
lain
selain
keberhasilan,
pengalaman orang lain dan persuasi
tersebut dapat disimpulkan bahwa
verbal. Astuti (2000) menyatakan
semakin matang emosi remaja maka
mudah
(1997)
pengalaman
dengan hasil 22,5%. Dari penelitian
semakin
Bandura
kematangan emosi, yaitu faktor
berorientasi pada pemecahan masalah
akan
efektif
faktor lain
untuk
yang mempengaruhi
efikasi diri yaitu pola asuh orang
memecahkan masalah yang dihadapi.
tua,
Dengan emosi yang matang remaja
pengalaman
traumatic,
tempramen, jenis kelamin dan usia
akan mampu memiliki strategi coping
Dimana faktor-faktor tersebut juga
dengan mudah sehingga remaja tidak
mempengaruhi efikasi diri.
akan kesulitan dalam memecahkan
9
untuk mempertahankan kematangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Bersadarkan
hasil
emosi bisa dengan aspek-aspek yang
analisis
ada dalam kematangan emosi, seperti
data dan pembahasan yang telah
diuraikan
sebelumnya
mengurangi ketegangan emosi.
dapat
Unit Bola Basket pihak organisasi
disimpulkan bahwa:
Ada
hubungan
diharapkan dapat mempertahankan
positif
yang
keadaan efikasi diri dan kematangan
signifikan antara Kematangan Emosi
emosi dengan cara memperbanyak
dengan Efikasi Diri. Artinya semakin
pelatihan pengembangan diri untuk
tinggi (kuat) Kematangan Emosi
para atlet.
maka akan tinggi pula Efikasi Diri.
Peneliti
Sumbangan efektif atau peranan
lain
menjadikan
disarankan
hasil
dapat
penelitian
ini
Kematangan Emosi terhadap Efikasi
sebagai kajian dalam pengembangan
Diri sebesar 63% yang ditunjukan
ilmu
2
pengetahuan
di
bidang
dengan koefisien determinan (r )
psikologi dan memberi kontribusi
sebesar 0,630 ini berarti masih
teoritis
terdapat
hubungan antara kematangan emosi
37%
faktor
lain
yang
khususnya
mempengaruhi Efikasi Diri di luar
dan
variable Kematangan Emosi.
selanjutnya
Kematangan emosi pada subjek
kualitas
tergolong tinggi.
Efikasi
Diri
efikasi
diri.
mengenai
Bagi
untuk
penelitian
peneliti
meningkatkan
lebih
lanjut
khususnya yang berkaitan dengan
pada
subjek
kematangan emosi dan efikasi diri,
tergolong tinggi.
selain
Berdasarkan hasil penelitian dan
itu
disarankan
untuk
melakukan penelitian pada subjek
kesimpulan di atas, saran-saran yang
yang berbeda.
diajukan dalm penelitian ini sebagai
DAFTAR PUSTAKA
berikut:
Aditya. (2013). Hubungan Antara
Subjek diharapkan kepada subjek
Pola Asuh Demokratis dan
agar mempertahankan efikasi dirinya
Efikasi diri dengan
dengan melihat faktor-faktor efikasi
Kemampuan Pembuatan
diri selain faktor keluarga. Selain itu
Keputusan pada Mahasiswa
10
Program Study Psikologi
Hasan, H.G. (2002). Skripsi.
UNS. Skripsi (tidak
Pengaruh kematangan Emosi
dipublikasi). Surakarta :
Terhadap Pemilihan Strategi
Fakultas Kedokteran
Coping Pada Remaja.
Program Study Psikologi
Fakultas Psikologi-
Universitas Sebelas Maret
UniversitasMuhammadiyah
Adzikriyah, E. A. (2000)
Malang (UMM).
Hubungan
Kuntari, R. (2011). Hubungan Antara
Antara Kematangan Emosi
Kematangan Emosi Dengan
dengan Kompetensi Sosial
Agresivitas Remaja. Skripsi
.Psikodinamik, Vol 2, No. 1
(tidak diterbitkan). Surakarta
: Fakultas Psikologi,UMM
: Fakultas Psikologi
Astuti, H. (2000). Psikologi
Universitas Muhammadiyah
Perkembangan Masa
Surakarta.
Dewasa. Surabaya: Usaha
Lestariningsih, W.S. (2007),
Nasional
Hubungan Antara Dukungan
Bandura, A. (1997). Social
Sosial Dan Efikasi Diri
Learning Theory. New
Dengan Prokrastinasi
Jersey: Prentince Hall. Inc.
Akademik Skripsi, Surakarta:
Bandura, A. (2001). Theory of
Fakultas Psikologi
Personality. Cetakan
Universitas Muhammadiyah
keenam. New York: Mc
Surakarta.
Graw hill Companies, Inc.
Papalia, DE, Old WS, Feldman RD.
Daryanto, (2007). Evaluasi
(2008). Human Development
Pendidikan, Jakarta: Rineka
(Psikologi Perkembangan).
Cipta.
Edisi kesembilan. Jakarta:
Hurlock.E.B.(2001). Psikologi
Kencana Prenada Media
perkembangan (terjemah:
Satiadarma, M.P. (2000). Dasar-
istiwidayanti soedjarwo).
Dasar Psikologi Olahraga.
Jakarta : erlangga.
Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
11
Sobur, A. (2003). Psikologi umum.
Tersedia pada
Bandung: pustaka setia
(https://ulyy.wordpress.co
Santrock, J.W. (2008) Psikologi
m/2009/12/14/efikasi-diri-
Pendidikan, Edisi kedua.
dalam-olahraga-bola-
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
voli/). Diunduh pada
Sugiono. (2007). Metode Penelitian
tanngal 6 Februari 2015
Administasi. Bandung :
Walgito. (2003). Psikologi Sosial
Alfabeta
(Suatu Pengantar).
Uly. (2009). Efikasi Diri Dalam
Yogyakarta: Andi
Olahraga Bola Voli.
12
Download